BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gender merupakan sebuah konstruksi sosial dan kodifikasi
perbedaan antarseks. Konsep ini menunjukkan hubungan laki-laki dan
perempuan. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal
dan memiliki identitas yang berbeda-beda, diantaranya dipengaruhi oleh
faktor faktor seperti ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, etnik,
adat istiadat, golongan, faktor sejarah, waktu, dan tempat serta kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.1
Gentleman, merupakan sikap yang selalu dilekatkan pada makhluk
laki-laki. Gentleman berasal dari Bahasa Inggris, perpaduan dari dua kata
gentle dan man. Gentle merupakan well born, soft and mild sedangkan
Man merupakan sosok laki-laki, pria. Sehingga jika kata tersebut digabung
memilki arti laki-laki yang terlahir baik, lembut dan menyejukkan. Jadi
definisi sesungguhnya Gentleman adalah kualitas yang terasa dari peran
seorang pria.2 Contohnya, saat seorang laki-laki memilki peran sebagai
suami atau ayah, maka kualitas yang dharapkan dari peran tersebut adalah
laki-laki yang bisa melindungi, mengayomi dan bertanggungjawab pada
keluarganya.
1 Fakih, Mansoer, Analisis Gender & Transformasi Sosial. 1996: Yogyakarta, Hal 71 2 Orl Jaf (http://AndaSeorangGentleman.htm //)
1
Setiap laki-laki memiliki banyak peran, sebagai kekasih, teman,
sahabat, pemimpin, dan lainnya. Dalam setiap peran tersebut, jika kualitas
yang diharapkan bisa dirasakan oleh orang yang berhubungan dengan laki-
laki tersebut, maka ia layak disebut gentleman. Jadi, perempuan jangan
sampai terjebak pada tindakan yang dilakukan para laki-laki. Karena
bicara kualitas, maka yang dinilai bukan dari otot. Laki-laki berotot akan
dikatakan gentle, jika tubuhnya yang kekar dan dadanya yang bidang
digunakan untuk memeluk wanita yang dikasihi, bukan menggunakannya
untuk kekerasan. 3
Konsep gentleman dengan segala kebaikan sikap dan perilakunya
terhadap orang lain sudah lama termindset dalam pemikiran masyarakat
umum, khususnya pada kaum perempuan. Namun, seiring berkembangnya
pengetahuan dan teknologi komunikasi dapat menggerakkan bahkan
menggeser pemikiran manusia tentang sebuah makna atau identitas dari
gentleman itu sendiri. Hal tersebut bisa kita temui pada beberapa produk
media komunikasi yang kian hari menghadirkan realitas yang menjadi
budaya baru pada kehidupan umat manusia saat ini.
Seorang sutradara Jo Soo Hyun asal korea menggarap sebuah
video klip musik sebuah hits single dengan judul “Gentleman” yang
dinyanyikan oleh Park Jae Saang (PSY), seorang penyanyi, rapper dan
pencipta lagu asal Korea Selatan.4 Lagu tersebut merupakan salah satu
3 (http://AndaSeorangGentleman.htm), Loc.cit 4 Hari Qpli DJFM (http://psyprofil.html)
2
lagu yang menarik dan banyak mengundang perhatian publik karena
konsep video klip musiknya yang kocak dan agak nyeleneh.
PSY sudah memulai debutnya pada tahun 2001 silam. Selama
perjalanan karier PSY sudah memiliki 6 album rekaman, dan pada tahun
2012, PSY mengeluarkan album dengan hitsnya yang berjudul “Gangnam
Style” berhasil membawanya pada puncak kepopuleran. Setelah berhasil
merilis lagu dengan judul “Gangnam Style “ di akhir tahun 2012, dan
pada pertengahan bulan April di tahun 2013 lalu, PSY kembali
meluncurkan sebuah single yang berjudul “Gentleman” dengan lirik yang
menggunakan Bahasa Korea dan Inggris.
Lirik lagu PSY yang berjudul “Gentleman” menceritakan tentang
tokoh (seorang laki-laki) yang mencoba memperkenalkan pada dunia
bahwa dirinya adalah seorang yang Gentleman. Dia ingin menunjukkan
semangat, keberaniannya dalam memikat seorang wanita. Dengan konsep
video klip yang cenderung tidak menampilkan hakikatnya seorang laki-
laki gentleman pada umumnya namun seakan lebih merendahkan atau
membalikkan pengertian sikap gentleman tersebut.
Dalam video klip musik tersebut, Gentleman hadir dengan sosok
yang berbeda, karakter yang lembut dan baik hati khas para laki-laki sejati
pada umumnya tidak ada dalam diri PSY (sosok yang memerankan tokoh
Gentleman). Sikap dan perilaku negatif yang selalu mengiringi setiap
adegan tokoh dalam MV (Movie Video) tersebut, konsep yang demikian
ini sangat bertentangan dengan tema lagu yang dinyanyikan.
3
Seperti halnya, video klip musik merupakan media penyampaian
pesan kepada khalayak banyak, video klip berperan sebagai sarana baru
yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi
kebiasaan, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi dan
sajian lainnya kepada masyarakat luas. Sehingga membuat sebuah video
klip diperlukan kreativitas yang tinggi, karena sangat berpengaruh dalam
proses penyampaian pesan kepada audience. Yang diperlukan dalam
pembuatan video klip adalah konsep yang matang, baik dari segi idea atau
alur cerita serta penempatan objek, sehingga pesan yang ada dalam lirik
lagu tersebut bisa diterima oleh masyarakat.
Namun disamping video klip musik bagian dari media komunikasi,
juga termasuk dalam produk seni. Dalam bidang seni, seseorang bisa
bebas dalam menghasilkan sebuah produk atau karya, Robert
Rauschenberg yang memberontak keharusan penilaian yang hanya
bertolak dari satu titik tertentu. Menurutnya, seni itu ekspresi bebas, bisa
bertolak dari mana saja. 5
Intervensi postmodern dalam seni seringkali diinterpretasikan
sebagai reaksi terhadap modernisme, terhadap gerakan karya-karya tinggi
modernisme yang melumpuhkan. Video klip sering kali dianggap
“postmodern”, yang didalamnya terdapat tampilan dan citarasa baru:
penanda telah dibebaskan, dan citra mendahului narasi, seiring lepasnya
citra-citra estetis yang artifisial dan menjelma pusat kepuasan, kenikmatan
5 Suyoto, Postmodernisme dan Masa Depan Peradaban. 1994: Yogyakarta, Hal 196
4
yang menggoda dan pengalaman estetis yang kuat namun terpecah dan
sementara. 6
Melihat pernyataan tersebut, video klip musik “Gentleman”-nya
PSY juga menghadirkan konsep yang berorientasi dari manapun, bukan
dari satu totalitas makna saja. Pesan yang dikomunikasikan dikemas
dengan estetika permainan penanda-petanda yang bebas, cenderung tanpa
menghiraukan kedalaman maknanya. Jadi dibanding penyampaian
pesannya lebih kuat menampilkan sisi citra dan tanda dalam video klip
tersebut.
Melihat perkembangan konsep video klip yang semakin kreatif,
tentunya para kreator harus bisa menempatkan objek visual yang sesuai
dengan tema lagunya, sekalipun ingin menunjukkan estetika dalam
berkarya seni namun setidaknya tidak luput makna. Sehingga dalam
penelitian ini menggunakan analisa semiotik karena merupakan sarana
untuk menganalisa peristiwa, kejadian yang dianggap sebagai tanda dari
proses komunikasi. Jadi berdasarkan latarbelakang diatas, peneliti ingin
mengambil judul “Video Klip Musik Musik dalam Mainstream
Postmodernisme (Analisis Semiotik pada Video Klip Musik “Gentleman”
yang dipopulerkan Oleh PSY)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menarik rumusan
masalah “ Bagaimana Video Klip Musik “Gentleman” yang di populerkan
oleh PSY dalam Mainstream Postmodernisme?
6 Kellner, Douglas. Budaya Media: Antara Modern Dan Postmodern.2010:Yogyakarta, Hal 321
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini setelah peneliti uraikan dalam rumusan
masalah, adalah untuk memperoleh pemahaman bagaimana video klip
musik “Gentleman” oleh PSY tersebut dalam mainstream postmodernisme.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dilihat dari segi sosial dan akademis, yaitu:
D.1. Manfaat Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi kepada
para generasi muda, para pecinta bidang kajian komunikasi
dalam pembuatan sebuah karya serupa agar lebih kreatif dan
sarat akan nilai kehidupan yang positif.
D.2. Manfaat Akademis
- Tersedianya referensi guna menambah informasi untuk
penelitian komunikasi, khusunya dalam kajian semiotika.
- Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain
dalam melakukan penelitian sejenis
E. TINJAUAN PUSTAKA
E.1. Video Klip Musik
E.1.1. Pengertian Video Klip Musik
Video klip musik adalah potongan visual yang dirangkai
dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan
6
ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan
penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan
memasarkan produk lagunya.7
Video klip musik memang bukan program televisi. Video
klip bukan non drama atau jurnalistik. Namun video klip adalah
bagian dari program acara televise non drama yang paling mudah
diingat. Nonfiksi (nondrama adalah sebuah format acara televisi
yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinatif
kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus
meninterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia
khayalan). Video klip musik memberikan imbas bagi seluruh
stasiun TV untuk mendapatkan pemasukan dari iklan yang
membeli tayangan baik dalam bentuk program musik atau sebagai
iklan itu sendiri, bahkan juga memberikan kesempatan bagi
seluruh insan muda yang kreatif baik sebagai sutradara atau crew
kreatif dalamnya.
E.1.2. Unsur-Unsur dalam Video Klip Musik
Dalam pembuatan video klip musik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan diantaranya:
a. Symbol
7 (http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/video-klip.html)
7
Dalam pembuatan video klip tidak memerlukan adanya
keselarasan antara gambar dan lirik, bahkan seringkali
tidak ada hubungan antara keduanya.
b. Verbal
Biasanya dalam pembuatan video klip, gaya desain
penggambaran akan disesuaikan denagn isi lirik (gambar
dan lirik saling menyatu).
