23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup didunia
ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari
75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air
yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-
kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari
sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan
mencair dapat digunakan. Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan
untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin
meningkat jumlah keperluan akan air. Menurut Departemen Kesehatan (1994), di Indonesia
rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30 liter untuk keperluan mandi, 15
liter untuk keperluan minum dan sisanya untuk keperluan lainnya. Untuk negara-negara yang
sudah maju, ternyata jumlah tersebut sangat tinggi, seperti : untuk kota Chicago dan Los
Angeles.
Tujuan
Untuk mementukan kehadiran bakteri koliform dalam sampel air
Untuk memperkirakan jumlah bakteri koliform dalam sampel air dengan metode jumlah
perkiraan terdekat (JPT).
Metoda Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu kami
secara langsung mempelajari dan menggunakan terhadap objek yang teliti Studi Pustaka.
Kami membaca buku-buku artikel dari media cetak seperti buku panduan dan media
elektronik seperti internet. Sebagai bahan referensi yang mendukung tema laporan ini.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan terhadap semua
jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar kualitas air. Mengingat bahwa
air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi semua makhluk hidup.
Pencemar biologis yang mungkin terdapat dalam air, minuman atau makanan, terutama adalah
mikroorganisme penyebab penyakit (patogen), penghasil racun atau yang dikenal sebagai
pencemar.
Pemeriksaan air secara mikrobiologis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
dapat dipakai sebagai pengukur derajat pencemaran. Selain adanya mikroorganisme dalam air,
juga adanya bahan organik perlu mendapat perhatian sebab jumlah bahan organik yang
mencemari air sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan mikroorganisme.
Bakteri golongan coliform dinyatakan sebagai bakteri indikator pencemaran air.
Kehadirannya dalam air terutama air sumber MCK sangat tidak diharapkan. Dalam pemeriksaan
bakteri golongan coliform ada dua macam, yaitu bakteri golongan coliform non fekal dan bakteri
coliform fekal. Coliform non fekal berasal dari hewan atau tanaman yang sudah mati, misalnya
Enterobacter aerogenes. Sedangkan coliform fekal berasal dari kotoran manusia dan hewan,
misalnya Escherichia coli.
Untuk mengetahui jumlah coliform dalam suatu sampel dapat digunakan metode jumlah
perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform. Prinsip dari metode ini adalah fermentasi laktosa
selama 24 jam oleh bakteri coliform yang akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh
tabung Durham dalam tabung uji. Bakteri coliform memilki kemampuan menguraikan laktosa
sebagai sumber karbon sedangkan kelompok mikroba usus yang lain tidak. Sebagai indikator
adanya proses penguraian laktosa menjadi asam, maka ke dalam medium ditambahkan indikator
bromcressol purple (Bcp) yang berwarna ungu dalam keadaan netral dan berwarna kuning dalam
suasana asam.
Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap, yaitu uji penduga, uji
penetapan, dan uji lengkap. Hasil pengujian uji lengkap, selain membuktikan uji pertama juga
dapat menentukan jenis bakteri coliform yang terdapat dalam sampel.
Escherichia Coli telah dikenal sebagai mikroba yang berkaitan dengan keterbuangan atau
keracunan makanan. Tapi menurut Prof Thimas Wood, Departemen Teknik Kimia Universits
Texas memiliki opini yang mengejutkan untuk bakteri ini. Menurutnya E.Coli dapat
23
dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan hidrogen dengan jumlah yang berarti,
bahkan dapat memproduksi sekitar 140 kali hidrogen yang diproduksi oleh proses alam.
