BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pelayanan kesehatan merupakan suatu sistem yang komponen-
komponennya saling berhubungan, berkaitan, dan saling mempengaruhi dalam
mencapai suatu tujuan termasuk pelayanan keperawatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak mungkin
terlaksana tanpa adanya pelayanan keperawatan. Sebagai bagian integral dari
proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, pelayanan keperawatan
sangat diperlukan. Hal ini juga tercantum dalam pasal 32 ayat 2 UU RI no.23
tahun 1992 tentang kesehatan, yaitu penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Dari dasar tersebut
bahwa pelayanan keperawatan memegang peranan penting di dalam
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kepada pasien secara komprehensif memerlukan pelayanan
keperawatan dengan asuhan keperawatan secara berkesinambungan, yaitu melalui
lima tahapan proses yang konsisten sesuai dengan perkembangan profesi
keperawatan. Tahapan asuhan keperawatan tersebut meliputi pengkajian data,
diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, rencana tindakan keparawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi hasil tindakan keperawatan, tanda
tangan dan nama terang perawat, catatan keperawatan, resume keperawatan serta
catatan pulang atau meninggal dunia (Nursalam, 2007).
1
2
Perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan figur yang terus menerus selama 24 jam memantau perkembangan
pasien secara biopsikososiokultural dan spiritual. Dengan demikian perawat
menjadi ujung tombak mutu pelayanan rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan
yang merupakan hasil kegiatan asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan
standar asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat, yang mana keseluruhan
proses tersebut harus tertuang dalam dokumen rekam medis. Apabila ada salah
satu proses asuhan keperawatan tidak dilaksanakan dengan baik, maka mutu
pelayanan keperawatan menjadi kurang baik pula, sehingga menimbulkan
keluhan-keluhan baik dari pasien maupun keluarga pasien (Al-Assaf, 2009).
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan
seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan
pelayanan suatu jasa (Purwanto Setiyo, 2007). Kotler & Keller (2009)
menyatakan kepuasan konsumen merupakan evaluasi purna beli dimana evaluasi
yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan konsumen,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.
Oleh karena itu, mengetahui ekspektasi pelanggan sangat penting untuk dipahami.
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2007) kepuasan merupakan tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak baik
bisa memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Sebaliknya jika
persepsi terhadap kinerja bisa memenuhi harapan konsumen akan merasa sangat
puas. Saat ini masyarakat Indonesia semakin kritis dalam menyikapi pelayanan
kesehatan yang diberikan. Oleh karena itu, pihak penyedia layanan kesehatan
3
perlu meningkatkan upaya untuk menjaga agar kliennya tetap puas. Akan tetapi
kenyataannya saat ini masih banyak klien yang belum merasa puas terhadap apa
yang didapatkan dari tempat pelayanan kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2005 yang
meneliti tentang kepuasan pasien di beberapa rumah sakit di Indonesia, rata - rata
hasil data yang didapatkan dari beberapa Rumah Sakit di Indonesia menunjukan
67% pasien mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan
kesehatan. Berdasarkan data Indeks Kepuasan Masyarakat yang menjadi database
di RSUD Tugurejo Semarang menunjukkan Data Indeks Kepuasan Masyarakat
RSUD Tugurejo Tahun 2005 – 2008 adalah 72,58 ; 71,89 ; 70,62 ; 69,55. ( Data
diambil dari PT. SRI (Semester 1 tahun 2008 ). Hasil penelitian di Ruang Rawat
Inap kelas III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa mutu
pelayanan perawat berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien
(Andriya, 2009). Tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan Ruang
Perawatan Mawar RSUD Datu Sanggul Rantau, sebagian besar menyatakan puas
(66%), sedangkan lainnya menyatakan tidak puas (34%). (Jurnal FKPUI, 2010).
Dokumen merupakan suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian yaitu pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting. Dokumentasi merupakan suatu
informasi yang lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegia-
tan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diteri-
manya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang
4
besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat
sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi ( interdisipliner ) yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung
jawabkan. (Nursalam, 2007). Berdasarkan beberapa hal tersebut, seharusnya
pendokumentasian keperawatan dilakukan dengan baik, tapi kenyataannya saat ini
banyak perawat yang melakukan pendokumentasian keperawatan hanya sebagai
rutinitas saja dan tidak komprehensif.
