Transcript
Page 1: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

APLIKASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PEMBENIHANPERIKANAN AIR TAWAR

Oleh: Dian BhagawatiFakultas Biologi UNSOED

Kampus UNSOED Kamngwangkal PurwokertoE- ma i I : b hagawatlunsoe d@ya ho o.c o m

A. Pendahuluan

Potensi lahan perikanan budidaya di lndonesia cukup besar dan didukung oleh

kondisi alam yang mempunyai kefagaman fisiografis yang menguntungl€n untuk

akuakultur. Suhu air wilayah tropis yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun

memungkinkan kegiatan budidaya berlangsung sepanjang tahun. Tipologi bentang lahan

dan pesisir yang beragam memberi peluang untuk pengembangan komoditas budidaya

yang beragam pula (Nurdjanah dan Rakhmawati, 2006). Selain itu, budidaya lkan

sebagai salah satu usaha di bidang perikanan memiliki potensi strategis dalam

mendukung salah satu tujuan pembangunan kelautan dan perikanan, yaitu

meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan. Pencapaian

tujuan tersebut ditandai dengan meningkatnya : a) peran sektor kelautan dan perikanan

terhadap pertumbUhan €kOhdmi nasional; b) kapaSitaS sentra-sehtra produksi kelaUtah

dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan; dan c) pendapatan masyarakat di

sektor kelautan dan perikanan (KKP, 2012).

Akan tetapi potensi geografis yang telah dimiliki tidak akan bermanfaat secara

oplimal bila tidak didukung dqngan penguasaan keterampilan yang memadai dari pelaku

budidaya ikan. Oleh karena itu, pelaku budidaya perlu terus dibekali dengan berbagai

keterampilan yang mendukung usahanya agar tujuan pengembangan sistem

pembudidayaan dapattercapai. MenurutSukadi (2002), tujuan pengembangan sistem

pembudidayaan ikan adalah: {a) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat pembudidaya ikan; (b) meningkatkan mutu produksi dan produktifitas

usaha perikanan budi-daya untuk penyediaan bahan baku industri perikanan dalam

nege6i, meningkatkan ekspor hasil perikanan budidaya dan memenuhi kebutuhan

konsumsi ikan masyarakat; serta (c) meningkatkan upaya perlindungan dan

rehablfitasi sumberdaya perikanan budidaya,

B. Teknologi Tepat Guna Untuk Pembenihan lkan Air Tawar

Upaya pengembangan sistem pembudidayaan dapat dilakukan dengan

memperhatikan potensi sumberdaya lahan, pemahaman terhadap faktor kelayakan

budidaya, tingkatan teknologi budidaya dan pemanfaatan plasma nutfah ikan

bio.unsoed.ac.id

Page 2: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

budidaya (Sukadi, 20OZ). Beberapa teknologi tepat guna bidang perikanan telah

dihasilkan oleh berbagai pihak, yang tujuannya antara lain untuk memudahkan

penanganan dan pengelolaan serta meningkatkan produksi, sehingga pelaku budidaya

tinggal memilih yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Apabila disesuaikan dengan tahapan kegiatannya, maka aplikasi teknologi tepat

guna dapal diterapkan mulaidari pengefqlaan induk, telur, larva maupun benih,

1. Pengelolaan lnduk

Tahapan awal dalam kegiatan pembenihan ikan adalah melakukan seleksi calon

induk yang akan dipijahkan. Menurut Gustiano et. al. (2008), kegiatan pemuliaan yang

saat ini sedang berkembang pesat di lndonesia adalah kegiatan seleksi individu dan

seleksi famili, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fenotip individu. Perbaikan

sifat ini mengarah pada perbaikan pertumbuhan. Tave (1995), menyatakan bahwa

kegiatan pembiakan selektif diantaranya seleksi individu dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas fenotip. Kualitas fenotip yang ingin ditingkatkan meliputi

pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan rasio konversipakan.

Tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah untuk menghasilkan induk yang

memiliki pertumbuhan yang baik sehingga sifat unggul tersebut akan diturunkan ke

anakan yang dihasilkan. Pertumbuhan yang baik lebih ditekankan pada peningkatan

bobot. Tolok ukur utama keberhasilan kegiatan pemuliaan adalah peningkatan bobot

ikan yang nyata. Peningkatan bobot ini dapat dilihat dari nilai genetic gain yang

didapat (Apriliza, 2012).

Seleksi induk ikan secara sederhana dapat dilakukan berdasarkan sejarah asul-

usulnya dan tampilan tubuhnya (pertormans). Penelusuran sejarah asal-usul induk ikan

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya silang dalam (inbreeding), karena pemijahan

yang dilakukan dengan menggunakan induk yang berkerabat dekat akan menghasilkan

keturunaR dengan keragaman genetik yang rendah. Cara seleksi induk yang mudah

dilakukan oleh pelaku budidaya ikan, antara lain adalah dengan mengamati adanya

abnqrmalitas dan asimetri pada tubuh calon induk. Menurut Wilkins ef a/ (1995),

keadaan tersebut dapat diketahui dengan adanya perbedaan bentuk, ukuran, jumlah

dan ciri-cirimorfologiyang lain pada organ tubuh berpasangan, antara organ bagian kiri

dan bagian kanan. Cara tersebut juga telah diadosi oleh Nurhidayat (2000) untuk

menyeleksi induk ikan lele serta oleh Bhagawati dan Abulias QAAT), untulr menyeleksi

induk ikan gurami.

Apabila induk telah lolos seleksi secara morfologi, maka langkah selanajutnya

adalah melakukan Seleksi terhadap tingkat kematangan gonadnya. lndUk yang dipilih

hendaknya sudah siap memijah, yang dapat diketahui dengan cara melakukan

bio.unsoed.ac.id

Page 3: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

pengurutan terhadap bagian perut secara perlahan ke arah lubang pengeluaran

telur/sperma. lnduk betina yang telah siap memijah akan mengeluarkan telur yang telah

matang, yang antara lain dirikan dengan keadaan butiran telur yang telah terpisah (tidak

menggumpal), sedangkan pada induk jantan akan mengeluarkan sperma berwarna

putih susu. Akan tetapi, apabila kematangan gonad induk belum optimal, maka dapat

dilakukan induksi pematangan ganad dengan eara menyuntikkan hqn'!'!on, baik yqng

alamimaupun sintetis.

Selama proses pematangan gonad, induk dipelihara secara terpisah antara jantan

dan betina, untuk menghindari terjadinya pijah liar. Selain itu, selama pemeliharaan

perlu diberi pakan berprotein tinggi dan rendah lemak. Media pemeliharaannya juga

harus selalu diperhatikan, terutama kebutuhan oksigennya, yang dapat dilakukan

dengan pemberian aerasi.

Sarana pemijahan perlu dipersiapkan, terutama untuk jenis-jenis ikan yang

memerlukan suatu media untuk meletakkan telurnya. Misalnya perlu disediakan

kakaban untuk BemUahan ikan le!e, tempat dan bahan carang untuk ikan gurami, certa

sarana lainnya uantuk ikan jenis lain.

2. Pengelolaan lnkubasidan Penetasan Telur

Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung

jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain menempel

pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di perairan. sebagai

contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur menempel pada substrat,

sedangkan ikan gurame terapung di permukaan air. Selain itu beberapa telur ikan

memiliki perekat sepertitelur ikan mas, lele, patin koi, keki dan sebagainya, $edangkan

telur ikan bawal, grasscarp, nila, gurame, tawes tidak memiliki perekat. Selain itu,

proses penetasan telur juga bermacam-macam. Di alam, penetasan telur ikan nila

dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan telur ikan arwana dierami oleh

induk ikan jantan. Sedangkan telur ikan gurame menetas didalam sarang tetapi dijaga

dan dirawat ohh induknya. Teluf Udang dierami pada bagiah perUt.

Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor

dari dalam diantaranya adalah kerja mekanik dari aktivitas larva sendiri maupun dari

keria enzimatis yang dihasilkan oleh telur. Sedangkan faktor luar atau lingkungan yang

mempengaruhi penetasan telur antara lain suhu, kelarutan oksigen, intensitas

cahaya, pH dan salinitas.

Proses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih

tinggi karena pada suhu yang tinggi proses metabolisme berjalan lebih cepat sehingga

perkembangan embrio juga akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan

bio.unsoed.ac.id

Page 4: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namun suhu yang terlalu tinggi atauterlalu rendah dapat menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlaluekstrim atau berubah secara mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan

kegagalan penetasan.

Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepatguna yang diterapkan untuk mendukung F)reses inkubasi dan penetacan harus

disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan

ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisioptimal dan untuk

masing-masing jenis ikan nilai optimalnya berlainan. Aplikasi corong inkubasi

serbaguna telah dilakukan oleh Bhagawati et al (2010) untuk optimasi penetasan ikan

nilem, sedangkan pada tahun 2014 untuk optimasi penetasan telur ikan gurami. Alat

sederhana tersebut sangat membantu dalam memproduksi benih pada saat musim

dingin.

3. Pengelolaan Larva

Larva (berasal dari bahasa Latin: laruae) adalah bentuk muda (juvenite) pada

hewan yang perkembangannya melaluimetamorfosis. Sebagian besar perkembangan

morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangankuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas

bersifat pasif, Hari ke dua mulut mufai terbuke dan mufai berusaha, memacuki hari ketiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning

telurnya telah menipis, yaitu tinggal 2*3oo/o dari volume awal. Selama cadanganmakanan bawaan lahir masih ada, maka larva tidak perlu mendapatkan pakan

tambahan. Namun apabila cadangan makanannya mulai menipis maka larva harusdilatih untuk mendapatkan pakan tambahan.

Pakan tambahan yang pertama untuk larva hendaknya disesuaikan dengankondisinya yang masih sangat lemah. Pakan yang diberikan disesuaikan denganukuran bukaan mulut larva serta kemampuannya dalam memanfaatkan pakan. Larvamem,erlukan banyak energi dalam u$ahanya men€an makan pertamanya, karena{kemampuan berenangnya yang masih terbatas, sehingga sebaiknya pemberianpakan pertama untuk larva yang dibudidayakan mengandung energi yang cukup guna

memenuhi kebutuhan perkembangannya.

Jenis pakan tambahan yang diberikan untuk larva sebaiknya adatah pakan alami.Mengihgat pakan alami memitiki k-hduhgan proteih yang tinggi dan bngkap.Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan proteinyang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mutut larva, mudah dicerna, gerakan

lambat dan mudah diperoleh. Ukuran bukaan mulut pada larva ikan tidak sama,

bio.unsoed.ac.id

Page 5: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

tergantung jenisnya, selain itu umur atau saat pertama membutuhkan pakan tambahan

juga berbeda-beda, sehingga jenis pakan yang diberikan juga berbeda.

Fase larva pada ikan merupakan tahapan yang paling kritis, terutama sangat

rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Upaya yang dapat

ditempuh untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva

harus dibersihkan dan disanitasi terlebrh dahulu, Mengingat Wadah pemeliharaan

merupakan sarana utama masuknya penyakit dan dengan sanitasimaka hama serta

penyakit yang menempel pada permukaan dinding bak akan mati, sehingga

kemungkinan terjangkitnya penyakit akan lebih kecil.

Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat

seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen atau bahan lain

sampai kotoran yang menempel bersih, kemudian dibilas menggunakan air tawar

hingga bersih. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama

2-3 hari. Pengeringan atau penjernuran dilakukan untuk menguapkan air sisa

pembilasan, sehingga w.adah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi,

serta mematikan organisme penyebab penyakit yang masih menempelatau tersisa.

