Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DENGAN
PENDEKATAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK BEHAVIOR
CONTRACT DI SMP PGRI 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
RUDI HANDOKO
NPM : 1511080294
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1441 H / 2020 M
2
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DENGAN
PENDEKATAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK BEHAVIOR
CONTRACT DI SMP PGRI 2 BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
RUDI HANDOKO
NPM : 1511080294
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Pembimbing I :Busmayaril, S.Ag, M.Ed
Pembimbing II : Mega Aria Monica, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1441 H / 2020 M
3
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peserta didik yang membolos
sekolah.Terdapat 6 peserta didik yang menjadi fokus peneliti untuk dilakukan
pembinaan atau bimbingan melalaui konseling kelompok. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik Behavior contract dengan harapan dapat merubah perilaku
yang tidak sesuai menjadi perilaku yang sesuai terhadap peraturan tata tertib
sekolah. Dan diharapkan dapat merubah perilaku membolos sekolah peserta didik.
Karena hal ini sangat berkaitan terhadap proses belajar mengajar dan keberhasilan
belajar peserta didik di SMP PGRI 2 Bandar lampung. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pemberian layanan konseling kelompok
dengan menggunakan teknik behavior contract untuk mengatasi perilaku peserta
didik yang membolos di sekolah. Dalam penelitian in peneliti menggunakan
metode kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu, observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu peserta didik yang
melanggar tata tertib sekolah yang terfokus pada peserta didik yang membolos
sekolah.Sampel yang ada dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas VIII SMP
PGRI 2 Bandar Lampung. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan konseling kelompok dengan menggunakan teknik behavior contract
di SMP PGRI 2 Bandar Lampung dapat dikatakan cukup baik karena sudah sesuai
dngan teori yang sudah ada. Dari hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan
bahwa penerapan konseling kelompok dengan mengguakan teknik behavior
contract dapat mengurangi perilaku membolos di SMP PGRI 2 Bandar Lampung.
Tetapi masih perlu untuk ditingkatkan agar dapat meminimalisir peserta didik
yang membolos.
ii
4
MOTO
…
“´Sesunggunya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
iii
6
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT yang maha pemberi
segalanya berupa kebaikan dan dari hati yang terdalam, skripsi ini penulis
mempersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Ruwanto dan Ibu Kadiyah, yang selalu
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan mendoakanku
disetiap sujud demi kesuksesanku, semoga Allah selalu menjaga, memberi
kesehatan dan panjang umur Aaamiin Allahumma Aaaamiiiin.
2. Adiku Imam Syafi’i dan nidaul husna yang selalu memdukung,
memberikan semangat dan mendoakan untuku semoga Allah memberi
kesehatan dan panjang umur untuk membuat kedua orangtua kita bangga.
3. Almamater Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN) yang
penulis banggakan yang telah mengajarkan penulis untuk berfikir, dan
bertindak lebih baik.
v
7
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Rudi Handoko. Penulis dilahirkan di
ReksoBinangun Kecamatan Rumbia RB 1 Kabupaten Lampung Tengah Pada
Tanggal 13 Januari 1995 sebagai anak ke- 1 dari dua bersaudara dari pasangan
suami istri Bapak Ruwantodan Ibu Kadiyah.
Penulis menempuh pendidikan formal Sekolah Dasar Negeri ( SDN ) 2
Rekso Binangun, lulus pada tahun dari tahun 2009. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama(SMP) Bangun Cipta Rekso
Binangun, lulus pada tahun2012. Setelah itu penulis melanjutkan Pendidikan di
Sekolah Menengah Atas(SMAN ) 1 Rumbia, dari tahun 2012-2015.
Dengan mengucap alhamdulilah dan puji syukur kehadirat Allah SWT
serta berkat do’a dan dukungan kedua orangtua sehingga penulis dapat
melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi yaitu pada tahun 2015 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
melalui jalur UM-PTKIN pada Falkultas dan Ilmu Keguruan Jurusan Bimbingan
Konseling Pendidikan Islam.
vi
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji bagi Allah SWT.Tuhan seluruh
alam yang atas segala limpahan rahmat, ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
lmpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik sebagai contoh
dalam menjalani hidup, kepada keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia
sampai ahir zaman.
Skripsi ini ditulis sebagai satu persyaratan untuk mnyelesaikan studi pada
program Strata Satu (S1) program studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh
Sarjana Pendidikan (S.Pd ) dalam bidang Bimbingan Konseling Pendidikan
Islam.
Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis
haturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih
disampaikan kepada :.
1. Prof. Dr. Hj Nirva Diana, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. Hj. Rifda El Fiah, M.Pd, Selaku ketua jurusan Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam yang telah mendidik dan memberikanilmu.
3. Rahma Diani, M.Pd, Selaku sekertaris jurusan Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam yang telah mendidik dan telah memberikan ilmu
pengetahuan selama di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
vii
9
4. Busmayaril, S.Ag, Ed ,Selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dalam penulisan skripsiini.
5. Mega Aria Monica, M.Pd, Selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan arahan sehingga terwujud skripsi ini seperti yang
diharapkan.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung yang telah memberikan pengajaran, mendidik dan memberikan
ilmu kepada penulis.
7. Bapak Nur Rahman, S.Pd selaku guru BK di SMP PGRI 2 Bandar Lampug
yang membantu terselesainya skripsi ini seperti yang di harapan.
8. Teman satu kontrakan: Ismail, Tomi, Kiki Alfiansyah, Nino, Nando, Indra
terimakasih banyak selalu memberi suport untuk semangat dalam
menempuh perkuliahan dan mau berbagi tempat tingal, berbagi makanan
dan keperluan lainnya.
9. Teman- teman seperjuangan Jurusan Bimbingan Konseling Pendidikan
Islam kelas E terima kasih atas kebersamaan selama ini.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penuis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang
disebab kan karena keterbatasan penulis, waktu dan dana yang dimiliki. Untuk itu
kiranya pembaca dapat memberikan masukan dan saran-saran, guna melengkapi
tulisan ini.
10
Akhirnya diharapkan semoga karya tulis (skripsi ) ini dapat menjadi
sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya pada program studiBimbinganKonseling Pendidikan Islam.
Bandar Lampung, 12 Desember 2019
Penulis
Rudi Handoko
NPM:1511080294
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
MOTO .................................................................................................... iii
PERSETUJUAN .................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul .......................................................... 3
C. Latar Belakang Masalah ....................................................... ..5
D. Fokus Penelitian ................................................................... 13
E. Rumusan Masalah ................................................................ 13
F. Tujuan Penelitian.................................................................. 14
G. Signifikan Penelitian ............................................................ 14
H. Metode Penelitian ................................................................. 15
BAB II PEMBAHAS
A. Bimbingan dan Konseling .................................................... 24
1. Pengertian Bimbingan ..................................................... 24
2. Pengertian Konseling ....................................................... 26
B. Konseling Kelompok............................................................ 28
1. Pengertian Konseling Kelompok ..................................... 28
2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok ............................ 29
3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ............................ 20
4. Dimensi Konseling .......................................................... 31
x
12
5. Keterampilan Dasar Untuk Pemimpin Kelompok ........... 34
6. Persiapan Konseling Kelompok ...................................... 35
7. Tahap-tahap Konseling Kelompok .................................. 41
8. Keunggulan Konseling Kelompok .................................. 44
9. Keterbatasan Konseling Kelompok ................................. 45
C. Teknik Behavior Contract .................................................... 46
1. Pengertian Behavior Contract ......................................... 46
2. Prinsip Dasar Contract. ................................................... 47
3. Tahap-tahap Behavior Conctract. ................................... 47
4. Tujuan dan Manfaat Behavior Contract .......................... 48
5. Kelebihan dan Kekurangan Behavior Contract .............. 49
D. Perilaku Membolos .............................................................. 49
1. Pengertian Perilaku Membolos ........................................ 49
2. Kriteria Membolos ........................................................... 50
3. Faktor Membolos ............................................................. 51
4. Akibat Membolos ............................................................ 51
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 51
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek ...................................................... 55
1. Sejrah dan letak geografis ............................................... 55
2. Visi misi ........................................................................... 55
3. Data tenaga pengajar ....................................................... 56
4. Data Jumlah Peserta Didik .............................................. 57
5. Kalender Pendidikan ....................................................... 57
6. Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan ........................... 58
7. Sarana dan prasarana ....................................................... 62
B. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 63
13
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi ............................................................................... 64
1. Mengidentifikasi Peserta Didik ....................................... 67
2. Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behavior
Contract........................................................................... 68
3. Hasil Wawancara Serta Observasi Dan Analisis
Hasil Wawancara ............................................................ 69
B. Pembahasan ................................................................................. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Rekomendasi ......................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesalah pahaman mengenai judul
penelitian tentang Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengurangi
Perilaku Membolos PesertaDidik Dengan Pendekatan Konseling Kelompok
Teknik Behavior Contract Di SMP PGRI 2 Bandar Lampung ”Maka peneliti
perlu menegaskan beberapa istilah-istilah yang ada dalam judul.Istilah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan terjadinnya proses antar
seseorang yang bersifat lentur, yang terfokus pada pikiran dan seseorang
yang disadari untuk diberi pembinaan dengan cara membentuk kelompok
kecil yang bertujuan agar sesama anggota kelompok saling
mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor.1
1Edi Kurnanto, Konseling Kelompok (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 7.
1
2
2. Behavior Contract
Behavior contract merupakan proses mengatur kondisi sehingga konseli
menampilkan tingkah laku yang ingin dicapai berdasarkan kontrak dengan
konselor.2
3. Membolos
Membolos menurut Kun Maryati adalah terjadinya suatu
penyimpangan yang berkaitan denganpenyimpangan yang mana
penyimpangan tersebut biasannya terjadi karena adanya tindakan yang
tidak baik seperti pemberian julukan, cap atau merk yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai norma yang ada.3
Menurut Miller & Plant, perilaku membolos merupakan masalah
besar bagi peserta didik didalam dunia pendidikan, apabila perilaku
membolos dibiarkan dan diabaikan dapat menyebabkan pesserta didik
untuk terlibat dalam tindakan nakal.4
Membolos menurut Garry, Eileen M, membolos adalah masalah
utama bagi peserta didik yang memiliki efek negatif pada masa depan.
