39
UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DALAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN MIRZA INDRAJANTI S. NPM: 1006732723 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KEDOKTERAN JAKARTA DESEMBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

UNIVERSITAS INDONESIA

SIMULASI DALAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN

MIRZA INDRAJANTI S.

NPM: 1006732723

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM STUDI MAGISTER

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

JAKARTA

DESEMBER 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

DAFTAR ISI

Halaman

Judul i

Daftar isi ii

Daftar tabel iv

Daftar singkatan v

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Definisi 4

2.2. Klasifikasi simulator 5

2.3. Penerapan berbagai teori pendidikan 8

2.4. Peran wawancara singkat dan umpan balik 13

2.5. Penerapan dalam praktik 15

2.6. Keterbatasan simulasi 20

2.7. Keuntungan simulasi 21

2.8. Masa depan simulasi 21

2.9. Perkembangan staf pengajar 22

2.10. 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik 23

2.11. Simulasi pelatihan patient safety 26

ii

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.12. Pendidikan kedokteran berbasis simulasi 29

BAB III. PEMBAHASAN 31

3.1. Kegunaan simulasi dalam pendidikan kedokteran 31

3.2. Rencana simulasi di FK UKRIDA 31

BAB IV. PENUTUP 32

4.1. Simpulan 32

4.2. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

iii

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi simulator 5

Tabel 2.2. Beberapa ciri simulasi medis dan praktik terbaik 23

iv

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

DAFTAR SINGKATAN

S1 = strata satu

S2 = strata dua

CME = Continuing Medical Education

IV = Intra Venous

METI = Medical Education Technologies Inc adult and paediatric simulators

ANTS = Anaesthetic Non Technical Skills

BEME = Best Evidence Medical Education

SBME = Simulated Based Medical Education

ACGME = Accreditation Council for Graduate Medical Education

ICU = Intensive Care Unit

STEPPS = Strategies and Tools to Enhance Performance and Patient Safety

OSCE = Objective Structured Clinical Examination

PBLI = Practice-Based Learning and Improvement

SBP = System-Based Practice

CSC = Central Simulation Committee

GME = Graduate Medical Education

NICU = Neonatal Intensive Care Unit

v

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Simulator dalam kedokteran adalah alat pendidikan yang digunakan dalam

konteks yang luas dari pendidikan kedokteran. Dalam kegiatan pendidikan, simulator

kedokteran adalah menggunakan alat-alat bantu simulatif yang digunakan para dokter

pendidik untuk menyampaikan pesan yang terdapat pada skenario klinis.

Perlengkapan simulasi digunakan sebagai alternatif dari pasien sebenarnya dan

memudahkan pendidik untuk mengawasi secara optimal sebelum dipilihnya skenario

klinis, tanpa risiko yang menyulitkan atau aspek berbahaya lain yang ditemukan pada

pembelajaran dengan pasien sebenarnya. Simulator kedokteran pada bedside teaching

bernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan

kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis yaitu menggunakan foetal model

dan pelvis untuk melatih para bidan. Penggunaan Resusci Anne dalam pelatihan resusitasi

standar dengan membuat manikin sederhana yang disediakan, biaya murah, praktis dan

efektif. Simulator pasien Sim-One membantu keterampilan dalam anestesi yaitu

memasukkan endotracheal tubes. Barrows memperkenalkan pasien simulasi, memberikan

pengawasan, pengalaman praktik simulasi pada para mahasiswa 2

.

Simulasi menjadi komponen yang banyak diperlukan pada pendidikan kedokteran dan

program-program pelatihan. Simulasi penting dalam pendidikan kedokteran yang akan

dibahas mencakup 4 hal utama yaitu 2:

- definisi dan klasifikasi

- penerapan dari berbagai teori pendidikan

- peran wawancara singkat dan umpan balik

- penerapan dalam praktik

1

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Hal-hal lain yang dibahas adalah:

- Keterbatasan simulasi

- Masa depan simulasi

- Perkembangan staf pengajar 3

- Keuntungan simulasi 3

- 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik 4

Keterampilan yang dibutuhkan seorang dokter dibagi dalam tiga area yang berbeda yaitu:

(a). keterampilan yang berpusat pada pasien, (b). keterampilan yang berpusat pada proses,

(c). keterampilan yang berpusat pada lingkungan 5. Keterampilan yang berpusat pada

pasien berhubungan langsung dengan pelayanan pasien secara individual dan meliputi

keterampilan pengumpulan data (anamnesis dan pemeriksaan fisik), keterampilan

komunikasi, keterampilan antar perorangan, dan keterampilan teknis. Pelaksanaan

keterampilan tersebut digabung dengan sound knowledge base dan kemampuan penalaran

klinis biasanya menghasilkan diagnosis dan penanganan pasien yang berhasil.

Keterampilan yang berpusat pada proses yaitu dokter praktik berhasil di lingkungan lokal

mereka dan meliputi information management skills, teamwork skills, patient advocacy

skills, dan self-directed learning skills. Keterampilan yang berpusat pada lingkungan yaitu

dokter berhasil dalam budaya ilmu kedokteran, lingkungan praktik medis yang lebih luas

dan meliputi business skills, administration skills, leadership skills. Program pendidikan

kedokteran S1, secara umum memusatkan lebih banyak pada keterampilan yang berpusat

pada pasien dan proses, lebih sedikit pada keterampilan yang berpusat pada lingkungan.

Kebutuhan yang lebih mengutamakan keterampilan yang berpusat pada lingkungan

meningkat pada dokter yang membedakan dan memperluas peran mereka dalam komunitas

kedokteran yang lebih luas 5

2

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

1.2. Tujuan

Tujuan dari simulasi dalam pendidikan kedokteran antara lain untuk: -

keamanan pasien yaitu mengurangi komplikasi pada pelayanan pasien sebenarnya,

dalam hal ini misalnya vena sentral dan temporary hemodialysis catheter insertion,

thoracentesis, endoscopy, advanced cardiac life support, difficult delivery dan

laparoscopic surgery.

- Mengurangi efek kesalahan administrasi pengobatan: kesalahan terjadi karena

kurangnya penyebaran informasi obat.

- Menginformasikan kegiatan Continuing Medical Education (CME): memperbaiki

performa yang buruk dan untuk melihat apakah sudah ada perbaikan. Jika performa

tidak baik dalam lingkungan simulasi maka tidak mungkin melaksanakan performa

dengan baik dalam kasus sebenarnya 6.

3

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

- Simulasi adalah teknologi lanjut yang menciptakan kembali pengalaman klinis seperti

yang ditemukan dalam kenyataan. Simulator pasien yang selanjutnya dikontrol

komputer. Simulasi tidak hanya berpusat pada teknologi secara eksklusif atau performa

psikomotor; tetapi meliputi perspektif yang luas, penggabungan domain kognitif dan

afektif. Simulasi meliputi range teknik yang luas dan mendekati dapat dipakai para

mahasiswa pada semua tingkat senioritas, dari pemula sampai pakar 2

.

- Simulasi merupakan alat pembelajaran yang sangat berperan, sering digunakan untuk

mendukung pengajaran di pusat keterampilan klinis. Simulasi tidak hanya bergantung

kepada keadaan yang dibuat tetapi pada terlibatnya mahasiswa. Pada pendidikan

pelayanan kesehatan simulasi dianggap sebagai alat untuk menciptakan klinis yang

sebenarnya tanpa membahayakan pelayanan pasien. Dalam menciptakan simulasi

dibutuhkan semua domain pembelajaran (kognitif, afektif dan psikomotor) yang

dipertimbangkan dalam rekonstruksi 3.