Data penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan beberapa
wilayah di Indonesia hasilnya antara lain yaitu, dari penelitian Abd. Rahim (2009)
tentang penerapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSU Daerah Dr. Zainoel
Abidin Nanggroe Aceh Darussalam rata-rata 24,32%. Hasil penelitian oleh
Eveline (2009) tentang hubungan beban kerja perawat dengan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, dari data menyebutkan bahwa beban kerja berat maupun beban
kerja ringan menunjukan kualitas dokumentasinya kurang (53,8 %). Penelitian
Isnani (2010) tentang kinerja perawat dalam pendokumentasian Di RSU PKU
Muhammadiyah Surakarta mengatakan ada 40-60% format dokumentasi yang
tidak terisi dalam 1 shif. Dari penelitian Mu'minatus Syarifah (2011) tentang
kualitas dokumentasi di RSI Surabaya dengan sample 39 menunjukkan (38%)
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dalam kategori kurang, sedang (34%)
dan baik (28%). Dari penelitian Agung Duta Nuswantara (2009) tentang
pelaksanaan pendokumentasian di RSK Mojowarno Jombang, disebutkan dari
5
sampel sebanyak 60 orang. didapatkan tentang pelaksanaan dokumentasi
keperawatan adalah 40 orang ( 66, 6 % ) berada pada klasifikasi sedang, dan 20
orang ( 33, 4 % ) berada pada klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan kinerja
bidang rekam medis rumah sakit masih perlu ditingkatkan.
Dalam Nursalam ( 2011 ) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari
dokumentasi keperawatan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Sedangkan hasil beberapa survei menunjukkan bahwa mutu pelayanan yang
diberikan, kecepatan pemberian layanan, prosedur serta sikap yang diberikan oleh
pemberi pelayanan kesehatan itu berhubungan dengan kepuasan pasien (Anwar,
1998 dalam Awinda, 2004). Hal itu didukung dengan pernyataan Suryawati
bahwa kepuasan pasien banyak dipengaruhi secara langsung oleh mutu pelayanan
yang diberikan rumah sakit terutama yang berhubungan dengan fasilitas rumah
sakit, proses pelayanan dan sumber daya yang bekerja di rumah sakit (Suryawati,
dkk., 2008 : 2).
Dari beberapa pernyataan diatas pengawasan terhadap dokumentasi
keperawatan melalui tim audit keperawatan dan supervisi kepala ruangan perlu
ditingkatkan, sehingga kualitas pelayanan yang diberikan bisa meningkat dan
kepuasan pasien dapat tercapai. Berdasarkan semua pernyataan yang sudah
dikemukakan, menurut peneliti perlu dilakukan penelitian apakah ada hubungan
antara dokumentasi asuhan keperawatan dengan kepuasan pasin. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti “HUBUNGAN DOKUMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI IRNA
RSU Dr. SUDIRO HUSODO MOJOKERTO”.
6
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan, maka dapat ditarik
sebuah rumusan masalah sebagai berikut, yaitu adakah hubungan dokumentasi
asuhan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di IRNA RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto ?
1.3. Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan dokumentasi asuhan keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di IRNA RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
1.4.2. Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi dokumentasi asuhan keperawatan di IRNA RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
2) Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien di RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto
3) Menganalisa hubungan dokumentasi asuhan keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di IRNA RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
1) Menambah informasi bagi perawat berkenaan dengan manajemen
keperawatan di rumah sakit.
2) Referensi baru dalam bidang keilmuan majajemen keperawatan berkenaan
dengan pelaksanaan dokumentasi dan kepuasan pasien
7
1.4.2. Manfaat praktis
1) Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi pengelola rumah sakit untuk meningkatkan
kepuasan pasien yang dirawat di instalasi rawat inap RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto dengan cara meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan melalui pendokumentasian asuhan
keperawatan.
2) Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam bidang penelitian atau research keperawatan
dalam bidang manajemen keperawatan.
3) Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi atau penunjang bagi penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya berkenaan dengan manajemen keperawatan terutama masalah
pendokumentasian asuhan keperawatan dan tingkat kepuasan pasien.
1.5. Relevansi
Salah satu tugas dari perawat adalah sebagai researcher dan care giver.
Sebagai seorang researcher seorang perawat harus mampu meneliti
permasalahan-permasalahan terbaru yang muncul atau akan muncul dalam bidang
keperawatan. Sebagai seorang care giver seorang perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi semua unsur bio-
psiko-sosio-spiritual pada diri manusia. Untuk menciptakan keperawatan yang
komprehensif perlu dilakukan pencatatan atau pendokumentasian yang baik.
Sehingga seorang perawat dapat mengetahui intervensi apa yang sudah dilakukan
dan belum dilakukan. Dengan demikian asuhan keperawatan kepada pasien dapat
terstruktur dan meminimalisir terjadinya pengulangan intervensi yang tidak perlu,
sehingga ahirnya pasien dapat merasa puas. Kepuasan pasien adalah tujuan dari
setiap pelayanan yang diberikan di rumah sakit.