Perilaku membolos dapat menyebabkan putus sekolah, dan bisa
menyebabkan perilaku menyimpang.5
2Gantiana, Teori Dan Teknik Konseling (jakarta: pt indeks, 2016), h. 17.
3Defriyanto,"Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku
Membolos Peserta Didik Di SMA YP UNILA Bandar Lampung",Konseli : Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, Vol 2, 2015, h. 5. 4Mille& Plan, “Pembolosan dan Persepsi kinerja Sekolah”,Journal of Cognitive and
Behavioral Psychotherapies, Vol. 9, No. 2, September 2009, h. 2.
5Garry, Eileen M, “Pembolosan langkah pertama menuju masalah kenakalanRemaja”
Journal of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, Vol. 5, No. 2, Oktober, 2007, h. 2.
3
4. SMP PGRI 2 Bandar Lampung
SMP PGRI 2 Bandar Lampungyaitu lembaga pendidikan yang
berada di Jl. Pulau Singkep Sukabumi Bandar Lampung wilayah
kelurahanSukabumiKecamatanSukabumi Kota Bandar Lampung.
Berdiritahun 1986, pertama berdiri proses belajar mengajar diadakan di
SMP 1 Bandar Lampung pada siang hari kemudian pindah Jl. P. Antasari
Bandar Lampung tahun 2000 SMP PGRI 2 menempati lokasi baru di Jl.
Pulau Singkep Sukabumi Bandar Lampung dan pada Tahun 2016 menetap
di Jl. Pulau Sebesi, Gg. Tebu, Kel. SukarameBaru sampai sekarangSMP
PGRI 2 Bandar Lampung.
Berdasarkan penjelasan istilah-istilah tersebut dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan penelitian yang berjudul. Upaya Guru Bimbingan Dan
Konseling Dalam Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Dengan
Pendekatan Konseling Kelompok Teknik Behavior Contract Di SMP PGRI 2
Bandar Lampung merupakan penelitian tentang bagaimana penerapan konseling
kelompok melalui behavior contract dalam mengurangi perilaku membolos pada
peserta didik di SMP PGRI 2 Bandar Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
Dalam melakukan penelitian ini peneliti memilih judul. Upaya Guru
Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik
Dengan Pendekatan Konseling Kelompok Teknik Behavior Contract Di SMP
PGRI 2 Bandar Lampung. dengan beberapa alasan yaitu sebagai berikut:
4
1. Perilaku membolos bagi peserta didik sudah lama terjadi di lingkungan
sekolah, tidak terkecuali di SMP PGRI 2 Bandar Lampung.
2. Untuk mengatasi atau mengurangi perilaku membolos peserta didik di
SMP PGRI 2 Bandar Lampung Guru BK mengunakan konseling
kelompok dengan teknik behavior contract.
Dengan dasar tersebut maka peneliti ingin meneliti dan mengetahui
bagaimana upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengurangi perilaku
membolos peserta didik dengan pendekatan konseling kelompok teknik behavior
contract di SMP PGRI 2 Bandar Lampung.
5
C. Latar Belakang Masalah
Dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah seorang peserta didik tidak
akan lepas dari peraturan dan tata tertib, peserta didik juga di tuntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan peraturan tata tertib yang ada di sekolah. Maka dari itu
sekolah selalu menumbuhkan rasa pentingnya untuk menaati tata tertib yang
berlaku di sekolah untuk menumbuhkan disiplin yang tinggi dalam diri peserta
didik.
Pentingnya disiplin peserta didik di sekolah adalah untuk mendidik
peserta didik agar berperilaku dengan aturan dan tata tertib di sekolah. Dengan
terbentuknya disiplin peserta didik, maka sangat berarti untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan yang di harapkan.Untuk memperbaiki peserta didik
di sekolah, maka peran guru bimbingan dan konseling sangat membantu
mengatasi permasalahan pada peserta didik terkait dengan perilaku yang dapat
merugikan.
Membolos sebenarnya bukan hal baru bagi seorang pelajar setidaknya
mereka pernah mengenyam pendidikan. Tidak terkecuali di SMP PGRI 2 Bandar
Lampung faktor yang menyebabkan perilaku membolos yaitu, tidak masuk
kembali setelah izin, berhari-hari tidak mengikuti proses pembelajaran, tidak
menyukai pelajaan tertentu, berpura-pura sakit, sering keluar pada pelajaran
tertentu. Karena perilaku membolos itu sudah ada sejak dulu, tidak di kota-kota
besar,bahkan di daerah pun perilaku membolos sudah menjadi kegemaranyang di
lakukan oleh peserta didik. Tidak mengikuti proses pembelajaran, dan tidak hadir
saat absen, pada saat jam pelajaran tertentu. Apabila membolos yang di lakukan
6
peserta didik di biarkan atau tidak ada cara yang di tempuh untuk mencegah hal
tersebut maka akan berdampak pada prestasi peserta didik itu sendiri, karena tidak
mengikuti pelajaran yang berlangsung.
Seorang peserta didik seharusnya mampu memanfaatkan waktu degan
maksimal pada masa proses pendidikanya untuk mencari ilmu pengetahuan dan
segala sesuatu yang bemanfaat untuk dirinya, dengan tidak meninggalkan mata
pelajaran saat proses pembelajaran, yang tindakan tersebut justru dapat merugian
dirinya sendiri yaitu perilaku membolos.
Jika perilaku membolos yang di lakukan oleh peserta didik dibiarkan dan
tidak ditanggulangi dengan segera maka akan membawa kerugian bagi peserta
didik serta orang tuanya sendiri. Kerugian yang nyata dapat dilihat dari penurunya
prestasi belajar pada peserta didik dikarenakan tidak mengikuti pelajaran yang
berlangsung. Peserta didik seharusnya mampu memanfaatkan waktu mudanya
untuk menimba ilmu dan segala kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya, tetapi
peserta didik yang melakukan tindakan membolos dan menyia –nyiakan waktu
mudanya untuk belajarakan membawa kerugian, yang mana sudah dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr : 103 ayat 1-3 sebagai berikut:
Artinya :“ Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
keadaan merugi ( celaka ) kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,
saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran” (
QS Al-Ashr 103 : 1-3)6
6depatermen agama Ri, AL-Qur’an Dan Terjemah (bandung: depang ri pusat, 2007),h
601.
7
Pada surat Al-Ashr diatas dapat diketahui bahwa manusia akan mengalami
kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dengan
maksimal, karena waktu yang telah dilalui tidak mungkin terulang kembali. Maka
dari itu setiap manusia hendaknya dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan
menggunanakan waktu yang ada untuk selalu melakukan kebaikan, mencari
pahala, menaati peraturan yang ad serta menjauhi perbuatan yang dilarang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Ashr setiap manusia akan
mengalami kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan dapat memanfaatkan
waktu dengan baik.
Maka dari itu dengan adanya peran seorang guru bimbingan dan konseling
dapat mengatasi permasalahan peserta didik yang ada di sekolah. Karena jika
melihat konsep dasar dari bimbingan konseling yaitu memberikan pertolongan
terhadap masalah yang ada. Dan memang sudah seharusnnya seorang manusia
harus saling membantu dan memberikan pertolongan, sebagai mana Allah SWT
menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam( mengerjakan) kebaikan dan
taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran,dan bertaqwlah kamu kepada Allah,sesungguhnya Allah
amat berat siksanya.(Q.S.AL-Maidah:2)7
7Depatermen Agama, AL-Qur’an Dan Terjemah (PT Seagma Examadea: Bogor, 2015),h.
107.
8
Berdasarkan pengertian ayat di atas hendaklah kita sesama manusia harus
tolong-menolong dalam kebaikan. Dan janganlah menjerumuskan manusia dalam
perbuatan merugi.Segala sesuatu yang dikerjakan degan kebaikan akan
mendapatkan ridho dari Allah SWT
Salah satu cara yang dapat di lakukkan untuk mengatasi membolos
peserta didik adalah dengan menggunakan teknik behavior contract. Behavior
Contract merupakan persetujuan antara kedua belah pihak tanpa ada paksaan baik
tertulis maupun tidak tertulis.
Berdasarkanpra penelitian yang peneliti lakukandi SMP PGRI 2 Bandar
Lampung. Peneliti menemukan ada beberapa kasus yang terjadi pada saat proses
pembelajaran di sekolah, yaitu membolos pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Ada beberapa data yang memperkuat peneliti yaitu berdasarkan
wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP PGRI 2 Bandar
Lampung dan rekap absensi peserta didik.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Nur Rahman, S.Pd
selaku guru bimbingan dan koseling untuk mengetahui beberapa kasus yang
terjadi pada saat proses pembelajaran. Bapak Nur Rahman, S.Pd mengatakan
bahwa :
“Dalam proses pembelajaran dan pemberian pengetahuan kepada peserta
didik terambat dikarenakan masih ada peserta didik yang suka membolos
saat proses pembelajaran”.8
8Nur Rahman, Observasi Dan Wawancara di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Tanggal 26
Agustus 2019.
9
Selain wawancara dengan Bapak Nur Rahman, S.Pd peneliti juga
melakuan wawancara dengan salah satu siswa kelas VIII yang berinisial RI di
SMP PGRI 2 Bandar Lampung, RI mengatakan :
“Membolos adalah perilaku yang tidak baik dan merugikan bagi diri
sendiri karena tertinggal materi yang disampaikan Ibu dan Bapak guru,
tetapi saya heran masih banyak teman-teman yang masih sering membolos
waktu sekolah dan membolos menjadi hal yang sudah biasa di sekolah’’.9
Untuk memperkuat pernyataan tersebut peneliti juga melakukan
wawancara dengan peserta didik yang membolos yaitu yang berinisial DE, KJ,
MD, IM, RR, DS. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 26 Agustus 2019
dan mereka mengatakan :
“Membolos sebenarnya perilaku yang tidak baik dan merugikan diri kami
sendiri,karena kami tertinggal mata pelajaran yang diberikan saat itu
sehingga saat diberikan ulangan harian terkadang kami merasa kesulitan”
Melihat masalah yang terdapat di SMP PGRI 2 Bandar Lampung Bapak
Riko Arista, S.Pd selaku kepala sekolah di SMP PGRI 2 Bandar Lampung
mengatakan :
“Perilaku membolos merupakan perilaku yang sangat merugikan bagi
peserta didik maka dari itu kami selalu berusaha untuk mencari metode
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut”10
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Nur
Rahman, S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling dan dengan peserta didik
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peserta didik yang masih suka membolos
dan ditemukan bahwa peserta didik membolos sebenarnya mengetahui bahwa
perilaku membolos merupakan perilaku yang tidak baik bahkan mereka
9RI, Observasi Dan Wawancara di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Tanggal 26 Agustus
2019. 10
Riko Arista, Observasi dan Wawancara Di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Tanggal 26
Agustus 2019.
