14
1 UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL BERDASARKAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI SEBAGAI PREDIKTOR LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK RENAL CORTICAL THICKNESS MEASUREMENT BASED ON ULTRASONOGRAPHIC EXAMINATION AS THE PREDICTOR OF GLOMERULAR FILTRATION RATE ON THE CHRONIC RENAL DISEASE PATIENTS Kaharuddin*, Nurlaily Idris, Muhammad Ilyas, Frans Liyadi, Hasyim Kasim, Ilhamjaya Patellongi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan sebagai prediktor laju filtrasi glomerulus (LFG) pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2011. Sampel yang diambil sebanyak 94 pasien PGK yang tidak menjalani dialisis (62 laki-laki dan 32 perempuan, rerata umur 50 tahun). Kreatinin serum digunakan untuk menghitung LFG menggunakan rumus Cockcroft-Gault (CG). Pemeriksaan USG ginjal dilakukan oleh seorang pemeriksa dan hasilnya dinilai oleh dokter ahli. Pengukuran ketebalan korteks ginjal dilakukan pada bagian tengah ginjal pada potongan longitudinal, diukur dari puncak piramis tegak lurus ke arah kapsul. Dilakukan analisis statistik uji korelasi Pearson dan regresi linear serta uji perbedaan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tebal korteks ginjal = 6.30 mm (4.00 - 9.35 mm) dan rerata LFG = 50.43 ml/mnt (2.20 - 119.88 ml/mnt). Terdapat korelasi yang kuat antara ukuran ketebalan korteks ginjal dengan LFG (p < 0.0001, r = 0.91, r 2 = 0.83). Berdasarkan analisis regresi linear diperoleh persamaan regresi LFG = 24.112 (Tebal korteks) – 101.508 (SE 14.33). Persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi LFG dengan menggunakan ukuran ketebalan korteks ginjal. Uji perbedaan one way anova diperoleh perbedaan yang bermakna ukuran ketebalan korteks ginjal pada semua stadium PGK (p <0.0001, LSD p < 0.05). Kata kunci : ultrasonografi, korteks ginjal, Laju filtrasi glomerulus, Penyakit ginjal kronik ABSTRACT The research aimed at investigating wheather renal cortical thickness measurement based on ultrasonographic examination could be used as the predictor of golomerular filtration rate on patients with chronic kidney disease (CKD). From September to Desember 2011, 94 CKD patients who did not carry out the dialysis (62 men and 32 women, the average of 50 years old) were obtained. Serum creatinine was used to calculate GFR using the formula of Cockcroft-Gault (CG) equation. Renal USG examination was conducted by an examiner and the result was evaluated by a radiologist. The renal cortical thickness measurement was carry out on the kidney middle part over the longitudinal plane, measured from medullary pyramid perpendicular to the capsule. The statistic analyses of Pearson’s correlation, linear regression, and one way anova difference tests were conducted. The result of the research indicates that the average of renal cortical thickness is 6.30 mm (4.00 - 9.35 mm) and GFR average is 50.43 ml/mnt (2.20 - 119.88 ml/mnt). There is the significant correlation

UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

1

UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL BERDASARKAN PEMERIKSAAN

ULTRASONOGRAFI SEBAGAI PREDIKTOR LAJU FILTRASI GLOMERULUS

PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK

RENAL CORTICAL THICKNESS MEASUREMENT BASED ON ULTRASONOGRAPHIC

EXAMINATION AS THE PREDICTOR OF GLOMERULAR FILTRATION RATE

ON THE CHRONIC RENAL DISEASE PATIENTS

Kaharuddin*, Nurlaily Idris, Muhammad Ilyas, Frans Liyadi, Hasyim Kasim, Ilhamjaya Patellongi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan sebagai prediktor laju filtrasi glomerulus (LFG) pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2011. Sampel yang diambil sebanyak 94 pasien PGK yang tidak menjalani dialisis (62 laki-laki dan 32 perempuan, rerata umur 50 tahun). Kreatinin serum digunakan untuk menghitung LFG menggunakan rumus Cockcroft-Gault (CG). Pemeriksaan USG ginjal dilakukan oleh seorang pemeriksa dan hasilnya dinilai oleh dokter ahli. Pengukuran ketebalan korteks ginjal dilakukan pada bagian tengah ginjal pada potongan longitudinal, diukur dari puncak piramis tegak lurus ke arah kapsul. Dilakukan analisis statistik uji korelasi Pearson dan regresi linear serta uji perbedaan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tebal korteks ginjal = 6.30 mm (4.00 - 9.35 mm) dan rerata LFG = 50.43 ml/mnt (2.20 - 119.88 ml/mnt). Terdapat korelasi yang kuat antara ukuran ketebalan korteks ginjal dengan LFG (p < 0.0001, r = 0.91, r2 = 0.83). Berdasarkan analisis regresi linear diperoleh persamaan regresi LFG = 24.112 (Tebal korteks) – 101.508 (SE 14.33). Persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi LFG dengan menggunakan ukuran ketebalan korteks ginjal. Uji perbedaan one way anova diperoleh perbedaan yang bermakna ukuran ketebalan korteks ginjal pada semua stadium PGK (p <0.0001, LSD p < 0.05).

Kata kunci : ultrasonografi, korteks ginjal, Laju filtrasi glomerulus, Penyakit ginjal kronik

ABSTRACT

The research aimed at investigating wheather renal cortical thickness measurement based on ultrasonographic examination could be used as the predictor of golomerular filtration rate on patients with chronic kidney disease (CKD). From September to Desember 2011, 94 CKD patients who did not carry out the dialysis (62 men and 32 women, the average of 50 years old) were obtained. Serum creatinine was used to calculate GFR using the formula of Cockcroft-Gault (CG) equation. Renal USG examination was conducted by an examiner and the result was evaluated by a radiologist. The renal cortical thickness measurement was carry out on the kidney middle part over the longitudinal plane, measured from medullary pyramid perpendicular to the capsule. The statistic analyses of Pearson’s correlation, linear regression, and one way anova difference tests were conducted. The result of the research indicates that the average of renal cortical thickness is 6.30 mm (4.00 - 9.35 mm) and GFR average is 50.43 ml/mnt (2.20 - 119.88 ml/mnt). There is the significant correlation

Page 2: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

2

between renal cortical thickness measurement and GFR (p < 0.0001, r = 0.91 and r2 = 0.83). From the linear regression analysis, it is obtained that regression aquation of is GFR = 24.112 (cortical thickness) – 101.508 (SE 14.33) . The equation can be used to predict GFR by using renal cortical thickness measurement. The difference test of one way anova obtained the significat difference of the renal cortical thickness measurement on all stadia of CKD (p < 0.0001, LSD p < 0.05).

Key-words : ultrasonography, renal cortex, glomerular filtration rate, chronic kidney disease

PENDAHULUAN

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dunia

yang sering dihubungkan dengan resiko penyakit jantung dan kematian. Berbagai sumber

menyebutkan bahwa gagal ginjal terminal telah terjadi di seluruh dunia dengan biaya

pengobatan yang amat mahal.(1)

NHAHES III memperkirakan bahwa di USA prevalensi PGK pada orang dewasa

sekitar 11% (19,2 juta). Secara umum prevalensi PGK stadium I-IV meningkat dari 10% pada

tahun 1988-1994 menjadi 13,1% pada tahun 1999-2004. Peningkatan ini sebagian besar

disebabkan peningkatan prevalensi diabetes dan hipertensi , dimana keduanya merupakan

penyebab tersering penyakit ginjal kronik.(2)

Gagal ginjal terminal di Indonesia dan umumnya negara berkembang lainnya tidak

hanya merupakan aspek medik tetapi juga berpengaruh pada aspek psikososial dan ekonomi.

