Upload
miia-miranty
View
125
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
SANITASI INDUSTRI PANGAN
“UJI SANITASI UDARA dan RUANGAN”
Di susun oleh:
Muhammad Lutfhi W
2010340039
ILMU dan TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2013
UJI SANITASI UDARA DAN RUANGAN
Tanggal Praktikum : 28 September 2013
Tujuan :
- Mengetahui dan dapat menerapkan ilmu sanitasi dalam pangan
- Mengetahui mikroorganisme yang tumbuh di udaradan lingkungan sekitar kita
Teori Awal
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia. Salah satu contoh dari usaha ini tercakup dalam ilmu sanitasi (sanitary science).
Sanitasi harus berhubungan dengan semua segmen lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Secara umum, faktor fisik dan kimia lebih mudah
ditangani daripada faktor biologis. Faktor biologis dari lingkungan inilah yang terutama
berkaitan erat dengan sanitasi karena organisme hidup akan bereaksi terhadap keadaan
fisik dan lingkungan yang berbeda. Potensi mikroba untuk merusak pangan dan
menimbulkan penyakit pada manusia, organisme lain dan tanaman, berarti bahwa
mikrobiologi harus memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu sanitasi. Oleh
karena itu orang yang berkepentingan dalam sanitasi industri pangan perlu memiliki
pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam kaitannya dengan manusia dan
pengawasan terhadap mikroorganisme dalam lingkungan tertentu.
Udara
Udara tidak mempunyai flora mikroba alamiah, tetapi partikel-partikel debu atau tetesan
air yang terdapat dalam udara dapat membawa mikroba. Udara dapat bertindak sebagai
tempat persediaan kontaminan. Jenis dan jumlah mikroba yang ada dalam udara sangat
bervariasi tergantung lokasi dan musim. Hujan dan salju dapat menghilangkan organisme
dalam udara. Pada puncak-puncak gunung, kandungan mikroba dalam udara umumnya
rendah.
Kondisi udara di daerah persiapan pangan tergantung banyak faktor : adanya debu,
tetesan air, dan pergerakkan udara yang terbawa oleh gerakan angin dari ventilasi atau
manusia yang bergerak. Tetesan air dari orang yang berbicara, batuk, dan bersin dapat
memberi mikroba dalam udara. Tanah pada sepatu dan pakaian, dan dari benda-benda
yang diangkut ke dalam ruangan merupakan sumber mikroba yang dapat dipindahkan ke
dalam udara. Penyakit-penyakit yang khas yang dipindahkan melalui udara adalah
influenza, dan penyakit-penyakit pernafasan lain yang disebarkan melalui percikan-
percikan yang dikeluarkan oleh orang yang terkena penyakit tersebut. Telah diketahui
bahwa bakteri dapat disebarkan melalui batuk dan bersin dalam jarak yang cukup jauh,
hingga 4.5 m.
Lantai
Lantai yang licin dan dikontruksi dengan tepat, mudah dibersihkan, sedangkan lantai
yang kasar dan dapat menyerap, sulit dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan dari
ketel pemasak dan tidak ditiriskan dengan baik, dapat merupakan tempat penyediaan
makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-langit yang kasar dapat
membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus.
Lantai, dinding dan langit-langit yang kontruksinya buruk, tidak mungkin untuk dijaga
sanitasinya. Akan tetapi struktur yang licin pun merupakan sumber kontaminan yang
tidak diinginkan jika tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena
organisme tidak dapat hidup dan terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme
udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa
serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara.
Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel udara).
Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai paru-paru,
karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-
partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi,
walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir
selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk & Wheeler, 1989).
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium
tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk mengetahui atau
memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang
sulit untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara. Namun ada satu teknik
kualitatif sederhana, menurut Volk & Wheeler (1989) yaitu mendedahkan cawan hara
atau medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa
bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka
bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut diinkubasi
selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur
yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai
dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir
selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan,
salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan
membasuh partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme
menurun secara menyolok di atas samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada
ketinggian (altitude) yang tinggi (Volk & Wheeler, 1989).
Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga
ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran
pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel
debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan, dan
dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap.
Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa
kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat
bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib
akhir mikroorganisme yang berasal dari udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di
sekelilingnya (termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu),
ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya
terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer.
