8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau
sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince‟, Trianto (2010: 136). Kata
„science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu.
Menurut Trianto (2010: 136) dalam perkembangannya science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.
Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi
selanjutnya menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan
tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut
Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam
dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis sedangkan
menurut Abdullah (1998: 18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh
atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan
oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah
suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari dari dan alam sekitar.
9
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan
Nya
2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup
mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:
10
cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4)bumi dan alam semesta,
meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa
dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian
juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan
yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara
berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2011:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
berasal dari kata “cooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim selanjutnya berikutnya di kemukakan lagi menurut Isjoni (2011:27)
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa
untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang
menginteraksi keterampilan sosial yang bermuatan akademik lebih lanjut lagi
dikemukakan menurut Isjoni (2011:21), menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses
pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.
Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru dijabarkan lagi pembelajaran
kooperatif menurut Wina (2013:242), pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja
tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah
11
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda
dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam
pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Rusman (2011:210), Keterampilan
ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang
dewasa sebagian besar dilakukan dalamorganisasi yang saling bergantung satu
sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus
mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan
tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Anita Lie (2004: 31), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima
unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
12
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan ineraksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk kelompok yang menuntungkan
semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya
daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa
dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya
menggunakan model pembalajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa
secara aktif. Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan
kelompok, untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan
kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,
menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat
membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give
2.3.1 Pengertian Take And Give
Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi,
maksud take and give dalam model pembelajaran ini siswa mengambil dan
memberi pelajaran pada siswa yang lainnya, beberapa ahli percaya bahwa suatu
mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu
mengajarkan pada peserta lain. Model Pembelajaran take and give menuntut siswa
https://idtesis.com/
13
mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya
(siswa lain). Model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada dasarnya
mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu
sendiri yang aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya
(Slavin, 1997:269), Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan
pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka
miliki. Selanjutnya menurut Suyatno (2009:58), take and give mempunyai arti
menerima dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini
adalah dimana siswa menerima dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber
bagi yang lain.
Menurut Suparno (2001:10-11 dalam Bilal A. Toduho), mengajar bukan
merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Peran guru dalam proses pembelajaran take and give lebih mengarah sebagai
mediator dan fasilitator. Pembelajaran take and give merupakan proses
pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, take and give bertujuan agar peserta didik saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya dalam waktu
singkat (dalam Hanafiah dan Suhana, 2012:56).
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe take and
give. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give mempunyai kelebihan dan
kelemahan adalah sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:
1. Model pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh
memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan serta situasi pembelajaran.
2. Materi akan terarah, karena guru terlabih dahulu menjabarkan uraian
materi sebelum dibagikan kartu.
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain.
14
4. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya.
5. Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui
kartu yang bagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan
paling tidak membaca materi yang diberikan kepada siswa.
6. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab masing-masing siswa
diminta pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.
7. Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi
karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
8. Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan
informasi.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:
1. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka
informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang.
2. Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidak teraturan karena ada
siswa yang lari sana dan lari sini.
3. Kemampuan siswa untuk menyampaikan materinya pada temanya kurang
sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas
materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.
Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe take and give
Menurut Bilal A. Toduho (2012:17) pembelajaran dengan model take and
give akan memberikan manfaat bagi siswa dalam:
1. Meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
2. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap selama
bekerjasama.
3. Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri
4. Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap
yang positif.
5. Meningkatkan prestasi belajarnya.
Pendapat diatas disimpulkan bahwa manfaat model pembelajaran take and
give meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat) karena siswa mampu
15
untuk bekerjasama dan bersosialisasi juga dapat melatih kepekaan diri, empati
melalui variasi perbedaan sikap selama bekerjasama .
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe take and give
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2012:95) langkah-langkah
dari model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah sebagai berikut:
1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing
satu kartu untuk dipelajari lebih kurang 15 menit.
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan
menerima materi masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi guru sesuai keadaan.
8. Guru bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan
9. Simpulan.
2.4 Pengertian Minat Belajar
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Masnur Muslich, (2011: 167).
Pengalaman tersebut yang membuat minat menjadi sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas
memilih.
