Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
50 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARD ONLINE
LEARNING
JUHJI1, ADANG SUTARMAN2, SUPADIYO RAHARJO3
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten1, SMPN 1 Pamarayan, Kabupaten Serang,
Provinsi Banten2, SMPN 2 Cikande, Kabupaten Serang, Provinsi Banten3
Email: [email protected], [email protected],
Article History Received April 10, 2021; Revised May 02, 2021; Accepted June 3, 2021
Abstract: Views of Junior High School Toward Online Learning
This study aims to explore the views of junior high school teachers on online
learning. The survey method is used to gather the views of junior high school
teachers in Serang Regency. Seventy-nine teachers who had taught at the
junior high school level, consisting of 37 male teachers and 42 female teachers
were asked questions via Google Form. The results showed the use of
Whatsapp Group is more dominant than other online media because its use is
more familiar and accessible to students. In general, teacher’s views on online
learning are moderate, although there are some items that indicate a high
category. Further discussions regarding online learning are presented at the
end and some of the advantages of online learning are discussed in depth.
Keywords: Views of Junior High School, Online Learning
Abstrak: Pandangan para Guru Sekolah Menengah Pertama terhadap
Pembelajaran Daring
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pandangan para guru sekolah
menengah pertama terhadap pembelajaran daring. Metode survei digunakan
untuk mengumpulkan pandangan para guru sekolah menengah pertama di
Kabupaten Serang. Tujuh puluh sembilan guru yang telah mengajar di tingkat
sekolah menengah pertama, terdiri atas 37 guru laki-laki dan 42 guru
perempuan diberikan pertanyaan melalui Google Form. Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan Whatsapp Group lebih dominan daripada media
daring yang lainnya karena penggunaannya lebih familiar dan mudah
dijangkau peserta didik. Secara umum, pandangan guru terhadap
pembelajaran daring berkategori sedang, meski ada beberapa item yang
menunjukkan kategori tinggi. Diskusi lanjut terkait pembelajaran daring
disajikan pada bagian akhir dan beberapa keunggulan pembelajaran daring
dibahas secara mendalam.
Kata Kunci: Pandangan Guru SMP, Pembelajaran Daring
PENDAHULUAN
embelajaran daring atau dikenal juga dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
bukanlah sesuatu yang baru (Pohan, 2020), karena sudah diterapkan oleh
beberapa Guru sebelum masa pandemi covid-19. Meskipun secara umum, P
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 51
pembelajaran daring dikenal di masyakarat pendidikan saat pandemi covid-19
melanda Indonesia, bahkan dunia. Hal ini karena semua sekolah tidak
diperkenankan melakukan proses pembelajaran secara tatap muka (luring),
sehingga proses pembelajaran tetap dilangsungkan namun dalam jarak jauh.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara virtual (Nahdi dan
Jatisunda, 2020; Syarifudin, 2020) dimana guru dan peserta didik berada pada
tempat berbeda. Guru harus menyadari apa yang mereka ajarkan kepada peserta
didik berdasarkan hakikat belajar melalui berbagai media yang digunakan seperti
Whatsapp Group (Kheryadi, 2018; Rosenberg dan Asterhan, 2018; Surani dan
Chaerudin, 2019), Youtube, Google Classroom, Google Meet (Septantiningtyas et al.,
2021), Zoom atau yang lainnya sehingga pembelajaran yang dilakukan tetap
mendidik, menyenangkan, dan tidak memberikan kejenuhan kepada peserta didik.
Tetapi, laporan beberapa penelitian menunjukkan adanya kejenuhan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran daring (Pawicara dan Conilie, 2020). Faktor-faktor
seperti penyajian materi selama proses pembelajaran yang dilakukan secara
monoton, banyaknya tugas yang diberikan, dan ketidakpahaman peserta didik
terhadap materi yang disampaikan menyebabkan kemalasan, kehilangan semangat,
kelelahan, kebosanan, dan kejenuhan.
