Upload
jalaluddin
View
574
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai pengajar dan pendidik, harus memperhatikan berbagai
faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa serta penguasaan konsep
materi pelajaran. Guru hendaknya senantiasa memberikan motivasi yang
maksimal dalam proses belajar mengajar. Dengan memperhatikan berbagai
faktor yang menarik minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi
pelajaran, guru dapat menumbuhkembangkan perhatian belajar siswa yang
menyebabkan siswa akan tertarik dalam melakukan aktivitas belajar, sehingga
siswa tidak merasa jenuh dan terpaksa dalam mengikuti proses belajar-
mengajar (Hudist;2006).
Berbagai usaha meningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan. Salah
satu diantaranya adalah dengan memperbaiki metode atau sistem pengajaran.
Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan, yaitu suatu proses intraksi
antara guru dan murid dalam kegiatan belajar-mengajar. Sebagaimana kita
ketahui salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dengan demikian,
dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut untuk mampu memilih
metode dan sistem pembelajaran yang tepat (Ardana;1989).
Dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran, guru dapat
melakukan inovasi-inovasi dalam proses belajar mengajar. Inovasi yang
1
dimaksud dapat berupa perbaikan strategi atau metode dalam pembelajaran
yang dapat menciptakan kondisi belajar siswa aktif.
Hasil observasi penelitian di MA Mu'alimin NW Pancor, khususnya
kelas XI IPA, terlihat bahwa aktifitas siswa dalam proses belajar-mengajar
masih kurang. Hal ini tampak dari kurangnya aktifitas siswa dalam bertanya,
menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal-soal
latihan yang berdampak pada kemampuan belajar biologi siswa yang hasilnya
masih di bawah nilai ketuntasan maksimal.
Adapun kendala-kendala yang sering dihadapi pada saat proses
belajar-mengajar di MA Mu'alimin NW Pancor, antara lain kurangnya
aktifitas siswa untuk bertanya, kurangnya minat siswa dalam belajar biologi,
sarana dan prasarana yang kurang memadai, siswa kurang menguasai konsep
materi biologi karena cenderung menghapal, dan ketidaksiapan siswa dalam
mengikuti proses belajar-mengajar serta guru masih mendominasi proses
pembelajaran dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan informasi dari guru biologi di MA Mu'alimin NW Pancor
Tahun Pelajaran 2010/2011, hasil belajar siswa kelas XI IPA belum mencapai
Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dengan nilai tes hasil belajar
5,5 sementara nilai ketuntasan belajar siswa yang ditetapkan oleh sekolah
minimal mendapat nilai 6,5. Dari hal tersebut, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian dalam pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Start With A Question guna mengoptimalkan
kemampuan belajar biologi siswa.
2
Sebaiknya dalam pembelajaran Biologi, guru mengarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong siswa belajar aktif dan mampu
menguasai konsep materi pelajaran. Oleh sebab itu, guru hendaknya
menggunakan metode yang dapat menimbulkan rasa senang dan siswa
antusias dalam belajar. Dengan demikian, minat belajar siswa dan
pemahaman serta penguasaan konsep materi pelajaran semakin baik.
Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak ditemui di sekolah-
sekolah khususnya di MA Mu'alimin NW Pancor guru cenderung melakukan
pembelajaran dengan bercerita tentang pengetahuan Biologi melalui metode
ceramah. Hal ini menyebabkan siswa pasif, kurang minat dan kurang
memperhatikan penjelasan guru yang berdampak pada ketidakmampuan
siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar
siswa dan penguasaan konsep materi biologi, yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran Learning Start With A Question karena untuk
memahami dan menguasai konsep Biologi siswa harus diberikan kesempatan
dalam bertanya.
Melalui penerapan model pembelajaran Learning Start With A
Question ini, khususnya dalam pembelajaran Biologi diharapkan siswa lebih
berkonsentrasi dalam belajar, meningkatkan minat dan mampu menguasai
konsep materi pelajaran yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
3
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul "Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa dan
Penguasaan Konsep Materi Biologi melalui Penerapan Model Pembelajaran
Learning Start With A Question Kelas XI IPA MA Mu'alimin NW Pancor
Tahun Pelajaran 2011/2012".
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya aktifitas siswa untuk bertanya
2. Kurangnya minat siswa dalam belajar biologi
3. Sarana dan prasarana yang tidak memadai
4. Siswa kurang menguasai konsep materi biologi, karena cenderung
menghapal
5. Ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar.
6. Guru masih mendominasi proses pembelajaran dengan lebih banyak
menggunakan metode ceramah.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan agar penelitian ini lebih efektif,
efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Dalam penelitian ini dibatasi
pada "Upaya meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan konsep
materi biologi melalui penerapan model pembelajaran Learning Start With A
4
Question kelas XI IPA MA Mu'alimin NW Pancor Tahun Pelajaran
2011/2012".
