ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 – 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Syarifah Indah Permatasari Alhasni
1113084000039
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1438 H/2017
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Syarifah Indah Permatasari Alhasni
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 April 1996
3. Alamat : JL. H RT 004/008 No.35. Kebon Baru,
Tebet. Jakarta Selatan
4. Telepon : 0813 8542 8403
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SD Negeri 07 Kebon Baru Tahun 2001-2007
2. SMP Muhammadiyah 36 Tahun 2007-2010
3. SMA Negeri 1 Jakarta Tahun 2010-2013
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2017
ii
ABSTRACT
This research aims to analyze the base sector and non-base sector, economic
structure, economic growth and contribution to GRDP (Gross Domestic Regional
Product) in Kabupaten Karawang in 2011-2015.
This research uses quantitative’s method and secondary data with Location
Quotient (LQ), Shift Share, and contribution analysis. The required documents are
GRDP data based on the constant price of Kabupaten Karawang and West Java
Province in 2011-2015.
The result shows that 3 (three) base sectors in Kabupaten Karawang are
Manufacturing Industry with average 1.26, Electricity and Gas Procurement with
average equal to 1.56, and Mining and Quarrying with an average of 1.21. Results
from the National Share (NSI) show that each sector in Kabupaten Karawang brings
a positive influence for economic growth in West Java Province. In the results of
Propotionally Shift (Pri) there are 5 sectors that are not included in the Services in
Kabupaten Karawang in the local sector, such as, manufacturing, agricultural,
mining and quarrying, electricity and gas, and public administration sector, the
defense and the mandatory social security. The result of Differential Shift (Dri)
shows the competitive advantage in Kabupaten Karawang gives negative effect to
GRDP enhancement in West Java Province. The result of Shift Share analysis, there
has been economic change from the primary sector to the secondary sector and
began to shift to the tertiary sector. From the calculation results, can be known that
the biggest contribution to GRDP is the manufacturing sector by 71 percent.
Keywords: Economic structure, sector base, economic growth, contribution to
GRDP, location quotient, shift share.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor basis dan non basis, struktur
ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten
Karawang tahun 2011-2015.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan bersifat kuantitatif dengan
analisis Location Quotient (LQ), Shift Share, dan kontribusi. Dokumen yang
diperlukan adalah data PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten Karawang dan
Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2015.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) sektor basis yang ada di Kabupaten
Karawang yaitu Industri Pengolahan dengan rata – rata sebesar 1,63, Pengadaan
Listrik dan Gas dengan rata – rata sebesar 1,56, dan Pertambangan dan Penggalian
dengan rata – rata sebesar 1,21. Hasil dari National Share (Nsi) menunjukkan
bahwa masing – masing sektor di Kabupaten Karawang membawa pengaruh positif
bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Dalam hasil Propotionally Shift
(Pri) terdapat 5 sektor yang tidak termasuk dalam spesialisasi di Kabupaten
Karawang dalam pendapatan daerah yaitu, sektor industri pengolahan, sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
listrik dan gas, dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial
wajib. Hasil Differential Shift (Dri) menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif di
Kabupaten Karawang memberikan pengaruh yang negatif terhadap peningkatan
PDRB di Provinsi Jawa Barat. Sehingga hasil dari analisis Shift Share, telah terjadi
pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan mulai bergeser ke
sektor tersier. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa hasil kontribusi
terbesar terhadap PDRB adalah sektor industri pengolahan sebesar 71 persen.
Kata Kunci: Struktur ekonomi, sektor basis, pertumbuhan ekonomi, kontribusi
terhadap PDRB, location quotient, shift share.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala nikmat dan keberkahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS STRUKTUR EKONOMI
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2011-2015” dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017. Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan, dan
bantuan serta doa dari orang-orang yang berada di sekitar penulis, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Orang tua penulis, Ibunda Sylvia Mulyono dan Ayahanda Said Achasanul
Haq Alhasni tersayang atas curahan kasih sayang, doa yang tiada henti,
dukungan dan motivasi yang tidak ternilai harganya bagi penulis. Serta
adikku tercinta, Reva yang selalu ada ketika penulis membutuhkan bantuan
serta membuat keluarga ini semakin lengkap. Semoga kalian selalu dicintai
dan selalu berada di dalam lindungan Allah SWT.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang berharga kepada penulis selama
perkuliahan.
3. Bapak Dr. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si selaku dosen pembimbing I, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan
arahan, ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan kepada penulis dalam
penyelesaian penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai. Semoga bapak
selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
4. Bapak Drs. Jackie Nurdjaman Rachman, MPS, selaku dosen pembimbing
II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
motivasi dan arahan, ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan kepada
penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai.
Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
5. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina selaku Ketua Jurusan
dan Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyelesaian
perkuliahan ini.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta
v
jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
7. Kurnia Bakti Isbana selaku pelengkap hati, atas kasih sayang yang
diberikan, cinta, keceriaan, kebahagiaan, doa, dukungan dan segala bantuan
yang diberikan. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
8. Saudara penulis, Ka Sarah, Ka Arah, Ka Donna, Ka Maria, Bang Deff,
Fahly, Taka, dan Hazoel. Sebagai tempat berbagi cerita, kasih sayang,
bantuan dan semangat. Terutama untuk Hazoel, Taka, dan Fahly selalu
menghibur penulis dengan bermain mobile legends dan menjadi saudara
sekaligus sahabat terbaik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
kalian.
9. Teman – teman Ekonomi Pembangunan Dini, Julita, Apri, Anum, Karim,
Bagus, Lutfan dan Izzu, yang melengkapi hari – hari penulis selama
perkuliahan sehingga terasa sangat indah, selalu menasehati satu sama lain,
tolong menolong serta dukungan tiada henti.
10. Teman – teman KKN DARATURA Amel, Gina, Maria, Aulia, Heva, Ida,
Fadli, Ryan, Reza, Fadil, yang melengkapi hari – hari penulis selama
sebulan penuh di Desa Cireundeu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan dan dijadikan referensi bagi
penelitian – penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki. Sehingga jika ada kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima
dengan senang hati.
Jakarta, September 2017
Syarifah Indah Permatasari Alhasni
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................i
ABSTARCT.............................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR GRAFIK..............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................10
C. Tujuan Penelitian........................................................................................11
D. Manfaat Penelitian......................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil...............................13
1. Teori Perubahan Struktural...................................................................13
a. Teori W. Arthur Lewis....................................................................15
b. Teori Fei-Rennis.............................................................................17
c. Teori Chennery...............................................................................21
2. Teori Pembangunan Ekonomi..............................................................22
a. Teori Ekonomi Neo Klasik.............................................................23
b. Teori Basis Ekonomi......................................................................24
vii
c. Teori Tempat Sentral......................................................................27
d. Teori Kausasif Kumulatif...............................................................27
e. Teori Lokasi ...................................................................................28
f. Teori Model Daya Tarik.................................................................28
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.................................................28
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik..............................................30
c. Teori Pertumbuhan Neoklasik........................................................32
d. Whilt Whitman Rostow..................................................................34
4. Teori Keunggulan Kompetitif..............................................................39
5. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah................................................41
6. Produk Domestik Regional Bruto........................................................42
7. Analisis Shift Share..............................................................................44
B. Penelitian Sebelumnya...............................................................................45
C. Kerangka Pemikiran...................................................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................52
A. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................52
B. Metode Penentuan Sample.........................................................................52
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................53
D. Metode Analisis Data.................................................................................53
1. Analisis Identifikasi Sektor Usaha Utama............................................53
2. Analisis Shift Share..............................................................................55
E. Operasional Variabel Penelitian.................................................................57
1. Potensi Ekonomi...................................................................................57
2. Produk Domestik Regional Bruto........................................................58
3. Kontribusi.............................................................................................58
4. Sektor – Sektor Ekonomi......................................................................58
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA...........................................................60
A. Deskriptif Objektif Penelitian.....................................................................60
viii
1. Luas dan Batasan Wilayah Administrasi..............................................60
2. Letak dan Kondisi Geografis................................................................63
3. Topografi..............................................................................................63
4. Klimatologi ..........................................................................................64
5. Demografi ............................................................................................64
6. Kondisi Perekonomian di Kabupaten Karawang..................................66
B. Analisis Data ..............................................................................................69
1. Analisis Location Quotient (LQ)..........................................................69
2. Analisis Shift Share..............................................................................78
3. Kontribusi Sektor Terhadap PDRB......................................................84
BAB V PENUTUP................................................................................................87
A. Kesimpulan ................................................................................................87
B. Saran...........................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................92
LAMPIRAN – LAMPIRAN................................................................................94
ix
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Produk Domestik Bruto Kabupaten Karawang Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011
dan 2015 (Juta Rupiah)
7
2.1 Penelitian Sebelumnya 48
4.1 Luas wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Desa 61
4.2 Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun
2015
65
4.3 Produk Domestik Bruto Kabupaten Karawang Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah),
2011 dan 2015
66
4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karawang Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Persen)
67
4.5 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2011-2015
70
4.6 Banyaknya Kilo Watt Hour (KWH) Konsumsi Listrik Bagi
Rumah Tangga, Instansi Pemerintah, Badan Sosial dan
perusahaan Industri Tahun 2010-2015
75
4.7 Potensi Bahan Galian Industri 76
4.8 Rencana Penetapan Daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Gas Bumi Tahun 2016
77
4.9 Analisis Shift Share klasik Kabupaten Karawang Tahun 2011-
2015 (Juta Rupiah)
79
4.11 Kontribusi Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2011-2015
(Persentase)
84
x
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 51
4.1 Peta Administrasi Kabupaten Karawang 62
xi
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
4.1 Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 2013 74
4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2014
87
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karawang Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011-2015 (Juta Rupiah)
94
2 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2011-2015 (Juta Rupiah)
96
3 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Karawang
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha,
2011-2015 (persen)
98
4 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2011-
2015 (persen)
99
5 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2011
100
6 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2012
101
7 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2013
102
8 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2014
103
9 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang
Tahun 2015
104
10 Location Quotient (LQ) Rata-Rata Kabupaten Karawang 105
11 Perhitungan Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
Tahun 2011-2012
106
12 Perhitungan Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
Tahun 2012-2013
107
xiii
13 Perhitungan Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
Tahun 2013-2014
108
14 Perhitungan Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
Tahun 2014-2015
109
15 Perhitungan Rata-Rata Nasional Share (NS) Kabupaten
Karawang
110
16 Perhitungan Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
Tahun 2011-2012
111
17 Perhitungan Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
Tahun 2012-2013
112
18 Perhitungan Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
Tahun 2013-2014
113
19 Perhitungan Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
Tahun 2014-2015
114
20 Perhitungan Rata-Rata Proporsional Shift (Pr) Kabupaten
Karawang
116
21 Perhitungan Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
Tahun 2011-2012
117
22 Perhitungan Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
Tahun 2012-2013
118
23 Perhitungan Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
Tahun 2013-2014
119
24 Perhitungan Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
Tahun 2014-2015
120
25 Perhitungan Rata-Rata Differential Shift (Dr) Kabupaten
Karawang
121
xiv
26 Hasil Perhitungan Nilai Shift-Share Kabupaten Karawang
Tahun 2011-2015
122
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, pembangunan dapat diartikan suatu
bentuk upaya dalam mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita
(income per capita) yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak
output yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk.
(Todaro dan Smith, 2009:16). Keberhasilan pencapaian dari tingkat
pertumbuhan pendapatan perkapita tersebut dapat mencerminkan dari
timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan perekonomian masyarakat. Dalam
hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan guna mempercepat dan
memeratakan pembangunan. Namun, pembangunan di Indonesia mengalami
permasalahan yang cukup besar karena tidak terjadinya pemerataan
pembangunan antar daerah. Karena hal tersebut, pemerintah mengubah sistem
yang tadinya sentralisasi yang merupakan pengaturan kewenangan dari
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat untuk mengurusi rumah
tangganya sendiri menjadi sistem pemerintahan desentralisasi. Dengan adanya
sistem pemerintahan desentralisasi ini maka muncullah otonomi bagi suatu
pemerintah daerah atau yang biasa dikenal dengan otonomi daerah.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5,
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan
diberlakukannya otonomi daerah ini diharapkan dapat meningkatkan
2
pendapatan dan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing
– masing daerah dengan harapan terciptanya kemandirian daerah. Perbedaan
kondisi daerah dengan daerah lainnya mengharuskan pemerintah membuat
kebijakan yang berbeda pula dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Struktur perekonomian di suatu wilayah dapat menunjukkan kontribusi
atau sumbangan dari masing – masing sektor. Apabila kontribusi pada suatu
sektor besar maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut memiliki potensi
yang tinggi dalam perekonomian, sedangkan kontribusi yang kecil
menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang berpotensi dalam perekonomian
wilayah tersebut. Dengan demikian besarnya kontribusi dapat
menggambarkan peran sektor dalam perekonomian. Semakin besar peranan
sektor maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut sebagai penggerak
pembangunan ekonomi daerah. Dalam hal ini salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu wilayah adalah
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product atau GDP) untuk tingkat
Nasional dan untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan,
pendapatan perkapita, dan pergeseran atau perubahan struktur ekonomi.
(Sjafrizal, 2014:156).
Menurut Todaro dan Smith (2009:17) pengertian dari produk domestik
bruto adalah total output akhir barang maupun jasa yang dihasilkan oleh
perekonomian di suatu negara, dalam wilayah negara itu, oleh penduduk dan
bukan penduduk, tanpa melihat alokasinya baik dari klaim domestik maupun
3
klaim luar negri. Jika tingkat produk domestik bruto di suatu daerah sama
dengan atau lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan penduduk, dapat
dikatakan bahwa pendapatan perkapita akan sama atau menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa pertambahan produk domestik bruto tidak memperbaiki
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu para ahli membedakan pengertian
pembangunan ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan
ekonomi (economic growth). Para ahli ekonomi yang membedakan kedua
pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan sebagai berikut
peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat
pertambahan GDP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi dari tingkat
pertambahan penduduk, atau perkembangan GDP yang berlaku dimasyarakat
dibarengi oleh perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya, yang
pada umumnya, masih bercorak tradisional. Sedangkan pada pertumbuhan
ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai kenaikan dalam GDP, tanpa harus
memandang apakah kenaikan itu besar ataupun kecil daripada pertumbuhan
jumlah penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak.
Tapi pada umumnya, para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama
kepada kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau
pembayaran ekonomi sebagai kenaikan GDP. (Sukirno, 1978:14).
Dalam kegiatan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan
yaitu, kegiatan basis dan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik
penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari
wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi
4
permintaan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan
intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan
demikian sektor terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa
berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. atas dasar anggapan
tersebut, satu – satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah
melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis
sektor basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan
ekonomi wilayah. (MK Sanjaya, 2014:2).
Pertumbuhan ekonomi sendiri mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Transformasi struktural merupakan suatu proses
perubahan struktur perekonomian yang tadinya sektor primer menjadi sektor
sekunder dan tersier atau sektor pertanian menjadi sektor industri dan jasa.
Seperti yang dikatakan oleh Todaro (1999), bahwa proses perubahan
perekonomian ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa sektor primer, (2)
meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), (3) pangsa sektor tersier
juga memberikan kontribusi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini menyatakan bahwa dengan adanya proses perubahan
perekonomian secara otomatis menurunnya pangsa sektor primer yang
ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian.
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur
kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional
5
Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting dalam melihat total output
akhir barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian di suatu wilayah.
Karena adanya perubahan tahun dasar PDRB, maka berdampak pada
perubahan klasifikasi sektoral dalam perhitungan PDRB berdasarkan lapangan
usaha. Yang pada tahun dasar 2000 hanya menggunakan 9 (sembilan) sektor
berubah menjadi 17 (tujuh belas) sektor pada tahun dasar 2010 sesuai
rekomendasi SNA tahun 2008.
PDRB Kabupaten Karawang disumbang oleh 17 (tujuh belas) sektor yaitu:
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri
Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang; Kontruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya.
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten dari 27
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar
2.250.120 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,1% pada
tahun 2014. Setidaknya Kabupaten Karawang memiliki 30 kecamatan, 297
desa, dan 12 kelurahan. Penamaan kecamatan baru menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Karawang Nomor 3 Tahun 2004 yaitu tentang Pembentukan dan
Pemekaran Kecamatan, yaitu Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Tegalwaru,
6
Kecamatan Ciampel, Kecamatan Telukjambe Timur, Kecamatan Telukjambe
Barat, Kecamatan Klari, Kecamatan Cikampek, Kecamatan Purwasari,
Kecamatan Tirtamulya, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Banyusari, Kecamatan
Kotabaru, Kecamatan Cimalaya Wetan, Kecamatan Cilamaya Kulon,
Kecamatan Lemahabang, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Karawang Timur,
Kecamatan Karawang Barat, Kecamatan Rawamerta, Kecamatan Tempuran,
Kecamatan Kutawaluya, Kecamatan Rengasdengklok, Kecamatan Jayakerta,
Kecamatan Pedes, Kecamatan Cilebar, Kecamatan Cibuaya, Kecamatan
Tirtajaya, Kecamatan Batujaya, Kecamatan Pakisjaya. (RKPD Kabupaten
Karawang, 2016:24-25).
Pada awalnya Kabupaten Karawang dikenal oleh masyarakat sebagai kota
lumbung padi Jawa Barat. Kabupaten Karawang diarahkan menjadi salah satu
gerbang (gateway city) pembangunan di wilayah Indonesia bagian barat
sebagai penyangga Ibukota Negara. Dikenal juga sebagai gudang beras dan
lumbung pangan nasional. (RKPD Kabupaten Karawang, 2016:28). Hal ini
didasarkan dari fakta bahwa Karawang merupakan daerah pertanian teknis
yang subur. Kabupaten Karawang memiliki jumlah lahan sawah sebanyak
94.311 Ha, dan Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbang emisi
CH4 ke atmosfer, sebanyak 28.990 ton dari aktivitas pertanian dalam tahun
2009. Namun, lama kelamaan Kabupaten Karawang mengalami pergeseran
struktur perekonomian yang tadinya terkenal sebagai kota lumbung pangan
nasional menjadi kawasan industri. Dapat dilihat dari banyaknya
pembangunan-pembangunan kawasan industri di Kabupaten Karawang ini.
7
Perubahan ini terjadi karena kebanyakan para pelaku investor melirik
Kabupaten Karawang sebagai kota yang strategis (karena, di apit oleh dua
ibukota, yakni Provinsi Jawa Barat, Bandung, dan Ibukota Indonesia, DKI
Jakarta) untuk menjalankan bisnisnya.
Terjadinya perubahan struktur perekonomian di Kabupaten Karawang,
dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi/sumbangan sektor-sektor terhadap
PDRB Kabupaten Karawang yang dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut
Tabel 1.1
Produk Domestik Bruto Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 dan 2015 (Juta
Rupiah)
Lapangan Usaha 2011 2015
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 4.646.718,17 4.647.328,61
Pertambangan dan Penggalian 4.239.551,93 3.547.318,47
Industri Pengolahan 74.230.611,73 94.043.005,71
Pengadaan Listrik dan Gas 909.947,15 1.051.909,72
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
62.959,37 82.220,41
Konstruksi 3.411.601,13 5.014.378,58
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
11.065.992,06 13.620.376,44
Transportasi dan Pergudangan 1.755.341,97 2.318.125,06
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 923.101,35 1.257.546,04
Informasi dan Komunikasi 888.565,15 1.393.495,62
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.060.698,45 1.459.950,88
Real Estate 240.955,28 304.704,13
Jasa Perusahaan 33.430,93 42.949,09
8
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.071.704,86 1.192.639,04
Jasa Pendidikan 587.314,47 1.065.335,30
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 272.275,00 357.774,26
Jasa Lainnya 773.906,74 1.054.510,47
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO 106.174.675,75 132.453.567,83
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang
Berdasarkan tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan tahun 2010 di Kabupaten Karawang tahun 2015 mencapai
132.453.567,83 (juta rupiah) atau mengalami peningkatan sebesar 1,25
persen.
