BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Berdirinya PTPN Nusantara II diawali dengan pendirian pendirian
perusahaan bangsa Belanda dengan nama N. V. Veronigde Deli Maatscnappij.
Pada tanggal 11 Januari 1958 seluruh perusahaan bangsa Belanda diambil alih
kepemilikannya termasuk perusahaan perkebunan Belanda berdasarkan Undang–
Undang No. 86 tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik Belanda N.V
VDM yang terdiri dari 34 perkebunan.
Perusahaan Belanda diubah namanya menjadi Perkebunan Nusantara
Baru, cabang Sumatera Utara yang melakukan perkembangan dengan merubah
kebun menjadi 39 perkebunan dengan luas area 101633 Ha.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 143 tahun 1961, maka pada tanggal
1 juni 1961 Perusahaan Perkebunan Nusantara Baru diubah menjadi perusahaan
perkebunan Nusantara I yang bergerak khusus dalam pengembangan tembakau.
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan
Sumatera Utara I dirubah menjadi Perusahaan Nusantara Perkebunan IX yang
terdiri 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.
Setelah melakukan penelitian maka dapat maka dapat memenuhi
ketentuan–ketentuan untuk pengalihan bentuk menjadi Perusahan Perseroan.
Perubahan status ini dilakukan dengan akte No. 6 tanggal 1 April 1979,sehingga
Universitas Sumatera Utara
berubah nama menjadi PT.Perkebunan IX (PTP IX) dan pada bulan April 1994
diubah lagi menjadi PT. Perkebunan II, sehingga PT. Perkebunan Nusantara II.
Sebelum berdirinya Pabrik Gula Sei Semayang, PTP IX sebagai pengelola
hanya memanfaatkan areal perkebunan ini untuk menanam tembakau sebagai
komoditi eksport utama. Karena adanya berbagai permasalahan dalam hal
pengusahaan tembakau dipasaran serta pemanfaatan tanah secara khusus pada
selang waktu penanaman tenbakau, maka proyek pengembangan industri gula
(PPIG), Dirjen Perkebunan dilakukan penanaman tebu pada tahun 1975
diperkebunan percobaan yang terletak di Tanjung Morawa, Batang Kuis, dan Sei
Semayang walaupun daerah tersebut bukan daerah pemetaan tebu.
Pada tahun 1978 dilakukan Feasibility Study dan diperoleh ijin
pembangunan proyek gula PTP IX. Akhirnya pada tahun 1982 didirikan Pabrik
Gula Sei Semayang, yang hingga sekarang merupakan pabrik gula terbesar di
Sumatera selain pabrik gula di Kuala Madu.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pabrik Gula Sei Semayang merupakan industri manufaktur yang
memproduksi gula pasir. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu yang
berasal dari penyedian bahan baku. Perusahaan ini dalam masa operasinya, sering
disebut dengan masa giling gula, yaitu apabila bahan baku (tebu), mengalami
masa panen yang cukup untuk digiling dalam produksi.
Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei semayang
dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian
Universitas Sumatera Utara
No.59/ Kpst / EKKU / 10 /1977 yang mengompokan pabrik gula berdasarkan
kapasitas :
a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton
b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton
c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton
d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton
Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi
kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau
Sumatera.
2.3. Lokasi Perusahaan
Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi kira-kira 12,5 km dari kota Medan,
terletak di daerah Sei Semayang desa Mulyarejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang sebelah barat kota Medan, yang bersebelahan dengan Jalan Utara
dan jalur kereta api Medan-Binjai.
Secara Geografis areal pabrik Sei Semayang terletak diantara 98 Bujur
Timur dan diantara garis 3 Lintang Utara. Ketinggian tempat antara 9-125 diatas
permukaan laut. Ada denah lokasi pabrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
`
M edanBinjai
Rel KA
Pabrik Gula
Perum ahan PGSS
Gambar 2. 1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang
2.4. Daerah Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang amat
penting selain aspek teknis, manajemen, organisasi, social dan lingkungan dalam
menjalankan kelangsungan hidup dari perusahaan.
Pasar ialah tempat dimana produsen dan konsumen melakukan proses
transaksi atas suatu barang atau jasa
Pemasaran ialah suatu fungsi yang mencermikan cara bagaimana
memperlakukan pasar dan produk, sehingga dapat memenuhi tujuan dalam
memuaskan kebutuhan konsumen.
Adapun system pemasaran yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang :
2.4.1 Saluran Distribusi
Agar produk gula dapat sampai ketangan konsumen dalam kondisi yang
baik, maka peranan distributor amatlah penting agar distribusi barang dapat
berjalan dengan baik. Distributor adalah badan usaha atau lembaga perantara yang
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan distribusi. Adapun distribusi barang yang terjadi dapat
dengan berbagai cara yaitu :
- Produsen Konsumen (level 0)
- Produsen Konsumen Pengecer (level 1)
- Produsen Grosir Pengecer Konsumen (level 2)
- Produsen Agen Grosir Konsumen (level 3)
Adapun distribusi yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah :
Produsen Distributor Grosir Konsumen
Perusahaan tidak menjual langsung pada konsumen namun terhadap
distributor yang terdapat pada masing-masing wilayah. Penyebaran produk
merupakan beban yang dipikul oleh pihak grosir untuk menjual ke pasar inilah
yang akan dibeli oleh konsumen.
Daerah pemasaran Pabrik Gula Sei Semayang saat ini adalah wilayah
Sumatera dan Jawa.
