Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
[287]
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI SISWA
UNTUK MENINGKATKAN MAHARAH KALAM
Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) Jawa Timur
[email protected] / [email protected]
Abstrak
Bahasa Arab merupakan suatu bahasa yang memiliki banyak keistimewaan dari bahasa
lainnya. Salah satunya adalah bahasa pemersatu Umat Islam di dunia. Namun dibalik
semua keistimewan tersebut, bahasa Arab memiliki problematika-problematika khusus
dalam pembelajaraanya. Problematika yang dapat ditemukan terbagi menjadi dua, yaitu
masalah Linguistik dan Non Linguistik.
Motivasi adalah salah satu problematika Non Linguistik yang sangat penting untuk
diperhatikan, karena peserta didik yang tidak mempunyai motivasi kuat dalam belajar
bahasa Arab akan mengalami kesulitan di dalamnya. Sehingga motivasi harus terus
ditanamkan dalam diri siswa, terkhusus motivasi dalam berbicara bahasa Arab. Karena
kemahiran dalam berbicara adalah puncak dari empat skill (maharatul kitabah, maharatul
qira‟ah, maharatul istima‟, maharatul kalam) berbahasa dan merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara bahasa Arab juga tidak
semudah bahasa lainya, sering kali para siswa kurang percaya diri dan cenderung takut
untuk berbicara bahasa Arab.
Oleh karena itu, dalam artikel ini menawarkan beberapa metode dan strategi untuk
menumbuhkan motivasi siswa dalam berbicara bahasa Arab atau maharah kalam.
Kata Kunci : Peningkatan Motivasi, Maharah Kalam, Problematika
Problematika Pembelajaran Maharah Kalam
Keterampilan berbicara (maharah al-kalam/speaking skill) adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran
berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang
lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat
yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam
rangka memenuhi kebutuhannya.1 Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling
penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari
oleh pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat
mendasar dalam mempelajari bahasa asing.2
1 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2009),Hal. 135.
2 Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu;atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang : UIN-
Malik Press,2011),Hal. 88.
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 288
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia
Sedangkan maharah kalam adalah berbicara secara terus-menerus tanpa henti tanpa
mengulang kosakata yang sama dengan menggunakan pengungkapan bunyi3. Kemahiran
berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam
pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab. Berbicara merupakan sarana utama
untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya.4Selama ini masih banyak siswa mengeluh akan sulitnya berbicara
bahasa Arab dikarenakan kurangnya siswa dalam menguasai perbendaharaan
kosakata/mufrodat sehingga dorongan untuk berbicara bahasa Arab sangatlah kurang,
Disamping itu, lingkungan sekolah yang tidak mendukung dalam penerapan disiplin
bahasa akan mempengaruhi motivasi siswa dalam berbicara bahasa Arab, sehingga
menimbulkan problematika yang akan mempengaruhi motivasi siswa dalam berbicara
bahasa Arab.
Apabila diamati dengan teliti, akan mendapatkan hal yang sangat mengejutkan, karena
ternyata tidak sedikit orang yang tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih dan lancar
padahal ia adalah tamatan lembaga bahasa dan pesantren, bahkan ketika sekolah ia
mengambil jurusan bahasa Arab. Masih banyak dijumpai mahasiswa-mahasiswa jurusan
bahasa yang tidak bisa berbahasa Arab fasih dan lancer. Hal yang lebih miris lagi ternyata
ada pengakuan dari pengajar bahasa Arab di perguruan tinggi bahwa mahasiswa yang
pandai berbahasa Arab dengan fasih dan lancar ialah mereka yang sebelumnya telah pandai
berbahasa Arab sebelum mereka masuk kejurusan bahasa Arab. Ini artinya ada beberapa
lembaga pendidikan yang tidak mampu menjadikan peserta didiknya untuk menguasai
bahasa Arab dengan fasih dan lancar.5
Permasalahan yang sering dihadapi oleh guru ketika mengajar bahasa Arab dikelas
dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena dua hal yaitu rendahnya
motivasi minat belajar bahasa Arab, dan juga tidak sesuai dengan metode yang digunakan
oleh guru dalam mengajarkan bahasa Arab di kelas. Disamping itu sulitnya bagi
mahasiswa untuk meninggalkan bahasa Ibu turut menjadi problemmatika dalam
mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk berani berbicara bahasa Arab dan juga
terbatasnya pengetahuan dan wawasan karena kurangnya informasi yang disampaikan
kepada khalayak mengenai kedudukan dan fungsi bahasa Arab.