- Modalitas simulasi terdiri atas dua macam yaitu modalitas teknik rendah dan teknik

tinggi. Modalitas simulasi teknik rendah tidak dikendalikan dengan komputer dan

dipakai sebagai contoh berbagai tujuan pendidikan. Modalitas ini menggambarkan alat-

alat simulasi tradisional yang sudah digunakan beberapa tahun dalam pendidikan

kedokteran. Model simulasi teknik rendah digunakan untuk pelatihan keterampilan

klinis dasar. Modalitas simulasi teknik tinggi dikendalikan dengan komputer,

menggunakan teknologi hardware dan software tingkat lanjut untuk meningkatkan

kenyataan pengalaman simulasi dan meningkatkan validitas alat-alat pelatihan anatomi

dan fisiologi 1.

4

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.2.Klasifikasi simulator

Tabel 2.1. Klasifikasi simulator *

No Jenis simulator Contoh

1. Part-task trainers -Venepuncture arms, arterial arms

- Male and female pelvic models

- Skin and tissue jigs for injection and

suture practice

2. Computer-based systems -Emergency medicine (Microsim,

Laerdal)

- Anesoft-range of modules including

anaesthesia simulator

- Haemodynamic simulator

- Critical care

- Bioterrorism

3. Virtual reality and haptic systems:

- Precision placement

- Venepuncture trainer

- IV Cannulation

-Simple manipulation - Endoscopy trainer

- Ultrasound trainer

-Complex manipulation - Minimally invasive surgery

- Complex surgical procedures

4. Integrated simulators:

- Instructor-driven simulators

- Sim Man

-Model-driven simulators - METI (Medical Education

Technologies Inc adult and paediatric

simulators)

5. Simulated patients

6. Simulated environment -Simulated wards, operating rooms,

intensive care, etc.

______________________________________________________________________

*Dikutip dari Kneebone, Maran dan Glavin tanpa modifikasi

5

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Arti/kegunaan:

2.2.1.Part-task trainers

Part-task trainers sering digunakan untuk mengajar dan belajar keterampilan

psikomotor, prosedural dan teknis. Biasanya untuk mengembangkan penguasaan

keterampilan-keterampilan tersebut dalam pendidikan.

2.2.2.Computer-based systems

Sistem berbasis komputer ini bermakna mengembangkan simulasi berbasis

komputer. Mahasiswa diberikan materi-materi yang berhubungan dengan ilmu

dasar yang dapat ditingkatkan dan dapat berkembang pada tahap selanjutnya.

Program tersebut memastikan mahasiswa menerima umpan balik yang sesuai untuk

meningkatkan pembelajarannya. Sejumlah program yang sudah diproduksi

meliputi model fisiologi. Beberapa memberikan umpan balik dalam kemampuan

memberi keputusan dan performa pemakainya. Contohnya MicroSim Laerdal dapat

digunakan untuk meningkatkan kurikulum pelayanan kegawatdaruratan.

2.2.3.Virtual reality and haptic systems

Virtual Reality didefinisikan sebagai sistem yang memungkinkan satu atau lebih

pengguna untuk bergerak dan bereaksi terhadap lingkungan komputer simulasi 1.

Sistem virtual reality membangkitkan bayangan yang mewakili sasaran atau

lingkungan dengan pengguna yang mempengaruhi dan meresponi tindakan-

tindakan itu. Sistem haptic memberikan sensasi kinestetik dan taktil. Kedua

pendekatan ini dikombinasi untuk memberikan pelatihan keterampilan dasar seperti

venepuncture, keterampilan khusus seperti prosedur endoskopi, laparoskopi dan

endovaskular. Beberapa sistem simulasi dapat juga membangkitkan data pengguna,

yang dapat disajikan sebagai umpan balik yang rinci pada catatan rekaman yang

sedang berlangsung 2. Simulasi virtual reality digunakan lebih banyak daripada

6

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

pelatihan umum dan penilaian, memberikan kesempatan untuk repetisi

menyesuaikan pasien dan perencanaan intervensi. Repetisi pasien spesifik virtual

reality suatu instrument ideal untuk memudahkan dan meningkatkan patient safety

selama pelatihan residen 1,2,7

.

2.2.4.Integrated simulator models

Model simulator terintegrasi menggabungkan sebagian atau seluruh tubuh manikin

dengan komputer yang mengontrol model fisiologi dan hasilnya terdapat pada

monitor berupa gambar grafik. Simulator terintegrasi dibagi dalam dua subgroup

yaitu model-driven simulators dan instructor-driven simulators. Model-driven

simulators disebut juga hi-fidelity simulatrors, dibentuk oleh model fisiologi dan

farmakologi yang secara langsung mengontrol respons manikin untuk intervensi

dan pengobatan. Contoh: Simulator METI (Medical Education Technologies Inc)

anak dan dewasa yang mempunyai parameter 100 kemampuan perubahan untuk

menciptakan respon pasien terhadap penyakit dan pengobatan. Hi-fidelity

simulators biasanya membutuhkan fasilitas pendidikan, staf pengajar dan dukungan

teknik khusus. Instructor-driven atau intermediate fidelity simulators berespons

terhadap intervensi instruktur, juga secara langsung melalui keyboard komputer

atau algoritma komputer tertulis. Instructor-driven atau intermediate fidelity

simulators kurang intensif dibandingkan hi-fidelity simulators dan secara luas

digunakan oleh pusat-pusat keterampilan dan simulasi 1,2

2.2.5.Simulated patient

Pemakaian istilah pasien standar dan pasien simulasi sering tertukar. Barrows

mendefinisikan pasien simulasi adalah orang sehat yang dilatih meniru pasien yang

sakit dalam cara terstandar. Pasien simulasi banyak digunakan dalam pendidikan

kedokteran untuk pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Pasien simulasi

dilibatkan dalam pengajaran sejumlah domain, termasuk keterampilan komunikasi

dan konsultasi, pemeriksaan fisik, keterampilan prosedural non invasif dan

penilaian profesionalisme.

7

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Pasien simulasi membutuhkan pelatihan,

jadwal sesi pelatihan yang disesuaikan dengan program pelatihan mahasiswa dan

kebutuhannya. Pasien simulasi dibutuhkan untuk memberikan umpan balik kepada

mahasiswa atau berpartisipasi dalam penilaian skenario pelayanan kesehatan yang

kompleks sehingga membutuhkan pelatihan lebih dari satu sesi. Database dapat

digunakan untuk mengelola bank pasien simulasi secara efektif. Hal ini membutuhkan

investasi waktu, sumber daya dan biaya yang tinggi. Perkembangan naskah untuk

pelatihan pasien simulasi digunakan untuk mendukung tujuan pembelajaran yang lebih

luas. Bagaimanapun juga beberapa tanda-tanda fisik dan keadaan tidak dapat ditiru dan

beberapa pasien tidak dapat menggantikan pengalaman klinis secara langsung 1,2

. Jadi

pada pasien simulasi dengan penemuan fisik yang stabil, mahasiswa tidak dapat

mengenali penemuan fisik yang tidak normal 5.

2.2.6.Simulated environment

Perkembangan pusat keterampilan klinis dan simulasi memberikan derajat pengaturan

klinis yang bervariasi. Dalam kejadian-kejadian ini penerapan kebenaran kontekstual

memfasilitasi pemindahan ke dunia sebenarnya. Pengaturan klinis yang sebenarnya

merupakan tempat yang lebih baik untuk pembelajaran. Keuntungan dari fasilitas

pendidikan adalah akses untuk pendidikan tambahan dan sumber audio-visual 1,2

2.3.Penerapan berbagai teori pendidikan

2.3.1. Behaviourism

Dalam pelatihan simulasi, umpan balik digunakan secara luas untuk menghasilkan

perilaku baru. Simulasi juga mengizinkan ‘pembelajaran berlebihan’ dalam arti

membentuk perilaku otomatis. Contohnya pendekatan beberapa ahli perilaku dalam

simulasi adalah ‘keterampilan dan berlatih’ pelatihan resusitasi pada program S1 dan S2 2.

