72
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Kondisi Fisik Analisis kondisi fisik yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak. 5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi Lokasi kawasan Terminal 3 sudah memiliki batasan yang jelas sesuai tata guna lahan pada Master Plan Bandara Soetta, sehingga tidak ada kemungkinan dilakukannya penyalahgunaan fungsi kawasan terminal bandara seperti menjemur pakaian, tempat pembuangan sampah, bahkan mendirikan bangunan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, letak keberadaan Terminal 3 di Bandara Soetta jauh dari jangkauan akses pemukiman penduduk. Berikut dapat dilihat pada Gambar 32 mengenai Master Plan Bandara Soetta. 5.1.1.2 Iklim Perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global dewasa ini telah mengakibatkan perubahan harmonisasi alam, antara lain terjadinya peningkatan suhu udara, kenaikan tinggi air muka laut sebagai akibat pencairan es di kutub, dan berubahnya pola hujan. Perubahan iklim tersebut juga mempengaruhi berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Kondisi Fisik · berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. ... Kontrol

  • Upload
    ngothu

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

53

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis

5.1.1 Kondisi Fisik

Analisis kondisi fisik yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu:

batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase;

hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas;

serta fasilitas pada tapak.

5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi

Lokasi kawasan Terminal 3 sudah memiliki batasan yang jelas sesuai tata

guna lahan pada Master Plan Bandara Soetta, sehingga tidak ada kemungkinan

dilakukannya penyalahgunaan fungsi kawasan terminal bandara seperti menjemur

pakaian, tempat pembuangan sampah, bahkan mendirikan bangunan oleh

masyarakat sekitar. Selain itu, letak keberadaan Terminal 3 di Bandara Soetta jauh

dari jangkauan akses pemukiman penduduk. Berikut dapat dilihat pada Gambar

32 mengenai Master Plan Bandara Soetta.

5.1.1.2 Iklim

Perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global dewasa ini telah

mengakibatkan perubahan harmonisasi alam, antara lain terjadinya peningkatan

suhu udara, kenaikan tinggi air muka laut sebagai akibat pencairan es di kutub,

dan berubahnya pola hujan. Perubahan iklim tersebut juga mempengaruhi

berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek

keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.

Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara

rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna

bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi

kenyamanan dan aktivitas manusia.

54

 

55

 

Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara

rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna

bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi

kenyamanan dan aktivitas manusia. Dalam berbagai model perancangan lanskap

perlu dilakukan penyesuaian terhadap faktor dan unsur iklim. Faktor dan unsur

iklim tersebut lebih baik dilakukan penyesuaian dibandingkan dengan

menentangnya. Penyesuaian ini didefinisikan dalam pengertian pemanfaatan

berbagai aspek yang menguntungkan (misalnya kenyamanan, keteduhan) dan

pengendalian yang merugikan (misalnya angin yang sangat kencang,

pencemaran). Dengan demikian iklim ideal yang diinginkan, yaitu selang

kenyamanan manusia yang dapat dicapai. Selain itu, dengan tidak menentangnya

maka kelangsungan fungsi alami yang telah ada sebelumnya dapat dipertahankan.

Menurut Brooks (1988), proses transpirasi dan naungan kanopi vegetasi dapat

mempengaruhi tingkat suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu, pada

kawasan ini perlu dilakukan pengendalian iklim mikro untuk mengurangi suhu

dan kelembaban udara tersebut. Berikut dapat dilihat pada Gambar 33 mengenai

pengendalian iklim mikro tersebut.

Gambar 33 Potongan Perubahan Suhu dan Kelembaban Udara oleh Vegetasi

56

 

Pengendalian iklim mikro tersebut dapat menggunakan pohon yang

memiliki kerapatan daun tinggi dan bertajuk besar. Fungsi pohon dalam

memperbaiki iklim dapat diklasifikasikan menjadi beberapa fungsi (Grey dan

Deneke, 1978), dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim

Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim

Identifikasi

Kontrol Suhu • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi • Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat,

berkolom, dan menjurai (weeping) Kontrol Angin • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang

tinggi • Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer

lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin

• Pohon yang memiliki batang, percabangan dan perakaran yang kuat

Kontrol Kelembaban • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi • Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat,

berkolom, dan menjurai (weeping) Sumber: (Grey dan Deneke, 1978)

Berdasarkan data iklim, Indeks Kenyamanan Manusia (Temperature

Humidity Index) pada tapak dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan

Kuantifikasi Kenyamanan, yaitu :

Keterangan : T = Suhu (°C)

RH = Kelembaban Nisbi (%)

Dari hasil perhitungan persamaan dengan menggunakan persamaan di atas,

didapatkan nilai THI (Temperature Humidity Index) sebesar 30,2°C, sedangkan

pada daerah tropis, ketidaknyamanan terjadi pada saat nilai THI lebih besar dari

57

 

27°C. Dengan demikian, suhu dan kelembaban udara pada kawasan Terminal 3

Bandara Soetta berada pada katagori tidak nyaman.

Suhu dan kelembaban udara yang kurang nyaman pada Kawasan Terminal 3

merupakan kendala yang perlu diatasi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan

mempertahankan dan menambah vegetasi yang berfungsi sebagai pohon peneduh,

serta memilih jenis vegetasi yang mempunyai daya serap tinggi terhadap polutan.

Dengan adanya pohon peneduh tersebut, maka dapat tercipta iklim mikro yang

lebih sejuk dan nyaman bagi pengunjung dengan turunnya temperatur suhu.

Selain itu, juga dapat diatasi dengan menggunakan material yang mampu

menyerap panas pada fasilitas yang akan dikembangkan dengan

mempertimbangkan jenis dan warna bahan. Dominasi warna hijau tanaman juga

akan membantu menambah kesejukan, karena warna hijau termasuk kedalam

kelompok warna sejuk. Warna hijau yang dihadirkan oleh dedaunan banyak

mengandung klorofil dan saat pagi hari akan memberikan kesegaran pada mata.

Warna-warna panas seperti merah sebaiknya dikurangi penggunaannya pada

tapak untuk menghindari peningkatan suhu. Untuk perkerasan (paving) dengan

warna-warna panas akan menyilaukan mata dan memantulkan hawa panas pada

siang hari. Oleh karena itu, pemilihan warna yang mendekati warna alami

(natural) untuk perkerasan sangat cocok, sehingga dapat bermanfaat secara

biologis maupun psikis bagi para pengunjung.

Menurut Effendy (2003), kecepatan angin merupakan kecepatan dari

gerakan suatu massa udara secara horizontal dan vertikal. Selain itu, Lynch (1993)

mengatakan bahwa kecepatan angin yang ideal untuk area tempat duduk adalah ≤

14 km/jam dan area pejalan kaki adalah ≤ 43 km/jam. Sementara itu, kecepatan

angin tertinggi di Kawasan Terminal 3 adalah 5,4 km/jam dan terendah adalah 1,1

km/jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan angin di Kawasan Terminal

3 bukan suatu kendala untuk pengembangan operasional bandara.

Kecepatan angin dapat dikontrol dengan menggunakan vegetasi yang

memiliki struktur perakaran yang kuat dan mempunyai kanopi tertutup. Menurut

Brooks (1988), vegetasi berperan sebagai penghalang (obstruction), pembelok

(diver  sion), pengarah (guidance), dan penyaring (filtration) kecepatan angin.

Grey dan Danekke (1978), mengatakan bahwa vegetasi dengan kanopi tertutup

58

 

dapat mengurangi kecepatan angin sampai sebesar 85%. Konsep tersebut

diaplikasikan pada tapak, dapat dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34 Potongan Reduksi Kecepatan Angin oleh Vegetasi

Pada kawasan Terminal 3 masih banyak terdapat area yang tidak ternaungi,

terutama oleh vegetasi peneduh sehingga akan terjadi intensitas penyinaran penuh

pada area tersebut. Dalam hal ini, vegetasi dapat berperan sebagai media penyerap

panas dan sinar matahari pada tapak. Pada tapak perlu adanya penambahan

vegetasi yang berfungsi mengurangi radiasi matahari secara langsung. Radiasi

matahari adalah perambatan gelombang elektromagnetik melalui ruang dengan

kecepatan cahaya (Effendy, 2003). Selain itu, menurut Brooks (1988), radiasi

matahari dapat meningkatkan panas elemen lanskap yang terdapat pada suatu

tapak. Semakin licin dan terang permukaan suatu material, maka akan semakin

banyak radiasi yang dipantulkan (Gambar 35). Oleh karena itu, pada kawasan

Terminal 3 perlu direncanakan pemilihan permukaan material yang akan

digunakan dalam pembangunan, yaitu dengan menambah material permukaan

yang berwarna kelabu terang dan bertekstur agak kasar untuk mengurangi

59

 

penyerapan radiasi matahari. Radiasi matahari dapat dikendalikan dengan

vegetasi, elemen arsitektur, dan peletakan bangunan.

Gambar 35 Ilustrasi Reduksi Radiasi Matahari oleh Permukaan Material (Sumber: Brooks, 1988)

Menurut Reed (2010), langkah-langkah yang dapat mengurangi penyerapan

energi matahari antara lain:

(1) menaungi tanah dengan tanaman;

(2) menutupi tanah kosong dengan mulsa;

(3) meminimumkan lawn area;

(4) meminimumkan pavement; dan

(5) menggunakan cool pavement.

Tanah yang ternaungi oleh tanaman, dapat lebih dingin suhu udara di

permukaan tanahnya. Perkerasan yang ternaungi dapat lebih dingin 10-20º

daripada perkerasan yang tidak ternaungi. Tanaman yang paling bagus untuk

mendinginkan suhu permukaan tanah ialah jenis pohon yang memiliki tajuk

berkanopi besar, seperti Damar (Agathis dammara), Sengon (Paraserianthes

falcataria), dan Cendana (Santalum abum). Dalam mendapatkan hasil yang

terbaik untuk mendinginkan suhu tanah, maka perlu memelihara pohon agar

batangnya tetap tumbuh rendah, tanpa mengorbankan nilai lanskap lainnya seperti

views, privasi, dan kesehatan. Sedangkan, mulsa berfungsi untuk menambahkan

pengaruh tanaman didalam mendinginkan suhu tanah. Mulsa akan mendinginkan

suhu pada tapak dengan mencegah sinar matahari mencapai permukaan tanah.

Selain itu, Mulsa berfungsi untuk menyerap dan menahan air hujan pada

60

 

permukaan tanah. Alam menghasilkan sejumlah mulsa, seperti daun, ranting,

bunga, buah, dan bagian pada tanaman lainnya yang jatuh ketanah dan mati.

Lantai hutan merupakan contoh terbaik didalam menghasilkann mulsa.

Rumput memiliki sistem perakaran haus yang dapat menghisap kelembaban

didalam tanah. Pada saat malam hari lawn area dapat lebih dingin karena

permukaan yang dangkal sehingga tidak dapat menahan kelembaban, tetapi pada

siang hari akan sangat cepat meningkatkan suhu permukannya. Selain itu, lawn

area membutuhkan pemeliharaan yang intensif sehingga mengeluarkan energi

lebih besar. Oleh karena itu, mengurangi jumlah lawn area dapat mengurangi

daya serap energi matahari dan menghemat energi didalam pemeliharaannya.

Pavement dapat menyerap energi matahari. Seberapa banyak menyerap

energi panas tersebut pada pavement tergantung pada massa, jenis, dan warna

material paving. Permukaan aspal ekspos pada siang hari dapat lebih panas

dibanding material lainnya, karena pada saat itu matahari berada pada jarak

vertikal terdekat dan penyinaran terkuat. Lama penyinaran yang lebih lama akan

menyebabkan penyerapan panas yang lebih besar dan lebih banyak panas yang

dipancarkan pada saat malam hari. Selain itu, pemilihan jenis pavement

mempengaruhi daya penyerapan terhadap panas matahari. Warna yang terang

merefleksikan panas energi matahari, sedangkan warna gelap menyerap panas

energi matahari. Sehingga, warna abu-abu terang atau tan pavement akan lebih

dingin diakhir hari daripada pavement hitam atau abu-abu gelap. Begitu juga

dengan material yang tebal umumnya akan lebih lama menyimpan panas daripada

material yang tipis. Jadi, untuk mengurangi jumlah panas pada jalur kendaraan,

perlu dibangun dengan material warna yang cerah. Material yang terdingin dan

paling reflektif untuk jalur kendaraan antara lain, yaitu concrete, aspal campuran

dengan agregat warna terang, granit blok, cetakan concrete berwarna terang, loose

pea-stone, gabungan kerikil-pasir, crushed seashells.

Kelembaban udara rata-rata tahunan pada kawasan Terminal 3 adalah ±

79,5% dengan tingkat kelembaban tertinggi sebesar 86,5% pada bulan Februari

dan terendah sebesar 73% pada bulan Agustus. Pada tapak diperlukan upaya

untuk meningkatkan kelembaban dengan penanaman vegetasi. Upaya peningkatan

kelembaban pada tersebut bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan bagi

61

 

pengguna terminal bandara. Kenyamanan dalam suatu kawasan, khususnya

terminal bandara merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

Penyediaan tempat berteduh seperti shelter dan penanaman dengan vegetasi

peneduh dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang disebabkan suhu

melebihi batas kenyamanan bagi manusia dan sebagai pelindung pada saat hujan.

