ANALISIS GAYA BAHASA PUISI DALAM SURAT KABAR
KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2012 DAN SKENARIO
PEMBELAJARANNYA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Siti Khodiyah
082110070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
i
ANALISIS GAYA BAHASA PUISI DALAM SURAT KABAR
KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2012 DAN SKENARIO
PEMBELAJARANNYA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Siti Khodiyah
082110070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
„Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(HR Ahmad).
“Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika
niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu
buruk” (Imam An Nawawi).
“Bagi siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga” (H R Muslim).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan bapak tercinta, adikku,
keluarga kecilku, dan anakku
yang selalu mencurahkan
kasih sayang, dukungan dan
doa yang tulus tiada henti.
2. Semua keluarga besar yang
telah memotivasi dan mendoa-
kan saya untuk meraih cita-
cita.
3. Teman-teman seperjuangan
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 2008 yang saya
banggakan.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Analisis Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi Januari-April 2012
dan Skenario Pembelajarannya di SMA”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo
yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis mengikuti
perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Purworejo ini.
2. Drs. Hartono, M. M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin dan
rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian dan pengumpulan data
untuk penyusunan skripsi ini.
3. Drs. H. Bagiya, M. Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan dosen Pembimbing II yang telah memberikan koreksi,
perhatian, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd., dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
vii
viii
ABSTRAK
Khodiyah, Siti. “Analisis Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012 dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2013.
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menjelaskan: (1) pemakaian
gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012, (2) skenario
pembelajaran gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
di kelas X SMA.
Teori yang digunakan adalah teori Keraf (2009), gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa
dan kepribadian penulis (pemakai bahasa), dan teori Tarigan (1986) tentang
pengajaran gaya bahasa. Teori ini memfokuskan pada pemakaian gaya bahasa
puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 dan skenario
pembelajarannya di kelas X SMA.
Teknik penelitian skripsi ini menggunakan teknik simak catat. Teknik
simak catat adalah mencatat data-data yang ditemukan ke dalam kartu pencatat
data. Dalam teknik analisis data digunakan metode analisis mengalir yaitu
mengkaji dan membahas seluruh isi teks secara teliti dengan memfokuskan pada
gaya bahasa puisi (Huberman, 1992: 16-18).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa puisi pada surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012 memiliki banyak gaya bahasa di
dalamnya. (1) Pemakaian gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012, yaitu: (a) gaya bahasa persamaan/simile, (b) gaya bahasa
metafora, (c) gaya bahasa alegori, (d) gaya bahasa personifikasi atau
prosopopoeia, (e) gaya bahasa alusi, (f) gaya bahasa sinekdoke, (g) gaya bahasa
metonomia, (h) gaya bahasa hipalase, dan (i) gaya bahasa satire, (2) Skenario
pembelajaran gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
di kelas X SMA berdasarkan KTSP adalah sebagai berikut: (a) Pendahuluan,
meliputi: memotivasi siswa; menjelaskan indikator dan tujuan yang ingin dicapai,
(b) Inti, meliputi mengidentifikasi dan menganalisis gaya bahasa puisi pada surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012, (c) Penutup, meliputi: refleksi yaitu guru
memberikan penguatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa dan pemberian
tugas; (i) menyebutkan gaya bahasa puisi yang terdapat dalam surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012!, (ii) menjelaskan fungsi gaya bahasa personifikasi yang
terdapat dalam puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012!
Kata kunci: Gaya Bahasa, Puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012.
ix
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Penegasan Istilah .................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
F. Sistematika Skripsi .............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
B. Kajian Teori ......................................................................... 12
1. Gaya bahasa………....………………………………... 12
2. Puisi ............................................................................... 23
3. Skenario Pembelajaran Puisi di Kelas X SMA .............. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian ................................................................... 36
B. Fokus Penelitian ................................................................... 36
C. Data dan Sumber Data ......................................................... 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 38
G. Teknik Penyajian Data ......................................................... 39
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ..................................................................... 40
1. Pemakaian Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas
Edisi Januari-April 2012 ................................................ 40
2. Skenario Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar
x
Kompas Edisi Januari-April 2012 di Kelas X SMA ..... 40
B. Pembahasan Data ................................................................ 42
1. Pemakaian Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas
Edisi Januari-April 2012 ................................................ 43
2. Skenario Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar
Kompas Edisi Januari-April 2012 di Kelas X SMA ....... 67
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 75
B. Saran ................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Gaya Bahasa yang terdapat pada puisi Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012 ........................................................................... 41
Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Puisi Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012 di Kelas X SMA………………………………. 41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Puisi Surat Kabar Kompas Edisi Januari-April 2012
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini, peneliti akan memaparkan mengenai latar belakang
masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
A. Latar Belakang
Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang berupa ekspresi
jiwa yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dengan menggunakan
bahasa sebagai media penyampaiannya. Selain itu, oleh manusia, ekspresi
jiwa ini disampaikan dengan menggunakan bahasa-bahasa yang indah
sehingga memiliki nilai estetis dan membuat pembaca tertarik untuk
menikmati karya sastra tersebut. Karya-karya yang menggunakan bahasa-
bahasa yang indah dalam karya sastra dapat berupa cerpen, novel, drama, dan
puisi. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Aminudin (2009: 134) bahwa
puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai
media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya
lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan
pelukisnya. Jadi, puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang
berhubungan erat dengan kejiwaan atau perasaan dari penyairnya. Seorang
pengarang atau penyair dalam membuat atau menulis sebuah puisi selalu
berhubungan erat dengan suasana hati saat menghasilkan sebuah puisi,
misalnya saja ketika pengarang sedang dilanda asmara atau jatuh cinta, maka
2
umumnya seorang pengarang akan menghasilkan puisi-puisi yang bertemakan
tentang cinta. Hal tersebut dapat tercipta karena pengarang memiliki
ketertarikan pada objek tersebut. Objek itu dapat berupa sebuah benda,
peristiwa atau kejadian yang sangat berarti bagi pengarang, entah berkaitan
dengan manusia atau makhluk yang lainnya.
Ketertarikan pengarang pada sebuah objek kemudian dituangkannya
dalam bentuk bahasa-bahasa kiasan yang dapat menjadi sebuah karya sastra
yaitu puisi. Pengarang dapat mengutarakan maksudnya dengan menggunakan
bahasa-bahasa kiasan yang tentunya akan menarik perhatian bagi pembaca
yang membacanya. Melalui bahasa kiasan pengarang berharap agar pembaca
dapat memahami maksud dari puisi yang dihasilkannya. Penggunaan bahasa
kiasan oleh pengarang merupakan salah satu wujud dari penyimpangan
terhadap kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Menurut Keraf, bahasa kias adalah
bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata
pembentuknya (Nurgiyantoro, 1998: 298). Hal itu berarti makna bahasa kias
merujuk pada makna tersirat bukan merujuk pada makna tersurat.
Kompas merupakan salah satu nama surat kabar terkemuka di Indone-
sia yang berdiri pada tanggal 28 Juni 1965. Koran yang didirikan oleh P.K.
Ojong ini diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan
bagian dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Puisi-puisi yang diterbitkan
oleh Kompas adalah puisi-puisi yang diciptakan oleh penulis-penulis yang
berkompeten. Hal tersebut dikarenakan sebuah karya sastra khususnya puisi
yang dimuat di surat kabar Kompas tentu saja sudah melalui proses seleksi
3
yang cukup ketat dan memiliki kualitas yang mumpuni untuk dibaca oleh
segala kalangan.
Kedudukan sastra di dalam kurikulum sekolah tentunya tidak dapat
berdiri sendiri. Pembelajaran sastra sendiri merupakan salah satu bagian dari
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang tidak dapat terpisahkan.
Dengan demikian, kedudukan puisi sebagai salah satu bahan pembelajaran di
sekolah sangatlah penting, yaitu agar siswa memiliki rasa peka terhadap
lingkungan dan situasi di sekitarnya. Oleh karena itu, seorang guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas serta mendalam mengenai
pembelajaran sastra agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dan memiliki
rasa peka terhadap lingkungan. Rahmanto (1988: 15) menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran sastra adalah untuk meningkatkan kemampuan apresiasi
terhadap karya sastra, lebih dari itu pembelajaran sastra dapat memberikan
sumbangan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat. Selain itu, pembelajaran sastra juga membantu siswa
memperoleh keterampilan berbahasa yang lain, yaitu menyimak, menulis,
berbicara, serta mendengarkan. Berdasarkan manfaat-manfaat tersebut,
pembelajaran sastra dapat berperan untuk meningkatkan kepribadian siswa
dan menumbuhkan rasa peka siswa terhadap masalah-masalah yang ada di
lingkungannya sehingga dapat dipecahkan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan alasan penulis memilih puisi-
puisi yang dimuat oleh surat kabar Kompas Edisi Januari-April 2012 berikut
ini.
4
1. Puisi-puisi yang diterbitkan oleh Kompas layak untuk dibaca oleh
berbagai kalangan, terutama pelajar dan mahasiswa karena sebelum
dimuat puisi-puisi tersebut sudah melalui proses seleksi sehingga puisi-
puisi yang dimuat memiliki kualitas dari segi isi dan diksinya.
2. Puisi-puisi yang diterbitkan oleh Kompas mengandung gaya bahasa yang
beraneka ragam sehingga penulis tertarik untuk menelitinya.
3. Puisi-puisi yang diterbitkan oleh Kompas layak untuk dijadikan sebagai
bahan pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran puisi tentang gaya
bahasa di SMA, kelas X.
.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan adanya salah pengertian dalam
penelitian ini, perlu diberi batasan pengertian sebagai berikut.
1. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya) (KBBI, 2008: 58).
2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung
tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 2009:
113). Menurut Muljana, gaya bahasa adalah susunan perkataan yang
5
terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang
menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca (Pradopo,
2009: 93).
3. Puisi
Menurut Aminudin (2009: 134) puisi merupakan salah satu cabang
sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk
membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang
menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan
pelukisnya.
4. Kompas
Kompas merupakan nama surat kabar Indonesia yang berkantor
pusat di Jakarta. Kompas yang didirikan oleh P.K.Ojong pada tanggal 28
Juni 1965 ini diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang
merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Koran ini
juga terbit dalam bentuk KOMPAS. Com yang dikelola oleh PT Kompas
Cyber Media.
5. Skenario
Skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan
demi adegan yang tertulis secara terperinci; rancangan penyelenggaraan
(upacara, pesta, dan sebagainya) (KBBI, 2008: 1324).
6
6. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (SISDIKNAS, 2003:
11)
7. SMA
SMA merupakan singkatan dari Sekolah Menengah Atas yang
merupakan salah satu jenjang pendidikan lanjutan setelah menempuh
sekolah sembilan tahun (SMP).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul
”Analisis Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi Januari-
April 2012 dan Skenario Pembelajarannya di SMA” adalah penelitian
tentang gaya bahasa dalam puisi pada surat kabar Kompas Edisi Januari-
April 2012 dan skenario pembelajaran gaya bahasa puisi di SMA kelas
X.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini dipaparkan di bawah ini.
a. Bagaimanakah gaya bahasa puisi yang terdapat dalam surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012?
b. Bagaimanakah skenario pembelajaran gaya bahasa puisi yang terdapat
dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 dalam pembelajaran
puisi di SMA kelas X?
7
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. mendeskripsikan dan menjelaskan gaya bahasa puisi yang terdapat dalam
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012;
2. mendeskripsikan dan menjelaskan skenario pembelajaran gaya bahasa
puisi yang terdapat dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di
SMA kelas X.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat dari segi teoretis
dan segi praktis.
1. Segi Teoretis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah kepustakaan hasil penelitian dalam bidang sastra, terutama
penelitian mengenai analisis gaya bahasa puisi.
2. Segi Praktis
a. melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengembangkan
keterampilan menganalisis gaya bahasa yang terdapat pada berbagai
macam karya sastra.
8
b. melalui penelitian ini diharapkan guru Bahasa dan Sastra Indonesia
memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang analisis
sastra melalui pendekatan kebahasaan.
c. melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penulisan
lainnya khususnya analisis gaya bahasa yang terdapat pada puisi.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar pemahaman terhadap skripsi ini jelas dan logis, skripsi
tersistematika sebagai berikut.