8

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.3.2. Cognitivism

Cognitivism dijelaskan oleh Piaget dan Bruner bahwa mahasiswa mengembangkan

ide baru, membangun, hipotesis dan memutuskan berdasarkan interaksi dengan

dunia dan pengetahuan sebelumnya sebagai proses mental internal. Pembelajaran

adalah mengasimilasi (pengalaman mencocokkan struktur yang ada dan

menambahkan ke badan contoh) atau menampung (pengalaman tidak

mencocokkan struktur yang ada, yang harus diubah untuk digabungkan dengan

pengetahuan baru) ke dalam struktur kognitif yang memberikan arti dan pengaturan

pengetahuan. Dalam konteks simulasi, tutor dapat membantu memfasilitasi

pembelajaran mahasiswa dengan membentuk prekonsepsi mereka, menyajikan

konflik kognitif, menggambarkan perhatian pada ketidaksesuaian antara harapan

mahasiswa dengan pengalaman pada suatu peristiwa, bertanya dan keterlibatan

dalam dialog untuk menyiapkan mahasiswa menerima berbagai ide baru, mengajar

berbagai ide baru dan memperhatikan cara mereka adalah lebih baik daripada

struktur pengetahuan mahasiswa sebelumnya 2.

2.3.3. Social constructivism

Menurut Vygotsky, social constructivism menekankan interaksi sosial sebagai arti

pembelajaran. Bahasa dan kebudayaan dianggap sebagai pusat perkembangan

intelektual manusia. Pengetahuan dibangun sebagai fenomena sosial. Tutor dapat

bekerja secara kolaboratif untuk mendukung perkembangan mahasiswa dan dalam

waktu bersamaan menghilangkan dukungan yang mendorong kebebasan. Sebagai

contoh, pada diskusi hal yang utama dan munculnya masalah, tutor menengahi

interaksi sosial. Constructivism membutuhkan lingkungan pembelajaran yang

aman, tidak terjadi keadaan memalukan yang berisiko pada pasien 2.

2.3.4. Situated learning and cognitive apprenticeship

Lave dan Wegner memperkenalkan istilah ‘partisipasi perifer yang sah’,

menggambarkan posisi mahasiswa dalam suatu komunitas praktik.

9

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Pembelajaran digambarkan sebagai hasil kegiatan, kebudayaan dan konteks

(interaksi sosial di tempat kerja). Sebagai mahasiswa pindah dari perifer menuju ke

pusat, mereka menjadi lebih aktif dilibatkan dan bersosialisasi (menerima

keyakinan dan perilaku) dan melakukan peran lebih senior dan pakar. Proses ini

sering tidak sengaja tetapi evolusioner. Dalam hubungannya dengan model, Collins

et al mengembangkan konsep masa belajar kognitif, yang proses dari tugas

diidentifikasi dan dibuat terlihat, tugas-tugas abstrak dibuat dalam konteks

pengaturan asli; keadaan diubah-ubah untuk menekankan awam; pemindahan

pembelajaran diajukan, melalui proses:

modelling

coaching

scaffolding

articulation

reflection

exploration/transferability

Pendekatan masa belajar kognitif dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan

praktik sebelumnya kepada integrasinya, penerapan dan pemindahan ke lingkungan

klinis, yang keadaan pembelajarannya merupakan paradigma lebih tepat dalam

lingkungan tempat kerja yang mahasiswa junior akan semakin bertambah menjadi

bagian dari tim selama masa klinik dan pembelajarannya akan bermanfaat dari

sosialisasinya 2.

2.3.5. Experiential learning

Kolb mendefinisikan experiential learning, memberikan contoh yang berguna untuk

pelatihan simulasi. Pengalaman memberikan motivasi utama untuk pembelajaran dan

pengetahuan baru dibentuk dari refleksi.

10

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Contoh pembelajaran dari pengalaman meliputi pengalaman nyata (apprehension) dan

konseptualisasi abstrak (comprehension) yaitu pengalaman yang dirasakan, dan

refleksi kritis (intension) dan percobaan aktif (extension) yaitu perubahan bentuk

pengalaman. Melibatkan mahasiswa dalam pelatihan pelayanan kesehatan

menggunakan simulasi memberikan kenyataan yang sesuai dengan pengalaman

mahasiswa dan waktu untuk menganalisis dan menginterpretasikan kekuatan skenario

yang berbeda dan hasilnya. Experiential learning process menggunakan teknik

simulasi mengizinkan mahasiswa untuk merefleksikan secara kritis bagaimana mereka

merasakannya selama pelatihan. Mereka dapat mulai merumuskan konsep dan

hipotesis mengenai pengalaman melalui diskusi dan refleksi individu. Percobaan

selanjutnya dengan bentuk konsep baru dan pengalaman dapat menimbulkan refleksi

lebih lanjut pada percobaan. Dengan cara ini, simulasi memberikan kesempatan yang

aman untuk mengalami pelayanan kesehatan, tanpa pasien 2.

2.3.6. Reflective and transformative learning

Konsep kerja dari Schon adalah reflection-in-action (thinking on your feet) dan

reflection-on-action (evaluating after the event). Reflection-in-action terjadi selama

suatu peristiwa; waktu yang sedikit diberikan atau tersedia dan mengingat refleksi

mungkin terbatas, tetapi pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang digambarkan

di atas dan diterapkan (hampir secara eksperimen) di dalam content suatu keadaan

yang tidak terduga, sudah menambah kayanya pengalaman di tempat. Reflection-on-

action adalah lebih tidak langsung dan formal; penulisan, perekaman dan pengingatan

kembali lainnya mungkin digunakan untuk menganalisis suatu peristiwa, tindakan dan

hasil. Pembelajaran transformatif meliputi rekonfigurasi berbagai ide, pengetahuan

dan makna yang distimulasi dengan proses refleksi kritis. Mahasiswa diberi

wewenang untuk mengenali dan menggabungkan pembelajaran baru sebagai miliknya.

Penggunaan rekaman video dalam pembelajaran keterampilan komunikasi adalah

contoh pendekatan pendidikan ini. Video dapat menghasilkan refleksi in- dan on-

action, dan melalui diskusi terfasilitasi sesudah peristiwa dapat menghasilkan suatu

11

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

restrukturisasi transformatif, perkembangan rencana tindakan dan tujuan pembelajaran

baru 2.

2.3.7.Activity theory

Menurut Vygotsky dan Cole, teori aktivitas berpendapat bahwa kesadaran

pembelajaran datang dari kegiatan. Kegiatan menunjukkan pembentukan perilaku

yang dibentuk masyarakat secara sadar. Kegiatan manusia adalah terstruktur, dinamis

dan mengatur sendiri, dimotivasi oleh kebutuhan dan sasaran. Kegiatan membentuk

tindakan motor dan mental diatur oleh tujuan secara sadar. Tindakan mereka

dilaksanakan melalui operasi yang bergantung kepada keadaan sistem (eksternal dan

internal). Interaksi yang kompleks tampaknya menjelaskan prinsip yang mendasar

bahwa pembelajaran, pengetahuan dan kegiatan pada hakekatnya berkaitan dan

pembelajaran adalah kegiatan yang dimediasi sosial. Hubungan antara sistem kegiatan

satu dan lainnya, contohnya lingkungan simulasi dan pengaturan klinis mungkin

membantu untuk mengerti masalah pokok mengenai transfer keterampilan dan

bagaimana pendidikan klinis diatur paling baik. Pengelolaan krisis sumber daya atau

pelatihan antar profesi akan membuat pendekatan pendidikan ini paling bermanfaat

dalam suatu pengaturan simulasi. Hal ini memungkinkan bekerjasama untuk melatih

lagi keterampilan mereka menggunakan hi-fidelity simulation untuk transfer

keterampilan ke dalam praktik klinis 2.