Secara umum, di Kabupaten Karawang yang menjadi penggerak
pembangunan ekonomi daerah adalah sektor industri pengolahan. Dapat
dilihat seberapa besar kontribusi/sumbangan yang diberikan kepada PDRB
Kabupaten Karawang pada tahun 2015 sebesar 94.043.005,71 (juta rupiah).
Peranan sektor industri pengolahan ini pun selalu mendominasi dari tahun ke
tahun, dapat dilihat juga seberapa besar kontribusi/sumbangan yang diberikan
pada tahun 2011 sebesar 74.230.611,73 (juta rupiah). Oleh karena itu, maka
pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan guna menciptakan kondisi atau
iklim usaha yang sehat dan kondusif, serta meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang ada untuk mendukung keberhasilan dari industrialisasi di
Kabupaten Karawang. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
9
dan sepeda motor merupakan kontribusi/sumbangan terbesar kedua sebesar
13.620.376,44 (juta rupiah) pada tahun 2015.
Di samping industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan
merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar
mencapai 4.647.328,61 (juta rupiah) pada tahun 2015. Hal ini didasarkan dari
fakta bahwa Karawang merupakan daerah pertanian teknis yang subur.
Walaupun demikian kenaikan PDRB sektor pertanian, perikanan, dan
kehutanan dari tahun ke tahun sangat kecil, buktinya pada tahun 2011
kontribusi terhadap PDRB sebesar 4.646.718,17 (juta rupiah). Berarti
kenaikan yang terjadi dari tahun 2011 sampai 2015 hanya 0,01 persen.
Sedangkan sektor jasa perusahaan memberikan kontribusi terendah pada tahu
2015 sebesar 42.949,09 (juta rupiah).
Kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 di
Kabupaten Karawang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari latar
belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil judul
“Analisis Struktur Ekonomi Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten
Karawang Tahun 2011-2015”.
10
B. Rumusan Masalah
Pembangunan yang dilakukan di daerah Kabupaten Karawang
ditunjukkan demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah serta
kesejahteraan masyarakat. Tanpa pertumbuhan ekonomi, maka
pembangunan ekonomi tidak akan berhasil.
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur
kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Disamping pertumbuhan ekonomi, struktur
ekonomi dan kegiatan ekonomi juga akan memperkuat perekonomian di
Kabupaten Karawang.
Struktur perekonomian di suatu wilayah dapat menunjukkan kontribusi
atau sumbangan dari masing – masing sektor. Struktur ekonomi yang
didukung dengan sektor yang kompetitif dan memiliki spesialisasi akan
memacu perkembangan dari PDRB di Kabupaten Karawang. Bukan hanya
struktur ekonomi yang memiliki pengaruh penting dalam perekonomian.
Namun, kegiatan ekonomi pun penting dalam meningkatkan
perekonomian wilayah seperti halnya sektor basis. Oleh karena itu analisis
sektor basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi
pertumbuhan ekonomi wilayah. (MK Sanjaya, 2014:2).
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada diatas maka akan
timbul pertanyaan penelitian, yaitu:
11
1. Apakah yang menjadi sektor basis dan non basis yang ada di
Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana struktur dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Karawang serta kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten
Karawang pada Tahun 2011-2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun dari tujuan penelitian ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis yang ada di
Kabupaten Karawang.
2. Untuk menganalisis struktur dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Karawang serta kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten
Karawang pada Tahun 2011-2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan
yang dilihat dari pergeseran struktur perekonomian di wilayah
Kabupaten Karawang, sehingga menciptakan kebijakan yang
tepat bagi penyerapan tenaga kerja agar dapat menekan
pengangguran guna meningkatkan PDRB.
12
2. Bagi Akademisi
a. Bagi pembaca maupun mahasiswa, semoga penelitian ini dapat
menambah wawasan mengenai struktur perekonomian dengan
menggunakan pendekatan location quotient dan shift share.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Perubahan Struktural
Teori Perubahan Struktural adalah salah satu teori yang fokus kepada
mekanisme struktur ekonomi yang sedang dialami oleh negara sedang
berkembang, yang pada mulanya lebih bersifat subsisten dan lebih
menitikberatkan pada sektor pertanian (primer) menuju ke struktur
perekonomian yang modern dan hal ini sangat di dominasi oleh sektor
industri (sekunder) maupun jasa (tersier) (Todaro, 1991:68 dalam Mudrajad
Kuncoro, 1997:51). Secara garis besar teori perubahan struktural ini
merupakan suatu transformasi perekonomian dari sektor ekonominya di
suatu wilayah/negara, transformasi yang dimaksud adalah berubahnya
sektor perekonomian tradisional menjadi sektor perekonomian modern.
Adanya pengklompokan 17 sektor lapangan usaha menjadi 3 sektor yaitu:
1) Sektor primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku,
melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam yang
ada, seperti tanah beserta kandungan di dalamnya.
(Kristianingsih, 2011:214). Yang termasuk sektor primer adalah:
Sektor 1: Pertanian, kehutanan dan perikanan.
Sektor 2: Pertambangan dan penggalian.
14
2) Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik
yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder itu
sendiri menjadi barang lain yang lebih tinggi nilai gunanya.
(Kristianingsih, 2011:214). Yang termasuk sektor sekunder
adalah:
Sektor 1: Industri pengolahan.
Sektor 2: Pengadaan Listrik dan Gas.
Sektor 3: Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Daur Ulang.
Sektor 4: Kontruksi.
Sektor 5: Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
Sektor 6: Real Estate.
3) Sektor tersier, yaitu sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam
bentuk fisik, namun dalam betuk jasa. (Kristianingsih, 2011:215).
Yang termasuk sektor tersier adalah:
Sektor 1: Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor.
Sektor 2: Transportasi dan Pergudangan.
Sektor 3: Informasi dan Komunikasi.
Sektor 4: Jasa Keuangan dan Asuransi.
Sektor 5: Jasa Perusahaan.
Sektor 6: Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib.
15
Sektor 7: Jasa Pendidikan.
Sektor 8: Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Sektor 9: Jasa Lainnya.
Menurut Sjafrizal (2014:154), analisis tentang struktur ekonomi daerah
juga dapat digunakan untuk dapat mengetahui tingkat kemajuan pembangunan
daerah dengan cara melihat dari kemajuan perubahan struktur ekonomi daerah
yang bersangkutan. Suatu perekonomian dapat dikatakan maju apabila
kontribusi sektor industri lebih besar dari pada sektor pertanian dan jasa, dan
begitu pula sebaliknya. Alasannya, karena sektor industri merupakan kegiatan
ekonomi yang sudah maju dan menggunakan teknologi modern sehingga
tingkat produktivitas kerja menjadi lebih tinggi.
Kontribusi dapat diukur secara sederhana dengan menghitung bagaimana
kontribusi masing – masing sektor yang ada di dalam nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Perhitungan kontribusi sektoral dalam PDRB sebagai
berikut: (Sjafrizal, 2014: 155)
Kontribusi sektor i =Nilai Tambah Sektor i
Jumlah Nilai PDRB 𝑥 100%
a. Teori W. Arthur Lewis
Pada dasarnya Arthur Lewis berpendapat bahwa dalam proses
pembangunan yang terjadi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang
mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di daerah tersebut.
Arthur juga membahas tentang pola investasi yang terjadi di sektor
16
modern dan juga sistem penetapan upah yang berada di sektor-sektor
modern yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap arus
urbanisasi yang ada. Transformasi struktural (structural
transformation) perekonomian subsisten primer adalah model yang
dirumuskan W. Arthur Lewis di pertengahan dasawarsa 1950-an.
Kerangka pemikiran dan sistem analisisnya berpokok pada suatu
model sederhana yang biasa disebut dengan Lewi’s two sector model.
Model Lewis terbagi menjadi dua sektor, yaitu:
1) Perekonomian Tradisonal
Sektor subsisten pedesaan yang tradisional dan juga
mengalami kelebihan penduduk, yang dicirikan
produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol
(zero marginal labor productivity) situasi ini digolongkan
Lewis sebagai surplus tenaga kerja (labor surplus) karena
tenaga kerjanya dapat diambil dari sektor pertanian
tradisional tanpa mengakibatkan kerugian output apapun.
2) Perekonomian Industri
Sektor industri modern perkotaan yang sangat produktif
sebagai sektor yang menampung transfer tenaga kerja dari
sektor subsisten secara berangsur-angsur. Fokus utama
model ini terletak baik pada proses transfer tenaga kerja
maupun pertumbuhan output dan lapangan kerja di sektor
modern.(sektor modern dapat mencakup pertanian modern,
17
tetapi kita akan menyebutnya sebagai “industri”). (Todaro
dan Smith, 2011:140-141).
b. Teori Fei-Renis
Pada dasarnya di dalam model Fei-Renis ini merupakan
penyempurna dari model Lewis. Model Lewis ini sendiri lebih
memusatkan kepada sektor industri dan mengabaikan pengembangan
di sektor pertanian. Sedangkan pada model Fei-Renis ini sendiri lebih
menunjukkan bagaimana interaksi antara kedua sektor tersebut di
dalam mengawali dan mempercepat pembangunan. Keunggulan
pokok teori ini adalah bagaimana menunjukkan arti penting dari
produk pertanian di dalam menghimpun modal di negara terbelakang.
Fei dan Renis membuat asumsi tentang teori pembangunan
ekonomi sebagai berikut. (M.L. Jhingan, 2014:217-218)
1) Ada ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor
pertanian tradisional yang mandeg dan sektor industri
yang aktif.
2) Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan
buruh saja.
3) Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal selain
dalam bentuk penggarapan tanah kembali (reklamasi).
4) Persediaan atau penawaran tanah bersifat tetap.
18
5) Kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to
scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variabel.
6) Diasumsikan bahwa produktivitas marginal buruh adalah
nol. Jika penduduk melampaui jumlah di mana
produktivitas marginal buruhnya nol. Buruh dapat
dialihkan ke sektor industri tanpa mengurangi keluaran
(output) pertanian.
7) Output sektor industri adalah fungsi dari modal dan
buruh saja. Tanah tidak mempunyai peranan sebagai
faktor produksi.
8) Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai fenomena
eksogen.
9) Upah nyata di sektor industri dianggap tetap dan sama
dengan tingkat pendapatan nyata (sebelumnya) sektor
pertanian. Mereka menyebutnya upah institusional.
10) Pekerja di masing-masing sektor hanya
mengkonsumsikan produk-produk pertanian.
Disamping keunggulan-keunggulan yang ada, model ini pun tidak
lepas dari kritik berikut ini. (M.L. Jhingan, 2014:224-225).
1) Persediaan tanah tidak tetap. Fei dan Renis berangkat
dari asumsi bahwa persediaan tanah selama proses
pembangunan adalah tetap. Dalam jangka panjang, luas
tanah tidaklah tetap sebagaimana terungkap dari statistik
19
areal tanaman di banyak negara Asia. Contohnya, angka
indeks daerah yang ditanami di India (tahun dasar 1961-
62) meningkat dari 82 pada 1950-51 menjadi 107,3 pada
1970-71.
2) Upah institusional tidak di atas MPP. Model Fei dan
Renis didasarkan pada asumsi tentang upah institusional
tetap yang lebih tinggi daripada MPP selama tahap I dan
II proses pembangunan. Tidak ada bukti empiris yang
menunjang asumsi ini. pada kenyataannya, di negara
terbelakang buruh berlebih, upah dibayarkan kepada
pekerja pertanian jauh di bawah MPP mereka.
3) Upah institusional di sektor pertanian tidak konstan.
Teori ini berasumsi bahwa upah institusional tetap
konstan di dalam dua tahap pertama kendati pada waktui
produktivitas pertanian naik. Ini benar-benar tidak sesuai
dengan kenyataan karena dengan naiknya secara umum
produktivitas pertanian, upah pertanian juga cenderung
naik. Misalnya, tingkat upah nyata harian (pada harga
1966) pekerja pertanian berbagi pertanian yang
beroperasi di Punjab secara periode revolusi hijau (1962-
72) meningkat dari 41,7 menjadi 52,2 persen.
20
4) Model tertutup. Menurut Fei dan Renis, syarat-syarat
perdagangan (terms of trade) bergerak merugikan sektor
industri di dalam tahap kedua pada waktu keluaran
pertanian menurun dan harga komoditi pertanian naik.
Telaah ini didasarkan pada asumsi perekonomian
tertutup di mana perdagangan luar negeri tidak ada.
Tetapi asumsi ini tidak reralistis karena negara-negara
terbelakang bukanlah perekonomian tertutup tetapi
terbuka, yang mengimpor komoditi pertanian apabila
timbul kelangkaan.
5) Komersialisasi pertanian menjurus ke inflasi. Menurut Fei
dan Renis, pada waktu sektor pertanian memasuki tahap
ketiga, ia menjadi bersifat komersial. Tetapi perekonomian
tidak mungkin bergerak secara mulus menuju
pertumbuhan swasembada karena tekanan inflasioner
akan muncul. Ketika banyak bekerja pindah ke sektor
industri, sektor pertanian akan mengalami kelangkaan
buruh. Sementara itu, upah institusional juga menyamai
MPP para pekerja dan kelangkaan produk-produk
pertanian timbul. Semua faktor ini akan cenderung
menciptakan inflasi di dalam perekonomian.
6) MPP bukan nol. Fei dan Renis mengamati bahwa “dengan
sejumlah tanah yang tetap, di sana akan terdapat sejumlah
21
penduduk yang cukup besar untuk membuat MPP nol.”
Tetapi Schulz tidak menyetujui bahwa di dalam
perekonomian buruh berlebih MPP-nya Nol. Menurut dia,
jika memang demikian upah institusional harus juga
sebesar nol. Kenyataannya ialah bahwa setiap pekerja
menerima upah minimum, mungkin dalam bentuk natura,
kalau tidak uang kontan. Dengan demikian salah besar
kalau mengatakan bahwa MPP di sektor pertanian adalah
Nol.
c. Teori Chenery
Model perubahan struktur yang terkenal adalah model yang disusun
oleh Hollis B. Chenery. (Sukirno, 2006). Chenery mengatakan faktor-
faktor penting adalah kelancaran transformasi dari pola perekonomian
agraris ke perekonomian industri, adanya kesinambungan akumulasi
modal fisik dan manusia, perubahan jenis permintaan konsumen dari
produk kebutuhan pokok ke berbagai barang dan jasa, perkembangan
daerah perkotaan karena adanya migrasi para pencari kerja dari
daerah-daerah pertanian di pedesaan dan kota-kota kecil, serta adanya
pengurangan jumlah anggota dalam setiap keluarga dan kenaikan
populasi pada umumnya.
Analisis teori Pattern of Development lebih menitik beratkan
kepada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi
22
dari negara berkembang yang mengalami dari transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama
pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Chenery
tentang transformasi struktural produksi menunjukkan bahwa sejalan
dengan peningkatan per kapita, perekonomian suatu negara akan
bergeser yang awalnya mengandalkan sektor pertanian menuju ke
sektor industri. (Mudrajad Kuncoro, 1997:58).
2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah
meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1992:13).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Di mana, semuanya ini
mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang
kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999:108-109).Pembangunan
ekonomi oleh beberapa ekonomi dibedakan pengertiannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai:
23
1) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat
pertambahan PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah
melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
2) Perkembangan PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu
daerah/negara diikuti oleh perombakan dan modernisasi struktur
ekonominya. (Sukirno, 1978:14).
Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan
pembangunan daerah yaitu:
1) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun
luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses
pembangunan perekonomiannya.
2) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara
dipengaruhi oleh setiap sektor yang berbeda-beda. (Kuncoro,
2004:46-47).
a. Teori Ekonomi Neo klasik
Menurut teori ini ada 2 konsep dalam pembangunan ekonomi daerah
yaitu keseimbangan (equilibium) dan mobilitas faktor produksi daerah.
Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya
jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu,
modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang
berupah rendah. (Arsyad, 2004: 300).
24
b. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini awalnya dikemukakan oleh Harry W.
Ricahrdson yang menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah. (Arsyad, 1999:166). Pertumbuhan ini
dilakukannya harus dengan pembentukan industri-industri yang
menggunakan bahan baku serta tenaga kerja lokal untuk di ekspor, dengan
demikian akan terciptanya peluang kerja dan akan menghasilkan kekayaan
daerah itu sendiri. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber
daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job
creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada
teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia
usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional.
Implementasinya kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau
batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang
ada dan akan didirikan di daerah itu. (Arsyad, 2004: 300).
Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu kegiatan-
kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis/non basis. Kegiatan-
kegiatan basis adalah kegiatan yang mengekspor barang-barang atau jasa-
jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang mereka kepada orang-
orang di luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
25
Kegiatan-kegiatan bukan basis/ non basis adalah kegiatan-kegiatan yang
menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang
bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi
ruang lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang utama
adalah bersifat lokal. (Glasson, 1977).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi
pendapatan basis. (Richardson, 1977:14). Jika terjadi suatu fenomena
penambahan kegiatan basis dalam suatu wilayah secara otomatis akan
meningkatkan arus pendapatan ke wilayah yang bersangkutan, yang
selanjutnya akan menambah permintaan barang atau jasa di dalam wilayah
tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume
kegiatan non basis. Sebaliknya, jika berkurangnya kegiatan basis makan
akan mengurangi arus pendapatan ke wilayah yang bersangkutan,
permintaan barang atau jasa berkurang, yang pada akhirnya akan
menimbulkan penurunan volume di kegiatan non basis.
Salah satu metode yang dapat mengidentifikasi apakah suatu sektor
ataupun sub sektor ekonomi tergolong basis maupun non basis dengan
menggunakan koefisien lokasi (location quotient). Location quotient atau
yang biasa disingkat LQ merupakan suatu cara untuk mengukur dan
menentukan potensi pembangunan daerah secara relatif terhadap daerah
lainnya. Di dalam buku Sjafrizal (2014:185), Secara teoritis, koefisien
lokasi ini pada dasarnya adalah merupakan ukuran dari Revealed
26
Comperative Advantage yang lazim muncul dalam Ilmu Ekonomi
Regional dan Perdagangan Internasional.
Metode LQ membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu
wilayah terhadap besarnya peranan sektor tersebut diwilayah yang lebih
besar (Tarigan, 2005:82), dalam hal ini yang diperbandingkan adalah nilai
tambah (tingkat pendapatan).
Dapat diketahui bahwa apabila LQ > 1 artinya adalah peranan suatu
sektor di suatu kabupaten lebih besar daripada peranan sektor tersebut di
provinsi, hal ini yang mengindikasikan bahwa sektor tersebutlah yang
merupakan sektor unggulan di kabupaten yang bersangkutan, sehingga
sektor tersebut dapat dibilang sebagai sektor basis yaitu sektor yang
hasilnya dapat dijual ke luar daerah dan mendatangkan pemasukan dari
luar daerah. Begitu pula sebaliknya apabila LQ < 1 artinya adalah peranan
suatu sektor di suatu kabupaten lebih kecil daripada peranan sektor
tersebut di provinsi, hal ini yang mengindikasikan bahwa sektor tersebut
kurang/tidak unggul di kabupaten yang bersangkutan, sehingga sektor
tersebut dapat dibilang sebagai sektor non basis yaitu sektor yang
melayani masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun sumber
uangnya berasal dari daerah itu sendiri.
Menurut Widodo (2006), mengatakan bahwa teknik LQ mengukur
konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara
membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan
27
peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional
maupun nasional. Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua yaitu LQ statis
(Static Location Quotient, SLQ) dan LQ dinamis (Dynamic Location
Quotient, DLQ), teknik LQ ini membantu dalam menentukan kapasitas
ekspor perekonomian daerah dan derajat suatu sektor. Dalam metode ini
kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua yaitu:
1) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah maupun di luar
daerah. Industri ini dinamakan industri basis.
2) Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri.
Industri ini dinamakan industri non basis atau industri lokal.
c. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada
hirarki tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya. Tempat
sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa
bagi penduduk daerah yang mendukungnya. (Arsyad, 2004: 301).
d. Teori Kausasif Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation). Kekuatan-
kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah maju
dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan daerah lain. (Arsyad, 2004: 301).
