Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS PADA PT TELEN PRIMA SAWIT)
SKRIPSI
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperolehgelar Sarjana Akuntansi
Oleh :
REHULINA1401035152
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 2019
iii
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Implementasi Corporate Social Responsibility Pada
Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus Pada
PT Telen Prima Sawit)
Nama : Rehulina
NIM : 1401035152
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : S1 Akuntansi Reguler
Diajukan untuk Mengikuti Seminar Hasil
Samarinda, 25 Juni 2019
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Irwansyah, S.E., M.M Yunita Fitria, S.E., M.Sc NIP. 19751110 200112 1 004 NIP. 19860606 201504 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mulawarman
Iskandar , S . E., M .Si., Ak., CA NIP. 19670516 199802 1 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala karunia dan limpahan rahmatnya, serta junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sebagai panutan kita, yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Mulawarman Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si
2. Ibu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Prof. Dr.
Hj. Syarifah Hudayah, M.Si
3. Bapak Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman Iskandar, S.E., M.Si., Ak., CA
4. Bapak Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mulawarman Dr. H. Zaki Fakhroni, S.E., M.Si., Ak., CA
5. Bapak Dosen Pembimbing I Dr. H. Irwansyah, S.E., M.M yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang terbaik selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dosen Pembimbing II Yunita Fitria, S.E., M.Sc yang telah membimbing
penulis dengan sabar, telah memberikan banyak masukan dan memberikan
banyak bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
4
7. Bapak Dosen Wali Indra Suyoto Kurniawan, S.E., M.SA., Ak yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mulawarman.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Mulawarman yang
telah memberikan ilmunya selama proses belajar menulis selama masa
perkuliahan, serta staf-staf jurusan akuntansi yang telah membantu segala
proses administrasi selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mulawarman.
9. Kedua Orang Tua saya Bapak Salim Ginting dan Ibu Yuli Setiawati yang
sangat saya cintai, hormati dan saya banggakan serta saudara-saudara saya,
mereka selalu mendoakan dan berjuang untuk penulis serta memberikan
dukungan kepada penulis yang menjadi penyemangat dalam penulisan
skripsi ini.
10. Kepada pihak perusahaan PT Telen Prima Sawit yang telah bersedia menjadi
objek penelitian skripsi penulis.
11. Kepada Bapak Ahmad Hermain Lubis, Bapak Wahyudi Nugroho, Bapak
Dedy Oktavianto yang telah memberikan izin serta bantuan dalam proses
penyusunan skripsi penulis dapat terselesaikan.
12. Kepada Jenny Rezki Amellia, Cici Andriati, Novzi Lataifani, Siti Maynasih,
Denta Denada, Dwi Nuryanti yang selalu bersama serta memberikan
dukungan dan semangat selama perkuliahan.
13. Kepada yang terkasih Edhy Yusbar yang telah memberikan semangat selama
proses penulisan skripsi ini.
5
14. Kepada semua rekan-rekan Mahasiswa/i Akuntansi Reguler C angkatan 2014
yang selalu bersama-sama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis di Universitas Mulawarman.
15. Kepada teman-teman KKN Tematik Kompetensi angkatan 43 kelompok 245
di Dinas Perpustakaan Kota Samarinda, terima kasih atas kebersamaan yang
diberikan hingga berakhirnya KKN.
16. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini, maka dengan
terbuka penulis menerima masukan kritik dan saran guna perbaikan Skripsi ini.
Samarinda, 14 Januari 2019
Rehulina
6
ABSTRACT
Rehulina. Implementation of Corporate Social Responsibillity at PT Telen Prima Sawit. Supervised by: (1) Mr. H. Irwansyah and (2) Mrs. Yunita Fitria.
This Study is a qualitative research project that aims to find out the implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) at the PT Telen Prima Sawit. The research data was the result of observations in the field, through interviews with two informants related to PT Telen Prima Sawit. They are: Head of CSR and staff of CSR. The research is a case study. This study uses the data analysis method by Miles and Huberman to analyze the qualitative data. This analysis method is done by the following steps. They are: (1) Data Collection, (2) Data Reduction, (3) Data Display, (4) Conclusion drawing (verification). The result showed that PT Telen Prima Sawit implement CSR in the form of CSR programs both short- and long-term partnership with the community and government. CSR fund was flexible accorded to company requirements. Expenditures for CSR activities are recognized and recorded as an expense CSR. Implementation of CSR depends on company policy. It because there was no standard as the reference for the program, implementation, funding, recognition of CSR spending, and reporting. Consequently, CSR is applied differently by PT Telen Prima Sawit.
Keywords: Implementation, Corporate Social Responsibility, Company Policy
7
ABSTRAK
Rehulina. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus Pada PT Telen Prima Sawit). Pembimbing (1) bapak H. Irwansyah dan pembingbing (2) Ibu yunita fitria.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui penerapan CSR pada PT Telen Prima Sawit. Data penelitian ini merupakan hasil pengamatan di lapangan, melalui wawancara pada 2 informan yang berkaitan dengan PT Telen Prima Sawit, yaitu: kepala CSR dan staff CSR. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode analisis data oleh Miles and Huberman untuk menganilisis data kualitatif. Metode analisis ini dilakukan dengan cara: (1) Pengumpulan data, (2) Reduksi data, (3) Penyajian data, dan (4) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa PT Telen Prima Sawit menerapkan CSR-nya dalam bentuk program-program CSR baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan bermitra bersama masyarakat dan pemerintah. Dana CSR Bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengeluaran untuk kegiatan CSR diakui dan dicatat sebagai biaya CSR. Penerapan CSR bergantung pada kebijakan perusahaan. Hal ini dikarenakan belum adanya standar yang menjadi acuan bagi program, pelaksanaan, dana, pengakuan atas pengeluaran CSR, serta pelaporannya. Konsekuensinya, CSR diterapkan secara berbeda oleh PT Telen Prima Sawit.
Kata Kunci: Implementasi, Corporate Social Responsibility, Kebijakan Perusahaan
DAFTAR ISI
8
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
ABSTRACT...................................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 11.1. Latar Belakang................................................................................ 11.2. Rumusan Masalah........................................................................... 61.3. Tujuan Penelitian............................................................................ 61.4. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis.................................................................... 71.4.2. Manfaat Praktis..................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 82.1. Akuntansi........................................................................................ 8 2.1.1. Pengertian Akuntansi............................................................ 8
2.1.2. Pengertian Akuntansi Lingkungan........................................ 9 2.1.2.1. Tujuan Akuntansi Lingkungan................................ 9
2.1.2.2. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan .............. 102.2. Pengertian Implementasi................................................................. 112.3. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility )..................................................................... 12 2.3.1. Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR).................... 15
2.3.2. Pendekatan Dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)............................................................. 16
2.3.3. Model Corporate Social Responsibility (CSR).....................18 2.3.4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR).................. 18
2.4. Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)......................... 192.5. Kerangka Pemikiran........................................................................ 202.6. Penelitian Terdahulu....................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 233.1. Definisi Operasional....................................................................... 23
9
3.2. Metode Penelitian........................................................................... 243.3. Informan penelitian......................................................................... 243.4. Lokasi Penelitian............................................................................. 253.5. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 253.6. Metode Pengumpulan Data............................................................. 263.7. Metode Analisis Data..................................................................... 283.8. Uji Validitas.................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 324.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Telen Prima Sawit.................... 32 4.1.1. Sejarah Perusahaan............................................................... 32
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................... 36 4.1.2.1. Visi Perusahaan........................................................ 36
4.1.2.2. Misi Perusahaan....................................................... 364.1.3. Strategi Perusahaan .............................................................. 364.1.4. Kebijakan Sawit Lestari Teladan Prima Group ................... 36
4.2. Analisis Data DanPembahasan....................................................... 37 4.2.1. Analisis Data......................................................................... 37
4.2.2. Pembahasan Hasil Penelitian................................................ 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 635.1. Kesimpulan..................................................................................... 635.2. Saran................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 67
LAMPIRAN...................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
10
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Kelapa Sawit................................................................................. 1
Tabel 1.2. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota 2017..................................................... 2
Tabel 1.3. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut Pola Perkebunan Besar Swasta (PBS)............................ 2
Tabel 2.3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu.......................................... 22
Tabel 3.1. Informan Penelitian....................................................................... 25
Tabel 4.1. Kebun dan PKS Teladan Prima Group......................................... 32
Tabel 4.2. Areal Kebun Wilayah Kutai Timur.............................................. 34
Tabel 4.3. Rekapitulasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT TPS Tahun 2016 dan 2017...................................................... 51
11
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Konsep Triple Bottom Line....................................................... 14
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran.................................................................. 21
Gambar 3.2. Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data................................. 30
Gambar 3.3. Triangulasi Sumber Data Penelitian......................................... 19
Gambar 3.4. Triangulasi Prosedur Pengumpulan Data Penelitian................. 19
Gambar 4.2. Alur Terbentuknya Program CSR PT TPS............................... 42
12
DAFTAR SINGKATAN
PIR Perkebunan Inti Rakyat
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CSR Corporate Social Responsibility
WBCSD World Business Council For Sustainable Development
GRI Global Reporting Initiative
TPS Teladan Prima Sawit
TPG Teladan Prima Group
AICPA American Institute Of Cercitified Public Accounting
UUPM Undang Undang Penanaman Modal
PKS Pabrik Kelapa Sawit
MBE Muara Bengkal Estate
MB Muara Bengkal
BBE Benua Baru Estate
BB Benua Baru
MBM Muara Bengkal Mill
SDM Sumber Daya Manusia
SDA Sumber Daya Alam
MTQ Musabaqah Tilawatil Quran
PKL Praktek Kerja Lapangan
UPT Unit Pelaksanaan Teknis
PLN Perusahaan Listrik Negara
UU Undang-Undang
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun
1982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola
oleh PTP VI. Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring manfaat positif
pertumbuhan ekonomi yang dirasakan masyarakat. Tercatat pada tahun 2017 luas
areal kelapa sawit mencapai 1.192.342 Ha yang terdiri dari 284.523 Ha sebagai
tanaman plasma/rakyat, 14.402 Ha milik BUMN sebagai inti dan 893.417 Ha
milik Perkebunan Besar Swasta.
Areal pertanaman kelapa sawit yang cukup luas saat ini terpusat di
Kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara dan Paser. Sedangkan beberapa
kabupaten dan kota lainnya masih dalam luasan terbatas (Dinas Perkebunan
Provinsi Kalimantan Timur, 2017). Perkembangan data statistik, produksi,
produktivitas dan tenaga kerja perkebunan Kalimantan Timur komoditi kelapa
sawit tahun 2010-2017 dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut:
Tabel 1.1. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga kerja kelapa sawit
Tahun Luas TM (Ha) Luasan Total (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
TKP (orang)
2017 788.311 1.192.342 13.164.310 16.699 234.0632016 763.896 1.150.078 11.418.110 14.947 234.1002015 621.777 1.090.106 10.812.893 17.390 284.9592014 500.512 1.020.413 9.628.072 19.236 264.2462013 397.635 944.826 6.901.602 17.357 309.3702012 335.904 824.413 5.221.016 15.543 284.8762011 279.568 716.320 4.081.782 14.600 277.3822010 190.509 563.561 2.961.069 15.543 196.946
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2018)
14
15
Tabel 1.2. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/kota 2017
Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
TKP (Orang)
1. Kutai Kartanegara 217.285 2.682.025 15.706 29.1632. Kutai Timur 453.556 5.874.981 18.969 73.5663. Kutai Barat 142.053 690.269 15.465 22.6414. Mahakam Hulu 19.962 - - 3.2605. Penajam P. U. 49.451 367.373 10.602 11.8096. Paser 182.586 2.029.319 14.718 50.4787. Berau 126.011 1.512.003 16.820 42.4768. Samarinda 1.332 7.639 10.820 6139. Balikpapan 34 176 8.000 1910. Bontang 72 525 12.209 38
Tahun 2016 1.192.342 13.164.310 16.699 234.063Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2018)
Tabel 1.3. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Menurut Pola Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
TKP (Orang)
1. Kutai Kartanegara 189.657 2.449.305 15.735 16.3052. Kutai Timur 352.882 4.855.346 19.184 39.9573. Kutai Barat 121.226 653.818 15.560 17.1754. Mahakam Hulu 19.862 - - 3.2105. Penajam P. U. 30.406 237.059 10.701 5.2256. Paser 86.714 1.167.470 14.426 13.8757. Berau 92.650 1.202.766 16.970 17.8238. Bontang 20 - - 6
Tahun 2016 893.417 10.566.235 16.916 112.576Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2018)
Melihat tabel diatas, terlihat potensi kelapa sawit (Crude Palm Oil dan
Kernel Palm Oil) yang sangat besar yang ada di Kalimantan Timur, maka
berpeluang untuk pengembangan industri tersebut. Disamping pengembangan
industri harus diimbangi dengan tanggung jawab sosial sehubungan dengan
keberadaannya ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Tanggung jawab
perusahaan itu diantaranya adalah ikut andil dalam mensejahterahkan ekonomi
masyarakat melalui program kemitraan dan bina lingkungan. Tanggung jawab
16
sosial perusahaan terhadap masyarakat ini disebut dengan Corporate Social
Responsibility (CSR).
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
dalam Wibisono (2007:7) mendefinisikan CSR sebagai:
komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Implementasi tanggung jawab sosial (social responsibility) merupakan
tahap aplikasi program social responsibility sebagaimana telah direncanakan
sebelumnya (Hadi, 2011:142). Penerapan CSR oleh perusahaan merupakan
bentuk komitmen perusahaan untuk berprilaku etis dan berkontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas
hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas
(Rusdianto, 2013:42).
Konteks terpenting dalam pengelolaan perusahaan adalah peran dan
fungsinya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Sustainable development memiliki unsur tanggung jawab yang
sangat luas tidak terbatas pembangunan secara fisik, namun masuk pada ranah
psikis, norma dan etika. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), mensyaratkan orientasi perusahaan bergeser secara tegas dari
shareholder orientation ke arah stakeholder orientation yang berarti orientasi
perusahaan ditujukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan
shareholder, namun upaya mencapai peningkatan dan perkembangan perusahaan
17
juga didudukkan dalam kerangka keselarasan, keserasian dan keseimbangan
lingkungan (Hadi, 2011:40).
Selain isu yang berkembang terhadap kegiatan CSR terdapat hal yang
penting yaitu tentang pelaporan CSR. Perusahaann di Indonesia yang telah go
public memiliki kewajiban membuat laporan keberlanjutan (subtainability report)
sesuai dengan amanat pasal 66 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas. Bapepam LK telah mengeluarkan aturan yang
mengharuskan perusahaan publik untuk mengungkapkan pelaksanaan kegiatan
CSR di dalam laporan tahunannya. Hal penting yang perlu menjadi perhatian
pebisnis dan pelaku usaha dalam membuat laporan CSR adalah standar
pelaporannya. Undang-undang tidak mengatur sampai pada pedoman penyusunan
laporan, meski sebenarnya sebuah standar berfungsi penting sebagai rujukan
mulai dari tahap persiapan, pemantauan sampai pada tahap evaluasi kinerja CSR,
serta pemberian umpan balik untuk penyempurnaan laporan berikutnya
(Rusdianto, 2013:58).
Laporan CSR harus menggambarkan pelaksanaan CSR yang sebenarnya,
sehingga dapat digunakan dan diandalkan oleh para stakeholder dalam
mengevaluasi kinerja CSR perusahaan. Untuk memastikan bahwa laporan CSR
relevan dan dapat diandalkan maka diperlukan suatu standar pelaporan. Ada
beberapa standar pelaporan yang sudah dikenal luas dapat menjadi rujukan dalam
membuat laporan CSR, antara lain Global Reporting Initiative (GRI) (Rusdianto,
2013:59). Standar yang digunakan dalam pelaporan CSR belum seragam karena
belum ada standar pasti yang digunakan dalam pelaporan CSR. Saat ini,
18
perusahaan-perusahaan di Indonesia telah banyak yang melakukan pelaporan
kegiatan CSR atau yang biasa disebut dengan laporan keberlanjutan. Laporan
keberlanjutan saat ini masih menjadi pembicaraan karena dalam praktiknya
pelaporan tidak menunjukkan kinerja yang sesungguhnya.
Penelitian tentang Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
telah dilakukan sebelumnya oleh Sumual (2015) dari penelitian tersebut
perusahaan swasta telah menerapkan CSR-nya dalam bentuk program-program
CSR baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan bermitra bersama
masyarakat dan pemerintah. Program CSR tersebut juga dilaksanakan untuk
melestarikan lingkungan. Dana CSR dibentuk sebesar 1 % dari laba perusahaan
dan bersifat fleksibel. Sama dengan penelitian Sari (2014) bahwa dalam
penelitiannya pada perusahaan besi baja, penerapan CSR dengan masyarakat
sekitar perusahaan sudah tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitar.
PT Telen Prima Sawit merupakan salah satu anak perusahaan Teladan
Prima Group (TPG) yang bergerak dalam bidang industri perkebunan kelapa sawit
dan pengolahannya. PT Telen Prima Sawit dalam membuat laporan keberlanjutan
masih terdapat ketimpangan. Ketimpangan pelaporan ini dapat dikatakan karena
untuk ranah sosial dan lingkungan belum sepenuhnya dipahami. Selain itu ranah
ekonomi juga lebih dipertimbangkan karena penting untuk keputusan bisnis.
Dalam kondisi seperti ini, laporan keberlanjutan belum seutuhnya dilakukan.
Kondisi ini mengakibatkan adanya ketidaklayakan pelaporan karena terjadi
ketimpangan dalam pelaporan. Jika dilihat dari fungsi pelaporan sebagai alat
19
akuntabilitas, laporan keberlanjutan tidak boleh dibuat hanya sebagai pajangan
saja. Dalam laporan keuangan harus mengandung seluruh informasi yang
dibutuhkan oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan melihat laporan tersebut
para pemangku kepentingan dapat memberikan masukan-masukan, kemudian
perusahaan mengintegrasikan seluruh masukan ke dalam keputusan manajemen
terbaik sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Telen Prima Sawit?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Corporate
Social Responsibility (CSR) PT Telen Prima Sawit.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat
yang dapat diambil baik bagi diri penulis maupun bagi masyarakat pada
umumnya. Manfaat penelitian ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu:
20
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya mengenai
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
tanggung jawab perusahaan.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan
bagi ilmu pengetahuan.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini akan berguna dalam memberikan jawaban
terhadap masalah yang akan diteliti.
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan
informasi dan gambaran kepada masyarakat pada umumnya dan
semua pihak yang berkepentingan pada khususnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Akuntansi
2.1.1. Pengertian Akuntansi
American Accounting Association dalam Effendi (2014:1) mendefinisikan
akuntansi sebagai, “proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
American Institute of Cercitified Public Accounting (AICPA) dalam
Effendi (2014:1) mendefinisikan akuntansi adalah, “seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,
transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
menafsirkan hasil-hasilnya”.
Jusup (2011:4-5) mengemukakan bahwa akuntansi dapat didefinisikan dari
dua sudut pandang, yaitu:
Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu entitas. Ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu entitas.
Berdasarkan pengertian akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa
akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran serta pelaporan informasi keuangan dalam
ukuran moneter (uang) dalam suatu perusahaan atau organisasi yang
21
22
ditujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
pengambilan keputusan.
2.1.2. Pengertian Akuntansi Lingkungan
Menurut Stick et al. (1997) dalam Ikhsan (2009:15) mendefinisikan
akuntansi lingkungan sebagai:
Suatu subjek tentang bagaimana isu-isu lingkungan memengaruhi sub disiplin akuntansi tradisoinal. Dalam hal ini, isu-isu lingkungan terintegrasi tidak hanya kedalam akuntansi keuangan dan manajerial tetapi juga auditing, pajak, dan sistem informasi akuntansi.
Istilah akuntansi lingkungan mempunyai banyak arti dan kegunaan. U.S.
EPA dalam Ikhsan (2009:14) menjelaskan bahwa:
Istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung berdampak pada perusahaan secara menyeluruh. Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa akuntansi lingkungan merupakan proses pencegahan,
pengurangan, dan penghindaran dampak lingkungan dengan memasukkan unsur
biaya lingkungan pada praktik akuntansi konvensional yang berguna bagi
pengambilan keputusan internal manajemen maupun pihak eksternal. Akuntansi
lingkungan secara spesifik mendefinisikan dan menggabungkan semua biaya
lingkungan ke dalam laporan keuangan perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut
secara jelas teridentifikasi, perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan
dari peluang-peluang untuk mengurangi dampak lingkungan.
2.1.2.1. Tujuan Akuntansi Lingkungan
Menurut Ikhsan (2009:21) Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah:
23
Untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Tujuan lain dari pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang bersifat lokal.
Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi
lingkungan antara lain meliputi:
a. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan
b. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.
2.1.2.2. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan
Menurut Ikhsan (2009:32) fungsi dan peran akuntansi lingkungan dibagi
ke dalam dua bentuk yaitu:
a. Fungsi Internal
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal
perusahaan sendiri. Yang menjadi faktor dominan pada fungsi internal ini adalah
pimpinan perusahaan (Ikhsan, 2009).
b. Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan akan
berfungsi dan berarti bagi perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta
transparansi mereka bagi para stakeholders untuk evaluasi dari kegiatan
konservasi lingkungan (Ikhsan, 2009).
Menurut U.S. EPA dalam Ikhsan (2009:26), mengemukakan bahwa:
Satu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam
24
pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan.
2.2. Pengertian Implementasi
Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2015:99) mengemukakan bahwa:
Lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yaitu, standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana kondisi sosial, politik dan ekonomi.
Dari beberapa variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja
implementasi menurut Meter dan Horn di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
tahap implementasi tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan saran-saran
ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Beberapa
tahapan tersebut digunakan untuk mengukur dan menjelaskan pencapaian
program.
Selain model implementasi yang dikemukakan oleh Meter dan Horn
terdapat juga model implementasi yang dikemukakan oleh Grindle. Keberhasilan
implementasi menurut Grindle dalam Subarsono (2015:93) dipengaruhi oleh dua
variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.
Dari pendapat ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa teori
implementasi Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu variabel isi
kebijakan dan variabel lingkungan kebijakan. Setiap variabelnya memiliki
pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam sudut pandang lingkungan masyarakat
sehingga masalah-masalah yang ada dalam lingkungan maupun sosial masyarakat
dapat disesuaikan dengan isi kebijakan yang akan dibuat.
25
2.3. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility)
Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering kali disebut sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak disampaikan oleh para pakar
maupun lembaga internasional. Ada beberapa pengertian CSR menurut pakar
ataupun lembaga, sebagai berikut:
The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
dalam Wibisono (2007:7) mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai, “continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at
large”.
Dari definisi tersebut dalam bahasa bebas maksudnya adalah komitmen
dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Bowen (1953) dalam Mardikanto (2014:86) mendefinisikan CSR sebagai,
“kewajiban pengusaha untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, atau
mengikuti garis tindakan yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai
masyarakat”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan
suatu tindakan yang dilakukan perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan
26
sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar
perusahaan itu berada. CSR juga bukan merupakan beban bagi perusahaan, tetapi
merupakan modal sosial perusahaan yang dapat berkontribusi untuk keberlanjutan
perusahaan dan membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders serta dapat
meningkatkan profit.
Pengertian CSR dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1
ayat (3) menyebutkan:
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
CSR diatur pula dalam penjelasannya Pasal 15 huruf b Undang Undang
No. 25 Tahun 2007 Penanaman Modal (UUPM) yaitu:
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pengertian CSR yang relatif mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah
dengan mengembangkan konsep yang lebih dikenal dengan ”Tripple Bottom Lines
(profit, planet, dan people)” yang digagas oleh John Elkington (1997). Elkington
(1997) dalam Wibisono (2007:32-37) memberi pandangan bahwa perusahaan
yang ingin berkelanjutan, harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar (profit)
perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat langsung pada pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga
kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam
bentuk segi tiga sebagai berikut:
27
Sosial(People)
Lingkungan Ekonomi (Planet) (Profit)
Gambar 2.1. Konsep Triple Bottom Line
Sumber: John Elkington, 1997
1. Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit atau mendorong harga saham setinggi-
tingginya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung
jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham (Elkington, 1997).
2. People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan salah satu stakeholder penting
bagi perusahaan, karena dukungan mereka yang terutama masyarakat sekitar
perusahaan sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan
masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat (Elkington, 1997).
3P
28
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang harus diperhatikan juga adalah planet atau Lingkungan.
Jika perusahaan ingin eksis maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada
lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan kita (Elkington, 1997).
2.3.1. Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut David (2008) dalam Hadi (2011:59-61) Mengurai prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial (social responsibility) menjadi tiga, yaitu:
1. Sustainbility
Sustainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan
aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan
(David, 2008).
2. Accountability
Accountability merupakan upaya perusahaan terbuka dan
bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan
ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal
(David, 2008).
3. Transparency
Transparency merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal.
Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut
dampak terhadap pihak eksternal. David (2008) menyatakan:
Transparency, as a principle, means that the external impact of the actions of the organization can be ascertained from that organization’s reporting and pertinent facts or not disguised within
29
that reporting. .......the effect of the action of the organization including external impact, should be apparent to all from using the information provided by the organization’s reporting mechanism.
Artinya, prinsip transparansi berarti dampak eksternal dari aktivitas
organisasi dapat diketahui dari pelaporan organisasi dan tidak ada fakta yang
disembunyikan dalam pelaporan tersebut. Dampak eksternal organisasi harus jelas
bagi semua pihak, dengan menggunakan informasi yang berasal dari mekanisme
pelaporan organisasi tersebut.
2.3.2. Pendekatan Dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility
(CSR)
Terdapat tiga pendekatan yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan
tanggung jawab sosial, yaitu: philanthropis (charity) dan kemitraan. Pendekatan
kemitraan terdapat tiga bentuk kemitraan, yaitu: (1) kemitraan kontra produktif;
(2) kemitraan semi produktif dan (3) kemitraan produktif menurut Hadi (2009)
dalam Hadi (2011:167-170) yaitu:
a. Philanthropy Charity
Pelaksanaan tanggung jawab sosial (social responsibility) tipe ini
umumnya didasarkan pada motif sosial murni. Pelaksanaan riil tanggung jawab
sosial (social responsibility) jenis ini, seperti bantuan bencana alam, prioritas
kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar termasuk kaum minoritas, peringatan
hari besar agama dan nasional, bantuan sarana ibadah, pendidikan, bantuan untuk
kampanye perdamaian antara etnis, bantuan kesehatan masyarakat sekitar,
bantuan posyandu, bantuan operasi katarak dan bibir sumbing, serta beberapa
bentuk sejenisnya. Bantuan sosial philantropis dapat langsung bersinggungan dan
30
dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat, berjangka pendek dan tidak
diharapkan berkontraproduktif langsung terhadap perusahaan. Namun anehnya,
jenis bantuan philantropis justru yang diidentikkan oleh masyarakat sebagai
tanggung jawab sosial, dibandingkan pengeluaran sosial dengan pendekatan lain.
b. Kemitraan semi produktif
Tipe kemitraan jenis ini stakeholder diposisikan di luar perusahaan
(objek). Program kemitraan semi produktif masih mengacu pada kepentingan
jangka pendek belum dan/atau tidak menimbulkan sense of belonging dan low
benefit dipihak stakeholder. Dengan kata lain, kemitraan tipe ini masih lebih
mengedepankan corporate interest bukan kepentingan bersama (common
interest). Tipe tanggung jawab sosial ini juga masih diarahkan dán berwawasan
bina lingkungan.
c. Kemitraan produktif (Empowering)
Pola kemitraan ini mendudukkan stakeholder dalam paradigma common
interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat kental serta pemberdayaan
masyarakat sangat kelihatan. Pola tanggung jawab sosial (social responsibility)
tipe ini memiliki kemampuan multiplier effect lebih baik dibanding dengan pola
karitas. Hal itu karena, pola kemitraan mengandung pendidikan kemandirian,
memposisikän stakeholder dalam derajat keberdayaan dan berrmuatan button up,
serta memiliki muatan pendidikan kemandirian stakeholder (community
development).
31
2.3.3. Model Corporate Social Responsibility (CSR)
Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
di indonesia menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) dalam Rusdianto (2013:14-
15) yaitu:
a. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau group-
nya. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi
yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
c. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga
atau organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media masa,
baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dalam satu konsorium,
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
2.3.4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
a. Manfaat CSR bagi masyarakat
Menurut Rusdianto (2013:13) manfaat CSR bagi masyarakat adalah:
Bagi masyarakat praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja,
32
meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut. Jika tredapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
b. Manfaat CSR bagi Pemerintah
Menurut Mardikanto (2014:135) manfaat CSR bagi pemerintah adalah:
Melalui CSR akan tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya.
c. Manfaat CSR bagi Korporasi
Muljati (2011) dalam Mardikanto (2014:136), mengemukakan beberapa
manfaat CSR bagi perusahaan, sebagai berikut:
Meningkatkan citra perusahaan, memperkuat “Brand” perusahaan, mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan, membedakan perusahaan dengan pesaingnya, menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan, membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan dan meningkatkan harga saham.
2.4. Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan perlu melakukan pelaporan pelaksanaan kegiatan CSR atau
yang saat ini disebut sebagai laporan keberlanjutan (sustainability report). Hal ini
merujuk pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Dalam pasal 66 ayat (2) butir (c) disebutkan secara tegas agar Perseroan
menyampaikan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau
yang biasa disebut CSR.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan CSR adalah standar
pelaporan. Pemerintah telah mengatur dalam Undang-Undang adanya kewajiban
Perseroan Terbatas untuk membuat laporan CSR. Akan tetapi dalam Undang-
Undang tersebut tidak mengatur bagaimana pedoman penyusunan laporan.
33
Sementara standar pelaporan sangat penting sebagai rujukan dalam penyusunan
laporan mulai tahap persiapan, pemantauan, sampai pada tahap evaluasi kinerja
CSR serta pemberian umpan balik untuk penyempurnaan laporan berikutnya.
Beberapa standar CSR yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
membuat laporan CSR (Wikipedia, n.d) adalah sebagai berikut:
Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington yaitu laporan yang menggunakan dasar triple bottom line ( 3BL ). Global Reporting Initiative ( GRI ), yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini. Verite, acuan pemantauan. Laporan berdasarkan standar akuntabilitas sosial internasional SA8000. Standar manajemen lingkungan berdasarkan ISO14000.
Tidak adanya standar yang jelas yang mengatur pelaporan kegiatan CSR
menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan setiap
perusahaan akan memiliki format laporan CSR yang berbeda-beda.
2.5. Kerangka Pemikiran
CSR dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (3)
menyebutkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen Perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Dilihat dari perspektif pembangunan yang lebih luas, CSR merujuk pada
kontribusi perusahaan terhadap konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), yakni pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan generasi saat
ini dan kebutuhan generasi masa yang akan datang secara terus menerus.
34
CSR secara umum dimaknai sebagai sebuah cara dalam rangka perusahaan
mencapai sebuah keseimbangan antara tujuan-tujuan ekonomi, lingkungan dan
sosial masyarakat, namun tetap merespon harapan-harapan para pemegang saham
(shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholder). Di dalam implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap karyawan maupun masyarakat
ada proses-proses dalam implementasi yakni perencanaan, pelaksanaan serta
evaluasi. Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Diolah, 2018
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai kewajiban karena menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam .
Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT Telen Prima Sawit ?
ALAT ANALISIS
Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan Model Analisis Miles dan Huberman (1984). Yang dilakukan dengan cara antara lain:
1. Reduksi Data2. Penyajian Data3. Kesimpulan
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) telah dilakukan oleh PT Telen Prima Sawit.
PT Telen Prima Sawit sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan usaha di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam.
35
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3. Ringkasan Hasil Penelitian TerdahuluNo Nama/
Tahun Penelitian
Judul Metode Penelitian
Kete-rangan Skripsi/Jurnal
Hasil Penelitian
1 Harli Berto Raharja (2011)
Studi Implementasi Corporate Social Responsibility Usaha Pengolahan Kayu di CV. Mertanadi.
Kualitatif Akun-tansi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan yang ditemukan pada dasarnya CV. Mertanadi telah memahami laporan keuangan. Namun dalam catatan keuangan perusahaannya sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
2 Winda Dwi Novita Sari (2014)
Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Masyarakat di Lingkungan Sekitar Perusahaan.
Analisis Kualitatif dengan pendekatan studi kasus
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
Penerapan CSR PT Bromo Panuluh Steel dengan masyarakat sekitar perusahaan sudah tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Bentuk kegiatan CSR yang diterapkan oleh PT Bromo Panuluh Steel berupa bidang pembangunan sarana dan prasarana umum, pendidikan, agama, pemberdayaan masyarakat dan kesehatan.
3 Yuko Sekar Saraswati (2014)
Implementasi Dan Pelaporan CSR : Strategi Bisnis Atau Tanggung Jawab Moral (Studi Kasus Pada Praktik CSR PT. Djarum).
Studi Kasus
Akun-tansi
Kegiatan CSR dilakukan sebagai strategi bisnis serta sebagai tanggung jawab moral. Sebagai strategi bisnis karena untuk kepentingan corporate, sedangkan tanggung jawab moral sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat dan negeri.
4 Risdianto Sumual (2015)
Analisis Penerapan Corporate Social Responsibility Pada PT Cargill Indonesia Amurang
Kualitatif Akun-tansi
PT. Cargill Indonesia Amurang menerapkan CSR-nya dalam bentuk program-program CSR baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan bermitra bersama masyarakat dan pemerintah. Program CSR tersebut juga dilaksanakan untuk melestarikan lingkungan.
Sumber: Referensi Jurnal dan Skripsi (2018)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengertian, batasan dan ruang lingkup
penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang
berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel
yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. PT Telen Prima Sawit, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi
di Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur.
2. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk tanggung
jawab perusahaan perkebunan kelapa sawit yang harus dilakukan karena
perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan pengolahan kelapa sawit
didalamnya agar tercapainya kepuasan baik dari pihak perusahaan maupun
masyarakat dan pemerintah setempat.
3. Kegiatan CSR pada PT Telen Prima Sawit adalah sekumpulan tindakan
penyerahan sumber daya baik yang berupa personel (sumber daya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
4. Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan oleh PT
Telen Prima Sawit. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
program sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan.
36
37
5. Implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) pada PT Telen
Prima Sawit merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya perusahaan untuk
terus dekat dengan masyarakat.
6. Perusahaan Telen Prima Sawit adalah setiap bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan dan
atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan
dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2013:1) Pendekatan kualitatif adalah:
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
3.3. Informan Penelitian
Afrizal (2016:139) mengemukakan bahwa, “informan penelitian adalah
orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain atau
suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau pewawancara mendalam”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka informan dalam penelitian ini adalah staf
yang berkompeten di bidang CSR PT Telen Prima Sawit yang telah ditetapkan
sesuai kebutuhan peneliti sebagai berikut:
38
Tabel 3.1. Informan PenelitianNo Nama Keterangan
1 Bapak Ahmad Hermain Lubis Head of CSR
2 Bapak Wahyudi Nugroho Staff CSR
Sumber: Data Diolah
3.4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi di PT Telen Prima Sawit.
Pengambilan lokasi di PT TPS di karenakan beberapa faktor. Pertama, PT TPS
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Maka perusahaan wajib
melaksanakan CSR sesuai Pasal 74 ayat (1) UUPT. Kedua, perusahaan menyerap
banyak tenaga kerja sehingga harus ada perhatian dari perusahaan berkaitan
dengan banyaknya karyawan yang ada supaya tidak terjadi gesekan-gesekan yang
menimbulkan konflik yang dapat merugikan perusahaan. Ketiga, berkaitan dengan
limbah dari pabrik PT TPS yang secara umum terdiri dari limbah padat dan
limbah cair, sehingga memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan
masyarakat. Terkait dengan tiga faktor tersebut, peneliti ingin meneliti mengenai
implementasi CSR sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan,
lingkungan dan sosial serta menjelaskan bentuk-bentuk CSR pada PT TPS.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Menurut Gani dan Amalia (2015:2) mengemukakan bahwa:
Data berdasarkan sumber terdiri dari 2 kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik dari hasil pengukuran maupun observasi langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber utama.
39
Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari sumber data primer yang
dikumpulkan diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun hasil
diantaranya mengenai objek penelitian dan data mengenai laporan CSR PT
TPS. Serta data sekunder yang di peroleh dari berbagai sumber seperti
tulisan-tulisan, hasil penelitian orang lain, buku-buku referensi, literatur dan
sumber-sumber lainnya yang relevan yang digunakan dalam penelitian. .
3.6. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:62) bahwa, “teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi, interview, kuesioner, dokumentasi dan gabungan
keempatnya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis gunakan,
berkisar pada tiga instrument ini: observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai
berikut:
1) Teknik Wawancara Mendalam
Teknik wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2013:72)
yaitu, “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara mendalam
yang tidak terstruktur atau terbuka dimana dapat digunakan untuk penelitian yang
lebih mendalam dalam suatu penelitian pendahuluan. Dalam wawancara terbuka,
peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang diceritakan oleh para
40
informan tersebut, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan selanjutnya
dengan lebih terarah pada tujuan untuk mencapai informasi yang diperlukan.
2) Observasi
Menurut Syaodih (2006:220) observasi yaitu:
“Observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan panca indra peneliti. Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat dianalisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan.”
Sanifah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2013) “mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi partisipatif (participant observation), observasi yang terang-
terangan dan tersamar (overt observation and convert observation), dan observasi
yang tak berstruktur (unstructured observation)”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis observasi partisipatif
(participant observation). Namun, karena adanya keterbatasan waktu peneliti
melakukan observasi dengan partisipasi pasif (passive participation), dalam hal
ini peneliti datang ke tempat kegiatan/objek yang diamati, tetapi tidak terlibat
sepenuhnya dalam kegiatan tersebut (Susan Stainback, 1998) dalam (Sugiyono,
2013:405).
3) Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:82-83) dokumentasi yaitu:
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
41
gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
4) Studi Pustaka
Untuk memperoleh dasar dan landasan pemikiran teoretis yang dalam
penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian atau studi untuk memperoleh
data berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh dari literatur yang membahas
mengenai implementasi CSR pada sebuah perusahaan.
3.7. Metode Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan Model Analisis
Miles and Huberman (1984). Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2013:91-99) mengemukakan bahwa, “aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data adalah merangkum, memillih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan
elektronik seperti komputer dan sebagainya. Data yang didapat saat di lapangan
terkait dengan penerapan program-program CSR akan dipilih dan
diklasifikasikan, sehingga dapat mereduksi data yang memiliki temuan. Data yang
42
tidak terkait dengan penerapan program-program CSR akan dibuang (Miles and
Huberman, 1984).
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori. Melalui penyajian data, data akan terorganisasi sehingga
mudah dipahami. Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif (Miles and Huberman, 1984).
3. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah pada
penelitian kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung
pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan
kredibel. Kesimpulannya berupa gambaran teks secara deskriptif berdasarkan
hasil penelitian di lapangan (Miles and Huberman, 1984).
3.8. Uji Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono 2016:267).
Dengan demikian data yang valid adalah data “'yang tidak berbeda" antara data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian. Uji validitas pada penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
43
kuantitatf. Menurut Sugiyono (2016:267), dalam uji validitas kualitatif terdapat
dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Pada penelitian ini menggunakan uji validitas internal, yaitu validitas yang
berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai
(Sugiyono, 2016:267). Dalam uji validitas internal atau yang disebut juga uji
kredibilitas data, dapat dilakukan salah satunya dengan cara “triangulasi”.
Menurut Wiliam (1986) yang dikutip oleh Sugiyono (2016:273)
mengemukakan bahwa, “triangulasi ini diartikan sebagai pengecekkan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Menurut Sugiyono
(2013:423) bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama (Sugiyono, 2013:423). Peneliti menggunakan pengamatan (observasi),
wawancara mendalam (deep interview), dan dokumentasi untuk sumber-sumber
data yang sama secara serempak Berikut Bentuk trianguiasi teknik:
Gambar 3.2. Triangulasi “teknik” pengumpulan dataSumber: Buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D oleh Sugiyono 2013
a. Pengamatan(Observasi)
b. Wawancara Mendalam
c. Dokumentasi
Sumber Data Sama
44
Dalam triangulasi pada penelitian ini terdapat triangulasi sumber perolehan data
digambarkan pada gambar 3.3. dan triangulasi prosedur pengumpulan data
digambarkan pada gambar 3.4. sebagai berikut:
Gambar 3.3. Triangulasi Sumber DataSumber: Buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D oleh Sugiyono 2016
Gambar 3.4. Triangulasi Pengumpulan Data PenelitianSumber: Buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D oleh Sugiyono 2016
Atasan
Bawahan
Teman
Dokumentasi
ObservasiWawancara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Telen Prima Sawit
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT Telen Prima Sawit (TPS) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan kelapa sawit di bawah manajemen Teladan Prima Group
(TPG). TPG adalah group perusahaan swasta berskala nasional yang bergerak
dalam bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Didirikan pada tahun 2004,
terletak di Provinsi kalimantan Timur, dimulai dari Kabupaten Berau dan
berkembang ke Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser hingga Kabupaten
Kutai Kartanegara. Keberadaan TPG memberikan dampak bagi kesejahteraan
masyarakat khususnya di Provinsi Kalimantan Timur dan pertumbuhan
perekonomian Republik Indonesia. Perjalanan dari group ini mulai tahun 2004
hinga saat ini di tandai dengan pembukaan kebun dan PKS sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kebun dan PKS Teladan Prima Group
Tahun Tgl/Bulan Keterangan
2004 01 Juni
Desember
Talisayan Estate (TSE), PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Wil. Berau.Bukit Permata Estate (BPE), PT Telen, Wil. Kutim I.
2005 AprilJuliNovember
Ampen Medang Estate (AME), PT Inti Energi Kaltim, Wil. Berau.Pengadan Baay Estate (PBE), PT Telen, Wil. Kutim I.Mata Air Estate (MAE), PT Sawit Prima Nusantara, Wil. Kutim I.
2006 April
Juni
Muara Bengkal Estate (MBE), PT Telen Prima Sawit, Wil. Kutim II Benua Baru Estate (BBE), PT Telen Prima Sawit, Wil. Kutim II.Biatan Estate (BTE), PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Wil. Berau.
Disambung ke halaman berikutnya
45
46
Tabel 4.1. SambunganTahun Tgl/Bulan Keterangan
2007 Juli Sei Karangan Estate (SKE),PT Telen, Wil. kutim I.Long Mesangat Estate (LME), PT Gemilang Sejahtera Abadi, Wil. Kutim II.
2009 02 Januari
28 Januari
TSE dibagi menjadi Pengadan Baay-1 Estate (TSI) dan Talisayan-2 Estate (TS2). Commissioning Talisayan Mill (TSM), PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Wil.Berau.
2010 02 Maret
08 Maret
April10 Oktober
PBE dibagi menjadi Pengadan Baay-1 Estate (PB1) dan pengadan Baay-2 Estate (PB2).Commissioning pengadan Baay Mill (PBM), PT Telen, Wil. Kutim I.Layang-layang Estate (LYE), PT Telen, Wil. Kutim I.Commissiong Muara Bengkal Mill (MBM), PT Telen Prima Sawit, Wil. Kutim II.
2011 11 Januari
Maret
Tanjung Harapan Estate (THE), PT Multi Jayantara Abadi, Wil. Kutim II.MBE dibagi menjadi Muara Bengkal-1 Estate (MB1) dan Muara Bengkal-2 Estate (MB2).
Sumber: www. teladanprima.com
Nama group “Teladan Prima Group”. Nama Teladan dan Prima diambil
dari group pemegang saham yaitu PT Teladan Agro Resources (yang berada di
bawah Holding Company Teladan Resources, dahulu Teladan Minerindo), dan PT
Sandaran Prima Sawit. Kata Teladan mempunyai makna memberi contoh bukan
hanya cara berpikir saja tetapi dalam hal bersikap, bertindak serta berperilaku.
Sedangkan kata Prima bermakna keunggulan, terbaik. Salah satu identitas
perusahaan tersebut adalah logo perusahaan. Logo Teladan Prima Group telah
terdaftar di Direktoral Jendral Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor registrasi IDM000142158 di kelas
44 (Perkebunan dan Kehutanan) tanggal 25 Oktober 2007. TPG memiliki
perusahaan yang berada di bawah manajemennya yang terdapat di beberapa
daerah yaitu Berau, Kutai Timur, Paser, Kutai Kartanegara. Areal kebun wilayah
Kutai Timur dibagi menjadi wilayah Kutai Timur I dan wilayah Kutai Timur II.
Sebagai Berikut:
47
Tabel 4.2. Areal Kebun Wilayah Kutai Timur
Wilayah Kutim I Wilayah Kutim II
1. PT TelenBukit Permata Estate (BPE), Pengadan Baay 1 Estate (PB1), Pengadan Baay 2 Estate (PB2), Sei Karangan Estate (SKE), Layang-layang Estate (LYE), Pengadan Baay Mill (PBM).
2. PT Sawit Prima NusantaraMata Air Estate (MAE).
1. PT Telen Prima SawitMuara Bengkal 1 Estate (MB1), Muara Bengkal 2 Estate (MB2), Benua Baru 1 Estate (BB1), Benua Baru 2 Estate (BB2), Muara Bengkal Mill (MBM).
2. PT Gemilang Sejahtera AbadiLong Mesangat Estate (LME).
3. Tanjung Harapan Estate (THE)
Sumber: www.teladanprima.com
Salah satu perusahaan yang berada di bawah manajemen TPG yaitu PT
TPS. PT TPS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa
sawit di bawah manajemen TPG. PT TPS yang secara administrasi berada di
Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur mempunyai HGU seluas
10.143,87 hektar yang berada di 4 (empat) desa dan 2 (dua) kecamatan, yaitu
Desa Senambah, Desa Benua Baru, Desa Batu Balai yang berada di Kecamatan
Muara Bengkal, serta Desa Sumber Agung (SP 8) yang berada di Kecamatan
Long Mesangat. PT TPS terdiri dari 4 (empat) unit kebun dan 1 (satu) pabrik
pengolahan kelapa sawit, dengan alamat kantor perwakilan Samarinda di jalan
Gadjah mada S-4 Samarinda, kode pos 75122.
PT TPS memiliki Muara Bengkal 1 Estate (MB1), Muara bengkal 2 Estate
(MB2), Benua Baru 1 Estate (BB1), Benua Baru 2 Estate (BB2) Muara Bengkal
Mill (MBM).
1. Muara Bengkal Estate (MBE)
Nama Muara Bengkal Estate (MBE) berasal dari nama kecamatan yang
ada disekitar lokasi kebun, Kecamatan Muara Bengkal. MBE merupakan kebun
keenam yang dibangun oleh perusahaan, dan kebun pertama di wilayah kutim II.
48
Kebun yang berada di bawah PT TPS ini mulai beroperasi sejak bulan April 2006
dengan mempunyai luas areal ± 6.000 Ha. Namun, sejak bulan Maret 2011, MBE
resmi dibagi menjadi Muara Bengkal 1 Estate (MB1) dan Muara Bengkal 2 Estate
(MB2) dengan alasan efisiensi dan efektivitas yang dipimpin oleh masing-masing
Estate Manager.
2. Benua Baru Estate (BBE)
Benua Baru Estate (BBE) merupakan kebun ketujuh yang di bangun
perusahaan dan berada di bawah PT TPS. Kebun yang mempunyai luas areal ±
7.000 Ha ini memulai operasinya pada bulan April 2006. Sejak bulan Januari
2012, dengan alasan efisiensi dan efektifitas, BBE resmi dibagi menjadi Benua
Baru 1 Estate (BB1) dan Benua Baru 2 Estate (BB2) yang masing-masing di
pimpin oleh Estate Manager. BBE memulai kegiatan Land Clearing pada bulan
April 2006 dan tanam perdana pada bulan Mei 2006.
3. Muara Bengkal Mill (MBM)
Muara Bengkal Mill (MBM) adalah pabrik ketiga di dalam TPG setelah
Talisayan Mill (TSM) di area Berau dan Pengadan Baay Mill (PBM) di Area
Kutim 1. MBM yang berada di bawah PT TPS terletak di Desa Batu Balai,
Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur. Areal MBM berada di dalam
Kebun Muara Bengkal 1 (MB1) Afdeling 2 dengan luasan sekitar 25 ha.
Pada saat ini MBM sedang melaksanakan project penambahan kapasitas
pabrik dari 45 ton/jam menjadi 60 ton/jam yang dikerjakan oleh kontraktor PT
Pancakarsa Bangun Reksa dari Medan yang selesai pada awal tahun 2016.
49
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
4.1.2.1. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan industri kelapa sawit yang memberikan hasil terbaik
dan menjadi kebanggaan.
4.1.2.2. Misi Perusahaan
Membangun industri kelapa sawit yang memberikan kualitas terbaik dan
nilai tinggi berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.
4.1.3. Strategi Perusahaan
1. Membangun kapasitas dan kemampuan organisasi yang sehat
dibangun dari human capital yang kuat dan solid.
2. Mencapai produktivitas dan kualitas tinggi dengan biaya rendah.
3. SDM yang memiliki azas pembangunan kerja
4. Ekspansi dan pengembangan areal baru.
4.1.4. Kebijakan Sawit Lestari Teladan Prima Group
Teladan Prima Group dalam membangun industri kelapa sawit akan
memberikan kualitas terbaik dan nilai tinggi berkelanjutan bagi seluruh pemangku
kepentingan. Teladan Prima Group berkomitmen untuk:
1. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
sesuai dan diperlukan didalam melakukan kegiatan usaha.
2. Menerapkan praktik terbaik, berkelanjutan dan perbaikan secara
terus menerus terhadap teknis budidaya dan pengolahan hasil.
50
3. Melakukan tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan
berkelanjutan terhadap pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja
dan sakit akibat kerja.
4. Menerapkan praktek tanpa bakar.
5. Mengelola kelestarian keanekaragaman hayati.
6. Memberikan jaminan sosial ketenagakerjaan dan tidak
mempekerjakan anak dibawah umur.
7. Memberikan peluang dan perlakuan yang sama untuk mendapat
kesempatan kerja dan berkarier tanpa memandang agama, suku, ras,
gender serta pandangan poliltik.
8. Memberi kebebasan untuk berserikat dan memfasilitasi terbentuknya
koperasi.
9. Mencegah tindakan kekerasan, pelecehan seksual serta melindungi
hak reproduksi perempuan.
10. Menjalankan tanggung jawab sosial dan menjaga nilai budaya serta
kearifan lokal.
Kebijakan Sawit Lestari Teladan Prima Group ini merupakan dokumen publik,
tersedia bagi pemangku kepentingan dan dikaji secara berkala.
4.2. Analisis Data dan Pembahasan
4.2.1. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan 2 orang sebagai informan yang berkaitan dengan
51
implementasi corporate social responsibility. Informan yang di ambil berasal dari
pihak dalam (internal) perusahaan, dimana sebagai head of CSR dan staff CSR.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka peneliti memperoleh
informasi mengenai hal sebagai berikut:
1. Implementasi CSR PT Telen Prima sawit
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan yang
dilakukan perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan itu
berada. CSR juga bukan merupakan beban bagi perusahaan, tetapi merupakan
modal sosial perusahaan yang dapat berkontribusi untuk keberlanjutan perusahaan
dan membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders serta dapat meningkatkan
profit. Dalam menjalankan CSR perlu adanya suatu pemahaman terlebih dahulu
mengenai definisi dari CSR itu sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan baik. Berikut merupakan pandangan perusahaan tentang CSR,
Bapak Hermain Head of CSR PT TPS menyatakan bahwa:
“Secara umum kalau kita artikan dari bahasa corporate social responsibility tanggung jawab sosial perusahaan. Jadi secara umum tanggung jawab sosial itu menurut saya, seberapa besar peran perusahaan yang bisa di rasakan oleh masyarakat sekitar yang manfaatnya tentu dalam artian positif terjadi perbedaan situasi dan kondisi masalah sosial masyarakat sebelum dan sesudah kita ada disitu.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Menurut saya CSR itu lebih pada investasi sosial, kita tidak pernah bisa membudgetkan fix berapa sih jika nanti terjadi konflik sosial. Konflik sosial bisa sangat besar bisa juga sangat kecil bahkan tidak terjadi. Tapi dengan adanya investasi sosial kita bisa memanage itu.”
52
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bapak Hermain
dan Bapak Wahyu yang merupakan staff CSR perusahaan memiliki pemahaman
yang baik dan mendalam mengenai CSR. Jadi dari penjelasan tersebut, secara
umum CSR sudah di terapkan oleh perusahaan.
2. Pelaksanaan program CSR PT Telen Prima Sawit
Program tanggung jawab sosial dan lingkungan biasanya dilaksanakan
dalam beberapa bentuk kegiatan, antara lain bisa berupa donasi (charity),
kedermawanan (phylanthropy), dan pemberdayaan masyarakat (community
development). Dalam pelaksanaan program CSR PT TPS dibedakan atas dua
kegiatan utama, yaitu Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dan Bantuan
Sosial sebagai berikut:
a. Pemberdayaan masyarakat
Kegiatan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat di artikan sebagai
kegiatan pengembangan masyarakat yang di arahkan untuk memperbesar akses
masyarakat mencapai kondisi sosial ekonomi dan budaya yang lebih baik,
sehingga di harapkan masyarakat dapat lebih mandiri dengan kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih baik. Berikut merupakan pandangan perusahaan tentang
pemberdayaan masyarakat, Bapak Hermain Head of CSR PT TPS menyatakan
bahwa:
“kita memang belum bisa murni sampai ke situ jadi pemberdayaan jalan bantuan sosial itu masih tetap ada, gak bisa kita tinggalkan 100 % murni ke pemberdayaan. Itulah yg kami selalu informasikan kepada masyarakat bahwa program CSR itu bukan program bagi-bagi uang, itu yang selalu saya tekankan.”
53
Dari pernyataan informan tersebut di peroleh informasi bahwa perusahaan dalam
menjalankan CSR tetap melaksanakan bantuan sosial, tidak murni pemberdayaan
masyarakat.
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Pemberdayaan masyarakat saya pikir akan lebih bisa membuat masyarakat di sekitar kebun itu lebih cepat kondusif dan lebih mandiri. Salah satunya ada plasma dan kemitraan lokal, kita bisa lihat perubahannya sangat cepat sekali secara ekonomi. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan sesuai dengan potensi SDM dan SDA, kalau ada potensi kita akan bina dan kembangkan. Pemberdayaan masyarakat ini menjadi rohnya kegiatan CSR .”
Pernyataan informan menjelaskan salah satu dari mekanisme pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan sesuai dengan potensi SDM dan SDA.
b. Bantuan Sosial
Program bantuan sosial (donasi/charity) adalah pemberian bantuan berupa
uang atau barang kepada individu dan atau kelompok yang sifatnya selektif dan
tidak di berikan secara terus menerus yang bertujuan jangka pendek melindungi
terjadinya kemukinan resiko sosial. Pelaksanaan program bantuan sosial di
gambarkan dari penjelasan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS dalam
wawancara bahwa:
“Intinya memang tidak 100 % bisa kita tinggalkan yang namanya charity tetap harus ada tetapi berangsur-angsur porsinya kita perkecil. Kita lebih kepada program-program pemberdayaan, walaupun juga tidak bisa 100%.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“ya memang tidak bisa ya kita serta merta langsung mengurangi bantuan sosial. Bantuan sosial tetap kita laksanakan juga tetapi bertahap kita kurangi. Bantuan sosial sekarang makin berkurang karena kondusifitas disana jauh lebih maju dari yang dulu.”
54
Dari pernyataan-pernyataan informan tersebut dapat di simpulkan bahwa program
bantuan sosial tetap dilaksanakan tetapi berangsur-angsur di kurangi.
3. Pembentukan program CSR PT Telen Prima sawit
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan penulis, dapat dilihat
bahwa PT TPS telah melaksanakan berbagai macam program CSR dan dalam
manjalankan CSR PT TPS melaksanakan social mapping, setelah itu hasil social
mapping kemudian dikolaborasikan dengan menerima masukan-masukan dari
masyarakat dalam pertemuan yang dikordinir oleh pejabat Desa setempat, Seperti
yang di paparkan oleh Bapak Hermain Head of CSR PT TPS dalam wawancara
sebagai berikut:
“Kita sebelum merencanakan suatu program itu melakukan social mapping. Selain permintaan dari masyarakat, terkadang kita juga melakukan social mapping dengan coba komunikasi dengan pimpinan daerah Kepala Desa, atau Camat. Masukan dari mereka kita crosscheck kelapangan, cocok nggak ini yang di sampaikan dengan kondisi di lapangan kemudian kita lihat anggaran kita. Tapi intinya memang semua yang kita rencanakan itu selalu berdasarkan social mapping.
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Dalam perencanaan kita melakukan identifikasi masalah ini yang kita bilang sebagai social mapping, identifikasi ini terkait identifikasi latar belakang masyarakat, potensi SDM dan SDA. Secara operasional kita turun kelapangan langsung dan melakukan diskusi bersama masyarakat, terutama ke kepala desa kita gali agar nanti dalam implementasinya tidak salah sasaran atau kurang tepat.”
Hasil dari social mapping yang dikolaborasikan dengan masukan masyarakat
kemudian menjadi acuan dalam implementasi CSR PT TPS walaupun tidak semua
usulan yang diberikan oleh masyarakat dijalankan, sebab keputusan akhir terdapat
pada pusat, PT TPS hanya mengusulkan program kerja keputusan akhir di
55
tentukan oleh pusat. Senada yang dikemukakan oleh Bapak Hermain Head of
CSR PT TPS yaitu:
“Dari social mapping pada saat kita bincang-bincang kan ada masukan itu, gak semua juga memang harus kita laksanakan. Ada juga yg menurut mereka butuh, menurut kita memang benar butuh. Kita di akhir tahun membuat perencanaan, perencanaan itu dalam bentuk program dan dateline kemudian di rekap di satu departemen lalu kirim ke Jakarta.”
Hal ini juga dinyatakan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS sebagai berikut:
“Begitu kita ngobrol dengan masyarakat tadi kira-kira program apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah program ini disetujui oleh desa, kecamatan maka kita berkordinasi dengan instansi terkait.”
Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa PT TPS dalam membentuk program-
program CSR cukup partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam
menghasilkan program-program CSR melalui pertemuan yang bertujuan untuk
mengkolaborasikan hasil social mapping dan masukan/harapan masyarakat.
Berikut bagan alur bagaimana program CSR PT TPS terbentuk.
Gambar 4.2. Alur Terbentuknya Program CSR PT TPS
Sumber: Data Diolah, 2018
4. Program-program CSR pada tahun 2016 dan 2017
1. Pendidikan
Terdapat beberapa program pendidikan yang dijalankan dalam tahun 2016
yaitu tambahan honor guru-guru, ikut serta dalam kegiatan MTQ, pelatihan guru-
Social mapping
Menerima usulan masyarakat
Pengajuan usulan program ke pusat
Program CSR yang disetujui pusat
56
guru, pendidikan sistem ganda, selain sarana prasarana berupa gedung sekolah,
perusahaan juga menyediakan fasilitas antar jemput berupa truk yang telah
dimodifikasi. Pada tahun 2017 program yang dijalankan masih seperti tahun-tahun
sebelumnya seperti tambahan honor guru-guru serta ikut dalam kegiatan MTQ.
Berikut pemaparan masing-masing program pendidikan:
a. Perusahaan tetap komit dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
sekitar kebun dengan mendukung peningkatan kegiatan belajar mengajar di
sekolah-sekolah yang berada di ring 1 PT TPS. Taman kanak-kanak Prumpung
Sari, Desa Benua Baru, Kecamatan Muara Bengkal adalah salah satunya.
Tambahan honor guru-guru di TK diharapkan dapat memotivasi para guru
untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar sehingga akan menghasilkan
anak didik yang lebih baik dari sebelumnya. Berikut kutipan wawancara
dengan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS:
“Contoh di Muara Bengkal ya, kita ada memberikan honor guru di TK Prumpung Sari di Benua Baru. Intinya memang pendidikan itu kan kualitas murid akan bergantung kepada kualitas guru. Jadi honor mungkin salah satu juga penyebab atau yang mendorong guru untuk bisa lebih seriuslah mengajar.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Kalau sementara yang bisa kita lakukan saat ini ya bantuan honor, sarana belajar. Di TPS ini baru TK Prumpung Sari di Benua Baru.”
b. Pendidikan keagamaan yang rutin dilaksanakan salah satunya adalah
keikutsertaan dalam kegiatan MTQ se Kabupaten Kutai Timur di Sangatta.
Perusahaan selalu mendukung kegiatan tersebut baik dengan bantuan dana
maupun sarana transportasi bagi peserta dan pendamping. Berikut kutipan
wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS:
57
“Jadi kegiatan MTQ itu rutin baik yang di adakan di desa ataupun yang di adakan di Kecamatan ataupun di Kabupaten. Jadi bisa dalam artian bantuan untuk kegiatan MTQ di desa atau biaya keberangkatan tim dari desa atau khafilah dari desa untuk tingkat Kecamatan atau Kabupaten itu memang rutin untuk setiap tahun kita bantu.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Kegiatan MTQ setiap tahun kita lakukan, kita bantu tidak hanya dana, kalau di Muara Bengkal itu kendaraan, dana rutin kita berikan. Begitu juga dengan kecamatan yang lain.”
c. Bantuan pelatihan para guru di dinas pendidikan Kabupaten Kutai Timur di
Sangatta. Bantuan operasional dan transportasi ini sebagai wujud dukungan
dan komitmen untuk bidang pendidikan. Berikut kutipan wawancara dengan
Bapak Hermain Head of CSR PT TPS:
“Jadi kalau itu begini, contoh kasus pernah sekolah memberikan proposal ke kita, guru-guru tersebut akan di adakan pelatihan misalnya di samarinda atau jawa gitu kan, ya kita tidak bisa membantu 100 %. Bisa jadi kita hanya bantu sebagian saja, sebagian dari biaya transportnya, terus sebagian dari uang sakunya kah, tapi intinya setiap ada permohonan walaupun sedikit kita akan bantu.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Biasanya ada peningkan SDM, nah kepala sekolah berkordinasi dengan dinas pendidikan kecamatan. Itu sudah ada jadwal rutin dari dinas ppendidikan.”
d. Pendidikan sistem ganda adalah kegiatan magang para siswa sekolah kejuruan
atau dikenal juga dengan istilah Praktek Kerja Lapangan (PKL). Aktivitas
magang di PT Telen Prima Sawit didukung perusahaan dengan memberikan
uang saku kepada para siswa. Komitmen program pendidikan ditandai juga
dengan telah berjalannya aktivitas belajar mengajar di SD Teladan Prima Satu
di kebun Benua Baru 2. Selain sarana prasarana berupa gedung sekolah,
perusahaan juga menyedakan fasillitas untuk antar jemput siswa/i berupa truk
58
yang telah dimodifikasi. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain
Head of CSR PT TPS:
“Kalau anak pkl ini kita kasih uang saku memang, malah selain uang saku transportnya juga kita yang bantu.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“PKL baik SMA maupun anak-anak kuliah, kita kasih uang saku walau sedikit tapi ya buat anak-anak sekolah ya sudah menutupin uang saku lah.”
2. Program kesehatan
PT Telen Prima Sawit memiliki klinik kesehatan lengkap dengan tenaga
medis dan dokternya, selain juga sarana dan prasarana pendukung seperti
ambulance yang di sediakan untuk karyawan dan masyarakat sekitar kebun.
Klinik kesehatan ini bekerjasama dengan puskesmas yang ada di sekitar
perusahaan. PT Telen Prima Sawit Pada tahun 2016 ikut berpartisipasi dalam
kegiatan lain yang masih berhubungan dengan bidang kesehatan seperti:
a. Berpartisipasi dalam kegiatan “seribu jamban” yang di selenggarakan oleh
pihak TNI bekerjasama dengan Dinas Kesehatan.
b. Partisipasi dalam kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dan kaki
gajah dengan mencetak stiker monitoring jentik nyamuk yang bekerjasama
dengan UPT Puskesmas Muara Bengkal.
PT Telen Prima Sawit pada tahun 2017 ikut berpartisipasi dalam kegiatan operasi
katarak yang dilaksanakan di Puskemas Muara Bengkal bekerjasama dengan
Yayasan Habibi dari Jakarta serta UPT Puskesmas Muara Bengkal. Kegiatan
tersebut dikuti oleh 75 peserta dari 4 Kecamatan di sekitar Kecamatan Muara
59
Bengkal. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR PT
TPS atas penjelasan terkait program kesehatan:
“Program kesehatan kami yang rutin itu seperti di Karangan, kesehatan ini juga kan banyak faktor ya, jadi memang kembali kepada yang pertama karena biaya kita terbatas yang menyangkut dengan kesehatan itu apa saja kita coba cari item-itemnya. Jadi waktu itu ada program kolaborasi operasi katarak. Jadi tidak semua program itu program-program kita, kita juga bisa nebeng dengan program puskesmas.
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Di puskesmas ini ada beberapa program yang sudah kita laksanakan seperti operasi katarak, pemberantasan demam berdarah, seribu jamban. Komunikasi kita dengan dokter di setiap unit harus kita jaga dan bekerja sama.
3. Program infrastruktur
Listrik adalah sarana penting yang telah menjadi kebutuhan pokok saat ini,
namun belum semua desa bisa menikmati listrik selama 24 jam. Desa Batu Balai
adalah desa ring 1 yang masih menggunakan genset untuk sarana penerangan
warganya. Untuk meringankan beban warga Desa Batu Balai, PT TPS setiap
bulannya membantu biaya operasional genset (solar). PT TPS pada tahun 2016
bekerjasama dengan PT PLN (Persero) mengalirkan listrik untuk masyarakat yang
berasal dari kelebihan daya (excess supply) pabrik pengolahan kelapa sawit
(MBM) dan didistribusikan ke masyarakat. Dalam bidang infrastruktur tahun
2017 PT TPS melaksanakan perawatan jalan poros dari simpang empat KM 6
Desa Benua Baru sampai ke Desa Ngayau yang meliputi empat desa (Desa Benua
Baru, Muara Bengkal Ulu, Muara Bengkal llir, Ngayau) dengan menggunakan
timbunan sirtu serta alat berat road grader, excavator dan bomag. Berikut kutipan
60
wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS atas penjelasan terkait
program infrastruktur:
“Kalau infrastruktur itu lebih banyak pada jalan, perawatan jalan. Jadi biaya-biaya yang timbul dari perbaikan jalan itu yang kita masukan kedalam program infrastruktur tadi. Infrastruktur sebagian besar itu masalah perbaikan jalan.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Kalau listrik ini sebenarnya dari perusahaan untuk masyarakat. Tapi dalam operasionalnya kita tidak bisa memberi sumber daya listrik itu kemasyarakat secara gratis, karena masuk dalam UU SDM bahwa itu termasuk sumber daya yang harus dikuasai oleh negara dan di atur di negara. Oleh karena itu kami bekerja sama dengan PLN.
4. Program sosial budaya dan keagamaan
Terdapat beberapa program sosial budaya dan keagamaan yang dijalankan
dalam tahun 2016 yaitu:
a. Tari Jepen adalah salah satu tari tradisional pesisir yang merupakan tarian asli
masyarakat Kutai di Muara Bengkal. Terdapat beberapa sanggar tari Jepen di
Kecamatan Muara Bengkal, namun untuk tahap awal yang dibina adalah
sanggar tari “Lestari Budaya” di Desa Muara Bengkal Ulu. Partisipasi PT TPS
untuk sanggar tari Lestari Budaya yaitu memberikan bantuan mesin jahit, obras
dan bahan seragam. Pengurus sanggar tari memiliki kemampuan menjahit
seragam namun mesin jahit yang ada dalam kondisi rusak. Bantuan mesin jahit
dan obras beserta bahan seragam sekaligus memotivasi dan menggali potensi di
internal sanggar tari agar tidak terbiasa meminta l00%.
Selanjutnya pada tahun 2017 Pendampingan yang dilaksanakan pada
Sanggar Tari "Lestari Budaya" Muara Bengkal. Sebagai tindak lanjut dari
61
kegiatan tahun 2016, PT TPS pada tahun 2017 ini melaksanakan kegiatan
pemberian bantuan aksesoris untuk kostum tari dan bantuan honor untuk 2
(dua) orang pelatih tari. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain
Head of CSR PT TPS:
“Waktu itu berdasarkan social mapping ketemu sama Pak Poniran kemudian Pak Camat juga, pada saat itu masih Pak Suandi. Menginformasikan bahwa mereka punya potensi, jadi kita komunikasi beberapa kali kita simpulkan kita coba bantu dari sisi pemberian honor pelatih.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Kearifan lokal itu harus kita angkat karena jangan sampai dengan kedatangan kita kearifan lokal tergerus. Kita coba identifikasi setiap unit. Memang ada yang ada, ada juga yang tidak. Walaupun ada tari yang lain selain tari jepen, tetapi prestasinya sudah bagus dari awal.
b. Bantuan hewan qurban melalui baznas
PT TPS ikut berpartisipasi dalam hal pengadaan hewan qurban melalui Badan
Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Kutai Timur.
c. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Benua Baru PT TPS pada
tahun 2016 dan 2017 ikut berpartisipasi dalam hal penyelenggaraan Maulid
Nabi Muhammad SAW.
d. Kegiatan operasional tokoh masyarakat, adat dan kepala desa
Bantuan biaya operasional tokoh masyarakat, tokoh adat dan kepala desa rutin
diberikan setiap bulan kepada tokoh-tokoh di desa ring 1 pada tahun 2016 dan
2017. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik yang telah terjalin
selama ini. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR
PT TPS atas penjelasan terkait program sosial budaya dan keagamaan:
62
“Bantuannya itu rutin, itu termasuk bagian bantuan sosial charity tadi yang agak susah kita hilangkan. Tetap kita kasih ya mungkin kalo bisa kita kurangi ya kita kurangi, cuman memang untuk di hilangkan memang tidak.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Bantuan sosial ini rutin kita laksanakan, jadi masyarakat kalau ada bantuan qurban dari yang lain mereka tidak meminta ke perusahaan. Tetapi kalau tidak ada ya pasti ke perusahaan. Kalau hari-hari besar keagamaan, kegiatan operasional tokoh masyarakat bisa di bilang rutin, nah itulah yanng kita bisa budgetkan dari kegiatan-kegiatan rutin bantuan sosial.”
5. Bidang pemberdayaan ekonomi
Dalam bidang pemberdayaan ekonomi pada tahun 2017 merupakan
kelanjutan program sebelumnya berupa pembuatan demplot baru ikan air tawar
dengan menggunakan terpal di Dusun Pulau Padam Api, Desa Senambah,
Kecamatan Muara Bengkal. Adapun yang telah terealisasi di tahun 2017 adalah
berupa satu unit pompa air 2" merk power-tech SP 20, satu roll selang 1,5"
sepanjang S0 meter, shock 2" ke 1,5" satu unit, selang spiral 3 meter, paranct 10
meter, jaring "hancau" 5 meter, kolam terpal 4 unit @4 x 3 meter.
Pengadaan bibit ikan disesuaikan dengan kondisi air di lingkungan Danau
Padam Api. Jenis ikan yang telah disepakati oleh kelompok tani yaitu 5.000 ekor
bibit ikan nila dan 5,000 ekor bibit ikan lele sangkuriang. Dengan adanya kegiatan
budidaya ikan air tawar di kolam terpal, masyarakat tidak selamanya tergantung
kepada alam, sehingga relatif dapat mandiri secara ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan. Berikut kutipan wawancara dengan bapak Hermain Head of CSR
PT TPS atas penjelasan terkait program bidang pemberdayaan ekonomi:
“Jadi memang susahnya begini. Budaya masyarakat disana kan masyarakat sungai, budaya sungai itu bisa kita anggap budaya nelayan. Jadi hasil
63
kajian kita memang pada saat itu pemberdayaan ekonomi keliatannya baru desa Senambah itu yang bisa kita laksanakan. Kemarin itu kita baru sekali coba tapi mati semua hampir 10.000 ekor mati, ini kita coba ke tahap kedua cuman ada kendala di pasokan bibitnya jadi masih belum terealisasi yang tahap 2.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Untuk pemberdayaan ekonomi yang baru kita kerjakan baru satu yaitu budidaya ikan tawar di desa Senambah. Pemberdayaan ekonomi ini sudah berjalan dari tahun 2015, dari 10.000 bibit ikan banyak yang mati. Setelah itu kita kerjasama dengan UNMUL untuk mengevaluasi dan memberikan pelatihan kepada masyarakat dan di putuskan memakai kolam terpal. Hampir 100% masyarakat desa Senambah nelayan air tawar, itu potensi.”
6. Bidang Lingkungan Hidup
Kegiatan tanggung jawab sosial & lingkungan PT TPS dalam bidang
lingkungan hidup baru sebatas kegiatan yang dilaksanakan untuk intemal
perusahaan. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR PT
TPS atas penjelasan terkait program bidang lingkungan hidup:
“Kita hanya baru bisa sebatas apa yang di tetapkan oleh pemerintah contoh misalnya buffer sungai harus tetap hijau, nah itu kita tanami itu tidak bisa kita anggap sebagai biaya CSR karena itu untuk kepentingan internal perusahaan.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Kegiatan lingkungan hidup ini misalkan ada pemberdayaan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah rumah tangga itu sudah kita lakukan tapi di unit lain jadi ibu-ibu kita beri pelatihan membuat tas dari bungkus kopi dan lain-lain, secara lingkungan mengurangi limbah rumah tangga.”
7. Hubungan kelembagaan
Hubungan dengan instansi pemerintahan yang telah terjalin dengan baik
selama ini tetap konsisten dilaksanakan. Bantuan-bantuan yang diberikan pada
tahun 2016 diantaranya yaitu bantuan transportasi, bantuan penginapan, bantuan
pembelian GPS untuk Polsek Muara Bangkal, pengadaan meja tenis Polres Kutai
64
Timur, peringatan HUT RI di desa dan kecamatan. Bantuan-bantuan yang
diberikan pada tahun 2017 diantaranya yaitu bantuan transportasi, bantuan
penginapan, peringatan HUT RI di desa dan kecamatan, bantuan seleksi sepak
bola U 19, kegiatan Himpunan Mahasiswa Muara Bengkal, kunjungan Wakil
Bupati Kutai Timur, kunjungan Wakil Bupati Kutai Timur bersama rombongan.
Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS atas
penjelasan terkait program sosial budaya dan keagamaan:
“Hubungan kelembagaan ini porsinya selalu lebih besar. Karena umumnya charity itu kesitu masuknya. Contoh misalnya kita mau 17 Agustusan, semua proposal masuk. Sehingga seperti yang saya bilang charity itu memang belum bisa di hilangkan tapi memang kita berusaha untuk mengurangi charity ini.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Hubungan kelembagaan ini bertujuan untuk mengkondusifkan hubungan kami dengan pemerintah dengan orang-orang yang berkepentingan atau pihak ketiga seperti LSM, organisasi masyarakat kita rangkul untuk menjaga hunbungan baik sesuai kebutuhan.”
Tabel 4.3. Rekapitulasi kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT TPS Tahun 2016 dan 2017
No Bidang KegiatanJumlah(Rp)
2016 20171 Ekonomi 0 1.000.0002 Pendidikan 38.308.000 18.209.5003 Kesehtan 15.765.000 5.605.0004 Infrastruktur 86.733.334 14.400.0005 Sosial Budaya dan Keagamaan 51.546.130 12.100.0006 Lingkungan Hidup 1.000.000 07 Hubungan Kelembagaan 103.829.055 62.061.115
Total 297.181.519 113.375.615
Sumber: Laporan CSR PT Telen.
65
5. Dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telen Prima Sawit
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dalam pasal 74 ayat 2, secara garis
besar mengatur mengenai biaya tanggung jawab sosial, dimana biaya ini
dibebankan sebagai biaya perusahaan. Secara lengkap ayat 2 menyatakan bahwa
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”. Permasalahan
akuntansi CSR saat ini terletak pada pengakuan atas pengeluaran-pengeluaran
yang dilakukan perusahaan dalam aktivitas CSR dalam laporan keuangan. PT TPS
mengakui dana CSR tersebut sebagai biaya CSR.
Besarnya jumlah dana CSR dari suatu program yang di jalankan oleh
sebuah perusahaan sangatlah berbeda-beda. Pemerintah tidak menentukan berapa
banyak dana yang harus dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan swasta dalam
menjalankan program-program CSR. Sebaliknya, bagi perusahaan BUMN,
besarnya dana CSR ditentukan sebesar 2% dari laba. Hal ini sudah diatur dalam
UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Kemudian Bapak Hermain Head of CSR
PT TPS menjelaskan asal dana CSR dan berapa persen yang dialokasikan untuk
melaksanakan CSR, sebagai berikut:
“Jadi memang proses permohonan dana itu kita kan setiap akhir tahun itu membuat perencanaan untuk tahun berikutnya jadi di situ kita secara umum membuat program perkebun kita rinci itu, setelah di rekap kirim ke Jakarta. Jadi sumbernya dari mana ya terserah Jakarta nantinya memberi ke kita. Artinya kita tidak memakai konsep persentase seperti BUMN cuman yang sudah kita rencanakan selama ini jalan.”
66
Dari pernyataan informan tersebut telah dijelaskan mengenai kegiatan proses
pembentukan dana CSR PT TPS. Selanjutnya informan Bapak Wahyu Staff CSR
PT TPS menambahkan besaran dana CSR sebagai berikut:
“Setiap tahunnya untuk dana CSR ini tidak sama, karena kondisi di lapangan. kebutuhan-kebutuhan seperti bantuan sosial berdasarkan dari permintaan masyarakat itu tidak bisa kita budgetkan fix makanya kita melakukan audit setelah 3 tahun, apa saja permintaan rutin itulah yang kita budgetkan.”
Pernyataan informan menjelaskan bahwa besaran dana CSR tidaklah sama setiap
tahunnya, karena kondisi di lapangan yang berubah-ubah.
6. Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telen Prima Sawit
PT TPS memberikan laporan kegiatan CSR-nya kepada PT TPG. PT TPS
membuat laporan CSR secara terpisah dari laporan kinerja ekonominya. PT TPS
melaporkan CSR dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam
laporan tanggung jawab sosial 2016/2017, PT TPS memberikan narasi atau uraian
deskriptif mengenai informasi yang berkaitan dengan kegiatan CSR-nya. Selain
itu, PT TPS juga menyertakan gambar-gambar yang berkaitan dengan aktivitas
CSR-nya. Berikut merupakan penjelasan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS
tentang pelaporan CSR PT TPS:
“Laporan tahunan itu memang untuk konsumsi kita di internal, dan untuk eksternal itu kalau Bupati minta kita kasih, kalau Camat minta kita kasih. Selain itu laporan ke eksternal itu banyak macamnya jdi formatnya beda-beda tapi intinya memang apabila mereka minta data kita kasih, ada yang harus memakai format mereka, ada juga format kita sendiri. Kalau format masing-masing daerah beda-beda jadi terkadang mereka kasih tabel kita isi, jadi di sesuaikan.”
Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Laporan kegiatan kita laporkan untuk pihak internal tetapi kita juga wajib melaporkan ke pihak eksternal. Pihak eksternal ini tentunya pemerintah
67
kabupaten, dinas, dan penanaman modal di Jakarta setiap 3 bulan atau triwulan. Laporan untuk internal ada laporan kegiatan dan laporan tahunan. Rata-rata perusahaan sawit di Kalimantan Timur masih belum ada yang sebagus perusahaan besar. Model pelaporannya masih sama.”
Dari pernyataan-pernyataan yang di sampaikan informan tersebut menerangkan
bahwa laporan CSR tidak hanya untuk pihak internal melainkan untuk pihak
eksternal dan dalam format laporan di sesuaikan dengan permintaan.
7. Kendala-kendala yang di hadapi PT Telen Prima Sawit
Pola fikir sebagian masyarakat yang instan dan menginginkan hasil yang
langsung jadi tanpa melalui proses alami menjadi salah satu kendala pelaksanaan
program ini. Demikian juga dengan pola fikir “mau mentahnya saja” tanpa
memikirkan dampak jangka panjang juga menjadi kendala. Bapak Hermain Head
of CSR PT TPS menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi
CSR, sebagai berikut:
“Itu masalah terbesar sebenarnya pola fikir masyarakat yg instan. Kalo saya menilai kendala bukan hanya di masyarakat, di pemerintah sendiri masih ada pola yang seperti itu, terkadang kalo bertemu dengan kepala desa, kepala camat, susah kita karena mereka menganggap program CSR itu adalah program-program fisik. Bangun ini, bangun itu, itukan biayanya besar. Gak bisa kita membangun sesuatu itu biaya kita sendiri itu berat.”
Dari pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa kendala-kendala yang di
hadapi oleh perusahaan tidak hanya dari masyarakat saja melainkan dari
pemerintah juga. Berikut pemaparan oleh Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS yaitu:
“Sebenarnya itu proses perubahan sosial, ya mungkin dulu di awal pasti ada yang seperti itu, maunya instan saja karena ini berkaitan dengan SDM, jadi 10 tahun yang lalu memang seperti itu.”
Penjelasan informan tersebut menerangkan bahwa pola fikir masyarakat yang
instan tersebut merupakan suatu proses perubahan sosial.
68
4.2.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti telah melakukan wawancara kepada 2 orang informan yang
merupakan pihak internal perusahaan PT Telen Prima sawit, yaitu karyawan
(Stakeholder). Dari setiap informan, peneliti memperoleh data yang hampir sama
mengenai implementasi corporate social responsibility PT TPS. Fenomena ini
akan dibahas dengan Konsep Tripple Bottom Lines oleh John Elkington yang
berkaitan terhadap adanya implementasi CSR. Dari 7 analisis penelitan yang telah
dijabarkan sebelumnya yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Implementasi Program CSR yang Masih Di Dominasi dalam Bentuk
Donasi (Charity) pada PT TPS
Dalam analisis implementasi CSR pada PT TPS secara umum sudah
terlaksana, meskipun penerapan CSR tersebut lebih di dominasi oleh bantuan
sosial dibandingkan dengan pemberdayaan masyarakat. Program bantuan sosial
ini tidak bisa memberikan jaminan kesejahteraan untuk jangka waktu yang lama
karena masyarakat mendapatkan hasil tanpa melalui proses usaha. Namun tidak
bisa serta merta bentuk program bantuan sosial ini di hilangkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari bapak Hermain Head of CSR PT TPS yang menerangkan:
“Seperti yang saya bilang Charity itu memang belum bisa di hilangkan tapi memang kita berusaha untuk mengurangi charity ini.”
Dari jawaban informan mengenai implementasi CSR pada PT TPS menerangkan
bahwa implementasi CSR PT TPS ini masih di dominasi dalam bentuk program
bantuan sosial. Program pemberdayaan masyarakat yang sudah terealisasi masih
69
terbilang sedikit, yaitu pemberdayaan budidaya ikan air tawar di Desa Senambah.
Hal ini dikarenakan hanya terdapat 2 (dua) orang dari perusahaan yang dapat
mendampingi serta mengawasi program-program pemberdayaan masyarakat
tersebut. Kekurangan SDM dari perusahaan ini menjadi salah satu faktor
penyebab kurangnya program pemberdayaan masyarakat, karena program
pemberdayaan masyarakat membutukan pendampingan yang intensif dalam
menjalankan kegiatannya, sehingga dibutuhkan kuantitas SDM yang merata di
setiap unit, serta CSR yang di laksanakan oleh PT TPS ini terbilang baru saja
dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Bapak Hermain yang
menerangkan:
“Kalau dari sisi kami sih terus terang saja memang tenaga SDM yg hanya dua orang saja ini. Tapi ya karena ini sifatnya baru ya kita jalan dulu lah. Karena yang namanya pemberdayaan itu pengawasannya harus full, kita harus mendampingi mereka, minimal seharusnya 1 region itu 1 orang yang menetap di lapangan. Sehingga kita dari sini menyusun program kita laksanakan bersama-sama mereka tapi kontrolnya mereka ada disana.”
Dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa implementasi CSR PT TPS telah
di laksanakan hanya saja dalam penerapan programnya masih banyak dalam
bentuk bantuan sosial.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (3)
bahwa Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Namun demikian, PT
TPS dalam implementasi CSR masih di dominasi oleh program bantuan sosial,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam peningkatan kualitas kehidupan bagi
70
masyarakat pada umumnya masih kurang. Dengan adanya peningkatan kegiatan
yang bersifat partisipatif dari masyarakat berupa kegiatan pengembangan
masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat akan membuat masyarakat
lebih kondusif dan mandiri serta meningkatkan kualitas kehidupan.
2. Program-Program CSR PT Telen Prima Sawit
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2016 masih banyak memberikan
bantuan sosial walaupun sudah berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.
kegiatan di bidang hubungan kelembagaan masih mendominasi dibanding
kegiatan yang lain. Hal ini karena kebutuhan, sehingga menjadi prioritas tahun
2016. Sedangkan Kegiatan tanggung jawab sosial di tahun 2017 lebih
diprioritaskan pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tujuan
kemandirian masyarakat di sekitar kebun serta sedikit demi sedikit mengurangi
kegiatan bantuan sosial.
Kegiatan yang dilaksanakan telah mengarah pada sasaran sesuai kebutuhan
masyarakat. Sebagai contoh, kegiatan pendampingan kearifan lokal yaitu kegiatan
seni tari jepen, PT TPS membantu baju seragam dalam bentuk bahan dan alat
yaitu mesin jahit dan mesin obras. hal ini bertujuan untuk memberikan ruang
partisipasi masyarakat untuk berusaha serta tidak memberikan barang jadi yang
langsung bisa di nikmati tanpa adanya usaha. Kemudian hal tersebut diperjelas
dengan pernyataan Bapak Hermain Head of CSR PT TPS sebagai Berikut:
“Jadi yang namanya pemberdayaan itu kan tentu kita bukan memberikan ikan, tapi kita memberi pancing. Kalau kita beri ikan ini membuat orang malas, begitu ikannya habis dia minta lagi. Kalau kita memberi pancing, dengan pancing dia bisa mencari ikan kapan pun dan ini membuat mereka inovatif, berusaha sehingga tidak malas. Tapi kita memang belum bisa
71
murni sampai ke situ jadi pemberdayaan jalan, bantuan sosial itu masih tetap ada.”
Dari penjelasan informan tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat
untuk berusaha tidak hanya mengandalkan bantuan yang langsung bisa di nikmati
tanpa adanya usaha merupakan tujuan dari adanya pemberdayaan masyarakat.
Pernyataan ini menggambarkan adanya keinginan perusahaan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi
masyarakat maupun peusahaan serta adanya keinginan perusahaan untuk
berkelanjutan. Hal ini secara tidak langsung mendukung adanya teori Triple
Bottom Line dimana perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan
3P (Profit, People dan Planet) yaitu selain mengejar profit perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat langsung pada pemenuhan kesejahteraaan masyarakat
(People) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(Planet). Selanjutnya dari informan bapak Wahyu Staff CSR PT TPS
menambahkan penjelasan tersebut:
“Kegiatan lingkungan hidup ini misalkan ada pemberdayaan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah rumah tangga itu sudah kita lakukan, jadi ibu-ibu kita beri pelatihan membuat tas dari bungkus kopi dan lain-lain, secara lingkungan mengurangi limbah rumah tangga.”
Pendapat dari informan dapat disimpulkan bahwa dalam menjaga kelestarian
lingkungan perusahaan ikut andil dan peduli terhadap lingkungan di sekitar
perusahaan. Dimana dalam program-program yang diciptakan tidak hanya dalam
bentuk untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat saja tetapi juga untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Secara jelas hal tersebut menyatakan adanya kepedulian
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
72
Hal tersebut juga sama dengan hasil penemuan pada penelitian terdahulu
oleh Sumual (2015) bahwa Jika dilihat dari konsep Triple Bottom Line oleh John
Elkington, pelaksanaan CSR-nya telah memenuhi konsep Triple Bottom Line,
yaitu ada aspek profit, people dan planet dengan kata lain perusahaan saat ini
hanya mempertahankan image dalam menjalankan program CSR. Penerapan CSR
yang di terapkan perusahaan juga mengacu pada Undang-Undang yang
dikeluarkan pemerintah.
3. Dana CSR PT Telen Prima Sawit Dianggarkan Sesuai Dengan Kebutuhan
Besaran dana CSR PT Telen Prima Sawit di ambil dari laba perusahaan
sesuai kebutuhan. Kebijakan pengalokasian dana CSR bersifat fleksibel. Pihak
manajemen dapat menambah jumlah dana tersebut apabila dipandang perlu untuk
melakukan penambahan. Hal ini dengan jelas disampaikan oleh Bapak Wahyu
Staff CSR PT TPS sebagai berikut:
“Di Kalimantan Timur perusahaan sawit ini memang beda dengan BUMN. kalau di peraturan bupati dan peraturan gubernur mengenai CSR menyampaikan besaran itu tidak tegas karena besaran CSR itu 2,5%-3% dari keuntungannya. Di pasal berikutnya di lemahkan kalau belum mencapai profit bisa dilaksanakan sesuai kebutuhan. Setiap tahunnya untuk dana CSR ini tidak sama, karena kondisi di lapangan.”
Penjelasan informan menerangkan bahwa dana CSR PT TPS diperoleh dari laba
perusahaan serta besaran dananya tidak ditetapkan seperti BUMN. Dari
pernyataan tersebut pula secara tidak langsung membuktikan adanya temuan pada
penelitian terdahulu oleh Sumual (2015) yang mengatakan bahwa Dana CSR
perusahaan diambil dari laba perusahaan serta kebijakan pengalokasian dana CSR
bersifat fleksibel.
73
4. Laporan CSR PT Telen Prima Sawit Belum Menggunakan Standar
Pelaporan yang dilakukan oleh PT TPS
Laporan CSR PT TPS terdiri dari laporan evaluasi semua kegiatan CSR
secara periodik dan laporan setiap kegiatan yang telah di laksanakan. PT TPS
dalam membuat laporan CSR memberikan narasi atau uraian deskriptif mengenai
informasi yang berkaitan dengan kegiatan CSR-nya. Serta menyertakan gambar-
gambar yang berkaitan dengan aktivitas CSR-nya. Hal ini dengan jelas
disampaikan oleh informan Bapak Wahyu Staff CSR PT TPS sebagai berikut:
“Laporan untuk internal ada laporan kegiatan dan laporan tahunan. Kita punya timeline apa saja yang sudah kita laksanakan, misalkan kita punya kegiatan dan sudah kita lakukan maka kita laporkan, kalau kita tidak bisa laksanakan kita juga laporkan di laporan bulanan dan kita laporkan perkembangan kegiatan seperti tabel kita sederhanakan laporan itu untuk memonitoring pekerjaan kita.”
Penjelasan informan menerangkan bahwa setiap kegiatan yang sudah maupun
belum di laksanakan harus di buat dalam laporan kegiatan serta laporan tersebut
digunakan untuk memonitoring pekerjaan.
PT TPS menjabarkan dalam laporannya program-program apa saja yang
sudah dilaksanakan selama tahun 2016/2017, pencapaian dari program-program
tersebut beserta target-target yang ingin dicapai selama beberapa tahun ke depan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa laporan tanggung jawab sosial PT TPS
tersebut merupakan laporan yang menyajikan informasi CSR secara kualitatif.
Laporan ini menunjukkan respon kepedulian perusahaan dengan ikut
berpartisipasi dalam menjaga dan merawat lingkungan, memberikan bantuan
kepada masyarakat sekitar dan ikut berpartisipasi untuk membangun
perekonomian negara. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk program-program
74
CSR tersebut dimasukkan dalam laporan keuangan PT TPS. PT TPS dalam
pelaporannya memisahkan antara laporan tanggung jawab sosial dengan laporan
keuangannya. Dari laporan tanggung jawab sosialnya, PT TPS melaporkan kinerja
keberlanjutannya untuk menunjukkan akuntabilitas, peningkatan kinerja serta
membangun hubungan dengan stakeholder. Temuan ini sekali lagi mendukung
temuan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sumual (2015) yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut membuat laporan yang menyajikan
informasi CSR secara kualitatif mengenai hal-hal yang berpengaruh secara
signifikan terhadap operasi perusahaan. Berikut merupakan penjelasan Bapak
Wahyu Staff CSR PT TPS tentang pelaporan CSR PT TPS:
“Kalau pelaporan perusahaan besar memang harus dengan pihak ketiga karena ada hubungannya dengan pajak. Rata-rata perusahaan sawit di Kalimantan Timur masih belum ada yang sebagus perusahaan besar. Model pelaporannya masih sama.”
Dari penjelasan jawaban diatas menunjukkan bahwa laporan yang di buat oleh PT
TPS masih belum menggunakan standar yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang telah go public dan menggunakan standar pelaporan.
5. Pola Fikir Masyarakat Yang Instan Menjadi Kendala Yang Dihadapi PT
Telen Prima Sawit
Cara berfikir instan dengan ruang lingkup lokal mengakibatkan cara
pandang masyarakat hanya sebatas lingkaran terdekatnya saja dan tidak memiliki
cara pandang yang jauh ke depan. Hal ini bisa dibuktikan dalam hal penyelesaian
masalah yang lebih banyak ditarik ke ranah hukum adat dan ulayat daripada ke
aturan formil dan kepentingan masa depan yang jauh lebih menjanjikan. Dampak
75
ikutan lainnya adalah mulai menjamurnya organisasi-organisasi kedaerahan
(ormas) yang mengatasnamakan adat dan mencari keuntungan sendiri dengan
dalih membela kepentingan masyarakat saat muncul gesekan dengan perusahaan.
Bapak Hermain Head of CSR PT TPS menjelaskan kendala-kendala yang
dihadapi dalam implementasi CSR, sebagai berikut:
“Itu masalah terbesar sebenarnya pola fikir masyarakat yg instan. setelah adanya asosiasi MSH-CSR Multi Stakeholder kita sedikit sudah mulai ada jembatan lah, jadi kalau kita ada kendala kita ngomong ke Multi Stakeholder mereka akan coba ya menetralisir lah, memberikan pemahaman juga ke pemerintahan, ke kecamatan, aparat desa gitu.
Dari penjelasan jawaban di atas menunjukkan bahwa pola fikir masyarakat
merupakan masalah utama atau kendala yang di hadapi PT TPS. Dijelaskan pula
oleh informan Bapak Wahyu sebagai berikut:
“Dengan adanya kemajuan serta kebijakan-kebijakan perusahaan untuk masyarakat memang lambat laun sudah berkurang. Apalagi generasi sekarang ini di Muara Bengkal sudah banyak sarjana secara otomatis itu membangun pola fikir yang bagus. Dalam mengatasi masalah dulu misalkan masyarakat minta ini, minta itu ya kami memberi tanpa pertimbangan untuk meredam emosi sesaat karena masyarakat menekan.”
Penjelasan informan menerangkan bahwa dengan adanya perubahan
masyarakat yang semakin maju lambat laun akan mengubah pola fikir instan
tersebut.
Pendekatan secara kekeluargaan dan memperbanyak diskusi, bertukar
fikiran dan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh adat menjadi
salah satu solusi mengatasi masalah tersebut. Komunikasi yang selalu terbuka
serta mengarahkan masyarakat agar selalu bertanya kepada pihak perusahaan jika
ada yang kurang dipahami adalah salah satu solusi yang diciptakan.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan selain telah
menjadi kewajiban yang tertuang di dalam undang-undang, juga
sebagai sarana komunikasi bagi perusahaan dan masyarakat dalam
menciptakan hubungan yang harmonis, sehingga akan tercipta suasana
yang kondusif.
2. Kebijakan perusahaan dipengaruhi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan baik dari dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan yang disebut stakeholder, dengan kata lain
stakeholder sangat penting bagi perusahaan. Jaringan kepentingan
yang saling terkait ini menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
Perusahaan menjadi tidak bermakna tanpa adanya kehadiran
stakeholder.
3. Perusahaan yang ingin berkelanjutan, harus memperhatikan 3P selain
mengejar (profit) perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam mejaga
kelestarian lingkungan (planet).
4. CSR di Indonesia diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas tetapi belum terdapat standar yang menjadi acuan
pelaksanaan CSR tersebut. CSR dilaksanakan secara sukarela
(voluntary). Masing-masing perusahaan memiliki kebebasan untuk
77
menentukan fokus dan bentuk CSR. Penerapan atau implementasinya
sangat bergantung pada kebijakan dari masing-masing perusahaan
baik program, pelaksanaan, dana, pengakuan atas pengeluaran CSR,
serta pelaporannya.
5. Pada periode tahun 2016/2017 PT TPS menerapkan program dalam
bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang pemberdayaan ekonomi
masyarakat lokal, bidang infrastruktur, serta bidang sosial budaya dan
keagamaan.
6. Kegiatan tanggung jawab sosial di tahun 2016 masih banyak
memberikan bantuan sosial walaupun sudah berkurang dibandingkan
tahun sebelumnya. Kegiatan di bidang hubungan kelembagaan masih
mendominasi dibanding kegiatan yang lain. Hal ini karena kebutuhan,
sehingga menjadi prioritas tahun 2016.
7. Kegiatan tanggung jawab sosial di tahun 2017 akan diprioritaskan
pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tujuan
kemandirian masyarakat di sekitar kebun serta sedikit demi sedikit
akan mengurangi kegiatan bantuan sosial.
8. Dana CSR PT TPS diambil dari laba perusahaan sesuai kebutuhan.
Kebijakan pengalokasian dana CSR bersifat fleksibel. Pihak
manajemen dapat menambah jumlah dana tersebut apabila dipandang
perlu. Dana tersebut dialokasikan ke program-program CSR pada
periode tahun 2016/2017. Dari sudut pandang akuntansi, PT TPS
78
mengakui pengeluaran CSR dalam berbagai program tersebut sebagai
biaya pada periode yang berjalan dan dicatat sebagai biaya CSR.
9. Biaya yang dikeluarkan untuk program-program CSR tersebut
dimasukkan dalam laporan keuangan PT TPS. PT TPS dalam
pelaporannya memisahkan antara laporan tanggung jawab sosial
dengan laporan kinerja ekonominya. Dari laporan tanggung jawab
sosialnya, PT TPS melaporkan kinerja keberlanjutannya untuk
menunjukkan akuntabilitas, peningkatan kinerja serta membangun
hubungan dengan stakeholder.
10. Kendala-kendala yang dihadapi pihak PT TPS dalam melakukan
implementasi CSR nya yaitu:
Pola fikir sebagian masyarakat yang instan dan menginginkan
hasil yang langsung jadi tanpa melalui proses alami, cara berfikir
instan dengan ruang lingkup lokal mengakibatkan cara pandang
masyarakat hanya sebatas lingkaran terdekatnya saja dan tidak
memiliki cara pandang yang jauh ke depan. Dalam hal penyelesaian
masalah lebih banyak ditarik ke ranah hukum adat dan ulayat daripada
ke aturan formil dan kepentingan masa depan yang jauh lebih
menjanjikan.
5.2. Saran
1. Jika dilihat dari konsep Triple Bottom Line, pelaksanaan dan
pelaporan CSR PT Telen Prima Sawit telah memenuhi konsep Triple
Bottom Line, yaitu ada aspek profit, people dan planet dengan kata
79
lain perusahaan saat ini hanya mempertahankan image dalam
menjalankan program CSR. Penerapan CSR yang di terapkan PT TPS
juga mengacu ke UU yang dikeluarkan pemerintah. Oleh sebab itu,
diharapkan PT TPS senantiasa tetap menyelaraskan kegiatan-kegiatan
CSR bukan berpatokan pada satu desa saja melainkan di sekitar
daerah perusahaan beroperasi baik program jangka pendek dan
program jangka panjang sehingga dampak dari kehadiran perusahaan
sangat bermanfaat bagi seluruh stakeholders-nya.
2. PT TPS dalam menjalankan program CSR sangat harus lebih banyak
memperhatikan stakeholder-nya, karena stakeholder sangat berperan
dalam perkembangan perusahaan.
3. Dalam program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan,
kegiatan bantuan sosial tidak bisa serta merta ditiadakan, namun
sedikit demi sedikit dikurangi dan memperbesar kegiatan yang
sifatnya pemberdayaan masyarakat.
4. Untuk lebih meningkatkan pengaruh dari pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan sebaiknya PT TPS memfokuskan pada pelaksanaan
CSR di bidang pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat di sekitar tempat beroperasinya perusahaan.
5. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya, membutuhkan
pendampingan yang intensif dalam menjalankan kegiatannya,
sehingga dibutuhkan kuantitas SDM yang merata di setiap unit.
80
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Edisi 1. Rajawali Pers. Jakarta.
Anonim. 2018. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan#cite_ ref-3 (akses 1 oktober 2018).
Anonim. 2017. Komoditi Kelapa Sawit di http://disbun.kaltimprov.go.id/komoditi-8-kelapa-sawit.html (akses 9 April 2018).
Effendi, Rizal. 2014. Accounting Principles: Prinsip-Prinsip Akuntansi Berbasis SAK ETAP. Rajawali Pers. Jakarta.
Gani, Irwan dan Siti Amalia. 2015. ALAT ANALISIS DATA: Aplikasi Statistik untuk Penelitian Bidang Ekonomi dan sosial, Edisi 1. CV ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR), Edisi 1. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan, Edisi 1. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Jusup, Al. Haryono. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 1. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility). Alfabeta. Bandung.
Raharja, Harli Berto. 2011. Studi Implementasi Corporate Social Responsibility Usaha Pengolahan Kayu di CV. Mertadinata. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur.
Rusdianto, Ujang. 2013. CSR Communication A Framwork for PR Practitioners, Edisi 1. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Saraswati, Yuko Sekar. 2014. Implementasi dan Pelaporan CSR : Strategi Bisnis atau Tanggung Jawab Moral (studi kasus pada praktik CSR PT Djarum). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Diponegoro. Semarang.
Sari, Winda Dwi Novita. 2014. Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Sekitar Perusahaan : Studi Kualitatif. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 3 (1): 1-18.
81
Subarsono, AG. 2015. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sumual, Risdianto. 2015. Analisis Penerapan Corporate Social Responsibility pada PT Cargill Indonesia Amurang. Skripsi Politeknik Negeri Manado. Sulawesi Utara.
Sugiyono. 2013a. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
. 2013b. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah konsep dan aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.
82