Paradigma baru lingkungan belajar mengajar dalam era reformasi
pembelajaran abad 21 menyerukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, dirancang dengan baik di kelas (Nuangchalerm et al., 2020) termasuk
dalam pembelajaran daring. Pandangan holistik harus dimunculkan dalam
pembelajaran kontemporer, sehingga metode yang disematkan menjadi terintegrasi
meski dalam konteks ruang kelas yang berbeda. Secara operasional, kemampuan
mengelola pembelajaran daring mencakup tiga fungsi pengelolaan seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian (Ahmad, 2020). Menurut Tarihoran
dan Cendana (2020), pembelajaran yang efektif didukung dengan pengelolaan kelas
yang baik. Artinya, pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan oleh Guru yang
berkompeten dalam mengatur kondisi dan situasi pembelajaran daring agar tetap
berjalan optimal dan efektif, meski terdapat kendala saat proses pembelajaran
dilangsungkan. Namun, beberapa penelitian melaporkan adanya berbagai kendala
pembelajaran daring (Asmuni, 2020; Hutauruk, 2020; Putria et al., 2020; Rigianti,
2020; Widodo & Nursaptini, 2020) seperti aplikasi pembelajaran, jaringan internet,
pengelolaan pembelajaran, penilaian, pengawasan, tidak semua peserta didik
memiliki handphone, masih banyak orang tua sibuk bekerja, dan sebagainya.
Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan
dalam Kondisi Khusus bertujuan agar memberikan fleksibilitas bagi satuan
pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik di masa pandemi covid-19. Kurikulum ini mengakibatkan
JUHJI, ADANG SUTARMAN, SUPADIYO RAHARJO
52 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
peserta didik memiliki pengetahuan dalam kaitannya dengan kehidupan abad 21
dimana akses kemudahan informasi sangat cepat didapat tanpa batas karena
mereka dapat belajar dimana saja dan kapan saja. Meskipun demikian, kurikulum
membutuhkan peserta didik untuk memiliki pengetahuan dan mengaplikasikan
pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, pembelajaran daring yang dilakukan
harus didesain dengan menggunakan metode yang berbeda berdasarkan konteks
peserta didik agar mereka mampu terlibat aktif, berpikir kritis, dan menyenangkan.
Tetapi, beberapa penelitian melaporkan adanya kejenuhan dalam pembelajaran
yang dilakukan selama masa pandemi covid-19 ini (Pawicara & Conilie, 2020;
Ningrum et al., 2020; Kurnia, 2021).
Guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesionalnya melalui berbagai macam kegiatan pembelajaran seperti pendidikan
dan latihan, workshop media pembelajaran, training pembelajaran abad 21,
kelompok kerja guru, komunitas guru, dan sebagainya untuk meningkatkan
keterampilan dan kompetensi mereka. Guru adalah faktor penting untuk
membentuk kualitas pendidikan (Juhji, 2016), guru bertindak sebagai agen
perubahan untuk pembelajaran peserta didik menjadi efektif (Prachagool et al.,
2016; Hasbullah et al., 2019). Kunci keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran
daring bersumber dari proses pembelajaran yang dilakukan dan kualitas peserta
didik berasal dari kualitas guru. Artinya, guru harus beradaptasi dan mengadopsi
strategi pembelajaran agar sesuai dengan era perubahan sosial (Tondeur et al.,
2019; Kinloch et al., 2020; Supardi et al., 2021). Adaptasi guru terhadap
pembelajaran abad 21 yang dilakukan secara daring merupakan sebuah
keniscayaan agar mereka tidak ketinggalan arah. Namun, beberapa guru menyikapi
pembelajaran daring beraneka ragam, ada sekolah yang langsung adaptif dengan
menyediakan segala perangkat pembelajaran yang mudah diakses peserta didik,
melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung, dan ada juga yang terkendala
jaringan internet, mahalnya kuota, partisipasi orang tua dalam memberikan
pengawasan terhadap anak-anak mereka, dan sebagainya.
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pandangan para guru sekolah
menengah pertama terhadap pembelajaran daring. Penelitian ini penting dilakukan
agar pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan tidak hilang dari “ruh belajar”
sehingga peserta didik tetap merasakan kenyamanan dalam belajar mereka dan
aktif mengikuti proses pembelajaran karena dilakukan secara asik, menyenangkan,
dan tidak membosankan. Lebih penting lagi, pembelajaran daring memberikan
edukasi yang bermakna bukan hanya sekadar transfer of knowledge belaka.