Pepohonan cenderung meningkatkan kelembaban, sehingga kelembaban

udara di tapak perlu diperhatikan untuk mengetahui tipe pohon yang akan

ditanam. Pohon atau semak yang memiliki kanopi dan menghasilkan bayangan,

mampu mencegah dan menyerap radiasi matahari hingga 90%. Menurut Brooks

(1988), pohon jenis decidous dengan tajuk yang rindang mampu mereduksi

radiasi matahari hingga 96% (Gambar 36)

Gambar 36 Potongan Reduksi Matahari oleh Vegetasi

5.1.1.3 Geologi dan Tanah

Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat,

cair, dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari pelapukan batuan dan

atau bahan induk (Supardi, 1983). Sifat fisik tanah merupakan ciri dan

karakteristik tanah yang dapat dilihat oleh mata secara langsung dan dapat

dirasakan oleh indera manusia. Sedangkan, sifat fisik kimia tanah adalah ciri dan

 

k

a

p

t

p

B

t

p

d

m

b

b

l

d

t

t

l

p

karakteristik

analisis seca

Menur

partikel-part

sekunder ata

tanah yang

pasir, debu,

sebagai perb

Badan Perta

tersebut berd

paling besar

dengan ukur

menghasilka

berlempung

berpasir, lem

liat. Kawasa

debu 55-57%

tekstur tana

seperti struk

tersebut, dap

liat berdebu

pada Gamba

Ga

k tanah yan

ara kimia.

rut Foth (19

tikel tanah p

au agregat. S

terjadi kare

dan liat ya

bandingan re

anian Amer

dasarkan uk

r yaitu 2-0,

ran <0.002

an dua belas

, lempung b

mpung berli

an ini memi

%, dan liat 3

ah sangat be

ktur tanah, pe

pat diketahu

. Penentuan

ar 37 mengen

ambar 37 D

ng dapat dik

991), struktu

primer (pasir

Sedangkan, t

ena terdapa

ang terkand

elatif jumlah

rika Serikat/

kurannya, ya

,05 mm, de

mm. Perban

s macam tek

berpasir, lem

iat, lempung

iliki struktur

32-38%, ser

erpengaruh

ermeabilitas

ui bahwa tek

klasifikasi s

nai diagram

Diagram Segi

ketahui mel

ur tanah men

r, debu, dan

tekstur tanah

atnya perbed

dung pada ta

h fraksi pasir

/ USDA m

aitu partikel

ebu dengan

ndingan keti

kstur dari kas

mpung, lemp

g liat berdeb

r tanah deng

rta memiliki

terhadap ke

tanah, poro

kstur tanah p

struktur tana

segitiga tan

itiga Tanah (

lalui proses

nunjukkan ko

liat) sampai

h adalah kea

daan kompo

anah. Tekstu

r, debu dan

menggolongk

pasir memp

ukuran 0,0

iga fraksi te

sar sampai h

pung berdeb

bu, liat berp

gan persenta

pH tanah s

eadaan sifat

sitas, dan lai

pada kawasan

ah tersebut d

ah.

(Sumber: Su

uji laborat

ombinasi ata

i pada partik

daan tingkat

osisi kandun

tur dapat di

liat dalam m

an ketiga j

unyai ukura

05-0.002 mm

ersebut di da

halus, antara

bu, debu, lem

pasir, liat be

ase, yaitu pa

sebesar 4-6,5

t-sifat tanah

in-lain. Dari

n ini berjeni

dapat dilihat

upardi, 1983

62

torium dan

au susunan

kel-partikel

t kehalusan

ngan fraksi

definisikan

masa tanah.

enis fraksi

an diameter

m, dan liat

alam tanah

a lain pasir,

mpung liat

erdebu, dan

asir 5-12%,

5. Keadaan

yang lain

i komposisi

is lempung

lebih jelas

3)

63

 

Menurut pihak pengelola, pada kawasan ini terjadi pencemaran tanah

sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas fisik-kimia tanah akibat

penggunaan zat-zat kimia dari kegiatan pembersihan rubber deposit dan

tumpahan oli bekas. Sumber dampak yang terjadi selama ini berasal dari kegiatan

pergerakan pesawat udara yang mendarat dan tinggal landas serta transportasi

darat yang keluar masuk bandara. Sehingga, untuk mengatasi hal ini perlu adanya

area konservasi yang berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas tanah.

Selain itu, dalam mendesain kawasan Terminal 3 perlu meminimalkan

penggunaan perkerasan/area terbangun dan memaksimalkan lahan terbuka hijau.

5.1.1.4 Topografi dan Draenase

Secara umum kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki kemiringan

antara 0-5% (datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,312 meter diatas

permukaan laut rata-rata (MSL = Mean Sea Level). Berdasarkan peta kemiringan

lahan (Gambar 38), maka kawasan ini cukup sesuai sebagai kawasan terminal

bandara. Kondisi topografi pada suatu tapak akan berpengaruh pada kegiatan

pembangunan (engeneering classification), pola ruang, serta aktivitas dan utilitas.

Menurut Simond (2006), lanskap bandara membutuhkan area topografi relatif

datar yang cukup luas. Hal ini dikarenakan kecenderungan bandara yang terdapat

banyak fasilitas pendukung seperti, hotel, theater, ruang konferensi, perpustakaan,

tempat rekreasi, dan pusat berbelanjaan yang direncanakan didirikan di area

bandara untuk komersil. Namun, pada masa yang akan datang semua hal tersebut

harus dibatasi untuk meningkatkan efisiensi.

Area yang datar berpotensi terjadi genangan air pada saat musim hujan,

sehingga diperlukan adanya aliran drainase yang baik. Selain itu, area yang datar

memberi kesan luas dan monoton. Oleh karena itu, area datar lebih cocok untuk

penempatan bangunan. Penempatan bangunan pada area datar akan mengurangi

biaya persiapan lahan untuk membangun bangunan tersebut.

Jenis saluran drainase yang berada di kawasan ini termasuk kedalam jenis

drainase terbuka. Saluran drainase terbuka tersebut terbuat dari beton yang

mengalirkan buangan air ke tempat penampungan air (pond). Pada sekitar area

perkerasan, khususnya jalur kendaraan di Terminal 3 terdapat genangan air ketika

64

 

sedang hujan, sehingga pada sekitar area tersebut perlu diterapkan Water

Retention System (Sistem Penahan Air), yaitu metode penangkapan air hujan dari

lingkungan (atap, talang air, dan saluran draenase) untuk meminimalisir run-off

dengan mempercepat infiltrasiair hujan kedalam tanah dan meningkatkan

cadangan air tanah. Water Retention System diaplikasikan dengan menggunakan

material-material khusus yang aman bagi lingkungan, yaitu geotextile, synthetic

foam, dan lain lain.

Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi menyebar ke berbagai arah dengan

berbagai cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi sebagai es

atau salju, atau genangan air, yang dikenal dengan simpanan depresi. Sebagian air

hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini yang disebut

sebagai aliran permukaan atau run-off (Suripin, 2002). Sebelum terjadinya run-off,

terlebih dahulu memenuhi kebutuhan penguapan, infiltrasi, simpanan permukaan,

penahan permukaan, dan penahan saluran. Run-off akan terjadi jika intensitas

hujan lebih tinggi daripada laju infiltrasi, dan kapasitas depresi sudah terisi.

Sedangkan, infiltrasi adalah peristiwa masuknya air kedalam tanah melalui

permukaan tanah secara vertikal. Banyaknya air yang masuk melalui permukaan

tanah persatuan waktu dikenal sebagai laju infiltrasi. Nilai laju infiltrasi

tergantung dari kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk melewatkan air

dari permukaan tanah secara vertikal (Suripin, 2002).

Selain itu, menurut pihak pengelola, terdapat sejumlah dampak negatif yang

terjadi berupa perubahan kualitas kimia-fisika air permukaan dan sungai di sekitar

bandara karena meningkatnya kandungan kimia organik/anorganik seperti TDS,

TSS, BOD, COD, Mn, Sulfida, Nitrit, Fenol, dan lain-lain, serta biota plankton

dan benthos yang jumlahnya menurun. Kegiatan yang menjadi sumber dampak

negatif terhadap kualitas air permukaan tersebut, antara lain:

1. kegiatan pembuangan air limbah yang berasal dari kegiatan pemanfaatan

utilitas bandara dan aktivitas penumpang;

2. limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan administrasi perkantoran;

dan

3. limpahan air hujan dengan catchment area daerah lingkungan kerja

bandara.

65

 

66

 

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82/2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Daerah

setempat, pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup,

zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukkanya.

Tindakan yang sudah dilakukan pengelola untuk mengatasi hal tersebut,

yaitu pemanfaatan air hujan dengan membuat bak penampung air (pond),

pengelolaan kebersihan drainase, pengelolaan Water Treatment Plant, dan

pemeliharaan saluran sanitasi/MCK. Namun, pihak pengelola perlu memperbaiki

atau meningkatkan metode dan teknologi sistem sanitasi air limbah pada Water

Treatment Plant dalam mengatasi pencemaran air. Hal ini berfungsi untuk

menetralisir pencemaran air lebih baik dari sebelumnya, serta mampu mendaur

ulang air yang telah dikeluarkan agar dapat digunakan kembali dengan berbagai

jenis kegunaan.

5.1.1.5 Hidrologi

Sumber daya air merupakan salah satu aspek penting dalam pengoperasian

terminal bandara, baik sebagai air bersih untuk manusia maupun vegetasi di dalam

tapak. Air merupakan salah satu elemen lembut (soft material) yang digunakan

dalam merancang dan mengatur lingkungan ruang terbuka. Elemen air dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk variasi, seperti kolam yang tenang, air

mancur, dan air terjun. Air dalam perancangan lanskap dapat dimanfaatkan untuk

fungsi-fungsi sebagai penyejuk udara, peredam kebisingan, irigasi, transportasi,

dan sarana rekreasi (Booth, 1983). Pada daerah di sekitar kawasan Terminal 3

Bandara Soetta terdapat badan-badan air, berupa bak penampungan air (Pond).

Selain itu, pada saat menuju Bandara Soetta melalui jalan tol terdapat rawa-rawa

(Basin), serta pada bagian barat Bandara Soetta terdapat sungai Cisadane yang

mengalir dari hulu di wilayah Bogor menuju Laut Jawa. Keberadaannya sangat

penting sebagai tempat penampungan air untuk diolah kembali dan tempat

pembuangan air untuk menghindari terjadinya genangan air.

67

 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82/2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Daerah

setempat, status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan

kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu

dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Sedangkan, baku

mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya di dalam air.

Kualitas air bersih di kawasan Bandara Soetta masih berada dibawah baku

mutu. Kualitas air bersih pada tapak berada di bawah batas tenggang terdapatnya

unsur pencemar di dalam suatu air atau dapat dikatakan bahwa kualitas air

bersihnya telah tercemar dengan masuknya zat tertentu ke dalam air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Menurut Booth (1983), kebutuhan akan komoditas air tidak hanya untuk

kelangsungan hidup, tetapi juga sebagai sumber bahan makanan, media

transportasi, dan rekreasi. Oleh karena itu, perlu adanya area konservasi pada

tapak dan jalur draenase, serta bak penampungan air (pond) yang berada di luar

tapak untuk menjaga kualitas air.

Oleh karena itu, pada kawasan Terminal 3 Bandara Soetta perlu

direncanakan area konservasi dengan menciptakan hutan kota. Hutan kota tersebut

terdiri dari berbagai jenis vegetasi, khususnya pohon-pohon besar yang

mempunyai perakaran kuat dan berkanopi besar. Menurut Laurie (1990), tanaman

sangat penting bagi tanah karena dapat membuat tanah lebih kuat dan tahan erosi,

hal ini disebabkan terikatnya tanah oleh jalinan akar tanaman, sekaligus dapat

membantu konservasi air dan menambah sumber-sumber air. Dengan adanya

hutan kota pada tapak, maka kualitas air yang saat ini telah tercemar dapat

diperbaiki dan ditingkatkan kembali nilai baku mutunya.

5.1.1.6 Pemandangan (view)

Menurut Simond (2006), view adalah suatu pemandangan yang diamati dari

suatu titik yang menguntungkan. Pada umumnya suatu view yang sangat baik

68

 

akan menentukan pemilihan suatu tempat. View mempunyai beberapa karakter,

seperti 1) view merupakan gambaran yang membingkai, suatu gambaran

koleidoscape dari berbagai aspek visual yang digabungkan; 2) view merupakan

suatu tema, efek yang tercipta dapat menyerupai suatu kreativitas variasi dalam

melodi musik; 3) view merupakan batas ruang pengelihatan, view dapat

melampaui batas-batas tapak dan merubah perasaan kebebasan yang memuncak;

4) view merupakan latar belakang; dan 5) view merupakan setting suatu bentuk.

Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki sejumlah potensial view yang

menarik (potential good view), yaitu bangunan Terminal 3, aktivitas pesawat

udara di Apron dan Taxiway, aktivitas pesawat tinggal landas dan mendarat,serta

rencana area konservasi dengan menciptakan hutan kota di Terminal 3.

Aktivitas pesawat udara di Apron dan Taxiway, baik Terminal 2 maupun

Terminal 3 dapat dilihat dari dalam bangunan Terminal 3. Aktivitas operasional

penerbangan tersebut menjadi pemandangan yang menarik bagi pengunjung

bandara. Oleh karena itu, di dalam bangunan Terminal 3 perlu adanya viewing

spot untuk menarik perhatian pengunjung bandara. Selain itu, pada bagian timur

kawasan Terminal 3 yang direncanakan sebagai kawasan konservasi yang dapat

menjadi daya tarik pengunjung bandara lainnya untuk melihat pemandangan

lanskap alami di kawasan Terminal 3, berupa hutan kota.

Dalam memudahkan analisis visual pada Terminal 3, dilakukan pembagian

view berdasarkan waktu ketika melihatnya, yaitu temporary good view dan fixed

good view. Temporary good view didefinisikan sebagai pemandangan bagus pada

kawasan Terminal 3, dimana pengunjung dapat melihat hanya pada tempat dan

waktu tertentu. Aktivitas yang dapat dilihat ialah pemandangan pesawat yang

tinggal landas dan mendarat pada Runway utara Bandara Soetta. Sedangkan, fixed

good view didefinisikan sebagai pemandangan yang menarik dan dapat dilihat

kapan saja di Terminal 3, contohnya seperti melihat sejumlah vegetasi display dan

perbedaan strata/jenis vegetasi penaung yang memberikan keteduhan, serta

aktivitas boarding pesawat. Berikut dapat dilihat pada Gambar 39 mengenai

analisis visual di Terminal 3.

69

 

70

 

5.1.1.7 Vegetasi

Ilmu arsitektur lanskap mencakup pemahaman terhadap karakteristik visual

vegetasi, syarat ekologisnya agar tumbuh baik, dan pengaruh lingkungan yang

kuat jika ditanam pada lokasi tertentu dan situasi tertentu. Vegetasi dalam desain

lanskap memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi struktural, fungsi visual, dan

fungsi lingkungan. Oleh karena itu, seorang arsitektur lanskap harus mampu

memilih, menggunakan, dan mengkombinasikan vegetasi berdasarkan fungsi-

fungsi tersebut (Booth, 1983).

