Transcript
Page 1: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

31

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Obyek Daya Tarik Wisata Suaka Alam Merapi

Obyek daya tarik wisata (ODTW) Suaka Alam Merapi dibagi menjadi dua

cluster, yaitu obyek di dalam kawasan dan obyek di luar kawasan (Gambar 4).

Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta

(PBH), Parak Batuang (PB), Shelter Paninjauan (SP), Terowongan Pakis (TP),

Cadas (C), Tugu Abel Tasman (TAT), Kawah Merapi (KM), Puncak Merpati

(PM) dan Taman Edelweis (TE). Lima obyek yang berada di luar kawasan, yaitu

nagari tenunan/ukiran Pandai Sikek, komplek makam Haji Miskin, komplek

makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, air terjun Lembah Anai dan kawasan

pertanian Koto Baru. Selain obyek-obyek tersebut, juga terdapat berbagai atraksi

budaya, seperti randai dan adu kerbau, serta makanan tradisional “bika”.

Gambar 4 Denah obyek Suaka Alam Merapi dan nagari sekitarnya.

Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur

Koto Baru) akan dianalisis dengan menggunakan tabel kriteria penilaian dan

pengembangan obyek daya tarik wisata oleh Ditjen PHKA (2003) yang telah

dimodifikasi. Unsur yang dinilai meliputi unsur daya tarik dan unsur kadar

hubungan (aksesibilitas).

Page 2: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

32

5.1.1 Daya Tarik

Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut

adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

menonjol, kepekaan sumberdaya alam, variasi kegiatan wisata, kebersihan lokasi

dan keamanan kawasan.

5.1.1.1 Keunikan Sumberdaya Alam

Lima obyek yang memiliki nilai tertinggi (20), yaitu Pesangrahan Bung

Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.

Kelimanya masing-masing mempunyai tiga jenis sumberdaya alam yang

menonjol, secara umum keunikan sumberdaya alam yang dapat dinikmati di

lokasi obyek adalah pemandangan alam (Tabel 16).

Tabel 16 Penilaian keunikan sumberdaya alam No Obyek Keunikan Sumberdaya Alam Nilai 1.

Pesangrahan Bung Hatta a) Sumber air panas b) Peninggalan sejarah: bekas bangunan

Pesangrahan Bung hatta c) Flora: Pinus (Pinus merkusii)

20

2. Parak Batuang a) Flora: hutan bambu 10 3. Shelter Paninjauan a) Pemandangan alam

b) Fauna: burung Sepah (suku Caepephagidae) dan Kelasi

c) Air: Mata ai r Barakaik

20

4. Terowongan Pakis a) Flora: pakis dan lumut b) Gua tanah berbentuk terowongan

15

5. Cadas a) Pemandangan alam b) Flora: Cantigi c) Batuan gunung berapi

20

6. Tugu Abel Tasman a) Tugu: Abel Tasman, seorang pendaki yang meninggal di Gunung Merapi.

10

7. Kawah Merapi a) Kawah: 7 buah kawah Merapi (Verkeed, Bungsu, Tuo, Bungo, a, b dan c)

b) Batuan gunung berapi

15

8. Puncak Merpati a) Puncak tertinggi Gunung Merapi: puncak Merpati

b) Pemandangan alam c) Batuan gunung berapi

20

9. Taman Edelweis a) Flora: bunga Edelweis (Anaphalis javanica)

b) Pemandangan alam c) Peninggalan sejarah: bekas makam

Tungku Tigo Sajarangan

20

Page 3: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

33

Gambar 5 Pesangrahan Bung Hatta.

Gambar 6 Shelter Paninjauan.

Gambar 7 Cadas.

Gambar 8 Tugu Abel Tasman.

Gambar 9 Kawah Merapi.

Gambar 10 Puncak Merpati.

Gambar 11 Taman Edelweis (Sumber: Mapala UNAND).

Page 4: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

34

Gambar 12 Parak Batuang.

Gambar 13 Terowongan Pakis.

5.1.1.2 Sumberdaya Alam yang Menonjol

Sumberdaya alam yang menonjol adalah obyek-obyek yang mudah dilihat

oleh pengunjung karena jumlahnya banyak. Terdapat dua obyek yang memiliki

nilai tertinggi (20), yaitu Shelter Paninjauan dan Cadas. Keduanya sama-sama

memiliki tiga jenis sumberdaya alam yang menonjol.

Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Tugu Abel Tasman, Puncak

Merpati dan Taman Edelweis sama-sama hanya memiliki satu jenis sumberdaya

alam yang menonjol sehingga diberi nilai 10. Pesangrahan Bung Hatta memiliki

sumber air panas, Parak Batuang memiliki hutan bambu, Tugu Abel Tasman dan

Puncak Merpati memiliki pemandangan alam, sedangkan Taman Edelweis

memiliki flora (Edelweis). Terowongan Pakis dan Kawah Merapi masing-

masingnya memiliki dua jenis sumberdaya alam yang menonjol sehingga nilainya

15.

Tabel 17 Penilaian banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol No Obyek Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol Nilai 1.

Pesangrahan Bung Hatta

Air: sumber air panas 10

2. Parak Batuang Flora: Bambu 10 3. Shelter Paninjauan Pemandangan alam, fauna: burung dan Kelasi, flora:

pohon Shorea sp. 20

4. Terowongan Pakis Flora : Pakis, air : sumber mata air 15 5. Cadas Pemandangan alam, batuan gunung berapi, flora: Cantigi

gunung (Vaccinium sp.) 20

6. Tugu Abel Tasman Pemandangan alam 10 7. Kawah Merapi Kawah, batuan gunung berapi 15 8. Puncak Merpati Pemandangan alam 10 9. Taman Edelweis Flora: bunga Edelweis 10

Page 5: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

35

5.1.1.3 Kepekaan Sumberdaya Alam

Kepekaan sumberdaya alam meliputi nilai sejarah/mitos, nilai

pengetahuan, nilai keindahan dan nilai pengobatan (Tabel 18). Seluruh obyek

umumnya memiliki nilai sejarah/mitos. Hal ini disebabkan karena kesembilan

obyek tersebut merupakan bagian dari kesatuan Gunung Merapi yang bernilai

sejarah tinggi bagi masyarakat Minangkabau. Obyek yang memiliki nilai

kepekaan tertinggi adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Cadas, Kawah

Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Ketiganya memiliki tiga nilai

kepekaan, sehingga masing-masingnya bernilai 20. Tugu Abel Tasman memiliki

dua nilai kepekaan sehingga diberi nilai 15, sedangkan Shelter Paninjauan dan

Terowongan Pakis memperoleh nilai terendah (10) karena masing-masingnya

hanya memiliki satu nilai kepekaan.

Tabel 18 Penilaian kepekaan sumberdaya alam No Obyek Kepekaan Sumberdaya Alam Nilai 1. Pesangrahan Bung Hatta Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20 2. Parak Batuang Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20 3. Shelter Paninjauan Nilai keindahan 10 4. Terowongan Pakis Nilai keindahan 10 5. Cadas Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 6. Tugu Abel Tasman Nilai sejarah / mitos, pengetahuan 15 7. Kawah Merapi Nilai sejarah / mitos, pengetahuan dan keindahan 20 8. Puncak Merpati Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 9. Taman Edelweis Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20

1) Nilai sejarah/mitos

Keberadaan Gunung Merapi sangat kental karena mempunyai nilai historis

bagi masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Menurut sejarahnya, nenek

moyang orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Merapi, hal ini ditandai

dengan terdapatnya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar. Nagari

Pariangan merupakan cikal bakal dari lahirnya sistem pemerintahan masyarakat

berbasis nagari di Sumatera Barat.

Catatan sejarah Minangkabau menyebutkan bahwa Nagari Pariangan

adalah nagari asal suku Minangkabau. Tambo (Catatan sejarah Minangkabau)

menyatakan bahwa nenek moyang orang Minangkabau adalah keturunan Iskandar

Zulkarnain, yaitu dari salah seorang puteranya yang bernama Sutan Maharajo

Dirajo. Sutan Maharajo Dirajo melakukan rute pelayaran sampai akhirnya beliau

terdampar disebuah puncak gunung yang belakangan dikenal dengan sebutan

Gunung Merapi. Terkait dengan hal ini, falsafah adat Minangkabau:

Page 6: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

36

“Dek lamo bakalamoan, nampaklah gosong dari lauik yang sagadang talua itiak

sadang dilamun-lamun ombak”

(artinya: setelah lama berlayar, terlihat pulau yang sangat kecil kira-kira sebesar

telur itik, yang kelihatan hanya timbul tenggelam sesuai dengan naik turunnya

ombak). Pulau yang kecil itu adalah puncak Gunung Merapi.

Sutan Maharajo Dirajo dan pengikutnya di kapal adalah cikal bakal nenek

moyang orang Minangkabau. Pada lereng Gunung Merapi bagian tenggara

tersebut Sutan Maharajo Dirajo membangun Nagari Pariangan (sekitar tahun 1119

M). Berkaitan dengan hal ini, masyarakat Minangkabau memiliki pantun adat

yang berbunyi:

Darimano asa titik palito (Darimana asal titik pelita)

Dibaliak telong nan batali (Dari balik telong yang bertali)

Darimano asa niniak moyang kito (Darimana asal nenek moyang kita)

Dari lereang Gunuang Marapi (Dari lereng Gunung Merapi)

Anai-anai tabang ka rimbo (Anai-anai terbang ke hutan)

Tibo di rimbo mamakan padi (Sampai di hutan memakan padi)

Darimano datang nenek moyang kito (Darimana nenek moyang kita)

Dari puncak Gunuang Marapi (Dari puncak Gunung Merapi)

Obyek berikutnya yang memiliki nilai sejarah yang penting adalah

Pesangrahan Bung Hatta yang dahulunya bernama Amore Nature. Pada tahun

1822, tempat ini digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda sebagai tempat

peristirahatan tentara Belanda yang bermarkas di Benteng Fort de Kock, Bukit

Tinggi. Pada tahun 1942, tempat ini diambil alih oleh pemerintahan Jepang

dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat peristirahatan tentara Jepang.

Hingga saat kemerdekaan Indonesia (1945) Pesangrahan diambil alih oleh Tentara

Keamanan Rakyat (TKR) di bawah naungan Batalyon Marapi. Berikutnya saat

terjadi Agresi Militer Belanda II di Indonesia, Pesangrahan digunakan oleh Bung

Hatta dan pejuang-pejuang Indonesia untuk mengadakan rapat dan pertemuan

rahasia. Sejak itu, tempat ini dinamakan masyarakat sebagai Pesangrahan Bung

Hatta.

Taman Edelweis terletak di kawasan puncak Gunung Merapi juga

mempunyai nilai sejarah. Menurut wawancara dengan masyarakat Nagari Koto

Baru, di dalam Taman Edelweis ini terdapat bekas makam Tungku Tigo

Page 7: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

37

Sajarangan, lambang sejarah rakyat Minangkabau. Taman Edelweis ditengahnya

dilalui oleh sungai kecil yang airnya sangat jernih. Dari taman ini dapat dinikmati

langsung pemandangan Danau Maninjau dan Danau Singkarak.

2) Nilai pengetahuan

Nilai pengetahuan dihubungkan dengan status kawasan sebagai Suaka

Alam. Suaka Alam Merapi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi cagar alam dan

fungsi suaka margasatwa (PP No. 68 Tahun 1998). Nilai pengetahuan dari

fungsinya sebagai Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang dimanfaatkan

untuk penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, wisata alam

terbatas dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Nilai

pengetahuan diaplikasikan dalam kegiatan pengamatan flora/fauna, pengetahuan

gejala geologi dan vulkanologi dan pendidikan konservasi. Enam dari sembilan

obyek memiliki nilai pengetahuan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang,

Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.

3) Nilai pengobatan

Nilai pengobatan hanya dimiliki oleh Pesangrahan Bung Hatta dan Parak

Batuang. Pesangrahan Bung Hatta memiliki sumber air panas yang berasal dari

Gunung Merapi. Sumber air panas tersebut mengandung zat belerang yang dapat

digunakan sebagai media pengobatan bagi pengunjung. Parak Batuang memiliki

nilai pengobatan karena obyek tersebut berupa hutan bambu. Bagian bambu yang

berkhasiat obat adalah air batang, sebagai obat batuk. Batang bambu yang masih

muda (rebung) dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan.

4) Nilai keindahan

Nilai keindahan dimiliki oleh obyek Shelter Paninjauan, Terowongan

Pakis, Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Keenam

obyek tersebut memiliki nilai keindahan berupa pemandangan alam dan atau

gejala alam.

5.1.1.4 Variasi Kegiatan Wisata

Pesangrahan Bung Hatta dan Cadas adalah dua obyek yang memiliki lebih

dari lima variasi kegiatan wisata (Tabel 19). Keduanya mendapatkan nilai 30.

Page 8: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

38

Tabel 19 Penilaian variasi kegiatan wisata No Obyek Variasi Kegiatan Wisata Nilai 1.

Pesangrahan Bung Hatta

Camping, kegiatan pendidikan, wisata sejarah, wisata kesehatan, hiking, fotografi dan menikmati pemandangan alam

30

2. Parak Batuang Camping, hiking dan kegiatan pendidikan 20 3. Shelter Paninjauan Camping, hiking, fotografi dan kegiatan pendidikan 25 4. Terowongan Pakis Fotografi, hiking dan kegiatan pendidikan 20 5. Cadas Fotografi, Hiking, camping, menikmati pemandangan

alam dan kegiatan pendidikan 30

6. Tugu Abel Tasman Fotografi, wisata sejarah dan hiking 20 7. Kawah Merapi Fotografi, hiking dan wisata pendidikan 20 8. Puncak Merpati Fotografi dan menikmati pemandangan alam 15 9. Taman Edelweis Fotografi, menikmati pemandangan dan wisata

pendidikan 20

5.1.1.5 Kebersihan Lokasi

Nilai kebersihan lokasi tertinggi diperoleh obyek Parak Batuang (20).