Menurut Slameto (2003:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Sri Rumini (1998:118) mengemukakan bahwa minat dapat
muncul dari keinginan seseorang, misalnya keingintahuan. Contohnya yaitu minat
terhadap riset ilmiah atau pelajaran. Berkaitan dengan definisi tersebut, dapat
16
diketahui bahwa dalam minat terkandung rasa ingin tahu. Siswa yang memiliki rasa
ingin tahu terhadap pelajaran dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat
belajar.
Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.
Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih
menyenangkan daripada ketika mereka merasa bosan. Begitupula minat dalam
pembelajaran, orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, sulit untuk
mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam
suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara
optimal.
Apabila seseorang memiliki minat terhadap suatu kegiatan maka akan
memperhatikannya terus-menerus. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya rasa
senang (Slameto, 2003:57). Jika dalam hati ada perasaan senang maka akan
menimbulkan minat. Bila minat diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan
berkembang dengan lebih baik (Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 51).
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu. Perasaan senang ketika
mengikuti pelajaran akan meningkatkan pencapaian hasil belajar (Muslich, 2011:
164).
Mengacu pada tiga definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa selain berkaitan
dengan adanya rasa ingin tahu, minat juga berkaitan erat dengan rasa senang. Siswa
yang memiliki minat belajar maka akan berusaha untuk memberikan perhatian pada
pelajaran dengan sebaik-baiknya dan akan muncul rasa senang dalam
melakukannya. Selain itu, dengan adanya rasa senang yang dapat menimbulkan
minat juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Minat merupakan
kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Berkaitan dengan
pernyataan diatas maka Hilgard (Slameto, 2003: 57) memaparkan bahwa “minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan”. Apabila siswa berminat untuk belajar maka siswa akan memperhatikan
sesuatu yang sedang dipelajarinya.
17
Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat
untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan
maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan
anak yang kurang berminat atau merasa bosan (Hurlock, 1978:114). Slameto (2003:
180) menjelaskan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan maupun
tindakan. Pernyataan yang menunjukkan minat pada suatu hal atau objek adalah
pernyataan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal atau objek daripada yang
lainnya. Tindakan dapat ditunjukkan dengan keterlibatan dalam suatu aktivitas.
Slameto (Djaali, 2012:122) juga menyatakan bahwa minat dapat diwujudkan
melalui pernyataan suka maupun keterlibatan dalam suatu aktivitas.
Mengacu pada tiga pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat dapat
diwujudkan dalam suatu pernyataan suka atau senang. Selain itu, dapat pula
diwujudkan dengan suatu tindakan nyata yaitu keterlibatan dalam suatu aktivitas
atau kerja keras. Siswa yang memiliki minat belajar akan memberikan pernyataan
suka atau senang terhadap pembelajaran dan bersedia melibatkan diri secara aktif
dan mampu bekerja keras dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menegaskan pengertian minat
belajar siswa. sebagai kecenderungan siswa saat mengikuti pembelajaran yang
berupa adanya rasa ingin tahu, perasaan senang saat mengikuti pembelajaran,
kemauan untuk terlibat secara aktif atau bekerja keras dalam pembelajaran, dan
perhatian.
Anak-anak yang memiliki minat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pembentukan
minat anak. Sebagai guru harus mampu memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi minat anak agar mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan menimbukan minat yang baik.
1. Faktor-faktor Minat Belajar
Sri Rumini (1998:158) menyatakan bahwa minat terhadap suatu pelajaran
dapat berkembang karena pengaruh guru, teman sekelas, atau keluarga. Mengacu
18
pada pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru, teman sekelas, maupun
keluarga dapat mempengaruhi perkembangan minat belajar siswa. Guru
merupakan salah satu pihak yang berperan penting terhadap perkembangan minat
belajar siswa.
Pendapat yang dikemukakan di atas meruakan faktor minat belajar yang
berasal dari luar. Berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Hurlock yang lebih memaparkan faktor minat belajar yang bersumber dari dalam.
Menurut Hurlock (1978:115), faktor-faktor minat minat belajar anak adalah
sebagai berikut:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari teman
sebayanya akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat
anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik
dan mental.
