Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi

  • Upload
    malays

  • View
    137

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Upaya Guru Dalam Meningkatkan MotivasiUpaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi

Citation preview

  • 1

    UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA

    MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG

    SKRIPSI

    Oleh: SUSANTO

    NIM: 07140044

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM

    NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

  • 2

    UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA

    MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

    Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Oleh: SUSANTO

    NIM: 07140044

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

    2009

  • 3

    UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA

    MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG

    SKRIPSI

    dipersiapkan dan disusun oleh SUSANTO (07140044)

    telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 6 Agustus 2009 dengan nilai B

    dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    DEWAN PENGGUJI: TANDA TANGAN

    1. Abdul Malik Karim Amrullah, M.Pd (Ketua) _________________ NIP. 150 368 790

    2. Drs. Moh. Padil, M. PdI (Sekretaris) ________________ NIP. 150 297 235

    3. Muhamad Walid, M. A (Penguji Utama) ________________ NIP. 150310896

    4. Drs. Moh. Padil, M. PdI (Pembimbing) ________________ NIP. 150 297 235

    Mengetahui dan mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang

    Dr. M. Zainuddin, MA

    NIP. 150 275 502

  • 4

    UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA

    MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG

    SKRIPSI

    Oleh :

    SUSANTO 07140044

    Disetujui oleh; Dosen Pembimbing

    Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 297 235

    Tanggal 25 Juli 2009

    Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Dra. Hj. Sulala, M. Ag NIP. 150 267 279

  • 5

    SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN

    BUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANG

  • 6

    MOTTO

    u (# s? u (# t trB Fr& u t n=F{ $# ) G. t

    Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-

    orang yang beriman. (Q.S. ALI IMRAN: 139)1

    1 Depag RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), hlm. 98

  • 7

    Drs. Moh. Padil, M. PdI Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang

    NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Susanto Malang, 16 Juli 2009 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

    Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di

    Malang

    Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tekhnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Susanto NIM : 07140044 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Judul : Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang

    Maka selaku pembimbing, Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Pembimbing,

    Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 297 235

  • 8

    SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Malang, 16 juli 2009

    Susanto

  • 9

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Dengan iringan rasa syukur dan segala puji bagi Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, hidayah serta taufiqnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad

    SAW yang telah memberikan cahaya Islam dan senantiasa memberikan teladan

    dengan akhlaknya yang mulia.

    Dengan segala kemampuan dan pengetahuan, penulis curahkan untuk

    mewujudkan dan penyelesaikan penulisan skripsi ini, namun demikian penulis

    menyadari bahwa, penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu

    kritik dan saran dari semua pihak selalu penulis harapkan demi penyempurnaan

    skripsi ini.

    Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan

    terselesaikan penyusunannya, sehingga penulis ucapkan banyak terima kasih

    kepada:

    1. Bapak dan ibu yang telah memberikan limpahan kasih sayang dan dukungan

    materiil maupun moril.

    2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri

    Malang.

    3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan Tarbiyah Universitas Islam Negeri

    Malang.

  • 10

    4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd I, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

    Universitas Negeri Malang dan yang telah memberikan bimbingan mulai dari

    awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini.

    5. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M. Ag selaku ketuan jurursan pendidikan guru madrsah

    ibtidaiyah Universitas Negeri Malang .

    6. Bapak Sucipto S. PdI selaku Kepala Sekolah MI Al-Hikmah Sumberrejo

    Gedangan Kab. Malang yang telah memberikan izin dan restunya dalam

    pelaksanaan penelitian.

    7. Bapak M. Rowi, A. Ma yang telah banyak membantu dalam proses

    penyusunan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam proses wawancara.

    8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tak

    ternilai harganya.

    Hanya kepada Allah SWT penulis berdoa, semoga amal baik mereka diterima

    oleh-Nya sebagai amal sholeh.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

    Alhamdulilliahirabbil alamin

    Malang, 16 Juli 2009

    Penulis

  • 11

    DAFTARLAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Bukti Konsultasi

    Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian

    Lampiran 3 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian

    Lampiran 4 : Pedoman wawancara

    Lampiran 5 : Silabus

    Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Lampiran 7 : Soal resitasi dan Portofolio

    Lampiran 8 : Nilai Resitasi siswa kelas V

    Lampiran 9 : Denah Sekolah

  • 12

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN................................................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ............ iii

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... v

    HALAMAN MOTTO ......................................................................................................... vi

    HALAMAN NOTA DINAS................................................................................................ vii

    HALAMAN PERNYATAAN............................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xii

    ABSTRAK ........................................................................................................................... xiii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1

    B. Rumusan masalah................................................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 6

    E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 7

    F. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 9

  • 13

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    A. Pembahasan Metode Resitasi ............................................................................ 10

    1. Pengertian Metode Resitasi........................................................................ 10

    2. Langkah-Langkah Metode Resitasi............................................................ 12

    3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Resitasi ............................................ 13

    4. Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

    Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam............................. 15

    B. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar ............................................................. 23

    1. Pengertian Motivasi Belajar ........................................................................ 23

    2. Macam-Macam Motivasi Belajar ................................................................ 26

    3. Fungsi Motivasi Belajar............................................................................... 28

    4. Prinsip-Prinsip Motivasi Dalam Belajar...................................................... 29

    5. Faktor-Faktor yang dapat menimbulkan motivasi

    belajar siswa .................................................................................................. 30

    6. Teori Motivasi ............................................................................................... 34

    C. Pembahasan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...................... 42

    1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ........................................................ 44

    2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam .............................................................................................................. 47

    3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ................................................ 50

  • 14

    BAB III : METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................... 53

    B. Kehadiran Peneliti......................................................................................... 53

    C. Lokasi Penelititan ......................................................................................... 54

    D. Jenis Data...................................................................................................... 50

    E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 55

    F. Analisis Data................................................................................................. 57

    G. Pengecekan keabsahan data ........................................................................ 58

    BAB IV : HASIL PENELITIAN

    A. Latar Belajakang Obyek................................................................................. 60

    1. Sejarah Berdirinya MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang ............... 60

    2. Visi, Misi, dan Tujuan MI Al-Hikmah Sumberrejo

    Kabupaten Malang ............................................................................................ 61

    3. Struktur Organisasi MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang............................ 63

    5. Keadaan siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang .................................. 64

    6. Sarana dan Prasarana MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang....................... 63

    6. Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang ........................... 65

    7. Jumlah Tenaga Pengajar MI Al-Hikmah Sumberrejo

    Kab. Malang............................................................................................ 67

    B. Penyajian data................................................................................................ 67

    1. Upaya Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode

  • 15

    Resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab.

    Malang..................................................................................................... 68

    2. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi belajar siswa

    dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata

    Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V Mi Al-

    Hikmah Sumberrejo Kab. Malang .......................................................... 74

    BAB V : PEMBAHASAN

    A. Upaya Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    dengan Menggunakan Metode Resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo

    Kab. Malang..................................................................................................................... 79

    B. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi belajar siswa dengan

    Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam di Kelas V Mi Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang........................................... 81

    BAB VI: PENUTUP

    A. Kesimpulan ...................................................................................................... 85

    B. Saran ................................................................................................................. 86

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 16

    ABSTRAK

    Susanto. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Resitasi pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang. Dosen Pembimbing: Drs. Moh. Padil, M.PdI.