Parak Batuang tidak mendapat pengaruh dari tiga faktor, yaitu alam, binatang

penganggu dan sampah (Tabel 20).

Tabel 20 Penilaian kebersihan lokasi No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai 1.

Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam b) Binatang penganggu

15

2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam b) Binatang penganggu c) Sampah

20

3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

6. Tugu Abel Tasman Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

7. Kawah Merapi Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu b) Sampah

15

8. Puncak Merpati Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10

Kebersihan lokasi obyek lainnya dipengaruhi alam, sampah dan coretan

(vandalisme). Pengaruh alam karena sebagian besar obyek berada di lereng

Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan gunung berapi aktif yang telah

mengalami beberapa kali letusan (1822-1973). Mutu lingkungan Suaka Alam

Merapi (Jalur Koto Baru) semakin menurun karena terdapatnya banyak sampah

dan coretan (vandalisme) pada obyek (Gambar 14).

Page 9: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

39

Gambar 14 Kebersihan lokasi di Suaka Alam Merapi. Ket: (A) Sampah bekas

pendaki di Shelter Paninjauan; (B) Vandalisme di batuan Cadas; (C) vandalisme pada obyek Tugu Abel Tasman.

5.1.1.6 Kemanan Kawasan

Obyek yang disekitarnya terdapat hutan, relatif aman dari penebangan liar

dan kegiatan perambahan. Seluruh obyek umumnya aman dari ancaman binatang

penganggu (Tabel 21). Tujuh dari sembilan obyek (kecuali Pesangrahan Bung

Hatta dan Parak Batuang) dipengaruhi peristiwa kebakaran yang disebabkan oleh

letusan kawah Gunung Merapi. Masalah utama terkait keamanan kawasan yang

paling sering dihadapi pengelola adalah kegiatan pengambilan dan pencurian

Bunga Edelweis di Taman Edelweis oleh pengunjung (Gambar 15).

Gambar 15 Pengambilan bunga edelweis dan bunga padi adalah salah satu

bentuk gangguan terhadap kawasan.

Tabel 21 Penilaian keamanan kawasan No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai 1.

Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran c) Jenis flora dan fauna eksotik

20

2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran c) Jenis flora dan fauna eksotik

20

A B C

Page 10: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

40

Tabel 21 (Lanjutan) No Obyek Kebersihan Lokasi

(6) Nilai

3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

6. Tugu Abel Tasman - 1 7. Kawah Merapi - 1 8. Puncak Merpati Garuda - 1 9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Jenis flora dan fauna eksotik 10

Bobot total sembilan obyek di Suaka Alam Merapi (Tabel 22) yang

memiliki daya tarik tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta

(690), Cadas (690), Parak Batuang (600), Shelter Paninjauan (600), Taman

Edelweis (540), Kawah Merapi (516), Terowongan Pakis (510), Puncak Merpati

(456) dan Tugu Abel Tasman (396). Delapan obyek termasuk ke dalam klasifikasi

sedang karena berada dalam selang 420-750 (Tabel 6), sedangkan satu obyek

termasuk ke dalam klasifikasi rendah, yaitu Tugu Abel Tasman (396).

Tabel 22 Rekapitulasi penilaian daya tarik Suaka Alam Merapi No Unsur / Sub Unsur PBH PB SP TP C TAT KM PM TE 1. Keunikan sumberdaya

alam 20 10 20 15 20 10 15 20 20

2. Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol

10 10 20 15 20 10 15 10 10

3. Kepekaan sumberdaya alam

20 20 10 10 20 15 20 20 20

4. Variasi kegiatan wisata 30 20 25 20 30 20 20 15 20 5. Kebersihan lokasi 15 20 10 10 10 10 15 10 10 6. Keamanan kawasan 20 20 15 15 15 1 1 1 10

Total Nilai Sub Unsur 115 100 100 85 115 66 86 76 90 Bobot Total =

Total Nilai Sub Unsur x 6 690 600 600 510 690 396 516 456 540

Klasifikasi Penilaian S* S* S* S* S* R* S* S* S* Keterangan PBH : Pesangrahan Bung Hatta C : Cadas TE : Taman Edelweis PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman S* : Klasifikasi Sedang SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi B* : Klasifikasi Rendah TP : Terowongan Pakis PMG: Puncak Merpati

5.1.2 Kadar Hubungan (Aksesibilitas)

Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk berpindah/bepergian dari

tempat tinggal wisatawan ke tempat yang menyediakan atraksi wisata. Obyek-

Page 11: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

41

obyek di Suaka Alam Merapi dapat diakses melalui 3 jalur, yaitu jalur Koto Baru

di Nagari Koto Baru, jalur Simabur di Nagari Pariangan dan jalur Kacawali di

Nagari Candung. Jalur Koto Baru (Gambar 16) adalah jalur aktif yang digunakan

oleh pengunjung untuk tujuan pendakian, jalur ini sudah sangat jelas dan relatif

mudah diakses. Jalur Koto Baru dimulai pada ketinggian 1.225 m dpl dengan

waktu tempuh 5-6 jam perjalanan, jaraknya ± 80 km dari Padang dengan kondisi

jalan baik, bobot untuk kategori ini adalah 60. Perjalanan dari Padang

membutuhkan waktu 1 jam 20 menit, dari Bukit Tinggi membutuhkan waktu 20-

30 menit dan dari Padang Panjang hanya membutuhkan waktu 15-20 menit.

Pengunjung naik angkutan umum dari Koto Baru menuju persimpangan

Nagari Pandai Sikek. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojek (15

menit) menuju tower (pintu masuk kawasan). Jalan menuju tower adalah jalan

aspal yang sebagiannya sudah rusak, sepanjang perjalanan pengunjung dapat

melihat pemandangan lahan perkebunan penduduk yang asri. Dari tower,

pengunjung menuju Pesangrahan Bung Hatta, berupa areal datar bekas bangunan

bersejarah “Bung Hatta”. Pengunjung selanjutnya akan menemukan Parak

Batuang, jalur dari Parak Batuang berupa tanjakan dari undakan akar kayu. Pada

ketinggian 1.750 m dpl, pengunjung akan menemukan Shelter Paninjauan.

Pengunjung dapat melihat pemandangan kota Bukit Tinggi dan sekitarnya, tempat

ini menjadi lokasi favorit pemberhentian sementara pengunjung. Obyek

berikutnya yang ditemui adalah Terowongan Pakis, berupa goa sempit yang

dipayungi oleh jalinan daun paku/pakis. Pada salah satu titik di hutan pakis,

terdapat sumber mata air yang bernama mata air Pintu Angin (2.277 m dpl).

Akses jalur menuju kawasan puncak (Cadas, Kawah Merapi, Puncak

Merpati dan Taman Edelweis) akan terus berupa alur naik, akar pohon, bebatuan

gamping dan jalan yang licin serta berbatu. Pada beberapa titik, jalur akan

terpecah menjadi dua, akan tetapi di jalur berikutnya akan menjadi satu lagi. Dari

Cadas, pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan alam khas

pegunungan dengan deretan kawasan pegunungan Bukit Barisan. Sekitar 2,5 km

(2 jam perjalanan) dari Cadas, pengunjung sampai di kawasan puncak, disana ada

obyek berupa Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman

Edelweis.

Page 12: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

42

Gambar 16 Denah Obyek Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).

Page 13: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

43

Unsur aksesibilitas terdiri dari tiga sub unsur. Ketiga unsur tersebut adalah

kondisi dan jarak jalan darat dari ibukota provinsi ke kawasan, pintu gerbang

nasional/internasional dan waktu tempuh dari ibukota provinsi (Tabel 23).

Tabel 23 Penilaian kriteria aksesibilitas Suaka Alam Merapi No Aksesibilitas Nilai 1. Kondisi dan jarak jalan dari darat ibukota provinsi ke

kawasan 60

2. Pintu gerbang nasional/internasional 40 3. Waktu tempuh dari ibukota provinsi 30 Total Nilai Sub Unsur 130 Bobot Total = Total Nilai Sub Unsur x 5 650 Klasifikasi Penilaian Tinggi

Nilai bobot aksesibilitas kesembilan obyek tidak berbeda karena berada

pada jalur yang sama, yaitu Jalur Koto Baru. Kondisi jalan darat yang baik akan

memudahkan perjalanan pengunjung. Kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur Koto

Baru) dapat ditempuh dari berbagai daerah di Sumatera Barat (Tabel 23) melalui

jalan darat dengan kondisi yang relatif baik. Suaka Alam Merapi dikelilingi jalan

raya yang sebagian besarnya beraspal hot mix.

Tabel 24 Aksesibilitas Suaka Alam Merapi dari kantor pusat pengelola dan pemerintahan

No Nama Lokasi Lokasi Jarak (km) 1 Balai KSDA (Pengelola) Padang ± 80 2 Seksi KSDA (Pengelola) Batusangkar ± 20 3 Ibukota Kabupaten Tanah Datar Batusangkar ± 15 4 Ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung ± 75

Sumber: BKSDA Sumatera Barat (2007)

Transportasi merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan agar

pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah. Jalan menuju Suaka Alam

Merapi (Jalur Koto Baru) merupakan jalan lintas yang menghubungkan berbagai

kota besar di Sumatera Barat, seperti Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi.

Suaka Alam Merapi berdekatan dengan pintu gerbang nasional/internasional,

yaitu Bandara Internasional Minangkabau (BIM), jaraknya ± 78 km dan diberi

skor 40. Waktu tempuh dari pusat ke obyek Suaka Alam Merapi adalah 1,5-2 jam

perjalanan dan diberi skor 30. Nilai bobot total kadar hubungan/aksesibilitas

bernilai 650. Artinya, kadar hubungan (aksesibilitas) Suaka Alam Merapi dan

obyek-obyek didalamnya termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tinggi berada

dalam selang 525-750.

Page 14: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

44

5.1.3 Rekapitulasi Kriteria Penilaian ODTW Suaka Alam Merapi

Rekapitulasi penilaian ODTW Suaka Alam Merapi (Tabel 25) diketahui

melalui penjumlahan bobot total kriteria daya tarik dan aksesibilitas pada

sembilan obyek yang dilakukan penilaian (Gambar 17). Obyek-obyek dengan

total skor tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta (1340), Cadas

(1340), Parak Batuang (1250), Shelter Paninjauan (1250), Taman Edelweis

(1190), Kawah Merapi (1166), Terowongan Pakis (1160), Puncak Merpati (1106)

dan Tugu Abel Tasman (1046).

Tabel 25 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTW SA Merapi No Unsur / Sub

Unsur PBH PB SP TP C TAT KM PM TE

1. Daya Tarik 690 600 600 510 690 396 516 456 540 2. Aksesibilitas 650 650 650 650 650 650 650 650 650 Bobot Total = Daya tarik + Aksesibilitas

1340 1250 1250 1160 1340 1046 1166 1106 1190

1340

1250

1250

1160

1340

1046

1166

1106

1190

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

PBH

PB

SP

TP

C

TAT

KM

PM

TE

Oby

ek

Bobot Total (Daya Tarik + Aksesibilitas)

Jumlah nilai minimal dari kedua klasifikasi (daya tarik dan aksesibilitas)

untuk bisa dikembangkan sebagai obyek wisata adalah 720 (Tabel 6), yaitu limit

terendah dari klasifikasi sedang (daya tarik = 420, aksesibilitas = 300). Delapan

dari sembilan obyek direkomendasikan sebagai obyek ekowisata. Tugu Abel

Tasman mendapatkan total skor melebihi 720, namun obyek tersebut mendapat

Keterangan PBH : Pesangrahan Bung Hatta TP : Terowongan Pakis PM : Puncak Merpati PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman TE : Taman Edelweis SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi

Gambar 17 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTW Suaka Alam Merapi.

Page 15: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

45

skor rendah untuk unsur utama, yaitu daya tarik, sehingga tidak direkomendasikan

sebagai obyek ekowisata.

5.2 Obyek Daya Tarik Wisata Sekitar Suaka Alam Merapi

Jalur Koto Baru berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang memiliki

obyek wisata budaya dan sejarah. Obyek-obyek tersebut dapat dijadikan obyek

ekowisata penunjang. Obyek-obyek tersebut adalah nagari tenunan dan ukiran

“Pandai Sikek”, komplek makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, situs makam

Haji Miskin, air terjun Lembah Anai, makanan tradisional “Bika Si Mariana”,

atraksi budaya (randai dan adu kerbau) dan kawasan pertanian Koto Baru.

5.2.1 Tenunan dan Ukiran “Pandai Sikek”

Tahun 1347, Raja Minangkabau “Adityawarman” memindahkan pusat

kerajaan Minangkabau ke Pagaruyung yang terletak di sekitar Gunung Merapi.

Sejak itu berkembang kebudayaan dan kesenian Minangkabau, seperti budaya

menenun. Adat istiadat Minangkabau mewajibkan masyarakatnya, terutama

datuk, raja dan puti untuk selalu memakai kain tenunan dalam setiap acara adat.

Kata-kata adat hampir selalu diabadikan dalam setiap nama motif tenunan kain.

Gambar 18 Nagari Pandai Sikek. Ket: (A) Ibu Hj. Sanuar, pimpinan “Rumah

Pusako”; dan (B) Pusat kerajinan Pandai Sikek “Rumah Pusako”. Seluruh nagari di Minangkabau (Sumatera Barat) umumnya memiliki

pusat-pusat kerajinan tenunan, masing-masing mempunyai corak tersendiri.

Tenunan yang terkenal adalah tenunan dan sulaman Pandai Sikek. Nagari Pandai

Sikek sangat berdekatan dengan Nagari Kotobaru yang merupakan jalur masuk

menuju obyek-obyek dalam kawasan. Salah satu pusat kerajinan Pandai Sikek

yang terkenal adalah “Rumah Pusako” yang saat ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sanuar.

Keluarga Hj. Sanuar sudah lebih dari 250 tahun bermukim di Nagari Pandai Sikek

dan mengembangkan kerajinan tenunan dan sulaman Pandai Sikek.

