23
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Subjek, Populasi, dan Sampel
1. Lokasi penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri
Serang 16 yang beralamat di jalan ustad Uzair Yahya No.2 Kecamatan
Serang Kota Serang Provinsi Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas
III semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan materi luas persegi dan
persegi panjang. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 16 dikarenakan
lokasinya yang relatif dekat dari kampus dan memiliki dua rombongan
belajar yaitu kelas IIIA dan IIIB sehingga memudahkan peneliti dalam
proses penelitian.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III dimana untuk
kelas III A berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan
14 siswa laki-laki, dan untuk kelas III B berjumlah 27 orang yang terdiri
dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Agar tidak menghambat
pelaksanaan pengolahan data, dalam pengolahan data hanya diambil 25
siswa pada masing-masing kelas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
dalam penghitungan data.
3. Populasi
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2012, hlm. 117) dapat dijelaskan
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh seorang peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas III SD Negeri Serang 16 yang berjumlah 52 siswa.
4. Sampel
24
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sempel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas.
Satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas lagi dijadikan sebagai
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan Brain Based Learning, sedangkan pada kelas kontrol
dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Kelas yang
dipilih menjadi kelompok eksperimen yaitu kelas III B dan untuk kelompok
kontrol yakni kelas III A.
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan dari
penelitian ada beberapa sifat. Ada yang bersifat menemukan sesuatu yang
benar-benar baru, ada yang bersifat membuktikan kebenaran dari suatu data,
ada pula yang bersifat mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Sugiyono
(2012, hlm. 3) mengemukakan bahwa, “Metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 107) “Penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dan kondisi yang terkendali”. Dalam penelitian eksperimen ini
terdapat dua variabel yaitu variabel bebas atau independent variable dan
variabel terikat atau dependent variable. Sugiyono (2012, hlm. 61)
mengemukakan bahwa “Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Sedangkan variable terikat menurut Sugiyono (2012, hlm.
61) “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas”. Dengan demikian terkait variabel bebas
pada penelitian ini adalah pendekatan berbassis otak (Brain Based Learning)
sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu kemampuan komunikasi matematis.
Penelitian ini menyelidiki ada tidaknya sebab akibat dari permasalahan yang
diangkat, seberapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan
menyiapkan pula kelompok kontrol untuk perbandingan.
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, terdapat dua subjek penelitian yaitu kelas
eksperimen adalah kelas yang diberikan suatu perlakuan (treathment) khusus
untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perlakuan tersebut. Dan kelas
kontrol adalah kelas yang tidak mendapat perlakuan dan ikut mendapat
pengamatan. Dimaksudkan hasil yang diperoleh dari kelas eksperimen akan
terlihat jelas pengaruhnya karena dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberikan perlakuan (treathment) pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan kelas kontrol
diberikan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional
atau pendekatan yang biasa dilakukan setiap harinya. Antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol diberikan dua kali uji tes dengan instrumen soal yang bentuk
dan jumlahnya sama. Tes awal atau pretes dengan soal yang sama untuk
menguji kemampuan awal siswa dalam kemampuan komunikasi matematis.
Dan pada akhir kegiatan penelitian, diberikan tes akhir atau postes dengan soal
yang sama pula pada kegiatan uji tes awal. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui adanya peningkatan terhadap kemampuan komunikasi matematis
terhadap materi yang telah dipelajari dan perbandingan hasil antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah sebelumnya diberikan perlakuan yang
berbeda.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group design. Menurut
Sugiyono (2012, hlm. 114) desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-veriabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Nonequivalent Control Group design
memiliki kelas kontrol dan kelas eksperimen yang tidak dipilih secara random.
Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara disengaja atas pertimbangan-
pertimbangan tertentu.