Dan Juga masih banyak dari kalangan siswa yang masih membutuhkan motivasi dan
bimbingan belajar untuk mendorong semangat dalam meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Arab. Hal ini dikarenkan masih banyak ditemukan mahasiswa yang masih memiliki
kekurangan dalam berbicara bahasa Arab dengan fasih dan lancar.
Selama ini banyak siswa yang mengeluh akan sulitnya memulai untuk berbicara.
Seakan –akan katup yang mengunci mulutnya untuk berbicara apa yang ada didalam
pikirannya. Padahal beribu-ribu kata yang muncul di dalam otaknya, namun tak satu
3 Ibid.89
4 Ahmad Fuad, Metodologi Pembelajaran (Malang; Penerbit Misykat,2012),Hal.139.
5 Fatur rohman , Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang : Madani Kelompok Intrans Publising Wismakali
metro,2015).Hal.45.
289 |Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”
katapun berani untuk mengungkapkannya. Menurut H. Tayar Yusuf dan Syaiful anwar
(1997) dalam bukunya Metode pengajaran Agama dan Bahasa Arab mengungkapkan
bahwa dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini selalu mendapatkan khusus dari para
ahli. Karena motivasi itu sendiri merupakan gejala jiwa yang mendorong manusia untuk
bertindak atau berbuat sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif. Motif pad
dasarnnya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup seseorang berupa biologis dan
psikologis/kerohanian. Semakin terang kebutuhan manusia yang di inginkan, maka
semakin jelas pula motif yang melatarbelakanginya.
Karena keterampilan berbicara sangatlah penting agar para siswa mampu
berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Secara
baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara social
yang dapat diterima. Namun tentu saja untuk mencapai tahap kepandaian berbicara
diperlukan dorangan atau motivasi agar siswa mempunya keinginan kuat untuk berlatih
dan praktek sehingga diperlukan motivasi yang kuat dan mendukung..
Artikel ini mencoba menawarkan solusi dalam meningkatkan motivasi belajar dalam
berbicara bahasa Arab yang selama ini di anggap sulit, yang diharapkan dapat menambah
wawasan guru tentang pembelajaran maharotul kalam di satu sisi, dapat membuat siswa
tidak takut lagi untuk memulai berbicara apa yang ada didalam pikirannya, sehingga guru
dapat memotivasi siswa untuk berani menuangkan isi pikirannya, kemudian terbiasa dan
akhirnya menikmati pembelajaran berbicara bahasa Arab. Metode atau teknik
pembelajaran berbicara bahasa Arab yang ditawarkan dalam makalah ini bukanlah ide
murni penulis, tetapi penulis ambil atau penulis kembangkan dari ide para ahli
pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran berbicara
Tujuan utama dalam pembelajaran berbicara adalah agar para siswa mampu
berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Dan juga
mengantarkan siswa untuk dapat mengungkapkan perasaannya, pikirannya, dan
keyakinannya dengan mudah, dalam berbagai situasi kehidupan dengan mengungganakan
ungkapan yang benar dan jelas serta dengan gaya kalimat yang mengesankan.
Ada beberapa tujuan umum berbicara menjadi tujuan perilaku, sebagai berikut :
1. Siswa akan mudah dalam menyampaikan ma’lumat kepada orang lain
2. Bisa merangkum pembicaraan orang dengan mudah
3. Siswa mampu merangkai kosakata yang sudah dihafal.
4 Membuat seni berbicara menjadi indah sehinggah diharapkan siswa mampu
memperbagus kalimat atau rangkaian bahasa sehingga enak di dengar.
