21
Universitas Kristen Petra
4. PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi saat ini yaitu kondisi sebelum
penerapan VMI. Kondisi awal nantinya akan dibagi menjadi dua keadaan yaitu
prabencana dan tanggap darurat. Prabencana meliputi persiapan-persiapan yang
dilakukan semua pemain untuk menghadapi bencana. Pembahasan yang dilakukan
akan berputar dalam sistem pengadaan dan pergudangan para pemain.
Pembahasan pada saat terjadi bencana atau tanggap darurat adalah pembahasan
pada sistem logistik para pemain. Data yang digunakan dalam pembahasan ini
didapatkan dari penelitian sebelumnya (Halim, 2016) dan ada yang ditambahkan
dari hasil wawancara dengan narasumber.
4.1.1 Prabencana Kondisi Awal
Prabencana merupakan kondisi sebelum terjadi bencana yang juga bisa
diartikan sebagai situasi tidak terjadi bencana atau situasi berpotensi terjadi
bencana (PERGUB 13 tahun 2013 pasal 3). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
dalam kondisi ini adalah sebagai berikut:
Perencanaan penanggulangan bencana
Pengurangan risiko bencana
Pencegahan
Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
Persyaratan analisis risiko bencana
Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
Pendidikan serta pelatihan
Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
Kesiapsiagaan
Peringatan dini
Mitigasi bencana
Fokus penelitian ini berpusat pada bagian pengadaan dan pergudangan
yaitu poin kesatu dan kesembilan. Poin satu difokuskan lebih lanjut pada
22
Universitas Kristen Petra
PERGUB 13 tahun 2013 pasal 5 ayat 2 huruf f yang berbunyi “alokasi tugas,
kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.” Aturan ini menyatakan bahwa di
dalam kondisi prabencana terdapat fungsi untuk mengalokasikan tugas,
kewenangan dan sumber daya yang ada. Kasus penelitian yang melihat sistem
pengadaan dan pergudangan ini merupakan bagian dari poin yang disebut diatas
lebih tepatnya dalam mendistribusikan sumber daya yang tersedia.
Poin sembilan berbicara tentang kesiapsiagaan yang diterjemahkan pada
PERGUB 13 tahun 2013 pasal 21 ayat 2 huruf a dan c yang berbunyi secara
berurutan “penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana” dan “penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar”. Pasal 2 huruf a berhubungan dengan keberlangsungan sistem logistik yang
diterapkan. Sebuah sistem tidak mungkin langsung digunakan bila belum di uji
coba karena masih banyak ketidakpastian yang mungkin terjadi dan juga pada
kasus ini yang dipertaruhkan adalah sesama manusia. Pasal 2 huruf c berbicara
tentang cara yang tepat untuk memasok barang dan bahan yang dibutuhkan karena
kita tidak akan pernah tahu kapan akan terjadi bencana. Persiapan perlu dilakukan
dengan cara yang tepat agar tidak menimbulkan biaya yang berlebih yang
diakibatkan karena penumpukan barang di gudang kemudian barang tersebut
kadaluwarsa dan lain-lain.
4.1.1.1 Jenis Kebutuhan Barang
Perka 07 Tahun 2008 menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan dalam penanganan bencana alam dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setiap kelompok barang maupun bahan memiliki tingkat minimal jumlahnya.
Minimal jumlah yang dimaksud adalah jumlah minimal yang akan diberikan
kepada korban di saat mengalami bencana.
Jumlah kebutuhan pada hari terjadinya bencana tentunya bervariasi
namun kebutuhan untuk satu korban bencana akan selalu sama dan disesuaikan
dengan peraturan yang ada. Jenis barang yang diberikan juga disesuaikan dengan
bencana alam yang terjadi. Banjir dalam kasus ini hanya membutuhkan tempat
penampungan, alas tidur, selimut, obat flu, obat kulit, dan kebutuhan makanan.
23
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Standar Minimal Bantuan
No Jenis Bantuan Barang/Bahan Standar Minimal
1
Bantuan Tempat
Penampungan/
Hunian Sementara Tempat penampungan
3 meter
persegi/orang
2 Bantuan Pangan
Bahan makanan pokok dan
bahan lauk pauk 400 gram/hari
Makanan dapur umum 2 kali makan/hari
Total bantuan 2100 kcal/hari
3
Bantuan non
Pangan (Peralatan
masak dan makan)
Panci besar dengan pegangan
dan penutup
1 buah/rumah
tangga
Panci sedang dengan pegangan
dan penutup
1 buah/rumah
tangga
Baskom untuk penyiapan dan
penyajian
1 buah/rumah
tangga
Pisau dapur
1 buah/rumah
tangga
Centong kayu
2 buah/rumah
tangga
Ember 40 liter
1 buah/rumah
tangga
Ember 20 liter
1 buah/rumah
tangga
Jerigen 20 liter
1 buah/rumah
tangga
Piring makan 1 buah/orang
Sendok makan 1 buah/orang
Cangkir/Gelas 1 buah/orang
Botol bayi 1 buah/bayi
Bantuan non
Pangan (Kompor,
bahan bakar,
penerangan) Kompor dan bahan bakar disiapkan rutin
Bantuan non
Pangan (Alat-alat
dan perkakas)
Lampu lentera/lilin/penerangan
yang memadai disiapkan rutin
Martil, gergaji, cangkul, sekop,
kapak, parang, gerobak kayu
disesuaikan dengan
kebutuhan/orang
4
Bantuan Sandang
(Perlengkapan
Pribadi)
Perangkat pakaian 1 perangkat/orang
Peralatan tidur
1
perlengkapan/orang
Pakaian(perempuan, anak) 2 perangkat/orang
Perangkat pakaian
dalam(perempuan, anak gadis) 2 perangkat/orang
Seragam sekolah 2 stel/anak
24
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Standar Minimal Bantuan (Lanjutan)
No Jenis Bantuan Barang/Bahan Standar Minimal
4
Bantuan Sandang
(Perlengkapan
Pribadi)
Sepatu/alas kaki untuk sekolah 1 pasang/anak
Pakaian khusus beribadah 1 buah/orang
Sepatu/alas kaki 1 pasang/orang
Selimut 100cm X 70 cm (bayi
dibawah 2 tahun) 1 buah/bayi
Alas tidur yang memadai
1 buah/orang
terkena bencana
Alat bantu (tongkat, kursi roda,
dll)
disesuaikan dengan
kebutuhan/orang
Bantuan Sandang
(Kebersihan
pribadi)
Sabun mandi
250
gram/orang/bulan
Sabun cuci
200
gram/orang/bulan
Bahan pembalut
disesuaikan dengan
kebutuhan/orang
Popok cuci (bayu dibawah 2
tahun) 12 buah/bayi
Sikat gigi 1 buah/orang
Pasta gigi
disesuaikan dengan
kebutuhan/orang
5
Bantuan Air Bersih
dan Sanitasi (Air
bersih)
Air bersih untuk 3 hari pertama 7 liter/orang
Air bersih mulai hari keempat 15 liter/orang/hari
Bantuan Air Bersih
dan Sanitasi (Air
minum) Air minum 2,5 liter/orang
Bantuan Tempat
Bersih dan Sanitasi
(Sanitasi)
Tempat sampah
100 liter/10
keluarga
Tempat penyucian 1 tempat/100 orang
6 Bantuan Pelayanan
Kesehatan
Vitamin A (bayi 6-59 bulan)
disesuaikan dengan
kebutuhan/bayi
Vaksinasi campak (bayi 6-9
bulan) 2 kali/bayi/9 bulan
Imunisasi campak (anak 6
bulan-15 tahun)
disesuaikan dengan
kebutuhan/bayi
Pembagian bantuan setidaknya memiliki jumlah minimal seperti yang
tertera pada kolom standar minimal pada Tabel 4.1. Bantuan-bantuan yang
diberikan diklasifikasikan berdasarkan jenis barangnya pada kolom kedua menjadi
6. Enam klasifikasi bantuan tersebut bisa datang dari banyak cara yang salah
satunya adalah donor masyarakat. Proses pemberian bantuan juga bisa dilakukan
25
Universitas Kristen Petra
oleh banyak pihak seperti tim dan BPBD, PMI, masyarakat, dan organisasi
lainnya.
4.1.1.2 Sistem Pengadaan dan Pergudangan Kondisi Awal
Pemain Logistik pada kondisi prabencana terdiri dari lima pemain yaitu
BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, PMI dan pemasok. Kegiatan logistik
utama pada prabencana adalah manajemen rantai pasok yang terdiri dari
manajemen pengadaan dan pergudangan. Setiap pemain memiliki caranya sendiri-
sendiri dalam melakukan pengadaan maupun pergudangan dan untuk setiap
proses semuanya bisa berjalan secara terpisah.
Peran logistik dari setiap pemain pada saat prabencana kurang lebih sama
yaitu pengadaan barang, pengaturan gudang, dan persiapan sistem untuk kondisi
tanggap darurat. Perbedaannya terdapat pada bagaimana mereka melakukan
pengadaan, bagaimana mereka melakukan manajemen gudang, dan bagaimana
mereka merangkai sebuah sistem.
Proses pengadaan yang merupakan bagian dari proses persiapan para
pemain. Pengadaan dari BPBD, Dinkes dan Dinsos memiliki cara pengadaan yang
sama. Khusus PMI memiliki jenis pengadaan yang berbeda yaitu pengadaan
melalui donor. Donor yang didapat bisa dari beberapa pihak seperti masyarakat
yang menyumbang, ada juga organisasi kerohanian, bisa juga dari perusahaan
swasta, dan lain-lain. Pengadaan bagi BPBD, Dinkes, dan Dinsos berbeda dengan
pengadaan yang dilakukan oleh PMI karena mereka bisa dikatakan menjadi
pemain utama dalam penanganan bencana alam sedangkan PMI merupakan mitra
dari BPBD itu sendiri. Pengadaan yang dilakukan oleh BPBD, Dinkes, dan Dinsos
itu sendiri dibagi lagi menjadi beberapa jenis proses pengadaan. Berikut
merupakan jenis pengadaan BPBD, Dinkes, dan Dinsos:
Pelelangan Umum
Pelelangan Terbatas
Pelelangan Sederhana
Pemilihan Langsung
Seleksi Umum
Seleksi Sederhana
26
Universitas Kristen Petra
Sayembara
Kontes
Penunjukan Langsung
Pengadaan Langsung
Beberapa jenis pengadaan ini bisa diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori yaitu pengadaan barang/ jasa, pengadaan pekerjaan konstruksi,
pengadaan jasa konsultasi, dan jasa gagasan maupun inovasi. Proses-proses
pengadaan tersebut juga bisa diklasifikasikan berdasarkan nilai barang maupun
jasa yang di lelangkan. Jenis Pengadaan juga bisa diklasifikasikan dengan
berdasarkan siapa yang diperbolehkan untuk mendaftar. Klasifikasi yang terakhir
adalah pada waktu melakukan pengadaan, apakah pengadaan dilakukan pada saat
keadaan darurat atau tidak.