Fungsi struktural pada vegetasi merupakan kemampuan vegetasi tersebut

menciptakan ruang luar. Ruang luar dapat dibentuk dengan penggunaan vegetasi

bidang bawah (lantai), bidang vertikal (dinding), dan bidang atas (langit). Selain

itu, vegetasi juga dapat mengarahkan pandangan untuk membentuk ruang terbuka

atau private (Booth, 1983).

Fungsi visual pada vegetasi merupakan kemampuan karakteristik vegetasi

dalam menciptakan keindahan visual. Karakteristik utama vegetasi adalah bersifat

tumbuh yang menjadikannya berbeda dengan elemen lanskap lainnya. Selain itu,

vegetasi juga memiliki karakteristik berupa ukuran, bentuk, aroma, warna, dan

tesktur yang mampu menambah keindahan visual tapak (Booth, 1983).

Fungsi lingkungan pada vegetasi merupakan kemampuan vegetasi tersebut

untuk memperbaiki dan mengontrol kualitas lingkungan. Vegetasi dalam desain

lanskap berfungsi untuk merekayasa kualitas lingkungan agar bernilai indah dan

berfungsi dengan baik. Penggunaan vegetasi dapat mengontrol pencemaran udara,

memodifikasi iklim mikro, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memodifikasi

suara, dan meningkatkan ketersediaan air tanah (Booth, 1983).

Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada kawasan Terminal 3 Bandara Soetta

tergolong ke dalam pohon sedang, pohon tinggi, semak, dan rumput. Jenis-jenis

vegetasi tersebut antara lain, seperti Trembesi (Samanea saman), Kecrutan

(Lagerstromia sp), Palem Kuning (Chrysalidocarpus lutescens), Glodokan Tiang

(Polyalthia Longifolia), Pucuk Merah (Syzigium oleina), Kamboja (Plumeria

acuminata), Rumput Gajah (Axonopus compressus), dan Canna (Canna sp).

Kawasan ini memerlukan penambahan variasi vegetasi untuk menjaga kestabilan

kualitas lingkungan dan menambah nilai keindahan.

71

 

Rumput dan ground cover dapat digunakan untuk membentuk bidang

bawah (lantai). Kombinasi antara rumput dan ground cover yang ditambahkan

dengan semak rendah dapat mempertegas bentuk ruang terbuka (Gambar 40).

Sedangkan, semak dan pohon dengan jarak yang dekat dapat membentuk bidang

vertikal (dinding). Selain itu, pohon tinggi berkanopi dengan jarak tanam yang

dekat dan kanopi saling bersentuhan dapat membentuk bidang atas (Gambar 41).

Gambar 40 Potongan Vegetasi membentuk Open Space dan Semi Open Space

Gambar 41 Potongan Vegetasi membentuk Canopied Space

72

 

Menurut Booth (1983), vegetasi dapat membentuk ruang dengan unsur-

unsur yang dapat membentuk ruang. Ruang-ruang yang terbentuk oleh vegetasi

tersebut antara lain :

1. Open Space, yaitu ruang yang terbentuk dari vegetasi rendah dan tanaman

penutup tanah. Ruang ini memiliki area visual yang luas tanpa ada batas dan

langsung mendapat banyak sinar matahari.

2. Semiopen Space, hampir sama dengan open space, hanya terdapat vegetasi

yang mengalangi pada bagian tertentu.

3. Canopied Space, ruang yang tercipta dari vegetasi yang memiliki kerapatan

kanopi yang menutupi ruang diatas kepala. Ruang kanopi ini dapat

memfilter sinar matahari.

4. Enclosed Space, ruang tertutup dengan ruang atas kepala yang rimbun dan

tingkat strata tinggi tanamannya bervariasi dari rendah sampai tinggi.

5. Vertical Space, ruang yang terbentuk dari tanaman penutup tanah dan

tanaman tinggi yang tidak rimbun kanopinya.

Dalam vegetasi pembentuk ruang dalam tapak, sangat penting untuk

diperhatikan lokasi dan pola penanamannnya. Ruang open space sangat

diperlukan agar ruang tidak menjadi lembab dan gelap. Ruang semi open space

masih dapat menangkap sinar matahari hingga ke permukaan tanah, serta

canopied dan vertical space memberikan kenyamanan dan keteduhan dalam

beraktivitas, sedangkan enclosed space berfungsi sebagai area peredam segala

macam polusi.

Pada bagian timur kawasan Terminal 3 terdapat hamparan rumput yang luas

berfungsi sebagai area pengembangan kawasan. Pada area ini perlu ditambahkan

pohon-pohon besar berkanopi yang berfungsi sebagai area konservasi, dengan

menciptakan hutan kota. Hutan kota ini diciptakan untuk memperbaiki iklim

mikro pada kawasan Terminal 3. Menurut Grey dan Danekke (1978), iklim tidak

dapat diubah, akan tetapi dengan adanya vegetasi maka iklim mikro dapat

direkayasa. Sedangkan, Fakuara (1986) mengatakan bahwa hutan kota dapat

menciptakan suhu yang lebih rendah dibanding dengan daerah terbuka lain tanpa

vegetasi, karena hutan dapat memperkecil pantulan radiasi gelombang pendek dari

matahari, dan radiasi gelombang panjang dari bumi, sehingga kawasan hutan

73

 

menjadi lebih teduh. Selain itu, hutan juga dapat mengurangi dan mengendalikan

arah dan kecepatan angin, sehingga kecepatan angin menjadi 20-60% dari

kecepatan di tempat terbuka. Pada penanaman vegetasi yang lebih rapat dan

bervariasi kecepatan anginnya dapat dikurangi antara 75-85% (Grey dan

Danekke, 1978).

Menurut Reed (2010), vegetasi sebagai pendingin udara alami terjadi

karena adanya suatu proses yang disebut transpirasi. Proses ini bekerja ketika

tanaman tumbuh dengan sinar matahari dengan cara mengkonversi CO2 dan air

menjadi O2 dan karbohidrat. Tempat terjadinya transpirasi di vegetasi terletak di

dalam daun, begitu juga dengan proses terjadinya fotosintesis. Yang mengambil

CO2 di udara dan mengubahnya menjadi O2. Bagaimana cara transpirasi dapat

mendinginkan suhu udara merupakan fenomena ajaib seperti proses terjadinya

fotosintesis. Evaporasi adalah proses yang memerlukan energi, karena terlibat

didalam pemecahan ikatan kimia. Lalu, molekul air berubah fase dari bentuk cair

menjadi gas (evaporasi) karena bertambahnya jumlah energi yang mengakibatkan

keluarnya daya kohesi air. Kekuatan energi tersebut datang dari tanaman itu

sendiri dan energi panas pada udara sekitar (istilah teknis: panas laten penguapan).

Energi panas tersebut benar-benar diambil dari udara untuk membuat terjadinya

proses transpirasi dan hasilnya adalah sebagai pendingin udara alami.

Hal ini menunjukkan pentingnya suatu vegetasi dalam suatu kawasan,

terutama sebagai elemen pembentuk hutan kota. Vegetasi tersebut memiliki

beragam fungsi, diantaranya fungsi peneduh, penyerap angin, pembatas,

pengarah, pelembut struktur perkerasan, memperbaiki iklim mikro, mengurangi

kebisingan dan polusi udara,menangkap air hujan, mengikat air tanah, mengurangi

resiko erosi, dan mempertahankan konsistensi tanah. Dengan adanya area

penyangga dan konservasi tersebut, kualitas lingkungan dan visual pada kawasan

Terminal 3 Bandara Soetta dapat ditingkatkan.

Pemilihan jenis vegetasi untuk hutan kota tersebut harus memiliki struktur

perakaran yang kuat dan berkanopi tertutup, sehingga dapat mengontrol kecepatan

angin. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Grey dan Danekke (1978)

mengatakan bahwa vegetasi dengan kanopi tertutup dapat mengurangi kecepatan

angin sampai sebesar 85%. Dengan demikian, tingkat kebisingan dan polusi udara

74

 

yang selama ini berasal dari kegiatan pergerakan pesawat udara mendarat dan

tinggal landas serta transportasi darat yang keluar masuk bandara dapat dikurangi.

Selain pada bagian timur kawasan Terminal 3, sebelah barat yang

berbatasan langsung dengan Apron Terminal 2 juga perlu ditambahkan vegetasi

sebagai pembatas. Vegetasi tersebut dipilih yang memiliki kemampuan baik

dalam menyerap polutan, serta dipertimbangkan dalam faktor keamanan dan

keselamatan dengan pemilihan vegetasi yang daunnya tidak mudah rontok agar

tidak membahayakan operasional penerbangan (FOD/Foreign Object Damage).

Sedangkan, pada sisi depan bangunan Terminal 3 perlu ditambahkan pohon-

pohon peneduh. Pohon tersebut berfungsi sebagai penghalang atau penyaring

sinar matahari secara langsung terhadap bangunan Terminal 3, sehingga dapat

menghemat energi atau penggunaan Air Conditioner (AC) di dalam ruangan.

Bentukan pohon peneduh dipilih yang memiliki tajuk seperti payung dengan

ketinggian tajuk terendah minimal 4 m, agar tidak menghalangi pandangan ke

arah luar dan hembusan angin tetap bisa melewatinya.

Berdasarkan hasil analisis yang mengatakan bahwa semakin licin dan terang

permukaan suatu material, maka akan semakin banyak radiasi yang dipantulkan.

Begitu pula sebaliknya, semakin kasar dan gelap permukaan suatu material, maka

akan semakin sedikit radiasi yang dipantulkan. Radiasi matahari dapat

meningkatkan panas elemen lanskap yang terdapat pada suatu tapak (Brooks,

1988). Oleh karena itu, mengingat desain pada material bangunan Terminal 3

yang menggunakan bahan licin dan terang, maka perlu adanya vegetasi yang

menambah tekstur bangunan tersebut menjadi kasar dan gelap. Teknik penanaman

vegetasi secara merambat pada bangunan struktur sering dikenal dengan istilah

vertical greenery. Pada sisi bangunan ditambahkan vertical greenery, yaitu pada

sisi barat bangunan yang berbatasan langsung dengan Apron Terminal 2 dan sisi

bangunan pakiran Terminal 3. Fungsi dari penambahan vertical greenery pada

sisi-sisi bangunan tersebut, yaitu untuk mengurangi pantulan sinar matahari yang

dapat memanaskan area di sekitarnya, meredam kebisingan, mengurangi polusi

udara, dan meningkatkan aspek visual.

Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam pemilihan jenis vegetasi

pada kawasan Terminal 3 Bandara Soetta adalah memilih jenis vegetasi yang

75

 

tidak banyak mengundang hewan untuk datang dan berkembang biak, khususnya

jenis-jenis burung. Pergerakan burung pada kawasan ini dapat mengganggu

jalannya operasi bandara dan membahayakan penerbangan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan tindakan-tindakan yang dapat meminimalisir sesuatu yang dapat

mengundang kehadiran burung.

5.1.1.8 Satwa

Satwa yang ditemukan di Terminal 3 dibedakan menjadi dua, yaitu hewan

peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan liar. Hewan yang

dipelihara sebagai ternak seperti kambing, sedangkan hewan liar adalah berbagai

jenis aves. Keberadaan satwa tersebut dapat membahayakan operasional bandara.

Untuk mengatasi adanya keberadaan hewan ternak di kawasan Terminal 3, perlu

dibuat kebijakan larangan terhadap masyarakat sekitar yang ingin memasuki

kawasan Terminal 3 dengan membawa hewan ternak. Sedangkan, pencegahan

datangnya berbagai jenis aves perlu dipertimbangkan dalam melakukan

perancangan kawasan Terminal 3.

Berdasarkan acuan Landscape Master Plan of Brisbane airport (2009),

tindakan yang dapat mengurangi burung dan hewan terbang lainnya tersebut,

antara lain 1) mengurangi jumlah penampungan air; 2) memilih jenis pohon yang

tidak menghasilkan bunga dan biji-bijian; 3) terbatasnya pohon tinggi untuk

rencana penanaman baru; 4) mengelola rumput agar tetap tumbuh tinggi untuk

menghalangi burung; 5) menyediakan fitur air yang tidak menarik perhatian

burung; dan 6) mendesain lanskap dan memilih spesies untuk menghindari

datangnya burung. Oleh karena itu, dalam melakukan perancangan Terminal 3

perlu memperhatikan aspek-aspek tersebut agar tetap menjaga keamanan dan

keselamatan penerbangan.

5.1.1.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas

Jarak tempuh dari Jakarta Barat, Tangerang menuju Bandara Soetta sekitar

20 km. Lokasi Bandara Soetta dapat diakses melalui jalur utama, yaitu dengan

jalan bebas hambatan (jalan tol) dan jalur sekunder. Kedua jalur tersebut melalui

gerbang utama Bandara Soetta. Selain itu, akses menuju bandara dapat melalui

76

 

pintu M1 di daerah kawasan perkantoran non Angkasa Pura II. Sedangkan, lokasi

Terminal 3 yang berada di sebelah timur Terminal 2 dapat diakses melewati

gerbang utama dan bunderan prasasti. Lokasi tersebut dapat diakses dengan

menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan motor) maupun kendaraan umum.

Fasilitas transportasi umum yang sudah tersedia antara lain bus dan taksi.

Sistem transportasi menuju lokasi ini sudah cukup memadai. Namun, saat

ini jalur darat menuju bandara dengan kendaraan bermotor sering terjadi

kemacetan lalu lintas, khususnya pada jam berangkat dan pulang kantor. Hal ini

yang menyebabkan terjadinya kepadatan lalu lintas pada kawasan Bandara Soetta.

Padatnya lalu lintas ke arah Bandara Soetta memerlukan solusi pemecahan yang

tepat. Keberadaan jalan tol bandara dinilai sudah tidak memadai lagi, di samping

jumlah kendaraan yang bertambah setiap waktu, banyaknya pintu tol di sepanjang

jalan tol khusus bandara, dan tergenangnya jalan tol apabila terjadi air laut pasang

dapat menyebabkan kemacetan total.