28
e. Teori Lokasi
Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang
terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Hal
ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan cenderung memilih lokasi yang
dapat meminimumkan biaya namun memaksimalkan peluangnya untuk
mendekati pasar. (Arsyad, 2004: 301).
f. Teori Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.
(Arsyad, 2004: 302).
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono, (1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses dari kenaikan output per kapita dalam jangka waktu panjang.
Pertumbuhan ekonomi di sini itu meliput tiga aspek, yaitu:
1) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek
ekonomis) suatu perekonomian berkembang, dari waktu ke
waktu.
29
2) Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan
output per kapita, dalam hal ini ada dua aspek penting yaitu
output total dan jumlah penduduk. Output per kapita adalah
output total dibagi jumlah penduduk.
3) Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu
jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang
waktu yang cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.
Di dalam tiga aspek ini dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
penduduk memiliki peran yang cukup penting karena jika jumlah
penduduk tinggi maka akan menambah jumlah angkatan kerja. Lalu dalam
jangka panjang pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah tidak
hanya didukung oleh kenaikan stok modal fisik dan jumlah tenaga kerja,
tetapi juga harus adanya peningkatan mutu modal sumber daya manusia
yang di mana memiliki pengaruh terhadap peningkatan kualitas tenaga
kerja dan juga pemanfaatan kemajuan teknologi. Hal ini juga dijelaskan di
dalam pandangan ekonom-ekonom klasik. Menurut pandangan ekonom
klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah penduduk, (2)
jumlah stok barang dan modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, (4)
tingkat ekonomi yang digunakan. (Kuncoro, 2004).
Menurut Sadono (2000), alat untuk mengukur perekonomian suatu
wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian
wilayah akan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dikarenakan adanya
30
penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah
angkatan kerja yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun
sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1) Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto
apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan
dinyatakan dalam harga pasar.
2) Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
Produk Domestik Regional Bruto per Kapita dapat digunakan
sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam
mencerminkan kesejahteraan penduduk dalam skala daerah.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori ekonomi klasik merupakan salah satu dasar teori pertumbuhan
yang digunakan dari dulu hingga sekarang. Para ekonom di zaman klasik
ini seperti Adam Smith dan T. R. Malthus menekankan bahwa peran tanah
sangatlah penting dalam pertumbuhan. Dalam buku Adam Smith yang
berjudul The Wealth of Nation (1776), Smith menulis buku pegangan
mengenai perkembangan ekonomi. Di sini Smith membuka dengan zaman
idilis hipotesis: “keadaan awal segala sesuatu, yang mendahului
31
pengambilan lahan untuk diri sendiri maupun akumulasi persediaan
(modal).” Inilah masa ketika lahan tersedia secara cuma-cuma bagi semua
orang, dan sebelum akumulasi modal mulai memiliki arti. (Samuelson dan
Nordhaus, 2004:254).
Pada masa itu lahan tersedia secara cuma-cuma sehingga orang-orang
mendapatkan lahan yang luas. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya
penduduk yang secara otomatis masih sedikit pula rumah-rumah atau
bangunan yang ada. Namun ketika bertambahnya jumlah penduduk dan
tidak adanya modal membuat output bertambah sebanyak dua kali lipat.
Upah riil per buruh akan tetap sepanjang waktu karena pendapatan upah
nasional akan jatuh pada upah karena tidak adanya pengurangan sewa
lahan ataupun bunga modal, oleh karena itu output akan perkembangan
sejalan dengan jumlah penduduk. Dan inilah yang disebut dengan zaman
emas.
Akhirnya zaman emas ini berakhir dikarenakan pertumbuhan jumlah
penduduk yang terus berlanjut sehingga seluruh lahan terhuni. Dengan
begitu batas akan menghilang, pertumbuhan lahan, tenaga kerja, dan
output tidak lagi seimbang. Akibatnya lahan akan semakin langka dan
sewa meningkat sesuai jatah berbagai penggunaan.
Menurut Smith (dalam Arsyad, 1999) membedakan dua aspek utama
dalam pertumbuhan ekonomi yaitu: pertumbuhan output total dan
32
pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total sistem produksi
suatu negara dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Sumber Daya Alam yang Tersedia
Apabila sumber daya alam belum dipergunakan secara
maksimal maka jumlah penduduk dan stok modal merupakan
pemegang peranan dalam pertumbuhan output. Sebaliknya
pertumbuhan output akan terhenti apabila penggunaan sumber
daya alam sudah maksimal.
2) Sumber Daya Insani
Jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
angkatan kerja yang bekerja dari masyarakat.
3) Jumlah Stok Modal
Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju
pertumbuhan stok modal.
c. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik ini diperkenalkan oleh dua orang
ekonom yaitu: Robert Solow dan Harrord-Domar. Unsur-unsur baru utama
dari model pertumbuhan neoklasik adalah modal dan perubahan teknologi.
Di sini para ekonom menekankan kebutuhan akan penumpukan modal
33
(capital deepening), merupakan proses dengan kuantitas modal per buruh
yang meningkat sepanjang waktu.
Kita dapat meringkas dampak dari penumpukan modal dalam model
pertumbuhan neoklasik sebagai berikut:
Penumpukan modal terjadi apabila persediaan modal tumbuh lebih
cepat daripada angkatan kerja. Dalam keadaan tanpa perubahan
teknologi, pendalaman modal akan menghasilkan pertumbuhan output per
buruh, produk marjinal tenaga kerja, dan upah riil. Ini juga akan
menyebabkan berkurangnya keuntungan atas modal sehingga
mengakibatkan penurunan tingkat keuntungan atas modal. (Samuelson
dan Nordhaus, 2004:258).
Model pertumbuhan Harrord-Domar model hubungan ekonomi
fungsional yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan produk domestik
bruto (g) bergantung langsung pada tingkat tabungan nasional neto (s) dan
berbanding terbalik dengan rasio modal output nasional (c). (Todaro dan
Smith, 2011: 136). Setidaknya Harrod dan Domar memberikan peranan
kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya
mengenai watak ganda yang dimiiki investasi. Pertama, ia menciptakan
pendapatan, dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian
dengan cara meningkatkan stok modal. (M.L. Jhingan, 2014:229).
Harrod dan Domar membuat asumsi tentang teori pertumbuhan
ekonomi sebagai berikut. (M.L. Jhingan, 2014:217)
34
1) Ada ekuilibrium awal pendapatan dalam keadaan pekerjaan
penuh.
2) Tidak ada campur tangan pemerintah.
3) Model ini bekerja pada perekonomian tertutup tanpa
perdagangan luar negeri.
4) Tidak ada kesulitan di dalam penyesuaian antara investasi dan
penciptaan kapasitas produktif.
5) Kecenderungan menabung rata-rata sama dengan kecenderungan
menabung marginal.
6) Kecenderungan menabung marginal tetap konstan.
7) Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan,
diasumsikan tetap (fixed).
8) Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki
daya pakai seumur hidup.
9) Tabungan dan investasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang
sama.
10) Tingkat harga umum konstan, yaitu upah yang sama dengan
pendapatan nyata.
11) Tidak ada perubahan tingkat suku bunga.
12) Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses
produksi.
13) Modal tetap dan modal lancar disatukan menjadi modal.
d. Whilt Whitman Rostow
35
Pendukung paling berpengaruh dari model pembangunan tahapan
pertumbuhan (stages-of-growth model of developmen) adalah Walt W.
Rostow, sejarawan ekonomi berbangsa Amerika. Seperti yang
dikemukakan Rostow dalam bab pembuka bukunya The Stages of
Economic Growth: semua masyarakat, dalam kaitannya dengan berbagai
dimensi perekonomian, dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari
lima kategori: masyarakat tradisional, prakondisi sebelum lepas landas
untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, lepas landas, tahapan
menuju kematangan ekonomi, dan tahap konsumsi masal yang tinggi.
(Todaro dan Smith, 2011: 135-136). Penjelasan terhadap lima kategori
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional diartikan sebagai “suatu masyarakat
yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi
berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagian hasil
pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika”. (M.L. Jhingan,
2014:142). Pada masa ini mayoritas masyarakat bekerja pada
bidang pertanian. Bermodalkan alat-alat bertani yang sederhana
dengan pengetahuan seadanya. Struktur sosial masyarakat seperti
adanya hubungan darah dan juga keluarga sangat berperan penting.
Kekuasaan politik pun masih berpusat di daerah yang dikuasai oleh
keluarga bangsawan.
36
2) Pra-syarat tinggal landas
Pra-syarat tinggal landas merupakan tahap kedua setelah
masyarakat tradisional. Pada tahap ini sedikit banyak mengalami
perubahan secara struktur sosial dan juga ekonomi yang ada.
Prasyarat tinggal landas didorong atau didahului oleh empat
kekuatan yaitu: Renesans atau era pencerahan, kerajaan baru, dunia
baru, dan agama baru atau reformasi. Kekuatan ini menempatkan
pada “penalaran” (reasoning) dan “ketidakpercayaan” (scepticism)
sebagai pengganti “kepercayaan” (faith) dan “kewenangan”
(autbority); mengakhiri feodalisme dan membawa ke kebangkitan
negara kebangsaan, menanamkan semangat pengembaraan yang
menghasilkan berbagai penemuan baru dan pembaharuan serta
timbulnya kaum borjuasi – golongan elit – di kota-kota dagang
baru. (M.L. Jhingan, 1983:143)
3) Tinggal Landas
Pada tahap ini terjadi perubahan di dalam struktur sosial dan
ekonomi yang mulai memasuki modernsiasi. Namun, kekuatan
modernsiasi tersebut berbenturan dengan adat-istiadat yang lebih
dulu ada. Terdapat tiga kondisi penting yang saling berkaitan di
bawah ini merupakan prasyarat tahap tinggal landas: (M.L. Jhingan,
1983:145).
37
(a) Kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5 persen
atau kurang ke lebih dari 10 persen dari pendapatan
nasional atau produk nasional netto.
(b) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur
penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi.
(c) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan
organiasai yang menampung hasrat ekspansi di sektor
modern tersebut dan memberikan daya dorong pada
pertumbuhan.
4) Tahapan Menuju Kematangan Ekonomi (Kedewasaan)
Pada tahap ini masyarakat sudah melakukan penggunaan
teknologi yang modern dalam melakukan pengambilan dan
pengelolaan sumberdaya yang ada. Pada saat suatu negara berada
pada tahap kedewasaan teknologi, setidaknya ada tiga perubahan
penting yang terjadi yaitu: (M.L. Jhingan, 2014:148-149)
(a) Pertama, sifat tenaga kerja berubah. Ia berubah menjadi
terdidik. Orang lebih suka tinggal atau hidup di kota
daripada di desa. Upah nyata mulai meningkat dan para
pekerja mengorganisasi untuk mendapatkan jaminan sosial
dan ekonomi yang lebih besar.
38
(b) Kedua, watak para pengusaha berubah. Pekerja keras dan
kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan
sopan.
(c) Ketiga, masyarakat merasa bosan pada keajaiban
industrialisasi dan menginginkan sesuatu yang baru menuju
perubahan lebih jauh.
5) Tahap Konsumsi Masal yang Tinggi
Pada tahap ini masyarakat melakukan konsumsi yang sangat
tinggi ditandai dengan banyaknya migrasi ke pinggiran kota,
pemakaian transportasi pribadi secara luas, barang-barang mewah
dan lain-lain. Akan tetapi setidaknya ada tiga kekuatan yang
cenderung meningkatkan kesejahteraan di dalam tahap purna-
dewasa ini. (M.L. Jhingan, 2014:149).
(a) Pertama, penerapan kebijaksanaan nasional guna
meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-
batas nasional.
(b) Kedua, ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan
pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui
pajak progresif, peningkatan jaminan sosial, dan fasilitas
hiburan bagi para pekerja.
39
(c) Ketiga, keputusan untuk membangun pusat perdagangan
dan sektor penting seperti mobil, rumah murah, dan
berbagai perlatan rumah tangga yang menggunakan listrik,
dan sebagainya.
4. Teori Keunggulan Kompetitif
Teori keunggulan kompetitif dikemukakan oleh Michael Porter dalam
bukunya The Competitive Advantage of Nation (1990). Menurut Porter tentang
daya saing nasional berangkat dari keyakinan bahwa teori ekonomi klasik
yang menjelaskan tentang keunggulan komparative tidak mencukupi, atau
bahkan tidak tepat. Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan
daya saing/ Competitive Advantage (CA) jika perusahaan (yang ada di negara
tersebut) kompetitif. (Nur Fitriah, 2015:6)
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) adalah sebuah
kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan nilai tambah
pada produk yang ditawarkan kepada konsumennya sehingga produk tersebut
lebih dari produk – produk yang ditawarkan oleh perusahaan lain. Dapat
dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif
merupakan perusahaan yang memiliki inovasi dalam meningkatkan
kemampuannya. Perusahaan menjadi kompetitif karena inovasi sehingga
dapat melakukan peningkatan teknik proses produksi atau kualitas produk.
40
Porter mengatakan adanya empat atribut utama yang menentukan mengapa
industri tertentu dalam suatu negara dapat mencapai kesuksesan internasional,
yaitu sebagai berikut:
a. Kondisi faktor produksi. Posisi negara dalam faktor produksi seperti
tenaga kerja terampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing dalam
suatu industri tertentu.
b. Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk barang
dan jasa industri.
c. Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau tidak adanya
industri pemasok dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang
secara internasional bersifat kompetitif.
d. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Kondisi dalam negara
yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur dan dikelola
sebagaimana juga sifat dari persaingan.
Selain empat faktor diatas, Porter mengatakan bahwa keunggulan
kompetitif nasional juga masih dipengaruhi oleh faktor kebetulan atau
kesempatan untuk melakukan sesuatu (chance events), seperti penemuan
produk baru, melonjaknya harga, perubahan nilai tukar, konflik keamanan
antar negara dan lain – lain, serta tindakan – tindakan atau kebijakan
pemerintah (government) (Donald A.Ball, dikutip dalam Donald A.Ball.
2000).
41
5. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya
menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan
sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibanding perekonomian
nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3
bidang yang berhubungan satu sama lain:
1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
2) Pergeseran proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan
atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan
kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi
pada industri-industri lebih cepat ketimbang perekonomian yang
dijadikan acuan.
3) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa
jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari
suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya
saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang
dijadikan acuan. (Lincolin, 2004:314).
42
6. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan data
dan informasi dasar tentang kegiatan ekonomi suatu daerah. Secara definitif,
PDRB tersebut pada dasarnya adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa
yang dihasilkan pada suatu daerah pada periode tertentu. (Sjafrizal, 2014: 181-
182). PDRB dapat menggambarkan suatu daerah dalam mengelola sumber
daya yang dimilikinya yaitu sumber daya alam maupun sumber daya
manusianya. Maka dari itu, besaran PDRB dihasilkan oleh masing-masing
daerah sangat bergantung kepada potensi dari faktor-faktor produksi di daerah
tersebut.
Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank Indonesia
(2004:85), PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas
dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai tahun dasar.
Produk domestik regional bruto dapat diartikan ke dalam tiga pengertian
yaitu: (Kristianingsih, 2011:2013)
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
43
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya satu tahun.
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang
ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah/regional pada
jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor tersebut
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan
yang kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak
tidak langsung lainnya serta penyusutan modal barang.
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi
masyarakat yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan
eksport neto di suatu wilayah dalam waktu tertentu, biasanya satu
tahun.
Analisis dan perencanaan pembangunan yang menyangkut dengan
perekonomian daerah, seperti struktur perekonomian daerah, pertumbuhan
ekonomi dan tingkat kemakmuran daerah, umumnya menggunakan PDRB ini
sebagai data dan informasi dasar. (Sjafrizal, 2014:182). Oleh karena itu, tidak
jarang PDRB dijadikan komponen dalam perhitungan seperti analisis
Location Quetient dan juga Shift Share.
44
7. Analisis Shift Share
Analisis Shift-Share ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al. pada
tahun 1960. Metode analisis shift share adalah salah satu teknik analisis dalam
ilmu Ekonomi Regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama
yang mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu
daerah. (Sjafrizal, 2014:189). Menurut Sofiyanto (2015:47), Analisis Shift-
Share ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur
perekonomian di suatu wilayah. Selain itu dapat juga digunakan untuk melihat
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode.
Keunggulan utama dari analisis Shift Share yaitu analisis ini mengenai
perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi dan
kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah.
Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berasal dari luar
daerah maupun dari dalam daerah bersangkutan sendiri. Faktor luar daerah
dapat berasal dari perkembangan kegiatan ekonomi nasional maupun
internasional yang dapat mempengaruhi karena terdapatnya hubungan
ekonomi yang cukup erat dengan perekonomian nasional dan bahkan juga
internasional. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam daerah biasanya
timbul dari struktur perekonomian daerah serta potensi khusus yang dimiliki
daerah bersangkutan (Sjafrizal, 2014:189).
John P. Blair (1991) menganalisis shift share ini pada beberapa buku teks
ilmu Ekonomi Regional, antara lain adalah (Sjafrizal, 2014:189):
45
a. Regional Share adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi
daerah yang disebabkan oleh dorongan faktor luar yaitu: peningkatan
kegiatan ekonomi daerah, akibat kebijaksanaan nasional yang berlaku
pada seluruh daerah atau karena dorongan pertumbuhan ekonomi dan
perdagangan dengan daerah tetangga;
b. Proportionality Shift (Mixed Shift) adalah komponen pertumbuhan
ekonomi dari dalam daerah sendiri yang disebabkan oleh struktur
ekonomi daerah yang relatif baik, yaitu berspesialisasi pada sektor-
sektor yang secara nasional dapat pertumbuhannya cepat seperti sektor
industri;
c. Differential Shift (Competitive Shift) adalah komponen pertumbuhan
ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif.
Unsur pertumbuhan inilah yang merupakan keuntungan kompetitif
daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah
bersangkutan.
B. Penelitian Sebelumnya
Pada bagian ini memuat hasil – hasil penelitian sebelumnya yang
digunakan sebagai acuan penulis maupun pengembangan penelitian
selanjutnya. Dengan mempelajari penelitian sebelumnya, dapat dikembangkan
lebih lanjut tentang permasalahan – permasalahan lainnya dengan
mengembangkan pada obyek penelitian yang lainnya.
Penelitian mengenai struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti, analisis yang digunakan sebagian besar
46
adalah LQ dan shift share. Selain menggunakan analisis berikut adapula yang
menggunakan shift share modifikasi esteban marquillas, shift share modifikasi
arcelus, model rasio pertumbuhan (MRP), analisis overlay, indeks williamson
dan indeks entropi theil, dynamic location quotient, korelasi, linier berganda
dan uji asumsi klasik.
Penelitian Mulyanto Sudarmono (2006) dengan judul Analisis
Transformasi struktural, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah
di wilayah pembangunan I Jateng. Hasil penelitian transformasi struktural
hanya terjadi di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. Namun
perubahan struktural ini tidak diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga
kerja sektoral dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini menunjukkan
adanya dualisme transformasi di kedua kabupaten tersebut. Ketimpangan di
wilayah pembangunan I Jawa Tengah semakin membesar. Hipotesis Kuznets
menunjukkan antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi yang
berbentuk kurva U terbalik ternyata berlaku di Wilayah Pembangunan I Jawa
Tengah.
Penelitian yang dilakukan Akrom Hasani (2010) dengan judul Analisis
Struktur Perekonomian Berdasarkan Analisis Shift Share di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2003-2008. Hasil penelitian dari analisis shift share
menunjukkan bahwa sektor industri paling banyak dalam menyerap tenaga
kerja sebesar 17,88%, sektor perdagangan 13,25%, sektor jasa sebesar
11,19%, sedangkan sektor pertanian menunjukkan nilai negatif sebesar
57,67% artinya telah terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja di Provinsi
47
Jawa Tengah. Adanya nilai positif dari 4 sektor yaitu, sektor industri paling
besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 40,9%, sektor perdagangan 23,33%, sektor pertanian 22,97%, sektor
jasa 12,8%. Artinya bahwa adanya pergeseran sektor perekonomian dari
sektor tradisional ke sektor modern.