Tabel 4.2 Klasifikasi Jenis Pengadaan
No Jenis
Pengadaan Objek Nilai Pendaftar Keadaan
1 Pelelangan
Umum
Barang/Jasa,
Jasa
Konstruksi
> Rp
5.000.000.000,00
Semua penyedia
barang/ jasa
Tidak
Darurat
2 Pelelangan
Terbatas
Jasa
Konstruksi
Kompleks
Tidak ditetapkan Semua penyedia
yang mampu
Tidak
Darurat
3 Pelelangan
Sederhana
Barang/Jasa ≤ Rp
5.000.000.000,00
Semua penyedia
barang/ jasa
Tidak
Darurat
4 Pemilihan
Langsung
Jasa
Konstruksi
≤ Rp
5.000.000.000,00
Semua penyedia
jasa konstruksi
Tidak
Darurat
5 Seleksi
Umum
Jasa
Konsultasi
> Rp 200.000.000,00 Semua penyedia
jasa konsultasi
Tidak
Darurat
6 Seleksi
Sederhana
Jasa
Konsultasi
≤ Rp 200.000.000,00 Semua penyedia
jasa konsultasi
Tidak
Darurat
7 Sayembara Gagasan,
Kreativitas,
dan Inovasi
Tidak ditetapkan Semua penyedia
gagasan,
kreatifitas,
inovasi
Tidak
Darurat
8 Kontes Barang Tidak ditetapkan Semua penyedia
barang
Tidak
Darurat
27
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Klasifikasi Jenis Pengadaan (Lanjutan)
9 Penunjukan
Langsung
Barang/Jasa Tidak ditetapkan Dipilih 1 Tidak
Darurat
10 Pengadaan
Langsung
Barang/Jasa Tidak ditetapkan Dipilih sesuai
kebutuhan
Darurat
Objek pengadaan dibagi menjadi lima yaitu barang, jasa lainnya, jasa
konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa gagasan. Kolom nilai pada Tabel 4.2
menjelaskan batas maksimal dari sekali pegadaian di mana terbagi menjadi dua
dengan batasan maksimal, batasan minimal dan tidak ada batasan sama sekali.
Pengadaan yang tidak memiliki batasan dituliskan dengan “tidak ditetapkan”.
Kolom pendaftar merupakan siapa saja yang bisa mendaftar sebagai peserta
proses pengadaan yang ada. Kolom keadaan menjelaskan tentang kapan proses
pengadaan tersebut boleh dilakukan di mana keadaan tidak darurat dilakukan
sebelum bencana terjadi karena barang akan diterima pada jangka waktu yang
cukup lama tergantung perjanjian. Proses pengadaan dengan keadaan darurat
hanya boleh dilakukan ketika hari tersebut terjadi bencana dan persediaan logistik
tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan korban.
Usulan koordinasi yang nantinya digunakan adalah perjanjian dengan
pemasok menggunakan konsep VMI. VMI itu sendiri merupakan perjanjian
jangka panjang oleh karenanya jenis pengadaan yang diamati lebih lanjut adalah
pengadaan yang objeknya adalah barang, dengan nilai yang besar, pendaftar bisa
siapa saja, dan dengan keadaan yang tidak darurat. Objek yang dipilih adalah
barang karena barang yang memerlukan tempat penyimpanan di gudang,
sedangkan jasa tidak memerlukan inventory sehingga bukan menjadi
permasalahan. Nilai dipilih dengan nilai yang besar karena VMI merupakan
perjanjian jangka panjang dan sangat cocok bila digunakan dalam proses
kesiapsiagaan. Pendaftar dipilih semua karena semua orang bisa berpartisipasi.
Keadaan dipilih keadaan yang tidak darurat karena dibutuhkan waktu yang cukup
lama dalam penerapan VMI. Kondisi diatas sesuai dengan jenis pengadaan
pelelangan umum dan pelelangan sederhana maka dari itu dua jenis pelelangan ini
yang akan dibahas lebih lanjut.
28
Universitas Kristen Petra
Proses pelelangan umum dan sederhana perlu ditambahkan proses
kualifikasi. Kualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa. pendaftar
lelang semuanya harus di kualifikasi berlebih dahulu untuk memastikan bahwa
barang atau jasa yang mereka berikan sudah termasuk standar dan layak untuk
diberikan pada korban. Usaha yang dimiliki pendaftar juga akan diperiksa di mana
pemasok melanggar sebuah aturan misalnya tidak membayar pajak maka pemain
logistik kemanusiaan tidak akan menggunakan pemasok tersebut.
Pelelangan umum dan sederhana menggunakan pasca kualifikasi yang
merupakan proses kualifikasi yang dilakukan setelah pemasukan penawaran.
Urutan proses untuk pelelangan umum dan pelelangan sederhana dengan pasca
kualifikasi adalah sebagai berikut:
pengumuman
pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan
pemberian penjelasan
pemasukan Dokumen Penawaran
pembukaan Dokumen Penawaran
evaluasi penawaran
evaluasi kualifikasi
pembuktian kualifikasi
pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan
penetapan pemenang
pengumuman pemenang
sanggahan
Proses pertama merupakan pengumuman dari dibukanya pelelangan.
Pelelangan yang dibuka disesuaikan dengan kebutuhan para pemain. Sebagai
contoh terdapat kebutuhan beras maka akan dibuka pelelangan untuk beras.
Proses berikutnya adalah siapa saja yang tertarik untuk ikut pelelangan tersebut
melakukan pendaftaran. Proses ketiga adalah pemberian penjelasan kepada semua
pendaftar mengenai pelelangan yang akan dilakukan dan setelah itu mereka bisa
memasukkan dokumen penawaran mereka. Proses berikutnya dilakukan tanpa
para pendaftar yaitu pembukaan dokumen penawaran kemudian mengevaluasi
29
Universitas Kristen Petra
dokumen tersebut. Proses berikutnya adalah kualifikasi yaitu mengecek apakah
pendaftar sudah sesuai persyaratan yang diberikan. Proses setelah seleksi adalah
penulisan berita acara hasil pelelangan yang diikuti dengan penetapan pemenang.
Penetapan pemenang tersebut dilakukan dengan pertimbangan kelayakan barang
yang diberikan dan juga harga barang itu sendiri. Sanggahan merupakan langkah
terakhir dalam keseluruhan proses pelelangan di mana ada proses untuk
mempertanyakan hasil dari penetapan pemenang dan pemenang benar-benar
ditetapkan ketika masa sanggahan sudah berakhir. Langkah setelah pelelangan
adalah penandatanganan kontrak yang kurang lebih berisi tentang jenis perjanjian
yang dilakukan. Kontrak itu sendiri bisa dilihat pada lampiran 1. Surat penting
lainnya selain perjanjian kontrak adalah surat pesanan yang kurang lebih berisi
tentang jenis barang yang dikirim, jumlah barang yang dikirim, tempat dan
tanggal pengiriman, dan siapa yang bertanggung jawab. Surat pesan bisa dilihat
pada lampiran 2.
4.1.2 Tanggap Darurat
Tanggap darurat merupakan kondisi di saat terjadi bencana. Kegiatan
kegiatan yang dilakukan di saat bencana itu terjadi masuk dalam kategori ini.
Penanggulangan bencana yang dimaksud pada kondisi tanggap darurat adalah
sebagai berikut:
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan, dan sumber
daya
Penentuan status keadaan darurat bencana
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Pemenuhan kebutuhan dasar
Perlindungan terhadap kelompok rentan
Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
Pengamatan pada kondisi tanggap darurat juga difokuskan pada bidang
logistik di mana pada kasus ini poin yang diambil adalah poin ke satu, dan ke
empat. Fokus untuk poin pertama dipilih karena meliputi penentuan kebutuhan
dan tindakan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan sumber daya alam maupun
buatan yang bisa dilihat pada PERGUB 13 tahun 2013 Pasal 26 Ayat 2 huruf e.
30
Universitas Kristen Petra
Poin keempat meliputi penyediaan bantuan kebutuhan air, pangan, sandang,
pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan serta tempat
hunian yang bisa dilihat pada PERGUB 13 tahun 2013 Pasal 51 Ayat 1.
Pembagian tugas dari jenis-jenis kegiatan yang ada akan dibagi berdasarkan
fungsi dari setiap pemain misalkan saja dalam pengadaan obat-obatan dilakukan
oleh Dinas Kesehatan.
Organisasi yang ikut serta dalam pengangan bencana alam pada saat
kejadian terdapat empat yaitu BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan PMI.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan organisasi yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan bencana alam
maka dari itu BPBD di sini menjadi koordinator bagi para pemain lainnya.
Pembagian peran yang seperti dikatakan sebelumnya disesuaikan dengan setiap
pemainnya. Penyediaan jenis bahan yang paling terlihat seperti Dinas Kesehatan
sudah pasti terkait dengan obat-obatan, BPBD dengan pendistribusian bantuan
dan tempat hunian sementaranya, kemudian Dinas Sosial dengan tempat hunian
sementara juga dan dapur umum. Kegiatan lain yang ada pada hari terjadinya
bencana adalah pendistribusian evakuasi korban bencana bila diperlukan dan juga
pengadaan langsung bila stok barang melebihi jumlah masyarakat yang
terdampak. Berikut akan dijelaskan satu persatu sistem penaganan bencana alam
dalam pemberian bantuan dari setiap pemain yang terlibat pada kondisi awal ini.
4.1.2.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPBD selaku pemain utama dalam penanganan bencana alam
menyediakan tiga barang utama yang diperlukan korban dalam bencana banjir.
Tiga barang tersebut adalah tempat hunian sementara, alas tidur, dan selimut.
Pemberian bantuan saat ini dibagi menjadi dua bagian yaitu pemberian pada
tempat hunian sementara atau pendistribusian dilakukan dengan mengantar
bantuan ke rumah warga.
31
Universitas Kristen Petra
Warga Pemerintah Daerah BPBD Daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui
alat komunikasi
cepat
Menerima laporan
bencana
Menerima laporan
bencana
Mengutus TRC
untuk assesment
Membuat laporan
bencana
Laporan bencana
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Mendirikan Pos
Komando
Mengkoordinir
seluruh kinerja
tim
Mendistribusikan
bantuan
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
BPBD Provinsi
Menerima laporan
bencana
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan bencana
Persediaan
logistik
cukup?
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik
cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawab
an
Menerima laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Provinsi
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Provinsi
Ya
Membantu Warga
Tidak
Ya
Membeli bahan
yang kurang
Tidak
End
Penanganan Tanggap Darurat BPBD
Gambar 4.1 DFD Alur Penanganan Bencana BPBD Tingkat Daerah
32
Universitas Kristen Petra
Distribusi bantuan yang diberikan BPBD dilakukan dengan alur yang
sudah ditetapkan dari awal. Alur tersebut seperti yang bisa dilihat ada Gambar 4.1
dimulai dari laporan warga yang diserahkan kepada BPBD itu sendiri yang
kemudian diproses oleh BPBD untuk dijadikan laporan bencana dan dilanjutkan
dengan pengecekan persediaan. Jika persediaan daerah BPBD tidak mencukupi
kebutuhan korban maka BPBD akan meminta bantuan BPBD provinsi.
Kemungkinan BPBD provinsi untuk tidak bisa mencukupi kebutuhan daerah
masih ada sehingga bila itu terjadi maka langkah berikutnya adalah untuk
melakukan pembelian barang yang dibutuhkan secara langsung. Kasus tertentu
seperti ini memang diperbolehkan dengan anggaran yang sudah disiapkan untuk
keadaan darurat. Persediaan yang sudah cukup menandakan bahwa BPBD bisa
melakukan langkah berikutnya yaitu untuk mendirikan pos komando dan
mendistribusikan bantuannya sehingga warga bisa menerima bantuan tersebut.