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Learning Start With A
Question dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPA MA
Mu'alimin NW pancor Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah siswa mampu menguasai konsep materi biologi melalui
penerapan model pembelajaran Learning Start With A Question kelas XI
IPA MA Mu'alimin NW pancor Tahun Pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini, untuk:
- Meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi biologi
melalui penerapan model pembelajaran Learning Start With A Question
kelas XI IPA MA Mu'alimin NW pancor Tahun Pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat dalam
pengembangan pembelajaran biologi SMA/MA/SMK, dengan upaya
meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi biologi
5
melalui penerapan model pembelajaran Learning Start With A Question
dengan melihat keaktifan siswa, kekreatifan siswa, hasil belajar siswa
dan prestasi belajar siswa dalam proses belajar-mengajar di sekolah.
Sehingga memberikan motivasi atau dorongan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam serta berusaha
mengungkapkan faktor-faktor alternatif lain yang belum dapat
terungkapkan melalui penelitian agar hasilnya lebih objektif dan
komprehensif.
2. Manfaat Praktis
a.Manfaat bagi siswa
Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi
Mampu menguasai konsep materi biologi dalam proses belajar-
mengajar
Mampu mengemukakan pendapat, baik di depan guru maupun
teman-temannya.
Meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
b.Manfaat bagi guru
Sebagai acuan agar dapat berperan langsung dalam meningkatkan
minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi biologi melalui
penerapan model pembelajaran Learning Start With A Question
Meningkatkan kreatifitas guru
Menambah wawasan dan pengetahuan guru, khususnya dalam materi
biologi.
6
c.Manfaat bagi sekolah
Sebagai sumber informasi untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam memutuskan kebijakan dengan penerapan model
pembelajaran Learning Start With A Question dalam
meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi
biologi sehingga output dari sekolah tersebut dapat diandalkan
Memberikan sumbangan yang baik dalam perbaikan proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan potensi siswa yang
akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Minat Belajar Siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
terhadap sesuatu. Menurut Rober (1988) minat tidak termasuk istilah
popular dalam psikologi, karena ketergantungan yang bersifat pada
faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi dan kebutuhan. Akan tetapi, yang dipahami dan dipakai oleh
orang selama ini dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang studi tertentu (Djamarah;2002).
Suatu minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada yang
lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif
dalam suatu kegiatan. Umpanya seorang siswa menaruh minat besar
terhadap pelajaran biologi, maka siswa tersebut akan memusatkan pikiran
dan perhatiannya dalam pelajaran biologi. Inilah yang memungkinkan
siswa tersebut belajar lebih giat lagi dalam proses belajar-mengajar.
Beberapa pengertian minat menurut para ahli, sebagai berikut:
a. Slameto (2003) menyatakan minat adalah sesuatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh.
8
b. Menurut Jersid dan Tasch, minat adalah sesuatu yang menyangkut
aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu
(Nurkencana, dkk;1986).
c. Hilgard mengartikan minat sebagai suatu kesukaan atau keinginan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan
(Asnawati;2003).
d. Shalahuddin (1990) mengemukakan bahwa minat ialah perhatian
yang mengandung unsur-unsur perasaan dan suatu sikap yang
menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pekerjaan, dengan
kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Dari berbagai pengertian minat diatas, yang dikemukakan oleh
para ahli terlihat saling melengkapi satu sama lain. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa minat merupakan rasa senang dan perhatian
seseorang terhadap sesuatu bidang yang membuat orang tersebut merasa
terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap obyek yang disukainya
tanpa ada yang menyuruh atau memaksa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Tampubolon
(1993), antara lain:
a.Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi apabila disertai motivasi, baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Minat merupakan
perpaduan keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika
9
ada motivasi atau dorongan yang kuat baik dari dirinya sendiri
maupun dari orang lain.
b.Bahan pelajaran dan sikap guru
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan sering dipelajari
oleh siswa yang bersangkutan dan sikap seorang gurupun akan
membangkitkan minat belajar siswa. Jika sikap seorang guru yang
acuh tak acuh, maka siswa kurang minat dalam mengikuti pelajaran,
sebaliknya apabila sikap seorang guru baik dan ramah maka siswa
akan termotivasi dalam mengikuti pelajaran.
c.Metode mengajar
Metode mengajar adalah bagian dari alat atau strategi seorang guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi
minat belajar siswa.
d.Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga. Oleh sebab
itu, keluarga sangat berpengaruh dalam membangkitkan minat
belajar siswa. Apa yang diberikan keluarga sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan jiwa sang anak.
e.Cita-cita
Setiap individu mempunyai cita-cita dalam hidupnya. Cita-cita juga
mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat
dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek
kehidupan di massa yang akan datang.