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengamatan dilakukan dua kali yaitu melalui tes awal dan tes akhir baik
terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah
soal yang sama untuk mengatahui kemampuan komunikasi matematis siswa
pada kedua kelas tersebut. Uji tes awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam kemampuan komunikasi matematis pada kedua
kelas tersebut, kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan
pembelajaran menggunakan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan
kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Tahap selanjutnya yaitu
kedua kelas diberikan uji tes akhir untuk mengetahui peningkatan hasil
kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap materi yang telah dipelajari
dengan perlakuan yang berbeda, baru setelah itu membandingkan hasil uji tes
awal dan uji tes akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui perbedaannya. Adapun desain penelitian sesuai dengan yang
terdapat dalam buku Sugiyono (2012, hlm. 116) digambarkan sebagai berikut :
O1 X O2
O3 O4
Gambar 3.5
Desain Penelitian
Keterangan :
O1 = tes awal kelas eksperimen
O2 = tes akhir kelas eksperimen
X = perlakuan menggunakan BBL
O3 = tes awal kelas kontrol
O4 = tes akhir kelas kontrol
D. Prosedur penelitian
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, diperlukan
langkah-langkah penelitian yang jelas. Pada penelitian ini dikelompokkan
dalam tiga tahapan utama, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta
tahap pengolahan dan analisis data.
Untuk lebih lengkapnya langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
Langkah yang pertama dalam penelitian ini adalah melakukan studi
pendahuluan berupa literatur dan studi lapangan.
Dari studi literatur dan studi lapangan yang dilakukan maka peneliti
menemukan masalah-masalah yang hendak dikaji.
Sebelum merumuskan desain penelitian, terlebih dahulu menentukan
variabel-variabel penelitian. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini
adalah :
Variabel bebas yaitu pendekatan Brain Based Learning
Variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa
Menyusun media pembelajaran yang hendak digunakan dalam pembelajaran
di kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti membuat RPP, alat peraga,
dan lain-lain. Menyusun instrumen penelitian berupa soal, lembar
wawancara, dan angket skala sikap siswa untuk mengukur prestasi belajar
matematika siswa. Kemudian mengkonsultasikan instrumen penelitian
dengan guru kelas dan dosen pembimbing. Mengujicobakan instrumen
yang telah di validitas oleh guru kelas dan dosen pembimbing. Mengadakan
validitas instrumen penelitian.
Memberikan uji tes awal baik untuk kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
Melaksanakan penelitian yaitu melakukan perlakuan terhadap kelas
eksperimen dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning dan
memberikan perlakuan kepada kelas kontrol dengan menggunakan
pendekatan konvensional.
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Memberikan uji tes akhir atau postes kepada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Setelah postest dilakukan siswa pada kelas eksperimen diberikan
diberikan angket skala sikap untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Mengumpulkan data-data setelah dilaksanakan penelitian.
Menganalisis hasil penelitian
Menyimpulkan hasil penelitian.
Dibawah ini merupakan bagan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
Perumusan Masalah
Tes awal/ Pretes
Penentuan variabel penelitian
Menyusun instrumen penelitian, Uji coba
dan validitas instrumen
Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Brain Based
Learning
Tes akhir/ Postes
Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konvensional
Pengumpulan data
Studi pendahuluan
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.6
Langkah-langkah Penelitian
E. Definisi Operasional
1. Pendekatan Brain Based Learning atau pendekatan berbasis otak merupakan
“Pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar” (Jensen, 2008, hlm. 12). Pendekatan ini dirancang
untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan
berorientasi pada potensi otak.
2. Komunikasi Matematis, sebelum berbicara tentang komunikasi matematis
perlu diketahui terlebih dahulu komunikasi yang merupakan proses
penyampaian pesan kepada orang yang dituju. “Komunikasi memegang
peranan penting dalam matematika, setiap orang yang berkepentingan
dengan matematika akan memerlukan komunikasi dalam perbendaharaan
informasi yang lebih banyak” (Isrok’atun, 2009, hlm. 8). “Komunikas
matematika merefleksikan pemahaman matematik dan merupakan bagian
dari kekuatan matematika” (Supriadi, 2014, hlm. 42).
3. Marini (2013, hlm. 13) menyatakan bahwa “Persegi panjang adalah jajar
genjang yang memiliki sudut siku-siku (memiliki satu sudut siku-siku
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengakibatkan keempat sudutnya siku-siku) dan persegi adalah persegi
panjang yang memilliki dua sisi yang berdekatan kongruen”.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur untuk menguji variabel
penelitian dengan tujuan menghasilkan data penelitian yang akurat. Seperti
yang disebutkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 148) “Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati”. Secara garis besar instrumen penelitian yang digunakan dapat
digolongkan menjadi dua macam tes dan nontes.