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Hal ini
dikarenakan lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah,
atau minat mereka “tumbuh dari rumah.” Dengan bertambah luasnya
lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah
yang mulai mereka kenal.
d. Minat belajar dipengaruhi pengaruh budaya
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa
lain untuk belajar mengenai apa saja yang sesuai. Sebaliknya, anak-anak
tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai
bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
e. Minat belajar itu egosentris
Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak
laki-laki pada mata pelajaran matematika. Hal ini sering dilandaskan pada
keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan
19
langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di
dunia usaha.
Faktor-faktor minat belajar di atas sangat penting dalam kehidupan anak.
Sebagai guru harus peka terhadap minat belajar anak. Oleh karena itu,
guru memerlukan suatu cara untuk mengetahui apakah anak memiliki
minat belajar atau tidak.
2. Cara Menemukan Minat Belajar Siswa
Masih menurut Hurlock (1978: 117), cara untuk menemukan minat belajar
anak adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan kegiatan: dengan mengamati benda-benda yang mereka beli,
kumpulkan atau gunakan dalam aktivitas yang ada unsur spontanitas, kita
dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka.
b. Pertanyaan: bila anak terus menerus bertanya mengenai materi dalam
pelajaran, minatnya terhadap pelajaran atau materi tersebut lebih besar
daripada minatnya pada materi atau pelajaran yang hanya sekali-kali
ditanyakan.
c. Pokok pembicaraan: apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau
teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa
kuatnya minat tersebut.
d. Membaca: bila anak-anak bebas memilih buku untuk dibaca atau
dibacakan, anak memilih yang membahas topik yang menarik minatnya.
Dalam hal ini berkaitan dengan membaca meteri pelajaran. Siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi pada suatu pelajaran maka akan lebih
memilih untuk membaca buku yang sesuai dengan materi pada pelajaran
tersebut.
e. Keinginan: bila siswa ditanya oleh guru mengenai apa pelajaran yang
paling disukai, maka siswa dengan jujur akan menyebutkan pelajaran yang
paling diminati atau disukai.
Untuk mengetahui apakah seorang siswa berminat atau tidak terhadap
pembelajaran diperlukan cara-cara untuk menemukan minat anak. Minat
seorang anak akan berkembang. Cara-cara yang dikemukakan di atas
20
membantu untuk menemukan minat, sedangkan untuk mengembangkan
minat yang harus diperhatikan adalah adanya aspek-aspek minat. Aspek-
aspek inilah yang harus diperhatikan agar dapat diketahui bagaimana
minat anak berkembang.
f. Aspek-Aspek Minat Belajar
Semua minat belajar mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek
afektif. Aspek kognitif berdasarkan atas konsep yang dikembangkan anak
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang
membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan
apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari
berbagai jenis media massa. Dari sumber tersebut anak belajar apa saja
yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak. Minat belajar
anak akan menjadi besar bila terbukti bahwa ada keuntungan dan kepuasan
dari kegiatan yang anak lakukan.
Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek
kognitif minat belajar dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
menimbulkan minat belajar tersebut. Aspek afektif berkembang dari pengalaman
pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang
dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
Contoh dari aspek afektif minat belajar adalah anak yang memiliki
hubungan yang baik dengan guru dan sekolah, biasanya mengembangkan sikap
positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat
belajar siswa pada sekolah diperkuat. Sebaliknya, pengalaman yang tidak
menyenangkan dengan guru dan sekolah sering mengarah pada sikap yang tidak
positif dan dapat memperlemah minat belajar anak terhadap guru dan sekolah.
Aspek kognitif dan afektif memiliki peran yang penting dalam menentukan
apa yang akan dan tidak dikerjakan oleh anak, jenis penyesuaian pribadi dan
sosial, namun aspek afektif lebih penting peranannya. Alasan aspek afektif lebih
penting daripada kognitif adalah: (1) aspek afektif mempunyai peran yang lebih
besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. (2) aspek afektif minat
21
belajar, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan
dengan aspek kognitif (Hurlock, 1978: 116-118).