2.4.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yaitu rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu
dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Berhasil tidaknya
dalam mencapai tujuan perusahaan diperlukan kerjasama yang baik antar setiap
elemen yang terdapat pada perusahaan.
Ada 4 hal yang dilakukan Pabrik Gula Sei Semayang dalam melaksanakan strategi
pemasarannya, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Produk
Pabrik Gula Sei Semayang adalah pabrik yang bergerak dalam bidang
manufaktur yang mana hasil produknya berupa gula pasir. Yang merupakan
kebutuhan sehari-hari yang amat vital .
2. Harga
Pertimbangan yang cermat dan tepat dalam penetapan harga akan
menghasilkan penjualan yang optimal. Harga gula yang ditetapkan disesuaikan
dengan membandinkan biaya pengeluaran selama masa produksi dengan
banyaknya produksi yang dihasilkan dan juga melihat kemampuan beli pasar.
3. Promosi
Pabrik Gula Sei Semayang tidak melakukan promosi melalui iklan media
elektronik maupun cetak, namun pabrik menentukan sendiri distributor yang
bersedia memasarkan produk gula.
4. Pasar
Produk gula PGSS dipasarkan di wilayah Sumatera dan Jawa.
2.4.3. Data-data Penjualan
Harga produk bisa mengalami perubahan tergantung kepada kenaikan
harga bahan baku, biaya produksi, dan distribusi. Adapun data penjualan gula
pada tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Data penjualan gula tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 (KG)
No Bulan 2004 2005 2006 2007 1 Januari 201,650 0 900 0 2 Februari 109.472 3.752.400 50.158 616 3 Maret 12.280.524 4.765.300 178.862 3.064.237 4 April 6.701.298 189.639 1.138.200 3.532.223 5 Mei 115.495 11.894.048 877.614 2.061.670 6 Juni 3.152.864 67.863 10.009.799 1.771.501 7 Juli 1.231 1.056.206 544.832 2.294.227 8 Agustus 4.001.950 1.6954 37.952 1.520.551 9 September 1,800 500 1000 0 10 Oktober 2.15 713 400 213.86 11 November 891.132 1,360 5300 442000 12 Desember 0 0 1300 350
Sumber : Data penjualan Pabrik Gula Sei Semayang
2.5. Proses Produksi
Universitas Sumatera Utara
a. Proses Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan
Setelah tebu ditebang dikebun, kemudian tebu di antar kepabrik secepat
mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas
tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan ber kurang dikarenkan
penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga
kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.
Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik, truk beserta tebu
yang ada didalamnya ditimbang , dan sebelum truk kosong keluar dari halaman
pabrik setelah tebu di bongkar, hal ini dilakukan untuk mengetahui berat netto dari
tebu yang dibongkar tadi.
Tebu dari truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga
pompa hidrolik, sehingga tebu jatuh kedalam cane carrier ,sebagian lain tebu
yang diangkut dengan truk dibongkar dilantai dengan menggunakan cane striker
tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu sebagian lain dibongkar dengan cane
lifter hilo. Dimana kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga
tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur
sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan yang direncanakan.
Oleh cane carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leverler untuk
pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter 1. pada cane cutter1 tebu dipotong-
potong secara horizontal, kemudian selanjutnya cane carrier membawa tebu ke
cane cutter 2 untuk dicacah lebih halus lagi.
b. Stasiun Gilingan (Mill Station)
Universitas Sumatera Utara
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk
mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three
roll mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll
yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120, dan pada masing-masing
gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
Nira hasil perasan digilingan I dan II ditampung ditangki nira mentah yang
kemudian dipompakan menuju timbangan nira mentah. Ampas dari gilingan I
dilanjutkan ke gilingan II, demikian seterusnya sampai ke gilingan V. sampai
kebelakang ampas tebu akan semakin kering sehingga nira yang diperas benar-
benar maksimal. Nira yang dihasilkan oleh gilingan III merupakan nira imbibisi
untuk gilingan II, begitu juga nira gilingan IV akan menjadi nira imbibisi III, dan
nira hasil gilingan V merupakan nira imbibisi untuk gilingan IV. Sedangkan pada
gilingan V menggunakan air panas sebagai air imbibisi.
Setelah gilingan V praktis nira yang terikut dalam ampas (bagasse) tebu
hampir tidak ada. Bagasse dari pemerasan akhir ini dibakar di boiler sehingga
menghasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Dan yang tidak terpakai di
boiler dikirim ke bagasse house (gudang penyimpanan ampas tebu).
Sedangkan ampas yang terikat pada tangki nira mentah disaring melalui
plat saringan dan dibawa oleh srew conveyor ke ampas gilingan I untuk digiling
kembali ke gilingan II. Dan ampas yang terikut pada hasil gilingan III, IV, dan V
diangkut oleh juice strainer untuk digiling kembali pada gilingan III. Nira yang
telah bebas ampas dari stasiun gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.
Universitas Sumatera Utara
c. Stasiun Pemurnian
Tujuan proses stasiun pemurnian dalah untuk menghilangkan kotoran
(unsure bukan gula) dalam nira tanpa merusak kadar gulanya. Banyak proses yang
dilakukan dalam proses pemurnian dari proses secara kimia yaitu dengan
memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk
endapan, proses secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengandapan,
pengapungan dan penyaringan, serta proses kimia fisika yaituengan mengubah sifat
fisis suatu komponen sehinhgga mudah dipisahkan. Pelaksanaan prose pemurnian
harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, pH.