Bagian awal skripsi ini terdiri atas halaman judul, persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan, moto dan persembahan,
prakata, daftar isi, dan abstrak. Bagian pokok dalam skripsi ini terbagi
menjadi lima bab, yaitu:
Bab I berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis, (a) tinjauan pustaka
berisi kajian terhadap penelitian atau kajian terdahulu yang relevan dengan
topik penelitian, (b) kajian teori berisi teori-teori yang dijadikan landasan
peneliti sebelum melakukan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembahasan data hasil penelitian.
9
Bab III berisi tentang metodologi penelitian, yaitu objek penelitian,
fokus penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil penelitian.
Bab IV meliputi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini,
peneliti akan menguraikan tentang macam-macam gaya bahasa puisi yang
terdapat dalam surat kabar Kompas Edisi Januari-April 2012 dan skenario
pembelajaran gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012 di kelas X SMA.
Bab V berisi penutup. Bab ini merupakan uraian singkat pembahasan
pada bab IV dan saran.
Bagian akhir dalam skripsi ini meliputi daftar pustaka berisi tentang
daftar buku-buku yang menjadi referensi dan pedoman dalam pembuatan
skripsi serta lampiran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Berikut ini penulis uraikan mengenai tinjauan pustaka terhadap penelitian-
penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teoretis yang berisi teori-teori dari
pakar yang menjadi landasan penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan pandangan atau pendapat dari buku-buku
(pustaka) yang masih berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas oleh
peneliti. Penelitian tentang kemampuan memahami karya sastra, khususnya
memahami strukturnya sudah cukup banyak dilakukan. Begitu pula dengan
penelitian tentang gaya bahasa pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indone-
sia sudah banyak dilakukan. Pada tinjuan pustaka ini, penulis melihat dua
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu
penelitiaan yang dilakukan oleh Dedy Purbady (2005) dan Sumartini (2011).
Penelitian Purbady (2005) yang berjudul “Penggunaan Majas dalam
Kumpulan Cerpen Di Laut Kita Jaya Karya Tri Budhi Sastrio”, memperma-
salahkan penggunaan majas yang terdapat dalam kumpulan cerpen Di Laut
Kita Jaya karya Tri Budhi Sastrio dan pemanfaatan majas dalam kumpulan
cerpen Di Laut Kita Jaya karya Tri Budhi Sastrio. Dalam penelitiannya, Pur-
bady menyimpulkan beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan
cerpen Di Laut Kita Jaya karya Tri Budhi Sastrio yaitu, (1) majas perban-
dingan, meliputi majas personifikasi, majas sinekdoke pars pro toto, majas hi-
11
perbola, majas alegori, majas eufimisme, majas antonomasia; (2) majas pene-
gasan, meliputi majas paralelisme, majas tautologi, majas ekslamasio, majas
simetri, majas koreksio, majas pleonasme, majas retorik; (3) majas perten-
tangan, meliputi majas antithesis, majas paradoks, majas kontradiksio, majas
intermemis; dan (4) majas perulangan, meliputi majas aliterasi dan majas re-
petisi.
Penelitian yang dilakukan Purbady memiliki persamaan dan perbe-
daan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaannya ada-
lah sama-sama meneliti gaya bahasa, sedangkan perbedaan penelitian ini ter-
letak pada objek kajiannya. Objek kajian yang diambil oleh Purbady adalah
kumpulan cerpen, sedangkan penulis meneliti gaya bahasa puisi surat kabar.
Penelitian Sumartini (2011) yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa da-
lam Puisi Kidung Bulan Tertikam Antologi Puisi Penyair Purworejo dan Ke-
mungkinan Pengajarannya di SMK Kelas XII”. Dalam penelitiannya, Sumar-
tini menyimpulkan beberapa gaya bahasa yang terdapat dalam Puisi Kidung
Bulan Tertikam Antologi Puisi Penyair Purworejo, yaitu (1) gaya bahasa per-
sonifikasi, (2) gaya bahasa hiperbola, (3) gaya bahasa tautologi, (4) gaya ba-
hasa eufimisme, (5) gaya bahasa retorik, (6) gaya bahasa erotesis, dan (7)
gaya bahasa repetisi.
Penelitian yang dilakukan Sumartini memiliki persamaan dan perbe-
daan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaannya ada-
lah sama-sama meneliti gaya bahasa yang terdapat pada puisi, sedangkan per-
bedaan penelitian ini terdapat pada objek kajiannya. Objek kajian dalam pe-
12
nelitian Sumartini adalah puisi yang terdapat pada sebuah antologi puisi, se-
dangkan penulis meneliti gaya bahasa puisi pada surat kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012 dan skenario pembelajarannya di SMA kelas X.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat
beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan se-
bagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teori ini
menjelaskan; gaya bahasa, puisi dan skenario pembelajaran puisi di kelas X
SMA.
1. Gaya Bahasa
Di bawah ini diuraikan pengertian gaya bahasa, unsur-unsur gaya
bahasa, macam-macam gaya bahasa, dan fungsi gaya bahasa.
a. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-
kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempenga-
ruhi penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani
rhetor yang berarti orator atau ahli pidato (Tarigan, 1986: 5). Gaya
atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat
untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini
akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Ak-
hirnya style atau gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran me-
lalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
13
penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2009: 112-113). Menurut Muljana,
gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan
yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu
perasaan tertentu dalam hati pembaca (Pradopo, 2009: 93). Menurut
Pradopo (2009: 93), gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan mem-
beri gerak pada kalimat. Gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi
tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca.
Dengan adanya majas ini, puisi akan lebih menarik perhatian, menim-
bulkan kesegaran, terasa hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan
gambaran angan.
Dalam penelitian ini, pengertian gaya bahasa adalah cara
(teknik) menggunakan bahasa yang khas dari seorang pengarang da-
lam menuliskan gagasan atau idenya dalam sebuah karya sastra
memperoleh efek estetis (keindahan).
b. Unsur-Unsur Pembentuk Gaya Bahasa
Menurut Keraf (2009: 113-115), sebuah gaya bahasa yang baik
harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan
menarik.
1) Kejujuran
Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan bagi sesamanya, kalau hidup itu dilandaskan pada sendi-sendi
kejujuran. Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-
aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pema-
14
kaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kali-
mat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakju-
juran.
2) Sopan-santun
Sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghor-
mati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca
(Keraf, 2009: 114). Rasa hormat dalam gaya bahasa diwujudkan
melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu secara
jelas berarti memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis
atau dikatakan. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk
mempergunakan kata-kata secara efisien, meniadakan penggunaan
dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari
tautologi; atau mengadakan repetisi yang tidak perlu
3) Menarik
Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui beberapa
komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang
baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).
c. Macam-Macam Gaya Bahasa
Menurut Tarigan (1986: 6), gaya bahasa dibagi menjadi empat
kelompok yaitu: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa per-
tentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan.
15
1) Gaya bahasa perbandingan terdiri dari majas perumpamaan, meta-
fora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleo-
nasme/tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, dan koreksio
atau epanortosis
2) Gaya bahasa pertentangan terdiri dari majas hiperbola, litotes,
ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma (silepsis), sati-
re, inuendo, anti frasis, paradoks, klimaks, anti klimaks, apostrof,
anastrof, apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sar-
kasme
3) Gaya bahasa pertautan terdiri dari majas metonimia, sinekdoke,
alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, parale-
lisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton
4) Gaya bahasa perulangan terdiri dari majas aliterasi, asonansi, an-
tanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, sim-
ploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis
Keraf (2009: 138-145), menggolongkan gaya bahasa kiasan terdiri
dari: (a) persamaan atau simile, (b) metafora, (c) alegori, parabel, fabel,
(d) personifikasi atau prosopopoeia, (e) alusi, (f) eponim, (g) epitet, (h)
sinekdoke, (i) metonimia, (j) antonomasia, (k) hipalase, (l) ironi, sinisme,
dan sarkasme, (m) satire, (n) inuendo, (o) antifrasis, dan (p) pun atau pa-
ronomasia
16
a) Persamaan atau Simile
Kata simile berasal dari bahasa Latin yang bermakna seperti. Per-
samaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu
secara langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain, se-
perti: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Ke-
raf, 2009: 138). Menurut Pradopo (2009: 62), perbandingan atau
perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu
hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding
seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana,
sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding yang lain. Dengan
simile ini, penyair menyamakan sesuatu dengan yang lainnya.
Contohnya: Kikirnya seperti kepiting batu.
Seperti menating minyak penuh.
b) Metafora
Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti
memindahkan; dari meta yang berarti di atas; melebihi dan pherin
yang berarti membawa. Metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan
sebagainya (Keraf, 2009: 139). Menurut Altenbernd, metafora ini
menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal
lain, yang sesungguhnya tidak sama (Pradopo, 2009: 66).
17
Contohnya: Pemuda adalah seperti bunga bangsa.
Perahu itu menggergaji ombak.
c) Alegori, Parabel, dan Fabel
Alegori berasal dari bahasa Yunani allegorein yang berarti
berbicara secara kias; diturunkan dari allos yang berarti yang lain dan
agoreunein yang berarti berbicara. Alegori adalah suatu cerita singkat
yang mengandung kiasan. Dalam alegori, nama-nama pelakunya
adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat
(Keraf, 2009: 140). Menurut Tarigan (1986: 24), alegori adalah cerita
yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang
diperluas dan berkisambungan, tempat atau wadah objek-objek atau
gagasan-gagasan yang diperlambang.
Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya
manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai
untuk menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat
alegoris, untuk menyampaikan suatu kebenaran moralatau klebenaran
spiritual (Keraf, 2009: 140). Kata parabel berasal dari bahasa Latin
parabola yang bermakna parabel, pepatah, peribahasa, yang
sebenarnya diturunkan pula dari bahasa Yunani ballein yang berarti
melemparkan dan para yang berarti disamping; membandingkan.
Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia bina-
tang, di mana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak
bernyawa bertindak seolah-olah sebagai manusia (Keraf, 2009: 140).
18
Menurut Tarigan (1986: 24), fabel adalah sejenis alegori, yang di
dalamnya binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti
manusia.
d) Personifikasi atau Prosopopoeia
Personifikasi berasal dari bahasa Latin persona (orang, pelaku,
aktor, atau topeng yang dipakai dalam drama) dan fic (membuat).
Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan
yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang
tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf,
2009: 140). Fungsi gaya bahasa ini adalah memperjelas
penggambaran suatu peristiwa dan keadaan.
Contohnya: Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu
menambah lagi ketakutan kami.
e) Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan
kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa (Keraf, 2009: 141).
Menurut Tarigan (1986: 126), alusi atau kilatan adalah gaya bahasa
yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh
berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki
oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca
untuk menangkap pengacuan itu.
Contohnya: Bandung adalah Paris Jawa.
Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya.
19
f) Eponim
Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu
sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sifat tertentu (Keraf, 1986: 141).
Contohnya: Hercules menyatakan kekuatan.
Hellen dari Troya menyatakan kecantikan.
g) Epitet (epiteta)
Epitet (epiteta) adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat
atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal (Keraf, 2009:
141).
Contohnya: Lonceng pagi untuk ayam jantan.
Puteri malam untuk bulan.
h) Sinekdoke
Kata sinekdoke berasal dari bahasa Yunanni synekdechesthai (syn
yang berarti dengan dan dechesthai yang berarti mengambil,
menerima). Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan
keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian (totum pro parte) (Keraf, 2009: 142). Menurut
Moeliono, sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian
sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya (Tarigan,
1986: 124).
Contohnya: Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1000,00.
20
i) Metonimia
Metonimia (berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti bertukar
dan onym yang berarti nama) adalah suatu gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena
mempunyai pertalian yang sangat dekat (Keraf, 2009: 142). Menurut
Moeliono, metonimia ialah majas yang memakai nama ciri atau nama
hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai
penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika
yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya ataupun kita menyebut
bahannya jika yang kita maksudkan barangnya (Tarigan, 1986: 123)
Contohnya: Ia membeli sebuah Chevrolet.
Pena lebih berbahaya dari pedang.
j) Antonomasia
Antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke
yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama
diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri
(Keraf, 2009: 142). Menurut Tarigan (1986: 132), antonomasia adalah
gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau jabatan
sebagai pengganti nama diri.
Contohnya: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
21
k) Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu
dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya
dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2009: 142).