Aspek afektif yang berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai. Menurut
Masnur Muslich (2011:167), penilaian minat belajar dapat digunakan untuk:
a. mengetahui minat belejar peserta didik, sehingga mudah untuk pengarahan
dalam pembelajaran.
b. mengetahui bakat dan minat belajar peserta didik yang sebenarnya.
c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik.
d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.
e. mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat belajar yang sama.
f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan
memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi.
g. mengetahui tingkat minat belajar peserta didik terhadap pelajaran yang
diberikan pendidik.
h. bahan pertimbangan menentukan program sekolah.
i. meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar memiliki dua aspek
yaitu kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkenaan dengan sumber belajar.
Sumber belajar tersebut yang membuat anak merasa puas atau tidak. Aspek afektif
berkaitan dengan sikap yang berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap
orang yeng penting dalam kehidupan anak. Aspek kognitif dan afektif memiliki
peran yang penting dalam pembentukan minat belajar anak. Aspek afektif yang
berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai untuk berbagai kepentingan peserta
didik.
Berkaitan dengan aspek minat belajar anak maka pembelajaran yang
diterapkan di sekolah dasar harus mampu mengembangkan kedua aspek tersebut.
Pembelajaran yang baik, menyenangkan, dan sesuai dengan karakter afektif siswa
diharapkan dapat menimbulkan minat belajar pada diri siswa.
Minat belajar yang timbul pada diri siswa berkaitan dengan sikap yang
mereka tunjukkan. Berkaitan dengan afektif siswa maka minat belajar berkaitan
dengan sikap. Sikap yang ditunjukkan anak yang berminat berbeda halnya dengan
22
anak yang tidak berminat. Untuk dapat mengetahui sikap yang ditunjukkan oleh
siswa yang berminat maka harus diketahui ciri-ciri minat anak.
3. Ciri-Ciri Minat Belajar Anak
Dimensi minat belajar siswa dapat diperoleh dari pengertian minat belajar
siswa. Peneliti menegasakan bahwa dimensi minat belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasa senang (antusias), rasa ingin tahu, dan berpartisipasi
aktif (tekun). Berikut ini adalah pemaparan dari setiap dimensi minat belajar
siswa.
a. Rasa senang (Antusias)
Menurut Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono (2008:51), yang menyatakan
bahwa jika dalam hati ada perasaan senang maka biasanya akan menimbulkan
minat. Bila diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang
dengan lebih baik. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Masnur
Muslich (2010: 164), yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu. Pendapat di atas memberikan sebuah ciri
bahwa siswa yang memiliki minat belajar merasa senang ketika melakukan
pembelajaran yang diminati dengan cara menunjukkan sikap positif.
b. Rasa ingin tahu
Ciri minat siswa juga dikemukakan oleh Hurlock (1978: 117), bila anak terus
menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya terhadap hal tersebut lebih
besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-kali ditanyakan.
Usman Samatowa (2006:140) menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap
ingin tahu akan sering mengajukan pertanyaan dan mengamati benda-benda
di sekitarnya.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, penulis dapat menegaskan bahwa
siswa yang ingin tahu akan menunjukkan perilaku aktif bertanya. Pendapat
tersebut memberikan gambaran bahwa siswa yang berminat memiliki ciri
yang berkaitan dengan sikap ingin tahu yang ditunjukkan dengan bertanya.
c. Berpartisipasi aktif (Tekun)
23
Siswa sekolah dasar memiliki rentang waktu yang sedikit untuk mampu
memperhatikan dan duduk tenang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh
karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk dapat terlibat aktif dan ikut
bergerak dalam proses belajar mengajar (Silberman, 2009: xxiii).
Berdasarkan pernyataan tersebut, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran. Wujud keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran yang menerapkan metode permainan adalah dengan sebagai
berikut:
1. Mengemukakan ide
2. Bekerjasama dengan teman
3. Memberi bantuan kepada teman
Ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan di atas dapat dibuat indikator
minat belajar siswa. Indikator minat belajar siswa dikaitkan dengan sikap ilmiah.
Adapun sikap ilmiah yang dikemukakan oleh Martin, dkk (2005: 17) adalah:
a. Sikap ingin tahu.
b. Respek terhadap data atau fakta.
c. Berpikir kritis.
d. Sikap penemuan dan kreativitas.
e. Berpikir terbuka dan kerjasama.
f. Tekun.
g. Peka terhadap lingkungan.
