Upload
miranti
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK BATANG BROTOWALI (Tinosporacrispa (L.) Hook.f. & Thomson) DAN HISTOPATOLOGI GINJAL
PADA MENCIT
ACUTE TOXICITY TEST OF BROTOWALI STEM EXTRACT (Tinospora crispa (L.)Hook.f. & Thomson) AND RENAL HISTOPATHOLOGY
ON MICE
Elvina Triana Putri, Sediarso dan KusmardiFakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
AbstractThe brotowali stem can lower blood glucose levels of mice at a dose of 161 mg/kgBW its necessary to test the safety of the acute toxicity test. This study aims atobtaining LD50 values and determining histopathological dysfunction in the renalorgan. The animal that used for test were white mice of 4 groups with each dose 805mg/kg BW;1610 mg/kg BW;3220 mg/kg BW, and the normal control group is theprovision of 2% CMC Na suspension, then tested the acute toxicity and renalhistopathological observations. Results showed the absence of mortality in the acutetoxicity test of the extract stem brotowali with the highest dose of 3220 mg/kg BW,because the dose over the dose 2000 mg/kg BW in mice were comparable to humandoses is 15.516 g/kg BW did not cause death, so can be said to be practically non-toxic. Histopathological observation of acute toxicity tests on tubular damage mainly,this suggests the possibility of a renal target organ.
Keywords: Acute toxicity test, Stem Extract Brotowali, Renal Histopathology.
AbstrakBatang brotowali dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit pada dosis 161mg/Kg BB sehingga perlu dilakukan uji keamanan yaitu uji toksisitas akut. Penelitianini bertujuan memperoleh nilai LD50 dan mengetahui perubahan histopatologi organginjal. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih terdiri dari 4 kelompok denganmasing-masing dosis yaitu 805 mg/Kg BB;1610 mg/Kg BB;3220 mg/Kg BB,kelompok kontrol normal yaitu pemberian suspensi Na CMC 2%, Lalu dilakukan ujitoksisitas akut dan pengamatan histopatologi organ ginjal. Hasil menunjukkan tidakterdapatnya kematian pada uji toksisitas akut dari ekstrak batang brotowali dengandosis tertinggi 3220 mg/Kg BB, karena dosis lebih dari dosis 2000 mg/Kg BB padamencit yang sebanding dengan dosis manusia yaitu 15,516 g/Kg BB tidakmenimbulkan kematian, sehingga dapat dikatakan praktis tidak toksik. Pengamatanhistopatologi dari uji toksisitas akut terjadi kerusakan terutama pada tubulus, hal inimenunjukkan ginjal kemungkinan merupakan organ sasaran.
Kata Kunci: Uji Toksisitas Akut, Ekstrak Batang Brotowali, Histopatologi Ginjal
2
PENDAHULUAN
Obat tradisional Indonesia
merupakan warisan budaya yang telah
menjadi bagian esensi untuk dapat
dipakai dalam sistem pelayanan
kesehatan. Untuk itu harus sesuai
dengan kaidah pelayanan kesehatan
yaitu secara medis, harus
dipertanggungjawabkan.Guna
mencapai hal itu sesuai dengan standar
mutu dari WHO obat tradisional perlu
dilakukan pengujian ilmiah tentang
khasiat, keamanan, dan standar
kualitas. Salah satu tolak ukur awal
yang diperlukan untuk mengevaluasi
keamanan suatu obat tradisional adalah
potensi ketoksikan obat tradisional
terkait (Depkes RI 2000).
Salah satu tumbuhan yang
sekarang ini dijadikan sebagai
pengobatan alternatif adalah brotowali
merupakan tumbuhan liar di hutan,
ladang dan dijadikan sebagai
tumbuhan obat. Brotowali menyukai
tempat panas, termasuk perdu, dan
tinggi batang sampai 2,5 m. Tanaman
ini memiliki batang sebesar jari
kelingking dengan daun tunggal,
bertangkai (Depkes RI 2001 A).