METODE PENELITIAN
Metode survei digunakan untuk mengumpulkan pandangan para guru sekolah
menengah pertama di Kabupaten Serang terhadap pembelajaran daring selama
pandemi covid-19. Para guru yang menjadi peserta penelitian tergabung dalam unit
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 53
tugas Seksi Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kantor Kabupaten Serang
Provinsi Banten. Unit tugas ini mencakup beberapa sekolah yang tersebar ke dalam
wilayah masing-masing, sehingga pengontrolannya tidak dilakukan oleh satu orang
pengawas. Tujuh puluh sembilan guru dari 32 sekolah yang telah mengajar di tingkat
sekolah menengah pertama yang terdiri atas 37 guru laki-laki dan 42 guru
perempuan diberikan pertanyaan melalui Google Form. Tiga puluh dua sekolah
tersebut meliputi: SMP Al-Khairiyah 2 Cikeusal, SMP Bina Mandiri, SMP Dian
Nusantara, SMP IT Al-Izzah, SMP Muhammadiyah Pontang, SMP Muhammadiyah
Tirtayasa, SMP PGRI Kragilan, SMP PGRI Tunjungteja, SMP Plus Assa’adah Dahu
Cikeusal, SMPN Satap Cipinang, SMPN Satap Tenjoayu 2, SMPN Satap Catang,
SMPN Satap Cidahu, SMPN 1 Bandung, SMPN 2 Bandung, SMPN 1 Cikeusal, SMPN
2 Cikeusal, SMPN 3 Cikeusal, SMPN 2 Ciruas, SMPN 3 Ciruas, SMPN 1 Kragilan,
SMPN 2 Kragilan, SMPN 3 Kragilan, SMPN 4 Kragilan, SMPN 1 Pamarayan, SMPN 3
Pamarayan, SMPN 1 Petir, SMPN 1 Tirtayasa, SMPN 1 Tunjung Teja, SMPN 2 Tunjung
Teja, SMPN 2 Pontang, dan SMPN 3 Pontang. Informasi demograsi responden dapat
dilihat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Informasi Demografi Peserta
Informasi Frekuensi Persen
Jenis Kelamin Laki-laki 37 46.84
Perempuan 42 53.16
Usia Di bawah 30 tahun 5 6.33
31 – 40 tahun 18 22.78
41 – 50 tahun 50 63.29
Di atas 50 tahun 6 7.59
Lama Mengajar Di bawah 10 tahun 17 21.52
11 – 20 tahun 51 64.56
Di atas 20 tahun 11 13.92
Guru dalam penelitian ini sebagian besar merupakan guru yang memiliki
pengalaman mengajar di atas 10 tahun sebanyak 62 orang (51+11) atau 78.48
persen, sedangkan guru yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 10 tahun
sebanyak 17 orang (21.52 persen). Mereka diberikan pertanyaan yang sama terkait
pembelajaran daring yang dilakukan mereka.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi pandangan guru
terhadap pembelajaran daring berupa kuesioner atau angket. Skala lima peringkat
dibuat untuk mengumpulkan pemahaman guru dalam item yang bebas, kuesioner
diadaptasi dari Panduan Pengembangan dan Penyelenggaraan Kuliah Daring
Indonesia Terbuka dan Terpadu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014)
untuk mencari pandangan guru sekolah menengah pertama tentang pembelajaran
daring. Informasi demografi peserta ditanyakan pada bagian awal mencakup jenis
kelamin, usia, lama mengajar, kemudian pada bagian kedua ditanyakan pandangan
JUHJI, ADANG SUTARMAN, SUPADIYO RAHARJO
54 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
mereka tentang pembelajaran daring. Sepuluh item dijawab terbatas dan lima item
dijawab bebas oleh guru melalui Google Form.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dalam pandangan guru terhadap pembelajaran daring di
Kabupaten Serang, yang dilaksanakan pada 2 minggu bulan November 2020 yakni
pada tanggal 1 November 2020 hingga 14 November 2020. Semua peserta
melengkapi kuesioner, memeriksa ulang pengisian form. Peneliti berada di dalam
jaringan untuk menanggapi dan memberikan respon terhadap jawaban mereka.