Hanya sebagian kecil (20-30%) pasien dengan gagal ginjal terminal yang mampu menjalani

hemodialisa dan terapi pengganti ginjal. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal

kronis termasuk pemeriksaan radiologi merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk

mengurangi populasi gagal ginjal terminal.(3)

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebagai salahsatu modalitas pemeriksan radiologi

merupakan metode yang bermanfaat untuk megevalusi ginjal pada pasien PGK. Parameter

sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks), kontur,

ekogenisitas kuantitatif, pelvokalises ginjal.(4,5)

Page 3: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

3

Secara umum telah diterima bahwa panjang ginjal berkorelasi dengan fungsi ginjal

pada pasien PGK, sehingga ukuran panjang bipolar ginjal hampir selalu dilaporkan pada

pemeriksan USG ginjal. Perubahan pada ketebalan korteks ginjal merupakan tanda penting

pada penyakit ginjal dan telah digunakan sebagai indeks untuk mengevaluasi ginjal sehat.(6)

Vehier et all telah melakukan penelitian tentang ukuran ketebalan korteks ginjal dengan

computed tomography (CT) scan pada pasien penyakit arteri renalis dengan hasil bahwa

ketebalan korteks ginjal merupakan parameter yang sensitif untuk dignosis dini penyakit arteri

renalis dibandingkan dengan ukuran panjang ginjal(7). Belan et all juga telah melakukan

penelitian mengenai ukuran ketebalan korteks ginjal pada pasien PGK dengan menggunakan

USG yang menunjukkan bahwa ukuran ketebalan koteks memiliki hubungan yang lebih

bermakna dengan LFG dibandingkan dengan ukuran panjang ginjal.(8) Penelitian ini bertujuan

untuk mengatahui apakah ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan USG dapat

dijadikan sebagai prediktor LFG pada pasien penyakit ginjal kronik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional untuk

melihat korelasi antara ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan USG dengan

laju filtrasi glomerulus serta untuk melihat perbedaan ukuran ketebalan korteks ginjal

berdasarkan stadium penyakit ginjal kronik.

Seleksi Pasien

Penelitian ini dilakukan di bagian radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

dari bulan September sampai dengan Desember 2011. Didapatkan sampel sebanyak 94

pasien PGK yang terdiri dari 62 laki-laki dan 32 perempuan.

Kriteria inklusi:

Page 4: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

4

1. Pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes

melitus, hipertensi, nefropati toksik, gangguan jaringan ikat dan penyakit sistemik

lainnya.

2. Tidak sedang menjalani dialisis

3. Umur 30 – 60 tahun

Kriteria eksklusi:

1. Pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi nefropati obstruktif.

2. Pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi penyakit ginjal herediter.

Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

Laju filtrasi glomerulus adalah kecepatan kerja penyaringan atau filtrasi glomerulus yang

dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

Laki-laki:

LFG = (140 – umur) X berat badan (kg)

72 X kreatinin serum(mg/dl)

Perempuan:

LFG = (140 – umur) X berat badan (kg) X 0,85

72 X kreatinin serum (mg/dl)

LFG dinyatakan dengan satuan ml/mnt/1,73 m2

Umur dalam tahun

Berat badan dalam kilogram

Kreatinin serum dinyatakan dalam satuan mg/dl.

Page 5: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

5

Penentuan Stadium Penyakit Ginjal kronik

Stadium penyakit ginjal kronik adalah pengelompokan penyakit ginjal kronik ke dalam

lima stadium berdasarkan LFG.

Derajat (stadium)

LFG (ml/mnt/1,73 m2)

Deskripsi

1

2

3

4

5

≥ 90

60 – 89

30 – 59

15 – 29

< 15

Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat

Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan

Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang

Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat

Gagal ginjal

Pemeriksaan Ultrasonografi Ginjal

Pasien menjalani pemeriksaan USG ginjal dengan menggunakan alat USG Acuson X300

transduser konveks frekuensi 3,5 MHz. Pasien posisi supine atau lateral dekubitus kanan

dan kiri kemudian dilakukan scanning longitudinal pada kedua ginjal, selanjutnya

dilakukan pengukuran ketebalan korteks pada daerah bagian tengah ginjal dalam satuan

milimeter. Pemeriksaan USG ginjal dilakukan oleh seorang pemeriksa dan hasilnya

dinilai oleh konsulen yang sama untuk setiap pemeriksaan.