5. Siswa mampu menerjemahkan dari bahasa asing kedalam bahasa sehari-hari..
6. Siswa mampu menghafal kosa kata dalam jumlah relative banyak dalam setiap
pertemuan.
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 290
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia
Metode Pembelajaran Maharah Kalam
Sebuah metode dikatan berhasil apabila metode tersebut dapat mengantarkan pada
tujuan pembelajaran yang di harapkan dengan penggunaan waktu dan tenaga yang
relative hemat, baik bagi guru maupun bagi murid, disamping itu juga dapat
membangkitkan minat murid, menumbuhkan perhatian dan dorongannya kepada aktivitas
yang positif, yaitu yang dapat membuatnya kreatif dalam belajar dan berfikir secara
bebas, produktif, dan kratif dan inovatif.6
Guru sebagai fasilitator pembelajaran dapat menggunakan metode yang ia ciptakan
sendiri sesuai pengalamannya dalam mengajar, memakai metode yang ia ciptakan sendiri
sesuai pengalamannya dalam mengajar, memakai metode hasil dari penelitian para ahli,
atau mengembangkannya yang ada. Dalam artikel ini disajikan beberapa metode untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa untuk berbicara bahasa Arab, yaitu metode
langsung, metode audiolingual, metode membaca, dan metode gabungan yang dilengkapi
dengan langkah-langkah pembelajarannya.
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung (at–Thoriqoh al-mubasyaroh/direct method) dikembangkan oleh
Carles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di Jerman menjelang abad ke-19.7
Faktor kemunculannya di belakangi oleh penolakan atau ketidak puasaan terhadap
metode tata bahasa dan terjemah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah
merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang popular. Akan tetapi
ditengah kepopulerannya muncul banyak ketidakpuasan di banyak kalangan, sehingga
muncullah kritik bahkan penolakan terhadap metode ini. Secara lebih rinci factor-faktor
itu antara lain:
a) Pada saat penduduk Eropa semakin bertambah, tingkat komunikasi mereka semakin
kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan mereka untuk menguasai satu bahasa
(sebut saja Bahasa Inggris) sebagai lingua franca secara aktif dan produktif
semakin mendesak. Buku-buku sumber yang di temukan pada saat itu kurang
memuaskan mereka, karena pada umumnya tidak mengajarkan penggunaan bahasa
tujuan secara praktis dan efektif, melainkan berbicara tentang bahasa tujuan.
b) Di bebeapa Negara Eropa pada waktu itu, pendekatan pendekatan baru dalam
pengajaran bahasa tujuan yang dicetuskan oleh para ahli pengajaran bahasa secara
terpisah-pisah memberi ide kepada para guru bahasa tujuan untuk mengangkat
metode lain yang dipandang lebih baik untuk mengajarkan bahasa tujuan. Hal ini
membuka jalan merek untuk memunculkan metode langsung.
Meskipun metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan
terjemah, namun orang-orang telah lebih dulu menggunakan dalam mengajarkan bahasa
asing. Nababan menyebutkan bahwa penggunaanya telah berlangsung sekitar abad 15 SM
6 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2009),Hal. 135 7 Lengkawati, Revitalisasi Pendidikan Bahasa(Solo: Pustaka karya 2003.Hal.72
291 |Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”
ketika para pemuda Romawi diberi pelajaran bahasa Yunani oleh guru-guru bahasa dari
Yunani. Namun penggunaan metode langsung pada waktu itu tidak benar-benar sebagai
metode langsung, ‘’kelangsungannnya’’ dapat dikatakan tidak murni seratus persen,
sebab dalam bebeapa hal masih menggunakan bahasa ibu dan kedua. Baru mulai tahun
1920an, beberapa ahli pengajaran yang secara terpisah menggunakan metode langsung
secara murni dan sistematis.
