Upload
aradya-falerina
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Upper Face Fracture
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma fasial merupakan trauma fisik yang dapat mengenai jaringan keras
dan lunak wajah. Penyebab trauma fasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu
lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Trauma
pada wajah sering mengakibatkan terjadinya gangguan saluran pernafasan,
perdarahan, luka jaringan lunak, hilangnya dukungan terhadap fragmen tulang dan
rasa sakit. Oleh karena itu, diperlukan perawatan kegawatdaruratan yang tepat dan
secepat mungkin.1
Kelompok usia yang paling sering mengalami trauma fasial adalah dekade
ketiga kehidupan !"#$ dengan pria yang lebih sering daripada perempuan.
%tiologi paling umum adalah serangan kekerasan atau luka traumatik tanpa
kekerasan &",$. Tulang yang sering mengalami fraktur adalah tulang hidung
'(,(#$, diikuti oleh mandibula ')#$, tulang orbital (,*#$, +ygoma ,(#$,
rahang 1,'#$ dan tulang frontal ),'#$ . Kelompok terbesar dengan patah tulang
kompleks adalah fraktur lantai orbital dan +ygomaticoma-illary 1$ !.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab dengan persentase yang tinggi
terjadinya kecacatan dan kematian pada orang dewasa secara umum dibawah usia
) tahun dan angka terbesar biasanya mengenai batas usia !1') tahun.
/erdasarkan studi yang dilakukan, (!# kematian oleh trauma fasial paling
banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pasien dengan kecelakaan lalu
lintas yang fatal harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan dapat mengalami
cacat permanen. Oleh karena itu, diperlukan perawatan kegawatdaruratan yang
tepat dan secepat mungkin'.
8/19/2019 Upper Face Fracture
2/22
Trauma fasial dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu trauma
jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan lunak
wajah sendiri dapat berbentuk luka ekskoriasi, vulnus laceratum, atau skin loss.
0edangkan trauma jaringan keras wajah sendiri terjadi fraktur tulang wajah.
raktur tulang wajah sendiri dibagi menjadi ' bagian wajah, yaitu2 fraktur
sepertiga atas wajah upper face$, fraktur sepertiga tengah wajah midface$,
fraktur sepertiga bawah wajah. Pada referat kali ini akan dibahas mengenai fraktur
upper face.1,&
8/19/2019 Upper Face Fracture
3/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tulang Tengkorak
Tengkorak dibentuk oleh tulangtulang yang saling berhubungan satu
sama lain dengan perantaraan sutura. Tulang tengkorak terdiri dari tiga
lapisan yaitu tabula eksterna, diploe dan tabula interna. Pada orang dewasa
ketebalan dari tulang tengkorak bervariasi antara tiga milimeter sampai
dengan 1, centimeter, dengan bagian yang paling tipis terdapat pada daerah
pterion dan bagian yang paling tebal pada daerah protuberantia eksterna.
Tulang tengkorak dibagi menjadi dua bagian yaitu 3eurocranium
tulangtulang yang membungkus otak otak$ dan 4iscerocranium tulang
tulang yang membentuk wajah$. 3eurocranium terdiri atas tulangtulang
pipih yang berhubungan satu dengan yang lain.*
Tulangtulang yang membentuk wajah berfungsi untuk melindungi
otak, melindungi organ penghidu, penglihatan, dan rasa, dan menyediakan
kerangka dimana jaringan lunak wajah dapat bertindak untuk memfasilitasi
makan, ekspresi wajah, bernafas, dan berbicara. Tulang 5 tulang wajah utama
adalah rahang atas os ma-illa$, rahang bawah os mandibula$, tulang frontal,
tulang hidung, dan tulang +igoma. *
B. Klasifikasi Fraktura!a"
a. raktura sepertiga atas muka
b. raktura sepertiga tengah muka
1. raktura hidung
!. raktura maksilari
6eort 7, fraktura maksilari transversa 6eort 77, fraktura piramidal
6eort 777, disjunksi kraniofasial
'. raktura +igomatika
&. raktura orbital
c. raktura sepertiga bawah muka
fraktura mandibular$
raktura sepertiga atas muka relatif kurang sering di banding
duapertiga bawah, namun lebih mungkin bersamaan dengan cedera otak.
