ANALISI KONDISI KEMISKINAN MASYARAKAT
GAMPONG ARONGAN LAMBALEK PASCA TSUNAMI
DI KECAMATAN ARONGAN LAMBALEK
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
Syarat-syarat guna memperoleh
Gelar sarjana sosial
Oleh :
ZAHARA SETIAWATI
NIM : 07C20210042
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
MEULABOH – ACEH BARAT
TAHUN 2014
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
ANALISIS KONDISI KEMISKINAN MASYARAKAT
GAMPONG ARONGAN RELOKASI PASCA STUNAMI
DI KECAMATAN ARONGAN LAMBALEK
KABUPATEN ACEH BARAT
Yang disusun oleh :
Nama : Zahara Setiawati
Nim : 07C20210042
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Sosiologi
Telah dipertahankan di depan komisi pengujian pada tanggal 23 juli 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
KOMISI PENGUJI
Said Fadhlain. S. Pd
NIDN. 01-0501-7003 Ketua
Saiful Asra, M. Soc. Sc
NIDN. 01-1305-8201 Anggota 1
Muhammad Idris, M. Pd
NIDN. 01-2303-7902 Anggota II
Hj. Afriani, M. Si
NIDN. 01-1205-7901 Anggota III
Alue Penyareng, 23 Juli 2014
Plt. Ketua Program Studi
Ilmu Sosiologi
Muhammad Idris, M. Pd
NIDN. 01-2303-7902
iii
LEMBAR PENGESEHAN
Judul Skripsi/tugas akhir : Analisis Kondisi Kemiskinan
Masyarakat gampong Arongan Relokasi
Pasca Tsunami di Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat
Nama Mahasiswa : Zahara Setiawati
Nim : 07C20210042
Program Studi : Ilmu Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Mengetujui
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Tanggal Sidang :23 Juli 2014
Pembimbing I
Said Fadhlain. S. Pd
NIDN. 01-0501-7003
Pembimbing II
Muhammad Idris, M.
PdNIDN. 01-1305-8201
Plt. Ketua Program Studi
Muhammad Idris, M.
PdNIDN. 01-2303-7902
Dekan,
Sudarman Alwy, M. Ag
NIDN. 01-2504-7601
iv
SURAT PERNYATAAN ORINSINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini “
Nama : Zahara Setiawati
Nim : 07C20210042
Program Studi : Ilmu Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Teuku Umar
Dengan menyatakan bahwa skipsi ini benar dibuat oleh penulis
sendiri dan orisinal, serta belum pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar sarjana akademik disuatu perguruan tinggi dan tidak
terhadap karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali secara tertulis dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apalagi ternyata di dalam skripsi ini semua atau sebagian isinya
terdapat unsur-unsur plagiat, maka saya akan bersedia skripsi ini di
gugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh dapat dicabut/dibatalkan,
serta dapat di proses sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini di buat dan di tanda tangani dalam keadaan
sadar tanpa tekanan/paksaan oleh siapapun.
Meulaboh,23 juli 2014
Pembuat penyataan
Zahara setiawati
v
ABSTRAK
Zahara Setiawati, Analisis Kondisi Kemiskinan Masyarakat gampong Arongan
Relokasi Pasca Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat.
Di bawah bimbingan Said Fahlain, S. IP dan Saiful Asra. M. Sos. Sc
Kemiskinan merupakan suatu permaslahan yang terjadi sosial masa kini, karena
masyarakat sangat sulit keluar dari kondisi kemiskinan yang terjadi. Hal ini
disebabkan oleh kehidupan masyarakat hanya cukup memenuhi kebutuhan
konsumtif rumah tangga, sehingga kemampuan yang diperoleh tidak mampu
untuk melakukan iventasi dalam dunia pendidikan maupun dunia usaha. Lebih
menarik perhatian Aceh pasca tsunami, sebahagian kecil masyarakat persisir yang
desanya tidak layak dijadikan pemukiman penduduk maka direlokasikan ketempat
yang baru, sehingga dari tempat yang baru masyarakat sulit meradaptasi karena
kondisi alam yang tidak potensial dalam mengembangkan ekonomi rumah tangga,
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akibat fenomena bencana tsunami tersebut mayoritas para
suami bekerja beralih profesi dari nelayan dan petani menjadi buruh, sedangkan
para istri hanya menjadi ibu rumah tangga yang tidak produktif, karena
pengangguran yang dihadapinya. Hanya mengharapkan dari hasil kelautan dan
penangkapan ikan di sungai. Sayangnya juga terjadi pada kemiskinan juga terjadi
pada kaum lansia yang tidak memiliki keluarga yang tidak produkti, dimana lansia
tersebut walaupun akses transportasi yang jauh tetap mencari nafkah kesunyai
untuk mempertahankan hidup. Jauhnya akses ekonomi masyarakat, kegagalan
pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah dan LSM dan ketergantungan yang
berlebihan masyarakat kepada Pemerintah. Serta lapangan kerja yang sangat
kurang dan sumberdaya yang sangat minim.
KATA KUNCI : Kemiskinan,Masyarakat, Relokasi,Pemberdayaan
vi
KATA PENGANTAR
Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapan menyelesaikan Skripsi /Tugas Akhir yang
berjudul, “KONDISI KEMISKINAN MASYARAKAT RELOKASI PASCA
TSUNAMI ARONGAN LAMBALEK KABUPATEN ACEH BARAT”, dengan
baik dan lancar sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Program Sarjana
(S1) Jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Teuku Umar, Meulaboh.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi/Tugas Akhir ini tidak
lepas dari berbagai kesulitan. Tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, maka kesulitan dapat diatasi. Oleh karena itu, penulisan menyampaikan
ucap terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan baik secara moril maupun materil kepada :
1. Rektor Universitas Teuku Umar
2. Bapak Sudarman Alwy, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosialogi dan
Ilmu Politik Universitas Teuku Umar.
3. Ibu Nurlian, S.Sos Selaku Mantan Ketua Jurusan Ilmu Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar
4. Bapak Muhammad Idris, M.Pd Ibu selaku Plt. Ketua Jurusan Ilmu
Sosialogi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar.
vii
5. Bapak Said Fadhillah, S. IP selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan Bimbingan dan semangat sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Bapak Saiful Asra, M. Sos sekolah Dosen Pembimbing II yang telah
mebantu saya dan membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi/karya ilmiah ini.
7. Para Desen dan staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar
8. Selanjutnya ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluaga saya
terutama kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan
dukungan moril dan materil, tampa kedua doa dan dukungan dari
kalian, saya tidak akan mampu bertahan sampai saat ini. Semoga Allah
mencintai dan menyeyangi Zahra diwaktu Zahra masih kecil hingga
sekarang, amin. Kiranya semoga Allah memberikan panjang umur dan
kesehatan buat orang-orang yang saya sayangi.
9. Sahabat-sahabat di jurusan Sosilogi angkatan 07, Mahasiswa/I fisik
yang selalu bersama disaat kuliah dan kepada teman-teman yang telah
menbuat saya dan memberi masukan dalam menyelesaikan pembuatan
skripsi yang sederhana ini tetapi mempunyai manfaat.
Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu
dari awal hingga terselesainya skripsi ini, Pepulasi menyadari adanya keterbatasan
kemampuan sehingga hasil penulisan skripsi ini masih jauh
viii
Dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik guna memperhatikan skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pihak-pihak yang berkepentingan pada khususnya.
Alue Peunyareng, 23 Juli 2014
Penulis
ZAHARA SETIAWAN
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESEHAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESEHAN PENGUJI iii
SURAT PERNYATAAN ORINSINALITAS SKRIPSI iv
ABSTRAK v
KATA PENGNTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
MOTTO xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masaalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Mamfaat Penelitian 5
1.4.1 Mamfaat Teoritis 5
1.4.2 Mamfaat Praktis 5
1.5 Sistematis penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 penelitian Terdahulu 7
2.2 Kemiskinan 8
2.2.1 Pengertian Kemiskinan 8
2.2.2 Penyebab Kemiskinan 9
2.2.3 Jenis Kemiskinan 10
2.2.4 Indikator Kemiskinan 12
2.2. Strategi dan Program Pengetasan Kemiskinan 13
2.3.1 Teori Lingkaran Setan 14
2.4 Pengertian Masyarakat 16
2.4.1 Proses dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat 18
2.4.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 21
2.4.3 Kapasitas Masyarakat 22
2.5 Konseb Kondisi Sosial-Ekonimi Masyarakat 23
2.6 Perubahan Mata Pencarian 29
2.7 Teori Fungsionalisme Struktural 30
BAB III METODELOGI PENCARIAN 32
3.1 Metode Penelitian 32
x
3.2 Sumber Data 33
3.3 Teknik Pengumpulan Data 34
3.4 Teknik Penentuan Informan 36
3.5 Instrumen Penelitian 37
3.6 Teknik Analisis Data 37
3.7 Pengujian Kredibilitas Data 38
3.8 Lokasi Penelitian 40
3.9 Jadwal Penelitian 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42
4.1 Diskripsi Wilayah Penelitian 42
4.1.1 Kondisi Geografik 42
4.2 Kondisi Sosial Ekonomi 44
4.3 Kondisi Sosial dan Budaya 45
4.4 Hasil Penelitian 46
4.4.1 kemiskinan yang terjadi pada kalangan
Masyarakat 46
4.4.2 Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi
Kemiskinan Pada Masyarakat Relokasi 48
4.4.3 Hambatan Pemerintah dalam Menangani
Kemiskinan pada Masyarakat Relokasi Pasca
Tsunami 51
4.5 Pembahasan 52
4.5.1 Kemiskinan yang Terjadi pada Kalangan
Masyarakat 52
4.5.2 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan
Pada Masyarakat Relokasi 53
45.3 Hambatan Pemerintah dalam Menangani
Kemiskinan pada Masyarakat Relokasi Pasca
Stunami 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1 Kesimpulan 54
5.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR PUSTAKA
Tabel : 3.1 Jadwal Penelitian 40
Tabel : 4.1 Nama Gampong pada Kecamatan Arongan Lambalek 40
Tabel : 4.2 Jumlah penduduk Menurut dan jenis kelamin
Dalam Kecamatan Arongan Lambalek 43
Tabel : 4.3 Jumlah mata Pencarian penduduk Kecamatan Arongan
Lambalek 45
Tabel : 4.4 Penyebab Kemiskinan yang Terjadi pada Masyarakat
Kecamatan Arongan Lambalek 52
Tabel : 4.5 Upaya Pemerintah dalan Menangani Kemiskinan pada
Masyarakat Kecamatan Arongan Lamabek 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian Lapangan dari FISIP-UTU kepala
Kechik Arongan
Lampiran 2 Surat Keterangan telah Melaksasnakan Penelitian dari Pihak
Geuchik Arongan
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Dokumentasi di Lapangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks. Kemiskinan berkaitan erat
dengan kualitas sumber daya manusia. Kemisikinan muncul karena sumber
daya manusia yang tidak berkualitas, begitu sebaliknya. Membangunan
pengertian kemiskinan bukanlah perkara yang mudah karena kemiskinan
mencakup berbagai macam dimensi. Dimensi kemiskinan dapat di
identifikasikan menurut ekonomi, sosial, politik. Kemiskinan secara ekonomi
dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Kemiskinan ini dapat diukur secara langsung
dengan menetapkan ketersediaan sumber daya yang tersedia dan
membandingkannya dengan ukuran baku. Kemiskinan sosial dapat diartikan
sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur sosial yang mendukung untuk
mendapatkan kesempatan agar produktifitas seseorang meningkat. Kemiskinan
sosial dibedakan berdasarkan faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi.