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan yaitu tes dan
Nontes. Instrumen tes terdiri dari instrumen pretes dan postes, sedangkan
instrumen non tes yang digunakan yaitu angket skala sikap siswa, pedoman
wawancara, lembar observasi siswa selama proses pembelajaran, dan daftar
isian untuk guru tentang gambaran guru terhadap pendekatan Brain Based
Learning.
1. Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes kemampuan
komunikasi matematis. Tes kemampuan ini digunakan untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa. Instrumen tes terdiri dari pretes dan
postes. Baik pretes maupun postes keduanya diberikan kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pretes diberikan untuk mengetahui
kemampuan awal komunikasi matematis siswa sebelum diberikan treatment.
Sedangkan postes diberikan untuk mengukur peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa setelah diberikan pembelajaran terhadap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum melaksanakan penelitian, soal yang akan berikan kepada siswa
kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlebih dahulu perlu diuji
kevalidannya. Ada beberapa tes yang harus dilakukan dalam menguji sebuah
instrumen penelitian antara lain:
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Validitas tes
Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang baik adalah bagaimana tes
tersebut dapat mengukur hasil-hasil yang konsisten dengan tujuannya. Seperti
pendapat Sugiyono (2012, hlm. 173) bahwa “Valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Untuk
mengetahui validitas suatu soal, maka diperlu pengujian atau pertimbangan
dari para ahli, salah satu ahli disini adalah dosen pembimbing. Pada penelitian
ini validitas soal dilakukan oleh dua orang validator yang merupakan dosen
pembimbing dan guru kelas III. Adapun kriteria dalam pengujian validitas soal
ini terdiri dari dua yaitu validitas muka dan validitas isi.
1) Validitas Muka
Validitas muka disebut pula sebagai validitas bentuk soal atau
validitas tampilan baik itu berupa pertanyaan, pernyataan ataupun suruhan.
Validitas muka ini dilakukan untuk mengetahui keabsahan susunan kalimat
pada soal sehingga tidak menimbulkan pengertian yang tidak tepat,
termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Untuk setiap butir soal, jika
soal dianggap valid maka validator membubuhkan angka 1 pada tabel.
Namun jika dianggap kurang valid maka validator membubuhkan angka 0
pada tabel. Setelah itu validator memberikan saran atau perbaikan pada
kolom dalam lembaran format yang telah disediakan. Soal dapat dikatakan
valid apabila butir soal tersebut memiliki kejelasan dari segi bahasa atau
redaksinya.
2) Validitas Isi
Validitas isi membuktikan tentang ketepatan atau kesesuaian tes
ditinjau dari materi yang diajukan, kesesuaian butir soal dengan indikator,
kesesuaian butir soal dengan tingkatan kognitif siswa, dan kesesuaian
materi dengan tujuan yang ingin dicapai. Sama dengan validitas muka
untuk setiap butir soal, jika soal dianggap valid maka validator
membubuhkan angka 1 pada tabel. Namun jika dianggap kurang valid
maka validator membubuhkan angka 0 pada tabel. Setelah itu apabila
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat ketidakvalidan pada soal tersebut maka, validator memberikan
saran atau perbaikan pada kolom dalam lembaran format yang telah
disediakan. Soal dikatakan valid secara isi jika butir soal tersebut telah
sesuai dengan:
a) Materi pokok yang diberikan
b) Indikator pencapaian hasil belajar
c) Aspek kemampuan komunikasi matematis
d) Tingkat kesukaran untuk siswa kelas III Sekolah Dasar
3) Hasil pertimbangan validitas muka dan validitas isi
Tabel 3.1
Hasil Pertimbangan Validitas Muka
No.
Soal
Valid (1) atau
Tidak Valid
(0)
Komentar dan Saran Perbaikan
1. 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa. Mungkin hanya saja kata
“ceritakan” diganti dengan kata “beritahu”
2a. 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa.
2b 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa.
3. 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa.
4a. 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa.
4b. 1 Untuk redaksi soal sudah cukup jelas dan bisa
dipahami siswa.
Tabel 3.2
Hasil Pertimbangan Validitas Isi
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No.
