Cahyo Hasanudin, M.Pd.
Beberapa Masalah
Kritik Sastra Indonesia Modern
Pertemuan ke-12
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
Masalah pertama tidak sesuainya karyasastra dengan dasar kritik sastra ataukriteria untuk menyaring karya sastra yanghendak diterbitkan, yaitu dasar kritikpragmatik yang merupakan aturan BalaiPustaka. Contohnya kasus Salah Asuhandan Belenggu
Masalah kedua, pada periode PujanggaBaru ada masalah perbedaan dasar
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
Kritik sastra untuk menciptakan karyasastra. Yaitu “seni untuk seni”, “senibertendens”, dan “seni untuk rakyat”
Pada akhir tahun 1940-an, masuklah pahamhumanisme universal dalam seni dan sastraIndonesia. Yaitu sastra borjuis-patriotik(Pramoedya Ananta Toer)
Pada awal tahun 1950-an ada masalah“krisis kesusastraan” karena pada awal
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
tahun1950-an itu dianggap tidak ada karya-karya sastra yang bernilai sastra tinggi
Pada periode 1950-1965 tokoh-tokoh sastraLekra membuat serangan terhadap karyasastra dan sastrawan di luar Lekra secaragencar, yaitu tentang Tenggelamnya Kapalvan der Wijck roman Hamka
Pada paro kedua tahun 1960-an, timbulpula masalah khusus dalam kritik sastra
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
dengan dimuatnya cerpen Ki Pandjikusminyang berjudul “Langit Makin Mendung”dalam majalah sastra
Pada paro kedua tahun 1960-an s.d. 1975terjadi perdebatan dalam bidang metode(teori kritik sastra) antara pengikut kritiksastra ilmiah (kritik objektif) yang dikenalsebagai “kritik analitik” dengan pengikut“kritik sastra metode Ganzheit”.
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
Pada awal tahun 1970-an, terjadiketidakpuasan para penyair muda terhadapsajak-sajak dan penyair yang sudah mapan”,terutama yang berkubu di majalah Horizon.Dengan demikian, timbul “puisi Mbeling”yang dimuat dalam majalah Aktuil. “Puisimbeling” ini dipanglimai oleh Remy Sylado(Japie Tambajong). Kemudian, “Puisimbeling” ini dikenal dengan nama “puisilugu”
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
Pada sekitar pertengahan tahun 1980-an,terjadilah polemik sekitar masalah “sastrakontekstual”. Polemik ini dibukukan olehAriel Heryanto
Pada paro kedua tahun 1980-an, timbulmasalah kritik sastra di Indonesia, terutamadengan timbulnya karya-karya sastra yangmenunjukkan latar belakang sosial budayaIndonesia (nusantara) yang khusus
A. Masalah-Masalah Khusus dalam Kritik SastraIndonesia Modern
Pada tahun 1984, Subagio Sastrowardojo telahmenyatakan penolakan terhadap teori sastraBarat (yang baru) untuk diterapkan begitu saja(begitu saja) dalam mengkritik karya sastraIndonesia
Pada awal tahun 1988 diadakan seminar kritikdan teori sastra di Universitas Bung HattaPadang untuk mendorong terbentuknya teorisastra dan kritik sastra yang sesuai dengankarya sastra Indonesia sendiri.