Ada juga beberapa unsur dalam pembuatan video
klip musik :
a. Bahasa Ritme (irama)
Pelajari birama dulu apakah slow beat, fast beat, middle
beat dan coba rasakan ketukan-ketukan kaki untuk
memperoleh tempo yang pas.
b. Bahasa Musikalisasi
Pembuatan video klip musik atau biasa disebut clipper
haruslah mempunyai wawasan tentang segala sesuatu yang
berkaitan denagn musik baik itu jjenis musik, alat musik,
bahkan juga profil penyanyi.
c. Bahasa Nada
Perhatikan aransemen nada, diskusikan denagn pinata
musiknya tentang aransemen yang dibuat.
d. Bahasa Lirik
Seorang video clipper dituntut mempunyai imainasi visual
terhdap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara
8
verbal. Jika lirik yang mengungkapkan kata “cinta” maka
sebagai simbolisasi tidak harus dengan bunga, warna pink,
atau hati. Bisa saja berupa kertas (surat), sepatu butu (cinta
tidak mengenal status sosial), air (cinta yanag mengalir).
Bahkan bias dengan tarian kontemporer.
e. Bahasa Performance
Selami karakter musik, penyanyi, pemain band dari latar
belakang bermusiknya hingga ke profil fisiknya (hidung,
mata, style, fashion dan gerak tubuh).8
E.1.3. Jenis Video Klip Musik
Para pakar dan pemerhati video klip musik membaginya
menjadi beberapa tipe berbeda, menurut Colin Stewart dan Adam
Kowaltzke, industri musik membagi video klip ke dalam dua tipe
utama:
1. Video Klip Conceptual yaitu sebuah video klip musik
berdasarkan tema sentral tertentu, pada umunya video ini
memilki plot atu alur cerita, tapi ada juga yang hanya
berupa kumpulan gambar-gambar yang disatukan. Video
klip ini dibagi menjadi dua tipe utama:
a. Narrative Music Video
Klip yang memilki visualisasi sesuai dengan apa
yang ingin diceritakan oleh lirik musiknya. 8 (http://Maknavideoclipsecured-foxitreader.html)
9
b. Non-Narative Music Video
Dalam tipe non-narrative, jalan cerita selalu selalu
diabaikan. Biasanya tipe video klip ini terdiri dari
kumpulan-kumpulan gambar yang mungkin tidak
memilki satu tema. Tipe ini lebih mementingkan
penggabungkan antara musik dan visual dengan
harapan dapat membangkitkan suatu emosi pada
audiencenya.
2. Video Klip Performance merupakan sebuah bentuk video
klip yang sering kita temui, menampilkan secara
keseluruhan performance dari artis penyanyi. Video klip
ini bertujuan untuk menjual style/lifestyle, fashion dan lain-
lain. Video klip tipe ini mungkin terlihat kuno bagi
kebanyakan audiences sekarang karena merupakan tipe
video klip yang populer pada tahun 1960an- 1970-an.
Sedangkan dalam bukunya “making music video” David
Keller dan Robert Moses membagi video klip menjadi
Cinematic Video dan Photographic Video. Keduanya dibedakan
dari ada tidaknya jalan cerita video dalam video klip tersebut.
Adam Bernstein, seorang sutradara video klip menjadi
performance video, narrativ video, ethereal video dan kemudian
menggabungkan ketiga jenis video klip tersebut. Sedangkan
Douglas Rushkoff, seorang analis media, mengaktegorikan
10
video klip menjadi dua genre yakni: cinematic video dan
photographic video.
a. Cinematic Video
Merupakan sebuah video klip yang mengandalkan tutur film
berupa narasi. Video dengan genre ini menggunakan tutur
film tradisional yaitu lebih menyerupai cerita pendek.
Beberapa contoh diantaranya “papa dont preach” dari
madonna, “jani’es got a gun” dari Aerosmith. Video klip
tersebut merupakan ilustrasi cerita dari liriknya. Narasi
diceritakan melalui gambar-gambar yang dramatis yang
kemudian digabungkan dengan penampilan artisnya.
b. Photographic Video
Video ini merupakan kebalikan dari video klip
cinematik, yang merupakan salah satu video klip yang tidak
mengandalkan cara tutur film. Genre ini lebih berlandaskan
pada fotografi, gambar, warna, gerak dan juga penampilan
dan rasa dibanding dengan jalan ceritanya.
Gambar yang diambil biasanya gambar yang
memprofokasi, menakutkan, mewah dan menggunakan
gambar-gambar yang dramatis sehingga menimbulkan respon
yang emosional. Sedangkan penampilan artisnya dibuat
berinteraksi dengan gambar atau objek yang dibuat tidak
emplisit, tidak jelas maksud dan artinya.
11
Video klip musik ini merupakan kombinasi dari
berbagai macam objek atau kombinasi dari berbagai macam
gambar yang dapat memberikan efek atau rasa kepada
audiences berkat bantuan dari penempatan gambar-
gambarnya.9
E.2. Industri Musik dan Video Klip
Industri musik mulai berkembang di kawasan Amerika dan Eropa
pada akhir tahun 1800-an hingga awal 1900-an. Yakni masih dengan
aktivitas re-produced musik yang menggunakan perlengkapan mekanik
berbentuk musicbox/Nickelodeons untuk konsumsi publik. Kemudian di
pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an industri musik cukup
melambung tinggi, sampai saat ini masih mengalami perkembangan.
Genre musik bisa dikelompokkan berdasarkan teknik, gaya,
konteks dan tema (isi atau jiwa musik itu sendiri). Bahkan bisa
dikelompokkan berdasarkan dari geografi atau tempat musik itu berasal.
Jenis-jenis musik pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu
sama lain. Diantaranya adalah :
E.2.1. Musik Seni
Musik Seni atau sering disebut juga Musik Serius dan
musik-musik sejenis (musik avant garde, kontemporer) adalah
sebuah istilah pengelompokan jenis musik yang mengacu pada
teori bentuk musik Klasik Eropa atau jenis-jenis musik etnik
9 Dini Faisal ( http//:jbptitbpp-gdl-dinifaisal-26928-2-2007ta-2.pdf)
12
lainnya yang di serap atau diambil sebagai dasar komposisinya
Contohnya Musik Klasik
Musik klasik biasanya mengacu pada musik yang
berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik
orkestra. Dahulu musik klasik di Eropa terutama digunakan
untuk keperluan lagu di Gereja ataupun lagu untuk pengiringan
Raja. Sejalan dengan perkembangan, mulai juga bermunculan
musik klasik yang digunakan untuk keperluan lain, seperti
misalnya musik klasik yang menggambarkan visual secara
audio, contohnya lagu Cat and Mouse yang menggambarkan
kucing mengejar tikus.10
E.2.2. Musik Tradisional
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat
secara turun temurun, dipertahankan bukan sebagai sarana
hiburan saja, melainkan ada juga dipakai untuk pengobatan dan
ada yang menjadi suatu sarana komunikasi antara manusia
dengan penciptanya, hal ini adalah menurut kepercayaan masing-
masing orang saja. Musik tradisional merupakan perbendaharaan
seni lokal di masyarakat. Musik tradisional yang ada di
Indonesia, diantaranya adalah gamelan ,angklung dan sasando.
selain dari musik tradisional yang berasal dari kebudayaan lokal,
juga terdapat musik tradisional yang berasal dari pengaruh
10 (http://PengertianGenreMusikdanJenis-Jenisnya-ROS.htm
13
kebudayaan luar diantaranya gambang kromong, marawis dan
keroncong.11
E.2.3. Musik Populer
Musik populer merupakan jenis-jenis musik yang saat ini
digemari oleh masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan
musik yang sesuai dengan keadaan zaman saat ini, sehingga
sesuai di telinga kebanyakan orang. Genre musik ini dapat
ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat
musiknya yang hampir bisa diterima semua orang.
Musik pop, begitu istilahnya sekarang yang merupakan
singkatan dari kata populer. Merupakan sebuah genre musik dari
musik populer yang berasal dalam bentuk modern pada 1950-an,
yang berasal dari rock n roll. Musik pop sebagai genre biasanya
dianggap sebagai genre terpisah, dan memilki berbagai macam
aliran diantarnya adalah: Jazz, Gospel, Blues, Rhytem, Blues,
Funk, Rock, Metal, Hardcore, Electronic, Ska, Reggae, Dub, Hip
Hop, Rap, Rapcore, dan jenis Pop itu sendiri.12
Musik pop telah menjadi industri menguntungkan di
Amerika Serikat sejak abad ke-19. Istilah musik populer dan
musik pop sering digunakan secara bergantian, meskipun yang
pertama adalah deskripsi musik yang populer (dan dapat
11 (http://PengertianGenreMusikdanJenis-Jenisnya-ROS.htm), Loc.cit 12 (http://PengertianGenreMusikdanJenis-Jenisnya-ROS.htm), Loc. cit
14
termasuk gaya apapun), sedangkan yang terakhir adalah genre
tertentu yang mengandung kualitas daya tarik massa.
Musik pop juga merupakan genre penting namun batas-
batasnya sering kabur, karena banyak para musisi pop
dimasukkan juga ke kategori J-Pop, K-Pop, rock, hip hop,
country, dan lainnya. Namun demikian sebagai genre, musik pop
sangat eklektik, sering meminjam elemen dari gaya-gaya lain
termasuk urban, dance, rock, latin dan country,. Dan musik pop
sendiri dianggap sebagai sebuah genre yang komersial dicatat
berkeinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa.