Dengan demikian, perlu adanya alternatif transportasi alternatif selain

menggunakan kendaraan bermotor yang melalui jalan raya. Oleh karena itu,

berdasarkan konsep Grand Design Bandara Soetta, akan direncanakan

pembangunan jalur kereta api bandara yang akan menghubungkan Stasiun

Manggarai–Stasiun Dukuh Atas dan berakhir di bandara. Dalam pelaksanaannya,

Angkasa Pura II dan PT Kereta Api Indonesia membentuk Joint Venture

Company yang diberi nama PT Railink dan diberi tugas melaksanakan

pembangunan dan pengoperasian kereta api bandara tersebut. Kereta api bandara

berfungsi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas bagi pengguna kendaraan

pribadi.

Selain itu, jalur kereta tersebut akan dikembangkan sebagai mobilitas

penumpang di dalam terminal serta menghubungkan penumpang antar terminal

satu dengan terminal lainnya. Sesuai dengan Master Plan Bandara Soetta, yang

menjadi titik penting lainnya adalah kemudahan dan konektivitas dalam

perpindahan penumpang dari satu moda ke moda lain. Semua hal ini, dibangun

untuk kemudahan dan kecepatan pengguna dalam melakukan berbagai aktivitas di

bandara. Menurut Simond (2006), bandara seharusnya direncanakan sebagai suatu

pintu gerbang, dimana semua kebutuhan dan karakteristik pesawat diakomodasi.

77

 

Selain itu, penggunaan bersama lapangan terbang oleh kargo dan penumpang

pesawat dengan berbagai kecepatan serta kebutuhan tidak akan lagi

dipertahankan. Sedangkan, transportasi udara akan dihubungkan dengan pusat

industri dan distribusi. Penumpang pesawat serta pintu gerbang tersebut akan

dihubungkan ke pusat penduduk dan aktivitas kota dengan akses sirkulasi jalan

yang efisien. Dengan demikian, penumpang dapat langsung datang untuk check in

dan check baggage, serta meninggalkan bandara dengan mudah.

Sirkulasi pintu masuk kawasan Terminal 3 yang berdekatan dengan tugu

prasasti tersebut kurang terlihat jelas dari luar dan terlihat tidak megah, serta

adanya loket tiket pada area penerimaan dapat menghambat laju kendaraan yang

hanya ingin menaikkan dan menurunkan penumpang, sehingga loket tiket akan

dipindahkan ke gedung parkiran. Pada jalur masuk ini juga terdapat beberapa

konflik, yaitu dengan jalan P2 yang melintas diatasnya dan rencana jalur kereta

api bandara. Adanya konflik antar sirkulasi tersebut dapat menghalangi

pandangan ke arah Terminal 3, serta dapat membahayakan pengguna sirkulasi

pada area konflik tersebut. Selain itu, area kedatangan maupun menuju area

kedatangan Terminal 3 tidak memiliki elemen yang mengarahkan secara visual,

serta tidak ada elemen yang menonjol untuk point of interest pengunjung yang

datang. Sehingga pada sekitar jalan menuju gerbang utama perlu ditanami

vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah jalan bagi pengendara dengan

menciptakan sequence. Menurut Simond (2006), sequence dalam perencanaan

didefinisikan sebagai sebuah suksesi persepsi suatu peristiwa yang berlangsung

secara kontinyu dan menciptakan pengalaman tertentu. Selanjutnya, perlu

dibangun gerbang utama yang merepresentasikan kawasan Terminal 3 sebagai

eco-airport dan menjadi vocal point area kedatangan.

5.1.1.10 Fasilitas pada Tapak

Pembangunan Terminal 3 dengan kapasitas 20 juta penumpang per tahun

sebagai penambahan kapasitas pada bandara Soetta, diharapkan dapat mengurangi

kepadatan jumlah penumpang di Terminal 1 dan 2, serta mampu mengakomodasi

penumpang pesawat yang bertambah besar jumlahnya setiap tahun. Oleh karena

itu, dalam pembangunan Terminal 3 perlu memperhatikan berbagai aktivitas

78

 

tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh pengelola dan pengunjung bandara.

Fasilitas umum yang perlu ditambah antara lain seperti 1) bangunan parkiran

untuk parkir kendaraan pihak pengelola dan pengunjung; 2) rest area dan

foodcourt bagi pengunjung yang menunggu keberangkatan dan kedatangan

pesawat; 3) kereta api bandara sebagai transportasi masuk/keluar bandara, serta

penghubung antar terminal di dalam bandara; 4) area publik terbuka untuk

mengakomodasi berbagai kegiatan; 5) area komersial untuk mengakomodasi

berbagai kebutuhan pengunjung 6) area pelayanan; 7) area rekreasi pasif pada

taman lingkungan. Penambahan berbagai fasilitas untuk aktivitas tambahan

tersebut berdasarkan hasil analisis keinginan pengunjung (Kuisioner) dan

pengelola (wawancara).

5.1.3 Kondisi Sosial

Analisis kondisi sosial yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu:

sejarah; pengelola bandara; dan pengunjung.

5.1.3.1 Sejarah

Sejak diresmikannya Terminal 3 pada tanggal 16 April 2009 dengan jumlah

satu pier dari keseluruhan rencana lima pier, Terminal 3 Bandara Soetta menjadi

proyek percontohan (pilot project) bagi program pembangunan bandara baru di

Indonesia lainnya, seperti pembangunan bandara baru Medan, Kualanamu;

pengembangan Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru; pengembangan

Bandara Depati Amir-Pangkal Pinang; pengembangan Bandara Sultan Thaha-

Jambi; dan pengembangan Bandara Raja Haji Fisabilillah-Tanjung Pinang. Oleh

karena itu, dalam melakukan perancangan Terminal 3 harus memberikan hasil

yang terbaik agar dapat mewujudkan bandara yang ramah lingkungan dengan

memenuhi kriteria-kriterianya.

5.1.3.2 Pengelola Bandara

Berdasarkan Master Plan Bandara Soetta, Terminal 3 akan difungsikan

melayani penerbangan domestik dan internasional, serta melayani penerbangan

haji. Dalam mengatasi peningkatan jumlah penumpang pada masa yang akan

79

 

datang di Terminal 3, pihak pengelola perlu melakukan berbagai inovasi baik dari

segi pelayanan bandara maupun fasilitas yang menunjang kebutuhan pengunjung

agar dapat mewujudkan bandara berstandar kelas dunia (world class). Selain itu,

bandara dipandang sebagai pusat aktivitas strategis yang terintegrasi. Bandara

dikaitkan dengan berbagai fasilitas dan jasa non-aeronautical seperti, hotel; pusat

hiburan; pusat pendidikan; pusat perbelanjaan dan perdanganan; kompleks

pameran dan konferensi; gedung perkantoran; ruang logistik; dan zona free-trade.

Hal ini disebut dengan aerotropolis. Oleh karena itu, Terminal 3 perlu

menyediakan fasilitas penunjang bandara dengan menyediakan transportasi kereta

yang menghubungkan bandara dengan pusat kota, area parkir yang cukup luas,

area hiburan dan pendidikan.

5.1.3.3 Pengunjung.

Pembangunan kawasan Terminal 3 sebagai terminal tambahan untuk

memenuhi daya tampung penumpang yang semakin meningkat disesuaikan

dengan Master Plan Bandara Soetta. Berdasarkan Master Plan Bandara Soetta,

Terminal 3 akan memiliki lima pier, dengan masing-masing pier memiliki

kapasitas sebesar 20 juta orang per tahun. Dengan bertambahnya jumlah kapasitas

terebut, diharapkan Terminal 3 dapat mengakomodasi jumlah penumpang yang

semakin meningkat pada masa yang akan datang (melayani penerbangan domestik

dan internasional/haji). Selain itu, Terminal 3 perlu mengakomodasi berbagai

jenis kegiatan yang diperuntukkan untuk pengunjung, baik penumpang pesawat

maupun penjemput/pengantar penumpang. Penyediaan berbagai jenis kegiatan

tersebut, dibuat dengan memperhatikan persepsi dan keinginan pengunjung.

Persepsi pengunjung terhadap kawasan Terminal 3 digambarkan dengan

parameter kenyamanan. Berdasarkan hasil kuisioner terhadap pengunjung (30

responden), 45% menyatakan sudah nyaman dan 55% menyatakan tidak nyaman.

Ketidaknyamanan itu terbagi lagi menjadi tiga faktor, yaitu iklim panas

(57,89%), kebisingan (31,58%), dan bau (10,53%). Selanjutnya, dari data yang

sama disebutkan bahwa 46,67% pengunjung menginginkan area rekreasi outdoor,

20% menginginkan rest area, 30% menginginkan foodcourt, dan lainnya 3,33%.

Sedangkan, aktivitas yang ingin dilakukan pada rekreasi outdoor, yaitu berjalan

80

 

mengelilingi hutan kota (33,33%), duduk menikmati pemandangan (56,67 %), dan

lainnya (10%). Berikut dapat dilihat lembar kuisioner bagi pengunjung Terminal 3

pada Lampiran 2 dan hasil kuisioner pada Lampiran 3, serta hasil analisis tapak

dan sintesis Terminal 3 masing-masing pada Gambar 42 dan Gambar 43.

5.2 Sintesis

Hasil sintesis dalam mendesain Terminal 3 didapatkan dari analisis berbagai

aspek, seperti aspek fisik, aspek biofisik, dan aspek sosial, serta pertimbangan dari

Grand Design Bandara Soetta. Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut

didapatkan hasil dari analisis Terminal 3, yaitu perlu diciptakan area konservasi,

dimaksimalkan ruang terbuka hijau dengan vegetasi penaung, dan diminimalkan

area perkerasan. Area konservasi pada Terminal 3 mempunyai fungsi yaitu:

1. mengurangi kebisingan dari aktivitas operasional bandara;

2. mengurangi polusi udara;

3. menciptakan iklim mikro yang nyaman;

4. mengurangi pencemaran pada tanah dan mempertahanan konsistensi tanah;

5. menangkap air hujan, mengurangi run-off, dan meningkatkan cadangan air

tanah;

6. mengurangi pencemaran air dan memperbaiki kualitas air bersih di kawasan

Bandara Soetta;

7. meningkatkan kualitas visual dan sebagai pelembut struktur perkerasan.

Dalam memaksimalkan ruang terbuka hijau dengan vegetasi penaung, perlu

diperhatikan pada pemilihan jenis vegetasi tersebut agar tidak membahayakan

aktivitas operasional bandara. Sedangkan, dalam meminimalkan area perkerasan

ialah dengan membuat gedung parkiran dan memaksimalkan lahan terbuka

dengan penghijauan.

5.3 Konsep

5.3.1 Konsep Dasar

Konsep dasar yang digunakan pada Terminal 3 Bandara Soetta adalah

mewujudkan terminal bandara yang modern dan ramah lingkungan dengan

81

 

82

 

83

 

menciptakan eco-airport. Eco-airport yang dimaksud dalam desain ini adalah

mewujudkan bandara yang efisien dan efektif dalam penggunaan energi, serta

mampu menangani limbah dan dampak negatif operasi bandara dengan bijak agar

pencemaran lingkungan dapat diminimalkan. Dengan mengacu kepada Changi

Airport Master Plan (2007), bahwa bandara yang baik adalah bandara yang

mempunyai kerangka kerja efisien dalam penggunaan energi saat operasional

bandara dan keseimbangan yang optimal dari berbagai fasilitas bandara/

pelayanan untuk menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk pesawat, kargo,

serta pergerakan kendaraan secara maksimal. Tujuan konsep ini antara lain 1)

mewujudkan bandara yang mempunyai visi global lingkungan hidup; 2)

melaksanakan pengelolaan bandara yang terpadu, serasi, dan selaras dengan

lingkungan sekitarnya; dan 3) menyelenggarakan bandara yang dapat mendukung

tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable decelopment).

Konsep eco-airport dideliniasi menjadi tiga bagian menurut Landscape

Master Plan of Brisbane Airport (2009), yaitu: Landscape Sustainability,

Landscape Values, dan Open Space Network. Ketiga bagian tersebut saling terkait

dan mempengaruhi terutama dalam mencapai sustainable airport landscaping.

Landscape sustainability dirancang untuk memastikan lanskap bandara tetap

lestari dan beradaptasi baik dengan lingkungan sekitarnya (kawasan pantai).

Strategi dan aksi yang direncanakan berdasarkan prinsip toleran terhadap

kekeringan (1), tanpa burung dan satwa liar yang menggangu (2), desain lanskap

tropis (3), serta biaya pemeliharaan yang efektif dan efisien (4).

Strategi pencapaian konsep landscape sustainability (prinsip 1 dan 2)

dirancang dengan menggunakan vegetasi lokal yang toleran terhadap kondisi

kurang air dan tidak mengundang burung dan satwa liar, menjaga dan

memperkaya area konservasi (connectivity). Vegetasi tersebut direncanakan

dengan tujuan untuk memperbaiki komponen udara pada tapak, yaitu 1)

menciptakan hutan untuk memperbaiki iklim mikro dan kualitas udara pada tapak;

dan 2) membangun noise barrier installation dengan vegetasi untuk mengurangi

kebisingan dan getaran dari jet blast engine pesawat. Prinsip 3 yang terkait

dengan lanskap tropis dan komponen air, strategi yang dapat dilakukan, yaitu

dengan pengelolaan WTP (Water Treatment Plant) dan sistem drainase yang

84

 

terpelihara, sertadifokuskan kepada pemanfaatan sumberdaya air yang melimpah.

Water catchment dirancang menggunakan groundwater treatment system dengan

aplikasi reuse dan recycle, serta berfungsi mengurangi ruang aktivitas burung dan

satwa liar.

Sinar matahari yang memiliki intensitas tinggi akan dimanfaatkan sebagai

energi alternatif. Pemanfaatan alternatif energi pada bangunan Terminal 3

dirancang dengan menggunakan solar panel untuk penghematan energi dan biaya

sesuai dengan prinsip 4. Selanjutnya, menjalin kerja sama dengan regulator,

airline, dan stakeholder lain dalam pemanfaatan energi secara efektif dan efisien.

Sedangkan, pada penanganan komponen limbah yang terdiri dari bentuk cair dan

padat dilakukan penerapan STP (Sewage Treatment Plant). Limbah padat maupun

cair dari terminal domestik dan internasional diolah sehingga menjadi air bersih

yang dapat dipergunakan untuk keperluan bandara, seperti penyiraman vegetasi di

bandara dan pencucian badan pesawat.