A B

Page 16: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

46

Gambar 19 Berbagai bentuk ukiran Pandai Sikek. Ket: (A,B) Ukiran pada

lemari; dan (C) Ukiran pada lampu.

Nagari Pandai Sikek menjadi sentral untuk belajar kerajinan tenunan,

sulaman dan ukiran, memiliki 446 unit usaha sentra industri kecil/kerajinan

dengan jumlah tenaga kerja mencapai 796 orang (BPS Tanah Datar 2006). Berikut

adalah daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek (Tabel 26).

Tabel 26 Daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek No Nama Toko Alamat Pimpinan A. TENUNAN 1. Pandai Sikek Art Centre Jl. Pandai Sikek No. 5 (0752) 498240 2. Fatimah Sayuti Simpang Koto Tinggi (0752) 498162 3. Indah Karya Jl. Pandai Sikek No. 293 (0752) 498466 4. Yun’s Traditional Weaving Pasar Pandai Sikek 5. Pusako Traditional Weaving Jl. Pandai Sikek (0752) 498193 6. Pusako Minang Jl. Koto Laweh, Pandai Sikek 7. Ati Pinang Jorong Koto Tinggi, Pandai Sikek (0752) 498017 8. Hj. Jalisah Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498305 9. Srikandi Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498496

10. Songket Balapah Nagari Pandai Sikek 11. Nan Sari Baruah, Pandai Sikek Dt.Mangkuto Kayo 12. Tenun Pusako Baruah, Pandai Sikek Hj. Sanuar 13. Weaving House Baruah, Pandai Sikek Hj. Yurni 14. Hj. Marlis Baruah, Pandai Sikek Hj. Marlis 15. Minang Maimbau Pagu-Pagu, Pandai Sikek Wawan S. 16. Puti Rumah Gadang Koto Tinggi, Pandai Sikek Sulnita Rahim 17. Amanah Tanjuang, Pandai Sikek B. UKIRAN 1. Istana Art Shop Baruah, Pandai Sikek 2. Can Umar Nagari Pandai Sikek 3. Atrinovrizal Nagari Pandai Sikek 4. Nivia Warman Nagari Pandai Sikek 5. Lima Saudara Nagari Pandai Sikek M. Natsir 6. Afrizal Nagari Pandai Sikek 7. Istiqamah Nagari Pandai Sikek Alwirzal 8. Limbago Nagari Pandai Sikek Afauzi 9. Fatimah Sayuti Nagari Pandai Sikek (0752) 498162

10. Saciok Bak Ayam Nagari Pandai Sikek Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Kabupaten Tanah Datar (2009)

A B C

Page 17: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

47

5.2.2 Cagar Budaya (Komplek Makam dan Mesjid)

Nagari Pandai Sikek dan Nagari Koto Laweh memiliki situs cagar budaya,

berupa komplek makam dan mesjid. Nagari Pandai Sikek memiliki situs makam

Haji Miskin, sedangkan Nagari Koto Laweh memiliki komplek makam dan

mesjid Tuanku Pamansingan.

Gambar 20 Komplek makam Haji Miskin. Ket: (A) Pintu masuk; (B) Komplek

makam; (C) Makam Haji Miskin; dan (D) Pemandangan Gunung Merapi dari makam Haji Miskin.

Haji Miskin dan Tuanku Pamansingan adalah anggota dari Harimau

Salapan (Harimau Delapan berarti 8 orang wali), keduanya adalah pejuang Perang

Paderi di Sumatera Barat. Ajaran Islam di Minangkabau dahulunya tidak

dijalankan secara ketat karena penganutnya masih menganut tradisi adat yang

bertentangan dengan ajaran Islam. Pada waktu itu segolongan ulama di

Minangkabau (1803) melakukan perang Paderi dengan membentuk “Harimau

Salapan”, anggotanya terdiri dari Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kubu Sanang,

Tuanku Ladang Laweh, Tuanku Ambalau, Tuanku Padang Lua, Tuanku Koto

Ambalau, Tuanku Pamansingan dan Tuanku Haji Miskin. Haji Miskin sendiri

adalah salah satu dari empat asisten Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Paderi

(1803-1836).

A B

C D

Page 18: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

48

Gambar 21 Komplek makam Tuanku Pamansingan. Ket: (A) Mesjid Tuanku

Pamansingan; (B) Pintu masuk ke makam; (C) Komplek makam Tuanku Pamansingan dan pengikutnya; dan (D) Wisata ziarah yang dilakukan salah seorang pengunjung.

5.2.3 Air Terjun Lembah Anai

Lembah Anai berupa air terjun yang terletak di Nagari Singgalang.

Bentang alamnya berupa lembah dan air terjun Lembah Anai. Pengunjung yang

menempuh perjalanan Padang – Koto Baru – Bukit Tinggi pasti menikmati

pemandangan air terjun Lembah Anai karena letaknya tepat di seberang jalan

lintas utama. Air terjun Lembah Anai sangat indah dan belum pernah berhenti

mengalir meski musim kemarau sekalipun.

A

B

C D

Page 19: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

49

Gambar 22 Air terjun Lembah Anai. 5.2.4 Makanan Tradisional “Bika Si Mariana”

Koto Baru memiliki makanan tradisional “Bika Si Mariana”. Bika adalah

sejenis penganan (kue) yang terbuat dari tepung beras yang diisi parutan kelapa,

gula merah dan sedikit aroma kayu manis, adonannya dibakar bersama kulit

pisang. Bika dibuat dengan cara dibakar di dalam kuali belanga di atas api kayu

bakar. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakarnya adalah kayu manis

(Cinnamomum burmanii), kayu bakar akan terus diganti hingga bika matang.

Gambar 23 Bika, makanan khas Koto Baru.

5.2.5 Atraksi Budaya: Randai dan Adu Kerbau

Atraksi budaya lainnya yang dapat ditemukan di Kecamatan X Koto

adalah randai dan adu kerbau. Randai adalah salah satu kesenian tradisional

Minangkabau. Randai merupakan perpaduan antara seni sastra, seni musik, seni

tari, seni suara dan pencak silat yang keseluruhannya digabungkan hingga

membentuk sebuah drama. Cerita yang disampaikan di dalam sebuah atraksi

randai biasanya diambil dari cerita-cerita rakyat yang terdapat dalam tambo alam

Page 20: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

50

Minangkabau. Randai Nilam Suri adalah salah satu group randai yang paling

terkenal di Sumatera Barat, terdapat di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto.

Group ini dipimpin oleh Datuk Gindo dengan jumlah anggotanya sebanyak 25

orang.

Gambar 24 Atraksi randai, kebudayaan khas Minangkabau (Sumber: Disbudpar

Kab. Tanah Datar).

Suku Minangkabau mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan

kerbau. Hal ini terlihat pada berbagai identitas budaya Minangkabau, seperti atap

Rumah Gadang (rumah tradisional Sumatera Barat) yang berbentuk seperti tanduk

kerbau. Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau). Kegiatan adu

kerbau di Nagari Koto Baru umumnya dilakukan pada perayaan-perayaan besar,

seperti Hari Kemerdekaan RI.

Gambar 25 Adu kerbau, atraksi budaya Koto Baru (Sumber: Disbudpar Kab.

Tanah Datar).

Page 21: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

51

5.2.6 Kawasan Pertanian Koto Baru

Nagari Koto Baru telah mengembangkan tanaman pertanian dengan jenis

tanaman hortikultura, yaitu wortel, kubis, kentang, tomat, buncis, cabai, bawang

daun dan labu siam (hasil wawancara dengan Wali Nagari Koto Baru). Nagari

Koto Baru berada di dataran tinggi Gunung Merapi.

Kecamatan X Koto umumnya memiliki banyak pasar yang menjual hasil

sayuran, seperti Pasar Koto Baru di Koto Baru, Pasar Rabaa di Panyalaian dan

Pasar Baruah di Pandai Sikek. Sayur-sayuran disini langsung didatangkan dari

kebun masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari lokasi pasar itu juga terhampar

pemandangan kebun sayur masyarakat yang dilatarbelakangi pemandangan alam

Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Pasar yang terdapat di Nagari Koto Baru

luasannya 1,5 ha. Fasilitas yang ada terdiri dari 22 petak los berukuran rata-rata

2x2 m dan 14 gudang berukuran rata-rata 2x4 m. Akan tetapi pasar ini

mempunyai permasalahan ketidaktersediaan fasilitas penunjang, seperti lokasi

parkir dan jumlah gudang yang memadai. Oleh karena itu sejak Oktober 2005

telah dibangun Sub Terminal Agropolitan (STA) yang berada di Jorong Koto,

tepatnya di depan rumah industri makanan tradisional “Bika Si Mariana”.

Luasannya 2,5 ha dan memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap, yaitu

gedung pemasaran, gedung penyimpanan, tempat pameran sayur-sayuran, ruang

penyortiran, perkantoran, mushola, ruang pertemuan dan lapangan parkir.

Gambar 26 Gedung pasar Sub Terminal Agropolitan di Koto Baru.

5.3 Obyek Daya Tarik Wisata di Luar Suaka Alam Merapi

Suaka Alam Merapi (Koto Baru) berbatasan langsung dengan kota wisata

Bukit Tinggi yang memiliki obyek-obyek wisata yang menarik. Bukit Tinggi

Page 22: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

52

adalah kota wisata yang paling terkenal di Sumatera Barat, waktu tempuh dari

Kecamatan X Koto adalah 20 menit menggunakan kendaraan umum. Bukit Tinggi

mempunyai 11 obyek wisata terkenal yang terbagi menjadi obyek wisata alam,

obyek wisata sejarah dan budaya dan obyek wisata pendidikan (Tabel 27).

Tabel 27 Obyek wisata di Bukit Tinggi No Obyek Wisata Gambar Obyek A. OBYEK WISATA ALAM 1. NGARAI SIANOK

Ngarai Sianok berupa lembah yang indah, hijau dan subur. Di bawahnya mengalir anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok dapat dinikmati di pusat Kota Bukittinggi dengan panjang ± 15 km, kedalaman ± 100 m dan lebar ± 200 m.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

2. TAMAN PANORAMA Lokasinya di Jl. Panorama (± 1 Km dari pusat Kota Bukittinggi). Dari dalam taman ini kita menikmati pemandangan yang indah dan mempesona terutama kearah lembah Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Singgalang. Di lokasi ini terdapat kios-kios souvenir khas Minangkabau, warung makanan dan minuman, tempat duduk permanen, parkir dan berbagai fasilitas lainnya.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

3. JANJANG SARIBU Jenjang 1000 merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, juga untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang anggun dan mempesona. Pada tempat wisata ini tersedia tempat peristirahatan (kopel) WC, kolam pancing, lokasi camping serta lapangan parkir yang luas. Disamping itu kita menyaksikan perilaku binatang liar seperti kera dan burung.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

B. OBYEK WISATA SEJARAH DAN BUDAYA 1. JAM GADANG

Didirikan oleh Controleur Rook Maker pada (1926) dan terletak di pusat kota Bukit Tinggi, bangunan ini dirancang oleh Putra Minangkabau Jazid dan Sutan Gigih Ameh. Jam Gadang ini merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung, yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya kita dapat rnenikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi vang dihiasi Gunung, Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

Page 23: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

53

Tabel 27 (Lanjutan) No Obyek Wisata Gambar Obyek 2. BENTENG FORT DE KOCK

Didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun (1825) pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi (1821-1837). Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 3. LUBANG JEPANG

Lubang ini dibangu tahun 1942 sebagai pusat pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya. Lubang Jepang ini memiliki panjang ± 1400 m dan lebar ± 2 m. Jika dilakukan penelusuran, di dalamnya terdapat ruang makan, ruang minum, ruang penyiksaan, dapur dan ruang persenjataan. Pintu masuk Lubang Jepang ini terdapat dibeberapa tempat seperti di tepi Ngarai Sianok, Taman Panorama dan disamping Istana Bung Hatta.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 4.

MUSEUM TRIDAYA EKA DHARMA Lokasinya di depan Taman Panorama. Museum ini menjadi sarana komunikasi antar generasi untuk mewariskan nilai-nilai juang 45. Di museum ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah seperti pesawat, senjata, sarana komunikasi serta foto perjuangan sewaktu melawan penjajah Belanda dan Jepang dan lain sebagainya.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

5. RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA Rumah ini adalah tempat lahirnya Muhammad Hatta atau yang lebih akrab dipanggil Bung Hatta yang merupakan seorang tokoh nasional dan internasional, seorang pejuang dan proklamator kemerdekaan Indonesia. Rumah ini berlokasi di Jl. Soekarno Hatta dan dapat dijadikan salah satu alternatif obyek wisata bila berkunjung ke Bukittinggi dan didalamnya juga terdapat foto-foto kenangan Bung Hatta dan keluarga.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 6. ISTANA BUNG HATTA

Istana Bung Hatta berada di depan taman Jam Gadang. Pada zaman Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan dizaman revolusi fisik 1946 menjadi Istana Wakil Presiden M.Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan nasional dan regional serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 12 buah.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi

Page 24: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

54

Tabel 27 (Lanjutan) No Obyek Wisata Gambar Obyek C. OBYEK WISATA PENDIDIKAN 1. PUSTAKA BUNG HATTA

Perpustakaan ini sangat lengkap dan bertaraf nasional. Lokasinya di Bukit Gulai Bancah. Dibangun diatas tanah seluas 5609 m² pustaka ini merupakan kembaran dari pustaka nasional yang ada di Blitar. Pustaka ini dilengkapi dengan sarana audio visual, ruang konferensi, auditorium serta mushola. Meeting Room yang ada di lantai 3 juga disewakan untuk berbagai kegiatan seperti pesta perkawinan dan sebagainya.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 2. TAMAN MARGASATWA KINANTAN

Taman Marga Satwa Kinantan atau Kebun Binatang Bukit Tinggi dibangun tahun 1900 oleh seorang Belanda yang bernama Controleur Strom Van Govent. Pada tahun 1929 dijadikan kebun binatang oleh Dr. J. Hock dan merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Sumatera Barat. Kebun binatang ini juga merupakan kebun binatang tertua di Indonesia.

Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Bukit Tinggi

5.3 Pengunjung

5.3.1 Karakteristik Pengunjung

Jumlah pengunjung Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) setiap

minggunya adalah 30 orang (hasil wawancara dengan petugas resort Merapi dan

anggota Merapi Adventure Camp). Peningkatan jumlah pengunjung dipengaruhi

oleh faktor cuaca dan hari libur nasional. Jika cuaca bagus dan pada saat hari libur

nasional, jumlah pengunjung dapat mencapai 100 orang setiap minggunya.

10 %

45 %

35 %

10 %

05

101520253035404550

Anak Remaja Dewasa Dewasa tua

Jum

lah

Kategori Umur

Gambar 27 Karakteristik pengunjung berdasarkan umur.

Page 25: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

55

79 %

21 %

0102030405060708090

Laki-laki PerempuanJu

mla

hJenis Kelamin

79 %

13 % 8 %

0102030405060708090

Sum-Bar Luar Sum-Bar Luar negeri

Jum

lah

Daerah Asal

10 % 9 %

61 %

20 %

010203040506070

SD SMP SMA PT

Jum

lah

Pendidikan Terakhir

Gambar 28 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 30 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.

Gambar 29 Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal.

Page 26: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

56

18 %

31 % 32 %

19 %

05

101520253035

Pelajar Mahasiswa PNS/Swasta Lainnya

Jum

lah

Profesi/Pekerjaan

Daya tarik Gunung Merapi menjadi semakin penting sebagai pusat

perhatian mengingat adanya kecenderungan bahwa wisatawan yang berkunjung

ke Gunung Merapi sebagian besar terdiri dari remaja (kelompok usia 15-24

tahun). Kelompok wisatawan remaja ini umumnya secara aktif menghabiskan

sebagian besar waktu dan aktivitas wisata mereka di kawasan pendakian Gunung

Merapi. Pengunjung terbanyak adalah laki-laki 79% (Gambar 28). Pengunjung

terbanyak berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat (79%), sedangkan 13%

sisanya berasal dari luar Sumatera Barat (Jambi, Pekan Baru, Medan, Jakarta,

Manado dan lain-lain) dan sebanyak 8% adalah pengunjung mancanegara yang

berasal dari Polandia, Belanda, Prancis, Belgia, Mesir, Inggris dan lain-lain

(Gambar 29).

Pengunjung terbanyak adalah dari lulusan SMA (61%), menyusul

kemudian Perguruan Tinggi (20%), SD (10%) dan SMP (9%) (Gambar 30).

Berdasarkan tingkat profesinya (Gambar 31), pengunjung terbanyak berasal dari

kalangan PNS / Swasta (32%), mahasiswa (31%) menyusul kemudian profesi

lainnya (pedagang, pegawai freelance, ahli kubah, fotografer, mekanikal dan

petani) sebanyak 19% dan pelajar (18%).

5.3.2 Tujuan dan Pola Kunjungan

Wisatawan datang ke Suaka Alam Merapi untuk melakukan pendakian ke

puncak Gunung Merapi (50%) disusul berjalan-jalan menikmati pemandangan

Suaka Alam Merapi (47%) (Gambar 32). Aktivitas pendakian di Gunung Merapi

sudah lama dilakukan oleh masyarakat umum. Kegiatan favorit yang dilakukan

pengunjung saat berada dalam kawasan adalah melihat dan menikmati suasana/

pemandangan alam (71%) disusul kegiatan mendaki gunung (20%) (Gambar 33).

Gambar 31 Karakteristik pengunjung berdasarkan profesi/pekerjaan.

Page 27: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

57

50%

47%

2% 1%

Gambar 32 Tujuan kunjungan.

Pendakian ke puncak Gunung Merapi

Berjalan-jalan menikmati pemandangan SA Merapi

Kegiatan penelitian

Fieldtrip

20%

71%

4%

5%

Gambar 33 Kegiatan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi.

Mendaki gunung

Melihat dan menikmati suasana/pemandangan alam

Melihat dan mengamati satwa

Melihat dan mengamati tumbuhan

28%

1%

10%61%

Gambar 34 Daya tarik utama Suaka Alam Merapi.

Gunung Merapi

Satwa

Hutan dan tumbuhan

Pemandangan alam

Page 28: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

58

9%

80%

11%

Gambar 35 Rekan kunjungan.

Sendiri

Teman

Keluarga

27%

57%

13% 3%

Gambar 36 Lama kunjungan.

1 hari2 hari3 hari7 hari

16%

56%

23%

5%

Nilai ekonomi/harganyaCiri fisiknya (batang besar, daun lebat, kayu kuat, dll)Fungsinya (tempat hidup satwa, seperti burung/beruang)Lainnya

Suaka Alam Merapi memiliki bentang alam yang menarik, obyek

utamanya Gunung Merapi dapat dilihat dari berbagai sisi diberbagai kota besar di

Sumatera Barat, khususnya kota-kota di Kabupaten Tanah Datar dan Agam.

Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) memerlukan data tentang daya dukung

pengunjung (carrying capacity). Pendakian ke Gunung Merapi sudah marak

dilakukan sehingga menyebabkan ledakan pengunjung.

Gambar 37 Alasan utama jenis tumbuhan menarik.

Page 29: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

59

Sumber: Linda BKSDA Sumbar

Sumber: Linda BKSDA Sumbar

Sumber: Linda BKSDA Sumbar

Sumber: Linda BKSDA Sumbar

Gambar 38 Ledakan pengunjung pada hari besar nasional dan hari libur. Pemandangan alam Suaka Alam Merapi menempati 61% daya tarik utama

kawasan (Gambar 34). Pengunjung umumnya datang bersama teman (80%),

keluarga (11%) dan sendiri (9%) (Gambar 35). Lama kunjungan bervariasi

(Gambar 36), 57% pengunjung datang selama 2 hari, 27 % pengunjung datang

selama 1 hari, 13% pengunjung datang selama 3 hari dan sisanya (3%) berkunjung

selama 1 minggu.

Merapi memiliki keindahan alam yang didukung oleh keanekaragaman

flora fauna. Beberapa jenis satwa yang dijumpai oleh pengunjung terutama dari

jenis burung, tupai, kelasi, babi hutan dan terkadang ular. Dari jenis tumbuhan,

umumnya responden menjawab Cantigi gunung (Vaccinium sp.), pohon shorea,

bunga edelweiss dan anggrek hutan. Jenis tumbuhan tersebut diklasifikasikan

menarik dilihat dari ciri fisiknya (56%) dan dari fungsinya (23%) (Gambar 37).

Unsur-unsur keindahan alam Suaka Alam Merapi yang perlu diperhatikan adalah

kelestarian hutan dan ekosistemnya, sungai dan sumber-sumber mata air di

dalamnya, lembah dan Gunung Merapi itu sendiri. Sama halnya dengan faktor-

faktor daya tarik Suaka Alam Merapi lainnya, faktor keberadaan penduduk

setempat juga menjadi daya tarik wisatawan datang ke kawasan. Peran penduduk

Page 30: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

60

setempat sebagai tuan rumah turut mempengaruhi kualitas pengalaman berwisata

selama berada di Suaka Alam Merapi.

5.3.3 Pengetahuan tentang Jenis yang Dilindungi

Pengunjung umumnya belum mengetahui jenis-jenis satwa dan tumbuhan

dilindungi yang terdapat di Suaka Alam Merapi. 57% responden menjawab tidak

tahu, namun 43% responden sudah mengetahuinya.

43%

57%

TahuTidak tahu

5.3.4 Penilaian Pengunjung

Penilaian pengunjung untuk mengetahui bentuk fasilitas yang diinginkan

oleh pengunjung (Gambar 49).

33%

37%

30%

Fasilitas lengkap dengan pelayanan pengunjung yang intensifFasilitas sederhana dengan pelayanan pengunjung yang intensif

Tanpa fasilitas, dibiarkan berjalan alami saja

Sarana prasarana dibutuhkan dalam ekowisata karena merupakan satu

faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan ekowisata. Pengunjung Suaka Alam

Merapi tetap menginginkan suasana alami dari obyek-obyek wisata yang

dinikmatinya, sehingga bentuk fasilitas yang diinginkan adalah fasilitas sederhana

dengan pelayanan pengunjung yang intensif (37%) (Gambar 40).

Gambar 39 Pengetahuan pengunjung tentang jenis yang dilindungi.

Gambar 40 Penilaian pengunjung tentang bentuk fasilitas yang diinginkan.

Page 31: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

61

5.4.5 Harapan Pengunjung

Harapan pengunjung terutama adalah dilaksanakannya kegiatan Operasi

Bersih Merapi (OPSI) dari sampah-sampah pengunjung, khususnya di sepanjang

jalur pendakian ke Gunung Merapi. Beberapa harapan pengunjung lainnya terkait

pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan kualitas sarana prasarana yang sudah ada, terutama yang

menunjang kegiatan pendakian ke Gunung Merapi. Contohnya adalah

perbaikan jalur.

2) Penyediaan sarana akomodasi, seperti penginapan di sekitar kawasan

Suaka Alam Merapi yang akan dikembangkan untuk kegiatan ekowisata.

5.5 Pendapat Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) tentang Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi Suaka Alam Merapi dikelola oleh BKSDA Provinsi Sumatera Barat.

BKSDA Sumatera Barat merupakan salah satu UPT pusat Direktorat Jendral

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) yang mengelola 21

kawasan konservasi di Sumatera Barat. BKSDA Sumatera Barat mempunyai

tugas pokok dan fungsi yang berorientasi pada Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P/02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Konservasi Sumberdaya Alam. Tugas pokok BKSDA Sumatera Barat

adalah “Sebagai pengelola Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam

dan Taman Buru serta konservasi jenis di alam (insitu) dan di luar kawasan

(exsitu)”. Sedangkan fungsi-fungsi BKSDA Sumatera Barat adalah:

a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan kawasan

konservasi yang dikelola dan konservasi tumbuhan dan satwaliar di dalam

dan di luar kawasan hutan.

b. Pengelolaan kawasan konservasi serta konservasi insitu dan eksitu.

c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumberdaya alam di dalam dan

di luar kawasan.

d. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan.

e. Promosi dan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem

kawasan yang dikelola.

f. Kerjasama pengembangan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Page 32: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

62

Balai KSDA Sumatera Barat dalam tugas operasionalnya dilaksanakan

dalam 3 seksi wilayah, yaitu:

a. Seksi Konservasi Wilayah I (Pasaman) di Pasaman. Wilayah kerjanya

meliputi Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota,

Kota Payakumbuh dan Kota Bukit Tinggi.

b. Seksi Konservasi Wilayah II (Tanah Datar) di Batu Sangkar. Wilayah

kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Datar, Padang Panjang, Padang

Pariaman dan Kota Pariaman.

c. Seksi Konservasi Wilayah III (Sawah Lunto Sinjunjung) di Muaro

Sijunjung. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Sijunjung, Sawah Lunto,

Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pesisir

Selatan.

Merapi mempunyai karakteristik kawasan yang unik, berupa pegunungan

berapi yang masih aktif, namun mekanisme pengelolaan yang dilaksanakan

selama ini masih kurang kondusif ke arah pengelolaan yang lebih maju.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola diketahui bahwa terdapat banyak

obyek potensial di Suaka Alam Merapi, seperti potensi bentang alam (Gunung

Merapi), kawasan hutan, potensi sejarah “Pesangrahan Bung Hatta” dan potensi

budaya berupa kehidupan masyarakat adat Minangkabau yang tinggal di sekitar

kawasan. Salah satu fungsi Suaka Alam adalah mengimplementasikan fungsi

pendidikan/penelitian didalamnya. Dalam periode pengelolaan jangka menengah

untuk Suaka Alam Merapi, BKSDA Sumatera Barat merencanakan beberapa

kegiatan, yaitu:

a. Penataan blok kawasan (blok inti & blok rimba).

b. Pengembangan kawasan Gunung Merapi, Koto Baru.

c. Pedampingan masyarakat Koto Baru, khususnya tim Merapi Adventure

Camp (MAC) yang merupakan partner BKSDA dalam pemantauan

aktivitas wisata pengunjung di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).

d. Penyusunan rancangan topik-topik penelitian dan pendidikan tentang

potensi Suaka Alam Merapi (tumbuhan, satwa, ekosistem, gejala alam,

hidrologi, sosial ekonomi, budaya dan pola-pola adat di masyarakat).

e. Promosi dan pengembangan pola kerjasama penelitian dan pendidikan

dengan perguruan tinggi negeri / swasta, Governmental Organization

Page 33: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

63

(seperti ADB, World Bank, FAO, JICA dan sebagainya), LSM dalam dan

luar negeri (seperti WALHI, KEHATI dan Yayasan Suaka Alam

Indonesia).

f. Pembinaan generasi muda dan pecinta alam yang berada di sekitar

kawasan Suaka Alam Merapi khususnya dan Sumatera Barat umumnya.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan dan pendidikan konservasi.

Gunung Merapi merupakan obyek yang menjadi pusat perhatian dalam

beberapa dekade terakhir ini. Secara faktual, sebelum Merapi ditetapkan sebagai

kawasan suaka alam, Merapi telah dijadikan lokasi untuk aktivitas pendakian di

Jalur Koto Baru. Kegiatan pendakian di Jalur Koto Baru dipandang sebagai dua

busur panah yang memberikan efek berbeda. Kegiatan pendakian yang tidak

terkendali telah memberikan ancaman serius bagi kawasan, seperti masalah

sampah, sementara kegiatan wisata alam berupa pendakian ini juga potensial

untuk menyebarluaskan pendidikan konservasi dan informasi hidupan liar di

Suaka Alam Merapi.

Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) telah aktif melakukan pendampingan

terhadap masyarakat sekitar kawasan, khususnya dalam mengontrol aktivitas

pendakian ke Gunung Merapi. Pengelola telah membentuk organisasi Merapi

Adventure Camp (MAC) yang anggotanya berasal dari masyarakat Nagari Koto

Baru. Organisasi ini telah mendapat dukungan dari Pemerintahan Nagari Koto

Baru dengan pembaharuan masa kerja setiap jangka waktu 3 tahun.

Pengelola terus melakukan penataan blok pengelolaan Suaka Alam

Merapi. Sejak tahun 2007 terus dilakukan evaluasi batas kawasan konservasi

Suaka Alam Merapi. Blok pengelolaan Suaka Alam Merapi dalam

perencanaannya akan dibagi menjadi blok inti dan blok rimba. Blok inti diarahkan

pada bagian-bagian kawasan yang kondisinya masih asli, sedangkan blok rimba

diarahkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan, seperti wisata pendidikan,

kegiatan penelitian, pengambilan plasma nutfah dan pengelolaan wisata alam

terbatas.

5.6 Pendapat Masyarakat tentang Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi didukung sepenuhnya

oleh masyarakat sekitar kawasan. Wawancara dilakukan terhadap 30 orang untuk

Page 34: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

64

mengetahui pendapat masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di

Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru). Responden adalah 20 orang laki-laki dan

10 orang perempuan. Masyarakat yang menjadi responden (63,3%) umumnya

berprofesi sebagai petani, sisanya berprofesi sebagai pedagang dan buruh.

0%

100%

Tidak Setuju

Setuju

90%

10%

Pernah

Tidak pernah

0%

100%

Tidak mendukungMendukung

Seluruh responden (100 %) menyatakan setuju untuk menjaga kelestarian

lingkungan dan alam Suaka Alam Merapi (Gambar 41). Banyak falsafah adat

Gambar 41 Dukungan terhadap pelestarian lingkungan Suaka Alam Merapi.

Gambar 42 Pengetahuan masyarakat: pernah/tidak mendengar istilah ekowisata.

Gambar 43 Dukungan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi.

Page 35: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

65

masyarakat setempat yang berhubungan erat dengan alam Suaka Alam Merapi,

seperti ungkapan “Bumi sanang, padi manjadi”. Padi hanya bisa hidup dan

berbuah dengan baik apabila kelestarian alam disekitarnya dijaga dengan baik.

Logika ilmu pengetahuan alam ini disadari masyarakat yang tinggal di

sekitar Suaka Alam Merapi yang sebagian besar hidupnya tergantung pada sawah

dan kebun. Masyarakat bertani di area sekitar Gunung Merapi yang menyuplai air

untuk kebutuhan hidup, pengairan sawah dan kebun mereka. Air tersebut mengalir

dari lembah-lembah di Suaka Alam Merapi. Masyarakat tidak perlu membeli air

untuk kebutuhan hidup mereka karena hutan telah menyediakannya secara gratis.

Air gunung mengalir sampai ke rumah penduduk, bahkan sebagian dimanfaatkan

untuk kolam alami. Lahar-lahar bekas muntahan dan letusan Gunung Merapi

menyuburkan tanah pertanian mereka. Oleh sebab itu, masyarakat mengharapkan

agar pengunjung yang datang ke Suaka Alam Merapi hendaknya memperhatikan

aspek kebersihan lingkungan Merapi.

Kerusakan hutan di sekitar Gunung Merapi dapat mendatangkan bencana

bagi masyarakat sekitar, seperti banjir, tanah longsor dan bencana kemarau yang

panjang. Hal ini telah dipahami masyarakat sehingga tingkat gangguan terhadap

kawasan hutan di Suaka Alam Merapi oleh masyarakat sangat rendah. Di

Kabupaten Tanah Datar khususnya, tidak pernah ada pembalakan hutan (illegal

logging), kebakaran hutan dan perladangan liar di dalam kawasan Suaka Alam

Merapi.

Masyarakat (90%) umumnya pernah mendengar istilah “ekowisata”

(Gambar 42), namun pandangan masyarakat secara umum cenderung

mengkategorikan ekowisata sebagai kegiatan berwisata di alam dan lingkungan.

Kalangan masyarakat yang memahami istilah ekowisata umumnya adalah

responden yang pernah berinteraksi langsung dengan pengelola (BKSDA

Sumatera Barat), seperti Wali Nagari dan anggota Merapi Adventure Camp.

Mereka mengungkapkan bahwa yang membedakan ekowisata dengan wisata pada

umumnya adalah kepedulian yang lebih tinggi terhadap alam dan ekologinya.

Masyarakat umumnya mengetahui status kawasan Merapi sebagai Suaka Alam,

akan tetapi cenderung menyebutnya dengan istilah “hutan lindung” yang menjadi

milik pemerintah dan tidak boleh diganggu keberadaannya.

Page 36: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

66

Masyarakat (100%) menyatakan setuju terhadap pengembangan ekowisata

di Suaka Alam Merapi (Gambar 43). Obyek-obyek yang potensial untuk

dikembangkan adalah Gunung Merapi dan Pesangrahan Bung Hatta. Masyarakat

mengharapkan agar pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto

Baru) dapat dikelola dengan baik, seperti lokasi-lokasi wisata gunung berapi

lainnya di Indonesia. Masyarakat meyakini bahwa Suaka Alam Merapi (Jalur

Koto Baru) juga mempunyai potensi wisata yang besar, namun pengembangan

yang dilakukan hendaknya berorientasi pada kelestarian lingkungan Suaka Alam

Merapi dan selaras dengan norma adat dan norma kesopanan yang berlaku.

5.7 Prinsip Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Prinsip pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi harus

memperhatikan tujuh hal sebagaimana yang dijelaskan oleh Muntasib et al.

(2004). Ketujuh prinsip tersebut adalah:

1) Berhubungan/kontak langsung dengan alam (touch the nature)

Kegiatan ekowisata bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dengan

menikmati alam. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi membutuhkan

interaksi antara wisatawan dengan alam sekitarnya, ini karena Suaka Alam Merapi

mempunyai daya tarik utama berupa bentang alam (gunung, kawah, flora, fauna

dan sebagainya).

2) Pengalaman yang bermanfaat, baik secara pribadi ataupun secara sosial

Faktor yang membedakan ekowisata dengan kegiatan wisata lainnya

adalah adanya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh wisatawan

setelah melakukan kegiatan ekowisata. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam

Merapi diharapkan mampu menerapkan prinsip tersebut. Sarana prasarana

penunjang diperlukan untuk memberikan pengalaman berekowisata bagi

wisatawan, seperti pusat informasi dan sarana interpretasi.

3) Ekowisata bukan wisata massal

Pengembangan ekowisata umumnya tidak ditujukan untuk mendatangkan

pengunjung dalam jumlah besar, melainkan pengunjung dalam jumlah kecil yang

mempunyai ketertarikan tertentu (special interest). Pengunjung dalam jumlah

besar dikhawatirkan mendatangkan dampak negatif, seperti pengrusakan terhadap

lingkungan. Agar kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi tidak berubah

Page 37: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

67

menjadi mass tourism maka dapat dilakukan pengaturan jumlah/kuota pengunjung

yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.

Hasil wawancara memberikan informasi bahwa wisatawan mancanegara

datang ke Sumatera Barat pada puncaknya dibulan Maret, April, Mei, Juni, Juli,

Agustus dan Desember. Waktu ini merupakan waktu liburan bagi wisatawan

mancanegara. Wisatawan nusantara biasanya berkunjung ke Suaka Alam Merapi

pada masa liburan sekolah, hari raya dan akhir tahun serta tahun baru. Waktu ini

juga merupakan waktu ramai kunjungan ke Suaka Alam Merapi.

4) Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental

bagi wisatawan

Pengalaman wisata yang menarik dan menantang pastinya memberikan

tantangan fisik dan mental bagi pengunjung. Bentang alam Suaka Alam Merapi

dapat dikembangkan untuk variasi jenis dan program wisata yang menarik dan

memberi pengalaman petualangan (adventure).

5) Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat

Pengembangan ekowisata harus memperhatikan interaksi antara

wisatawan dengan masyarakat sekitar kawasan, tujuannya agar terjadi pertukaran

informasi antara wisatawan dengan masyarakat setempat. Masyarakat sekitar

Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didominasi oleh masyarakat Minangkabau

(Sumatera Barat). Masyarakat tersebut memiliki berbagai adat dan budaya

tradisional, khususnya yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Seperti

tenunan masyarakat Pandai Sikek yang motif-motifnya diambil dari fenomena

alam Minangkabau, sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Minangkabau

”Alam takambang jadikan guru” (alam terkembang jadikan guru).

6) Adaptif atau sesuai dengan akomodasi pedesaan

Akomodasi pedesaan diharapkan untuk memberikan pendapatan bagi

penduduk setempat, selain untuk meningkatkan hubungan antara wisatawan

dengan masyarakat. Akomodasi tidak harus mewah dan mahal, melainkan

disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat setempat.

7) Pengalaman lebih utama dari kenyamanan.

Pengembangan ekowisata tidak perlu membangun sarana prasarana yang

banyak, melainkan lebih ke arah pemanduan (interpretasi). Pembangunan sarana

prasarana di Suaka Alam hendaknya bersifat sederhana dan lebih alami.

Page 38: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

68

Wisatawan disajikan cerita masyarakat setempat, kondisi sosial budaya dan

pengalaman di alam dibandingkan fasilitas yang lengkap dan mewah.

Gunn (1994) menyatakan bahwa pengembangan ekowisata pada suatu

lokasi perlu mencakup sepuluh kegiatan penting. Kesepuluh kegiatan tersebut

adalah pengembangan atraksi wisata (sumberdaya alam dan budaya), perbaikan

sarana prasarana dan infrastruktur, perbaikan usaha-usaha jasa wisata (misalnya

akomodasi), perbaikan fasilitas penunjang atraksi wisata, pengembangan peluang

pasar wisata, peningkatan promosi, penguatan organisasi dan kelembagaan,

penguatan kompetensi sumberdaya manusia, penguatan ekonomi lokal / regional /

nasional dan dukungan kebijakan lingkungan / politik / ekonomi.

5.8 Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)

diperlukan sebagai alternatif peningkatan fungsi dan daya jual kawasan, serta

benteng dalam pelestarian keanekaragaman hayati Suaka Alam Merapi. Dasar

pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi mengacu pada PP 68 tahun 1998

yang menyatakan bahwa pada Kawasan Suaka Alam dapat dilakukan pengelolaan

wisata alam terbatas yang kegiatannya terbatas pada kegiatan mengunjungi,

melihat dan menikmati keindahan alam, tumbuhan atau perilaku satwaliar di

dalamnya. Pemilihan obyek-obyek Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) yang

akan dikembangkan untuk ekowisata bersumber dari hasil penilaian ODTW,

wawancara pengunjung, pengelola dan masyarakat (Tabel 28).

Tabel 28 Obyek ekowisata yang dikembangkan di Suaka Alam Merapi

Keterangan Sumber Informasi

Hasil Penilaian ODTW

Pengunjung Masyarakat Pengelola (BKSDA Sumbar)

Obyek Potensial untuk Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)

1) Pesangrahan Bung Hatta

2) Parak Batuang 3) Shelter

Paninjauan 4) Terowongan

Pakis 5) Cadas 6) Kawah Merapi 7) Puncak Merpati 8) Taman Edelweis

Obyek-obyek yang terdapat di sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi (sama dengan obyek-obyek yang dinilai pada Hasil Penilaian ODTW)

Gunung Merapi, meliputi Pesangrahan Bung Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Kawah Merapi, puncak Merpati, Tugu Abel Tasman dan Taman Edelweis.

1) Gunung Merapi dan obyek-obyek di sepanjang jalur pendakian Koto Baru.

2) Pesangrahan Bung Hatta

3) Obyek-obyek penunjang, seperti kawasan pertanian Koto Baru, Nagari Pandai Sikek, kebudayaan, dll

Page 39: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

69

Obyek-obyek yang dikembangkan sebagai obyek ekowisata (Tabel 28)

diketahui berdasarkan hasil skoring penilaian ODTW, wawancara pengunjung,

masyarakat dan pengelola. Berdasarkan hasil tersebut maka delapan obyek yang

ditemukan di sepanjang jalur Koto Baru layak dikembangkan untuk kegiatan

wisata alam. Lima bentuk pengembangan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi

(Jalur Koto Baru) adalah pengembangan obyek dalam kawasan, pengembangan

kegiatan ekowisata, pengembangan pelayanan ekowisata, pengembangan promosi

dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) ekowisata.

5.8.1.1 Pengembangan Obyek Dalam Kawasan

Delapan obyek yang dikembangkan adalah Pesangrahan Bung Hatta,

Parak Batuang, Shelter Paninjauan, Terowongan Pakis, Cadas, Kawah Merapi,

Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Pada masing-masingnya dapat dilakukan

pengembangan ekowisata (Tabel 29).