Pada prose pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu, susu kapur, gas
sulfit, phospat dan talosep (A6XL). Dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penyaringan I
Nira mentah dari tangki nira mentah dialirkan melalui pipa kesaringan
DSM. Kemudian dialirkan ke timbangan “Maxwell Boulogne” yang
menimbang nira mentah secara otomatis.
2. Pemanasan I (Juice Heater I)
Nira mentah ditimbang dialirkan kepemanasan I, dan dipanaskan sampai
ketemperatur 75C dengan mengalirkan steam. Pemanasan ini dilakukan
dengan waktu sesingkat mungkin untuk mencegah gula terpecah menjadi
unsur yang lebih sederhana.
3. Defekasi (defecation)
Tujuan prose defikasi adalah untuk membersihkan kompone-komponen
bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK). Bahan yang
Universitas Sumatera Utara
dipakai pada prose ini adalah susu kapur dengan pH 9.0 – 9.5. pemakaian
susu dalam prose defikasi ini belum dapat digantikan dengan bahan lain
tapi tidak bisa ditingggalkan.
4. Sulfitasi nira mentah
Nira yang telah terkapur masuk kedalam tangki sulfitasi.dalam proses ini
terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada
suhu 70 - 75C. penambahan SO tidak boleh berlebihan karena akan
menyebabkan penurunan pH menjadi terlalu rendahdan terbentuknya
senyawa Calsium Hidrosulfida (CaHSO) yang larut dalam nira.
5. Netralisasi (Neutralizing)
Nira nentah tersulfitasi mengalir ketangki netralisasi . kemudian
ditambahkan lagi susu kapur sehingga pH netral (berkisar antara 7.0 –
7.2).
6. Pemanasan II (Juice heater II)
Nira yang telah dinetralkan pHnya kemudian dialirkan ketangki
pemanasan II, disini nira dipanaskan dengan steam pada temperature yang
lebih panas daripada pemanasan I yaitu 105C. dimana temperature ini
adalah suhu yang mempunyai isoelektris yaitu yang dapat mengumpulkan
zat-zat tertentu, membunuh bakteri-bakteri dalam nira dan menurunkan
kepekatan (viscositas) sehingga kotoran lebih mudah mengendap.
7. Pengeluaran gas dan pengendapan
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dilakukannya pengendapan gas-gas yang terdapat dalam nira
harus dibebaskan kedalam tangki pengembangan (flash tank) agar tidak
mengganggu proses pengandapan.
Dari flash tank nira dialirkan ke tangki pengendapan (compatrement door
clarifier) yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran hasil pemurnian
dengan menambahkan flokulat (Tolasep (A6XL)), yang berfungsi
mempercepat pengendapan kotoran dalam nira.
Pada tangki ini terdapat proses pemisahan nira jernih atau nira encer dari
nira kotor. Nira jernih dialirkan secara over flow sedangkan nira kotor
keluar melalui bagian bawah di pompakan ke tangki nira kotor. pada nira
kotor terjadi perlakuan penyaringan, sedangkan nira jernih diteruskan ke
prose pengentalan.
8. Penyaringan II
Nira encer disaring dengan saringan DSM dan dialirkan kestasiun
penguapan (evaporator). Nira jernih secara over flow keluar dari door
clarifier, sedangkan nira kotor dipompakan keluar dan ditampung kedalam
sebuah bak dan kemudian diteruskan ke mud feed mixer. Pada mud feed
mixer ini nira kotor dicampurkan dengan ampas halus dari gilingan V.
ampas tebu berguna sebagai media filtrasi agar nira kotor tersaring.
Setelah tercampurnya ampas tebu dengan nira kotor kemudian diteruskan
ke vacuum filter(saringan hampa). Di vacuum filter inilah nira kotor akan
ter saring untuk memperoleh filtrate sebanyak-banyaknya. Vacuum filter
ini prisip perbedaaan tekanan pada dua tempat dipisahkan olh media
Universitas Sumatera Utara
penyaringan. Dengan dua bua drum yang berputar dan permukaan yang
berlubang dengan kecepatan berputar 0.15 – 0.35 rpm nira ditarik melalui
media penyaringan dengan tekanan hampa antara 35 – 45 cm Hg, yang
akan meninggalkan kotoran berwarna coklat (blotong) yang melekat pada
permukaan drum. Untuk pencucian ,blotong disiprot dengan air, lalu engan
scraper dilepas dari permukaan saringan, melalui conveyer dibawah kabin
blotong dan dimasukkan kedalam truk untuk ditimbang dan dibuang
keluar pabrik. Blotong ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Filtrat hasil
saringan tadi kemuian dipompakan ketangki nira tertimbang untuk proses
ulang.
d. Stasiun Penguapan (Evapurator Station)
Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang
terdapapt pada nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan
62 - 65brix. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 - 115C dengan empat
tahap yang disebut “Quadruple Effect Evaporator”, dengan menggunakan cara
forward feed. Steam masuk evaporator dengan tekanan 0.8 cmHg dan suhu
120C.
Evaporator yang ada dalam system ini berjumlah lima buah tetapi yang
dipakai hanya empat buah, yang satu lagi dipakai apabila terjadi kerusakan pada
salah satu evaporator atau apabila salah satu evaporator dibersihkan. Titik didih
larutan diturunkan dengan menurunkan tekanana dalam badan evaporator, dimana
Universitas Sumatera Utara
tekanan pada badan IV 65 cmHg vacuum, pada badan III 45 cmHg vacuum,
pada badan II 15 cmHg vacuum, pada badan I 0.8 cmHg vacuum.