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan bahasa ibu,
yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Para pelajar
menurut metode ini, belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan berbicara,
sedangkan membaca dan mengarang dapat di kembangkan kemudian, sebab inti
berbahasa adalah menyimak dan berbicara. Oleh karena itu mereka harus dibiasakan
berfikir dengan bahasa asing. Maka untuk mencapai ini semua penggunaan bahasa ibu
dan bahasa kedua ditiadakan sama sekali. Bahkan unsur tata dalam bahasa di dalam
metode ini tidak terlalu diperhatikan, sebab tekanan intinya adalah bagaimana agar pelajar
pandai menggunakan bahasa asing yang dipelajari, bukan pandai tentang bahasa asing
yang dipelajari. Tata bahasa hanya diberikan memlalui situasi (kontekstual) dan dilakukan
secara lisan, bukan dengan cara menghapal kaidah-kaidah.
Metode langsung memiliki tujuan agar pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa
asing yang dipelajarinya seperti bahasa ini. Untuk mencapai kemampuan ini para pelajar
diberi latihan secara intensif. Latihan-latihan ini diberikanden dengan asosiasi langsung
antara kata-kata/kalimat-kalimat dengan maknanya, melalui demonstrasi/ peragaan,
gerakan, mimic muka, dan sebagainya. Dengan tidak menggunakan bahasa Ibu atau
terjemahan sekalipun, pelajar dipandang dapat memahami kata-kata/kalimat yang
dikemukakan.
Merode langsung dapat digunakan secara individu. Prosedur pembelajarannya
sebagai berikut :1. Pendahuluan membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi
yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lain,
2.Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek, dengan bahasa yang
biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang, Materi ini mula-mula disajikan
secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi atau
gambar-gambar. Bahkan jika diperlukan pelajar dibawa kealam nyata untuk memudahkan
peragaan atau menunjukan benda-benda yang berkaitan dengan materi yang disajikan, 3.
Siswa diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog yang disajikan sampai lancar, 4.
Para siswa dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara
bergiliran, 5. Stuktur/ tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu melainkan
dengan memberikan contoh-contoh secara lisan yang dapat mungkin menarik perhatiaan
pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
Berikut contoh tema dan pernyataan yang dapat diajukan guru kepada siswa :
قلمماهذا ؟ هذا
ما هذه ؟ هذه حقيقة
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 292
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia
Setelah pembebelajaran selesai , jika diperlukan evaluasi akhir berupa pertanyaan-
pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog diatas.
Pelaksanaan bisa saja individual atau kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika
tidak memungkinkan karena waktu, misalnya guru dapat menyajikannnya berupa tugas
yang harus dikerjakan di rumah masing-masing pelajar.
Adapun jenis dari metodologi Langsung ialah metodologi berbicara spontan, yaitu
sejenis permainan sederahana yang mampu membantu siswa dalam menunjang
kemahiran berbicara. Langkah langkah yang harus dipersiapakan oleh guru ialah:
menyiapkan sejumlah lipatan kertas kecil. Pada setiap kertas ditulis suatu topic tertentu
sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan usia siswa. Misalnya, untuk siswa
menengah diberi topic (a) hobiku, (b) berpergian yang mengesankan, (c) rencana kegiatan
liburan. Untuk siswa yang kemampuan bahasanya sudah tinggi, diberikan topic yang
mungkin agak abstrak, namun harus etap berhubungan dengan pengalaman mereka.
Dan juga langkah-lang prosedur siswa dalam menerapkan metode ini yakni: 1.Siswa
mengambil secara acak satu lipatan kertas dan membaca topic yang tertulis pada lipatan
kertas tersebut, 2. Siswa diminta langsung memulai berbicara tentang topic tersebut, 3.
Kesempatan berbicara tersebut diberikan selama 3-5 menit, 4.Agar lebih merangsang
siswa, pembicaraan mereka dapat direkam. Keuntungan perekam ini, siswa dapat
memutar dan mengamati kembali pembicaraanya, baik secara bersama maupun
perorangan. Dengan demikian, siswa dapat berlatih mengenali kemampuan atau
mengoreksi pembicaraanya.8
Metode langsung merupakan proses terhadap metode tata bahasa dan tarjamah.
