Upload
meli-aprilah-sp
View
31
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.. Latar Belakang Masalah
Sebagai mana yang telah di sebutkan dalam presentasi sebelumnya,
mengenai tentang masalah akhlak terpuji, dalam bahasan kali ini kami ingit
sedikit membahas mengenai tentang masalah akhlak terpuji yang berjudul zuhud
dan tawakal, sedikit membicarakan mengenai zuhud dan tawakal dua komponen
tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan kita masing-masing untuk menuju
ke arah kehidupan kita yang lebih baik,
Berikut adalah beberapa uraian mengenai tentang zuhud dan tawakal akan di
jelaskan di bawah sebagai berikut:
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zuhud?
2. Apa saja contoh perilaku zuhud?
3. Apa pengertian Tawakal?
4. Apa saja contoh perilaku tawakal?
1.3 . Tujuan
1. Dapat memahami pengertian zuhud
2. Mengetahui contoh perilaku zuhud
3. Mengerti pengertian tawakal
4. Dapat menerapkan contoh perilaku tawakal
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Zuhud dan Tawakal
1. Zuhud
Menurut bahasa zuhud berasal dari kata dasar zahada yazhadu zuhdan,
yang berarti meninggalkan atau menghindar. Yakni meninggalkan atau
menghindar dari kesenangan duniawi yang berlebih-lebihan misalnya dalam hal
makanan, pakaian, rumah atau kendaraan karena pengabdian kepada Allah SWT
melebihi dari segalanya.
Menurut istilah zuhud memiliki beberapa pengertian :
a. Ibnu Taimiyah, ”Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat
demi kehidupan akhirat”.
b. Imam Al Qusyairy, ”Zuhud adalah tidak merasa bangga terhadap kemewahan
dunia yang dimiliki dan tidak merasa sedih ketika kehilangan harta”.
c. Imam Al Ghazali, ”Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai
kemewahan dunia sesuai dengan kadar kemampuannya”.
d. Hasan Al-Bashri, ”Zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau
menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih
mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu.
Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja,
sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang
mencelamu dalam kebenaran”.
Dari empat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa zuhud adalah suatu
sikap hidup di mana seseorang tidak terlalu mementingkan harta kekayaan dunia
atau dunia. Harta kekayaan atau dunia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan
hakiki yakni kehidupan akhirat.
2
Beberapa firman Allah SWT terkait dengan sifat Zuhud :
a. QS An Nisa ayat 77 :
� ف�تيال �مون� ظ�ل ت و�ال� �ق� ت ا �م�ن ل �ر� ي خ� ة خر�� و�أل ق�ليل� � �يا !دن ال �ع م�ت ...قل�
"... Katakanlah: ’kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun”.
b. QS Luqman ayat 33 :
ور �غ�ر ل ا �ه �ل ل با م *ك ن �غر* �ي �و�ال �يا لد!ن ا �ح�يوة ل ا م *ك ن �غر* ت ...ف�ل�
”... maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
c. QS Al Kahfi ayat 7 :
� ع�م�ال �ح�س�ن أ !هم� ي� أ و�هم� �ل �ب لن *ه�ا ل �ة� �ن زي ر�ض
� أل� ا ع�ل�ى � ما �ا �ن ج�ع�أل *ا إن
”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”.
d. QS Asy Syura ayat 20 :
. , �ا �ي لد!ن ا ث� ح�ر� �د ري ي �ان� ك و�م�ن� ثه ح�ر� فى �ه ل �زد� ن ة خر�� أل� ا ث� ح�ر� �د ري ي �ان� ك م�ن�
, *صيب ن من ة خر�� األ� فى �ه ل و�م�ا �ه�ا من وء�ته ن
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat”.
e. QS Al Hadid ayat 23 :
, �ال ت مخ� ل* ك حب! �ي ال لله و�ا م� �ىك ء�ات �بم�ا حو�ا �ف�ر� �ت و�ال م� �ك ت ف�ا م�ا ع�ل�ى � و�ا س�� �أ ت � �ال �ي �ك ل
.ف�خور
“ (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri”.
3
Para ulama Tasawuf membagi zuhud ke dalam beberapa tingkatan, antara lain :
a. Imam Ahmad bin Hanbal :
1) Zuhud Awam, dengan meninggalkan barang yang haram,
2) Zuhud Khawas, dengan meninggalkan barang yang halal,
3) Zuhud ’Arif, dengan meninggalkan apa saja yang menghalanginya dari Allah
SWT.
b. Imam Abu Nashr As Sarraj At Tusi :
1) Zuhud Mubtadi’ (tingkat pemula), yakni orang yang tidak memiliki sesuatu dan
hatinya-pun tidak ingin memilikinya.