Contohnya: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah.
l) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau
pura-pura. Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa
yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf, 2009: 143).
Contohnya: Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga
semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan
seluruhnya!.
Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati (Keraf,
2009: 143).
Contohnya: Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik di
seantero jagad ini yang mampu menghacurkan seluruh
isi jagad ini.
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan
sinisme (Keraf, 2009: 143). Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani
sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti me-
robek-robek daging seperti anjing, menggigit bibir karena marah atau
22
berbicara dengan kepahitan. Menurut Tarigan (1986: 92), ciri utama
gaya bahasa sarkasme ialah mengandung kepahitan dan celaan yang
getir, menyakiti hati, dan kurang enak didengar.
Contohnya: Mulut kau harimau kau.
Kelakuanmu memuakkan saya.
m) Satire
Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang
penuh berisi macam-macam buah-buahan. Satire adalah ungkapan
yang menertawakan atau menolak sesuatu, mengandung kritik tentang
manusia (Keraf, 2009: 144). Menurut Tarigan (1986: 70), satire
merupakan sejenis bentuk argument yang beraksi secara tidak
langsung, terkadang secara aneh bahkan ada kalanya dengan cara yang
cukup lucu yang menimbulkan tertawaan.
n) Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya (Keraf, 2009: 144).
Contohnya: Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena
terlalu kebanyakan minum.
o) Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan se-
buah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap seba-
gai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejaha-
23
tan, roh jahat, dan sebagainya (Keraf, 2009: 144-145). Menurut
Tarigan (1986: 75), antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa
penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya.
Contohnya: Engkau memang orang yang mulia dan terhormat !.
p) Pun atau Paronomasia
Pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan
kemiripan bunyi (Keraf, 2009: 145).
Contohnya: Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
d. Fungsi Gaya Bahasa
Menurut Tarigan (1986: 4), fungsi gaya bahasa meliputi: (a)
sebagai sarana penunjang pengembangan kosakata; (b) sebagai sarana
penunjang keterampilan menulis; (c) sebagai sarana penunjang
keterampilan membaca; (d) sebagai sarana penunjang keterampilan
berbicara; (e) sebagai sarana penunjang keterampilan menyimak; dan (f)
sebagai sarana penunjang pemahaman dan penghayatan karya sastra
2. Puisi
Di bawah ini diuraikan pengertian puisi, ciri-ciri puisi, dan jenis-jenis
puisi.
a. Pengertian Puisi
Kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, men-
cipta. Dalam bahasa Inggris kata poet ini lama sekali disebut maker.
Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet berarti orang yang mencipta
24
melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan orang
filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang
tersembunyi (Coulter dalam Tarigan, 1984: 4).
Menurut Situmorang (1983: 10), kata puisi berasal dari bahasa
Yunani, yang juga dalam bahasa Latin poietes (Latin poeta). Mula-mula
artinya pembangun, pembentuk, pembuat. Asal katanya poieo atau poio
atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan,
menyair. Arti yang mula-mula ini lama-kelamaan semakin dipersempit
ruang lingkupnya menjadi hasil seni saatra, yang kata-katanya disusun
menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak,
kadang-kadang kata-kata kiasan.
Puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan
kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan suatu ilusi
dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan war-
na dalam menggambarkan gagasan pelukisnya (Aminudin, 2009:134 ).
Menurut Wellek dan Warren, puisi (sajak) adalah sebuah struk-
tur yang kompleks (Pradopo, 2007:14). Altenbernd mengemukakan
bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran
(menafsirkan) dalam bahasa berirama (as the interpretive dramatization
of experience inmetrical language) (Pradopo, 2007: 5). I.A. Richard
menyatakan bahwa dua hal penting yang membangun puisi yaitu haki-
25
kat puisi (the nature of poetry) dan metode puisi (the method of poetry)
(Situmorang, 1983: 12).
Hakikat puisi terdiri dari: (a) sense (tema, arti), (b) feeling
(rasa), (c) tone (nada), dan (d) intention (tujuan, amanat). Sedangkan
metode puisi itu sendiri terdiri dari: (1) diction (diksi), (2) imagery
(imaji, daya bayang), (3) the concrete word (kata-kata konkret), (4)
figurative language (gaya bahasa), dan (5) rhythm dan rime (irama dan
rima) (Situmorang, 1983: 12).
b. Ciri-ciri Puisi
Menurut Pradopo (2007: 11-13), ciri-ciri puisi yaitu: (1)
merupakan hasil aktivitas memadatkan (puitis), (2) bersifat ekspresi
kreatif (aktivitas jiwa yang menangkap kesan-kesan lalu dipadatkan dan
dipusatkan), dan 3) bersifat pencurahan jiwa yang padat.
Suhariyanto (1981: 21-25) mengemukakan bahwa ciri-ciri puisi
yaitu: (1) terdiri dari bait dan baris yang saling berkait satu sama lain,
(2) kata-kata yang digunakan menunjuk arti yang tidak sebenarnya
(lambang dan kiasan), dan (3) memiliki tipografi yang khas, sesuai
dengan makna dan suasana dari penyairnya.
c. Jenis-jenis Puisi
Suhariyanto (1981: 28) membedakan puisi menjadi 2 macam yaitu
puisi prismatis dan puisi diaphan. Puisi prismatis adalah puisi-puisi
yang menggunakan kata-kata sebagai lambang-lambang atau kiasan.
26
Puisi diaphan adalah puisi-puisi yang kata-katanya tidak mengandung
pelambang-pelambang atau kiasan-kiasan. Puisi ini sering disebut juga
puisi prosais (mempunyai sifat seperti prosa). Puisi yang prismatis
dapat menarik perhatian pembaca karena puisi ini mengungkapkan
makna secara samar-samar. Pengungkapan makna yang samar-samar ini
akan memberikan keindahan tersendiri dalam sebuah puisi. Puisi yang
prismatis akan membuat pembaca berpikir lebih mendalam maksud dari
sebuah puisi. Puisi semacam ini tidak hanya membuat pembaca
berpikir, tetapi juga menikmati keindahan sebuah puisi.
3. Skenario Pembelajaran Puisi di kelas X SMA
Di bawah ini diuraikan pembelajaran puisi, tujuan pembelajaran puisi,
metode semiotik, bahan pembelajaran puisi, materi pembelajaran, dan eva-
luasi.
a. Pembelajaran Puisi
Dalam usaha mengajarkan bagaimana cara menikmati puisi, dijumpai
dua macam hambatan yang cukup mengganggu. Hambatan yang perta-
ma adalah adanya anggapan sementara orang yang berpendapat bahwa
secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi. Hambatan kedua ada-
lah pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering
tersandung pada „pengalaman pahit‟. Langkah-langkah yang harus dila-
kukan oleh guru adalah memilih bahan ajar (puisi) berdasarkan tingkat
kemampuan siswa-siswanya, dan hendaknya selalu ingat bahwa tidak
27
ada unsur-unsur magis yang melekat pada nama-nama penyair terkenal
atau mempunyai reputasi yang mantap, kemudian dalam pembelajaran
di kelas guru berusaha menjaga agar suasana kelas tetap santai.
Menurut Rahmanto (1988: 48-53), adapun teknik pengajaran puisi lebih
rinci adalah sebagai berikut:
1) pelacakan pendahuluan
Hal yang penting dalam pelacakan awal ini adalah menemukan
cara yang tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal antara
lain: siapakah yang menjadi sasaran yang dituju oleh penyairnya,
pribadi tertentu atau manusia pada umumnya; bagaimana penyair
menyajikan puisi tersebut, dengan dialog atau monolog; dan
apakah secara keseluruhan puisi tersebut lebih bermakna tersirat
ataukah hanya tersurat.
2) penentuan sikap praktis
Puisi yang disajikan diusahakan tidak terlalu panjang. Ketera ngan
awal yang diberikan guru hendaknya jelas dan seperlunya, guru
juga perlu menentukan kapan teks puisi harus dibagikan.
3) introduksi
Pengantar ini akan sangat tergantung pada setiap individu guru,
keadaan siswa dan juga karakteristik puisi yang akan diberikan.
28
4) penyajian
Puisi pada dasarnya adalah bentuk sastra lisan. Pesan dan kesan
yang dibawakannya baru akan benar-benar menyentuh gerak hati
seseorang apabila puisi itu dibacakan atau didengarkan. Biasanya
siswa akan merasa lebih mudah mengenal puisi untuk pertama
kalinya dengan mendengarkan guru membacakannya daripada
membacanya sendiri. Jika puisi yang disajikan sulit ditangkap
isinya dengan hanya sekali didengar, guru dapat membacakannya
dua atau tiga kali sehingga berbagai unsur yang terkandung di
dalamnya menjadi lebih jelas. Pembacaan ulang dapat dilakukan
dengan lebih cepat apabila sekiranya siswa sudah menangkap isi
secara global.
5) diskusi
Urutan masalah yang dibahas dalam diskusi kelas ini akan banyak
dipengaruhi oleh imajinas guru, kekhususan puisi yang dipilih dan
tanggapan siswa di kelas. Secara umum urutan diskusi dan jawaban
yang diperbincangkan dapat mengikuti pola sebagai berikut:
umum (kesan awal)____khusus (rinci)_____umum (kesimpulan)
Masalah umum yang pertama kali perlu didiskusikan antara lain
meliputi: Siapa tokoh dalam puisi itu? Bagaimana situasinya?
Bagaimana perasaan tokoh itu?, dan sebagainya. Apabila siswa
sudah mampu memahami ide (pemikiran) global dalam puisi yang
disajikan, diskusi dapat beralih ke hal-hal yang lebih rinci dan ha-
29
rus ada hubungannya dengan pemikiran global,hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam diskusi khusus ini antara lain: Bagaimana
pengembangan ide dalam puisi itu? Kapan dan bagaimana penyair
mengubah perasaan/pemikirannya? Dimana klimaksnya?, dan
sebagainya. Setelah pembahasan hal-hal rinci itu dipadukan
menjadi suatu kesatuan, kemudian diarahkan ke kesimpulan yang
me- ngandung unsur-unsur penilaian, misalnya: Mengapa penyair
memilih pokok permasalahan ini? Apakah puisi ini mengingatkan
siswa akan puisi, cerita atau pengalaman hidup yang lain?, dan
sebagainya. Adapun yang harus dihindari dalam diskusi adalah
pembahasan-pembahasan berdasarkan alasan yang tidak ada
relevansinya dengan pokok masalah dalam puisi yang dibahas.
6) pengukuhan
Tidak semua puisi cocok untuk latihan lanjutan di luar kelas, akan
tetapi guru hendaknya berusaha agar puisi itu semakin
mengesankan sehingga menambah cadangan pengalaman siswa
yang tak mudah terlupakan. Latihan lanjutan ini dapat berupa
aktivitas-aktivatas lisan dan tertulis di luar kelas atau sebagai
pekerjaan rumah.
a) lisan
Sedapat mungkin hendaknya siswa mendapat kesempatan
untuk membaca puisi itu secara lisan sehingga benar-benar
dapat „merasakan‟ kualitas puisi itu. Beberapa puisi (terutama
30
yang berupa cerita) dapat didramatisasikan dengan baik. Guru
hendaknya dapat bertindak sebagai model meski penyajian
keseluruhannya akan dilaksanakan oleh siswa.
b) tertulis
Puisi dapat dihubungkan dengan berbagai aktivitas tulis-
menulis, di antaranya dapat di arahkan untuk membuat kum-
pulan puisi atau yang lainnya. Di samping itu, suatu tema atau
struktur sebuah puisi juga dapat dituliskan dalam bentuk
karangan lain seperti bentuk narasi atau deskripsi, dan dapat
juga memparafrasekan puisi tersebut dengan kata-kata sendiri.
d. Tujuan Pembelajaran Puisi
Menurut Brahim, tujuan pengajaran sastra pada hakikatnya
adalah menanamkan rasa peka terhadap hasil sastra (Situmorang, 1983:
25). Effendi mengemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dengan
apresiasi puisi di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebagai berikut:
1) Anak didik hendaknya memperoleh “kesadaran” yang lebih baik
terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan disekitarnya hingga
mereka bersikap terbuka, rendah hati, peka perasaan dan pikiran
kritisnya terhadap tingkah laku pribadi, orang lain, serta masalah-
masalah kehidupan sekitarnya.