10
2. Penguasaan Konsep Materi Biologi
Penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk
menggunakan atau mengetahui (Kamus Bahasa Indonesi, Balai
Pustaka;486), sedangkan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
menyatakan bahwa penguasaan adalah proses pengembangan segala
macam pengetahuan dan teknologi (1981;590).
Konsep yaitu ide atau gagasan yang diabstrak dari peristiwa yang
konkrit (Anonomi, 1995;520), sedangkan materi biologi ialah semua
bahan atau isi yang ada dalam mata pelajaran biologi.
Pelajaran biologi merupakan salah satu cabang dari Ilmu
Pengetahuan Alam, dimana mata pelajaran biologi bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami gejala-gejala
alam, baik yang timbul dengan sendirinya maupun yang timbul akibat
campur tangan manusia itu sendiri, memahami konsep dan teori serta
berlatih dalam memecahkan masalah biologi yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Ruang lingkup dari mata pelajaran biologi di mulai dari
masalah-masalah alam yang terjadi di lingkungan kehidupan siswa
sampai lingkungan terjauh. Pelajaran biologi pada sekolah lanjutan
memiliki tujuan, yaitu memberikan siswa bekal berupa teori-teori dan
konsep-konsep yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya
serta berbagai bekal untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi
yaitu perguruan tinggi (Sumartri;2011).
11
Jadi, penguasaan konsep materi biologi merupakan suatu proses
kemampuan dan kesanggupan untuk menyusun pengetahuan seperti ide
atau gagsan yang relevan berupa peristiwa yang konkrit yang ada dalam
mata pelajaran biologi.
3. Model Pembelajaran Learning Start With A Question
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan
berbagai keterampilan dalam mengajar. Keterampilan dalam mengajar
merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh
(Zainal;1988).
Learning Start With A Question merupakan suatu strategi
pembelajaran aktif dalam bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada
penjelasan dari guru. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa
diminta mempelajari materi yang akan dipelajarinya dengan membaca
materi terlebih dahulu. Dengan membaca, siswa mempunyai gambaran
tentang materi yang akan dipelajarinya sehingga jika membahas materi
tersebut terjadi kesalahan konsep karena kurang memahami materi akan
dibahas dan diluruskan secara bersama-sama (Ratna Rismawati;2009).
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar, siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi dan dapat mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi. Dengan demikian guru tidak hanya
12
akan belajar bagaimana “bertanya” yang baik dan benar, akan tetapi guru
juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran
bertanya (fluency) adalah jumlah pertanyaan yang secara logis dan
relevan diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya
ini sangat diperlukan bagi guru di dalam proses belajar-mengajar.
Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan ditujukan pada
pelajaran yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran,
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang telah
ditetapkan.
Menurut Zaini, dkk langkah-langkah model pembelajaran
Learning Start With A Question ada 4, yaitu:
a. Guru memberitahu dahulu tentang materi apa yang akan dibahas.
b. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari
dan meminta siswa untuk menuliskan atau memberi tanda pada
bagian bacaan yang tidak dipahaminya atau kurang dimengerti
selama membaca.
c. Guru meminta siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang
dipahami pada saat membaca dan dalam mengeluarkan pendapat
siswa tidak boleh merasa malu.
d. Guru mulai melakukan kegiatan sesuai yang direncanakan di dalam
rancangan pembelajaran.
Untuk dapat melihat apakah siswa telah mempelajari materi
tersebut, maka guru melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas
13
kepada siswa untuk membuat rangkuman ringkasan mengenai materi
pelajaran yang akan dibahas serta membuat daftar pertanyaan sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Maka dapat
terlihat dengan jelas berapa persen siswa yang belajar, aktif dalam
bertanya serta berminat dalam proses belajar mengajar dengan siswa
yang tidak belajar, kurang aktif dalam bertanya dan dengan siswa yang
kurang berminat dalam mengikuti pelajaran. Dengan membaca maka
dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting dan kata-kata sulit atau
materi yang agak sulit dipahami perlu di pelajari ulang agar mendapatkan
pemahaman yang mendalam.
Kelebihan-kelebihan model pembelajaran Learning Start With A
Question, antara lain:
a. Siswa lebih siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih
dahulu sebelum pelajaran dimulai. Sehingga siswa memiliki sedikit
gambaran dan menjadikan siswa lebih paham setelah mendapat
tambahan pelajaran dari guru.
b. Siswa aktif dalam bertanya dan mencari informasi tentang materi
yang dipelajari serta berminat dalam mengikuti proses
berlangsungnya pembelajaran.
c. Materi pelajaran diingat lebih lama
d. Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang
materi tersebut tanpa bantuan guru.