Keseluruhan dari hasil – hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengkaji
penelitian ini. Secara lengkap penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
48
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No. Penelitian Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian
1. Mulyanto Sudarmono
(2006)
- shift share
- LQ
- Modifikasi esteban
marquillas
- shift share modifikasi
arcelus
- model rasio
pertumbuhan (MRP)
- analisis overlay
- indeks williamson
- indeks entropi theil
- korelasi.
Judul: Analisis Transformasi struktural, pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan antar daerah di wilayah pembangunan I Jateng
Hasil Penelitian: transformasi struktural hanya terjadi di Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Kendal. Namun perubahan struktural ini
tidak diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja sektoral dari
sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini menunjukkan adanya
dualisme transformasi di kedua kabupaten tersebut. Ketimpangan di
wilayah pembangunan I Jawa Tengah semakin membesar. Hipotesis
Kuznets menunjukkan antara ketimpangan dengan pertumbuhan
ekonomi yang berbentuk kurva U terbalik ternyata berlaku di Wilayah
Pembangunan I Jawa Tengah.
2. Akrom Hasani (2010) - Shift share Judul: Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Analisis Shift
Share di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008.
Hasil Penelitian: analisis shift share menunjukkan bahwa sektor
industri paling banyak dalam menyerap tenaga kerja sebesar 17,88%,
sektor perdagangan 13,25%, sektor jasa sebesar 11,19%, sedangkan
sektor pertanian menunjukkan nilai negatif sebesar 57,67% artinya
telah terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa
49
Tengah. Adanya nilai positif dari 4 sektor yaitu, sektor industri paling
besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 40,9%, sektor perdagangan 23,33%, sektor pertanian
22,97%, sektor jasa 12,8%. Artinya bahwa adanya pergeseran sektor
perekonomian dari sektor tradisional ke sektor modern.
3. Arief Kurniawan
Suhariyono (2013)
- LQ
- DLQ
- Shift share
Judul: Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Banten melalui Pendekatan LQ, Shift Share.
Hasil Penelitian: Ada dua sektor basis yaitu sektor industri
pengolahan dan sektor listrik gas dan air bersih. Ada empat sektor
yang berkembang cepat dibandingkan dengan nasional, yaitu: sektor
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
4. Devina Octarrum
(2016)
- LQ
- Shift share
- linier berganda
- uji asumsi klasik
Judul: Analisis Transformasi Struktur Perekonomian dan dampaknya
terhadap kemiskinan di Provinsi Lampung
Hasil penelitian: Pertanian masih menjadi sektor utama di Provinsi
lampung. Adanya pengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Lampung pada tingkat kepercayaan 90 persen.
50
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan – kegiatan yang
dilakukan oleh suatu wilayah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
peningkatan taraf hidup masyarakat (Sadono Sukirno, 1985:13).
Kegiatan ekonomi ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, sektor
basis dan sektor non basis. Sektor – sektor basis diharapkan akan memberikan
kontribusi yang besar bagi kesejahteraan masyarakat dan mendukung
pengembangan sektor perekonomian secara keseluruhan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis
dan non basis adalah metode location quotient (LQ), yaitu dengan
membandingkan antara pendapatan PDRB sektor i terhadap total pendapatan
PDRB di Kabupaten Karawang dengan pendapatan PDRB sektor i terhadap
total pendapatan PDRB di Provinsi Jawa Barat.
Pertumbuhan ekonomi sendiri mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Transformasi struktural merupakan suatu proses
perubahan struktur perekonomian yang tadinya sektor primer menjadi sektor
sekunder dan tersier atau sektor pertanian menjadi sektor industri dan jasa.
Struktur perekonomian di suatu wilayah dapat menunjukkan kontribusi atau
sumbangan dari masing – masing sektor. Kontribusi dapat diukur secara
sederhana dengan menghitung kontribusi masing-masing sektor yang ada di
dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan.
51
Sektor industri dan sektor pertanian memiliki keterkaitan yang cukup erat.
Sektor ini memiliki ketergantungan satu sama lainnya. Perkembangan pada
sektor industri akan disertai dengan penurunan keuntungan jika tidak
didukung oleh sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor industri
membutuhkan bahan makanan atau bahan belum jadi untuk diolah.
Dalam hal ini, dibutuhkan analisis Shift Share untuk mengetahui nilai
kontribusi sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
wilayah Kabupaten Karawang. Analisis ini pada dasarnya membahas
hubungan antara pertumbuhan wilayah dan struktur ekonomi wilayah.
Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut :
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari BPS Kabupaten
Karawang dan Provinsi Jawa Barat dan bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya (Arikunto, 2002:10). Analisis yang digunakan adalah analisis LQ
(location quotient) dan analisis yang digunakan setelahnya adalah analisis Shift
Share.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah daerah di
Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Periode waktu yang digunakan pada
penelitian ini meliputi tahun 2011-2015 dengan menggunakan data time series
bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi daerah, struktur ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi.
B. Metode Penentuan Sample
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
menjadi objek penelitian (Kuncoro dikutip dalam Kuncoro, 2003). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Arikunto,1998:117).
53
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menjadi komponen yang penting dan tidak
dibenarkan adanya manipulasi, mengingat data yang dikumpulkan merupakan
data yang akan dianalisis dan sebagai hasil yang akan diperoleh dari penelitian.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya (Moleong, 2000: 236). Dokumen yang diperlukan adalah
data PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha Kabupaten
Karawang dan Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2015.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Identifikasi Sektor Usaha Utama
Metode LQ membandingkan besarnya peranan suatu sektor disuatu
wilayah terhadap besarnya peranan sektor tersebut diwilayah yang lebih besar
(Tarigan, 2005:82), Pengidentifikasian sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan LQ, rumus LQ yang digunakan
adalah:
LQ =𝑋𝑟/𝑋𝑛
𝑅𝑉𝑟/𝑅𝑉𝑛
Keterangan:
LQ : Indeks Location Quotient
54
Xr : PDRB sektor i di Kabupaten Karawang
Xn : PDRB Kabupaten Karawang tersebut
RVr : PDRB sektor i Provinsi Jawa Barat
RVn : PDRB Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan formulasi dalam persamaan di atas maka ada tiga
kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam Kuncoro,
2004:183) yaitu:
a. LQ > 1, mempunyai arti bahwa sektor tersebut merupakan sektor
basis. Produk yang dihasilkan tidak hanya dapat untuk memenuhi
kebutuhan di dalam wilayah saja, tetapi juga dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan wilayah lain. Artinya, sektor tersebut
merupakan sektor potensial untuk dikembangkan sebagai
penggerak perekonomian Kabupaten Karawang.
b. LQ = 1, mempunyai arti bahwa sektor tersebut merupakan sektor
non basis, karena produk yang dihasilkan hanya dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah saja.
c. LQ < 1, mempunyai arti bahwa sektor tersebut merupakan sektor
non basis, karena produk yang dihasilkan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan di dalam wilayah. artinya, sektor tersebut
kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak
perekonomian Kabupaten Karawang.
55
2. Analisis Shift Share
Metode analisis shift share merupakan salah satu teknik analisis yang ada
di ilmu Ekonomi Regional bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama
yang mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu
daerah. (Sjafrizal, 2014:189). Perbedaan antara analisis Shift-Share dengan
Location Quotient yaitu di dalam metode Shift-Share memperinci penyebab
perubahan atas beberapa variabel. Tujuannya untuk menentukan kinerja atau
produktivitas kerja perekonomian daerah dengan daerah yang lebih besar
(regional atau nasional). Selain itu analisis ini juga digunakan untuk melihat
pertumbuhan PDRB dari sektor – sektor yang dimiliki baik dari pengaruh
internal (faktor lokasional) maupun pengaruh eksternal (struktur industri)
(Arsyad dikutip dalam Arsyad, 2002).
Rumus Shift-Share (Tarigan dikutip dalam Tarigan, 2005) adalah:
∆ Er = Ert – Ert-n
Artinya pertambahan sektor i adalah banyaknya jumlah output sektor i
pada tahun akhir dikurangi output pada sektor i pada tahun awal. Persamaan
diatas berlaku untuk total output pada sektor i di wilayah studi. Hal ini dapat
juga dilihat persektor sebagai berikut:
∆ Erit = (NSi + Pri + Dri)
NSit = Erit-n (ENt / ENt-n) – Erit-n
56
Prit = ( Δ𝐸𝑁𝑖𝑡
ENit−n −
Δ𝐸𝑁𝑡
ENt−n ) Erit-n
Drit = ( Δ𝐸𝑟𝑖𝑡
Erit−n −
Δ𝐸𝑁𝑖𝑡
ENit−n ) x Erit-n
Keterangan :
∆ : Perubahan tahun akhir dikurangi dengan tahun awal
EN : Total PDRB Provinsi Jawa Barat
Er : Total PDRB Kabupaten Karawang
i : Sektor tertentu
t : Tahun
t-n : Tahun Awal
NSi : National Share (Juta Rupiah)
Pri : Proportional Shift (Juta Rupiah)
Dri : Differential Shift (Juta Rupiah)
Pengukuran dari analisis Shift-Share (Tarigan dikutip dalam Tarigan,
2005) sebagai berikut:
a. NSi bernilai positif menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i di
Kabupaten Karawang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan
sektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Apabila NSi bernilai negatif
menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i di Kabupaten Karawang
57
lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Barat.
b. Pri menghasilkan besarnya shift netto Kabupaten Karawang yang
diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB Kabupaten Karawang
yang berubah. Komponen ini positif di daerah yang berspesialisasi
pada sektor tertentu di Provinsi Jawa Barat tumbuh lebih cepat dan
negatif bila daerah berspesialisasi pada sektor i dan pertumbuhannya
lebih lambat.
c. Dri mengukur besarnya shift netto yang digunakan oleh sektor tertentu
yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di Kabupaten Karawang
dibandingkan Provinsi Jawa karena faktor lokasional seperti
melimpahnya sumber daya. Dri bernilai positif pada sektor yang
memiliki keunggulan kompetitif dan Dri bernilai negatif pada sektor
yang tidak memiliki keunggulan kompetitif.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Potensi Ekonomi
Potensi Ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
sesuatu yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan
sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat
setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan
untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan, Aditya
(2013:47) dikutip kembali dari Soeparmoko dalam Nudiatulhuda (2007).
Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah potensi ekonomi di
58
Kabupaten Karawang, sehingga dapat ditentukan kegiatan mana yang
merupakan basis pada kabupaten tersebut dan komoditas apa yang menjadi
unggulan di kabupaten tersebut.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah (BPS, 2017).
Dalam penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK), bukan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), karena PDRB atas dasar
harga konstan menggambarkan nilai tambah dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
(departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank Indonesia, 2004:85).
3. Kontribusi
Dalam penelitian ini, kontribusi digunakan untuk menganalisis struktur
ekonomi di Kabupaten Karawang. Suatu perekonomian dianggap maju apabila
kontribusi sektor industri lebih besar dari sektor pertanian dan jasa, dan begitu
pula sebaliknya.
4. Sektor – Sektor Ekonomi
Merupakan lapangan usaha yang terdapat pada PDRB di Kabupaten/
Karawang dan Provinsi Jawa Barat, yaitu:
a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
59
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Pengadaan Listrik dan Gas
e. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
f. Konstruksi
g. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
h. Transportasi dan Pergudangan
i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
j. Informasi dan Komunikasi
k. Jasa Keuangan dan Asuransi
l. Real Estate
m. Jasa Perusahaan
n. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
o. Jasa Pendidikan
p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
q. dan Jasa Lainnya.
60
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Deskriptif Objektif Penelitian
1. Luas dan Batasan Wilayah Administrasi
Kabupaten Karawang memiliki luas 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, luas ini
merupakan 4.72% dari luas Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang
memiliki laut seluas 4 Mil x 84,23 Km, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang
c. Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
d. Sebalah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur
e. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Secara administrasi terdiri dari 30 kecamatan, 297 desa dan 12 kelurahan.
Penamaan kecamatan baru menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karawang
Nomor 3 Tahun 2004 yaitu tentang Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan,
yaitu Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Ciampel,
Kecamatan Telukjambe Timur, Kecamatan Telukjambe Barat, Kecamatan
Klari, Kecamatan Cikampek, Kecamatan Purwasari, Kecamatan Tirtamulya,
Kecamatan Jatisari, Kecamatan Banyusari, Kecamatan Kotabaru, Kecamatan
Cimalaya Wetan, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kecamatan Lemahabang,
Kecamatan Majalaya, Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan Karawang
61
Barat, Kecamatan Rawamerta, Kecamatan Tempuran, Kecamatan Kutawaluya,
Kecamatan Rengasdengklok, Kecamatan Jayakerta, Kecamatan Pedes,
Kecamatan Cilebar, Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Tirtajaya, Kecamatan
Batujaya, Kecamatan Pakisjaya. (RKPD Kabupaten Karawang tahun 2016).
Tabel. 4.1
Luas wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Desa
Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
Luas
(KM2)
Terhadap
Total
(persen)
PANGKALAN 8 94,37 5.4
TEGALWARU 9 86,34 4.9
CIAMPEL 7 110,13 6.3
TELUKJAMBE TIMUR
9 40,13 2.3
TELUKJAMBE
BARAT
10 73,36 4.2
K L A R I 13 59,37 3.4
CIKAMPEK 10 47,60 2.7
PURWASARI 8 29,44 1.7
TIRTAMULYA 10 35,06 2.0
JATISARI 14 53,28 3.0
BANYUSARI 12 55,30 3.2
KOTABARU 9 30,45 1.7
CILAMAYA WETAN 12 69,36 4.0
CILAMAYA KULON 12 63,18 3.6
LEMAHABANG 11 46,91 2.7
TELAGASARI 14 45,72 2.6
MAJALAYA 7 30,09 1.7
KARAWANG TIMUR 8 29,77 1.7
KARAWANG
BARAT
8 33,68 1.9
RAWAMERTA 13 49,43 2.8
TEMPURAN 14 88,09 5.0
KUTAWALUYA 10 48,67 2.8
RENGASDENGKLOK 9 31,46 1.8
JAYAKERTA 8 41,24 2.4
P E D E S 12 60,84 3.5
CILEBAR 10 64,20 3.7
CIBUAYA 11 87,18 5.0
TIRTAJAYA 11 92,25 5.3
BATUJAYA 10 91,89 5.2
62
PAKISJAYA 8 64,48 3.7
Jumlah 309 1.753,27 100
Sumber : BPS Kab. Karawang, 2012
Di bawah ini dapat dilihat Gambar. 4.1 peta administrasi Kabupaten
Karawang yang menggambarkan posisi geografis setiap kecamatan di
wilayah Kabupaten Bandung Barat. Garis batas wilayah Kabupaten
Karawang dengan beberapa Kabupaten dan Kota lain di Jawa Barat, seperti
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Subang, dan Kabupaten Bekasi. Bukan hanya itu peta dibawah ini
memperlihatkan posisi sungai, jalan tol, jalan kereta api, jalan arteri primer,
jalan kolektor primer, dan kolektor.
Gambar. 4.1
Peta Administrasi Kabupaten Karawang
63
2. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Jawa Barat. Kabupaten Karawang secara geografis berada di antara 107o02’-
107o40’ dan 5o66’- 6o34’ LS. Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang
sebagian besar digunakan untuk areal pesawahan dengan luas mencapai 89.614
Ha (51,11%), yang sebagian besar kawasannya telah didukung oleh sistem
irigasi. Kabupaten Karawang diarahkan menjadi salah satu gerbang (gateway
city) di wilayah pembangunan Indonesia bagian barat fungsinya sebagai
penyangga dari Ibukota Negara. Kabupaten Karawang dikenal juga sebagai
gudang beras dan lumbung pangan nasional. (RKPD Kabupaten Karawang
tahun 2016).
3. Topografi
Topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang
relatif rendah (25 m dpl) yang terletak pada bagian utara yaitu, Kecamatan
Pakisjaya, BatujayaTirtajaya, pedes, Rengasdengklok, Kutawalya, Tempuran,
Cilamaya, Rawamerta, Telegasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang,
tirtamulya, sebagian ada di Telukjambe, Jayakerta, Majalaya,, lalu sebagian lagi
ada di Cikampek dan Ciampel. Kabupaten Karawang mempunyai variasi
ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan wilayah 0-2o, 2-15o, 15-40o dan di atas 40o. Daratan Kabupaten
Karawang tidak terlepas dari pegunungan dan bukit yang terdapat di hampir
seluruh Kabupaten wilayah selatan Jawa Barat dengan kategori kemiringan
64
40%. Kemiringan lereng di Kabupaten Karawang sebagian besar datar, yaitu
80,44% luas lahan. (RKPD Kabupaten Karawang tahun 2016)
4. Klimatologi
Kabupaten Karawang beriklim tropis, mempunyai musim yang hampir
sama dengan wilayah di kabupaten wilayah Pantai Utara Jawa pada umumnya,
yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan suhu rata-rata berkisar antara
26,8o celcius sampai dengan 27,7o celcius. (RKPD Kabupaten Karawang tahun
2016)
5. Demografi
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Karawang Tahun 2014, dapat diketahui bahwa perkembangan penduduk
Kabupaten Karawang mengalami pertambahan dengan pertumbuhan relative
sedang dan berfluktuatif. Jumlah penduduk Kabupaten Karawang pada tahun
2010 sebesar 2.127.791 jiwa, kemudian berkembang menjadi 2.165.996 jiwa
pada tahun 2011 atau mengalami pertambahan sebesar 1,92%, tahun 2012
bertambah menjadi 2.207.181 jiwa atau mengalami pertumbuhan 1,77%.
Sedangkan untuk tahun 2013, data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Karawang sampai dengan tanggal 31 Januari 2013 penduduk
Kabupaten Karawang berjumlah 2.075.748 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk 3,91% penduduk pendatang mencapai 19.031 jiwa dengan jumlah
kelahiran mencapai 69.019 jiwa. Pada tahun 2014 penduduk Kabupaten
Karawang telah mencapai 2.250.120 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
65
mencapai 1,1% kondisi ini menurun jika dibandingkan angka pada tahun 2013
lalu. (RKPD Kabupaten Karawang tahun 2016).
Tabel. 4.2
Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Sumber : Karawang Dalam Angka 2012 dan Hasil Analisis 2012
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
KARAWANG BARAT 159,860 162,833 165,862 168,947 172,090
KARAWANG TIMUR 121,332 123,589 125,888 128,229 130,614
TELUKJAMBE BARAT 50,181 51,114 52,065 53,034 54,020
TELUKJAMBE TIMUR 130,190 132,612 135,078 137,591 140,150
CIAMPEL 40,451 41,203 41,970 42,750 43,546
PANGKALAN 36,240 36,914 37,601 38,300 39,012
TEGALWARU 35,118 35,771 36,437 37,114 37,805
KLARI 159,721 162,692 165,718 168,800 171,940
CIKAMPEK 110,041 112,088 114,173 116,296 118,459
KOTA BARU 123,090 125,379 127,712 130,087 132,507
PURWASARI 65,061 66,271 67,504 68,759 70,038
JATISARI 74,036 75,413 76,816 78,245 79,700
CILAMAYA WETAN 77,444 78,884 80,352 81,846 83,369
CILAMAYA KULON 61,467 62,610 63,775 64,961 66,169
JAYAKERTA 61,621 62,767 63,935 65,124 66,335
MAJALAYA 45,259 46,101 46,958 47,832 48,721
TELAGASARI 61,862 63,013 64,185 65,379 66,595
LEMAH ABANG 62,473 63,635 64,819 66,024 67,252
TEMPURAN 60,263 61,384 62,526 63,689 64,873
RAWAMERTA 50,030 50,961 51,908 52,874 53,857
RENGADENGKLOK 107,444 109,442 111,478 113,552 115,664
KUTAWALUYA 55,258 56,286 57,333 58,399 59,485
TIRTAJAYA 63,667 64,851 66,057 67,286 68,538
PEDES 72,149 73,491 74,858 76,250 77,669
CILEBAR 40,534 41,288 42,056 42,838 43,635
CIBUAYA 50,034 50,965 51,913 52,878 53,862
BATUJAYA 77,463 78,904 80,371 81,866 83,389
PAKISJAYA 37,596 38,295 39,008 39,733 40,472
BANYUSARI 45,524 46,371 47,233 48,112 49,007
TIRTAMULYA 52,452 53,428 54,421 55,434 56,465
JUMLAH 2.187.861
66
Dilihat dari sebaran penduduknya di 30 kecamatan di Kabupaten Karawang
pada Tabel. 4.2, tahun 2015 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling
banyak adalah Kecamatan Karawang Barat dengan penduduk sebanyak 172,090
orang, diikuti oleh Kecamatan Klari yaitu sebanyak 171,940 orang. Sementara
itu kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Tegalwaru dengan
penduduk sebanyak 37,805 jiwa pada tahun 2015.