Penemuan ini dapat dipandang sebagai batu loncatan untuk ekonomi berbasis hidrogen di
masa depan. Terbarukan, bersih dan efisien adalah kata kunci dari teknologi fuel cell. Kini
hidrogen umumnya diproduksi melalui proses "pemecahan air". Proses ini membutuhkan
penggunaan energi yang besar dan mahal. E. coli sendiri telah digunakan sebelumnya dalam
produksi hormon insulin dan pembuatan vaksin. Prof Wood dan timnya telah
mentransformasi bakteri-bakteri ini menjadi pabrik hidrogen mini, dengan menghapus enam
gen spesifik dari DNA E. coli. Pabrik ini membutuhkan pasokan energi dari gula. Kecepatan
mengkonversi gula yang alamiah dari E. coli ditingkatkan berkali-kali lipat. E. coli memiliki
5000 gen yang dapat bertahan bahkan dalam lingkungan yang kurang mendukung. Hidrogen
dapat diproduksi melalui proses fermentasi, tapi menurut Prof Wood ini tidak membutuhkan
mesin yang kompleks untuk pemanasan yang ekstensif atau listrik yang banyak. Reaktor
yang beliau desain beratnya kurang dari 250 galon bahan bakar yang dapat mensuplai
hidrogen untuk rumah untuk penggunaan 24 jam.
Dengan adanya sains, bakteri yang asalnya berbahaya dapat dimanfaatkan untuk
sesuatu yang berguna. Maka hal yang demikian sangat diperlukan dan patut dicontoh karena
dalam krisis global harus ada alternatif lain sebagai antisipasi krisis yang serba terbatas.
E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang
merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat
patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli
Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli
dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran
manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum
mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml.
Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional
yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7
hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most
probable number ), Uji penetapan pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose
broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-
Praskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan
diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe
dari E. coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan
maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu
23
seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan
memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal.
Uji Kualitatif Koliform
Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji penduga (presumptive
test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Uji penduga
jugamerupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN.
1.Uji penduga (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan
terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli.
Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat
dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume didalam tabung Durham. Banyaknya
kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang
menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN.
Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk
cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam
pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham,
dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri.
MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.
2. Uji penetapan (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam
dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin
Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara
aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-
warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir
untuk kelompok koliform lainnya.
3. Uji pelengkap (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri
Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam
medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi
23
secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk
asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli.
Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli
menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan
koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan
dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu
seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak
dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya
coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection
Agency (USEPA)
lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan
adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan
presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang
diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform.
Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif
mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian indikator
sanitasi lain seperti protozoa
Giardia lamblia dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat
perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary
contact water) misalnya
mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih
ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml.
4. Uji identifikasi
Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan
Citrat).
Uji Indol
Bakteri yang tergolong grup fekal dapat memecah asam amino triptofan dan menghasilkan
suatu senyawa berbau busuk disebut indol. Adanya indol dapat dibuktikan dengan cara
menambahkan pereaksi atau zat yaitu pereaksi Konvacks (Metode Konvacks) yang
mengandung amil alcohol, atau Kristal asam oksalat (Metode Gnezda) ke dalam piaraan
koliform dalam asam amino triptofan. Hasil positif terbentuknya indol dapat ditandai dengan
23
berubahnya warna media yang mengandung triptofan menjadi merah tua (Metode Konvacks)
atau menjadi merah muda (Metode Gnezda).
Uji Methyl Red
Escherichia coli sebagai coli fekal memfermentasikan media menghasilkan asam lebih
banyak dari pada asam yang dihasilkan oleh coli non fekal seperti Enterobacter aerogenes.
Asam yang dihasilkan oleh E. coli itu menyebabkan turunnya pH media yang mengandung
0,5 % glukosa menjadi sekitar pH 5,0 sehingga akan menyebabkan indicator “methyl red”
yang ditetesan kedalam piaraan akan berwarna merah. Sementara asan yang dihasilkan E.
aerogenes hanya sedikit dan hanya menurunkan pH media sampai sekitar pH 6 (> pH 5)
sehingga indikator “methyl red’ akan berwarna kuning. Timbulnya warna merah
menunjukkan hasil positif, sementara warna kuning menyatakan hasil uji negatif.