Sikap ilmiah yang dikemukakan di atas dikaitkan untuk dapat digunakan
sebagai indikator minat belajar siswa dalam penelitian ini. Berdasarkan pendapat-
pendapat di atas dan dikaitkan dengan sikap ilmiah, maka indikator minat belajar
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Antusias dalam mengikuti pembelajaran.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya.
3. Menunjukkan perhatian pada benda atau aktivitas.
4. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.
5. Mengahargai pendapat orang lain.
6. Tekun
24
Indikator-indikator yang ada akan digunakan untuk mengukur minat belajar
siswa. Indikator-indikator tersebut selanjutnya akan dikaitkan dengan permainan
sains. Siswa sekolah dasar masih sangat dekat dengan kegiatan bermain, maka
pembelajaran dengan konsep permainan diharapkan membuat anak merasa
senang. Perasaan senang yang dialami siswa ketika belajar akan menimbulkan
minat belajar.
2.5 Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “ Medium”
yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman,
Rahardja, Haryono dan Rahardjito, 1984:6) Media sebagai alat bantu yang
digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas
informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting,
memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur pengajaran. Media pendidikan
memegang peranan penting dalam pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran yang tepat akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran
yang disampaikan.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan (Sadiman, 2002:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002:6)
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Lain lagi menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005:3)
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna
dan berdayaguna.
Menurut Arsyad (2013:4) menjelaskan pengertian media dalam
pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar”. Dapat dipahami sumber belajar yang dimaksud dalam hal ini
adalah buku, tape recorder, kaset, video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi,
25
dan komputer. Penulis dapat menyimpulkanbahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa
dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun media pembelajaran
apabila digunakan dengan baik dan efektif dapat memberi banyak manfaat baik
kepada guru ataupun siswa
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang
besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan
belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Selain itu, media
pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa dan juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik
dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Maka,
dapat ditarik suatu pengertian bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi
edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdayaguna.
Jadi, pemilihan media dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah alat
untuk mempermudah guru dalam pembelajaran serta dapat mempermudah peserta
didik dalam menangkap pelajaran.Hal ini sejalan dengan Sadiman, Rahardja,
Haryono dan Rahardjito, 1984 yang mengatakan bahwa Medium” yang secara
harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan
membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada
peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses
belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih
efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang
dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera
26
penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%
dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan
didengar.
Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat
yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.
Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan
tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media
dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media
yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.
2.5.1 Fungsi Media
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,
tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak,
seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknya lah yang
dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara
audiovisual dan audial.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik
tentang suatu objek, yang disebabkan karena : objek terlalu besar, obyek
terlalu kecil,objek yang bergerak terlalu lambat, objek yang bergerak terlalu
cepat, objek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, objek
mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang
tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
27
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak.
Proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari
sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk
membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang
mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media
(Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam,
difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek
atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat
pula diulang-ulang penyajiannya.
3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
radio.
Media di sini memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan
dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada
peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses
belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih
efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang
dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera
penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%
dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan
didengar.
28
Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat
yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.
Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan
tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media
dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media
yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.
2.6 Pengertian Media Flash Card
Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi dengan
katakata dalam bentuk kartu yang dikenalkan oleh Glenn Doman. Metode
pembelajaran Glenn Doman dilakukan secara bertahap dengan menggunakan
alat media flash card yang merupakan kata yang ditulis pada karton putih
dengan ukuran huruf 10 x 12,5 cm, huruf ditulis dengan warna merah huruf
kapital. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 30), (Minanur Rohman,
2010: 19-20) mengemukakan bahwa flash card biasanya berisi kata-kata,
gambar atau kombinasinya, dan dapat digunakan untuk mengembangkan
perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa
asing pada khususnya. Lain halnya Susilana (Tim Repository UPI, 2012: 14)
mengemukakan bahwa flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk
kartu bergambar yang berukuran 25 x 30 cm yang merupakan rangkaian
pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang terdapat di bagian
belakangnya.
