ANALISA RADIO LOKOMOTIF PADA SISTEM
KOMUNIKASI PERKERETAAPIAN
STASIUN JATINEGARA PT. KERETA API
INDONESIA (PERSERO)
Disusun Oleh :
OKGHI ADAM QOWIY (15411433)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KONSENTRASI ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Okghi Adam Qowiy, 15411433
ANALISA RADIO LOKOMOTIF PADA SISTEM KOMUNIKASI PERKERETAAPIAN STASIUN JATINEGARA
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
Penulisan Ilmiah. Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, 2015
Kata Kunci : Kereta Api, Komunikasi, Radio, Lokomotif, Transceiver.
(xii + 48 + lampiran)
Transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Atas dasar
itulah, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) senantiasa berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
penyediaan sarana transportasi yang handal dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang tinggi. Untuk mendukung hal
tersebut dalam suatu perjalanan kereta api dibutuhkan sistem telekomunikasi antara Masinis yang bertugas menjalakan kereta
api dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Maka dari itu, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menggunakan Radio
Lokomotif untuk melakukan pemantauan dan komunikasi terhadap perjalanan kereta api. Radio Lokomotif memiliki dua
buah modul utama, antara lain Locomotive Transceiver Unit (LTU) dan Locomotive Radio Control Unit (LRCU). LTU
merupakan modul yang berfungsi untuk mengontrol keluar dan masuknya sinyal informasi komunikasi. Sedangkan, LRCU
merupakan modul yang memiliki bentuk seperti pesawat telepon karena berfungsi untuk pengoperasian dari Radio
Lokomotif. Prinsip kerja dari Radio Lokomotif dibagi menjadi dua bagian yaitu penerimaan dan pengiriman persinyalan
radio komunikasi yang bertumpu pada Radio Transceiver dalam LTU. Pengoperasian Radio Lokomotif diawali dengan
pemilihan saluran frekuensi komunikasi dengan stasiun wilayah tertentu. Pemilihan frekuensi bertujuan agar Masinis dapat
berkomunikasi dengan PPKA pada stasiun wilayah tersebut dan jenis-jenis pangilan komunikasi yang dapat dilakukan oleh
Masinis, antara lain Panggilan Normal, Panggilan Prioritas, dan Panggilan Darurat.
Daftar Pustaka (1990 - 2014)
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Saat ini, kebutuhan yang sangat mendesak adalah adanya sarana
transportasi massal yang aman dan nyaman. Salah satu alternatif sarana transportasi massal yang
dapat memenuhi kebetuhan tersebut adalah kereta api. Akan tetapi, hal ini menimbulkan dampak
semakin padatnya arus lalu lintas kereta api dan semakin cepatnya pergerakan kereta api,
sehingga dibutuhkan suatu pengaturan sistem lalu lintas serta pengaturan perjalanan kereta api
yang handal, cepat, dengan tingkat keamanan yang tinggi. Namun, sejalan dengan tuntutan
semakin banyaknya kereta api yang berjalan pada suatu jalur rel maka fungsi telekomunikasi
sangat dibutuhkan. Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi, maka peralatan
telekomunikasi tersebut mulai dipasang guna melengkapi sarana perkeretaapiaan. Saat ini, PT.
Kereta Api Indonesia telah menggunakan sistem telekomunikasi Radio Lokomotif yang
digunakan sebagai sarana komunikasi antara Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) dengan
Masinis yang bertugas menjalakan kereta api sehingga PPKA dapat
mengontrol perjalanan kereta api.
Batasan Masalah
Permasalahan dalam Penulisan Ilmiah ini dibatasi dalam Radio Lokomotif pada sistem
komunikasi perkeretaapian PT. Kereta Api Indonesia. Maka yang dibahas adalah sebagai berikut:
• Prinsip dasar Radio Lokomotif.
• Prinsip kerja Radio Lokomotif dengan dibatasi hanya pada blok diagram.
• Penggunaan atau pengoperasian Radio Lokomotif.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah untuk menganalisa Radio Lokomotif
sebagai sarana komunikasi operasional PT. Kereta Api Indonesia dengan menggunakan sistem
telekomunikasi Radio Lokomotif buatan pabrik LSE dan SIMOCO.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO)
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan
jalan Kereta Api di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
Mr. L. A. J. Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J. P. de Bordes dari
Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk
angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan Kereta Api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta
Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah
tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan
sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan
lagi urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945
sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta
Api Republik Indonesia (DKARI).
Logo dan Visi Misi PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO)
Logo
3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT. Kereta Api Indonesia
dalam mencapai Visi dan Misinya.