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Oleh
karena itu pembebasan rakyat dari jeratan kemiskinan adalah tujuan yang
paling fundamental yang kita hadapi dalam pembangunan nasional indonesia
karena kemiskinan adalah musuh kolektif bangsa. Kajian tentang kemiskinan
telah dibuat sejak tahun 1800-an. Antara yang terawal dan yang penting ialah
yang telah dibuat mabrur, 2012. Berdasarkan pada kajian yang dijalankannya
beliau berpendapat bahwa mereka yang tergolong dalam kemiskinan utama
1
2
ialah keluarga-keluarga yang jumlah pendapatannya tidak cukup untuk
mendapatkan keperluan menimal untuk mengekalkan kecekapan fizikal.
Dalam hal ini menunjukan bahwa ternyata persoalan kemiskinan bukan
semata-mata mempengaruhi ketahuan ekonomi yang ditampilkan oleh
rendahnya daya beli masyarakat saja, tetapi juga mempengaruhi ketahuan
nasional masyarakat dan ketahanan nasional.
Berdasarkan Badan Pusat Satatistik (BPS) jumlah penduduk miskin
( Penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan ) di Indonesia pada bulan
Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang
(16.58 persen), berarti jumlah penduduk miskin tutun sebesar 2,21 juta orang.
Selama periode Maret 2007-Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan
berkurang 1,42 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79 juta
orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan
tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2008, sebagian besar (63,47 persen)
penduduk miskin berada di daerah perdesaan.
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2007
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk
miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01
juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk
miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang
sama.
Periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari
38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif
3
juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada
tahun 2000 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005. Namun pad atahun 2006,
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitudari 35,10
juta orang (15,97 persen) yang di pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta
(17,75 persen) pada bulan Maret 2006. Peningkatan jumlah dan persentase
penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan harga BBM yang
menyebabkan naiknya harga berbagai barang sehingga inflasi mencapai 17,95
persen selama periode februari 2005-Maret 2006. Akibatnya penduduk yang
tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis
kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin. Jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen),
turun 2,13 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006.
Angka-angka diatas belum diperhitungkan lagi dari sisi penduduk yang
seharusnya masuk usia sekolah namun tidak mampu masuk sekolah karena
faktor kemiskinan.
Meulaboh merupakan salah satu Kabupaten tertinggal dengan angka
kemiskinan masih tinggi, masyarakat Kota Meulaboh rata-rata bekerja sebagai
nelayan dan petani. Pada tahun 2014 ini pemerintah Aceh Barat lagi
meningkatkan pembangunan publik, terutama pada jalan raya, dan sudah mulai
masuknya perusahaan-perusahaan baru di Kota Meulaboh. Dengan kehadiran
perusahaan-perusahaan ini diharapkan tingkat pengangguran dan kemiskinan
dapat menurun pada Kota Meulaboh.
Pemerintah Pusat melakukan intervensi secara khusus menghitung
desa-desa tertinggal dan termiskin, untuk Aceh Barat, Arongan Lambalek
4
merupakanKecamatan termiskin di Aceh Barat. Jumlahnya angka
kemiskinannya mencapai 36 persen dari total jumlah penduduk.
Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat merupakan
Kecamatan termiskin di kawasan Kabupaten Aceh Barat. Hal tersebut
berdasarkan data hasil perhitungan yang dilakukan pemerintah pusat melalui
program PNPM perdesaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk ilmiah atau skripsi di Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat dengan judul “Kondisi Kemiskinan
Masyarakat Relokasi Pasca Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek
Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah peran pemerintah dalam mengurangi angka
kemiskinan pada Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh
Barat ?
2. Apa saja kendala pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan
pada Kecamatan Arongan Lambalek ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah peran pemerintah dalam mengurangi
angka kemiskinan pada Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten
Aceh Barat.
5
2. Untuk mengetahui apa saja kendala pemerintah dalam mengurangi
angka kemiskinan pada Kecamatan Arongan Lambalek.
1.4 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Penulis
Melalui penelitian ini, diharapkan akan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan.
b. Lingkungan Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi mahasiswa
atau pembaca lain khususnya mahasiswa fakultas ilmu sosial dan
politik Universitas Teuku Umar dalam menambah wawasan,
memperkaya khasanah bahan penelitian dan sumber bacaan di
perpustakaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian tentang kondisi kemiskinan masyarakat
relokasi pasca tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh
Barat, maka dapat diperoleh khususnya bagi peneliti yaitu dapat memperkaya
ilmu yang di miliki. Kemudian untuk pihak terkait dalam penelitian kondisi
kemiskinan masyarakat relokasi pasca tsunami di Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat, agar kelak menjadi masukan yang berarti
dalam mengurangi angka kemiskinan di daerah terpencil.
6
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini,
maka sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian
Pada bab ini berisi tentang metodologi Penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan
pengujian kredibilitas data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Memuat tentang uraian laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian. Yakni deskripsi dari interprestasi data-data yagn diperoleh.
Bab V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap program relokasi sebelumnya sudah pernah diteliti
oleh Zaini yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Pemukiman
Kumuh (Studi Kasus : Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota
Surakarta). Unit analisisnya adalah program relokasi pemukiman kumuh,
dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif
dan kuantitatif. Menurut penelitian Zaini menunjukan bahwa, relokasi yang
dilakukan di kelurahan Pucang sawit sudah sangat berhasil dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan. Relokasi juga berhasil dalam memberikan perubahan
fisik permukiman yang lebih baik, pada aspek ekonomi relokasi menimbulkan
dampak yang buruk terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan tidak berhasil
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Pada aspek sosial relokasi di nilai
berhasil dalam mempertahankan kondisi sosial dan cenderung mengalami
peningkatan. Masyarakat juga telah menilai sangat puas terhadap program
relokasi.
Penelitian terhadap kemiskinan pada masyarakat sebelumnya sudah
pernah diteliti oleh Mabrur yang berjudul Kemiskinan pada masyarakat Agraris
(Studi Kasus Petani di Desa Kasiwiang Kecamatan Suli Kabupaten Luwu). Unit
analisisnya adalah kemiskinan pada masyarakat agratis, dengan menggunakan
metode keualitatif. Menurut penelitian Mabrur menunjukan bahwa, yang
melandasi penyebab kemiskinan pada petani sawah adalah meningkatnya faktor
kebutuhan
7
8
penyebab kemiskinan pada petani sawah adalah meningkatnya faktor kebutuhan
hidup keluarga yang tidak seimbang dengan penghasilan mereka, sehingga
mempengaruhi pola kehidupan para petani sawah, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan mereka dan pola hidup para petani. Dan yang paling menjadi
penghambat para petani sawah dalam mengatasi kemiskinan adalah kurangnya
perhatian pemerintah setempat dalam memberikan solusi atau bantuan bagi para
petani untuk meningkatkan hasil panen mereka dan juga para petani dalam
teknik pengelolaan sawah.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu
adalah terletak pada fokus yang menjadi masalah penelitian dan lokasi penelitian
yang berbeda. Peneliti lebih memfokuskan pada kondisi kemiskinan masyarakat
relokasi pasca tsunami.
2.2 Kemiskinan
2.2.1 Pengertian Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial (2002:h. 3-4)
kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimum untuk hidup layak.
Menurut Chambers dalam Mikkelsen (2003:h. 193) kemiskinan adalah
“Suatu kemeralatan dan ketidak mampuan masyarakat yang diukur dalam suatu
standar hidup tertentu yang mengacu kepada konsep miskin relatif yang
melakukan analisis perbandingan di negara-negara kaya maupun miskin.
Sedangkan konsep absolut dari kemiskinan adanya wabah kelaparan, ketidak
mampuan untuk membesarkan atau mendidik anak dan lain-lain”.
9
Menurut Usman (2003 :h. 33) mengatakan bahwa, kemiskinan adalah
kondisi kehilangan (deprivation) terhadap sumber-sumber pemenuh kebutuhan
dasar yang berupa pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan serta
hidupnya serba kekurangan.