Uji Voges Proskauer
Uji voges proskauer menggunakan dasar bahwa coli fekal tidak membentuk asetil karbinol
(asetoin) sebagai hasil samping metabolisme karbohidrat, sementara bakteri coli non fekal
dapat menghasilkan asetoin. Asetoin dengan penambahan KOH dan udara akan teroksidasi
menjadi asetil. Dengan penambahan alfa naftol dan asam amino dalam media, maka diasetil
akan berwarna merah.
Uji Sodium Citrat
Dasar uji sitrat adalah penggunaan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon bagi coli non
fekal E. aerogenes, sementara bakteri coli fekal tidak dapat menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon. Penggunaan sitrat oleh coli non fekal dapat diketahui dengan adanya
pertumbuhan sel bakteri didalam media cair yang tampak adanya kekeruhan.
23
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bahan:
1. Sampel air (sirup orson)
2. Media laktosa cair dengan tabung Durham didalamnya
3. Media EMBA dan BGBB
4. Zat warna gram
Alat:
1. Cawan petri steril
2. Pipet
3. Pembakar bunsen
4. Jarum ose
5. Inkubator
Cara kerja:
1. Uji Duga
a. Inokulum 3 tabung reaksi berisi 10 ml laktosa cair konsentrasi lipat 2 (Double
Strenght) dengan masing-masing 10 ml sampel air.
b. Inokulum 3 tabung reaksi berisi masing-masing 10 ml laktosa cair (Single Strenght)
dengan masing-masing 1 ml sampel air.
c. Inokulum 3 tabung reaksi berisi masing-masing 10 ml laktosa cair (Single Strenght)
dengan masing-masing 0,1 ml sampel air.
d. Inkubasi piaraan itu dalam incubator suhu 37oC selama 2x24 jam.
e. Amati setiap 24 jam.
Adanya gas setelah 24 jam uji dinyatakan positif. Timbulnya gas setelah 24 jam pertama
dikatakan uji dengan hasil meragukan. Sedangkan tanpa gas setelah 48 jam dikatakan uji
negative, berarti air tidak tercemar banda tinja. Dengan hasil negatif pada uji duga, maka
uji penetapan dan uji lengkap tidak perlu dilakukan.
2. Uji Penetapan
Pada uji ini semua hasil uji duga positif maupun negative harus dilakukan.
23
a. Buat piaraan goresan pada EMBA atau EA dari piaraan dalam uji duga, dengan
inokulum yang paling sedikit dan hasilnya positif
b. Inkubasikan piaraan itu dalam inkubator suhu 37oC selama 2x24 jam
c. Amati pertumbuhan koloni tipikal yang menunjukkan hasil uji positif
3. Uji Lengkap
a. Ambil 2 koloni tipikal dari EMBA dan EA masing-masing diinokulasikan kedalam
laktosa cair dan yang lain digoreskan pada agar miring.
b. Inkubasikan pada inkubator suhu 37oC selama 2x24 jam.
c. Amati terbentuknya gas setiap 24 jam. Terbentuknya gas dalam tabung Durham
menunjukkan bahwa koloni tipikal itu adalah bakteri koliform yang tahap suhu tinggi
dan tidak lain adalah E. coli sebagai coli fekal. Artinya bakteri tersebut berasal dari
feses baru. Hal itu berkaitan dengan teori yang menyatakan bahwa E. coli tidak dapat
hidup lama diluar usus manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Sedangkan coli
non fekal adalah koliform selain E. coli yang dapat hidup di lingkungan parairan
setelah keluar dari usus. Parairan mengandung coli non fekal berarti pernah tercemar
tinja.
CARA KERJA PENENTUAN COLI FEKAL DAN NON FEKAL
1. Inokulum tabung berisi laktosa cair dan tabung durham dengan koloni tipikal pada
EMBA.