14
e. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara
terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara
berkelompok
f. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan
saling bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang
kurang pandai
Kekurangan-kekurangan model pembelajaran Learning Start With
A Question, adalah:
a. Siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan guru, jika bahasan
dalam strategi tersebut tidak disukai
b. Pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh guru yang kreatif dan
vocal, sedangkan tidak semua guru di Indonesia memiliki karakter
guru yang kreatif dalam melakukan proses pembelajaran dan tidak
semua guru juga vocal dalam menyampaikan materi pelajaran.
c. Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya karena fasilitas harus
tersedia atau memadai, menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir
dan karakter siswa yang berbeda-beda (Hendi Burahman;2008).
Ada beberapa cara yang tepat dalam membaca menurut Zainal
(1988), yaitu:
a.Ketika membaca siswa memberi tanda pada bacaan, misalnya dengan
menggarisbawahi kata atau kalimat yang kurang dipahami atau
kurang dimengerti. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kata-kata
dan kalimat yang kurang dipahami dan kata-kata yang penting.
15
b. Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini bertujuan
agar siswa mengetahui materi yang perlu dikaji ulang atau pada
bagian materi mana yang belum dipahami.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Learning Start With A Question
No
.
Fase Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1.
2
3.
4.
Pemberitahuan materi pembelajaran
Mempelajari materi yang akan dipelajari
Menanyakan materi yang kurang dipahami
Melakukan kegiatan sesuai dengan rancangan pembelajaran
Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari
Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari
Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami
Guru mulai melakukan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran
Siswa mendengarkan pemberitahuan materi yang akan dipelajari oleh guru
Siswa mempelajari materi yang akan dipelajari
Siswa menanyakan pada guru tentang materi yang kurang dipahami
Siswa mengikuti pembelajaran yang di ajarkan dan dijelaskan oleh guru
4. Sel
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang
ilmuwan Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus
melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Dengan sayatan tersebut,
Robert Hooke menemukan ruang-ruang kosong berukuran kecil dan
menamakan ruangan-ruangan kosong tersebut dengan sel. Kata sel
berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.
16
Gambar 2.1 Sel gabus
Secara umum setiap sel memiliki: membran sel, sitoplasma, dan
inti sel atau nukleus. Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di
luar membran yang dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak
elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga
menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi
bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh
tumbuhan.
Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma.
Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat
berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk
mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol
dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga
memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di
sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang
mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.
Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah
mitokondria (kondriosom),dan Golgidiktios), retikulum endoplasma,
17
plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan
kromoplas), vakuola (khusus tumbuhan).
Gambar 2.2 Sel Tumbuhan dan Sel Hewan
Tabel. 2.2 Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan
NO
. SEL TUMBUHAN SEL HEWAN
1. Sel tumbuhan lebih besar daripada sel
hewan.
Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan.
2. Mempunyai bentuk yang tetap.
Tidak mempunyai bentuk yang tetap.
3. Mempunyai dinding sel (cell wall) dari
selulosa.Tidak mempunyai dinding sel (cell wall).
4. Mempunyai plastida.
Tidak mempunyai plastida.
5.Mempunyai vakuola
(vacuole) atau rongga sel yang
besar.
Tidak mempunyai vakuola (vacuole), walaupun terkadang sel beberapa hewan
uniseluler memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan). Yang
biasa dimiliki hewan adalah vesikel atau (vesicle).
6. Menyimpan tenaga dalam bentuk
butiran (granul) pati.
Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) glikogen.
7. Tidak Mempunyai sentrosom
(centrosome).Mempunyai sentrosom (centrosome).
8. Tidak memiliki lisosom (lysosome).
Memiliki lisosom (lysosome).
9. Nukleus lebih kecil daripada vakuola.
Nukleus lebih besar daripada vesikel.
18
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/sel(biologi)
B. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang diangkat oleh peneliti, sehingga diharapkan
mampu membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan
(Suharsimi, 2002;168).
Hasil-hasil penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Novie Irma Yunita (2009), meneliti
tentang pengaruh strategi Learning Start With A Question terhadap hasil
belajar siswa dalam bidang studi fiqih di MTs. Darul Ulum Waru Sidoarjo.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa strategi Learning Start With A
Question berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam bidang studi fiqih di
MTs. Darul Ulum Waru Sidoarjo. Sementara itu, Darhim (1990) melakukan
penelitian tentang pengaruh penggunaan alat peraga terhadap penguasaan
konsep sel, dimana hasil penelitiannya adalah bahwa dengan penggunaan alat
peraga dapat meningkatkan penguasaan konsep sel.
Berdasarkan kedua hasil penelitian diatas, memberikan motivasi bagi
peneliti untuk mengungkapkan penerapan model pembelajaran Learning Start
With A Question untuk meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan
konsep materi biologi.