6. Kondisi Perekonomian di Kabupaten Karawang
Kondisi perekonomian di suatu wilayah dapat kita lihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto perpenduduk secara
nominal, sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui nilai tambah nyata serta pertumbuhan nyata perkapita. Angka
tersebut diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) di Kabupaten Karawang menunjukkan adanya peningkatan dari tahun
ke tahun. Secara keseluruhan, kondisi perekonomian di Kabupaten Karawang
terus meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari grafik total PDRB perkapita di
Kabupaten Karawang berikut ini.
Tabel 4.3
Produk Domestik Bruto Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2011 dan 2015
Lapangan Usaha 2011 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
4.646.718,17 4.647.328,61
Pertambangan dan Penggalian 4.239.551,93 3.547.318,47
67
Industri Pengolahan 74.230.611,73 94.043.005,71
Pengadaaan Listrik dan Gas 909.947,15 1.051.909,72
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
62.959,37 82.220,41
Kontruksi 3.411.601,13 5.014.378,58
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
11.065.992,06 13.620.376,44
Transportasi dan Pergudangan 1.755.341,97 2.318.125,06
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
923.101,35 1.257.546,04
Informasi dan Komunikasi 888.565,15 1.393.495,62
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.060.698,46 1.192.639,04
Real Estate 240.955,28 304.704,13
Jasa Perusahaan 33.430,93 42.949,09
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.071.704,86 1.192.639,04
Jasa Pendidikan 586.314,47 1.065.335,30
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
272.275,00 357.774,26
Jasa Lainnya 773.906,74 1,054.510,47
PDRB 106.174.083,75 132.453.567,83
Sumber : BPS Kabupaten Karawang
Jika dilihat dari tabel diatas PDRB per sektor mengalami kenaikan dari
tahun 2011 ke tahun 2015. Namun, ada 1 (satu) sektor yang mengalami
penurunan yaitu pertambangan dan penggalian. Penurunan yang terjadi sebesar
782.233,46 (juta rupiah) atau 0,8 persen.
Tabel 4.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karawang
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Persen)
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata
Pertanian,
Kehutanan
dan Perikanan
1,66
(4,22)
4,29
0,16
(0,04) 0,37
Pertambangan
dan
Penggalian
(8,14)
(19,46)
3,17
2,03
(1,32) (4,74)
68
Industri
Pengolahan
8,51
6,79
8,42
5,26
3,95 6,59
Pengadaan
Listrik dan
Gas
(2,66)
5,09
3,90
6,04
(0,15) 2,44
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
7,16
6,00
10,45
3,54
7,74 6,98
Kontruksi
5,35
10,38
9,22
11,23
9,61 9,16
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
4,24
2,85
8,45
4,33
5,77 5,13
Transportasi
dan
Pergudangan
2,06
7,23
3,96
8,30
9,38 6,19
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
10,18
7,91
8,09
6,38
9,78 8,47
Informasi dan
Komunikasi
10,56
3,56
9,38
18,06
17,27 11,77
Jasa Keuangan
dan Asuransi
6,87
3,88
10,79
9,17
9,56 8,05
Real Estate
11,07
5,94
8,44
3,90
5,94 7,06
Jasa
Perusahaan
2,93
7,41
5,13
4,33
9,05 5,77
Administrasi
Pemerintah,
Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib
(1,59)
3,92
(1,13)
2,51
5,66 1,87
Jasa
Pendidikan
11,03
15,71
14,83
18,91
14,81 15,06
Jasa
Kesehatan dan
1,71
2,99
2,88
8,65
14,14 6,07
69
Sumber : BPS Kabupaten Karawang (diolah)
Hasil dari tabel diatas, menunjukkan bahwa rata – rata dari laju
pertumbuhan di Kabupaten Karawang periode 2011-2015 paling tinggi adalah
dari sektor Jasa Pendidikan sebesar 15,06 persen, diikuti oleh sektor informasi
dan komunikasi sebesear 11,77 persen, dan yang ketiga sektor kontruksi sebesar
9,16 persen. Besarnya laju pertumbuhan didasarkan karena adanya penambahan
faktor produksi sehingga tenaga kerja akan terserap jika dimanfaatkan dengan
maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Rata –
rata dari laju pertumbuhan ekonomi terendah berada pada sektor pertambangan
dan penggalian sebesar – 4,74 persen.
B. Analisis Data
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor
ekonomi yang ada dalam PDRB. LQ sendiri merupakan suatu perbandingan
tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Karawang terhadap
besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Jawa barat.
Perekonomian regional di bagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-kegiatan
basis dan kegiatan-kegiatan non basis. Kegiatan basis ini adalah kegiatan-
kegiatan yang mengekspor barang-barang ataupun jasa-jasa ke tempat di luar
batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan bukan
Kegiatan
Sosial
Jasa Lainnya
9,17
10,15
7,49
6,07
8,49 8,28
70
basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang ataupun jasa-
jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam
wilayah perekonomian tersebut. Pada kegiatan ini tidak mengekspor barang-
barang, jadi untuk luas lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang
terutama adalah bersifat lokal.
Nilai LQ > 1 (sektor basis) menunjukkan bahwa peranan suatu sektor di
kabupaten lebih dominan dibandingkan dengan tingkat provinsi dan sebagai
petunjuk bahwa kabupaten surplus akan produk tersebut. begitu juga
sebaliknya, jika nilai LQ < 1 (sektor non basis) menunjukkan bahwa peranan
suatu sektor di kabupaten tidak lebih dominan dibandingkan dengan tingkat
provinsi.
Nilai LQ ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dasar untuk menentukan
sektor potensial untuk dikembangkan. Karena jika nilai LQ > 1 tidak saja dapat
memenuhi kebutuhan di daerah, namun juga dapat memenuhi kebutuhan di
daerah lain.
Untuk hasil analisis sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karawang dengan
menggunakan Location Quotient atau LQ dapat dijabarkan pada tabel 4.5
Seperti di bawah ini. Dari hasil analisis ini akan diketahui sektor mana saja yang
termasuk ke dalam sektor basis maupun non basis di Kabupaten Karawang.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Karawang Tahun
2011-2015
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata LQ
71
Pertanian,
Kehutanan dan
Perikanan
0,48 0,46 0,46 0,45 0,46 0,46
Pertambangan dan
Penggalian
1,32 1,16 1,19 1,19 1,18 1,21
Industri
Pengolahan
1,58 1,64 1,64 1,63 1,63 1,63
Pengadaan Listrik
dan Gas
1,61 1,58 1,50 1,50 1,61 1,56
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah,
dan Daur Ulang
0,77 0,78 0,79 0,77 0,79 0,78
Kontruksi 0,43 0,43 0,43 0,45 0,46 0,46
Perdagangan Besar
dan Eceran,
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
0,67 0,62 0,63 0,64 0,65 0,64
Transportasi dan Pergudangan
0,38 0,38 0,37 0,37 0,38 0,38
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
0,36 0,37 0,38 0,38 0,38 0,37
Informasi dan
Komunikasi
0,32 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Jasa Keuangan dan
Asuransi
0,45 0,43 0,42 0,44 0,45 0,45
Real Estate 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Jasa Perusahaan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
Administrasi
Pemerintah,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
0,42 0,43 0,42 0,43 0,43 0,43
Jasa Pendidikan 0,26 0,27 0,28 0,29 0,30 0,28
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
0,43 0,41 0,39 0,37 0,37 0,39
Jasa Lainnya 0,40 0,42 0,41 0,40 0,40 0,41
Sumber: BPS Kabupaten Karawang dan BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)
Dari tabel LQ di atas terlihat bahwa ada tiga sektor di Kabupaten Karawang
yang termasuk ke dalam sektor basis dan sisanya adalah sektor non basis. Yang
termasuk ke dalam sektor basis ditunjukkan oleh nilai LQ > 1 sedangkan untuk
non basis dengan nilai LQ < 1. Berdasarkan Tabel. 4.5 nilai rata-rata LQ pada
tabel diatas sektor ekonomi yang termasuk pada sektor basis di Kabupaten
Karawang yaitu:
72
a. Industri Pengolahan
Selama periode 2011-2015, nilai koefisien LQ > 1, yang artinya
kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kabupaten
Karawang lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam
perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya pertumbuhan sektor ini
juga dikarenakan karena letak dari Kabupaten Karawang yang sangat
strategis yaitu diapit oleh dua ibukota, Provinsi Jawa Barat, Bandung
dan Ibukota Indonesia, DKI Jakarta. Hal ini Sesuai dengan amanat
peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Karawang tahun 2005-2015 yaitu Karawang sejahtera berbasis
pertanian dan industri. Sehingga pemerintah lebih fokus terhadap
kemajuan industri di daerahnya.
Terdapat 24 Golongan pokok dari industri pengolahan yaitu
makanan, minuman, pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit,
barang dari kulit dan alas kaki, kayu, barang dari kayu dan gabus, kertas
dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman,
produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi, bahan kimia dan
barang dari bahan kimia, farmasi, produk obat kimia dan obat
tradisional, karet, barang dari karet dan plastik, barang galian bukan
logam, logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya,
komputer, barang elektronik dan optik, peralatan listrik, mesin dan
perlengkapan ytdl, kendaraan motor, trailer dan semi trailer, alat
73
angkutan lainnya, furnitur, pengolahan lainnya, dan jasa reparasi dan
pemasangan dan peralatan. Berbagai golongan tersebut terbagi ke dalam
Kegiatan usaha kecil, menengah dan besar seperti yang ada pada tabel
di bawah ini.
Kawasan industri di Kabupaten Karawang memiliki luas sebesar
13.718 Ha atau 7,85 persen dari luas Kabupaten Karawang. Kawasan
industri seluas 6.757,5 Ha terdiri atas Kecamatan Telukjambe Barat,
Telukjambe Timur, Ciamel, Klari, dan Kecamatan Cikampek. Kawasan
industri terpadu seluas 743 Ha berada di Kecamatan Telukjambe Barat.
Kota Industri seluas 1000 Ha di Kecamatan Cikampek. Dan zona
industri seluas 5.217,6 Ha berada di Kecamatan Klari, Kecamatan
Purwasari, Kecamatan Cikampek, Kecamatan Kota Baru, Kecamatan
Ciampel, Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Telukjambe Barat,
Kecamatan Karawang Barat, Kecamatan Karawang Timur, dan
Kecamatan Rengasdengklok.
Pada awalnya aktifitas masyarakat di Kabupaten Karawang adalah
bertani. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan di sektor
industri karena adanya peralihan orientasi investasi keluar DKI Jakarta
dan Bekasi sehingga membuat masyarakat Kabupaten Karawang
mengandalkan sektor industri selain sektor pertanian. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya tenaga kerja pada sektor industri di Kabupaten
Karawang pada tahun 2013 seperti pada gambar dibawah ini.
74
Grafik 4.1
Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 2013
Pada gambar diatas terlihat bahwa Kabupaten Karawang memiliki
tenaga kerja terbanyak di Provinsi Jawa Barat yang diikuti oleh
Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi dan Kota
Bogor.
b. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
Selama periode 2011-2015 berdasarkan nilai rata-rata koefisien LQ
> 1, maka artinya kontribusi sektor pengadaan listrik dan gas dalam
perekonomian Kabupaten Karawang lebih besar daripada kontribusi
sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.
Sektor pengadaan listrik dan gas menjadi sektor dengan nilai LQ
terbesar kedua di Kabupaten Karawang. Hal ini respon dari kebutuhan
energi listrik yang terus meningkat baik perumahan rumah tangga,
pabrik, atau usaha lainnya. Karena ketersediaan listrik yang memadai
75
dan berkesinambungan merupakan hal yang penting untuk
menggerakkan roda perekonomian terutama pada sektor industri.
Tabel 4.6
Banyaknya Kilo Watt Hour (KWH) Konsumsi Listrik Bagi Rumah
Tangga, Instansi Pemerintah, Badan Sosial dan perusahaan Industri
Tahun 2010-2015
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Rumah
Tangga
59.472.674 39.734.551 73.849.642 67.935.847 926.107.764
Instansi
Pemerintah
834.687 807.176 1.487.596 1.943.965 25.835.819
Badan Sosial 1.866.973 1.918.740 3.065.740 2.045.248 32.322.333
Perusahaan
Industri &
Bisnis
284.455.321 317.692.352 460.989.679 352.128.352 4.096.149.388
Total 344.629.654 360.152.819 539.392.815 424.053.412 5.080.415.304
Sumber: PLN Distribusi Jawa Barat Cabang Karawang
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa penggunaan/konsumsi
terbanyak di pakai untuk perusahaan industri dan bisnis. Ini terjadi
karena besarnya kawasan industri yang ada di Kabupaten Karawang.
Selain itu, Kabupaten Karawang merupakan salah satu penyumbang
lifting gas terbesar di semester I-2016 yang termasuk ke dalam blok
Offshore North West Jawa (ONWJ) di lepas pantai Kabupaten Bekasi,
Karawang, Subang, dan Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Dioperasikan
oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, produksinya sebesar 28.000
boepd.
c. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Selama periode 2011-2015 berdasarkan nilai rata-rata koefisien LQ
> 1, maka artinya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam
76
perekonomian Kabupaten Karawang lebih besar daripada kontribusi
sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.
Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor dengan nilai
LQ terbesar ketiga di Kabupaten Karawang. Hal ini dikarenakan adanya
sumber daya mineral di Kabupaten Karawang yang merupakan potensi
bahan galian adalah pertambangan pasir dan sirtu, tanah merah, batu
andesit/batu belah, batu gamping, tanah lempung, pasir laut, dan batu
galena. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Potensi Bahan Galian Industri
No. Jenis Bahan
Galian Industri
Volume dan
Spesifikasi
Lokasi
1 Besi Titan Cibuya
2 Batu Andesit 340.000.000 m3 Pangkalan
3 Pasir dan Sirtu 205.000.000 m3 Cikampek,
Klari, Ciampel
dan Pangkalan
4 Tanah Urug Cikampek
5 Tanah Liat 115.000.000 Ton
(sumber daya)
Teluk Jambe,
Pangkalan,
Cikampek
6 Pasir Kuarsa Jatisari
7 Batu Gaping 45.000.000 Ton
(cadangan hipotetik) ;
CaO = 51,54%, MgO
= 0,78%
Pangkalan
8 Pasir Laut 200.000.000 m3 Pakisjaya,
Tempuran,
Cimalaya
Sumber : Disperindagtamben Kabupaten Karawang
Bukan hanya menghasilkan jenis bahan galian industri seperti tabel
diatas Kabupaten Karawang juga merupakan salah satu kabupaten/kota
77
di Provinsi Jawa Barat yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) seperti
minyak dan gas bumi. Hanya ada lima kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang memiliki sumber daya minyak dan gas bumi seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.8
Rencana Penetapan Daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Gas Bumi Tahun 2016
Wilayah
(Kabupaten/Kota atas
pengelolaan di darat
dan/atau laut (0 s.d. 4 Mil
Laut)
Daerah Penghasil Jumlah
(Ribu
MMBTU)
Jawa Barat 89.471,80
Kabupaten Indramayu 19.810,54
Kabupaten Karawang 20.208,07
Kabupaten Majalengka 581,79
Kabupaten Subang 36.431,12
Kabupaten Bekasi 12.440,27
Sumber: Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia
Berdasarkan analisis LQ pada Tabel. 4.5, adapun sektor-sektor
perekonomian Kabupaten Karawang yang termasuk ke dalam sektor non basis
yaitu: Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Sektor Kontruksi; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Sektor
Transportasi dan Pergudangan; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Administrasi
Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan;
Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa lainnya.
78
2. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share merupakan salah satu cara untuk mengetahui nilai
kontribusi sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
wilayah Kabupaten Karawang. Analisis ini pada dasarnya membahas hubungan
antara pertumbuhan wilayah dan struktur ekonomi wilayah.
Alat analisis Shift Share klasik mengasumsikan bahwa pertumbuhan
perekonomian di suatu daerah (Kabupaten Karawang) dipengaruhi oleh
perekonomian yang lebih luas (Provinsi Jawa Barat). Pertumbuhan PDRB total
(Y) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share yaitu sebagai
berikut:
a. Komponen National Share (NSi) adalah untuk melihat struktur atau
posisi relatif suatu daerah yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi secara menyeluruh di wilayah yang menaunginya.
Banyaknya pertambahan PDRB Kabupaten Karawang seandainya
pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB Provinsi Jawa
Barat selama periode waktu tertentu.
b. Komponen Proportional Shift (Pri) mengukur besarnya shift netto
Kabupaten Karawang yang diakibatkan oleh komposisi sektor-
sektor PDRB Kabupaten Karawang yang berubah. Apabila Pri
bernilai positif artinya Kabupaten Karawang terspesialisasi pada
sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Jawa Barat tumbuh cepat
dan apabila Pri bernilai negatif berarti Kabupaten Karawang
79
berspesialisasi pada sektor-sektor di tingkat Provinsi Jawa Barat
pertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun.
c. Komponen Differential Shift (Dri) menghasilkan besarnya shift
netto sebagai akibat dari PDRB Kabupaten Karawang berubah.
Apabila Dri bernilai positif pada sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif dan Dri bernilai negatif pada sektor yang tidak memiliki
keunggulan kompetitif.
Hasil perhitungan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karawang tahun 2011-
2015 seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Analisis Shift Share klasik Kabupaten Karawang Tahun 2011-2015
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha Ns Pr Dr ΔY
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 278.665,14 -208.028,39 -55.426,58 15.210,17
Pertambangan dan
Penggalian 224.046,11 -275.234,64 -110.895,85 -162.084,38
Industri Pengolahan 4.995.376,10 -317.565,93 576.113,76 5.253.923,93
Pengadaan Listrik dan
Gas 58.986,37 -20.172,03 -177,25 38.637,09
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
4.265,51 448,43 387,9 5.101,84
Konstruksi 241.995,62 93.942,13 81.732,60 417.670,35
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
725.216,87 17.040,04 -57.737,14 684.519,77
Transportasi dan
Pergudangan 118.328,56 39.981,44 -9.209,02 149.100,98
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 63.424,54 8.311,23 16.397,41 88.133,18
Informasi dan
Komunikasi 61.938,26 80.340,04 -10.890,07 131.388,23
80
Jasa Keuangan dan
Asuransi 71.973,97 28.041,42 4.770,29 104.785,68
Real Estate 16.139,35 423,81 410,5 16.973,66
Jasa Perusahaan 2.247,70 705,67 -414,37 2.539,00
Administrasi
Pemerintah, Pertahanan
dan Jaminan Sosial
Wajib
67.777,46 -39.044,51 5.997,47 34.730,42
Jasa Pendidikan 45.526,89 46.457,01 31.128,08 123.111,98
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 17.902,16 16.647,90 -11.756,66 22.793,40
Jasa Lainnya 53.703,58 24.383,43 -4.208,84 73.878,17
Total 7.047.514,19 -503.322,95 456.222,23 7.000.413,47
Sumber: BPS Kabupaten Karawang dan BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)
Komponen pertama, pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat berpengaruh
terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Karawang. Hal ini terlihat dari (Nsi)
masing-masing sektor Kabupaten Karawang selama tahun 2011-2015 membawa
pengaruh yang positif bagi pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Barat yang
ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar
Rp 7.047.514,19 juta. Berdasarkan pengaruh ini kontribusi sektor industri
pengolahan paling besar terhadap peningkatan pertumbuhan PDRB di Provinsi
Jawa Barat sebesar Rp. 4.995.376,10 juta dan kontribusi sektor paling kecil
adalah sektor jasa perusahaan terhadap pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa
Barat yang hanya sebesar Rp. 2.247,70 juta.