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Pada mulanya Abdullah S.P. menuduhHamka melakukan plagiat dengan bukunyaTenggelamnya Kapal van der Wijck
Tuduhan plagiat ini bukan hanya bersifatkasus kritik sastra saja, melainkan jugaterkandung tujuan politik untukmenjatuhkan lawan partai
Abdullah S.P. menuduh Hamka menjiplakmentah-mentah buku Magdalaine karyapujangga Mesir Manfaluthi yang
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Merupakan terjemahan karya AlphonseCaré (nama menurut Abdullah), pujanggaPerancis
Buku Manfaluthi dalam Bahasa Arab (cet.Ke-11), buku Hamka (cet. Ke-7), 1958.dikemukakannya bahwa yang dijiplakadalah tema, isi, dan napasnya. Hamkahanya mengganti tempat kejadian dantokoh-tokohnya dan menggunakan warnasetempat
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Tuduhan yang bersifat poletis itu menjadisemakin hebat setelah Pramoedya AnantaToer campur tangan “menolong” Abdullahdalam membuat kerangka penelitian ideascript untuk lebih meyakinkan lagi bahwabuku Hamka itu “jiplakanmentah-mentah”
Suara merdeka melontarkan bahwa Hamkamelakukan skandal besar dalamkesusatraan dengan menjiplak karya oranglain dan Suara Merdeka menginginkanHamka diadili
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Harian Rakyat menuduh Hamka sebagaidoktor Plagiator
Hamka memberikan keterangan kepadawartawan Berita Minggu bahwa memang iaterpengaruh Manfuluthi, juga dalam GemaIslam.
Hamka mengharapkan agar TenggelamnyaKapal van der Wijck diteliti secara ilmiaholeh ahli sastra untuk menentukan apakahhasil curian, saduran, atau asli secara pasti.
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Hamka berharap dibentuk panitiakesusatraan yang bersifat ilmiah di bawahFakultas Sastra Universitas Indonesia,Hamka bersedia akan memberikanketerangan
Tuduhan plagiat itu ditolak oleh beberapatokoh, diantaranya H.B. Jassin, Rusjdi, UmarJunus, Ali Audah, dan Soewardi Idris
B. Kasus Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Seperti dikemukakan Jassin, roman Hamkaitu bukan plagiat atau jiplakan karenaHamka tidak hanya menerjemahkan danmembubuhkan nama sendiri dalamterjemahan itu, melainkan ia menciptakankarya dengan “seluruh Kepribadiannya”.Dengan demikian kasus TenggelamnyaKapal van der Wicjk itu menjadi masalahhubungan intertekstual, bukan masalahjiplakan.
C. Kasus “LangitMakinMendung”
“Langit Makin Mendung” cerpenKipanjikusmin dimuat dalam majalah SastraNo. 8, Tahun VI, Agustus 1968, hlm. 3-8,Kemudian cerpen itu menimbulkan kasusapa yang disebut Jassin “Heboh Sastra1968”.
“Heboh Sastra 1968” adalah buku Jassinyang merupakan pertanggungjawabanJassin sebagai pemimpin redaksi majalahsastra atas pemuatan cerpen kipanjikusmin
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Cerita itu menimbulkan sikap pro dankontra di antara umat Islam dan parasastrawan, karena pemuatan cerpen itumajalah tersebut dilarang beredar olehKejaksaan Tinggi Medan di daerahhukumnya karena cerpen tersebut“melukiskan suatu penghinaan terhadapabstraksi dari ke-Tuhanan serta kemuliaanNabi Muhammad. Cerpen tersebutdianggap menghina agama Islam
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Atas kemarahan para alim-ulama dan umatIslam, Kipanjikusmin secara terbuka mintamaaf kepada umat Islam tanggal 24Oktober 1968, pukul 10.30 pagi, di gedungDepartemen Penerangan, dan pernyataanKipanjikusmin itu secara lengkap dimuatdalam harian Kami, 25 Oktober 1968
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Isi cerpen itu secara ringkas sebagai berikut:
Para pansiunan nabi di sorga mengajukanpetisi kepada Tuhan untuk mengirimkanutusan turba ke bumi. Nabi Muhammadditunjuk sebagai utusan. Tuhan memintapenjelasan kepadanya untuk apa turba kebumi. Muhammad menerangkan hal itu sangatpenting untuk meneliti mengapa pada akhir-akhir ini sangat sedikit manusia yang masuksorga. Tuhan mengemukakan bahwa dunia
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Sudah boborok sekali, maka tidak ada gunanyaditengok. Akan tetapi, akhirnya Tuhan punmengizinkannya dengan menyuruh malaikatJibril menyertainya dan memberi tungganganburoq. Diadakan upacara pemberangkatandengan pidato Nabi Adam sebagi sesepuh ahlisorga dan atas nama seluruh ahli sorga iamengharapkan agar misi turba sukses. Tujuanutama Muhammad adalah Arab, daerahkelahirannya. Akan tetapi, di angkasa buroq
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Ditabrak sputnik Rusia. Sputnik dan buroqhancur, sedangkan Muhammad dan Jibrailterpental jatuh di atas awan di atas kotaJakarta. Jakarta tampak sebagai bagian darineraka.