Kandungan mikroba di dalam udara
Meskipun tidak ada mikroorganisme yang mempunyai habitat asli udara, tetapi
udara di sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung
berbagai macam jenis mikroba dalam jumlah yang beragam.
a. Udara di dalam ruangan
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-
orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam
bentuk percikan dari hidung dan mulut misalnya selama bersin, batuk dan bahkan saat
bercakap-cakap. Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran penapasan mempunyai
ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya
jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah tinggal di udara sampai beberapa lama,
tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari
permukaan ini kadang-kadang akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan
dalam ruangan tersebut.
b. Udara di luar atmosfer
Permukaan bumi, yaitu daratan dan lautan merupakan sumber dari sebagian besar
mikroorganisme yang ada dalam atmosfer. Angin menimbulkan debu dari tanah,
kemudian partikel-partikel debu tersebut akan membawa mikroorganisme yang menghuni
tanah. Sejumlah besar air dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer dari permukaan
laut, teluk, dan kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada banyak fasilitas
pengolahan industri, pertanian, baik lokal maupun regional mempunyai potensi
menghasilkan aerosol berisikan mikroorganisme.
Alga, protozoa, khamir, kapang, dan bakteri telah diisolasi dari udara dekat
permukaan bumi. Contoh mengenai jasad-jasad renik yang dijumpai di atmosfer kota
diperlihatkan pada tabel berikut:
Tinggi (meter) Bakteri (genus) Cendawan (genus)
1.500 – 4.500Alcaligenes
Bacillus
Aspergillus
Macrosporium
Penicillium
4.500 – 7.500 Bacillus Aspergillus
Clasdosporium
7.500 – 10.500Sarcina
Bacillus
Aspergillus
Hormodendrum
10.500 – 13.500Bacillus
Kurthia
Aspergillus
Hormodendrum
13.500 – 16.500Micrococcus
BacillusPenicillium
Sumber: Irianto (2002)
Contoh udara tersebut diambil dari daerah perindustrian selama jangka waktu
beberapa bulan. Bagian terbanyak dari mikroba yang berasal dari udara adalah spora
kapang, terutama dari genus Aspergillus. Di antara tipe-tipe bakteri yang ditemukan ada
bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora, basilus Gram positif, kokus Gram
positif, dan basilus Gram negatif.
Kelompok kehidupan di udara
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri,
jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di
udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif
(umumnya spora).
Menurut Suriawiria (1985), pencegahan kehadiran mikroba baik secara fisik
ataupun kimia yang dapat dilakukan, yaitu:
Secara fisik dengan penggunaan sinar-sinar bergelombang pendek (umumnya sinar
UV) sebelum dan sesudah tempat dipergunakan, ataupun dengan cara penyaringan
udara yang dialirkan ke dalam tempat atau ruangan tersebut.
Secara kimia dengan penggunaan senyawa-senyawa yang bersifat membunuh
mikroba, baik dalam bentuk larutan alkohol (55-75%), larutan sublimat, larutan
AMC (HgCl2 yang diasamkan), dan sebagainya.
Kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak
diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan (hal ini
mengingat apabila suatu benda/substrat yang ditumbuhinya dinyatakan sebagai substrat
yang terkontaminasi). Adapun kelompok mikroba yang termasuk dalam jasad
kontaminan antara lain adalah:
1. Bakteri: Bacillus, Staphylococcus, Pseudomonas, Sarcina dan sebagainya.
2. Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma, dan sebagainya.
3. Ragi: Candida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya.
Banyak jenis dari jamur kontaminan udara yang bersifat termofilik, yaitu jamur
yang tahan pada pemanasan tinggi di atas 800C, misal selama suatu benda/substrat sedang
disterilkan. Ketahanan ini umumnya kalau mereka sedang berada di dalam stadia/ fase
spora. Ini terbukti bahwa walaupun suatu substrat/media sudah disterilkan, tetapi di
dalamnya setelah melewati waktu tertentu kemudian tumbuh dan berkembang pula
bakteri ataupun jamur tanpa diharapkan sebelumnya (Suryawiria, 1985).