Page 6: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

6

Gambar 1. Pengukuran ketebalan korteks ginjal.

Analisis Data

Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan variabel penelitian dan disajikan

dalam bentuk deskriptif. Dilakukan uji statistik korelasi Pearson dan regresi linear serta

uji perbedaan one way anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.0.

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini diperoleh 94 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik sampel

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin

KLP. UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSENTASE

31 – 40 10 6 16 17,02

41 – 50 25 12 37 39,36

51 – 60 27 14 41 43,62

JUMLAH 62 32 94 100

Berdasarkan tabel 2, subyek penelitian terbanyak berada pada kelompok umur 51 – 60 tahun

(43,62%) dan laki-laki (65,96%) lebih banyak dibanding perempuan (34,04%).

Page 7: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

7

Hasil perhitungan LFG dan pengukuran ketebalan korteks ginjal dengan USG dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi nilai LFG dan ukuran ketebalan korteks ginjal kanan, ginjal kiri dan rerata

kedua ginjal pada pasien PGK

N MINIMUM MAXIMUM MEAN SD

LFG 94 2.20 119.88 50.43 34.82

GINJALKANAN 94 3.90 8.90 6.23 1.30

GINJALKIRI 94 3.60 10.00 6.36 1.36

RERATA KEDUA GINJAL 94 4.00 9.35 6.30 1.31

Pada tabel 2 terlihat bahwa rerata LFG 50.434 ml/mnt/1.73 m2 (2.20-119.88 ml/mnt/1.73 m2),

rerata tebal korteks ginjal kanan 6.23 mm (3.9-8.9 mm), rerata tebal korteks ginjal kiri 6.36

mm (3,6-10 mm) dan rerata tebal korteks kedua ginjal 6.30 mm (4.0-9.35 mm).

Dilakukan uji statistik korelasi Pearson antara ukuran ketebalan korteks ginjal dengan LFG

dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Korelasi ukuran ketebalan korteks kedua ginjal dengan LFG pada pasien PGK

TEBAL KORTEKS (mm) LFG (ml/mnt/1.73 m2

r p

GINJAL KANAN

GINJAL KIRI

RERATA KEDUA GINJAL

0.9 < 0.0001

0.89 < 0.0001

0.91 < 0.0001

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna dengan tingkat korelasi kuat

antara ukuran ketebalan korteks ginjal kanan dengan LFG (p < 0.0001, r = 0.9) ukuran

Page 8: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

8

ketebalan korteks ginjal kiri dengan LFG (p < 0.0001, r = 0.89) dan ukuran ketebalan korteks

rerata kedua ginjal dengan LFG (p < 0.0001, r = 0.91).

Selanjutnya dilakukan analisis regresi linear antara ketebalan korteks rerata kedua ginjal dan

diperoleh korelasi yang kuat dengan nilai p < 0.0001 (r2 = 0.83), nilai konstanta (a) = -

101.508, koefisien arah regresi (b) = 24.112 dan estimasi standar error (SE) = 14.33.

Hasil analisis regresi linear dapat pula dilihat pada diagram berikut.

Gambar 1. Diagram garis regresi antara ketebalan korteks

kedua ginjal dan LFG pada pasien PGK

Berdasarkan analisis regresi linear, maka diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = variabel terikat yang diproyeksikan (LFG)

X = variabel bebas dengan nilai tertentu (tebal korteks ginjal (TK)

a = nilai konstanta (-101.508)

b = koefisien arah regresi (24.112)

Page 9: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

9

Sehingga persamaan tersebut menjadi:

LFG = -101.508 + 24.112 (TK) (SE 14.33) atau

LFG = 24.112 (TK) – 101.508 (SE 14.33)

Persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi LFG dengan menggunakan ukuran

ketebalan korteks rerata kedua ginjal berdasarkan pemeriksaan USG.