Selain pemberian pakan pertama dan mengelola media pemeliharaan, teknologi

tepat guna yang dapat diaplikasikan pada larva adalah dengan melakukan alih kelamin

(sex reversal) atau pengarahan kelamin dengan pemberian hormon pada pakan atau

dengan cara perendaman. Menurut Hunter dan Donaldson (1983) pemberian hormon

sangat bergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad

berada dalam keadaan labil untuk dipengaruhi hormon. Hal ini berhubungan dengan

fungsi hormon steroid yang bekerja sebagai perangsang defferensiasi, sehingga

pemberian hormon harus dilakukan bersamaan dengan waktu defferensiasi,

Sedangkan Carman dan Alimuddin, (1998) berpendapat bahwa teknik sex reversa/yang

dipilih hendaknya disesuaikan dengan fase terjadinya defferensiasi kelamin. Apabila

defferensiasi kelaminterjadisebelum ikan mampu memanfaatkan pakan dari luar, maka

dilakukan dengan cara perendaman.

{4. Pengelolaan Benih

a. Cara Tradisional

Pemeliharaan benih atau pendederan ikan merupakan kelanjutan kegiatan

pemeliharaan larva. Pemeliharaan benih dapat dilakukan secara secara tradisional,

semi intensif dan intensif. Pemeliharaan secara tradisional merupakan cara yang

dilakukan secara turun temurun dan biasanya lebih banyak tergantung alam. Persiapan

kolam hanya dilakukan dengan membersihkan kolam dari rumput dan kotoran lainnya

tanpa pemupukan dan pengapuran. Kolam yang telah selesaidibersihkan langsung diisi

bio.unsoed.ac.id

Page 6: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

air. Konstruksi kolam tradisional terbuat dari tanah , pematang merupakan tumpukan

tanah, belum memperhitungkan tinggi serta lebar dasar pematang, dan pipa pemasukan

serta pengeluanan terbuat dari bambu. Penebaran benih dilakukan seadanya tanpa

memperhitungkan luas kolam, daya dukung kolam, ukuran benih ikan, debit air dan

sebagainya. Pemberian pakan benih ikan secara tradisional hanya mengharapkan

pakan alamiyang tersedia di kqlam, Pembenan pakan tambahan biacanya berupacisa

dapur yang berupa sayuran, sisa nasi dan sebagainya. Pendederan benih ikan secara

tradisional tidak melakukan penjarangan atau sortir ukuran benih ikan. Benih ikan

yang telah dipelihara dibiarkan sampai besar. Dengan demikian mortalitas ikan

akan lebih tinggi, selain itu ukuran ikan juga akan sangat bervariasi.

b. Cara Semi-intensif

Pemeliharaan benih ikan (pendederan) secara semi intensif merupakan perbaikan

pembenihan ikan secara tradisional. Pada prinsipnya, pemeliharaan benih ikan

$ecara semi intensif telah berorientasi mendapatkan keuntungan bahkan cudah

cenderung sebagai profesi. Pada pemeliharaan benih ikan secara semi intensif,

mulai dari persiapan wadah sampai pemanenan sudah lebih baik dibandingkan

pemeliharaan secara tradisional.

Persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam,

pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam. Pengeringan dasar kolam

pendederan bertujuan untuk membasmihama dan penyakit dan mengoksidasi gas

beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar

kolam berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa

pakan, lumpur/kotoran yang terbawa air masuk dan mengendap di dasar kslam

dan sebagainya.

Pada pemeliharaan ikan secara semi intensif, dilakukan pengolahan dan

pemupukan dasar kolam, tujuan pengolahan untuk menggemburkan dasar kolam dan

meningkatkan kesuburan kolam. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan

kolam sehihgga tersedia pakah alami bagi benih ikah. PupUk yan$ dit€baf di{

kolam pendederan berupa pupuk kandang maupun pupuk kimia. Pupuk kandang dapat

berasal dari pupuk kandang ayam, domba atau sapi. Dosis pupuk kandang yang

ditebar sebanyak 0,2-0,3 kg/m2. Pemupukan dapat dilakukan dua cara yaitu ditebar

merata di dasar kolam dan ditumpuUdigundukkan pada salah satu bagian dasar

kolam.

Pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, diawali dengan penebaran

b€nih ikan di kolam, yang tingkat k€padatannya telah ditetapkan S€b€lumnya.

Penentuan padat tebar, diawali dengan memperhitungkan daya dukung kolam.

bio.unsoed.ac.id

Page 7: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

Pada pemeliharaan ikan secara intensif, penebaran benih ikan dilakukan apabila

warna air kolam pemeliharaan sudah mengalami perubahan dari bening menjadi

hijau kecoklatan. Wama air hijau kecoklatan tersebut pertanda bahwa pakan alami

sudah tumbuh dan benih sudah siap ditebar. Didalam proses penebaran benih

tersebut perlu ditentukan waKu penebaran, padat penebaran, keseragaman

ukuran benih dan teknik penebaran, Trdak semua kelam memiliki daya dukung

yang sama, sehingga padat tebar kolam juga berbeda-beda. Untuk mengetahui daya

dukung kolam, perlu menghitung jumlah planton baik fitoplanton maupun

zooplanton dalam kolam dengan mengambil sampel air kolam. Selain itu parameter

daya dukung lainnya adalah kualitas air khususnya oksigen terlarut, pH , suhu,

kecerahan, amonium dan sebagainya.

Penebaran benih ke dalam kolam diawali dengan aklimatisasi, yang bertujuan

untuk menyesuaikan benih ikan pada lingkungan baru. Pada pembenihan ikan

secara semi intensif, pemberian pakan benih di kolam bertujuan untuk meningkatkan

survival ratp, Pertumbuhan dan menjaga kualitas benih, Qara Femberian F?ken

benih ikan di kolam dilakukan dengan menebar ke seluruh kolam. Pakan yang

diberikan berbentuk tepung dengan kadar protein 2V 40 %. Pemberian pakan dengan

cara menebar ke seluruh kolam tersebut dilakukan selama 2 minggu, selanjutnya

bentuk pakan benih ikan dapat di tingkatkan menjadi remah atau crumble. Hal ini

karena ukuran benih ikan sudah lebih besar sehingga bukaan mulutnya sudah lebih

besar. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi,

siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan secukupnya. Jika benih ikan

telah kenyang, pakan benih ikan di hentikan. Benih ikan yang telah kenyang di tandai

dengan agresifitas benih terhadap Bakan berkurang dan sebanyak 75 oh total

benih ikan telah meninggalkan lokasi pemberian pakan.

Salah satu yang membedakan pemeliharaan benih ikan secara tradisional

dan semi intensif adalah tahapan pendederan. Pada pemeliharaan ikan secara

semi intensif terdapat tahapan pendederan yaitu pendederan 1, Z, 3 dan

scFrusnya. Pada tahapan pehdederen tersebut dilakukah juga penyortiran (graddinE)

berdasarkan ukuran benih ikan. Benih ikan yang memiliki ukuran yang sama

dipelihara pada kolam yang sama. Selain itu pendederan benih ikan dilakukan

dengan menjarangkan pada penebaran benih ikan. Penjarangan tersebut karena

ukuran ikan lebih besar dan membutuhkan lingkungan baik kualitas air dan pakan

lebih yang baik.

bio.unsoed.ac.id

Page 8: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

c. Cara lntensif

Pemeliharaan benih ikan secara intensif dapat dilakukan di kolam atau di bak.

Apabila pemeliharaan dilakukan di kolam faktor lingkungan, khususnya kualitas air

sulit dikontrol, tetapi bila pemeliharaan di bak, faktor lingkungan dapat dikontrol

dengan baik.