Soal
Valid (1) atau
Tidak Valid
(0)
Komentar dan Saran Perbaikan
1. 1 Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan
empat indicator yang ada
2a. 0 Seharusnya tingkat kesukarannya adalah sukar
bukan sedang
2b 1 Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan
empat indicator yang ada
3. 1 Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan
empat indicator yang ada
4a. 0 Seharusnya tingkat kesukarannya adalah sukar
bukan sedang
4b. 1 Isi soal sudah cukup jelas dan sesuai dengan
empat indicator yang ada
Berdasarkan tabel pertimbangan di atas dapat dilihat bahwa untuk
validitas muka sudah valid. Akan tetapi, untuk validitas isi soal hanya
terdapat kesalahan pada soal nomer 2a dan 4a saja. Atas hasil pertimbangan
tersebut untuk soal-soal yang masih salah dilakukan perbaikan sesuai
dengan saran yang diberikan oleh validator, sehingga soal menjadi valid.
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket skala
sikap dan lembar wawancara.
a. Angket Skala sikap
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai respon dan sikap siswa setelah dilakukannya pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Skala sikap
tersebut berisi beberapa pertanyaan, diantaranya keberanian dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan, perasaan suka atau tidaknya terhadap pembelajaran,
pendapat mengenai pembelajaran menggunakan BBL, penguasaan kemampuan
pemecahan masalah matematis setelah dilakukan pembelajaran, dan kesukaan
terhadap suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung. Angket skala sikap
ini diberikan setelah semua proses pembelajaran berakhir dan diberikan kepada
seluruh siswa di kelas eksperimen.
Untuk menentukan baik atau tidaknya skala sikap ini tidak ada kriteria
yang mutlak. Namun dalam pembuatannya dilakukan secara bertahap. Tahap
pertama yakni membuat kisi-kisinya terlebih dahulu, langkah selanjutnya yaitu
melakukan uji validitas isi dengan mengkonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Skala sikap dianalisis dengan menghitung jumlah jawaban yang
menyatakan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
(Sangat Tidak setuju). Kemudian dideskripsikan berdasarkan jumlah jawaban
dari angket skala sikap siswa kelas eksperiman. Jumlah pernyataan yang dibuat
berjumlah 10 terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
Pernyataan positif yaitu nomor 1, 3, 5, 7, 9. Sedangkan pernyataan negative
yaitu nomor 2, 4, 6, 8, 10.
Tabel 3.3
Kriteria Penyekoran Skala Sikap
Bentuk
Jawaban
Skor Jawaban
Positif Negatif
SS 4 1
S 3 2
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TS 2 3
STS 1 4
b. Pedoman Wawancara
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 172) mengatakan bahwa “Wawancara
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam
serta jumlah responden sedikit”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan
untuk mengetahui lebih dalam perasaan siswa dalam pembelajaran Brain
Based Learning. Selanjutnya data hasil wawancara tersebut dianalisis
deskriptif sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan.
Wawancara dilakukan terhadap beberapa perwakilan siswa yang terdapat di
kelas eksperimen masing-masing dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengontrol pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning serta mengamati dan
mencatat segala aktivitas siswa dan guru yang terjadi didalam kelas selama
proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara siswa dan guru dalam
pembelajaran, serta interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan pendekatan Brain Based Learning. Instrumen lembar observasi ini diisi
oleh observer, yakni guru matematika kelas eksperimen.
Aktivitas siswa yang diamati pada waktu pembelajaran berlangsung antara
lain: mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, mempelajari lembar
kerja siswa (LKS), melaksanakan instruksi dari guru, berdiskusi antara siswa
dengan siswa ataupun dengan guru, mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru. Sedangkan aktivitas guru yang diamati adalah sebagai berikut:
penyampaian tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menjelaskan materi
secara lisan/tulisan, mengajukan pertanyaan, membimbing ativitas siswa, serta
menutup kegiatan pembelajaran.
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tes, dilakukan sebelum (pretes) dan sesudah (postes) proses pembelajaran
terhadap kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol. Waktu
pelaksanaan tes awal dan tes akhir dilakukan secara bersamaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol agar data yang dihasilkan lebih akurat
dan tidak menimbulkan kebocoran soal dari siswa yang telah mendapatkan
tes terlebih dahulu.
