Click here to load reader
Upload
vokhanh
View
220
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
STATUS KEBERLANJUTAN TERIPANG PASIR (Holothuria scraba) DARI KAJIAN DIMENSI EKOLOGI DIDESA PENAGA KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN
RIAU
SukirmanMahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.SiDosen Manajemen sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Tengku Said Raza’I, S.Pi. MPDosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH.
ABSTRAK
Teripang pasir merupakan salah satu hasil tangkapan perikanan yang bernilai ekonomis sehingga permintaan tinggi dan penangkapan secara terus-menerus meningkat. Desa penaga merupakan wilayah pesisir dimana sepanjang pantai terdapat lamun sebagai daerah penangkapan teripang pasir (Holothuria scraba) bagi masyarakat sekitar. Kondisi lingkungan yang ada ditepi pantai terdapat aktifitas pemukiman dan jalur transportasi nelayan sehingga akan menggangu kehidupan biota yang hidup dilingkungan tersebut. Tujuan penelitian untuk menganalisis kondisi lingkungan perairan, substrat, ukuran penangkapan dan teknik penangkapan dan menganalisis status keberlanjutan kehidupan teripang pasir. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai April 2014. Metode penelitian yang digunakan mengunakan metode survey, sedangkan pengumpulan data dilapangan disetiap stasiun menggunakan metode purposive sampling data yang dikumpulkan adalah kondisi perairan, ukuran penangkapan, teknik penangkapan dan substrat sebagai tempat hidup teripang pasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan, substrat, teknik penangkapan di Desa Penaga cukup baik yaitu dengan nilai skor 2,00-3,00 karena disetiap stasiun berbeda kondisi perairannya, sedangkan untuk ukuran penangkapan dengan nilai skor 1,00 yang artinya buruk untuk kehidupan teripang pasir disebabkan penangkapan yang dilakukan masyarakat dari ukuran yang kecil sampai besar sehingga dapat menggangu ekosistem maupun pertumbuhan teripang pasir yang ada di perairan Desa Penaga. Hasil penelitian dari analisis keberlanjutan teripang pasir yang sangat keberlanjutan adalah parameter teknik penangkapan yaitu dengan nilai indeks 88,89 hal ini disebabkan penangkapan yang dilakukan masyarakat Desa Penaga menggunakan cara menguntil atau mengambil dan menyelam sehingga tidak merusak habitat atau ekosistem yang ada di area penangkpan teripang pasir, sedangkan untuk parameter ukuran penangkapan mendapat nilai indeks 11,11 yang artinya ukuran penangkapan dikategorikan tidak keberlanjutan karena masyarakat melakukan penangkapan dari ukuran yang sangat kecil, apabila penangkapan yang ukuran sangat kecil ditangkap secara terus-menerus akan mengalami kepunahan untuk kehidupan teripang pasir. .