Akhir dari penerimaan bantuan adalah pembuatan laporan pertanggungjawaban
dari BPBD itu sendiri kemudian akan diserahkan kepada BPBD provinsi sehingga
BPBD provinsi membuat laporan pertanggungjawabannya sendiri.
4.1.2.2 Palang Merah Indonesia
PMI dalam kasus ini berperan sebagai mitra dari BPBD sehingga yang
dilakukan PMI adalah membantu kekurangan dari organisasi lainnya. Bantuan
yang diberikan PMI kurang lebih sama dengan BPBD yaitu alas tidur dan juga
selimut. Alur dari PMI sendiri berbeda dengan BPBD. PMI bisa juga menerima
langsung informasi dari warga mengenai terjadinya bencana alam. Perbedaan dari
BPBD adalah bahwa PMI tidak diberikan anggaran seperti BPBD sehingga tidak
ada proses pembelian bahan yang kurang ketika persediaan masih belum cukup.
Kegiatan-kegiatan lainnya bisa dikatakan kurang lebih sama dengan BPBD.
33
Universitas Kristen Petra
Warga PMI Daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui alat
komunikasi cepat
Menerima laporan
bencana
Mengutus tim
assesment
Membuat laporan
assesment
Laporan assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Mendistribusikan
bantuan dan
membantu memenuhi
kebutuhan organisasi
lainnya
Laporan
pertanggungjawaban
PMI Daerah
PMI Provinsi
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik ke
daerah
Persediaan
logistik cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawaban
daerah
Ya
Membantu Warga
Tidak
Penanganan Tanggap Darurat PMI
Menerima laporan
pertanggungjawaban
PMI Daerah
Laporan
pertanggungjawaban
PMI Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawaban
PMI Provinsi
Laporan
pertanggungjawaban
PMI Provinsi
End
Gambar 4.2 DFD Alur Penanganan Bencana PMI Tingkat Daerah
34
Universitas Kristen Petra
Proses dari PMI dimulai dari laporan warga yang diterima kemudian
dilakukan assesment untuk mengetahui berapa jumlah bantuan yang dibutuhkan.
langkah berikutnya adalah untuk mengecek persediaan mereka dan apabila cukup
maka bisa langsung melakukan pendistribusian bantuan dan juga membantu
organisasi atau pemain lainnya. Apabila barang yang ada di persediaan mereka
tidak cukup maka akan diberikan laporan kepada PMI provinsi untuk meminta
bantuan dari gudang provinsi. PMI provinsi kemudian akan langsung
mengirimkan persediaan mereka sesuai dengan kebutuhan namun apabila tidak
bisa mencukupi maka PMI provinsi hanya mengirimkan sesuai dengan
kemampuan PMI provinsi. Proses ini yang membedakan dengan BPBD di mana
PMI tidak bisa melakukan pembelian secara langsung yang dikarenakan tidak
adanya anggaran seperti yang dimiliki BPBD. Akhir dari pemberian bantuan
kepada warga adalah pembuatan laporan pertanggungjawaban dari PMI daerah
yang kemudian akan diteruskan ke PMI provinsi sehingga bisa dibuat laporan
pertanggungjawaban dari PMI provinsi. Pembuatan laporan tersebut merupakan
akhir dari alur penanganan bencana alam PMI tingkat daerah.
4.1.2.3 Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan merupakan pemain yang berperan sepenuhnya dalam
memberikan bantuan berupa penanganan penyakit. Jasa yang mereka berikan
adalah penganan korban itu sendiri dan barang fisik yang mereka distribusikan
adalah obat-obatan. Obat-obatan yang mereka berikan tidak hanya disesuaikan
dengan jumlah korban namun juga disesuaikan dengan jenis bencana yang terjadi.
Kejadian bencana banjir hanya membutuhkan dua jenis obat yaitu obat kulit dan
juga obat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Obat yang diberikan
merupakan obat generik sehingga bantuan bisa diberikan dengan cepat dan
mudah. Obat yang paling umum diberikan untuk ISPA itu sendiri adalah
Paracetamol dan untuk penyakit kulit bisa menggunakan krim Bethametasone
dan Dexamethason. Proses distribusi dari Dinas Kesehatan itu sendiri sama
dengan BPBD maupun PMI namun yang membedakan adalah adanya kegiatan
penanganan penyakit yang dilakukan oleh Rapid Health Assesment (RHA)
sebagai tim yang secara detil akan melaporkan kondisi di lapangan
35
Universitas Kristen Petra
Warga Dinkes Daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui
alat komunikasi
cepat
Menerima laporan
bencana
Mengutus tim
assesment
Membuat laporan
assesment
Laporan assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
obat
Mendistribusikan
bantuan obat-
obatan
Laporan
pertanggungjawaba
n Dinkes Daerah
Dinkes Provinsi
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawaba
n daerah
Menerima laporan
pertanggungjawaba
n Dinkes Daerah
Laporan
pertanggungjawaba
n Dinkes Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawaba
n Dinkes Provinsi
Laporan
pertanggungjawaba
n Dinkes Provinsi
Ya
Membantu Warga
yang membutuhkan
penangnaan
penyakit dan obat
Tidak
Penanganan Tanggap Darurat Dinas Kesehatan
End
Mengutus tim TRC Mengutus Tim RHA
Mendirikan pos
kesehatan
Membuat laporan
RHA
Laporan RHA
Persediaan
logistik cukup?
Ya
Membeli bahan
yang kurang
Tidak
Gambar 4.3 DFD Alur Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Tingkat Daerah
36
Universitas Kristen Petra
Awal dari penanganan bencana alam yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan sama yaitu dengan menerima laporan dari warga yang kemudian ada
proses assesment. Hasil dari assesment yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kemudian akan terpecah menjadi tiga kegiatan baru. Kegiatan yang pertama
adalah kegiatan untuk mendistribusikan barang bantuan yaitu obat-obatan.
Kegiatan kedua adalah pengutusan tim TRC untuk pendirian pos dan kegiatan
ketiga adalah pengutusan tim RHA. Kegiatan pertama dimulai dengan pengecekan
persediaan dan apabila cukup maka bisa dilanjutkan dan didistribusikan ke pos
penanganan penyakit yang didirikan oleh tim TRC.
Kegiatan kedua adalah kegiatan pendirian pos tersebut jadi dua kegiatan
ini berjalan secara terpisah. Kegiatan ketiga adalah kegiatan assesment ulang yang
dilakukan oleh tim RHA. Kegiatan ini juga berjalan terpisah dan juga kegiatan ini
tidak berdampak secara langsung ke korban. Setelah pendirian pos dan
pendistribusian obat selesai dilakukan maka dibuat laporan pertanggungjawaban
dari Dinas Kesehatan daerah dari adu tim yaitu tim TRC dan tim RHA. Laporan
yang sudah adi kemudian diberikan kepada Dinas Kesehatan provinsi sehingga
bisa dibuat laporan pertanggungjawaban dari provinsi. Hasil dari laporan tersebut
kemudian menjadi akhir dalam penanganan bencana oleh Dinas Kesehatan.
4.1.2.4 Dinas Sosial
Dinas Sosial bergerak di bidang yang berbeda dengan organisasi lainnya.
Distribusi yang diberikan dari Dinas Sosial adalah kebutuhan pangan. Kebutuhan
pangan yang disediakan oleh Dinas Sosial berupa Dapur Umum Lapangan
(DUMLAP). Dapur umum ini merupakan dapur yang nantinya menjadi tempat
memasak bahan makanan untuk para korban bencana. Berbeda dengan Dinas
Kesehatan yang mendirikan pos melainkan mendirikan dapur umum. Dinas Sosial
juga memberikan bantun berupa tempat hunian sementara seperti BPBD. Bantuan
makanan yang diberikan Dinas Sosial bervariasi namun yang paling umum adalah
nasi dan juga makanan kaleng seperti sarden dan lain-lain. Kehabisan stok
makanan kaleng pernah terjadi dan rencana cadangan yang diberikan oleh BPBD
adalah makanan siap saji yang kurang bisa dinikmati oleh korban. Bantuan tempat
hunian sementara yang diberikan Dinas Sosial adalah tenda dengan alas tidurnya.
37
Universitas Kristen Petra
Warga Dinsos daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui
alat komunikasi
cepat
Menerima laporan
bencana
Mengutus tim
assesment
Membuat laporan
assesment
Laporan assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Mendirikan dapur
umum dan hunian
sementara
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Dinsos Provinsi
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik
cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawab
an daerah
Menerima laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Provinsi
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Provinsi
Ya
Membantu Warga
Tidak
Penanganan Tanggap Darurat Dinas Sosial
End
Memasak
makanan
Mendistribusikan
makanan
Persediaan
logistik
cukup?
Ya
Membeli bahan
yang kurang
Tidak
Gambar 4.4 DFD Alur Penanganan Bencana Dinas Sosial Tingkat Daerah
38
Universitas Kristen Petra
Dinas sosial memiliki kegiatan yang hampir sama persis dengan
organisasi lainnya yaitu dimulai dengan menerima laporan dari warga. Laporan
tersebut kemudian dilanjutkan dengan melakukan assesment. Hasil dari assesment
kemudian digunakan untuk mengecek persediaan yang ada. Bila persediaan cukup
maka didirikannya dapur umum lapangan dan bila tidak cukup maka akan
meminta bantuan dari provinsi dan apabila provinsi tidak bisa memenuhi maka
ada proses pembelian bahan secara langsung. Persiapan yang sudah selesai
dilakukan dilanjutkan dengan proses memasak makanan dan pada akhirnya
didistribusikan kepada korban bencana. Akhir dari proses memberikan bantuan
adalah pembuatan laporan pertanggungjawaban dinas sosial dan akan diberikan ke
Dinas Sosial provinsi sehingga bisa dibuat laporan pertanggungjawaban Dinas
Sosial Provinsi. Akhir dari proses penanganan bencana alam dari Dinas Sosial
adalah terselesaikannya pembuatan lapor pertanggungjawaban tersebut.
4.1.3 Kekurangan pada Kondisi Awal
Sistem pada kondisi awal dirancang dengan tujuan untuk mencari waktu
minimal dalam penanganan bencana alam tanpa melibatkan pihak luar. Penjelasan
mengenai model awal sudah menunjukkan hal itu tercapai dengan menggunakan
gudang di daerah terlebih dahulu kemudian bila ada kekurangan setiap pemain
daerah segera menginformasikan ke pemain provinsi sehingga pemain provinsi
bisa langsung mengirimkan bantuannya.
Kondisi ini akan sangat menguntungkan selama pemain daerah memiliki
kapasitas yang cukup untuk mengatasi kebutuhan korban selama suatu periode
hingga pengadaan berikutnya. Kenyataannya kemampuan dari gudang pemain
daerah tidak sebesar kebutuhan korban bencana sehingga hampir setiap periode
selalu ada permintaan bantuan ke pemain provinsi. Akibat dari kejadian ini adalah
timbulnya biaya pengiriman dari provinsi yang seharusnya bisa dihilangkan.
Kasus ini mengantisipasi pemain provinsi untuk menyiapkan barang
bantuan dengan jumlah yang besar. Berhubungan juga dengan kejadian bencana
yang tidak bisa diprediksi kapan, dimana dan banyaknya daerah yang harus
ditangani maka bisa dibayangkan berapa besar barang yang harus disimpan.