C. Kerangka Berpikir
19
Berdasarkan teoritis dan hasil penelitian yang relevan diatas, dapat
diajukan kerangka berpikir sebagai dasar perumusan hipotesis. Model
pembelajaran yang diupayakan oleh guru akan lebih memberikan arti dan
memberikan makna bagi siswa. Dalam pembelajaran di dalam kelas, guru
harus mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan
aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan motivasi
atau pertanyaan-pertanyaan agar siswa lebih cepat belajar untuk
menyesuaikan diri dalam berintraksi. Tujuannya, ketika menjawab pertanyaan
atau mengemukakan pendapatnya di depan guru maupun teman-temannya
tidak takut lagi. Dengan demikian, minat belajar siswa dan penguasaan
konsep materi biologi dapat ditingkatkan melalui penerapan model
pembelajaran Learning Start With A Question. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagan dibawah ini:
Bagan 2.1 Model Pembelajaran Learning Start With A Question
20
Kegiatan Belajar Mengajar
Kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaranKetidakmampuan siswa dalam menguasai konsep materi biologiGuru tidak menerapkan model pembelajaran yang melibatkan siswa
aktif dalam proses pembelajaran.
Mata Pelajaran Biologi
Penerapan Model Pembelajaran Learning Start With A Question
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dalam penelitian (Yatim Rianto;2001). Ahli lain
mengemukakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang belum diakui
kebenarannya atau masih memerlukan pembuktian (Suharsimi Arikunto;
2002). Dari pendapat para ahli diatas, maka hipotesis yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu jawaban sementara dan belum diakui kebenarannya.
Hipotesis tindakan dibuat atas dasar kerangka berpikir yang disusun
dari permasalahan-permasalahan dan teori-teori yang mendukung penelitian
ini. Oleh karena itu, hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran Learning Start With A Question dapat
meningkatkan minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi biologi
kelas XI IPA MA Mu'alimin NW Pancor tahun pelajaran 2011/2012.
21
Minat belajar siswa dan penguasaan konsep materi biologi dapat ditingkatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang dilakukan oleh guru/peneliti di dalam kelas, dengan tujuan
memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat
(Nawawi, dkk;2002), sedangkan, Wardhani (2007;3) menyatakan bahwa PTK
(penelitian tindakan kelas) adalah suatu penelitian yang dilakukan di dalam
kelas yang dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan dalam situasi sosial
dengan maksud meningkatkan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, Wardhani memaparkan pengertian PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) secara seksama, sebagai berikut:
1. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah suatu bentuk inkuiri atau
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan oleh peserta yang terlibat
dalam situasi yang diteliti seperti: guru, siswa dan kepala sekolah.
3. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan dalam situasi sosial,
termasuk situasi pendidikan
22
4. Tujuan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), yaitu memperbaiki dasar
pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap
praktik tersebut serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut
dilaksanakan (Wardhani, 2007;4).
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki
dan menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik sehingga tercapai apa
yang diharapkan guna meningkatnya minat belajar siswa dan siswa mampu
menguasai konsep materi pelajaran, dengan menerapkan model pembelajaran
Learning Start With A Question pada mata pelajaran biologi.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA MA Mu'alimin NW Pancor Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2.Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September
Tahun 2011.
C.Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan dalam PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) ini adalah berbentuk siklus, yang diawali dengan tahap perencanaan
(planning) kemudian dilanjutkan ke tahap pelaksanaan (action), observasi
(observation) dan terakhir tahap refleksi (reflektion). Akan tetapi, jika pada
23
siklus I tidak tercapai apa yang diharapkan maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Dalam proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir
pertemuan diharapkan dapat tercapainya tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai dengan baik. Peneliti menggunakan rancangan penelitian yang
mengacu pada model siklus menurut Kemmis dan Taggart (1990). Dimana
jika dalam awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka
perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan
pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
Rancangan penelitian model siklus menurut Kemmis dan Taggart
(1990), antara lain:
a.Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) peneliti terlebih dahulu membuat skenario
pembelajaran, seperti: menyiapkan Silabus dan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi yang akan diajarkan
atau disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung, membuat
lembar observasi baik lembar observasi untuk guru maupun lembar
observasi siswa untuk melihat pelaksanaan pembelajaran berlangsung di
dalam kelas, membuat soal-soal evaluasi untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai konsep materi biologi dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Start With A Question, membuat dan menyiapkan
angket minat guna melihat apakah siswa benar-benar berminat dalam
mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Start With A Question, menyiapkan media atau
24
alat-alat yang dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung, serta
membuat catatan lapangan untuk mendeskripsikan segala sesuatu yang
didengar, dilihat, dirasakan dan dipikirkan tentang semua kejadian selama
berlangsungnya pembelajaran.
b.Pelaksanaan (action)
Dalam tahap pelaksanaan (action) ini, peneliti melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan dan disiapkan pada tahap
perencanaan.
c.Observasi (observation)
Observasi dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Hal ini
dilakukan untuk mengumpulkan data, terkait dengan kegiatan guru selama
mengajar dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menerapkan model pembelajaran Learning Start With A Question.