2.3.8.Models of expertise

Perkembangan keahlian dan dampaknya pada beberapa pelatihan simulasi juga

penting diketahui. Keahlian mungkin dianggap sebagai titik akhir dalam

perkembangan langkah-langkah keterampilan kognitif, psikomotor dan afektif.

Dreyfus bersaudara menggambarkan lima tingkat perkembangan keahlian dari

pemula sampai ahli/pakar, dan berbagai pengalaman dalam simulasi akan

dicontohkan menurut berbagai tingkat keahlian yang diharapkan mahasiswa 2.

12

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.4. Peran wawancara singkat dan umpan balik

2.4.1.Wawancara.

Staf pengajar mendapatkan keahlian dalam wawancara transparan berdasarkan

audiovisual. Staf pengajar menyampaikan pesan wawancara yang bernilai sebagai

keterampilan yang nantinya diberikan kepada mahasiswa untuk dilaksanakan dalam

praktik nyata 1.

2.4.2.Umpan balik dalam simulasi

Umpan balik adalah komponen yang perlu dalam simulasi – menutup lengkung

pembelajaran. Umpan balik mungkin intrinsik atau ekstrinsik. Menutut Laurillard

umpan balik intrinsik mengarah pada framework konvensional yang ditanamkan dalam

pengalaman pengajaran dan pembelajaran. Umpan balik ekstrinsik, biasanya tersedia

hanya sesudah peristiwa terjadi. Secara ideal mahasiswa harus dapat membandingkan

performa mereka dengan standar, dan dapat mendiagnosis kekuatan dan kelemahan

mereka sendiri. Suatu simulasi lingkungan pembelajaran mengizinkan kritik,

memberikan atmosfir kepercayaan dan mendorong keunggulan. Kebanyakan

mahasiswa menerima kesempatan untuk membicarakan kelebihan mereka dan area-

area untuk memperbaiki diri, untuk meningkatkan dampak pembelajaran dari peristiwa

simulasi, penting dengan umpan balik ekstrinsik 2,3

.

2.4.3.Pemberi umpan balik

Alat dapat juga berguna dalam konteks simulasi yang peristiwanya dilibatkan dalam

suatu tim. Umpan balik peer-group dapat memberikan perspektif realistis mahasiswa

pada performa standar. Simulator mereka dapat memberikan umpan balik segera

dengan mengumpulkan data peristiwa-peristiwa dan berinteraksi dan diambil melalui

monitor. Rekaman video peristiwa pembelajaran simulasi, apakah hi-fidelity scenario

atau simulasi lain yang dihadapi, juga memberikan kesempatan mahasiswa untuk

kemudian melakukan refleksi, walaupun mungkin umpan balik segera tidak lebih baik

dibandingkan umpan balik lisan seorang diri.

13

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Tutor dan fasilitator dapat memberikan umpan balik yang fokus utamanya pada bekerja

keras untuk praktik profesional yang lebih baik, dan pasien simulasi yang dilatih dapat

juga memberikan perspektif yang khas pada pembelajaran 2.

2.4.4.Tujuan umpan balik

Umpan balik memastikan bahwa mahasiswa jelas tentang tujuan pembelajaran yang

diharapkan, dapat mempunyai area performa yang jelas, diberikan waktu dan tempat

untuk membuat hubungan dengan pihak terkait dan dapat menyimpulkan secara umum

pelatihan apa yang mungkin dibutuhkan untuk waktu yang akan datang. Umpan balik

juga timbul dari kesadaran diri mahasiswa. Hal ini dapat membuat praktik menjadi

lebih baik dan diperbaiki oleh dorongan perubahan perilaku. Umpan balik menjadi

komponen integral dari proses pembelajaran dan dapat disamakan dengan proses

berpikir reflektif yang dibutuhkan untuk keamanan praktik klinik 2.

2.4.5.Proses umpan balik 2

Dalam beberapa peristiwa simulasi, terdapat empat tahap proses umpan balik yaitu:

1. Persiapan umpan balik:

Hal ini penting, ditujukan sebelum pelatihan simulasi. Mahasiswa dapat ditanya

untuk melengkapi kuesioner atau diskusi dalam kelompok kecil mengenai tujuan

pembelajaran untuk pelatihan simulasi. Proses ini membantu untuk menilai

pengetahuan sebelumnya atau pengalaman serupa, untuk memeriksa kesadaran

kompetensi dan kepercayaan diri mahasiswa, dan mengenali perhatian atau

kesulitan sebelumnya.

2. Menyajikan peran:

Selama simulasi mahasiswa melakukan peran kesehatan profesional memelihara

‘pasien’ (simulator) dalam keadaan percaya diri. Memberikan waktu untuk

menyajikan peran adalah penting untuk menunjukkan respons emosional

mahasiswa.

14

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Hal ini tidak akan mengurangi konsekuensi tindakan yang tidak tepat tetapi

membantu meningkatkan deep learning. Mahasiswa harus menyatakan dirinya

sebagai peserta didik yang belajar, bukan dokter atau profesional pelayanan

kesehatan yang bertanggung jawab untuk keamanan pasien. Perhatian terhadap

dampak emosional juga harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan

pengalaman pasien simulasi.

3. Umpan balik yang membangun:

Terdapat beberapa contoh umpan balik membangun yang sesuai dengan

pembelajaran dari simulasi. Kebanyakan dari hal ini memberikan tujuan umum

pembentukan pembelajaran dari performa yang sudah terjadi. Contoh: Pendleton’s

Rules dan Cambridge-Calgary method secara luas digunakan dalam pelatihan

keterampilan konsultasi, CORBS dari literatur supervise, GREAT suatu checklist

sederhana yang dikembangkan secara spesifik untuk wawancara sesudah pelatihan

dengan simulator.

4. Perenungan:

Pada tahap akhir ini fasilitator mendorong mahasiwa untuk menghubungkan apa

yang terjadi pada simulator dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya yang

sesuai dan memikirkan transfer pembelajaran ke tempat kerja – menyimpulkan

pembelajaran mereka sehingga dapat diterima dalam konteks yang berbeda.

2.5. Penerapan dalam praktik

2.5.1. Pengajaran dan pembelajaran keterampilan praktis

Pengetahuan tetap dibutuhkan untuk mendukung praktik walaupun komponen

pengajaran dari keterampilan praktik maupun pembelajaran lebih kompleks pada

keterampilan profesional dengan menggunakan simulasi. Terdapat kategori

pengetahuan, prosedural dan perorangan maka prosedural dan perorangan diperoleh

hanya melalui pengalaman dan refleksi baik pada simulasi maupun praktik sebenarnya.

15

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Gagne mendaftarkan tiga fase dalam rancangan pengajaran untuk pengajaran

keterampilan teknis:

1. Fase awal atau kognitif: secara sadar mengembangkan kebiasaan dengan petunjuk

dari fasilitator.

2. Fase intermediate atau asosiatif: komponen yang terpisah menjadi terintegrasi.

3. Fase akhir atau autonomous: keterampilan menjadi otomatis, memungkinkan

kegiatan kognitif lainnya untuk mencapai tujuan.