8/19/2019 Upper Face Fracture
4/22
ragmen tulang harus direposisi dari pada dibuang, dan ekstirpasi sinus
frontal harus di cegah sedapat mungkin*,8.
raktura sepertiga tengah muka sering akibat cedera dashboard
pada penderita yang tanpa pengaman pada mobil. raktura nasal paling
sering dari semua fraktura fasial dan terbaik dideteksi secara klinis,
tampilan foto sinar- kurang layak pada cedera ini. 9ambaran klinik
antaranya perdarahan hidung, deviasi piramid nasal dan krepitasi pada
palpasi. :alau fraktura nasal tanpa geseran tidak memerlukan reduksi,
fraktura yang bergeser harus mendapatkan reduksi dan immobilisasi
dengan bidai plester untuk seminggu. Kebanyakan kasus bereaksi atas reduksi
tertutup, yang dilakukan satu hingga tiga minggu setelah cedera bila edema
sudah berkurang dan besarnya pergeseran dapat ditaksir lebih tepat&,,8.
raktura maksilari klasifikasinya dibagi tiga pola oleh ahli Perancis
6eort 1")1. /iasanya fraktura maksilari merupakan modifikasi atau
kombinasi pola klasik. 6eort 7 adalah fraktura maksilari transversa yang
sering akibat dari pukulan pada daerah diatas bibir. /agian yang lepas terdiri
dari proses alveolar, palatum, proses pterigoid. 6eort 77 adalah fraktura
piramid akibat impak sedikit diatas tengah muka. 0egmen maksila yang
terisolasi berbentuk piramid. 9erakan dapat diperiksa pada medial lantai
orbital dengan menggerakkan gigi atas kebelakang dan kedepan. 6eort 777,
atau disjunksi kraniofasial, merupakan separasi yang lengkap tulang fasial
dari basis tengkorak. raktura maksilari ditindak dengan reduksi dan
immobilisasi batang lengkung dan pemegang kawat dari arkus +igomatik
atau tulang frontal. 6eort 777 memerlukan juga pengikatan pada sutura
+igomatikofrontal &,8.
raktura +igomatika urutan insidennya kedua setelah fraktura nasal.
raktura +igomatika paling sering adalah depresi eminens malar dan disebut
fraktura tripod. raktura biasanya ditemukan pada garis sutura
+igomatikotemporal dan +igomatikofrontal serta pada foramen infraorbital.
Tindakan berupa reduksi terbuka dan fiksasi interoseus internal pada dua
dari tiga sisi fraktura. ;edera saraf infraorbital dengan baal diatas daerah
pipi kadangkadang terdapat pada fraktura ini!1,!
.
8/19/2019 Upper Face Fracture
5/22
raktura orbital dapat mengenai semua tulang yang membentuk
dinding orbital, yaitu +igoma, maksilla, frontal, sfenoid dan ethmoid.
;edera paling sering adalah mengenai baik lantai maupun atap orbit. hidung, tulang
+ygomatikus>pipi, tulang maksila>rahang atas, tulang mandibula>rahang
bawah.Padaupper faceterdapatbagian yang terlihatcukupluas, yaitunorma
frontalis. 3orma frontalissendiriapabila dilihat dari depan tengkorak tampak
oval dengan bagian atas lebih lebar dari pada bagian bawah. /agian atas
dibentuk oleh os frontal yang konveks dan halus sedangkan bagian bawah
sangat irreguler. ?iatas kedua cavum orbita terdapat tonjolan yang
melengkung dinamakan arkus superciliaris yang tampak lebih menonjol pada
pria dibandingkan dengan pada wanita dan diantara kedua arkus terdapat
bagian yang menonjol yang disebut glabela. ?ibawah glabela terdapat nasion
yang merupakan pertemuan antara sutura internasal dan sutura frontonasal.