2. Skala sikap diberikan kepada seluruh siswa. Instrumen skala sikap ini
diberikan setelah seluruh pembelajaran selesai dilaksanakan dan setelah
dilakukan postes.
3. Wawancara dilakukan pada siswa setelah proses pembelajaran selesai.
Dimana beberapa siswa dipilih secara acak.
4. Dalam pengisian Lembar observasi dilakukan pada setiap pembelajaran
(treathment) berlangsung. Untuk observer sendiri adalah guru matematika
kelas eksperimen yang terlibat langsung dalam pemantauan pada saat
proses pembelajaran dilakukan.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes
a. Uji Normalitas
Hipotesis yang telah dirumuskan, nantinya akan di uji menggunakan
perhitungan statistika, antara lain dengan meghitung normalitas,
homogenitas data dan uji hipotesis. Uji normalitas digunakan agar data
yang didapatkan dapat terlihat berdistribusi normal atau tidak. Maksud dari
kata normal tersebut adalah apakah sebaran data siswa yang diperoleh
mendapatkan nilai tinggi, sedang dan rendah. Rumus untuk menghitung
normalitas menurut Riduwan (2004, hlm. 182) sebagai berikut:
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
= frekuensi yang diamati
Adapun untuk melakukan uji normalitas data pada penelitian ini
digunakan program software Statistics Passage for the Social Sciense
(SPSS) 21.0 for windows. Dengan cara memasukkan data yang akan
diproses pada program, kemudian pilih analyze, descriptive statistics dan
explore, maka akan keluar berupa output nilai uji normalitas yang
diinginkan setelah sebelumnya melengkapi data input. Output ini
menjelaskan hasil uji apakah sebuah distribusi data bisa dikatakan normal
atau tidak. Pedoman pengambilan keputusan menurut Susanto (2010,
hlm.186) Hipotesis untuk uji normalitas yaitu sebagai berikut:
H0 : data berdistribusi normal
Hα : data tidak berdistribusi normal
Uji statistik yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk, dimana taraf
signifikansinya (α) sebesar 0,05. Dengan kriteria keputusan sebagai
berikut:
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians
yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui apakah kelompok
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen
digunakan uji F, menurut Sudjana (2005, hlm.249), sebagai berikut:
F = 2
2
2
1
S
S
Keterangan:
2
1S = variansi besar
2
2S = variansi kecil
Hipotesis untuk uji homogenitas sebagai berikut:
H0 : kedua variansi sama (homogen)
Hα : kedua variansi tidak sama (heterogen)
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi (Sig.) ≤ 0,05 maka ditolak
Jika signifikansi (Sig.) > 0,05 maka diterima
Untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan bantuan software Statistics Passage for the Social
Science (SPSS) 21.0 for windows. Dengan cara memasukkan data yang
akan diproses pada program, kemudian pilih analyze, descriptive
statistics dan explore, maka akan keluar berupa output nilai uji
homogenitas yang diinginkan setelah sebelumnya melengkapi data input.
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji hasil rata-rata
kelas kontrol dan kelas eksperimen apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa kedua kelompok sama atau tidak. Syarat untuk
melakukan uji-t ini adalah ketika uji normalitas dan uji homogenitas
terpenuhi. Adapun rumus untuk menghitung uji-t menurut Arikunto
(2010, hlm. 349) adalah:
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
r = Nilai Korelasi X1 dengan X2
n1 dan n2 = Jumlah sampel
dan = Rata-rata sampel ke-1 dan sampel ke-2
1 dan = Standar Deviasi sampel ke-1 dan sampel ke-2
S1 dan S2 = Varians sampel ke-1 dan sampel ke-2
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima.
Perhitungan uji t dalam penelitian ini, akan diperoleh menggunakan
untuk menghitung data statistik, yaitu software SPSS 21.0 setelah
mengatahui normalitas dan homogenitas datanya, dengan cara memasukan
data yang akan diolah pada cell baru (variabel view) kemudian pilih
analisis compare means dan klik independent–samples t test dan apabila
data tidak normal pengolahannya menggunakan uji Man-Whitney U.