Perbedaan tekanan pada masing-masing evaporator akan mengakibatkan
nira mengalir sacara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang masuk
pada tiap-tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan
tertentu. Kemudian secara otomatis katub (valve) akan terbuka dan nira mengalir
kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada badan evaporator terakhir
dengan kepekatan 65brix.
Nira kental yang telah melewati proses pengapan (evapurating) iki
kemudian dialirkan ke stasiun toladura. Sedangkan kondensasi yang berasal dari
badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai air pengisi ketel
kondensat dan yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompan
kondensat ke tangki kondensat.
e. Stasiun Talodura
Nira kental dari stasiun penguapan (evapurator) masuk kestasiun toladura
dengan tujuan untuk meningkatkan kemurnian nira kental dengan mengapungkan
kotoran-kotoran koloidal (halus) untuk dipisahkan. Dengan memanaskan nira
kental pada suhu 80C kemudian direaksikan dengan talofloc, talofloate, asam
phospat (HPO) dan susu kapur (Ca(OH)). Dengan reaksi ini diperolehlah
apungan darikotoran yang bersifat koloidal tadi. Kotoran ini kemudian dipisahkan
dari nira kental dan dikembalikan ketangki nira mentah tertimbanguntuk diproses
Universitas Sumatera Utara
ulang. Sedangkan nira kental yan sudah bersih dari kotoran (murni), dipompakan
ke stasiun masakan.
f. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar
kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga
didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang
sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan dan adalah perlu untuk mengubah
saccarosa dalam larutan menjadi kristal agar pengambilan gula sebanyak-
banyaknya dan sisa gula dalam larutan terakhir (tetes) sedikit mungkin.
Dalam proses kristalisasi di PGSS ada 3 tingkat proses masakan yaitu :
1) Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A
dan Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa. Pada masakan
A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan 68% dari
nira kental masuk
2) Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B
dan Stroop B, dengan menggunakan bahan dasar stroob A. Pada
masakan B terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan
62% dari nira kental masuk
3) Masakan D, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D
dan Klare D, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan
Klare D. Pada masakan A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan 58% dari nira kental masuk
Universitas Sumatera Utara
Langkah – langkah pengkristalan dapat diuraikan sebagai berikut :
Nira kental dimasak pada vaccum pan A akan menghasilkan masakan A
yang terdiri dari gula A dan stroop A, setelah dipisahkan pada putaran A,Stroop A
dimasak kembali pada vaccum pan B menghasilkan masakan B, dilanjutkan pada
putaran B dan menghasilkan gula B dan stroop B, stroop B dimasak kembali pada
vaccum pan D, ketika dilanjutkan keputaran D menghasilkan gula D1 dan tetes.
Gula D1 kemudian di putar kembali untuk meningkatkan kemurniannya sehingga
menghasilkan gula D2 dan klare D,(disebut klare kerena mengalami 2 kali
putaran. Gula D2 ini merupakan bibit untuk membesarkan kristalnya pada
masakan A dan masakan B, sedangkan Klare D dimasak ulang pada masakan D.
Gula A dan gula B dicampur dan dicuci dengan air untuk membersihkan
sisa-sisa larutan (stroop) yang ada pada kristal dengan cara diputar pada putaran
SHS, hasil putaran inilahyang disebut dengan gula SHS dan klare SHS. klare SHS
kemudian dimasak ulang bersama nira kental pada vaccum pan A. Sedangkan gula
SHS diproses lebih lanjut.
g. Stasiun Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun putaran ini adalah memisahkan kristal gula
dengan larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja
dengan gaya centripugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik
(sumbu) putaran, dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi
dengan saringan yang menyebabakan kristal gula tertahan pada dinding putaran
Universitas Sumatera Utara
dan larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan menembus lubang–lubang
saringan, sehingga terpisah larutan (stroop) tersebut dari kristal gulanya.
h. Stasiun Penyelesaian (dryer and cooler)
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang
berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan
dengan penyemprotan uap panas dengan suhu 70C , kemudian didinginkan
kembali karena gula tidak tahan pada temperature yang tinggi. Tujuan
pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebaabkan oleh
microorganisme, dan agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum
disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula dianggkut dengan elevator dan
disaring pada saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standart SHS
diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator
untuk menarik logam (besi) yang terikat pada kristal gula.
i. Stasiun Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikut didalamnya masuk kedalam
sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan
menimbang gula dengan berat @50 Kg kedalam karung secara otomatis.
Kemudian karung gula dijahit dengan menggunakan conveyor untuk disimpan.
Apabila ada yang membeli maka gula akan dikeluarkan dari gudang.
Universitas Sumatera Utara
TEBU
CANE HANDLING
STASIUN GILINGAN
STASIUN PEMURNIAN
STASIUN PENGUAPAN
STASIUN MASAKAN
STASIUN PUTARAN
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
GULA KRISTAL PUTIH (GKP)
Air imbibisi 20-24% Ampas 30-40%
Tebu
Ca(OH)2 0.17%SO2 0.055%
Nira mentah
Air injeksi Air kondensat
Stroop
Leburan
Tetes
Masakan
Gula 6-7%
Blotong 4%
Nira encer
Nira kental
Air kondensat
Gambar 2.2 Bagan alir pengolahan tebu
Universitas Sumatera Utara
2.6. Standart Mutu Bahan / Produk
Produk utama utama yang dihasilkan pabri ini adalah gula pasir yang
ergolong kepada gula GKP (gula kristal putih) dikemas dalam karung putih
dengan berat masing-masing adalah 50 Kg, dengan standart warna larutan
(ICUMSA) anatara 80-300 IU (max) dan kadar bahan tambahan makanan
(Belerang dioksida (SO2)) 30 mg (max). Produk sampingan dari pabrik adalah
tetes (Melase).