Mengetahui bahwa rata-rata penduduk dari sebuah desa adalah kurang lebih 970
39
Universitas Kristen Petra
KK, pemain provinsi harus bisa menyiapkan barang untuk jaga-jaga untuk kondisi
terburuknya.
Kondisi terburuk yang bisa terjadi ada 2 antara terjadi bencana terus-
menerus selama musim hujan dan di setiap daerah terjadi bencana atau selama
musim hujan tidak ada bencana sekalipun. Permasalahan yang timbul dari kondisi
ini adalah perawatan barang-barang yang disimpan tersebut. Jika barang yang
disiapkan bisa langsung digunakan maka tidak akan menjadi masalah namun
apabila hanya terjadi beberapa bencana dalam satu musim hujan maka akan tersisa
barang bantuan dengan jumlah yang besar.
Barang yang disimpan dikategorikan memadai dua yaitu yang memiliki
umur dan tidak. Barang yang dikategorikan memiliki umur merupakan barang
yang memiliki tanggal kadaluwarsa seperti makanan. Barang yang dikategorikan
tidak memiliki umur adalah barang-barang semacam tenda. Kedua jenis barang
yang disimpan memiliki kelemahannya masing-masing. Kelemahan untuk barang
yang berumur tentunya bisa kadaluwarsa dan apabila jumlah barang yang
disimpan jumlahnya sangat besar dan semuanya kadaluwarsa maka semua barang
tersebut akan dibuang sia-sia. Barang yang tidak kadaluwarsa terkadang memiliki
kebutuhan khusus seperti tenda harus dicuci. Timbul biaya perawatan lainnya
untuk beberapa barang yang disimpan. Semua permasalahan ini merupakan
kelemahan dari kondisi awal.
4.2 Kondisi Usulan
Kondisi usulan merupakan kondisi sesudah diterapkan VMI. Penerapan
VMI dilakukan pada perjanjian kontrak melalui lelang yang telah disetujui oleh
kedua pihak. Penerapan ini tidak mempengaruhi proses pelelangan hanya saja
terdapat perubahan pada proses pengirimannya. Perjanjian yang disertakan bisa
meliputi waktu pengiriman, tempat tujuan, jumlah barang yang dikirim dan
persyaratan lainnya.
Perjanjian VMI akan berbeda untuk setiap perjanjian antar perusahaan.
perjanjian yang baik akan memberikan keuntungan yang seimbang bagi dua belah
pihak. Kesuksesan penerapan VMI sangat kecil dan tanpa komitmen yang baik
antar dua organisasi VMI tidak akan pernah bisa berjalan.
40
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5 Desain Koordinasi VMI
Desain VMI yang akan digunakan untuk permasalahan ini akan
dirancang dari koordinasi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (Balcik,
et al., 2010). Gambar 4.5 merupakan model koordinasi yang sama dengan Gambar
2.1. Koordinasi ini mengharapkan bahwa pemasok dan donatur bisa ikut serta
dalam pendistribusian bantuan ke korban bencana, namun pada kasus ini hanya
akan dipertimbangkan pemasoknya saja. Permasalahannya adalah VMI pada
umumnya menceritakan perjanjian antara dua buah pihak yaitu satu pemasok dan
satu pelanggan sedangkan kasus penanganan bencana memerlukan sebuah desain
yang bisa digunakan untuk semua jenis pemasok.
4.2.1 Prabencana
Proses distribusi bantuan dengan VMI diawali dengan pelelangan yang
diadakan pemain logistik kemanusiaan. Pelelangan dilakukan dengan cara yang
sama pada kondisi awal hanya saja pemasok yang diperbolehkan mendaftar harus
memiliki gudang di daerah bencana. Pada kasus ini lokasi gudang pemasok
diharapkan berada di dalam atau sekitar kabupaten Pasuruan.
Proses akhir dari pelelangan adalah dipilihnya satu pemenang dari semua
pendaftar. Pemenang yang dipilih kemudian menandatangani kontrak perjanjian.
Kontrak yang ditandatangani akan meliputi beberapa persyaratan yang dimulai
41
Universitas Kristen Petra
dari durasi lamanya kontrak berlaku. Kejelasan persyaratan VMI pada kontrak
bisa dilihat pada Gambar 4.6.
Start
Mencari tahu kapan musim hujan
mulai
Menentukan periode kontrak yang
disesuaikan dengan musim hujan (6
bulan)
Menentukan jenis bantuan
Pemain daerah membayar penalti
dengan nilai 6 bulan biaya inventory
Mencari tahu lama musim hujan
Mencari tahu rata-rata jumlah KK
terdampak per daerah dari
Kabupaten yang bersangkutan
Menentukan jumlah bantuan
berdasarkan jumlah KK
terdampak terbesar pada
kabupaten yang bersangkutan
Selama periode kontrak
pernah terjadi bencana?
Ya
Tidak
Pemasok menyiapkan bantuan
sesuai dengan jumlah yang
ditentukan
A B
Gambar 4.6 Proses VMI
42
Universitas Kristen Petra
Tim pemain daerah melakukan
assesment untuk mengetahui
jumlah KK terdampak
End
Pemain daerah memberikan
informasi ke pemasok yang
bersangkutan
Pemasok mengirimkan bantuan
dengan jumlah berdasarkan hasil
assesment dari pemain daerah
Bantuan dikirimkan ke pos lokasi
bencana menggunakan kendaraan
milik pihak ketiga
Bantuan dikirimkan ke pos lokasi
bencana menggunakan kendaraan
milik pemasok
Pemasok mengisi ulang stok
Pemasok memiliki
kemampuan transportasi?
Tidak
Ya
Periode kontrak habis?Tidak
Ya
Apakah di sisa periode
kontrak terjadi bencana ?
Tidak
Ya
A
B
Gambar 4.6 Proses VMI (Lanjutan)
43
Universitas Kristen Petra
Jenis dan jumlah bantuan adalah hal yang ditentukan berikutnya. Jenis
disesuaikan dengan kebutuhan dari korban bencana pada bencana banjir. Sebagai
contoh apabila pemasoknya adalah toko obat maka jenis obat yang dibutuhkan
alah obat kulit dan flu. Jumlah bantuan disesuaikan dengan jumlah KK yang
terdampak. Kejadian terburuk yang bisa terjadi adalah terjadi bencana di tempat
terpadat. Contoh pada kasus ini adalah Bangil dengan rata-rata jumlah KK
terdampak 2176. Pemasok setidaknya bisa menyediakan jumlah bantuan sebesar
KK terdampak di Bangil sehingga bila terjadi bencana di kabupaten Pasuruan,
semua kebutuhan korban bisa terpenuhi.
Kemungkinan yang bisa terjadi pada enam bulan periode kontrak ada
dua. Kondisi yang pertama adalah kondisi dengan terjadinya bencana. Apabila
terjadi bencana maka tim assesment pemain daerah akan melakukan assesment
untuk mengetahui berapa kebutuhan korban pada daerah yang terkena banjir.
Hasil dari assesment tersebut kemudian diberikan kepada pemasok daerah.
Pemasok daerah kemudian diharuskan untuk mengirimkan bantuan tersebut ke
pos yang didirikan di lokasi bencana. Apabila pemasok memiliki transportasi
maka bisa mengirimkan secara langsung, namun apabila pemasok tidak memiliki
transportasi maka pemasok bisa menggunakan jasa pihak ketiga.
Langkah berikutnya adalah mengecek periode kontrak apakah sudah
selesai atau belum. Bila periode kontrak sudah habis maka selesailah perjanjian
antara pemasok dan pemain daerah pada musim tersebut. Apabila periode kontrak
belum habis maka pemasok diharapkan untuk mengisi ulang stok yang sudah
digunakan sehingga bila terjadi banjir di hari yang dekat maka kebutuhan korban
masih bisa dipenuhi.
Apabila terjadi banjir pada sisa periode maka tim assesment pemain
daerah akan melakukan assesment lagi dan seterusnya. Apabila tidak terjadi
bencana pada sisa periode maka perjanjian pun selesai untuk musim hujan
tersebut.
Kemungkinan yang terakhir adalah bahwa selama periode enam bulan
kontrak. Kondisi ini tentunya akan merugikan pihak pemasok maka dari itu bila
hal ini terjadi pemain daerah akan dikenakan penalti sebagai ganti rugi pemasok.
44
Universitas Kristen Petra
Penalti yang diberikan sebesar 6 bulan inventory. Pembayaran penalti akan
menutup perjanjian antar pemasok dan pemain daerah pada musim tersebut.
4.2.2 Tanggap Darurat
Perbedaan yang ada pada keadaan tanggap darurat adalah pada proses
permintaan bantuan. Kondisi usulan memberikan setiap pemain pemasok barang
kebutuhannya sendiri-sendiri sehingga di saat mereka membutuhkan bantuan dari
para pemasok, setiap pemain akan melakukan kontak secara personal.
Kemungkinan yang bisa terjadi adalah apabila persediaan para pemasok masih
tidak bisa mencukupi kebutuhan korban. Permasalahan ini akan diatasi dengan
meminta bantuan dari provinsi. Khusus PMI saja yang tidak perlu untuk memiliki
pemasok karena pada keadaan penanganan bencana PMI merupakan mitra dari
BPBD dan bara bantuan yang diberikan juga sama dengan BPBD maka dari itu
hanya dibutuhkan satu pemasok.
4.2.2.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Permintaan barang oleh BPBD pada kondisi usulan adalah kepada
pemasok selimut, matras, dan tenda. Selimut dan matras untuk pendistribusian
bantuan dan tenda untuk pembuatan hunian sementara. Perbadaan yang terjadi
pada kondisi ini adalah bahwa terdapat pemain baru yang ikut serta dalam
pendistribusian bantuan yaitu pemasok daerah BPBD. Proses yang dijalankan
pemasok pada kondisi ini bisa dilihat pada kotak merah pada Gambar 4.7.
45
Universitas Kristen Petra
Warga Pemerintah Daerah BPBD Daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui
alat komunikasi
cepat
Menerima laporan
bencana
Menerima laporan
bencana
Mengutus TRC
untuk assesment
Membuat laporan
bencana
Laporan bencana
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Mendirikan Pos
Komando
Mengkoordinir
seluruh kinerja
tim
Mendistribusikan
bantuan
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
Pemasok Daerah
Menerima laporan
bencana
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan bencana
Persediaan
logistik
cukup?
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik
cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawab
an
Ya
Membantu Warga
Tidak
Ya
Penanganan Tanggap Darurat BPBD
Meminta Bantuan
kepada BPBD
Provinsi
Tidak
BPBD Provinsi
Menerima laporan
bencana
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan bencana
Persediaan
logistik
cukup?
Mengirim logistik
ke daerah
Menerima laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Provinsi
Laporan
pertanggungjawab
an BPBD Provinsi
Ya
End
Membeli bahan
yang kurang
Tidak
Gambar 4.7 DFD Alur Penanganan Bencana BPBD Kondisi Usulan
4.2.2.2 Dinas Kesehatan
Permintaan barang oleh Dinas Kesehatan pada kondisi usulan adalah
kepada pemasok obat-obatan. Obat-obatan yang diperlukan adalah obat ISPA dan
kulit. Perbadaan yang terjadi pada kondisi ini adalah bahwa terdapat pemain baru
yaitu apotek Kimia Farma yang bisa dilihat pada kotak merah pada Gambar 4.8.