2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan)
yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.
1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus
dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders.
Anak panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki
insan PT. Kereta Api Indonesia dalam mewujudkan Pelayanan Prima.
Visi dan Misi
Visi menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan
stakeholders.
Misi menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model
organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan
4 pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.
BAB III
LANDASAN TEORI
Sistem Telekomunikasi
Gambar Blok Diagram Sistem Telekomunikasi
Secara bahasa, Telekomunikasi berasal dari kata Tele yang berarti jauh dan Komunikasi
yang berarti proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem simbol bersama.
Sedangkan, menurut Undang-undang RI no. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi,
Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dari setiap
informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Prinsip kerja dalam suatu sistem
telekomunikasi dapat digambarkan seperti blok diagram diatas.
Penjelasannya sebagai berikut :
• Sumber: informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Informasi tersebut dapat berupa suara,
gambar, data, kode, dan simbol.
• Pemancar: alat atau rangkaian yang mengubah informasi yang akan dikirimkan ke dalam
bentuk sinyal yang sesuai dengan media transmisi yang akan dilaluinya.
• Kanal Komunikasi (Media Transmisi): media pengiriman sinyal dari satu tempat ke tempat
lain. Media tersebut dapat berupa kabel kawat, serat optik, dan gelombang elektromagnetik.
• Penerima: alat atau rangkaian yang mengubah kembali sinyal yang diterima dari media
komunikasi ke bentuk semula (informasi).
• Tujuan: seseorang atau tempat yang menjadi tujuan dari informasi tersebut dikirimkan.
• Noise (derau): energi random yang tidak diinginkan, tetapi selalu muncul dalam setiap proses
transmisi. Noise dapat dikatakan sebagai gangguan dari sinyal yang dikirimkan, sehingga
menimbulkan kesalahan pada penerimaan. Contoh noise yaitu gangguan dari alam dan
kebocoran saluran tegangan tinggi.
Sistem Radio Transceiver
Gambar Blok Diagram Radio Transceiver
Radio Transceiver dapat memancarkan sekaligus menerima gelombang radio. Metode
komunikasinya adalah Half Duplex, dimana sinyal informasi dapat mengalir dalam dua arah
secara bergantian. Dengan kata lain, waktu untuk mengirim gelombang radio (Tx) berbeda
dengan waktu untuk menerima gelombang radio (Rx). Pada gambar diatas, terdapat tiga blok
utama yang menyusun rangkaian diagram Radio Transceiver, yaitu blok pemancar (Tx), blok
penerima (Rx), dan blok penguat (Amp).
Pada Radio Transceiver terdapat Switch PTT (push to talk) yang berfungsi sebagai
saklar untuk mengatur Radio Transceiver pada posisi Tx atau Rx. Jika PTT “ON”, maka Radio
Transceiver berada dalam keadaan pancar (memancarkan sinyal), sedangkan jika PTT “OFF”
maka berada dalam keadaan terima (menerima sinyal). Keadaan Radio Transceiver berada pada
posisi Rx. Proses yang terjadi adalah masuknya sinyal informasi dari antena ke penerima.
Kemudian, sinyal tersebut dikuatkan dan disalurkan ke lOudspeaker atau ke Headphone untuk
didengar.
Jika saklar (Sw) ditekan, keadaan Radio Transceiver akan beralih dari posisi Rx ke
posisi Tx. Pada keadaan ini, terjadi proses masuknya gelombang audio ke Microphone.
Microphone mengubah sinyal audio menjadi gelombang listrik, lalu menuju ke penguat untuk
dikuatkan. Dalam penguat, getaran frekuensi rendah dari Microphone dikuatkan dan hasilnya
akan disalurkan ke bagian pemancar. Disini frekuensi dimodulasi secara FM dan dipancarkan ke
udara lewat antena.
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Radio Lokomotif
Gambar Skema Perangkat Radio Lokomotif
Pada gambar menunjukkan Radio Lokomotif memiliki 2 buah modul utama, antara lain
Locomotive Transceiver Unit (LTU) dan Locomotive Radio Control Unit (LRCU). Keduanya saling
terhubung dalam sebuah kabel yang akan memberikan suplai daya tegangan dan sinyal informasi berupa data
dan suara. Radio Lokomotif bekerja pada tegangan +13,8 Volt DC dimana mendapat suplai tegangan dari
Locomotive Power Supply yang mempunyai tegangan output +72 Volt DC dan menggunakan RS-232 sebagai
sinyal komunikasi untuk kontrol data dan menyeimbangkan saluran suara untuk komunikasi antar modul.