Data Hasil Pengamatan
A. Uji Sanitasi Udara dan Ruangan
Nama ruangan Ruang Laboratorium Pengolahan Pangan
Tanggal uji 28 September 2013
Jam uji 11.15 – 11.45
Densitas bakteri Media Agar NA
Cawan I : X unit koloni/jam/ft2
Cawan II : X unit koloni/jam/ft2
Cawan kontrol : 0
Densitas kapang dan khamir Media Agar PDA
Cawan I : X unit koloni/jam/ft2
Cawan II : X unit koloni/jam/ft2
Cawan kontrol : 0
Keterangan lain Pada cawan control tidak tumbuh bakteri
karena tidak dilakukan perlakuan yang
sama seperti pada cawan I dan cawan II
B. Uji sanitasi lantai dan meja
Nama lantai/meja Meja praktek TPP & Lantainya
Tanggal uji 28 September 2013
Cara pencucian Dilap menggunakan tissue
Nama desinfektan Alkohol & Wippol
Uji rodac
1. sebelum dibersihkan
2. sesudah dibersihkan dengan
desinfektan
x cm2
x cm2
Keterangan lain Pada pengamatan uji rodac meja yang telah
dibersihkan dengan desinfektan ternyata
dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Rumus yang digunakan :
Densitas bakteri = jumlah koloni 60 menit 144 inc 2 di udara per cawan NA 30 menit luas cawan (inc2)
Densitas kapang = jumlah koloni 60 menit 144 inc 2 di udara per cawan PDA 30 menit luas cawan (inc2)
Unit koloni = jumlah rata-rata 100 .Per 100 cm2 koloni percawan luas cawan (cm2)
Data Perhitungan Koloni
A. Media Sanitasi Udara dan Ruangan
Media Agar NA
Cawan I : 5 koloni
Cawan II : 5 koloni
Cawan III : 0 koloni
Penyelesaian:
Diketahui :
Luas cawan I dan II adalah 9,73 inch2
Cawan I dan II
Densitas bakteri = jumlah koloni 60 menit 144 inc 2 di udara per cawan NA 30 menit luas cawan (inc2)
= 5 x 60/30 x 144/9,73
= 10 x 14,79
= 147,9 inc x (0,08)2ft
= 0,95 unit koloni/jam/ft2
Media Agar PDA
Cawan I : 9 koloni
Cawan II : 9 koloni
Cawan III : 0 koloni
Penyelesaian:
Diketahui :
Luas cawan I dan II adalah 9,73 inch2
Cawan I dan II
Densitas bakteri = jumlah koloni 60 menit 144 inc 2 di udara per cawan PDA 30 menit luas cawan (inc2)
= 9 x 60/30 x 144/9,73
= 18 x 14,79 inc2
= 266,22 inc x (0,08)2ft
= 1,71 unit koloni/jam/ft2
B. Uji Sanitasi Lantai dan Meja dengan Metode Rodac
Media Agar PCA
Diketahui
Cawan I : 1 koloni
Jari-jari = 2,5 cm dan Luas lingkaran = 19,6 cm2
Penyelesaian :
Unit koloni = jumlah rata-rata 100 .Per 100 cm2 koloni percawan luas cawan (cm2)
= 1 x 100/19,6
= 5,09 cm2
Cawan II : 3 koloni
Jari-jari = 2,75 cm dan Luas lingkaran = 23,7 cm2
Penyelesaian :
Unit koloni = jumlah rata-rata 100 .Per 100 cm2 koloni percawan luas cawan (cm2)
= 3 x 100/23,7
= 12,6 cm2
Pembahasan
Dalam praktikum uji sanitasi udara dan ruangan ini kita melakukan 2 macam
pengujian yaitu uji sanitasi udara dan uji sanitasi meja atau lantai dengan menggunakan
metode rodac. Pada uji sanitasi udara kita menggunakan media NA dan PDA sedangkan
pada uji sanitasi meja atau lantai menggunakan media PCA.
Untuk pengenceran media agar NA dan PDA masing-masing dilakukan duplo dan
satu cawan lagi sebagai kontrol dengan pengenceran sebanyak 200ml. Uji coba ini
dilakukan di dalam ruangan kecil di laboratorium mikrobiologi dengan cara meletakkan
agar cawan dalam ruangan dalam keadaan terbuka dan biarkan selama 30 menit.