Azhar Arsyad (2011: 119-120), mengemukakan bahwa flash card adalah
kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan
menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.
flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda,
binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja
dan memperkaya kosakata selanjutnya Ahmad Susanto (2011:108),
mengemukakan bahwa flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi
kata-kata. Gambar-gambar pada flash card dikelompokkan antara lain: seri
binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya.
29
Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan
secara cepat. Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih otak kanan untuk
mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat
bertambah dan meningkat.
Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa flash card merupakan
kartu yang berisikan kata atau gambar. Media flash card dapat digunakan untuk
pengembangan perbendaharaan kata pada aspek perkembangan bahasa. Kartu ini
dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat.
Ukuran dari flash card dapat disesuaikan dengan kebutuahan kelas, maksudnya
ukuran media flash card untuk kelas sempit akan berbeda dengan ukuran
media flash card pada kelas yang luas dan anak didiknya banyak.
Menurut Rudi Susilana dan Cepiriyana (2008) flash card merupakan media
pembelajaran yang berupa kartu bergambar berukuran 25 X 30 cm. Gambar-
gambar pada flashcard merupakan serangkaian pesan yang disajikan dengan
adanya keterangan pada setiap gambar. Menurut Kasihani, flashcards are
teaching aids as picture paper which has 25x30. The pictures is made by hand,
pictures orphoto which is stick on the flashcard 4 (Flash card adalah media
pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30. Gambar-
gambarnya dibuat dengan tangan, foto, atau memanfaatkan gambar / foto yang
sudah ada ditempelkan pada lembaran-lembaran flash card). Dini Indriana juga
mengungkapkan bawa “Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk
kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25 X 30 cm.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa flashcard adalah kartu
belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks,
atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban,
atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Flashcard
biasanya berukuran 8 X 12 cm, 25 X 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya kelas yang dihadapi.
Flash card merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari
pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi
30
dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya
berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu
mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.
2) Mempunyai dua sisi depan dan belakang.
3) Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.
4) Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.
5) Sederhana dan mudah membuatnya.
2.6.1 Karakteristik dan Macam-Macam media Flash Card
Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari
pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi
dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya
berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu
mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Flash card berupa kartu bergambar yang efektif.
2. Mempunyai dua sisi depan dan belakang.
3. Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.
4. Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.
5. Sederhana dan mudah membuatnya.
Sedangkan media Flash card adalah kartu bergambar yang dapat
mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada
pada kartu tersebut. Flas hcard merupakan media praktis dan aplikatif yang
menyajikan pesan singkat berupa materi sesuai kebutuhan si pemakai. Macam-
macam flash card misalnya:flash card membaca, flash card berhitung, flash card
binatang, dan lain-lain.
31
Kelebihan dan Kelemahan Media Flash Card
Media flash card tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis
visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Janu Astro
(Mei Lalu, 2011: 15), mengemukakan beberapa kelebihan flash card, antara lain:
1. Mudah dibawa-bawa
Dengan ukuran yang kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan
di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di
dalam atau di luar ruangan.
2. Praktis
Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flash card sangat
praktis. Dalam penggunanaan media ini guru tidak perlu memiliki
keahlian khusus dan juga media ini tidak perlu menggunakan listrik. Jika
akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan
keinginan kita, pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.
3. Gampang diingat
Karakteristik media flash card adalah menyajikan pesan-pesan pendek
pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan
memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi
antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu
konsep.
4. Menyenangkan
Media flash card dalam penggunaannya bisa melalui permainan,
misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau
namanama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak.
Adapun kelemahan media pembelajaran Flash Card, yaitu :
1. Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan kelas yang besar
2. Pelajar tidak selalu mengetahui bagaimana menginterpretasikan gambar
3. Tidak dapat memberikan kesan yang berhubungan dengan gerak, emosi,
maupun suara
32
Uraian di atas merupakan kelebihan media flash card, sedangkan
kelemahan media flash card adalah anak hanya dapat mengetahui dan memahami
kata dan gambar hanya sebatas kata dan gambar yang ada pada media flash card.