Musik pop begitu banyak digemari para pecinta musik di
dunia, musik pop bisanya memilki kualitas musik yang easy
listening dan mudah di ingat dan dikenali banyak masyarakat.
dengan lirik yang menggunakan bahasa yang agak mellow,
dangkal dan kata-kata yang sederhana.
Kemunculan sebuah musik juga memunculkan sebuah
video klip lagu, video klip juga bisa menjadi salah satu faktor
penyebab kepopuleran sebuah lagu. Mungkin banyak orang yang
menyukai sebuah lagu dan ketika di buat sebuah visualisasinya
dalam sebuah video klip, bisa saja para audiences lebih
menyukai lagu tersebut. Sejatinya video klip dan lagu memang
saling mendukung semakin popluernya lagu, karena semakin
banyak orang yang mengenal dan mengetahui lagu yang ada.
15
Begitu juga aliran musik populer, semakin berkembang
dan semakin banyak memunculkan karya aliran-aliran musik
baru yang dilengkapi dengan video klipnya. Konsep video klip
musik popluer terus berkembang, dahulu video klip hanya berisi
gambar dan penyanyi yang menyanyikan lagu tersebut, kini
visualisator lebih kreatif dalam berimajinasi. Gambar tak hanya
monoton berisikan tentang tema lagu dan penyanyi saja namun
bisa berisikan adegan dengan sebuah alur cerita, atau bahkan
menampilkan sebuah animasi memainkan visual dengan simbol-
simbol/ tanda tertentu dengan maksud tertentu pula, sehingga
sebuah video klip itu terkesan tidak membosankan.
Video klipnya kebanyakan memilki konsep yang tentang
fenomena kehidupan disekitar kita karena bergantung dengan
liriknya juga. Karena kebanyakan musik pop memilki lirik yang
hampir sama, dan memilki nda yang sama serta kemasan musik
yang sama pula, jadi tak jarang dari kebanyakan video klipnya
lebih menonjolkan sisi artistiknya yang kurang lebih jauh dari
maksud dari lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi yang
bersangkutan.
Video klipnya terkadang menjadi sangat populer karena
konsep yang dtawarkan kepada audiences, apakah itu dari segi
fotografi yang menonjolkan sisi art, gerak, warna dan kostum
yang dipakai dalam peran video klip kebanyakan atau yang
lainnya. Memilki tema dan konsep video klip yang hampir sama
16
kebanyakan dari genre musik pop, karena mereka para
visualisator terkadang melihat lirik dari lagu tersebut, jadi musik
pop lebih terfokus pada liriknya dari pada orisinalitas genre
musik populer itu sendiri.
Musik populer dan video klip musik semakin berkembang
dan keluar dari konsep musik populer yang populer itu sendiri.
Musik menjadi suatu barang komoditi. Sesuatu yang komersial
akan selalu memakan kesenian, kini video klip tidak sekedar
medium iklan lagu, tetapi menjadi genre yang berisikan
penafsiran para seniman tentang berbagai kemungkinan dari
sebuah lagu. Disitulah sebenarnya telah terjadi pertukaran antar
medium. Musik menjadi konsumsi mata dan gambar yang
mengasosiasikan kejadian/peristiwa .
Jadi, konsep video klip sepenuhnya kebanyakan
khususnya genre musik pop merupakan atas dasar penafsiran
sebuah lagu, kemudian melahirkan visualisasi. Seniman video
klip tetap bekerja keras membuktikan kemampuan
mengeksplorasi teknologi, tetapi kemudian batas-batas
komersialisasi untuk menghasilkan karya. Video klip musik,
atau lebih terkenal dengan istilah video klip, tampil sebagai alat
promosi ampuh para penyanyi dan musisi. Dengan tampil
menarik, video musik tak ayal mampu mendongkrak popularitas
lagu atau album baru.
17
E.3. Video Klip Musik dan Budaya Populer
Video klip muncul dan berkembang berdasarkan hasil dari
budaya populer. Kebudayaan populer tercipta dari beberapa definisi,
yang salah satunya adalah budaya popular terbentuk pada sesudah masa
masyarakat industry dan sebelum masyarakat industry.
Pemikiran tentang budaya populer menurut Ben Agger dapat
dkelompokkan pada empat aliran yakni:
1. Budaya di bangun berdasarkan kesenangan namun tidak
substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja
sepanjang hari
2. Kebudayaan populer menghacurkan nilai budaya tradisional
3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi
4. Kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas.13
Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah
keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang
tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion,
model rumah, perawatan tubuh dan semacamnya.
Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka
budaya itu umumnya menempatkan unsur popluer sebagai unsur
utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh kekuatannya mana kala
media massa digunakan sebagai by pass penyebaran pengaruh di
masyarakat. seperti Kapten Medison Avenue yang menggunakan media
untuk menjual produk melalui studio dan televisi. 14
13 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi.2008: Jakarta, Hal 100 14 Ibid, Hal 100
18
Dalam budaya populer, ‘perangkat media massa’ seperti pasar
rakyat, film, buku, telvisi dan jurnalistik akan menuntut perkembangan
budaya pada ‘erosi nilai budaya’. Sedangkan kelompok konservatif
seperti Edmund Burke mengatakan dengan ’erosi peradaban berharga’.
Sedangkan Allan Bloom dalam bukunya The Closing of American Mind
mengartikulasikan pemahaman kaum neokonservatif, dimana paham ini
menyalahkan kebudayaan baru sebagai yang merusak kebudayaan
tradisional. Kebudayaan Populer tidak hanya secara langsung disalahkan
bagi penantang inteligensia publik dan melemahkan keadaan normal,
namun justru kritik neonkonservatif semakin memperkeruh suasana
dengan tidak menunjukkan sikap penyelamatan terhadap budaya
tradisional.15
Seperti halnya kemunculan video klip, merupakan sebuah media
komunikasi yang baru dan bahkan merupakan sebuah kebudayan populer
yang banyak diminati oleh para penikmatnya. Video klip dikatakan
sebagai kebudayaan populer karena merupakan salah satu media
komunikasi yang bersifat menghibur dan semakin banyak diminati oleh
masyarakat luas.
Video klip dan musik suatu elemen yang tak terpisahkan karena
keduanya saling berkaitan dalam segi komposisi atau bagaimana sebuah
menjabarkan respon secara emotional yang didapat dari musik.
Keduanya memiliki kekuatan yang mahabesar dalam mempengaruhi
kebudayan saat ini.
15 Ibid, Hal 101
19
Musik pop, merupakan sebuah kebudayan. Namun mungkin
kebanyakan orang sering membicarakan musik populer karena
‘musiknya yang populer’ bukan karena genre musiknya. Sehingga dalam
budaya populer musik pop banyak kehilangan kualitas dari musik itu
sendiri. Adorno berpendapat tentang musik populer, dia mengemukakan
bahwa musik populer memiliki tiga batasan utama,16 yaitu standarisasi,
melemahkan kemampuan mendengar, dan berfungsi sebagai semen
sosial. Ciri yang pertama berkaitan dengan produksi (penciptaan) musik
populer, yang kedua berkaitan dengan konsumsi musik populer, dan
yang ketiga berkaitan dengan fungsi sosialnya.
Video klip dan musik merupakan bagian dari budaya populer,
yang juga menjadi bagian dari budaya elite dalam masyarakat tertentu.
Sejauh itu pula budaya populer dipertanyakan konsepnya yang kongkret,
serta pengaruhnya yang lebih dirasakan seperti umpamanya apa
perbedaan antara modernisasi dan posmodernisasi. Begitu pula
pertarungan konseptual antara kebudayaan tinggi dan kebudayaan pop.17
Budaya populer di bentuk melalui dua hal yakni hal industri dan
media. musik dan video klip tak tidak dapat melepaskan diri dari barang-
barang yang bersifat industri, maksudnya disini kedua elemen tersebut
tidaklagi ditujukan untuk kepentingan musik atau seni itu sendiri,
melainkan untuk tujuan yan lain yang bernilai profit. Musik dan video
16 Makyun Subukti (http://Musik Populer ~ tulisanmakyun.htm//) 17 Ibid, hal 101
20
klip kini lebih banyak mempertontonkan sisi hiburan, yang kemudian
mengesankan lebih konsumtif.18
Dengan kemunculan video klip musik, seni hiburan menjadi
semakin besar dan serba lengkap. Hampir tidak dapat ditemui sebuah
hiburan tanpa mengabaikan peran musik dan videonya. Sehingga
komposit dunia hiburan menjadi seni pertunjukan professional yang
menghasilkan uang dan menciptakan lapangan pekerjaa yang luas.
Video klip musik sayogyanya merupakan visual musik, namun
banyak sekali musik populer saat ini yang menyertakan lirik yang
vulgar, padahal hal ini bisa mereduksi esensi dari musikalitas itu sendiri.
Secara sosial, mereka kebanyakan mengenal chord minor bearti sebuah
kesedihan. Banyak para pendengar atau penikmat musik hingga terbuai
dengan lagu kualitas musik sehingga mereka hanya mengenal
musikalitas yang serupa, sehingga musik itu sendiri sudah dikenal
masyarakat bukan karena sepenuhnya arti dari konsep musik pop itu
sendiri, dan vterkadang visual yang berisi gambar yang lebih
menonjolkan bagaimana fotografi disetting melalui cara pengambilan
gambar, proses editing, warna dan unsur lain yang bisa membuat gambar
yang penuh arti dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konseptor.
Konteks sosial semacam ini lebih cenderung membawa manusia
dalam dunia yang serba tipuan, maksudnya kadang kefanaan menjadi
sesuatu tuan yang lebih kongkret dari apa yang diperjuangkan oleh
18 Ibid, hal 101
21
manusia itu sendiri. Dan saat ini dunia tipuan ini dapat dimanipulasi oleh
industry, maka tipuan itu menjadi abadi dalam dunia fana.
Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan budaya
industry adalah media tipuan, hilangnya kepribadian yang tulus seperti
kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata karena budaya telah
berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar ekonomi
kapitalis. Dunia hiburan telah menjadi sebuah proses reproduksi
kepuasan manusia dalam media tipuan. Hampir tidak ada lagi perbedaan
antara kehidupan nayata dan dunia yang digambarkan dalam sebuah
rangakaian visual dalam video klip/ film yang dirancang menggunakan
efek suara dengan tingkat ilusi yang sempurna tak terkesan imajinatif. 19
Para sejarawan begitu sulit menetukan kaidah-kaidah dasar
tentang kesalahan, sama susahnya dengan menentukan kaidah-kaidah
dasar mengenai kebenaran. Kemerdekaan pribadi menjadi ukuran utama
dan dalam dunia postmodern, ukuran ini menjadi semakin tidak jelas. 20
E.4. Konstruksi Realitas Sosial dalam Video Klip Musik
Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman (1966) ia
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang
mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang
dimilki dan dialami bersama secara subektif.
Berger dan Luckmann (1990;1) memulai penjelasan realitas
sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan
19 Ibid, Hal 103 20 Ibid, Hal 103
22
“pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat
didalam realitas-realitas yang diakui memilki keberadaan (being) yang
tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas – realitas
itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. 21
Konsep yang berhubungan antara video klip musik dan realitas
sosial adalah mengenai realitas dan merupakan reprersentasi dari teks
tersebut, bagaimana hubungan yang terjadi ketika Text-Image-Viewer
menjadi sebuah rangkaian pesan dalam sebuah proses komunikasi.
Konsep relitas menjadi dua hal utama dalam perdebatan dalam
kajian ini, pertama di satu sisi sebuah realitas itu dilihat sebagai
sesuatu yang tidak nyata, sedang sisi lain hanya merupakan suatu tanda
yang berdiri di dalam suatu kejadian, yang memunculkan makna
berdasarkan keberadaan tanda itu. Jadi bisa dikatakan “secondhand
world which we live in”, dijelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini, dapat dilihat kembali dalam sebuah pemaknaan lebih lagi
bentuk tanda dan simbol.22 Jadi benar ketika sebuah teks memilki
perbedaan pemaknaan, hal ini berkaitan dengan sebuah bentuk realitas
yang dihadirkan kembali dalam bentuk yang baru.
Ketika video klip musik menampilkan sebuah teks visual, yang
ada hanya bentuk gambar-gambar yang terpadu dalam rangkaian
sebuah cerita. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah
rangkaian gambar tersebut hanyalah bentuk sebuah imajinasi seseorang
21 Ibid, Hal 189 22 (Http://3656-5358-1-PB (1).pdf)
23
yang terwujud dalam sebuah tanda dan symbol dalam sebuah
rangkaian gambar atau representasi seorang yang yang dihadirkan
kembali dalam sebuah rangkaian jalinan gambar.
Seperti yang banyak kita ketahui bahwa video klip musik
berisikan tentang hal-hal yang bersifat intertekstualitas, apa yang
sebenarnya di dalam tayangan tersebut diambil dari realitas yang ada
di dunia ini. Apa yang menjadi pemaknaan “secondhand world” biasa
yang muncul dalam visualisasi video klip musik. Lewat sudut pandang
inilah penelitian ini melihat bahwa apakah realitas yang ditampilkan
dalam sebuah video klip musik, semuanya mutlak dari realitas yang
terjadi disekitar kita atau bahkan kebanyakan yang disajikan
merupakan hasil penciptaan model-model nyata tanpa asal-usul atau
realitas awal.
Sebagaimana kebanyakan video klip musik yang berkembang,
terkadang isi dari realitas yang ditampilkan di visualisasikan dengan
berbagai cara yang berbeda, mengingat teknologi semakin canggih,
dan semakin maju dalam pengoperasian kamera dan cara editingnya,
seorang visualisator mampu membuat dan merekonstruksi gambar
yang diinginkan.
Demikian, mengenai konsep video klip musik adalah sebuah
usaha menghadirkan kembali realitas yang ada disekitar kita namun
dengan berdasarkan lingkungan, kode-kode atupun ideologi dalam
suatu kebudayaan tertentu.
24
E.5. Bahasa Film dalam Video Klip Musik
Film merupakan fungsi hiburan bagi penonton. Di dalam film
terdapat pemain, cerita, team, adegan aksi, efek visual, musik, setting
,sudut dan pergerakan kamera atau lainnya. untuk memahami sebuah
film tidak terlepas dari unsur pembentukan film. Film secara umum
dapat di bagi atas dua unsur pembentukan yakni; unsur naratif dan
unsur sinematik.23
Film merupakan gambar hidup, juga sering disebut movie.
Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema sendiri bersumber
dari kata kinematik atau gerak. Film sebenarnya lapisan-lapisan cairan
selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas adalah seluloid.
Dalam bidang sinematografi prihal media penyimpanan ini
telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal
media penyimpanan seluoid (fil), pita analog dan yang terakhir media
digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka
film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan
media seluloid sebagai penyimpannya.
Perkembangan media penyimpanan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan bentuk karya
seni audio visual. Sehingga film bisa diartikan suatu genre seni yang
menggunakan audio (suara) dan visual (gambar sebagai mediannya).
Begitu pula dengan kemunculan video klip musik merupakan sarana
baru dalam menyampaikan pesan kepada khalayak luas, termasuk
23 Pratista, Himawan. Memahami Film. 2008:Yogyakarta, Hal 1
25
didalamnya melibatkan unsur musik (audio) dan gambar (visual).
Dalam banyak budaya masyarakat, musik dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antrapribadi. Musik merupakan salah satu
media kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat
pendukungnya. Di dalam musik terkandung norma-norma yang
menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk
formal maupun informal. Musik itu sendiri merupakan bentuk yang
khas baik dari structural maupun jenisnya dalam kebudayaan.
Video klip musik juga merupakan perkembangan dari dunia
kesenian film, yang memadukan anrtara dua unsur gambar dan musik.
Tentu saja dalam proses pembuatan video klip ini mengadopsi
elemen-elemen dalam pembuatan film, diantaranya crew yang terdiri
dari produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata
artistic, editor, bintang film dll. Sehingga tercipta sebuah video klip
musik yang sesuai dengan konsep atau tema yang diinginkan.
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan oleh van
zoest (van Zoest, 193:109), film dibangun dengan tanda-tanda semat-
mata. Tanda tersebut termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja
sama baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Begitulah sebuah
film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk symbol visual dan
linguistic untuk mengkodekan pesan yang disampaikan. 24
Begitu pula dengan video klip musik sama halnya dengan
film, beberapa unsur dan elemen yang digunakan hampir sama,
24 Sobur, Alex. Semotika Komunikasi. 2006:Yogyakarta, Hal 126
26
namun video klip lebih cenderung menonjolkan visualisasi musiknya
yang tentu saja sama-sama melibatkan betuk symbol atau tanda untuk
menyampaikan pesan.
Ada beberapa unsur Film yang diadopsi dalam Video Klip Musik,
diantaranya adalah:
E.5.1. Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema
film. Setiap film cerita tidak mugkin lepas dari unsur naratif.
Begitu juga dengan pembuatan video klip, khususnya jenis video
klip naratif yang berisikan cerita tertentu. Setiap cerita pasti
memilki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi
waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur
naratif secara keseluruhan. 25
E.5.2. Unsur Sinematik
Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam
produksi film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada
dalam kamera. Mise-en-scene memilki empat elemen pokok
yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum, make up serta
acting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan
terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan
objek yang diambil. Seluruh unsur sinematik tersebut saling
25 Pratista, Himawan Ibid, Hal 2
27
terkait, mengisi serta berkesinambungan satu sama lain untuk
membentuk unsur sinematik secara keseluruhan26
Adapun unsur sinematik paling penting yakni bagaimana
cara kamera mengambil sebuah gambar sehingga membentuk
sebuah makna pesan. Jarak kamera terhadap gambar atau objek,
yang biasa dikenal dengan tipe shot, yakni:
a. Close up merupakan framing pengambilan gambar dimana
visual objek memenuhi seluruh ruang dari frame.
b. Big close atau Extreme close. Lebih detail pada salah satu
bagian tubuh atau suatu benda
c. Medium close up merupakan pengambilan shot lebih jauh
dari close up namun lebih dekat dengan medium shot,
biasanya seluruh wajah hingga bahu dari objek
d. Medium shot atau knee shot adalah pengambilan shot sampai
denagn tipe per empat ukuran tubuh objek
e. Full shot merupakan pengambilan gambar objek secara utuh
mulai dari kepala hingga kaki
f. Medium long shot merupakan pengambilan gambar objek
dengan mengikut sertakan setting sebagi pendukung suasana
keadaan.
g. Ektreme long shot pengambilan objek terlihat jauh bahkan
hamper tifak terlihat.
26 Ibid, Hal 2
28
h. Long shot merupakan pengambilan gambar objek antara
medium dan extereme long shot.
Selain itu, kamera juga mempunyai motivasi tertentu atau
mempunyai alasan tertentu. Artinya setiap gerak kamera
mempunyai maksud atau bisa meninggalkan kesan tertentu bagi
penontonnya. Berikut beberapa tujuan pergerakan kamera yakni:
Tabel 1.