2.7. Bahan Yang Digunakan
2.7.1. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan gula adalah tebu yang tergolong
kepada genus saccharum, dan diantara genus saccharum itu pada abad XVII
species saccharum offcinarum telah dibudidayakan karena mengandung nira dan
kadar serat yang cukup sehingga dapat diolah menjadi gula. Tanaman tebu dapat
hidup didaerah tropis dan sub tropis bahkan sampai pada ketinggian 1400 m dari
per mukaan laut.
Pertumbuhan dan kualitas tanaman tebu amat dipengaruhi oleh :
a. Keadaan iklim
b. Keadaan tanah
c. Pengairan
d. Pembibitan
e. Penyakit tebu
f. Cara penanaman tebu
g. Pemakaian pupuk
Universitas Sumatera Utara
Tanaman tebu ini dipanen setelah tanaman memiliki kadar gula yang
cukup tinggi (umur 11 – 13 bulan). Tebu yang telah dipanen dapat menunggu
untuk diperas selama maksimal 24 jam, apabila lebih dari 24 jam maka akan
terjadi perubahan rasa tebu menjadi asam dan kadar sukrosa yang ada dalam tebu
akan berkurang.
Komponen penyusutan tebu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data penyusutan batang tebu.
No Komponen Persentase (%)
1 Gula Reduksi 0.5 – 1.5
2 Bahan organik 0.5 – 1.5
3 Sabut (selulosa, pentosa) 11 -19
4 Asam organic 0.5
5 Sukrosa 11- 19
6 Air 65 – 75
7 Bahan lain (lilin, zat warna) 8 - 9
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
Kadar gula dalam tebu sangat dipengaruhi oleh varietas tebu, cara tanam,
struktur tanah dan iklim.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan ialah bahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam
proses produksi dan merupakan komposisi produk untuk memudahkan dan
menyempurnakan produk.
1. Susu kapur (Ca(OH)2)
Susu kapur dibuat dari pembakaran batu kapur sehingga berubah menjadi
kapur tohor, baru kemudian disiram dengan air panas, sehingga menghasilkan
susu kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira.
Air panas ini berasal dari dari proses kondensasi uap evaporator, yaitu air
bersih dengan temperature 600C yang berfungsi sebagai:
- Pelarut kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).
- Air imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang
dihasilkan, dimana volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas
produksi.
- Siraman pada saringan hampa udara.
2. Gas Sulfit (SO2)
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tobong belerang,
dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian
selanjutnya secara terus-menerus dialirkan udara kering.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
- Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH
mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan Ca(SO3)2.
Universitas Sumatera Utara
- Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh pada
warna Kristal dari gula.
3. Flokulat
Penambahan flokulat adalah dengan membentuk flok dari partikel kotoran
terlarut yang terdapat pada nira sehingga lebih mudah disaring.
4. Phospat
Pemberian phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang
terdapat pada nira jika kadar phospat dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm,
akan tetapi jika kadar phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi
ditambahkan phospat.
5. Bockom
Manfaat bockom antara lain adalah:
- Sebagai pengawet pada nira yang belum diolah.
- Untuk memisahkan butiran gula dengan yang lain.
- Untuk membuat Kristal gula lebih gampang dipisahkan.
6. Campuran NaCl, NaOH, Na2SO4
Campuran ini digunakan untuk membersihkan heating tube di stasiun
evaporator (penguapan).
Universitas Sumatera Utara
2.7.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung
dalam produk, dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai
pelengkap produk. Adapun bahan penolong antara lain:
1. Karung plastik yang digunakan dalam proses pengarungan gula.
2. Benang jahit yang digunakan untuk menjahit karung plastic.
2.8. Mesin Dan Peralatan
Pada Pabrik Gula Sei Semayang di dalam melaksanakan kegiatan
produksinya menggunakan teknologi, yaitu selain menggunakan tenaga mesin
juga menggunakan tenaga manusia.
2.8.1. Mesin Produksi
Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat
dilihat pada Lampiran 1.
2.8.2. Peralatan (Equipment)
Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
2.8.3. Utilitas
Utilitas adalah unit pendukung yang amat penting dalam melakukan proses
produksi terutama pada perusahan manufaktur. Sesuai dengan istilahnya, fungsi
sarana pendukung ini adalah mendukung dan membantu kelancaran proses
produksi serta mempermudah jalannya kegiatan manufaktur. Utilitasi yang
digunakan pada pabrik gula Sei Semayang adalah:
a. Uap (Steam)
Uap adalah salah satu unit pendukung dibagian produksi. Uap yang
digunakan dihasilkan dari boiler dan seluruhnya digunakan dibagian produksi.
Di pabrik terdapat 2 unit boiler dengan kapasitas 16 ton/jam, tetapi hanya satu
unit yang beroperasi
Spesifikasi boiler tersebut ialah :
- Nama : Yoshimine Water Tube Boiler
- Type : H 1600 S
- Maks. Design Press : 24 kg/cm
- Steam temperatur : 325 C
- Heating Surface : 1600 m
- Actual Evaporator : 60.000 kg/hr
- Serial Number : 2314
- Year : 1981
Universitas Sumatera Utara
b. Air (water)
Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi.