;avum orbita menyerupai segi empat dimana pada sisi atas supra orbita
margin$ dibentuk oleh os frontal yang pada 1>' medialnya terdapat supra
8/19/2019 Upper Face Fracture
6/22
orbital notch yang merupakan tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf
supra orbita. 0isi lateral dibentuk oleh proccesus frontal os +ygomaticum dan
proccesus +ygomaticum os frontale. 0isi bawah atau posterior orbital margin
dibentuk oleh os +ygomaticum dan os maksila. 0isi medial dibentuk oleh
bagian atas os frontal dan bagian bawah os lakrimal !1,!.
9ambar 1 2 @natomi Orbita
1. Os. rontale
A tuberculum frontale
A tonjolan pada dahi dikanan dan kiri
A arcus superciliaris
A tonjolan yang melengkung diatas mata
A0inus frontalis 2 kedua dinding anterior dan posterior dapat mengalami
cedera, karena dinding posterior berhubungan dengan duramater dimana
dapat terjadi kerusakan dari sistem saraf pusat yang manifestasi sebagai
kebocoran dari cairan serebro spinal (,1!.
!. Orbita
8/19/2019 Upper Face Fracture
7/22
ossa orbita terdiri atas ( macam tulang yang memiliki ketebalan
yang berbeda.Tulang frontal membentuk rima orbita dan atap dari fossa
orbita, permukaan medial dibentuk oleh tulang ethmoid dan greter wing of
sphenoid dan +ygoma membentuk dinding lateral, di inferior lantai fossa
orbita dibentuk oleh rima infraorbita yang dibentuk oleh os +igomatikus
dan tulang ma-illa, daerah ini sangat tipis maka pada umumnya fraktur
dapat terjadi disini. raktur pada lantai fossa orbita dapat menyebabkan
terjepitnya otot pergerak bola mata yaitu m. rektus inferior yang
membatasi gerakan bola mata ke arah atas!1,!.
raktur dinding orbital adalah terputusnya kontinuitas antara
jaringanjaringan pada dinding orbital dengan atau tanpa keterlibatan
tulangtulangdi daerah sekitarnya. aktor penyebab bervariasi. Kecelakaan
lalu lintas merupakan faktor etiologi yang dominan yang bertanggung
jawab menyebabkan terjadinya fraktur dinding inferior orbita. aktor lain
fraktur dinding inferior orbita adalah akibat perkelahian. 0elain itu, bisa
juga diakibatkan karena senjata yang tumpul atau tajam. aktor etiologi
lain yang mengakibatkan fraktur dinding inferior orbital adalah kecelakaan
pekerjaan, contohnya jatuh dari tempat yang tinggi atau alat yang jatuh ke
kepala atau kecelakaan ketika berolahraga terutamanya olahraga seperti
tinju, kriket, hoki serta sepak bola, tembakan serta gigitan hewan!1,!.
Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan terjadinya fraktur
dinding inferior orbita, atau fraktur blowout. Teori yang predominan
mengatakan bahwa fraktur ini disebabkan kenaikan tekanan intraorbita
yang terjadi secara mendadak apabila suatu objek yang lebih besar dari
diameter orbita rim memukul. Teori yang kedua menyatakan bahwa suatu
objek yang mengenai orbita dengan keras akan mengakibatkan daya yang
menekan pada inferior orbita rim dan seterusnya akan merusak dinding
inferior orbita. Teori ini juga menjelaskan bagaimana fraktur blowin
terjadi. ujino dan
8/19/2019 Upper Face Fracture
8/22
menentukan jaringan orbital didorong ke dalam orbita atau ke sinus
maksila!1,!.
raktur pureblowout biasanya terjadi apabila suatu objek tumpul
yang lebih besar dari diameter orbital rim seperti tinju, siku, bola baseball,
bola tenis, atau bola hoki. 7si orbita akan terkompresi ke posterior,
mengarah ke arah apeks orbita. Oleh karena bagian posterior orbita tidak
bisa mengakomodasi peningkatan volume jaringan ini, tulang orbita akan
patah di titik yang paling lemah yaitu pada dinding inferiornya. Bika daya
terjadi dari objek yang lebih kecil dari diameter orbital rim, bola mata akan
ruptur atau isi orbital mengalami kerusakan tanpa terjadinya fraktur.