Komponen kedua, dalam analisis shift share adalah proportionally shift.
pertumbuhan komponen Proportional Shift (Pri) Kabupaten Karawang selama
periode tahun 2011-2015 ada yang bernilai negatif dan positif. Setidaknya
terdapat 5 sektor yang tidak termasuk dalam spesialisasi di Kabupaten Karawang
dalam pendapatan daerah atau dengan kata lain berarti Kabupaten Karawang
81
berspesialisasi pada sektor-sektor di tingkat Provinsi Jawa Barat
pertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun. Sektor – sektor tersebut
yaitu: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Listrik dan Gas; dan Sektor
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Hal tersebut
terjadi karena nilai bauran industri yang negatif.
Perekonomian kelima sektor tersebut tumbuh lebih lambat dengan
perekonomian sektor di Provinsi Jawa Barat. Jika merujuk kepada Tabel 4.4
yaitu laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang, kelima sektor tersebut
memang memiliki rata-rata laju pertumbuhan periode tahun 2011-2015 terendah
dibandingkan dengan sektor lainnya. Walaupun untuk industri pengolahan
memiliki rata-rata yang tidak terlalu rendah, namun pada tahun 2015 laju
pertumbuhan hanya sebesar 3,97 persen atau berada pada urutan keempat
terbawah. Dalam hal ini pemerintah harus memiliki strategi guna mendapatkan
peningkatan pertumbuhan di Kabupaten Karawang. Strategi yang dilakukan
dengan membuat kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan
pengembangan teknologi dan komunikasi, menciptakan transportasi yang
terintegrasi, peningkatan sumber daya manusia, penambahan modal atau
investasi, dan peningkatan pendapatan yang akan menambah faktor produksi.
Penambahan faktor produksi tersebut membuat terserapnya tenaga kerja jika hal
ini dapat dimaksimalkan dengan baik maka akan menciptakan peningkatan dari
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang
82
Selain dari kelima sektor diatas pengaruh bauran industri (Pri) dari masing-
masing sektor menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat tumbuh dengan baik di
Kabupaten Karawang. Artinya kegiatan ekonomi di Kabupaten Karawang
terspesialisasi pada sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Jawa Barat tumbuh
cepat, yaitu: Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang; Sektor Kontruksi; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Sektor
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Sektor Transportasi dan Pergudangan;
Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan
Komunikasi; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor
Jasa Perusahaan; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Sektor Jasa Lainnya. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut pada tingkat
Provinsi Jawa Barat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi total di
Provinsi Jawa Barat.
Sektor – sektor yang memiliki bauran positif seperti diatas, harus
dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Salah satunya dengan
membuat prioritas pembangunan daerah berdasarkan pada sektor – sektor
tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat berdampak pada peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang.
Komponen ketiga adalah dampak dari keunggulan kompetitif (Dri). Sektor
ini dikatakan memiliki keunggulan kompetitif jika pertumbuhan serta perannya
lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan dan peranan sektor yang sama
dalam perekonomian yang lebih luas, yaitu Provinsi Jawa Barat.
83
Nilai Differential Shift (Dri) sektor perekenomian Kabupaten Karawang
selama periode tahun 2011-2015 ada yang positif dan negatif. Nilai Dri positif,
berarti sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan nilai Dr i
negatif, berarti sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif.
nilai Dri negatif berarti sektor tersebut tidak memiliki keunggulan
kompetitif. Artinya keunggulan kompetitif di Kabupaten Karawang memberikan
pengaruh yang negatif terhadap peningkatan PDRB Provinsi Jawa Barat.
Setidaknya ada 9 (sembilan) sektor yang tidak memiliki keunggulan kompetitif
yaitu: Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan
Penggalian; Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Sektor Transportasi dan
Pergudangan; Sektor Informasi dan Komunikasi; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa Lainnya.
Sedangkan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif ada 8 (delapan)
sektor yaitu: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Sektor Administrasi Pemerintah; Sektor
Kontruksi; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; dan Sektor Jasa Pendidikan. Delapan sektor tersebut
unggul dalam segi inovasi, mutu pelayanan dan juga pemasaran. Prioritas
pembangunan ekonomi daerah harus diletakkan kepada sektor – sektor yang
mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi, bukan hanya berdasarkan pada
kandungan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi yang terpenting adalah
84
bagaimana caranya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,
memiliki inovasi dan profesional lalu ditunjang dengan infrastruktur dan
teknologi yang memadai. Dengan demikian, akan tercipta produk – produk yang
dihasilkan oleh Kabupaten Karawang yang memiliki kualitas serta daya saing
yang tinggi. Jika hal ini terjadi, maka sektor ini berpotensi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang.
Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Barat dalam
kurun waktu 2011-2015 terjadi nilai PDRB yang positif yaitu sebesar Rp.
7.000.413,47 juta, dimana kontribusi sektoral terhadap pergeseran pertumbuhan
total pada PDRB primer sebesar -2 persen, sektor sekunder sebesar 83 persen,
dan tersier 19 persen. Artinya di Kabupaten Karawang telah terjadi pergeseran
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
3. Kontribusi Sektor terhadap PDRB
Kontribusi sektor terhadap PDRB digunakan untuk melihat sejauh mana
peran suatu sektor pada pembentukan PDRB. Suatu perekonomian dianggap
maju apabila kontribusi pada sektor industri lebih maju dari sektor pertanian
dan jasa. Hal ini didasari oleh karena sektor industri merupakan kegiatan
ekonomi yang sudah maju dan menggunakan teknologi modern sehingga
tingkat produktivitas kerja akan menjadi lebih tinggi.
Tabel 4.11
Kontribusi Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2011-2015 (Persentase)
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015
85
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
4,38 3,99 3,86 3,67 3,51
Pertambangan dan
Penggalian
3,99 3,06 2,93 2,84 2,68
Industri Pengolahan 69,91 71,14 71,45 71,38 71,00
Pengadaan Listrik dan Gas 0,86 0,86 0,83 0,83 0,79
Pengadaan Air,
Pengelolaan sampah,
Limbah dan Daur Ulang
0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Kontruksi 3,21 3,38 3,42 3,61 3,79
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
10,42 10,21 10,26 10,16 10,28
Transportasi dan
Pergudangan
1,65 1,69 1,63 1,67 1,75
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
0,87 0,89 0,90 0,90 0,95
Informasi dan Komunikasi 0,84 0,83 0,84 0,94 1,05
Jasa Keuangan dan
Asuransi
1,00 0,99 1,01 1,05 1,10
Real Estate 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23
Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
1,01 1,00 0,92 0,89 0,90
Jasa Pendidikan 0,55 0,61 0,65 0,73 0,80
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
0,26 0,25 0,24 0,25 0,27
Jasa Lainnya 0,73 0,77 0,76 0,77 0,80
Total 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Karawang (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumbangan/ kontribusi sektor terhadap
PDRB di Kabupaten Karawang tidaklah sama. Perbedaan yang ada pada
sumbangan/ kontribusi terhadap PDRB ini cukup besar. Dapat dilihat bahwa
kontribusi terbesar yang diberikan dari sektor industri pengolahan sebesar
71,00 persen pada tahun 2015, kontribusi yang diberikan terus meningkat dari
tahun 2011 sampai 2015. Kontribusi yang kedua diberikan dari sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,28
86
persen pada tahun 2015, walaupun kontribusi yang diberikan paling besar pada
tahun 2011 sebesar 10,42 persen. Kontribusi yang ketiga diberikan dari sektor
kontruksi sebesar 3,79 persen, sektor ini terus mengalami kenaikan yang cukup
besar dari tahun 2011 sampai 2015. Kontribusi yang keempat diberikan dari
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,51 persen, walaupun
sebenarnya sektor ini dari rata – rata kontribusi dari tahun 2011 – 2015
merupakan sektor terbesar ketiga lebih besar dari sektor kontruksi. Namun,
kontribusi pada sektor ini terus mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai
2015.
Dapat dikatakan bahwa perekonomian di Kabupaten Karawang sudah maju
karena kontribusi pada sektor industri pengolahan yang paling besar. Hal ini
menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang memiliki kemajuan teknologi
yang modern sehingga berdampak kepada tingkat produktivitas kerja yang
tinggi.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas
sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian mengenai Analisis Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Karawang, adalah sebagai berikut:
1. Ada 3 (tiga) sektor yang merupakan sektor basis yaitu: sektor industri
pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; dan sektor
pertambangan dan penggalian. Sektor non basis yaitu: Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Sektor Kontruksi;
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; Sektor Transportasi dan Pergudangan; Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Informasi dan Komunikasi;
Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi; Sektor Real Estate; Sektor Jasa
Perusahaan; Sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib; Sektor Jasa Pendidikan; Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; dan Sektor Jasa lainnya.
2. Telah terjadi pergeseran ekonomi di Kabupaten Karawang yang pada
awalnya sektor primer lalu bergeser menjadi sektor sekunder dan
mulai memasuki pergeseran ke sektor tersier.
88
a. Nilai national share di Kabupaten Karawang selama tahun
2011-2015 membawa pengaruh yang positif bagi pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Barat. Sektor industri pengolahan
memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat dan untuk
kontribusi terkecil adalah sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan
b. Pada propotionally shift, terdapat 5 (lima) sektor yang tidak
termasuk dalam spesialisasi di Kabupaten Karawang dalam
pendapatan daerah yaitu sektor industri pengolahan, sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor listrik dan gas, dan sektor administrasi
pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Hal ini
terjadi karena nilai bauran industri yang negatif.
c. Pada differential shift, Ada 8 (delapan) sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif yaitu: Sektor Industri Pengolahan;
Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Daur Ulang; Sektor Kontruksi; Sektor Real Estate; Sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi; Sektor Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; dan Sektor Jasa
Pendidikan.
89
d. Kontribusi/sumbangan terhadap PDRB di Kabupaten
Karawang terbesar adalah sektor industri pengolahan,
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah
a. Seharusnya memprioritaskan dalam pengembangan sektor yang
menjadi sektor basis yaitu industri pengolahan, pengadaan listrik
dan gas, dan pertambangan dan penggalian. Dengan adanya
perhatian khusus dari pemerintah, diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan terhadap daerahnya.
b. Program kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten
Karawang juga harus memperhatikan sektor-sektor non basis guna
meningkatkan dan mencukupi kebutuhan, baik itu di dalam maupun
di luar Kabupaten Karawang.
c. Perubahan struktur dari perekonomian sektor primer ke sektor
sekunder dan mulai bergerak ke sektor tersier menyebabkan adanya
pergeseran dalam penyerapan tenaga kerja serta kontribusi PDRB di
Kabupaten Karawang sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang harus lebih teliti dalam melihat transformasi ekonomi
90
yang ada. Sehingga menciptakan kebijakan yang dapat
menguntungkan daerahnya.
d. Pemerintah Kabupaten Karawang harus memperhatikan pergeseran
struktur ekonomi yang ada dalam melakukan pembangunan
ekonomi, seperti sektor pertanian yang mengalami pergeseran
penurunan kontribusi PDRB dan merupakan salah satu sektor non
basis akibat dari adanya transformasi struktur ekonomi. Maka dari
itu pemerintah harus kembali berkomitmen kepada misi dari
Kabupaten Karawang itu sendiri yaitu Karawang sejahtera berbasis
pertanian dan industri. Untuk mempertahankan sektor pertanian
seharusnya pemerintah melakukan pendampingan terhadap petani,
menjaga stabilitas harga dan mengawasi penggunaan lahan.
2. Bagi Masyarakat
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran akan
pentingnya menjaga potensi – potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
Karawang, misalnya sektor pertanian. Sehingga pada masa yang
akan datang Kabupaten Karawang tetap dikenal sebagai lumbung
padi Jawa Barat.
3. Bagi Civitas Akademika
a. Dapat menggunakan variabel lain seperti tenaga kerja sehingga
mampu melihat pergeseran tenaga kerja yang ada di Kabupaten
Karawang
91
b. Dapat menggunakan alat analisis yang lebih mendalam dan belum
digunakan pada penelitian ini maka diharapkan dapat menjadikan
pertimbangan untuk melanjutkan penelitian ini menjadi lebih
sempurna.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Sumarhini. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arsyad Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
Arsyad Lincolin. (2004). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi.
Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.
Boediono. (1992). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
BPS. (2017). Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2011-2016. BPS
Kabupaten Karawang.
BPS. (2017). PDRB Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2010-2016. BPS Kabupaten Karawang.
BPS. (2017). PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2010-2016. BPS Provinsi Jawa Barat.
Glasson John. (1997). Pengantar Perencanaan Regional diterjemahkan Paul
Sitohang. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Hasani Akrom. (2010). Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan
Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008. Skripsi S-
1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro.
Jhingan M.L. (2014). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kristianingsih. (2011). Analisis Struktur Ekonomi Kota Bandung dengan
Menggunakan Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Location
Quotient (LQ), dan Shift and Share Tahun 2007-2010. Dalam Jurnal
Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi Vol 3, No. 2, 209-226.
Kuncoro Mudrajad. (1997). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta: UPP, AMP, YKPN.
Kuncoro Mudrajad. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Kurniawan Arief. (2013). Analisis Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Banten Melalui Pendekatan LQ, Shift Share. Skripsi
S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang.
Kristianingsih. (2011). Analisis Struktur Ekonomi Kota Bandung dengan
Menggunakan Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Location
Quotient (LQ), dan Shift and Share Tahun 2007-2010. Dalam Jurnal
Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi Vol 3, No. 2, 209-226.
93
Ma’mun Deddy & Irwansyah Sonny. (2013). Analisis Pergeseran Struktur
Ekonomi dan Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan (Studi
Kasus di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Social
Economic of Agriculture Vol 2, No. 1, 7-28.
Moleong Lexy. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Octarrum Devina. (2016). Analisis Transformasi Struktur Perekonomian dan
dampaknya terhadap kemiskinan di Provinsi Lampung. Skripsi S-1
Jurusan Ekonomi Pembagunan Universitas Lampung.
Richardson Harry. (1977). Dasar – Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Karawang. (2016). Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Kabupaten Karawang.
Richardson Harry. (1977). Dasar – Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Rozi, Fatchur. (2015). Analisis Location Quotient dan Shift Share Kabupaten
Sidoarjo Tahun 2010-2014. Makalah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Jember.
Samuelson Paul & Nordhaus. (2004). Ilmu Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Media
Edukasi.
Sjafrizal. (2014). Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi.
Rajawali Pers.
Sudarmono Mulyanto. (2006). Analisis Transformasi struktural, pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan antar daerah di wilayah pembangunan I
Jateng. Tesis S-2 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Diponegoro.
Sukirno Sadono. (1978). Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat.
Sukirno Sadono. (1985). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Bima Grafika.
Sukirno Sadono. (2000). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tarigan Robinson. (2005). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Todaro Michael. (1999). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Keenam.
Erlangga.