10
menyadari bahwa dengan membolos mereka akan mengalami kesulitan saat
diberikan ulangan akan tetapi perilaku membolos masih sering dilakukan oleh
beberapa peserta didik di SMP PGRI 2 Bandar Lampung.
Maka dari itu untuk memperjelas data awal peserta didik yang melakukan
membolos maka peneliti membuat tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Data Peserta Didik Membolos
Kelas VIIl di SMP PGRI 2 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran Semester Ganjil 2019/2020
No Nama Kelas
Keterangan
Jumlah
Intensitas
Membolo
s
Kategori
A I S
1 DE VIII A 6 Tinggi
2 KJ VIII A 4 Tinggi
3 MD VIII A 3 Sedang
4 IM VIII A 5 Tinggi
5 RR VIII A 3 Sedang
6 DS VIII A 3 Sedang
Sumber:Dokumentasi di SMP PGRI 2 Bandar Lampung Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2019/2020.11
Melihat permasalahan tersebut Bapak Nur Rahman, S.Pd mengatakan pada
saat diwawancara paa tanggal 27 Agustus 2019 bahwa untuk mengatasi
11
Sumber, Dokumentasi Absensi Kelas VIII di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.
11
permasalahan tersebut yaitu dengan dengan memberikan konseling menggunakan
teknik behavior contract.
Data tersebut di dapatkan dari hasil observasi dan wawancara pada 27
Agustus 2019 denganBapak Nur Rahman, S.Pd selaku guru bimbingan dan
konseling serta rekap absensi peserta didik kelas VIII di SMP PGRI 2 Bandar
Lampung melihat data tabel tersebut, maka peneliti menfokuskan kepada 6 peserta
didikyaitu, DE, KJ, MD, IM, RR, DS yang dapat di jadikan sebagai bahan
peneliti untuk memberikan konseling dengan teknik behavior contract dalam
menggurangi perilaku membolos pada peserta didik di SMP PGRI 2 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2019/2020.12
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Nur Rahman, S.Pd mengenai
peserta didik yang membolos, Bapak Nur Rahman, S.Pd mengatakan bahwa
terdapat beberapa indikator yang menyebabkan ke 6 peserta didik tersebut
membolos. Indikator yang sering terjadi yaitu, tidak masuk kembali setelah izin,
berhari-hari tidak mengikuti proses pembelajaran, tidak menyukai pelajaan
tertentu, berpura-pura sakit, sering keluar pada pelajaran tertentu.
Untuk memperkuat data tersebut pada tanggal 27 Agustus 2019 peneliti
juga melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik yang melakukan
membolos. Hasil wawancara tersebut yaitu:
“Mereka mengatakan bahwa mereka membolos karena guru dalam
menyampaikan mata pelajaran tidak menyenangkan sehingga mereka
keluar pada saat jam pembelajaran berlangsung. Selain itu mereka
membolos karena ada mata pelajaran yang tidak mereka sukai sehingga
mereka malas untuk mengikuti mata pelajaran tersebut, dan mereka sering
12
Nur Rahman, Observasi dan Wawancara di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Tanggal
27 Agustus 2019.
12
keluar pada saat pembelajaran berlangsung, dikarenakan tidak
mengerjakan tugas yang telah di berikan sebelumnya.13
Pada kasus Perilaku membolos yang dilakukan ke 6 peserta didik tersebut
maka dapat diketahui indikator sebab peserta didik membolos. Untuk lebih
jelasnya maka peneliti membuat tabel sebagai berikut :
Tabel 2
Indikator Peserta Didik Yang Membolos Tahun Pelajaran Semester Ganjil 2019/2020
No Indikator-
Membolos
Peserta Didik Ket
DE KJ MD IM RR DS
1 Tidak menyukai
pelajaran tertentu √ √ √
2 Tidak masuk kembali
setela izin √ √
3 Berhari-hari tidak
mengikuti proses
pembelajaran
√ √ √
4 Berpura-pura sakit √ √ √
5 Sering keluar pada
pembelajaran
tertentu
√ √
Sumber: Dokumentasi di SMP PGRI 2 Bandar Lampung Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Dilihat dari indikator tersebut maka pemberian layanan bimbingan dan
konseling difokuskan pada ke 6 peserta didik. Dikarenakan peserta didik tersebut
mempunyai masalah dalam membolos, apabila membolos tersebut dibiarkan
maka akan berdampak menurun prestasi belajar pada peserta didik. Dan yang
lebih mengkhawatirkan akan berdampak tingkah laku yang negatif, yaitu tidak
naik kelas.
13
Peserta Didik, Wawancara Peserta Didik di SMP PGRI 2 Bandar Lampung, Tanggal 27
Agustus 2019.
13
Dari data lapangan teersebut yang di peroleh pada saat observasi dan
wawancara dengan Bapak Nur Rahman, S.Pd selaku guru bimbingan dan
konseling di SMP PGRI 2 Bandar Lampung maka peneliti tertarik lebih jauh
untuk mengetahui bagaimana cara dalam menagani peserta didik yang membolos
dengan menggunakan layanan konseling kelompok melalui teknikbehavior
contract dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik di SMP PGRI
2 Bandar Lampung.
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian di fokuskan pada upaya guru
bimbingan dan konseling dalam mengurangi perilaku membolos peserta didik
dengan pendekatan konseling kelompok teknik behavior contract di SMP PGRI 2
Bandar Lampung.
E. Rumusan Masalah
Adapun berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berkut:
1. Bagaimana program guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi
perilaku membolos pada peserta didik melalui teknik behavior contract?
2. Bagaimana langkah-langkah teknik behavior contract yang di terapkan?
3. Bagaimana hasil dari behavior contract?
14
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana program guru bimbingan dan konseling
dalam mengatasi perilaku membolos pada peserta didik melalui teknik
behavior contract.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah teknik behavior contract
yang di terapkan
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari behavior contract
G. Signifikasi Penelitian
1. Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian ilmu serta
menambah wawasan bagi para konselor sekolah untuk menagani membolos
peserta didik.
2. Secara Praktis
a) Bagi guru bimbingan dan konseling
Dari penelitian ini di harapkan dapat memberi kontribusi untuk
guru bimbingan dan konseling dalam menagani peserta didik yang
membolos khususnya di SMP PGRI 2 Bandar Lampug.
b) Bagi Peneliti
Dengan Penelitian ini, peneliti semakin bertambah ilmu dan
wawasan terkait dengan teknik dalam melakukan konseling.
15
H. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis kualitatif
yaitu penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti
suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada
pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian
yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas,
namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati.14
Disebut kualitatif
karena sifat-sifat data yang dikumpulkan berupa data narasi dan tidak
menggunakan alat ukur data kuantitatif.
Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung data sebenarnya, data yang pasti yang merupakan
suatu nilai dibaik data yang tampak.15
Penelitian ini menggunakan kata-kata dan
rangkaian kalimat, bukan merupakan deretan angka atau statistik.Penelitian ini
berusaha mendiskripsikan Penerapan konseling kelompok melalui teknik behavior
contract dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik di SMP PGRI
2 Bandar Lampung.
B. Sumber Data
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
14
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perespektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 24. 15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 9.
16
dan lain-lain.16
Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor
konstektual.Untuk mendapatkan informasi dari sumber data, dilakukan melalui
wawancara atau pengamatan yang merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan
melihat, mendengar, dan bertanya. Kegiatan ini akan bervariasi dari situasi satu
kesituasi lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat menetapkan sumber data untuk
mendapatkan informasi tentang objek yang diteliti, adapun sumber data primer
dari penelitian ini adalah perilaku membolos pada peserta didik, wawancara
dengan guruk bk dan kepala sekolah di SMP PGRI 2 Bandar Lampung. Data
tersebut yang dikumpulkan peneliti dari sumber utamanya, dalam hal ini peneliti
mendapat data dari buku dan absensi kelas yang berkaitan dengan konseling
kelompok.untuk mengurangi perilaku membolos pada peserta didik.
Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh peneliti tidak secara
langsung dari subjek ataupun objek secara langung, akan tetapi pihak lain seperti
Bapak Nur Rahmann S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling di SMP PGRI 2
Bandar Lampung sebagai narasumber pendukung dalam penelitian ini.
Informan penelitian ini adalah Riko Arista sebagai kepala sekolah di SMP
PGRI 2 Bandar Lampung. Terkait tentang sejarah berdirinya SMP PGRI Bandar
Lampung letak geografis, keadaan pendidik, peserta didik dan sarana prasarana.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teknikpengumpulan data.Dan
yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis
16
Moleong J. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 157.
17
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat kenyataan apa
yang terjadi di lapangan dengan bantuan berbagai alat yang canggih sehingga apa
yang diteliti dapat di observasi dengan jelas.
Menurut Marshal obevasi merupakan proses dimana peneliti mempelajari
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. dari pengertian diatas metode
obervasi dapat dimaksudkan sebagai suatu cara dalam pengambilan data melalui
pengamatan langsung terhadap suatu pristiwa atau situasi yang ada di lapangan, dan
dari teknik ini peneliti menggunakannya untuk mengetahui data tentang penerapan.
Adapun Jenis – jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Obsrvasi Partisipasi pasif artinya, dalam hal ini peneliti datang di
tempat kegiatan yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut17
2) Observasi Terus – terang, artinya dalam hal ini peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber
data, bahwa sedang melakukan penelitian.
3) Observasi terstruktur, artinya dalam melakukan obsevasi peneliti
berpedoman pada apa yang telah dipersiapkan secara sistematis
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 227.