9ambar !. Tekanan yang menyebabkan fraktur dinding inferior orbita
Teori yang kedua menyatakan bahwa suatu objek yang mengenai
orbita dengan keras akan mengakibatkan daya yang menekan pada inferior
orbita rim dan seterusnya akan merusak dinding inferior orbita. Teori ini juga
menjelaskan bagaimana fraktur blowin terjadi. ujino dan
8/19/2019 Upper Face Fracture
9/22
tekanan orbita kemudiannya yang menentukan jaringan orbita didorong ke
dalam orbita atau ke sinus maksila. /asis orbita atau orbita rim pada bagian
atas terdiri dari lengkung supraorbita dari tulang frontal, +igoma dan maksila
dibawahnyaC +igoma pada bagian lateral, dan prosesus frontal maksila pada
bagian medial. ?inding orbita ini merupakan tulang yang relatif tipis!1,!.
Orbita kemudian terbagi lagi dalam empat bagian2 atap, dinding
medial, dinding lateral dan lantai dinding inferior$. @tap orbita hampir
seluruhnya terdiri dari dataran orbital dari tulang frontal, dan pada
posteriornya terdiri dari greater wing of sphenoid. ?inding medial, yaitu
dinding yang paling tipis terbentuk dari prosesus frontal maksila dan tulang
lakrimal yang sama sama membentuk lekuk lakrimal. ?i belakang crest
lakrimal posterior adalah lamina papyracea tulangethmoid yang sangat tipis
dan lesser wing of sphenoid dan foramen optik. ?inding inferior yang
berbentuk segitiga terdiri dari tulang +igomatik, prosesus orbita dari tulang
palatinal dan sebagian besar dari dataran orbita maksila yang terletak di
anterior pada fisur orbita inferior. /agian dari maksila ini merupakan bagian
yang paling sering terlibat di fraktur blowout pada dinding inferior orbita.
?inding lateral orbita pula terdiri dari prosesus frontal dari +igoma dan tulang
frontal pada anterior, serta greater wing of sphenoid pada posterior !1,!.
9ambar '. @tap dari orbita
8/19/2019 Upper Face Fracture
10/22
9ambar &. ?inding
8/19/2019 Upper Face Fracture
11/22
9ambar ". ?inding 6ateral Orbita
/ola mata biasanya sedikit keluar dari orbita rim dan bola mata
terikat oleh ligamen 6ockwood dari tuberkulum :hitnall yang terletak
dibawah sutura +igomatikofrontal pada dinding dalam orbita rim. /ola mata
adalah relatif kuat dan terisi dengan humor vitreous yang tahan terhadap
tekanan. Kavitas orbital selebihnya terisi dengan lemak 21,25.
0ecara umum, fraktur orbita dibagi kepada dua kategori yang luas.
Dang pertama merupakan fraktur yang secara relatif eksternal dan melibatkan
orbita rim serta tulangtulang yang berdekatan, sebagai contoh fraktur pada
nasoethmoid nasoorbital$ dan fraktur malar. Dang kedua adalah fraktur yang
melibatkan tulang secara internal di dalam kavitas orbita. raktur ini terjadi
tanpa atau sedikit$ penglibatan orbita rim. raktur seperti ini biasanya
disebut fraktur blowout atau blowin. 7stilah blowout ini digunakan untuk
menggambarkan fraktur pada dinding inferior orbita yang mengarah ke
bawah dan memasuki sinus maksilaris mengarah ke atas, memasuki orbita.