Kata kunci : ekologi, Status keberlanjutan, Teripang pasir
ABSTRACT
Sea cucumbers sand is one of the catch fisheries economic value so that the high demand and the arrest of continuously increasing. Penaga Village is the coastal areas along the coast where therehave a seagrass as sand sea cucumber fishing area (Holothuria scraba) to the surrounding community. Environmental conditions that exist on the edge of the beach there is a settlement activities and the transport path so that fishermen would disrupt the lives of the organisms that live in the environment. The aim of research to analyze the condition of the aquatic environment, the substrate, the size of the capture and arrest techniques and analyze the status of sustainable life sand sea cucumbers. The study was conducted in January 2014 through April 2014. The method used the method of the survey, while the collection of field data at each station using purposive sampling method collected data is the condition of the waters, the size of the arrest, arrest techniques and substrate as a place to live sand sea cucumbers. The results showed that the water conditions, substrated, fishing techniques in the Penaga Village is good enough with a score of 2.00 to 3.00 because of the different conditions in each station waters, while the size of the arrest with a score of 1.00, which means bad for the life of sea cucumbers sand caused arrests made public from size small to large so as to disturbed the ecosystem and growth of existing sand sea cucumbers in the penaga village’s waters. The results of the analysis of the sustainability of sea cucumber sand very sustainability of fishing techniques that are parameters with an index value of 88.89 this is due to arrests made Penaga Village community use and how to dangle or take a dive so as not to damage habitat or ecosystems in the sand sea cucumber fishing areas , while for the arrest size parameter gets the value of the index 11.11, which means the size of the captured of sustainability is not categorized as public arrests of a very small size, when catching the extremely small size captured on an ongoing basis will experience the extinction of life sand sea cucumbers. ,
Keywords: ecology, sustainability status, sand Teripang
I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang
pertemuan antara daratan dan lautan,
karenanya wilayah ini merupakan suatu
wilayah yang unik secara geologis, ekologis,
dan merupakan domain biologis yang sangat
penting bagi banyak kehidupan di daratan
dan di perairan, termasuk manusia. Wilayah
pesisir juga unik dari segi ekonomi karena
wilayah ini menyediakan ruang bagi
aktivitas manusia yang menghasilkan
manfaat ekonomi yang besar. Selain itu,
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang
terdapat ekosistem dan sumberdaya yang
sangat beragam sehingga pesisir merupakan
wilayah yang strategis bagi kondisi ekonomi
dan kesejahteraan sosial serta pembangunan
negara (Cincin-Sain and Knecht, 1998
dalam Rahmawaty, 2004).
Desa Penaga merupakan salah satu
wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang kaya
akan ekosistem laut dengan kondisi
lingkungan perairan yang sangat baik untuk
kegiatan perikanan tangkap dan budidaya.
Adapun salah satu potensi perikanan
tangkap yang mulai berkembang kearah
perikanan budidaya di pesisir. Desa Penaga
adalah daerah yang memilki sumberdaya
perikanan yang baik. Kegiatan penangkapan
teripang dapat kita temukan di kawasan
perairan desa Teluk Bintan Kabupaten
Bintan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini
bentuk pemanfaatan teripang pasir melihat
dari potensi sebagai pembuatan minyak dan
konsumsi teripang, sehingga produktifitas
teripang penting mendapat perhatian agar
dapat menjadi sumber pendapatan
masyarakat secara berkelanjutan. Sedangkan
produktifitas teripang pasir tersebut
dipengaruhi faktor lingkungan dan
kehidupannya seperti bergantung pada
perairan dan habitatnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis kondisi perairan, substrat,
ukuran penangkapan dan teknik
penangkapan untuk kehidupan Teripang
Pasir (Holothuria scraba) di Desa
Penaga.
2. Menganalisis status keberlanjutan
kehidupan teripang pasir (Holothuria
scraba) pada dimensi ekologi di Desa
Penaga.
Manfaat dari hasil penelitian ini
diharapkan :
1. Memberi informasi dan pengetahuan
mengenai keberlanjutan kehidupan
teripang pasir (Holothuria scabra) pada
dimensi ekologi khususnya diperairan
Teluk Bintan.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dan
pertimbangan pengambilan dalam
perencana pengelolaan pemanfaatan
Teripang Pasir (Holothuria scabra)
yang berkelanjutan.
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
bulan January 2014 sampai April 2014 yang
meliputi studi literatur, survei awal lokasi,
pengambilan data lapangan, pengolahan
data dan penyusunan laporan akhir.
Pengukuran dan pengambilan data lapangan
yang berlokasi di desa Penaga Kecamatan
Teluk Bintan Kabupaten Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau. Dan Laboratorium FIKP
UMRAH.