Kemudian cawan tersebut ditutup kembali dan di inkubasikan selama 2 hari pada suhu 30 0C dengan posisi terbalik. Pembalikkan posisi pada cawan pada saat di inkubasi ini
dimaksudkan agar mikroba yang telah ditangkap dapat tumbuh pada agar cawan. Karena
pada umumnya mikroba yang terdapat dalam udara bersifat ringan jadi dia dapat
mengapung di udara bebas. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari
pada cawan agar NA adalah Cawan I dan II terdapat 5 koloni yang tumbuh dan berwarna
putih, sedangkan pada cawan kontrol tidak ada bakteri yang tumbuh karena pada cawan
kontrol tidak dilakukan perlakuan yang sama. Perhitungan densitas bakteri yang
dihasilkan adalah 0,95 unit koloni/jam/ft2. Pada cawan agar PDA I dan PDA II terdapat 9
koloni berwarna putisedangkan pada cawan kontrol tidak ada. Perhitungan densitas
kapang dan khamir yang dihasilkan adalah 1,71 unit koloni/jam/ft2. Densitas mikroba di
udara adalah jumlah mikroba yang jatuh pada permukaan seluas satu kubik feet selama
satu jam. Jadi dari perhitungan densitas tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
kapang dan khamir jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri di udara.
Telah di jelaskan pada teori awal bahwa ”Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme
yang hidup di udara, karena organisme tidak dapat hidup dan terapung begitu saja di
udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara
mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu.” Jadi, walaupun udara tidak
mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan
dalam cuplikan udara (Volk & Wheeler, 1989).
Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau
beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain
dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.
Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari udara diatur oleh seperangkat rumit
keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan
suhu), ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu, serta ciri-ciri
mikroorganismenya terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer.
Jadi kapang dan khamir merupakan jenis mikroba yang tahan terhadap keadaan
kering sehingga dia bisa lebih lama hidup di udara. Spora kapang juga banyak terdapat di
udara karena mempunyai ukuran yang sangat kecil dan ringan tidak hanya itu spora
kapang juga sukar menjadi basah sehingga spora kapang ini walaupun terkena air tidak
cepat mengendap ke bawah. Sedangkan untuk spora bakteri biasanya terdapat di udara
dengan cara menempel pada benda padat seperti debu atau bisa juga ada di dalam droplet
air. Jadi sora bakteri jarang di temukan di ruangan yang bebas debu.
Uji sanitasi yang kedua adalah uji sanitasi meja dengan metode rodac dengan
menggunakan media agar PCA. Pada metode ini kita menggunakan 2 cawan yang
ukurannya berbeda. Cawan yang berukuran lebih kecil di isi media agar PCA sampai
pada permukaan penuh dan kemudian dimasukkan ke dalam cawan yang ukurannya lebih
besar. Tujuan pengisian media agar penuh pada cawan ini adalah supaya pada saat cawan
ditempelkan pada suatu bidang medianya dapat menempel pada bidang tersebut dan
dapat mengambil mikroorganisme yang terdapat pada bidang tersebut. Pengambilan
mikroorganisme pada meja ini dilakukan dengan posisi terbalik dengan agar berada di
posisi bawah kemudian di tekankan pada meja selama 4 detik. Setelah itu cawan
diletakkan kembali ke posisi semula dan dimasukkan ke dalam cawan yang lebih besar
dan ditutup kembali. Pengambilan mikroorganisme ini menggunakan 2 macam perlakuan
yaitu cawan I dengan uji meja menggunakan desinfektan yaitu alkohol cawan II adalah
uji meja yang tidak dibersihkan dengan menggunakan alkohol untuk menguji daya kerja
suatu desinfektan. Setelah di inkubasi selama 2 hari jumlah koloni yang tumbuh pada
Cawan I terdapat 1 koloni dan pada Cawan 2 terdapat 3 koloni dengan perhitungan
pertumbuhan unit koloni yaitu 5,09 cm2 dan 12,6 cm2. jumlah koloni yang hidup pada
meja yang tidak dibersihkan menggunakan alkohol lebih banyak dibandingkan dengan
meja yang telah dibersihkan dengan menggunakan alkohol. Jadi alkohol juga dapt
digunakan sebagai desinfektan untuk membunuh atau dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme
kontaminasi terbesar yang terdapat di udara adalah berupa kapang dan khamir. Karena
mikroorganisme ini mempunyai sifat yang tahan terhadap keadaan kering sehingga dia
lebih tahan lama untuk hidup. Selain itu kapang dan khamir mempunyai ciri ukuran yang
kecil dan ringan.
Daftar Pustaka
Anonim a. 2006. Pengantar Mikrobiologi, (Online),
Anonim b. 2007. Dunia Mikroba
Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Malang: Universitas Negeri Malang.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA.
Schlegel, Hans G, dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Terjemahan Tedjo Baskoro: Allgemeine Mikrobiologie 6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Thieman, William J, and Michael A. Palladino. 2004. Introduction to Biotechnology. New York: Benjamin Cummings.