Kemudian, data diperoleh dan diperiksa ulang kelengkapannya. Data dianalisis
secara manual dengan bantuan Ms Excell untuk melihat rata-rata, simpangan baku,
dan persentase. Wawancara disajikan dalam pandangan guru terhadap
pembelajaran daring.
Analisis Data
Data dianalisis secara statistik deskriptif, rata-rata, simpangan baku, dan
persentase. Pandangan guru sekolah menengah pertama terhadap pembelajaran
daring dapat dihitung dan ditafsirkan dengan menunjukkan ke dalam 5 tingkat rata-
rata untuk menafsirkan: sangat tinggi (4,51-5,00), tinggi (3,51-4,00), sedang (2,51-
3,50), rendah (1,51-2,50), dan sangat rendah (1,00-1,50). Interpretasinya diwakili
oleh tingkat tampilan dan informasi deskriptif yang dapat ditampilkan dalam detail
rata-rata, tingkat tampilan di setiap item.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian terkait pandangan guru sekolah menengah pertama terhadap
pembelajaran daring dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pandangan Guru Sekolah Menengah Pertama terhadap Pembelajaran
Daring
Item Rata-
rata
Standar
Deviasi
Ket.
Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan 2.95 1.23 Sedang
Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan 3.20 1.20 Sedang
Meningkatkan mutu dan relevansi layanan
pendidikan
3.13 1.27 Sedang
Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu
layanan pendidikan
3.35 1.33 Sedang
Meningkatkan keterjaminan mendapatkan mutu
layanan pendidikan yang baik
3.52 1.44 Tinggi
Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
peserta didik
3.10 1.22 Sedang
Memungkinkan interaksi langsung di media yang
digunakan
3.37 1.36 Sedang
Merekam jejak penggunaan materi yang
disampaikan
3.56 1.44 Tinggi
Mengonstruk pengetahuan peserta didik 3.51 1.39 Tinggi
Mengkreasikan dan menginovasi metode
pembelajaran yang digunakan
3.33 1.30 Sedang
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 55
Berdasarkan Tabel 2, guru mengekspresikan padangan mereka dalam tingkat
yang berbeda antara rendah dan tinggi. Pandangan guru terhadap pembelajaran
daring menunjukkan pemikiran positif dan cenderung sedang pada item tertentu,
meski pada item-item yang lainnya menunjukkan pandangan yang tinggi. Pandangan
guru sekolah menengah pertama terhadap pembelajaran daring kategori sedang
terdapat pada item 1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 10. Artinya menurut pandangan mereka
bahwa pembelajaran daring mampu: meningkatkan layanan pendidikan,
meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan mutu dan
relevansi layanan pendidikan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
peserta didik, memungkinkan interaksi langsung di media yang digunakan, serta
mengkreasikan dan menginovasi metode pembelajaran yang digunakan.
Pandangan guru sekolah menengah pertama terhadap pembelajaran daring
kategori tinggi ditunjukkan pada item 5, 8, dan 9 (Tabel 2). Artinya, menurut mereka
bahwa pembelajaran daring mampu meningkatkan keterjaminan mendapatkan
mutu layanan pendidikan yang baik, merekam jejak penggunaan materi yang
disampaikan, dan mengkonstruk pengetahuan peserta didik. Refleksi empiris guru
tentang pembelajaran daring dengan berbagai media yang digunakan dapat dilihat
pada hasil jawaban bebas berikut ini:
“Saya menggunakan Whatsapp Group, karena hampir semua siswa siswi
mempunyai handphone android dan menggunakan aplikasi WA.Guru
tetap bisa menerapkan model pembelajaran yang diinginkan melalui WA
seperti flipped classroom, problem based learning, sole, project based
learning, dan model pembelajaran lainnya. Contoh pembelajaran
tersebut bisa membantu memvariasikan kegiatan pembelajaran kepada
siswa. Diharapkan siswa tidak cepat bosan dan tetap semangat dalam
kegiatan belajar mengajar secara daring di masa pandemi ini” (Guru A).