Prinsip Bendederan benih ikan adalah upaya membuat benih ikan hidup nyaman

sehingga memiliki pertumbuhan lebih optimal. Agar benih ikan hidup nyaman, maka

lingkungan kolam harus dibuat sesuai dengan kebutuhan benih ikan. Lingkungan

benih ikan terdiri dari kualitas air yang baik, pakan benih, bebas dari hama

penyakit. Kualitas air yang baik untuk benih ikan adalah suhu 27-30oC, pH 7, amoniak

< O,O1 ppm. Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan

mulut benih ikan seperticacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya.

Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suasana teduh untuk

menghindari fluktuasi suhu yang panas, sehingga benih yang ditebarkan tidak

mengalamistress. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses penebaran

adalah aklimatisasi suhu yang merupakan proses adaptasi benih tefiadap lingkungan

yang baru. Apabila benih didatangkan dari lokasi yang cukup jauh dan dikemas

dengan menggunakan kantong plastik, maka proses aklimatisasidilakukan dengan cara

memasukkan kantong pengangkutan benih tersebut ke dalam kolam, diamkan selama

5-10 menit, kemudian kedalam kantong ditambakan air yang diambil dari kolam

pemeliharaan benih yang baru sedikit demi sedikit, hingga kondisi suhu air di dalam

kantong plastik same dcngan suhu air yang ada di dalam kolam.

Pakan merupakan faktor yang menentukan dalam pemeliharaan benih ikan.

Mengingat fungsi organ pencemaannya masih dalam tahap perkembangan, ukuran

bukaan mulutnya yang kecil, gerakan tubuh/berenang yang masih sangat terbatas,

dan dengan kondisi saluran pencernaan yang sangat sederhana, benih dipaksa

untuk memburu, memangsa dan mencerna makanannya.

Pakan yang diberikan kepada benih ikan hendaknya memiliki kandungan protein

tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut, gerakan lambat dan mudah dicerna.

Kriteria pakan tersebut harus memenuhi persyaratan:

1) ukurahhya kecil, lebih kecil dari bukaah mulut larva

2', pakan tersebut adalah pakan hidup yang bergerak untuk memudahkan larva/benih

dalam mendeteksi dan memangsa pakan

3) mudah dicerna dan mengandung nutrisiyang tinggi

Frekuensi pemberian pakan adalah berapq kali pakan ygng dibgrikan pada benih

ikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan.

Umumnya semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya

bio.unsoed.ac.id

Page 9: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

semakin jarang atau kurang. lkan kecil sebaliknya diberi pakan lebih sering

dibandingkan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan benih ikan berkaitan dengan

laju evakuasi pakan di dalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis

ikan yang dibudidayakan, serta suhu air.

Cara pemberian pakan untuk benih ikan yang masih kecil, dengan

menyebarkannya $eeara merata 4i sgluruh pen'lukaan air, Pakan dalam bentuk

tepung dan remah dapat diberikan dengan cara ditabukan menggunakan tangan.

Penaburan pakan dengan tangan harus memperhatikan arah angin. Pelet untuk

ikan-ikan besar diberikan dengan keadaan yang tetap, baik tempat maupun

waktunya. Dengan waktu dan tempat yang tetap itu maka benih ikan akan terbiasa

untuk menunggu pakan di tempat tersebut pada waktu-waktu tertentu.

Pakan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebiasaan ikan dalam

memakan pakan yang disediakan. Apabila kira.kira 30% dari jumlah ikan yang ada

sudah tidak mau lagi menyambar pakan yang dilemparkan maka pemberiannya

segera dihentikan, Didalam budidaya ikan intensif, pemberian pak€n harus tepa-t

jumlahnya, pemberian pakan yang berlebihan dapat mengakibatkan air media

tercemar, dasar kolam cepat kotor, serta pemborosan. Sebaliknya, jika pemberian

pakannya kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan bervariasi, pertumbuhan

terhambat, daya tahan tubuh menurun, serta terjadi kanibalisme.

Didalam budidaya intensif, pemeliharaan benih dapat dilakukan dengan

mengaplikasikan teknik bioflok. Menurut Avnimelech (2007); de Schryver &

Verstraete (2009), teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam

mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur, yang diadaptasi dari teknik

pengolahan limbah domestik $eeara konvensional, Prinsip utama yang diteraBkan

dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada kemampuan

bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat di

dalam air.