2) Zuhud Mutahaqqiq (tingkat orang yang telah mengenal hakekat zuhud), yakni
orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda
duniawi karena tahu dunia tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3) Zuhud ‘Alim Muyaqqin (tingkat orang yang memandang bahwa dunia tidak
memiliki nilai), yakni orang yang memandang bahwa dunia ini hanyalah sesuatu
yang dapat melalaikan dari mengingat Allah SWT.
c. Iman Al Ghazali :
1) Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik,
2) Meninggalkan keduniaan karena menginginkan sesuatu yang bersifat
keakhiratan,
3) Meninggalkan segala sesuatu selain Allah SWT, karena rasa cintanya hanya
tertuju kepada Allah SWT.
Kebalikan dari sifat zuhud adalah hubbuddunya (berlebih-lebihan mencintai
dunia/harta benda). Orang yang hubbuddunya digambarkan oleh Allah SWT
sebagai orang yang suka mencela dan mengumpulkan harta benda. Perhatikan QS
Al Humazah berikut ini !
1. kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. sekali-kali tidak! sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
Huthamah.
4
5. dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
2. Tawakal
Menurut bahasa tawakal berasal dari kata dasar wakkala yang artinya
mewakilkan atau menyerahkan. Yakni mewakilkan atau menyerahkan suatu
urusan kepada orang lain yang karena sesuatu hal dirinya tidak bisa
melakukannya. Sedangkan menurut istilah tawakal adalah berserah diri kepada
Allah dalam menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan. Dalam penerapannya
tawakal merupakan tumpuan terakhir dalam suatu usaha dan perjuangan, artinya
berserah diri kepada Allah (tawakal) itu sesudah melakukan ikhtiar nyata
semaksimal mungkin sesuai kemampuan.
Beberapa firman Allah SWT terkait dengan sifat Tawakal :
a. QS Ali Imran ayat 159 :
. �لين� �و�ك �مت ال حب! ي *ه� *الل إن �له� ال ع�ل�ى *ل� ك �و� ف�ت م�ت� ع�ز� .ف�إذ�ا
“… kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.
b. QS Ali Imran ayat 160 :
. م�ن� م� ك �صر �ن ي �ذى ال � ذا ف�م�ن� م� �ك ل �خ�ذ ي و�إن� م� �ك ل �لب غأ � ف�ال *ه م�الل ك �نصر� ت إن�
�مؤمنون�. ال *ل �و�ك �ت �ي ف�ل �ه الل و�ع�ل�ى �ع�ده .ب
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.
c. QS Al Maidah ayat 23 :
5
�ب� �با �ل ا �هم �ي ع�ل � وا د�خل ا � �هما �ي ع�ل �له ال �ع�م ن� أ فون� � �خا ي �ن� *ذي ال من� �ن جال ر� ق�ال�
. م�ؤ�منين� �تم كن إن � وآ *ل �و�ك ف�ت �ه الل و�على� و�ن� غ�لب م� *ك ف�إن موه �ت ل �د�خ� .ف�إذا
“berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui
pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan
menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman".
d. QS At Thalaq ayat 3 :
. . لك!ل *ه الل ق�د�ج�ع�ل� م�ره� أ �لغ ب �ه الل إن* ه ب ح�س� ف�هو� �ه الل ع�ل�ى *ل� �و�ك �ت ي و�م�ن�
� ىءق�د�را ش�
“… dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu.
e. QS At Taubah ayat 51 :
. ون� �مؤ�من �ل ا *ل ك �و� �ت �ي ف�ل �ه الل و�ع�ل�ى �ا �ن ل م�و� هو� �ا �ن ل �ه الل �ب� �ت ك � *ما إال � �نآ صيب ي *ن� ل قل�
”Katakanlah: "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Imam Al Ghazali membagi tawakal ke dalam beberapa tingkatan :
a. Bidayah (tingkat pemula), yakni tawakal pada tingkat hati yang selalu merasa
tentram terhadap apa yang sudah dijanjikan Allah SWT.
b. Mutawasithah (tingkat pertengahan), yakni tawakal pada tingkat hati yang
selalu merasa cukup menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. karena
merasa yakin bahwa Allah SWT telah mengetahui keadaan dirinya.
c. Nihayah (tingkat tinggi), yakni tawakal pada tingkat terjadi penyerahan diri
seseorang pada ridla atau merasa lapang menerima segala ketentuan Allah
SWT.