Strategi untuk mencapai prinsip-prinsip dalam konsep landscape

sustainability erat kaitannya dengan pelaksanaan konsep landscape values yang

dirancang untuk meminimalisasi dampak lingkungan, menyeimbangkan area

terbangun, dan menjaga serta mengelola nilai biodiversitas. Landscape values

terdiri dari prinsip biodiversitas dan konektivitas lanskap, kenyamanan visual, dan

pengelolaan sumberdaya air. Selain itu, konsep open space network juga

berpengaruh dengan menyajikan setting lanskap yang atraktif dan inovatif untuk

kenyamanan pengguna. Open space network dirancang dengan prinsip karakter

lanskap, konektivitas dan rekreasi luar ruangan, serta fokus pada pengguna dan

pariwisata. Konsep open space network dilakukan pula untuk menyediakan

konektivitas pejalan kaki dan aktivitas rekreasi luar ruangan. Konektivitas

dirancang untuk menghubungkan seluruh area utama (clusters) dengan aktivitas

utama berjalan (walking). Selain pedestrian paths, diperlukan pula konektivitas

menuju transportasi publik sebagai pendukung penggunaan fasilitas transportasi

publik.

Konsep dasar merupakan suatu tema atau ide utama yang mendasari desain

suatu tapak dan mencakup isi desain secara menyeluruh, yang selanjutnya

dikembangkan menjadi dua bagian utama, yaitu konsep desain dan konsep

85

 

pengembangan. Konsep desain merupakan aplikasi dari konsep dasar yang

diterjemahkan kedalam elemen-elemen desain pada tapak. Sedangkan, konsep

pengembangan merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep desain yang

terdiri dari konsep tata ruang, konsep fasilitas, konsep sirkulasi, konsep vegetasi,

dan konsep visual.

5.3.2 Konsep Desain

Mendesain kawasan Terminal 3 Bandara Soetta merupakan upaya untuk

meningkatkan fungsi tapak sebagai tempat pelayanan jasa di dalam operasi

bandara. Peningkatan nilai fungsi tapak tersebut bertujuan agar dapat

dimanfaatkan dengan baik secara nyaman dan aman bagi pengguna, serta dapat

melestarikan lingkungan sekitar dengan tetap menjaga kestabilan kondisi biofisik

kawasan.

Konsep desain merupakan penerapan dari konsep dasar yang menentukan

bentukan atau pola desain pada tapak. Konsep desain yang akan dikembangkan

pada kawasan ini adalah Tropical Rainforest. Konsep ini akan menghadirkan

permainan strata ketinggian dan bentuk tajuk vegetasi, serta keberagaman

keanekaragaman hayati dengan vegetasi lokal sebagai hasil transformasi dari

lanskap hutan hujan tropis. Konsep Tropical Rainforest didefinisikan sebagai

turunan dari konsep dasar (eco-airport) dengan cara menciptakan hutan hujan

tropis pada kawasan Terminal 3. Dengan hadirnya hutan tersebut, maka

diharapkan lanskap pada kawasan terminal 3 dapat berkelanjutan.

Konsep yang akan dikembangkan ini selaras dengan tujuan eco-airport,

yaitu dengan memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup di dalam

eco-airport. Dengan menggunakan konsep Tropical Rainforest, maka didalam

proses desain pada tapak akan memperhatikan komponen udara, air, energi, tanah,

limbah dan lingkungan alamiah. Namun, faktor yang menjadi hal utama untuk

diperhatikan dari penggunaan konsep ini ialah mengontrol kualitas udara, baik

dari polusi udara (seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan debu) maupun

kebisingan atau noise.

Desain tropis dalam memanfaatkan lama penyinaran matahari (12 jam)

dilakukan dengan mengatur posisi elemen lanskap untuk fungsi kenyamanan.

86

 

Biodiversitas tinggi sebagai ciri dari tropis diekspresikan dengan menggunakan

ragam jenis tanaman lokal tropis serta mudah dipelihara sebagai upaya efektivitas

biaya pengelolaan (prinsip 4). Karakter lanskap dalam ruang terbuka diupayakan

menjadi identitas bagi bandara. Introduksi nilai lanskap yang mencirikan hutan

hujan tropis menjadi pilihan tepat untuk menciptakan sense of belonging bagi

warga negara Indonesia khususnya dan umumnya bagi pendatang sebagai

identitas dari Indonesia. Berikut dapat dilihat pada Gambar 44 mengenai Ilustrasi

konsep desain pada Terminal 3.

Gambar 44 Ilustrasi Konsep Desain pada Terminal 3

5.3.3 Konsep Pengembangan

Konsep pengembangan merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep

desain. Konsep pengembangan harus didasarkan pada konsep desain Tropical

Rainforest, agar sesuai dengan tema konsep dasar (eco-airport). Konsep

pengembangan di Terminal 3 Bandara Soetta diaplikasikan dalam bentuk konsep

tata ruang, konsep fasilitas, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, dan konsep visual.

5.3.3.1 Konsep Tata Ruang

Tapak pada Terminal 3 Bandara Soetta akan dibagi kedalam beberapa

ruang. Pembagian ruang dibuat berdasarkan karakteristik yang dimiliki tiap ruang

dan kesesuaian ruang terhadap fasilitas pengguna tapak. Konsep ruang

dikembangkan dengan pendekatan integrated clusters. Konsep ruang tersebut

87

 

selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa zona, yaitu zona penerimaan, zona

pelayanan, zona pemanfaatan, zona konservasi, dan zona pembatas. Ruang yang

akan dikembangkan bertujuan agar dapat menyediakan ruang untuk memudahkan

aktivitas pengguna dan menyeimbangkan dengan lingkungan di sekitarnya.

Zona Penerimaan. Pada saat awal memasuki Terminal 3 Bandara Soetta,

maka pengunjung akan melalui zona ini. Zona ini berfungsi utuk menerima

pengunjung yang hadir ke Terminal 3, sehingga dapat disebut juga sebagai area

penerimaan pengunjung terminal bandara. Ruang penerimaan difungsikan sebagai

ruang display utama yang menjadi penciri. Fasilitas yang mendukung zona ini

adalah jalan masuk bagi pejalan kaki, kendaraan (seperti motor, mobil, dan bus),

dan akses pengunjung dari stasiun kereta api bandara, serta gerbang masuk. Zona

ini harus ditata dengan baik dan menarik agar memudahkan pengunjung untuk

melihat letaknya dan mengakses Terminal 3.

Zona Pelayanan. Zona ini berfungsi memberikan pelayanan kepada

pengunjung yang didalamnya terdapat sarana dan prasarana Terminal 3. Fasilitas

yang terdapat pada zona ini yaitu bangunan Terminal 3 dengan jumlah 5 pier, car

park building, rest area, ruang tunggu, ruang menyusui, konter air siap minum,

toilet, dan berbagai fasilitas komersil (seperti snack bar, restoran/ cafe, mini

market, ATM, dan bisnis retail). Sedangkan, kegiatan yang berlangsung di zona

ini ialah berbagai aktivitas utama selama operasi bandara, seperti menurunkan dan

menaikkan penumpang, menunggu kedatangan dan keberangkatan pesawat, check

in, check beggage, parkir kendaraan, berbelanja, dan melakukan kepentingan

bisnis.

Zona Pemanfaatan. Zona ini merupakan inovasi untuk mengakomodasi

kebutuhan tambahan bagi pengguna Terminal 3. Berdasarkan acuan Landscape

Master Plan of Brisbane Airport (2009), suatu bandara perlu menyediakan akses

publik dan jaringan ruang terbuka dengan mengakomodasi aktivitas rekreasi

outdoor untuk kenyamanan pengguna. Oleh karena itu, zona ini berfungsi untuk

menyediakan area publik terbuka, seperti rekreasi outdoor dan biodiversity

boardwalk. Selain itu, aktivitas yang dapat dilakukan ialah interpretasi, duduk-

duduk, dan berjalan kaki. Fasilitas yang terdapat pada zona ini adalah boardwalk,

88

 

foodcourt, bangku dan meja taman. Dengan adanya zona ini, maka harapannya

pengguna akan memperoleh manfaat edukasi ruang terbuka.

Zona Konservasi. Merupakan zona penghijauan dengan pepohonan yang

mempunyai daya serap terhadap polutan dan tingkat kebisingan tinggi. Dengan

adanya zona ini, maka diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro dengan

menjaga kualitas suhu udara di Terminal 3. Ruang konservasi difungsikan sebagai

ruang yang menjaga keseimbangan dan keselarasan bangunan dengan lingkungan

sekitar, untuk memperbaiki kualitas air, udara, dan tanah pada kawasan bandara.

Aktifitas yang terdapat pada zona ini sangat terbatas, hanya untuk pengelola

bandara dan pihak terkait.

Zona Pembatas. Merupakan area border antara bangunan Terminal 3 dengan

area Apron dan Taxiway. Zona ini ditumbuhi dengan vegetasi pembatas yang

terdiri dari perdu rendah dan vertical greenery. Ruang penyangga difungsikan

sebagai ruang pembatas antar ruang untuk keamanan, keselamatan, dan

kenyamanan pengguna bandara. Selain itu, fungsinya adalah untuk mengurangi

pengaruh secara langsung dari berbagai pengaruh negatif, seperti kebisingan,

polusi udara, dan sinar matahari secara langsung. Namun, pada area ini tidak ada

aktifitas yang diperbolehkan.

Hubungan antar ruang. Pada konsep tata ruang Terminal 3 Bandara Soetta

terdapat hubungan antar ruang yang dibagi menjadi dua, yaitu hubungan antar

ruang secara langsung dan hubungan antar ruang secara tidak tidak langsung.

Hubungan antar ruang secara langsung didefinisikan sebagai hubungan yang

terdapat pergerakan/ perpindahan pengguna tapak dari satu ruang ke ruang lainnya

secara langsung. Sedangkan, hubungan tidak langsung adalah hubungan yang

tidak terdapat perpindahan pengguna/ hanya menikmati pemandangannya.

Hubungan antar ruang secara langsung terdapat pada zona pelayanan

dengan zona penerimaan, zona pelayanan dengan zona pemanfaatan, dan zona

pelayanan dengan zona pemanfaatan. Zona pelayanan, zona pemanfaatan, dan

zona penerimaan merupakan zona yang memiliki aktivitas tinggi bagi pengguna

Terminal 3 Bandara Soetta. Hubungan antar ruang secara tidak langsung terdapat

pada zona pelayanan dengan zona konservasi, zona pemanfaatan dengan zona

konservasi, zona pelayanan dengan zona pembatas, zona penerimaan dengan zona

89

 

pembatas. Zona konservasi dan zona pembatas merupakan zona yang sangat

terbatas untuk diakses (khusus untuk pihak pengelola bandara), sehingga

pengguna lainnya hanya sebatas menikmati pemandangannya. Berikut dapat

dilihat pada Gambar 45 mengenai konsep tata ruang Terminal 3.

5.3.3.2 Konsep Sirkulasi

Jalur sirkulasi yang akan direncanakan pada tapak, yaitu jalur pejalan kaki,

kendaraan, dan jalur kereta api bandara (sesuai Master Plan Bandara Soetta). Pada

jalan menuju pintu masuk perlu diberi vegetasi pengarah jalan untuk menarik

perhatian pengunjung dengan menciptakan sequence dan memudahkan

interpretasi pengunjung terhadap tapak. Selain itu, terdapat gerbang masuk untuk

memperkuat akses penerimaan. Pada jalan kendaraan di dalam tapak berbentuk

satu arah dengan pintu keluar yang berbeda, serta dibagi menjadi dua jalan utama

dengan fungsi jalan pertama sebagai jalur keberangkatan penumpang dan jalan

kedua sebagai jalur kedatangan penumpang. Rencana jalur kereta api bandara

akan melintas dari arah timur ke barat kawasan bandara dan berhenti di stasiun

yang berada di Terminal 3, serta akan menghubungkan dengan terminal 2 dan 1.

Selanjutnya, jalur pejalan kaki berada di sepanjang jalan Terminal 3 dan di zona

pemanfaatan sebagai sirkulasi rekreasi outdoor.

Berdasarkan Master Plan Bandara Soetta, infrastruktur yang akan

dikembangkan menggunakan konsep integrated connectivity, dimana built-area

dikembangkan untuk memudahkan pengguna dalam memaksimalkan akses

terhadap fasilitas bandara pada satu kawasan yang terintegrasi. Dalam

pengembangan konsep tersebut, terdapat koneksi antara bangunan Terminal 3

dengan ruang terbuka dan konservasi disekitarnya untuk aktivitas dan sirkulasi/

pergerakan pengguna bandara. Berikut dapat dilihat pada Gambar 46 mengenai

konsep sirkulasi Terminal 3.

5.3.3.3 Konsep Fasilitas

Fasilitas pada tapak disediakan berdasarkan pertimbangan kebutuhan

pengguna, baik dari pihak pengunjung maupun pengelola, serta penyesuaian

terhadap letak, fungsi, dan estetika pada tapak. Fasilitas-fasilitas pendukung yang

90

 

91

 

92

 

akan direncanakan pada tapak, antara lain: 1) stasiun kereta api dan monorail,

sebagai penghubung akses transportasi kereta ke bandara dan antar terminal di

bandara; 2) fasilitas komersial, sebagai pusat perbelanjaan untuk melayani

pengguna terminal bandara; 3) car park building, sebagai area parkir bertingkat

untuk mengakomodasi parkir kendaraan yang sementara maupun menginap

(mobil dan motor) dengan jumlah kapasitas yang besar; 4) rest area dan

foodcourt, sebagai area tunggu dan peristirahatan bagi pengunjung yang berada di

luar bangunan utama Terminal 3 untuk menikmati suasana taman lingkungan; 5)

berbagai fasilitas pelayanan bandara, seperti ruang tunggu yang berfungsi sebagai

tempat menunggu boarding pesawat, ruang menyusui, check in, check begagge,

smoking area, dan toilet; 6) boardwalk, sebagai jalur pejalan kaki yang berfungsi

mengakomodasi rekreasi outdoor pada taman lingkungan Terminal 3. Seluruh

fasilitas yang ada pada di Terminal 3 ini direncanakan agar dapat digunakan oleh

semua golongan usia, baik anak-anak maupun dewasa.