Jibrail menerangkan seluk-beluk Jakartayang sudah bobrok itu kepada Muhammad,diterangkan tentang PBR (Pemimpin BesarRevolusi) Bung Karno sebagai nabi palsudengan ide nasakomnya (nasional, agama, dan
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Komunis), tentang komplotan komunis yanghendak menjatuhkan RI dengan pembunuhanpara jenderal di Lubang Buaya, peranan RRCdalam mendorong G30S, anjuran PBB untukmakan jagung, sagu, dan gaplek. Oleh semuakengerian itu, nabi lupa untuk pergi keMekkah, ke negeri Arab. Jibrail dan NabiMuhammad menyamar menjadi burungrajawali (burung elang) untuk melihat Jakartayang bobrok itu lebih dekat.
C. Kasus “LangitMakinMendung”
Bur Rasuanto menanggapi bahwa cerpen“Langit Makin Mendung” itu versi lain cerpenA.A. Navis “Robohnya Surau Kami”. Hanya saja,A.A. Navis berhasil mengangkat persoalan kedalam karya sastra bermutu tinggi, sedangkanKipanjikusmin tidak.
Taufik Ismail pun menyatakan bahwa “LangitMakin Mendung” tidak bermutu sastra, cerpenyang buruk. Akan tetapi, secara tidak langsungia menyatakan bahwa cerpen itu tidakbermaksud menghina Tuhan dan agama Islam.
D. Kasus Pengadilan Puisi
“Pengadilan puisi” telah terjadi di Bandungtanggal 8 September 1974. Sesungguhnya“Pengadilan Puisi” itu adalah bentukseminar atau diskusi sastra yang diubah“bentuk formal”-nya menjadi semacampengadilan, sidang pengadilan olok-olok,untuk kelucuan agar tidak menjemukan
“Pengadilan puisi” itu timbul akibatketidakpuasan sementara sastrawan mudaterhadap kehidupan sastra, khususnya puisi
D. Kasus Pengadilan Puisi
mutakhir, pada awal tahun 1970-an. Hal inimirip dengan masalah adanya “kriris sastra”awal tahun 1950-an. Bedanya, pada “masalahkrisis sastra” para ahli sastra (dan kebudayaan)pada waktu itu menganggap ada krisis sastraIndonesia modern karena tidak ada atau tidakterlahir karya-karya sastra bernilai, terutamatidak ada roman (novel) yang ditulis,sedangkan pada “pengadilan puisi” parasastrawan (penyair) muda menganggap karya-karya mereka yang cukup bernilai tidak ataubelum diperhitungkan oleh para kritikus padawaktu itu.
D. Kasus Pengadilan Puisi
“Pengadilan puisi” merupakan salah satu kasuspemberontakan angkatan muda terhadapangkatan tua, angkatan yang sudah mapan,ataupun pemberontakan terhadap kemapanansendiri, baik dalam bidang puisi (karya sastra)maupun bidang kritik sastra yang“mengokohkan” kemapanan itu.Pemberontakan terhadap kemapanan itudalam konotasinya pemberontakan terhadapketradisonalan atau ukuran-ukuran (penilaian)yang mutlak karena dogmatis.
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
1. A. Teeuw
A teeuw adalah mahaguru dalam bidangbahasa dan sastra Melayu dan Indonesia padaUniversitas Leiden (secara resmi mengakhirimasa dinasnya tanggal 1 September 1986)
Mempelajari bahasa dan sastra Indonesia diUniversitas Utrecht dan memperoleh gelardoktor sastra di universitas itujuga dengandisertasi yang berjudul Bhomakavya (1946).Jadi, menurut judul disertasinya ia adalah ahlibahasa dan sastra Jawa Kuno.