Berikut merupakan peta lokasi penelitian
gambar 1.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
No. Alat dan bahan Kegunaan
1. Multi Tester Pengukur suhuPengukur oksigen terlarut
2. Saltmeter Pengukur salinitas3. Sheccidisk Pengukur kecerahan
perairan4. Sekop Pengambilan sampel
substrat5. GPS Penentuan titik stasiun6. Alat tulis Mencatat hasil data7. Turbidimeter Pengukur kekeruhan8. Kantong plastik Tempat substrat9. Penggaris Ukuran penangkapan10. Aquades Kalibrasi
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei yakni pengamatan
langsung terhadap kondisi lapangan. Data
yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Data
primer merupakan data dimensi ekologis
yaitu kondisi perairan, substrat, dan
kelimpahan yang di ambil dari survei
lapangan. Data sekunder antara lain adalah
studi pustaka, laporan penelitian terdahulu
dan literatur yang berkaitan dengan
penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Penentuan stasiun penelitian dilakukan
dengan Purposive Sampling yakni teknik
pengambilan sampel secara sengaja dan
sudah ditentukan atas pertimbangan tertentu,
namun ingin diteliti dapat terwakili. Stasiun
pengamatan berada di wilayah pesisir Desa
Tanjung Pisau (Penaga) yang terdiri dari 3
stasiun yang merupakan daerah yang
menjadi habitat teripang pasir dan
merupakan daerah penangkapan teripang
pasir.
1. Stasiun 1 :Terletak pada titik
koordinat N 1o1’41.00”– E 104023’52.16”
Stasiun ini adalah daerah yang airya tenang
atau daerah yg belum terpengaruhi berbagai
aktifitas apapun.
2. Stasiun 2 terletak pada titik koordinat
N 1o1’44.34” – E 104o23’52.25”. yaitu
bagian tengah perairan yang dekat dengan
aktifitas domestik atau perumahan.
3. Stasiun 3 : terletak pada titik
koordinat N 1o1’53.83” – E 104o24’12.65”.
yaitu bagian muara perairan dengan kondisi
lingkungan sebagai jalur transportasi
pelayaran kapal-kapal nelayan.
E. Analisa data
Analisis data ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif sesuai dengan konteks
permasalahan, dengan pembobotan dan
skoring menurut kisaran toleransi.
Pembobotan dan skoring ditetapkan pada
setiap parameter yang berpengaruh besar
terhadap kehidupan teripang pasir.
Pembobotan pada setiap faktor pembatas
ditentukan berdasarkan pada dominannya
parameter tersebut terhadap kehidupan
teripang pasir. Adapun tahapan-tahapan
analisis sebagai berikut :
1. Penetapan variabel pengamatan,
yaitu dilakukan dengan cara mengacu dari
beberapa sumber literatur yang terkait
dengan parameter yang dianggap penting
bagi kehidupan teripang pasir meliputi :
Kondisi lingkungan perairan (Suhu, pH,
salinitas, DO, kecerahan, kekeruhan dan tipe
substrat) pada tabel 2.
2. Adapun pembobotan dari setiap
parameter ditentukan besar kecilnya nilai
tersebut tergantung pada seberapa pentingya
parameter-parameter tersebut bagi
kehidupan teripang pasir menurut sumber
literatur yang dijadikan pedoman.
Bobot 1 : Untuk parameter yang penting
terhadap kehidupan teripang pasir.
Bobot 2 : Untuk parameter yang sanagat
berpengaruh pada parameter lainnya
terhadap kehidupan Teripang pasir.
3. Sedangkan untuk teknik skoring,
masing-masing parameter memiliki peran
yang berbeda sehingga penskoran
berdasarkan kisaran toleransi untuk teripang
pasir mulai dari buruk, cukup dan baik. Pada
tahap ini hasil pemberian bobot dan skor
kemudian dianalisis secara manual
menggunakan program Microsoft Excel.
Skor 1 : Diluar dalam kisaran toleransi
(buruk)
Skor 2 : Terletak di batas kisaran
toleransi (cukup)
Skor 3 : Masih dalam kisaran toleransi
(baik)
4. Pengkategorian tingkat
keberlanjutan
pengkategorian tinngkat keberlanjutan
bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberlanjutan total dari seluruh variabel.