31
2) Anak didik hendaknya memperoleh “kesenangan”dari mambaca dan
mempelajari puisi hingga tumbuh keinginan membaca dan
mempelajari puisi pada waktu senggangnya.
3) Anak didik hendaknya memperoleh “pengetahuan” dan pengertian
dasar tentang puisi hingga tumbuh keinginan memadukannya de-
ngan pengalaman pribadinya yang diperoleh di sekolah kini dan
mendatang (Situmorang, 1983: 26).
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya di SMA
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi
dengan sesama dalam berbagai kesempatan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupan tulisan serta
menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya sastra yang dihasilkan
oleh anak bangsa. Standar kompetensi merupakan kemampuan minimal
yang harus dimiliki siswa dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
e. Metode Semiotik
Hill mengungkapkan bahwa karya sastra merupakan sebuah struk-
tur yang kompleks (Pradopo, 2007: 120). Karena itu, untuk memahami
karya sastra (sajak) haruslah karya sastra (sajak) dianalisis karya sastra
sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketan-
daan yang mempunyai arti. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan
yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyara-
kat. Sistem ketandaan itu disebut semiotik. Dalam ilmu tanda-tanda
32
atau semiotik, arti bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama itu
disebut meaning (arti) sedangkan konvensi sastra dalam semiotik
berada pada tingkat kedua. Jadi, arti sastra itu merupakan arti dari arti
(meaning of meaning). Untuk membedakannya (dari arti bahasa), arti
sastra itu disebut makna (significance). Dalam praktiknya, menurut
Pradopo (2007: 227), untuk memahami makna atau motif gaya bahasa,
diperlukan pembacaan karya sastra secara semiotik, yakni pembacaaan
heuristik dan retroaktif atau hermenuistik. Dalam pengertian sederhana,
pembacaan heuristik adalah pembacaan arti (sesuai konvensi bahasa),
sedangkan pembacaan hermenuistik adalah pembacaan makna (arti dari
arti) sesuai konvensi sastra.
f. Bahan Pembelajaran Puisi
Menurut Rahmanto (1988: 27), agar dapat memilih bahan
pembelajaran puisi yang tepat, ada beberapa aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu, (1) segi bahasa, (2) kematangan jiwa
(psikologi), dan (3) latar belakang budaya siswa.
1) Segi bahasa
Dalam memilih suatu materi pembelajaran, seorang pendidik se-
lalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehing-
ga seorang pendidik dapat memilih materi pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Dalam hal ini seorang
33
pendidik tidak hanya mempertimbangkan kosakata dan tata bahasa,
tetapi isi serta ungkapan-ungkapan yang ada.
2) Psikologi
Dalam memilih materi pembelajaran, seorang pendidik harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi siswa. Hal ini
karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh terhadap minat belajar
siswa. Tahap-tahap perkembangan psikologi siswa adalah (a) tahap
pengkhayal (usia 8 sampai 9 tahun), (b) tahap romantik (usia 10
sampai 12 tahun), (c) tahap realistik (usia 13 sampai 16 tahun), dan
(d) tahap generalisasi (usia lebih dari 16 tahun).
3) Latar belakang budaya
Biasanya siswa cenderung tertarik dengan karya-karya yang
memiliki latar belakang yang mirip bahkan sama dengan kehidupan
mereka. Oleh karena itu seorang pendidik berusaha memahami apa
yang diminati oleh siswa serta berusaha menambah wawasan siswa
melalui karya-karya budaya dari asing seperti karya terjemahan.
g. Evaluasi
Tidak dapat dipungkiri lagi jika evaluasi atau ujian selalu dibu-
tuhkan dalam dunia pendidikan, terutama untuk mengukur atau menge-
tahui sampai sejauh mana pengetahuan yang telah dipelajari siswa se-
lama memempuh pendidikan. Istilah ujian lebih memasyarakat daripada
34
evaluasi. Hal tersebut dikarenakan ujian merupakan sesuatu yang pen-
ting dan memiliki pengaruh yang besar dalam kurun waktu yang cukup
lama. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012 secara tertulis dengan menggunakan
tes atau esai. Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut
jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa
sendiri. Dalam tes ini siswa dituntut untuk berpikir tentang dan
mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan
pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai alat pengukur belajar siswa, tes
bentuk esai mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tes esai, adalah (a) tes esai tepat untuk menilai proses
berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, tidak semata-
mata hanya mengingat dan memahami fakta atau konsep saja, (b) tes
esai memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan jawabannya
ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri, (c) tes esai
member kesempatan siswa untuk menggunakan pikirannya sendiri, dan
kurang memberikan kesempatan untuk bersikap untung-untungan, dan
(d) tes esai mudah disusun dan tidak banyak menghabiskan waktu.
Kelemahan tes esai, adalah (a) kadar validitas dan reliabilitas tes
esai rendah, (b) akibat terbatasnya bahan yang diteskan, dapat terjadi
hasil yang bersifat kebetulan, (c) penilaian yang dilakukan terhadap
jawaban siswa tidak mudah ditentukan standarnya, dan (d) waktu yang
35
dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan siswa relatif lama, apalagi jika
jumlah siswa cukup banyak, sehingga dirasa tidak efisien.
Solusi untuk mengurangi kelemahan tes esai, yaitu (a) bahan
yang dipilih untuk diteskan hendaknya berupa bahan utama yang dapat
mewakili bahan lain yang tak diteskan, (b) pertanyaan hendaknya yang
menuntut jawaban tertentu, dan (c) sebelum dilakukan penilaian,
hendaknya disusun terlebih dahulu kriteria tertentu yang dijadikan
pedoman untuk penilaian. Contoh soal tes esai, yaitu
1) Sebutkan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012?
2) Jelaskan fungsi gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam puisi
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012?
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Arikunto (2010: 203) menjelaskan metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode
penelitian ini terdiri dari objek penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik
penyajian data.
A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2010: 116). Objek penelitian dalam skripsi ini adalah
puisi-puisi yang diterbitkan dalam surat kabar Kompas Edisi Januari-April
2012.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah pemakaian gaya bahasa,
khususnya pemakaian gaya bahasa puisi-puisi yang dimuat surat dalam kabar
Kompas Edisi Januari-April 2012 dan pembelajarannya pada siswa SMA ke-
las X.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa rangkaian kata yang menunjukkan
penggunaan gaya bahasa yang bersumber dari puisi-puisi yang dimuat dalam
surat kabar. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
37
(Arikunto, 2010: 129). Sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
D. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa instrumen adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar peker-
jaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument)
yang dibantu oleh kartu data. Kartu data berfungsi untuk mencatat data-data
yang ditemukan. Kartu data dapat berupa kartu kutipan dan kartu komentar.
Kartu kutipan digunakan untuk mencatat kutipan puisi yang mendukung pada
masalah yang dibahas. Kutipan itu dapat berupa frasa, penggalan kalimat,
ataupun kalimat utuh yang disertakan pula dengan judul dan nama penyair,
sedangkan kartu komentar digunakan untuk mencatat komentar peneliti ter-
hadap data yang ditemukan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simak-catat. Teknik simak catat adalah teknik simak yang dilanjutkan
dengan pencatatan data pada kartu data yang dilanjutkan dengan proses klas-
ifikasi (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik simak catat dipilih karena data-data
yang ada berupa teks. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
38
1. mencari objek penelitian;
2. menentukan objek penelitian;
3. membaca keseluruhan isi dari puisi surat kabar Kompas edisi Januari-
April 2012, secara intensif, kritis dan teliti;
4. mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis mengalir. Menurut Miles dan Huberman (1992: 14-18), analisis men-
galir adalah analisis yang terdiri dari empat alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penari-
kan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah dalam menganalisis data dengan
metode analisis mengalir meliputi beberapa hal, yaitu: (1) pengumpulan data,
(2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan/verifikasi.
1. Pengumpulan data
Pada langkah ini, data-data yang berwujud kata-kata dikumpulkan men-
jadi satu yaitu mengumpulkan puisi-puisi yang dimuat surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
2. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data. Dari data-
data yang dicatat kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data
yang dipilih hanyalah data-data yang berhubungan dengan masalah yang
39
akan dianalis, yaitu tentang gaya bahasa yang terdapat dalam puisi-puisi
yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
3. Penyajian data
Pada langkah ini, data-data yang diperoleh disusun dan disederhanakan
secara terperinci agar lebih mudah dipahami. Data-data ini kemudian di-
analisis sesuai dengan masalah yang akan dianalisis sehingga diperoleh
data-data tentang gaya bahasa puisi yang dimuat surat kabar Kompas edi-
si Januari-April 2012.
4. Penarikan data/verifikasi
Pada tahap ini ditarik kesimpulan-kesimpulan seperti yang telah diru-
muskan sejak awal penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh
masih harus melewati tahap verifikasi (pengujian kebenaran terhadap
hasil laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar kebenarannya
(valid).
G. Teknik Penyajian Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penyajian hasil
penelitian informal. Teknik penyajian informal adalah penyajian hasil analisis
dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Melalui pen-
yajian analisis informal, penyajian hasil analisis berupa gaya bahasa yang
digunakan penyair dalam puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
dan skenario pembelajarannya disajikan dengan kata-kata biasa.
40
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Pada bab ini, disajikan dua hal paparan pokok, yaitu (1) penyajian data, dan
(2) pembahasan data sebagai hasil penelitian.
A. Penyajian Data
Dalam puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 yang akan
penulis teliti, (1) pemakaian gaya bahasa puisi dalam surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012, dan (2) skenario pembelajaran gaya bahasa puisi
dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA.
Sebelum penulis membahas data-data penelitian, terlebih dahulu penulis
menyajikan data. Data-data dalam penyajian ini merupakan gambaran
mengenai masalah-masalah yang akan penulis bahas dalam pembahasan data.
1. Pemakaian Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012
Dalam puisi yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012 ditemukan beberapa gaya bahasa, yaitu gaya bahasa
persamaan/simile, gaya bahasa metafora, gaya bahasa alegori, gaya bahasa
personifikasi atau prosopopoeia, gaya bahasa alusi, gaya bahasa
sinekdoke, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa hipalase, dan gaya bahasa
satire. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
41
Tabel 1
Gaya Bahasa yang terdapat pada puisi Surat Kabar Kompas
Edisi Januari-April 2012
No. Gaya Bahasa Puisi nomor
1. persamaan/simile 1, 5, 11, 13, 21, 25, 36
2. metafora 13, 41
3. alegori 43
4. personifikasi atau prosopopoeia 2, 25, 30, 41
5. alusi 11, 17, 38
6. sinekdoke 13, 14
7. metonomia 13, 34
8. hipalase 45
9. satire 7
2. Skenario Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar
Kompas Edisi Januari-April 2012 di Kelas X SMA
Skenario pembelajaran gaya bahasa puisi dalam surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut
Tabel 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Puisi dalam Surat Kabar
Kompas Edisi Januari-April 2012 di Kelas X SMA
Standar Kompetensi 5. Memahami puisi yang disampai-
kan secara langsung/tidak lang-
sung.
Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur
bentuk suatu puisi yang disam-
paikan secara langsung ataupun
42
melalui rekaman
Indikator Memahami macam-macam gaya
bahasa, mengidentifikasi gaya baha-
sa yang terdapat dalam puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April
2012
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat memahami macam-
macam gaya bahasa, siswa dapat
mengidentifikasi gaya bahasa yang
terdapat dalam puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012
Metode Pembelajaran Metode ceramah, metode demon-
strasi, metode tanya jawab, metode
diskusi, dan metode tugas
Materi Pembelajaran Pengertian puisi, pengertian gaya
bahasa, macam-macam gaya bahasa,
fungsi gaya bahasa, mengidenti-
fikasi gaya bahasa
Waktu Pembelajaran 4 jam pelajaran (2x pertemuan)
Langkah-langkah pembelajaran Kegiatan awal, meliputi: memoti-
vasi siswa, menjelaskan indikator
dan tujuan yang ingin dicapai;
kegiatan inti, meliputi mengiden-
tifikasi dan menganalisis gaya baha-
sa puisi dalam surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012; dan kegia-
tan akhir, meliputi refleksi dan pem-
berian tugas.
Sumber belajar Buku pelajaran yang diwajibkan,
LKS, puisi surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012
Evaluasi Tes esai
B. Pembahasan Data
Di bawah ini diuraikan (1) pemakaian gaya bahasa puisi dalam surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012, dan (2) pembelajaran gaya bahasa puisi
dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA.