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
1. A. Teeuw
A teeuw selalu berhubungan denganIndonesia(berkunjung ke Indonesia) karenatelibat berbagai aktivitas ilmiah dalamrangka kersa sama Indonesia-Belanda. Diantaranya memberi penataran sastra padadosen-dosen Indonesia dan memberi kuliahsastra pada program S-2. aktivitas kuliahsastranya itu menghasilkan buku teorisastra berjudul Sastra dan Ilmu Sastra(1984)
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
1. A. Teeuw
Dalam Pokok dan Tokoh, kritik Teeuwberjenis impresionistik, judisial, dancenderung kepada tipe ekspresif meskipunkarya sastranya sendiri juga dipentingkan.
Biasanya dalam pembicaraan roman secarasingkat dibuat dahulu ringkasan cerita,sesudah itu baru dibuat komentar danpenilaian singkat. Misalnya tampak padakritiknya kepada Layar Terkembang
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
1. A. Teeuw
Dalam menilai ia membandingkan karyasastra yang ditinjaunya itu dengan karyasastra lain, baik karya pengarang itu sendirimaupun karya pengarang lain
Kriteria penilaiannya dengan dasar orientasimimetik, sesuai dengan aliran realisme.
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
2. Harry Aveling
Harry Aveling alias Swami Anand Haridas.Paling sedikit kehadiran tulisannya diIndonesia telah mendorong diadakannya“Pengadilan Puisi”, setidak-tidaknyamenjadi sandaran bagi dakwaan “PenuntutUmum”, di Bandung pada tanggal 8September 1974
Ia berada di Indonesia pada bulanDesember 1969 sampai Juni 1970.
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
2. Harry Aveling
Selama tinggal di Indonesia dan sesudahnyadia banyak menulis kritik sastra (terapan)dan esai tentang kesusastraan IndonesiaModern, di antaranya dimuat dalammajalah Horizon, Budaya Jaya, dan Basis
Sebagian tulisannya itu kemudiandibukukan di bawah nama barunya SwamiAnand Haridas, berjudul Sastra Indonesia:Terlibat atau Tidak? Diterbitkan olehpenerbit Kanisius Yogyakarta, 1986
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
2. Harry Aveling
Dalam sampul bukunya di atas, tertulis ialahir di Sydney Australia 30 Maret 1942.Lulus dari Universitas Sydney tahun 1966,menurut pengakuannya ia mendapat gelarM.A. Di bidang kesusastraan Indonesia dantelah mengajar kesusastraan Indonesiasejak tahun 1963
Pernah berkunjung ke Indonesia danMalaysia sebelum tahun 1969
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
2. Harry Aveling
Ia menerjemahkan karya-karya sastra Indonesiakedalam bahasa Inggris. Di antaranya adalah
1. Contemporary Indonesian Poetry (1975)
2. Rendra Ballads and Blues: Poems Translatedfrom Indonesian
3. Kapai-kapai drama Arifin C. Noer (Moths, 1974
4. Ziarah novel Iwan Simatupang (The Pilgrim,1975) dan Kooong (The Story of Pigeon)
5. Godlob kumpulan cerpen Danarto(Abracadabra, 1978)
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
2. Harry Aveling
Ia datang dari latar belakang tradisi kritikyang pragmatik, kurang emosional,cenderung ke arah sinisme dan sekaligusjuga ke arah moral Inggris dan berlatarbelakang pula praktik-praktik kritik yangdidapatnya dari new criticism (karya sastrabaru dari kaum New Critics)
Corak dan jenis kritiknya bersifat akademik
E. Para Kritikus Asing dalam Kesusastraan IndonesiaModern
3. Anthony H. Johns
Ia datang dari latar belakang tradisi kritikyang pragmatik, kurang emosional,cenderung ke arah sinisme dan sekaligusjuga ke arah moral Inggris dan berlatarbelakang pula praktik-praktik kritik yangdidapatnya dari new criticism (karya sastrabaru dari kaum New Critics)
Corak dan jenis kritiknya bersifat akademik