Dalam perkembangannya
secara tradisional brotowali
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
antidiabetes, pengobatan rematik,
memar, demam, merangsang nafsu
makan, sakit kuning, cacingan, anti
inflamasi dan batuk (Depkes RI 2001
B).
Dalam penelitian diketahui
ekstrak batang brotowali dengan dosis
161 mg/kg BB menunjukkan
potensinya dalam menurunkan kadar
gukosa sebesar 35,92% pada mencit
(Putri 2009). Adapun penelitian
lainnya mengenai batang brotowali
3
menyebutkan bahwa ekstrak batang
brotowali memiliki potensi sebagai
anti inflamasi pada tikus dengan dosis
150 mg/kg BB (Regina dkk. 2011).
Di dalam tubuh obat
mengalami metabolisme terhadap
sejumlah organ seperti, hati, ginjal
dan jantung (Price dkk. 2009). Secara
farmakologi setiap bahan obat yang
masuk ke dalam tubuh akan
mengalami proses farmakokinetik dan
farmakodinamik, begitu pula batang
brotowali yang dikonsumsi akan
mengalami berbagai proses di dalam
tubuh. Setelah mengalami absorbsi,
bahan tersebut akan didistribusikan ke
seluruh tubuh untuk mengikuti proses
metabolisme di hepar dan selanjutnya
elemen yang larut dalam air akan
diekskresikan melalui ginjal, jika
proses ekskresi ini terganggu maka
sampah metabolisme tersebut akan
terakumulasi dan menyebabkan toksik
bagi tubuh, ginjal juga merupakan
organ sasaran zat toksik karena
memiliki volume aliran darah yang
tinggi, menyaring darah dan membawa
zat toksik melalui tubulus dalam
mengeksresikan zat toksik tersebut.
Adapun Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai
LD50 sehingga dapat diketahui
toksisitas batang brotowali dan
mengetahui bagaimana perubahan
yang terjadi pada organ ginjal mencit
setelah diberikan ekstrak batang
brotowali.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah
batang brotowali yang diperoleh dari
Balai Penelitian Tanaman Rempah
Obat (BALITRO), Bogor dan
dideterminasi pada Herbarium
Bogoriense, LIPI Bogor. Bahan kimia
yang digunakan adalah etanol 70%,
Larutan NaCl fisiologis, aquadest
4
destilata, CMC (Carboxy Methyl
Cellulose), asam sulfat pekat, pereaksi
Dragendorff, pereaksi Meyer, HCl 2N,
FeCl3 1%, NaOH, ammoniak, formalin
10 %, larutan Hematoksilin-Eosin,
xylol, dan paraffin.
Prosedur
Ekstraksi Batang Brotowali
Batang brotowali segar ditimbang
sebanyak ± 1,5 kg, lalu dibersihkan,
kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari hingga kering. Setelah kering
dan bebas air, tanaman kemudian
diserbuk menggunakan blender.
Serbuk yang diperoleh diayak dengan
pengayak mesh 40
Ekstraksi dilakukan dengan cara
maserasi yaitu dengan memasukkan
920 kg serbuk kering simplisia
kedalam maserator kemudian
tambahkan etanol 70% ke dalam botol
sampai seluruh simplisia terendam,
botol ditutup rapat. Rendam selama 6
jam pertama sambil sesekali diaduk,
kemudian didiamkan selama 18 jam.
Dipisahkan maserat dengan
menggunakan kertas saring, diulangi
proses penyarian sekurang-kurangnya
dua kali dengan jenis dan jumlah
pelarut yang sama.
Maserat yang diperoleh
dipekatkan dengan vakum rotary
evaporator pada suhu 50 °C hingga
kental tetapi masih bisa dituang.
Kemudian dikeringkan di dalam oven
pada suhu 50 °C.
Hitung rendemen, susut
pengeringan dan identifikasi golongan
kimia (Depkes RI 1989).