Pemikiran mengenai kemiskinan berubah sejalan dengan berlalunya
waktu, tetapi pada dasarnya berkaitan dengan ketidak mampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar.
Berdasarkan pengertian kemiskinan menurut para ahli diatas mak
disimpulkan bahwa, kemiskinan adalah suatu ketidak mampuan masyarakat
dalam segi hal finansial diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak mendukung
dalam pertumbuhan perekonomiannya.
2.2.2 Penyebab kemiskinan
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004:h. 167-168) penyebab kemiskinan
dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial,
serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat
keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumber daya lain sehingga
peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan.
Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum
merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan
kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang
merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan
berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi tua, yaitu
kemiskinan kronis (chronic poverty) yang disebabkan :
10
1. Sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif
2. Keterbatasan sumber daya dan keterisolasian
3. Rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan
kerja dan ketidak berdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara
(transient poverty) yang disebabkan,
a. Perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi
b. Perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan
pertanian tanaman pangan.
c. Bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan.
Penyebab utama kemiskinan desa adalah :
1. Pendidikan yang rendah
2. Ketimpangan kepemilikan modal dan lahan pertanian
3. Ketidak merataan investasi di sektor pertanian
4. Alokasi anggaran kredit yang terbatas
5. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar
6. Pengelolaan ekonomi secara tradisional
7. Rendahnya prduktivitas dan pembentukan modal
8. Budaya menabung yang belum berkembang
9. Tidak adanya jaminan sosial bagi masyarakat desa
10. Rendahnya jaminan kesehatan
2.2.3 Jenis Kemiskinan
Pembagian jenis kemiskinan dapat dibagi berdasarkan pola waktu.
Menurut Ginandjar Karta Sasmita dalam Ridho (2001:h. 11) menurut pola waktu
tersebut kemiskinan dapat dibagi menjadi :
11
1. Persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temuran
yang di antaranya merupakan daaerah kritis sumber daya alam atau
terisolasi
2. Cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi
secara keseluruhan.
3. Seasonalpoverty, yaitu kemiskinan musiman seperti sering di jumpai
kasus-kasus nelayan dan petani tanaman pangan.
4. Accidental poverty, yaitu kemiskinan karena bencana alam atau dampak
dari suatu kebijakan.
Berdasarkan jenisnya kemiskinan secara umum dapat dibagi menjadi
kemiskinan absoulut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut terjadi apabila
tingkat pendapat seseorang di bawah garis kemiskinan absolut yang telah
ditetapkan, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup menimum yang
antara lain terdiri dair kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, perumahan dan
pendidikan.
Menurut Soegijoko dalam Ridlo(2001:h.10) kemiskinan relatif merupakan
perbandingan antara kelompok pendapatan dalam masyarakat tersebut.
Meskipun seseorang/masyarakat telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara layak (tidak miskin), tetapi masih rendah kualitasnya dibandingkan
masyarakat sekitarnya yang relatif lebih kaya.
2.2.4 Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan dibedakan antara-antara kemiskinan absolut
dengan kemiskinan relatif.
12
1. Indikator Kemiskinan Absolut
Menurut BKKBN kemiskinan untuk kelurga pra sejahtera terdiri dari :
seluruh anggota keluarga tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih; tidak
memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja, sekolah dan bepergian;
bagian lantai terluas dari tanah. Sedangkan indikator kemiskinan untuk keluarga
sejahtera I terdiri dari: seminggu sekali keluarga tidak selalu dapat makan
daging/ikan/telur; belum tentu setahun sekali anggota keluarga memperoleh
minimal satu stel pakaian baru; lantai rumah kurang dari 8 m2 untuk tiap
penghuni.
Indikator kemiskinan yang lain yaitu sebagai berikut :
a. Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak
b. Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif
c. Kurangnya kemampuan membaca dan menulis
d. Kurangnya jaminan dan kesejateraan hidup
e. Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi
f. Ketidak berdayaan atau daya tawar yang rendah
g. Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.
2. Kemiskinan relatif menunjukkan ketidak meratan pendapatan antara
seorang dengan orang lain dalam suatu kelompok atau satu kelompok dengan
kelompok masyarakat yang lain. Bank Dunia menggunakan ukuran ketidak
merataan sebagai berikut: Tingkat ketidakmerataan tinggi bila 40% penduduk
terbawah menerima kurang dari 12% jumlah pendapatan. Tingkat ketidak
merataan sedang bila menerima antara 12-17%. Tingkat ketidak merataan rendah
bila menerima lebih dari 17%.
13
2.3 Strategi dan Program Pengentasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan menurut Undang-undang Nomor 25
Tahun 2000 tentang Propenas ditempuh melalui dua strategi utama. Pertama,
melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan
sementara. Kedua, membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan kronis
dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Strategi
tersebut selanjutnya dituangkan dalam tiga program yang langsung diarahkan
pada penduduk miskin yaitu :
1. Penyediaan Kebutuhan Pokok
2. Pengembangan Sistem Jaminan Sosial
3. Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin
Kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia yang tebaru tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, yang menyatakan bahwa kebijakan penanggulangan
kemiskinan meliputi: kebijakan pemenuhan hak-hak dasar dan kebijakan
pembangunan wilayah untuk mendukung pemenuhan hak dasar.
Sepanjang kebijakan pemerintah belum dapat mengatasi kemiskinan,
masyarakat miskin mempunyai strategi sendiri untuk mengatasi kemiskinanya
dengan cara: berhutang pada berbagai sumber pinjaman informal, bekerja
serabutan, istri dan anak turut bekerja, memanfaatkan sumber daya alam di
sekelilingnya, bekerja di luar daerah, dan berhemat melalui mengurangi atau
menggati jenis makanan dan mengatur keuangan
14
2.3.1 Teori Kemiskinan
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000 :h 46) sebagai berikut :
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
polakepemilikan sumber daya yang menumbulkan distribusi pendapat
timpang penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berati produktivitas
juga rendah, upahnya pun rendah.
3. Kemiskinan muncul disebabkan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan. Adanya keterbelakangan,ketidak sempurnaan pasar, kurangnya
moral menyebabkan kurangnya produktivitas. Rendahnya produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapat yang mereka terima. Rendahnya pendapat
yang berimplikasi pada rendahnya tabungan dan invertasi, rendahnya invertasi
akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.
Logika berpikir yang di kemukakan Nurkse dalam Kuncoro (2000: h.48)
yang mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (apoor
country is poor because it is poor)
15
Gambar : 2.1 Lingkungan setan Kemiskinan
Ketidak sempurnaan pasar,
Keterbelakangan
Ketertinggalan
Kekurangan Moral
Produktivitas Rendah
Invertasi Rendah
Tabungan Rendah Pendapat Rendah
Sumber : Nurkse dalam Kuncoro 2000
Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan,
pada hakikatnya Nurkse pendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh
ketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatan
pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini
Nurksemengatakan : “ suatu negera menjadi meskin karena ia merupakan negara
miskin”(A country is poor because it is poor).
Menurut pendapatnya, inti dari linkaransetan kemiskinan adalah keadaa-
keadaan yang menyebabkan timbulnya hambatan terciptanya tingkat
pembentukan tingkat modal yang tinggi. Di satu pihak pembentukan modal di
tentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain pihak oleh perangsang untuk
menanam modal. Di negara berkembang kedua faktor itu tidak memungkinkan
dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang tinggi. Jadi pandangan
Nurkse, terhadap dua jenis lingkaran setan kemiskinan yang mehalangi negara
berkembang mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu dari segi
penawaran modal dan segi permintaan modal.
16
Dari segi penawaran modal lingkaran setan kemiskinan dapat dinyatakan
secara berikut. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan
oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan masyarakat
untuk menabung juga rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan dapat
menyebabkan suatu negara mehadapi kekurangan barang modal dan dengan
demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah.
Dari segi permintaan modal, corak lingkaran setan kemiskinan
menpunyai penaman modal rendah karena luar pasar untuk melaksanakan
penanaman modal rendah karena luar pasar untuk berbagi jenis barang terbatas,
ada hal yang belakangan di sebut ini disebabkan oleh Produktivitas yang rendah.
Sedangkan pendapat yang rendah yang diwujutkan oleh pembentukan modal
yang terbatas pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini di sebabkan
oleh kekurangan perang sang untuk menanam modal.
Nurkse juga menyatakan bahwa peningkatan pembentukan modal bukan
saja dibatasi oleh lingkaran perangkap kemiskinan yang dijelaskandi atas, tetapi
juga oleh adanya international demontration effect. Yang dimaksudkan dengan
ini adalah kecenderungan untuk mencontoh gaya konsumsidi kelangan
masyarakat yang lebih maju.
2.4 Pengertian Masyarakat
Menurut Koentjoronginrat dalan Basrowi (2005 :h.37) istilah masyarakat
Berasal dari bahasa arab :syaraka” yang berati ikut serta, berpartisipasi, atau
“musyaraka” yang berati saling bergaul. Masyarakat dalam bahasa inggris
17
Disebut „society” yang sebelumnya berasal dari kata latin “socius” berati
“kawan”.
Menurut Abdul Syani dalam Bosrowi (2005 :H.37) di jelaskan bahwa
perkataan masyarakat berasak dari kata musyarak (arab) yang artinya bersama-
sama kemudian berubah yang artinya masyarakat yang berkelompok manusia
(minimal dua orang) yang hidup bersama, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, selajutnya mendapat kesempatan menajdi masyarakat.
Beberapa pakar juga mengemukakan pendapatnya, tetapi Selo
Soemarjuan dalam Basrowi (2005 : h.39) mengatakan masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. M.J. Herkovits
dalam Basrowi (2005 :h.39) juga mengemukakan bahwa masyarakat adalah
kelompok individu yang di organisasikan dan mengikuti tata cara hidup tertentu.