Dilihat dari sisi ini metode langsung sedikit maju dibandingkan metode sebelumnya.
Walau demekian tetap saja metode langsung memiliki kelemahan, terutama jika dilihat
dari konsep dasar dan kritikan para ahli yang ditujukan kepadanya.
2. Metode Audiolingual
Metode audiolingual ( at-thoriqoh al- sam‟iyah al-syafawiyah/ audiongual method)
mula mula muncul di Amerika Serikat (AS). Metode ini pada dasarnya mengintensifkan
prinsip-prinsip pada direct method atau method langsung yang dikembangkan oleh
Charles Berlizt di Jerman menjelang abad ke 19. Metodhe ini mencoba menstimulisasikan
cara pelajar belajar bahasa asing secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Pelajar
bahasa asing dalam hal ini dibiasakan untuk berfikir dengan bahasa asing. Oleh karena itu
penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua dielakan sama sekali. Melihat adanya
peningkatan kebutuhan akan penguasaan bahasa asing secara cepat, para pengajar bahasa
asing memandang perlu adanya method yang dipandang lebih berhasil.
8 Asrori Imam, 1000 Permainan Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang,CV. Bintang Sejahtera, Cetakan 3).
Hal.31-32
293 |Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”
Adanya dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita
ketahui, yaitu teori tata bahasa tradisional dan stuktural. Keduanya memiliki pandangan
yang saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa
yang semesta, sedangkan teori stuktural meyakini bahwa stuktur-stuktur bahasa di dunia
tidak sama; menurut teori tradisional bahasa baik dan benar ialah menurut para ahli
bahasa (dalam istilah linguistic disebut preskriptif, sedangkan menurut theory stuktural
yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli (dalam istilah linguistic
disebut deskrptif).
Metode audiongual ialah metode mendasarkan diri kepada pendekatan structural dalam
pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini menekankan penelahaan dan
pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari system bunyi
(fonologi), kemudian system pembentukan kata (morfologi), dan system pembentukan
kalimat. Karena menyangkut stuktur bahasa secara keseluruhan, maka dalam hal ini juga
ditekankan system tekanan, nada, dan lain-lain. Maka bahasa tujuan diajarkan dengan
mencurahkan perhatian pada lafal kata dan pada latihan berkali-kali secara intensif.
Bahkan drill inilah yang biasanya dijadikan teknik utama dalam proses mengajar.9
Drill adalah suatu teknik mengajar pengajaran bahasa yang dipakai oleh semua guru
bahasa pada suatu waktu untuk memaksa para pelajar mengulang dan mengucapkan suatu
pola kalimat dengan baik tanpa kesalahan.10
Mengadakan drill dengan konsisten akan
melahirkan suatu kebiasaan yang baik dalam berbahasa. Menurut Hubbard drill ini
berdasarkan langsung pada theory psikologi yang disebut behaviorisme.
Pandangan ini menjadikan dasar yang kuat bagi method audiolingual dalam
pengajaran bahasa. Selanjutnya melahirkan dasar pikiran tertentu yang membedakan
dengan lainnya. An-naqah dan Badri mengatakan dasar itu adalah bahwa bahasa adalah
ujaran bukan tulisan, bahasa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang harus dipelajari
adalah bahasa, bukan tentang bahasa, bahasa bukan untuk dibicarakan tetapi harus
digunakan dan semua bahasa di dunia ini memiliki perbedaan.