Setelah dimasukan data pada variebel view maka akan keluar output
berupa tabel uji t.
d. Pengelompokkan Nilai Pretes dan Postes
Pengelomppokkan data ini dilakukan untuk mengelompokkan nilai,
baik nilai pretes maupun postes, nilai tersebut dikelompokkan berdasarkan
nilai kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian siswa kedalam tiga
kategori didasarkan menurut Arikunto (dalam Aliyah, 2013, hlm. 36)
Jika x ≥ ( + std ) maka x masuk kedalam kelompok Tinggi
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika ( - std) ≤ x < ( + std ) maka x masuk kedalam kelompok
Sedang
Jika x < ( - std ) maka x masuk kedalam kelompok Rendah
Keterangan:
x = nilai siswa
= nilai rata-rata kelas
Std = nilai standar deviasi kelas
e. Analisis Data Pengelompokkan Nilai Postes Eksperimen
Pada analisis ini dimaksudkan untuk menganalisis hasil postes
siswa kelas eksperimen. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat adakah
perbedaan nilai belajar masing-masing sub kelompok pada kelas
eksperimen. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software SPSS 21.0
for Windows. Setelah dibagi kedalam beberapa sud kelompok nilai, maka
dilakukan uji One way Anova (uji perbedaan rata-rata lebih dari dua
kelompok) dengan cara memasukkan data nilai postes kelas eksperimen
kedalam tabel pada SPSS 21.0 lalu pilih Analizy pilih Compare Means
pilih One-Way Anova pada Post Hoc Multiple Comparisons ceklis
Scheffe dan klik Continue maka, akan muncul hasil dari pengolahan data
tersebut. uji Scheffe sendiri untuk mencari manakah diantara tiga
kelompok yang berbeda dan yang tidak berbeda.
f. Perhitungan Gain Ternormalisasi
Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan kemampuan dasar komunikasi matematis siswa
selama penelitian ini baik dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan Brain Based Learning maupun pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konvensional. Adapun perhitungan gain
ternormalisasi menggunakan bantuan software Ms. Exel dengan rumus
Melzer (Humaeroh, 2014, hlm. 42) sebagai berikut:
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
%100
..
..x
pretesskoridealskor
pretesskorpostesskorg
Dimana skor ideal yaitu 100.
Acuan untuk melihat peningkatan N-Gain digunakan tabel berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi N–Gain
Gain Klasifikasi
g>0,7 gain tinggi
0,3<g≤0,7 gain sedang
g≤0,3 gain rendah
2. Analisis Data Non-Tes
a. Analisis Data Skala Sikap
Data yang dikumpulkan dari skala sikap kemudian dianalisis dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Setelah pelaksanaan uji tes akhir, siswa langsung diberikan seperangkat tes
skala sikap. Setiap butir skala sikap yang terkumpul kemudian rerata
jumlah siswa yang menjawab SS, S, TS, atau STS dihitung, cara ini
bertujuan untuk mengungkap kecendrungan pilihan siswa secara umum.
Tingkat persetujuan siswa untuk masing-masing item dihitung. Data hasil
angket ini kemudian dibuat bentuk persentase untuk mengetahui frekuensi
masing-masing alternatif jawaban yang diberikan.
Dalam pengolahan data, digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = Persentase jawaban
n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4
n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3
n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2
n4 = banyaknya siswa yang menjawab skor 1
Skor Ideal = jumlah responden x skor maksimal= 25 x 4 = 100
Nurchasanah,2016
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian menurut Riduwan (2008, hlm. 88) dibawah ini merupakan
kriteria interpretasi skor skala sikap.
Tabel 3.5
Kriteria Persentase Skala Sikap
Persentase Kriteria
0% - 20% Sangat lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
81% - 100% Sangat kuat
c. Analisis Data Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap 5 siswa dari kelas eksperimen yang
dipilih secara acak dari masing-masing kelompok rendah, sedang, dan
tingggi pada tiap-tiap kelas eksperimen. Untuk mengetahui respon atau
tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Brain Based Learning dan untuk memperkuat hasil dari
data kuesioner yang telah didapat.
d. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel guna untuk
memudahkan dalam membaca data. Data tersebut kemudian dianalisis
untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung apakah aspek-aspek yang dituliskan dalam lembar observasi
dilaksanakan atau tidak.