Berdasarkan Laju filtrasi glomerulus, dilakukan pengelompokan penyakit ginjal kronik

menjadi lima stadium. Hasil pengukuran ketebalan korteks kedua ginjal berdasarkan stadium

PGK dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi ukuran ketebalan korteks rerata kedua ginjal berdasarkan stadium

PGK

STADIUM

PGK N MEAN SD

95% CI

MINIMUM MAKSIMUM

LOWER UPPER

STADIUM 1

STADIUM 2

STADIUM 3

STADIUM 4

STADIUM 5

TOTAL

18

19

19

19

19

94

8.09e

7.07d

6.35c

5.49b

4.59a

6.30

.655

.485

.367

.489

.584

1.318

7.05 9.35 7.76 8.41

6.05 7.95 6.84 7.30

5.65 7.15 6.17 6.52

4.70 6.40 5.25 5.72

4.00 6.40 4.30 4.87

4.00 9.35 6.03 6.57

Anova p = 0.0001, superskrip pada kolom mean, berbeda secara bermakna dengan hasil uji

LSD p < 0.05.

Pada tabel 4 terlihat bahwa rerata tebal korteks kedua ginjal pada stadium 1 = 8.09 mm (7.05 -

9.35 mm), stadium 2 = 7.07 mm (6.05 - 7.95 mm), stadium 3 = 6.35 mm (5.65 - 7.15 mm),

stadium 4 = 5.49 mm (4.7 - 6.4 mm), stadium 5 = 4.59 (4.0 - 6.4 mm).

Dilakukan uji one way anova dan diperoleh nilai p < 0.0001 yang menunjukkan bahwa paling

tidak terdapat perbedaan ukuran ketebalan korteks rerata kedua ginjal yang bermakna pada

Page 10: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

10

dua kelompok stadium PGK. Selanjutnya dilakukan uji LSD, diperoleh nilai p < 0.0001 dan

CI 95% tidak mencakup angka nol pada semua kelompok data, dengan demikian ukuran

ketebalan korteks rerata kedua ginjal berbeda secara bermakna pada semua kelompok data

stadium PGK. Dengan demikian dapat ditentukan stadium PGK berdasarkan ukuran ketebalan

korteks rerata kedua ginjal dengan menggunakan nilai CI 95%.

Dilakukan uji statistik korelasi Pearson antara umur dengan LFG dan ketebalan korteks

rerata kedua ginjal, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Korelasi umur dengan ukuran ketebalan korteks rerata kedua ginjal dan LFG pada

pasien PGK

UMUR (TAHUN)

r p

LFG (ml/mnt/1.73m2) 0.217 -0.129

TEBAL KORTEKS RERATA KEDUA GINJAL (mm) 0.244 -0.121

Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara umur dengan LFG ( p = 0.217,

r = -0.129) maupun antara umur dengan tebal korteks rerata kedua ginjal (p = 0.244, r = -

0.121) pada pasien PGK.

PEMBAHASAN

Secara statistik studi ini memperlihatkan korelasi yang kuat antara ukuran ketebalan

korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan USG dengan LFG pada pasien PGK. Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vehier et al. menunjukkan bahwa

parameter korteks ginjal berdasarkan pemeriksan CT scan lebih sensitif dibanding ukuran

ginjal dalam diagnosis dini penyakit arteri renal. Beland at al. juga memperlihatkan hasil

penelitian yang sama, bahwa ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan USG

Page 11: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

11

(p=0.0001, r2 = 0.66) mempunyai korelasi yang lebih kuat dengan LFG dibandingkan dengan

ukuran panjang ginjal (p=0.005).