43
1. Pemakaian Gaya Bahasa Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012
Di bawah ini diuraikan (a) gaya bahasa persamaan/simile, (b) gaya
bahasa metafora, (c) gaya bahasa alegori, (d) gaya bahasa personifikasi,
(e) gaya bahasa alusi, (f) gaya bahasa sinekdoke, (g) gaya bahasa
metonimia, (h) gaya bahasa hipalase, dan (i) gaya bahasa satire.
a. Gaya Bahasa Persamaan/Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit,
yaitu secara langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain,
seperti: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya
(Keraf, 2009: 138). Dalam puisi yang dimuat surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012 ditemukan 15 data gaya bahasa
persamaan/simile. Berikut ini dijelaskan data gaya bahasa
persamaan/simile secara lebih ter-perinci.
1) Ia berdesis serupa nyanyian cinta dari Tuhan yang fana.
(Edisi 22 Januari 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 1
(berjudul Ular karya Hanna Fransisca). Penggunaan kata serupa
dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan antara
suara desis seekor ular dengan suara Tuhan. Suara desis ular
dikiaskan sebagai iblis (sesuatu hal yang buruk) yang menggoda
manusia untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama
dengan mengatasnamakan Tuhan. Dalam puisi ini penyair
44
menyamakan desis ular dengan suara juga kasih sayang Tuhan
yang belum pernah terlihat oleh semua makhluk ciptaan-Nya.
2) Topinya terapung-apung beberapa detik, seperti kapal.
(Edisi 22 Januari 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 5
(berjudul Charlie Chaplin di Ngamplang, 1927 karya Ian
Campbell). Penggunaan kata seperti dalam bait puisi di atas
menunjukkan adanya persamaan antara sebuah topi dengan sebuah
kapal. Dalam puisi ini penyair menyamakan antara topi yang
terapung dengan sebuah kapal yang merupakan salah satu alat
transportasi yang dapat terapung di atas air.
3) Rambut dan misainya semakin putih, seperti benang kain kafan.
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 11
(berjudul Merdeka Walk, Medan karya Ahda Imran). Penggunaan
kata seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya
persamaan antara rambut dan juga misai yang mulai memutih
karena usia yang sudah tak lagi muda dengan benang pada kain
kafan. Melalui puisi ini, penyair ingin mengingatkan kita
mengenai kematian. Rambut dan juga misai yang memutih
memiliki warna yang sama dengan benang-benang yang
45
menyusun kain kafan. Tubuh kita hanya akan dibalut kain kafan di
saat kita menghadap Tuhan.
4) Sebaiknya aku pergi sambil mengingat-ingat potongan sebuah
lagu seperti mencari-cari wajahmu.
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan
antara potongan sebuah lagu dengan wajah seseorang. Dalam puisi
ini penyair menyamakan potongan sebuah lagu yang
mengingatkannya dengan wajah seseorang yang dikenalnya dan
kemudian berusaha mencari-carinya sembari mengingat-ingat
potongan sebuah lagu.
5) Orang-orang memandangku- merogoh-rogoh pikiranku, mencari-
cari namamu seperti suara yang memanggil-manggil ibu.
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan
antara pikiran orang-orang dengan suara ketika penyair memanggil
ibu. Dalam puisi ini penyair menyamakan pikiran masyarakat
terhadap dirinya dengan keadaan saat ia memanggil-manggil
ibunya karena ketakutan.
46
6) Asap ganja, perut yang lapar, jendela-jendela rumah dan gedung-
gedung tertutup, seperti mata yang terpejam.
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan
antara mata saat terpejam dengan asap ganja, perut yang lapar,
jendela rumah dan gedung yang tertutup. Kegiatan mengonsumsi
ganja, keadaan perut yang lapar, jendela rumah juga gedung yang
tertutup disamakan dengan keadaan mata saat tidur. Ketika kita
tertidur kita tidak akan mengetahui apa yang ada disekeliling kita,
demikian juga dengan keadaan yang terjadi diluar jendela dan
gedung-gedung yang tertutup. Melalui puisi ini penyair mengingat-
kan kita untuk peduli dengan keadaan orang-orang disekitar kita.
7) Tiba-tiba hadir serupa kartu pos dari kawan lama
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Penggunaan kata
serupa pada bait puisi tersebut menunjukkan adanya persamaan
antara manusia dengan kartu pos. Kartu pos merupakan salah satu
alat komunikasi yang sangat penting di masanya dan selalu dinanti
kedatangannya. Manusia atau orang tersebut selalu dinanti keha-
47
dirannya oleh penyair sehingga disamakan dengan sebuah kartu
pos.
8) Aku seperti pernah mendengar suaramu, dulu saat demam
kebanyakan bermain hujan.
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan
antara suara seseorang dengan ingatannya tentang sesuatu saat
sedang mengigau.
9) Aku seperti pernah mendengar suaramu, dulu di sebuah panggung
pertunjukan wayang.
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan persamaan antara
suara seseorang dengan suara sinden yang menyanyi dalam
pertunjukan wayang. Dalam puisi ini penyair mengkritik
masyarakat sekarang yang telah melupakan tradisi pertunjukan
wayang yang sudah dilupakan oleh generasi penerus.
48
10) Matanya menatap tajam punggungku seperti membaca cerita yang
akan kutulis.
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Penggunaan kata
seperti dalam bait puisi di atas menunjukkan adanya persamaan
antara sorotan mata dengan membaca. Dalam puisi ini penyair
juga mengkritik agar cerita yang disajikan dalam pertunjukan
wayang lebih menarik sehingga banyak generasi penerus yang
mencintai budaya wayang ini.
11) Kami hanya mendengarkan khotbah dari radio seperti
mendengarkan pertandingan sepakbola.
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 25
(berjudul Rambutan 450,5 Kilogram karya Deddy Arsya).
Penggunaan kata seperti dalam bait puisi tersebut menunjukkan
adanya persamaan antara suara khotbah yang disiarkan melalui
radio dengan suara pertandingan sepakbola. Dalam puisi ini tema
khotbah yang disiarkan memiliki daya tarik yang sama dengan
sebuah pertandingan sepakbola. Puisi ini merupakan sindiran
bahwa banyak diantara kita yang menganggap sebuah khotbah itu
membosankan tidak menarik seperti sebuah pertandingan
sepakbola.
49
12) Khatib dalam radio itu bersorak seperti kepala suporter bersorak.
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 25
(berjudul Rambutan 450,5 Kilogram karya Deddy Arsya).
Penggunaan kata seperti dalam bait puisi tersebut menunjukkan
adanya persamaan antara suara khatib yang sedang memberikan
khotbah dengan suara kepala suporter saat pertandingan
sepakbola berlangsung. Dalam puisi ini diceritakan suara seorang
khatib saat memberikan khotbah sangat menggebu-gebu dan
bersemangat. Penyair menyamakan suara sang khatib dengan
suara seorang kepala suporter yang sangat bersemangat ketika
memberikan dukungan kepada tim kesayangannya ketika
bertanding.
13) Doanya seperti klakson yang menyigugu.
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 25
(berjudul Rambutan 450,5 Kilogram karya Deddy Arsya).
Penggunaan kata seperti dalam puisi tersebut menunjukkan adanya
persamaan antara suara seseorang yang sedang berdoa dengan
suara klakson yang menyigugu. Suara klakson dikiaskan sebagai
suara lolongan anjing yang terus menerus. Melalui puisi ini kita di-
ingatkan untuk selalu berdoa kepada Tuhan namun dengan suara
yang lemah lembut karena Tuhan Maha Mendengar.
50
14) Sambil berdoa seperti sirine ambulan.
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 25
(berjudul Rambutan 450,5 Kilogram karya Deddy Arsya).
Penggunaan kata seperti pada bait puisi tersebut menunjukkan
adanya persamaan antara kegiatan berdoa dengan suara sirine
ambulan. Suara sirine ambulan yang keras dan terus menerus
merupakan sebuah sindiran pada sebagian umat manusia yang
berdoa saat mengalami kesusahan saja dan melupakan Tuhan saat
mereka merasakan kebahagiaan. Sebagai umat yang taat dan patuh
kepada Tuhan, kita diwajibkan untuk selalu berdoa dan mengingat
Tuhan, di waktu bahagia dan kesusahan.
15) Kota-kota seperti pemakaman
(Edisi 22 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 36
(berjudul Jarak karya Toni Lesmana). Penggunaan kata seperti
dalam bait puisi tersebut menunjukkan adanya persamaan antara
sebuah kota dengan sebuah tempat yang disebut pemakaman.
Sebuah kota disamakan dengan sebuah pemakaman yang
merupakan tempat berakhirnya kehidupan seorang manusia di
dunia ini. Tempat di mana manusia dapat mengingat orang-orang
sebelum mereka dan akhirnya dilupakan. Hal ini sama dengan
kehidupan manusia di perkotaan yang hidup dengan kehidupan
51
mereka sendiri tanpa memikirkan kehidupan sekelilingnya. Fungsi
gaya bahasa ini adalah menunjukkan persamaan antara satu hal
dengan hal yang lain dengan menggunakan kata-kata pembanding.
b. Gaya Bahasa Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa,
buaya darat, buah hati, dan sebagainya (Keraf, 2009: 139). Dalam
puisi yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
ditemukan 4 data gaya bahasa metafora. Berikut ini dijelaskan data
gaya bahasa metafora secara lebih terperinci.
1) Aku berjalan dengan sepasang mata yang tak punya pikiran
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Dalam bait puisi
di atas kaki manusia disamakan dengan sepasang mata. Kaki
manusia yang digunakan untuk berjalan disamakan dengan mata
yang biasa digunakan manusia untuk melihat. Dalam puisi ini mata
dianalogikan seperti kaki yang digunakan untuk berjalan.
2) Aku berjalan dengan pikiran yang tak lagi punya siapa pun
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Dalam bait puisi
52
di atas penyair menyamakan kakinya dengan pikirannya yang
sedang bingung. Dalam puisi ini pikiran/otak manusia dianalogikan
sebagai kaki yang digunakan untuk berjalan.
3) Cintaku adalah hara yang menyebati di tanah kebunmu
(Edisi 29 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 41
(berjudul Aku Tak Akan Menyalahkannya karya Hasan Aspahani).
Pada bait puisi di atas penyair menyamakan rasa cinta yang
dimilikinya dengan unsur hara yang ada di dalam tanah dan akan
menyuburkan tanaman yang ada di kebun. Penyair mengungkapkan
bahwa rasa cintanya itu hanya untuk orang yang dicintainya,
berusaha memberikan apa pun yang dimilikinya untuk sang kekasih
serta selalu berusaha untuk membahagiakan pasangannya. Gaya
bahasa ini menyamakan sesuatu hal yang tidak sama yaitu rasa
cinta yang dimiliki penyair dengan unsur hara yang ada dalam
tanah.
4) Cintaku adalah rasa asin pada lautmu
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 41
(berjudul Aku Tak Akan ada Menyalahkannya karya Hasan
Aspahani). Dalam bait puisi di atas rasa cinta yang dimiliki penyair
disamakan dengan rasa asin yang selalu ada dalam air laut. Penyair
53
akan selalu ada untuk kekasihnya sama seperti rasa asin yang ada
dalam air laut. Walaupun sudah terpisahkan jarak dan waktu tetap
akan kembali ke laut. Dalam puisi ini rasa asin dianalogikan
sebagai rasa cinta yang dimiliki penyair untuk kekasihnya tak akan
pernah hilang walau terpisah jarak dan waktu.
c. Gaya Bahasa Alegori
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan.
Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak,
serta tujuannya selalu jelas tersurat (Keraf, 2009: 140). Dalam puisi
yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 ditemukan
1 data gaya bahasa alegori. Berikut ini dijelaskan data gaya bahasa
alegori secara lebih terperinci.
Ulat yang Rakus dan Embun yang Santun
Aku daun dan kau ulat yang rakus. Aku sudah tak ada, ketika kau
menjelma menjadi kupu-kupu, mengembangkan warna sayapmu.
Aku malam dan kau embun yang santun. Aku sudah tak ada ketika di
ujung daun, pagi dan matahari mencermelangkanmu.
(Edisi 29 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 43 (berjudul
Ulat yang Rakus dan Embun yang Santun karya Hasan Aspahani).