0ebaliknya blowin merupakan fraktur yang tanpa melibatkan orbital rim,
fraktur ini dipanggil pure blowout. Bika orbita rim terlibat, maka orbita rim
dikenali sebagai impure blowout. ?alam kasus ini, lemak orbita dan otot
masuk ke dalam sinus maksilaris, menghasilkan enophthalmus. Bika otot
rektus inferior dan obliEue inferior juga terlibat dalam hal ini, pergerakan
bola mata akan menjadi terbatas. 7ni dikenal sebagai diplopia21,25
8/19/2019 Upper Face Fracture
12/22
9ambar 1)@ raktur /low Out, 1)/ raktur /low 7n
D. Pemeriksaan Fisik
7nspeksi
0ecara sistematis bergerak dari atas ke bawah 2
a. ?eformitas, memar, abrasi, laserasi, edema.
b. luka tembus.
c. @simetris atau tidak.
d. @danya trismus, pertumbuhan gigi yang abnormal.
e. Otorrhea > Fhinorrhea
f. Telecanthus, /attle=s sign, Faccoon=s sign.
g. ;edera kelopak mata.
h. %cchymosis, epistaksisi. ?efisit pendengaran.
j. Perhatikan ekspresi wajah untuk rasa nyeri, serta rasa cemas.
Palpasi
1. Periksa kepala dan wajah untuk melihat adanya lecet, bengkak,
ecchymosis, jaringan hilang, luka, dan perdarahan, Periksa luka
terbuka untuk memastikan adanya benda asing seperti pasir, batu
kerikil.
!. Palpasi untuk cedera tulang, krepitasi dan mati rasa, terutama di
daerah pinggiran supraorbital dan infraorbital, tulang frontal,
lengkungan +ygomatic dan pada artikulasi +ygoma dengan tulang
frontal, temporal dan rahang atas.
'. Periksa mata untuk memastikan adanya e-ophthalmos atau
endophthalmos, menonjol lemak dari kelopak mata, ketajaman visual,
kelainan gerakan okular, jarak interpupillary dan ukuran pupil, bentuk,
dan reaksi terhadap cahaya, baik langsung dan konsensual.
8/19/2019 Upper Face Fracture
13/22
&. Perhatikan sindrom fisura orbital superior, ophthalmoplegia, ptosis
dan proptosis.
. /alikkan kelopak mata dan periksa benda asing atau adanya laserasi.
*.
8/19/2019 Upper Face Fracture
14/22
Pemeriksaan tambahan untuk trauma maksilofasial berupa
pen cit raan dapa t di lakukandengan radiografi G ray dan computed
tomography ;T$ scan. Hntuk pencitraan facial dengan Gray terdapat &
proyeksi2 :aterIs view, ;aldwell view, lateral view, submentoverte- view.
0edangkan pencitraan fasial dengan ;T scan dapat menggunakan reformasi
multiplantar penampang aksial, coronal, sagital !?, rekontruksi '?$.
Pada fraktur orbita, derajat pergeseran dasar orbita orbital floor) da n
ad an y a
soft tissue y a ng m e ng a l a mi p r ot r u si m e l al u i f r a kt u r
da p a t d i d i a g no s i s s e c a r a ak u r a t d e n g a n ' T s c a n penampang
koronal pada orbit dan tulangtulang fasial. Penampang aksial dapat berguna,
tetapitidak seakurat penampang koronal. Operasi diperlukan bila
terdapat disrupsi dasar orbita yangsignifikan, soft tissue yang terjebak,
enoftalmos, atau diplopia yang persisten !),!',!.
raktur orbitae pada penampang ;T scan penampang aksial dan
koronal.
'T scan kepa la diindikasikan un tu k eva luasi secara
menyeluruh dari suatu trauma os. frontalis, sebab pasien dapat
mengalami fraktur displace tabula posterior tanpa fraktur anterior yang
terpalpasi. *repitus mungkin ditemukan apabila pasien memiliki fragmen
tulang multipel y a n g mobile. ;T scan juga memberikan gambaran dan
8/19/2019 Upper Face Fracture
15/22
dapat digunakan untuk mengevaluasicairan dalam sinus, adanya trauma
atau udara intraserebral dan fraktur fasial",1*,18
;T scan fraktur sinus frontal penampang aksial dan sagital
'. Penatalaksanaan
%valuasi @/; airway, breathing and circulation$ selalu dilakukan pada
setiap kasus trauma wajah karena trauma pada daerah wajah sangat potensial
menyebabkan gangguan @/;. Pengamanan @/; harus dilaksanakan segera
setelah pasien datang. Pemeriksaan dan penatalaksanaan trauma awal
dilaksanakan setelah @/; pasien terkendali&,1'.