Tabel 29 Pengembangan ekowisata pada masing-masing obyek di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)

No Obyek Pengembangan Obyek 1. Pesangrahan

Bung Hatta Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Pemugaran kembali situs bangunan Pesangrahan Bung Hatta dan

penyediaan sarana informasi tentang Pesangrahan Bung Hatta b) Guide khusus yang mengetahui sejarah Pesangrahan Bung Hatta c) Perbaikan jalur akses, khususnya jembatan penyeberangan di atas

sungai menuju Pesangrahan d) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan areal api unggun,

serta penataan khusus untuk lokasi war game e) Pengadaan sarana berupa perlengkapan war game f) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Pesangrahan g) Pembuatan tungku / areal api unggun h) Pembuatan papan interpretasi i) Pembuatan akses jalan menuju sumber air panas Pesangrahan

2. Parak Batuang Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan lokasi api unggun,

serta penataan khusus untuk lokasi war game b) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Parak Batuang c) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan jenis tumbuhan bambu

yang terdapat di Parak Batuang d) Pembuatan tungku / areal api unggun

3. Shelter Paninjauan

Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Perbaikan jalur jelajah di Shelter Paninjauan. Jalur yang ada saat ini

kondisinya sudah banyak tertutup belukar b) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan penunjuk arah menuju

Shelter Paninjauan, papan jenis tumbuhan dan satwa c) Pembuatan menara pandang. Lokasi Shelter Paninjauan

menyediakan pemandangan Suaka Alam Merapi secara keseluruhan d) Kegiatan operasi bersih sampah sepanjang jalur Shelter Paninjauan

4. Terowongan Pakis

Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembuatan shelter, khususnya di sumber air Pintu Angin (setelah

keluar dari Terowongan Pakis)

Page 40: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

70

Tabel 29 (Lanjutan) b) Guide khusus

c) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan nama jenis tumbuhan, papan penunjuk arah dan papan penunjuk lokasi Pembenahan jalur akses ke Terowongan Pakis, penggunaan bantuan kernmantel pada beberapa lokasi track yang menanjak dan licin karena banyak ditumbuhi lumut

5. Cadas Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah: a) Penataan lokasi, khususnya titik-titik lokasi untuk camping dan

lokasi yang menyediakan pemandangan alam yang indah b) Pembuatan papan penunjuk lokasi, seperti lokasi camping dan

lokasi yang menyediakan pemandangan alam (view) yang indah c) Guide yang mengetahui sejarah Gunung Merapi d) Pembuatan akses jalan untuk menuju sumber air minum sekitar

Cadas e) Pembuatan akses jalan yang aman dari Cadas menuju kawasan

puncak dengan bantuan kernmantel f) Kegiatan operasi bersih sampah-sampah sekitar Cadas g) Pengadaan rescue tim

6. Kawah Merapi Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pengadaan rescue tim b) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan peringatan dan papan

penunjuk arah c) Pembuatan akses dengan jarak relatif aman untuk melakukan

pengamatan Kawah Merapi, dibantu dengan kernmantel d) Pemantauan aktivitas magma Gunung Merapi, bekerja sama dengan

tim pemantau Gunung Merapi di Batu Palano (kawasan Suaka Alam Merapi Kabupaten Agam)

7. Puncak Merpati

Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembenahan jalur yang aman menuju kawasan puncak. Jalur yang

ada saat ini berbentuk zig-zag dan rawan longsor batuan Gunung Merapi., dibantu dengan kernmantel

b) Pengaturan jumlah pengunjung dengan sistem antri, saat menuju Puncak Merpati. Puncak Merpati memiliki luasan kecil, hanya bisa dipenuhi sekitar 6 – 7 orang pengunjung

c) Guide khusus d) Pengadaan rescue tim

6. Taman Edelweis

Bentuk pengembangan yang dilakukan: a) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan jenis Edelweis di

kawasan puncak Merapi, papan peringatan dan papan larangan untuk melakukan pengambilan tumbuhan di lokasi

b) Pembuatan batas “Taman Larangan”, batasan jarak pengunjung boleh mengakses Taman Edelweis

c) Pengadaan rescue tim d) Pembuatan jalur akses ke Taman Edelweis dengan menggunakan

kernmantel di beberapa titik dengan topografi menanjak/menurun

5.8.2 Pengembangan Kegiatan Ekowisata Dalam Kawasan

Pengembangan kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi (Tabel 30)

berorientasi pada obyek-obyek di sepanjang jalur Koto Baru. Terdapat 9 bentuk

kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan pada obyek-obyek di dalam kawasan

dan 3 bentuk kegiatan ekowisata yang dilakukan pada obyek-obyek di luar

kawasan.

Page 41: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

71

Tabel 30 Pengembangan Kegiatan Ekowisata di Suaka Alam Merapi 1. Obyek: Kawah Merapi Judul Kegiatan Wisata Vulkanologi dan Geologi di Gunung Merapi Deskripsi Pengunjung melakukan pengamatan aktivitas gunung berapi yang dilakukan

melalui kegiatan pengamatan kawah Gunung Merapi (vulkanologi) dan pengamatan bebatuan Gunung Merapi (geologi). Obyek yang diamati adalah Kawah Merapi, khususnya Kawah Verkeed dan Kawah Bungsu

Sasaran Dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 07.00 – 09.00 WIB 2. Obyek: Puncak Merpati, Kawah Merapi dan Taman Edelweis Judul Kegiatan Pendakian ke Gunung Merapi (Road to Merapi Summit) Deskripsi Pengunjung melakukan kegiatan pendakian dengan menggunakan jalur

pendakian yang sudah ada, yaitu jalur Koto Baru. Jalur ini adalah jalur yang paling sering digunakan oleh pengunjung. Pendakian ke puncak Merapi membutuhkan waktu ± 6 jam perjalanan. Tujuan pendaki adalah obyek-obyek yang berada di kawasan puncak Gunung Merapi, yaitu Puncak Merpati, Kawah Merapi dan Taman Edelweis

Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 04.00 – 11.00 WIB, maksimal 6 jam untuk perjalanan (pengunjung juga

dapat menginap) 3. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang dan Shelter Paninjauan Judul Kegiatan Wisata Gunung Hutan (Tracking Pesangrahan – Parak Batuang – Shelter

Paninjauan) Deskripsi Jenis kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan hiking, camping,

penjelajahan hutan, pengamatan flora dan fauna dan penjelajahan trail / jalur pendakian Gunung Merapi. Lokasi yang cocok adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang hingga Shelter Paninjauan

Sasaran Semua umur Waktu 06.00 – 10.00 WIB, maksimal 3,5 jam untuk penjelajahan hingga ke Shelter

Paninjauan 4. Obyek: Cadas Judul Kegiatan Menikmati Pesona Alam Sumatera Barat dari Cadas Gunung Merapi Deskripsi Pengunjung diajak menikmati view (pemandangan) alam dari obyek

sepanjang jalur. Lokasi yang memiliki pemandangan alam paling indah adalah Cadas. Sambil menikmati sunset, pengunjung disuguhi pemandangan unik. Di sebelah barat Cadas dapat dilihat menjulang tinggi Gunung Singgalang, di belakangnya berdiri Gunung Tandikat yang dijuluki gunung pemalu. Di kaki utara Gunung Singgalang dapat dilihat Ngarai Sianok dan jika kabut tidak tebal maka di sebelah barat laut akan terlihat Gunung Talamau yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Barat. Dari Cadas wisatawan juga dapat menikmati panorama kota-kota besar di Sumatera Barat, seperti Bukit Tinggi, Padang dan Padang Panjang

Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 17.00 – 18.30 WIB. Maksimal 6 jam untuk perjalanan (pengunjung dapat

menginap) 5. Obyek: Seluruh obyek Judul Kegiatan Mengabadikan Keindahan dan Fenomena Alam Gunung Merapi melalui

Fotografi Deskripsi Fotografi dengan obyek gunung berapi merupakan hobi khusus yang dapat

dijadikan pilihan oleh wisatawan. Kegiatan wisata yang satu ini dipadukan dengan potensi alam Gunung Merapi, sifatnya sangat fleksibel. Artinya dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan 1, 2, 3 dan 4

Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, dapat dilakukan selama 1 hari penuh

Page 42: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

72

Tabel 30 (Lanjutan) 6. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Mandi Sehat di Sumber Air Panas Pesangrahan Bung Hatta Deskripsi Di sekitar Pesangrahan terdapat sumber mata air panas yang sering

digunakan oleh Bung Hatta dahulunya. Oleh karena ini juga Pesangrahan mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Sumber air panas tersebut dapat diberdayakan sebagai obyek wisata kesehatan, pengunjung dapat mandi di sumber air panas tersebut. Sumber air panas tersebut berasal dari Gunung Merapi

Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 08.00 – 15.00 WIB, 1,5 jam untuk 1 orang pengunjung 7. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Camping Kemah Konservasi Deskripsi Kegiatan ini cocok dilakukan di Pesangrahan Bung Hatta. Lokasinya berada

di bawah tegakan pinus dengan topografi yang relatif datar sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai areal camping ground. Kegiatan kemah konservasi dapat dibarengi dengan berbagai kegiatan seperti pendidikan konservasi, pelatihan daur ulang kompos yang berasal dari sampah organik di sekitar Pesangrahan Bung Hatta dan kegiatan penanaman pohon di areal hutan sekitar Pesangrahan Bung Hatta

Sasaran Remaja, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, dapat dilakukan 2 – 3 hari 8. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta Judul Kegiatan Mendengarkan Sejarah Pesangrahan Bung Hatta di Masa Perang

Kemerdekaan Deskripsi Wisata ini memerlukan kemampuan seorang interpreter yang mengetahui

banyak tentang sejarah Pesangrahan Bung Hatta. Pesangrahan Bung Hatta mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Akan tetapi kondisi bangunannya sudah hancur, hanya tersisa sedikit puing-puing bekas bangunan. Wisata ini dapat diaplikasikan dengan kegiatan camping

Sasaran Remaja, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative, 2 – 3 hari, diutamakan setiap akhir pekan dan hari libur 9. Obyek: Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang Judul Kegiatan Perang Paderi Melawan Belanda dan Kaum Adat yang Sesat (War Game) Deskripsi Topografi areal sekitar Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang yang

bervariasi menjadi lokasi yang cocok untuk dikembangkan kegiatan War Game. War Game mengajarkan pengunjung bagaimana pengalaman berperang seperti yang dialami Bung Hatta, Tuanku Imam Bonjol, Haji Miskin, Tuanku Pamansingan dan para pejuang Sumatera Barat lainnya. Hal ini mengingat Pesangrahan Bung Hatta dahulunya adalah lokasi gerilya dan Perang Paderi di Sumatera Barat. Dapat dilakukan berkelompok, 10 – 30 orang

Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu 10.00 – 15.00 WIB, 3 jam untuk satu kali War Game

Page 43: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

73

Gambar 44 Kegiatan pengamatan gunung berapi. Ket: (A) Pengamatan kawah

Merapi (Sumber: Linda BKSDA Sumbar); dan (B) Pengamatan bebatuan Gunung Merapi.

Gambar 45 Kegiatan pendakian ke Gunung Merapi oleh pengunjung (Sumber:

Linda BKSDA Sumbar).

Gambar 46 Wisata Gunung – Hutan (Sumber: Linda BKSDA Sumbar). Ket: (A)

Hiking; dan (B) Penjelajahan trail / jalur pendakian.

Gambar 47 Berbagai pemandangan di kawasan puncak Gunung Merapi (Sumber:

Linda BKSDA Sumbar).

A B

A B

Page 44: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

74

Gambar 48 Panorama Cadas. Ket: (A) Sunset Gunung Singgalang; dan (B)

Pemandangan kota-kota besar di Sumatera Barat.

Gambar 49 Berbagai hasil fotografi dengan obyek kawah Gunung Merapi (Sumber: Linda BKSDA Sumbar).

Pengembangan atraksi/kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi perlu

memperhatikan tingkat gangguan yang ditimbukan oleh pengunjung terhadap

kawasan, untuk pengunjung dengan tujuan mendaki telah diterapkan aturan-aturan

khusus oleh pengelola. Ketentuan umum pendakian dapat diterapkan bagi

pengunjung adalah sebagai berikut:

1) Setiap pendaki harus memiliki Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi

(SIMAKSI) yang diproses di kantor BKSDA Sumatera Barat dan/atau di

pos jaga resort Merapi di Koto Baru dengan ketentuan yang berlaku dan

menyerahkan kepada petugas pintu masuk kawasan pada saat akan

mendaki.

2) Perijinan pendakian di merapi menggunakan sistem booking.

3) Batas lama pendakian adalah 2 hari 1 malam.

4) Membayar tiket masuk dan asuransi sebagai berikut:

a. Wisatawan Domestik : Rp. 5.000,-/orang

b. Wisatawan Mancanegara : Rp. 40.000,-/orang

A B

Page 45: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

75

c. Asuransi : Rp. 2.000,-/orang

5) Membayar retribusi untuk nagari sebagai berikut:

a. Wisatawan Domestik : Rp. 2.000,-/orang

b. Wisatawan Mancanegara : Rp. 10.000,-/orang

6) Batas maksimum jumlah pendaki per hari adalah 200 orang.

7) Untuk keselamatan diri, setiap pendaki diwajibkan memakai sepatu serta

membawa keperluan pribadi seperti jaket, obat-obatan, tenda, senter, jas

hujan, matras, makanan dan minuman secukupnya.

8) Petugas BKSDA/ penjaga pada pintu masuk kawasan akan memeriksa

barang bawaan dan SIMAKSI sebelum dan sesudah memasuki kawasan.

9) Tidak membawa binatang ke dalam kawasan.

10) Tidak memetik, memindahkan atau mencabut tanaman di dalam kawasan.

11) Tidak membuat api ungun di dalam kawasan, kecuali di lokasi

Pesangrahan Bung Hatta (pada areal yang telah disediakan).

12) Tidak mengganggu, memindahkan, atau melakukan vandalisme pada

fasilitas yang tersedia di dalam kawasan.

13) Berjalan pada jalur yang sudah ditentukan/disediakan.

14) Tidak meninggalkan sampah dan wajib membawa turun kembali sampah

bawaannya.

15) Tidak membawa minuman beralkohol.

16) Wajib mengikuti semua peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan

BKSDA Sumatera Barat.

5.8.3 Pengembangan Kegiatan Ekowisata Sekitar Kawasan

Pengembangan kegiatan ekowisata di luar Suaka Alam Merapi bertujuan

untuk mengantisipasi tingginya aktivitas pengunjung pada obyek-obyek di dalam

kawasan. Kawasan yang berstatus Suaka Alam perlu mengantisipasi terjadinya

ledakan pengunjung. Salah satu cara untuk mengatasinya melalui pengembangan

variasi kegiatan ekowisata yang ada di luar kawasan.

Suaka Alam Merapi berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang

memiliki obyek wisata sejarah dan budaya. Beberapa bentuk kegiatan ekowisata

pendukung yang dapat dilakukan di sekitar Suaka Alam Merapi diantaranya

wisata budaya, wisata sejarah dan wisata pertanian (Tabel 31).