18
tentang apa yang akan diobservasi.18
2. Interview ( wawancara )
Menurut Esterbergwawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Susan Stainback wawancara
merupakan cara untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
dala menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi.
Adapun macam - macam wawancara adalah :
1) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstrukur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara
tersetruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan
pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara selesai
harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tipe
recorder, gambar, brosur, dan alat lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2) Wawancara Semi-struktur (Semistructure Interview)
Wawancara ini termasuk dalam kategori in-dept intervew, dimana
dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara tersetuktur.Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
18
Sugiyono,h . 228.
19
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan ide –idenya.
3) Wawancara Tak Berstruktur (Unstructure Intervie)
Wawan cara ini merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang aka
ditanyakan.19
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur, artinya
peneliti hanya melihat garis besar permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya dalam
proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Cara ini dilakukan untuk
memperoleh informasi yang diinginkan lebih efektif. Dengan metode ini peneliti juga
dapat melakukan wawancara dengan santai sehingga informan ramah dalam
memberikan informasi. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak di izinkan untuk
perekam suara dan video dikarenakan kerahasiaan dimana yang boleh mengetahui
hanya guru BK, maka peneliti hanya mencatat lalu menyimpulkan.
Teknik wawancara ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi antara
lain:
1. Wawancara Kepala Sekolah dan wakil Kepala Sekolah untuk mengetahui
sejarah dan profil Sekolah, visi dan misi, moto, sarana dan prasarana,
struktur organisasi kurikulum dan keadaan guru.
2. Wawancara dengan guru BK mengenai penerapan konseling kelompok
19
Sugiyono, h. 233.
20
melaui teknik behavior contract dalam mengurangi perilaku membolos
3. Wawancara dengan siswa mengenai penerapankonseling kelompok
melaui teknik behavior contract dalam mengurangi perilaku membolos.
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumen yaitu pengumpulan data
dengan mengumpulkan peristiwa yang suah berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara.20
D. Analisis Data
Menganalisis data sangat diperlukan dalam penelitian ini agar memperoleh
hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai hasil penelitian. Sebagaimana
pendapat berikut:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih manayang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwasanya analisa data kualitatif
adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisa berdasarkan data yang diperoleh,
20
Sugiyono, h. 240.
21
selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.21
Untuk
menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, terlebih dahulu diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi data)
Mereduksi data berarti menerangkan, memilih hal-hal pokok yang
berkaitan dengan perilaku membolos pada peserta didik dan memfokuskan pada
hal-hal yang penting yaitu terkait dengan perilaku membolos pada pesta didik dan
bagaimana penerapan konseling kelompok dengan teknik behavior contract,
kemudian dicari tema yang dijadikan objek sebagai reduksi data untuk data
penelitian.. Dengan demikin data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan data.22
Jadi reduksi data merupakan proses penyederhanaan dan pengkategorian
data. Proses ini merupakan upaya penemuan tema-tema, konsep-konsep dan
berbagai gambaran mengenai data-data, , baik gambaran mengenai hal-hal yang
serupa maupun yang bertentangan. Reduksi data merupakan proses berpikir
sintesif yang memerlukan kecerdasan dan wawasan yang tinggi.
Dengan demikian dapat dipahami dalam penyajian data ini akan dianalisis
data yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu dengan menguraikan seluruh konsep
yang ada hubungannya dengan pembahasan penelitian. Oleh karena itu semua
data-data dilapangan yang berupa dokumen hasil wawancara, dokumen hasil
observasi, dan lain sebagainya, akan dianalisi sehingga dapat memunculkan
deskripsi tentang Penerapan
21
Sugiyono, h. 335. 22
Sugiyono, h. 93.
22
2. Data display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif setelah data di reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Proses ini dilakukan untuk mempermudah
peneliti dalam mengkonstruksi data kedalam sebuah gambaran sosial yang utuh,
sselain itu untuk memeriksa sejauh mana kelengkapan data yang tersedia.
Selanjutnya dalam mendisplay kan data selain dengan teks naratif, juga dapat
berupa grafik, matrik, network, dan chart. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi merencanakan kerja
selanjutnya berdasaran apa yang telah difahami tersebut.
3. Verifikasi (penarikan kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analissa data kualitatif menurut Milles Hubberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif adalah merupakan temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah
ada.23
Kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.24
Dalam menganalisis data hasil penelitian ini, penulis menggunakan cara
analisis deskriptif kualitatif. Setelah data tersebut terkumpul dengan lengkap dari
lapangan, perlu mengadakan penelitian sedemikian rupa untuk mendapatkan suatu
kesimpulan yang berguna menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam
penelitian.
23
Sugiyono, h. 95-99. 24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Dan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2028), h.
345.
23
Setelah data diperoleh, baik hasil penelitian kepustakaan maupun hasil
penelitian lapangan, maka data itu diolah kemudian dianalisis, sehingga
menghasilkan kesimpulan akhir.Dalam pengolahan data yang diolah adalah hal-
hal yang tercantum dan terekam dalam catatan lapangan hasil wawancara atau
pengamatan.
Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian ini termasuk peneliti
menggunakan metode kualitatif, jadi data yang dihasilkan berupa kata-kata,
kalimat, gambar atau simbol
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan suatu cara yang banyak digunakan
dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengatasi masalah-masalah yang ada
pada peserta didik yang ada di sekolah yang selanjutnya di bimbing dan di
arahkan untuk menjadi lebih baik.Terkait dengan bimbingan dan konseling
banyak pendapat yang menjelaskan mengenai bimbingan dan konseling hal
tersebut dikarenakan adanya perbedaan sumber dan seseorang yang merumuskan.
Sedangkan yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu pemberian
arahan kepada seorang individu atau kelompokyang dilakukan secara
berkesinambungan agar seseorang yang diberikan bimbingan atau arahan dapat
memahami tingkah laku yang sedang dia lakukan tanpa menyimpang dari
kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.25
25
Dewa Ketut, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), h. 1 .
24
25
Terkait dengan bimbingan banyak para ahli yang mendifinisikan tentang
pengertian dari bimbingan. Para ahli yang menjelaskan tentang pengertian
bimbingan di antaranta adalah sebagai berikut :
a. Moh Surya
Bimbingan menurut Moh surya merupakan suatu proses pemberian
arahan kepada seseorang dengan tujuan agar dapat memiliki
pengarahan diri dan penyesuain diri terhadap lingkunganya. Dan
proses pengarahan berlangsung secara konsisten dan teratur.
b. Rochman Natawidjaja
Bimbingan menurut Rochman Natawidjaja merupakan adanya bantuan
yang diberikan agar seseorang dapat menjadi mahluk sosial yang baik.
c. Person
Person menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah
adanya proses pemberian arahan baik kepada individu baik itu anak-
anak remaja dan dewasa. Yang mana dalam proses pemberian arahan
yang memberikan pengarahan adalah seorang ahli.26
d. Prayitno
Yang dimaksud dengan bimbingan yaitu pemberian arahan kepada
seseorang agar dapat menentukan pilihan dan mempersiapkan diri
menjadi lebih baik.27
Dari beberapa penjelasan para ahli mengenai bimbingan dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah adannya proses
26
Ketut, h. 2. 27
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 92.
26
bantuan dari seseorang kepada individu maupun kelompok yang bertujuan untuk
mengarahkan untuk menjadi diri yang lebih baik serta mampu menentukan
pilihan yang tepat untuk melakukan sesuatu.Sebagai mana Allah SWT
menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S Al-
Mujadilah ayat 11)28
Dari pengertian ayat diatas hendaklah kita sesama manusia saling
menasehati dan membantu manusia untuk menjadi lebih baik dalam menentukan
pilihanya, agar tidak terjerumus dari perilaku yang minyimpang. Sebaik baikya
manusia bisa berguna untuk orang lain.
2. Pengertian Konseling
Jika berbicara mengenai bimbingan tentu tidak akan terlepas dari kata
konseling karena memang keduannya merupakan satu kesatuan. Kata konseling
tentu tidak asing lagi ditelinga kita karna memang sering terdengar di lingkungan
sekolah.Tetapi tidak sedikit yang tidak mengerti tentang pengertian konseling itu
sendiri.Yang dimaksud dengan konseling adalah terjadinya pertemuan antara
individu atau kelompok dengan seseorang yang di sebut dengan konselor.
28
Depatermen Agama, AL-Qur’an Dan Terjemah (PT Seagma Examadea: Bogor,
2015),h. 543.
27
Selain pengertian tersebut banyak para ahli yang merumuskan terkait
dengan pengertian konseling. Para ahli yang merumuskan tentang definisi dari
konseling diantarannya adalah sebagai berikut :
a. Jones
Yang dimaksud dengan konseling menurut Jones adalah terjadinya
kegiatan dimana siswa dikumpulkan dan dihadapkan pada masalah-
masalah tertentu lalu diarahkan agar dapat memecahkan masalah nya
sendiri.
b. Pepinsky
Pepinsky menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan konseling
merupakan terjadinya pertemuan antara konselor dan klien yang terjadi
dalam suasana yang profesional.Yang mana pertemuan tersebut
bertujuan untuk selalu memudahkan klien untuk melakukan perubahan-
perubahan yang baik terkait dengan tingkah laku dan dapat bersikap baik
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi.
c. Smith
Konseling menurut Smith yaitu terjadinya proses pemberian bantuan dari
konselor kepada konseli terkait dengan proses dalam memilih,
merencanakan dan penyesuain terhadap sesuatu29
Dari penjelasan dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan konseling adalah terjadinya pertemuan antara seseorang
indvidu yang disebut dengan konselor dengan seorang atau kelompok yang
29
Prayitno, h. 100.
28
disebut dengan konseli,yang mana dalam pertemuan itu konselor memberikan
arahan-arahan kepada klien terkait denagn masalah yang dihadapi.
Maka dari itu yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling disini
adalah suatu proses yang tidak terlepas dari pendidikan. Karena dalam porsesnya
selalu terkait dengan pendidikan. Bimbingan dan konseling dalam dunia
pendidikan juga merupakan suatu cara yang tepat dalam memberikan pengarahan
ataupun pendidikan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang
ada dalam diri agar dapat memiliki sikap spritual yang baik, cerdas kepribadian,
ketrampilan dan akhlak yang mulia.
B. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
melakukan proses konseling. Pelaksanaan konseling kelompok terdiri dari 4-8
konseli yang bertatap muka dengan 1-2 konselor.Sedangkan dalam prosesnya
konseling kelompok merupakan terjadinnya pembicaraan tentang masalah-
masalah baik terkait dengan bagaimana membangun komunikasi yang baik,
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, pengembangan kualitas harga diri
serta pengembangan ketrampilan-ketrampilan.30
Sedangkan Gazda menjelaskan bahwa yang di maksud dengan konseling
kelompok adalah terjadinya proses interpersonal serta memiliki sifat dinamis
yang terfokus pada masalah cara berfikir serta tingkah laku seseorang dengan
melibatkan manfaat-manfaat terapi yang memungkinkan, serta terarah pada
30
Edi Kurnanto, Konseling Kelompok (bandung: alfabeta, 2014), h. 7.
29
fakta-fakta, pembersihan diri, saling percaya, pengawasan dan penerimaan
bantuan.31
Maka dari itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan konseling
kelompok merupakan terjadinnya proses antar seseorang yang bersifat lentur,
yang terfokus pada pikiran dan Perilaku seseorang yang disadari untuk di beri
pembinaan dengan cara membentuk kelompok kecil yang bertujuan agar sesama
anggota kelompok saling mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan
konselor. Hal tersebut berfungsi untuk meningkatkan pemahaman serta
penerimaan diri pada nilai-nilai kehidupan untuk dapat memiliki hidup yang
lebih baik.
2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok
Setelah mengetahui tentang pengertian konseling kelompok maka ada
beberapa fungsi layanan kelompok yang harus diketahui.
Konseling kelompok merupakan layanan konseling yang memiliki dua
fungsi yaitu sebagai berikut :
1) Fungsi Layanan Kuratif
Fungsi kuratif merupakan pemberian layanan konseling yang
diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan baik yang dialami
oleh sorang individu.
2) Fungsi Layanan Preventif
Fungsi preventif merupakan layanan konseling yang mengarahkan
agar tidak terjadi persoalan pada diri individu.
31
Kurnanto, h. 8.
30
Konseling kelompok juga memiliki peran yaitu berfungsi untuk
pencegahan dan penyembuhan. Yang dimaksud pencegahan disini yaitu
pemberian bantuan pada diri individu yang memiliki kelemahan dalam dirinya
agar mampu menyelesaikan masalah yang dialami di masyarakat misalnya
masalah komunikasi dengan lingkungan masyarakat setempat. Dan yang
dimaksud dengan konseling kelompok bersifat penyembuhan adalah pemberian
bantuan kepada individu untuk mengatasi masalah yang dialami.
3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dengan tujuan mengapa
kegiatan dilakukan.Begitu pula dengan diadakannya layanan konseling kelompok
tentu memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan dari di adakannya layanan
konseling kelompok menurut winkel adalah sebagai berikut :
1) Setiap anggota dapat memahami dirinya dengan baik serta mampu
menemukan pribadinya sendiri sehingga dengan demikian
seseorang dapat mampu untuk lebih percaya pada dirinya sendiiri
dan tidak menolak hal-hal baik yang ada pada dirinya.
2) Terjadinnya komunikasi antara anggota kelompok sehingga
masing-masing anggota kelompok dapat membantu dalam
menyelesaikan permasalahan yang timbul pada fase perkembangan
mereka.
3) Menjadikan anggota kelompok memiliki kemampuan dalam
mengatur dirinya dan mengarahkan hidupnya.32
32
Kurnanto, h.9-10.
31
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
layanan konseling kelompok memiliki tujuan untuk memberi bantuan kepada
masinng-masing individu dalam menyelesaikan masalahnya dengan baik.
4. Dimensi-dimensi dalam Konseling Kelompok
Dalam konseling kelompok terdapat dimensi-dimensi yang perlu
diperhatikan. Dimensi-dimensi tersebut diantarannya adalah sebagai berikut :
1) Iklim Kelompok
Dalam pelaksanaan konseling kelompok tentu melibatkan banyak
individu, dimana setiap individu pasti memiliki kesenangan dan kebiasaan yang
berbeda.Kebiasan-kebiasan itu biasannya berhubungan dengan ruangan pribadi,
ruang keluarga atau tempat rekreasi dan sebagainya. Setiap individu
menginginkan apa yang menjadi kesenangan dan kesenangan tersebut selalu
melekat dalam kesehariannya.
Sayangnya aspek-aspek tersebut menjadi suatu hal yang sering dibiarkan
dan dilupakan oleh pemimpin kelompok. Bahkan beberapa konselor dalam
konseling kelompok sering tidak memperhatikan pentingnya lingkungan sekitar
dan pada hal yang berkaitan dengan keseluruhan dari proses pelaksanaan
kelompok
2) Interasi
Dalam sebuah konseling kelompok, interaksi sangat berperan penting
dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil. Itulah mengapa sebabnya
konselor harus memiliki Skill yang memadai untuk menciptakan interaksi yang
multi arah antar sesame anggota kelompok.
32
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas interaksi yang terjadi
dalam sebuah proses konseling kelompok yaitu , adannya skill dari konselor,
ukuran kelompok yang dibentuk oleh konselor juga keaktifan anggota untuk
terlibat secara suka rela dalam proses konseling kelompok. Selain itu factor
setting lingkungan juga sangat signifikan pengaruhnya.
3) Keterlibatan
Menjadi annggota pada sebuah konseling kelompok, tidak hanya
menjadikan seseorang mempunyai keterlibatan yang tinggi dalam kelompoknya.
Ketika konseli tidak terlibat secara penuh dalam kegiatan kelompok, maka proses
pe;laksanan konseling tidak akan dapat berjalan secara maksimal. Padahal
kemaksimalan proses akan mempengaruhi maksimal atau setidaknya hasil
konseling. Dengan demikian jika menginginkan hasil yang maksimal maka
konselor harus dapat melibatkan konseli secara total, yaitu dengan segenap fisik
dan jiwanya.
4) Kohesi
Kohestifitas dalam kelompok menggambarkan ikatan bersama yang terjadi
antar anggota dalam sebuah kelompok agar mereka dapat mempertahankan
komitmen yang telah disepakati bersama. Tetapi walaupun dilaksanakan bersama-
sama dalam kelompok, tjuan konseling kelompok tetap mengarah pada tujuan
masing-masing individu anggota kelompok tersebut.
Secara umum tujuan-tujuan yang bisa diperoleh oleh para konseli dalam
konseling kelompok adalah sebagai berikut:
33
a. Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
b. Memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri
c. Mengenal komunitas tentang kebutuhan –kebutuhan dan masalah-
masalah konseli dan mengembangkan rasa universalitas
d. Untuk mendapatkan cara-cara alternative dalam mengatasi masalah-
masalah perkembangan secara normal dan memecahkan konflik-
konflik tertentu
e. Untuk meningkatkan penerimaan, kepercaaan dan penghargaan diri
untuk mencapai suatu pandangan baru tentang diri
f. Untuk meningkatkan pengarahan diri, kemandirian, dan tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan orang lain
g. Untuk menyadari pilihan-pilihan dan membuat pilihan yang bijaksana
h. Untuk membuat perencanaan-perencanaan khusus
i. Untuk belajar ketrampilan social yang efektif
j. Untuk menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan-kebutuhan dan
perasaan-perasaan orang lain
k. Untuk belajar tentang cara menghadapi orang lain dengan perhatian,
kepedulian, kejujuran, dan keterarahan
l. Untuk beralih dari hanya memenuhi harapan orang lain ke belajar
untuk hidup dengan harapannya sendiri
m. Untuk mengklarifikasi nilai-nilai seeorang dan menentukan cara
memodifikasinya.33
33
Kurnanto, h. 91-99.
34
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuh
tujuan tersebut seorang konselor dituntut untuk bisa melaksanakannya dengan
sempurna. Meskipun tuntutan tersebut terkadang membuat konselor agak sulit
untuk memulai, terutama bagi konselor pemula.
5. Keterampilan Dasar Untuk Pemimpin Kelompok
Konselor yang baik seharusnya sebelum dimulainya pelaksanaan
konseling kelompok maka terlebih dahulu perlu memberikan beberapa
pengetahuan atau keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh ketua kelompok.
Jacob menyebutkn ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki konselor
dalam layanan keelompok. Keterampilan tersebut diantarannya adalah sebagai
berikut :
1) Active Listening ( Mendengar Aktif )
Sebagai pemimpin kelompok disini berarti harus memiliki
kemampuan dalam mendengarkan isi, suara ataupun bahasa tubuh
seseorang saat berbicara. Pemimpin kelompok juga memiliki tugas
yang lebih besar yaitu harus memiliki kemampuan dalam
mendengarkan semua anggota dalam satu waktu yang sama.
2) Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi disini adalah Perilaku yang
mencerminkan bahwa telah memahami atas isi, perasaan maupun
yang terdapat pada keduanya. Hal tersebut bertujuan untuk
membantu anggota kelompok yang berbicara menyadari akan apa
yang dibicarakan dan mengkomunikasikan bahwa pemimpin
35
kelompok memahami apa yang sedang dirasakan anggota
kelompok.
3) Meringkas
Pembimbing kelompok harus memiliki kemampuan yang baik
dalam meringkas.Karena tanpa adannya ringkasan dapat
menyebabkan anggota hanya menangkap sebagian poin kecil
bahkan poin yang tidak ada kaitannya.
4) Pendorong dan Pendukung
Kemampuan dalam memberikan dorongan dan dukungan
merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki
seorang pemimpin kelompok.Tanpa adaya kemampuan ini maka
pemimpin tidak dapat memberikan bantuan kepada anggota
kelompok jika dalam keadaan atau situasi yang mereka alami.34
6. Persiapan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan layanan konseling yang memiliki
kekhasan tersendiri yang sampai batas tertentu berbeda dengan bentuk-bentuk
pelayanan bimbingan konseling lainnya. Dengan adanya kekhasan tersebut maka
konseling kelompok ini memliki tujuan-tujuan tersendiri yang berbeda dengan
sasaran-sasaran yang bias dicapai dengan pelayanan bimbingan yang lain.