Kegunaan air di perusahaan adalah :
1. Keperluan proses produksi
2. Keperluan laboratorium
3. Keperluan boiler
4. Keperluan karyawan
5. Keperluan injeksi kondensor
6. Sebagai zat pendingin dan pembersih
Air yang digunakan pabrik berasal dari sungai belawan, yang berjarak
sekitar 5 km dari pabrik.
c. Listrik
Pada pabrik gula Sei Semayang sumber listrik menggunakan pembangkit
tenaga diesel dengan kapasitas 400 kva. Mesin diesel ini digunakan untuk
melayani beban seperti perumahan staff dan karyawan.
Pemakaian energi listrik dibedakan atas 2 periode yaitu: DMG dan LMG
- Dalam masa gilingan (DMG)
Digunakan turbin dengan kecepatan 5500 rpm dengan pengggeraknya tenaga
uap dari boiler sebesar lebih kurang 30 ton/jam dengan tekanan lebih kurang
20 kg/cm.
- Luar Masa Gilingan (LMG)
Memakai diesel 2 unit @ 500 kva, menggunakan bahan baker solar
46,251/jam yang menghasilkan 1180 kva dengan rata-rata pemakaian 145
Universitas Sumatera Utara
kwh. Beban maksimal alternatornya adalah 140 kw/14 A dengan voltage
6000 volt .
d. Work Shop
Work Shop adalah pelayanan teknis ,produksi dan pelayanan jasa. Pabrik
Gula Sei Semayang memiki bagian ini yang bertugas melayani perbaikan dan
perawatan peralatan. Operator biasanya mendatangi bagian pabrik yang rusak atau
diper baiki di work shop .
e. Laboratorium
Laboratorium memiliki peranan yang amat penting dalam hal pengawasan
dan penentuan mutu hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh
produksi. Pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisa dan proses
- Tebu meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air, dan kotoran.
- Nira gilingan I sampai dengan IV, meliputi persentase brix, pol, hasil
kemurnian (HK)
- Ampas meliputi pol, zat kering, kadar air
- Nira mentah meliputi persentase brix, HK, gula reduksi, sacarosa, dan
kotoran
- Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar phospat
- Blotong meliputi persentase pol, zat kering, air, ampas
- Kapur meliputi persentase CaO aktif, derajat baume, kotoran
- Nira kental meliputi persentase brix, pol, HK, gula reduksi, sacarosa, pH
Universitas Sumatera Utara
- Masakan gula D1, D2, A, B, SHS, meliputi persentase brix, pol, HK,
warna
- Tetes meliputi persentase brix, pol, HK, sacarosa, abu, gula reduksi
2. Analisa pada utilitas meliputi :
- Pengelolaan air (water treatment)
- Air boiler
- Air pengisi ketel
2.8.4. “Safety And Fire Protection”
Keselamatan kerja merupakan serana utama dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakan kerja ini dapat menghambat kelangsungan pekerjaan
yang merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan
peralatan kerja,terhentinya sesaat proses produksi dapat menyebabkan kerugian
dikarenakan biaya produksi yang amat tinggi. Jadi salah satu cara untuk
memperkecil biaya produksi ialah dengan memperhatikan aspek-aspek K3 dengan
baik dan dijalankan dengan benar.
Masalah K3 ini amat penting diperhatikan dari saat perancangan dan bukan
baru dipikirkan setelah pabrik dibangun, namun pada saat pabrik telah dibangun
,perencanan amat penting untuk mencapai standart K3. terdapat beberapa prinsip
dalam perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi yaitu :
1. Ciptakan keadaan yang aman untuk berjalan dilantai, tangga – tempat dan
daerah kerja lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Usahakan pengolahan material dan bahan dengan kontak yang sedikit
mungkin.
3. Sediakan lantai yang cukup bagi mungkin dan peralatan.
4. Adakah keselamatan bagi pekerjaan-pekerjaan yang melakukan perawatan dan
perbaikan, seperti pembersihan kaca dan jendela pada gedung-gedung yang
bertingkat tinggi.
5. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang menjadi tujuan
setiap tenaga kerja.
6. Fasilitas trasportasi yang harus disertai perlengkapan kselamatannya.
7. Tersedianya peralatan pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai
tempat yang rawan kebakaran.
8. Pengisolasian tempat-tempat berbahaya.
Cara mencegah terjadinya kecelakaan dapat dilakukan dengan
menggnakan alat pelindung diri, penggunaannya harus merupakan solusi terakhir
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun beberapa alat pelindung diri yang dapat digunakan yaitu :
1. Perlindungan terhadap pernapasan dapat berupa masker yang melindungi dari
bau tak sedap dari bahan kimia di laboratorium,debu yang berasal dari
belerang.
2. Topi/helm yang digunakan untuk melindungi bagian kepala dari benda yang
jatuh dari atas.
3. Sepatu karet untuk mencegah terpeleset karena lantai yang licin.
Universitas Sumatera Utara
4. Sarung tangan khusus untuk melindungi dari benda panas, tajam, runcing,
bahan kimia, aliran listrik.
5. Kaca mata, biasanya digunakan pada bagian pengelasan untuk melindungi
mata dari api dan cahaya yang berlebihan.
6. Pelindung telinga untuk mengurangi paparan kebisingan dari suara mesin
pabrik.
Untuk instalasi listrik penempatannya dilakukan pada daerah-daerah yang
gampang dijangkau dan terlindungi. Kabel disusun dengan rapi agar idak terjadi
konslet dan kesemerautan sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dapat segera diatasi.
Pabrik Gula Sei Seamayang menerapkan system pengamanan kebakaran
dengan mengacu kepada :
1. Instruksi no.2/V/inst/PA/1972 tgl 25-2-5-1972 tentang penerbitan alat-alat
kebakaran :
- Tiap pintu 2 tabung busa
- Tiap gudang harus ada 3 buah CO2
- Tiap gudang harus memiliki alat bantu.