G. Penutup{Produksi benih ikan berperan dalam keberhasilan kegiatan pembesaran ikan.

Kualitas benih ikan berpengaruh terhadap perkembangan ikan pada saat pembesaran

ikan. Selain itu, kegiatan pembehihah ikah akan befp€rah teihadap iekayasa gehetik ikan

sehingga dapat menghasilkan strain ikan yang baru. Siklus produksi benih ikan dalam

suatu periode usaha pembenihan ikan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan

pada setiap sub kompetensi pembenihan ikan. Sementara itu, setiap jenis ikan memiliki

sifat dan kebiasaan berbeda, baik dalam pemijahan, pakan dan habitat, oleh karena itubio.unsoed.ac.id

Page 10: bio.unsoed.acbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Aplikasi Teknologi tepat Guna... · pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ... dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan

agar penerapan teknobgi tepat s€is€rlzm rnaka pembudidaya ikan hendaknya memiliki

pemahaman terhadap perilaku setiap ienis ikan yang dikelolanya.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliza, K.2012. Analisa Genetic Gain Anakan lkan Nila Kunti F5 Hasil Pembesaran I (D90-150). Journal Of Aquacufture Management and Technology. 1(1):132-146.

Avnimcleeh,Y.,2007, Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocstechnology ponds. Aquacufture 2&,1 4O-1 47 -

Bhagawati, D dan M.N. Abulias. 2007. Karakter Meristik Bilateral dan Polimorfisme lsozimSebagai Dasar Seleksi untuk Memproduksi Benih Gurami Unggul, Laporan PenelitianFundamental. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokefro

Bhagawati, D.,M.N. Abulias., A. Nuryanto dan G.E. Wijayanti. 2010. lpteks Bagi Masyarakatuntuk Perbaikan Teknologi Produksi Benih lkan Nilem dengan Corong lnkubasiSerbaguna. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas BiologiUNSOED. Purwokierto

Bhagawati, D., dan F.N. Rachmawati.2014.|bM Pembudidaya lkan Gurami Desa KertayasaBanjarnegara. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas BiologiUNSOED. Purwokerto

Carman,O dan M. Alimuddin. 1998. Produksi lkan Cupang Jantan Saja. Publikasi padaPelatihan Pembinaan Petani lkan Cupang dari Lima Wilayah DKI Jakarta di BBICiganjur. Bogor.

de Schryver, P. and Verstraete, W. 2009. Nitrogen removalfrom aquaculture pond waterby heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencin

Hunter, G.A. and E.M. Donaldson. 1983. Hormonal Sex Control and lts Applications to FishCulture.p:223-293 in W.S. Hoar, DJ. Randal and E.M. Donaldson, Eds. FishPhysiology. Vol.lXB. Academic Press. New York.

Gustiano, R., Otong Taenal, A., E. Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan lkan Nila(Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur,3(2):98-106.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Visi, misi, Grand Strategy dan SasaranStrategis KKP. Pusdatin. KKP. Jakarta.

Nurhidayat, M. A., 2000. Fluktuasi asimetridan abnormalitas pada ikan lele dumbo(Clanas sp) yang berasaldan tiga daerah sentra pengembangan di Pulau Jawa.Thesis. Program Pascasarjana. lnstitut Pertanian Bogor.

Parangin Angin, K. 2013. Teknik Pembenihan lkan. Direktorat Pendidikan MenengahKejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan MenengahKementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Nasional. Jakarta

Sukadi, F.2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal lktiologi lndonesia Vol2 (21:61-66.

Wikins, N.P., E. Gosling, A. Curatolo, A. Linnane, C. Jordan and H.p. Courney. 19gS.Fluctuating asymmetry in Atlantic Salmon, European Trout and their hybrids, includingtriploids. Aquaculture . 1 37 :77 -85.

10

bio.unsoed.ac.id