Pada kasus fraktur pada dinding belakang sinus frontalis membutuhkan
cranialisasi walaupun undisplaced dan tidEak berhubungan dengan ;0
rhinorrhea atau cedera duktus nasofrontalis. Pada kasus yang melibatkan tulang
wajah dan basis cranii seperti pada frakture midface dan upperface biasanya
tidak membutuhkan operasi wajah selama frakture yang terjadi adalah fraktur
non displace dan non mobila, dimana tatalaksana conservative memungkinkan
untuk dilakukan Bika hanya ada displaced pada dinding anterior fraktur dengan
duktus frontonasal yang utuh, reduksi dengan atau tanpa fi-asi adalah pilihan
terapi. Karena dinding anterior fraktur yang terisolasi adalah tipe yang paling
umum terjadi, pengalaman klinik yang luas dapat menjadikan pilihan metode
yang tepat dalam tatalaksana ini&, *,1&.
8/19/2019 Upper Face Fracture
16/22
Kasus blowout fracture sebagian besar tidak memerlukan tindakan
operasi. /lowout fracture orbita biasanya hanya diobservasi 1) hari untuk
melihat penyerapan hematom. Pemberian steroid oral 1 mg>kg//>hari selama (
hari pertama dapat mengurangi edema dan resiko diplopia yang disebabkan
kontraktur dan fibrosis musculus rektus inferior !1,!',!.
Penderita blowout fracture disarankan untuk tidak meniup hidung
mereka selama beberapa minggu untuk mencegah emphysema orbita.
?ekongestan hidung sering digunakan sebagai pencegahan. @ntibiotika
profilaksis digunakan untuk mencegah selulitis orbita jika fraktur
menyebabkan hubungan langsung obita dengan rongga sinus 11,1*,!),!!.
7ndikasi operasi pada blowout fracture masih kontroversial, namun
beberapa indikasi yang disarankan untuk dilakukan operasi adalah adanya
diplopia, enophtalmus, fraktur luas yang melibatkan setengah dari dasar orbita
dan hasil ;T scan menunjukkan adanya otot yang terjepit dan tidak ada
perbaikan klinis dalam 1! minggu. Operasi dilakukan pada diplopia dengan
restriksi gerakan ke atas dan atau ke bawah ')) dari posisi primer dengan hasil
forced duction test positif dalam (1) hari setelah trauma. Jal ini menunjukkan
jaringan yang terjebak mempengaruhi fungsi musculus rektus inferior. ?iplopia
bisa bertambah parah setelah dua minggu sehubungan dengan edema orbita,
dan perdarahan. 4ertikal diplopia akan persisten jika dalam waktu dua minggu
tidak dilakukan tindakan!1,!.
%nophtalmus lebih dari ! mm atau secara kosmetik mengganggu
penderita merupakan indikasi dilakukannya operasi. %nophtalmus biasanya
tertutupi oleh edema orbita pada saat awal trauma bahkan hingga beberapa
minggu setelahnya sehingga pengukuran yang teliti sangat diperlukan.
Pengukuran enopthalmus dengan eksopthalmometer harus diulang bila edema
orbita sudah berkurang yang biasanya terjadi 1) hari hingga ! minggu setelah
trauma. Bika enopthtalmus terjadi pada fraktur dasar orbita yang besar, maka
8/19/2019 Upper Face Fracture
17/22
tindakan operasi dapat mencegah terjadinya enophtalmus yang lebih besar di
kemudian hari!1,!.
raktur luas yang melibatkan setengah dari dasar orbita, khususnya jika
melibatkan fraktur luas dinding medial karena berhubungan dengan kosmetik
dan deformitas fungsional memerlukan tindakan operasi. raktur yang luas ini
ditakutkan akan menyebabkan enopthalmus susulan. Jasil ;T scan yang
menunjukkan adanya otot yang terjepit dan tidak terjadi perbaikan klinis dalam
1! minggu juga merupakan indikasi tindakan operasi!1,!.