6
Tawakal pada tingkat pertama disebut Tawakkalul Wakil (tawakalnya orang
mukmin biasa), yakni seseorang mempercayakan urusannya kepada sang wakil,
yaitu Allah SWT, karena merasa yakin bahwa Allah SWT merasa belas kasihan
terhadap hamba-Nya. Sedangkan Tawakal pada tingkat kedua dan ketiga
disebutTawakkalut Taslim (tawakalnya para nabi dan wali, yakni seseorang
sudah tidak lagi membutuhkan sesuatu selain hanya kepada Allah SWT, karena
merasa yakin bahwa Allah SWT telah mengetahui keadaan dirinya.
Sedangkan dari segi obyeknya tawakal terbagi menjadi dua macam :
a. Tawakkal kepada Allah SWT.
Menyerahkan diri dan segala urusan hanya kepada Allah SWT. Tawakal
seperti ini hukumnya wajib, karena dengan tawakal hanya kepada Allah SWT
iman menjadi sempurna, sedangkan menyempurnakan iman merupakan
kewajiban bagi setiap muslim.
b. Tawakkal kepada selain Allah SWT.
1) Tawakkal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang menjadi urusan Allah,
misalnya menyerahkan urusan rizki dan syafa’at (pertolongan) kepada arwah
para kyai dan guru yang sudah wafat atau kepada patung/berhala. Tawakal
seperti ini hukumnya haram, karena termasuk kategori syirik akbar(syirik
besar).
2) Tawakkal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang termasuk urusan
manusia, misalnya menyerahkan urusan perekonomian, keamanan atau
kesehatan kepada orang lain yang dianggapkompeten (memiliki keahlian dalam
bidang itu). Tawakal seperti ini hukumnya mubah (boleh), dengan catatan tetap
bertawakal kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang dapat memberi
petunjuk dan kemudahan kepada mereka dalam melaksanakan tugas yang
dipercayakan. Dengan demikian berhasil tidaknya urusan itu tidak terlepas dari
kehendak Allah SWT.
2.2 . Contoh perilaku Zuhud dan Tawakal
1. Zuhud
7
Untuk menampilkan contoh perilaku zuhud, perhatikan narasi berikut ini !
Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf adalah sahabat
Nabi MuhammadSaw. yang kaya raya. Harta benda yang dimiliki para sahabat
mereka peroleh dari bekerja dengan cara yang benar, halal dan tidak ada unsur
penipuan. Harta benda tersebut dinafkahkan di jalan Allah, yakni untuk ibadah,
menyantuni kaum duafa dan mendukung perjuangan dan dakwah Islam.
Pengabdian mereka kepada Allah SWT, sama sekali tidak terpengaruh oleh harta
benda yang mereka miliki. Ketiga sahabat tersebut adalah orang yang kaya raya,
tetapi mereka tetap hidup dalam keadaan zuhud.
Kondisi demikian bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada sahabat
Tsa’labah. Ketika miskin dia selalu shalat berjamaah bersama Rasulullah dan
menempati shaf pertama. Tetapi ketika dia sudah menjadi orang yang kaya dia
lupa berjamaah, bahkan ketika ayat tentang zakat disampaikan kepadanya, dia
enggan membayar zakat. Pengabdiannya terhadap Allah SWT, terpengaruh oleh
hartanya, bahkan tidak mau membayar zakat yang diwajibkan kepadanya.
Tsa’labah sungguh telah menjadi orang yang hubbuddunya.
Berdasarkan narasi di atas, maka contoh perilaku zuhud adalah sebagai berikut :
a) Senantiasa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT, meskipun
sedikit.
b) Senantiasa merasa cukup, meskipun harta yang dimiliki hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan primer.
c) Senantiasa menggunakan harta yang dimiliki sebagai penunjang
kesempurnaan ibadah kepada Allah SWT.
d) Senantiasa berpenampilan sederhana, baik dari segi sandang, papan maupun
pangan.
e) Senantiasa mengutamakan cintanya kepada Allah SWT, daripada
kecintaannya terhadap dunia.
2. Tawakal
Untuk menampilkan contoh perilaku tawakal, perhatikan narasi berikut ini !
8
Suatu ketika seorang sahabat datang ke masjid dengan menunggang unta.
Sesampainya di depan masjid ia bergegas masuk masjid dengan meninggalkan
untanya tanpa diikat dengan alasan tawakkal kepada Allah swt. Ketika hal itu
diketahui oleh Rasulullah Saw., beliau bersabda, ”ikatlah untamu dahulu, baru
kamu tawakkal”.
Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. dan sahabat Abu Bakar
Shiddiq singgah di gua Tsur untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy.