Studi menunjukkan bahwa masa praktik yang diselingi masa istirahat lebih efektif

dibandingkan praktik terus menerus. Contoh penerapannya yaitu pada Advanced

Trauma Life Support dan kursus Adavanced Life Support.

2.5.2. Cara mengajar prosedural teknis dan keterampilan psikomotor

- Demonstrasi keterampilan dalam waktu yang sebenarnya tanpa membicarakan dengan

mahasiswa.

- Mengulangi demonstrasi tetapi dengan menjelaskan apa yang sedang dilakukan dan

mengapa dilakukan ini.

- Mahasiswa bergiliran dengan tutor melakukan demonstrasi

-Mahasiswa melakukan demonstrasi, kemudian seluruh mahasiswa lainnya

mempraktikkannya.

2.5.3. Cara mengajar keterampilan untuk kelompok besar

- Menentukan dasar pembelajaran sebelumnya, keterampilan yang penting, konteks

yang akan diajarkan dan diterapkan.

- Tutor mendemonstrasikan dalam waktu sebenarnya tanpa penjelasan.

- Penjelasan dengan mengulang demonstrasi.

16

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

- Mempraktikkan di bawah supervisi dan umpan balik dari peer dan tutor.

- Praktik dengan tenang dan berhati-hati didorong pembelajaran mandiri dengan

penilaian peer dan umpan balik.

2.5.4. Memandu pelatihan berbasis simulasi yang efektif.

Salas et al memberikan blueprint sederhana tetapi efektif untuk pendekatan ini 1,3

:

- Mengerti mahasiswa akan kebutuhan yang dibutruhkan.

- Menanamkan ukuran performa teknis dan non teknis untuk individual dan tim.

- Memastikan umpan balik difasilitasi (misal: video) dan diberikan.

- Membuat skenario berdasarkan tujuan pembelajaran.

- Memandu praktik, termasuk kesalahan, dan memberikan sumber daya dan dukungan

untuk mencari perbaikan.

- Membuat sinergi antara content pakar (klinisi) dan proses pakar (ahli pendidikan).

- Mengevaluasi program pada semua tingkat hirarki Kirkpatrick.

2.5.5. Pembelajaran menggunakan skenario pasien

Perencanaan dan restrukturisasi diperlukan untuk pengembangan keberhasilan skenario

berbasis pasien. Skenario pasien dapat membentuk alat pengajaran yang berguna

dengan veriasi pengaturan pada semua tingkat simulasi yang kompleks. Dalam

pengajaran skenario pasien, khususnya pada penggunaan hi-fidelity simulators, umpan

balik sering berupa wawancara. Pengajaran skenario pasien terdapat dua unsur: aspek

klinis/teknis pelatihan dan keterampilan non teknis profesional. Framework yang

berguna sudah divalidasi untuk mendukung wawancara keterampilan non teknis seperti

framework the Anaesthetic Non Technical Skills (ANTS), dan lain-lain.

17

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.5.6. Pembelajaran menggunakan pengaturan pelayanan kesehatan yang berbeda

Simulasi yang menyajikan lingkungan pelayanan kesehatan sebenarnya adalah untuk

meningkatkan dan mengembangkan keterampilan non teknis, seperti prioritas

pengambilan keputusan dan kesadaran akan situasi, pengaturan anestesi dan melengkapi

teater operasi.

2.5.7. Pembelajaran menggunakan skenario tim

Terdapat beberapa contoh simulasi yang digunakan untuk memeriksa fungsi tim

pelayanan kesehatan seperti di Basel Swiss, suatu teater operasi digunakan untuk

menyajikan keadaan kegawatdaruratan kepada seluruh tim, rekaman video

memfasilitasi analisis performa tim, kepemimpinan dan pemeran, delegasi tugas,

komunikadi efektif dan umpan balik, menguji prosedur dan sistem organisasi,

memperbaiki pemahaman bagaimana tim dapat bekerjasama lebih baik dan mengapa

terjadi kesalahan. Contoh lain skenario tim simulasi ditemukan pada kedokteran

kegawatdaruratan, obstetri, pengelolaan pasien sakit akut, advanced cardiac life

support, pembelajaran tim trauma dan resusitasi neonatal, disiplin ilmu lainnya. Tim

dan pengajaran-pembelajaran berbasis simulasi antar profesional juga terjadi di strata

satu, sebagai contoh dalam keterampilan klinis, keterampilan komunikasi, resusitasi dan

masalah utama keamanan pasien.

2.5.8. Penilaian

Penilaian dengan penggunaan simulasi biasanya berpusat pada penilaian kompetensi,

oleh karena itu agar simulasi menjadi seasli mungkin maka penilaian memberikan

indikasi yang layak apakah seseorang mampu melakukan dalam praktik yang

sebenarnya.

Piramida Miller sering digunakan sebagai contoh penilaian kompetensi klinis dengan

empat tingkat penyajian yaitu ‘knows’, ‘knows how’, ‘shows how’ dan ‘does’. Simulasi

berada di puncak tingkat tiga dan mampu memberikan lingkungan untuk menguji

kemampuan klinis ‘shows how’.

18

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Penilaian formatif melalui wawancara dan umpan balik merupakan bagian integral

penilaian simulasi berorientasi klinis. Dalam penilaian sumatif high stakes simulator

mungkin digunakan dalam format Objective Structured Clinical Examinations atau

penilaian keterampilan klinis terstruktur. Mahasiswa berotasi melalui sejumlah station,

menghadapi pasien simulasi, simulator tugas per bagian (misal lengan venapungsi),

hasil dan pemetaan pasien simulasi, manikin resusitasi, simulasi berbasis komputer dan

simulator seluruh pasien biasanya akan diuji keterampilan psikomotor dan komunikasi.

Reliabilitas dan validitas tingkat tinggi dapat dicapai dalam ujian ini, checklist dan

global scales menunjukkan reliabilitas yang hampir sama. Hi-fidelity simulator untuk

menguji tingkat lebih tinggi dari keahlian di antara klinisi, menguji keterampilan

pengetahuan, prosedural dan psikomotor, membuat keputusan, tim kerja, perilaku

komunikasi dan profesional. Pada peniaian high stakes proses ujian harus dinilai dengan

ketat untuk menjaga reliabilitas dan validitas. Puncak piramida Miller ‘does’ dapat

dinilai melalui simulasi, tetapi dalam lingkungan praktik yang sebenarnya, misalnya

pasien simulasi yang sudah dilatih menyamar kemudian mengunjungi dokter praktik

dan menilai performa mereka.

2.5.9. Transferability

Kemampuan transfer dipengaruhi oleh pengajaran dan karakteristik mahasiswa

individual. Cara meningkatkan kemampuan transfer dipengaruhi oleh faktor-faktor di

bawah ini:

- Peran fasilitator atau tutor dalam masa pembelajaran yang meliputi simulasi adalah

penting untuk memastikan integrasi dan transfer melalui tindakan reflektif.

- Menempatkan pembelajaran dalam content.

- Mengadakan simulasi secara progresif dan lancar.

- Dalam masa pembelajaran dengan simulasi, komponen haptic simulator dapat

menambah nilai untuk ditransfer pada konteks pembelajaran.

19

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

- Keterampilan non verbal pasien simulasi, melebihi content tulisan mereka,

meningkatkan keterlibatan dengan mahasiswa.

Hasil deep learning membentuk kemampuan transfer.

- Rekreasi lingkungan klinis yang nyata memfasilitasi untuk ‘menghilangkan kesangsian’

dan membantu transfer kompetensi kepada performa.