Pembuatan NaCMC
Ditimbang 2 gram NaCMC,
kemudian taburkan dalam lumpang
yang berisi air panas 30 ml. Diamkan
selama 15 menit hingga diperoleh
massa yang transparan, lalu digerus
sampai homogen, diencerkan dengan
5
air suling dan dimasukkan ke labu
ukur 100 ml, dicukupkan volumenya
dengan air suling hingga batas tanda
tara. setelah 5 menit aduk kuat- kuat
dalam lumpang sampai terbentuk
massa suspensi yang homogen (Depkes
RI 1986).
Pembuatan Sediaan SuspensiBatang Brotowali
Batang brotowali dimasukkan
kedalam lumpang, kemudian
disusupensikan dengan menggunakan
NaCMC 2% dan digerus sampai
homogen lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur, tambahkan NaCMC 2%
hingga volume yang diinginkan dan
dikocok sampai homogen. Dilakukan
pembuatan sediaan ekstrak batang
brotowali dengan berbagai variasi
dosis.
Uji Toksisitas Akut
Orientasi dosis
Sebelum dilakukan uji
penentuan dosis untuk mengetahui
efek toksik zat uji, maka perlu
dilakukan uji orientasi dosis atau yang
dapat disebut dengan uji pendahuluan,
sehingga dari hasil orientasi dosis
tersebut akan dapat diperoleh batasan
penentuan dosis.
Dosis yang digunakan sebagai
acuan dalam orientasi dosis
berdasarkan pada penelitian
sebelumnya yaitu pada dosis (161
mg/kg) ekstrak batang brotowali.
Berefek dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada mencit sehingga
dosis yang dapat digunakan 3,22
mg/20 g BB mencit.
Dosis awal yang diberikan
yaitu 3,22 mg/20g BB dikalikan
dengan faktor tertentu, misalnya
sebesar 5x, 10x dan seterusnya.
Sebelum pemberian ekstrak hewan uji
dipuasakan 16 jam, tetapi tetap
6
diberikan minum. Pemberian ekstrak
batang brotowali dilakukan secara oral
dengan menggunakan sonde pada
mencit, kemudian diamati selama 24
jam dilihat jumlah kematiannya selama
3 hari dosis dinaikkan sehingga
diperoleh dosis yang mematikan
sekitar 25% dan 75% hewan uji.
Penelitian ini penentuan LD50
menggunakan perhitungan probit yang
mana terdiri dari 4-5 atau lebih
kelompok dosis dengan harapan
sekurang- kurangnya tiga dosis berada
pada rentang dosis yang dikehendaki
yaitu dapat membunuh 50% hewan uji.
Adapun jumlah kematian masing –
masing kelompok pada uji penentuan
dosis ditentukan berdasarkan metode
probit.
Mencit yang mati dilakukan
pembedahan maksimal 48 jam setelah
kematian untuk mengisolasi organ
ginjal. Organ ginjal tersebut kemudian
dibersihkan dalam larutan NaCl 0,9%.
Organ ginjal dimasukkan ke dalam
cairan formalin 10%, dan dibuat
preparat dengan metode paraffin dan
pewarnaan HE (Geneser 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstrak Etanol BatangBrotowali
Pada penelitian ini diperoleh
data dan hasil proses ekstraksi sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil ekstraksi
Batang brotowali segar 1,5 kg
Batang brotowali kering 1 kg
Serbuk Batang brotowali 0,92 kg
Maserat 4,95 L
Ekstrak kental etanol 32,6 g
Ekstrak kering 30,1 g
Karakteristik Ekstrak Etanol
Untuk mengetahui karakteristik
ekstrak dilakukan uji organoleptis,
7
rendemen, penetapan kadar air dan
penetapan susut pengeringan.