Tetapi untuk memenuhi tujuan tersebut, seorang konselor dituntut agar
dapat melaksanakan dengan sempurna yang mana hal tersebut justru dapat
34
Kurnanto, h. 19.
36
membuat konselor pemula kesulitan untuk memulai. Adapun untuk memulai
konseling kelompok dapat dimulai dengan hal-hal berikut :
1) Memulai Konseling Kelompok
Meskipun para teoritis dan peneliti konseling kelompok dalam berbagai
setting tetapi masih sering terjadi ketidak pahaman yang dialami banyak pelatih
konselor, terutama mereka yang terlibat dalam kegiatan konseling kelompok.
Kesulitan ini terutama dalam hal mengambil langkah awal, karena banyak
diantara konselor yang tidak mau mengambil resiko melalui program kelompok.
Seharusnya dengan modal pengetahuan yang tersedia yang berkaitan
dengan hasil positif, prosedur, dan proses, praktisi konselor harus mengambil
inisiatif awal untuk terjun ke pengalaman pertama dengan kepemimpinan
kelompok.
2) Penelitian dan Pengambilan Keputusan
Dalam setiap kelompok seharusnya dimulai dengan adanya ide yang
dengan cepat diikuti oleh keputusan. Seperti halnya layanan konseling individu,
seorang konselor kelompok harus memutuskan apa jenis konseli mereka akan
dapat menikmati dan kompeten bekerja untuk melakukan treatment kelompok,
terkadang keputusan untuk bekerja dengan populasi tertentu berasal dari
keinginan konselor sendiri, tetapi terkadang juga dapat berasal dari kebutuhan
yang ada dalam lingkungan pekerjaan konselor.
3) Wawancara Peer group
Pada proses pembentukan kelompok tentu tidak otomatis menjadi terapi.
Sama seperti dalam pelaksanaan konseling individu, hubungan orang per orang
37
dalam kelompok bias lebih baik atau lebih buruk. Pemimpin dalam kelompok
harus bertanggung jawab kepada diri mereka untuk melakukan segala sesuatu
yang biasa memastikan bahwa proses konseling kelompok yang dilakukan
mendapatkan hasil yang baik. Adapun hal yang dapat dilakukan sebelum
kelompok itu bertemu untuk pertama kalinya, yaitu dengan melakkan perrgroup.
4) Aturan Untuk Proses Kelompok
Beberapa daftar aturan untuk kelompok dengan intruksi untuk memilih
dan mendiskusikan aturan yang sekirannya sulit bagi mereka untuk melakukannya
adalah sebagai berikut :
a. Biarkan orang lain mengetahui ide yang anda miliki, karena dengan
adanya berbagai pikiran dan reaksi dengan kelompok lain akan
merangsang anggota kelompok dan akan membantu mereka untuk
berbagai apa yang mereka pikirkan.
b. Ajukan pertanyaan anda. Apabila anda ingin menanyakan suatu hal
maka tanyakanlah karena dalam kelompokini tidak ada pertanyaan
yang dianggap bodoh. Karena bias jadi kelompok lain juga ingin
menanyakan hal yang sama’
c. Jangan terlalu menguasai pembicaraan. Orang lain berpartisipasi juga,
dan mereka tidak dapat melakukannya jika anda mengambil terlalu
lama waktu untuk mengekspresikan ide-ide anda.
d. Bantulah anggota lain untuk berpartisipasi. Jika seseorang tampak
seola-ola dia ingin mengatakan sesuatu tapi belum, doronglah orang itu
untuk melakukan
38
e. Dengarkan baik-baik pembicaraan anggota lainnya. Cobalah untuk
selalu mendengarkan dengan perhatian sehingga anda bisa mengulangi
apa yang anggota lain katakana. Karena jika anda mendengarkan orang
lain maka anda akan didengarkan orang lain juga
f. Keberadaan anggota kelompok disini adalah untuk membantu.
Masalah tentu dapat diselesaikan secara bersama-sama dan dalam
membantu orang lain secara tidak langsung anda telah membantu diri
anda sendiri.
g. Jangan merasa paling benar tetapi coba menerima setiap sudut pandang
dari orang lain
h. Selalu siap untuk melakukan diskusi. Apabila disksi itu
membingungkan bagi diri anda maka katakannlah demikian.
i. Dalam kelompok ini, stiap anggota diperkenankan untuk berbicara
tentang perasaan dan reaksi anda.
5) Memfasilitasi Tanggung Jawab
Diasumsikan bahwa tanggung jawab atas perilaku sendiri bukanlah
sesuatu yang terjadi secara otomatis dalam konseling kelompok. Konselor
kelompok harus mampu memfasilitasi jenis iklim yang tidak hanya
memungkinkan tetapi juga mendorong anggota kelompok untuk terlibat dalam
proses menentukan apa kontribusi yang akan mereka berikan dan apa saja akan
dapatkan ketika keluar kelompok.
Tergantung pada posisi teoritis dan filosofis konselor kelompok, peran
yang dirasakan adalah untuk memulai, memotivasi,mendorong partisipasi, atau
39
memfasilitasi keterlibatan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
membantu dalam memfasilitasi tanggung jawab yaitu sebagai berikut :
a. Membantu para anggota belajar tentang bagaimana cara berkerja sama
secara efektif
b. Konseling kelompok merupakan pengalaman baru bagi sebagian besar
anggota
c. Karena sifat alamiah dari proses kelompok, konselor mungkin berpikir
sangat sedikit yang dicapai dalam beberapa sesi pertama dan konselor
harus mengakui ini sebagai kebutuhan pribadi dari pada para anggota
yang perlu menyelesaikan sesuatu
d. Pada kebanyakan kelompok, awalnya ada kecenderungan pada bagian
anggota untuk memberikan tanggung jawab mereka kepada konselor
e. Konselor kelompok memiliki tanggung jawab untuk membantu
anggota untuk menanggapi satu sama lain
f. Konselor harus berhati-hati untuk mnghindari apa saja yang
menyiaratkan jawaban “ harus”, karena akan muncul kesan adannya
unsur paksaan
g. Dengan menjawab semua pertanyaan dengan jawaban lansung,
konselor kelompok cepat menjadi sumber jawaban dan dengan
demikian membuat tanggung jawab anggota untuk menemukan solusi
menjadi menurun
40
h. Ketika konselor memungkinkan kelompok unntuk mengatur
kesungguhan anggota, kelompok akan bertanggng jawab terhadap
perilaku mereka
6) Kesabaran : Prasyarat
Terkadang konselor kelompok mungkin mengalami kesulitan dalam
menahan dirinya sendiri dalam kelompok. Hal ini tampaknya terutama berlaku
ketika konselor merasa mengaami hal yang terjadi atau bahkan ketika konselor
melihat apa yang orang lain perlukan dalam kelompok.
7) Tanggung Jawab Anggota Kelompok
Anggota kelompok adalah seseorang yang mungkin mengalami perubahan
peribadi ketika mereka diizinkan untuk bertanggung jawab atas perubahan
tersebut. Potensi untuk perubahan akan sangat meningkat ketika anggota
kelompok diberikan kebebasan untuk menjadi dan pada saat yang bersamaan
dibantu untuk menerima tanggung jawab untuk menghasilkan perilaku. Ketika
anggota mengalami kesempatan untuk menerima tanggung jawab, mereka
menemukan bahwa mereka percaya diri mereka lebih penuh dan sebagian
hasilnya adalah lebih bersedia mengambil risiko dan untuk mengekplorasi
kedalam batin yang mereka memiliki. Dengan demikian, pertumbuhan pribadi
tentu akan mudah terjadi ketika fasilitasi oleh keterlibatan anggota untuk
bertanggung jawab dalam perubahan perilaku mereka sendiri.
8) Mencapai Stabilitas Pada Konseling Kelompok
Berkelompok merupakkan suatu keniscayaan.Bagi orang-orang yang
bergerak dibidang pekerja social, pengelolaan kelompok merupakan sesuatu yang
41
menarik. Hal ini dikarenakan adanya asumsi bahwa secara alamiah bahwa orang-
orang akan cenderung untuk pembentuk kelompok secara spontan. Dalam hal ini
konselor pendidikan berada dalam posisi menggunakan prinsip pembentukan
konseling kelompok.35
Dari beberapa penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa dalam
menjalankan konseling kelompok agar dapat berjalan dengan baik dan dapat
mewujudkan apa yang menjadi tujuan konseling kelompok, maka dalam
menerapkannya harus memperhatikan persiapan-persapan yang matang dalam
pelaksanaannya.
7. Tahap-tahap Konseling Kelompok
Agar pelaksanaan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik maka
sebelumnya harus memahami tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan konseling kelompok. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1) Tahap Pembentukan Kelompok
Dalam penerapan konseling kelompok pembentukan kelompok adalah hal
penting yang perlu diperhatiakan. Karena pembentukan kelompok pada awal
pertemuan memiliki pengaruh yang besar pada keberlangsungan proses konseling
selanjutnya.
Dalam pembentukan kelompok agar terjadi kerja sama yang baikterdapat
beberapa hal yang harus dilakukan yang pertama yaitu, memilih anggota
kelompok, karena unsur terpenting terjadinya suatu kelompok adalah adannya
35
Kurnanto, h. 101-116.
42
anggota kelompok, keduayaitu mengatur jumlah peserta pada kelompok,
ketigafrekuensi lamanya pertemuan, keempat jangka waktu pertemuan kelompok
dan yang terahir yaitu tempat berkumpul atau bertemunya kelompok.36
2) Tahap peralihan
Tahap peralihan merupakan tahap yang penjadi penghubung antara tahap
pertama dengan tahap ketiga. Pada tahap peralihan ini memiliki tujuan untuk
membuat anggota kelompok terlepas dari rasa atau perasaan ragu, malu atau
perasaan tidak saling percaya dalam proses masuk ke tahap berikut nya.
Pada tahap peralihan ini adalah mulai menjelaskan tentang kegiatan apa
yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Dan pada tahap ini situasi kelompok
mulai tumbuh sehingga pada tahap ini anggota kelompok mulai memiliki
kepedulian terhadap apa yang di fikirkan terhadapnya dan mulai mengekspresikan
diri untuk di dengarkan anggota lainnya.