“Kami menggunakan Google Classroom, lebih mudah digunakan dan
terintegrasi dengan pengwasan kurikulm sekolah dan fasilitas tools
pembelajarannya lengkap” (Guru B).
“Saya menggunakan Facebook sebagai media daring, karena siswa lebih
mudah menggunakan aplikasi ini daripada aplikasi yang lain” (Guru C).
“Untuk menentukan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa melalui pembelajaran daring, siswa perlu juga diberi pendidikan
karakter atau keterampilan yang dapat dipraktikkan di rumah masing-
masing. Apabila pembelajaran keterampilan tersebut membutuhkan alat
dan bahan, usahakan yang umum tersedia di rumah, tidak perlu keluar
rumah” (Guru D)
“Pembelajaran yang dilakukan jangan terlalu berfokus pada aspek
akademik, tetapi ada kontrol pada keterampilan hidup, karakter, dan
sebagainya. persiapan guru dalam menghadapi sistem pembelajaran
yang berani (online) menjadi salah satu faktor hambatan dalam
pembelajaran di rumah. Ini suatu hal yang mendadak, guru mana yang
JUHJI, ADANG SUTARMAN, SUPADIYO RAHARJO
56 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
dipaksa melakukan pembelajaran online yang sebelumnya tidak pernah
dipersiapkan oleh guru” (Guru E).
Guru sekolah menengah pertama menerapkan pembelajaran daring sebagai
bentuk tindakan pemutus penyebaran virus covid-19, dapat menggunakan semua
media yang dimiliki seperti Whatsapp Group, Facebook, Youtube, dan Google
Classroom. Selain itu, ada juga guru yang menggunakan Zoom dan Google Meet
dalam melakukan pembelajaran daring, meski terbatas pada sekolah-sekolah
tertentu saja. Berdasarkan data, penggunaan Whatsapp lebih dominan daripada
media yang lainnya. Alasannya, karena peserta didik lebih familiar dengan media
tersebut dan mudah digunakan. Meskipun demikian, guru harus lebih memiliki
pemahaman yang holistik dan membuat pola pikir kreatif agar pembelajaran daring
yang dilakukan benar-benar memiliki makna.
Pandangan guru sekolah menengah pertama terhadap pembelajaran daring
beraneka ragam. Temuan menunjukkan bahwa mereka memiliki pandangan dan
refleksi berbeda-beda. Secara umum, mereka berpandangan sedang terhadap
pembelajaran daring. Artinya, menurut pandangan mereka bahwa pembelajaran
daring mampu meningkatkan layanan pendidikan. Ini sejalan dengan pendapatnya
Widayati et al (2020) bahwa pembelajaran daring cukup efektif dan efesien dalam
menggantikan perkuliahan tatap muka. Artinya, pembelajaran daring yang dilakukan
mampu meningkatkan layanan pendidikan di semua lembaga pendidikan, tidak
terbatas pada ruang kelas. Selain itu, pembelajaran daring juga meningkatkan
keterjangkauan layanan pendidikan (Mustofa et al., 2019; Nurhasanah, 2020;
Yohana et al., 2020).
Pembelajaran daring juga mampu meningkatkan mutu dan relevansi layanan
pendidikan. Pandangan mereka terhadap item ini berkategori sedang. Menurut
Santika (2020), kondisi pandemi Covid-19 telah menjadi tantangan dunia
pendidikan agar pembelajaran daring tidak menghilangkan ruh karakter peserta
didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkannya adalah menggunakan strategi
multiplle intelligences berbasis portofolio. Guru dituntut bukan hanya sekadar
menyampaikan materi pelajaran namun diharapkan menyisipkan muatan karakter
peserta didik saat pembelajaran daring sehingga mutu pendidikan tetap terjaga
meskipun sedang dalam masa wabah pandemi. Selain itu, pembelajaran daring juga
mampu meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik. Peserta didik
perlu diajarkan bentuk tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan karakter yang
perlu dibiasakan dan ditanamkan pada peserta didik (Rukiyati et al., 2014; Omeri,
2015), dan merupakan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan. Penanaman
tanggung jawab pada peserta didik sejalan dengan pendapatnya Widayati et al
(2020) bahwa pembelajaran daring mampu meningkatkan gairah dan
tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugasnya secara tepat
waktu.