2. Instruksi no.6/VI/PA/1974 tanggal 1 juni 1974 tentang peningkatan upaya
kesiagaan dan kewaspadaan pencegahan kebakaran penerbitan penyelidikan
dan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran di tentukan :
a. Penyediaan alat-alat persediaan kebakaran berdasarkan luas gedung masing-
masing standart :
- Tiap 80 m2 disediakan 1 alat pemadam kebakaran
Universitas Sumatera Utara
- Tiap pintu gudang disediakan 1 grup alat bantu
b. Standart penyediaan alat pemadam api pada kantor-kantor jawatan
instansi/perusahaan disediakan yang sesuai diatas ditempat-tempat rawan,
vital.
2.8.5. “Waste Treatment”
Setiap perusahaan memiliki limbah hasil pengolahan dimana limbah ini
harus diperhatikan dalam hal pengendalian dan permasalahannya, limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat maupun limbah cair. Masing-masing limbah
harus dikelola dengan baik dan benar sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak
menimbulkan permasalahan terhadap habitat tempat limbah dibuang.
Limbah pabrik berupa gas adalah asap buangan dari Boiler yang banyak
mengandung abu ketel yang terbawa angina sampai puluhan kilometer dan
membuat hitam apa pun yang terkena, sangat mengganggu kesehatan terutama
masyarakat yang berada di sekitar pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik untuk
mengatasinya antara lain dengan pemasangan wet scrubber pada gas duck boiler
dan perbaikan air heater (misalnya diganti)
Limbah padat tidak ada hanya berupa sisa bahan baku atau ampas sisa
perasan tebu di alirkan ke boiler untuk menjadi bahan bakar dimana kelebihan
dari ampas ini akan disimpan di gudang untuk dialirkan lagi ke boiler apabila
diperlukan. Blotong di angkut keluar pabrik diletakkan pada tempat khusus,
namun blotong ini dapat di buat untuk pupuk.
Universitas Sumatera Utara
Limbah cair yang ada berasal dari bahan kimia campuran pada saat proses
produksi dimana masalah yang ditimbulkan dari limbah tersebut terhadap pabrik
adalah Aerator pada kolom oksidasi rusak (roda gigi aus, rumah roda gigi retak).
Limbah tersebut akan dialir ke bagian pengolahan limbah, di bagian ini limbah
diolah kembali sebelum di buang ke lingkungan. Ada pun skema proses
pengolahanlimbah:
a. Kolam Pemisah
Fungsinya : Memisahkan minyak dari air limbah
b. Kolam Segitiga
Fungsinya : Untuk mengendapkan padatan-padatan yang terbawa air limbah
dan disaring
c. Kolam Ekualisasi (Equalizing pond)
Volume 1400 m3, kedalaman 2m, waktu pakai 24 jam, pada klam dipasang 2
buah aerator permukaan masing-masing 5 dan 6 kw, dan berfungsi untuk
menurunkan COD
d. Kolam Parit Oksidasi (oxsidation Ditch)
Volume 2000 m3, kedalaman 3,05 m. Pada kolamini terjadi proses actidated
stude (Lumpur aktif) serta nitrifikasi
e. Kalrifier
Dengan panjang 6,3 m,lebar 6,29 m, tinggi 3,05 m. Klifier ini menghasilkan
pengendapan hasil reaksi atom proses biokimia pada parit oksidasi hasil
pengendapan yang dipompakan ke bak pasir, sedangkan air bersih overflow
keluar ke sungai
Universitas Sumatera Utara
f. Bak pasir (Sand bed drying)
terdiri dari tiga buah kolam yang masing-masing berukuran 30,5 x 0,5 m.
pengeluaran sludge dari parit oksidasi ke bak pasir dengan menggunakan
screw pomp dan setelah kering dari bak pasir digunakan sebagai pupuk
tanaman
Data hasil pengujian air limbah di Pabrik Gula Sei Smayang dapat dilihat pada
tabel 3.2. berikut :
Tabel 2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang
NO Parameter Hasil Analisa Satuan Acuan Metode
1 PH 6,78 Potensiometri
2 BOD 71,2 Mg/L Jis k - 0102 - 21
3 COD 116 Mg/L Colorimetrik
Determination
4 TSS 51 Mg/L Gravimetri
5 Minyak dan Lemak 3,7 Mg/L Jis k - 0102 - 24,2 Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
Universitas Sumatera Utara
2.9. Struktur Organisasi
Suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
menumbuhkan perusahaan, diperlukan suatu wadah organisasi. Organisasi dalam
perusahaan merupakan alat untuk melaksanakan rencana kerja guna mencapai
tujuan yang ditetapkan. Melalui suatu struktur organisasi yang baik maka
pelaksanaan pekerjaan akan lancar, efektif dan efisien. Bagi setiap perusahaan
struktur organisasi yang digunakan tidaklah sama satu dan yang lainnya, sebab
pada hakekatnya struktur organisasi perusahaan dirancang dengan kondisi,
kebutuhan, fungsi serta tujusn dari perusahaan tersebut.
Struktur organisasi pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah merupakan
struktur organisasi garis dan fungsional, dimana wewenang dari pucuk pimpinan
dilimpahkan pada suatu organisasi dibawahnya dalam suatu bidang kerja.