Puisi di atas melambangkan cinta kasih seorang ibu pada anaknya.
Cinta kasih seorang ibu ini dikiaskan sebagai daun yang rela dimakan
54
oleh ulat hingga habis dan malam yang menemani embun sebelum
matahari terbit di ufuk timur. Jadi, puisi tersebut mengiaskan daun dan
embun sebagai rasa cinta seorang ibu yang dengan sepenuh hati akan
merelakan apa saja termasuk nyawanya hanya untuk kebahagiaan sang
anak.
d. Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan
(Keraf, 2009: 140). Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di
samping itu memberikan kejelasan, memberikan bayangan bayangan
angan yang nyata. Dalam puisi yang dimuat surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012 ditemukan 10 data gaya bahasa personifikasi.
Berikut ini dijelaskan data gaya bahasa personifikasi secara lebih
terperinci.
1) Sepasang mata kanak menerbitkan cahaya bintang di selimutnya
(Edisi 22 Januari 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 2
(berjudul Tahun Baru karya Hanna Fransisca). Dalam bait puisi di
atas, mata manusia seolah-olah dapat melakukan kegiatan seperti
manusia yaitu menerbitkan sesuatu. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan menerbitkan adalah menerbitkan sebuah karya, entah itu
buku atau yang lainnya. Jadi, gaya bahasa ini menunjukkan benda
55
yang tak bernyawa seolah-olah dapat melakukan perbuatan seperti
yang dilakukan manusia.
2) Suaramu menggambar rumah yang ingin sekali kutinggali
(Edisi 1 April 2102)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Dalam bait puisi di
atas suara manusia seolah-olah dapat melakukan kegiatan seperti
manusia, yaitu menggambar. Kegiatan yang dilakukan dengan me-
dia kertas serta alat tulis lainnya ini biasa dilakukan manusia untuk
menghilangkan rasa jenuh setelah beraktivitas. Melalui puisi ini
penyair menceritakan keinginannya untuk tinggal disebuah rumah
dengan orang yang dikasihinya.
3) Suaramu-yang terkumpul dari sejumlah museum sepi yang kerap
kau singgahi
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Dalam bait puisi di
atas suara manusia seolah-olah dapat bertindak seperti manusia
yaitu bergerak dan berkumpul. Kegiatan bergerak dan berkumpul
dilakukan manusia bukan dilakukan oleh suara.
56
4) Kini sepanjang malam suaramu duduk simpuh di antara tukang
gender dan tukang kendang
(Edisi 8 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 21
(berjudul Sinden karya Gunawan Maryanto). Dalam bait puisi di
atas suara manusia seolah-olah dapat bertindak seperti manusia,
yaitu duduk. Kegiatan duduk biasa dilakukan oleh manusia.
5) Kota telah tidur
(Edisi 15 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 30
(berjudul Rumah Boneka karya Joko Pinurbo). Dalam bait puisi di
atas, sebuah kota diibaratkan dapat melakukan perbuatan yang
dilakukan manusia yaitu tidur. Tidur merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan manusia untuk melepas lelah setelah beraktivitas.
Sebuah kota dikatakan tidur apabila sudah tidak ada aktivitas
manusia, biasanya pada malam hari.
6) Hujan masih mengingat saya
(Edisi 15 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 30
(berjudul Rumah Boneka karya Joko Pinurbo). Dalam bait puisi di
atas hujan seolah-olah dapat bertindak seperti manusia, yaitu
mengingat. Kegiatan mengingat biasanya dilakukan manusia untuk
mengenang kejadian-kejadian yang dialami sebelumnya.
57
7) Kata-kata telah tidur
(Edisi 15 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 30
(berjudul Rumah Boneka karya Joko Pinurbo). Dalam bait puisi di
atas kata-kata seolah-olah dapat bertindak seperti manusia, yaitu
tidur. Tidur biasa dilakukan manusia untuk melepas lelah setelah
beraktivitas seharian. Lewat bait puisi ini penyair mengungkapkan
saat kata-kata telah tidur berarti saat manusia dipanggil oleh Tuhan.
8) Tiga orang boneka menghampirinya
(Edisi 15 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 30
(berjudul Rumah Boneka karya Joko Pinurbo). Dalam bait puisi di
atas boneka seolah-olah dapat menghampiri sesuatu. Padahal
boneka merupakan benda mati yang biasanya digerakkan oleh
manusia.
9) Pak Raden, angin makin jahat
(Edisi 15 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 30
(berjudul Rumah Boneka karya Joko Pinurbo). Dalam bait puisi di
atas angin seolah-olah dapat melakukan kegiatan/sifat seperti
manusia, yaitu memiliki perasaan jahat.
58
10) Matahari mengira ia bisa menguapkan aku dari engkau,
mengawankanku di langit yang asing
(Edisi 29 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam puisi nomor urut 41
(berjudul Aku Tak Akan Menyalahkannya karya Hasan Aspahani).
Dalam bait puisi di atas matahari seolah-olah dapat bertindak
seperti manusia, yaitu menguap. Kegiatan menguap biasa
dilakukan manusia saat memasak/merebus sesuatu.
e. Gaya Bahasa Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan
kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa (Keraf, 2009: 141).
Dalam puisi yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
ditemukan 3 data gaya bahasa alusi. Berikut dijelaskan data gaya
bahasa alusi secara lebih terperinci.
1) Merdeka Walk, Medan
Gedung-gedung tua berwarna jam 5 sore
lapang terbuka, dua gelas bir, kebab Turki
misai dan rambut Idris yang putih. Idris bercerita
tentang Amir, revolusi, kematian, dan bendera
Langkat yang masih dikibarkan
Langit kuning. Matahari
berdiri di pinggir Sungai Deli. Bayang
pohon di persimpangan. Angin dihembuskan
dari tenggara. Bau tubuh koeli, suara sepatu
Nienhuys memindahkan Deli Maatschappij-
menjauhi kota sultan
Seperti Priangan, kota ini terbuat dari jejak
sepatu tuan-tuan perkebunan. Bunga tembakau,
ukiran pucuk rebung dan langit-langit
59
Istana Maimoon yang berdebu
........
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 11
(berjudul Merdeka Walk, Medan karya Ahda Imran). Dalam bait
puisi tersebut penyair ingin pembaca mengingat kembali dan
merasakan kembali saat para pejuang berusaha mempertahankan
kota Deli juga Istana Maimoon yang berada di jalan Merdeka, Me-
dan dari serangan penjajah yang ingin merebutnya. Banyak para
bangsawan juga para pejuang yang gugur dalam pertempuran itu.
Melalui puisi ini penyair berusaha menyadarkan kita untuk meng-
hormati jasa para pahlawan kita yang telah gugur mempertahankan
kemerdekaan negara kita serta berusaha mengisi dan memajukan
Negara kita dengan hal-hal yang membanggakan.
2) Mustakaweni
ia memutuskan menyamar menjadi lelaki
-dengan sayap tumbuh di punggungnya
tak lupa ia pasang bintang di dadanya
menutup sepasang payudara yang menggoda
sebelum berangkat ia berkaca mematut tubuh
dan menyadari kumis belumlah tumbuh
di atas bibirnya yang merah jambu
tergesa ia oleskan minyak kelapa
pada belati dan dibakarnya menjadi jelaga
kini kumis yang tebal hitam berkilat
sudah melintang dengan garang
di atas bibirnya yang merah jambu
60
saatnya terbang membalas seluruh kehilangan
menang atau kalah biarlah dalang yang mengabarkan
ia hanya perlu menjaga agar kumisnya tak luntur
………………
(Edisi 1 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 17
(berjudul Mustakaweni karya Gunawan Maryanto). Puisi tersebut
mengingatkan pembaca pada salah satu tokoh pewayangan
bernama Mustakaweni. Dalam puisi ini dikisahkan kalau
Mustakaweni adalah seorang perempuan yang menyamar menjadi
seorang laki-laki. Ia menyamar seperti itu hanya untuk berperang.
Melalui puisi ini penyair mengingatkan kita pada kesenian wayang
yang berangsur-angsur dilupakan oleh generasi penerus. Sebagai
generasi penerus bangsa ini kita dituntut untuk melestarikan
budaya bangsa.
3) Lima Catatan Harian Malin
1.
badai yang gila, ajari aku
melecuti tubuh sendiri
suwir-suwir dagingnya kau rontokkan
di ceruk-ceruk karang
tempat suatu saat singgah camar
merindu celoteh anaknya berebut makan
di sela-sela gigir karang yang kasar
2.
ombak yang buta, seretlah aku
ke dasar palungmu seperti nahkoda yang berdendang
di geladak kapal yang oleng menuju karam
61
seperti langkah pemabuk menyusur malam
meninggalkan kekasih di pengkol jalan
setelah mencumbunya dalam gairah samodra
membekukan waktu yang meronta-ronta dalam pelukan
.............
(Edisi 22 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 38
(berjudul Lima Catatan Harian Malin karya Tjahjono Widijanto).
Melalui puisi, ini penyair mengingatkan kita tentang kisah Malin
Kundang. Kisah seorang anak yang tidak mengakui ibu
kandungnya bahkan bersikap kasar pada ibunya setelah sukses
hidup di rantau. Malin Kundang bersikap seperti itu hanya karena
merasa malu atas kemiskinan ibunya. Melalui puisi ini penyair
mengingatkan kita untuk berbakti pada ibu kita, karena ibu sudah
mempertaruhkan jiwanya saat melahirkan, merawat serta mendidik
kita.
f. Gaya Bahasa Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan
sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro
toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian
(totum pro parte) (Keraf, 2009: 142). Dalam puisi yang dimuat surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012 ditemukan 2 data gaya bahasa
sinekdoke. Berikut ini dijelaskan data gaya bahasa sinekdoke secara
lebih terperinci.
62
1) Aku ingin menangis untuk ketakutan dan kesedihan banyak orang
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Dalam bait di
atas sosok si aku ingin menangis untuk mewakili kesedihan orang-
orang. Gaya bahasa ini mewakili keseluruhan untuk sebagian, yaitu
kesedihan yang dirasakan oleh seluruh rakyat karena banyaknya
tindak kekerasan dan penyalahgunaan narkotika yang terjadi di
negara ini.
2) Aku mimpi buruk bagi keledai pesolek yang memuja dirinya di
permukaan air
(Edisi 4 Maret 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 14
(berjudul Lubuk Kata karya Ahda Imran). Dalam bait di atas sosok
keledai pesolek mewakili orang-orang golongan menengah ke atas
yang selalu membanggakan kecantikan, harta serta kedudukannya
di mata masyarakat. Padahal jika mereka dipanggil Tuhan, tidak
ada diantara kecantikan, harta, serta kedudukan yang akan mereka
bawa. Gaya bahasa di atas mewakili gaya hidup orang-orang
golongan menengah ke atas yang selalu membanggakan apa yang
mereka miliki.
63
g. Gaya Bahasa Metonomia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan
sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat (Keraf, 2009: 142). Dalam puisi yang
dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 ditemukan 2 data
gaya bahasa metonimia. Berikut ini dijelaskan data gaya bahasa
metonimia secara lebih terperinci.
1) Lambang negara dan potret sepasang lelaki yang entah apa
gunanya
(Edisi 22 April 2012)
Gaya bahasa di atas terdapat pada puisi nomor urut 13
(berjudul Malam yang Buruk karya Ahda Imran). Dalam bait
tersebut yang dimaksud dengan lambang negara adalah gambar
lambang burung garuda yang terdapat simbol-simbol Pancasila
yang menjadi lambang negara kita, sedangkan yang dimaksud
sepasang laki-laki adalah potret presiden dan wakil presiden yang
selalu terpajang rapi di setiap dinding sebuah instansi/lembaga.
Jadi, kata lambang negara juga potret sepasang lelaki
menggantikan gambar burung garuda serta potret presiden dan
wakil presiden.
2) Dunia
…………………..
Namun seusai salam
Melirik ke kanan dan kiri
64
Tanganku mengusap wajah
………
(Edisi 22 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 34
(berjudul Dunia karya Toni Lesmana). Penggunaan kata salam,
melirik ke kanan, kiri, tangan, serta mengusap wajah dapat
menggantikan kegiatan sholat atau sembahyang untuk umat Islam.