5.3.3.4 Konsep Vegetasi

Vegetasi yang akan dikembangkan, bertujuan untuk mendukung aktivitas,

menarik perhatian pengguna, dan memberikan kenyamanan bagi pengguna.

Vegetasi yang digunakan dominannya merupakan tanaman yang mendukung

konsep desain Tropical Rainforest, yaitu berbatang keras, bertajuk rindang, dan

tidak menghasilkan biji serta bunga yang dapat menarik perhatian hewan untuk

datang (yang disesuaikan dengan syarat vegetasi untuk kawasan bandara).

Penempatan vegetasi sesuai dengan kebutuhan ruang dan fungsi yang akan

diciptakan pada tapak. Selanjutnya, konsep vegetasi ini dibagi berdasarkan fungsi,

yaitu vegetasi peneduh, pembatas, pengarah, estetis, dan vegetasi konservasi.

Vegetasi peneduh berfungsi untuk menyerap panas matahari, menurunkan

suhu, dan menciptakan iklim mikro yang nyaman; vegetasi pembatas berfungsi

untuk membatasi interaksi langsung banguna Terminal 3 dengan lingkungan

sekitar; vegetasi pengarah berfungsi untuk mengarahkan jalan bagi pengguna

sirkulasi; vegetasi estetis berfungsi untuk memberikan nilai estetika dan

meningkatkan kualitas visual; dan vegetasi konservasi berfungsi untuk menjaga/

memperbaiki kualitas air dan udara. Sedangkan, klasifikasi fungsi pohon dapat

93

 

dibedakan berdasarkan beberapa aspek, seperti aspek arsitektural (Tabel 5) dan

aspek engineering (Tabel 6). Identifikasi fungsi pohon ini dapat ditentukan

berdasarkan sifat morfologi dan karakteristik pohon yang telah diklasifikasikan.

Tabel 5 Identifikasi Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Arsitektural

Fungsi Arsitektural Identifikasi Image

Tajuk Jenis Pohon

Membentuk Dinding

• Tajuk berkolom atau piramid

Paraserianthes falcataria

Membentuk Ruang dan Menempati Ruang

• Bentuk tajuk bulat atau tidak beraturan

Santalum abum

• Memiliki warna yang menarik

Kontrol Privasi • Percabangan rendah

Syzygium oleana • Kerapatan daun tinggi

Pembatas • Tajuk pohon berbentuk oval atau bulat

Ficus Pandurata

• Kerapatan daun tinggi Pengarah • Tajuk pohon berbentuk

bulat, berkolom atau piramid memberi Naungan

Samanea saman, Chrysalidacarpus lutescens • Tajuk menjurai/bulat/kubah

• Kerapatan daun tinggi

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

Konsep vegetasi yang direncanakan mengacu kepada pemenuhan

persyaratan vegetasi yang terdapat pada kawasan bandara, yaitu keselamatan,

keamanan, dan kenyamanan (berdasarkan Grand Desain Bandara Soetta).

Persyaratan keselamatan direncanakan dengan menggunakan tanaman toleran

kondisi kurang air, tidak mengundang burung dan satwa liar pengganggu

penerbangan. Persyaratan keamanan dicapai dengan menggunakan tanaman yang

mencegah kejahatan dari atau bagi pengguna. Sedangkan, Persyaratan

kenyamanan diaktualisasikan dengan menggunakan tanaman dengan fungsi

ameliorasi iklim, amenity dan estetik. Berikut dapat dilihat pada Gambar 47

mengenai konsep vegetasi Terminal 3.

94

 

Tabel 6 Identifikasi Kegunaan Vegetasi Berdasarkan Fungsi Engineering

Fungsi Engineering Identifikasi Image

Tajuk Jenis Pohon

Kontrol Erosi

• Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Eusideroxy zwageri

• Permukaan daun berambut • Bentuk pertumbuhan konifer

• Batang pohon kasar • Percabangan horisontal • Pohon yang memiliki akar serabut

Kontrol Suara

• Kerapatan daun tinggi

Aquilaria malacensis, Swietenia macrophylla

• Daun yang berdaging tebal

• Percabangan rendah Kontrol Visual

• Kerapatan daun tinggi Samanea saman • Bentuk tajuk yang menarik seperti

bulat, piramid, berkolom, menjurai • Pohon yang memiliki bunga dengan warna yang menarik

Kontrol Polusi Udara

• Permukaan daun berambut

Swietenia macrophylla, Ficus Pandurata

• Bentuk pertumbuhan deciduous dan konifer sangat efektif dalam mengurangi polusi udara • Pohon yang memiliki aroma harum

Kontrol Jalan

• Pohon memiliki bentuk tajuk yang menarik, seperti piramid, berkolom, menjurai

Samanea saman, Syzygium oleana • Tidak memiliki ketinggian yang dapat

menghalangi pandangan pengguna jalan • Pohon tidak menghasilkan buah yang besar • Daya tumbuh tidak agresif

Kontrol Cahaya

• Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Paraserianthes falcataria, Santalum abum

• Percabangan pendek • Pohon dengan tajuk bulat/kubah/tidak beraturan/menjurai

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

95

 

96

 

5.3.3.5 Konsep Visual

Mata menjadi sensor utama dalam menciptakan suatu persepsi (visual

perception). Dengan demikian, diperlukan penggunaan elemen lanskap yang

mampu menciptakan persepsi yang baik tentang bandara. Pemanfaatan visual

dikembangkan berdasarkan konsep scenic amenity dimana mata akan dimanjakan

dengan beragam atraksi visual yang mencerminkan konsep Tropical Rainforest.

Dengan konsep ini, maka akan diciptakan suasana hutan hujan tropis pada lanskap

kawasan Terminal 3 yang akan mendukung eco-airport.

Hutan hujan tropis terkenal karena adanya pelapisan atau stratifikasi. Hal ini

terjadi karena adanya populasi campuran didalamnya yang disusun secara vertikal

dengan jarak tidak teratur. Menurut Ewusie (1980), hutan hujan tropis

menampilkan tiga lapisan pohon, yaitu lapisan atas (tingkat A) terdiri dari

pepohonan setinggi 30-45 m dengan tajuk yang diskontinu; lapisan pepohonan

kedua (tingkat B) terdiri dari pohon dengan tinggi sekitar 18-27 m dengan tajuk

yang kontinu sehingga membentuk kanopi; dan lapisan pepohonan ketiga (tingkat

C) terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 8-14 m cenderung membentuk

lapisan yang rapat. Selain itu, terdapat lapisan semak belukar yang tingginya

kurang dari 10 m. Berikut dapat dilihat pada Gambar 48 mengenai diagram

konsep (conceptual diagram) Terminal 3.

5.4 Desain Lanskap Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Dalam rangka mewujudkan pembangunan bandara dan operasional yang

berkelanjutan, perlu mempertimbangkan perencanaan desain dan konstruksi.

Menurut ASEAN-Japan Eco-Airport Guidline, pertimbangan perencanaan desain

antara lain: 1) noise management; 2) atmosphere pollution prevention; 3)

environmental mitigation; 4) Energy Conservation; 5) Waste Control; 6) Water

recycling; dan 7) Social economic impact. Sedangkan, pertimbangan konstruksi

yaitu: 1) noise management; 2) atmosphere pollution prevention; 3) water quality;

4) environmental mitigation; 5) land use management; 6) energy conservation; 7)

waste control; dan 8) water recycling.

97

 

98

 

Selain itu, dalam setiap desain yang dibuat pada Terminal 3 harus mampu

memenuhi persyaratan suatu bandara yang dikatakan ecoairport. Berdasarkan

Narita Eco-Airport Master Plan (2010), pembuatan eco-airport memiliki

beberapa ruang lingkup yang harus diperhatikan (Tabel 7).

Tabel 7 Ruang Lingkup Eco-Airport

Ruang Lingkup No Kriteria

Lingkungan Lokal

1 Mengurangi efek noise penerbangan 2 Mengurangi dampak penurunan kualitas udara pada area lokal

sekitar bandarva3 Mengurangi dampak pencemaran air

Lingkungan Global

4 Mengurangi emisi polutan atmosfer 5 Mengurangi emisi gas rumah kaca 6 Mempromosikan pengurangan konsumsi energi

Sumber Daya Daur

Ulang

7 Mempromosikan hemat penggunaan air 8 Mempromosikan pengurangan limbah dan daur ulang

Lingkungan Alam

9 Melestarikan alam disekitar bandara 10 Bekerjasama untuk merevitalisasi pertanian daerah lokal disekitar

bandara

Berdasarkan tinjauan kriteria dalam eco-airport tersebut, terdapat tiga hal yang

paling penting untuk diperhatikan, yaitu mengurangi emisi polutan atmosfer,

mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan limbah,

serta daur ulang limbah. Langkah desain yang dilakukan pada Terminal 3 untuk

memenuhi kriteria eco-airport dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3

No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3

1 Mengurangi efek noise penerbangan

a. Membuat penyangga noise dengan vegetasi evergreen

b. Menggunakan bahan kedap suara yang dapat meredam noise

c. Menggunakan vegetasi yang memiliki kerapatan daun tinggi

d. Membuat pola penanaman yang memiliki ketinggian

berbeda untuk mengendalikan angin

e. Menanami di setiap zona dengan pohon yang

berkanopi tertutup

99

 

Tabel 8 Lanjutan

No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3

2 Mengurangi dampak penurunan kualitas udara di sekitar bandara

a. Membuat zona konservasi

b. Dominan menggunakan pohon peneduh untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman

c. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara (monorail)*

d. Menggunakan materi perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat mendinginkan suhu

3 Mengurangi dampak pencemaran air

a. Membuat zona konservasi

b. Mengalirkan limbah buangan ke WTP untuk diolah kembali

c. Melengkapi draenase dengan sistem Water Retention* 4 Mengurangi

emisi polutan atmosfer (NOx)***

a. Membuat zona konservasi

b. Menggunakan vegetasi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap polutan

c. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara (monorail)*

d. Meningkatkan pengenalan terhadap pengurangan polusi pada penerbangan dengan sistem GPU (Ground Power Unit)*

e. Menggunakan kendaraan operasional beremisi rendah*

f. Menggunakan lampu penerangan dengan solar sel dan

LED (Light Emitting Diodes)*

g. Menggunakan Photo-catalyst pada bangunan Terminal 3*

5 Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2)***

a. Membuat zona konservasi

b. Menggunakan vegetasi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap CO2 tinggi

c. Membuat gedung parkiran yang dilengkapi dengan vertical greenary

d. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara

(monorail)*

f. Meningkatkan pengenalan terhadap penerbangan yang

berbahan bakar efisien*

g. Menggunakan kendaraan operasional beremisi

rendah*

h. Menggunakan lampu penerangan dengan solar sel dan

LED (Light Emitting Diodes)*

i. Mengurangi konsumsi energi dengan mengatur penerangan, AC, ventilasi, dan jam operasi*

6 Mengurangi konsumsi energi

a. Mengurangi lawn area dan penggunaan rumput

b. Menggunakan dominan material transparan untuk menghemat penerangan bangunan

100

 

Tabel 8 Lanjutan

No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3

c. Menanam pohon peneduh di sekitar bangunan sebagai

penghalang dari sinar matahari

d. Menggunakan solar panel sebagai alternatif energi

dalam penerangan*

e. Menggunakan vegetasi yang minimum dalam

pemeliharaan

f. Menggunakan penerangan dengan LED pada Taxiway dan Terminal 3*

7 Hemat dalam penggunaan air

a. Mengurangi lawn area dan penggunaan rumput

b. Menggunakan vegetasi yang minimum dalam konsumsi air

c. Menggunakan air hasil daur ulang WTP untuk menyirami vegetasi di Terminal 3

8 Mengurangi limbah dan daur ulang***

a. Membuat tempat sampah yang membagi kedalam 3 bagian untuk disortir kembali

b. Membuat sistem daur ulang sampah organik menjadi kompos untuk pupuk vegetasi*

c. Membuat sistem daur ulang air hujan* 9 Melestarikan

alam disekitar bandara

a. Membuat zona konservasi

b. Melakukan penghijauan di sekitar Terminal 3

c. Membuat taman lingkungan di Terminal 3

10 Bekerjasama untuk merevitalisasi pertanian disekitar bandara

a. Menggunakan vegetasi hasil budidaya (nursery) masyarakat di sekitar bandara

b. Mengumpulkan sampah organik untuk dijadikan pupuk oleh masyarakat sekitar

Keterangan : *** = Kriteria yang paling penting dalam eco-airport. * = Pendekatan teknologi

Dari hasil desain yang akan diterapkan untuk memenuhi kriteria eco-airport

di Terminal 3, terdapat kriteria yang diperlukannya kerjasama dengan semua

stakeholder terkait. Dalam rangka mewujudkan konsep eco-airport, pendekatan

desain lanskap merupakan faktor utama. Setelah itu, diperlukan pendekatan

teknologi dan desain bangunan yang mendukung konsep eco-airport tersebut.

Desain secara keseluruhan pada Terminal 3 menggunakan perpaduan antara

hard dan soft material yang dapat dilihat didalam Site Plan. Selain itu, dilakukan

kombinasi antara garis organik dengan geometrik secara harmonis dengan tetap

101

 

mempertahankan prinsip desain, yaitu tema, kontras, gradasi, dan keseimbangan.

Berdasarkan tahapan konsep, desain yang akan dilakukan telah dibagi menjadi

dua bagian, yaitu desain elemen keras yang terdiri dari konsep sirkulasi dan

konsep fasilitas; dan elemen lunak, seperti konsep vegetasi dan konsep visual.

Desain Terminal 3 Bandara Soetta disajikan dalam bentuk gambar site plan,

planting plan, potongan, perspektif, dan detail elemen taman.