Pasien pediatri umumnya diperlukan tindakan operasi karena musculus
rectus inferior terjepit sangat kuat diantara celah fraktur. Pergerakan vertikal
bola mata sangat terbatas dan hasil ;T scan menunjukkan musculus rektus
inferior terletak di sinus maksilaris. Pergerakan bola mata dapat merangsang
oculocardiac refle-, nyeri, mual dan bradikardia. Tindakan operasi harus segera
dilakukan untuk melepaskan otot yang yang terjebak. Jasil akhir pergerakan
bola mata semakin baik bila semakin cepat dilakukan operasi karena dapat
mengurangi fibrosis otot1*,!1.
:aktu untuk dilakukan operasi pada blowout fracture sebenarnya masih
merupakan kontroversial. /eberapa ahli menyarankan operasi dilakukan ' hari
setelah trauma bila terdapat diplopia dan enophtalmus. ?ulley / dkk
menyarankan operasi 1)1& hari setelah trauma sedangkan Putamen dkk
menyarankan &* bulan menunggu hingga diplopia dan enopthalmusnya stabil.
3amun beberapa ahli menyatakan operasi akan lebih mudah dilakukan dalam
beberapa minggu dibandingkan beberapa bulan karena sikatrik akan
menyulitkan operasi sehingga tindakan operasi pada blowout fracture
sebaiknya dilakukan dalam dua minggu setelah trauma!1,!.
Pendekatan operasi blowout fracture melalui transkutaneus, transantral,
incisi infrasiliar atau incisi konjungtiva fornik inferior$. Kombinasi dengan
kantolisis lateral dapat juga dilakukan. Pendekatan melalui palpebra inferior
melalui tahapan 2 elevasi periorbita dari dasar orbita, melepaskan jaringan yang
8/19/2019 Upper Face Fracture
18/22
prolaps, menempatkan implan pada fraktur. 7mplan berfungsi untuk mencegah
adhesi berulang dan mencegah prolaps jaringan orbita !1,!.
Tehnik endoskopi dengan transma-illa dan transnasal juga dapat
dikerjakan. Keuntungan dari tehnik endoskopi adalah visualisasi fraktur lebih
akurat, insisi kecil, insisi wajah dapat dihindari, diseksi soft tissue minimal,
mengurangi lamanya rawat inap, hasil baik secara kosmetik. Perkembangan
sistem miniplate dan mikroplate serta variasi implan metalik orbita telah
memajukan penatalaksanaan fraktur dasar orbita yang luas dan tidak stabil.
7mplan orbita dapat berupa alloplastik porous polyethylene, supramid, gore
te-, teflon, silicon sheet, titanium mesh$ ataupun autogenous tulang kranial,
iliaka, fascia$!),!!.
H. Kom(likasi
Komplikasi dapat terjadi akibat trauma awal maupun terapi
pembedahan. Komplikasi dari operasi blowout fracture adalah penurunantajam penglihatan atau kebutaan, diplopia, undercorrection > overcorrection
dari enophtalmus, retraksi palpebra inferior, hipoesthesia nervus infraorbita,
infeksi, ekstrusi implan, lymphedema dan kerusakan sistem aliran air mata.
Komplikasi yang dapat terjadi karena trauma awal adalah pergeseran
bola mata, selulitis orbita dan kebutaan. Pergeseran bola mata dapat terjadi
karena proptosis, pergeseran vertikal, pergeseran hori+ontal, herniasi
traumatik menuju sinus maksilaris dan enophtalmus. Proptosis dapat
disebabkan haematom dan pembengkakan jaringan orbita yang dapat
diresorpsi spontan. /ila terjadi hematoma subperiosteal, kemungkinan akan
terjadi proptosis persisten. Pergeseran vertikal sering terjadi pada fraktur
orbital karena hematom. Pergeseran hori+ontal terjadi bila terkena ligamen
medial atau terjadi pergeseran kompleks nasoethmoidal. Pergeseran ini juga
terjadi bila margin lateral orbita bergeser ke lateral1*,18,!).