46
Universitas Kristen Petra
Warga Dinkes Daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui alat
komunikasi cepat
Menerima laporan
bencana
Mengutus tim
assesment
Membuat laporan
assesment
Laporan assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
obat
Mendistribusikan
bantuan obat-obatan
Laporan
pertanggungjawaban
Dinkes Daerah
Pemasok Daerah
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik ke
daerah
Persediaan
logistik cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawaban
daerah
Menerima laporan
pertanggungjawaban
Dinkes Daerah
Laporan
pertanggungjawaban
Dinkes Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawaban
Dinkes Provinsi
Laporan
pertanggungjawaban
Dinkes Provinsi
Ya
Membantu Warga
yang membutuhkan
penangnaan
penyakit dan obat
Tidak
Penanganan Tanggap Darurat Dinas Kesehatan
End
Mengutus tim TRC Mengutus Tim RHA
Mendirikan pos
kesehatan
Membuat laporan
RHA
Laporan RHA
Persediaan
logistik cukup?
Ya
Meminta Bantuan
Dinkes Provinsi
Tidak
Dinkes Provinsi
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik ke
daerah
Persediaan
logistik cukup?
Ya
Membeli bahan yang
kurang
Tidak
Gambar 4.8 DFD Alur Penanganan Bencana Dinkes Kondisi Usulan
47
Universitas Kristen Petra
4.2.2.3 Dinas Sosial
Permintaan barang oleh Dinas Sosial pada kondisi usulan adalah kepada
pemasok Tenda. Tenda di sini diperlukan untuk pembuatan hunian sementara.
Pemasok tenda terkadang susah untuk ditemukan, bisa juga melalui persewaan
tenda. Proses yang dilakukan Dinas Sosial saat tanggap darurat bisa dilihat pada
kotak merah pada Gambar 4.9.
48
Universitas Kristen Petra
Warga Dinsos daerah
Start
Memberi laporan
bencana melalui
alat komunikasi
cepat
Menerima laporan
bencana
Mengutus tim
assesment
Membuat laporan
assesment
Laporan assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Mendirikan dapur
umum dan hunian
sementara
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Pemasok Daerah
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik
cukup?
Membuat laporan
pertanggungjawab
an daerah
Menerima laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Daerah
Membuat Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Provinsi
Laporan
pertanggungjawab
an Dinsos Provinsi
Ya
Membantu Warga
Tidak
Penanganan Tanggap Darurat Dinas Sosial
End
Memasak
makanan
Mendistribusikan
makanan
Persediaan
logistik
cukup?
Ya
Meminta Bantuan
kepada Dinsos
Provinsi
Tidak
Dinsos Provinsi
Menerima laporan
assesment
Menyiapkan
kebutuhan logistik
Laporan assesment
Mengirim logistik
ke daerah
Persediaan
logistik
cukup?
Ya
Membeli bahan
yang kurang
Tidak
Gambar 4.9 DFD Alur Penanganan Bencana Dinsos Kondisi Usulan
49
Universitas Kristen Petra
4.2.3 Keuntungan Model Usulan
Keuntungan yang bisa didapat dari model usulan ini yang pertama
tentunya dari sisi biaya. Biaya yang dikeluarkan tentu akan lebih kecil. Biaya itu
sendiri terdiri dari transportasi dan inventory. Biaya transportasi bisa lebih kecil
karena jarak gudang pemasok yang diharapkan lebih dekat ke lokasi bencana
dibandingkan dengan jarak dari gudang provinsi ke lokasi bencana.
Biaya inventory bisa mengalami penurunan karena pemain logistik
daerah tidak perlu lagi menyimpan barang di dalam gudangnya. Keuntungan lain
selepas dari biaya adalah tentang kadaluwarsa. Kemungkinan untuk barang
kadaluwarsa bisa dihilangkan karena pada saat barang disimpan di lokasi
pemasok, barang tersebut masih bisa dijual dan kemudian di isi ulang dengan
barang dengan tanggal kadaluwarsa yang baru.
Keuntungan yang terakhir berasal dari sisi kapasitas gudang. Kapasitas
gudang daerah bisa diperbesar. Kapasitas gudang yang awalnya terbatas, sekarang
bisa membesar akibat bantuan dari pemasok. Keuntungan ini bisa membuat
pemain daerah tidak tergantung lagi dengan pemain provinsi.
4.3 Model Awal
Model yang dibuat adalah modifikasi dari model yang pernah buat
sebelumnya (Halim, 2016). Modifikasi yang dilakukan adalah perbaikan beberapa
model matematis dari beberapa variabel dan juga terdapat penghapusan variabel
yang ternyata tidak dibutuhkan. Modifikasi yang diberikan adalah perluasan
batasan model di mana pada model milik Halim tidak mempertimbangkan
kapasitas dari setiap pemain. Model awal yang baru ini mengikutsertakan
kapasitas gudang sebagai bahan yang dipertimbangkan. Kapasitas akan
mempengaruhi waktu respon karena bila barang yang dibutuhkan tidak bisa
dipenuhi dengan persediaan gudang daerah maka akan dikirimkan bantuan dari
provinsi. Waktu respon akan selalu menambah hingga bantuan datang dan
kebutuhan para korban sudah terpenuhi semua. Model ini membahas tentang
kapasitas setiap gudang para pemain yang dikhususkan untuk bencana banjir.
Barang-barang yang dipertimbangkan adalah jumlah matras, selimut, tenda, dan
obat-obatan. Matras selimut bisa disediakan oleh BPBD dan PMI, Tenda
50
Universitas Kristen Petra
disiapkan oleh BPBD dan Dinas Sosial, dan obat-obatan disediakan oleh Dinas
Kesehatan.
Batasan lain yang diperluas adalah periode berjalannya simulasi. Model
sebelumnya (Halim, 2016) hanya menjalankan simulasi untuk satu kali kejadian
sedangkan model yang baru bisa menjalankan simulasi dalam suatu periode
waktu. Periode yang diberikan untuk model yang baru adalah satu bulan.
Perluasan batasan ini mengakibatkan adanya ketergantungan kapasitas dari satu
kejadian bencana ke kejadian berikutnya. Kondisi ini juga dipertimbangkan dalam
model yang dibuat.
51
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.10 Model Awal
Waktu ResponWaktu pengiriman
bantuan ke rumah
Jumlah perahu
distribusi Dinsos
Waktu ketersediaan
bantuan
Daya tampung
perahu distribusi
dinsos
Jumlah bantuan
untuk rumah
Lama Bantuan
Jumlah KK
terdampak
Waktu pembelian
barang
Waktu pengiriman
dari BPBD provinsi
ke posko
Waktu pengiriman
dari gudang BPBD
daerah ke posko
Waktu Pengiriman
dari PMI provinsi ke
posko
Waktu pengiriman
dari gudang PMI ke
posko
Waktu laporan
masyarakat ke
pemerintah daerah
Waktu laporan dari
pemerintah daerah
ke BPBD daerah
Waktu assesment
TRC BPBD
Waktu BPBD
daerah mengutus
TRC BPBD
Waktu laporan
masyarakat ke PMI
daerah
Waktu PMI daerah
mengutus tim
assesment
Waktu assesment tim
PMI
Kapasitas gudang
BPBD provinsiKapasitas gudang
BPBD daerah
Kapasitas gudang
PMI daerah
Kapasitas gudang
PMI provinsi
Tempat bencana
Lama Pembuatan
Hunian Sementara
Kapasitas gudang
hunian BPBD
provinsi
Kapasitas gudang
hunian BPBD daerah
Waktu Pengiriman
dari Dinsos provinsi
ke posko
Waktu pengiriman
dari gudang Dinsos
ke posko
Kapasitas gudang
hunian Dinsos daerah
Kapasitas gudang
hunian Dinsos
provinsi
Waktu laporan
masyarakat ke
Dinsos daerah
Waktu assesment
TRC Dinsos
Waktu Dinsos
daerah mengutus
TRC Dinsos
Lama Evakuasi
Waktu pengiriman
makanan ke rumah
Jumlah perahu
evakuasi BPBD
Waktu ketersediaan
makanan
Daya tampung
perahu evakuasi
BPBD
Waktu persiapan DU
Lama Distribusi
Makanan
daya tampung
perahu makanan
Dinsos
Jumlah perahu
makanan Dinsos
Lama penanganan
penyakit per orang
Jumlah personil
Dinsos DU
Jumlah porsi makanan
Waktu pengantaran
korban ke pos
kesehatan
Waktu pengiriman
makanan ke pos
Kapasitas personil
Dinsos DU
Waktu pengiriman
dari Dinkes daerah
ke pos kesehatan
Waktu ketersediaan
obat
Waktu pengiriman
dari Dinkes provinsi
ke pos kesehatan
Waktu penanganan
penyakit di lapangan
Waktu Dinkes
daerah mengirim tim
assesment Jumlah personil pos
kesehatan
Lama penanganan
penyakit
Waktu Dinkes
daerah mengutus
TRC kesehatan
Waktu laporan
masyarakat ke
Dinkes daerah
Kapasitas Dinkes
daerah
Kapasitas Dinkes
provinsi
Kecepatan perahu
Jarak antar rumah
Kecepatan perahu
distribusi Dinsos
Lama distribusi
Dinsos
Lama Evakuasi per
KK
kecepatan perahu
dinsos
Lama distribusi
makanan per rumah
Lama Pembuatan
Hunian Sementara
per orang
52
Universitas Kristen Petra
Model pada Gambar 4.10 menggambarkan kondisi awal yaitu koordinasi
yang dilakukan pada saat ini namun untuk satu kali kejadian saja. Kotak bisa
menggambarkan nilai konstan maupun yang bisa dirumuskan dalam model
matematis. Kotak yang berwarna merah adalah awal dari model ini yang diawali
dengan empat kotak. Empat kotak tersebut adalah para pemain yang menerima
laporan dari warga. Sama halnya dengan DFD yang sebelumnya dijelaskan bahwa
telah menerima laporan dari warga maka setiap pemain memiliki tim assesment
sendiri-sendiri untuk mengetahui kebutuhan korban. Jumlah yang kemudian
muncul dari hasil assesment kemudian akan diproses untuk memperisapkan
bantuan yang akan diberikan kepada korban. Pekerjaan yang dilakukan oleh setiap
pemain disesuaikan dengan DFD yang sudah dibuat sebelumnya.
Akhir dari setiap proses kegiatan akan ditandai oleh warna kuning yang
mewakili waktu dari setiap kegiatan utama yang dilakukan oleh para pemain.
Lima kotak kuning tersebut mewakili lama bantuan, lama evakuasi, lama
distribusi makanan, lama pembuatan hunian sementara, dan lama penanganan
penyakit. Kelima kotak tersebut akan berujung pada kotak yang berwarna hijau
yang merupakan tujuan akhir dari model ini yaitu perhitungan waktu respon.
Waktu respon itu sendiri dipilih dari nilai maksimum antara lima kegiatan utama
atau kotak kuning karena setiap kegiatan bisa dilakukan secara terpisah.
Kotak yang berwarna biru merupakan variabel yang mengalami
perubahan rumus atau merupakan variabel yang baru di tambahkan. Variabel yang
di tambahkan adalah kapasitas dari setiap pemain di daerah maupun di provinsi.
