7
Variasi genetik yang berhubungan dengan hipertensi Mengidentifikasi gen yang rentan terhadap penyakit hipertensi akan membantu dalam memahami patofisiologi penyakit tersebut. Selain didapatkan informasi untuk memilih terapi obat antihipertensi, juga dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terkena penyakit, sehingga dapat melakukan pendekatan preventif. Menurut kriteria WHO hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer (essential) atau hipertensi sekunder. Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui dan terjadi pada ± 90-95% kasus hipertensi. Hipertensi essensial didiagnosis jika semua penyebab hipertensi yang lain telah dapat disingkirkan. Sedangkan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti hiperaldosteronisme primer (sindrom Conn), dan sindrom Cushing, feokromositoma, penyakit ginjal, penggunaan obat- obatan. Hipertensi merupakan faktor resiko yang paling penting dalam penyakit kardiovaskular. Sekitar 30-50% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Hipertensi merupakan penyakit yang kompleks karena melibatkan faktor genetik dan lingkungan atau interaksi keduanya. Salah satu pendekatan untuk mencegah perkembangan hipertensi adalah dengan mengidentifikasi kerentanan gen penyebab hipertensi yang melibatkan berbagai gen yang memiliki kecenderungan untuk hipertensi. Hal ini dapat menjadi manajemen pendekatan terapi baru, dan mengalihkan fokus dari manajemen pengobatan ke manajemen pencegahan. Selain itu, pendekatan genetik bisa membantu untuk menyesuaikan terapi obat hipertensi sehingga obat yang digunakan dapat mengobati individu dengan genotipe tertentu.

Variasi Genetik Yang Berhubungan Dengan Hipertensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Variasi genetik yang berhubungan dengan hipertensiMengidentifikasi gen yang rentan terhadap penyakit hipertensi akan membantu dalam memahami patofisiologi penyakit tersebut. Selain didapatkan informasi untuk memilih terapi obat antihipertensi, juga dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terkena penyakit, sehingga dapat melakukan pendekatan preventif.Menurut kriteria WHO hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer (essential) atau hipertensi sekunder. Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui dan terjadi pada 90-95% kasus hipertensi. Hipertensi essensial didiagnosis jika semua penyebab hipertensi yang lain telah dapat disingkirkan. Sedangkan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti hiperaldosteronisme primer (sindrom Conn), dan sindrom Cushing, feokromositoma, penyakit ginjal, penggunaan obat-obatan.Hipertensi merupakan faktor resiko yang paling penting dalam penyakit kardiovaskular.Sekitar 30-50% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Hipertensi merupakan penyakit yang kompleks karena melibatkan faktor genetik dan lingkungan atau interaksi keduanya. Salah satu pendekatan untuk mencegah perkembangan hipertensi adalah dengan mengidentifikasi kerentanan gen penyebab hipertensi yang melibatkan berbagai gen yang memiliki kecenderungan untuk hipertensi. Hal ini dapat menjadi manajemen pendekatan terapi baru, dan mengalihkan fokus dari manajemen pengobatan ke manajemen pencegahan. Selain itu, pendekatan genetik bisa membantu untuk menyesuaikan terapi obat hipertensi sehingga obat yang digunakan dapat mengobati individu dengan genotipe tertentu.Beberapa strategi yang digunakan dalam pencarian gen predisposisi penyebab hipertensi yang melibatkan berbagai lokus gen yang memiliki kecenderungan untuk hipertens meliputi:1. Candidate gene approach/ pendekatan kandidat genPendekatan sistematis ini mengasumsikan bahwa sebuah gen atau satu set gen melibatkan fungsi fisiologis atau selular tertentu yang berkontribusi terhadap variasi tekanan darah. Memanfaatkan pendekatan ini, beberapa kandidat gen telah dijelaskan. Untuk hipertensi esensial, setidaknya, ada 51 gen/lokus yang dapat dijelaskan mempengaruhi sistem fisiologis dan biokimia yang berbeda.2. genome-wide scan (GWS);Dalam pendekatan ini, ratusan penanda polimorfik adalah genotyped, sebaiknya terdistribusi merata melewati genom dalam sampel yang dipilih dari individu dengan atau tanpa sifat kualitatif atau kuantitatif yang dapat diukur. Pendekatan ini memiliki keuntungan yaitu pengujian terjadi disemua daerah pada genom. Oleh karena itu, tidak bias oleh hipotesis patogenesis molekul sebelumnya.Studi GWS mengidentifikasi keterkaitan genom dengan daerah kromosom yang berbeda.3. use of intermediate phenotypes;Intermediate phenotypes adalah karakteristik yang memiliki habitabilitas lebih besar dari karakteristik itu sendiri. Dapat mewakili tahap awal pengembangan hipertensi dan dapat membantu dalam pencarian gen yang rentan terhadap hipertensi.4. comparative genomics;Pendekatan ini menggunakan data dari studi hewan untuk menargetkan potensi lokus tekanan darah pada manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen manusia pada kromosom 17 yang terlibat dalam hipertensi esensial.5. combination of the above methods.