- Menyusun pembelajaran untuk berpindah dari khusus ke umum pada akhir sesi

pembelajaran dengan menggunakan simulasi meningkatkan transfer.

- Memberi mahasiswa yang kurang pengalaman dengan tugas khusus yang sesuai di

tempat kerja dapat menguatkan pembelajaran dengan pengaturan simulasi.

- Membuat waktu sesi pembelajaran untuk mendorong penyamarataan di tempat kerja.

- Umpan balik penting untuk mahasiswa menyimpulkan secara umum pembelajaran

mereka untuk praktik yang akan datang.

- Memastikan fasilitas pembelajaran di tempat tertutup dalam konteks tempat kerja.

- Menghubungkan waktu simulasi dengan pengalaman tempat kerja 2.

2.6.Keterbatasan simulasi

Simulasi tidak pernah dapat menggantikan experiential learning asli dalam keadaan

sebenarnya dari praktik klinis. Simulasi bukan alat untuk menggantikan cara

pembelajaran yang lain, tetapi alat bantu yang kuat dan sangat berguna ketika

diintegrasikan sepenuhnya ke dalam kurikulum. Simulasi tidak dipandang terbatas pada

pelatihan tetapi meningkatkan semua aspek pendidikan profesional, khususnya

berhubungan dengan penalaran klinis dan keputusan profesional. Perencanaan

kebutuhan pembelajaran untuk mendukung perkembangan keterampilan adalah melalui

proses penerimaan yang berhubungan dengan peningkatan keaslian.

Dengan simulasi tidak dapat mengharapkan satu atau dua masa pengajaran dan

pembelajaran yang cukup untuk menghasilkan kompetensi atau keahlian.

20

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Mahasiswa tetap membutuhkan penerapan pembelajaran mereka dalam dunia nyata, di

bawah supervisi, menerima umpan balik sehingga dasar keterampilan mereka menjadi

digabungkan, diperhalus dan dapat menyesuaikan diri.

Beberapa mahasiswa mungkin membentuk zona nyaman dalam lingkungan simulasi

dan untuk menghindari tantangan tempat kerja klinis yaitu perilaku mencari simulasi,

mahasiswa membutuhkan dorongan dan dukungan untuk menempatkan pelajaran dari

simulasi ke dalam praktik di tempat kerja, dengan supervisi yang sesuai dan umpan

balik (perkembangan zona proksimal Vygotsky). Biaya tidak hanya berhubungan

dengan aspek teknologi tetapi juga pada infrastruktur fisik, perorangan dan asosiasi

biaya dengan program yang sedang berlangsung. Jadi bagaimanapun juga penting

untuk memastikan pendekatan biaya paling efektif yang digunakan untuk pembelajaran

dan untuk mengenali simulasi mungkin tidak selalu tepat 1,2

. Performa simulasi

samasekali tidak berkorelasi dengan performa pasien sebenarnya 5.

2.7.Keuntungan simulasi

Keuntungan simulasi meliputi 3:

Pengaturan standar.

Menciptakan keadaan pembelajaran yang berurutan dan terstruktur.

Mengamankan lingkungan pembelajaran dari kesalahan.

Mengizinkan untuk diberikan beberapa tugas.

Mendukung praktik dengan hati-hati.

Mengizinkan tugas terstruktur dan bertahap.

2.8.Masa depan simulasi

Simulasi membutuhkan lebih banyak bukti yang mendukung yang berhubungan dengan

efektivitas dan efisiensi dalam pendidikan kedokteran.

21

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Simulasi adalah sumber yang intensif dalam keuangan dan biaya tenaga kerja. Sesuai

dengan peningkatan profesional dan masyarakat pada keamanan pasien maka

perkembangan simulasi akan terus berlanjut menjadi bisnis yang luas setelah beberapa

tahun berikutnya 2.

2.9.Perkembangan staf pengajar

2.9.1.Pelatihan pelatih

Staf pengajar harus dilatih sebagai pelatih simulasi dan penilai melalui kursus

instruktur dan workshop penilai sebagai prasyarat program simulasi dalam pendidikan

kedokteran. Mereka harus mengembangkan keahliannya dalam ujian dan evaluasi

kompetensi klinis, performa dan karakteristik manusia. Kursus pelatih dapat

mengembangkan keahlian pendidik dalam multiple yang sesuai. Mengembangkan dan

menerapkan alat ujian inovatif dan evaluasi akan meningkatkan standar pendidikan

kedokteran 1.

2.9.2.Keahlian dalam ujian dan evaluasi

Pendidik perlu menggunakan simulasi untuk memperoleh pengetahuan dasar dan

pemahaman dalam prinsip dan metoda penilaian formatif dan sumatif. Selanjutnya

pendidik kedokteran penting ikut serta dalam badan psikometrik nasional dan

internasional untuk meningkatkan pemahaman penilaian domain, bersama-sama

mengembangkan alat penilaian baru dan meningkatkan tenaga pendidik untuk

mendapat sertifikasi.

2.9.3.Penelitian dan perkembangannya

Simulasi merupakan lingkungan yang banyak dapat dilakukan penelitian dan penilaian

dalam pendidikan kedokteran.

2.9.4.Validasi

Staf pengajar simulasi harus menunjukkan bukti nilai efektivitas, dalam BEME (Best

22

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

Evidence Medical Education) dengan mengikuti studi yang menyelidiki aspek validitas

seperti nilai prediktif, transferability dan sustainability dari keterampilan simulasi.

2.9.5. Pengukuran performa

Pendidik membutuhkan pengembangan dan validasi pengukuran performa profesional

kesehatan sebagai penilaian formatif dan sumatif.

2.9.6. Penelitian menggerakkan kurikulum dan perkembangannya

Pendidik kedokteran menggerakkan industri simulasi untuk mendapatkan kebutuhan

kurikulum 1.

2.10. 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik

Terdapat 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik yang harus diketahui dan

digunakan oleh dokter pendidik. Beberapa ciri simulasi medis dan praktik terbaik

terdapat di daftar, dimulai dengan 5 hal dari review historikal awal dan 7 hal dari

penelitian dan praktik terakhir 4.

Tabel 2.2. Beberapa ciri simulasi medis dan praktik terbaik *.

No Beberapa ciri simulasi

medis

Pengetahuan yang dibentuk dengan baik,

‘praktik terbaik’

1. Umpan balik - Peran penting dalam SBME

-Unsur inti: variasi, sumber, dampak

-Tim wawancara

2. Praktik dengan tenang dan

berhati-hati

-Peran penting dalam SBME

- Learner-centered

- Hubungan dosis-respons yang jelas

23

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

No Beberapa ciri simulasi

medis

Pengetahuan yang dibentuk dengan baik,

‘praktik terbaik’

3. Integrasi kurikulum -Integrasi dengan pembelajaran lainnya

-Berpusat pada sasaran pendidikan lainnya

-SBME melengkapi pendidikan klinis

4. Ukuran hasil -Data reliable → tindakan valid: umpan

balik, keputusan perorangan, simpulan

penelitian.

–Metoda: penilaian pengamat, respons

peserta latihan (dipilih, dibangun), haptic.

5. Kebenaran simulasi -Kesesuaian tujuan dan alat

-Simulasi multi-modal menggunakan

manikin, pelatih tugas, dan pasien simulasi.

–Perhatian pada konteks pembelajaran.

6. Kemahiran keterampilan

dan pemeliharaannya

-Prosedural, profesional, kognitif dan

keterampilan kelompok.

– Mempertahankan yang sudah ada.

– Ketangkasan dan kesiapan: kognitif,

proprioseptif.

7. Penguasaan pembelajaran -Pendekatan yang teliti pada pendidikan

berbasis kompetensi.