    Kata Kunci: Motivasi, Metode resitasi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    Metode merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan islam dan banyak sekali variasi yang bisa diterapkan guru guna untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. Adapun salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dengan metode resitasi, dengan penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena metode resitasi ini merupakan metode yang tidak hanya komunikasi satu arah akan tetapi bisa dua ataupun tiga arah. Di samping itu, metode ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dan siswa tidak hanya menjadi pendengar saja akan tetapi mereka ikut mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan dan aktif di dalamnya. Mengigat betapa pentingnya penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mencapai tujuan pembelajaran maka penulis tertarik untuk membahas tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas v di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Kab. Malang, selain itu untuk mengetahui bentuk upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode resitasi pada mata sejarah kebudayaan islam.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi dan dokumen lainnya. Data yang terkumpul penulis analisis dengan menggunakan tehnik analisi deskriptif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang sudah cukup memberikan motivasi siswa, dibuktikan dengan siswa yang semangat belajar mereka meningkat dan nilai siswa yang bertambah baik. Metode ini sangat membantu guru sejarah kebudayaan islam karena dapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan metode ini didukung oleh beberapa sarana yang cukup lengkap yang disediakan oleh Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang.

  • 17

    Maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan islam di MI Al-Hikmah adalah: (a) bahwsanya metode resitasi telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. (b) bahwasanya pelaksanaan metode resitasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam penugasan yang diberikan oleh guru selalu dikaitkan dengan pelajaran yang sedang disampaikan. (c) selain itu, pelaksanaan metode resitasi di samping dikaitkan dengan pelajaran yang sedang disampaikan dikaitkan juga dengan materi yang telah lalu juga. (d) bahwasanya pelaksanaan metode resitasi selalu digunakan atau diterapkan di setiap pembelajaran pelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam.

    Upaya guru dalam menigkatkan motivasi pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam melalui metode resitasi adalah sebagai berikut: (a) upaya yang dilakukan dengan tidak memberikan penugasan yang hanya terfokus pada jawaban kecepatan mengerjakan akan tetapi lebih kepada bagaiamana siswa dalam proses berpikir. (b) upaya yang dilakukan yaitu dengan menggabungkan atau pelaksanaan metode resitasi dengan metode yang lain dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. (c) upaya yang dilakukan dengan tidak memberikan resitasi pada siswa yang bersifat jenuh, karena kalau hal itu dilakukan dan siswa tidak akan meningkat dari penggunaan metode resitasi itu sendiri.

  • 18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

    keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar

    mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

    perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

    dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan

    timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi

    berlangsungnya proses belajar mengajar.2

    Didalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung

    jawab penuh atas kepemimpinannya yang di lakukan itu. Ia tidak melakukan

    intruksi-intruksi dan tidak berdiri di bawa intruksi manusia lain kecuali dirinya

    sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas.3

    Kegiatan Belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting

    dari proses pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar itu terjadi interaksi

    antara guru dan siswa. Guru merupakan pelaksanaan pendidikan yang

    memiliki peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan.

    Demikian juga guru memiliki upaya yang sangat penting dalam meningkatkan

    2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

    1999), hlM. 1 3 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997 ),

    hlm.3-4

  • 19

    motivasi belajar siswa. Dan tugas utama guru adalah membimbing dan

    membantu keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

    Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru

    dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

    pengajaran. Oleh karena itu metode mengajar memiliki andil yang sangat

    besar dalam kegiatan belajar mengajar.4

    Tanpa metode, suatu materi pendidikan tidak dapat berproses secara

    efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pengajaran.

    Oleh karena itu, metode merupakan garis-garis haluan untuk bertindak dalam

    usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.5

    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri

    manusia. Tidak seorangpun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung

    pandai dan trampil dan memecahkan masalah dalam kehidupannya. Tanpa

    melalui proses pendidikan. Untuk itulah pendidikan merupakan suatu sistem

    yang teratur dan mengembangkan misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu

    yang bertalian dengan perkembangan fisik, keterampilan, pikiran, perasaan,

    kemampuan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan.6

    Kegiatan belajar mengajar dalam kelas, tidak semua peserta didik

    mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah

    peneliti alami ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MI Al-

    Hikmah Sumberrejo Kab. Malang, ternyata sebagian besar peserta didik

    membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar,

    4Ibid, hlm. 43 5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Renika cipta, 1995),hlm. 6

    6 Depag RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Jakarta: DEPAG RI, 2003), hlm. 10

  • 20

    begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan dan yang lebih penting lagi,

    motivasi peserta didik terhadap pembelajaran pendidikan Sejarah Kebudayaan

    Islam sangat kurang, sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah

    guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan

    berusaha mencari jawabannya secara tepat.

    Pada kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan

    berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan

    pengajaran itu sendiri. Pengaturan kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan

    yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal

    bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan pengajaran menunjuk

    pada semua kegiatan yang secara langsung diarahkan pada pencapaian tujuan-

    tujuan pengajaran, kedua hal tersebut sangat tergantung atau terkait.7

    Melihat kondisi tersebut sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha

    mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam

    hal ini guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan

    lingkungan belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar

    peserta didik dikelas, agar peserta didik memiliki motivasi dalam belajar

    pendidikan sejarah kebudayaan islam.

    Pembelajaran atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan

    pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk

    mencapai tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu

    penyebabnya adalah faktor metode. Karena penggunaan metode yang tidak

    7 Ali Imron dkk, Manajemen Pendidikan, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003),

    hal 45

  • 21

    sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan

    yang telah dirumuskan.8

    Salah satu langkah untuk memiliki strategi merupakan tugas dari

    seorang guru yang harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya

    disebut metode mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa metode yang tepat

    dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar

    mengajar dalam.

    Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif

    yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu,

    metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat

    membangkitkan belajar seseorang.9

    Berdasarkan uraian dan kenyataan yang ada diatas maka penulis

    menganggap betapa pentingnya fungsi pelaksananaan pembelajaran dengan

    mengunakan metode, peneliti mencoba menerapkan metode mengajar yang

    sesuai dengan keberagaman karakteristik yang dimiliki peserta didik,

    sebagaimana diharapkan penerapan metode resitasi mampu menjawab

    permasalahan yang terjadi di dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar

    dapat berjalan lancar dan menyenangkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

    Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang sedang

    terjadi di dalam kelas. Penggunaan metode Resitasi (penugasan) dalam

    pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam, dalam hal ini peneliti juga

    8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka

    Cipta, 1997), hlm. 87 9 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 1994), hlm. 90

  • 22

    memperhatikan bagaimana pelajaran itu hendak disampaikan atau metode

    apakah yang paling tepat untuk pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu

    penelitian ini berjudul;

    Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan

    Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

    persoalan yang perlu diteliti sebagai berikut;

    1. Bagaimana Upaya Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi Di Kelas V MI

    Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang?