Page 46: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

76

Tabel 31 Pengembangan Kegiatan Ekowisata di Sekitar Suaka Alam Merapi 1. Wisata Budaya Judul Kegiatan Mengenal Tenunan Tradisional “Pandai Sikek” Deskripsi Bentuk-bentuk kegiatan wisata yang dapat dikembangkan untuk

pengunjung adalah sebagai berikut: a. Aktivitas menenun, mulai dari proses mengantih, menata benang

hingga menjadi kain b. Eksplorasi peranan dan fungsi tenun, seperti mempelajari berbagai

motif tenunan Pandai Sikek, praktek memakai pakaian adat Minangkabau, dan membuat desain tenun

c. Eksplorasi budaya masyarakat Nagari Pandai Sikek, seperti kebiasaaan hidup masyarakat, aktivitas sehari-hari, arsitektur rumah adat dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat

d. Eksplorasi tata niaga tenun, seperti kegiatan penjualan dan pemasaran tenun di Pandai Sikek

Sasaran Remaja hingga dewasa, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative 2. Wisata Pertanian Judul Kegiatan Agrowisata Sayuran Organik di Nagari Koto Baru Deskripsi Lokasinya adalah Nagari Koto Baru. Rangkaian kegiatan yang dapat

diikuti pengunjung adalah: a. Wisata pertanian: para pengunjung dapat menikmati dan memetik

sendiri beraneka ragam sayuran, antara lain wortel, kol/kubis, lobak sawi, labu, tomat, cabai dan sebagainya. Pengunjung akan dilibatkan dalam kegiatan menanam dan memanen sayur-sayuran langsung di kebun

b. Homestay: pengunjung menginap di rumah warga untuk ikut merasakan nuansa kehidupan petani. Oleh karena itu berkaitan dengan sarana akomodasi, masyarakat disarankan untu membangun ecolodge (rumah penginapan selaras alam)

c. Wisata Belanja: kegiatan ini dilakukan di pasar tradisional masyarakat di Koto Baru setiap hari Selasa dan Rabu. Pengunjung dapat membeli berbagai macam jenis sayuran segar yang berasal dari areal perkebunan masyarakat Koto Baru

Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Pagi hari di saat petani aktif di ladang pertanian mereka, serta saat hari

pasar, yaitu Selasa dan Rabu. 3. Wisata Sejarah Judul Kegiatan Berziarah ke makam Haji Miskin dan Haji Tuanku Pamansingan Deskripsi Pengunjung diajak untuk berkunjung sambil berziarah ke situs cagar

budaya, berupa komplek makam dan mesjid. Haji Miskin dan Tuanku Pamansingan adalah anggota dari Harimau Salapan (Harimau Delapan), ini berhubungan dengan Perang Paderi di Sumatera Barat. Haji Miskin sendiri adalah salah satu dari empat asisten Tuanku Imam Bonjol. Wisata ziarah ke makam merupakan perjalanan yang diwarnai banyak cerita misteri yang mengasyikkan yang akan menarik minat pengunjung

Sasaran Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara Waktu Tentative

Page 47: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

77

Gambar 50 Tenunan Pandai Sikek. Ket: (A, B) Berbagai bentuk warna kain

songket; dan (B) Contoh penggunaan tenunan Pandai Sikek untuk penghias pelaminan pengantin adat Minangkabau.

Gambar 51 Aksesoris Pandai Sikek. Ket: (A, B) Dompet; dan (C) kerajinan kayu.

Gambar 52 Kerajinan tenunan Pandai Sikek. Ket: (A) Aktivitas menenun; dan (B)

Alat tenun yang digunakan.

A B C

A B C

A B

B A

Page 48: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

78

Gambar 53 Agrowisata di Merapi. Ket: (A) Kelompok Tani Subur dan Lereng

Merapi; (B) Contoh area perkebunan; dan (C, D) Aktivitas petani sayuran.

5.8.4 Pengembangan Sarana Prasarana Ekowisata

Pengembangan sarana prasarana diperlukan untuk meningkatkan

pelayanan demi kepuasan pengunjung. Pembangunan sarana prasarana di kawasan

yang berstatus Suaka Alam harus disesuaikan dengan penataan blok-blok dalam

kawasan (blok inti dan blok rimba). Pengembangan sarana prasarana wisata

tersebut juga tidak harus selalu ada pada setiap obyek. Hal ini karena obyek-obyek

berada pada satu jalur, sehingga keduanya dianggap sebagai satu kesatuan obyek.

Pengembangan sarana prasarana pada lokasi obyek di Suaka Alam Merapi dapat

saling menunjang satu sama lainnya.

5.8.4.1 Sarana Prasarana Dalam Kawasan

Sarana prasarana yang terdapat di dalam kawasan belum lengkap. Suaka

Alam Merapi memiliki 1 jalur pendakian dengan kondisi yang jelas dan mudah

diakses, 1 unit pos jaga yang berlokasi di 200 m sebelum Pesangrahan dan

fasilitas interpretasi berupa papan penunjuk arah, papan petunjuk obyek, papan

himbauan dan papan peringatan dengan kondisi yang sederhana serta sudah rusak.

C D

A

Page 49: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

79

Gambar 54 Sarana prasarana dalam kawasan. Ket: (A) Pos jaga BKSDA &

MAC; (B) Papan penunjuk arah; (C) Papan himbauan; dan (D) Papan petunjuk obyek.

Sarana prasarana di dalam kawasan perlu ditingkatkan. Peningkatan

tersebut meliputi kegiatan perbaikan jalur Koto Baru, penyediaan sarana prasarana

dasar, penambahan sarana interpretasi, penyediaan tempat sampah dan sistem

pengelolaan sampah dan pembuatan areal api unggun.

1) Perbaikan jalur Koto Baru

Kuisioner menunjukkan hasil bahwa sarana prasarana yang paling

diinginkan adalah perbaikan jalan dan jalur Koto Baru (46%). Jalur Koto

Baru relatif sudah aman diakses dan sudah cukup jelas. Hanya diperlukan

perbaikan jalur menuju obyek di sekitar Shelter Paninjauan yang

kondisinya sudah tertutup dengan tumbuhan semak. Sarana pembantu

yang perlu disediakan adalah kernmantel, disediakan pada lokasi-lokasi

dengan topografi menanjak dan rawan longsor, khususnya Cadas. Jalur

dari Cadas menuju kawasan puncak dan Taman Edelweis juga perlu

diperbaiki.

2) Prasarana dasar

Prasarana dasar dibutuhkan oleh petugas Merapi dan MAC yang

memantau kegiatan ekowisata dan pengamanan kawasan. Prasarana

tersebut adalah peta dasar Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru), 1 unit

radio komunikasi dan 5 unit handy talky di pos jaga Kecamatan X Koto,

pengadaan peralatan navigasi (kompas, 5 unit altimeter dan 1 unit GPS), 2

unit peralatan camping dan lapangan, 1 unit kamera, 1 unit mesin tik dan 1

unit komputer, 5 unit kendaraan patroli roda dua, 5 unit senjata api laras

panjang dan 1 pucuk senjata laras pendek.

3) Penambahan sarana interpretasi

Muntasib (2001) mendefinisikan interpretasi sebagai suatu cabang ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang seni dalam memberikan penjelasan

B C D

Page 50: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

80

tentang suatu kawasan. Interpretasi memuat berbagai materi yang dapat

disajikan kepada pengunjung, contohnya materi sejarah pengelolan Suaka

Alam Merapi, materi flora dan fauna pada masing-masing obyek dan

materi keunikan kawasan dengan ekosistem Gunung Merapi. Interpretasi

pada Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didukung dengan sarana

interpretasi, seperti jalur interpretasi, data potensi kawasan (flora, fauna,

ekosistem), papan interpretasi (papan petunjuk arah, papan petunjuk jarak,

papan nama obyek, papan cerita, papan larangan / tanda bahaya), shelter,

menara pandang dan sebagainya.

4) Penyediaan tempat sampah dan pengelolaan sampah

Sampah adalah masalah utama yang dihadapi pengelola di Suaka Alam

Merapi. Lokasi yang terkonsentrasi seperti Pesangrahan Bung Hatta

membutuhkan tempat-tempat sampah. Areal sekitar tower juga

membutuhkan lokasi pembuangan sampah karena pengunjung (khususnya

pendaki) umumnya membawa perbekalan berupa makanan dan minuman

yang memakai kemasan, dengan tidak adanya tempat pembuangan sampah

akhir maka pengunjung cenderung tidak mempunyai kesadaran untuk

membawa sampah mereka kembali.

5) Pembuatan tungku/areal api unggun

Pesangrahan Bung Hatta digunakan sebagai areal aktivitas camping.

Lokasi ini memerlukan fasilitas tambahan berupa tungku atau areal api

unggun untuk mengantisipasi sikap pengunjung menggunakan areal sekitar

pohon di Pesangrahan Bung Hatta sebagai lokasi untuk membuat

tungku/api unggun. Alternatif bahan bakar juga perlu disediakan, seperti

arang/sabut untuk mengantisipasi pengunjung mengambil kayu-kayu

pohon di sekitar Pesangrahan Bung Hatta. Kegiatan ini mengajarkan

kepada pengunjung akan pentingnya fungsi vegetasi pada kawasan hutan

sekitar Pesangrahan Bung Hatta.

6) Pengadaan sarana pusat informasi

Pusat informasi diperlukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap

pengunjung saat memasuki kawasan. Pos jaga Merapi Adventure Camp

dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi pengunjung. Pusat informasi

tersebut perlu difasilitasi dengan sumber-sumber informasi tentang

Page 51: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

81

kawasan, seperti foto-foto, peta kawasan, alat peraga dan buku-buku

informasi yang memberikan pengetahuan bagi pengunjung tentang

kawasan Suaka Alam Merapi.

7) Sarana MCK

Belum ada sarana MCK yang memadai yang terdapat di kawasan. Selama

ini pengunjung hanya menggunakan MCK sederhana di tower dengan

meminta izin pada petugas tower. Sarana MCK adalah salah satu

kebutuhan mendasar bagi pengunjung yang harus dipenuhi dan jumlahnya

cukup. Penyediaan sarana MCK cukup dibangun di pusat informasi (pos

jaga BKSDA dan MAC).

5.8.4.2 Sarana Prasarana Penunjang

Sarana prasarana penunjang dibutuhkan untuk memudahkan pengunjung

mengakses obyek. Sarana prasarana penunjang yang terdapat di kawasan sekitar

Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah:

a. Jalan menuju kawasan tower (pintu masuk Jalur Koto Baru). Jalan tersebut

sepanjang 2,5 km dan lebar 4 m, permukaan aspal dan banyak yang rusak.

Jalan dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda 4.

b. Jalan tower – batas nagari sepanjang 1.400 m dengan lebar jalan 2,5 m,

400 m diaspal dan 1 km berupa jalan tanah.

c. Angkutan Koto Baru – tower menggunakan ojek dengan biaya Rp 5.000,-

dan angkutan tower – pos jaga BKSDA menggunakan ojek dengan biaya

Rp 3.000,- . Ojek tower – pos jaga BKSDA akan dibatasi pada hari-hari

yang menjadi puncak kunjungan.

d. 1 unit warung sederhana terletak di tower (aktif Sabtu / Minggu dan hari

ramai pengunjung).

e. Jaringan listrik dan telekomunikasi sampai ke kawasan tower.

f. 1 unit mushola dengan kondisi kurang terawat dan kurang memadai.

Sarana prasarana penunjang yang diperlukan meliputi perbaikan prasarana

infrastruktur jalan menuju tower (pintu masuk Jalur Koto Baru), sarana angkutan

dari Koto Baru menuju tower, sarana MCK, warung masyarakat, toko penjualan

cenderamata (souvenir shop), sarana menginap dan perbaikan sarana ibadah

sekitar tower.

Page 52: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

82

1) Prasarana infrastruktur jalan menuju tower

Tower merupakan pintu masuk menuju Jalur Koto Baru. Jalan aspal

sepanjang 2,5 km menuju tower sudah banyak mengalami kerusakan.

Perbaikan jalan perlu dilakukan untuk memudahkan akses kendaraan roda

dua dan roda empat yang digunakan oleh pengunjung mencapai kawasan.

2) Sarana angkutan Koto Baru menuju tower

Jalan Koto Baru – tower dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua dan roda

empat. Sarana angkutan yang tersedia saat ini hanya berupa ojek motor

dengan frekuensi jarang. Pada saat musim liburan dan kunjungan ke Suaka

Alam Merapi (Jalur Koto Baru), warga sekitar yang tidak berprofesi

sebagai tukang ojek ikut menjadi tukang ojek untuk menambah

penghasilan mereka. Pengaturan jumlah tukang ojek perlu dilakukan agar

pengunjung dapat selalu menggunakan jasa tersebut. Tukang ojek tersebut

dapat diberdayakan menjadi ojek wisata, mengingat dalam perjalanan

menuju tower, pengunjung disajikan pemandangan asri alam perkebunan

Nagari Koto Baru yang berlatar belakang Gunung Merapi dan Gunung

Singgalang.

3) Sarana MCK

Sarana MCK di kawasan tower sangat minim, pengunjung menumpang di

WC darurat pada ladang perkebunan masyarakat atau WC di kantor

stasiun pemancar tower. Sarana MCK terletak cukup jauh dari perumahan

penduduk. Masyarakat dapat membangun WC sederhana dengan sistem

sewa, sehingga menambah pendapatan masyarakat.

4) Warung masyarakat di sekitar tower

Warung masyarakat menyediakan kebutuhan pengunjung, baik wisatawan

yang akan melakukan kunjungan maupun wisatawan yang sudah

melakukan kunjungan. Saat ini hanya terdapat 1 unit warung sederhana di

sekitar tower yang hanya aktif pada hari-hari ramai kunjungan. Warung

tersebut menyediakan kebutuhan seperti minuman (kopi, teh, air mineral),

makanan (gorengan, mie instant) dan rokok untuk keperluan pengunjung.

