BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride)
Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan
reaksi oksidasi katalitis ortho xylene atau naphthalene (proses Gibbs).
C8H10 + 4.5 O2 C6H4(CO)2O + 2 H2O + 2CO
C2
6H4(CH3)2 + 3 O2 C6H4(CO)2O + 3 H2
O
Gambar 2.1. Struktur atom phthalic acid anhydride
Phthalic acid anhydride adalah padatan tidak berwarna (kristal) yang terdiri dari campuran
organik dengan rumus kimia C8H4O3, terutama digunakan sebagai bahan baku pada industri
pembuatan plastik. Phthalic acid anhydride bersifat stabil, mudah terbakar, juga bersifat
hydrolysis dan alcoholysis, di mana jika dihidrolisis dengan air panas akan menghasilkan ortho
phthalic. Reaksi ini merupakan reaksi reversible, di mana phthalic acid anhydride akan terbentuk
kembali dengan pemanasan hingga 1800C. Reaksi alcoholysis adalah dasar pembentukan phthalate
esters yang secara luas telah digunakan pada proses plasticizers. Pada tahun 1980-an kira-kira
6.5109
C
kg jenis ester telah diproduksi di dunia dan semakin meningkat setiap tahunnya. Proses
dimulai dengan mereaksikan phthalic acid anhydride dengan alkohol.
6H4(CO)2O + ROH C6H4(CO2H)CO2Reaksi berikutnya adalah reaksi esterifikasi dengan air sebagai produk samping.
R
C6H4(CO2H)CO2R + ROH C6H4(CO2R)2 + H2Produk utama dari reaksi ini adalah bis (2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), yang merupakan
bahan baku pada pembuatan polyvinyl chloride. Pada proses pembuatan plastik, ester ini
ditambahkan untuk meningkatkan fleksibilitasnya tanpa mengurangi kekuatan plastik tersebut.
(www.wikipedia.com, 2008).
O
Industri lain yang menggunakan phthalic acid anhydride sebagai bahan baku adalah industri
cat dan pernis. Di mana alkyd resin dihasilkan dengan mereaksikan phthalic acid anhydride
dengan minyak dammar (CARB, 2000).
2.2. Ortho Xylene (1,2-Dimethylbenzene)
Universitas Sumatera Utara
Ortho xylene adalah salah satu isomer xylene selain meta xylene dan para xylene yang merupakan kelompok derivat persenyawaan benzene, dimethylbenzene.
Gambar 2.2. Struktur atom xylene
Ortho xylene, sama seperti isomernya yang lain, berwujud cairan tidak berwarna dengan
aroma manis dengan rumus kimia C8H10. Banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri resin,
cat dan pernis, lem, karet, sebagai osilator kristal, parfum, farmasi, kulit dan insektisida. Ortho
xylene sangat mudah menguap, bersifat racun, mudah terbakar, dan banyak berikatan dengan
bensin. Selain itu, pada konsentrasi tertentu ortho xylene merupakan pelarut bagi beberapa jenis
plastik, karet dan berbagai polimer lain. Ortho xylene terbentuk secara alami bersamaan dengan
pembentukan minyak bumi seperti minyak tanah, ter kayu, dan aspal cair. Ortho xylene juga
terbentuk dari hasil pembakaran, kebakaran hutan dan asap pabrik merupakan sumber penghasil
ortho xylene dalam jumlah yang cukup besar. Ortho xylene merupakan produk antara dalam
banyak industri bahan kimia. Salah satu industri yang menggunakan ortho xylene sebagai bahan
bakunya adalah industri pembuatan phthalic acid anhydride, di mana ortho xylene dioksidasi
dengan bantuan katalis vanadium pentoxide. Sifat toxic pada ortho xylene menyebabkan iritasi
pada mata, hidung dan kerongkongan (www.wikipedia.com, 2008).
2.3. Sifat Fisika dan Kimia 2.3.1. Phthalic Acid Anhydride
- Fasa : padat
- Berat molekul : 148 gr/mol
- Titik didih : 295 0
- Melting point : 131
C 0
- Densitas : 1,53 gr/cm
C
- Flash point : 152
3 0
- Kelarutan : larut dalam 162 bagian air, 125 bagian carbon disulfide, larut sempurna dalam benzene panas
C
- Kemurnian : 99,9 %
(www.wikipedia.com, 2008)
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Ortho Xylene
- Fasa : cair
- Berat molekul : 106 gr/mol
- Titik didih : 144 0
- Melting point : -25
C 0
- Densitas : 0,88 gr/mL
C
- Viskositas : 812 cP pada 20 0
- Flash point : 17
C 0
- Specific gavity : 0,7894
C
- Specific heat : 2510,4 J/kg 0
- Panas pembentukan : 2005,8 kJ/mol
K
- Tekanan Uap : 4,4 kPa
- Temperatur kritis : 235,2 0
- Tekanan kritis : 4760 kPa
C
- Kelarutan : larut dalam air, alkohol, ether, aseton dan benzene
- Kemurnian : > 98 %
(www.wikipedia.com, 2008)
2.3.2. Oksigen
- Fasa : gas
- Berat molekul : 32 gr/mol
- Titik didih : -182,95 0
- Melting point : -218,79
C 0
- Densitas : 1,429 gr/mL
C
- Specific heat : 0,8 g/100 mL air
- Panas pembentukan : 0,444 kJ/mol
- Panas penguapan : 6,82 kJ/mol
- Temperatur kritis : 154 0
- Tekanan kritis : 5,043 Mpa
K
(www.wikipedia.com, 2008)
2.4. Proses Pembuatan Phthalic Acid Anhydride Proses pembuatan phthalic acid anhydride yang dikenal pada saat ini ada dua jenis, yaitu :
2.4.1. Pembuatan phthalic acid anhydride dengan proses oksidasi naphthalene
Bahan baku naphthalene dipanaskan dengan heater hingga temperatur 500 0
2 C
C dan
tekanan 3,2 bar untuk diumpankan ke reaktor. Reaksi yang terjadi adalah :