Keterangan Motivasi Pergerakan Kamera
No Gerakan Kamera Motivasi 1. Zoom Out/in 1.Menunjukkan sesuatu diluar gambar
yang sudah ada 2. menunjukkan posisi objek 3. Menonjolkan sesuatu
2. Pan right/Left 1.menunjukkan panjang/ pendek 2. menunjukkan hubungan dua objek 3.mengikuti gerakan objek 4.menunjukkan suatu reaksi 5.untuk memperbaiki komposisi gambar 6. untuk membuat transisi
3. Tilt Down 1.Untuk menunjukkan tinggi atau rendah 2 untuk mengambil gambaran yang tidak bisa ter-cover oleh kamera karena tinggi 3. untuk menujukkan reaksi 4. untuk memperbaiki komposisi gambar 5. untuk mengikuti peergerakan objek 6. untuk membuat transisi (flash to sky)
4. Pedestal 1.untuk menujukkan kesan tinggi 2. untuk memperlihatkan detail objek 3. untuk menciptakan efek dramatic
5. Dolly 1.untuk membuat variasi shot 2.untuk menciptakan efek dramatic 3.untuk mengikuti gerakan objek 4.untuk membuat variasi background 5.utnuk memperbaiki komposisi
6. Track Left/Right 1.untuk menciptakan variasi 2.untuk menciptakan variasi latarbelakang
29
3.untuk menciptakan efek dramatic 4.untuk memperbaiki komposisi gambar
7. Jib/Crane 1.mencipatakan efek dramatic 2.menciptakan efek kolosal
Selain memahami kategori makna dalam teknik
pengambilan gambar, perlu dipahami juga sudut pengambilan
gambar / Angle. Angle memilki nilai-nilai tertentu pada
penggambaran peristiwa pada visualisasi. Angel kamera
diterjemahkan sebagai teknis pengambilan tertentu untuk
mempresentasikan adegan. Angle dalam pengambilan gambar
dibedakan menjadi beberap jenis yakni:
a. High angle adalah merekam gambar dari sudut atas objek,
sehingga tampak bagian atas dari objek. dalam angle ini
memberikan suasana atau kesan kecil, pendek kepada objek.
tapi sebaliknya penonton diberikan sebuah kekuatan atau
superioritas
b. Bird eye view, teknik rekam gambar ini hampir sama dengan
high angle, hanya saja dalam angle ini lebih terlihat dinamis
seperti penglihatan seekor burung. Hasil tampilan visual yang
ditampilkan lebih terkesan dramatis.
c. Low angle atau frog eye adalah merekam gambar dari sudut
bawah objek. Dari pengambilan angle ini objek diberikan
kesan menonjol, kekuasaan, besar, berwibawa, dan seringkali
dapat menimbulkan kesan keganasan.
30
d. Eye level adalah merekam gambar dengan posisi sejajar
dengan jarak pandang mata.pengambilan gambar angle ini
memberikan kesan dinamis, seimbang.27
E.6. Pengertian Sikap Gentleman
Gentleman merupakan gabungan dua kata yang berasal dari
Bahasa Inggris, yakni Gentle dan Man. Dalam kamus Jhon M. Echols,
Gentle berarti well born, soft, yang berarti baik, lemah lembut
sedangkan Man merupakan orang laki-laki, laki-laki dewasa.28
Sehingga gentleman sendiri memilii arti laki-laki atau pria dewasa
yang baik dan lemah lembut terhadap kaum lawan jenis.
Kata Gentleman juga memiliki akar dari kata dalam bahasa
Perancis, Gentilhomme, yang berarti Nobleman atau pria dengan nilai,
karakter dan status yang tinggi. Menurut sebuah blog The Kubrick
Theme Dalam kamus Webster, Gentleman dijelaskan sebagai berikut
a. a man of refinement,
seorang laki-laki yang memilki kehalusan budi bahasa,
pembawaanya berbudi pekerti halus.
b. a man whose conduct conforms to a high standard,
seorang laki-laki yang memilki tingkah laku yang
menyenangkan dengan standart yang tinggi pada lingkungan
sekitarnya.
c. a man who combines gentle rank with chivalrous qualities,
27 Semedhi, Bambang. Sinematografi-Videografi, Suatu Pengantar.2008: Bogor, Hal 34 28 Echols, Jhon M. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. 1975: Jakarta, Hal 265
31
seorang laik-laki yang memilki karakter yang sopan dan sangat
berkualitas.29
Namun sebenarnya tidak ada pengertian secara universal
mengenai pengertian seorang laki-laki itu bersikap gentleman atau
tidaknya, itu semua merupakan hal yang relatif. Misalnya ada yang
berpendapat seorang pria membawakan tas saat jalan-jalan itu yang
disebut sebagai pria gentle. Namun ada sebagian orang yang
menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang konyol , buat apa pria
membawakan tas pasangannya, mengingat itu pemandangan yang
menggelikan. Namun menurut orl jaf dalam blognya menyebutkan
beberapa point ciri pria gentle, diantaranya:
1. Respect
Seorang pria gentle akan menghormati cara pandang atau
pendapat seorang wanita. Hal ini juga termasuk mengerti
keinginan-keinginan seorang wanita.
2. Kebiasaan Konstan
Sosok gentleman yang sempurna tak hanya ditentukan dari
caranya memperlakukan seorang wanita. Namun juga cara
memperlakukan orang-orang yang lebih tua dan semua anak-
anak dengan sikap hangat dan baik. Sikap hangat dan baik
dilakukan di dalam semua situasi dan selalui dilakukan secara
konstan.
3. Memegang Janji 29 Dana Reses (http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm)
32
Pintar berbicara bukanlah tipikal gentleman. Mengingat sudah
begitu banyakkorban dari kaum Hawa akibat hal tersebut.
Melakukan apa yang dikatakanlah ciri seorang gentleman. Ia
tak pernah memberikan omongan kosong atau malah janji
kosong. Jika seorang wanita memerlukan
pertolongan, gentleman akan melakukannya jika dirinya
mampu. Jika ia tak bisa memenuhi janjinya, ia akan minta
maaf dan memberikan alasan yang logis.
4. Bersikap Sopan
Ditambah lagi dengan sikap santun, lengkap sudah bagaimana
sosok pria bisa disebut sebagai gentleman. Sopan di sini dalam
artian membukakan pintu untuk wanita, memberikan kursi
pada wanita untuk duduk dan membukakan pintu mobil
untuknya.
5. Perkataan Positif
Seorang gentleman tak akan pernah mengatakan hal-hal yang
kosong. Itu termasuk tak pernah melontarkan candaan vulgar
atau candaan yang menjengkelkan wanita. Ia juga tak akan
pernah melontarkan komentar-komentar negatif pada kaum
Hawa. Pria gentleman tak akan membicarakan fisik tapi justru
sebaliknya memberikan pujian.30
Beberapa point diatas, banyak di amini oleh sejumlah
kalangan, sehingga seorang pria dikatakan gentle itu memilki ciri atau
30 (http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm), Loc. cit.,
33
karakter tersebut. Jika seorang laki-laki tidak memilki karakter
serupa bisa jadi dikatakan tidak gentle karena dianggap tidak memilki
moral atau sikap yang baik untuk bersosial dengan lingkungan
sekitarnya. Seperti halnya yang dikatakan oleh seorang filosof dan
Teologi Inggris dalam Suara Pembaruan Daily, John-Henry Newman
(1801-1890), berpendapat bahwa melihat gentleman sebagai watak
moral yang dianggapnya tujuan pendidikan, khususnya di perguruan
tinggi. Dalam dua halaman termasyhur dari bukunya The Idea of a
University ia melukiskan gentleman sebagai ethical character.31
Penggambarannya tentang gentleman terdapat pada akhir
ceramah yang kedelapan.Ia mulai dengan memberikan semacam
definisi dulu: it is almost a definition of a gentleman to say he is one
who never inflicts pain (hampir merupakan sebuah definisi tentang
seorang gentleman, bila dikatakan bahwa dia adalah seseorang yang
tidak pernah menyakiti).32
E.7. Semiotika sebagai Pendekatan dalam Analisis Video Klip Musik
Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata yunani
semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun sebelumnya,
dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain..
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajarai sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
31 (http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm), Loc. cit. 32 (http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm), Loc. cit.
34
seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotic
sebagai ilmu “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengan
dan cara befungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya,
dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya”. 33
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memilki unit dasar
yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajarai
hakikat keberadaan suatu tanda. 34
Preminger (2001:8) mengatakan bahwa semiotic adalah ilmu
tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan
sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik
tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan,
paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode
musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal,
kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan
sebagainya.
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang
realitas, dikonsrtruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang
digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat
33 Sobur, Alex. Ibid, Hal 95-96 34 Sobur Alex. Ibid. Hal 87
35
yang cukup membentuk persepsi manusia, lebih sekedar merefleksikan
realitas yang ada. 35
Metode analisis semiotik, berfokus pada tanda, kajian tanda
pertama kali dipopulerkan oleh Ferdinand De Saussure memberikan
banyak teori dasar selama tiga decade. Awal 1960-an beberapa
intlelktual Eropa mulai menerapkan semiotika untuk diskusi budaya
populer. Kemudian, banyak tokoh yang ikut menyumbangkan pikiran
tentang tanda diantaranya yang populer diantaranya Charles Sander
Pierce dan Roland Barthes.
1. Ferdinand De Saussure dan Tanda
Saussure sangat tertarik dengan bahasa atau linguistic, dia
lebih memperhatikan cara tanda-tanda (dalam kata-kata). Saussure
lebih mengfokuskan tanda itu sendiri, dengan segala konsepnya
yng berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, yakni ‘language dan
parole’ dan ‘sintagmatik dan paragmatik’ serta ‘penanda dan
petanda’.
Bagi Saussure tanda merupakan objek fisik dengan sebuah
makna atau untuk menggunakan istilahnya sebuah tanda terdiri atas
penanda dan petanda. Penanda adalah citra tanda seperti yang kita
persepsi; tulisan diatas kertas atau suara di udara. Penanda adalah
konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota
kebudayaan yang sama menggunakan bahasa yang sama.36
35 Ibid. , Hal 87 36 Fiske, Jhon. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi: Jakarta, Hal 49
36
Semiotika yang sebagaimana dijelaskan oleh Ferdinad d.
Saussure adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai
bagian dari kehidupan sosial” semiotika ilmu yang mempelajari
struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam
penggunaanya di masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika
mempelajari relasi diantara komponen-komponen tersebut dengan
masyarakat penggunanya.