    2. Bagaimana Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

    Dengan Menggunakakan Metode Resitasi pada mata Pelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam Di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai

    berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam pelaksanaan

    Pembelajaran sejarah kebudayaan islam dengan menggunakan metode

    resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang

  • 23

    2. Untuk megetahui bentuk upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar

    siswa dengan menggunakakan metode resitasi pada mata pelajaran sejarah

    kebudayaan islam di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam

    pelaksanaan pembelajaran di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang,

    khususnya pada kegiatan pembelajaran sejarah kebudayaan islam, diantaranya

    adalah untuk:

    1. Bagi lembaga

    Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi lembaga

    dalam penerapan metode resitasi dan dapat dijadikan bahan pertimbangan

    atau pijakan bagi lembaga sekaligus sebagai kerangka acuan dalam

    mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran pada pelajaran

    sejarah kebuayaan islam yang lebih baik.

    2. Bagi Guru

    Penerapan metode resitasi diharapkan akan lebih mempermudah

    para guru dalam mengajarkan atau menyampaikan mata pelajaran sejarah

    kebudayaan islam dan mengarahkan siswa khususnya terhadap siswa yang

    sering tidak serius dalam kegiatan belajar mengajar.

    3. Bagi peneliti

  • 24

    Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang

    pelaksanaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan islam,

    dan mempermudah meneliti dalam mengetahui kemampuan siswa

    terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan islam.

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam ruang lingkup pembahasan ini, penulis membahas tentang

    pentingnya pelaksanaan metode resitasi dalam meningkatkan motivasi

    pembelajaran sejarah kebudayaan islam.

    Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian ini penulis

    memberikan batasan dalam pembahasan sebagai berikut :

    1. Pembahasan tentang Upaya Guru Dalam pelaksanaan Pembelajaran

    Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi di

    Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang.

    2. Fungsi Tentang Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelajaran

    Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi Di

    Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang

    F. Sistematika Pembahasan

    Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh

    tentang penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya

    disusun sebagai berikut:

    BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan

    Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian,

    Sistematika Pembahasan.

  • 25

    BAB II : Kajian Pustaka, meliputi: (A) Pengertian metode resitasi,

    prosedur penerapannya dan faktor-faktor dan penghambat penggunaan metode

    resitasi, (B) Pengertian Motivasi, Prinsip Motivasi, Fungsi Motivasi.(C)

    Pembelajaran Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam: Pengertian Pendidikan

    Sejarah Kebudayaan Islam, Tujuan Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam dan

    Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam.

    BAB III : Metode Penelitian: Jenis Penelitian, Sumber Data, Teknik

    Pengumpulan Data Dan Teknik Analisis Data.

    BAB IV : Laporan Hasil Penelitian, meliputi: (A) Latar Belakang

    Objek: Sejarah singkat MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Visi dan

    Misi MI Al-Hikmah Sumberrejo Malang struktur Organisasi MI Al-Hikmah

    Sumberrejo Kab. Malang. (B) Penyajian dan Analisis, penyajian dan analisa

    data yang diperoleh dari obyek penelitian di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab.

    Malang.

    BAB V : Dalam bab ini dijelaskan tentang temuan atau pembahasan

    dari rumusan masalah.

    BAB VI : Dalam bab ini merupakan akhir dari pada penulisan skripsi

    ini, dimana di sajikan kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian ini skripsi

    ini secara keseluruhan dan juga penulis kemukakan saran-saran sebagai bahan

    pertimbangan.

  • 26

    BAB II

    KAJAIN PUSTAKA

    A. Pembahasan Tentang Metode Resitasi

    1. Pengertian Metode Resitasi

    Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, metode mengajar

    memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu penunjang

    utama berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar.Metode

    mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid

    menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk

    memberitahukan atau membangkitkan.10

    Seorang guru tidak harus terpaku dalam menggunakan berbagai

    metode agar proses belajar mengajar atau pengajaran berjalan tidak

    membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian anak didik. Namun di

    sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit membawa keberuntungan

    atau manfaat dalam kegiatan belajar mengajar, bila penggunaannya tidak

    sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta kondisi

    psikologi anak didik. Maka dari itu disini guru di tuntut untuk pandai-

    pandai dalam memilih metode yang tepat.

    Adapun Metode mengajar menurut Winarno Surachmand dalam

    bukunya Interaksi Mengajar dan Belajar mengembangkan beberapa

    metode dalam kelas dapat digunakan dengan bermacam-macam metode

    10 Abu Ahmad, Metode Khusus Fiqih (Bandung: Amrico, 1986) hlm. 152

  • 27

    belajar mengajar antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab,

    penemuan, demonstrasi, drill, pemecahan masalah, laboratorium, inkuiri,

    kegiatan lapangan, permainan, dan resitasi.11 Adapun metode mengajar

    yang berkaitan dengan penelitian ini adalah metode resitasi.

    Banyaknya metode diatas tidak berarti bahwa penggunaan metode

    dalam pendidikan semuanya dipakai, namun tergantung situasi dan kondisi

    yang ada. sedangakan dalam penelitian ini peneliti menfokuskan pada

    metode resitasi sesuai dengan judul skripsi.

    Adapun Yang dimaksud dengan metode resitasi atau penugasan

    adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu

    agar siswa melakukan kegiatan belajar, yang mana kegiatan itu dapat

    dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di

    perpustakaan, di rumah ataupun dimana saja asal tugas itu dapat di

    selesaikan.12

    Dapat disimpulkan bahwa metode Resitasi yang dimaksud adalah

    suatu metode mengajar dimana guru memberikan tugas-tugas kepada

    siswa untuk dikerjakan setelah menjelaskan suatu materi pelajaran yang

    telah selesai diberikan.

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.13

    11 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya, Biro Ilmiyah. 1983)

    hlm. 83 12

    Suwarna, Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik Professional (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005) hlm. 113

    13 Syaiful Bahri Djamarah, Stategi Belajar Mengajar

    (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hlm. 96

  • 28

    Sudirman dkk, mendefinisikan metode resitasi sebagai cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.14

    Metode resitasi menurut ramayulis adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan tugas tertentu kepada siswa, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan para siswa mempertanggung jawabkan.15

    Metode resitasi yang dimaksud merupakan suatu metode

    pengajaran yang mengaktifkan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang

    diberikan oleh guru setelah dijelaskan suatu materi. Tugas-tugas yang

    dimaksud disini adalah menyelesaikan soal-soal yang disusun dalam

    lembar kerja siswa yang dibagikan kepada setiap siswa.

    2. Langkah-Langkah Pengunaan Metode Resitasi

    Penggunaan metode resitasi di kelas ada tiga fase yang harus

    dilakukan oleh pengajar, antara lain:16

    a. Fase Memberikan Tugas.

    Yaitu guru memberikan tugas pada siswa baik itu secara

    perseorangan atau kelompok. Dan hasil yang diperoleh dapat sesuai

    dengan yang diinginkan, hendaknya tugas yang diberikan pada siswa

    memperhatikan:

    (1) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

    ditugaskan tersebut

    (2) Sesuai dengan kemampuan siswa.

    (3) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

    14 Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1981) hlm. 141

    15 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) hlm.

    45 16 Syaiful Bahri Djamarah, Loc. Cit. hlm.7

  • 29

    (4) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

    b. Langkah Pelaksanaan.

    (1) Diberikan bimbingan atau pengawasan.