2.6.2 Penggunaan Media Flash card dalam Pembelajaran
Penggunaan media flash card dalam pembelajaran merupakan suatu proses,
cara menggunakan kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda
simbol untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu
yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu,
serta merangsang pikiran dan minat siswa dalam meningkatkan kecakapan
pengenalan simbol bahan tulis dan kegiatan menurunkan simbol tersebut sampai
kepada kegiatan siswa memahami arti/makna yang terkandung dalam bahan tulis.
Menurut Dina Indriana langkah-langkah penggunaan media flash card
sebagai berikut:
1. Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap
ke siswa.
2. Cabut kartu satu per satu setelah guru selesai menerangkan.
3. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang
dekat dengan guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut,
selanjutnya diteruskan kepada siswa lain hingga semua siswa
mengamati.
4. Jika sajian menggunakan cara permainan: (a) letakkan kartu-kartu secara
acak pada sebuah kotak yang berada jauh dari siswa, (b) siapkan siswa
yang akan berlomba, (c) guru memerintahkan siswa untuk mencari kartu
yang berisi gambar, teks, atau lambang sesuai perintah, (d) setelah
mendapatkan kartu tersebut siswa kembali ke tempat semula/start, (e)
siswa menjelaskan isi kartu tersebut .
Manfaat Media Flash Card
Adapun manfaat dari media pembelajaran flash card menurut Janu Astro
(Mei Lalu, 2011: 17) antara lain:
33
1. Meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal dan menguasai
kosa kata (vocabulary) dalam waktu cepat
2. Memudahkan orang tua atau guru dalam mengajar dan mengenalkan
kosakata kepada anak sejak dini
3. Anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu mengerti bahasa
dan mengenal jenis-jenis binatang, buah,dan lain-lain.
2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Niki Fadilla (2014 ) dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give Pada Kompetensi
Dasar Teknik Pengolahan Makanan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X Jasa Boga 3 Smk Negeri 2 Boyolang. Hasil pre test menunjukkan
sebanyak 47,36 % siswa tuntas sedangkan hasil post test sebanyak 100% siswa
tuntas. Hasil uji normalitas data nilai Pre Test dan Post Test adalah 0,302 dan
0,327. Hasil nilai statistik uji t perbedaan nilai pre test dan post test sebesar -5,463
dengan taraf signifikasi 0,00. Hasil belajar sikap sebesar 89,77% dengan kriteria
sangat baik sedangkan hasil keterampilan sebesar 100% siswa tuntas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. e-journal boga volume 03 nomor 3, edisi
yudisium oktober tahun 2014 58-6758.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliastini (2015 ) dengan judul Pengaruh
Model Take And Give Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar
IPS. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata 24,61 berada pada kategori
sangat tinggi, (2) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional menunjukkan skor rata-rata 16,28 berada pada kategori sedang, (3)
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang
belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give
berbantuan multimedia interaktif dengan kelompok siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung=11,27 > ttabel1,667).
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi
Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015).
34
Penelitian yang dilakukan oleh Mega Puspita (2014 ) dengan judul Dewi
Model Pembelajaran Take And Give Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil
Belajar PKn SDNi L. G. Dari hasil analisis data diperoleh t hitung 3,447.
Sedangkan selisih t tabel dengan db 78 pada taraf signifikansi 5% adalah
2,000. Hal ini berarti thitung lebih besar dari t tabel(3,447 > 2,000). Sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar PKn kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran take and
give berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Nina Riani (2016 ) dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Take And Give Dalam Materi Ajar Media Komunikasi Data
Jaringan Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran take and give mampu meningkatkan aktivitas siswa, performa guru
dan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 persentase nilai rata -rata siswasebesar
77,5% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 95% da n pada penilaian sikap
siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebesar 74,02% dan
siklus 2 sebesar 89,30%. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 1, Januari 2016 ISSN 0854-2172.
Tiga penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran take
and give dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan
penelitian lagi dengan menggunakan model yang pembelajaran yang sama.
Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang
dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut
pertama bahwa pada penelitian terdahulu, para peneliti belum memasukkan
variabel minat belajar sebagai salah satu variabel yang diteliti. Artinya bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran take and give, peneliti menduga dapat
meningkatkan minat belajar yang berimplikasi pada hasil belajar siswa. Kedua,
subyek penelitian. Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa
sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek didik,
merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi minat belajar. Situasi sekolah
35
yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda,
demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda
tentu berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa juga. Karena itu, dengan
memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN dukuh 01, peneliti
bermaksud melihat efektivitas penerapan model pembelajaran dalam
meningkatkan minat belajar IPA siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka
model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang
berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang
berbeda-beda.
2.8 Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi
pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas 5 SD Dukuh 01 Salatiga. Fakta yang
ditemu mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa
guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang berminat
dalam belajar IPA, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini
memlilih pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus,
dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama akan menjadi catatan untuk
dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian uji coba pembelajaran dengan
model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. Pemilihan model
pembelajarn take and give dipilih berdasarkan situasi subjek penelitian yaitu siswa
kelas 5. Pada usia ini, siswa memilki rasa ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa
bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok, dengan model pembelajaran take
and give take and give berbantuan media flash card.diharapakan bahwa
pembelajaran akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama diantara siswa.
Pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat melatih siswa untuk bersikap kritis
terhadap berbagai macam fenomena alam yang sering terjadi. Fenomena alam
yang terjadi minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya maupun lingkungan
yang lebih luas. Pembelajaran IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak SD. Jika IPA diajarkan menurut tahap perkembangan
kognitif yang tepat maka akan mewujudkan sikap positif siswa terhadap mata
36
pelajaran IPA tersebut. Sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA merupakan
indikator adanya minat pada diri siswa tersebut.
Minat sangat penting untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa. Siswa yang memiliki minat, motivasi, kesadaran belajar, sikap positif
terhadap mata pelajaran dan guru diharapkan akan memperoleh hasil belajar yang
baik. Minat dapat tumbuh dalam diri siswa jika didukung oleh hal yang dapat
menarik perhatian mereka. Salah satu hal yang menarik bagi anak-anak adalah
bermain.
Permainan merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat unsur kesenangan,
tanpa ada beban atau paksaan, dilakukan atas keinginan sendiri, dan dilakukan
dengan penuh perhatian. Unsur-unsur permainan tersebut dapat menimbulkan
minat pada diri anak. Dengan demikian pemilihan metode permainan menjadi
salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA.
37
Gambar .1
Bagan Kerangka Pikir
Rendahnya minat belajar IPA ditandai dengan:Guru :
1. Guru kurang membimbing siswa untuk menemukan pemahaman sendiri
2. Guru menggunakan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi
Siswa :
1. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan kelompok
2. Siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya sehingga keterampilan
berkomunikasi siswa kurang
3. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk berfikir kritis
4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, kurang
memperhatikan, dan cepat merasa bosan
Minat belajar:
Minat belajar siswa rendah, sebanyak 35% siswa belum mencapai kategori tinggi
1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa
kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran model
pembelajaran take and give berbantuan media flash card pada siswa kelas 5
SDN Dukuh 01 meningkat
3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran
model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa
kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat dengan kategori tinggi ≥85%.
Minat belajar IPA pada kelas 5 SD Dukuh 01 meningkat
Menerapkan model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media
flash card. dalam pembelajaran IPA dengan langkah-langkah sebagai beri
1. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.
2. Membangkitkan kesiapan siswa menemukan dan membangun sendiri
pengetahuanya.
3. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan disampaikan
4. Membagikan kepada siswa kartu take and give yang digunakan untuk
mencatat dan menerima informasi yang didapatkan
5. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui media maket
6. Mengajak siswa untuk menuliskan materi yang mereka pahami pada kartu
take and give yang telah disedia
7. Melakukan tahapan take and give yaitu siswa saling bertukar informasi
8. Mengajak siswa untuk berdiskusi dan melaporkan hasil diskusi
9. Menarik keimpulan dan melakukan evaluasi
Tindakan
Kondisi
Awal
Kondisi Akhir
38
2.9 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan
adalah sebagai berikut: melalui model pembelajaran take and give berbantuan
media flash card dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 5 SDN
Dukuh 01 Salatiga.