Tabel 2. Hasil uji organoleptikekstrak
Uji organoleptisNo Jenis
Bentuk Bau Rasa Warna
1. Ekstrak Kental Khas Pahit Coklat kehitaman
Hasil susut pengeringan, rendemen
dan kadar air yang didapat yaitu
Tabel 3. Hasil susut pengeringan,dan rendemen
No. Jenis Hasil (%)
1. Susut Pengeringan 5.82
2. Rendemen 3.27
Adapun dari hasil uji susut
pengeringan dan rendemen didapat
hasil-persentase yang masih memenuhi
syarat untuk karakteritik suatu ekstrak.
Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol
Pada penelitian ini dilakukan
uji penapisan fitokimia untuk
mengetahui kandungan ekstrak batang
brotowali, hal ini telah diuraikan pada
tabel 4 berikut :
Tabel 4. Uji penapisan fitokimia
Senyawa Hasil
Alkaloid +
Flavonoid +
Saponin +
Tanin -
Terpenoid +
Dari uji penapisan fitokimia
yang dilakukan menunjukkan bahwa
hasil yang didapatkan sesuai dengan
teori bahwa batang brotowali positif
mengandung alkaloid, flavonoid,
tannin, terpenoid, steroid, saponin dan
tidak mengandung tannin.
Uji toksisitas akut
Dosis uji yang digunakan
pada toksisitas akut ekstrak etanol
batang brotowali tercantum pada tabel
5 berikut :
8
Tabel 5. Dosis uji
Klmpk Dosis uji
(mg/kgBB)
Jumlah hewan
yang mati
1 805 -
2 1610 -
3 3220 -
Pada dosis uji yang dilakukan
pada toksisitas akut hingga lebih dari
dosis 2000 mg/ Kg BB yang sebanding
dengan dosis manusia 15,516 g/Kg BB
menunjukkan tidak terdapatnya
kematian paa mencit sehingga dapat
dikatakan praktis tidak toksik.
Hasil Persentase Kerusakan Organ
Ginjal Mencit
Pada pengamatan
histopatologi diperoleh hasil
persentase kerusakan organ ginjal yang
dihitung dari 10 lapang pandang,
Adapun hasil tersebut telah di rinci
pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Hasil rata-rata persentasekerusakan ginjal
Hari ke-3 Hari ke-7
Ginjal GinjalKelompok
Glo Tub Glo Tub
1 (NaCMC
2%)- - 5,5% 9%
2 (850 mg/Kg
BB)12,5% 17% 10% 15%
3 (1610 mg/Kg
BB)14,5% 18,5% 13% 16%
4 (3220 mg/Kg
BB)39,5 26,5% 34,5% 23%
Gambar Kerusakan Organ GinjalHari ke-3
Hari ke-7
B. Pembahasan
Pada kontrol normal setelah
pemberian CMC Na 2% mencit
terlihat lemas, diam lalu tertidur dan
9
melakukan pergerakan pelan. Namun
pada hari
ke-2 mencit kembali normal
sampai hari ke -7. Pengamatan
menunjukkan kenaikan berat badan
yang cukup stabil, nafsu makan baik
serta pergerakan aktif.
Pada perlakuan dosis 805
mg/Kg BB terlihat hari pertama
gerakan mencit masih lemas, nafsu
makan agak berkurang, nafas masih
cepat, tetapi pada hari ke-4 mencit
nafsu makan membaik, berat badan
naik dan mulai normal kembali hingga
hari ke-7. Pada perlakuan dosis 1610
mg/Kg BB mencit terlihat lemah, diam
lalu tertidur, tidak nafsu makan pada
hari pertama, namun pada hari ke-4
mencit mulai sedikit bergerak, nafsu
makan membaik, mulai bergerak
dengan aktif hingga hari ke-7 kembali
normal. Pada dosis tertinggi yakni
3220mg/Kg BB mata layu, bergerak
lemah , nafas cepat, dan gelisah. Pada
hari ke-2 dan hari ke-3 mencit
menunjukkkan gejala yang sama yaitu
terjadi penurunan berat badan, tidak
nafsu makan, bulu berdiri, feses lunak
hingga berubah warna menjadi coklat
kehijauan dan mata layu. Tetapi pada
hari ke-4 sampai hari ke-7 antara
mencit mulai kembali normal, nafsu
makan membaik, terjadi kenaikan
berat badan dan pergerakan aktif
kembali.