Demikian juga Koentjaraningrat dalam Basrowi (2005 :h.39) mengartikan
masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut, dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai
tujuan bersama.
Menurut Saerjono Soekarto (2006.h. 136) masyarakat terbagi menjadi
dua jenis, yaitu mesyarakat perdesaan (rural community) dan masyarakat
perkotaan (urban community). Dalam masyarakat modern, sering di bedakan
antara masyarakat perdesaan (rural community) dengan masyarakat perkotaan
(urban community). Perbedaan tersebut sebenarnya tidak ada hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana karena dalam masyarakat modern betapapun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaiknya pada
masyarakat bersahaja pengaruh-pengaruh dari kota secara relatif tidak ada.
18
Menurut Koentjaraningrat (2005 :h. 120) masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling berinteraksi. Suatu kesatuan masyarakat dapat memiliki
prasarana yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi. Suatu negara
modern adalah contoh dari suatu kesatuan manusia yang memiliki berbagai jenis
prasarana, seperti misalnya suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya,
kereta api, perhubungan udara, media elektronika, media cetak, sistem upacara
dan lain-lain. Sehingga warga suatu negara dengan wilayah yang yang kecil
tentu memiliki potensi untuk berinteraksi secara lebih intensif dari pada warga
dari suatu negara yang sangat luas.
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, masyarakat
adalah sekelompok manusia (minimal dua orang) yang hidup bersama, saling
berinteraksi, saling berhubungan, dan saling mempengaruhi, yang mengikuti tata
cara hidup yang disepakati sehingga menghasilkan suatu kebudayaan dan untuk
mencapai tujuan bersama.
2.4.1 Proses dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Suharto (2006:h. 59) pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan, sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekusasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
19
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi
Dalam rangka sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian perbedaan sebagai tujuan sering kali di gunakan
sebagai indikator sebuah kebehasilan pembedayaan.
Menurut United Nations dalam Tampubolon (2006 :h.25) proses-proses
perbedayaan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Gentting to know the local community, mengetahui kerakteristik
masyarakat setempat (lokal) yang akan di perdayakan, termasuk
perbedaan karateristik yang membedakan masyarakat desa satu dengan
yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat di
perlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan masyarakat.
2. Gathering knoladge about the local community, menyumpulkan
pengetahuan yang mengangkut informasi fakultas tentang distribusi
penduduk menurut umum, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status
sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan
custom, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal
maupun informal.
3. Identiflying the local leader, segala usaha pembedayaan masyarakat akan
sia-sia apabila tidak memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh
masyarakat setempat. Untuk itu, faktor “the local leaders” harus selau di
perhitungan karena mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.
20
4. Stimulating the community to realize that it has problems, di dalam
masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar
Mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu
dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar
mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan
kebutuhan yang perlu dipenuhi.
5. Helping people to discuss their poblem, memperdayakan masyarakat
bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya
serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
6. Helping people to identify their most pressing problems, masyarakat
perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasikan permasalahan yang
paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus di
utamakan pemecahannya.
7. Fostering self-confidence, tujuan perbedayaan masyarakat adalah
membangun rasa pecaya diri masyarakat. Rasa pecaya diri merupakan
moral utama masyarakat untuk berswadaya.
8. Deciding on a program action, masyarakat perlu diberdayakan untuk
menetapkan suatu program suatu yang dilakukan. Program action
tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, dan tinggi.
Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu
didahulukan pelaksanaannya.
21
9. Recognition of strengths and resourses, memperdayakan masyarakat
berati membuat masyarakat mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-
kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilisasi untuk
memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya.
10. Helping people to continue to work on solving their problems, perbedaan
masyarakat adalah suatu kesempatan yang berkesimbangan. Karena itu,
masyarakat diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalah
secara kontinyu.
11. Increasing people’s ability for self-help, salah satu tujuan pembedayaan
masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat
yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri
sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat
untuk berswadaya. Ide menempatkan manusia lebih sebagai subjek dari
dunianya mendasari dibakukannya konsep pemberdayaan
(empowerment).
2.4.2 Tahapan Pembedayaan Masyarakat
Susisliyani (2004 :h.83-84) menyatakan bahwa proses belajar dalam
rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-
tahap yang harus dilalui tersebut meliputi :
1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga meras membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
22
2. Tahap transpormasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-ketrampilan agar terbuka wawasan dan pemberian
ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan
pada kemandirian.
2.4.2 kapasitas masyarakat
Menurut Tim Studi pengajian kebutuhan pengembangan Kapasitas bagi
Pemerintah Daerah, Kerjasama antara BAPPENAS dan Departemen dalam
Negeri dan Otonomi Daerah (1999-2000), di nyatakan bahwa pengertian
kapasitas sebagai berikut: “kapasitas adalah kemampuan seseorang atau individu,
suatu organisasi atau suatu sistem untuk melaksanakan dan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untuk mencapai tujuan-tujuannya secara efektif dan efesien. Hal
ini harus didasarkan oleh pengajian terus-menerus kondisi-kondisi kerangka
(framework conditions), dan pada suatu penyusuaian di namis dari fungsi-fungsi
dan tujuan-tujuan.” Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai
kinerja, untuk mehasilkan keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil
(outcomes). Menurut Soekarno (2002 :h.3) kata komunitas (masyarakat yang
berkelompok) dan partisipasi merupakan pasangan yang selalu akan muncul
ketika menbicarakan komunitas dalam pembangunan. Keduanya selalu muncul
dan pengertiannya saling mengisi dan menggantikan. Karenanya dalam
membahas kapasitas membangun suatu komunitas kita dapat mengartikannya
23
sebagai seberapa tingkat partisipasi yang mungkin dilakukan atau diambil oleh
suatu komunitas.
Dalam hal ini kapasitas pembangunan dapat dilihat sebagai kemampua di
dalam manfaat dan mengelola sumberdaya, baik dalam maupun sosial, dengan
teknologi yang ada untuk memenuhi kebutuhan pengembangan fisik dan sosial
kehidupan manusia. Ada beberapa aspek yang menentukan kepasitas
Komunitas dan keterlibatannya dalam pebangunan yakni ketersediaan pranata,
sumberdaya manusia dan kondisi yang menunjang.
2.5 konsep Kondisi Sosial-Ekonimi Masyarakat
Menurut Sumardi (2001 :h. 21) kondisi sosial ekonomi adalah suatu
kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi
tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu desertai pula dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.
Kondisi sosial menurut M. Sastropraja (2000:H.48) adalah keadaan atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya, selanjutnya kondisi sosial
ekonomi yaitu, merupakan suatu kedudukan yang di atur secara sosial dan
menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat.
Pemberian posisi disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang
harus dipermainkan oleh sipembawa status.
Sementara W.S Winke dalam Salim (2002 :h 100) menyatakan bahwa
pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang
24
menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan pelengkapan material yang
dimiliki, dimana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.
Selanjutnyaa Mubyanto (2001 :h.65) berpendapat tinjauan sosial
ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek desa
yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek Ekonomi
desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat
Desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru
terjangkau bila pendapat rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan
rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya.
Menurut Mulyono Sumardi dan Hans Dieter Evers (2002:h. 21) keadaan
sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara resional dan penetapan
seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai
pula dengan seperangkap hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si
pembawa status. Menurutnya pula ada ciri-ciri keadaan sosial ekonomi yaitu
sebagai berikut :
a. lebih berpendidikan
b. mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,
kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap lingkungan
c. mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar
d. mempunyai ladang luas
e. lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk
f. mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit
g. pekerjaan lebih spesifik.
25
Menutut Mubyanto (2001 :h.42) aspek sosial ekonomi desa dan peluang
kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan
pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat bari terjangkau bila pendapat
rumah tangga cukup menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan
usaha-usashanya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi
sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan
ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-
barang, dan kapasitasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya, sedangkan
Kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan status sosial ekonomi itu sendiri
dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2000:h.520) Kondisi diartikan
sebagai suatu keadaan atau situasi. Jadi kondisi sosial adalah suatu keadaan yang
berkaitan dengan keadaan atau situasi dalam masyarakat tertentu yang
berhubungan dengan keadaan sosial.
Menurut Dalyono (2005:h.133) “kondisi sosial adalah semua orang atau
manusia lain yang mempengaruhi kita.” Hal ini berati bahwa lingkungan sosial
juga mempengaruhi pencapaian pendidikan anak.
Kondisi sosial yang mempengaruhi individu dijelaskan Dalyono
(2005:h.133) melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara
langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari dari keluarga, teman dan
pekerjaan. Secara tidak langsung melalui media masa baik cetak,audio maupun
audiovisual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat
26
berpenaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul, lingkungan
tetangga dan aktivitas dalam masyarakat.
Menurut Ihsan (2003:h.10) “kondisi masyarakat dimana memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan
sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh pisitif terhadap
semangat dan perkembangan belajar generasi muda”. Dalam hal ini dimana
kondisi sosial ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka kondisi
ini menjadi pembatas pendidikan. Orang tua sebagai pendidikan secara kondrati
harus mampu
Mengantisipasi pengaruh yang ada karena tidak semua pengaruh kondisi sosial
merupakan pengaruhnya yang baik.
Menurut Lindon (200:h. 42) kondisi sisial masyarakat mempunyai lima
indikator yaitu: umur dan kelamin, pekerjaan,prestise,famili atau kelompok
rumah tangga, dan keanggotaan dalam kelompok perserikatan. Dari kelima
indikator tersebut, hanya indikator umum dan kelamin yang tidak terpengaruh
oleh proses pendidikan, sehingga tinggal empat indikator yang perlu diukur
tingkat pembaikannya, guna mengetahui tinggina manfaat sosial bagi
masyarakat
Menurut Ahmed (2001:h. 41) manfaat dalam konteks sosial ekonomi
bagi masyarakat dari suatu program pendidikan adalah berupa perbaikan dalam
hal penghasilan, dan partisipasi masyarakat. Perbaikan penghasilan dan sebagian
produktivitas, adalah merupakan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Perbaikan
27
dari sebagian produktivitas,kesehatan, makanan, kehidupan keluarga,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah merupakan manfaat sosial bagi
masyarakat. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang baik maka orang tua
pandai mengarahkan agar anaknya tidak terpengaruh apabila kondisi sosial
mereka tidak mendukung tercapainya pendidikan dengan baik. Orang tua juga
harus mengusahakan agar lingkungan sosial disekitar dapat dijadikan sebagai
penduduk tercapainya pendidikan yang maksimal.