Jerniasi traumatik yang terjadi biasanya menuju sinus maksilaris.
Komplikasi ini sangat jarang, terjadi hanya jika defek pada dasar orbita
8/19/2019 Upper Face Fracture
19/22
sangat besar. %nophtalmus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
pada blowout fracture namun sering tetutupi oleh edema dan hematom.
%nophtalmus dapat terjadi karena perluasan rongga orbita, atropi lemak,
kontraktur sikatrik dan traksi ke belakang oleh otot yang terjepit. Pergeseran
bola mata umumnya terjadi karena perubahan volume orbita atau
pendorongan mata ke belakang. 7mplikasinya pada saat dilakukan eksplorasi
orbita, dilakukan perbaikan defek untuk mengembalikan volume awal dari
orbita dan melepaskan otot yang terjepit.
/lowout fracture menyebabkan hubungan langsung antara orbita dan
sinus sehingga beresiko terjadi selulitis orbita bila terdapat sinusitis.
0umbatan aliran darah meningkatkan resiko ini. raktur dasar orbita
menyebabkan suplai darah ke lemak infraorbita berkurang sehingga terjadi
selulitis anaerob. 0elulitis orbita merupakan kondisi yang serius karena dapat
menyebabkan kebutaan, trombosis sinus kavernosus, meningitis dan abses
cerebral!1,!',!.
Kebutaan yang terjadi karena trauma pada bola mata dan pada nervus
optikus. Trauma pada bola mata ini dilaporkan terjadi pada ')# kasus fraktur
tulang orbita. Penurunan tajam penglihatan dapat terjadi pada perdarahan
retrobulbar, adanya benda asing dan fragmen tulang yang mengenai nervus
optikus!1,!.
I. Prognosis
Prognosis umumnya baik, bila dilakukan penatalaksanaan yangtepat. 4isus umumnya baik pasca pembedahan blowout fracture, kecuali jika
terdapat komplikasi saat pembedahan, misalnya terkenanya saraf optik.
Tindakan yang dilakukan dengan hatihati disertai pemahaman struktur
anatomis yang baik akan memberikan hasil yang baik, meskipun tidak dapat
mengembalikan struktur yang normal seperti sebelum trauma, namun tidak
memperburuk kondisi pasien, terutama fungsi penglihatan !1,!.
8/19/2019 Upper Face Fracture
20/22
BAB III
PENUTUP
raktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh.
raktur fasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang 5 tulang wajah yaitu tulang
frontal, temporal, orbito+igomatikus, nasal, maksila dan mandibular. raktur fasial
lebih sering terjadi sebagai akibat dari faktor yang datangnya dari luar seperti
ekcelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olahraga dan juga
sebagai akibat dari tindakan kekerasan. Tujuan utama perawatan fraktur fasial
adalah rehabilitasi penderita secara maksimal yaitu penyembuhan tulang yang
cepat, penegembalian fungsi okuler, fungsi pengunyah, fungsi hidung, perbaikan
fungsi bicara, mencapai susunan wajah dan gigigeligi yang memenuhi estetis
serta memperbaiki oklusi dan mengurangi rasa sakit akibat adanya mobilitas
segmen tulang.
8/19/2019 Upper Face Fracture
21/22
DAFTA% PUSTAKA
1. 6ima @Pd;/, 0emenoff T@?4, da 0ilva 3, /orba @
8/19/2019 Upper Face Fracture
22/22
fracture. ;ranioma-illofacial Trauma L Feconstruction !$2 !('&.
1. /radley %0. !))". rontal sinus fracture2current concepts.
;ranioma-illofacial Trauma L Feconstruction !$2 1*11(*.
1*. Petr 0cht+, Jussein Jassan and /ashar Faja. !)1. ;ontemporary