Puisi Dunia karya Toni Lesmana ini menceritakan tentang
kehidupan manusia yang menemukan jalan terang ketika
menjalankan ibadah (sholat). Ketika selesai sholat dan
mengusapkan wajahnya saat salam, jalan terang itu tak terlihat lagi
dan kembali menikmati kehidupan seperti biasanya. Hal ini
merupakan sebuah kritik untuk manusia yang sekarang sudah
dibutakan oleh kehidupan dunia dengan mengesampingkan aspek
religi.
h. Gaya Bahasa Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata
tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang
seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2009: 142).
Dalam puisi yang dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
ditemukan 2 data gaya bahasa hipalase. Berikut ini dijelaskan data
gaya bahasa hipalase secara lebih terperinci.
65
1) Ada seekor ular berdiam dalam tiap buah apel yang dulu kita
yang menanam.
(Edisi 29 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 45
(berjudul Tentang Ular yang Berdiam di Dalam Apel karya Hasan
Aspahani). Maksud bait di atas adalah ada seekor ular disetiap buah
apel dari pohon apel yang ditanam penyair dengan seseorang. Kata
ular dalam puisi ini menggantikan sebuah masalah besar yang
timbul ketika menjalin suatu hubungan dengan seseorang yang
semakin lama semakin besar dan tak dapat dipecahkan.
3) Kita sepasang petani, berselisih jalan di jalan ke rumah yang
berbeda alamat dan arah.
(Edisi 29 April 2012)
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 45
(berjudul Tentang Seekor Ular yang Berdiam di Dalam Apel karya
Hasan Aspahani). Maksud bait di atas adalah ada sepasang petani
yang sedang berjalan dan memiliki perbedaan pendapat sewaktu
pulang ke rumah namun ternyata mereka memiliki alamat serta
tujuan yang berbeda. Bait puisi tersebut mengisahkan tentang kisah
cinta sepasang muda-mudi yang merencanakan melanjutkan
hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Namun semua impian itu
kandas di tengah jalan karena mereka tidak memiliki kesamaan
tujuan yang diperlukan untuk melanjutkan hubungan. Kata jalan
66
dalam puisi di atas menggantikan tujuan yang akan dicapai saat
seseorang membina hubungan dengan kekasihnya.
i. Gaya Bahasa Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu,
mengandung kritik tentang manusia. Satire mengandung kritik tentang
kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan
secara etis maupun estetis (Keraf, 2009: 144). Dalam puisi yang
dimuat surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 ditemukan 1 data
gaya bahasa satire. Berikut dijelaskan data gaya bahasa satire secara
lebih terperinci.
Dongeng Sabarud’din
………………………………………………………….
kemarau. matahari hitam. pelangi api di langit yang berlubang
paceklik. tanah terbelah panas. batu-batu bergerak
mencari lingkaran air yang tersisa
dengan puisimu, tulislah tangis burung tanpa air mata
tangis tubuh yang ngilu tersekap di goa yang gelap
tangis gadis yatim yang diculik raksasa hitam, raksasa miskin dan buta huruf
…………………………………..
karena raksasa-raksasa datang kembali, raksasa yang tidak lagi hitam
apalagi miskin dan buta huruf. tapi raksasa dengan rasa lapar tanpa batas
yang akan menculik gadis-gadis terkasihmu, …bukan menyembunyikannya di goa
yang tidak lagi gelap, namun menyembunyikannya di rumah-rumah kaca
menjadikannya buruh migran di kampung halaman.
……
(Edisi 26 Februari 2012)
67
Gaya bahasa tersebut terdapat pada puisi nomor urut 7
(berjudul Dongeng Sabarud’din karya Sindu Putra). Dalam puisi
tersebut diceritakan terjadi musim paceklik panjang terjadi di desa. Di
desa tersebut memiliki tradisi agar hujan kembali datang mereka harus
mengorbankan gadis-gadis untuk dijadikan persembahan. Di saat
kehidupan di desa tersebut mulai membaik, gadis-gadis desa tak lagi
dikorbankan untuk meminta hujan. Namun banyak gadis desa yang
tetap menjadi korban. Korban dari raksasa (penguasa) untuk dijadikan
pembantu rumah tangga atau sebagai wanita yang menghibur laki-laki
hidung belang. Melalui puisi ini penyair mengkritik penguasa negeri
ini untuk lebih memperhatikan rakyatnya yang kekurangan, terutama
kaum perempuan dan anak-anak yang banyak dijadikan korban
perdagangan manusia dan penjualan organ dalam mereka secara
ilegal.
2. Skenario Pembelajaran Puisi dalam Surat Kabar Kompas Edisi
Januari-April 2012 di Kelas X SMA
Di bawah ini dijelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, materi pembelaja-
ran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, waktu pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran.
68
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam pembelajaran gaya bahasa puisi dalam
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA adalah
memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dalam pembelajaran gaya bahasa puisi dalam surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA adalah
mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman.
c. Indikator
Indikator dalam pembelajaran gaya bahasa puisi dalam surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA adalah (1)
memahami macam-macam gaya bahasa, (2) mengidentifikasi gaya
bahasa puisi dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
d. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012 di kelas X SMA adalah (1) siswa dapat memahami macam-
macam gaya bahasa, (2) siswa dapat mengidentifikasi gaya bahasa
puisi dalam surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
e. Strategi pembelajaran
Salah satu strategi yang dapat digunakan meliputi (1) tahap
penjelajahan, (2) interpretasi, dan (3) rekreasi.
69
1) Tahap penjelajahan
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengapresiasikan sebuah puisi. Tahap meliputi beberapa
langkah, yaitu (a) guru membuka pelajaran, (b) guru mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum memulai pelajaran dan
mengakhiri pelajaran, serta menanyakan kehadiran siswa, (c) guru
membacakan salah satu puisi surat kabar Kompas edisi Januari-
April 2012, dan (d) guru memberikan materi pelajaran yaitu
pengertian gaya bahasa, macam-macam gaya bahasa, fungsi gaya
bahasa, dan cara menentukan gaya bahasa puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
2) Interpretasi
Tahap ini merupakan kegiatan mendiskusikan gaya bahasa
puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012. Tahap meliputi
beberapa langkah, yaitu (a) guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, (b) guru memberikan puisi dalam surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012 pada masing-masing kelompok, (c) guru
meminta siswa untuk menganalisis gaya bahasa yang ada pada
puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012, dan (d) guru
dan siswa mendiskusikan gaya bahasa yang ada pada puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
70
3) Rekreasi
Tahap ini meliputi beberapa langkah, yaitu (a) guru
menyimpulkan gaya bahasa yang ada pada puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012, (b) guru memberikan tugas pada
siswa
f. Materi pembelajaran
Pemilihan 1puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
sebagai materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas X SMA
dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) segi bahasa, (2) psikologi, dan
(3) latar belakang budaya.
1) Segi bahasa
Dalam memilih materi pembelajaran, seorang pendidik selalu
berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga
seorang pendidik dapat memilih materi pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Puisi-puisi yang dimuat
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 menggunakan kosakata-
kosakata juga struktur bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
2) Psikologi
Dalam memilih materi pembelajaran, seorang pendidik harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi siswa. Hal ini
71
karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Umumnya siswa SMA berusia 15-18 tahun.
Pada usia ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal
praktis saja tetapi berusaha menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka
berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu
yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan
keputusan-keputusan moral. Jadi, puisi surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012 sesuai dengan perkembangan psikologi untuk siswa
SMA kelas X.
3) Latar belakang budaya
Biasanya siswa cenderung tertarik dengan karya-karya yang
memiliki latar belakang yang mirip bahkan sama dengan kehidupan
mereka. Puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 memiliki
latar belakang budaya Indonesia karena sebagian besar penyair yang
puisinya dimuat merupakan hasil karya anak bangsa. Puisi yang dimuat
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 juga memuat beberapa
puisi hasil karya penyair luar negeri yang dapat menambah kosakata
juga wawasan untuk siswa.
g. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran berupa RPP (terlampir). RPP dibuat
berdasarkan silabus. Di bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran
72
gaya bahasa puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X
SMA.
Pertemuan 1 (2x45 menit)
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberikan salam, berdoa dan menanyakan kehadiran
siswa.
b) Guru membacakan salah satu puisi surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012.
c) Guru menjelaskan pada siswa mengenai materi yang akan
disampaikan yaitu pengertian puisi, pengertian gaya bahasa,
macam-macam puisi, macam-macam gaya bahasa, fungsi gaya
bahasa dan cara menentukan gaya bahasa puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa diminta berkelompok dengan teman sebangkunya.
b) Guru membagikan puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012.
c) Siswa diminta mencari gaya bahasa puisi surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa diminta melanjutkan pekerjaan di rumah.
b) Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.
73
Pertemuan II (2x45 menit)
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberi salam, berdoa dan menanyakan kehadiran siswa.
b) Guru bertanya jawab pada siswa tentang kesulitan apa saja yang
ditemui siswa saat mengerjakan tugas tersebut.
c) Guru mengulang sedikit materi gaya bahasa, macam-macam gaya
bahasa, dan fungsi gaya bahasa serta cara menentukan gaya
bahasa.
2) Kegiatan Inti
a) Beberapa siswa diminta menyebutkan gaya bahasa puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
b) Guru dan siswa mendiskusikan materi tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran, yaitu mengenai gaya
bahasa yang terdapat dalam puisi surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012.
h. Sumber belajar
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran gaya bahasa
puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 mencakup buku
pelajaran yang diwajibkan, buku pelengkap berupa LKS, serta puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
74
i. Waktu pembelajaran
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran puisi dapat diatur
sesuai dengan kedalaman materi yang akan dibahas. Dalam pembelajaran
gaya bahasa puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X
SMA sebaiknya 4 jam pelajaran (2x pertemuan). Misalnya untuk
menyampaikan materi yang panjang dan mendalam memerlukan waktu
yang lebih lama.
j. Evaluasi
Penilaian proses dan hasil pembelajaran gaya bahasa puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012 di kelas X SMA dapat diperoleh
lewat kegiatan, baik lisan maupun tertulis. Evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran gaya bahasa puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April
2012 di kelas X SMA menggunakan tes esai. Tes esai adalah suatu bentuk
pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan
mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes ini siswa dituntut untuk
berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan
dengan pertanyaan yang harus dijawab. Contoh soal tes esai, yaitu
1) Sebutkan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012?
2) Jelaskan fungsi gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam puisi
surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012?
75
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas ma-
salah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada analisis dan pembahasan data hasil
penelitian, peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi pada surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012 adalah (a) gaya bahasa persamaan/simile, (b) gaya
bahasa metafora, (c) gaya bahasa alegori, (d) gaya bahasa personifikasi
atau prosopopoeia, (e) gaya bahasa alusi, (f) gaya bahasa sinekdoke, (g)
gaya bahasa metonomia, (h) gaya bahasa hipalase, dan (i) gaya bahasa
satire.
2. Puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012 lebih banyak mengulas
tentang kritik terhadap pemerintah, agama, percintaan, serta kehidupan
sehari-hari di masyarakat.
3. Skenario pembelajaran gaya bahasa puisi dalam surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012 di kelas X SMA berdasarkan KTSP adalah (a)
pendahuluan, meliputi: menjelaskan indikator dan tujuan yang ingin
dicapai, (b) inti, meliputi: mengidentifikasi dan menganalisis gaya bahasa
puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012, dan (c) penutup,
76
meliputi: refleksi yaitu guru memberikan penguatan terhadap kegiatan
yang dilakukan siswa; pemberian tugas.
B. Saran
1. Bagi Peneliti berikutnya
Kemajuan dunia sastra tidak terlepas dari sastrawan, kritikus sastra,
dan penulis sastra. Oleh karena itu, untuk memajukan dunia kesusastraan
khususnya puisi hendaknya ada penelitian-penelitian lain seperti yang
dilakukan oleh penulis, akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan lebih
luas ruang lingkupnya dan lebih baik dalam pembahasannya, khususnya
dalam bidang gaya bahasa puisi.
2. Bagi Guru
Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting, khususnya
dalam bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam menumbuhkan
rasa kecintaan siswa terhadap puisi, guru hendaknya selalu
menumbuhkembangkan minat siswa dalam dunia kesusastraan, terutama
gaya bahasa puisi.