Semiotika merupakan cabang keilmuan yang
memperlihatkan pengaruh semakin pentingnya sejak empat decade
lalu, tidak saja sebagai metode kajian (decoding) akan tetapi
metode penciptaan (encoding). Semiotika berkembang menjadi
sebuah model atau paradigma bagi berbagai keilmuan yang sangat
yang luas menciptakan cabang-cabang semiotika khusus.
Di dalam bidang desain misalnya, khususnya semiotika
digunakan sebagai sebuah paradigma baik pembacaan (reading)
maupaun penciptaan (creating) disebabkan oleh adanya
kecenderungan akhir-akhir ini wacana desain untuk melihat objek-
objek desain sebagai fenomena bahasa , yang didalamnya terdapat
tanda (sign), pesan yang disampaikan (message)aturan atau kode
yang mengatur (code) serta orang-orang yang terlibat dalam subjek
bahasa audience, pembaca atau pendengar).
Analisis atas tanda yang memunculkan pertandaan,
menghubungkan penandaan dengan realitas sosial.hubungan
penanda dan pertanda dan satu tanda dengan tanda-tanda yang lain
37
dan tanda –tanda itu dirumuskan dengan dua cara pengorganisasian
terhadap kode:
a. Paradigmatic, merupakn sekumpulan tanda dari dalamnya
dipilih satu untuk digunakan. Suatu missal kumpulan rambu-
rambu lalu lintas antara lain meliputi persegi, lingkaran dan
segitiga merupakan bentuk-bentuk paradigma dengan
paradigma seumpulan symbol dapat bekerja didalamnya.
b. Sintagmatic, merupakan pesan yang dibangun dari panduan
tanda-tanda yang dipilh, sebagai contoh rambu lalu lintas
adalah sintagma yaitu dari bentuk-bentuk pilihan dengan
symbol pilihan. Di dalam semiotic, sintagmatic digunakan
untuk menginterpretasikan teks (tanda)berdasarkan urutan
kejadian peristiwa yang memberikan makna atau atau
bagaiman peristiwa mengeneralisasikan makna.37
Selain model semiotika tersebut, C.S. Morris menjelaskan
tiga dimensi dalam analisis semiotic, yakni dimensi sintaktik,
semantik dan paradigmatik. Yang ketiganya saling berkaitan
dengan lainnya. Sintaktik berkaitan dengan studi mengenai tanda
itu sendirisecar individual maupun kombinasinya. Khusunya
analisia yang bersifat deskriptif mengenai tanda dan kombinasinya.
Sematik adalah studi mengenai relasi antar tanda dan signifikasnya
atau maknanya. Dalam konteks semiotika structural, semantic
dianggap merupakan bagian dari semiotika. Paradigmatic adalah
37 Fiske, Jhon, Ibid, Hal 57
38
studi mengenai relasi antara tanda dan pengunaanya (interpreter),
khusunya yang berkaitan dengan penggunaan tanda secara
kongkrit dalam berbagai peristiwa (discourse) serta efek dan
dampaknya terhadap penggunaanya.38
Saussure sangat tertarik pada relasi signifier dengan
signified dan satu tanda dengan tanda – tanda yang lain. Minat
Saussure signifier dan signified telah berkembang menjadi
perhatian utama dalam kajian semiotika Eropa. Saussure sendiri
memusatkan perhatian untuk mengartikulasikan teori linguistic
dan membuatnya semata-mata mendalami bidang studi yang
mungkin dia sebut sebagi semiologi. Saussure membagi tanda
sendiri atas signifier dan signified.
Gambar 1.1.
Sign
Signifier dan Signified (realitas eksternal)
(keberadaan fisik tanda) (konsep mental mengenai tanda)
Elemen makna Saussure
Signifier (penanda) adalah bunyi atau coretan yang
bermakna, sedangkan signified (pertanda) adalah gambaran mental
atau konsep suatu dari signifier (penanda). Hubungan antara
keberadaan fisik atau konsep mental tanda tersebut dinamakan 38 Fiske, Jhon, Ibid, Hal 60
39
signification. Dengan kata lain signification sebagi upaya memberi
makna terhadap dunia.39 Menurut pendekatan semiotik (yang
merupakan bagian dari paradigma kritis), sebuah peristiwa tidak
dapat menujukkan signifity dirinya sendiri. Untuk dapat dipahami
oleh manusia, maka harus dijadikan sebuah simbolis. Komunikator
mempunyai pilihan-pilihan akan kode atau symbol dalam
mempresentasikan sebuah peristiwa. Pilihan tersebut akan
mempengaruhi makna peristiwa bagi penerima. Setiap pilihan atas
symbol yang digunakan adalah pilihan atas ideologi. Terdapat tiga
hal penting dalam sebuah sistem tanda: 40
a. Tanda itu sendiri (sign). Hal yang berkaitan dengan macam-
macam tanda yang berbeda, tanda adalah buatan manusia
dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang
mempergunakannya.
b. Kode (codes), atau sistem lambang-lambang yang disusun,
studi ini meliputi bagaimana bermacam-macam kode yang
berbeda dibangun untuk mepertemukan dengan kebutuhan
masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
c. Kebudayaan dari lambang dan kode itu beroperasi.
2. Charles S. Pierce dan Tanda
Semiotika Pierce mengkelompokkan tanda menjadi tiga
jenis yaitu indeks, icon dan symbol. Index adalah ungkapan tada
39 Ibid, Hal 66 40 Ibid. , Hal 66
40
atau representasi suatu objek akibat hubungan dinamis antara objek
yang diterima secara fisik dan mempengaruhi perasaan atau ingatan
seseorang dalam pembentukan persepsinya. Icon adalah ungkapan
“tanda” suatu objek berdasarkan persepsi imajinatif yang
mengakitkan objek tersebut dengan objek yang lain yang belum
tentu ada. Sedangkan symbol adalah ungkapan “tanda” suatu objek
berdasarkan konsep tertentu, biasanya asosiasi terhadap suatu
gagasan umum.
Semiotik tidak hanya sebatas sebagai kerangka teori, namun
sekaligus sebagai metode analisis. Seperti segitiga makna (Triangle
Meaning) milik Pierce yang terdiri atas sign (tanda), objek dan
interpretant, yang digambarkan sebagi berikut:
Gambar 1.2.
Tanda
Interpretant Objek
Unsur Makna Pierce
Panah dua arah menekankan bahwa masing-masing istilah
dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain,. Sebuah
tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri-objek dan dan
dapat dipahami oleh seseorang, dan ini memilki efek di benak
penggunanya-interpretant.41
41 Ibid. Hal 67
41
3. Roland Barthes dan Tanda
Roland Barthes sangat popular seiring dengan semakin
seringnya semiotik dipergunakan dalam disiplin ilmu. Dia merupakan
tokoh semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinad de Saussure.
Semiotika strukturalis lebih menekankan pada linguistik.
Menurut Shklovsky “ Karya seni adalah karya-karya yang
diciptakan melalui teknik-teknik khas dirancang sedemikian rupa
sehingga karya yang seartistik mungkiprn” . sedangkan pendekatan
karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-kode yang
digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan
suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur
karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika di dekati
sebagai sistem tanda-tanda.
Roland Barthes mengemukakan gagasan yang dikenal
sebagai “order of signification”, yang terdiri dari maka denotasi
(makna sesungguhnya yang sesuai dengan kamus dan realitas),
serta makna konotasi (makna ganda yang muncul dari pengalaman
secara personal dan kultural). Inilah yang membedakan teori
Barthes dengan Saussure, dimana Barthes ingin menunjukkan
bahwa adanya interaksi antara teks dengan pengalaman personal
dan cultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks
dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.
Teori ini berdasar pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa
42
saja dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda situasi dan
kondisinya.
Gambar 1.3.
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)
4. Connotative Signifier (penanda konotatif)
5. Connotative Signified (petanda konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Sumber: Drs. Alex Sobur M.Si, 2004, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosda
Karya, 69
Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan,
tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Denagn kata
lain, hal tersebutmerupakan unsur material. Hanya suka mengenal
tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan
keberanian menjadi mungkin.42
E.8. Semiotika Postmodernisme
Menurut Umberto Eco, secara epistimologi istilah berasal
dari kata dalam bahasa yunani semion, yang berarti “tanda”.
Sedangkan tanda itu sendiri didefininisikan sebagai suatu yang atas
dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain. Tanda merepresentasikan suatu realitas
42 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, Suatu Pengantar. 2004: Bandung, Hal 69
43
yang menjadi rujukan atas referensinya. Dari segi terminologis,
semiotik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas
objek-obek, peristiwa serta seluruh kebudayaan sebagai tanda.43
Postmodernisme merupakan sebuah kecenderungan seni,
sastra, arsitektur, media dan budaya pada umumnya, yang merupakan
sebuah ruang tempat tumbuh subur serta berkembang baiknya dengan
tanpa batas dan pembatas sebagai bentuk hyper-signs. Postmodernisme
adalah sebuah ruang hidup kecenderungan hipersemiotika, yang
didalamnya komoditi dan budaya konsumerisme kapitalisme.44
Sedangkan hipersemiotika adalah sebuah kecenderungan
melampaui semiotika konvensional (khususnya semiotika struktural)
yang beroperasi dalam kebudayaan yang di dalamnya dusta, kepalsuan,
kesemuan, kedangkalan, permainan, artifilitas, superlatifitas dirayakan
sebagai spirit utamanya.45 Dan sebaliknya kebenaran, otentitas,
kedamaian, transedensi, metafisika, ditolak sebagai penghambat
kreativitas dan produktivitas budaya.