Kategori tingkat keberlanjutan terletak
antara 0 – 100, Kemudian hasil nilai skor
rata-rata dari hasil perkalian antara bobot
dan skor yang diperoleh dianalisis
menggunakan perhitungan indeks
keberlanjutan. Adapun tahapan perhitungan
analisis secara manual menggunakan
program Microsoft Excel 2010. Cara
penilaian terhadap hasil yang diperoleh
mengacu pada rumus (Khodijah, 2014).
Tahap pertama menghitung nilai rata-rata
skor dari beberapa variabel yang diteliti
dengan pernyataan rumus :
X rata-rata skor atribut = Σ(Bobot x Skor)N
Keterangan :
Σ (Bobot x Skor): Jumlah skor yang
diperoleh
N : Jumlah variabel
pengamatan
Selanjutnya dilakukan perhitungan
indeks keberlanjutan dengan cara
normalisasi data menggunakan rumus :
Indeks keberlanjutan =
(X Rata−rata−Skor Minimum)(Skor Maksimum−Skor Minimum)
x 100
Hasil normalisasi yang diperoleh
merupakan nilai indeks keberlanjutan
lingkungan perairan teripang pasir di Desa
Penaga. Posisi kategori tingkat
keberlanjutan terletak antara 0-100.
Table 2. kategori keberlanjutanNo. Indeks Tingkat
Keberlanjutan 1 00,00 – 25,00 Tidak Keberlanjutan
2 25,01 – 50,00 Kurang Keberlanjutan
3 50,01- 75, 00 Cukup Keberlanjutan
4 75,01 – 100,0 Sangat Keberlanjutan
Sumber : Wahyudi, 2009 dan Khodijah,
2014
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi lingkungan perairan teripang
pasir
a. Stasiun 1
Berdasarkan pengamatan penelitian
dilapangan dapat dilihat kondisi lingkungan
perairan yang ada di stasiun 1. Stasiun I
berada didaerah yang alami sehingga
kondisi dalam kondisi baik bagi kehidupan
teripang pasir.
phsalinitas
SUHU
KEKERUHAN
KECERAHANDO
UKURAN TANGKAP
TEKNIK PENANGKAPAN
SUBSTRAT
0
2
42 2
2
3221
3
2
stasiun I
Gambar 2. Hasil pengukuran stasiun I
Berdasarkan hasil pengukuran pH dari
stasiun I mendapat skor 2, skor 2 dapat
diartikan hasil yang cukup baik untuk
kehidupan teripang pasir. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh radjab
(1994), ditemukan bahwa teripang pasir
hidup dengan kisaran pH 7-8.
Dari hasil pengukuran salinitas
diperairan Desa Penaga menunujukkan
dalam kondisi cukup baik yaitu dengan
mendapatkan skor 2, hal ini dikarenakan
pada stasiun I masih alami sehingga
perairan pada stasiun I dalam keadaan baik.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu
perairan distasiun I yaitu mendapatkan skor
2, dari hasil tersebut dapat diketahui suhu
cukup baik untuk kehidupan teripang, hal ini
dikarenakan pada stasiun I berhadapan
langsung dengan laut dan langsung terkena
cahaya matahari. Kisaran suhu perairan
yang sesuai untuk pertumbuhan teripang
adalah 20 – 25 0C (Badan penelitian dan
pengembangan pertanian, 1993).
Dari hasil pengukuran kekeruhan
perairan di Desa Penaga mendapat skor 3,
yang artinya skor 3 kekeruhan diperairan
dalam keadaan baik bagi kehidupan teripang
pasir. Kekeruhan adalah kondisi perairan
yang menggambarkan sifat optik air yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-
bahan yang terdapat didalam air.
Berdasarkan hasil pengukuran
kecerahan perairan pada stasiun I yaitu
mendapat skor 2, skor 2 yaitu menunjukkan
kecerahan perairan cukup baik untuk
kehidupan teripang pasir.