Oleh karena studi ini memperlihatkan korelasi yang kuat antara ukuran ketebalan

korteks ginjal berdasarkan pemeriksaan USG dengan LFG pada pasien PGK maka dilakukan

analisis regresi linear dan didapatkan persamaan garis regresi LFG = 24.112 (TK) – 101.508

(SE 14.33). Persamaan garis regresi ini dapat dipakai untuk menentukan LFG pada pasien

PGK berdasarkan ukuran ketebalan korteks rerata kedua ginjal. Demikian halnya pada uji one

way anova dan LSD didapatkan perbedaan yang bermakna ukuran ketebalan korteks rerata

kedua ginjal pada semuam stadium PGK, sehingga ukuran ketebalan korteks rerata kedua

ginjal dapat digunakan untuk menentukan stadium PGK.

Pemilihan daerah pengukuran ketebalan korteks ginjal pada bagian tengah ventral

ginjal dilakukan dengan alasan bahwa pengukuran pada daerah ini lebih mudah dilakukan.

Pasien PGK yang menjalani dialisis juga dieksklusi pada penelitian ini. Hal ini dilakukan

untuk menghindari bias nilai kreatinin serum akibat dialisis.

Secara teori penurunan normal rerata LFG berdasarkan umur dari nilai LFG sekitar

120 ml/mnt/1.73 m2 terjadi pada dekade ketiga dengan penurunan sekitar 1 ml/mnt/tahun/1.73

m2 dan mencapai nilai 70 ml/mnt/1.73 m2 pada usia 70 tahun. Pemeriksaan histologi

menunjukkan penurunan jumlah glomerulus sebanyak 30-50% pada umur 70 tahun. Nyegaard

dan Bendtsen dalam penelitiannya tentang jumlah glomerulus pada sampel usia 35 sampai 59

tahun menemukan bahwa tidak terdapat korelasi antara jumlah golomerulus dengan umur.

Adibi at al. dalam penelitiannya tentang ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan USG

pada pasien dewasa umur 20-50 tahun dengan fungsi ginjal normal menunjukkkan bahwa

tidak terdapat korelasi antara ukuran ketebalan korteks ginjal dengan umur (p=0.128, r=0.13).

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada sampel dengan rentang umur antara 30 sampai

60 tahun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara umur dengan

LFG dan antara umur dengan ukuran ketebalan korteks ginjal.

Page 12: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

12

Dalam satu ginjal terdapat sekitar satu juta nefron, tiap ginjal berkontribusi terhadap

total LFG. Pada penyakit ginjal kronik terjadi dekstruksi progresif nefron. Ginjal

mempertahankan LFG dengan cara hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi dari nefron yang

sehat. Adaptasi nefron ini bertujuan mempertahankan bersihan plasma normal. Peningkatan

serum plasma ureum dan kreatinin yang signifikan terjadi jika total LFG menurun 50%.

Peningkatan kreatinin plasma dari nilai dasar 0.6 mg/dl sampai 1.2 mg/dl pada pasien,

meskipun masih dalam batas rentang nilai normal sudah menunjukkan kehilang 50 % massa

nefron. Kompensasi hiperfiltrasi dan hipertrofi glomerulus menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler yang menyebabkan kerusakan kapiler dan selanjutnya terjadi glomerulosklerosis

fokal dan segmental dan akhirnya glomerulosklerosis difus. Keller et al. dalam penelitiannya

menemukan bahwa jumlah glomerulus lebih rendah (46.6%) pada pasien hipertensi

dibandingkan dengan pasien normotensi. Sarah et al melakukan studi meta-analisis

menemukan 70% resiko relatif kejadian PGK pada pasien berat badan lahir rendah (BBLR).

Pasien PGK biasanya asimptomatik, sampai pada LFG 60% pasien masih belum

merasakan keluhan tapi sudah terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, sampai

pada LFG 30% mulai terjadi keluhan yang nyata pada pasien. Terdapat bukti bahwa

penanganan yang baik pasien PGK dapat mencegah atau memperlambat progresifitas

penyakit, mengurangi resiko timbulnya komplikasi dan resiko penyakit kardiovaskuler.