Sementara W.S Winkel dalam Salim (2001:h. 100) menyatakan bahwa
pengertian kondisi sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang
menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material
yang dimiliki, dimana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.
Selanjutnya Mubyanto (2001:h. 12) berpendapat tinjauan sosial ekonimi
masyarakat meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek ekonomi Desa
dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa.
Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila
pendapat rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga
dan pengembangan usaha-usahanya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi
sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan
ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-
barang dan pasitipasi kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial
ekonomi kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan
ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok.
28
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedangkan mencari kerja, bekerja kurang dua hari selama
seminggu, atau seorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
pencari para kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada.
Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian kerena dengan
adanya dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainya.
Tingkat pengangguran lainya dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang di
Nyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapat pengangguran harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurutnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat di Desa. Pengangguran berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psilogi yang buruk terhadap pengangguran dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tingi juga dapat menyebabkan
kekacoan politik keamanan dan sosial, sehingga meganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.
Jenis-jenis pengangguran menurut Nur Wahid (2000: 45) yaitu sebagai
berikut :
29
a. Friksional/Frictional Unemplyment, adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
giografis anatar pelamar kerja dengan pembuka pekerjaan.
b. Struktural/Structural unemployment,adalah keadaan dimana penganggur
yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi pesyaratan
yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian daerah dapat meningkatkan kebutuhan akan sumber daya
manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
c. Musimal/Seasonal Unemploment, adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kenyataan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan
seorang harus menganggur. Contohnya seperti petani yang memanen
musim tanam, pedagang durian menanti musim durian.
d. Seklikal, adalah pengangguran yang mengaggur akibat imbas naik turun
siklus ekonomi sehingga tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran
kerja.
2.6 Perubahan Mata Pencarian
Menurut Supriadi (2007:h. 20) mata pencarian adalah pekerjaan pokok
yang dikakukan manusia untuk hidup dan sumber daya yang tersedia untuk
membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup), dengan
memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga
dan hubungan politik. Dalam perkembangannya, maka pencarian seseorang
30
sering kali berubah baik karena faktor internal,eksternal,adapun kombinasi dari
keduanya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, perubahan atau biasa
desebut tranformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam
pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumber daya yang
tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf
hidup).
Perubahan mata pencarian ini dengan adanya perubahan orientasi
masyarakat mengenai pencarian. Mata pencarian masyarakat di indonesia pada
umumnya berasa dari sektor agraris. Perubahan orientasi mata pencarian di sini
di artikan sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan
memepengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan-pekerjaan pokok
masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke sektor
non-agraris.
2.7 Teori Fungsionalisme Struktural
Menurut george ritzer dan (2007;h. 118 ) fungsionalisme struktural
menekankan pada peryaratanfungsional yang dibutuhkan oleh masyarakat
sebagai sebuah sistem untuk terus bertahan,kecenderungan masyarakat
menciptakan konsensus (kesepatan) antara anggotanya dan kontribusi peran dan
status yang dimainkan individual/institusi dalam keberlangsungan sebuah
masyarakat.
31
Masyarakat dilihat sebagai sebuah sistem dimana seluruh struktur
sosialnya serintegrasi menjadi suatu, masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda tapi saling berkaitan dan menciptakan konsesus dan keteraturan sosial
serta keseluruhan elemen akan saling beradaptasi baik terhadap perubahan
internal dan eksternal dari masyarakat.
Fungsionalisme struktural mengkaji peran atau fungsi dari suatu struktur
sosial atau institusi sosial dan tipe-perilaku/tindakan sosial tertentu dalam sebuah
masyarakat dan pola hubungnnya dengan elemen-elemen lainya. Selain itu, juga
mengkaji status, peran dan proses kerja seluruhnya masyarakat. Menurut Talcott
Parsons, keberlangsungan masyarakat sebagi sistem dan bertahan dari berbagai
perubahan internal dan eksternal.
Menurut George Ritzer dan George (2007:h. 118) ada empat persyaratan
fungsional masyarakat yang dikemukakan oleh persons. Persyaratan fungsional
masyarakat tersebut adalah adaptasi, goal attainment, integrasi dan latancy.
Adaptasi ditunjukan untuk memperoleh sumber daya yang memandai dari
lingkungan sekitar dan mendistribusikan ke seluruh sistem. Goal attainment
ditinjukan untuk menformulasikan tujuan utama dari suatu sistem/masyarakat.
Intergrasi dipahami sebagai upaya mengkoordinasikan, mengatur hubungan
antara elemen dan sistem. Latancy (nilai-nilai kolektif) di antaranya pendidikan,
agama dan keluarga berperan mentranfer nilai kolektif yang dibutuhkan untuk
kelangsungan masyarakat, melalui proses sosialisasi, institusionalisasi dan
internalisasi.
32
BAB III
METODELOGI PENILAIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan kualitatif secara deskriptif. Menurut Denzim dan Licoln dalam
Juliansyah Noor (2009:h 33) kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses
dan makna yang tidak di kaji secara ketat atau belum di ukur dari sisi kualititas,
jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan kualititas adalah “suatu proses
penelian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang mengelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia”. Pada pendekatan ini, penelitian
menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara
peneliti dan subjet yang diteliti.
Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatf digunakan jika masalah belum jelas, mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, mengembangkan teori,
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Pengertian deskriptif adalah “pengertian yang berusaha mendiskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang”. Pengertian
deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Melalui pengertian deskriptif, berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tampa
memberikan perlakuan yang khusus terhadap peristiwa tersebut.
32
33
Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah
tertentu dalam pelaksaannya. Langkah-langkah ini sebagai berikut: di awali
dengan menentukan prosedur pengumpulan data melalui abservasi atau
pengamatan, pengolahan informasi atau data, dan menarik kesimpulan penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, makan perhatian ini diharapkan
mampu memberikan gambaran kondisi kemiskinan Masyarakat Relokasi Pasca
Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis
data yaitu:
1. Data Primer
Menurut Hasan (2002, h. 82) data primer ialah “Data yang diperoleh atau
dikumpulkan di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukan”. Data primer di dapat dari sumber informal
yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer ini antara lain:
a. Catatan hasik wawancara
Wawancara dikakukan kepada informan yang lebih mengetahui tentang
pemasalahan ini, yang dapat dijadikan hasik peneliti dalam melakukan
penelitian di lapangan.
b. Hasil obervasi lapangan
34
Obervasi lapangan di lakukan di lapangan, fokus pada masyarakat
relokasi yang terkenak dampak Tsunami di Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat.
c. Data-data mengenai informan
Data informal telah ada dan sudah ditentukan informal oleh peneliti
supaya memudahlan mendapatkan informasi di lapangan.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2002:h 82) data sekunder adalah “data yang diperoleh
orang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada”. Data
sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen,koran,
internet dan lannya, yang berkaitan dengan kajian yang teliti oleh penulis.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpul data menggunakan teknik: pengamatan, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap objet penelitian. Intrumen yang
dapat digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan. Beberapa
informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain : ruang (tampak),
pelaku, kegiatan, objet, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan.
Alasan peneliti melakukan observasi yaitu menyajikan gambaran realitis
perilaku atau kejadian.
35
Menjawab pertanyaan, mebantu pengertian perilaku manusia, dan evaluasi
melakukan pengukuran tersebut.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancari tetapi
dapat juga diberikan daftar pernyataan dahulu untuk dijawab pada kesempatan
lain. Wawancara merupakan alat re-cheking (pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang di peroleh sebelumnya). Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.wawancara
mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan
cara tanya jawab ssambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai,dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara ,dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama.
3.Dokumentasi
Menurut soehartono(2008,h .70)studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek
penelitian.dokume yang diteliti dapat berupa berbagai macam,tidak hanya
dokumen resmi.dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer,jika
dokumen ini ditulis oleh oramng yang langsung mengalami suatu peristiwa,dan
dokumen sekunder,jika peristiwa di laporkan kepada orang lain yang
selanjutnya ditulis oleh orang ini.
Dokumen dapat berupa buku harian,surat pribadi,laporan rapat,catatan
kasus(case record ) dalam pekerjaan sosial,dan dokumen lainnya.akan
36
Tetapi,perlu di ingat bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk
tujuan penelitian sehingga penggunaannya memerlukan keceratan penelitian.
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai
pelengkap dari teknik pengumpul data lainnya.data-data yang di ambil dari
dokumen haya hanya meliputi gambaran untuk wilayah penelitian, yang
diperoleh dari dari monografi Kecamatan Arongan Lambalek, yaitu meliputi
luas wilayah, jumlah penduduk, mata pencarian penduduk, sarana
perekonomian, tingkat pendidikan, sarana pendidikan, prasarana umum.
3.4 Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informasi adalah dianggap
mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan diwilayah penelitian.
Cara yang digunakan untuk menentukan informasi tersebut maka penulis
menggunakan untuk menggunakan informasi tersebut maka tertulis
menggunakan “purposive sampling”, menurut Noor (2009, h. 155)
purposivesampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khusus sehingga dijadikan simpel.