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 57
Selain itu, pembelajaran daring juga memungkinkan interaksi langsung di
media yang digunakan (Khasanah dan Sari, 2021; Naserly, 2020). Kecanggihan
media mampu membawa peserta didik dan guru untuk berinteraksi langsung terkait
materi pelajaran yang disampaikan. Peserta didik dapat bertanya terhadap materi
yang sulit dipahami, dan guru memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan peserta didik. Adanya interaksi dua arah memungkinkan
pembelajaran daring yang dilakukan tidak menjadikan kejenuhan belajar. Sehingga
keberhasilan pembelajaran daring tergantung pada aktivitas dan respon dari peserta
didik. Pembelajaran daring juga mampu mengkreasikan dan menginovasi metode
pembelajaran yang digunakan. Artinya, guru tidak hanya sebatas menggunakan
media yang sama sehingga terkesan monoton. Guru dituntut untuk melakukan
kreativitas dan inovasi-inovasi dalam metode dan media pembelajaran yang
digunakan.
Pandangan guru sekolah menengah pertama berkategori tinggi terhadap
pembelajaran daring terdapat pada item 5, 8, dan 9. Pembelajaran daring mampu
meningkatkan keterjaminan mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik.
Artinya, peserta didik mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik dengan
penggunaan media yang bervariasi dan metode yang tidak monoton. Beberapa
penelitian melaporan penggunaan metode dan media bervariasi mampu
menghasilkan hasil belajar yang baik (Febriati et al., 2019; Hastuti dan Budianti,
2014; Herawati et al., 2019; Syaepudin dan Juhji, 2020; Septantiningtyas et al.,
2021). Selain itu, pembelajaran daring juga mampu merekam jejak penggunaan
materi yang disampaikan. Guru dan peserta didik dapat merekam materi yang
disampaikan secara mudah dan dapat digunakan pada waktu-waktu yang lain jika
dibutuhkan kembali. Terakhir, pembelajaran daring mampu mengkonstruk
pengetahuan peserta didik (Zhafira et al., 2020). Kontruksi pengetahuan perlu
dikembangkan oleh guru karena sejatinya peserta didik sudah memiliki pengetahuan
sebelum mereka mengikuti pembelajaran daring. Pengetahuan tersebut perlu
dikonstruk agar peserta didik terbiasa membangun pengetahuan sendiri melalui
serangkaian peristiwa dan pengalaman belajar mereka masing-masing.
PENUTUP/SIMPULAN
Pandangan guru sekolah menengah pertama terhadap pembelajaran daring
bervariasi. Sebagian besar berkategori sedang dan sebagian kecil berkategori tinggi.
Pandangan guru menyimpulkan bahwa pembelajaran daring mampu meningkatkan
layanan pendidikan, meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan,
meningkatkan mutu dan relevansi layanan pendidikan, meningkatkan kemandirian
dan tanggung jawab peserta didik, memungkinkan interaksi langsung di media yang
digunakan, mengkreasikan dan menginovasi metode pembelajaran yang digunakan,
meningkatkan keterjaminan mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik,
JUHJI, ADANG SUTARMAN, SUPADIYO RAHARJO
58 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
merekam jejak penggunaan materi yang disampaikan, dan mampu mengkonstruk
pengetahuan peserta didik. Penelitian lanjutan perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. (2020). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran
Jarak Jauh Melalui Pendampingan Sistem Daring, Luring, atau Kombinasi
pada Masa New Normal Covid-19. Jurnal Paedagogy, 7(4), 258–264.
Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19
dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy, 7(4), 281–288.