Todaro Michael & Smith Stephen. (2009). Pembangunan Ekonomi Edisi
kesebelas. Jakarta: Erlangga
94
Lampiran I
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
4.646.718,17 4.450.536,26 4.641.635,09 4.649.258,18 4.647.328,61 4.607.095,26
Pertambangan dan
Penggalian
4.239.551,93 3.414.609,76 3.522.956,48 3.594.627,01 3.547.318,47 3.663.812,73
Industri Pengolahan 74.230.611,73 79.271.270,02 85.945.545,95 90.467.788,15 94.043.005,71 84.791.644,31
Pengadaaan Listrik dan
Gas
909.947,15 956.248,27 993.523,49 1.053.509,66 1.051.909,72 993.027,66
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
62.959,37 66.736,79 73.708,06 76.313,73 82.220,41 72.387,67
Kontruksi 3.411.601,13 3.765.708,57 4.11.900,51 4.574.794,11 5.014.378,58 4.175.876,58
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
11.065.992,06 11.381.141,97 12.342.845,49 12.877.547,99 13.620.376,44 12.257.580,79
Transportasi dan
Pergudangan
1.755.341,97 1.882.277,02 1.956.865,60 2.119.370,90 2.318.125,06 2.006.396,11
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
923.101,35 996.149,62 1.076.750,83 1.145.477,18 1.257.546,04 1.079.805,00
Informasi dan Komunikasi 888.565,15 920.171,44 1.006.487,33 1.188.279,71 1.393.495,62 1.079.399,85
Jasa Keuangan dan
Asuransi
1.060.698,46 1.113.735,67 1.101.151,66 1.128.795,49 1.192.639,04 1.235.171,73
Real Estate 240.955,28 255.278,76 276.826,77 287.619,53 304.704,13 273.076,89
Jasa Perusahaan 33.430,93 35.906,53 37.749,75
39.384,94 42.949,09 37.884,25
95
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
1.071.704,86 1.113.735,67 1.101.151,66 1.128.795,49 1.192.639,04 1.121.605,34
Jasa Pendidikan 586.314,47 679.578,62 780.342,39 927.902,33 1.065.335,30 808.094,62
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
272.275,00 280.404,27 288.490,59 313.457,50 357.774,26 302.480,32
Jasa Lainnya 773.906,74 852.465,95 916.355,79 971.948,95 1,054.510,47 913.837,58
PDRB 106.174.675,75 111.424.083,54 120.294.863,92 126.294.863,92 132.453.567,83 119.419.176,71
Sumber : BPS Kabupaten Karawang Diolah
96
Lampiran II
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-
2015 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
88.386.512,39 88.409.460,01 92.390.134,87 92.653.584,24 92.802.798,97 90.928.498,10
Pertambangan
dan Penggalian
29.105.485,80 27.213.582,31 26.872.467,19 27.291,421,36 27.403.820,15 27.577.355,36
Industri
Pengolahan
426.184.947,51 445.675.276,56 477.414.072,28 502.433.623,07 524.466.677,04 475.294.919,29
Pengadaaan
Listrik dan Gas
5.126.004,86 5.571.250,12 6.025.231,98 6.373.286,03 5.939.653,36 5.807.085,27
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
741.338,75 794.326,67 845.969,55 896.263,79 896.263,79 845.375,32
Kontruksi 71.723.223,35 81.197.699,57 87.818.637,11 92.603.491,63 98.555.254,72 86.379.661,27
Perdagangan
Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
151.107.155,34 168.938.936,01 177.747.518,19 183.634.922,83 190.440.113,16 174.373.661,27
Transportasi dan
Pergudangan
41.660.006,83 45.721.399,30 47.965.848,58 51.579.514,10 56.171.095,98 48.619.572,96
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
23.196.039,41 24.806.717,80 25.985.297,74 27.545.028,81 29.776.546,22 26.261.925,99
97
Informasi dan
Komunikasi
25.378.295,25 28.094.004,54 30.651.836,81 36.005.412,36 41.878.751,58 32.401.652,91
Jasa Keuangan
dan Asuransi
21.567.179,46 23.437.318,77 26.347.771,86 27.497.251,44 29.521.633,81 25.674.231,07
Real Estate 10.992.679,28 11.916.451,77 4.465.893,31 4.561.081,01 4.932.613,38 12.486.015,03
Jasa Perusahaan 3.676.296,18 3.957.451,77 4.265.893,31 4.561.081,01 4.932.382,17 4.278.667,13
Administrasi
Pemerintah,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
22.939.998,87 23.901.327,94 23.568.018,37 23.676.877,00 24.987.382,17 23.814.720,87
Jasa Pendidikan 20.596.756,11 23.608.192,70 25.715.274,28 29.424.905,69 32.418.865,50 26.352.798,86
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
5.790.041,06 6.303.721,09 6.720.170,33 7.780.534,33 8.880.758,33 7.095.045,03
Jasa Lainnya 17.450.136,64 18.862.233,78 20.347.856,97 22.137.539,99 24.120.774,04 20.583.708,29
PDRB 956.622.061,10 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 1.088.774.961,85
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Diolah
98
Lampiran III
Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Karawang Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2011-2015
(persen)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.38 3.99 3.86 3.67 3.51
Pertambangan dan Penggalian 3.99 3.06 2.93 2.84 2.68
Industri Pengolahan 69.91 71.14 71.45 71.38 71.00
Pengadaan Listrik dan Gas 0.86 0.86 0.83 0.83 0.79
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
Kontruksi 3.21 3.38 3.42 3.61 3.79
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10.42 10.21 10.26 10.16 10.28
Transportasi dan Pergudangan 1.65 1.69 1.63 1.67 1.75
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.87 0.89 0.90 0.90 0.95
Informasi dan Komunikasi 0.84 0.83 0.84 0.94 1.05
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.00 0.99 1.01 1.05 1.10
Real Estate 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23
Jasa Perusahaan 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.01 1.00 0.92 0.89 0.90
Jasa Pendidikan 0.55 0.61 0.65 0.73 0.80
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.26 0.25 0.24 0.25 0.27
Jasa Lainnya 0.73 0.77 0.76 0.77 0.80
Produk Domestik Regional Bruto 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Karawang Diolah, 2016
99
Lampiran IV
Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2011-2015
(persen)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9.15 8.60 8.44 8.09 7.71
Pertambangan dan Penggalian 3.01 2.65 2.46 2.37 2.27
Industri Pengolahan 44.14 43.34 43.68 43.69 43.44
Pengadaan Listrik dan Gas 0.53 0.54 0.55 0.55 0.48
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Konstruksi 7.43 7.90 8.03 8.06 8.13
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 15.65 16.43 16.25 15.98 15.77
Transportasi dan Pergudangan 4.31 4.45 4.39 4.50 4.69
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.40 2.41 2.38 2.40 2.47
Informasi dan Komunikasi 2.63 2.73 2.80 3.13 3.47
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.23 2.28 2.42 2.39 2.45
Real Estat 1.14 1.16 1.15 1.14 1.15
Jasa Perusahaan 0.38 0.38 0.39 0.40 0.41
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 2.38 2.32 2.16 2.06 2.07
Jasa Pendidikan 2.13 2.30 2.35 2.56 2.69
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.60 0.61 0.61 0.68 0.74
Jasa lainnya 1.81 1.83 1.86 1.93 2.00
Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Diolah, 2016
100
Lampiran V
Perhitungan Location Quotient (LQ)
Kabupaten Karawang
Tahun 2011
PDRB 17 Sektor
Karawang
Total PDRB
Karawang
PDRB 17 Sektor
Jawa Barat
Total PDRB
Jawa Barat
LQ
4.646.718,17 106.174.675,75 88.386.512,39 956.622.061,10 0.48
4.239.551,93 106.174.675,75 29.105.485,80 956.622.061,10 1.32
74.230.611,73 106.174.675,75 426.184.947,51 956.622.061,10 1.58
909.947,15 106.174.675,75 5.126.004,86 956.622.061,10 1.61
62.959,37 106.174.675,75 741.338,75 956.622.061,10 0.77
3.411.601,13 106.174.675,75 71.723.223,35 956.622.061,10 0.43
11.065.992,06 106.174.675,75 151.107.155,34 956.622.061,10 0.67
1.755.341,97 106.174.675,75 41.660.006,83 956.622.061,10 0.38
923.101,35 106.174.675,75 23.196.039,41 956.622.061,10 0.36
888.565,15 106.174.675,75 25.378.295,25 956.622.061,10 0.32
1.060.698,46 106.174.675,75 21.567.179,46 956.622.061,10 0.45
240.955,28 106.174.675,75 10.992.679,28 956.622.061,10 0.20
33.430,93 106.174.675,75 3.676.296,18 956.622.061,10 0.08
1.071.704,86 106.174.675,75 22.939.998,87 956.622.061,10 0.42
586.314,47 106.174.675,75 20.596.756,11 956.622.061,10 0.26
272.275,00 106.174.675,75 5.790.041,06 956.622.061,10 0.43
773.906,74 106.174.675,75 17.450.136,64 956.622.061,10 0.40
101
Tahun 2012
PDRB 17 Sektor
Karawang
Total PDRB
Karawang
PDRB 17 Sektor
Jawa Barat
Total PDRB
Jawa Barat LQ
4.450.536,26 111.424.083,54 88.409.460,01 1.028.409.739,51 0.46
3.414.609,76 111.424.083,54 27.213.582,31 1.028.409.739,51 1.16
79.271.270,02 111.424.083,54 445.675.276,56 1.028.409.739,51 1.64
956.248,27 111.424.083,54 5.571.250,12 1.028.409.739,51 1.58
66.736,79 111.424.083,54 794.326,67 1.028.409.739,51 0.78
3.765.708,57 111.424.083,54 81.197.699,57 1.028.409.739,51 0.43
11.381.141,97 111.424.083,54 168.938.936,01 1.028.409.739,51 0.62
1.882.277,02 111.424.083,54 45.721.399,30 1.028.409.739,51 0.38
996.149,62 111.424.083,54 24.806.717,80 1.028.409.739,51 0.37
920.171,44 111.424.083,54 28.094.004,54 1.028.409.739,51 0.30
1.101.864,03 111.424.083,54 23.437.318,77 1.028.409.739,51 0.43
255.278,76 111.424.083,54 11.916.840,59 1.028.409.739,51 0.20
35.906,53 111.424.083,54 3.957.451,77 1.028.409.739,51 0.08
1.113.735,67 111.424.083,54 23.901.327,94 1.028.409.739,51 0.43
679.578,62 111.424.083,54 23.608.192,70 1.028.409.739,51 0.27
280.404,27 111.424.083,54 6.303.721,09 1.028.409.739,51 0.41
852.465,95 111.424.083,54 18.862.233,78 1.028.409.739,51 0.42
102
Tahun 2013
PDRB 17 Sektor
Karawang
Total PDRB
Karawang
PDRB 17 Sektor
Jawa Barat
Total PDRB
Jawa Barat LQ
4.641.635,09 120.294.863,92 92.390.134,87 1.093.543.545,87 0.46
3.522.956,48 120.294.863,92 26.872.467,19 1.093.543.545,87 1.19
85.945.545,95 120.294.863,92 477.714.072,28 1.093.543.545,87 1.64
993.523,49 120.294.863,92 6.025.231,98 1.093.543.545,87 1.50
73.708,06 120.294.863,92 845.969,55 1.093.543.545,87 0.79
4.112.900,51 120.294.863,92 87.818.637,11 1.093.543.545,87 0.43
12.342.845,49 120.294.863,92 177.747.518,19 1.093.543.545,87 0.63
1.956.865,60 120.294.863,92 47.965.848,58 1.093.543.545,87 0.37
1.076.750,83 120.294.863,92 25.985.297,74 1.093.543.545,87 0.38
1.006.487,33 120.294.863,92 30.651.836,81 1.093.543.545,87 0.30
1.220.728,13 120.294.863,92 26.347.771,86 1.093.543.545,87 0.42
276.826,77 120.294.863,92 12.561.546,45 1.093.543.545,87 0.20
37.749,75 120.294.863,92 4.265.893,31 1.093.543.545,87 0.08
1.101.151,66 120.294.863,92 23.568.018,37 1.093.543.545,87 0.42
780.342,39 120.294.863,92 25.715.274,28 1.093.543.545,87 0.28
288.490,59 120.294.863,92 6.720.170,33 1.093.543.545,87 0.39
916.355,79 120.294.863,92 20.347.856,97 1.093.543.545,87 0. 41
103
Tahun 2014
PDRB 17 Sektor
Karawang
Total PDRB
Karawang
PDRB 17 Sektor
Jawa Barat
Total PDRB
Jawa Barat LQ
4.649.258,18 126.748.692,52 92.653.584,24 1.149.216.057,05 0.45
3.594.627,01 126.748.692,52 27.291.421,36 1.149.216.057,05 1.19
90.467.788,15 126.748.692,52 502.433.623,07 1.149.216.057,05 1.63
1.053.509,66 126.748.692,52 6.373.286,03 1.149.216.057,05 1.50
76.313,73 126.748.692,52 896.263,79 1.149.216.057,05 0.77
4.574.794,11 126.748.692,52 92.603.491,63 1.149.216.057,05 0.45
12.877.547,99 126.748.692,52 183.634.922,83 1.149.216.057,05 0.64
2.119.370,90 126.748.692,52 51.579.514,10 1.149.216.057,05 0.37
1.145.477,18 126.748.692,52 27.545.028,81 1.149.216.057,05 0.38
1.188.279,71 126.748.692,52 36.005.412,36 1.149.216.057,05 0.30
1.332.617,15 126.748.692,52 27.497.251,44 1.149.216.057,05 0.44
287.619,53 126.748.692,52 13.121.319,37 1.149.216.057,05 0.20
39.384,94 126.748.692,52 4.561.081,01 1.149.216.057,05 0.08
1.128.795,49 126.748.692,52 23.676.877,00 1.149.216.057,05 0.43
927.902,33 126.748.692,52 29.424.905,69 1.149.216.057,05 0.29
313.457,50 126.748.692,52 7.780.534,33 1.149.216.057,05 0.37
971.948,95 126.748.692,52 22.137.539,99 1.149.216.057,05 0.40
104
Tahun 2015
PDRB 17 Sektor
Karawang
Total PDRB
Karawang
PDRB 17 Sektor
Jawa Barat
Total PDRB
Jawa Barat LQ
4.647.328,61 132.453.567,83 92.802.798,97 1.207.083.405,74 0.46
3.547.318,47 132.453.567,83 27.403.820,15 1.207.083.405,74 1.18
94.043.005,71 132.453.567,83 524.466.677,04 1.207.083.405,74 1.63
1.051.909,72 132.453.567,83 5.939.653,36 1.207.083.405,74 1.61
82.220,41 132.453.567,83 948.977,84 1.207.083.405,74 0.79
5.014.378,58 132.453.567,83 98.555.254,72 1.207.083.405,74 0.46
13.620.376,44 132.453.567,83 190.440.113,16 1.207.083.405,74 0.65
2.318.125,06 132.453.567,83 56.171.095,98 1.207.083.405,74 0.38
1.257.546,04 132.453.567,83 29.776.546,22 1.207.083.405,74 0.38
1.393.495,62 132.453.567,83 41.878.751,58 1.207.083.405,74 0.30
1.459.950,88 132.453.567,83 29.521.633,81 1.207.083.405,74 0.45
304.704,13 132.453.567,83 13.837.689,48 1.207.083.405,74 0.20
42.949,09 132.453.567,83 4.932.613,38 1.207.083.405,74 0.08
1.192.639,04 132.453.567,83 24.987.382,17 1.207.083.405,74 0.43
1.065.335,30 132.453.567,83 32.418.865,50 1.207.083.405,74 0.30
357.774,26 132.453.567,83 8.880.758,33 1.207.083.405,74 0.37
1.054.510,47 132.453.567,83 24.120.774,04 1.207.083.405,74 0.40
105
Location Quotient (LQ) Rata-Rata
Kabupaten Karawang
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata LQ
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,48 0,46 0,46 0,45 0,46 0,46
Pertambangan dan Penggalian 1,32 1,16 1,19 1,19 1,18 1,21
Industri Pengolahan 1,58 1,64 1,64 1,63 1,63 1,63
Pengadaan Listrik dan Gas 1,61 1,58 1,50 1,50 1,61 1,56
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,77 0,78 0,79 0,77 0,79 0,78
Kontruksi 0,43 0,43 0,43 0,45 0,46 0,46
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,67 0,62 0,63 0,64 0,65 0,64
Transportasi dan Pergudangan 0,38 0,38 0,37 0,37 0,38 0,38
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,36 0,37 0,38 0,38 0,38 0,37
Informasi dan Komunikasi 0,32 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,45 0,43 0,42 0,44 0,45 0,45
Real Estate 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Jasa Perusahaan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,42 0,43 0,42 0,43 0,43 0,43
Jasa Pendidikan 0,26 0,27 0,28 0,29 0,30 0,28
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,43 0,41 0,39 0,37 0,37 0,39
Jasa Lainnya 0,40 0,42 0,41 0,40 0,40 0,41
106
Lampiran VI
Perhitungan Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
2011-2012
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,t E N,t-n NS
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.646.718,17 1.028.409.739,51 965.622.061,10 302.143,72
Pertambangan dan Penggalian 4.239.551,93 1.028.409.739,51 965.622.061,10 275.668,54
Industri Pengolahan 74.230.611,73 1.028.409.739,51 965.622.061,10 4.826.699,77
Pengadaan Listrik dan Gas 909.947,15 1.028.409.739,51 965.622.061,10 59.167,53
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 62.959,37 1.028.409.739,51 965.622.061,10 4.093,81
Konstruksi 3.411.601,13 1.028.409.739,51 965.622.061,10 221.832,66
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11.065.992,06 1.028.409.739,51 965.622.061,10 719.544,40
Transportasi dan Pergudangan 1.755.341,97 1.028.409.739,51 965.622.061,10 114.137,66
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 923.101,35 1.028.409.739,51 965.622.061,10 60.022,85
Informasi dan Komunikasi 888.565,15 1.028.409.739,51 965.622.061,10 57.777,20
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.060.698,45 1.028.409.739,51 965.622.061,10 68.969,83
Real Estate 240.955,28 1.028.409.739,51 965.622.061,10 15.667,64
Jasa Perusahaan 33.430,93 1.028.409.739,51 965.622.061,10 2.173,78
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.071.704,86 1.028.409.739,51 965.622.061,10 69.685,50
Jasa Pendidikan 587.314,47 1.028.409.739,51 965.622.061,10 38.188,97
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 272.275,00 1.028.409.739,51 965.622.061,10 17.704,15
Jasa Lainnya 773.906,74 1.028.409.739,51 965.622.061,10 50.321,77
107
2012-2013
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,t E N,t-n NS
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.450.536,26 120.294.863,92 111.424.083,54 354.319,54
Pertambangan dan Penggalian 3.414.609,76 120.294.863,92 111.424.083,54 271.846,55
Industri Pengolahan 79.271.270,02 120.294.863,92 111.424.083,54 6.311.005,70
Pengadaan Listrik dan Gas 956.248,27 120.294.863,92 111.424.083,54 76.129,58
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 66.736,79 120.294.863,92 111.424.083,54 5.313,10
Konstruksi 3.765.708,57 120.294.863,92 111.424.083,54 299.798,51
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11.381.141,97 120.294.863,92 111.424.083,54 906.084,28
Transportasi dan Pergudangan 1.882.277,02 120.294.863,92 111.424.083,54 149.853,29
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 996.149,62 120.294.863,92 111.424.083,54 79.306,23
Informasi dan Komunikasi 920.171,44 120.294.863,92 111.424.083,54 73.257,40
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.101.864,03 120.294.863,92 111.424.083,54 87.722,45
Real Estate 255.278,76 120.294.863,92 111.424.083,54 20.323,45
Jasa Perusahaan 35.906,53 120.294.863,92 111.424.083,54 2.858,62
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.113.735,67 120.294.863,92 111.424.083,54 88.667,59
Jasa Pendidikan 679.578,62 120.294.863,92 111.424.083,54 54.103,14
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 280.404,27 120.294.863,92 111.424.083,54 22.323,76
Jasa Lainnya 852.465,95 120.294.863,92 111.424.083,54 67.867,18
108
2013-2014
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,t E N,t-n NS
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.641.635,09 126.748.692,52 120.294.863,92 249.024,08
Pertambangan dan Penggalian 3.522.956,48 126.748.692,52 120.294.863,92 189.006,88
Industri Pengolahan 85.945.545,95 126.748.692,52 120.294.863,92 4.610.985,08
Pengadaan Listrik dan Gas 993.523,49 126.748.692,52 120.294.863,92 53.302,61
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 73.708,06 126.748.692,52 120.294.863,92 3.954,44
Konstruksi 4.112.900,51 126.748.692,52 120.294.863,92 220.657,43
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12.342.845,49 126.748.692,52 120.294.863,92 662.194,60
Transportasi dan Pergudangan 1.956.865,60 126.748.692,52 120.294.863,92 104.985,99
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.076.750,83 126.748.692,52 120.294.863,92 57.767,76
Informasi dan Komunikasi 1.006.487,33 126.748.692,52 120.294.863,92 53.998,12
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.220.728,13 126.748.692,52 120.294.863,92 65.492,16
Real Estate 276.826,77 126.748.692,52 120.294.863,92 14.851,78
Jasa Perusahaan 37.749,75 126.748.692,52 120.294.863,92 2.025,28
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.101.151,66 126.748.692,52 120.294.863,92 59.076,87
Jasa Pendidikan 780.342,39 126.748.692,52 120.294.863,92 41.865,43
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 288.490,59 126.748.692,52 120.294.863,92 15.477,54
Jasa Lainnya 916.355,79 126.748.692,52 120.294.863,92 49.162,56
109
2014-2015
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,t E N,t-n NS
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.647.328,61 132.453.567,83 126.748.692,52 209.173,20
Pertambangan dan Penggalian 3.547.318,47 132.453.567,83 126.748.692,52 159.662,47
Industri Pengolahan 94.043.005,71 132.453.567,83 126.748.692,52 4.232.813,85
Pengadaan Listrik dan Gas 1.051.909,72 132.453.567,83 126.748.692,52 47.345,76
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 82.220,41 132.453.567,83 126.748.692,52 3.700,69
Konstruksi 5.014.378,58 132.453.567,83 126.748.692,52 225.693,88
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13.620.376,44 132.453.567,83 126.748.692,52 613.044,19
Transportasi dan Pergudangan 2.318.125,06 132.453.567,83 126.748.692,52 104.337,28
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.257.546,04 132.453.567,83 126.748.692,52 56.601,32
Informasi dan Komunikasi 1.393.495,62 132.453.567,83 126.748.692,52 62.720,32
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.459.950,88 132.453.567,83 126.748.692,52 65.711,43
Real Estate 304.704,13 132.453.567,83 126.748.692,52 13.714,53
Jasa Perusahaan 42.949,09 132.453.567,83 126.748.692,52 1.933,11
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.192.639,04 132.453.567,83 126.748.692,52 53.679,90
Jasa Pendidikan 1.065.335,30 132.453.567,83 126.748.692,52 47.950,04
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 357.774,26 132.453.567,83 126.748.692,52 16.103,18
Jasa Lainnya 1.054.510,47 132.453.567,83 126.748.692,52 47.462,82
110
Perhitungan Rata-Rata Nasional Share (NS) Kabupaten Karawang
Lapangan Usaha 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 Rata-Rata NS
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 302.143,72 354.319,54 249.024,08 209.173,20 278.665,14
Pertambangan dan Penggalian 275.668,54 271.846,55 189.006,88 159.662,47 224.046,11
Industri Pengolahan 4.826.699,77 6.311.005,70 4.610.985,08 4.232.813,85 4.995.376,10
Pengadaan Listrik dan Gas 59.167,53 76.129,58 53.302,61 47.345,76 58.986,37
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.093,81 5.313,10 3.954,44 3.700,69 4.265,51
Konstruksi 221.832,66 299.798,51 220.657,43 225.693,88 241.995,62
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 719.544,40 906.084,28 662.194,60 613.044,19 725.216,87
Transportasi dan Pergudangan 114.137,66 149.853,29 104.985,99 104.337,28 118.328,56
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 60.022,85 79.306,23 57.767,76 56.601,32 63.424,54
Informasi dan Komunikasi 57.777,20 73.257,40 53.998,12 62.720,32 61.938,26
Jasa Keuangan dan Asuransi 68.969,83 87.722,45 65.492,16 65.711,43 71.973,97
Real Estate 15.667,64 20.323,45 14.851,78 13.714,53 16.139,35
Jasa Perusahaan 2.173,78 2.858,62 2.025,28 1.933,11 2.247,70
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 69.685,50 88.667,59 59.076,87 53.679,90 67.777,46