2. Inkubasikan dalam inkubator suhu 44,5oC selama 2x24 jam.
3. Amati terbentuknya gas setiap 24 jam. Terbentuknya gas dalam tabung durham
menunjukkan bahwa koloni tipikal itu adlah bakteri koliform yang tahap suhu tinggi dan
tidak lain adalah E. coli sebagai coli fekal. Artinya bakteri tersebut berasal dari feses
baru. Hal itu berkaitan dengan teori yang menyatakan bahwa E. coli tidak dapat hidup
lama diusus manusia atau hean berdarah panas lainnya. Sedangkan coli non fekal adalah
koliform selain E. coli yang dapat hidup di lingkungan perairan setelah keluar dari usus.
Perairan mengandung coli non fekal berarti pernah tercemar tinja.
Uji Indol
1. Buat piaraan cair bakteri dalam media triptofan broth dengan mentransfer piaraan cair
hasil uji lengkap.
2. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 35oC-37OC
23
3. Berikan 3-5 tetes pereaksi konvacks atau masukkan kertas oksalat dengan pinset
kedalam piaraan cair itu.
4. Diamkan selama 10 menit dan amati ada tidaknya perubahan perubahan warna media
cair menjadi merah tua atau merah kertas berubah menjadi merah muda.
Uji Methyl Red
1. Persiapkan media MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer) atau Proteosa Broth steril
dalam tabung.
2. Persiapkan media cair glokosa 1% pepton broth.
3. Buat piaraan cair pada masing-masing media yang telah dipersiapkan dengan cara
mengambil 1 ose piaraan cair dari uji lengkap.
4. Inkubasikan selama 5-7 hari pada suhu 35-37oC.
5. Teteskan 3-5 tetes indikator methyl red dan amati warna yang timbul. Warna merah
menunjukkan reaksi merah metal positif. Warna kuning menunjukkan reaksi merah
metal negatif.
Uji Voges Proskauer
1. Buat piaraan cair dalam media cair MR-VP dengan cara memindahkan piaraan uji
lengkap dengan jarum ose.
2. Inkubasikan selama 2x24 jam pada suhu 35-37oC.
3. Pindahkan 1 ml piaraan cair media MR-VP kedalam tabung reaksi steril.
4. Teteskan berturut-turut 0,6 ml larutan 0,5% larutan alfa naftol didalam alcohol
absolute dan 0,2 ml larutan KOH 40%.
5. Kocok tabung tersebut diamkan 2-4 jam, warna merah muda sampai merah
menunjukkan reaksi positif.
Uji Indol
1. Buat piaraan cair dalam media koser-citrat dengan memindahkan 1 ose piaraan cair
uji lengkap.
2. Inkubasikan selama 2-4 hari pada suhu 35-37oC.
3. Amati adanya kekeruhan dalam media cair Koser-Citrat. Apalagi ditambahkan
indicator bromotimol biru, maka media akan berubah warna dari hijau muda menjadi
biru, (light green to blue).
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Sampel Uji Duga Uji Penetapan Uji Lengkap
1 Sirup orson
10 ml LBDS ada 2
gelembumg gas
1 ml LBSS ada 3
gelembung gas
0,1 ml LBSS ada 2
gelumbung gas
Hasil yang didapat (-) Hasil yang didapat (-)
Pembahasan:
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dari sampel air sirup orson dalam uji duga
didapat tabung durham 10 ml LBDS ada 2 gelumbung gas, tabung durham 1 ml LBSS ada 3
gelumbung gas, dan tabung durham 0,1 ml LBSS ada 2 gelembung gas. Dan dalam uji
penetapan hasil yang diperoleh negatif dan dapat di pastikan dalam uji ini terbentuknya
koloni atipikal, dalam uji lengkap hasil yang didapatpun negatif dan dipastikan tidak
menimbulkan gas.
Dalam uji cemaran koliform dalam sediaan cair. Bakteri koliform berada didalam air berasal
dari bahan-bahan tinja dari usus manusia atau hewan berdarah panas. Kehadiran bakteri
koliform didalam air itu juga mengandung jasad pathogen yang berasal dari usus dan
penyebab penyebab penyakit perut. Dengan ditemukannya bakteri koliform terutama
Escherichia coli, maka diduga keras bahwa air itu mengandung patogen penyebab sakit perut.