Hasil pengamatan sel ginjal
pada kelompok normal tampak
glomerolus terlihat rapi dan rapat,
sedangkan pada tubulus terlihat
susunan rapi dan rata pada setiap
bagian sel ginjal tetapi terdapat sedikit
kerusakan.
Pada kelompok perlakuan
yang diberi dosis 805 mg/Kg BB pada
10
hari ke-3 mulai terdapat beberapa
nekrosis terlihat pada glomerolus
sedikit tidak rapi terutama tubulus sel
ginjal, sedangkan pada hari ke-7
presentase kerusakannya mulai
menurun.
Pada kelompok dosis 1610
mg/Kg BB pada hari ke 3 terjadi
nekrosis dengan terlihatnya
glomerolus tidak beraturan dan tubulus
tidak penuh dan tidak beraturan,
sedangkan pada hari ke-7 masih
terdapat kerusakan tetapi tidak didapat
kerusakan yang bermakna.
Pada dosis 3220 mg/kg BB
terlihat adanya perbedaan pada sel
ginjal bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol normal.
Pada kelompok kontrol
normal terdapat sedikit kerusakan pada
glomerolus dan tubulus.
Pada kelompok perlakuan
dosis 3220 mg/kg BB hari ke-3 terjadi
nekrosis pada glomerolus maupun
tubulus. Hal ini terlihat pada bagian
glomerolus sudah tidak terlihat rapi
dan tidak beraturan. Pada tubulus
tampak sudah tidak penuh pada setiap
bagian sel ginjal sehingga terdapat
jaringan pengikat, sedangkan pada hari
ke-7 masih terjadi kerusakan pada
bagian glomerolus dan tubulus, tetapi
tidak didapat kerusakan yang
bermakna pada sel ginjal.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa ekstrak etanol
70% batang brotowali (Tinospora
crispa (L.) Hook.f. & Thomson)
praktis tidak toksik terhadap mencit
putih jantan dan betina.
11
Pengamatan secara
histopatologi terlihat adanya
kerusakan pada organ ginjal
terutama pada tubulus.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1986. SediaanGalenik. Departemen KesehatanRI. Dirjen POM, Jakarta. Hal. 10-12.
Departemen Kesehatan RI. 1989.Materia Medika Indonesia JilidV. Departemen Kesehatan RI,Jakarta. Hal.523-555.
Departemen Kesehatan RI. 2000.Pedoman Pelaksanaan UjiKlinis Obat Tradisional.Direktorat Jenderal PengawasanObat dan Makanan. Jakarta.Hlm. 2–6, 3–5, 14–18
Departemen Kesehatan RI. 2001.Tanaman Obat Indonesia.Edisi I, Jilid 2. Direktorat JendralPengawasan Obat dan Makanan,Jakarta. Hlm. 69
Geneser, F. 1990. Histologi. Jilid 2.Alih Bahasa: Gunawijaya, A, F.Penerbit Universitas Trisakti,Jakarta. Hlm. 157, 232
Price, Sylvia A, dan Lorraine MW.2005. Patofisiologi, KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit.Edisi VI, Volume 1. BukuKedokteran EGC, Jakarta. Hlm.472–475
Putri U. 2009. Efek Ekstrak EtanolBatang Brotowali terhadapGlukosa Darah Mencit GalurSwiss webster yang DiinduksiAloksan. Universitas kristenmaranatha.
Regina LB, Maria FNM, Ronald M.2012. Anti InflammatoryActivities of The AqueousExtract of The System ofTinospora crispa. Dalam:Journal of Nature Studies. Hlm.88-95