Adapun Struktur organisasi dalam Pabrik Gula Sei Semayang, dapat
dilihat pada gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.10. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada Pabrik Gula Sei
Semayang dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.11. Tenaga Kerja Dan Jam Kerja
2.11.1. Tenaga Kerja
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya Pabrik Gula Sei Semayang
mempekerjakan 673 orang karyawan. Tenaga kerja terbagi atas 5 tingkatan, yaitu :
a. Pegawai Staff.
b. Pegawai Non Staff.
c. Karyawan Harian Tetap.
d. Karyawan Musiman.
e. Karyawan Lepas.
Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita,
dimana jumlah tenaga kerka pria lebih banyak dibandingkan tenaga kerja wanita.
Dalam hal ini bagian teknis dan pengolahan didominasi oleh tenaga kerja pria,
sedangkan pada bagian pengemasan/ pengepakan didominasi tenaga kerja wanita.
Jumlah tenaga kerja pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.11.2. Jam Kerja
Pada awalnya Pabrik ini di desain dengan kapasitas 4000 ton/ hari pada
masa giling. Pabrik beroperasi 24 jam terdiri dari 3 shift kerja, masing-masing
shift adalah sebagai berikut :
a. Kantor
Untuk pekerja di bagian kantor, jam kerja dapat kita lihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.5. Jadwal Kerja Untuk Bagian Kantor
No Hari Pukul Keterangan
1 Senin – Kamis dan Sabtu
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2 Jumat 08.00-12.00 Bekerja
b. Pabrik
Untuk pekerja yang bertugas di pabrik pada masa gilingan, jam kerjanya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Jadwal Kerja Untuk Bagian Pabrik
No Shift Pukul Keterangan
1 I
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2 II
15.00-18.00 Bekerja
18.00-19.00 Istirahat
19.00-23.00 Bekerja
3 III
23.00-02.00 Bekerja
02.00-03.00 Istirahat
03.00-07.00 Bekerja
Diluar masa giling jam kerja pabrik sama dengan jam kantor.
c. Hansip/ Security
Khusus untuk karyawan hansip/ security dikelompokkan dalam tiga
kelompok, yang setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Untuk setiap kelompok
dilakukan penggantian selama 12 jam.
2.12. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Pembayaran upah kepada karyawan pada PAbrik Gula Sei Semayang
dilakukan sekali setiap bulan. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan
Universitas Sumatera Utara
Menteri Pertanian. Bagi karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal akan
diberikan upah lembur.
Selain gaji pokok dan upah lembur, karyawan juga mendapat tunjangan
kesejahteraan dan jaminan social.
a. Gaji dan Tunjangan Pegawai Bulanan
- Gaji
- Premi/ Lembur
- Sewa Rumah
- Biaya Pemondokan
- Tunjangan Air
- Tunjangan Listrik
- Tunjangan Bahan Bakar
- Tunjangan Cuti
- Tunjangan Beras (Catu Beras)
b. Biaya Sosial
- Biaya Pengobatan dan Perawatan
- Biaya Pengangkutan
- Biaya Hiburan Keselamatan
- Biaya Hari Raya dan Tahun Baru
- Biaya Iuran Pensiun
- Biaya Jasa Produksi
- Sewa Rumah
- Biaya Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
- Biaya Iuran untuk Rumah Sakit
- Biaya Hari-hari Sosial
- Biaya Pemakaman/Kematian
- Kemalangan
- Biaya Uang Pesangon
c. Perhitungan
- Iuran Askes
Keterangan : Jaminan Kecelakaan Kerja 0,54% dari gaji sebulan
Jaminan Hari Tua 5,7% dari gaji sebulan
Jaminan Kematian 0.3% dari gaji sebulan
Jaminan Kesehatan 6% dari gaji sebulan
- Iuran Hari Tua 3,7% oleh pengusaha
2% oleh tenaga kerja
d. Santunan kematian antar karyawan Rp. 150,00 dari gaj bulanan
e. Beras (sama untuk semua golongan)
- Untuk pekerja :15 Kg
- Istri : 9Kg
- 1 anak : 7.5 Kg
- 2 anak : 15 Kg
- 3 anak : 22.5 Kg
f. Tunjangan Air (50% dari Sewa rumah)
- Air : 10 %
- Listrik : 25 %
Universitas Sumatera Utara
- BBM : 15 %
g. Tunjangan Khusus : Tunjangan Struktural 50 % dari gaji pokok dan
fungsional
Sesuai dengan kesepakatan antara manager PTPN II dengan serikat
pekerja PTPN II tingkat perusahaan upah karyawan, yang didasarkan kepada
UMP tahun 2005, dalam rangka meningkatkan kinerja dan penghasilan karyawan
sesuai dengan kemampuan perusahaan :
1. Struktur pengupahan mengacu kepada UU No. 13 tahun 2003 tentang UU
ketenagakerjaan RI, yaitu Upah terdiri dari 75% upah pokok dan 25%
tunjangan tetap.
2. Tunjangan tetap merupakan pengganti dari tunjangan air, listrik, bahan
bakar,tunjangan khusus dan tunjangan beras pekerja (15Kg).
3. Pedoman upah karyawan Golongan IA sampai IVD
4. Karyawan yang menempati rumah dinas yang selama ini mendapat tunjangan
listrik dan air dari perusahaan, tidak lagi mendapat tunjangan air dan listrik.
5. Karyawan yang tidak mendapatkan rumah dinas diberikan tunjangan sewa
rumah sebesar 25% gaji pokok.
6. Premi karyawan administrasi/ umum diberikan berdasarkan klasifikasi premi.
7. Karyawan golongan IA sampai IID, diberikan lembur maksimal 3 jam/hari
atau 14 jam/minggu.
Universitas Sumatera Utara