– Semua mahasiswa menguasai tujuan.

pendidikan pada tingkat prestasi yang tinggi

dengan variasi sedikit atau tanpa hasil.

– Dibutuhkan waktu untuk variasi

pembelajaran.

24

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

No Beberapa ciri simulasi

medis

Pengetahuan yang dibentuk dengan baik,

‘praktik terbaik’

8. Transfer pada praktik -Tingkat tertinggi hirarki Kirkpatrick.

– Titik akhir ukuran ketegangan dari lab

simulasi ke rumah sakit atau klinik.

– Penerjemah ilmu pengetahuan.

9. Tim pelatihan -Pelayanan pasien dapat menjadi ‘tim olah

raga’

- Prinsip pelatihan pelayanan kesehatan

adalah evidence-based.

10. Ujian high-stakes -Kemajuan penelitian mendorong penerapan

tes baru.

– Data yang sangat reliable → keputusan

valid.

11. Pelatihan instruktur -SBME yang efektif tidak mudah atau intuitif

– Pengalaman klinis tidak mewakili

efektivitas instruktur simulasi.

– Instruktur dan mahasiswa tidak dibutuhkan

dari profesi pelayanan kesehatan yang sama

12. Konteks pendidikan dan

profesional

-Kebenaran konteks adalah kritis untuk

pengajaran dan evaluasi SBME.

–Konteks berubah-ubah, dapat menyesuaikan

diri.

SBME = Simulation-based

medical education

____________________________________________________________________

* Dikutip dari Mc Gaghie W C, Issenberg S B tanpa modifikasi 25

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

2.11.Simulasi pelatihan patient safety .

Ada tiga pergerakan dalam pelayanan kesehatan yang terjadi pada perubahan di

semua tingkat pendidikan kedokteran yang mempunyai dampak sangat besar:

patient safety, healthcare simulation, dan competency-based education. Masalah

utama patient safety menurut Accreditation Council for Graduate Medical

Education (ACGME) terdapat 6 kompetensi inti: (1). patient care; (2). medical

knowledge; (3). interpersonal dan communication skills; (4). professionalism; (5).

practice-based learning; (6). systems-based practice.

2.11.1. Patient care:

Untuk tujuan patient safety, kompetensi ini memusatkan pada pengelolaan

keamanan pasien, penilaian risiko, pedoman praktik dan waktu kerja. Pembelajaran

berbasis simulasi memberikan lingkungan pembelajaran interaktif dan lebih

realistis yang meningkatkan pertimbangan penggunaan waktu yang sebenarnya,

komunikasi, dan keterampilan psikomotor, yang berpotensi menghasilkan

pemahaman materi yang lebih baik dan meningkatkan kecakapan pelaksanaan

tugas. Kurikulum simulasi mengutamakan praktik dengan menarik dan hati-hati,

meningkatkan keterampilan residen penyakit dalam tahun ketiga dan tingkat

doktoral nefrologi untuk menguasai toracentesis dan temporary hemodialysis

catheter insertion secara berturut-turut. Pendidikan berbasis simulasi dapat

mengurangi kesalahan administrasi pengobatan setiap waktu. Performa klinis dari

residen memburuk karena kurangnya waktu tidur. High-fidelity simulation

digunakan untuk menilai dampak keadaan siaga terus menerus pada performa

klinis residen yang bertugas di ICU. Studi ini menyoroti dampak kuat yang

mengganggu dari perpanjangan waktu kerja pada performa medis dan

menunjukkan penggunaan simulasi sebagai alat penilaian performa klinis.

2.11.2.Medical knowledge:

Web-based teaching menggunakan skenario pasien simulasi dapat menjadi alat

26

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

efektif untuk menyampaikan dan mengevaluasi content kurikulum pada patient

safety melalui institusi dan tingkat pelatihan multipel.

Studi lain menunjukkan bahwa titik pelayanan online, sistem berbasis layar

komputer yang menggunakan skenario kasus simulasi menurunkan sejumlah

kesalahan berbasis pengetahuan oleh ahli anestesiologi.

2.11.3. Interpersonal and communication skills:

Menggunakan simulasi untuk pelatihan dalam tim kerja keterampilan komunikasi

merupakan metoda yang sangat kuat untuk meningkatkan keamanan dan efektivitas

dalam pelayanan kesehatan. Salah satu program pelatihan yang dikenal dan

dilaksanakan adalah Team STEPPS (Team Strategies and Tools to Enhance

Performance and Patient Safety).

2.11.4. Professionalism:

Simulator menunjukkan kegunaannya dalam pengajaran mengurangi kesalahan

dalam anestesia dan kedokteran kegawatdaruratan. Kurikulum simulasi untuk

residen kegawatdaruratan memasukkan kasus pasien dengan perbedaan umur, ras,

penyalahgunaan zat, dan agama kepercayaan yang mempengaruhi pengelolaan

medis. Skenario tentang “kematian” juga dapat digunakan untuk menempatkan

peserta dalam posisi yang menyampaikan “berita buruk” untuk keluarga sesudah

menghadapi suatu tantangan dan resusitasi yang menegangkan. Dalam keadaan

etika klinis dapat dilihat melalui rekaman video pertemuan antara dokter dan pasien

standar pada dilemma etis yang sulit seperti perintah tidak boleh melakukan

resusitasi.

2.11.5. Practice-based learning and improvement (PBLI)

2.11.5.1. Simulasi untuk mengajar dan menilai practice-based learning dan

perbaikannya.

Kurikulum residensi kedokteran kegawatdaruratan menggunakan high-fidelity

27

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

simulation yang dikembangkan untuk mengajar dan menilai kompetensi inti

ACGME melalui 15 skenario simulasi yang berbeda setelah 3 tahun pelatihan.

Simulasi dapat juga digunakan untuk menilai PBLI.

Objective structured clinical examination (OSCE) dikembangkan untuk menilai

efektivitas kurikulum patient safety yang sudah dikembangkan dan

dilaksanakan untuk residen kedokteran keluarga. Simulasi medis dapat menjadi

alat efektif untuk menilai pengetahuan dan keterampilan residen kedokteran

kegawatdaruratan pada resusitasi neonatal 8.

2.11.5.2. Fasilitasi practice-based learning dan perbaikannya melalui simulasi.

Simulasi sudah digunakan sebagai alat untuk memudahkan langkah-langkah

proses PBLI dan menerapkannya pada patient safety. OSCE sudah

dikembangkan untuk memasuki residen yaitu menilai keterampilan patient

safety. Simulasi juga dapat untuk menginformasikan kegiatan Continuing

Medical Education yaitu membantu para dokter untuk mengidentifikasi

kesesuaian pencapaian area praktik mereka dan kolega dengan standar nasional.

American Board of Family Medicine menggunakan web-based self-assessment

module dengan melibatkan simulasi pasien klinis. Simulasi juga sering

digunakan pada Continuing Medical Education sebagai alat untuk melatih para

dokter dalam keterampilan teknik, keterampilan klinis, atau tim pelatihan.

2.11.6. System-based practice

2.11.6.1.Simulasi untuk mengajar dan menilai system-based practice (SBP)

Kurikulum kedokteran kegawatdaruratan menggunakan high-fidelity

simulation, pasien standar, penilaian checklist kompetensi SBP dengan kriteria

khusus, dan video wawancara yang dibutuhkan peserta pelatihan untuk

mengelola masalah utama SBP secara aktif seperti yang terjadi saat mengelola

aspek medis kasus secara serentak. Para residen mengidentifikasi manfaat

menggunakan kurikulum berbasis simulasi untuk mencapai kompetensi inti

28

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

SBP karena simulasi secara realistis menyamai praktik kedokteran

kegawatdaruratan setiap hari. Residen penyakit dalam menggunakan kasus

simulasi untuk feasibility dan reliability ujian performa SBP.