23
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang
merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat
patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli
Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli
dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran
manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum
mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml.
Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih
banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat
tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ),
Uji penguat pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji
Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan
citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan
seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E.
coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat
dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti
O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan
memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal.
23
HASIL GAMBAR YANG DIDAPAT
23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penanganan makanan oleh manusia mulai dari pemanenan, hasil tanaman dan
pemotongan hewan untuk konsumsi manusia, memberikan peluang bagi mikroorganisme
untuk mengkontaminasi makanan. Praktek yang tidak bersih dari pengolahan makanan,
kondisi pekerjaan yang tidak higienis, penyimpanan, pendinginan, dan prosedur penyiapan
yang tidak sempurna dapat meningkatkan kontaminasi bakteri patogen.
Makanan yang terkontaminasi dapat menjadi sumber bagi penyakit infeksi seperti
demam tifoid, kolera dan disentri. Bakteri dapat menyebar melaui feses dan melalui rute oral
dengan air minum yang terkontaminasi feses manusia maupun hewan. Salmonella merupakan
bakteri patogen utama yang mengkontaminasi makanan. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif
yang dilakukan oleh centers for disease control and Prevention United States pada tahun
2000.
Tujuan Percobaan
Mendeteksi bakteri salmonella yang mungin ada pada beberapa sampel makanan dan
minuman dengan melalui proses pengambilan sampel, lalu pra pengkayaan, pengkayaan
selektif, isolasi, dan identifikasi.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu kami
secara langsung mempelajari dan menggunakan terhadap objek yang teliti Studi Pustaka.
Kami membaca buku-buku artikel dari media cetak seperti buku panduan dan media
elektronik seperti internet. Sebagai bahan referensi yang mendukung tema laporan ini.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Salmonella
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah
demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica
adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis S. typhi menyebabkan penyakit demam
tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,
yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam,
mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan
tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil
dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka
yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga
kebersihan.
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya
adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar,
bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA
merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt
yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram
negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan
menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri
lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa,
dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat
memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal
dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-
kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media
HEA, yaitu fuscin asam dan bromtimol blue.
23
Salmonella adalah bakteri penyebab penyakit karena makanan. Dalam rangka
mengurangi salmonellosis, pendekatan penyuluhan dan keamanan pangan diperlukan. Petani,
industri, makanan inspektur, pengecer, pekerja makanan layanan, dan konsumen masing-
masing kritis dalam keamanan makanan. Pernyataan ini menjawab pertanyaan-pertanyaan
umum tentang bakteri "Salmonella," menggambarkan bagaimana Keselamatan Makanan dan
Inspeksi Service (FSIS) Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) adalah menangani
masalah Salmonella "kontaminasi" pada produk daging dan unggas, dan menawarkan
panduan untuk makanan yang aman penanganan untuk mencegah bakteri, seperti
"Salmonella," yang menyebabkan sakit.
Salmonella adalah bakteri gram negatif, basil gram berbentuk batang yang dapat
menyebabkan penyakit diare pada manusia. Bakteri tersebut adalah makhluk hidup
mikroskopis yang didapatkan dari kotoran manusia atau hewan untuk menularkan orang lain
atau hewan lainnya.
Keluarga Salmonella mencakup lebih dari 2.300 serotipe bakteri yang bersel satu
organisme terlalu kecil untuk dilihat tanpa mikroskop. Dua jenis, Salmonella enteritidis dan
Salmonella typhimurium adalah yang paling umum di Amerika Serikat dan account untuk
setengah dari semua infeksi manusia. Strain yang tidak menyebabkan gejala pada hewan bisa
membuat orang sakit, dan sebaliknya. Jika hadir dalam makanan, biasanya tidak
mempengaruhi rasa, bau, atau penampilan dari makanan. Bakteri hidup dalam saluran usus
hewan yang terinfeksi dan manusia. Bakteri Salmonella telah diketahui menyebabkan
penyakit selama lebih dari 100 tahun. Bakteri tersebut ditemukan oleh seorang ilmuwan
Amerika, Dr Daniel E. Salmon.
Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Menurut Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), salmonellosis menyebabkan 1,4 juta kasus
penyakit bawaan makanan diperkirakan dan lebih dari 500 kematian setiap tahunnya di
Amerika Serikat. Laporan Surveillance dari Food Penyakit Aktif Surveilans ( FoodNet )
untuk tahun 2004, Salmonella diidentifikasi sebagai infeksi bakteri yang paling umum
dilaporkan. (42% Salmonella, Campylobacter 37%, 15% Shigella, 2,6% E. coli O157: H7,
dan 3,4% lainnya seperti Yersinia, Listeria, dan Vibrio).
23
Pencegahan Salmonellosis:
1. Biasakan mencuci tangan dengan bersih dan menjalankan pola hidup sehat.
2. Menjauhkan makanan dan minuman dari tempat tempat yang kotor.
Penyimpanan dan Penyusunan Sampel
Sampel feses diuji klinis adalah bahan yang paling sering untuk Salmonella. Hewan kotoran
dan sumber air juga dapat diuji. Sejumlah besar bahan makanan dan produk makanan secara
rutin diuji oleh industri makanan, karena adanya Salmonella pada setiap makanan siap saji
tidak dapat diterima. Berbagai macam makanan dapat diuji, tapi produk daging, telur dan
produk susu merupakan perhatian khusus. Makanan lain dan bahan-bahan mana tes reguler
diperlukan termasuk, penganan coklat, bumbu dan rempah-rempah, salad segar, buah-buahan,
biji-bijian dan kacang-kacangan, tepung dan kerang. Sampling dari carcases hewan di potong
juga dapat dilakukan.
Salmonella tidak dapat tumbuh pada suhu rendah dan sampel harus didinginkan jika mereka
tidak dapat dikirim untuk analisis segera. Sel-sel bertahan hidup baik dalam makanan beku
dan bahan lainnya, tetapi sampel harus disimpan beku sebelum pengujian. Biasanya, sampel
makanan 25g yang dibudidayakan dalam pengujian deteksi, tetapi makanan kering
memerlukan tahap resusitasi untuk sub-mematikan sel-sel yang rusak dalam media pra-
pengayaan non-selektif, seperti air pepton buffered, sebelum budaya lebih lanjut. Selain itu,
beberapa makanan kering, terutama bumbu dan rempah-rempah dan bawang kering,
mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella pada kultur.
Senyawa ini harus dinetralisir, baik dengan penambahan agen menetralkan yang cocok, atau
dengan pengenceran tambahan.
Metode Tradisional - sampel klinis biasanya berbudaya langsung ke media agar selektif,
seperti xylose-Lysine-Desoxycholate (XLD) agar, dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama
18-24 jam. Selain itu, sampel tinja biasanya diinokulasi ke dalam kaldu pengayaan selektif,
seperti kaldu sistin Selenite dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 18-24 jam, sebelum
plating keluar ke agars selektif.
Ada metode yang sekarang horizontal ISO, ISO 6579: 2002, untuk deteksi Salmonella spp.
dalam pakan makanan dan hewan. Metode tersebut telah diperbaharui pada 2007 menjadi
23
termasuk pengujian sampel kotoran hewan dan lingkungan dari produksi primer. Metode
standar serupa telah diterbitkan di tempat lain oleh badan-badan lainnya, khususnya di
USFDA Bakteriologis Analytical Manual (BAM). Tahap pertama dalam metode
pendeteksian tradisional untuk sampel makanan sebagian besar biasanya merupakan budaya
pra-pengayaan dalam media cair selektif non-seperti air pepton buffered, diinkubasi pada
suhu 37 o C selama 18 jam. Modifikasi metode pra-pengayaan mungkin diperlukan untuk
sampel yang mengandung senyawa penghambatan. Pra pengayaan budidaya kemudian
biasanya disubkultur ke dua pengayaan media selektif yang berbeda, seperti Rappaport kaldu
Soy Vasiliadis (RVS) dan Muller-Kauffmann Tetrathionate-Novobiocin (MKTTn) kaldu, dan
diinkubasi selama 24 jam lagi di 41,5 o C (RVS ) atau 37 o C (MKTTn).