Dari hasil pengukuran DO perairan di
Desa Penaga pada stasiun 1 yaitu
mendapatkan skor 2, yang dimaksud skor 2
adalah dimana DO perairan menunjukkan
dalam kondisi cukup baik. Kondisi ini baik
untuk pertumbuhan teripang pasir sehingga
dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan
baik diperairan Desa Penaga.
Dari hasil tangkapan di Desa Penaga
didapat ukuran tangkap dengan skor 1 yaitu
menunjukkan penangkapan teripang pasir
dengan ukuran yang tidak baik atau buruk,
hal ini dikarenakan penangkapan teripang
pasir dengan ukuran yang kecil juga
ditangkap ini mengkhawatirkan akan
berdampak buruk terhadap kehidupan
teripang pasir apabila penangkapan dengan
ukuran yang kecil masih dilakukan terus
menerus akan berdampak kepunahan
teripang pasir.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
penelitian teknik penangkapan mendapatkan
skor 3 yaitu menunjukkan teknik
penangkapan teripang pasir baik untuk
lingkungan dan kehidupan teripang pasir.
Hal ini dikarenakan penangkapan teripang
pasir dengan cara mengambil atau
mengutip, teknik penangkapan ini sangat
baik dan tidak merusak lingkungan.
Dari hasil pengukuran dilaboratorium
substrat mendapat skor 2 yaitu menunjukkan
kondisi substrat cukup baik, arti cukup baik
substrat yaitu kondisi substrat masih baik
untuk kehidupan teripang pasir.
b. Stasiun II
Berdasarkan hasil pengamatan
penelitian yang ada di stasiun II berada
didaerah dekat perairan pemukiman ataupun
perumahan yang terdapat limbah domestik,
adanya pemukiman pada stasiun II akan
mengakibatkan terganggunya lingkungan
sekitar sehingga akan berdampak pada
kehidupan teripang pasir. Dibawah ini dapat
dijelaskan perparameter hasil pengukuran
dari kualitas perairan di Desa Penaga.
phsalinitas
SUHU
KEKERUHAN
KECERAHANDO
UKURAN TANGKAP
TEKNIK PENANGKAPAN
SUBSTRAT
0
2
4
22 2
122
13
2
Stasiun II
Gambar 3. Hasil pengukuran stasiun II
Berdasarkan hasil pengukuran pH dari
stasiun II mendapat skor 2, skor 2 dapat
diartikan hasil yang cukup baik untuk
kehidupan teripang pasir. Berdasarkan
pengamatan yang ada diperairan Desa
Penaga dalam kondisi yang cukup baik
sehingga kehidupan teripang pasir tidak
akan terganggu. Namun perlu dilakukan
pengecekan secara berkala untuk kualitas air
yang ada di Desa Penaga karena kondisi
perairan sewaktu-waktu akan berubah.
Dari hasil pengukuran salinitas
diperairan Desa Penaga menunujukkan
dalam kondisi cukup baik yaitu dengan
mendapatkan skor 2, pengamatan yang
dilakukan diperairan Desa Penaga bahwa
salinitas yang ada diperairan baik untuk
kehidupan teripang pasir dan dari hasil yang
didapat sangat bagus, pada umumnya
teripang pasir dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan salinitas sampai batas
tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu
perairan distasiun II yaitu mendapatkan skor
2, dari hasil pengamatan yang dilakukan
diperairan Desa Penaga dapat diketahui
bahwa suhu cukup baik untuk kehidupan
teripang pasir. Namun perlu adanya
pengecekan secara berkala untuk
mengetahui suhu yang baik untuk kehidupan
teripang pasir.
Dari hasil pengukuran kekeruhan
perairan di Desa Penaga mendapat skor 1,
yang artinya skor 1 kekeruhan diperairan
dalam keadaan buruk bagi kehidupan
teripang pasir. Kekeruhan yang ada
diperairan Desa Penaga buruk karena
adanya pemukiman di dekat perairan
sehingga menimbulkan dampak bagi
kekeruhan perairan.