Desain Terminal 3 menggunakan pola penanaman vegetasi yang organik

dan tidak teratur sehingga bentukan perbedaan strata kanopi vegetasi dapat terlihat

dengan jelas sebagai hasil transformasi dari hutan hujan tropis, serta peletakan

service area (foodcourt) di dekat gedung parkiran dan biodiversity boardwalk

yang berfungsi untuk memudahkan akses pengguna. Pengguna service area

tersebut ialah pengunjung dan pengelola bandara. Keunggulan dari pemilihan

vegetasinya, yaitu 87,5 % vegetasinya merupakan tanaman lokal asli Indonesia

dan 33,3 % vegetasinya memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap polutan.

Didalam desain ini, terdapat sejumlah ruang kosong (lawn area) agar matahari

masih bisa masuk ke permukaan tanah sehingga kelembabannya terjaga, serta

mencegah hewan liar (khususnya jenis Aves) untuk datang dan berkembangbiak

akibat rimbunnya pepohonan, khususnya area konservasi.

Area Terminal 3 memiliki luas sebesar 100,55 Ha yang terdiri dari

bangunan utama Terminal 3, Apron, gedung parkiran, stasiun, fasilitas-fasilitas

Terminal 3, jalus sirkulasi, dan ruang terbuka hijau (RTH). Luas bangunan utama

Terminal 3 adalah 26,26 Ha (kapasitas 20 juta orang) dan Apron adalah 20,71 Ha

(kapasitas boarding pesawat 18 unit). Gedung parkiran memiliki luas sebesar 6

Ha dengan kapasitas motor dan mobil masing-masing sebesar 4.500 unit dan

15.750 unit. Stasiun memiliki luas sebesar 1,6 Ha (kapasitas 5 juta orang). Luas

Fasilitas-fasilitas Terminal 3 sebesar 0,6 Ha dan jalur sirkulasi sebesar 1,3 Ha.

RTH memiliki luas sebesar 43,48 Ha yang terdiri dari area konservasi sebesar

21,82 Ha dan non konservasi (taman lingkungan, vegetasi display, peneduh, dan

pembatas) sebesar 21,66 Ha, sehingga persentase total RTH di Terminal 3 adalah

43,2 %. Berikut mengenai Site Plan Terminal 3 (Gambar 49) dan Blow up Site

Plan Terminal 3 (Gambar 50).

102

 

103

 

104

 

5.4.1 Sirkulasi

Jalur sirkulasi yang ada pada tapak terdiri dari jalur kendaraan dan jalur

pejalan kaki. Jalur kendaraan dibagi lagi menjadi dua jalur sejak di zona

penerimaan, yaitu jalur kedatangan penumpang dan jalur keberangkatan

penumpang. Pembagian jalur kendaraan ini berfungsi untuk menghindari konflik

penumpukan jumlah kendaraan yang ingin menurunkan maupun menjemput

penumpang. Jalur kendaraan ini dibuat satu arah dengan pintu masuk dan keluar

yang berbeda. Sedangkan, jalur dua arah hanya terdapat pada akses keluar-masuk

gedung parkiran. Material yang digunakan pada jalur kendaraan ini adalah beton

dicampur dengan aspal.

Jalur pejalan kaki dibedakan menjadi dua bagian, yaitu jalur primer (untuk

aktivitas berjalan kaki utama) dan jalur sekunder (untuk biodiversity boardwalk).

Untuk mengurangi kesan monoton pada jalur pejalan kaki ini digunakan material,

warna, dan tekstur perkerasan yang berbeda, namun tetap disesuaikan dengan

aktivitas ruang. Perbedaan tekstur pada lantai dapat digunakan untuk

menunjukkan arah sirkulasi dan menghilangkan kesan monoton (Hakim, 2002).

Penggunaan warna dingin dapat menyerap sinar matahari lebih baik untuk

kenyamanan pengunjung dan menghasilkan ukuran ruang yang tampak lebih luas

(Mutiara, 2006).

Jalur sirkulasi primer dibuat dengan sesuai standar dua sampai empat orang

berjalan berdampingan dengan material granit blok, sedangkan jalur sirkulasi

sekunder juga dibuat dengan standar tiga orang berjalan berdampingan dengan

material kayu diatas tanah setinggi 20 cm. Kedua jalur tersebut dapat saling

terhubung satu sama lain dengan berbagai fasilitas, seperti bangunan Terminal 3,

stasiun kereta api bandara, area rekreasi outdoor, area foodcourt, dan gedung

parkiran. Sirkulasi kereta api bandara melintas diatas permukaan tanah setinggi 5

m dari arah bak penampungan air ke Terminal 2. Berikut mengenai jalur sirkulasi

(Gambar 51) dan perspektif jalur sirkulasi di Terminal 3 (Gambar 52).

105

 

Gambar 51 Jalur Sirkulasi Terminal 3

5.4.2 Fasilitas

Pengembangan ruang dengan aktivitas dan fungsi yang beragam

membutuhkan berbagai fasilitas. Fasilitas yang baik akan mendukung

kenyamanan dan kemudahan pengguna Terminal 3. Penentuan fasilitas harus

didasarkan pada fungsi ruang dan aktivitas pengguna tapak. Pengadaan fasilitas

juga harus memperhatikan bahan dan material yang digunakan. Bahan material

yang digunakan harus tahan lama, ramah lingkungan, dan aman bagi pengguna

tapak. Penempatan fasilitas pendukung harus menyesuaikan dengan kondisi tapak.

Berikut mengenai fasilitas pendukung (Tabel 9) dan gambar detail konstruksi

(Lampiran 4-17).

Tabel 9 Fasilitas Pendukung Terminal 3

No Fasilitas Jumlah Luas Total (m²) Spesifikasi

1 Gerbang 1 20 Batu Bata dan Beton 2 Shelter (drop off) 10 505 H-Beam, Fiber, dan Kaca 3 Pos jaga 3 31 3,2 m x 3,2 m 4 Penerangan (lighting) 57 45 Besi dan Alumunium5 Gazebo (rest area) 7 101 Concrete dan H-Beam 6 Foodcourt 1 298 15 m x 22 m 7 Gedung Parkiran 1 60.600 3 Level

8 Stasiun Kereta Api Bendara 1 16.059 2 Level

9 Biodeversity boardwalk 1 625 Kayu dan Batu Kali

10 Jalur Pejalan Kaki 3 7.722 Granit Blok 11 Tempat sampah 30 15 Aluminium

106

 

107

 

1. Gerbang

Gerbang merupakan land mark yang berfungsi sebagai penanda dan

pengarah bagi pengunjung yang ingin memasuki Terminal 3. Gerbang yang

direncanakan terdiri dari dua unit, yaitu satu unit terletak di bagian depan pintu

masuk area penerimaan Terminal 3 yang berfungsi sebagai pintu masuk dan satu

unit di bagian pintu keluar Terminal 3. Bentukan gerbang ini merupakan turunan

dari gapura tradisional yang ditransformasikan dengan suasana tropis modern.

Gerbang ini dilengkapi dengan vertical greenary pada dinding gerbang, kolam air

mancur pada sisi diantara kolom dinding gerbang, dan lampu penerangan pada

bagian bawah. Sedangkan, bahan utama yang digunakan ialah batu bata dan

beton. Berikut dapat dilihat pada Gambar 53 mengenai ilustrasi gerbang.

Gambar 53 Ilustrasi Gerbang

2. Shelter (drop off)

Shelter (drop off) merupakan fasilitas yang digunakan untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang kendaraan. Shelter yang direncanakan pada Terminal 3

berjumlah sepuluh unit dan ditempatkan pada jalur kendaraan kedatangan

penumpang, yang masing-masing dua unit terletak pada setiap pier di Terminal 3.

Setiap shelter dilengkapi dengan ruangan, tempat duduk, dan papan reklame.

Selain itu, terdapat vertical greenary pada kolom tiang besar dan atap shelter.

Bahan utama yang digunakan adalah fiber, H-beam, dan kaca. Berikut dapat

dilihat pada Gambar 54 mengenai ilustrasi shelter (drop off).

108

 

Gambar 54 Ilustrasi Shelter (drop off)

3. Pos Jaga

Pos jaga merupakan fasilitas yang berfungsi untuk mengontrol keamanan di

Terminal 3. Pos jaga yang direncanakan di Terminal 3 sebanyak tiga unit.

Masing-masing penempatan pos jaga tersebut terletak di pintu masuk kendaraan

satu unit dan pada area biodiversity boardwalk dua unit. Bahan utama yang

digunakan adalah batu bata, concrete dan fiber. Berikut dapat dilihat pada Gambar

55 mengenai ilustrasi pos jaga.

Gambar 55 Ilustrasi Pos Jaga

4. Penerangan (lighting)

Penerangan (lighting) merupakan fasilitas tapak yang berfungsi untuk

menunjang kenyamanan dan keamanan aktivitas dimalam hari. Selain itu,

penerimaan cahaya dari fasilitas penerangan diharapkan memberi susana malam

yang hangat dan indah pada Terminal 3. Fasilitas penerangan yang direncanakan

pada Terminal 3 dibagi kedalam dua jenis, yaitu lampu jalan berjumlah 27 unit

dan lampu taman berjumlah 30 unit. Tipe penerangan yang digunakan adalah

109

 

spreadlighting, yaitu tipe lampu taman yang menyebar kesegala arah, namun tidak

kearah atas agar tidak membahayakan keselamatan penerbangan. Sedangkan,

bahan utama yang digunakan ialah besi dan alumunium. Fasilitas penerangan

diletakkan di masing-masing ruang dan objek-objek tertentu yang menjadi point

of interest. Berikut dapat dilihat pada Gambar 56 mengenai ilustrasi penerangan

(lighting).

Gambar 56 Ilustrasi Penerangan (lighting)

5. Gazebo (rest area)

Gazebo (rest area) merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai area

pemberhentian sementara bagi pengunjung yang lelah mengelilingi Terminal 3

dan sebagai tempat peristirahatan bagi pengunjung yangsedang berjakan-jalan

mengelilingi taman lingkungan, serta sebagai titik pandang melihat pemandangan

hutan kota dan suasana Terminal 3. Bahan yang utama digunakan concrete dan H-

beam. Setiap Gazebo dilengkapi dengan bangku duduk dan ditempatkan pada

zona pemanfaatan berjumlah tujuh unit. Berikut dapat dilihat pada Gambar 57

mengenai ilustrasi gazebo.

Gambar 57 Ilustrasi Gazebo

110

 

6. Foodcourt

Foodcourt merupakan fasilitas yang menyediakan berbagai jenis pilihan

makanan yang dijual dalam satu tempat. Foodcourt ini terletak di sebelah timur

Stasiun KA Bandara dan direncanakan pada zona pemanfaatan, dilengkapi dengan

kursi dan meja makan yang terbagi kedalam dua jenis ruang, yaitu ruang AC

(indoor) dan Non-AC (outdoor), serta terdapat vertical greenary pada penanda

foodcourt. Bahan utama yang digunakan adalah batu bata, beton, batu alam, dan

concrete. Berikut dapat dilihat pada Gambar 58 mengenai ilustrasi foodcourt.

Gambar 58 Ilustrasi Foodcourt

7. Gedung Parkiran

Gedung parkiran yang direncanakan pada Terminal 3 merupakan fasilitas

gedung bertingkat yang berfungsi untuk mengakomodasi parkir kendaraan pribadi

(mobil dan motor), baik sementara maupun menginap. Gedung parkiran ini

memiliki tiga lantai untuk parkir dan bagian atap untuk tempat solar panel dan

perangkat lainnya. Selain itu, setiap sisi bagian gedung parkiran yang terbuka di

beri rangka jaring-jaring untuk ditanami vegetasi merambat sebagai vertical

greenary, berfungsi untuk melembutkan struktur bangunan dan menyerap polusi

kendaraan didalam gedung parkiran. Bahan utama yang digunakan adalah beton,

concrete, batu bata, dan rangka besi. Berikut dapat dilihat pada Gambar 59

mengenai ilustrasi gedung parkiran.

111

 

Gambar 59 Ilustrasi Gedung Parkiran

8. Stasiun Kereta Api Bandara (KA Bandara)

Stasiun Kereta Api Bandara (KA Bandara) merupakan fasilitas pendukung

transportasi menuju atau keluar bandara, sebagai alternatif kendaraan mobil dan

motor. Stasiun KA Bandara direncanakan memiliki daya tamping sebesar ± 5 juta

penumpang per tahun dan lantai berjumlah dua buah. Jalur kereta ini merupakan

rangkaian dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Dukuh Atas hingga berakhir di

Stasiun KA Bandara dengan dilengkapi Double-Double Track (DDT) untuk

Kereta Express dan Commuter Line. Selain itu, Stasiun KA Bandara juga

dilengkapi dengan jalur kereta yang menghubungkan dengan terminal lainnya

sebagai transportasi penghubung antar terminal. Bahan utama yang digunakan

adalah kaca, H-beam, beton, granit blok, dan concrete. Berikut dapat dilihat pada

Gambar 60 mengenai ilustrasi stasiun kereta api bandara.

Gambar 60 Ilustrasi Stasiun Kereta Api Bandara

9. Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki marupakan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki agar

aman dan nyaman ketika berjalan dipinggir jalan. Jalur pejalan kaki direncanakan

112

 

bersebelahan di sisi kanan dan kiri jalur sirkulasi kendaraan. Lebar jalur pejalan

kaki ini ada yang untuk empat orang berjalan (240 cm) dan dua orang berjalan

(120 cm). Pada bagian bawah jalur pejalan kaki dilengkapi dengan saluran

draenase sebagai pembuangan air menuju penampungan bak (Pond). Selain itu,

pada setiap sisi trotoar terdapat tumpukan batu dengan jarak tertentu sebagai

transformasi dari konsep tropical rainforest. Bahan utama yang digunakan adalah

beton dan granit blok. Berikut dapat dilihat pada Gambar 61 mengenai ilustrasi

jalur pejalan kaki.

Gambar 61 Ilustrasi Jalur Pejalan Kaki

10. Biodiversity Boardwalk

Biodiversity boardwalk merupakan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki

yang ingin menikmati pemandangan dengan mengarahkan sirkulasi pejalan kaki

saat berkeliling di area rekreasi outdoor (taman lingkungan). Biodiversity

boardwalk yang direncanakan mengelilingi taman lingkungan pada zona

pemanfaatan. Bahan utama yang digunakan adalah kayu dan batu kali. Berikut

dapat dilihat pada Gambar 62 mengenai ilustrasi biodiversity boardwalk.