Variabel yang dimodifikasi adalah waktu ketersediaan bantuan, waktu pengiriman
bantuan ke rumah waktu ketersediaan obat waktu pengiriman dari gudang para
pemain ke pos, dan waktu pengiriman makanan ke rumah. Terdapat dua variabel
berwarna kuning yang juga dimodifikasi yaitu untuk lama evakuasi dan lama
pembuatan hunian sementara. Variabel-variabel ini akan dibahas lebih lanjut
nantinya.
Model yang sudah dibuat ini kemudian di rancang untuk bisa berjalan
selama satu bulan. Sisa kapasitas dari kejadian pertama akan digunakan untuk
kejadian berikutnya dan seterusnya. Perhitungan untuk setiap variabel pada
akhirnya juga akan di rata-rata. Diambil 3 kejadian saja dalam satu periode bulan
53
Universitas Kristen Petra
karena keterbatasan software untuk menampung variabel. Tiga diambil dari rata-
rata kejadian dalam sebulan dari data masa lalu yaitu pada tahun 2011-2015. Tiga
kejadian tersebut diurutkan dari kiri ke kanan.
Tiga kejadian yang dijalankan di atas akan juga dipengaruhi oleh nilai
random yang menyatakan terdapat beberapa kejadian yang akan terjadi dalam
sebulan. Kasus ini memiliki kemungkinan tidak terjadi sama sekali atau nol,
terjadi sekali, terjadi dua kali dan terjadi tiga kali. Misal keluar angka 2 pada nilai
random maka waktu yang diperhitungkan adalah rata-rata dari kejadian satu dan
kedua.
Terdapat juga nilai random mengenai waktu antar kejadian. Nilai yang di
random berada antara nol hingga rata-rata jeda antar kejadian yaitu tiga. Nilai
tersebut diberikan untuk mempertimbangkan pengisian ulang barang bantuan.
Misalkan saja rentan waktu antar kejadian melebihi waktu pengisian ulang maka
gudang pada kejadian kedua dikembalikan ke posisi semula yaitu pada keadaan
penuh. Sebaliknya, bila jarak antar kejadian lebih kecil dari jadwal pengisian
ulang maka kapasitas yang akan digunakan adalah kapasitas sisa dari kejadian
sebelumnya. Bisa juga bila terjadi kejadian yang terjadi pada tempat yang berbeda
namun terjadi pada waktu yang sama. Kondisi tersebut akan terjadi apabila nilai
random yang di hasilkan adalah nol.
54
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11 Causes Tree Waktu Respon
Gambar 4.11 merupakan causes tree yang bisa digunakan sebagai alat
bantu untuk mendefinisikan hubungan antar variabel pada model. Waktu respon
itu sendiri dipengaruhi oleh 5 variabel utama dan setiap variabel juga dipengaruhi
oleh variabel yang berada pada cabang dari variabel itu sendiri. Variabel yang
dirumuskan dalam model matematis ada yang masih tetap menggunakan model
matematis yang dirumuskan di penelitian sebelumnya (Halim, 2016) dan ada juga
yang diubah.
Tabel 4.4 Data Model Pertama
No Variabel Data Sumber
1 Jumlah KK terdampak Lampiran 3 (Halim, 2016)
2 Jumlah penduduk dalam 1 KK 4 orang asumsi
3 Jumlah desa dalam satu kecamatan Rata-rata jumlah desa
terdampak di 1 kecamatan
Data BPBD
Pasuruan
55
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Data Model Pertama (lanjutan)
No Variabel Data Sumber
4 Jarak antar rumah Tabel 4.4 google earth
5 KK yang membutuhkan bantuan di rumah 72% total KK terdampak wawancara
6 KK yang membutuhkan bantuan di pos 28% total KK terdampak wawancara
LAMA DISTRIBUSI BANTUAN
1 Jumlah perahu distribusi Dinsos 5 perahu wawancara
2 Daya tampung perahu distribusi Dinsos 200 paket / perahu wawancara
3 Waktu pembelian barang 1 jam wawancara
4 Waktu laporan masyarakat hingga
assessment BPBD 6 jam wawancara
5 Waktu laporan masyarakat hingga
assessment PMI 6 jam SOP PMI
6 Waktu pengiriman BPBD daerah ke posko Lampiran 3 google earth
7 Waktu pengiriman BPBD provinsi ke posko Lampiran 3 google earth
8 Waktu pengiriman PMI daerah ke posko Lampiran 3 google earth
9 Waktu pengiriman PMI provinsi ke posko Lampiran 3 google earth
10 Kapasitas gudang BPBD daerah 2410 buah wawancara
11 Kapasitas gudang BPBD provinsi 20000 buah wawancara
12 Kapasitas gudang PMI daerah 100 buah wawancara
13 Kapasitas gudang PMI provinsi 500 buah wawancara
14 Lama distribusi Dinsos 4 menit wawancara
15 Kecepatan perahu distribusi dinsos 12 km/jam wawancara
LAMA EVAKUASI
1 Kecepatan perahu 15 km/jam wawancara
2 Jumlah perahu evakuasi BPBD 5 perahu wawancara
3 Daya tampung perahu evakuasi BPBD 12 orang wawancara
4 Lama evakuasi per KK 4 menit wanwancara
LAMA DISTRIBUSI MAKANAN
1 Waktu laporan masyarakat hingga
assessment Dinsos 24 jam wawancara
56
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Data Model Pertama (lanjutan)
No Variabel Data Sumber
2 Waktu pengiriman Dinsos Jawa Timur ke
posko Lampiran 3 google earth
3 Waktu pengiriman Dinsos Pasuruan ke posko Lampiran 3 google earth
4 Waktu persiapan dapur umum
3 jam ditambah waktu
tempuh Dinsos
Pasuruan ke posko
wawancara
5 Jumlah personil Dinsos DU 10 orang setiap 1000
KK wawancara
6 Kapasitas personil Dinsos DU 36 bungkus / orang /
jam wawancara
7 Daya tampung perahu makanan Dinsos 2000 bungkus wawancara
8 Jumlah perahu makanan Dinsos maksimum 26 perahu wawancara
9 Lama distribusi makanan per rumah 2 menit Wawancara
10 Kecepatan perahu Dinsos 12 km/jam wawancara
LAMA PEMBUATAN POSKO TANGGAP DARURAT
1 Waktu pengiriman BPBD Jawa Timur ke
posko Lampiran 3 google earth
2 Waktu pengiriman BPBD Pasuruan ke posko Lampiran 3 google earth
3 Waktu pengiriman Dinsos Jawa Timur ke
posko Lampiran 3 google earth
4 Waktu pengiriman Dinsos Pasuruan ke posko Lampiran 3 google earth
5 Kapasitas gudang hunian BPBD daerah 600 wawancara
6 Kapasitas gudang hunian BPBD provinsi 120 wawancara
7 Kapasitas gudang hunian Dinsos daerah 165 wawancara
8 Kapasitas gudang hunian Dinsos provinsi 480 wawancara
LAMA PENANGANAN PENYAKIT
1 Waktu laporan masyarakat hingga pengantaran
korban ke pos kesehatan 24 jam wawancara
2 Waktu pengiriman Dinkes provinsi ke posko Lampiran 3 google earth
57
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Data Model Pertama (lanjutan)
No Variabel Data Sumber
3 Waktu pengiriman Dinkes daerah ke posko Lampiran 3 google earth
4 Lama penanganan penyakit per orang 3 menit / pasien wawancara
5 Jumlah personil pos kesehatan 1 dokter / 1000 KK wawancara
6 Jumlah pasien 20% dari total
pengungsi wawancara
7 Kapasitas gudang Dinkes daerah 200 wawancara
8 Kapasitas gudang Dinkes provinsi 2500 wawancara
Variabel yang memiliki perubahan adalah jarak dari pos ke rumah, waktu
pengiriman makanan ke rumah, lama evakuasi, lama pembuatan hunian
sementara,dan waktu pengiriman makanan ke rumah. Model Variabel pertama
yang mengalami perubahan adalah jarak dari pos ke rumah diubah dengan jarak
antar rumah. Jarak ini didapat dengan mengambil nilai rata-rata jarak antar rumah
di kabupaten Pasuruan. Rata-rata jarak antar rumah itu sendiri didapatkan dari
observasi melalui google earth dengan cara menggunakan alat bantu ruler. Ruler
tersebut digunakan untuk mengukur jarak satu rumah dengan rumah yang lain di
kabupaten Pasuruan dan diambil 40 data.