    (2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

    (3) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang

    lain.

    (4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dan

    sistematis.

    c. Fase Mempertanggung Jawabkan Tugas

    Hal yang harus dikerjakan siswa pada fase ini, antara lain:

    (1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah

    dikerjakannya.

    (2) Ada tanya jawab atau diskusi kelompok.

    (3) Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes

    atau cara lainnya. Dengan fase mempertanggunag jawabkan inilah

    yang disebut dengan resitasi.

    3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

    Dalam penggunaan suatu metode resitasi ini memiliki kebaikan

    sebagai teknik penyajian karena siswa mendalami dan mengalami sendiri

    pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itua akan lama tinggal

    dalam jiwanya. Apabila dalam mengerjakan tugas ditunjang dengan minat

    dan perhatian siswa serta kejelasan tujuan mereka bekerja.

  • 30

    Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode resitasi menurut

    Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein adalah sebagai berikut.17

    a. Kelebihan Metode Resitasi, antara lain: (1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar (2) Dapat mengembangkan kemandirian diluar pengawasan guru (3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa (4) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.

    b. Kelemahan Metode Resitasi, antara lain: (1) Siswa sulit dikontrol apakah benar ia yang mengerjakan tugas

    ataukah orang lain. (2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif

    mengerjakan dan meyelesaikan adalah anggota tertentu saja. Sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

    (3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

    (4) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.18

    c. Kekuatan dari Metode Resitasi adalah: (1) Membuat peserta didik aktif (2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat

    dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

    (3) Mengembangkan kemandirian peserta didik. (4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih

    memperdalam, memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari.

    (5) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.

    (6) Membuat peserta didik bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan bervariasi.

    (7) Membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik. (8) Mengembangkan kreativitas peserta didik.19

    17 Ibid.hlm. 59

    18 Ibid.hlm. 98

  • 31

    4. Metode Resitasi Dalam Meningkatakan Motivasi Belajar Siswa Pada

    Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    Metode resitasi merupakan suatu aspek dari metode belajar.

    setiap guru selalu memberi tugas pada setiap pelajaran dengan maksud

    tertentu, misalnya untuk meninjau pelajaran baru, menghafal pelajaran

    yang telah diberikan, mencoba memecahkan masalah dan lain sebagainya.

    Resitasi dapat diberikan kepada setiap individu, kelompok atau

    kepada seluruh siswa kelas. resitasi dapat diberikan kepada siswa didalam

    maupun diluar kelas.

    Seringkali kita lihat cara yang digunakan oleh guru kurang tepat

    misalnya: ketika jam istirahat berbunyi guru cepat-cepat memberikan

    tugas (resitasi) pada siswa tanpak memperhatikan kondisi siswa waktu itu.

    siswa yang telah memasukkan buku kedalam tasnya, untuk kemudian

    beristirahat. cara ini tidak seluruhnya salah akan tetapi ada baiknya jika

    guru melihat kondisi siswa sebab itu yang disebut dengan metode resitasi.

    dalam hal ini guru perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:

    Pertama : Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan

    Kedua : Mempertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik

    resitasi itu telah tepat dan dapat mencapai tujuan yang di

    inginkan

    19 Soewarno, Loc. Cit. hlm. 59

  • 32

    Ketiga : Bagi guru perlu merumuskan tugas dengan jelas dan dimengerti

    oleh siswa20

    Dalam memberikan resitasi yang baik seperti yang diungkapkan

    oleh sudirman dkk, bahwa seorang guru hendaknya menempuh langkah-

    langkah:

    a. Pemberian Resitasi dan Penjelasannya

    Pada tahap ini kurang tepat digunakan apabila tugas (resitasi)

    diberikan guru pada saat waktu tela habis, karena tugas berikan tidak

    begitu saja dimengerti oleh siswa, tetapi guru juga harus menberikan

    keterangan mengenai resitasi tersebut. misalnya: apakah resitasi

    tersebut harus dikerjakan sacara individu, kelompok, kapan waktu

    untuk mengumpulkan resitasi tersebut dan keterangan lain yang

    dibutuhkan oleh siswa. oleh sebab itulah guru harus memperhatikan

    langkah-langakah berikutnya:

    (1) Resitasi yang diberikan harus jelas. (2) Tujuan resitsi yang diberikan akan lebih baik apabilah dijelaskan

    kepada siswa terlebih dahulu supaya siswa mengetahui manfaat resitasi yang akan diselesaikan.

    (3) Apakah resitasi itu merupakan resitasi individu atau kelompok, apabilah resitasi tersebut resitasi kelompok sekiranya ada ketua dan anggota sesuai dengan kebutuhan agar, ada yang bertanggung jawab untuk mengatur anggoanya.

    (4) Berikan pengarahan bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab bersama seluruh anggota kelompok. oleh sebab tu setiap anggota kelompok perlua akan tugas dan apa yang harus diselesaikannya.

    (5) Apabila resitasi yang diberikanya itu cara penyelesaiannya belum bisa dilakukan oleh siswa, maka guru juga perlu menjelaska atau memberi petunjuk cara mengerjakannnya, fasilitas yang

    20 Suwarna, Loc. Cit. hlm. 136.

  • 33

    diperlukan, sumber-sumber yang diperlukandan dimana hal itu dapa diperoleh.

    (6) Tempat dan waktu penyelesaian resitasi hendaknya jelas, apabila hal itu tidak jelas sering menjengkelkan guru dan menjadi beban yang berlarut-larut dan menuntut bagi siswa.21

    b. Pelaksanaan Resitasi

    Pada langkah ini siswa mengerjakan resitasi yang telah

    diberikan, an selama siswa mengerjakan resitasi guru tidak boleh

    menganggap masalah selesai, karena siswa juga memerlukan

    keterangan dari guru namun hendaknya guru melakukan hal-hal

    dibawah ini:

    (1) memberikan bimbingan, barangkali ada siswa yang mengalami

    kesulitan, hambatan atau salah arah dalam mengerjakan reitasi

    tersebut.

    (2) memberikan dorongan terutama bvagi siswa yang kurang bergairah

    atau lambat dalam mengerjakan resitasi.22

    Dalam hal ini tidak hanya siswa yang aktif tetapi guru juga

    dituntut untuk akatif didalam proses belajar mengajar, karena yang

    motivasi yang di berikan oleh guru sangat berpengaruh pada siswa

    yang sedang mengerjakan resitasi. disinilah kita bisa tahu antara siswa

    yang memang benar-benar cerdas sama yang lamban atau kurang

    mampu dalam mengerjakan mengerjakan resitasi.

    c. Pertanggung Jawaban Resitasi dan Penilaian

    21 Sudirman, Loc. Cit. hlm. 143

    22 Ibid, hlm.144

  • 34

    Pada langkah ini siswa memberiakan pertanggung jawaban

    atas tugas yang telah diberikan dalam bentuk laporan. laporan ini bisa

    berupa laporan lisan, laporan tertulis, laporan tindakan (demontrasi),

    atau kombinasi dari keduanya. pertanggung jawaban siswa seharusnya

    diberikan penilaian yang dijadikan salah satu pertimbagan dalam hasil

    akhir bidang setudi yang diajarkan. resitasi yang dilaporkan tapi tidak

    jelas dinilai apa tidak, akan mempengaruhi motivasi belajar siswa

    apabila ada resitasi selanjutnya yang diberikan guru.23

    Metode resitasi secara tegas memberika dua kategori bentuk

    pelaksanaan, keduanya merupakan bentuk yang sama dalam

    pelaksanaannya yaitu:

    (1) Resitasi yang diberikan dirumah secarah individu

    Dilaksanakannya metode resitasi dirumah secarah individu

    denga tujuan supaya siswa melakukan latihan selama melakukan

    resitasi, sehingga pengalaman siswa didalam mempelajari sesuatu

    dapat lebih terintegrasi. hal ini disebabkan karena siswa

    mempelajari situasi atau pengalaman yang berbeda dalam

    menghadapi masalah baru. disamping itu juga untuk memperoleh

    pengetahuan, memperluas dan memperkaya pengetahuan, serata

    keterampilan siswa di sekolah melalui kegiatan diluar sekolah.

    dengan demikian akan meningkatkan keinginan siswa untuk

    belajar lebih giat lagi, memupuk inisiatif dan berani bertanggung

    23 Ibid, hlm. 145

  • 35

    jawab sendiri. Dan masih banyak lagi manfaat yang kita dapatkan

    apabila menggunakan resitasi.

    (2) Resitasi Yang Diberikan Secara Kelompok

    Dalam suatu istilah kerja kelompok digunakan untuk

    merangkum pengertian,dimana siswa dalam satu kelas dipandang

    sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri maupun dibagi atas

    kelompok-kelompok kecil, atau merupakan segment dalam dua

    bagian atau lebih itu mencapai tujuan pelajaran tertentu dengan

    bergotong royong.

    Sebagai metode kerja kelompok bisa digunakan untuk

    mencapai bermacam-macam tujuan sekolah sedangankan menurut

    obert L cilstrap dan william r martin menguatkan bahwa kerja

    kelompok adalah kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil,

    yang di organisir untuk kegiatan belajar.24

    Dalam kerja kelompok tidak hanya asal mengerjakan

    resitasi yang diberikan guru kepada mereka, tetapi secara bersama-

    sama ada beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan, antara

    lain:

    (a) Tujuan

    Tujuan harus jelas bagi setiap kelompok agar diperoleh

    hasil yang baik setiap anggota harus sama dalam mengerjakan

    resitasi karena sebelumnya sudah dilakukan diskusi.

    24 Suwarna,, Loc. Cit. hlm. 15

  • 36

    (b) Interaksi

    Dalam kerja kelompok ada resitasi yang harus di selesaikan

    bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja salam satu

    persyaratan utama dalam kerja keompok adalah komunikasi yang

    efektif hal ini diperlukan untuk interaksi dalam kerja kelompok.

    (c) Kepemimpinan

    Dalam kelompok diperlukan adanya seorang kelompok

    untuk mengatur komunikasi antar anggota, dan penyelesaian

    resitasi bersama.

    Diharapkan apabila guru telah memberikan tugas pada siswa, pada

    hari minggu berikutnya tugas tersebut harus dicek apakah sudah

    dikerjakan atau belum, kemudian perlu di evaluasi, karena akan memberi

    motivasi belajar siswa.25 Tugas tersebut juga berupa perintah, kemudian

    siswa mempelajari bersama teman atau sendiri dan menyusun

    laporan/resum. esok harinya laporan itu dibacakan didepan kelas dan

    didiskusikan dengan siswa seluruh kelas.

    Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar

    perlu diusahakan dialog, yaitu untuk memberi motivasi pada siswa agar

    bangkit pikirannya untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang

    diajukan guru. Dengan demikian akan menciptakan pembelajaran yang

    efektif terutama dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam. Karena

    selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan

    25 Roestiyah. Loc. Cit. hlm. 133

  • 37

    mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan, siswa seharusnya mengerti.

    Dan pertanyaan yang lebih luas asalkan berkaitan dengan pelajaran atau

    pengalaman yang dihayati dengan jawaban itu, menyebabkan pelajaran

    menjadi lebih mendalam dan luas, dan menjadikan siswa akan lebih

    termotivasi dalam belajar.

    Selain itu, metode resitasi bisa menjadikan siswa termotivasi dalam

    belajar karena ketika guru memberikan tugas siswa dapat mengerti atau

    dapat mengingat fakta-fakta yang dipelajarinya, siswa lebih

    mengembangkan kreatifnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

    guru, sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang mendalam.

    Siswa bila telah selesai melakasanakan atau mempelajari tugas,

    maka harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya telah

    ditentukan sesuai dengan tujuan tugas. oleh guru harus disiapkan alat

    evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja siswa dan dapat memberi

    gambaran yang obyektif mengenai usaha siswa melakukan tugas itu.

    evaluasi ini penting untuk siswa karena dapat menumbuhkan motivasi

    belajar siswa yang lebih baik, dan meninkatkan hasrat belajar.

    Penjelasan semua itu dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan

    metode akan berjalan baik dalam kegiatan belajar mengajar apabila guru

    mampu menggunakan metode ini dengan benar. Karena metode yang

    dirumuskan dengan tepat, merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh

    antara guru dan siswa.

  • 38

    B. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar

    1. Pengertian Motivasi Belajar

    Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan

    motif untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.10 Motif

    dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan. Kata

    motif, diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk

    melakukan sesuatu. Berawal dari pendekatan kata motif tersebut dapat

    ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang

    melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan

    tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:

    a. Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.26

    b. Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.27

    c. Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.28

    d. Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.29

    e. Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.30

    26 Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers. 1990)

    hlm. 73 27

    Tabrani Rusyan, dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1989) hlm.95

    28 Heinz Kcok, Saya Guru Yang Baik (Yogyakarta: Kanisius,1991) hlm. 69

    29 Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum (.Surabaya: Usaha Nasional 1985) hlm. 165

    30 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 65

  • 39

    Berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas,

    dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena

    motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

    Dalam pembahasan skripsi yang penulis maksudkan adalah

    motivasi dalam belajar. Oleh karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu diuraikan tentang belajar.

    Belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:

    (1) Menurut Chaplin tentang definisi belajar ada dua: yang pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.31

    (2) Menurut Hintzman belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

    (3) Menurut Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.32

    Berdasarkan ketiga definisi yang diutarakan tersebut secara umum

    belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

    individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

    dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

    31 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ( Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya. 2002) hlm.136

    32 Ibid, hlm. 64

  • 40

    Pengertian motivasi dan belajar tersebut dapat diambil kesimpulan

    bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan atau kekuatan bathin

    siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar untuk

    mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar ini tumbuh dalam diri

    sendiri, sedangkan motivasi belajar dapat dirangsang oleh faktor-faktor

    dari luar. Dengan demikian dapat dikatakan motivasi pembelajaran sejarah

    kebudayaan islam adalah penggerak atau dorongan yang harus ada dalam

    situasi belajar pendidikan agama Islam demi mencapai tujuan,

    pendalaman, pemahaman tentang studi keagamaan yang diharapkan.

    Setelah penulis menguraikan defenisi motivasi dalam belajar, maka

    dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar

    adalah suatu daya upaya penggerak atau membangkitkan serta

    mengarahkan semangat individu untuk melakukan perbuatan belajar.