Berdasarkan purposive sampling atau sampling tujuan, maka yang terjadi
informasi bagi penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Aparatur Desa 3 Orang
2. Pemerintah Daerah 2 Orang
3. Masyarakat 12 Orang
Jumlah keseluruhan 17 Orang
Informasi tersebut dikarenakan subjek yang telah di tetapkan di anggab
mengetahui dan memahami maslah penelitian yang dilakukan oleh penelitian.
Teknik penentuan informasi ini yang digunakan.
37
3.5 Intrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitas, menurut Meleong (2002, h.
4) metode kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objet yang alami, maka penelitian adalah sebagian
instrumen kunci. Peneliti merupakan instrumen kunci utama, karena penelitian
sendiri yang menentukan keseluruhan skenario penelitian serta langsung turun
kelapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan informal.
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan data yang
valid dan realible.
Selain dari pada itu, untuk mebantu dalam kelancaran dalam melaksanakan
peneliti ini, juga di dukung oleh instrumen pembantu sebagai panduan
wawancara. Oleh karena itu, sebelum turun kelapangan, peneliti akan mebentuk
wawancara untuk kemudahan pelaksanaan peneliti di lapangan dan melakukan
interview (wawancara) ke semua informal. Alat bantu yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu panduan wawancara, catatan, dokumen, laporan,
dokumentasi dan lain sebaginya.
3.6 Teknik Analisa Data
Menurut Meleong (2013, h,248) Analisis data adalah proses
mengogarnisasikan dari mengututkan data kedalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapsat dirumusxkan hipotesis
kerja seperti yang dirasakan oleh data.
Dalam penelitian ini, teknis analisis data yang digunakan adalah teknik
alisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian
sebagimana adanya. Data yang telah didapatkan dari hasil penelitian di lapangan
38
Kemudian dikumpulkan dan diolah dan dianalisi dengan memaparkan atau
mendeskripsikan dan memberikan komentar berdasarkan temuan yang ada di
lapangan.
3.7 Pengujian Kredibilitas Data
Menurut Sugiono (2012, h.270) uji kreditibilitas atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
berpanjangan pengamatan, pengamatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat dan member check. Digunakannya uji ini
dimaksudkan untuk mendapat data yang lebih mendalam mengenai subjet
penelitian.
Adapun pengujian kredibititas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, di dasarkan data yang telah diperoleh masih kurang
memandai. Menurut Meleong (2013, h 327) perpanjangan pengamatan berarti
penelitian tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data
tercapai.
2. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan
dilakukan dengan membanca berbagai referensi baik buku maupun dokumen
yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa
data apakah benar dan bisa dipecaya atau tidak.
3. Triangulasi
39
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa
pihak secara berpisah namun dengan kerakteristik yang sama, kemudian
hasilnya dicreck check antara jawaban yang satu dengan yang lain. Triangulasi
dalam penelitian ini. Dari hasil jawaban beberapa pihak tersebut kemudian
dilihat kesamaan, dan perbedaannya, sehingga dapat dilihat penerimaan diri
berdasarkan pengalaman psikologis obersitas dari orang yang satu dengan orang
yang lain.
1. Pemerikasaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
2. Member Check
Member Check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan
data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
Menutut Moleong, (2013, h. 335) Pengecekan dilakukan dengan jalan :
a. Penilaian dilakukan oleh informal
b. Mengkoreksi kekeliruan
c. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela
d. Memasukkan informasi dalam lingkup penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisi data.
40
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditujukan ketika partisipan
Mengungkapkan bahwa transkip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini penelitian akan memberikan data
yang telah di transkipkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.
3.8 Lokasi Penelitian
Lokasi penelian merupakan tempat dimana peneliti merupakan, dengan
ditetapkan dilokasi ini sebagai tempat penelitian, merupakan atas pertimbangan
penulis bahwa lokasi ini pembangunannya masi kurang baik semenjak terkenak
musibah Tsunami serta kurangnya lapangan pekerjaan, alasan lain penulis
mengambil lokasi ini yaitu untuk mempermudahkan proses pengumpulan data.
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dimulai dari tanggal 25 Maret s/d 10 April 2014, dengan
perincian dalam tabel sebagai berikut :
41
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Maret
2014
April
2014
Mai
2014
Juni
2014
Juli
2014
Tahap perpisahan :
1. Penjajahan ke lokasi
2. Usulan penelitan
3. Penyusulan pedoman
wawancara
Tahab pengelahan data
Tahap penulis atau
penyusunan
Sedang
Waktu
Kegiatan
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Kecamatan Arongan Lambalek memiliki luas ± 130,06 Km2persantase
kuas Kecamatan terhadap luas Kabupaten 4,44% jumlah kemukiman dua mukim
dan 27 desa/gampong.
Adapun secara administratif, wilayah Kecamatan Arongan Lambalek
berbatas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Woyla Barat
2. Sebelah Selatan bersebelahan dengan Samudra Indonesia
3. Sebelah Barat berbelahan dengan Aceh Jaya
4. Sebelah Timur bersebelahan dengan Kecamatan Samatiga
Tabel 4.1 Nama-nama Gampong pada Kecamatan Arongan 1 Lambalek.
No Nama Gampong
1 Pante Mutia
2 Suak Bidok
3 Suak Ie Beusou
4 Suak Kemude
5 Arongan
6 Cot Kumbang
7 Keuh
8 Peuribu
9 Teupin Peuraho
10 Ujong Beuso
11 Kebu
42
43
12 Seunebok Lueng
13 Drien Rampak
14 Cot Buloh
15 Simpang Peut
16 Rimba Langeh
17 Seuneubok Tengoh
18 Gunong Pulo
19 Karang Hampa
20 Peulante
21 Ujong Simpang
22 Panton Makmur
23 Panton Bahagia
24 Cot Jurumudi
25 Alue Sundak
26 Alue Bagok
27 Alue Batee
Sumber : Bps Aceh Barat.
Tabel 4.2 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada Kecamatan Arongan
Lambalek.
No Nama Gampong Laki-laki Perempuan
1 Panteu Mutia - -
2 Suak Bidok - -
3 Suak Ie Beusou - -
4 Suak Kemude 127 130
5 Arongan 98 100
6 Cot Kumbang - -
7 Keuh 641 656
8 Peuribu 1116 1141
9 Teupin Peuraho 731 748
10 Ujong Beusa 205 209
11 Kubu 407 416
44
12 Seunebok Lueng 215 220
13 Drien Rampak 734 750
14 Cot Buloh 401 410
15 Simpang Peut 819 838
16 Rimba Langeh 459 469
17 Seuneubok Tengoh 1668 1715
18 Gunong Pulo 334 342
19 Karang Hampa 189 193
20 Peulante 687 702
21 Ujong Simpang 536 548
22 Panton Makmur 233 238
23 Panton Bahagia 170 174
24 Cot Jurumudi 194 198
25 Alue Sundak 291 297
26 Alue Bagok 405 414
27 Alue Batee 187 191
Jumlah Total 10.847 11.099
Sumber : Bps Aceh Barat.
Berdasarkan tabel diatas, maka jumlah penduduk pada Kecamatan
Arongan Lambalek berjumlah 21.946, laki-laki berjumlah 10. 847 sedangkan
perempuan berjumlah 11.099. ada beberapa gampong yang tidak ditempati oleh
penduduk setempat yaitu gampong Pante Mutia, Suak Bidok, Suak Ie Beusou
dan Cot Kumbang.
4.2 Kondisi Sosial
Kehidupan masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek. Bermata pencarian
yang mayoritasnya sebagai petani,pedagang, jasa-jasa dll. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
45
Tabel 4.3. Jumlah penduduk Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten
Aceh Barat berdasarkan mata pencarian.
No Lapangan Usaha Jumlah Penduduk Persentase
1 Pertanian, pemburuan dan
kehutanan
12,022 54,77
2 Pertambahan dan Perggalian 42 0,19
3 Industri Pengelolaan - -
4 Listrik, Gas dan Air 12 0,05
5 Bangunan dan Kontruksi 1,240 5,65
6 Perdagangan 7,089 32,30
7 Angkutan dan Komunikasi 22 0,10
8 Lembaga Keuangan - -
9 Jesa-jasa lainnya 1,519 6,92
Jumlah 21,946 100,00
Berdasarkan : Badan Pusat Statistik Aceh Barat.
Berdasarkan mata pencarian, Penduduk Kecamatan Arongan Lambalek
Sebanyak 54,77 persen bergerak di sektor pertanian, yang disebabkan oleh
banyaknya masyarakat tinggal di daerah perdesaan. Kemudian sebesar 32,30
persen bekerja pada sektor perdagangan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa
kemasyarakatan sebesar 6,92 persen penduduk. Sektor pertambangan dan
penggalian hanya mampu menyerap 0,19 persen tenaga kerja.
4.3 Kondisi Sosial dan Budaya
Kondisi sosial budaya Masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek
merupakan sistem sosial budaya kebersamaan yang bernuansa islami. Hak ini
terlihat dengan masih tergalangnya kegiatan sosial seperti gotong royong,
masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek masih menjaga serta melestarikan
46
Budaya leluhur seperti, dalail khairat, meudike, adat peusijuk pada warga dan
ikut perpatisipasi dalam kegiatan perkawinan (Tung linto dan dara baro)
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 kemiskinan yang terjadi pada Kalangan Masyarakat
Kemiskinan memang sudah menjadi masalah yang berkepanjangan pada
wilayah negara Indonesia. Setiap daerah-daerah yang berada dikepulauan
Indonesia masih banyak masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan,
salah satu daerah yang terkenak dampak kemiskinan yaitu, daerah Meulaboh. Ini
adalah salah satu daerah musibah pada tahun 2004 silam yaitu bencana tsunami.