58
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Jarak Antar Rumah
N
o
Jarak antar Rumah (meter)
Bang
il Beji
Rejo
-so
Kra
ton
Gra
ti
Win
o-
ngan
Rem
ban
g
Pohjentr
ek
Purwoda
di
Ngu
ling
Gondan
gwetan
Purwosa
ri
Pand
aan
Lumba
ng
Gemp
ol
Sukore
jo
Pasrepa
n
Kejaya
n
1 6,67 7,47 5,76 7,28 9,3 10,34 8,67 9,46 7,98 9,69 9,35 9,6 12,8 7,16 10 7,39 8,16 12,69
2 5,4 5,39 5,7 8,51 7,6 8,83 7,56 7,42 12,61 7,81 10,04 8,5 10,54 7,83 8,69 7,48 8,53 7,2
3 5,46 7,75 7,13 6,3 8,38 9,7 10,5
7 7,63 11,24 5,99 7,32 7,41 7,65 8,61 8,44 12,32 11,6 8,23
4 6,88 7,5 6,23 5,52 7,28 10,99 7,14 7,44 7,95 6,95 6,47 7,17 11,09 8,67 6,39 7,03 6,72 6,56
5 5,93 6,67 7,12 5,29 7,69 10,81 7,57 6,39 8,8 9,17 12,05 7,84 10,17 7,8 6,91 7,81 8,01 9,2
6 5,27 7,11 5,44 7,87 10,2
5 9,99 9,11 9,24 8,66 9,83 6,01 7,05 12,64 8,95 9,16 9,72 8,17 8,51
7 6,42 7,92 7,09 6,54 8,01 6,9 10,1
1 13,29 10,36 7,95 6,81 8,49 6,73 7,24 9,95 10,1 9,41 8,58
8 6,31 7,69 6,4 7,17 7,52 5,42 6,1 7,62 13,38 8,9 8,85 7,32 10,42 7,42 9,5 15,86 11,47 7,19
9 4,91 6,46 7,34 6,72 7,22 8,11 7,43 6,72 6,05 9,99 9,21 7,88 12,07 10,29 8,44 7,78 16,55 12,03
10 6,12 6,74 9,1 6,42 9,32 9,43 7,15 8,36 9,41 8,33 7,62 10,29 12,29 7,54 6,72 11,04 9,34 7,96
11 6,05 8,11 8,05 5,94 6,89 9,36 6,28 7,3 8,31 7,25 13,18 8,6 9,1 7,26 11,86 6,76 8,48 7,13
12 4,81 5,99 7,35 6,92 6,6 8,47 6,74 10,56 13,13 12,3
3 8,81 8,32 8,08 6,62 8,49 9,84 13,8 8,78
13 5,99 8,04 7,8 5,35 7,25 8,6 5,04 8,66 9,02 11,0
8 5,89 8,79 9,44 7,96 7,23 10,55 6,69 6,32
14 6,07 7,43 8,29 7,31 8,81 7,55 5,83 5,96 13,8 8,47 9,13 6,4 13,04 8,44 6,32 8,51 8,9 8,94
15 6,65 7,45 7,2 7,13 7,01 8,59 5,89 8,13 10,1 7,92 10,4 6,56 9,65 6,75 9,52 8,45 10,75 11,75
16 6,67 6,23 6,89 6,52 9,18 7,2 5,97 7,32 10,73 7,71 6,38 7,92 10,11 10,28 8,62 11,9 6,09 5,67
17 7,02 12,2
3 7,52 7,65 6,84 8,16 8,5 7,42 10,39 8,15 7,96 7,98 8,17 9,55 7,84 12,19 8,82 5,92
18 6,69 6,68 6,32 6,55 6,68 6,79 4,56 8,6 6,85 8,23 7,34 11,92 11,81 7,86 10,25 9,3 7,43 10,95
19 6,15 6,01 6,95 7,77 6,89 8,06 7,24 9,5 8,33 10,8
2 6,62 6,97 11,83 7,99 11,51 9,23 6,3 7,98
20 5,89 7,32 8,27 7,02 8,6 7,68 8,68 12,58 8,6 9,59 8,36 8,26 9,34 6,51 10,09 9,91 5,32 8,8
59
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Jarak Antar Rumah (Lanjutan)
No Bangil Beji Rejo-
so Kra-
ton Grati
Wino-
ngan Rem-
bang Pohje
ntrek Purw
odadi Ngu-
ling
Gonda
ng-
wetan
Purw
osari Panda
an Lum
bang Gemp
ol Sukor
ejo Pasre
pan Kejay
an
21 6,31 5,84 7,41 5,68 7,76 8,81 10,71 8,87 6,4 9,44 8,85 10,42 14,12 7,33 10,29 8,27 9,36 8,29
22 6,53 7,3 6,65 7,47 8,56 8,42 9,16 8,21 9,6 11,6 10,2 9,04 9,08 7,74 9,18 9,04 10,25 8,7
23 5,98 7,18 7,24 6,75 8,64 7,73 7,56 11,7 9,7 15,46 9,38 8,24 9,85 6,86 9,79 8,07 8,7 9,66
24 7,22 7,98 6,47 6,21 9,56 7,08 5,56 7,71 7,63 10,77 9,55 6,34 13,03 7,02 10,9 12,95 10,99 12,12
25 6,42 7,54 9,41 8,73 8,97 10,18 11,17 10,2 9,38 10,2 6,38 7,21 9,56 7,55 9,96 9,78 6,75 9,89
26 5,24 7,36 7,4 7,4 7,56 7,3 14,21 7,95 10,7 8,56 10,22 10,08 8,49 8,33 7,31 6,97 11,87 7,35
27 6,15 9,55 9,59 7,96 7,3 7,27 9,96 9,66 10,21 7,87 9,59 10,6 12,56 7,15 10,89 12,82 11,39 9,5
28 6,57 8,89 6,38 7,44 8,54 6,68 12,19 8,04 7,68 6,61 8,21 9,31 10,72 7,83 7,83 8,38 7,75 8,02
29 7,81 7,39 6,4 5,77 6,96 7,88 8,87 8,97 9,92 8,92 9,67 6,12 7,75 7,06 6,5 8,11 9,58 6,96
30 7,51 7,16 8,7 4,79 6,33 7,56 9,14 11,09 7,48 15,31 12,45 7,02 12,32 7,84 7,95 13,3 6,97 9,84
Ra
ta-
rat
a
6,2366
66667
7,4126
66667
7,2533
33333
6,7993
33333
7,9166
66667
8,3296
66667
8,1556
66667
8,7333
33333 9,48
9,3633
33333
8,7433
33333 8,255
10,481
66667 7,848
8,8843
33333
9,6953
33333
9,1383
33333
8,6906
66667
Ra
ta-
rat
a
8,412074074
60
Universitas Kristen Petra
Hasil perhitungan untuk rata-rata jarak antar rumah adalah 8,41 meter atau
0,00841 km. Nilai ini akan digunakan sebagai perwakilan jarak antar rumah.
Model lainnya yang berubah adalah pada waktu pengiriman bantuan ke rumah.
Perhitungan bantuan ke rumah dihitung dengan mempertimbangkan
pulang pergi kapal yang mendistribusikan bantuannya. Banyaknya pulang pergi
akan ditentukan dengan membagi bantuan yang harus didistribusikan dengan
jumlah kapal yang ada. Pertimbangan lain yang diberikan adalah lamanya bantuan
itu diberikan perumusan ini juga diberlakukan untuk kedua kegiatan lainnya yang
bisa dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbedaan Antar Variabel Pendistribusian Bantuan
Variabel Waktu pengiriman
bantuan ke rumah Lama evakuasi
Waktu distribusi
makanan ke rumah
1 Jumlah Bantuan
untuk rumah
Jumlah KK
terdampak Jumlah porsi makanan
2 Lama distribusi
Dinsos
Lama evakuasi
per KK
Lama distribusi
makanan per rumah
3 Kecepatan perahu
distribusi Dinsos Kecepatan perahu
Kecepatan perahu
Dinsos
4 Jumlah perahu
distribusi Dinsos
Jumlah perahu
evakuasi BPBD
Jumlah perahu
makanan Dinsos
5
Daya tampung
perahu distribusi
Dinsos
Daya tampung
perahu evakuasi
BPBD
Daya tampung perahu
makanan Dinsos
6 Waktu ketersediaan
bantuan
Waktu assesment
TRC BPBD
Waktu Ketersediaan
makanan
Variabel lainnya mengalami perubahan adalah waktu ketersediaan
makanan, waktu ketersediaan bantuan dan lama pembuatan hunian sementara.
Konsep dari ketiga proses ini adalah sama yaitu memperhatikan persediaan dari
setiap kapasitas. Mengenai kelengkapan variabel yang lain bisa dilihat pada
Lampiran 4.
4.1.3.2 Model Verifikasi dan Validasi
Model Model yang sudah dibuat kemudian akan di uji verifikasi dan
validasinya. Uji verifikasi yang dilakukan dengan cara melihat perbandingan
61
Universitas Kristen Petra
waktu respon apabila terdapat kenaikan jumlah KK yang terdampak. Berikut
merupakan grafik yang menggambarkan jumlah KK dan waktu respon.
Gambar 4.12 Verifikasi Model
Gambar 4.12 memperlihatkan bahwa model yang dibuat sudah
terverifikasi dengan melihat bahwa jumlah KK yang meningkat mengakibatkan
waktu respon juga meningkat. Model yang terverifikasi kemudian akan di uji
validitasnya terhadap keadaan nyata. Proses validasi yang dilakukan dengan
membandingkan hasil model dengan keadaan nyata yang memiliki lima variabel
lama distribusi bantuan, lama pembuatan hunian sementara, lama Penanganan
penyakit, lama evakuasi dan lama distribusi makanan. Hasil yang menyatakan
bahwa model yang dibuat sudah valid adalah bahwa tidak melebihi batas
maksimum dari penanganan bencana yang sesungguhnya. Data batas maksimum
tersebut diambil dari penelitian sebelumnya (Halim, 2016).
0
500
1000
1500
2000
2500
1
37
73
10
9
14
5
18
1
21
7
25
3
28
9
32
5
36
1
39
7
43
3
46
9
50
5
54
1
57
7
61
3
64
9
68
5
72
1
75
7
79
3
82
9
86
5
90
1
93
7
97
3
Jumlah KK terdampak Waktu Respon
62
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7 Validasi Model
Waktu Hasil Simulasi
Kondisi Awal (jam)
Data Maksimum
dari Masa Lalu
(jam)
Lama bantuan (jam) 16,30 96
Lama pembuatan posko tanggap
darurat (jam) 68,08 96
Lama evakuasi (jam) 37,53 96
Lama distribusi makanan (jam) 31,68 48
Lama penanganan penyakit
(jam) 28,16 48
Hasil simulasi model dari kelima variabel semuanya dibawah batas
maksimum keadaan yang sesungguhnya. Hasil dari perbandingan ini menyatakan
bahwa model sudah valid. Model yang sudah terverifikasi dan valid ini kemudian
bisa digunakan untuk membuat model usulan.
4.4 Model Usulan
Model yang baru dibuat berdasarkan jalannya proses tanggap darurat
dengan penerapan VMI yang dimodifikasi. Perubahan yang diberikan terhadap
model disesuaikan dengan DFD BPBD, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial yang
dibuat sebelumnya. Data yang digunakan dalam model usulan dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data Model Usulan
No Variabel Data Sumber
1
Waktu pengiriman dari gudang
pemasok bantuan daerah ke posko
(Carrefour)
Lampiran 3 google earth
2
Waktu pengiriman dari gudang
pemasok obat daerah ke pos kesehatan
(KimiaFarma)
Lampiran 3 google earth
3
Waktu pengiriman dari gudang
pemasok hunian daerah ke posko
(Mountstone)
Lampiran 3 google earth
4 Kapasitas pemasok bantuan daerah 9000 Asumsi
5 Kapasitas pemasok obat daerah 9000 Asumsi
6 Kapasitas pemasok hunian daerah 9000 Asumsi
63
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8 Data Model Usulan (Lanjutan)
7 Jumlah Truk BPBD Provinsi 1 buah Wawancara
8 Jumlah Truk Dinkes Provinsi 1 buah Wawancara
9 Jumlah Truk Dinsos Provinsi 1 buah Wawancara
10 Kecepatan Truk 40 km/jam Asumsi
11 Konsumsi Bahan Bakar Truk 4,5 km/liter (Carmudi, 2016)
12 Harga Bahan Bakar Truk RP 5.150,00
/liter
(seputarhargaterkini,
2016)
13 Bunga Bank Kredit 9,75% (BI, 2016)
14 Harga Barang Bantuan Rp 200.000,00
/buah Wawancara
15 Harga Barang Obat Rp 5.840,00
/paket (FarmasiAsia, 2013)
16 Harga barang Hunian Rp 35.000,00
/paket (Mountstone, 2016)
Data kapasitas diasumsikan dengan jumlah yang besar untuk memastikan
bahwa persediaan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan daerah. Waktu
perjalanan dari gudang pemasok ke lokasi pos didapatkan melalui aplikasi google
earth dengan cara perhitungan yang sama pada model awal. Lokasi yang
ditetapkan untuk pengadaan bantuan (selimut dan matras) adalah Carrefour, lokasi
untuk obat-obatan adalah Kimia Farma, dan lokasi yang ditetapkan untuk tenda
adalah Mountstone. Ketiga tempat tersebut berada dalam lingkup Kabupaten
Pasuruan. Terdapat juga penambahan variabel harga yang nantinya digunakan
sebagai perbandingan. Model usulan dapat dilihat pada Gambar 4.13.