Sedangkan menurut Prayitno ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan
pada tahap ini, kegiatan tersebuat adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan kegiatan selanjutnya
b. Menawarkan dan mengamati anggota kelompok terkait kesiapan untuk
mengikuti tahap selanjutnya
c. Membahas kondisi yang terjadi
d. Meningkatkan kualitas anggota
e. Jika diperlukan kembali ke beberapa aspek tahap pertama.37
36
Kurnanto, h. 136-151. 37
Kurnanto, h. 157-158.
43
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahap
peralihan ini merupakan tahap pemantapan untuk beralih ke tahap berikutnya
dengan memperhatikan keadaan berbagai aspek dari anggota kelompok. Dengan
arti lain tahap ini merupakan jalan untuk menuju pada tahap konseling yang
sebenarnya.
3) Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan pada koseling kelompok merupakan tahap dimana
terjadinya pembahasan yang berkaitan dengan kehidupan anggota kelompok
secara tuntas dan mendalam.Dalam tahap ini terjalinnya diskusi, saling bertukar
pendapat dan pengalaman serta mencari solusi dari berbagai masalah yang sedang
dialami.38
4) Tahap Penutupan
Dalam pelaksanaan konseling kelompok juga sama dengan konseling
lainnya yang mana dalam prosesnya harus ada batasan waktu yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya ketergantungan konseling terhadap konselor. Karena
konselor tentu tidak dapat memberikan pelayanan secara terus menerus.
Pada tahap penutupan merupakan penilaian dan tindak lanjut tentang apa
yang selanjutnya akan dilakukan, menemukan hasil kegiatan kelompok yang
dicapai, menumbuhkan rasa kebersamaan meskipun kelompok telah berahir serta
merumuskan kegiatan lebih lanjut.
38
Kurnanto, h. 159-170.
44
5) Tahap Evaluasi Kelompok
Evaluasi kelompok merupakan tahap yang perlu dilakukan yang bertujuan
agar dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan terus menerus bagi
konselor dan anggota kelompok.39
6) Tahap Tindak Lanjut
Kegiatan yang menjadi ahir dari konseling kelompok adalah adanya tindak
lanjut baik yang dilaksanakan kelompok maupun individu.Pada tahap ini juga
para anggota kelompok menceritakan pengalamannya selama mengikuti kegiatan
kelompok. Dan pemimpin kelompok pada tahap ini dapat melakukan wawancara
untuk mengevaluasi apakah anggota kelompok telah memahami apa yang telah
dibicarakan selama proses konseling dengan demikian dapat diketahui tingkat
keberhasilan kegiatan konseling kelompok yang berlangsung.40
8. Keunggulan Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu teknik konseling yang memiliki
beberapa kelebihan. Natawijaya menyebutkan secara rinci terkait dengan
kelebihan konseling kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menghemat waktu dan energi
Dengan dibentuknya suatu kelompok maka secara tidak langsung hal
tersebut dapat menghemat waktu dan energi bagi konselor itu sendiri.
Karena dengan konseling kelompok konselor dapat lebih banyak
menangani konseli dalam waktu sang sama..
39
Kurnanto, h. 179. 40
Kurnanto, h. 186.
45
b. Menyediakan sumber belajar dan masukan memasukan sumber data
bagi konseli. Dalam konseling kelompok terdiri dari beberapa anggota
kelompok. Dengan adannya beberapa anggota kelompok tersebut tentu
mereka dapat saling berbagi informasi, ide, dan pandangan.
c. Dapat menjadi sarana eksplorasi
Dengan terbentuknya kelompok maka koseli memiliki motivasi untuk
melakukan eksplorasi terkait dengan kebutuhan masalah
perkembangan serta penyesuaian diri masing-masing.
9. Keterbatasan Konseling Kelompok
Selain kelebihan atau keunggulan yang dimilki konseling kelompok,
konseling kelompok juga memilikii beberapa keterbatasan. Pletrofesia
menyebutkan beberapa keterbatasan yang terdapat pada konseling
kelompok, keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tidak cocok juga digunakan untuk mengatasi masalah Perilaku
tertentu misalnya agresif yang ekstrim, konflik kakak dan adik atau
orang tua yang intensif
b. Konselor kelompok harus terlatih dan terampil
c. Kerjasama yang baik antar kelompok merupakan kunci keberhasilan
namun hal tersebut sulit di capai.41
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa konseling
kelompok selain memiliki kelebihan atau keunggulan dalam pelaksanaanya juga
memiliki keterbatasan. Dengan demikian keberhasilan konseling kelompok adalah
41
Kurnanto, h. 27-32.
46
di tentukan dari hubungan kerja sama yang baik antara konselor dengan anggota
kelompok.
C. Teknik Behavior Contract
1. Pengertian Behavior Contract
Behavior Contract merupakan proses mengatur kondisi sehingga konseli
menampilkan tingkah laku yang ingin dicapai berdasarkan kontrak dengan
konselor.42
Sedangkan dalam kamus istilah konseling dan terapi yang dimaksud
dengan behaviaor contract adalah terjalinnya kesepakatan antara konselor dengan
konseli yang berkaitan dengan proses penyembuhan.43
Lutfi Fauzan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan behavior
contractadalah terjadinnya perjanjian antara dua orang atau lebih dalam
melakukan kegiatan tertentu. Baik terkait dengan siapa yang melakukan apa yang
dilakukan dan kegiatan apa yang akan dilakukan serta dalam hal bagaimana
kontrak dapat dibatalkan.44
Behavior Contract juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik yang
bertujuan untuk mengurangi Perilaku membolos yang diawali dengan adannya
perjanjian yang disepakati pada awal pertemuan oleh dua orang individu terkait
dengan target Perilaku yang ingin dicapai.45
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan behavior contract adalah terjadinya kesepakatan antara dua orang atau
42
Gantina, Teori Dan Teknik Konseling (Jakarta: PT Indeks, 2016), h. 172. 43
Mapiare, Kamus Istilah Konseling (Jakarta: Gravindo Persada Raja, 2016), h. 64. 44
Mapiare, h. 66 . 45
Busmayaril, " Konseling Kelompok Menggunakan Teknik Behavior Contract Sebagai
Layanan Pada Peserta Didik Yang Memiliki Perilaku Membolos, "Konseli: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, Vol 5, No 2 2018, 2018, h. 1.
47
lebih dalam rangka melakukan kegiatan konseling untuk proses penyembuhan
atau pencapaian tingkah laku yang ingin dicapai.
2. Prinsip dasar Contract
Dalam penerapan konseling kelompok menggunakan teknik behavior
contract terdapat beberapa prinsip dasar dalam kesepakatan kontrak. Prinsip dasar
dalam kontrak yaitu sebagai berikut :
a. Adannya penguatan dalam melakukan kontrak
b. Tidak menunda pemberian reinforcement
c. Terjadinya akhir kesepakatan setelah proses negoisasi
d. Kontrak tidak merugikan satu sama lain
e. Adanya kejelasan dalam kontrak terkait dengan target Perilaku,
frekuensi dan batasan kontrak
f. Pelaksanaan kontrak harus terintergrasi dengan sekolah.46
3. Tahap-tahap Behavior Contract
Menurut Gantina terdapatbeberapa langkah atau tahap yang perlu untuk
dilakukan dalam pembuatan kontrak. Tahap-tahap tersebut tersebut adalah:
a) Memilih tingkah laku yang akan dirubah
b) Menentukan data awal tingkah laku yang akan dirubah
c) Menentukan jenis penguatan yang akan diterapkan
d) Memberikan reinforcement setiap saat tinggkah laku yang diinginkan
untuk ditampilkan sesuai jadwal kontrak yang telah di sepakati
46
Gantiana, h. 172.
48
e) Memberikan penguatan setiap kali tingkah laku yang ditampilkan
menetap.47
4. Tujuan dan Manfaat Behavior Contract
a) Tujuan Behavior Contract
Teknik behavior contract memiliki beberapa tujuan. Lutfi Fauzan
menyebutkan ada beberapa tujuan behaviorcontract tujuan tersebut yaitu :
a. Menciptakan situasi baru yang terkait dengan tingkah laku
b. Menghilangkan tingkah laku yang tidak baik
c. Memantapkan tingkah laku baru dan mempertahankan
d. Meningkatkan pilihan pribadi dan menciptkan kondisi baru pada
proses pembelajaran.48
b) Manfaat Behavior Contract
Penggunaan teknik behavior contract ini memiliki beberapa manfaat
diantarannya adalah :
a. Mengarahkan individu untuk meninngkatkan Perilaku yang baik dan
meninggalkan Perilaku yang tidak baik
b. Membantu untuk menjadikan individu menjadi lebih disiplin dalam
bertingkah laku
c. Meningkatkan tingkat kepercayaan diri individu
d. Menjelaskan tentang hal yang dapat mengubah Perilakunya sendiri.49
c) Kelebihan dan Kekurangan Behavior Contract
47
Gantiana, h. 173. 48
Fauzan Lutfi, Kontrak Perilaku (Jakarta: Rineka Cipta, 2017), h. 24. 49
Gantiana, h. 26-27.
49
a. Kelebihan
Behavior contract memiliki kelebihan diantarannya adalah sebagai
berikut :
1) Dalam pelaksanaanya mudah dan sederhana
2) Dalam penerapan dapat di kombinasikan dengan pelatihan lain
3) Melihat dengan perasaan dan sikap
4) Dapat dilakukan dengan individu maupun kelompok
b. Kekurangan
Selain kelebihan behavior contract juga memiliki kekurangan,
kekurangan tersebut yaitu sebagai berikut.
1) Sederhana tetapi memerlukan waktu yang tidak sedikit tergantung
dengan kemampuan individu.
2) Jika konselor yang tidak memberikan pelayanan yang baik maka
tipelatihan tidak dapat berjalan dengan baik pula.
D. Perilaku Membolos
1. Pengertian Perilaku membolos
Perilaku dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai apa yang ingin
dicapai. Sedangkan Azwar mejelaskan bahwa yang dimaksud dengan Perilaku
membolos adalah reaksi yang diperoleh dari stimulus yang bertujuaan untuk
mencapai sesuatu.50
Sedangkan yang dimaksud dengan Perilaku membolos menurut. Kun
Maryati adalah terjadinya suatu penyimpangan yang berkaitan dengan
50
Sayfudin Azwar, Sikap Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 9.