2.11.6.2.Simulasi in situ

Simulasi in situ membawa simulasi ke lingkungan yang memberikan tempat

terjadinya pelayanan, menggunakan perawat yang sama dan sumber daya akan

memberikan respon pada peristiwa kehidupan sebenarnya, melakukan

identifikasi, evaluasi, dan perbaikan struktur, tim berinteraksi, dan memroses

yang mungkin berdampak pada pelayanan pasien.

2.11.6.3.Penanganan pasien

Standarisasi proses penanganan dan penggunaan solusi teknologi mungkin

memperbaiki patient safety. Perkembangan skenario simulasi meliputi sasaran

pembelajaran, pedoman pertanyaan studi, didaktik, penilaian informasi,

persiapan, informasi latar belakang, skenario kasus yang menyoroti masalah

utama penanganan patient safety dalam ruang operasi dan unit pelayanan pasca

anestasi. Pasien standar, high-fidelity simulator, rekaman video wawancara

digunakan untuk memudahkan pengajaran. Simulasi sangat jelas merupakan

alat yang baik untuk studi penanganan pasien 6.

2.12. Pendidikan kedokteran berbasis simulasi

Central Simulation Committee (CSC): Contoh untuk sentralisasi dan standarisasi

pendidikan kedokteran berbasis simulasi pada US Army Healthcare System. Misi

CSC adalah menjadi pemimpin seluruh dunia yang mengelola dan memimpin

pelatihan multidisiplin untuk meningkatkan GME (Graduate Medical Education).,

membantu penarikan kembali pelatihan, dan memperbaiki patient safety. Setiap

CSC diharuskan melakukan perbaikan terus menerus. Proses perbaikan kualitas

untuk CSC dirancang untuk memberikan proses formal yang sedang berlangsung,

29

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

CSC menggunakan ukuran objektif untuk memantau dan mengevaluasi kualitas

pelayanan pada yang menggunakannya. Siklus “Find, Organize, Clarify,

Understand, Select-Plan, Do, Check, Act” adalah kerangka kerja dalam proses

perbaikan performa yang terjadi.

Rata-rata penerimaan data primer untuk proses perbaikan kualitas CSC adalah

melalui format kursus evaluasi dan umpan balik pengguna 9.

30

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kegunaan simulasi dalam pendidikan kedokteran

Simulasi adalah penting untuk pendidikan kedokteran terutama dalam kurikulum

berbasis kompetensi (KBK). Simulasi bisa menggunakan alat (simulator, video, manikin)

atau manusia. Simulasi dengan alat biasanya digunakan dalam kedokteran

kegawatdaruratan, anestesiologi (misalnya resusitasi), namun juga digunakan di tingkat

preklinik (misalnya menggunakan pasien standar, manikin, video wawancara). Pada

pelaksanaannya maka memerlukan berbagai pelatihan baik dengan alat maupun pasien

standar. Penggunaan simulasi antara lain juga untuk patient safety. Pada tingkat klinik

American College of Surgeons melakukan penilaian kompetensi sebelum ahli bedah

diizinkan melaksanakan bedah laparoskopi pada pasien 10

, pada anestesi simulator pasien

Sim-One dapat membantu keterampilan memasukkan endotracheal tubes 2

. Bidang

simulasi medis membentuk cara yang mempersatukan para peneliti berinteraksi untuk

memudahkan transfer informasi dalam domain dengan cepat dan efektif. Melalui website

dan database dapat terjadi kolaborasi antara para peneliti untuk meneliti dengan sederhana

dan efektif 11

. Simulasi dapat efektif dan efisien dalam pendidikan pelayanan kesehatan hi-

tech dan berguna untuk menilai outcome, karena kermampuan simulasi menuju pada

karakteristik inti dari teknologi medis yang digunakan 12.

3.2. Rencana simulasi di FK UKRIDA

Di FK UKRIDA sudah dilakukan berbagai pelatihan dengan pasien simulasi dan

alat (manikin), distandarkan menurut skenario, checklist. Rencana ke depan akan dibuat

ruang simulasi bedah, ICU, NICU (Neonatal Care Intensive Care Unit) yang digunakan

untuk pelatihan mahasiswa sebelum kepaniteraan klinik.

31

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan:

Walaupun simulasi memiliki kelebihan, keterbatasan dan biaya yang tinggi tetapi tetap

digunakan dalam pendidikan kedokteran terutama pada Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) hingga saat ini.

4.2. Saran:

- Dilakukan pelatihan simulasi dan penilaian sebelum dilakukan pada pasien.

- Dilakukan penelitian secara kontinu pada bidang simulasi medis yang terus menerus

berkembang dengan cepat.

32

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

DAFTAR PUSTAKA

1. Ziv A. Simulators and simulation based medical education. In: Dent JA, Harden RM

(eds). A practical guide for medical teachers. 3 rd

ed. Edinburgh: Churchill-

Livingstone; 2009. pp 217-222

2. Ker J, Bradley P. Simulation in medical education. In: Swanwick T (ed.).

Understanding medical education. Evidence, theory and practice. 1 st ed. London, UK:

Wiley-Blackwell A John Wiley & Sons, Ltd, Publication. 2010. pp. 164-174

3. Ker J S. Clinical skills centre teaching. In: Dent JA, Harden RM (eds). A practical

guide for medical teachers. 3 rd

ed. Edinburgh: Churchill-Livingstone; 2009. pp 86-94

4. Mc Gaghie W C, Issenberg S B, Petrusa E R, Scalese R J. A critical review of

simulation-based medical education research: 2003 – 2009. Medical Education 2010;

44: pp. 50-63

5. Lane J L, Slavin S, Ziv A. Simulation in medical education: a review. Simulation

Gaming 2001; 32: pp. 297-309

6. Issenberg S B, S C Hyun, Devine L A. Patient safety training simulations based on

competency criteria of the accreditation council for graduate medical education. Mount

Sinai Journal of Medicine 2011; 78: pp. 842-853.

7. Willaert W I M, Aggarwal R, Van Herzeele I, Cheshire N J, Vermassen F E. Recent

advancements in medical simulation: Patient-specific virtual reality simulation. World

Journal of Surgery 2012; 36: pp. 1703-1712

8. Lee M O, Brown L L, Bender J, Machan J T, Overly F L. A medical simulation-based

educational intervention for emergency medicine residents in neonatal resuscitation.

Academic Emergency Medicine 2012; 19(5): pp. 577-84

33

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA - · PDF filebernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis

9. Deering LTC S, Sawyer MAJ T, Mikita LTC J, Maurer LTC D, Roth COL B J. The

central simulation committee (CSC): A Model for centralization and standardization of

simulation-based medical education in the U S Army healthcare system. Military

Medicine 2012; 177(7): pp. 829-35

10. Brindley P G, Jones D B, Grantcharov T, de Gara C. Canadian Association of

University Surgeons’ Annual Symposium. Surgical simulation: the solution to safe

training or a promise unfulfilled ? Canadian Medical Association 2012; 55 (4): pp.

200-206

11. Combs C D, Friend K, Mannion M, Alpino R J. Simulating the domain of medical

modeling and simulation: the medical modeling and simulation database. In:

Westwood J D et al (eds). Medicine meets virtual reality 2006; 14: pp. 105-107

12. Hofmann B. Why simulation can be efficient: on the preconditions of efficient learning

in complex technology based practices. BMC Medical Education 2009; pp. 1-6

34