Perkembangan posmodernisme menuntut bahwa pengkajian
tentang artikulasi makna dan ideology di dalam karya-karya seni harus
di rumuskan kembali. Pendekatan konvensional dalam mengkaji
bahasa-bahasa estetik harus dirumuskan kembali. Selain itu, kaum
postmodernisme menganggap sistem untuk mengabsahkan mitos
sebagai narasi. Sebuah narasi mempunyai kekuatan yang tidak berasal
43 Ibid. , hal 95 44 (umm.ac.id/files/disk1/173/jiptummpp-gdl-s1-2007-novelanich-8627-2.+ISI.PDF) 45 (umm.ac.id/files/disk1/173/jiptummpp-gdl-s1-2007-novelanich-8627-2.+ISI.PDF), Loc. cit
44
dari argumentasi atau pembuktian dan narasi merupakan sarana utama
dimana setiap kelompok menemukan keabsahan dirinya.46
Dalam perkembangan aliran postmodernisme Ada beberapa tokoh
paling berpengaruh dalam periode postmodernisme, diantaranya:
a. Jean Francois Lyotard
Postmodern di perkenalkan oleh Jean francois Lyotard
dalam bukunya “The Postmodern Condition” yang terbit pada
tahun 1984. Pemikiran Lyotard disitu berkisar tentang posisi
pengetahuan di abad ilimah, khusunya tentang cara ilmu
dilegetimasikan melalui yang disebutnay “narasi besar” seperti
kebebasan, kemajuan, emansipasi, kaum proletar, dan sebagainya.
Narasi besar itu, kini telah mengalami nasib yang sama dengan
narasi –narasi sebelumunya, seperti religi, negara kebangsaan,
kepercayaan dan lainnya. maka nihilism, anarkisme dan plurlisme
“permainan bahasa” pun merajalela. Ini baginya tidak jadi soal,
sebab disisi lain ini menunjukkan kepekaan baru terhadap
perbedaaan dan keberanian melawan segala bentuk totalitarisme,
yang memang perlu. Maka post modernism di rumuskan sebagai
suatu periode dimana segala sesuatu itu didelegetimasikan. 47
Maka akhirnya bagi Lyotard postmodernisme itu sepertinya
adalah intensifikasi dinamisme, upaya tak henti-henti untuk
mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan terus
menerus. Dari perspekstif ini “postmodernisme” diartikan sebagai
46 Sobur, Alex, Hal 225 47 Sugiharto, Bambang. Postmodernimse, Tantangan Bagi Filsafat. 1996: Yogyakarta, Hal 26-27
45
“ketidakpercayaan terhadap segala bentuk pemikiran yang
mentotalisasi-seperti Hegalisnisme, Liberalisme, marxisme dll.
Dan postmodernisme ini, sambil menolak pemikiran yang totaliter
juga mengaluskan kepekaan kita terhadap perbedaan dan
memperkuat kemampuan toleransi kita terhadeap kenyataan yang
tak terukur. 48
b. Jaques Derrida
Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober
2004) Seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap
sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang
menyatakan bahwa semuanya di-konstruksi oleh manusia, juga
bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada
kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan di dunia di luar
bahasa. 49
Derrida dianggap salah satu filsuf terpenting abad ke 20
dan ke 21. Istilah-ilstilah filsafatnya yang terpenting adalah
dekonstruksi, dan difference. Istilah dekontruksi untuk pertama
kalinya muncul dalam tulisan-tulisan Derrrida pada saat ia
mengadakan pembacaan atas narasi-narasi metafisika Barat. 50
Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu cenderung
untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term tertentu kita
lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna
final. Inilah yang Derrida sebut sebagai logosentrisme. Metode 48, Op.cit, Hal 26 49 Santoso, Listiyono. Epistimologi Kiri. 2007: Yogyakarta, Hal 248 50 Ibid, Hal 253
46
dekonstruksi merupakan proyek filsafat yang berskala raksasa
karena Derrida sendiri menunjukkan bahwa filsafat barat
seluruhnya bersifat logosentris.
Dengan demikian, dekonstruksi mengkritik seluruh proyek
filsafat barat. Dalam karyanya, Of Grammatology, Derrida
berusaha menunjukkan bahwa struktur penulisan dan gramatologi
lebih penting dan bahkan “lebih tua” ketimbang yang dianggap
sebagai struktur murni kehadiran diri (presence-to- self), yang
dicirikan sebagai kekhasan atau keunggulan lisan atau ujaran.
c. Jean Baudrillard
Jean Baudrillard merupakan seorang filosofis
postmodernisme asal perancis. Bagi Jean Baudrillard, jika
modernitas ditandai oleh eksplosi komodifikasi, mekanisasai,
teknologi dan pasa, maka masyarakat postmodernisme ditandai
oleh implosi (ledakan kedalam) alias peleburan segala batas,
wilayah dan pembedaan antara budaya tingg dan budaya rendah,
penampilan dan kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang
selama ini dipeliharaterus oleh teori sosial maupun filsafat
tradisional. Bagi Baudrillard ini menunjukkan berakhirnya segala
bentuk kepositivan, referensi-referensi besar dan makna, sejarah,
kekuasaan, revolusi dsb. Demikianlah mana kala modernitas bisa
disebut sebagai proses meningkatnya difernsiasi bidang-bidang
kehidupan beserta fragmentasi sosial dan aliensinya,
47
postmodernitas dapat ditafsirkan sebagai proses de-diferensiasi
dan implosi peleburan sebagal bidang. 51
Baudrillard juga mengemukkan sebuah teori simulasi
(simulacra simuation), yang mana suatu peristiwa tampil tanpa
asal-usul yang jelas dan tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Sehingga menurut Baudrillard, manusia hidup dalam hiperrealitas
(hyper-reality), semuanya merupakan tiruan, yang palsu terlihat
lebih asli dari sesuatu yang nyata.
Sebuah teks posmodernisme bukanlah ekspresi tunggal dan
individual sang seniman, kegelisahannya, ketakutannya,
ketertekanannya, keterasingannya, kegairahannya atau
kegembiraanya, melainkan sebuah permainan dengan kutipan-
kutipan bahasa. Kecenderungan potmodernisme adalah menerima
segala pertentangan dan kontadisi di dalam karyanya, disebabkan
bercampur aduknya berbagai bahasa. Teks postmodernisme, tidak
bermakna tunggal, akan tetap adalah aneka ragam bahasa masa
lalui dan sudah ada,dengan asal muasal yang tidak pasti, yang di
dalamnya aneka tulisan, tak satupun diantarnay yang orisisnil,
bercampur dan berinteraksi. Teks adalah sebuah jaringan kutpan-
kutipan yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan yang tak
terhitung umlahnya.52
51 Ibid. , Hal 26 52 Piliang, Amir. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.2003: Yogyakarta,
Hal 110-113
48
E.9. Esensi Bahasa dan Realitas Jaques Derrida
Derrida tergugah untuk bisa melakukan suatu dekonstruksi
oposisi terhadap filsafat Barat. Dekonstruksi bisa diartikan sebagai
pembongkaran, namun bukanlah pembongkaran atau penghancuran
yang berakhir dengan pandangan monisme atau bahkan kekosongan.
Dekonstruksi juga bukan metode tafsir yang dilengkapi dengan
perangkat-perangkat konseptual yang serba argumentatif, dan
koheren. Bahkan dekonstruksi justru anti metode, anti argumentasi
dan anti koherensi, karena pandangan ini berbau ilmiah dan
positivistik.53
Program Derrida ditujukan kepada sejarah asal-usul yang begitu
yakin akan pengenalan langsung terhadap realitas, kita tidak
mengenali bekas sebagai sesuatu yang kemudian, malainkan akan
menjadi yang awal. Derrida memulai dekonstruksinya pertama kali
dengan perahtian pada bahasa. Sikap ini diambil mengingat ide,
gagasan dan konsep diungkapkan melalui bahasa. Bahasa dianggap
telah mewakili realitas.
Derrida memperkenalkan model semiotika dekonstruksi,
dekonstruksi ini merupakan sebuah alternatif untuk menghilangkan
segala keterbatasan penafsiran atau penyimpulan yang baku. Konsep
ini membongkar produk pemikiran rasional yang mempercayai
kemurnian realitas. Dekonstruksi memungkinkan sebuah tanda untuk
ditafsirkan seperti apa saja, tidak ada batasan pemaknaan. Luasnya
53 Santoso, Listiyono, Ibid, Hal 252-253
49
pemaknaan sebuah tanda membuka peluang lahirnya makna-makna
atau ideologi-ideologi baru yang tidak terbatas dari sebuah tanda. 54
Implikasi dahsyat dekonstrukstif filsafat adalah pudarnya
batas-batas antara konsep dengan metaphor, antara kebenaran dengan
fiksi, antara filsafat dengan puisi dan antara keseriusan dengan
permainan. Dengan membaca secara dekonstrukstif, teks bisa
dikatakan selama ini menjadi pusat yang dipinggirkan, dikeluarkan,
dan dianggap sebagai ‘yang lain’. Namun menurut Derrida , “ tidak
ada sesuatu yang ada di luar teks”, sehingga pusat juga tidak bisa
dikalim sebagai lebih dominan, karena ia hanyalah salah satu diantara
jaringan teks. “Yang pusat” akan menyadari isi dalam konteks
keberadaan “ Yang bukan pusat”. Dalam aplikasinya, konsep esensi
tidak harus mereduksi eksistensi, dan kebenaran umum tidak harus
menghapuskan kebenaran partikular.55
E.10. Citra Simulasi dan Realitas Jean Baudrillard
Istilah simulasi dalam wacana kemiliteran digunakan untuk
menerangkan teknik teori probabilitas terapan. Simulasi digunakan
untuk membandingkan sebuah model dengan realitas, dengan cara
membuat hasil-hasil acak dari modelnya, biasnya melalui teknik
komputer. Dalam wacana seni dan kebudayaan massa, istilah
simulasi pertama kali diperkenalkan oleh Jean Baudrillard dalam
54 Gemilang Pratama Adi (Http://Perkembangan Teori Semiotika - KiHa 302.htm) 55 Ibid, Hal 254
50
bukunya simulation dan dikembangkan lebih jauh dalam in the
shadow of silent majority of communication. 56
Menurut baudrillard, masyarakat kapitalisme telah
meninggalkan jalur kapitalisme monopoli dengan model produksi
mekaniknya dan memasuki kapitalisme mutakhir dengan model
produksi simulasinya ini hampir semua masalah produksi dan
reproduksi telah terpecahkan. Masalah produksi dan reproduksi
satu-satunya yang dihadapi adalah masalah perubahanorde
penampakan. Baudrilard membedakan tiga orde penampakan dalam
sejarah masyarakat, yaitu:
1. Counterfeit adalah pola domina pada periode klasik dan
reinassance ke revolusi industry.