Budidaya pengayaan selektif biasanya diinokulasikan pada setidaknya dua media agar
selektif dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Metode ISO menetapkan agar-agar
XLD dan satu media selektif opsional. Berbagai alternatif yang tersedia, termasuk agar-agar
sulfit Bismuth, Brilliant Green dan Hektoen agar-agar agar-agar enterik. Sejumlah media agar
selektif berkromogen khusus dirancang untuk diferensiasi koloni Salmonella tersedia secara
komersial. Salmonella khas koloni pada agar selektif subkultur ke media non-selektif
sebelum pengujian konfirmasi.
Metode Rapid - Ini dapat mengambil setidaknya tiga sampai lima hari untuk mendapatkan
hasil yang menggunakan metode tradisional untuk deteksi Salmonella spp. Untuk alasan ini
sejumlah besar metode alternatif skrining cepat telah dikembangkan untuk memproduksi
hasil yang lebih cepat untuk contoh makanan dan lingkungan. Banyak dari ini tersedia secara
komersial dan telah berhasil divalidasi oleh AOAC dan / atau AFNOR. Database AOAC dari
metode diuji kinerja berisi lebih dari 20 produk untuk deteksi cepat Salmonella.
Salmonella rapid test kit dan penyaringan memanfaatkan teknologi yang berbeda, termasuk
teknik budidaya pemisahan immunomagnetic, EIA-dan-berdasarkan tes ELISA dilengkapi
atau colorimetric deteksi fluorescent, sederhana pengujian aliran lateral menggabungkan
teknologi immunochromatographic, dan teknik molekuler seperti hibridisasi DNA dan PCR-
berdasarkan tes. Beberapa metode dapat otomatis untuk layar sejumlah besar sampel.
Hampir semua protokol tes cepat mencakup tahap pengayaan selektif, dan kemudian
menerapkan konsentrasi dan / atau teknik deteksi cepat untuk menggantikan budaya pada
agars selektif dan tes konfirmasi lebih lanjut.
23
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Uji salmonella
Ruang Lingkup : Uji salmonella dalam makanan dan obat tradisional.
Alat : Cawan petri, tabung reaksi, pipet volume, jarum ose, lampu Bunsen.
Bahan : Alkohol 70%, aquadest, bahan makanan/ minuman/ obat tradisional.
Cara Kerja :
1. Pengambilan sampel
a. Jika dilakukan pengambilan sampel daging mentah, jeroan dan ikan mentah
dilakukan penyimpanan sampel di media pengkaya setiap 25 gr disimpan di 225
ml Brilliant Green.
b. Setiap 25 gr daging, jeroan, ikan, yang telah dipanaskan diolah atau dikeringkan
dilakukan pengkayaan dengan memasukkan ke medium 225 ml Lactose Broth.
c. Jamu bentuk serbuk: ditimbang 10 gr cuplikan ke dalam 90 ml larutan pengencer
(Pepton Dilution Fluid) hingga diperoleh pengenceran 1:10 dihomogenkan dan di
lanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan.
d. Jamu bentuk rajangan: jamu tersebut dipotong – potong dengan pisau steril
menjadi bagian kecil, tumbuk dengan mortar hingga jadi partikel – partikel kecil,
semua dikerjakan dalam suasana aseptis. Timbang 25 gr cuplikan campur dengan
225 ml larutan Pepton Dilurtion Fluid hingga diperoleh pengenceran 1:10.
23
e. Jamu bentuk kapsul: timbang 10 gr cuplikan kedalam Erlenmeyer steril
tambahkan 90 ml larutan Pepton Dilurtion Fluid hingga diperoleh pengenceran
1:10 dikocok hingga seluruh kapsul hancur.