Sebagaimana nama metode ini, yaitu mendengarkan dan berbiara, maka dalam
aplikasinya lebih menekankan dua aspek ini sebelum kepada dua aspek lainnya. Jika
melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
aplikasinya, berikut adalah langkah-langkah penggunaan metode bilingual: 1.Siswa harus
menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca,dan akhirnya menulis, 2. Tata bahasa
harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topic situasi
sehari-hari, 3. Latihan (drill/ al tadribat) harus mengikuti operant-conditioning seperti
yang telah di jelaskan. Dalam hal ini hadiah adalah baik diberikan, 4. Semua tata bahasa
harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau bertahap, 5. Kemungkinan-
kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi respond harus dihindarkan,
9 Acep hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung PT. Remaja Rosda Karya, Cetakan1,2011).hal.185
10 Ibid.hal.186
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 294
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia
sebab penguatan positif dianggap lebih efektif daripada penguatan negative. Prinsip ini
kata Nababan disebut ‘’penghindaran kesalahan’’.
Terlihat bahwa metode audiolingual pada dasarnya tidak hanya menekankan latihan
dan pembiasaan para siswa untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi kecermatan
juga pengajar dalam membimbing mereka perlu diperhatikan. Oleh sebab itu seorang
pengajar harus benar-benar menguasai prinsip –prinsip itu.
3. Metode Membaca Nyaring
Di awal abad ke 20, pengguanaan method langsung di sekolah-sekolah menengah di
kawasan eropa mulai berkurang. Yang muncul pada waktu itu penggunaan method
langsung yang telah mengalami revisi. Usaha revisi ini menghasilkan versi-versi yang
menyatukan teknik-teknik method langsung dengan aktivitas-aktivitas terpimpin
berdasarkan tata kebahasaan. Popularitas versi tertentu pada abad itu memberi inspirasi
kepada para ahli linguistic terapan di Amerika Serikat untuk mencoba mengembangkan
satu versi resmi di sekolah-sekolah menengah negeri itu.
Tujuan Pengajaran bahasa asing yang menekankan keterampilan berbicara,
sebagaimana yang dimaksud oleh metode langsung, dianggap kurang memuaskan
hasilnya, Karena waktu yang disediakan untuk bahasa asing bagi pelajar atau mahasiswa
sangatlah sedikit. Dalam laporan hasil penelitian Coleman dan kawan-kawan pada tahun
1929, seperti yang dituturkan oleh nababan dianjurkan bahwa tujuan pengajaran bahasa
asing yang realistis adalah tercapainya keterampilan membaca, maka perlu digunakan
metode membaca (Thariqoh al-qira‟ah/ reading method). Hasil laporan ini adalah bahwa
tujuan utama program-program bahasa sebagai bahasa asing adalah diganti menjadi
keterampilan membaca.
Sasaran utama method membaca (Thariqah al-qiro‟ah/reading method), sebagaimana
diutarakan di atas, adalah pelajar di sekolah-sekolah menengah dan mahasiswa di
perguruaan tinggi. Salah satu kegiatan penting untuk memperoleh informasi itu adalah
membaca nyaring sampai pemahaman. Bahasa adalah sarana dalam menyampaikan
informasi. Satuan bahasa yang terkecil adalah kosa kata, dan setiap makna kosa kata akan
menentukan makna kalimat, maka kosakata merupakan unsur yang sangat menentukan
bahasa.
Hal ini ditegaskan oleh Coleman dan kawan-kawan bahwa kosakata adalah unsur
pengajaran bahasa dan kawan-kawan bahwa kosakata adalah unsur pengajaran bahasa
yang terpenting, unsur selanjutnya adalah membaca pemahaman. Sementara itu menurut
Palmer (1932) seperti dikemukakan oleh badri bahwa membaca dan memahami secara
cepat mesti didahului oleh latihan pengucapan yang benar, kelancaran pengucapan, dan
penggunaaan pola-pola kebahasaan.
295 |Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”
Dari sini jelas bahwa metode membaca, selain menekankan kemampuan membaca
diam (al-qira‟ah al shaamitah/ silent reading) untuk memahami (al-qira‟ah al-jariyah/
oral reading) merupakan kegiatan yang banyak dilatihkan. Kemampuan ini dipandang
dapat membantu para siswa dalam pengungkapan lisan. Sedangkan penguasaan kaidah
grammatical merupakan kemampuan yang dikembangkan kemudian, itu juga kaidah-
kaidah yang sekiranya diperlukan oleh pembaca di dalam membaca.