Febriati, Y., Saefurohman, A., & Juhji, J. (2019). Efektivitas Penerapan Model Children
Learning in Science terhadap Pemahaman Konsep IPA. Ibtida’i: Jurnal
Kependidikan Dasar, 6(1), 29–40.
Hasbullah, H., Juhji, J., & Ali, M. (2019). Strategi belajar mengajar dalam upaya
peningkatan hasil belajar pendidikan agama islam. Edureligia, 3(1), 17–24.
Hastuti, A., & Budianti, Y. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas II SDN
Bantargebang II Kota Bekasi. Pedagogik (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar),
2(2), 33–38.
Herawati, L., Saefurohman, A., & Juhji, J. (2019). Pengaruh Metode Eksperimen
Terhadap Pemahaman Konsep Siswa MI Pada Materi Sifat dan Perubahan
Wujud Benda. Primary : Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, 11(01),
69–76.
Hutauruk, A. J. (2020). Kendala pembelajaran daring selama masa pandemi di
kalangan mahasiswa pendidikan matematika: Kajian kualiatatif deskriptif.
Sepren, 2(1), 45–45.
Juhji, J. (2016). Peran Urgen Guru dalam Pendidikan. Studia Didaktika: Jurnal Ilmiah
Bidang Kependidikan, 10(1), 52–62.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Panduan Pengembangan dan
Penyelenggaraan KDITT. Kemdikbud.
Khasanah, F. N., & Sari, R. (2021). Pelatihan Mentimeter Sebagai Media Interaksi
Dalam Pembelajaran Daring Pada SMAN 14 Bekasi. Journal of Computer
Science Contributions (JuCosCo), 1(1), 42–52.
Kheryadi, K. (2018). The Implementation of “Whatsapp” as a Media of English
Language Teaching. Loquen: English Studies Journal, 10(2), 1–14.
Kinloch, V., Burkhard, T., & Graham, D. (2020). Storying youth lives: Centering equity
in teaching and teacher education. International Journal of Qualitative Studies
in Education, 33(1), 66–79.
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 59
Kurnia, D. (2021). Dinamika Gejala Kejenuhan Belajar Siswa Pada Proses Belajar
Online Faktor Faktor Yang Melatarbelakangi Dan Implikasinya Pada Layanan
Bimbingan Keluarga. Teaching: Jurnal Inovasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
1(1), 1–10.
Mustofa, M. I., Chodzirin, M., Sayekti, L., & Fauzan, R. (2019). Formulasi model
perkuliahan daring sebagai upaya menekan disparitas kualitas perguruan
tinggi. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2), 151–160.
Nahdi, D. S., & Jatisunda, M. G. (2020). Analisis literasi digital calon guru SD dalam
pembelajaran berbasis virtual classroom di masa pandemi covid-19. Jurnal
Cakrawala Pendas, 6(2).
Naserly, M. K. (2020). Implementasi Zoom, Google Classroom, Dan Whatsapp Group
Dalam Mendukung Pembelajaran Daring (Online) Pada Mata Kuliah Bahasa
Inggris Lanjut (Studi Kasus Pada 2 Kelas Semester 2, Jurusan Administrasi
Bisnis, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bina Sa. Aksara Public, 4(2),
155–165.
Ningrum, D. W., Elqosamah, N. A., Mahareka, R., Cahyaningrum, D. E. N., & Mujazi,
M. (2020). Inovasi Belajar Daring Pada Masa Pandemi. Seminar Nasional Ilmu
Pendidikan Dan Multi Disiplin 3 (SNIPMD 3). ISBN: 978-623-6566-35-0, 3.
Nuangchalerm, P., Prachagool, V., Prommaboon, T., Juhji, J., Imroatun, I., & Khaeroni,
K. (2020). Views of primary Thai teachers toward STREAM education. Int. J.
Eval. & Res. Educ. Vol, 9(4), 987–992.
Nurhasanah, P. S. (2020). Manajemen Pembelajaran Daring Di Musim Pandemi
Covid-19 (studi Kasus Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Al-Madinah Balong
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020) [Thesis]. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Omeri, N. (2015). Pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Manajer
Pendidikan, 9(3).
Pawicara, R., & Conilie, M. (2020). Analisis pembelajaran daring terhadap kejenuhan
belajar mahasiswa Tadris Biologi IAIN Jember di tengah pandemi Covid-19.
ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1), 29–38.
Pohan, A. E. (2020). Konsep pembelajaran daring berbasis pendekatan ilmiah.
Penerbit CV. SARNU UNTUNG.
Prachagool, V., Nuangchalerm, P., Subramaniam, G., & Dostál, D. (2016).
Pedagogical decision making through the lens of teacher preparation
program. Journal for the Education of Gifted Young Scientists, 4(1), 41–52.
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis proses pembelajaran dalam
jaringan (daring) masa pandemi covid-19 pada guru sekolah dasar. Jurnal
Basicedu, 4(4), 861–870.
JUHJI, ADANG SUTARMAN, SUPADIYO RAHARJO
60 JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021
Rigianti, H. A. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di
Banjarnegara. Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-
SD-An, 7(2).
Rosenberg, H., & Asterhan, C. S. (2018). “WhatsApp, Teacher?”-Student Perspectives
on Teacher-Student WhatsApp Interactions in Secondary Schools. Journal of
Information Technology Education: Research, 17, 205–226.
Rukiyati, R., Sutarini, Y. C. N., & Priyoyuwono, P. (2014). Penanaman nilai karakter
tanggung jawab dan kerja sama terintegrasi dalam perkuliahan ilmu
pendidikan. Jurnal Pendidikan Karakter, 2.
Santika, I. W. E. (2020). Pendidikan karakter pada pembelajaran daring. Indonesian
Values and Character Education Journal, 3(1), 8–19.
Septantiningtyas, N., Juhji, J., Sutarman, A., Rahman, A., & Sa’adah, N. (2021).
Implementation of Google Meet Application in the Learning of Basic Science
in the Covid-19 Pandemic Period of Student Learning Interests. Journal of
Physics: Conference Series, 1779(1), 012068.
Supardi, S., Juhji, J., Azkiyah, I., Muqdamien, B., Ansori, A., Kurniawan, I., & Sari, A. F.
(2021). The ICT basic skills: Contribution to student social media utilization
activities. International Journal of Evaluation and Research in Education
(IJERE), 10(1), 222–229.
Surani, D., & Chaerudin, A. (2019). Pemanfaatan Media Whatsapp Grouping dalam
Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Ekonomi Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(02),
155–172.
Syaepudin, S., & Juhji, J. (2020). The Effect of Using Powerpoint Media on Student
Learning Outcomes in the Material Adaptation of Living Things. Pedagogi:
Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(1).
Syarifudin, A. S. (2020). Impelementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing. Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua, 5(1), 31–34.
Tarihoran, N. M., & Cendana, W. (2020). Upaya guru dalam adaptasi manajemen
kelas untuk efektivitas pembelajaran daring. Jurnal Perseda: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(3), 127–133.
Tondeur, J., Scherer, R., Baran, E., Siddiq, F., Valtonen, T., & Sointu, E. (2019).
Teacher educators as gatekeepers: Preparing the next generation of teachers
for technology integration in education. British Journal of Educational
Technology, 50(3), 1189–1209.
Widayati, S., Hotimah, N., & Rakhmawati, N. I. S. (2020). Respon Mahasiswa Pada
Proses Pembelajaran Mata Kuliah Daring. Child Education Journal, 2(1), 48–
52.
VIEWS OF JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS … …
JURNAL IDAARAH, VOL. V, NO. 1, JUNI 2021 61
Widodo, A., & Nursaptini, N. (2020). Problematika Pembelajaran Daring dalam
Perspektif Mahasiswa. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 4(2), 100–115.
Yohana, Y. Y., Muzakir, M., & Hardianti, D. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring
Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Qamarul Huda Badaruddin. TIRAI EDUKASI:
Jurnal Pendidikan, 1(4).
Zhafira, N. H., Ertika, Y., & Chairiyaton, C. (2020). Persepsi mahasiswa terhadap
perkuliahan daring sebagai sarana pembelajaran. Jurnal Bisnis Dan Kajian
Strategi Manajemen, 4(1).