Observasi dilakukan secara kontinu atau terus-menerus setiap kali
pembelajaran berlangsung, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal
dan tercapai apa yang diharapkan.
d.Refleksi (reflection)
Dalam tahap ini, peneliti dan observer berkolaborasi melakukan analisis
terhadap semua informasi yang terekam pada proses pembelajaran
berlangsung. Kemudian memperbaiki proses pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus I, untuk menyusun tindakan yang akan dilaksanakan
pada siklus II. Pada tahap refleksi, peneliti bertindak sebagai pengajar dan
guru mata pelajaran sebagai observer, mengkaji kekurangan-kekurangan
25
REFLEKSI
OBSERVASI ACTION
PLANNING
REFLEKSI
OBSERVASI ACTION
PLANNING
?
yang ada dalam melaksanakan tindakan. Jika pada siklus I belum
memperoleh hasil yang optimal, maka harus dilakukan siklus berikutnya
sampai tercapainya ketuntasan belajar siswa.
Siklus II dilaksanakan apabila pada siklus I dinilai belum berhasil
mencapai standar ketuntasan belajar siswa, proses pembelajaran yang
berlangsung belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan hasil yang
didapatkan kurang memuaskan, maka dilaksanakan siklus II sampai
tercapainya apa yang diharapkan. Dimana, langkah-langkah pada siklus II
pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II menutupi
kekurangan-kekurangan siklus I sampai tercapainya tujuan yang diharapkan.
Model siklus menurut Kemmis dan Taggart, seperti pada bagan dibawah ini:
Bagan 3.1: Model Siklus menurut Kemmis dan Taggart
Model Rancangan Kemmis & Mc Taggart (Hermawan;2006).
26
D.Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA.2 MA Mu'alimin
NW Pancor Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran
Learning Start With A Question untuk meningkatkan minat belajar siswa
dan penguasaan konsep materi biologi.
E.Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan
data yang harus dirancang dan dibuat sehingga menghasilkan data yang
empiris sebagaimana mestinya. Maka dapat disimpulkan instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.
Cara-cara pengambilan data dalam penelitian ini, antara lain:
a.Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dari lembar observasi.
b.Memberikan tes kepada siswa menyangkut penguasaan konsep materi
pelajaran.
27
c.Mengisi angket minat terkait dengan minat belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah, adalah:
a. Observasi
Observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung
menggunakan lembar observasi yang sudah dirancang dan
disiapkan oleh peneliti. Tujuannya untuk mengumpulkan data
kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Learning Start With A
Question.
b. Tes
Menurut Ridwan (2005), tes sebagai instrumen pengumpul data
adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang digunakan peneliti untuk mengukur data
mengenai penguasaan konsep materi biologi melalui penerapan
model pembelajaran Learning Start With A Question adalah tes
objektif berupa pilihan ganda dengan empat opsion jawaban
yaitu a, b, c dan d yang dibuat oleh peneliti sendiri.
c. Angket minat
28
Angket merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data yang
berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada subjek atau
responden untuk mendapatkan jawaban (Arikunto, 1997;125).
2. Teknik pengukuran
a. Teknik Pengukuran Instrumen Tes
Tes dikatakan baik apabila memenuhi syarat-syarat, sebagai
berikut:
1). Uji Validitas Tes
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu alat ukur (Suharsimi Arikunto;2003). Untuk
menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi
antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan
cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total
yang menerapkan jumlah tiap butir skor, dengan rumus Person
Product Moment, sebagai berikut:
r xy=n∑ xy−(∑ x ) (∑ y )
√ {n∑ x2−(∑ x)2} {n∑ y2− (∑ y )2}Keterangan:
rxy = korelasi antara variabel x dan variabel y
N = jumlah subjek penelitian
∑xy = jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor dari x dan y
∑x = jumlah skor asli
∑y = jumlah skor asli prestasi belajar
29
kriteria koefisien korelasi, antara lain:
• Antara 0,80 samapai dengan 1,00 validitas sangat tinggi
• Antara 0,60 samapai dengan 0,79 validitas tinggi
• Antara 0,40 sampai dengan 0,59 validitas cukup tinggi
• Antara 0,20 sampai dengan 0,39 validitas rendah
• Antara 0,00 samapai dengan 0,19 validitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2003;72)
2). Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu
alat pengukur dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto, 1997).
Reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi, jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tepat. Maka, reliabilitas tes dalam
penelitian ini adalah hubungan masalah hasil tes. Uji reliabilitas
tes dilakukan setelah diperoleh hasil akhir dari penyebaran
instrument. Jika hasil tes berubah-ubah, maka perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Dalam penelitian ini, rumus
yang dipakai untuk mencari reliabilitas tes adalah rumus
Spearman-Brown, yaitu:
r11 = 2 rxy
(1+rxy)
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh sistem
rxy = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
30
interprestasi harga r11 ketuntasan, sebagai berikut:
Jika r11 antara 0,81 sampai dengan 1,00 reliabilitas tes sangat
tinggi
Jika r11 antara 0,61 sampai dengan 0,80 reliabilitas tes tinggi
Jika r11 antara 0,41 sampai dengan 0,60 reliabilita tes cukup
tinggi
Jika r11 antara 0,21 sampai dengan 0,40 reliabilitas tes rendah
Jika r11 antara 0,00 sampai dengan 0,20 reliabilitas tes sangat
rendah
(Suharsimi Arikunto, 2003;93)
3). Uji Tingkat Kesukaran Tes
Menurut Nurkencana tujuan mencari derajat kesukaran suatu tes
adalah untuk memisahkan antara siswa-siswa yang betul-betul
mempelajari materi pelajaran dengan siswa-siswa yang kurang
mempelajari materi pelajaran. Maka, tes dikatakan baik apabila
tes tersebut betul-betul dapat memisahkan kedua golongan siswa
tersebut (antara siswa yang benar-benar mempelajari materi
pelajaran dengan siswa yang kurang mempelajari materi
pelajaran). Jadi, setiap item harus mempunyai derajat kesukaran
tertentu dan juga mampu membedakan antara siswa yang pandai
dan siswa yang bodoh (Hirmawadadi, 1998;78). Untuk
mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus,
sebagai berikut:
31
P= BJs
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran tes merupakan bilangan yang mewujudkan
sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran tes
yaitu antara 0,00 sampai 1,00.
Klasifikasi indeks tingkat kesukaran tes, sebagai berikut:
Soal dengan indeks kesukaran 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan indeks kesukaran 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan indeks kesukaran 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
(Suharsimi Arikunto, 2003;208)
4). Uji Daya Beda Tes
Daya beda tes adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
kemampuannya rendah dengan angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda yang disebut indeks deskriminasi (D).
Rumus untuk mencari indeks deskriminasi (D), sebagai berikut:
D= BAJA
−BBJB
Keterangan:
D = Daya pembeda
32
BA = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Jumlah siswa kelompok atas
JB = Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi indeks deskriminasi (D) yang dipakai adalah:
Deskriminan antara 0,00 – 0,20 adalah jelak (poor)
Deskriminan antara 0,20 – 0,40 adalah cukup (satis factory)
Deskriminan antara 0,40 – 0,70 adalah baik (good)
Deskriminan antara 0,40 – 0,70 adalah baik sekali
(excellent)
(Suharsimi Arikunto, 2003;213)
b. Teknik Pengukuran Instrumen Minat
1) Uji Validitas Instrumen Minat
Validitas berasal dari kata validity, yang berarti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya (Saifuddin, 2000;5), sedangkan menurut pendapat
lain validitas adalah suatu ukuran kebenaran data yang diperoleh
melalui penggunaan instrument (Sukardi, 2006;171). Jadi,
validitas merupakan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukur untuk memperoleh kebenaran data yang
diperoleh dari penggunaan instrumen.
Instrumen dalam penelitian ini berupa angket. Instrumen yang
baik adalah instrumen yang memiliki validitas yang tinggi.