64
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.13 Model Usulan
Waktu ResponWaktu pengiriman
bantuan ke rumah
Jumlah perahu
distribusi Dinsos
Waktu ketersediaan
bantuan
Daya tampung
perahu distribusi
dinsos
Jumlah bantuan
untuk rumah
Lama Bantuan
Jumlah KK
terdampak
Waktu pembelian
barang
Waktu pengiriman
dari BPBD provinsi
ke posko
Waktu pengiriman
dari gudang BPBD
daerah ke posko
Waktu Pengiriman
dari PMI provinsi ke
posko
Waktu pengiriman
dari gudang PMI ke
posko
Waktu laporan
masyarakat ke
pemerintah daerah
Waktu laporan dari
pemerintah daerah
ke BPBD daerah
Waktu assesment
TRC BPBD
Waktu BPBD
daerah mengutus
TRC BPBD
Waktu laporan
masyarakat ke PMI
daerah
Waktu PMI daerah
mengutus tim
assesment
Waktu assesment tim
PMI
Kapasitas gudang
BPBD provinsiKapasitas gudang
BPBD daerah
Kapasitas gudang
PMI daerah
Kapasitas gudang
PMI provinsi
Tempat bencana
Lama Pembuatan
Hunian Sementara
Kapasitas gudang
hunian BPBD
provinsi
Kapasitas gudang
hunian BPBD daerah
Waktu Pengiriman
dari Dinsos provinsi
ke posko
Waktu pengiriman
dari gudang Dinsos
ke posko
Kapasitas gudang
hunian Dinsos daerah
Kapasitas gudang
hunian Dinsos
provinsi
Waktu laporan
masyarakat ke
Dinsos daerah
Waktu assesment
TRC Dinsos
Waktu Dinsos
daerah mengutus
TRC Dinsos
Lama Evakuasi
Waktu pengiriman
makanan ke rumah
Jumlah perahu
evakuasi BPBD
Waktu ketersediaan
makanan
Daya tampung
perahu evakuasi
BPBD
Waktu persiapan DU
Lama Distribusi
Makanan
daya tampung
perahu makanan
Dinsos
Jumlah perahu
makanan Dinsos
Lama penanganan
penyakit per orang
Jumlah personil
Dinsos DU
Jumlah porsi makanan
Waktu pengantaran
korban ke pos
kesehatan
Waktu pengiriman
makanan ke pos
Kapasitas personil
Dinsos DU
Waktu pengiriman
dari Dinkes daerah
ke pos kesehatan
Waktu ketersediaan
obat
Waktu pengiriman
dari Dinkes provinsi
ke pos kesehatan
Waktu penanganan
penyakit di lapangan
Waktu Dinkes
daerah mengirim tim
assesment Jumlah personil pos
kesehatan
Lama penanganan
penyakit
Waktu Dinkes
daerah mengutus
TRC kesehatan
Waktu laporan
masyarakat ke
Dinkes daerah
Kapasitas Dinkes
daerah
Kapasitas Dinkes
provinsi
Kapasitas pemasok
bantuan daerah
Waktu pengirimandari gudang
pemasok bantuandaerah ke posko
Kapasitas gudang
pemasok hunian
daerah
Waktu pengirimandari gudang
pemasok huniandaerah ke posko
Kapasitas pemasok
obat daerah
Waktu pengirimandari gudang
pemasok obatdaerah ke pos
kesehatan
Biaya Transportasi
Jumlah truk BPBD
Kecepatan Truk
Konsumsi bahan
bakar truk
Harga bahan bakar
Biaya inventoryBunga bank kredit
Harga barang bantuan
Biaya Transportasi
hunian
Jumlah truk dinsos
Biaya inventory
hunian
Harga barang
bantuan hunian
Biaya Transportasi
distribusi obatJumlah truk dinkes
Biaya inventory obat
Harga barang obat
Kecepatan perahu
Jarak antar rumah
Lama Evakuasi per
KK
Kecepatan perahu
distribusi Dinsos
Lama distribusi
Dinsos
kecepatan perahu
dinsos
Lama distribusi
makanan per rumah
65
Universitas Kristen Petra
Terlihat pada Gambar 4.13 terdapat beberapa variabel yang berwarna
biru. Variabel yang berwarna biru menandakan bahwa variabel tersebut
merupakan variabel tambahan yang diberikan pada model ini. Tambahan variabel
pada model usulan ini adalah variabel kapasitas para pemasok dan lama waktu
pengiriman dari gudang pemasok ke pos penanganan bencana. Model usulan yang
dijalankan selama 1 bulan periode bisa dilihat pada Lampiran 5.
4.5 Hasil Simulasi
Model yang baru kemudian disimulasikan dan mendapatkan hasil yang
baru. Perbandingan hasil yang dilakukan adalah pada bagian tiga variabel yang
dibahas yaitu lama bantuan, lama pembuatan hunian sementara, dan lama
penganan penyakit. Perbandingan hasil baru model usulan dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Perbandingan Waktu Tiga Variabel
Waktu
Hasil Simulasi
Kondisi Awal
(jam)
Hasil Simulasi
Kondisi Baru
(jam)
Perbedaan
(menit)
Lama bantuan 16,30 15,80025643 29,72
Lama pembuatan posko
tanggap darurat 68,08 68,485186 -24,30
Lama penanganan
penyakit 28,16 27,7938918 22,07
Terlihat bahwa data hasil dari model usulan memberikan waktu yang
lebih singkat diakibatkan dengan jarak dari provinsi ke pos yang digantikan
dengan jarak gudang pemasok ke pos. Hasil dari usulan memang memberikan
data waktu yang lebih singkat kecuali untuk lama pembuatan posko. Kondisi ini
menyatakan bahwa terkadang lokasi yang berada pada satu kabupaten belum tentu
bisa mengirimkan barang dengan waktu yang lebih cepat karena bisa saja rute
terdekatnya harus melalui rute yang memutar.
4.6 Perbandingan Biaya Logistik
Kondisi awal memperhitungkan biaya transportasi dari gudang daerah ke
pos, biaya transportasi dari gudang provinsi ke pos, dan biaya inventory gudang
66
Universitas Kristen Petra
daerah. Kondisi usulan memperhitungkan biaya transportasi dari gudang pemasok
ke pos, biaya transportasi dari gudang provinsi ke pos, dan biaya penalti bila
terjadi.
Perhitungan dilakukan pada kedua model yang sudah dibuat. Variabel
baru akan disertakan pada kedua model. Variabel tersebut adalah total biaya
inventory dan total biaya transportasi. Perhitungan yang akan digunakan sebagai
biaya inventory adalah perkalian antara jumlah barang yang disimpan, bunga
bank, dan harga dari barang itu sendiri. Perhitungan yang digunakan untuk biaya
transportasi adalah perkalian antara jarak yang ditempuh, konsumsi bahan bakar,
harga bahan bakar, jumlah kendaraan yang digunakan. Model matematis untuk
kedua perhitungan bisa dilihat sebagai berikut:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖 × 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑗
(4.1)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑟𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑖 × (𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑢𝑘 ×
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑖 𝑘𝑒 𝑝𝑜𝑠) × 2/𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑡𝑟𝑢𝑘 ∗
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 (4.2)
Dimana:
i : BPBD, Dinkes, Dinsos, PMI dan Pemasok
j : bantuan(matras dan selimut), obat, hunian
Tabel 4.10 Hasil Perbandingan Biaya Transportasi
Distribusi Biaya Transportasi Awal Biaya Transportasi
Usulan
Total Biaya Rp24.095.547,00 Rp23.380.075,00
Selisih Biaya Rp715.472,00
Hasil dari perhitungan biaya bisa dilihat pada Tabel 4.10. Biaya
transportasi yang dikeluarkan dengan model yang pertama adalah
Rp24.095.547,00 dan untuk model usulan adalah Rp23.380.075,00. Perhitungan
biaya ini adalah hasil perhitungan untuk periode 6 bulan. Selisih yang positif
sudah menandakan bahwa dari sisi transportasi biaya bisa ditekan. Perhitungan
biaya yang lainnya bisa dilihat dari sisi inventory. Perhitungan inventory
dilakukan terlepas dari model karena model saat ini hanya bisa menjalankan
kejadian untuk satu bulan.
67
Universitas Kristen Petra
Perhitungan inventory dilakukan untuk kedua kemungkinan kejadian
yaitu apabila terjadi bencana dan apabila tidak terjadi bencana. Perhitungan akan
disesuaikan dengan perjanjian VMI yang sudah dibahas sebelumnya. Kondisi bila
tidak terjadi kejadian untuk model awal adalah pemain membeli barang di awal
dan barang tersebut disimpan hingga akhir periode. Kondisi bila tidak terjadi
bencana untuk model usulan adalah barang akan disimpan oleh pemasok dan saat
akhir periode pemain akan membeli barang tersebut beserta dengan penaltinya.
Perhitungan akan dilakukan dengan asumsi bahwa harga beli barang sama.
Tabel 4.11 Hasil Perbandingan Biaya Inventory
Jumlah
Kebutuhan
Harga
Barang Bunga
Total Keadaan
Awal
Total Keadaan
Usulan
Bantuan 6266,88 Rp200.000,00 0,0975 Rp1.986.600.960,00 Rp733.224.960,00
Hunian 2437,12 Rp35.000,00 0,0975 Rp135.199.232,00 Rp49.900.032,00
Obat 1740,8 Rp5.840,00 0,0975 Rp16.113.541,00 Rp5.947.269,00
Total
Biaya Rp2.137.913.733,00 Rp789.072.261,00
Selisih Rp1.348.841.472,00
Perbandingan biaya yang diperlihatkan adalah Rp1.348.841.472,00.
Keuntungan yang besar sudah bisa didapatkan dengan melihat kondisi terburuk
bagi pemain logistik yaitu yang tidak ada kejadian. Kondisi disaat terjadi bencana
akan juga membawa keuntungan bagi pemain karena inventory yang sisa pada
saat kondisi ini akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan saat tidak terjadi
bencana maka dari itu biaya yang dikeluarkan juga pasti lebih kecil dengan
kondisi awal. Pertanyaan berikutnya adalah sampai kapan usulan ini bisa
membawa untung kepada pemain daerah. Analisa sensitivitas untuk biaya
inventory bisa dilihat pada Tabel 4.12
68
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12 Analisa Sensitivitas Biaya Inventory
Faktor Pengali Harga Barang Selisih Total Biaya
1 Rp1.348.841.472,00
1,1 Rp1.269.934.246,00
1,2 Rp1.191.027.020,00
1,3 Rp1.112.119.794,00
1,4 Rp1.025.393.945,00
1,5 Rp954.305.341,00
1,6 Rp875.398.115,00
1,7 Rp796.490.889,00
1,8 Rp717.583.663,00
1,9 Rp638.676.437,00
2 Rp559.769.211,00
2,1 Rp480.861.985,00
2,2 Rp401.954.759,00
2,3 Rp323.047.533,00
2,4 Rp244.140.306,00
2,5 Rp165.233.080,00
2,6 Rp86.325.854,00
2,7 Rp7.418.628,00
2,8 -Rp71.488.598,00
Terlihat pada Tabel 4.12 bahwa terdapat kolom pengali dan kolom
selisih. Kolom pengali merupakan nilai yang dikalikan dengan harga barang milik
pemasok untuk kondisi usulan. Bisa saja bahwa harga yang diberikan pemasok
akan lebih tinggi yang diakibatkan perjanjian ini. peningkatan harga yang
diberikan adalah setiap 10% dan setiap peningkatan tersebut akan dihitung selisih
biaya yang baru. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pemain daerah baru akan rugi
ketika harga dari pemasok mencapai 2,8 kali dari harga normal. Hasil dari ini
menyarankan untuk menolak perjanjian dengan pemasok apabila hara yang
diberikan 2,8 kali lipat harga normal.