Itulah sebabnya tujuan utama methode ini adalah menanamkan kemampuan membaca
teks-teks bahasa asing dengan mudah tanpa harus menerjemahkan baik secara lisan
maupun tulis kedalam bahasa siswa, tetapi langsung mencerna isi yang terkandung oleh
teks bahasa asing.
Adapun banyak langkah yang mungkin dilakukan oleh guru dalam menggunakan
metode membaca seperti yang disebutkan sebagai berikut : 1.Pendahuluan, berkaitan
dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa appersepsim atau tes
awal tentang materi, atau yang lainnya, 2. Pemberian kosakatadan istilah yang dianggap
sukar: ini diberikan dengan definisi-definisi dan contoh-contoh dalam kalimat,
3.Penyajian teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara diam (al-qiro’ah al –
shamitha/silent reading) selamakurang lebih 10-15 menit atau disesuaikan dengan alokasi
waktu yang tersedia. Bisa jadi guru menugaskan para siswa untuk membaca teks ini
dirumah masing –masing pelajar sebelum pertemuan ini. Cara ini nampaknya lebih
menghemat waktu, sehingga guru dapat lebih leluasa mengembangkan bacaan di kelas, 4.
Diskusi mengenai isi bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog bahasa belajar, 5.
Pembicaraan atau penjelasan tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu
pemahaman pelajar tentang isi bacaan, 6. Diakhir pertemuan guru memberikan tugas
kepada para siswa tentang isi bacaan, misalnya : membuat rangkuman, isi bacaan, atau
membuat diagram, atau yang lainnya.
4. Metode Gabungan (Eklektik Method)
Adapun yang dimaksud gabungan disini tentu saja bukan menggabungkan semua
metode yang ada sekaligus, melainkan lebih bersifat ‘’ tambal sulam’’, artinya suatu
metode tentu dapat dipandang dapat mengetasi kekurangan metode yang lain. Walaupun
setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, namun tidak berarti semuanya dapat
digabungkan sekaligus, sebab menggabungkan disini sesuai kebutuhan atas dasar
pertimbangan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, kemampuan belajar, bahkan
kondisi guru. Yang cocok dilakukan dalam hal ini adalah memanfaatkan kelebihan
metode tertentu untuk mengatasi kekurangan metode tertentu.
Munculnya metode gabungan (al thoriqoh al-intiqoiyah/ electic method) dengan
demikian merupakan kreativitas para pengajar bahasa asing untuk mengefektikan proses
belajar mengajar bahasa asing. Methode ini juga sekaligus memberikan kebebasan kepada
mereka untuk menciptakan variasi metode. Seabagiaman metode-metode lainnya, metode
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 296
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia
gabungan memiliki dasar yang di jadikan pijakannya. Ada enam hal yang menjadi pijakan
metode gabungan sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Khulul :
1. Setiap metode pengajaran bahasa asing memiliki kelebihan. Kelebihan ini bisa
dimanfaatkan dalam pengajaran bahasa asing.
2. Tidak ada metode yang sempurna, dan juga tidak ada metode yang jelek, tetapi
semuanya memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode tertentu bisa jadi
dapat mengatasi kelemahan tertentu.
3. Setiap metode memiliki latar belakang, karakteristik, dasar pikiran, dan peruntukan
yang berbeda, bahkan bisa jadi suatu metode muncul karena menolak metode
sebelumnya. Jika metode-metode tersebut digabungkan, maka akan menjadi sebuah
kolaborasi yang paling sempurna.
4. Tak ada satu metode pun yang sesuai dengan semua tujuan, semua siswa, semua
guru, dan semua program pengajaran bahasa asing.
5. Hal yang penting dalam mengajar adalah memberikan perhatian kepada para
pengajar dan kebutuhannya, bukan menguasai metode tanpa didasarkan kepada
pelajar dan kebutuhannya.