33
Instrumen pengukur dapat dikatakan memiliki validitas yang
tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan
pengukuran tersebut (Saifuddin, 2006;5). Alat ukur yang valid
adalah yang memiliki varians eror yang kecil (karena eror
pengukurannya kecil), sehingga angka yang dihasilkan dapat
dipercaya sebagai angka yang "sebenarnya" atau angka yang
mendekati keadaan sebenarnya. Validitas instrumen minat ini
diuji dengan rumus Person Product Moment, dengan melihat skor
masing-masing item pertanyaan. Rumus Person Product Moment,
sebagai berikut:
r xy=n∑ xy−(∑ x ) (∑ y )
√ {n∑ x2−(∑ x)2} {n∑ y2− (∑ y )2}
Keterangan:
rxy = korelasi antara variabel x dan variabel y
N = jumlah subjek penelitian
∑xy = jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor dari x dan y
∑x = jumlah skor asli
∑y = jumlah skor asli prestasi belajar
kriteria koefisien korelasi, antara lain:
• Antara 0,80 samapai dengan 1,00 validitas sangat tinggi
• Antara 0,60 samapai dengan 0,79 validitas tinggi
• Antara 0,40 sampai dengan 0,59 validitas cukup tinggi
34
• Antara 0,20 sampai dengan 0,39 validitas rendah
• Antara 0,00 samapai dengan 0,19 validitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2003;72)
2) Uji Reliabilitas Instrumen Minat
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap
akan sama hasilnya. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi
dapat diandalkan. Reliabilitas instrumen minat ini diuji dengan
rumus Alpha, sebagai berikut:
r11=[ kk−1 ] [1−
∑ σ i2
σ i2 ]
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya item
∑ σ i2
= Jumlah varians skor tiap item
σ i2
= Varians total
Setelah indeks reliabilitas instrumen diperoleh kemudian diuji
dengan criteria reliabilitas, sebagai berikut:
35
0,80 ≤ r ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 ≤ r ≤ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,60 reliabilitas cukup tinggi
0,20 ≤ r ≤ 0,40 reliabilitas rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah
)Suharsimi Arikunto, 1998;193(
F.Teknik Analisis Data
1.Data Hasil Observasi
Data hasil observasi tentang kegiatan guru maupun kegiatan siswa
dianalisis secara deskriptif untuk setiap siklus yang dilaksanakan, dengan
menerapkan model pembelajaran Learning Start With A Question.
2.Data Aktifitas Siswa
a.Untuk menentukan skor yang diperoleh guru dan siswa adalah
tergantung seberapa banyak prilaku yang dilakukan dari sekian prilaku
yang diamati pada setiap individu. Skor 5 diberikan jika semua
deskriptor nampak, skor 4 diberikan jika tiga deskriptor yang nampak,
skor 3 diberikan jika dua deskriptor yang nampak, skor 2 diberikan
jika satu deskriptor yang nampak dan skor 1 diberikan jika tidak ada
deskriptor yang nampak pada diri siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
b.Data aktifitas siswa dianalisis dengan rumus, sebagai berikut:
36
A = ∑ x
i x 100%
Keterangan:
A = Persentase aktifitas belajar siswa
∑x = Jumlah skor aktifitas belajar siswa
i = Skor maksimal
Menentukan Mi dan Sdi dengan rumus, sebagai berikut:
Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
Tabel 3.1 Kriteria untuk Menentukan Aktivitas Belajar Siswa
No Interval Nilai Kriteria1.2.3.4.5.
Mi+1,5 SDi˂AMi+0,5 SDi˂A≤Mi+1,5 SDi Mi-0,5 SDi˂A≤ Mi+0,5 SDiMi-1,5 SDi ˂A≤Mi-0,5 SDiA≤Mi-1,5 SDi
4,5 ˂ A3,5 ˂ A ≤ 4,52,5 ˂ A ≤ 3,51,5 ˂ A ≤ 2,5A ≤ 1,5
Sangat aktifAktifCukup aktifKurang aktifTidak aktif
3.Data Hasil Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu maupun kelompok berdasarkan
kemampuan dan keterampilan dari aktifitas dalam belajar. Prestasi
belajar dinyatakan dengan nilai mengerjakan tes evaluasi. Untuk dapat
mengetahui prestasi belajar siswa, maka hasil tes evaluasi belajar siswa
dianalisis dengan rumus, sebagai berkut:
P = nN
x 100%
Keterangan:
37
P = Ketuntasan belajar
n = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai 65 (tuntas)
N = Jumlah siswa
(Fatiah, 2005;51)
4.Data Minat Belajar Siswa
Data minat belajar siswa dianalisis dengan mengisi lembar angket minat
belajar siswa. Dimana dalam menerapkan model pembelajaran Learning
Start With A Question dapat meningkatkan minat belajar siswa dan
penguasaan konsep materi biologi semakin meningkat.
Tabel 3.2 Kriteria untuk Menentukan Minat Belajar Siswa
No Kreteria Kualifikasi
1.2.3.4.5.
Mi + 1,5 SDiMi + 0,5 SDi – Mi + 1,5 SDiMi – 0,5 SDi – Mi + 0,5 SDiMi – 1,5 SDi – Mi – 0,5 SDiMi – 1,5 SDi
Sangat tinggiTinggiCukupKurangSangat kurang
G.Indikator Keberhasilan
Sebagai tolak ukur keberhasilan tindakan pada penelitian ini
ditentukan oleh hasil tes yang sudah dianalisis, dari hasil analisis akan
diketahui ketuntasan individual dan klasikal. Ketuntasan individual mencapai
minimal 65%, sedangkan ketuntasan klasikal mencapai minimal 85% (Basuki
Wibawa, 2005;53).
38