Jasa Pendidikan 38.188,97 54.103,14 41.865,43 47.950,04 45.526,89
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17.704,15 22.323,76 15.477,54 16.103,18 17.902,16
Jasa Lainnya 50.321,77 67.867,18 49.162,56 47.462,82 53.703,58
111
Lampiran VII
Perhitungan Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
2011-2012
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,i,t-n E N,i,t E N,t E N,t-n PR
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 4.646.718,17 88.386.512,39 88.409.460,01 1.028.409.739,51 965.622.061,10 -300937,3064
Pertambangan dan Penggalian 4.239.551,93 29.105.485,80 27.213.582,31 1.028.409.739,51 965.622.061,10 -551246,249
Industri Pengolahan 74.230.611,73 426.184.947,51 445.675.276,56 1.028.409.739,51 965.622.061,10 -1431978,633
Pengadaan Listrik dan Gas 909.947,15 5.126.004,86 5.571.250,12 1.028.409.739,51 965.622.061,10 19870,56641
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
62.959,37 741.338,75 794.326,67 1.028.409.739,51 965.622.061,10 406,2738398
Konstruksi 3.411.601,13 71.723.223,35 81.197.699,57 1.028.409.739,51 965.622.061,10 228832,1591
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
11.065.992,06 151.107.155,34 168.938.936,01 1.028.409.739,51 965.622.061,10 586325,8764
Transportasi dan Pergudangan 1.755.341,97 41.660.006,83 45.721.399,30 1.028.409.739,51 965.622.061,10 56988,87122
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 923.101,35 23.196.039,41 24.806.717,80 1.028.409.739,51 965.622.061,10 4075,132571
Informasi dan Komunikasi 888.565,15 25.378.259,25 28.094.004,54 1.028.409.739,51 965.622.061,10 37308,77451
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.060.698,45 21.567.179,46 23.437.318,77 1.028.409.739,51 965.622.061,10 23005,74727
Real Estate 240.955,28 10.992.679,28 11.916.840,59 1.028.409.739,51 965.622.061,10 4589,614511
Jasa Perusahaan 33.430,93 3.676.296,18 3.957.451,77 1.028.409.739,51 965.622.061,10 382,9483589
112
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.071.704,86 22.939.998,87 23.901.327,94 1.028.409.739,51 965.622.061,10 -24774,3846
Jasa Pendidikan 587.314,47 20.596.756,11 23.608.192,70 1.028.409.739,51 965.622.061,10 47681,84758
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 272.275,00 5.790.041,06 6.303.721,09 1.028.409.739,51 965.622.061,10 6451,507163
Jasa Lainnya 773.906,74 17.450.136,64 18.862.233,78 1.028.409.739,51 965.622.061,10 12304,19012
2012-2013
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,i,t-n E N,i,t E N,t E N,t-n PR
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 4.450.536,26 88.409.460,01 92.390.134,87 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -81.485,09
Pertambangan dan Penggalian 3.414.609,76 27.213.582,31 26.872.467,19 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -259.063,80
Industri Pengolahan 79.271.270,02 445.675.276,56 477.714.072,28 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 678.063,86
Pengadaan Listrik dan Gas 956.248,27 5.571.250,12 6.025.231,98 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 17.357,86
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
66.736,79 794.326,67 845.969,55 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 112,13
Konstruksi 3.765.708,57 81.197.699,57 87.818.637,11 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 68.560,22
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
11.381.141,97 168.938.936,01 177.747.518,19 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -127.398,93
Transportasi dan Pergudangan 1.882.277,02 45.721.399,30 47.965.848,58 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -26.812,66
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 996.149,62 24.806.717,80 25.985.297,74 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -15.763,05
113
Informasi dan Komunikasi 920.171,44 28.094.004,54 30.651.836,81 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 25.498,87
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.101.864,03 23.437.318,77 26.347.771,86 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 67.043,80
Real Estate 255.278,76 11.916.840,59 12.561.546,45 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -2.357,27
Jasa Perusahaan 35.906,53 3.957.451,77 4.265.893,31 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 524,41
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.113.735,67 23.901.327,94 23.568.018,37 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 -86.069,18
Jasa Pendidikan 679.578,62 23.608.192,70 25.715.274,28 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 17.613,08
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 280.404,27 6.303.721,09 6.720.170,33 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 765,38
Jasa Lainnya 852.465,95 18.862.233,78 20.347.856,97 1.028.409.739,51 1.093.543.545,87 13.151,24
2013-2014
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,i,t-n E N,i,t E N,t E N,t-n PR
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 4.641.635,09 92.390.134,87 92.653.584,24 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -223070,9638
Pertambangan dan Penggalian 3.522.956,48 26.872.467,19 27.291.421,36 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -124429,8706
Industri Pengolahan 85.945.545,95 477.714.072,28 502.433.623,07 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 71790,56525
Pengadaan Listrik dan Gas 993.523,49 6.025.231,98 6.373.286,03 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 6811,488229
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
73.708,06 845.969,55 896.263,79 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 629,5698143
Konstruksi 4.112.900,51 87.818.637,11 92.603.491,63 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 14705,45868
114
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
12.342.845,49 177.747.518,19 183.634.922,83 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -219553,3326
Transportasi dan Pergudangan 1.956.865,60 47.965.848,58 51.579.514,10 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 47802,52671
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1.076.750,83 25.985.297,74 27.545.028,81 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 9812,868221
Informasi dan Komunikasi 1.006.487,33 30.651.836,81 36.005.412,36 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 124550,176
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.220.728,13 26.347.771,86 27.497.251,44 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -8890,548969
Real Estate 276.826,77 12.561.546,45 13.121.319,37 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -1757,232604
Jasa Perusahaan 37.749,75 4.265.893,31 4.561.081,01 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 690,3285851
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.101.151,66 23.568.018,37 23.676.877,00 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 -50973,71782
Jasa Pendidikan 780.342,39 25.715.274,28 29.424.905,69 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 72843,17232
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 288.490,59 6.720.170,33 7.780.534,33 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 30833,31728
Jasa Lainnya 916.355,79 20.347.856,97 22.137.539,99 1.093.543.545,87 1.149.216.057,05 33945,65082
2014-2015
Lapangan Usaha E r,i,t-n E N,i,t-n E N,i,t E N,t E N,t-n PR
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 4.649.258,18 92.653.584,24 92.802.798,97 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 -226620,1907
Pertambangan dan Penggalian 3.594.627,01 27.291.421,36 27.403.820,15 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 -166198,6342
Industri Pengolahan 90.467.788,15 502.433.623,07 524.466.677,04 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 -588139,5085
115
Pengadaan Listrik dan Gas 1.053.509,66 6.373.286,03 5.939.653,36 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 -124728,0252
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
76.313,73 896.263,79 948.977,84 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 645,7337899
Konstruksi 4.574.794,11 92.603.491,63 98.555.254,72 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 63670,68835
Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
12.877.547,99 183.634.922,83 190.440.113,16 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 -171213,4567
Transportasi dan Pergudangan 2.119.370,90 51.579.514,10 56.171.095,98 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 81947,01826
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1.145.477,18 27.545.028,81 29.776.546,22 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 35119,95923
Informasi dan Komunikasi 1.188.279,71 36.005.412,36 41.878.751,58 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 134002,3363
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.332.617,15 27.497.251,44 29.521.633,81 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 31006,67391
Real Estate 287.619,53 13.121.319,37 13.837.689,48 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 1220,119602
Jasa Perusahaan 39.384,94 4.561.081,01 4.932.613,38 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 1225,002815
Administrasi Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.128.795,49 23.676.877,00 24.987.382,17 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 5639,25877
Jasa Pendidikan 927.902,33 29.424.905,69 32.418.865,50 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 47689,92367
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 313.457,50 7.780.534,33 8.880.758,33 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 28541,40066
Jasa Lainnya 971.948,95 22.137.539,99 24.120.774,04 1.149.216.057,05 1.207.083.405,74 38132,63062
116
Perhitungan Rata-Rata Proporsional Shift (Pr) Kabupaten Karawang
Lapangan Usaha 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 Rata-Rata Pr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan -300937,3064 -81.485,09 -223070,9638 -226620,1907 -208.028,39
Pertambangan dan Penggalian -551246,249 -259.063,80 -124429,8706 -166198,6342 -275.234,64
Industri Pengolahan -1431978,633 678.063,86 71790,56525 -588139,5085 -317.565,93
Pengadaan Listrik dan Gas 19870,56641 17.357,86 6811,488229 -124728,0252 -20.172,03
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 406,2738398 112,13 629,5698143 645,7337899 448,43
Konstruksi 228832,1591 68.560,22 14705,45868 63670,68835 93.942,13
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 586325,8764 -127.398,93 -219553,3326 -171213,4567 17.040,04
Transportasi dan Pergudangan 56988,87122 -26.812,66 47802,52671 81947,01826 39.981,44
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4075,132571 -15.763,05 9812,868221 35119,95923 8.311,23
Informasi dan Komunikasi 37308,77451 25.498,87 124550,176 134002,3363 80.340,04
Jasa Keuangan dan Asuransi 23005,74727 67.043,80 -8890,548969 31006,67391 28.041,42
Real Estate 4589,614511 -2.357,27 -1757,232604 1220,119602 423,81
Jasa Perusahaan 382,9483589 524,41 690,3285851 1225,002815 705,67
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib -24774,3846 -86.069,18 -50973,71782 5639,25877 -39.044,51
Jasa Pendidikan 47681,84758 17.613,08 72843,17232 47689,92367 46.457,01
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6451,507163 765,38 30833,31728 28541,40066 16.647,90
Jasa Lainnya 12304,19012 13.151,24 33945,65082 38132,63062 24.383,43
117
Lampiran VIII
Perhitungan Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
2011-2012
Lapangan Usaha E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t E r,i,t-n Dr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.450.536,26 88.386.512,39 88.409.460,01 4.646.718,17 -197.388,33
Pertambangan dan Penggalian 3.414.609,76 29.105.485,80 27.213.582,31 4.239.551,93 -549.364,47
Industri Pengolahan 79.271.270,02 426.184.947,51 445.675.276,56 74.230.611,73 1.645.937,15
Pengadaan Listrik dan Gas 956.248,27 5.126.004,86 5.571.250,12 909.947,15 -32.736,98
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 66.736,79 741.338,75 794.326,67 62.959,37 -722,67
Konstruksi 3.765.708,57 71.723.223,35 81.197.699,57 3.411.601,13 -96.557,39
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 11.381.141,97 151.107.155,34 168.938.936,01 11.065.992,06
-990.720,37
Transportasi dan Pergudangan 1.882.277,02 41.660.006,83 45.721.399,30 1.755.341,97 -44.191,49
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 996.149,62 23.196.039,41 24.806.717,80 923.101,35 8.950,28
Informasi dan Komunikasi 920.171,44 25.378.259,25 28.094.004,54 888.565,15 -63.479,69
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.101.864,03 21.567.179,46 23.437.318,77 1.060.698,45 -50.810,00
Real Estate 255.278,76 10.992.679,28 11.916.840,59 240.955,28 -5.933,77
Jasa Perusahaan 35.906,53 3.676.296,18 3.957.451,77 33.430,93 -81,14
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.113.735,67 22.939.998,87 23.901.327,94 1.071.704,86 -2.880,31
Jasa Pendidikan 679.578,62 20.596.756,11 23.608.192,70 587.314,47 6.393,33
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 280.404,27 5.790.041,06 6.303.721,09 272.275,00 -16.026,38
Jasa Lainnya 852.465,95 17.450.136,64 18.862.233,78 773.906,74 15.933,26
118
2012-2013
Lapangan Usaha E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t E r,i,t-n Dr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.641.635,09 88.409.460,01 92.390.134,87 4.450.536,26 -9.288,53
Pertambangan dan Penggalian 3.522.956,48 27.213.582,31 26.872.467,19 3.414.609,76 151.147,96
Industri Pengolahan 85.945.545,95 445.675.276,56 477.714.072,28 79.271.270,02 975.606,61
Pengadaan Listrik dan Gas 993.523,49 5.571.250,12 6.025.231,98 956.248,27 -40.646,13
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 73.708,06 794.326,67 845.969,55 66.736,79 2.632,40
Konstruksi 4.112.900,51 81.197.699,57 87.818.637,11 3.765.708,57 40.132,49
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 12.342.845,49 168.938.936,01 177.747.518,19 11.381.141,97 368.283,63
Transportasi dan Pergudangan 1.956.865,60 45.721.399,30 47.965.848,58 1.882.277,02 -17.811,81
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.076.750,83 24.806.717,80 25.985.297,74 996.149,62 33.273,63
Informasi dan Komunikasi 1.006.487,33 28.094.004,54 30.651.836,81 920.171,44 2.538,44
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.220.728,13 23.437.318,77 26.347.771,86 1.101.864,03 -17.965,70
Real Estate 276.826,77 11.916.840,59 12.561.546,45 255.278,76 7.737,32
Jasa Perusahaan 37.749,75 3.957.451,77 4.265.893,31 35.906,53 -955,31
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.101.151,66 23.901.327,94 23.568.018,37 1.113.735,67 2.947,30
Jasa Pendidikan 780.342,39 23.608.192,70 25.715.274,28 679.578,62 40.109,93
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 288.490,59 6.303.721,09 6.720.170,33 280.404,27 -10.438,32
Jasa Lainnya 916.355,79 18.862.233,78 20.347.856,97 852.465,95 -3.251,91
119
2013-2014
Lapangan Usaha E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t E r,i,t-n Dr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.649.258,18 92.390.134,87 92.653.584,24 4.641.635,09 -5.612,48
Pertambangan dan Penggalian 3.594.627,01 26.872.467,19 27.291.421,36 3.522.956,48 16.746,01
Industri Pengolahan 90.467.788,15 477.714.072,28 502.433.623,07 85.945.545,95 74.947,44
Pengadaan Listrik dan Gas 1.053.509,66 6.025.231,98 6.373.286,03 993.523,49 2.594,21
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 76.313,73 845.969,55 896.263,79 73.708,06 -1.776,40
Konstruksi 4.574.794,11 87.818.637,11 92.603.491,63 4.112.900,51 237.799,59
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 12.877.547,99 177.747.518,19 183.634.922,83 12.342.845,49 125.879,20
Transportasi dan Pergudangan 2.119.370,90 47.965.848,58 51.579.514,10 1.956.865,60 15.078,37
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.145.477,18 25.985.297,74 27.545.028,81 1.076.750,83 4.095,89
Informasi dan Komunikasi 1.188.279,71 30.651.836,81 36.005.412,36 1.006.487,33 6.001,74
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.332.617,15 26.347.771,86 27.497.251,44 1.220.728,13 58.632,07
Real Estate 287.619,53 12.561.546,45 13.121.319,37 276.826,77 -1.543,30
Jasa Perusahaan 39.384,94 4.265.893,31 4.561.081,01 37.749,75 -976,98
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.128.795,49 23.568.018,37 23.676.877,00 1.101.151,66 22.557,71
Jasa Pendidikan 927.902,33 25.715.274,28 29.424.905,69 780.342,39 34.989,39
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 313.457,50 6.720.170,33 7.780.534,33 288.490,59 -20.553,52
Jasa Lainnya 971.948,95 20.347.856,97 22.137.539,99 916.355,79 -25.004,34
120
2014-2015
Lapangan Usaha E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t E r,i,t-n Dr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4.647.328,61 92.653.584,24 92.802.798,97 4.649.258,18 -9.417,01
Pertambangan dan Penggalian 3.547.318,47 27.291.421,36 27.403.820,15 3.594.627,01 -62.112,89
Industri Pengolahan 94.043.005,71 502.433.623,07 524.466.677,04 90.467.788,15 -392.036,16
Pengadaan Listrik dan Gas 1.051.909,72 6.373.286,03 5.939.653,36 1.053.509,66 70.079,91
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 82.220,41 896.263,79 948.977,84 76.313,73 1.418,27
Konstruksi 5.014.378,58 92.603.491,63 98.555.254,72 4.574.794,11 145.555,70
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 13.620.376,44 183.634.922,83 190.440.113,16 12.877.547,99 265.608,95
Transportasi dan Pergudangan 2.318.125,06 51.579.514,10 56.171.095,98 2.119.370,90 10.088,85
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.257.546,04 27.545.028,81 29.776.546,22 1.145.477,18 19.269,81
Informasi dan Komunikasi 1.393.495,62 36.005.412,36 41.878.751,58 1.188.279,71 11.379,22
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.459.950,88 27.497.251,44 29.521.633,81 1.332.617,15 29.224,77
Real Estate 304.704,13 13.121.319,37 13.837.689,48 287.619,53 1.381,76
Jasa Perusahaan 42.949,09 4.561.081,01 4.932.613,38 39.384,94 355,97
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.192.639,04 23.676.877,00 24.987.382,17 1.128.795,49 1.365,19
Jasa Pendidikan 1.065.335,30 29.424.905,69 32.418.865,50 927.902,33 43.019,67
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 357.774,26 7.780.534,33 8.880.758,33 313.457,50 -8,40
Jasa Lainnya 1.054.510,47 22.137.539,99 24.120.774,04 971.948,95 -4.512,39
121
Perhitungan Rata-Rata Differential Shift (Dr) Kabupaten Karawang
Lapangan Usaha 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 Rata-Rata Dr
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan -197.388,33 -9.288,53 -5.612,48 -9.417,01 -55.426,58
Pertambangan dan Penggalian -549.364,47 151.147,96 16.746,01 -62.112,89 -110.895,85
Industri Pengolahan 1.645.937,15 975.606,61 74.947,44 -392.036,16 576.113,76
Pengadaan Listrik dan Gas -32.736,98 -40.646,13 2.594,21 70.079,91 -177,25
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang -722,67 2.632,40 -1.776,40 1.418,27 387,90
Konstruksi -96.557,39 40.132,49 237.799,59 145.555,70 81.732,60
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor -990.720,37 368.283,63 125.879,20 265.608,95 -57.737,14
Transportasi dan Pergudangan -44.191,49 -17.811,81 15.078,37 10.088,85 -9.209,02
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.950,28 33.273,63 4.095,89 19.269,81 16.397,41
Informasi dan Komunikasi -63.479,69 2.538,44 6.001,74 11.379,22 -10.890,07
Jasa Keuangan dan Asuransi -50.810,00 -17.965,70 58.632,07 29.224,77 4.770,29
Real Estate -5.933,77 7.737,32 -1.543,30 1.381,76 410,50
Jasa Perusahaan -81,14 -955,31 -976,98 355,97 -414,37
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib -2.880,31 2.947,30 22.557,71 1.365,19 5.997,47
Jasa Pendidikan 6.393,33 40.109,93 34.989,39 43.019,67 31.128,08
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -16.026,38 -10.438,32 -20.553,52 -8,40 -11.756,66
Jasa Lainnya 15.933,26 -3.251,91 -25.004,34 -4.512,39 -4.208,84
122
Lampiran X
Hasil Perhitungan Nilai Shift-Share
Kabupaten Karawang Tahun 2011-2015
Lapangan Usaha Rata-Rata Ns Rata-Rata Pr Rata-Rata Dr ΔY
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 278.665,14 -208.028,39 -55.426,58 15.210,17
Pertambangan dan Penggalian 224.046,11 -275.234,64 -110.895,85 -162.084,38
Industri Pengolahan 4.995.376,10 -317.565,93 576.113,76 5.253.923,93
Pengadaan Listrik dan Gas 58.986,37 -20.172,03 -177,25 38.637,09
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.265,51 448,43 387,9 5.101,84
Konstruksi 241.995,62 93.942,13 81.732,60 417.670,35
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 725.216,87 17.040,04 -57.737,14 684.519,77
Transportasi dan Pergudangan 118.328,56 39.981,44 -9.209,02 149.100,98
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 63.424,54 8.311,23 16.397,41 88.133,18
Informasi dan Komunikasi 61.938,26 80.340,04 -10.890,07 131.388,23
Jasa Keuangan dan Asuransi 71.973,97 28.041,42 4.770,29 104.785,68
Real Estate 16.139,35 423,81 410,5 16.973,66
Jasa Perusahaan 2.247,70 705,67 -414,37 2.539,00
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 67.777,46 -39.044,51 5.997,47 34.730,42
Jasa Pendidikan 45.526,89 46.457,01 31.128,08 123.111,98
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17.902,16 16.647,90 -11.756,66 22.793,40
Jasa Lainnya 53.703,58 24.383,43 -4.208,84 73.878,17