Namun demikian, oleh karena gejala klinik pasien PGK kurang spesifik maka pasien dengan

PGK sering tidak terdiagnosis atau diagnosis ditegakkan saat pasien sudah berada pada

stadium lanjut. Oleh karena itu deteksi dini pasien PGK sangat diperlukan. Diharapkan hasil

penelitian ini dapat membantu dalam diagnosis dini pasien PGK.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan asosiatif yang sangat kuat antara ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan

pemeriksaan USG dengan laju filtrasi glomerulus, menurunnya ukuran ketebalan korteks

ginjal sesuai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus sehingga ukuran ketebalan korteks

Page 13: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

13

ginjal dapat digunakan sebagai prediktor dalam menentukan laju filtrasi glomerulus pada

pasien penyakit ginjal kronik. Adapun persamaan yang digunakan untuk memprediksi laju

filtrasi glomerulus dengan menggunakan ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan

pemeriksaan USG yaitu:

LFG = 24.112 (TK) – 101.508 (SE 14.33).

2. Ada perbedaan ukuran ketebalan korteks ginjal berdasarkan stadium penyakit ginjal kronik

sehingga ukuran ketebalan korteks ginjal dapat digunakan untuk menentukan stadium PGK

berdasarkan nilai 95% convidence interval.

SARAN

1. Ukuran ketebalan korteks ginjal pada pemeriksaan USG perlu dilaporkan khususnya

pada pasien penyakit ginjal kronik.

2. Pada fasilitas kesehatan yang belum mempunyai laboratorium untuk pemeriksaan

ureum dan kreatinin, ukuran ketebalan korteks berdasarkan pemeriksaan USG dapat

dijadikan sebagai prediktor laju filtrasi glomerulus.

REFERENSI

1. Wilson LM. Gagal ginjal kronik. Dalam: Anderson S, Wilson LM, editors. Patofisiologi

konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC; 2003: 912-63.

2. Arora P, Verelli M. Chronic renal failure. 2010. [cited 02 Agustus 2010]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview.

3. Sukendar E. Nefrologi klinik. Edisi III Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII), Bagian Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS.dr.Hasan Sadikin; 2006: 11-16, 465-524.

4. Tuma J, Trinkler F, Zat`ura F, Novakova B. Genitourinary ultrasound. In: Dietrich CF editor.

EFSUMB-European course book. [cited 17 Juli 2011]. Available from:

http://www.efsumb.org/ecb/ecb-ch09-urogenital.pdf.

Page 14: UKURAN KETEBALAN KORTEKS GINJAL …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/fc00b610e5df199dbb174fcc453b93d8.pdf · sonografi yang dapat dievaluasi adalah ukuran (termasuk ketebalan korteks),

14

5. Emamian SA, Nielsen MB, Pedersen JF, Ytte L. Kidney dimensions at sonography:

correlation with age, sex and habitus in 665 adult volunteers. AJR 1993. 160: 86-86 [cited 05

Juni 2011]. Available from: http://www.ajronline.org/cgi/content/160/1/83.pdf.

6. Adibi A, Naini AE, Salehi H, Matinpour M. Renal cortical thickness in adult with normal

renal fungtion measured by ultrasonography. Iran J Radiol 2008. 5(3): 163-166. [cited 18 Juli

2011]. Available from: http://www.sid.ir/en/VEWSSID/J_pdf/98020080308.pdf.

7. Beland MD, Walle NL, Machan JT, Cronan JJ. Renal cortical thickness measured at

ultrasound: is it better than renal length as an indicator of renal function in chronic kidney

disease?. AJR 2010; 195: 146-149. [cited 18 Juni 2011]. Available from:

http://www.ajronline.org/cgi/content/195/2/W146.full

8. Vehier CM, Lions C, Devos P, Jaboureck O, Willoteaux S, Carre A et all. Cortical thickness:

an early morphological marker of atherosclerosis renal disease. Kidney international. 2002.

Vol 1: 591-598. [cited 18 Juli 2011]. Available from:

http://www.nature.com/ki/journal/v61/n2/pdf/4492777a.pdf.

*Penulis : Perumahan Bumi Tamalanrea Permai Blok B. No.30

Email : [email protected]