Ternyata kaum kafir Quraisy sampai juga dimulut dua. Abu Bakar merasa
ketakutan, tetapi dengan tenang Rasulullah Saw. bersabda, ”jangan takut,
sesungguhnya Allah bersama kita”.
Suatu saat Rasulullah Saw. ditodong dengan pedang dan hendak dibunuh oleh
seorang preman Quraisy yang bernama Da’tsur. Dengan sombongnya, Da’tsur
berkata, ”hai Muhammad, dalam kondisi seperti ini siapa yang akan
menolongmu ? Dengan tegas Rasulullah Saw. menjawab, ”Allah”. Jawaban
Rasulullah Saw. tersebut membuat Da’tsur tersungkur tidak berdaya di hadapan
Rasulullah Saw. bahkan akhirnya Da’tsur masuk Islam
Berdasarkan narasi di atas, maka contoh perilaku tawakal adalah sebagai berikut :
a. Senantiasa beryukur atas karunia Allah SWT, dan bersabar jika tidak
mendapatkannya.
b. Senantiasa merasa tenang dan tentram serta tidak berkeluh kesah dan gelisah.
c. Senantiasa berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan karunia Allah SWT.
d. Senantiasa menerima segala ketentuan Allah SWT, dan ridla terhadap keadaan.
e. Senantiasa berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.
2.3 . Pembiasaan Perilaku Zuhud dan Tawakal dalam kehidupan sehari-hari
1. Zuhud
Zuhud merupakan inti dari ajaran Tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah
membenci kehidupan dunia dan mengisolir diri dari keramaian dunia dengan
mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud bukan berarti mengharamkan
yang halal dan bukan pula dengan membuang harta. Zuhud adalah benteng dari
9
sikap sombong, kikir, serakah dan bermewah-mewahan. Kehancuran seseorang
dan bahkan sebuah bangsa bercirikan pada keempat sikap tersebut.
Agar bisa bersikap zuhud, Imam Al-Ghazali memberikan tuntunan sebagai
berikut :
a. Memaksa diri untuk mengendalikan hawa nafsunya.
b. Sukarela meninggalkan pesona dunia karena dipandang kurang penting.
c. Tidak merasakan zuhud sebagai beban, karena dunia dipandang bukan apa-apa
baginya.
Untuk membiasakan perilaku zuhud dalam kehidupan sehari-hari,
perhatikanlah ciri-ciri
berikut ini:
a. Tidak berkebihan ketika mendapat pujian dari orang lain
b. Dunia bukan tujuan tapi sarana untuk menuju akhirat
c. Giat berusaha, beramal, bekerja dan beibadah
d. Ikhlas beramal dan tidak rakus terhadap dunia
e. Hidup sederhana walaupun kaya raya.
2. Tawakal Tawakal merupakan bekal hidup orang beriman yang bisa menjadikan
dirinya tabah dalam menghadapi apapun bentuk cobaan hidup atau musibah yang
menimpa. Dengan sikap tawakal seorang mukmin akan merasa tenang dan
tentram dalam hidupnya. Jika mendapat anugerah atau kebaikan, ia sadar bahwa
Allah yang memberi semua itu, sehingga ia selalu bersyukur. Sebaliknya jika
mendapat musibah atau kesulitan, ia sadar bahwa semua itu datang dari Allah
sebagai ujian dan yakin bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan dan hikmah
yang di dalamnya.
Agar dapat bersikap tawakal, Imam Al Ghazali memberikan tuntunan sebagai
berikut :
a. Berusaha memperoleh sesuatu yang bermanfaat
b. Berusaha menjadikan sesuatu yang dimiliki selalu bermanfaat
c. Berusaha menolak dan menjauhkan diri dari sesuatu yang
10
menimbulkan mudlarat(bahaya/bencana)
d. Berusaha menghilangkan mudlarat yang menimpa dirinya
Untuk membiasakan perilaku tawakal dalam kehidupan sehari-hari, perhatikanlah
ciri-ciri berikut ini :
a. Selalu menerima ketentuan Allah SWT dan tidak pernah gelisah dan berkeluh
kesah
b. Selalu bersyukur atas karunia Allah SWT dan bersabar jika mendapat musibah
c. Selalu berserah diri kepada Allah SWT dan giat berusaha atau ikhtiar.
d. Selalu berusaha memberikan manfaat bagi orang lain.
11
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan
Zuhud dan tawakkal termasuk sifat yang terpuji.
Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai kemewahan dunia
sesuai dengan kadar kemampuannya
Tawakkal adalah Berserah diri kepada kehendak Allah swt dan percaya
dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya
12