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kandidat gen pada hipertensi

Merupakan metode yang paling mudah dalam mencari gen predisposisi dengan karakteristik yang kompleks dan urutan gen yang khusus dari beberapa individu yang menderita hipertensi dan dalam mencari varian gen yang berhubungan dengan penyakit hipertensi. Namun, pendekatan ini memiliki keterbatasan karena terdapat sejumlah besar gen dan keterbatasan metode sequencing saat ini.

Saat ini, yang paling banyak digunakan metodologi untuk tujuan pendekatan ini telah dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Linkage analysisMetode ini memberikan parameter perkiraan genetik dibalik setiap sifat-sifat sedang dipelajari dan mengemukakan sebuah model untuk menjelaskan pola pewarisan fenotipe dan genotipe yang diamati dalam pedigree. Metode ini memberikan informasi tentang frekuensi gen, modus warisan, penetrasi dan phenocopies.2. Allele-sharing methodsMetode ini berbeda dari Linkage analysis, karna merupakan metode nonparametrik. Ini berarti tidak ada model untuk warisan dari sifat tersebut. Pada metode ini terjadi pergantian pemodelan statistik untuk analisis keterkaitan dan bergantung terhadap proporsi yang berbeda dari alel kerabat.3. Association analysesAnalisis hubungan dilakukan dengan membandingkan kasus dan kontrol untuk perbedaan faktor risiko yang telah diasumsikan, seperti alel. Studi ini lebih efektif daripada Linkage analysis dalam mempelajari genetika hipertensi karena memiliki kekuatan statistik yang lebih besar untuk mendeteksi beberapa gen dan efek yang kecil.4. Studies using animal modelsMetode ini berguna dalam memberikan pandangan biologis yang baru ke dalam fenotif tertentu. Metode titrasi gen adalah salah satu pendekatan sintetik. Dalam metode ini, dipelajari efek dari berbagai ekspresi gen yang dipilih pada fenotipe tertentu. Berdasarkan percobaan titrasi gen, gen yang mempengaruhi tekanan darah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

1) Gene dengan tingkat ekspresi langsung menyebabkan perubahan tekanan darah seperti Natriuretic Peptide Receptor 1 gene.2) Gene dengan tingkat ekspresi tidak mengubah tekanan darah kecuali faktor lingkungan lain berubah, seperti pada Atrial Natriuretic Peptide gene. Ekspresi gen ini menyebabkan hipertensi jika dikaitkan dengan peningkatan asupan garam diet.3) Gene dengan tingkat ekspresi telah tidak mempengaruhi tekanan darah, tetapi diperlukan untuk menjaga tekanan darah normal seperti Angiotensin Converting Enzyme (ACE) gene.