Gambar 62 Ilustrasi BiodiversityBoardwalk

113

 

11. Tempat Sampah

Tempat sampah merupakan fasilitas pelengkap untuk menunjang kebersihan

dan sistem pengelolaan sampah di Terminal 3. Selain itu, keberadaan tempat

sampah juga diharapkan meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap

kebersihan Terminal 3. Tempat sampah akan didesain secara menarik dan terbagi

kedalam tiga kelompok sampah, yaitu sampah kertas, plastik, dan organik.

Tempat sampah ditempatkan di masing-masing ruang yang mudah terlihat dan

terjangkau, serta tempat sampah akan direncanakan pada Terminal 3 berjumlah 30

unit dengan berbahan dasar fiber. Berikut dapat dilihat pada Gambar 63 mengenai

ilustrasi tempat sampah.

Gambar 63 Ilustrasi Tempat Sampah

Selain fasilitas tersebut, terdapat sejumlah teknologi yang akan diterapkan

di Terminal 3 sebagai fasilitas tambahan untuk mendukung konsep eco-airport

(berpedoman kepada Bandara Narita yang sudah menerapkannya terlebih dahulu),

yaitu Solar Panel dan Photocatalysts.

Solar Panel merupakan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya sebagai

pasokan energi alternatif pada Terminal 3. Sistem tenaga surya ini menggunakan

lensa/cermin dan sistem pelacakan untuk mengarahkan sinar matahari menjadi

balok kecil. Fotovoltaik mengkonversi cahaya menjadi arus listrik dengan

menggunakan efek fotolistrik. Listrik yang dihasilkan oleh sistem akan

digunakan untuk lampu penerangan di terminal penumpang dan outdoor kawasan

Terminal 3. Panel-panel tenaga surya ini direncanakan akan terletak di atas

gedung parkiran, karena dapat terkena sinar matahari secara penuh dan tidak

mengganggu pandangan akibat banyaknya panel-panel tenaga surya tersebut.

Berikut gambar panel surya dan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 64.

114

 

Gambar 64 Ilustrasi Penggunaan Solar Panel di Terminal 3

Photocatalysts adalah sebuah lapisan berbahan seperti titanium oksida,

dimana bahan tersebut mengeluarkan reaksi katalitis saat terkena sinar matahari.

Photocatalysts akan aktif jika terkena sinar ultraviolet dan berfungsi untuk

mendekomposisi kotoran dan polutan udara, serta akan hilang apabila tercuci

dengan hujan (sudah diterapkan di Bandara Narita). Photocatalysts ini

direncanakan akan diterapkan pada dinding jembatan boarding (garbarata), karena

pesawat terbang dan kendaraan bergerak secara terus-menerus disekitarnya.

Selain itu, akan diterapkan pada lapisan atap teras bagian depan Terminal 3.

Dengan penggunaan photocatalysts, diharapkan akan menangkap polutan dan

memurnikan udara. Berikut ilustrasi proses kerja photocatalysts dan aplikasi

penggunaan photocatalyst pada Terminal 3 dapat dilihat pada Gambar 65.

5.4.3 Vegetasi

Vegetasi didalam desain lanskap memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi

struktural, fungsi visual, dan fungsi lingkungan (Booth, 1983). Rencana vegetasi

di Terminal 3 diselaraskan dengan fungsi vegetasi dalam desain lanskap tersebut.

Pemilihan vegetasi berdasarkan fungsi dan kebutuhan pada setiap zona di

Terminal 3.

115

 

Gambar 65 Proses Kerja Photocatalysts dan Aplikasi Penggunaan photocatalyst

pada Terminal 3

Selain itu, dalam pemilihannya dipilih jenis tanaman lokal Indonesia atau tanaman

yang sudah berada di Indonesia sejak lama untuk memudahkan adaptasi sekaligus

bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan tanaman native Indonesia.

Dasar pemilihan vegetasi pada perancangan Terminal 3, yaitu:

1. mengutamakan penggunaan vegetasi lokal dari berbagai wilayah di

Indonesia;

2. mengutamakan penggunaan vegetasi yang mempunyai kemampuan baik

dalam menyerap polutan;

3. memilih vegetasi yang tidak mengundang/ menarik perhatian hewan liar

(khususnya Aves) untuk datang dan berkembangbiak;

4. mengutamakan penggunaan vegetasi yang minimum pemeliharaan; dan

5. memilih vegetasi sesuai fungsi klasifikasinya.

Penempatan vegetasi sesuai dengan kebutuhan ruang dan fungsi yang akan

diciptakan pada tapak. Rencana vegetasi yang akan dikembangkan terdiri dari

vegetasi peneduh, vegetasi pengarah, vegetasi pembatas, vegetasi estetik, dan

vegetasi konservasi.

116

 

Vegetasi Peneduh

Vegetasi ini dikembangkan pada zona pemanfaatan dan pelayanan. Vegetasi

peneduh ini adalah jenis vegetasi yang mampu menyerap panas dari pancaran

sinar matahari, menurunkan suhu, dan menciptakan iklim mikro. Dengan

demikian, diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kenyamanan

pengguna tapak, serta menambah nilai keindahan. Pemilihan jenis vegetasi

peneduh ini adalah vegetasi yang memiliki diameter tajuk yang cukup besar dan

berbentuk seperti naungan payung. Jenis-jenis vegetasi peneduh ini, yaitu Sengon

(Paraserianthes falcataria), Cendana (Santalum abum), Biola Cantik (Ficus

Pandurata), dan Trembesi (Samanea saman).

Vegetasi Pengarah

Vegetasi pengarah merupakan vegetasi yang dikembangkan pada sirkulasi

kendaraan, baik pada pintu masuk zona penerimaan maupun pintu keluar.

Vegetasi ini berfungsi untuk menambah nilai keindahan dan mengarahkan jalan

dengan menciptakan sequence. Permainan tekstur, warna, dan ukuran yang

berbeda akan mampu memberikan imajinasi dan warna tersendiri dalam setiap

langkah perjalanan. Pemilihan jenis vegetasi pengarah ini adalah vegetasi yang

cenderung memiliki bentukan tajuk vertikal, seperti piramidal dan kolumnar.

Bentukan tajuk tersebut dapat memberi kesan ruang luas dan menjauh terutama

jika vegetasi ditanam tidak terlalu rapat. Jenis vegetasi ini dapat berupa perdu atau

pohon rendah yang ditanam secara berjajar dengan jarak tertentu, serta semak

yang ditanam secara massal membentuk garis dengan pola tertentu. Jenis-jenis

vegetasi pengarah ini, yaitu Palem Kuning (Chrysalidacarpus-lutescens), Pucuk

Merah (Syzygium oleana), dan Kacang-kacangan (Arachis pintoi).

Vegetasi Pembatas

Vegetasi pembatas dikembangkan pada zona pembatas, yang berfungsi

untuk mengurangi polusi, tingkat kebisingan, dan sinar matahari secara langsung

kebangunan Terminal 3. Mengingat letak zona ini berbatasan langsung dengan

Apron Terminal 2, pemilihan jenis vegetasi tersebut harus mempertimbangkan

faktor keamanan dan keselamatan penerbangan. Jenis vegetasi tersebut dipilih

vegetasi yang daunnya tidak mudah rontok karena dapat membahayakan didalam

operasi bandara, serta tidak mengundang datangnya burung atau hewan terbang

117

 

lainnya, disebut sebagai FOD (Foreign Object Dangerous). Vegetasi pembatas

tersebut ditanam secara sejajar dengan jarak tertentu danditanam merambat pada

struktur bagian tertentu dari bangunan Terminal 3dengan kerapatan tinggi. Jenis-

jenis vegetasi pembatas ini, yaitu Kuning (Chrysalidacarpus-lutescens),

Kemuning (Murraya paniculata), dan Drasena (Dracaena deremensis).

Vegetasi Estetik

Vegetasi estetik adalah vegetasi yang memberikan nilai estetika dan

meningkatkan kualitas lingkungan. Vegetasi ini dikembangkan pada zona

penerimaan dan pelayanan, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai daya tarik

pengunjung ketika memasuki kawasan Terminal 3. Pemilihan jenis vegetasi

estetik ini yang memiliki bentuk dan warna yang dapat menjadi pusat penarik

perhatian pengunjung tapak, serta vegetasi yang mudah dalam pengelolaanya

(pemangkasan minimum). Jenis vegetasi estetik ini adalah dominan tanaman

penutup tanah yang ditanam secara massal. Jenis-jenis vegetasi estetik ini, yaitu

Puring (Codiaeum variegatum), Drasena (Dracaena deremensis), Peace lily

(Spathiphyllum lynise), Asoka (Ixora javanica), Kuping Gajah (Alocasia cuprea),

Rumput Gajah (Axonopus Compressus), dan Zodia (Evodia suaveolens).

Vegetasi Konservasi

Vegetasi konservasi dikembangkan pada zona konservasi dimana aktivitas

manusia sangat terbatas. Vegetasi ini berfungsi menjaga kelestarian lingkungan

sekitar, memperbaiki dan menjaga kestabilan kualitas air tanah, serta

memperbaiki iklim mikro dengan menjaga kualitas suhu udara di Terminal 3.

Vegetasi untuk konservasi ini dipilih yang mempunyai daya serap terhadap

polutan dan tingkat kebisingan tinggi. Selain itu, dipilih vegetasi konservasi yang

tidak menghasilkan biji dan bunga yang dapat menarik datangnya burung serta

hewan terbang lainnya yang dapat membahayakan penerbangan, serta merupakan

vegetasi konservasi yang berasal dari lokal agar mampu beradaptasi dengan

lingkungan secara cepat. Jenis-jenis vegetasi konservasi ini, yaitu Merbau (Intsia

bijuga), Ulin (Eusideroxy zwageri), Gaharu (Aquilaria malacensis), dan Mahoni

(Swietenia macrophylla). Jenis vegetasi yang di tanam di kawasan Terminal 3

Bandara Soetta terlihat pada Tabel 10 dan Planting Plan pada Gambar 66.

 

T

No

1.

2.

3.

4.

Tabel 10 Je

Klasifikasi

Vegetasi Konservasi

Vegetasi Peneduh

Vegetasi Pengarah

Vegetasi Pembatas

enis Vegetasi

Image Fot

i yang ditana

to Nama Lokal

Gaharu

Ulin

Merbau

Mahoni

Sengon

Trembesi

Cendana

Biola Cantik

Kacang-kacangan

Palem Kuning

Pucuk Merah

Palem Kuning

am di Kawas

Nama Lati

Aquilaria malacensis

Eusideroxyzwageri

Intsia bijug

Swietenia macrophyll

Paraserianhes falcataria

i Samanea saman

Santalum abum

Ficus Pandurata

n Arachs pintoi

Chrysalidaarpus-lutescens

Syzygium oleana

Chrysalidaarpus-lutescens

san Termina

in Native Plant

Ya

y Ya

ga Ya

la Ya

nt Ya

-

Ya

-

-

c Ya

Ya

c Ya

al 3 Bandara

Asal

Indonesia

Kalimantan

Papua

Sumatra

Maluku

Afrika

NTT

Afrika

Brazil

Indonesia

Indonesia

Indonesia

118

Soetta

Tinggi Max

PenyPol

35-40 m

50 m

50 m

35-40 m

Y

30-45 m

Y

30-40 m

Y

30-40 m

25-30 m

Y

5-10 cm

25-30 m

7 m

12 m Y

yerap utan -

-

-

Ya

Ya

Ya

-

Ya

-

-

-

Ya

119

 

Tabel 10 Lanjutan

No Klasifikasi Image Foto Nama Lokal Nama Latin Native

Plant Asal Tinggi Max

Penyerap Polutan

4. Vegetasi Pembatas

Drasena Dracaena deremensis Ya Indonesia 1 m Ya

kemuning

Murraya paniculata Ya Sumatra 7 m -

5. Vegetasi Estetik Kuping

Gajah Alocasia cuprea Ya Kalimantan 30 cm -

Anthurium

Anthurium andraeanum Ya Jawa 1 m -

Keladi Hias

Caladium bicolor Ya Sumatra 80 cm -

Puring

Codiaeum variegatum Ya Indonesia 50 cm -

Drasena

Dracaena deremensis Ya Indonesia 1 m Ya

Zodia

Evodia suaveolens Ya Papua

50-200 cm -

Asoka Ixora javanica Ya Indonesia 5m -

Kantung Semar

Nepenthes sp Ya Sumatra 1,5 m -

Rumput Gajah

Axonopus Compressus - Afrika

5-10 cm -

Peace lily

Spathiphyllum lynise Ya Indonesia 1-6 m Ya

Keterangan : 1 : Zona Konservasi 2 : Zona Pemanfaatan dan Penerimaan 3 : Zona Pemanfaatan dan Penerimaan 4 : Zona Pembatas 5 : Zona Pemanfaatan dan Penerima

120

 

121

 

5.4.4 Visual

Pemanfaatan visual yang dikembangkan berdasarkan konsep scenic amenity

dimana mata akan dimanjakan dengan beragam atraksi visual yang mencerminkan

konsep Tropical Rainforest. Dengan menggunakan konsep ini, maka dalam

implementasi desain akan dominan menampilkan perbedaan ketinggian canopy

pohon dengan tajuk yang berbeda-beda, khususnya tercipta pada zona

pemanfaatan dan konservasi. Selain itu, menampilkan atraksi dengan

memanfaatkan tanaman yang berfungsi estetik. Berikut dibawah ini dapat dilihat

pada Tabel 11 adalah kegunaan pohon berdasarkan kegunaan pohon yang dapat

menambah nilai keindahan kawasan Terminal 3, serta dapat dilihat tampak

potongan Terminal 3 pada Gambar 67, perspektif spot pada Gambar 68, dan

prespektif keseluruhan Terminal 3 pada Gambar 69.

Tabel 11. Identifikasi Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Estetis

Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Estetis

Identifikasi

Membingkai View Pohon dengan tajuk oval atau bulat

Melunakkan Garis Arsitektural Pohon dengan tajuk oval atau bulat

Menyatukan Elemen Lanskap Pohon dengan tajuk oval atau bulat Melunakkan Setting Yang Kaku Pohon dengan tajuk bulat atau berkolom

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

122

 

123

 

124