Warung di sekitar tower perlu ditambah agar pelayanan terhadap

pengunjung meningkat.

5) Sarana menginap

Page 53: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

83

Pengunjung dengan lama kunjungan lebih dari 1 hari biasanya

membutuhkan sarana menginap di sekitar kawasan. Nagari Koto Baru

sendiri belum memiliki tempat sewa untuk penginapan. Pengunjung

umumnya menginap di kota terdekat, seperti Padang Panjang dan Bukit

Tinggi. Pengunjung dengan tujuan pendakian bahkan hanya menginap

secara sederhana di areal sekitar tower, yaitu di pelataran warung dan

mushola. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 9% pengunjung

menginginkan sarana penginapan (guest house). Sarana penginapan

tersebut dibangun sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.

6) Perbaikan sarana ibadah

Sarana ibadah juga menjadi faktor penting dalam hal meningkatkan

kepuasan pengunjung. Pengunjung (3%) menginginkan perbaikan sarana

ibadah, khususnya mushola di tower.

5.8.5 Pengembangan Pelayanan Ekowisata

Jasa pelayanan dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mempermudah

aktivitas pengunjung dalam mengunjungi obyek. Jasa pelayanan terdiri dari

fasilitas menuju kawasan, pelayanan dan keramahtamahan.

5.8.5.1 Fasilitas

Transportasi merupakan fasilitas utama yang harus diperhatikan agar

pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah. Jalan menuju Suaka Alam

Merapi (Jalur Koto Baru) merupakan jalan lintas yang menghubungkan berbagai

kota besar di Sumatera Barat, yaitu Padang – Padang Panjang dan Bukit Tinggi.

Faktor tersebut menyebabkan transportasi kendaraan menuju lokasi selalu ada,

seperti mini bus, bus antar kota dan travel car.

Lokasi pemberangkatan dimulai dari pintu gerbang nasional dan

internasional, yaitu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang.

Jaraknya ± 80 km dari Koto Baru. Padang dijadikan lokasi pemberangkatan (point

of departure) dan Koto Baru adalah lokasi tujuan (point of arrival). Padang dipilih

sebagai lokasi pemberangkatan dengan asumsi bahwa Padang merupakan ibukota

provinsi Sumatera Barat yang menjadi pusat lapangan udara (BIM), pelabuhan

laut (Teluk Bayur) dan pusat loket bus antar provinsi. Koto Baru dijadikan lokasi

tujuan karena menjadi pintu masuk lokasi terdapatnya obyek-obyek. Fasilitas

Page 54: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

84

pendukung yang dapat ditemui di sepanjang perjalanan Padang– Padang Panjang–

Koto Baru relatif lengkap, seperti rumah makan, pusat ATM, pasar, tempat

menginap, tempat pengisian bahan bakar dan sebagainya. Fasilitas yang relatif

lengkap tersebut tersedia karena pengunjung melalui jalan lintas antar kota.

Akses dari Padang menuju Koto Baru membutuhkan waktu tempuh sekitar

1 jam 20 menit. Nagari Koto Baru berdekatan dengan kota-kota besar di Sumatera

Barat, seperti kota wisata Bukit Tinggi dan kota budaya Padang Panjang. Kedua

kota tersebut dapat dicapai dalam jarak tempuh 20-30 menit pejalanan.

Transportasi dapat menggunakan jalur darat dengan angkutan umum/bus ataupun

travel car. Dari Koto Baru, pengunjung menggunakan ojek selama 10 menit

perjalanan dengan membayar Rp 5.000,-.

Hasil kuisioner menunjukkan fasilitas yang ada di sekitar Suaka Alam

Merapi terbilang cukup memuaskan (52%), jika dilakukan penambahan jenis

fasilitas. Pengunjung menginginkan fasilitas yang sederhana dan alami.

Pengunjung tetap menginginkan suasana alami dari obyek-obyek wisata yang

dinikmatinya, sehingga bentuk fasilitas yang diinginkan adalah fasilitas sederhana

dengan pelayanan pengunjung yang intensif (37%) (Gambar 61).

5.8.5.2 Pelayanan dan Keramahtamahan

Pelayanan dan keramahtamahan berkaitan dengan kegiatan pemanduan

oleh pramuwisata. Pramuwisata merupakan jembatan penghubung antara

pengunjung dengan kawasan. Pramuwisata dibutuhkan terutama bagi pengunjung

yang berasal dari luar Sumatera Barat. Berdasarkan hasil observasi lapang selama

penelitian (Juli–September 2009), pengunjung dari luar Sumatera Barat yang

datang ke Suaka Alam Merapi berasal dari Jambi, Pekan Baru (Riau), Medan

(Sumatera Utara), Jakarta dan Manado (Sulawesi Utara). Pengunjung

mancanegaranya berasal dari Prancis, Belanda, Polandia, Belgia dan Mesir.

Pengunjung-pengunjung tersebut cenderung belum mengenal obyek.

Pramuwisata tidak hanya berperan sebagai pihak yang mengantarkan

pengunjung menuju obyek, tetapi juga harus memiliki pengetahuan lebih tentang

kawasan dan obyek yang dikunjungi. Anggota Merapi Adventure Camp dapat

diberdayakan menjadi pramuwisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).

Mereka telah diikutsertakan dalam beberapa kali seminar dan pelatihan

Page 55: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

85

pemanduan wisata, baik yang diadakan oleh BKSDA Sumatera Barat maupun

instansi lainnya. Pramuwisata penting memiliki kemampuan berbahasa Inggris.

5.8.6 Pengembangan Promosi

Pengembangan promosi Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) belum

dilakukan secara khusus. Pengelola BKSDA Sumatera Barat melakukan promosi

dalam bentuk pameran, pembuatan leaflet dan CD interaktif tentang Suaka Alam

Merapi. Komunikasi personal oleh staf/petugas BKSDA Sumatera Barat kepada

teman/relasi kerja mereka merupakan satu bentuk komunikasi langsung.

Tim Merapi Adventure Camp telah melakukan promosi kawasan melalui

komunikasi dengan sejumlah Kelompok Pecinta Alam (KPA), baik yang ada di

Sumatera Barat maupun luar Sumatera Barat, contohnya pada tahun 2007 pernah

diadakan kegiatan Operasi Bersih Merapi (OPSI) oleh KPA Universitas Negeri

Jambi dengan tim Merapi Adventure Camp yang pada saat itu masih melakukan

pengelolaan swadaya tanpa bantuan BKSDA Sumatera Barat. Promosi melalui

KPA tersebut dianggap sangat efektif. Hal ini terbukti dengan banyaknya tingkat

kunjungan ke Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) yang dilakukan berbagai

KPA SMP, KPA SMA, KPA Universitas/Organisasi dan KPA pemuda dari

berbagai daerah. KPA tersebut kemudian mengenalkan obyek- obyek di Suaka

Alam Merapi (Jalur Koto Baru) melalui cerita pengalaman yang dilengkapi foto-

foto kegiatan mereka di website/ blog pribadi/ organisasi.

Promosi Suaka Alam Merapi juga dipelopori oleh wisatawan mancanegara

yang pernah berkunjung ke Suaka Alam Merapi (jalur Koto Baru) dan

mempromosikan kawasan di website dunia (www.lonelyplanet.com). Bentuk-

bentuk promosi yang bisa dilakukan untuk pengembangan ekowisata di Suaka

Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah:

a. Ikut serta dalam kegiatan seminar/ pameran/ lomba foto.

b. Kerjasama dengan berbagai biro perjalanan (travel agent).

c. Pembuatan leaflet, booklet, stiker dan brosur tentang Suaka Alam Merapi.

d. Publikasi melalui media massa (cetak/ elektronik).

5.8.7 Pengembangan SDM Ekowisata

Pengembangan SDM ekowisata di Suaka alam Merapi ditujukan pada

pengelola BKSDA Sumatera Barat dibantu oleh tim Merapi Adventure Camp

Page 56: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

86

(MAC). Pengembangan SDM pengelola diantaranya penambahan jumlah petugas

(saat ini hanya ada 1 orang PEH dan 1 orang petugas resort Merapi) dan

peningkatan keterampilan petugas dalam teknis bidang manajemen pengelolaan,

khususnya pengelolaan wisata. Dalam pengelolaan Suaka Alam Merapi (Jalur

Koto Baru), BKSDA Sumatera Barat dibantu oleh 15 orang anggota MAC (Tabel

32). MAC merupakan badan usaha nagari yang bersama dengan pengelola

melakukan kegiatan pemantauan aktivitas ekowisata di Jalur Koto Baru.

Tabel 32 SDM Merapi Adventure Camp (MAC) No Nama Umur

(Tahun) Pekerjaan / Profesi

Pendidikan Terakhir

Diklat yang Pernah Diikuti

1. Jovri A. 35 Pimpinan MAC/Petani

SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan SAR

2. Randi 24 Mahasiswa SMA Diklat pemandu wisata di Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 3. Son 38 Petani SMP Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 4. Rusdi

Efendi 24 Petani SMP Diklat pemandu wisata di

Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 5. Aulia

Ramadhan 24 Mahasiswa SMA Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 6. Kojek 26 Wiraswasta/

Supir SMP Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 7. Hendra 28 Wiraswasta/

Pendaki Gunung

SMP Diklat pemandu wisata di Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 8. Ujang 30 Wiraswasta/

Pengojek SD Pelatihan Gunung Hutan

(2003) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 9. Novrial 31 Petani SMP Pelatihan Gunung Hutan

(2003) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 10. Adi

Wijaya 43 Petani SMA Diklat pemandu wisata di

Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 11. Arman

Maulana 46 Petani SMA Diklat pemandu wisata di

Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 12. Amelia

Ramadhani 22 Mahasiswa SMA Diklat pemandu wisata di

Padang (2009) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) Sumber: Wawancara dengan Pimpinan MAC

Page 57: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

87

Tabel 32 (Lanjutan) No Nama Umur

(Tahun) Pekerjaan / Profesi

Pendidikan Terakhir

Diklat yang Pernah Diikuti

13. Erwin 33 Wiraswasta/ Pendaki Gunung

SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan SAR

14. Riki 22 Petani SMA Pelatihan Gunung Hutan (2003) Pelatihan Gunung Hutan

(2003) 15. Edi 33 Wiraswasta /

Pedagang SMA Pelatihan Gunung Hutan

(2003) Sumber: Wawancara dengan Pimpinan MAC

Merapi Adventure Camp (MAC) dilibatkan dalam pengembangan

ekowisata di Suaka Alam Merapi. Anggota MAC (Tabel 32) harus memiliki

pengetahuan tentang lokasi, keadaan dan situasi obyek serta pengetahuan

mengenai flora/ fauna/ ekosistem Suaka Alam Merapi. Muntasib dan Rahmawati

(2003) menyatakan bahwa masyarakat dapat berperan menjadi pemandu wisata

pada suatu kawasan karena masyarakat memiliki pengalaman dalam pengelolaan

sumberdaya alam dan mampu melihat fenomena pada obyek yang bersangkutan.

Sebesar 46,7% (7 orang) anggota MAC berprofesi sebagai petani, 20% (3 orang)

berprofesi sebagai mahasiswa dan 33,3% (5 orang) berprofesi sebagai wiraswasta

(supir, pengojek, pedagang dan pendaki gunung). Sebesar 60% (9 orang) anggota

MAC adalah lulusan SMA, 33,3% (5 orang) adalah lulusan SMP dan 6,7% (1

orang) adalah lulusan SD.

Enam orang (40%) anggota MAC sudah pernah mengikuti pelatihan

pemandu wisata, 13,33% (2 orang) pernah beberapa kali mengikuti pelatihan

SAR tingkat daerah dan nasional, sedangkan secara keseluruhan (100%) anggota

MAC sudah pernah mengikuti kegiatan Pelatihan Gunung Hutan. Anggota MAC

beberapa kali dilibatkan dalam kegiatan SAR, seperti penanggulangan longsor

Bukik Lantiak (Padang), penanggulangan korban banjir bandang Malalo

(Singkarak), pencarian korban wisatawan yang hilang di Ngarai Sianok dan

pencarian korban wisatawan yang hilang di Gunung Merapi dan Gunung

Singgalang.

Anggota MAC memiliki kualitas dan kuantitas dalam hal pelayanan

pengunjung. Kemampuan mereka dapat terus ditingkatkan, caranya adalah dengan

terus melakukan pembinaan dan peningkatan ilmu pengetahuan/ keterampilan,

Page 58: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Daya Tarik Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang

88

baik dalam teknis bidang pemanduan dan bidang lainnya. Berdasarkan hasil

wawancara dan pengamatan maka diberikan saran sebagai berikut:

1) Jenis-jenis keterampilan yang diperlukan adalah:

a. Keterampilan berbahasa dan etika/sopan santun dalam pemanduan.

b. Keterampilan berbahasa asing, khususnya bahasa inggris.

c. Keterampilan pengetahuan dibidang pengelolaan kawasan konservasi,

khususnya Kawasan Suaka Alam.

d. Keterampilan dibidang ilmu kehutanan.

e. Keterampilan administrasi.

f. Keterampilan pengelolaan obyek wisata, seperti sistem promosi,

penataan fisik obyek dan sebagainya.

2) Jenis-jenis pelatihan yang perlu diberikan adalah:

a. Pelatihan pemandu wisata.

b. Pelatihan bahasa inggris.

c. Pelatihan interpreter.

d. Kursus kepariwisataan.

e. Peningkatan keterampilan SDM, khususnya dibidang wisata.

3) Contoh-contoh materi pelatihan yang perlu diberikan:

a. Kode etik dan norma seorang pramuwisata.

b. Mengenal perilaku dan karakter wisatawan.

c. Cara pelayanan wisata yang baik terhadap pengunjung.

d. Penguasaan nama-nama jenis flora dan fauna di Suaka Alam Merapi

(Jalur Koto Baru).

e. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung tentang obyek-

obyek di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru).


Recommended