Berdasarkan hasil pengukuran
kecerahan perairan pada stasiun II yaitu
mendapat skor 2, skor 2 yaitu menunjukkan
kecerahan perairan cukup baik untuk
kehidupan teripang pasir.
Dari hasil pengukuran DO perairan di
Desa Penaga pada stasiun II yaitu
mendapatkan skor 2, yang dimaksud skor 2
adalah dimana DO perairan menunjukkan
dalam kondisi cukup baik.
Dari hasil tangkapan di Desa Penaga
didapat ukuran tangkap dengan skor 1 yaitu
menunjukkan penangkapan teripang pasir
dengan ukuran yang tidak baik atau buruk.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
penelitian teknik penangkapan mendapatkan
skor 3 yaitu menunjukkan teknik
penangkapan teripang pasir baik untuk
lingkungan dan kehidupan teripang pasir.
Dari hasil pengukuran dilaboratorium
substrat mendapat skor 2 yaitu menunjukkan
kondisi substrat cukup baik, arti cukup baik
substrat yaitu kondisi substrat masih baik
untuk kehidupan teripang pasir.
c. Stasiun III
` Berdasarkan hasil pengamatan yang ada
diperairan Desa Penaga pada stasiun III
yaitu daerah dekat dengan transpotasi kapal-
kapal nelayan. Dibawah ini dijelaskan
parameter yang diamati didalam melakukan
penelitian. Transpotasi kapal-kapal nelayan
akan menggangu kehidupan teripang pasir.
phsalinitas
SUHU
KEKERUHAN
KECERAHANDO
UKURAN TANGKAP
TEKNIK PENANGKAPAN
SUBSTRAT
0
2
42
22
3221
32
Stasiun III
Gambar 4. Hasil pengukuran stasiun III
B. Nilai skor keseluruhan
Pada penelitian keberlanjutan populasi
teripang pasir melalui dimensi ekologi ini
terdapat 9 atribut yang dianalisis yaitu
kondisi perairan yang meliputi salinitas,
suhu, DO, pH, Kecerahan, Kekeruhan,
Substrat, ukuran tangkap dan teknik
penangkapan. Visualisasi dari keseluruhan
atribut tersebut dapat dilihat pada gambar.
phsalinitas
SUHU
KEKERUHAN
KECERAHANDO
UKURAN TANGKAP
TEKNIK PENANGKAPAN
SUBSTRAT
0.00
2.00
4.00
2.002.00
2.00
2.332.002.00
1.00
3.00
2.00
Total keseluruhan
Gambar 5. Total keseluruhan parameter
C. Status keberlanjutan teripang
Hasil analisis yang didapat dari indeks
keberlanjutan masing – masing variable
penelitian yang mempengaruhi
keberlanjutan populasi kehidupan teripang
pasir di Desa Penaga. Keberlanjutan
teripang pasir dapat dilihat pada 9 variabel
yang dianalisis untuk kehidupan teripang
pasir di Desa Penaga. Indeks masing -
masing variable divisualisasikan dengan
diagram radar dapat dilihat pada gambar.
suhu
Ph
salinitas
substrat
ukuran penangkapanteknik penangkapan
kecerahan
kekeruhan
DO
0
50
10077.78
55.5644.44
66.6711.11
88.89
50
66.67
66.67
Status keberlanjutan
Gambar 6. Status keberlanjutan teripang
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa indeks keberlanjutan lingkungan
perairan, substrat, teknik penangkapan dan
ukuran penangkapan secara keseluruhan dari
setiap stasiun. Dari parameter suhu dengan
nilai indeks 77.78 yang dikategori sangat
keberlanjutan dan parameter salinitas
dengan nilai indeks 44.44 yang terkategori
kurang berkelanjutan sehingga tidak baik
untuk kehidupan teripang pasir disetiap
stasiun, sedangkan parameter pH dengan
nilai indeks 55.56, susbtrat dengan nilai
indeks 66,67, kekeruhan dengan nilai indeks
66,67, parameter DO dengan nilai indeks
66,67 yang terkategori cukup berkelanjutan
untuk kehidupan teripang pasir dan teknik
penangkapan dengan nilai indeks 88.89
dengan kategori sangat keberlanjutan untuk
kehidupan teripang pasir, hal ini
dikarenakan pada setiap stasiun memiliki
lingkungan yang berbeda-beda dan dapat
berubah sewaktu-waktu. Dari parameter
ukuran penangkapan dengan nilai indeks
11,11 yang terkategori tidak berkelanjutan
untuk kehidupan teripang pasir, hal ini
karena adanya penangkapan dengan ukuran
yang kecil sehingga akan merusak
pertumbuhan untuk teripang pasir. dari
parameter kecerahan dengan nilai indeks
50,00 yang terkategori kurang berkelanjutan
untuk kehidupan teripang pasir hal ini
dikarenakan pada setiap stasiun memiliki
kondisi lingkungan dan aktifitas yang
berbeda.