Masih banyak nya penderitaan yang diterima oleh para korban tsunami hingga
saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti, berdasarkan pernyataan dari
informan I. Ia mengatakan bahwa,
“Hilangnya mata pencarian yang dulu sebelum tsunami, dulunya
sebagai nelayan sekarang sudah berubah profesi menjadi seorang
buruh, yang jumlah pendapatnya sangat minim, untuk makan saja
harus di hemat-hemat, apalagi sekarang harga bahan pokok naik,
kami sangat terkenak dampak dari semua ini, kemiskinan yang
selalu mehantui kami. Bantuan untuk masyarakat miskin sudah
jarang kami dapatkan, kami harapkan pemerintah memperhatikan
rakyatnya yang hidup dalam kemiskinan”. (Hasil wawancara
dengan informal I Rustam Sekdes, tanggal 01 Mei 2014)
Selanjutnya salah seorang informal 2 mengatakan bahwa,
“kemiskinan saat ini semakin terasa pada kami, apalagi pada saat kami
Irelokasi pada tempat yang jauh dari tempat kami tinggal
47
Dulu, kami menempuh jarak yang jauh untuk mencari nafkah”. (Hasil
wawancara peneliti dengan informan 2 tanggal 02 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informal 2. Ia mengatakan
bahwa,
“Masyarakat di gampong ini rata-rata berada pada taraf kemiskina,
bantuan dari pemerintah sangat jarang disalurkan, akses untuk ke
kota sangat jauh jarak yang harus kami tempuh, gampong kami
termasuk daerah terisolir, kami harap pemerintah mau mebantu
masyarakat yang berada pada daerah ini, dengan membuat
program-pogram dan menciptakan lapangan kerja yang bisa
menbuat perkekonomian masyarakat di gampong ini”. (Hasil
wawancara dengan informan 2 Saidah, tanggal 03 Mei 2014).
Informasi 2 juga menyatakan bahwa,
“ Kami sangat merasakan dampak dari stunami, rumah jami
direlokasikan, kehidupan kami sangat menderita dengan keadaan
yang seperti ini”.(Wawancara peneliti dengan informan, tanggal 04
Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3. Ia
mengatakan bahwa,
“Masyarakat yang berada pada gampong rata-rata tidak ada
pekerjaan yang menetap, masyarakat disini bekerja di sawah dan di
hutan, apa saja yang bisa menghasilkan uang secara halal tetap di
kerjakan, karena lapangan kerja disini sangat kurang”. (hasil
wawancara dengan informan 3 nurma, tanggal 04 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan dari informan 4. Ia mengatakan bahwa,
“Lapangan kerja yang berbatas, sehingga masyarakat disini banyak yang
menganggur, dan ada juga yang bekerja sebentar, 2 hari kemudian menganggur
lagi, kerja nya yang tidak menentu”. (Hasil wawancara dengan informan 4
Zalikha tanggal 06 Mei 2014)
48
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 5. Ia mengatakan
bahwa,
“Kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah, ini
menjadi suatu masalah besar bagi kehidupan masyarakat relokasi,
karena pemberdayaan masyarakat yang mandiri, Namun saat ini
kehidupan masyarakat relokasi sangat sulit untuk
mengembangkan diri, karena perbedaan yang dilakukan baik dari
organisasi non-pemerintah maupun pemerintah hanya untuk
menjalankan program semata, selesai program makan masa
pemberdayaan berakhir”. (Hasil wawancara dengan informan 5,
Fatimah tanggal 08 Mei 2014).
Selanjutnya informan 5 menambahkan bahwa,
“Pasca relokasi masyarakat mengalami kemiskinan karena jauhnya
akses transprortasi dalam menuju tempat untuk mencari nafkah,
karena sandang, pangan dan papan yang menjadi konsumtif lebih
tinggi, maka membutuhkan pendapatan yang layak untuk
mewujudkan kesejahteraan. Namun dari pada itu akses transportasi
yang sangat jauh hingga mempersulit para kaum ibu untuk bekerja.
Sedangkan dilokasi direlokasi tidak mempunyai lahan yang
produktif. Dengan tidak ada lahan yang produktif sehingga kaum
ibu banyak yang menganggur. Perlakuan pemerintah terhadap
pemanfaatan potensi sumber daya lokal penduduk miskin dengan
tidak melakukan pemberdayaan secara efesien, sehingga
kemiskinan tidak bisa dihindari dari kehidupan masyarakat relokasi
saat ini merupakan kemiskinan yang terjadi secara alamiah.
Dimana kemiskinan ini terjadi akibat kondisi tempat tinggal
masyarakat yang tidak produktif, disamping lahan yang diberikan
sangat sempit juga tidak memiliki potensi alam perikanan dan
pertanian”. (Hasil wawancara dengan informan 2 Fatimah, tanggal
04 Mei 2014).
4.4.2 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan pada masyaralat
Relokasi
49
Dalam penduduk yang mayoritasnya masih berada pada taraf kemiskinan,
pemerintah harus mengambil kebijakan melalui program-program perbedayaan
serta
mengikutsertakan masyarakat tersebut dalam kegiatan yang diselenggarakan
pemerintah setempat. Banyak daerah-daerah yang penduduknya masih berada
dalam kemiskinan pada provinsi Aceh.
Berdasarkan pernyataan dari informan 1. Ia mengatakan,
“pemerintah sudah melakukan sebagai macam program dalam
Pemberdayaan masyarakat di daerah tersebut, tetapi ada daerah-
daerah yang akses nya sulit ditempuh, ada juga bantuan-bantuan
untuk masyarakat yang berada pada Kecamatan Arongan
Lambalek yang diberikan oleh pemerintah”. (Hasil Wawancara
dengan informan 1 Rustam Sekdes, tanggal 6 Mei 2014).
Selanjutnya berdasarkan ungkapan dari informan 2. Ia
mengatakan bahwa,
“Selama ini memang ada bantuan yang diterima oleh pemerintah,
seperti, bantuan dari pertaniaan dari tirfan, bantuan nelayan dari
CWS, bantuan peternakan lembut dari Pemkab Aceh Barat 27
ekor, raskin. Namun dari penduduk miskin yang ada tidakl merata
memperolehnya”. (Hasil wawancara dengan informan Saidah,
tanggal 5 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan dari informan 3. Ia mengatakan bahwa,
“Pemerintah juga memberikan bantuan kepada masyarakat
setempat dengan syarat mengajukan proposal kepada pemerintah,
proposal usaha yang akan dilakukan oleh masyarakat di gampong
tersebut”. (Hasil wawancara dengan informan 3 Nurma, tanggal 6
Mei 2014).
Selanjutnya seorang informan 4 mengatakan bahwa,
50
“Sudah ada program dari pemerintah untuk masyarakat disini,
tetapi selama ini masih kurangnya kontral pemerintah terhadap
bantuan yang telah diberikan, sehingga menimbulkan kegagalan
pemberdayaan dalam masyarakat di gampong kami”. (Hasil
wawancara dengan informan 4 Zalkha, tanggal 7 Mei 2014)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 5. Ia mengatakan
bahwa,
“Ada sebagian program-program yang direalisasikan oleh
pemerintah yang langsung dipekerjakan masyarakat gampong
tersebut, tapi program nya hanya sementara dan tidak berlangsung
lama”. (Hasil wawancara dengan informan 5 Fatimah, tanggal 7
Mei 2014)
Selanjutnya berdasarkan dari pernyataan dari informan 2. Ia
mengatakan bahwa,
“Sebagian masyarakat jug mendapatkan bibit-bibit perkebunan,
seperti karet, sawit, padi, dan juga bibit peternakan seperti kerbau
dan sapi dll. Bantuan itu hanya sebahagian masyarakat saja yang
dapat menikmati nya tidak semua masyarakat miskin dapat
merasakan nya”. (Hasil wawancara dengan informan Saidah,
tanggal 08 Mei 2014).
Selanjutnya informan 3 mengatakan bahwa,
“Perhatian pemerintah hanya dengan memberikan bantuan lembu,
namun lembu itu harus dikembangkan untuk mendapatkan untuk
dapat dibagi seadil-adilnya kepada masyarakat, perhatian
pemerintah dalam memberikan dan jarang untuk mengontrol
bantuan-bantun yang
51
sudah direalisasikan kepada masyarakat”. (Hasil wawancara
dengan informal 3 Nurma, tanggal 09 Mei 2014).
4.4.3 Hambatan Pemerintah dalam Menangani Kemiskinan pada
Masyarakat Relokasi Pasca Tsunami
Dalam kehidupan masyarakat pedesaan saat lazimnya dapat banyak
Masyarakat berada pada taraf kemiskinan, banyak disebabkan oleh faktor-foktor
yang kurang mendukung daerah pedesaan sehingga mengalami kegagalan
perekonomian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informal 1. Mengatakan
bahwa,
“Akses untuk menuju pada daerah-daerah pedesaannya sangat
susah kita lewati, apalagi bila musim hujan, hampir tidak bisa
dilewati, pihak pemerintah mendahulukan daerah yang mudah
diakses”. (Hasil wawancara dengan informan 1 Rustam Sekdes,
tanggal 05 Mei 2014).
“Sumberdaya manusia nya sangat minim di daerah tersebut,
masyarakat sangat ketergantungan kepada pemerintah dalam segi
hal teknik dalam perkebunan maupun yang lainnya”. (Hasil
wawancara dengan informan 1 Rustam Sekdes, tanggal 05 Mei
2014).
52
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1. Ia mengatakan
bahwa,
“Akses masyarakat untuk kekota sangat jauh, jadi masyarakat
yang berada di daerah tersebut perekonomian tidak stabil,
sungguh lamban untuk bertransaksi langsung dengan
perekonomian dikota”. (Hasil wawancara dengan informan 1.
Tanggal 05 Mei 2014)
Selanjutnya informasi 1 menembahkan bahwa,
“Masyarakat relokasi tidak lepas dari ketergantungan, dimana
kondisi masyarakat dengan alasan lahan sempit yang diberikan
oleh pemerintah dan tidak memiliki sumber daya alam
disekelilingnya sehingga selalu menumpu harapan pada sifat
ketergantungan diri pada pemerintah, senenarnya pemerintah
sudah sangat banyak memberikan bantuannya kepada masyarakat
relokasi namun masyarakat tidak mengelola secara efisien.