6. Setiap guru bahasa asing diberi kebebasan untuk menggunakan langkah-langkah
atau teknik-teknik dalam menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan para pelajaranya dan sesuai dengan kemampuaannya.
Seperti yang dijelaskan diatas, meggunakan metode gabungan dalam pengajaran
bahasa asing adalah memanfaatkan kebaikan metode tertentu untuk mengatasi
kekurangan metode tertentu. Misalnya seorang guru bermaksud melatihkan kemampuan
berbicara sekaligus kemampuan memahami teks bacaan dan kaidah gramatika, maka ia
dapat mengkolaborasikan metode langsung ( al-thariqoh al-mubasyiroh/ direct method),
dengan method tarjamah dan kaidah (thariqah al-qawa‟id wal-tarjamah) ditambah
metode membaca (al-thariqoh al-qira‟ah/reading method).
Seperti metode lain, langkah yang bisa digunakan untuk menggunakan method ini
fleksibel. Misalnya langkah yang ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut : 1.
Pendahuluan, sebagaimana metode-metode yang lain, 2. Memberikan materi berupa
dialog-dialog pendek yang rilek, dengan tema kegiatan sehari-hari secara berulang-ulang,
3. Para siswa diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirukan
dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran, 5. Setelah lancar menerapkan
dialog-dialog yang telah dipelajari, mereka diberi teks bacaan yang temanya berkaitan
dengan dialog-dialog tadi. Selanjutnya guru memberi contoh cara membaca yang baik
dan benar, diikuti oleh pelajar secara berulang-ulang, 6. Jika terdapat kosakata yang sulit,
guru memaknai mula-mula dengan isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau lainnya. Jika
tidak mungkin dengan ini semua, guru menerjemahkannya ke dalam bahasa pelajar, 7.
297 |Hani’atul Mabruroh dan Fajar Nur Syah Alam
“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”
Guru mengenal beberapa stuktur yang penting dalam teks bacaan, lalu membahas
seperlunya, 8. Guru menyuruh para pelajar menelaah bacaan, lalu mendiskusikan isinya,
9. Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan tentang
isi bacaan yang telah dibahas. Pelaksanaannya bisa saja secara individual atau kelompok,
sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika tidak memungkinkan karena waktu, misalnya,
guru dapat menyajikannya berupa tugas yang harus dikerjakan di rumah masing-masing.
Penutup
Beberapa metode pembelajaran tersebut merupakan sebagian kecil dari metode yang
ada untuk meningkatkan motivasi siswa untuk berani berbicara. Masih ada banyak sekali
metode yang bisa diterapkan dan dikembangkan guna menyesali masalah motivasi siswa
ini. Pemilihan metode dan kreatifitas guru dalam memadupandakan metode sangatklah
penting dalam pembelajaran bahasa.
Dengan demikian, literasi tentang metode pembelajaran ini dapat dimanfaatkan untuk
menambah pengetahuan. Dan semoga menambah minat guru untuk mengembangkan
metode yang lebih menarik untuk motivasi siswa berani untuk memulai berbicara bahasa
Arab.
Daftar Pusaka
Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu;atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab, (Malang : UIN-Malik Press,2011)
Ahmad Fuad, Metodologi Pembelajaran (Malang; Penerbit Misykat,2012)
Lengkawati, Revitalisasi Pendidikan Bahasa (Solo: Pustaka karya 2003
An-Naqoh, Mahmud Kaamil, Ta‟lim Lugho al-arobiyah Lin-Naatiqin bilughotin ukhro.
‘Atha, Ibrahim Muhammad. Turuq Tadris al-lugho al-„arobiyah wal al-tarbiyah al-
diniyah. Maktabah al-nahdah al-mishiriyah, Kairo 1996/1416a
Asrori, Imam. 1000 Permainan Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab.Malang:
CV.Bintang Sejahtera.
Hermawan, Acep.2011 Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Upaya Peningkatan Motivasi Siswa untuk Meningkatkan Maharah Kalam | 298
Rabu, 18 Desember 2019
Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia