13
Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 129 Komposisi Jenis dan Ukuran Ikan Layang (Decapterus spp.) di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara Species Composition and Size of Indian scad Decapterus spp. in Lombe Bay, Buton District of Southeast Sulawesi Province La Gata Yulius *) La Sara **) dan Ahmad Mustafa ***) Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232 e-mail: *[email protected],**[email protected], dan [email protected]*** Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi jenis dan ukuran ikan layang di perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- Maret 2012. Variabel yang diamati meliputi komposisi jenis, panjang dan berat ikan layang dan kondisi parameter lingkungan yang meliputi suhu, salinitas, pH dan kecepatan arus. Alat tangkap yang digunakan saat pengamatan adalah jaring insang, bagan perahu dan pancing ulur. Jumlah pengambilan sampel (contoh) ikan sebanyak 6 kali dengan selang waktu 5 hari antar pengambian contoh. Hasil tangkapan secara keseluruhan dikumpulkan untuk ditimbang beratnya. Sampel ikan dipisahkan berdasarkan spesiesnya untuk diukur panjangnya dengan menggunakan mistar serta beratnya dengan menggunakan timbangan, selanjutnya diidentifikasi dengan buku identifikasi. Data jumlah hasil tangkapan dan musim penangkapan diperoleh melalui, wawancara terbuka dengan nelayan Teluk Lombe. Hasil tangkapan ikan dihitung saat ikan didaratkan. Jumlah penangkapan dalam 1 bulan sebanyak 6 trip. Total hasil tangkapan ikan layang adalah 1285 ekor yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu D. macrosoma, D. ruselli dan D. lajang. Rata-rata hasil ukuran ikan layang yang tetangkap selama penelitian yaitu D. macrosoma (panjang 15.5-17.45 cm dan berat 17.22-113.33g), D. ruselli (panjang 16.1-18 cm, dan berat 47.5-100g), D. lajang (panjang 24-27 cm dan berat 250-300g). Parameter perairan di Teluk Lombe yang diukur terdiri dari Suhu di perairan ini berkisar 27.30-28.13 o C, salinitas berkisar 30-33.67 ppt, pH 7, kecepatan arus berkisar 0.037-0.041 m/dtk. Nilai parameter perairan tersebut merincikan pertumbuhan ikan layang. Kata Kunci : Ikan Layang, komposisi jenis, komposisi ukuran, Teluk Lombe Abstract The objectives of this research were to analyze the species composition and size of Indian Scad in the Lombe Bay of Gu, Buton, Southeast Sulawesi Province. This research was conducted February to March 2012. The variables of the research were fish composition, length and weight and environment parameters i.e temperature, salinity, pH and current velocity. Fishing equipments used gill nets, floating boat and hand line. Total sampling was 6 times with 5 interval days. The entire samples were collected to be measured those total weight. The samples taken were separated to be measure its total lenght and weight using a ruler and balance, respectively. The fishermen were interviewed to find several date of total catch and season of fish in Lombe Bay. The total number of Indian scad landed during the research was 1825 picces consisted of D. macrosoma, D. ruselli, and D. lajang. The average of length and weight of D. macrosoma, D. ruselli, and D. lajang were 15.5-17.45 cm and 17.22-113.33 g, 16.1-18.8 cm and 47.5-100 g, 24.0-27.0 cm and 250-300 g, respectively. Temperatature ranged 27,30-28.13 o C, salinity ranged 30.0-33.67 ppt, pH 7, and currend velocity ranged 0.037-0.041 m/s. Those waters parameters were suitable for Indian scad life. Key words : Indian Scad, species composition, size composition, Lombe Bay Pendahuluan Ikan layang (Genus Decapterus) merupakan sumber daya ikan pelagis kecil yang penting di perairan Indonesia. Ikan layang mendominasi hasil penangkapan ikan pelagis kecil di berbagai perairan laut di Indonesia. Nontji (2002), menyatakan Ikan layang di perairan Indonesia terdapat lima jenis yang umum dijumpai yaitu D. lajang, D. ruselli, D. macrosoma, D. kuroides dan D. maruadsi. Ikan ini biasanya hidup bergerombol dengan ikan ikan pelagis kecil lain Chan et al., (1997). Ikan layang cenderung berkelompok di dekat lapisan permukaan pada kedalaman 3-20 m (Amin et al., 1998). Tiews at al., (2001) penyebaran ikan layang di Idonesia : Laut Jawa, Selat makasar, Ambon, Ternate (Indonesia Bagian Timur). di Samudera Hindia ada 8 jenis ikan layang jenis diantaranya adalah D. macarellus, D. sactaehelenae, D. punctatus. ikan layang di Laut Jawa masuk dari Selat Makassar dan Laut Flores sedangkan pada musim Barat dari Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 02 No. 06 Jun 2013 (129141) ISSN : 2303-3959

Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Citation preview

Page 1: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 129

Komposisi Jenis dan Ukuran Ikan Layang (Decapterus spp.) di Perairan Teluk Lombe

Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Species Composition and Size of Indian scad Decapterus spp. in Lombe Bay,

Buton District of Southeast Sulawesi Province

La Gata Yulius *) La Sara **) dan Ahmad Mustafa ***)

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK Universitas Haluoleo

Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232

e-mail: *[email protected],**[email protected], dan [email protected]***

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi jenis dan ukuran ikan layang di perairan Teluk Lombe

Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-

Maret 2012. Variabel yang diamati meliputi komposisi jenis, panjang dan berat ikan layang dan kondisi parameter

lingkungan yang meliputi suhu, salinitas, pH dan kecepatan arus. Alat tangkap yang digunakan saat pengamatan

adalah jaring insang, bagan perahu dan pancing ulur. Jumlah pengambilan sampel (contoh) ikan sebanyak 6 kali

dengan selang waktu 5 hari antar pengambian contoh. Hasil tangkapan secara keseluruhan dikumpulkan untuk

ditimbang beratnya. Sampel ikan dipisahkan berdasarkan spesiesnya untuk diukur panjangnya dengan menggunakan

mistar serta beratnya dengan menggunakan timbangan, selanjutnya diidentifikasi dengan buku identifikasi. Data

jumlah hasil tangkapan dan musim penangkapan diperoleh melalui, wawancara terbuka dengan nelayan Teluk

Lombe. Hasil tangkapan ikan dihitung saat ikan didaratkan. Jumlah penangkapan dalam 1 bulan sebanyak 6 trip.

Total hasil tangkapan ikan layang adalah 1285 ekor yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu D. macrosoma, D. ruselli

dan D. lajang. Rata-rata hasil ukuran ikan layang yang tetangkap selama penelitian yaitu D. macrosoma (panjang

15.5-17.45 cm dan berat 17.22-113.33g), D. ruselli (panjang 16.1-18 cm, dan berat 47.5-100g), D. lajang (panjang

24-27 cm dan berat 250-300g). Parameter perairan di Teluk Lombe yang diukur terdiri dari Suhu di perairan ini

berkisar 27.30-28.13oC, salinitas berkisar 30-33.67 ppt, pH 7, kecepatan arus berkisar 0.037-0.041 m/dtk. Nilai

parameter perairan tersebut merincikan pertumbuhan ikan layang.

Kata Kunci : Ikan Layang, komposisi jenis, komposisi ukuran, Teluk Lombe

Abstract

The objectives of this research were to analyze the species composition and size of Indian Scad in the Lombe Bay of

Gu, Buton, Southeast Sulawesi Province. This research was conducted February to March 2012. The variables of

the research were fish composition, length and weight and environment parameters i.e temperature, salinity, pH and

current velocity. Fishing equipments used gill nets, floating boat and hand line. Total sampling was 6 times with 5

interval days. The entire samples were collected to be measured those total weight. The samples taken were

separated to be measure its total lenght and weight using a ruler and balance, respectively. The fishermen were

interviewed to find several date of total catch and season of fish in Lombe Bay. The total number of Indian scad

landed during the research was 1825 picces consisted of D. macrosoma, D. ruselli, and D. lajang. The average of

length and weight of D. macrosoma, D. ruselli, and D. lajang were 15.5-17.45 cm and 17.22-113.33 g, 16.1-18.8

cm and 47.5-100 g, 24.0-27.0 cm and 250-300 g, respectively. Temperatature ranged 27,30-28.13oC, salinity ranged

30.0-33.67 ppt, pH 7, and currend velocity ranged 0.037-0.041 m/s. Those waters parameters were suitable for

Indian scad life.

Key words : Indian Scad, species composition, size composition, Lombe Bay

Pendahuluan

Ikan layang (Genus Decapterus)

merupakan sumber daya ikan pelagis kecil yang

penting di perairan Indonesia. Ikan layang

mendominasi hasil penangkapan ikan pelagis kecil

di berbagai perairan laut di Indonesia. Nontji

(2002), menyatakan Ikan layang di perairan

Indonesia terdapat lima jenis yang umum dijumpai

yaitu D. lajang, D. ruselli, D. macrosoma,

D. kuroides dan D. maruadsi. Ikan ini biasanya

hidup bergerombol dengan ikan ikan pelagis kecil

lain Chan et al., (1997). Ikan layang cenderung

berkelompok di dekat lapisan permukaan pada

kedalaman 3-20 m (Amin et al., 1998). Tiews at

al., (2001) penyebaran ikan layang di Idonesia :

Laut Jawa, Selat makasar, Ambon, Ternate

(Indonesia Bagian Timur). di Samudera Hindia

ada 8 jenis ikan layang jenis diantaranya adalah D.

macarellus, D. sactaehelenae, D. punctatus.

ikan layang di Laut Jawa masuk dari Selat

Makassar dan Laut Flores sedangkan pada musim

Barat dari Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan.

Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 02 No. 06 Jun 2013 (129– 141) ISSN : 2303-3959

Page 2: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 130

Di perairan sekeliling Sulawesi Tenggara ikan

layang menjadi salah satu komponen utama dalam

tangkapan nelayan pukat cincin dan jaring insang

yang menggunakan rumpon sebaga pengumpul

ikan. Widodo (2000), selai pukat

cincin dan jaring insang, payang dan bagan perahu

sangat efektif dalam usaha penagkapan ikan

layang. Durand (1998), alat tangkap purse seine

menyumbang hasil tangkapan ikan layang terbesar

yaitu sebesar 92% dibanding alat tangkap lainnya.

Gafa et al., (2003), di perairan Laut

Sulawesi ikan layang sudah dieksploitasi secara

intesif dan sudah teridikasi tangkap lebih. Menurut

statistik perikanan tangkap ikan layang di Perairan

Indonesia tahun 2006-2010, bahwa data hasil

tangkapan mengalami peningkatan sepanjang

tahun dengan rata-rata kenaikan 3.68% per tahun.

Jika dilihat dari alat tangkap yang digunakan, alat

tangkap yang digunakan dari tahun 2006-2010

mengalami penurunan dengan total rata-rata

penurunan adalah sebesar -11.32% (Kementerian

Kelautan dan Perikanan, 2011).

Di Perairan Teluk Lombe hidup komunitas

ikan layang dan sejak lama telah menjadi

tangkapan utama nelayan. Jumlah nelayan yang

yang beroperasi di Teluk Lombe sebanyak 64

orang menggunakan alat tangkap jaring insang (21

orang), bagan perahu (3 orang), dan pancing ulur

(40 orang) namun data produksi perikanan di

Teluk Lombe sampai tahun 2010 belum terdata

(BPS, 2010). Menurut nelayan setempat, ikan

layang tertangkap sepanjang tahun. Musim Puncak

penangkapan terjadi pada bulan Agustus-

Desember yang ditandai dengan tingginya

produksi ikan layang baik jumlah maupun

jenisnya dibandingkan bulan lainnya. Di Laut

Jawa puncak produksi ikan layang terjadi 2 kali

dalam setahun yaitu bulan Januari-Maret (akhir

musim barat) dan bulan Juli-September (musim

timur) Sreenivasa (1997), menemukan bahwa

di perairan Vizhinjam India, ikan D. ruselli

pada bulan Pebruary-Maret ikan ini ditemukan

ikan melimpah. Atmaja dkk., (2003), ikan layang

ukuran 12 cm didapatkan di Laut Jawa pada bulan

Juni. Bulan Juli-Oktober dijumpai ikan layang

berukuran 8 cm dan pada bulan April-Mei

ditemukan telur dan larva ikan layang.

Mengingat ikan layang merupakan

komoditas utama perikanan tangkap di Teluk

Lombe, yang mengalami eksploitasi sepanjang

tahun, maka langkah-langkah pengelolaan sudah

perlu dilakukan. Menurut Gulland (2000), upaya

pengelolaan penangkapan ikan di suatu perairan,

idealnya didukung oleh beberapa informasi

penting mengenai biologi, ekonomi dan pengkajian

stok. Pengelolaan sumber daya perikanan perlu

memperhatikan bagamana cara memanajemen

sumber daya tersebut. Penambahan jumlah armada

alat tangkap yang tidak sesuai dengan kondisi

sumberdaya ikan akan merugikan sumber daya

ikan itu sendiri (Fauzie, 2004). Berdasarkan hal

tersebut maka sebagai langkah awal sangatlah

penting dilakukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana komposisi jenis dan ukuran ikan layang

di perairan Teluk Lombe, Kabupaten Buton,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ikan layang ditemukan hidup di perairan

Teluk Lombe dan mengalami penangkapan

sepanjang tahun dengan beberapa jenis alat

tangkap yaitu jaring insang, bagan perahu dan

pancing ulur. Menurut informasi dari nelayan

setempat, terdapat empat jenis ikan layang yang

ditemukan di perairan ini. Pada bulan puncak

penangkapan produksi ikan layang lebih banyak

baik jumlah maupun jenisnya. Diduga bahwa

beberapa jenis ikan layang hanya berada di

perairan ini dalam periode yang singkat namun

beberapa jenis lainnya menghabiskan periode yang

panjang dalam hidupnya. Sehubungan dengan hal

itu, untuk memperoleh informasi dasar maka

diperlukan penelitian mengenai bagaimana

komposisi jenis dan ukuran Ikan layang di Teluk

Lombe.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis

komposisi jenis dan ukuran panjang total (cm),

berat total (g) ikan layang di perairan Teluk

Lombe. Kegunaan dari penelitian ini adalah

memberikan infomasi awal mengenai stok ikan

layang di Teluk Lombe, sehingga dapat acuan bagi

pengelolaan perikanan di perairan tersebut atau

sebagai acuan bagi pengkajian populasi ikan

layang selanjutnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari-Maret 2012, di perairan Teluk Lombe

Kecamatan Gu, Kabupaten Buton, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Pengambilan sampel ikan

dilakukan sebanyak 6 kali dengan selang waktu 5

hari. Sampel ikan ditangkap dengan alat tangkap

jaring insang dengan ukuran mata jaring 1.5-2

inchi dan alat tangkap pancing ulur dengan ukuran

mata pancing No.18-20. Pengoperasin alat tangkap

jaring insang dan pancing ulur dilakukan pada

siang hingga sore hari. Alat tangkap bagan perahu

yang dioperasikan pada dini hari hingga pagi hari

(Lampiran 5). Sampel ikan layang yang tertangkap

dari tiap jenis alat tangkap dikumpulkan secara

keseluruhan dan dipilah berdasarkan jenisnya dan

selanjutnya diidentifikasi berdasarkan buku

petunjuk Isa et al., (1998), Genisa (1998), dan

Hardenberg (1999). Kemudian masing-masing

Page 3: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 131

individu ikan diukur panjang total dengan

menggunakan mistar (cm) dan berat totalnya

dengan menggunakan timbangan (g). Pengamatan

parameter kualitas lingkungan perairan berupa

pengukuran suhu, salinitas, pH dan kecepatan arus

diukur langsung di lokasi penelitian saat kegiatan

penangkapan ikan.

Analisis Data

1. Komposisi jenis

Menentukan komposisi jenis ikan,

dianalisis dengan menggunakan persamaan Odum

(1996), yaitu

P = ∑xi/Nx100%

Keterangan :

P = Persentase jenis ikan jenis ke-i

(i = 1,2,3,...n);

∑ xi = Jumlah individu ikan jenis ke-i

(i = 1,2,3,...n);

N = Jumlah individu semua jenis ikan

(jumlah total idividu setiap

pengambilan sampel).

2. Komposisi Ukuran

Untuk menentukan komposisi ukuran setiap

jenis ikan, terlebih dahulu ditentukan kelas ukuran

panjang dan berat. Penentuan jumlah kelas

dihitung dengan menggunakan persamaan Sturgess

(1982), yaitu:

K = 1 + 3,3 Log N

Keterangan :

K = Jumlah kelas;

N = Jumlah sampel.

Selanjutnya ditentukan selang kelasnya dengan

menggunakan persamaan :

P = R/K

Keterangan :

P = Selang kelas;

R = kisaran (panjang ikan tertinggi - panjang ikan

terendah);

K = Jumlah kelas.

Kemudian ditentukan persentase setiap kelas

ukuran panjang dan berat dengan persamaan :

P = Ki/Kx100%

Keterangan :

P = Presentase kelas ukuran ikan ke-i

(i = 1,2,3,..... n);

∑ Ki = Jumlah individu ikan pada kelas ukuran

ke-i (i = 1,2,3,..... n);

K = Jumlah total individu ikan seluruh kelas

ukuran.

Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di perairan

Teluk Lombe tepatnya berada di pantai timur

Pulau Muna dan menghadap langsung ke Selat

Buton. Wilayah pesisir Teluk Lombe meliputi dua

kelurahan yang bermukim di pesisir pantai yaitu

Kelurahan Watulea dan Kelurahan Bombonawulu

yang termasuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Gu Kabupaten Buton.

Secara umum perairan Teluk Lombe

berbentuk memanjang dengan topografi pantai

yang landai pada ujung teluk sebelah dalam,

sedangkan pada kedua sisinya yang mengarah ke

mulut teluk memiliki garis pantai berupa tebing-

tebing batu dengan topografi yang curam.

Kedalaman perairan berkisar 3 meter sampai lebih

dari 70 m. Substrat dasar perairan terdiri dari

beberapa tipe yaitu pasir, pasir berlumpur dan pasir

bercampur dengan pecahan karang. Perairannya

relatif jernih dan tidak ada sungai permanen yang

bermuara di Teluk Lombe. Tinggi daratan di garis

pantai sekeliling teluk berkisar 0-100 m dari

permukaan laut saat air laut pasang.

Ekosistem perairan Teluk Lombe jika

dilihat dari pesisir pantai terlihat adanya dominansi

jenis-jenis lamun yang tumbuh lebat dan tumbuhan

air lainnya seperti makroalga. Di Teluk Lombe

tidak dijumpai ekosistem mangrove. Tumbuhan air

yang ada di teluk ini merupakan tempat habitat

bagi organisme air umumnya yang dihuni oleh

berbagai macam jenis ikan, hewan molusca dan

hewan gastropoda Aktivitas masyarakat di perairan

Teluk Lombe meliputi kegiatan perikanan berupa

kegiatan penangkapan ikan, pengumpulan

kekerangan, budidaya rumput laut dan pengeringan

ikan. Hasil penangkapan ikan dipasarkan ke pasar

lokal di Lombe dan dijual kepada pedagang

keliling yang selanjutnya memasarkannya ke

daerah sekitarnya hingga ke Kabupaten Muna

Kegiatan lainnya adalah transportasi laut ke

daerah-daerah di sekitarnya yang memanfaatkan

dermaga yang ada di Teluk Lombe sebagai

pelabuhan kapal-kapal kecil.

2. Penangkapan Ikan Layang di Teluk Lombe

a. Alat Tangkap

Page 4: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 132

Penangkapan ikan layang di Teluk Lombe

menggunakan alat tangkap jaring insang

permukaan (gill net) panjang jaring 100-200 m dan

tinggi jaring 2 m Ukuran mata jaring 1-2 inchi.,

bagan perahu (floating boat) Ukuran mata jaring

0.5 cm, ukuran jaring 20x20 m2., dan pancing ulur

(hand line) mata pancing Nomor 5-12. Jumlah

mata pancing setiap unit alat adalah 5-6 mata.

Ketiga jenis alat tangkap ini telah lama digunakan

nelayan setempat dan merupakan alat tangkap

yang dominan di Teluk Lombe.

b. Musim Penangkapan

Musim puncak penangkapan ikan layang

di Teluk Lombe terjadi pada bulan Agustus-

November (musim angin timur), musim sedang

pada bulan Desember-Maret dan musim kurang

pada bulan April-Juni. Biasanya ikan layang yang

didapatkan pada musim puncak berukuran lebih

besar seperti D.ruselli dapat mencapai panjang

28 cm, D. macrosoma dapat mencapai panjang 23

cm dan D.lajang dapat mencapai panjang 27 cm.

Berdasarkan laporan Puslitbang Oseanologi LIPI

(1998), umumnya D. macrosoma dapat mencapai

panjang 40 cm, umumnya 25 cm, D. ruselli

mencapai panjang 40 cm, umumnya 20-25 cm.

Selanjutnya Nontji (2002), mengatakan bahwa

pada musim angin timur yaitu bulan Juni-

September pola migrasi ikan layang masuk ke

Laut Jawa dari Selat Makassar dan Laut Flores

mengkuti pola arus dan pola sebaran salinitas.

Diduga bahwa pola arus musim timur membawa

ikan layang memasuki Teluk Lombe melalui Selat

Buton dari arah timur. Diluar bulan-bulan musim

puncak penangkapan ikan layang yang tertangkap

berukuran lebih kecil dari musim puncak.

c. Jumlah Hasil Tangkapan

Pelaksanaan penelitian berlangsung

selama 6 minggu. Setiap minggu dilakukan 1 kali

trip penangkapan dengan menggunakan alat

tangkap jaring insang, bagan perahu dan pancing

ulur masing-masing satu unit. Jumlah hasil

tangkapan berdasarkan alat tangkap pada setiap

kali pengambilan sampel dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Individu ikan Layang Hasil Tangkapan Jaring Insang, Bagan Perahu dan Pancing

Ulur di Perairan Teluk Lombe.

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa

pada setiap pengambilan sampel jumlah individu

ikan layang yang tertangkap dengan bagan perahu

lebih tinggi dari pada dua jenis alat tangkap

lainnya, kecuali pada pengambilan sampel V.

Jumlah individu ikan layang yang tertangkap

dengan pancing ulur jauh lebih kecil dari pada

kedua alat tangkap lainnya. Secara keseluruhan,

jumlah ikan layang yang tertangkap pada ketiga

jenis alat tangkap menunjukkan kecenderungan

penurunan dari pengambilan sampel I hingga VI.

Data wawancara dengan nelayan mengenai

hasil tangkapan/trip di perairan Teluk Lombe dari

masing-masing alat tangkap pada musim

penangkapan yang berbeda, dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Hasil Tangkapan (alat tangkap/trip) Berdasarkan Musim Penangkapan dari Masing-

Masing Jenis Alat Tangkap di Teluk Lombe.

No Alat Tangkap Jumlah Hasil Tangkapan (ekor)

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV V V I

P anc ing ulur

J aring ins ang

B agan perahu

T otal

Ju

mla

h i

nd

ivid

u

Pengambilan sampel

Page 5: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 133

Musim Puncak Musim Sedang Musim Kurang

1. Jaring Insang 500-1500 100-200 30-100

2. Bagan Perahu 2000-5000 300-500 50-200

3. Pancing Ulur 60-120 20 0-5

Berdasarkan Tabel 1. bila dibandingkan

antara jumlah individu hasil tangkapan

berdasarkan musim dengan hasil tangkapan selam

periode penelitian Gambar 2, hasil tangkapan

ketiga alat tangkap selama periode penelitian

sangat sedikit atau berada pada kategori musim

kurang.

3. Komposisi Jenis Ikan Layang

Komposisi jenis ikan yang tertangkap

sebanyak 6 kali dengan selang waktu 5 hari terdiri

dari 3 spesies ikan layang yatu D. macrosoma,

D. ruselli, dan D.lajang. Hasil tangkapan

berdasarkan alat tangkap dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan dengan Alat Tangkap (A) Jaring Insang; (B) Bagan

Perahu; (C) Pancing Ulur.

Gambar 4. Komposisi Jenis Seluruh Hasil Tangkapan Ikan Layang di Perairan Teluk Lombe

4. Komposisi Ukuran Ikan Layang

40

50

100

150

I II III IV V VIJu

mla

h i

nd

ivid

u

pengambilan sampel

macrosoma ruselli

02468

10121416

I II III IV V VI

Ju

mla

h i

nd

ivid

u(e

ko

r)

pengambilan sampel

D. Lajang

72.39

21.88

5.72

70.55

26.99

2.43

94.61

5.38

64.87

35.12

10082.15

15.85

1.21

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Ko

mp

osi

si j

en

is (

%)

I II III IV V VI

Pengambilan sampel

D. lajang

D. ruselli

D. macrosoma

Keterangan :

B

A

Page 6: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 134

Hasil analisis komposisi panjang (cm) dan

berat (g) dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Decapterus macrosoma

Hasil analisis ukuran panjang dan berat

dari 985 ekor ikan diperoleh 10 kelas ukuran

selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5 .

Gambar 5. Komposisi Ukuran D. macrosoma (A) Ukuran Panjang (cm); (B) Ukuran Berat (g) yang

Tertangkap di Perairan Teluk Lombe.

b. Decapterus. ruselli

Hasil analisis ukuran panjang dan berat

untuk jenis D.ruselli diperoleh 9 kelas dari total

hasil tangkapan sebanyak 273 ekor. Selengkapnya

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Komposisi Ukuran Ikan Layang D. ruselli (A) Ukuran Panjang (cm); (B) Ukuran Berat (g)

yang Tertangkap di Perairan Teluk Lombe.

0.2

6.21

25.3522.7

1.52

11.59.4712.93

2.03

8.04

0

5

10

15

20

25

30

ko

mp

osi

si (

%)

panjang (cm)

9.8713.54

6.41

23.8220.67

4.07

21.38

0.205

1015202530

ko

mp

osi

si (

%)

berat (g)

13.91

23.8

31.13

19.14

11.72

0.360

5

10

15

20

25

30

35

ko

mp

osi

si

(%)

panjang (cm)

56.6539

1.1406

41.8251

0.3802

0

10

20

30

40

50

60

Ko

mp

osi

si (

%)

Berat

A

B

A

B

Page 7: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indoensia, 2013 @FPIK UNHALU 135

c. Decapterus lajang

Hasil analisis ukuran panjang dan berat

diperoleh 5 kelas ukuran dari total hasil tangkapan

sebanyak 27 ekor, selengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 7. Komposisi Ukuran Ikan Jenis D. lajang (A) Ukuran Panjang (cm); (B) Ukuran Berat

(g) Yang Tertangkap di Perairan Teluk Lombe.

5. Kondisi Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur dalam

penelitian ini meliputi suhu, salinitas, pH, dan

kecepatan arus.

a. Suhu

Sebaran kisaran suhu perairan Teluk

Lombe terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sebaran Rata-Rata Suhu PerairanTeluk Lombe.

11.11

3.7

11.11

37.03 37.03

05

10152025303540

ko

mp

osi

si (

%)

Panjang (cm)

11.11

3.7

85.18

0102030405060708090

ko

mp

osi

si(%

)

Berat (g)

B

A

Page 8: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 136

b. Salinitas Kisaran salinitas perairan Teluk Lombe dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Sebaran Rata-Rata Salinitas Perairan Teluk Lombe Selama Penelitian.

c. pH

Sebaran pH di perairan Teluk Lombe diperoleh

pH stabil yaitu pada pH 7.

d. Kecepatan Arus

Sebaran nilai kisaran kecepatan arus perairan

Teluk Lobe dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sebaran Kisaran Kecepatan Arus Perairan Teluk Lombe.

Pembahasan

1. Kegiatan Penangkapan Ikan layang di

teluk Lombe

Kegiatan penangkapan ikan pelagis di

Teluk Lombe yaitu alat tangkap bagan perahu

(dua perahu), jaring insang dan pancing ulur

yang merupakan metode penangkapan

tradisional yang telah lama dikenal masyarakat.

Tiga jenis alat tangkap ikan pelagis yang

dioperasikan nelayan di Teluk Lombe yaitu

bagan perahu, jaring insang dan pancing ulur

memiliki waktu dan lokasi pengoperasian yang

berbeda-beda. Bagan perahu dioperasikan pada

malam hari di lapisan permukaan dengan alat

bantu lampu untuk mengumpulkan ikan. Jaring

insang dioperasikan pada siang hingga sore hari

di lapisan permukaan. Pancing ulur dioperasikan

pada siang hingga sore hari di lapisan

pertengahan atau kedalaman 30-50 m.

2. Jumlah Hasil Tangkapan

Data jumlah individu hasil tangkapan

per trip dari masing-masing alat tangkap

(Gambar 2), menunjukkan bahwa hasil

tangkapan bagan perahu memberikan porsi yang

Page 9: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 137

signifikan pada total produksi ikan layang di

perairan Teluk Lombe. Hal ini tentunya

disebabkan oleh kapasitas tangkap bagan perahu

yang jauh lebih besar dari pada alat tangkap

lainnya. Penggunaan lampu sebagai alat bantu

pengumpul ikan pada bagan perahu pada malam

hari sangat efektif dalam penangkapan ikan

layang. Alat tangkap kedua yang cukup efektif

menangkap ikan layang adalah jaring insang.

Ini terlihat dari jumlah individu yang tertangkap

setiap pengambilan sampel, jaring insang selalu

menempati urutan kedua. Pancing ulur

merupakan alat tangkap dengan jumlah individu

hasil tangkapan per trip terendah. Meskipun

setiap unit pancing ulur memiliki 5-6 mata

pancing tetapi prinsip penangkapan dengan

pancing yang hanya menangkap seekor demi

seekor setiap mata pancing menyebabkan hasil

tangkapannya per trip relatif kecil.

Secara keseluruhan hasil tangkapan per

trip pengambilan sampel menunjukkan

kecenderungan penurunan dari minggu pertama

hingga minggu keenam (Gambar 2).

Kecenderungan ini menggambarkan penurunan

kelimpahan ikan layang di Teluk Lombe selama

periode penelitian (bulan Pebruari-Maret).

Komposisi Jenis Ikan Layang

Hasil tangkapan ikan layang

keseluruhan sebanyak 1.282 ekor yang terdiri

dari 3 (tiga) jenis ikan layang (Gambar 4) yaitu

D. macrosoma 982 ekor (76.42%), D. ruselli

273 ekor (21.24%) dan D. lajang 27 ekor

(2.10%).

Jenis D. macrosoma selalu mendominasi

hasil tangkapan setiap minggu pengamatan.

Bahwa D. macrosoma sangat dominan

didapatkan sepanjang tahun baik musim puncak,

musim sedang atau musim kurang di perairan

Teluk Lombe, bahkan nelayan setempat

menduga spesies D.macrosoma ini

tinggal/menetap di Teluk Lombe. Menurut

Nontji (2002), ikan jenis D. macrosoma pola

penyebarannya di Indonesia sangat luas yaitu

dari Pulau Bawean sampai di perairan

Indonesian bagian Timur.

Adapun spesies D. ruselli dan jenis D.

lajang selain komposisi jenisnya lebih sedikit,

kedua spesies ini tidak selalu ditemukan pada

hasil tangkapan nelayan atau dengan kata lain

kemunculannya bersifat periodik. Dari enam kali

pengambilan sampel D. ruselli hanya

ditemukan pada lima kali pengambilan sampel

dan D. lajang hanya ditemukan pada dua kali

pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan

temuan Widodo (2000), bahwa selain musim

puncak jumlah ikan layang yang tertangkap

sedikit baik jumlah maupun jenisnya atau tidak

tertangkap sama sekali. Najamuddin dkk.,

(2004), ikan D. ruselli biasanya bergerombol

dengan ikan layang jenis lain dalam jumlah yang

besar di permukaan perairan dan sesekali ikan

D. Ruselli masuk ke perairan yang lebih dalam

bersama ikan D. Lajang mengikuti pergerakan

plankton-plankton. Widjojo (2002), menemukan

bahwa plankton-plankton merupakan makanan

utama ikan D.ruselli.

Bila ditinjau komposisi jenis

berdasarkan alat tangkap (Gambar 3)

menunjukkan bahwa perbedaan alat tangkap dan

metode pengoperasiannya mempengaruhi

komposisi jenis ikan layang yang tertangkap.

Pengoperasian bagan perahu pada malam hari di

lapisan permukaan dengan alat bantu lampu

hanya efektif menangkap spesies D. macrosoma

(Gambar 2). Jaring insang yang dioperasikan

pada siang hingga sore hari di lapisan

permukaan (jaring insang permukaan)

menyebabkan jaring insang menangkap lebih

banyak spesies ikan layang. Menurut DKP

(2004), jaring insang permukaan sangat efektif

dioperasikan pada siang dibandingkan

dioperasikan pada malam hari karena pada

malam hari ikan-ikan pelagis cenderung turun

diperairan yang lebih dalam. Dalam enam kali

pengambilan sampel dengan jaring insang selalu

tertangkap dua spesies yaitu D. macrosoma dan

D. ruselli kecuali pada pengambilan sampel ke-

V hanya tertangkap spesies D. ruselli (Gambar

3A). Diduga bahwa pada siang hari D.

macrosoma dan D. ruselli menyebar di lapisan

permukaan perairan secara lebih merata,

sedangkan pada malam hari D. ruselli cenderung

turun ke lapisan yang lebih dalam. Hal ini sesuai

Aprilianti, (2000) mengatakan bahwa ada

kecenderungan D. ruselli pada malam hari

cenderung turun ke lapisan perairan yang lebih

dalam dan pada siang hari naik ke lapisan

permukaan.

Pancing ulur dioperasikan pada siang

hingga sore hari pada kedalaman lebih dari 30 m

sehingga menjangkau ikan-ikan yang memiliki

lapisan renang yang lebih dalam. Hal inilah yang

diduga menyebabkan pancing ulur hanya

menangkap jenis ikan D. lajang. Diduga bahwa

ikan D. lajang memiliki kedalaman lapisan

renang (swimming layer) yang lebih besar

dibanding spesies layang yang lain. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Widodo (2000),

menyatakan bahwa ikan D. lajang cenderung

mendiami perairan dalam.

Page 10: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 138

a. Decapterus macrosoma

Jumlah hasil tangkapan sebanyak 985

ekor (Gambar 5A), terlihat bahwa komposisi

hasil tangkapan tertinggi berada pada ukuran

panjang 14.5-15.25 cm dengan persentase

sebesar 25.35%, sedangkan hasil tangkapan

terendah pada kelas ukuran panjang 13.00-

13.75 cm dengan persentase 0.20%. Untuk

menggambarkan tingkat kedewasaan ikan

layang pada ukuran tersebut, dapat digunakan

pembanding dari hasil penelitian Najamuddin

dkk., (2004), D. macrosoma betina pertama kali

matang gonad pada ukuran panjang 19.8-20.3

cm, sedangkan ikan layang jantan pertama kali

matang gonad pada ukuran 19.6-20.1 cm.

Prihatini (2006), di Pelabuhan Nusantara

Pekalongan bahwa ikan D. macrosoma

ditemukan Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

III pada ukuran panjang 14.5-15.5 cm.

Selanjutnya Nugroho (1995), menyatakan ikan

D. macrosoma mencapai matang gonad pada

panjang cagak lebih dari 18 cm.

Balasubramanian dkk., (2000), D.

macrosoma jenis mencapai matang gonad pada

umur 1.05 tahun dengan panjang badan laki-

laki 15.8 cm dan perempuan dengan panjang

badan 15.7 cm. Prahibha dkk.,(2005), ikan D.

macrosoma pertama kali matang gonad dengan

panjang badan 15 cm. Selanjutnya (Pairoh

dkk.,1997), D. macrosoma sudah memijah

pada ukuran panjang tubuh 17.2 cm. Dari

beberapa acuan tersebut dapat dikatakan bahwa

sebagian besar ikan yang tertangkap telah

memiliki ukuran pertama kali matang gonad.

Atmaja dkk., (2003), mengatakan bahwa ikan

layang D. macrosoma memijah di bulan Mei-

November dan puncak pemijahan terjadi bulan

September-Desember. Sehingga hasil tangkapan

ikan layang di Teluk Lombe masih berukuran

kecil dan belum pada periode pemijahan namun

sudah dewasa. Laporan Puslitbang Oseanologi

LIPI (1999), yang mencapai panjang 40 cm dan

umumnya 25 cm. Jumlah hasil tangkapan

sebanyak 985 ekor (Gambar 5B), terlihat bahwa

hasil tangkapan tertinggi didominasi oleh ukuran

berat 73.31-91.40g dengan persentase sebesar

23.828% sedangkan hasil tangkapan terendah

didominasi oleh ukuran berat 181.92-200.01g

dengan persentase 0.2036 %. Menurut Prihartini

(2006), D. macrosoma sudah mencapai matang

gonad pada berat 30.5g, sehingga hasil

penelitian yang tertangkap selama penelitian

telah memiliki berat diatas ukuran tersebut.

2. Decapterus ruselli

Jumlah hasil tangkapan ikan D. ruselli

sebanyak 273 ekor (Gambar 6A), hasil

tangkapan tertinggi didomionasi oleh ukuran

panjang 15.23-16.33 cm dengan

persentase sebesar 13.13%. Sedangkan hasil

tangkapan terendah didominasi oleh ukuran

panjang 21.89-22.89 cm dengan persentase 0.36

%. Sebagian besar ikan yang tertangkap berada

pada 5 kelas ukuran terkecil. Sebagai bahan

pembanding dapat dilihat penelitian Faizu

(2001), dari hasil penelitiannya di perairan

Siompu kabupaten Buton bahwa ikan layang

jenis D. ruselli sudah mengalami pertama kali

matang gonad pada ukuran panjang 28.1-29.2

cm (Hariati et al., 2005), pertama kali matang

gonad pada ukuran panjang 16 cm. Selanjutnya

Aprilianti (2000), ikan D. ruselli jantan pertama

kalimatang gonad pada ukuran panjang 15.8

cm dan D. ruselli betina matang gonad pada

ukuran panjang 15.3 cm. Prihatini (2006), yang

menunjukkan bahwa ikan D.ruselli pada ukuran

panjang 14.5-15.5 cm sudah mencapai TKG III.

Selanjutnya Manik (2009), D. ruselli sudah

matang gonad pada ukuran panjang 18,7 cm.

Balasubramanian dkk., (2000), Ikan D. russelli

laki-laki matang gonad pertama pada umur

0.91 tahun dan tercapai panjang tubuh 15 cm

dan ikan D. ruselli perempuan matang gonad

pertama di umur 0.91 tahun dengan panjang

tubuh 14 cm. Prathibha dkk., (2005), D.

ruselli pertama kali matang gonad ukuran badan

yaitu 14 cm. Selanjutnya Manojkumar (2007),

Ikan D. ruselli perempuan mencapai matang

gonad pertama kali dengan panjang badan

14.5 cm dan jantan 15.5 cm. (Pairoh dkk.,

1997), D. ruselli sudah dapat memijah dengan

ukuran panjang tubuh 17 cm. Laporan

Puslitbang Oseanologi LIPI (1999), D. ruselli

dapat mencapai 30 cm dan umunya 20-25 cm.

Bila mengacu pada hasil penelitian tersebut

dapat dikatakan bahwa sebagian besar (<85%)

D. ruselli yang tertangkap telah memiliki

ukuran panjang pertama kali matang gonad,

namun ikan-ikan yang tertangkap masih jauh

dari panjang maksimumnya.

Pada Gambar 6B, terlihat bahwa hasil

tangkapan didomionasi oleh ukuran berat

40.00-57.78g dengan persentase sebesar

56.65%, sedangkan hasil tangkapan terendah

didominasi oleh ukuran berat 182.24-200.01g

dengan persentase 0.38%. Menurut prihartini

(2006), D. ruselli sudah mencapai matang gonad

pada berat 38g, sehingga sampel D. ruselli sudah

mencapai lebih dari ukuran tersebut.

Page 11: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 139

3. Decapterus lajang

Jumlah hasil tangkapan D. lajang

sebanyak 27 ekor dimana hasil tangkapan

didominasi oleh ukuran panjang 25.41-26.20 cm

dan ukuran 26.21-27.01 cm dengan

persentase yang sama yaitu 37.03 %,

sedangkan hasil tangkapan terendah berada pada

ukuran panjang 23.81-24.60 cm dengan

persentase 3.70 (Gambar 7A). Sebagai bahan

pembanding dapat dilihat hasil penelitian Irham

(2009) di perairan Maluku Utara menuliskan

bahwa D. lajang sudah dewasa dengan ukuran

panjang 21.5 -31.5 cm sudah mencapai TKG

III. Dari pustaka pembanding tersebut, ikan D.

lajang di perairan Teluk Lombe dapat dikatakan

sudah sudah melebihi pertama kali matang

gonad. Selanjutnya (Gambar 7B), menunjukan

bahwa hasil tangkapan didominasi oleh ukuran

berat 280.57-300.70g dengan persentase

85.18% sedangkan hasil tangkapan terendah

didominasi oleh ukuran berat 240.29-260.42g

dengan persentase 3.70%.

6. Kondisi Parameter lingkungan

a. Suhu

Hasil pengukuran suhu perairan Teluk

Lombe berkisar antara 27.30-28.13oC (Gambar

8). Rendahnya suhu perairan Teluk Lombe

disebabkan oleh intesitas sinar matahari tidak

berlangsung lama dan sering terjadi hujan dan

angin permukaan laut sehingga nilai suhu yang

diperoleh rendah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Nontji (2002), bahwa suhu air

permukaan banyak mendapat pengaruh dari

radiasi matahari terutama pada siang hari.

Selanjutnya Dahuri dkk., (1996), mengatakan

suhu perairan dipengaruhi oleh radiasi dan posisi

matahari, letak geografis, musim, kondisi awan,

proses interaksi air dengan udara seperti

penaikan panas, penguapan dan hembusan

angin. Dahuri dkk., (1996), mengatakan bahwa

suhu air perairan nusantara kita umumnya

berkisar antara 27.00oC-38.00

oC. Nybakken

(1999), mengatakan bahwa di samudera suhu

bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis

lintang ada juga vertikal sesuai dengan

kedalaman. Suhu rata-rata 27.30oC-28.13

oC

yang ada di perairan Teluk Lombe menunjukan

bahwa ikan layang memungkinkan untuk hidup.

Kusmawati (2001), mengatakan bahwa ikan

layang berkosentrasi pada suhu 28oC.

b. Salinitas

Hasil pengamatan salinitas di perairan

Teluk Lombe berkisar antara 30.00-33.67 ppt

(Gambar 9). Nilai salinitas lebih rendah

disebabkan karena selama periode tersebut

merupakan periode musim hujan sehingga sering

kali terjadi hujan deras. Nontji (2002),

mengatakan bahwa perairan samudera salinitas

biasanya berkisar 34-35 ppt, di perairan pantai

salinitas berubah jika terjadi pengenceran

misalnya pengaruh curah hujan. Sebaran

salinitas 30-33.67 ppt yang ada di perairan

Teluk Lombe menunjukan bahwa ikan layang

dimungkinkan untuk hidup. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Sunarjo (2000), kisaran

salinitas bagi ikan layang adalah 32-34 ppt.,

Setyo (2010), ikan layang hidup pada perairan

dengan salintas 33-35 ppt., Soemarto (1998),

ikan layang banyak tertangkap pada perairan

yang bersalinitas 33.5-34.4 ppt.

c. Ph

Hasil pengamatan pH selama penelitian

di perairan Teluk Lombe stabil yaitu pH 7

(Gambar 10). Ini berarti bahwa kisaran pH

diperairan Teluk Lombe sangat memungkinkan

ikan untuk hidup dan tinggal. Penyebab pH di

perairan Teluk Lombe stabil karena di sekitar

pantai pembuangan limbah rumah tangga

hampir tidak ada. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Wijaya (2000), mengatakan nilai pH

biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa,

buangan limbah industri serta limbah rumah

tangga.

d. Kecepatan Arus

Hasil pengamatan kecepatan arus di

perairan Teluk Lombe yaitu berkisar antara

0.037-0.041 m/detik (Gambar 11). Perbedaan

kecepatan arus saat pengukuran disebabkan

karena pada saat pengukuran posisi pengukuran

berbeda yaitu posisi berhadapan langsung

dengan laut lepas saat terjadi surut dan posisi

berhadapan langsung dengan arah arus sehingga

nilai pengamatan yang diperoleh berbeda.

Menurut Effendie (2002), bahwa yang

dirincikan oleh arus yang searah dan relatif

kencang adalah dengan kecepatan arus berkisar

0.1-1.0 m/dtk. Sebaran kisaran kecepatan arus di

perairan Teluk Lombe yaitu 0.037-0.041 m/dtk

(Gambar 11), merupakan tipe kecepatan arus

pada perairan teluk. Meskipun kecepatan arus

mencapai kisaran tersebut, ikan layang

dimungkinkan untuk hidup. Kusmawati (2001),

ikan layang dapat hidup pada arus dengan

kecepatan 0.025-0.037 m/dtk.

Page 12: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 140

Simpulan

Pengamatan di perairan Teluk Lombe diperoleh

3 spesies ikan layang yaitu D. macrosoma (982

ekor atau 76.60%), D. ruselli (273 ekor atau

21.30%) dan D. lajang (27 ekor atau 2.21%).

Kisaran ukuran ikan layang yang tertangkap di

perairan Teluk Lombe adalah : D. macrosoma

memiliki panjang 13.00-20.50 cm dan dominan

pada kelas ukuran 14.51-15.25 cm sedangkan

berat 19.00 -200.01 g dan dominan pada kelas

ukuran 73.31-91.40g., D. ruselli memiliki

panjang 13.00-22.99 cm dan dominan pada kelas

ukuran15,23-16.33 cm sedangkan berat 40.00-

200.01g dan domain pada kelas ukuran 40.00-

57.78g; D. lajang memiliki panjang 23.00-

27.01 cm dan dominan pada kelas ukuran25.41-

26.20 sedangkan berat 200.00-30.70 dan

dominan pada kelas ukuran 280.57-300.70g.

Pengukuran pertumbuhan panjang, berat tubuh

ikan, dan komposisi jenis ikan layang bertujuan

untuk menjelaskan perubahan stok ikan layang

akibat pengaruh dinamika alat tangkap dan

untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan

serta komposisi jenis ikan di perairan Teluk

Lombe. Hasil pengukuran parameter lingkungan

di perairan Teluk Lombe yaitu suhu berkisar

antara 27.30-28.13oC, Salinitas berkisar 30-

33.67 ppt, pH 7, kecepatan arus berkisar 0.037-

0.041 m/dtk.

Persantunan

Kegiatan penelitian dalam periode yang

lebih panjang tentang dinamika ukuran ikan

layang di Teluk Lombe sehingga dapat

memperoleh informasi yang lebih jelas perihal

keberadaan ikan layang di Teluk Lombe untuk

keperluan pengelolaannya.

Daftar Pustaka

Amin, E.M., N. Duto, dan Wasilun. 1998.

Kemungkinan Penggunaan Teknik Remote

Sensing Dalam Menentukan Daerah

Penangkapan Ikan Pelagik Melalui Pola

Penyebaran Temperatur Air Laut. (49):21-

32.

Aprilianti, H. 2000. Aspek Biologi Ikan Layang

(Decapterus ruselli) Ruppel di Perairan

Teluk Sibolga, Sumatera Utara. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal.

Atmaja, S.B dan J. Haluan. 2003. Perubahan Hasil

Tangkapan Lestari Ikan Pelagis kecil di Laut

Jawa dan Sekitarnya. 2(2):3-27.

Balasubramanian, N.K., and P. Natarajan. 2000.

Studies on the Biology of the Scads

(Decapterus ruselli and Decapterus

macrosoma) at Vizhinjam Southwest Coast

of India. 47(4):291-300.

BPS, 2010. Kecamatan Gu Dalam Angka 2010.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton. 20

hal.

Chan, W., Talbot, and P. Sukhavisidhi. 1997.

FAO Species Identification Sheet for

Fishery Purpose Rome I.

Dahuri, R., Rais, S.P., Ginting dan M.J. Sitepu.

1996. Penelolaan Sumber Daya Wilayah

Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.

Pradaya Paramita. Jakarta.

Departemen Perikanan dan Kalautan. 2004. Jaring.

Insanghttp://pipp.dkp.go.id/pipp2/alat

tangkap.html?idkat_api=8&idapi=27.

Durand. 1994. A Project for Java Sea Pelagie

Fishery. Infofish International. (2):53-57.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan

Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Fauzie, A. 2004. Model Bionomik Hasil

Tangkapan Ikan Layang di Laut Jawa

Dengan Pendekatan Hasil Tangkapan Purse

Seine di PPN Pekalongan. Fakultas dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Faizu, H. 2001. Studi Beberapa Aspek Biologi

Ikan Layang Decapterus ruselli) Hasil

Tangkapan Nelayan Bone-Bone dengan

Menggunakan Purse Seine di Sekitar

Perairan Siompu Babupaten Buton. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.Universitas Haluoleo. Kendari.

Gafa, B., S. Bahar, dan Karyana. 2003. Potensi

Sumber Daya Perikanan Perairan Laut

Flores dan Selat Makasar. Perikanan Laut.

72:43-53.

Genisa, S.A. 1998. Beberapa Catatan Tentang

Biologi Ikan layang Marga Decapterus.

Oseana 23(2):27-36.

Gulland, J.A. 2000. Fish Stock Assesment. a

Manual of Basic Methods. John Wiley and

Sons.Inc, New York.

Hariati, T. 2005. Beberapa Aspek Reproduksi Ikan

Layang (Decapterus ruselli) dan Ikan

Banyar (Ratrellinger kanagurta) di Perairan

Selat Malaka Indonesia. 11(2):47-56.

Hardenberg, J.D.F. 1999. Perminary Report on a

Migration of Fish in Java Sea. Treubia.

16(2):295-300.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011.

Statistik Perikanan Tangkap Indonesia,

2010. Direktorat Jenderal Perikanan

Tangkap. Jakarta. 11(1):1858-0505.

Kusmawati, S.S. 2001. Komposisi Jenis Ikan

Dengan Alat Tangkap Bagan Perahu

Hubungannya Dengan Posisi Bulan di

Perairan Selat Buton, Kabupaten Buton,

Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas

Page 13: Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys Spp) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UNHALU 141

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Haluoleo. Kendari. 45 hal.

Irham, 2009. Pola Pengembangan Berkelanjutan

Sumber Daya Ikan Layang (Decapterus spp.) di Perairan Maluku Utara. Istitut

Pertanian Bogor. 248 hal.

Isa, M.M.H. Kohno, Hitoshi Ida, H.T. Nakamura,

A. Zainal and S.A.S.A. Kadir. 1998. Field

Guide to Inportant Comercial Marine Fishes

of tht South Cina Sea marine Fishery

development and Managemen Departement,

South Easth Asian Fisheris Development

Centre kuala Trengganu Malaysia.

Manojkumar, P.P. 2007. Stock Assessment of

Indian Scad (Decapterus ruselli) Ruppel of

Malabar. 49(1):76-80.

Najamuddin, M. Palo, A. Malawa, Budimawan.,

M.Y.N. Indah. 2004. Pendugaan Ukuran

Pertama Kali Matang Gonad Ikan Layang

Deles (Decapterus macrosoma) Bleeker.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Hasanuddin Program Pasca

sarjana. 4(1):1-8.

Nybakken, J.W. 1999. Biologi Laut. Suatu

Pendekatan Ekologis. (Terjemahan :

Eidman, H.M., Koesbiono, D.G. Bengen.,

M. hutomo dan Sukardjo). Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta. 459 hal.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan.

Jakarta. 368 hal.

Nugroho, D. 1997. Aspek Reproduksi Ikan Layang

Deles (Decapterus macrosoma) dan Siro

(Amblygaster sirm) Sebagai Pertimbangan

dalam Pengelolaan di Laut Jawa. Perikanan

Indonesia. 1(3):1-10.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi

(terjemahan) Gadja mada University Press.

Yogyakarta. 967 hal.

Pairoh, S., and S. Ravi. 1997. Biological Aspecth

of Chub Markerels and Round Scad on the

West Coast of Thailand. Bay of Bengal

Programme. BOBB/Rep. 39(39):40-48.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 2005.

Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pekalongan, 2004 Pelabuhan Nusantara

Pekalongan.

Prathibha, R., and S.L., Shanbhogue. 2005. Age

and Growth of (Decapterus ruselli and

Decapterus macrosoma) Along Karnataka

Coast. India. 47(2):180-184.

Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologi

Ikan Layang (Decapterus spp.) Hasil

Tangkapan Purse Seine yang didaratkan Di

PPN Pekalongan. Pogram Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro. Semarang. 89 hal

Puslitbang Oseanologi LIPI. 1998. Komisi

Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya

Ikan Laut di Perairan Indonesia. Ditjen

Perikanan Puslitbang LAPAN, BPPT.

Jakarta. .

Soemarto. 1998. Behaviar Ikan terutama Yang

Berhubungan Dengan Ikan Pelagis Yang

Menemukan Scooling. Layang (Decapterus spp.) Bogor: Latitut Pertanian Bogor.

Fakultas Pertanian.

Sreenivasa, P.V. 1997. Manurity and Spawning in

(Decapterus sp.) Day Wakiya Marbiol. Ass.

India. 23(2):19-28.

Sturgess, L.D. 1982. Engineering Mechanics :

Dynamics. 2nd

Ed., Wiley. New York.

Sunarjo, 2000. Analisa Pertumbuhan Ikan

(Decapterus macrosoma) Bleeker di

Perairan Laut Jawa Bagian Timur. Skripsi.

Fakultas Peternakan Universitas

Dipenegoro, Semarang.

Tiews, K.I.A. Roquillo and P. Cases Borja. 2001.

on the Biology of Roundscad (Decapterus)

Bleeker in the Filiphines Water. Proct.

IPEC. 13(2):82-106.

Widodo, J. 2000. Population Biology of Rusell,s

Scad (Decapterus ruselli) in the Java Sea.

Indonesia in : Vinema VAO Fish. 389:308-

323.

Widjojo, S. 2002. Perikanan Payang di Teluk

Jakarta. Kepulauan Seribu. Laporan Praktek

Mayor. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 53

hal.

Wijaya, I. 2010. Analisis Parameter Ikan Kardinal

Banggai (P. Kauderni) di Pulau Banggai

Sulawesi Tengah. Tesis. Progran Studi

Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan

Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.