2. Produksi adalah pola yang dominan dalam era industry.
3. Simulasi adalah pola yang merajalela pada tahap sekarang
yang dikontrol oleh kode.
Simulasi sebagai model produksi penampakan dalam
masyarakat consumer. Menurut Baudrillard tidak lagi berkaitan
dengan duolikasi ada atau substansi dari sesuatu yang diduplikasi
melainkan penciptaan melalui model-model sesuatu yang nyata tanpa
asal-usul atau realitas hyperalitas. Melalui model simulasi, manusia
dijebak di dalam satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata,
meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka. Ruang
realitas semu itu merupakan satu ruang antithesis dari representasi ,
56 (umm.ac.id/files/disk1/173/jiptummpp-gdl-s1-2007-novelanich-8627-2.+ISI.PDF , Loc, cit.
51
seperti apa yang dikatakan oleh Derrida, antithesis itu dapat disebut
dengan dekonstruksi terhadap representasi realitas itu sendiri.57
Melalui produksi simulasi, tidak saja dapat dihasilkan
objek-objek hiperreal akan tetapi juga dapat dilakukan proses
kompresi, dekonstruksi dan rekonstruksi ruang, sehingga
memungkinkan manusia mengalami pengalaman ruang yang baru,
sehingga memungkinkan manusia mengalami pengalaman ruang
baru-ruang simulacrum. Misalnya siapapun dapat menyaksikan dan
mengalamai realitas, fantasi, halusinasi, dunia supranatural, science
fiction, atau dunia secara total hanya dengan mengkonsumsi acara
TV atau film dimensi, mendapatkan informasi dari disket dan
sebagainya. 58
Dalam kaitannya dengan linguistic, Baudrillard
mempertentangkan simulasi dengan reperesentasi. Bila dalam
representasi sebuah objek berfungsi sebagai tanda, sedangkan tanda
dalam referensi (dunia nyata) adalah ekivalennya dalam simulasi,
objek tidak lagi berfungsi sebagai sebuah tanda, sebab referensinya
sendiri tidak ada. Karena absennya petanda, maka simulasi dalam hal
ini merupakan proses produksi objek-objek sebagai penanda murni,
yaitu penanda yang merupakan duplikat dari dirinya sendiri, atau
duplikat dari petanda fiksi, ilusi, halusinasi atau nostalgia.
Penyebaran model teks simulasi di dalam masyarakat
kontemporer, bagi baudrillard menandai akhir dari representasi
57 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. 2008: Jakarta, Hal 174
52
ideology (yang berarti akhir ideology sebagai order kedua dari
sisitem pertandaan, sebagaimana yang dikembangkan Barthes pada
karya-karya awalnya, karena menurut Baudrillard ideology sudah
diartikuasikan atau bergerak ke tingkat (penanda). Bila dalam
representasi palsu (ideology) realitas ditopengi oleh tanda, sebab
tanda hanya ekivalen dari realitas, dalam simulasi tidak ada yang
ditutupi oleh topeng. Tanda adalah citra murni tanpa transedenasi.
Simulasi adalah citra tanpa referensi, suatu simulacrum. Berkaitan
dengan ini, menurut baudrillard ada empat fase dalam perkembangan
citra:
1. Citra adalah refleksi dari realitas
2. Citra menyembunyikan dan menyimpangkan realitas
3. Citra menyembunyikan absennya realitas
4. Citra sama sekali tidak berakitan dengan realitas apapun,
citra merupakan simulacrum murni. 59
Tanda dan realitas semu (hiprrealitas) ada dalam beberapa
karya seni.Dalam konteks analisis video klip musik, teori jean
baudrillard memudahkan bagi peneliti untuk melakukan interpreatsi
lebih mendalam dengan membongkar kode-kode pesan yang
disampaikan dalam video klip tersebut.
59 Piliang. Ibid., Hal 133-134
53
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotika, yang
biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs),
pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun
yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-
tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna.60 Dipilih sebagai metode
penelitian ini karena semiotik bisa memberikan ruang yang luas untuk
melakukan interpretasi terhadap video klip musik sehingga didapatkan makna
yang tersembunyi dalam sebuah video klip musik.
F.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah proses ilmiah yang selalu ada dalam
kehidupan intelektual manusia berdasarkan sifat ingin tahu yang ada
dalam hidup ilmuwan. Ada dua cara yakni pertama, dengan
menggunakan akal sehat yang mengacu pada kelaziman-kelaziman
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, melakukan kegiatan penelitian
yang bersifat ilmiah berdasarkan kaidah dan cara berfikir sistematis
yang melingkupi keseluruhan proses penelitian.61
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, yang menurut Bodgan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang
diamati. Penelitian ini menggunakan kualitatif paragdigma
interpretatif, yakni memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum
60 Budiman, Kris. Semiotika Visual. 2011: Yogyakarta, hal 11 61 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. 2006: Bandung, Hal 306
54
yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial
di masyarakat.62
Alasan menggunakan pendekatan ini adalah peneliti ingin
mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada.
Penelitian ini difokuskan untuk bagaimana mainstream
postmodernisme dalam video klip musik “Gentleman” yang
dipopulerkan oleh PSY. Dengan menggunakan metode kualitatif
interpretative, penelitian ini diharapkan mampu menjawab
permasalahan secara detail dan menyeluruh.
F.2. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif.
Kualitatif Deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan secara rinci mengenai objek penelitian yang ada,
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan pemahaman terhadap
interpretasi relasi antara citra dan tanda dalam video klip musik
tersebut.
F.3. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua tanda (baik itu
Denotatif maupun Konotatif) yang mengandung makna gentleman
dalam video klip musik tersebut. Tanda itu bisa berupa beberapa larik
62 Bungin, Burhan. Ibid. , Hal 306
55
dan visual yang muncul pada scene/shot dalam video klip musik
Gentleman yang dipopulerkan oleh PSY.
F.4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan hal yang paling penting dalam penelitian ini
yang akhirnya akan dikumpulkan dan dikaji. Data kualitatif diperoleh
dari sumber sebagai berikut:
F.4.1 Data Primer
Diambil dari Dokumentasi, yang metode pengumpulan
datanya yang bersumber dari sumber rekaman video klip yang
mendownload dari internet. Agar lebih mudah dalam
penelitian, rekaman video klip yang telah ada di eksekusi
menjadi beberapa potongan video klip, yang kemudian
disajikan dalam bentuk teks atau naskah tertulis.
F.4.2. Data Sekunder
Data pendukung diambil Study Pustaka, yang di gunakan
untuk mengumpulkan data-data dan teori yang relevan guna
menunjang penelitian yang dihadapi. Study pustaka dapat
diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal, surat kabar, arsip –
arsip yang berhubungan dengan penelitian ini.
F.5. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dilakukan berdasarkan pendekatan Analisis
semiotika. Penelitian akan menjelaskan tanda-tanda yang berkaitan
56
dengan data yang dikumpulkan dan mengkaitkannya dengan teori
Roland Barthes, Dekonstruksi Derrida dan Simulasi Jean Baudrilard.
Data yang dianggap layak dan mewakili dari pembahasan penelitian
kemudian dikumpulkan dan dideskripsikan, serta dianalisis dengan
pengelompokkan dan pengolahan.
Pertama, data dari unit analisis yang sudah ditentukan
dianalisis, kemudian dikelompokkan berdasarkan konsep Barthes
(Makna Denotatif dan Konotatif). Tanda konotatif tidak sekedar memilki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaanya. Barthes juga menyatakan bahwa tanda
merupakan susunan atau konstruksi dari lambang-lambang, dan pesan
tidak hanya mengaitkan signifier (petanda/bunyi) dan signified (penanda
atau konsep mental dari signifier saja), tetapi juga perlu memperhatikan
susunan dan isi dari lambang itu sendiri. Model milik Barthes ini lebih
memfokskan pada dua tahap, yakni denotasi dan konotasi.
Gambar 1.4.
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. Connotative Sign (penanda konotatif)
5. Denotative Signifier (penanda denotasi)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Sumber: paul Cobley & Litza jansz. 1999 Introducing Semiotics. (Alex Sobur, 2006:
69)
Dari peta barthes diatas, dijelaskan tanda denotative (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4) dengan kata lain, hal tersebut
57
merupakan unsur material: jika anda mengenal singa, barulah konotasi
seperti kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.
Setelah dianalisis dengan menggunakan pemaknaan dua tahap Roland
Barthes, kemudian dianalisis dengan menggunakan teori Dekonstruksinya
Jaques Derrida dan Teori Simulasinya Jean Baudrillard. Agar lebih mudah
dimengerti, maka peneliti membuat tabel pemaknaan dan unit analisis sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Tabel Kerja Analisis
Scene/ Shot
Audio Visual Larik Musik
Setelah semua itu dilakukan maka dapat diketahui penggambaran
makna video klip “ gentleman” dari PSY yang sesuai dengan perumusan
masalah yang ada untuk mencapai tujuan penelitian yaitu menyampaikan
gambaran yang menyeluruh tentang makna-makna dari data yang
selanjutnya akan disajikan dan diinterpretasikan secara kualitatif.