Karena masyarakat memamfaatkan bantuan pemerintah untuk
memamfaatkan untuk mewujutkan kesejahteraan hidup
sementara , sehingga sangat sulit memandirikan masyarakat
delokasi untuk menjadi masyarakat yang produktif”. (Hasil
wawancara dengan informan 1, tanggal 05 Mei 2014)
4.5 Pembahasan
4.5.1 Kemiskinan yang terjadi pada Kalangan Masyarakat
Dengan mengatasi kemiskinan, pemerintah memang sudah banyak
membuat program-pogram untuk mengurangi angka kemiskinan, tetapi hal ini
sangat sulit untuk di hilangkan, kemiskinan yang terjadi pada masyarakat
Kecamatan Arongan Lambalek disebabkan oleh banyak faktor, yaitu dari segi
faktor sumber daya manusia, faktor kurang nya lapangan pekerjaan, lahan
pekerjaan mereka sudah berubah, yang dulunya di laut sekarang menjadi
53
pertanian atau pekebunan, pemberdayaan dari pemerintah yang kurang. Hal ini
sudah tidak lazim lagi pada masyarakat yang ekonominya rendah.
Tabel 4.4 penyebab kemiskinan yang terjadi pada masyarakat Kecamatan
Arongan Lambalek
N
o
Penyebab banyaknya Masarakat Miskin
1. Lapangan kerja yang sangat minim
Pemberdayaan Pemerintah yang kurang dan gagal
3 akses perekonomian juah dari perkotaan
4 Berubahnya mata pencarian masyarakat yang dulu banyak
sebagian nelayan sekarang menjadi petani/pekebun maupun
peternakan
Sumber : Hasil wawancara dengan informan
4.5.2 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan pada
Masyarakat Relokasi
Pemerintah setiap tahunnya membuat dan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan dalam mengatasi permasalahan kemiskinan yang
berada di wilayah Indonesia. Beberapa upaya pemerintah yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten
Aceh Barat. Yaitu, program pemberdayaan masyarakat, pemberian
bantuan dalam bidang peternakan dan pertanian kepada masyarakat
setempat, pemberian kewewenang kepada pemerintah gampong dalam
membuat suatu kegiatan pada masyarakat dengan mengajukan proposal
kepada pemerintah daerah.
Tabel 4.5upaya pemerintah dalam menangani kemiskinan pada
masyarakat Kecamatan Arongan Lambalek
No Upaya Pemerintah Kecamatan Arongan Lambalek
1 Memberikan bantuan pertanian dan peternakan
2 Membuat program gampong
3 Memberikan kekuasaan dalam membuat program melalui
pengajuan proposal kepada pemerintah
4 Memberikan bantuan sosial
5 Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat
Sumber : Hasil Wawancara dengan informan
54
4.5.3 Hambatan Pemerintah dalam Menangani Kemiskinan pada
Masyarakat Relokasi Pasca Tsunami
Dalam merayalisasikan pogram-program maupun kegiatan yang telah
dicanangkan oleh pemerintah tidak luput dari pada hambatan-hambatan yang
terjadi ketika di lapangan, salah satu hambatan yang terjadi pada Kecamatan
Arongan Lambalek adalah akses jalan pada gampong-gampong sangat susah
untk dilewati, serta sangat tergantungnya masyarakat kepada pemerintah karena
sumber daya manusia masih sangat minim.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai Kondisi Kemiskinan Masyarakat Relokasi Pasca
Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemerintah setempat telah melakukan berbagai program-program serta
pemberian bantuan sosial serta bantuan pangan kepada masyarakat yang
terkena dampak stunami yang berada pada daerah rolokasi, pemerintah
juga mengikut sertakan masyarakat setempat bila ada kegiatan pekerjaan
di daerah tersebut, rancangan program dari desa untuk bisa langsung
membuat proposal bila ingin membuat suatu kegiatan pada masyarakat
juga sudah dilaksanakan.
2. Akses tranfortasi yang sangat erat dilewati, SDM masyarakatnya masih
banyak kurang, pemberdayaan dari aparatur kita juga sangat minim dan
jarang sehingga menghambat masyarakat dalam melakukan suatu
kegiatan yang sudah diberikan oleh pemerintah. Masyarakat setempat
masih sangat bergantung pada pemerintah. Akses perjalanan ke
gampong-gampong yang berada di Kecamatan Arongan Lambalek
sangan susah di lalui.
55
5.2 Saran
Setelah penelitian mendapatkan hasil penelitian, maka peneliti mencoba
memberikan saran-saran mengenai Kondisi Kemiskinan Masyarakat Relokasi
Pasca Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat sebagai
berikut:
1. Pemerintah lebih menfokuskan daera-daerah perpencil memajukan suatu
daerah, pemerintah harus lebih efektif dan efesien lagi dalam hal
pemberdayaan serta mampu mendidik dalam meningkatkan semberdaya
manusia pada daerah Arongan Lambalek dan membuka lapangan kerja
baru untuk masyarakat setempat.
2. Masyarakat harus bisa mandiri tampa harus selalu ketergantungan pada
pemerintah dalam hal pencapaian hasil, masyarakat harus lebih kompak
dan bekerjasama dalam hal pencapaian hasil, masyarakat harus lebih
kompak dan bekerjasama dalam peningkatan produktivitas pertanian dan
peternakan.
54
56
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Susityani, 2014 kemitraan dan model-model
Pemberdayaan. Ghara Ilmu. Yogyakart
Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. PT Reneka Cipta. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat, 2001, Ekonomi Pembangunan, teori masalah dan kebijakan,
UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mambrur, 2012, Kemiskinan masyarakat Agraris (Studi Kasus di Desa
Kasiwiang, Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. Fisp-Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Mikkelsen, Britha., 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya
Pemberdayaa. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Mubuarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.
Bandung.
Nugroho. Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: perspektif
Ekonom, Sosial dan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.
Noor. 2011. Metodologi Penelitian : Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Ridlo, Mohammad Agung. 2001, Kemiskinan di Perkotaan. Penerbit Unissula
Press. Semarang.
Ritzer, geoge, dan, Goodman, j, Douglas, 2007, Teori Sosiologi Modern,
Prenada
Media Group Jakarta.
Sugiyono. 2012, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D: Alfabeta.
Bandung.
Suharto, edi. 2006 a. Analisi Kebijakan Publik : PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Zaini, 2011. Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Pemukiman Kumuh,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas.
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Wawancara dengan Masyarakat Arongan.
Masyarakat :
1. Bagaimanakah perekonomian masyarakat setempat setelah tsunami ?
2. Apakah semua masyarakat disini terkena dampak dari stunami ?
3. Bagaimanakah kondisi kemiskinan semakin banyak pada daerah ini ?
4. Bagaimanakah kondisi kemiskinan belum bisa di hilangkan pada
masyarakat yang berada di daerah ini ?
5. Apa saja pemberian bantuan yang disalurkan oleh pemerintah ?>
Pedoman Wawancara pada Pemerintah
Pegawai Arongan :
1. Sejauh ini apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
daerah arongan ?
2. Apa saja program dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah sudah
berjalan dengan lancar ?
3. Apakah program dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah sudah
berjalan dengan lancar ?
4. Apa saja hambatan pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran
di daerah arongan ?
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MEULABOH –BANDA ACEH
Telp : (0655) 7001959 Laman : www.utu.ac.id. Email : [email protected] Kode pos 23615
Nomor : /UN59.5/LT/IX/2014
Lampiran :
Hal : Permohonan penelitian Lapangan
Kepada Yth,
Keuchik Gampong Arongan Lambalek
Kec. Arongan Lambalek
Kab. Aceh Barat
Dengan hormat.
1. Program Studi Sosiologi. Fakulltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Menerangkan
bahwa nama di bawah ini :
2. Adapun tujuan kegiatan di maksud agar mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung deskripsi lapangan dalam bentuk
tinjauan ilmuah, guna menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa (i) untuk mendukung penyelesaian tugas akhir
mahasiswa (skripsi) tersebut yang diwujudkan dalam sebuah data
informasi dan tugas ilmiah dengan judul “kondisi Kemiskinan
Masyarakat Relokasi Pasca Tsunami”
3. Berkenaan dengan hal tersebut di atas. Kami mohon kesediaan
Bapak/Ibu agar sudi kiranya menerima mahasiswa (i) kami di
lapangan /tempat yang Bapak Pinpin untuk menyelesaikan tugas
yang dibebankannya.
4. Demikian kami sampaikan, atas bantuan serta kerjasama yang baik
kami ucapkan terima kasih.
Mengetahui
Pembantu Dekan I
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
(Muhammada Idris, M. Pd)
NIDN : 0123037902
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT
KECAMATAN ARONGAN LAMBALEK
GAMPONG ARONGAN
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN TUGAS
Nomor : 089/11.05.07.01.2001/2014
Keuchik Gampong Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, Dengan ini
menerangkan bahwa :
Nama : ZAHRA SETIAWATI
NIM : 07C2021 0042 / Mahasiswa Universitas Teuku Umar Meulaboh
Fakultas : Sosial Ilmu Politik
Jurusan : Sosiologi
Benar yang namanya tersebut diatas adalah pernah melakukan penelitian di
daerah relokasi Gampong Arongan Kec. Arongan Lambalek pada tanggal 01
Mai 2014 dengan judul penelitiannya “Kondisi Kemiskinan Masyarakat
relokasi Pasca Tsunami di Kecamatan Arongan Lambalek “
Demikianl Surat Keterangan ini dikeluarkan untuk dipergunakan seperlunuya.
Arongan 27 September 2014
Keuchik Gampong Arongan
JAUHARISYAM