    Untuk dapat mendalami dan mempunyai suatu gambaran yang

    mendalam serta jelas mengenai motivasi belajar, maka hal ini penulis

    kemukakan menurut pendapat para ahli mengenai motivasi belajar yaitu:

    (a) Menurut H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.33

    (b) Dan menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.34

    (c) Sedangkan menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk

    33 Mulyadi, Psikologi Pendidikan, (Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991)

    hlm. 87 34

    Tadjab MA, Op.Cit. hlm. 102

  • 41

    belajar, siswa yang memeliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan belajar.35

    Dari pendapat ahli diatas penulis mempuyai pemahaman bahwa

    yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah motivasi yang mampu

    memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan

    pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.

    2. Macam-Macam Motivasi Belajar

    Menurut Gleitman dan Reber pengertian dasar motivasi ialah

    keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong

    untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok

    daya untuk bertingkah laku secara terarah.36

    Dalam Perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan

    menjadi dua macam yaitu:

    a. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

    siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

    Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenagi

    materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.

    Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa

    motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datang dari diri sendiri

    dan bukan datang dari orang lain atau faktor lain. Jadi motivasi ini

    bersifat alami dari diri seseorang dan sering juga disebut motivasi

    murni.

    35 Sardiman, Op,Cit, hlm. 75

    36 Muhibbin Syah, Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja

    Rosda Karya, 2003) hlm. 136

  • 42

    b. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari

    luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan

    kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suri

    tauladan orang tua, guru dan seterusnya.37

    Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ekstrinsik yang pada

    hakikatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang.

    Jadi berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak yang belajar sepertinya

    bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan pujian

    dan nilai yang baik

    Berangkat dari uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa

    motivasi instrinsik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Akan tetapi

    motivasi ekstrinsik juga perlu digunakan dalam proses belajar mengajar

    disamping motivasi instrinsik. Untuk dapat menumbuhkan motivasi

    instrinsik maupun ekstrinsik adalah suatu hal yang tidak mudah, maka dari

    itu guru perlu dan mempunyai kesanggupan untuk menggunakan

    bermacam-macam cara yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa

    sehingga dapat belajar dengan baik.

    3. Fungsi Motivasi belajar

    Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus

    ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga dalam dunia

    pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Peserta didik harus

    37 Ibid, hlm. 137

  • 43

    mempunyai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar terutama dalam

    proses belajar mengajar.

    Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar

    sebab motivasi berfungsi sebagai:

    a. Pemberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-

    kegiatan belajarnya.

    b. Pemilih dari tipe-tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang

    berkeinginan untuk melakukannya.

    c. Pemberi petunjuk pada tingkah laku.

    Fungsi motivasi juga dipaparkan oleh Tabrani dalam bukunya

    Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, yaitu:

    (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.

    (2) Mengarahkan aktivitas belajar peserta didik

    (3) Menggerakan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu

    perbuatan.38

    Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman,

    bahwa ada tiga fungsi motivasi:

    (a) Mendorong manusia untuk berbuat.

    (b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai

    (c) Menentukan arah perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

    apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.39

    38 Tabrani Rusyan. Op.Cit. hlm: 123

    39 Sardiman. Op.Cit. hlm. 84

  • 44

    Fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong

    usaha-usaha pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu usaha

    karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

    menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain bahwa dengan adanya

    usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang

    yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas

    motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian

    prestasi belajarnya. Dengan demikian motivasi itu dipengaruhi adanya

    kegiatan.

    4. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar

    Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama

    dalam rangka mendorong motivasi belajar peserta didik di sekolah. Dalam

    hal ini Keneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara

    lain:

    a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar peserta didik.

    b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam dirinya.

    c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta didik yang antusiasn akan mendorong motivasi peserta didik lainnya.

    d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi kesempatan untuk menemuklan masalah secara mandiri dan memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.

  • 45

    e. Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih efektif dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari kebebasan dari orang dewasa; ia menempatkan hubungan kawan sebayanya yang lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, kalau guru hendak membimbing peserta didik belajar, arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru peserta didik tersebut akan belajar dengan baik.40

    5. Faktor-faktor yang dapat Menimbulkan Motivasi Belajar Siswa

    Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa motivasi

    belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan

    motivasi ekstrinsik. Adapaun faktor-faktor yang dapat menimbulkan

    motivasi intrinsik adalah adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang

    kemajuan dirinya, adanya aspirasi atau cita-cita. Sedangkan faktor-faktor

    yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah ganjaran, hukuman

    dan persaingan, adapun lebih jelasnya penulis uraikan satu persatu

    dibawah ini:

    a. Faktor Intrinsik

    (1) Adanya Kebutuhan

    Seseoerang yang melakukan suatu aktivitas tidak selamanya

    mempunyai motivasi yang sama, walaupun apa yang dilakukan itu

    pada obyek yang sama. Kebutuhan seseorang yang berbeda

    menyebabkan motivasi yang berbeda pula antara seseorang dengan

    40 Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja

    Karya, 1989), hlm. 124

  • 46

    yang lainnya. Oleh karena itu, tingkah laku seseorang dibangkitkan

    dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu.41

    (2) Adanya Pengetahuan tentang Kemajuannya Sendiri

    Dengan anak mengetahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri,

    dengan anak mengetahui apakah ia ada kemajuan atau sebaliknya ada

    kemunduran, maka hal ini dapat menjadi pendorong bagi anak untuk

    belajar lebih giat lagi. Oleh karena itu, penting sekali adanya evaluasi

    atau penilaian tehadap seluruh kegiatan anak secara kontinue dan hasil

    evaluasi itu diberitahukan atau disuruh mencatat oleh murid-murid

    sendiri.42

    (3) Adanya Aspirasi atau Cita-Cita

    Cita-cita yang menjadi tujuan dari hidupnya ini merupakan

    pendorong bagi seluruh kegiatan anak, pendorong bagi belajarnya.

    Disamping itu, cita-cita dari seseorang anak sangat dipengaruhi

    oleh tingkat kemampuannya. Anak yang mempunyai tingkat

    kemampuan yang baik, umumnya mempunyai cita-cita yang lebih

    realis jika dibandingkan dengan anak yang mempunyai tingkat

    kemampuan yang kurang atau rendah.43

    b. Faktor Ekstrinsik

    (1) Ganjaran

    41 Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi belajar dan kompetensi guru (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1994), hlm. 50.

    42 Amir Daien indra kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,

    1973), hlm. 163 43

    Ibid., hlm. 164.

  • 47

    Ganjaran adalah merupakan alat pendidikan represif yang

    bersifat positif tetapi disamping fungsinya sebagai alat pendidikan

    represif positif ini, ganjaran adalah juga merupakan alat motivasi.

    Yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik. Ganjaran

    dapat menjadikan pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat

    lagi.

    (2) Hukuman

    Biarpun hukuman merupakan alat pendidikan yang tidak

    menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun

    demikian dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk

    mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah mendapat

    hukuman oleh karena kelalaian tidak mengerjakan suatu tugas,

    maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh hukuman lagi, ia

    berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar

    terhindar dari bahaya hukuman. Hal ini berarti bahwa ia didorong

    untuk selalu belajar. Bahkan tidak hanya ia sendiri yang terdorong

    untuk selalu belajar, melainkan teman-temannya juga terdorong

    untuk selalu belajar, agar merekapun terhindar dari menderita

    hukuman.

    Beberapa persyaratan pemberian hukuman yang perlu diperhatikan

    adalah:

    (a) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang,

    (b) Pemberian hukuman harus didasarkan kepada alasan keharusan artinya sudah tidak ada alat pendidikan yang lain

  • 48

    yang bisa dipergunakan, hukuman merupakan tindakan terakhir dilaksanakan, setelah dipergunakan alat-alat pendidikan lain tetapi tidak memberikan hasil,

    (c) Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak. Dengan adanya kesan itu, anak akan selalu mengingat pada peristiwa tersebut,

    (d) Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada anak. Inilah hakikat dari tujuan pemberian hukuman, dan

    (e) Pada akhirnya, pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan.44

    Dengan demikian, hukuman, baik ditinjau dari fungsinya

    sebagai alat pendidikan, maupun ditinjau dari fungsinya sebagai alat

    motivasi kedua-duanya mempunyai nilai positif terhadap proses

    pelaksanaan pendidikan

    (3) Persaingan atau Kompetisi

    Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada

    golongan untuk kedudukan dan penghargaan kebutuhan akan

    kedudukan dan penghargaan adalah merupakan kebutuhan yang

    sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena

    itu kompetisi dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar.

    Kompetisi dapat terjadi secara sendirinya, tetapi dapat pula

    diadakan kompetisi sengaja oleh guru. Kompetisi secara dengan

    sendirinya dapat terjadi secara terang-terangan, tetapi dapat pula

    terjadi secara sembunyi-sembunyi. 45

    6. Teori Motivasi

    44 Amier Daien Indrakusuma, Op.Cit. hlm. 165.

    45 Ibid, hlm. 167

  • 49

    Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada kesempatan

    ini, pada bab ini akan dijelaskan lima teori yaitu: teori hedonisme, teori

    naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong dan teori

    kebutuhan. Adapun perincianya sebagai berikut:

    a. Teori Hedonisme

    Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan,

    kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam

    filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada

    manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.

    Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah

    makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan

    kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu

    pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang

    dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan

    kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Implikasi dari teori

    ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung

    menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang

    mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang

    mendatangkan kesenangan baginya. 46

    b. Teori Naluri

    46 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999),

    hlm.74.

  • 50

    Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok

    yaitu: (1). Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri. (2).

    Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri. (3). Dorongan nafsu

    (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan

    demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan apapun

    tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-

    hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.

    Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus

    berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

    Sering kali kita temukan seseorang bertindak melakukan

    seseuatu karena didorong oleh lebih dari naluri pokok sekaligus

    sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang

    lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan yang

    demikian itu. Sebagai contoh: seorang mahasiswa tekun dan rajin

    belajar meskipun dia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya.

    Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun dan rajin belajar?

    Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri

    mengembangkan diri). Akan tetapi mungkin juga karena ia ingin

    meningkatkan karier pekerjaanya sehingga dapat hidup senang

    bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya

    (naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan naluri

    mempertahankan diri). 47

    47 Ibid., hlm. 75

  • 51

    c. Teori Reaksi yang Dipelajari

    Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia

    tidak berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah

    laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang

    belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup

    dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan

    kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang

    pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin

    atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang

    kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan

    mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat

    mengetahui polah tingkah. lauknya dan dapat memahami pula

    mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin berbeda dengan orang

    lain dalam menghadapi suatu masalah.48

    d. Teori Daya Pendorong

    Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan

    teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri,

    tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah

    yang umum. Misalnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang

    lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya

    pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang

    digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut

    48 Ibid., hlm. 76

  • 52

    berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belkang kebudayaan

    masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang

    pemimpin atau seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia

    harus mendasarkannya atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga

    reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.

    Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan didaerah gunung

    kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara

    memberikan motivasi pada anak yang dibesarkan di kota medan

    meskipun masalah yang dihadapinya sama.

    f. Teori Kebutuhan

    Teori motivasi yang sering banyak dianut orang-orang adalah

    teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan

    oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya,

    baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu,

    menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik

    bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia berusaha

    mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan

    dimotivasinya.

    Sejalan dengan itu pula terdapat adanya beberapa teori

    kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan motivasi.

    Berikut ini dibicarakan salah sartu dari teori kebutuhan yang

    dimaksud. Teori Abraham Maslow. Sebagai seorang pakar psikologi,

    Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok

  • 53

    manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian

    dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.

    Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat

    dilihat pada gambar berikut:

    Aktualisasi diri

    Kebutuhan Penghargaan

    Kebutuhan sosial

    Kebutuhan rasa aman dan Perlindungan

    Kebutuhan Fisiologi

    Gambar 1

    Keterangan:

    1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan fital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dansebagainya.

    2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.

  • 54

    3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerja sama.

    4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau setatus, pangkat, dan sebagainya.

    5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), seperti antara lain: kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.49

    Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksud

    sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih

    merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila mana

    diperlukan untuk memperkirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong

    seseorang yang akan dimotivasi- bertindak melakukan sesuatu.

    Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan

    manusia itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya

    perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi

    rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandanagan atau falsafah

    hidup, cita-cita dan harapan masa depan, dari tiap individu.50

    Adanya kebutuhan merupakan alat motivasi yang dapat mendorong

    siswa untuk lebih giat dalam belajar. Begitu juga dengan motivasi belajar

    pendidikan sejarah kebudayaan islam karena adanya dorongan kebutuhan.

    Apabila kita kaitkan dengan teori Maslow tentang teori kebutuhan jika

    dikaitkan dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan sejarah

    kebudayaan islam.

    49 Ibid, hlm. 77

    50 Ibid., hlm.78

  • 55

    Setiap individu tidak akan berusaha meloncat kepemuasan kebutuhan

    ke tingkat atas sebelum kebutuhan yang ada dibawahnya terpuaskan.

    Bagaimanapun manusia adalah makhluk yang tak pernah berada dalam

    keadaan sepenuhnya puas. Hal ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan yang

    ada dalam diri manusia tidak pernah berhenti menuntut adanya pemuasan.

    Kebutuhan yang pada suatu saat telah terpuaskan dilain saat akan kembali

    menuntut adanya pemuasan. Demikian seterusnya sehingga tuntutan dan

    pemuasan kebutuhan membentuk lingkaran yang tidak berujung.51

    Apabila dikaitkan dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan

    sejarah kebudayaan islam dengan teori kebutuhan Maslow. Yakni

    menduduki tingkatan kelima adalah aktualisasi diri. Hal ini dapat dilihat

    bahwa individu tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan lain sebelum

    kebutuhan fisiologisnya terpenuhi, seperti halnya siswa yang sedang lapar

    tidak akan tergerak untuk melakukan belajar pendidikan sejarah kebudayaan

    Islam. Adapun kebutuhan akan rasa aman adalah satu kebutuhan yang akan

    muncul dominan pada siswa apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.

    Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang mendorong

    individu untuk membangun hubungan dengan orang lain baik dilingkungan

    keluarga, lingkungan pergaulan atau dalam kelompok. Sedangkan kebutuhan

    akan rasa harga diri disini Maslow membagi menjadi dua yaitu: rasa harga

    diri dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Setelah kebutuhan

    keempat tersebut terpuaskan baru muncul akan kebutuhan aktualisasi diri.

    51 E. Koeswara, Motivasi (Bandung: Angkasa, 1989), hlm. 223

  • 56

    Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk

    mewujudkan apa yang ada dalam kemampuan. Dengan demikian dapat

    dikatakan bahwa seorang siswa yang lapar, tidak aman, tidak ada cinta dan

    rasa memiliki, tidak ada penghargaan atas dirinya, maka siswa tidak

    termotivasi di dalam belajar pendidikan agama Islam di sekolah.

    Apabila menginginkan motivasi belajar pendidikan sejarah

    kebudayaan Islam dapat berjalan dengan baik, maka kebutuhan fisiologisnya

    harus terpuaskan terdahulu, begitu juga kebutuhan akan rasa aman,

    kebutuhan untuk dicintai oleh orang lain dan kebutuhan penghargaan telah

    terpenuhi semua dengan baik, maka secara otomatis siswa akan belajar

    pendidikan sejarah kebudayaan islam dengan baik. Dengan kata lain siswa

    akan termotivasi belajar pendidikan agama Islam di sekolah apabila siswa

    tidak dalam keadaan lapar, siswa merasa aman, siswa dicintai oleh orang

    tuanya di rumah, dan siswa dihargai di lingkungan keluarganya, sehingga

    dengan demikian siswa akan lebih percaya diri dan akan lebih termotivasi

    belajar pendidikan sejarah kebudayaan islam di sekolah dengan baik.

    C. Pembahasan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama

    guru. Sebagaimana diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa

    pelajaran tanpa diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

    membelanjarkan siswa.52

    52 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal

    114

  • 57

    Adapun pembelajaran berasal dari kata dasar ajar yang artinya

    petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata ajar ini

    lahirlah kata kerja belajar yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh

    kepandaian atau ilmu dan kata pembelajaran berasal dari kata belajar

    yang mendapat awalan pen-dan akhiran an yang merupakan konflik nominal

    yang mempunyai arti proses.53

    Pembelajaran adalah proses pemerolehan maklumat dan

    pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan

    kepercayaan. Dalam konteks pendidikan, guru biasanya berusaha mengajar

    supaya peserta didik dapat belajar menguasai isi pelajaran demi mencapai

    suatu objektif yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa pada

    perubahan pada seseorang.

    Ada beberapa definisi tentang pembelajaran di kemukakan oleh para

    ahli, yaitu :

    a. Menurut Degeng, pembelajaran (ungkapan yang leboih dikenal sebelumnya pembelajaran) adalah upaya untuk membelanjarkan siswa.54

    b. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.55

    c. Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.56

    d. Kamus dewan mengartikan pelajran sebagai proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan menjalani pelatihan.

    53 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

    Balai Pustaka, 1990), hal 664 54

    Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal 183

    55 Muhaimin M.A, Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra Media, 1996), hal 99

    56 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi askara, 2002), hal 48

  • 58

    e. Menurut pandangan ahli kognbitif, pembelajaran boleh diartikan sebagai suatu proses dalam yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang agak kekal.

    f. Aliran behavioris berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam tingkah laku yang cara seorang bertindak dalam suatu situasi.

    Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh informasi tentang

    pelaksaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang, mulai

    dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan

    kembali dari pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang

    terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep,

    institusi, sistem, dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu.57

    Dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, maka diperoleh sebuah

    pengertian bahwa pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam adalah

    upaya membelanjarkan siswa untuk dapat memahami, menghayati, dan

    mengamalkan nilai-nilai agama melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

    latihan.

    1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

    Sejarah adalah catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

    lampau, dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan

    peristiwa pada masa lampau umat manusia dan sejarah pendidikan

    merupakan salah satu sejarah kebudayaan umat manusia. karena

    mendidik, membimbing seseorang merupakan suatu aktivitas untuk

    57 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001,

    h.11

  • 59

    menyerahkan atau mewariskan maupun mengembangkan suatu

    kebudayaan.58

    Oleh karena itu sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan

    manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di

    tempat tertentu.

    Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut

    bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti Keterangan

    yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada

    masa yang masih ada. Sedangkan pengertian selanjutnya memberikan

    makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-

    kejadian masa silam yang di abadikan dalam laporan-laporan tertulis dan

    dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah

    senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang

    menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab

    itu, menurut Sayid Quthub Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa,

    melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai

    hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian

    serta memberinya dinamisme waktu dan tempat59

    Berangkat dari pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan

    di atas, peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-

    Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa

    Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab

    58 Departemen Agama, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

    Departemen Agama RI, 2005) hlm.1 59

    Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Depag, Jakarta, 1986. hlm. 2

  • 60

    adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat,

    masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata kebudayaan dan

    peradaban. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat

    mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan

    mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau

    kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi dan

    moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan

    teknologi.60

    Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga

    wujud.

    a. Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.

    b. Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

    c. Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.61

    Penulis menyimpulkan bahwa definisi mengenai sejarah

    kebudayaan islam yakni kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di

    masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu islam merupakan pokok

    kekuatan dan sebab yang di timbulkan dari suatu peradapan yang

    mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan

    dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

    Sejak zaman Rasulullah Saw, kebudayaan Islam berkembang terus

    menerus sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan

    60 Ibid, hlm. 4

    61 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Grafindo Persada, 1997 ) hlm. 25

  • 61

    politik dan daerah penganut Islam, terbentuk bermacam-macam struktur,

    ide, dan lembaga-lembaga dalam politik, lapangan ibadat, lapangan

    hukum, lapangan seni, lapangan ekonomi, lapangan sosial dan bermacam-

    macam lapangan kebudayaan yang lain. Yang jelas benar menonjol dalam

    perkembangan kebudayaan Islam yang berpusat pada al-Quran itu adalah

    kedinamisannya menyerbu keluaar dari keterbelakangan kebudayaan

    bangsa Arab, yang hidup terpencil di gurun-gurun pasir yang tandus, dan

    keluasan berfikir yang mendorongnya.62

    Sedangkan landasan dari pembahasan ini yakni adalah sejarah

    kebudayaan islam terutama wujud idealnya, sementara landasan

    kebudayaan Islam adalah agama Islam. Jadi dalam Islam, tidak seperti

    pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi, agama bukanlah

    kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan

    merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah

    wahyu dari Tuhan.63

    Hasbullah merumuskan bahwa sejarah kebudayaan islam yaitu:

    (1) Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan

    pendidikan islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.

    (2) Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

    pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik dari segi

    62 Ibid, hlm. 27

    63 Ibid, hlm. 27

  • 62

    gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak

    zaman nabi Muhammad hingga saat ini.64

    Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam dapat

    disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang sama yaitu

    peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan

    perkembangan pendidikan islam dari segi ide, konsep, lembaga

    operasionalisasi dari sejak zaman n