LTU merupakan modul yang berfungsi untuk mengontrol keluar dan masuknya sinyal informasi,
dimana terdiri atas 3 bagian rangkaian antara lain Philips PRM8030 VHF Transceiver, Locomotive
Transceiver Control Printed Circuit Board, dan DC/DC Converter. LTU memiliki 4 buah konektor yang
masing-masing terhubung ke 2 buah Locomotive Radio Control Unit, Locomotive Power Supply, dan
Locomotive VHF Antenna.
Sedangkan, LRCU merupakan modul yang memiliki bentuk seperti pesawat telepon karena
berfungsi untuk pengoperasian dari Radio Lokomotif yaitu sebagai sarana komunikasi antara Masinis yang
bertugas menjalakan kereta api dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Sebagai sarana komunikasi,
LRCU berisi Interface Control berupa Tombol Kontrol, Indikator, Layar Tampilan dan Handset (Gagang
Telepon) yang dibutuhkan dalam pengoperasian Radio Lokomotif.
Prinsip Kerja Radio Lokomotif
Penerimaan Panggilan Suara
Gambar Blok Diagram Penerimaan Panggilan Suara
Pada saat sinyal suara diterima Philips PRM8030 VHF Transceiver dalam
Locomotive Transceiver Unit (LTU) dari VHF Antenna, sinyal akan diteruskan ke Buffer
Amplifier untuk dikuatkan sinyalnya. Sinyal suara tersebut kemudian diumpankan ke
Modem FFSK, dimana sinyal digital yang datang akan dideteksi dan diterjemahkan untuk
dikirimkan ke Micrcontroller. Sinyal suara tersebut juga diumpankan ke PCM Codec yang
mengubah sinyal suara analog menjadi bentuk sinyal suara digital. Sinyal suara digital
kemudian dikombinasikan dengan sinyal digital kontrol dan status data dari Micrcontroller
ke dalam PCM Voice & Data Modem untuk tiap Locomotive Radio Control Unit (LRCU).
Didalam LRCU, sinyal digital yang diterima dari LTU diteruskan ke PCM Voice &
Data Modem dimana sinyal digital yang diterima akan dipisah kembali menjadi sinyal suara
digital dan sinyal data kontrol digital. Kemudian, sinyal suara digital diubah menjadi sinyal
suara analog oleh PCM Codec dan sinyal data kontrol digital diumpankan ke Micrcontroller.
Kemudian sinyal suara tersebut dilewatkan melalui Mute Circuit ke Audio Amplifier yang
dilengkapi dengan kendali volume. Selama penerimaan, Mute Circuit difungsikan sehingga
membuat Earpiece dan Loudspeaker dapat bekerja dengan normal. Alarm panggilan
dihasilkan oleh Micrcontroller dan dicampur dengan sinyal Loudspeaker.
Prinsip Kerja Radio Lokomotif
Pengiriman Panggilan Suara
Gambar Blok Diagram Pengiriman Panggilan Suara
Suara dari Microphone masinis terhubung langsung dan menjadi masukan dari
PCM Codec dalam Locomotive Radio Control Unit (LRCU). Selanjutnya, masukan tersebut
diubah dalam bentuk sinyal suara digital. Sinyal suara digital diteruskan menuju PCM Voice
& Data Modem dimana sinyal suara digital akan dikombinasikan dengan sinyal digital
kontrol dan status data dari Micrcontroller yang kemudian dikirim ke Locomotive
Transceiver Unit (LTU).
Di dalam LTU, sinyal kombinasi tersebut diterima oleh PCM Voice & Data Modem
untuk memisahkan antara sinyal suara digital dan sinyal data kontrol digital. Dimana sinyal
suara digital diteruskan ke Digital Switch mengarahkan ke PCM Codec yang mengubah
sinyal tersebut menjadi sinyal suara analog. Selanjutnya sinyal suara analog tersebut
diteruskan melalui Voice Mute dan Buffer Amplifier menuju bagian pemancar dari Philips
PRM8030 VHF Transceiver.
Pengoperasian Radio Lokomotif
Gambar Skema Perangkat Locomotive Radio Control Unit (LRCU)
Locomotive Radio Control Unit (LRCU) adalah satu-satunya modul Sistem Radio
Lokomotif yang menyediakan akses operator. Artinya LRCU merupakan modul yang digunakan
dalam pengoperasian Sistem Radio Lokomotif yaitu komunikasi antara Masinis yang bertugas
menjalakan kereta api dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA).