2. Pra pengkayaan (Pre – enrichment)
Ambil bahan makanan atau obat tradisional yang akan diujikan masukan ke dalam
medium Lactose Broth (LB) inkubasi 37oC selama 18 – 24 jam.
3. Pengkayaan selektif
Dipipet masing – masing 5 ml biakan LB kedalam 50 ml media TBGB (Tetrahionate
Brilliant Green Broth) inkubasi pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam.
4. Isolasi
Dari medium TBGB ambil satu masa ose diinokulasikan pada medium BGA pada
suhu 37oC selama 24 jam. Pada BGA koloni dari tidak berwarna menjadi merah muda
hingga merah, dari transparan hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga
merah muda hingga merah.
5. Identifikasi
Diambil 2 atau lebih koloni tumbuhkan pada medium TSIA (Triple Sugar Iron Air)
dengan cara goresan. Inkubasi pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam. Biakan diduga
salmonella positif jika ada pada TSIA terlihat warna merah pada permukaan agar,
warna kuning pada dasar tabung dengan satu atau tanpa pembentukan H2S.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Sampel Pre-Enrichment Pengkayaan Isolasi Identifikasi
1 Makaroni - - - -
Pembahasan:
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dari sampel makan makaroni dalam uji
pra-pengkayaan hasil yang didapat negatif, dan dalam uji pengkayaan selektif hasil
yang didapat negatif, hasil uji isolasi hasil yang didapt negatif, sehingga di uji
identifikasi hasilnya pun negatif.
Sehingga dalam pengujian Salmonella dapat dikatakan sampel makanan macaroni
yang kami uji tidak ditemukan Salmonella typi.
23
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Salmonella adalah bakteri patogen pada telur atau daging unggas yang dapat
menyebabkan penyakit perut (gastroenteritis) pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui angka lempeng total bakteri (ALT) dan jenis-jenis bakteri Salmonella yang terdapat
pada telur ayam ras. Bahan penelitian yang digunakan adalah delapan sampel telur yang
diperoleh dari peternakan ayam ras di kabupaten Mojokerto. Metodologi yang digunakan adalah
uji angka lempeng total dengan metode agar tuang, pewarnaan Gram dan uji biokimia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata angka lempeng total bakteri adalah 104 dan
jenis bakteri yang ditemukan adalah S. typhi.
Salmonella adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang bukan pembentuk spora
yang terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat patogen baik pada
manusia atau hewan. Bakteri ini bukan indikator sanitasi , melainkan bakteri indikator
keamanan pangan . Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini
bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam air atau makanan dianggap membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu berbagai standar air minum maupun makanan siap santap
mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 100 ml air minum atau 25 gram sampel makanan.
Pengujian Salmonella juga memerlukan tahapan yang cukup panjang dan hanya
dengan pengujian lengkap maka seseorang bisa menyimpulkan keberadaan Salmonella . Uji
Salmonella umumnya didahului dengan tahap pre-enrichment pada medium kaya untuk
meyembuhkan sel Salmonella yang luka (injured), selective-enrichment (pengkayaan
selektif) pada media selektif untuk menghalau bakteri-bakteri non Salmonella , tahap isolasi
pada beberapa media selektif dan tahap identifikasi berdasarkan reaksi-reaksi biokimia pada
media identifikasi dan konfirmasi serologi atau biokimiawi yang menetapkan apakah bakteri
tersebut benar-benar Salmonella atau bukan.
23
HASIL GAMBAR YANG DIDAPAT
23
DAFTAR PUSTAKA
Hans, G. Schlegel, 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam: Yogyakarta, Penerbit Gajah
Mada University Press.
Michael, J. Pleczar. Jr., dan E. C. S Chan, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi: Jakarta, Penerbit
University UI Press.
Centers for Disease Control and Prevention
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1809847-bakteri-coli-sumber-energi-masa-depan/Diakses pada 09/03/2010.
http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_bctrindktr.php