50
penyimpangan Perilaku. Yang mana penyimpangan tersebut biasannya terjadi
karena adanya tindakan yang tidak baik seperti pemberian julukan, cap atau merk
yang tidak sesuai dengan nilai-nlai norma yang ada. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku membolos
adalah suatu tindakan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan
adanya suatu hal yang membuat seseorang mendapat stimulus untuk melakukan
perilaku tersebut. Sebagai mana Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an surat
Hud ayat 112 sebagai berikut:
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha
melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud:112)51
Berdasarkan pengertian ayat diatas hendaklah kita sesama manusia jagan
berbuat perilaku yang menyimpang karena perilaku yang menyimpang akan
merugikkan diri sendiri.
2. Kriteria Membolos
Membolos merupakan suatu Perilaku yang menyimpang yang dilakukan
sesorang. Ada beberapa kriteria Perilaku yang dapat di kategorikan sebagai
Perilaku membolos, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berhari – hari tidak mengikuti proses pembelajaran
b. Tidak mengikuti mata pelajaran tertentu
c. Sering keluar pada pelajaran tertentu
d. Tidak masuk kembali setelah izin
e. Memilih hari-hari tertentu saat berangkat sekolah
51
Depatermen Agama, AL-Qur’an Dan Terjemah (PT Seagma Examadea: Bogor,
2015),h. 234.
51
f. Tidak mengikuti mata pelajaran karna tidak disenangi
g. Berpura-pura sakit
h. Izin dengan alasan yang tidak jelas
3. Kemungkinan Sebab Membolos
a. Adanya Perilaku guru yang tidak disenangi
b. Guru kurang memberikan perhatian
c. Merasa dibanding-banding kan dengan teman lainnya
d. Saat proses pembelajaran tidak menyenangkan
e. Tidak percaya diri saat pembelajaran
f. Terpengaruh oleh teman
g. Tidak membuat tugas sehingga takut untuk masuk.
4. Kemungkinan Akibat
a. Terjadinya penurunan minat belajar
b. Tidak berhsil dalam ujian
c. Potensi yang dimilki tidak dimanfaatkan secara maksimal
d. Tidak naik kelas
e. Tertiggal nya materi pembelajaan dan dikluarkan sekolah.52
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian penulis mengambil refrensi dari penelitian kualitatif
tentang periaku membolos yang dilakukan oleh :
1. Andi Sukma Diraga“Pelaksanaan Konseling Kelompok Melalui
Pendekatan BehaviorDengan Teknik Selft Contract Dalam
Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VII Di SMP N 26
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018” Dari hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan behavior
dengan teknik self contract dapat mengurangi perilaku membolos
peserta didik.53
52
Prayitno, h. 61-62. 53
Andi Sukma Diraga,"Pelaksanaan Konseling Kelompok Melalui Pendekatan Behavior
Dengan Teknik Self Contract Dalam Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VII Di
SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018", Skripsi Pendidikan Bimbingan Dan
Konseling Islam Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 2017, h. 136.
52
2. Ratna Putri Handayani“Penerapan Teknik Punishment Untuk
Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VII MTS
Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2018/2019’’ Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerapan teknik punishmentuntuk mengurangi perilaku
membolos berjalan dengan baik dan dapat mengurangi perilaku
memblos peserta didik.54
3. Arif Hanafi”Pelaksanaan Konseling Individu Dengan Menggunakan
Teknik Behavior ContractUntuk Mengurangi Perilaku Membolos dI
Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018”Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerapan teknik Behavior Contract dapat mengurangi perilaku
membolos peserta didik.55
4. Ana Malicha, Jurnal Universitas Malang. Menjelaskan bahwa
behavioral contractterbuktiefektif untuk mengurangi perilaku
membolos pada peserta didik kelas XII SMK 4 Semarang dengan
jumlah 8 peserta didik, dari hasil penelitian ini sebelumnya telah
diberikan konseling kelompok dengan teknik behavioral contractpada
peserta didik memiliki perilaku membolos yang tinggi, setelah
54
Ratna Putri Handayani,"Penerapan Teknik Punishment Untuk Mengurangi Perilaku
Membolos Peserta Didik Kelas VII MTS Muhamadiyah Sukarame Bandar Lampung Tahun Ajaran
2018/2019", Skripsi Pendidikan Bimbingan Dan Konseling Islam Falkutas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019, h. 121. 55
Arif Hanafi,"Pelaksanaan Konseling Individu Dengan Mengunakan Teknik Behavior
Contract Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Di SMP Negeri 9 Bandar Lampung 2017/2018"
, Skripsi Bimbingan Dan Konseling Falkultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2017, h. 97.
53
diberikan konseling kelompok pada peserta didik yang memiliki
perilaku membolos mengalami penurunan. Hasil penelitian ini dapat di
di simpulkan bahwa teknik behavioral contract efektif dalam
mengurangi membolos.56
5. Jurnal internasional disusun oleh Zahari Ishak menjelaskan bahwa
perilaku guru memiliki peran yang penting dalam mengatasi perilaku
membolos pada peserta didik. Tujuan penelitian ini adalahperan guru
dalam membantu masalahyangterjadi pada peserta didik yaitu perilaku
membolos.57
6. Penelitian yang di lakukan oleh Ani Tiara program studi Bimbingan
dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Lampung (UNILA) dengan judul “ Pengurangan perilaku
membolos di sekolah dengan menggunakan konseling kelompok pada
peserta didik kelas VIII SMP N2 Kota Bumi Tahun Ajaran 2015/2016”
dari penelitian ini menunjukan adanya 6 peserta didik yang melakukan
perilaku membolos di sekolah sangat tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terjadi penurunan perilaku membolos pada peserta
didik setelah di berikan konseling kelompok.58
56
Ana Malicha,"Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behavioral
Contract Terhadap Pengurangan Perilaku Membolos Siswa Kelas XIII SMK Negeri 4 Semarang",,
Jurnal Konseling & Psikologi, Juni 2016, h. 98. 57
Zahari Ishak,"Truants" And Teahers’ Behaviors In The Classroom", Jurnal Universitas
Malaya, 2013, h. 9. 58
Anitiara,"Perilaku Membolos Di Sekolah Dengan Menggunakan Konseling Kelompok
(On-Line)Tersedia", Http//Digilib.
Uinila.Ac.Id/23887/7SKRIPSI%20TANPA%20BAB%PEMBAHASAN.Pdf(Diaksespada Tanggal 1
Juni 2019 Pukul 20:9, h. 7.
54
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh para peneliti
tersbut terkait dengan perilaku membolos peserta didik terbukti bahwa perilaku
membolos yang dilakukan peserta didik dapat diatasi. Dan yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah teknik yang digunakan dalam
mengurangi perilaku membolos. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
behavior contract dalam mengurangi perilaku membolos peserta didik.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, 2013. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.
Azwar Syaifudin, 2003. Sikap Manusia .Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Andi Prastowo, 2012.Metode Penelitian Kualitatif Dalam Persepektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Andi Sukma Diraga, “Pelaksanaan Konseling Kelompok Melalui Pendekatan
Behavior Dengan Teknik Self Contract Dalam Mengurangi Perilaku
Membolos Peserta Didik Kelas VII Di SMP N 26 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018”. Skripsi Pendidikan Bimbingan Dan Konseling
Islam Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lmapung 2017, h. 136
Arif Hanafi,“Pelaksanaan Konseling Individu Dengan Mengunakan Teknik
Behavior Contract Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Di SMP Negeri
9 Bandar Lampung 2017/2018”. Skripsi Bimbingan Dan Konseling
Falkultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2017, h. 97
Ana Malicha, “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Behavioral Contract Terhadap Pengurangan Perilaku Membolos Siswa
Kelas XIII SMK Negeri 4 Semarang”.(Jurnal Konseling &Psikologis, Juni
2016).
89
Anitiara, “Pengurangan Perilaku Membolos Di Sekolah Dengan Menggunakan
Konseling Kelompok (On-Line)tersdia:
http//digilib.unila.ac.id/23887/7SKRIPSI%20TANPA%20BAB% diakses
pada tanggal 1 juni 2019 pukul 20:9
Busmayaril,“Konseling Kelompok Menggunakan Teknik Behavior Contract
Sebagai Layanan Pada Peserta Didik Yang Memiliki Perilaku
Membolos”.Konseli: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, Vol 5, No 2,
2018, 1
Depatermen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemah. Bandung: Depang RI Pusat
2015
Depatermen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah. Bogor :PT Seagma Examadea,
2015
Dewa Ketut, 2008. Proses Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Defriyanto, “Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi
Perilaku Membolos Peserta Didik Di SMA UNILA YP Bandar
Lampung”.Konseli : Jurnal Bimbingan Dan Konseling, Vol 2, 2015, h. 5
Edi Kurnanto, 2014.Konseling Kelompok. Bandung : Alfabeta.
Fauzan Lutfi, 2017.Kontrak Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Gantiana, 2016.Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT Indeks.
Garry, Eileen M, “Pembolosan Langkah Pertama Menuju Masalah Kenakalan
Remaja,”Journal of Juvenile and Delinquency Prevention, Vol 5, No 2, Oktober,
h. 2.
90
Mapiare A.T Andi, 2016. Kamus Istilah Konseling.Jakarta : Gravindo Persada
Raja.
Moleong J.Lexi, 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja.
Mille & Plan, “Pembolosan dan Persepsi Kinerja Sekolah”, Journal of Congnitive
and Behavioral Psychotherapies, Vol. 9, No 2, September 2009, h. 2.
Prayetno, 2013.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta : Rineka Cipta.
Ratna Putri Handayani, “Penerapan Teknik Punishment Untuk Mengurangi
Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VII MTS Muhamadiyah
Sukarame Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019”. Skripsi Pendidikan
Bimbingan Dan Konseling Islam Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019, h. 121
Sugiyono, 2012.MetodePenelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2018.MetodePenelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, 2014.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, 2014.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfha Beta.
Zahari Ishak, 2013. “Truants’ And Teahers’ Behaviors In The Classroom”.Jurnal
Universitas Malaya.