Di setiap kabin masinis lokomotif terdapat 2 LRCU yang identik. Keduanya dapat
bekerja sebagai Radio ketika PPKA memberikan informasi mengenai sinyal ataupun keadaan
yang terdapat di sekitar jalan rel kereta api. Tetapi, dalam penggunaannya sebagai alat
komunikasi atau telepon, hanya salah satu LRCU yang bisa digunakan pada saat terjadi
komunikasi. Komponen utama dari LRCU, antara lain Indikator dan Layar Tampilan dan Saklar
Kontrol serta Push-Button.
Locomotive Radio Control Unit (LRCU) memiliki layar tampilan yang dibuat dari
Seven Segment 4-digit. Layar tersebut menampilkan informasi mengenai waktu, saluran frekuensi
radio dan speaker volume. Ketika LRCU sedang digunakan, lampu indikator berfungsi sebagai
pemberi informasi status dari Sistem Radio Lokomotif tersebut.
Jika Masinis mengirimkan sinyal panggilan radio kepada Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA),
maka lampu indikator “TX” akan berkedip dan Masinis akan mengetahui panggilan tersebut terhubung atau
diterima oleh PPKA ketika lampu “STATUS” dalam keadaan hidup dan lampu indikator “TX” dalam keadaan
mati. Jika Masinis menekan tombol Push to Talk (PTT) pada gagang telepon (Handset) untuk berbicara,
lampu indikator “TX” akan hidup tanpa berkedip dan akan kembali mati saat Masinis melepas tombol
“PTT”.
Pada intinya, lampu indikator “TX” ini sebagai pemberi informasi bahwa pengguna radio sedang
mengirimkan sinyal informasi ke saluran tujuannya. Ketika PPKA mendapatkan giliran untuk berbicara
dengan Masinis, radio PPKA mengirim sinyal ke radio yang ada pada lokomotif. Saat itu, lampu indikator
“BUSY” pada LRCU dalam keadaan menyala yang artinya Masinis tidak bisa mengirimkan sinyal panggilan.
Pada saat Lokomotif memasuki wilayah bagian tertentu, maka komunikasi dengan PPKA di
wilayah bagian sebelumnya telah selesai dan Masinis harus mengganti saluran frekuensi untuk
berkomunikasi dengan PPKA yang berada di wilayah tersebut. Karena setiap wilayah kereta api di Indonesia
sudah diatur saluran frekuensi radionya masing-masing. Sebelum melakukan hal itu, Masinis harus memutus
hubungan komunikasi dengan PPKA di wilayah sebelumnya dengan cara menekan tombol “ALM.CANCEL”
dimana lampu indikator “STOP” menjadi hidup. Setelah itu, Masinis dapat memilih saluran frekuensi dan
melakukan komunikasi kembali dengan PPKA wilayah tersebut.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Radio Lokomotif merupakan sarana perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang
berfungsi sebagai penghubung komunikasi antara Masinis yang bertugas menjalakan kereta api dengan
Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Radio Lokomotif memiliki dua buah modul utama, antara lain
Locomotive Transceiver Unit (LTU) yang berfungsi untuk mengontrol keluar dan masuknya sinyal informasi
komunikasi. Dan Locomotive Radio Control Unit (LRCU) yang berfungsi untuk pengoperasian dari Radio
Lokomotif dan memiliki bentuk seperti pesawat telepon.
Prinsip kerja dari Radio Lokomotif dibagi menjadi dua bagian yaitu penerimaan dan pengiriman
persinyalan radio komunikasi. Radio Transceiver dalam LTU mempunyai peran penting karena difungsikan
sebagai penerima dan pengirim sinyal gelombang radio. Selain itu, dibantu dengan FFSK Modem dan PCM
Voice & Data Modem yang berfungsi melakukan proses modulasi dan demodulasi persinyalan digital dari
sinyal gelombang dan data yang dikirim atau diterima.
Pengoperasian Radio Lokomotif diawali dengan pemilihan saluran frekuensi komunikasi dengan
stasiun wilayah tertentu. Pemilihan frekuensi bertujuan agar Masinis dapat berkomunikasi dengan Pengatur
Perjalanan Kereta Api (PPKA) pada stasiun wilayah tersebut, karena setiap wilayah kereta api di Indonesia
sudah diatur saluran frekuensinya. Selanjutnya, dalam pengoperasian Radio Lokomotif ada beberapa jenis-
jenis pangilan komunikasi yang dapat dilakukan oleh Masinis sesuai dengan kondisi di lapangan, antara lain
Panggilan Normal, Panggilan Prioritas, dan Panggilan Darurat.