3. Bagi Siswa
Para siswa hendaknya lebih kreatif dalam mengapresiasikan puisi,
sehingga selain memiliki daya imajinasi serta kecintaan juga dapat
menganalisis sebuah puisi. Perbanyaklah membaca untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan wawasan terutama puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: C.V Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Arsya, Deddy. 2012. “Peta yang Berantakan”, “Rambutan 450,5 Kilogram”. Kompas
Edisi Minggu 8 April 2012.
Aspahani, Hasan. 2012. “Ia Menulis di Linimasa”, “Yang Sembunyi di Dalam
Mataku”, “Aku Tak Akan Menyalahkannya”, “Romantisme Badut”, “Ulat
yang Rakus dan Embun yang Santun”, “Gambar untuk Sebuah Petang”,
“Tentang Ular yang Berdiam di Dalam Apel”, “Mengatakan Aku,
Mengakukan Kata”. Kompas Edisi Minggu 29 April 2012.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Ba-
hasa Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Campbell, Ian. 2012. “Lembah Elqui, Chili”, “Charlie Chaplin di Ngamplang, 1927”.
Kompas Edisi Minggu 22 Januari 2012.
Fransisca, Hanna. 2012. “Ular”, “Tahun Baru”, “Nikah”. Kompas Edisi Minggu 22
Januari 2012.
Imran, Ahda. 2012. “Malam yang Buruk”, ”Merdeka Walk, Medan”, “Sulamadaha”,
“Lubuk Kata”, “Rumah Sakit Hasan Sadikin”. Kompas Edisi Minggu 4
Maret 2012.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lesmana, Toni. 2012. “Jarak”, “Dunia”, “Hidup”, “Semacam Surat Cinta”. Kompas
Edisi Minggu 22 April 2012.
Maryanto, Gunawan. 2012. “Kutukan Srenggi”, “Sepasang Arca”, “Mustakaweni”,
“Samadi”, “Selo Blekithi”, “Adaninggar”, “Sinden”. Kompas Edisi Minggu
1 April 2012.
Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Ter-
jemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pinurbo, Joko. 2012. “Ulang Tahun”, “Sajak Kacamata”, “Ibu Hujan”, “Ingatan”,
“Rumah Boneka”, “Tangan Kecil”. Kompas Edisi Minggu 15 April 2012.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Purbady, Dedy. 2005. “Penggunaan Majas dalam Kumpulan Cerpen Di Laut Kita Ja-
ya Karya Tri Budhi Sastrio”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwore-
jo.
Putra, Sindu. 2012. “Made Budhiana, Aku Curi Garismu”, “Dongeng Sabarud’din”.
Kompas Edisi Minggu 26 Februari 2012.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rofiqi, Zaim. 2012. “Peta”, “Pécselyi Semillon”. Kompas Edisi Minggu 26 Februari
2012.
Situmorang, BP. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende: Nusa Indah.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya Duta.
Sumartini. 2011. “Analisis Gaya Bahasa dalam Puisi Kidung Bulan Tertikam An-
tologi Puisi Penyair Purworejo dan Kemungkinan Pengajarannya di SMK
Kelas XII”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Widijanto, Tjahjono. 2012. “Mata Dadu”, “Lima Catatan Harian Malin”. Kompas
Edisi Minggu 22 April 2012.
Wimra, Zelfeni. 2012. “Bocah Berkalung Ketapel”, “Tempat Menahan Airmata”,
“Meraut Sunyi di Ujung Batu”. Kompas Edisi Minggu 8 April 2012.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Puisi-puisi yang dimuat di Surat Kabar Kompas edisi Januari-April 2012
Dalam penelitian ini penulis menganalisis puisi yang dimuat di surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012. Judul puisi-puisi tersebut adalah
1. Ular karya Hanna Fransisca, edisi Minggu 22 Januari 2012
2. Tahun Baru karya Hanna Fransisca, edisi Minggu 22 Januari 2012
3. Nikah karya Hanna Fransisca, edisi Minggu 22 Januari 2012
4. Lembah Elqui, Chili karya Ian Campbell, edisi Minggu 22 Januari 2012
5. Charlie Chaplin di Ngamplang, 1927 karya Ian Campbell, edisi Minggu 22
Januari 2012
6. Made Budhiana, Aku Curi Garismu karya Sindu Putra, edisi Minggu 26
Februari 2012
7. Dongeng Sabarud’din karya Sindu Putra, edisi Minggu 26 Februari 2012
8. Peta karya Zaim Rofiqi, edisi Minggu 26 Februari 2012
9. P ́cselyi Semillon karya Zaim Rofiqi, edisi Minggu 26 Februari 2012
10. Rumah Sakit Hasan Sadikin karya Ahda Imran, edisi Minggu 4 Maret 2012
11. Merdeka Walk, Medan karya Ahda Imran, edisi Minggu 4 Maret 2012
12. Sulamadaha karya Ahda Imran, edisi Minggu 4 Maret 2012
13. Malam yang Buruk karya Ahda Imran, edisi Minggu 4 Maret 2012
14. Lubuk Kata karya Ahda Imran, edisi Minggu 4 Maret 2012
15. Kutukan Srenggi karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
16. Sepasang Arca karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
17. Mustakaweni karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
18. Samadi karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
19. Selo Blekithi karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
20. Adaninggar karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
21. Sinden karya Gunawan Maryanto, edisi Minggu 1 April 2012
22. Bocah Berkalung Ketapel karya Zelfeni Wimra, edisi Minggu 8 April 2012
23. Tempat Menahan Airmata karya Zelfeni Wimra, edisi Minggu 8 April 2012
24. Peta yang Berantakan karya Deddy Arsya, edisi Minggu 8 April 2012
25. Rambutan 450,5 Kilogram karya Zelfeni Wimra, edisi Minggu 8 April 2012
26. Meraut Sunyi di Ujung Batu karya Zelfeni Wimra, edisi Minggu 8 April 2012
27. Ulang Tahun karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
28. Ibu Hujan karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
29. Sajak Kacamata karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
30. Ingatan karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
31. Rumah Boneka karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
32. Tangan Kecil karya Joko Pinurbo, edisi Minggu 15 April 2012
33. Semacam Surat Cinta karya Toni Lesmana, edisi Minggu 22 April 2012
34. Dunia karya Toni Lesmana, edisi Minggu 22 April 2012
35. Hidup karya Toni Lesmana, edisi Minggu 22 April 2012
36. Jarak karya Toni Lesmana, edisi Minggu 22 April 2012
37. Mata Dadu karya Tjahjono Widijanto, edisi Minggu 22 April 2012
38. Lima Catatan Harian Malin karya Tjahjono Widijanto, edisi Minggu 22
April 2012
39. Ia Menulis di Linimasa karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29 April 2012
40. Yang Sembunyi di Dalam Mataku karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29
April 2012
41. Aku Tak Akan Menyalahkannya karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29
April 2012
42. Romantisme Badut karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29 April 2012
43. Ulat yang Rakus dan Embun yang Santun karya Hasan Aspahani, edisi
Minggu 29 April 2012
44. Gambar untuk Sebuah Petang karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29 April
2012
45. Tentang Ulat yang Berdiam di Dalam Apel karya Hasan Aspahani, edisi
Minggu 29 April 2012
46. Mengatakan Aku, Mengakukan Kata karya Hasan Aspahani, edisi Minggu 29
April 2012
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMAN 1 Salaman
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Waktu : 4 JP ( 4 x 45 menit )
A. STANDAR KOMPETENSI :
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.
B. KOMPETENSI DASAR :
5. 1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung atau pun melalui rekaman.
C. MATERI PEMBELAJARAN :
Rekaman puisi atau pembacaan langsung :
Pengertian puisi
Kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta.
Dalam bahasa Inggris kata poet ini lama sekali disebut maker. Dalam bahasa
Yunani sendiri kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya,
orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada
dewa-dewa. Puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan
kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan
imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan pelukisnya (Aminudin, 2009:134 ).
Pengertian gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata
dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi
penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor
yang berarti orator atau ahli pidato. Menurut Muljana, gaya bahasa adalah
susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup
dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembaca (Pradopo, 2009: 93). Menurut Pradopo (2009: 93), gaya bahasa itu
menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat.
Macam-macam gaya bahasa
Keraf (2009: 138-145), menggolongkan gaya bahasa kiasan terdiri
dari: (a) persamaan atau simile, (b) metafora, (c) alegori, parabel, fabel,
(d) personifikasi atau prosopopoeia, (e) alusi, (f) eponim, (g) epitet, (h)
sinekdoke, (i) metonimia, (j) antonomasia, (k) hipalase, (l) ironi, sinisme,
dan sarkasme, (m) satire, (n) inuendo, (o) antifrasis, dan (p) pun atau
paronomasia. Menurut Tarigan (1986: 6), gaya bahasa dibagi menjadi
empat kelompok yaitu: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa
pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan.
Fungsi gaya bahasa
Menurut Tarigan (1986: 4), fungsi gaya bahasa meliputi: (a) sebagai
sarana penunjang pengembangan kosakata; (b) sebagai sarana penunjang
keterampilan menulis; (c) sebagai sarana penunjang keterampilan membaca;
(d) sebagai sarana penunjang keterampilan berbicara; (e) sebagai sarana
penunjang keterampilan menyimak; dan (f) sebagai sarana penunjang
pemahaman dan penghayatan karya sastra.
D. INDIKATOR :
Mengidentifikasi gaya bahasa yang terdapat dalam puisi surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012
E. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Siswa dapat mengidentifikasi gaya bahasa yang terdapat dalam puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012
F. METODE PEMBELAJARAN :
Ceramah
Tanya jawab
Demonstrasi
Diskusi
Penugasan
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
1. Pendahuluan (2X10 menit)
Guru memberikan salam, berdoa, dan menanyakan kehadiran siswa.
Guru membacakan salah satu puisi surat kabar Kompas edisi Januari-
April 2012.
Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan yaitu pengertian
puisi, pengertian gaya bahasa, macam-macam gaya bahasa, fungsi
gaya bahasa, dan cara menentukan gaya bahasa puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
2. Inti (2X70 menit)
Siswa berkelompok dengan teman sebangkunya.
Guru membagikan puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012
pada masing-masing kelompok.
Siswa menganalisis gaya bahasa yang ada pada puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
Siswa menyebutkan gaya bahasa puisi surat kabar Kompas edisi
Januari-April 2012.
Guru dan siswa mendiskusikan gaya bahasa yang ada pada puisi surat
kabar Kompas edisi Januari-April 2012.
3. Penutup (2X10 menit)
Guru menyimpulkan gaya bahasa yang ada pada puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012.
Guru memberikan tugas pada siswa
H. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
Tuturan/Pembacaan langsung puisi surat kabar Kompas edisi Januari-
April 2012.
LKS : Tim Bahasa Indonesia SMA X. Klaten: CV Viva Pakarindo.
Mafrukhi, dkk. 2007. Kompetensi Berbahasa Indonesia Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
Rohmadi, Muhammad. 2005. Kompetensi Berbahasa dan Bersastra
Indonesia. Surakarta: Grahadi.
I. EVALUASI
1. Evaluasi proses
Bacalah puisi surat kabar Kompas edisi Januari-April 2012!
2. Evaluasi hasil
a. Sebutkan gaya bahasa yang ada dalam puisi surat kabar Kompas
edisi Januari-April 2012!
b. Jelaskan fungsi gaya bahasa personifikasi dalam puisi surat kabar
Kompas edisi Januari-April 2012!
Skor Penilaian
a. Penilaian kognitif
No Aspek Yang Dinilai Skor
1. Parafrase puisi
2. Penggunaan majas
Kriteria skor:
Setiap jawaban lengkap : 25
Jawaban kurang lengkap : 10
Tidak ada jawaban : 0
b. Penilaian psikomotorik
No Aspek Yang Dinilai Skor
1. Mengerjakan tugas tatap muka
2. Mengerjakan tugas terstruktur
Skor:
4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1 = kurang
c. Aspek afektif
No Nama
siswa
Indikator sikap
ketekunan kerajinan disiplin Kerja
sama
Tanggung
jawab
1.
2.
Keterangan:
1 = sangat kurang 3= cukup
2 = kurang 4 = baik
Mengetahui Magelang,
Kepala SMAN 1 Salaman, Guru Mata Pelajaran,
Suwardi, M.Pd. Siti Khodiyah
NIP 19550603 197903 1 007