Temuan dari studi tentang genetika hipertensiMendelian (monogenic) forms of hypertensionhipertensi genetika berasal dari gangguan gen tunggal dari mana varian gen yang menyebabkan sifat khas itu dikarakterisasi.1. Liddless syndromeLiddless syndrome adalah gangguan dominan autosomal yang menyebabkan peningkatan resorpsi natrium dan air di tubulus colektivus ginjal sehingga mengarah ke hipertensi. Sindrom ini ditemukan karena mutasi pada gen coding untuk subunit b dan g dari ENaC (epithelial sodium channel).2. Syndrome of apparent mineralocortecoid excess (AME)AME adalah gangguan resesif autosomal yang ditandai dengan onset awal hipertensi sedang sampai berat. Pasien dengan AME1 mengalami penurunan enzim 11b-hydroxysteroid dehydrogenase yang mengarah kepada inaktivasi kortisol, sedangkan pada pasien dengan AME2 terjadi pengurangan fungsi enzim karena mutasi yang berbeda pada gen yang sama.3. Glucocorticoid-remediable aldosteronism (GRA) GRA adalah sifat dominan autosomal disebabkan oleh duplikasi gen yang timbul dari persilangan yang tidak setara antara gen yang mengkode aldosterone synthase dan 11b-hydroxylase. Akibatnya, jumlah aldosteron yang tinggi berada di bawah kendali hormon adrenokortikotropik, yang akan disekresikan dan mengarah ke peningkatan reabsorpsi garam dan air serta naiknya tekanan darah.4. Mineralocorticoid receptor (MR) activating mutationPergantian leusin ke serin pada kodon 810 (S810L) dan mutasi pada reseptor mineralokortikoid yang menyebabkan onset awal hipertensi yang bermakna dan dapat diperparah pada kehamilan.5. Pseudohypoaldosteronism type IIAdalah penyakit dominan autosomal yang ditandai dengan hipertensi berat, hiperkalemia dan sensitifitas terhadap thiazide.

Bentuk hipertensi Essential (polygeneic)1. Reninangiotensinaldosterone (RAA) systemSistem RAA adalah salah satu sistem yang diteliti secara luas dalam kaitannya dengan kerentanan genetik pada hipertensi. Beberapa komponen dari sistem ini telah diselidiki. Di antaranya, angioten-sinogen (AGT) gene yang relatif lebih konsisten positif sejauh ini. Analisis hubungan pasangan gen ini menunjukkan bahwa varian molekul AGT merupakan predisposisi hipertensi.2. proteins/signal transduction pathway systemJalur sinyal ini dipengaruhi oleh hormon dan neurotransmiter yang bertindak untuk mengatur tekanan darah. 3. Noradrenergic systemTiga polimorfisme (Arg16Gly, Glu27Gln dan Thr164Ile) telah diteliti pada gen b2-reseptor. Hasil penelitian dari beberapa kelompok etnis yang berbeda masih bersifat kontroversial dan menyarankan studi lebih lanjut tentang mekanisme polimorfisme ini mungkin berpengaruh pada variasi tekanan darah.4. Ion channelsStudi pada Liddles syndrome menunjukkan ENaC sebagai kandidat gen yang logis untuk hipertensi berat. Pada individu kulit Hitam, mutasi subunit b gen T594M meningkatkan risiko hipertensi.5. Immune system and inflammationBeberapa elemen dari sistem kekebalan tubuh telah diteliti peranannya dalam menjadi etiologi dari hipertensi.6. Other gene associationsBanyak kandidat gen lainnya telah diteliti. Namun kadang-kadang, hasilnya masih kontroversial dan sulit untuk menarik kesimpulan dari hasil tersebut.Dan pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara genetika dan hipertensi adalah multifaktorial. Bidang ini memiliki banyak keterbatasan, tetapi memiliki berbagai peluang kesempatan. Contohnya adalah meningkatnya minat dalam mempelajari interaksi antar gen. Konsep interaksi gen-gen dapat meluas sampai meliputi upaya untuk mengidentifikasi pelindung/varian genetik yang supresif: genom manusia kemungkinan memiliki pelindung (serta supresi) dalam varian genetik. Gen ini dapat mengimbangi efek samping dalam perjalanan penyakit. Mengidentifikasi varian ini diperlukan untuk memastikan kontribusinya untuk mencegah manifestasi dari patofisiologi penyakit.

Sebagai kesimpulan akhir, meskipun mempelajari variasi genetik dapat bermanfaat untuk memandu dalam pemilihan farmakoterapi namun tidak dapat menemukan hubungan antara variasi genetik dan etiologi penyakit. Pendekatan ini mungkin dipersulit dengan fakta bahwa respon terhadap obat dapat dipengaruhi oleh usia dan respon pasien terhadap obat-obatan baru.