B. Saran
Perlu dilakukan sosialisasi tentang
ukuran penangkapan teripang pasir yang ada
di Desa Penaga, karena untuk menjaga
kelestarian dan pertumbuhan teripang pasir.
Perlu adanya kajian mengenai sosial
ekonomi untuk melihat kehidupan teripang
pasir. Diharapkan kepada masyarakat di
Desa Penaga untuk tetap menjaga
lingkungan perairan dari sampah-sampah
rumaha tangga/ sampah domestic agar biota
diperairan dapat hidup dengan baik dan
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
V. DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air, Jakarta: kanisius, Hal 258.
Dahuri R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen Perikanan dan Kelautan. http://www/dkp.go.id (14 Januari 2014).
Gultom, C.P.W , 2004. Laju Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Bio-ekologi Teripang Pasir (Holothuria scraba) Dalam Kolam Pembesaran di Laut Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16082/C04cpg. pdf di akses pada tanggal 8 Januari 2014.
Kangkan, A, L. 2006. Penetuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Di Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Hal 125.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. http://www.blh-pemkomedan.info/website-2013/file_download/16_11-
12-01-0-38-16_75549_5.pdf diakses pada tanggal 11 Mei 2014
Khodijah, 2014. Sustainable Levelihoods of Fisherman Households Headed by Women (Case Study in Riau Island Province of Indonesia, Asian Sosial Science Vol 10, No. 9, 2014, Publisher by Canadian Center of Science and Education.
Leksono, A.S, 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayumedia Publishing. Malang. Hal 2-3.
Lewerissa, Y.A, 2009. Pengelolaan Teripang Berbasis Sasi Dinegeri Porto dan Desa Warialau Provinsi Maluku. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://iosrjournals.org/iosr-javs/papers/vol7-issue1/Version-2/D07122128.pdf di akses pada tanggal 8 Januari 2014.
M. Gufran H. Kordi. K. 2011. budidaya 22 Komunitas Laut Untuk Konsumsi Lokal dan Ekspor. Lily Publisher. Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Pustaka Umum. Jakarta.
Pranoto, E.N, 2012. Kajian Aktifitas Bioaktif Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scraba) Terhadap Jamur Candida albicans. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Jurnal Pengelolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol.1 No.1 Hal. 1-8. Semarang 2012. http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp diakses pada tanggal 8 Januari 2014
Rahmawaty. 2004. Penggelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Universitas
Sumatera Utara. Sumatera utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/930/1/hutan-rahmawaty10.pdf diakses pada tanggal 10 februari 2014.
Yuana, S. 2002. Kelimpahan dan Distribusi Teripang (Holothuridea) di Perairan Pantai Kepulauan Karimun Jawa. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares/article/viewFile/4227/40958 diakses pada tanggal 8 Desember 2013.
Yusran, E. 2003. Sumberdaya Teripang (Holothutidea) diperairan Teluk Saleh – Sumbawa. Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati. Vol.8 No.2. Http://journal.ui.ac.id/science/article/viewFile/456/452. Diakses pada Tanggal 12 Januari 2014.