10H8 + 9 O2 C 8H4O3 + 4 H2O + 4 CO
2
Universitas Sumatera Utara
V2O5
Reaksi oksidasi naphthalene berlangsung pada temperatur 500 0
2.4.2. Pembuatan phthalic acid anhydride dengan proses oksidasi ortho xylene.
C dan tekanan 3,2 bar
membentuk phthalic acid, air dan karbondioksida. Crude phthalic acid yang dihasilkan
dari reaktor ini didinginkan dalam cooler yang selanjutnya dialirkan menuju flash drum
untuk memisahkan karbondioksida. Crude phthalic acid yang masih mengandung air
selanjutnya dimurnikan di dalam kolom destilasi. Phthalic acid anhydride yang
merupakan produk bawah kolom destilasi mempunyai kemurnian sebesar 97,8 %
sedangkan air merupakan produk atas kolom destilasi. (Diaoye, 2007).
Bahan baku ortho xylene dengan temperatur 30 0C dan tekanan 1,013 bar dari tangki
penyimpanan ortho xylene dipompakan ke vapuorizer untuk menguapkan ortho xylene
pada temperatur 150 0C dan tekanan 1,4 bar untuk kemudian dipompakan ke furnace
untuk dipanaskan hingga temperatur 350 0
Udara pada temperatur 30
C dan tekanan 2,2 bar. 0C dan tekanan 1,013 bar dialirkan dengan kompresor ke
furnace untuk dipanaskan hingga temperatur 350 0
Uap ortho xylene dan udara diumpankan ke reaktor dengan kondisi operasi temperatur
350
C dan tekanan 2,2 bar.
0
C, tekanan 2,2 bar dan konversi 99 % dengan reaksi sebagai berikut :
C8H10 + 3 O2 C 8H4O3 + 3 H2
O
Panas reaksi dari reaktor disirkulasi dengan air pendingin untuk menjaga reactor dalam
kondisi isothermic. Produk dari reaktor berupa uap phthalic acid, oksigen sisa, nitrogen
dan air didinginkan pada kondensor parsial dan selanjutnya dialirkan ke knock out drum.
Phthalic acid selanjutnya dialirkan ke spray dryer dengan kemurnian 99,8 % (UNEP,
2007).
2.5. Pemilihan Proses Perbandingan kedua jenis proses yang ada diperlihatkan pada tabel 2-1 berikut ini.
Tabel 2-1 Perbandingan proses pembuatan phthalic acid anhydride
Oksidasi Naphthalene Oksidasi Ortho xylene* **
Bahan baku : Naphthalene dan udara Bahan baku : Ortho xylene dan udara
Konversi : 85 % Konversi : 99 %
Kemurnian : 97,8 % Kemurnian : 99,8 %
Proses menghasilkan karbondioksida Proses tidak menghasilkan karbondioksida
Sumber : * UNEP ( 2007)
** Diaoye (2007)
Universitas Sumatera Utara
V2O5
Berdasarkan data pada tabel 2-1 di atas maka pada pra perancangan pabrik pembuatan
phthalic acid anhydride dipilih proses oksidasi ortho xylene. Proses ini didasarkan atas beberapa
pertimbangan, sebagai berikut :
a. Konversi dan kemurnian produk yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan proses oksidasi
naphthalene.
b. Proses tidak menghasilkan karbondioksida.
c. Nilai jual produk lebih ekonomis karena kemurniannya lebih tinggi.
2.6. Deskripsi Proses Pra rancangan pabrik pembuatan phthalic acid anhydride dengan proses oksidasi ortho
xylene secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat tahapan proses, yaitu :
1. Proses persiapan bahan baku
2. Proses reaksi pembentukan phthalic acid
3. Proses pemisahan phthalic acid
4. Proses pengeringan phthalic acid
2.6.1. Proses Persiapan Bahan Baku
Bahan baku ortho xylene (C8H10) dengan kondisi temperatur 30 0C dan tekanan 1,013 bar
disimpan pada tangki bahan baku (T-701). Selanjutnya ortho xylene dipompakan ke
vapuorizer (E-701) untuk diuapkan hingga temperatur 150 0C dan tekanan 1,4 bar yang
kemudian dipompakan ke furnace (H-701) untuk dipanaskan hingga temperatur 350 0
Udara pada temperatur 30
C
dan tekanan 2,2 bar. Bahan bakar yang dipergunakan pada furnace adalah liquid natural
gas. Selanjutnya gas buang pembakaran pada furnace dipergunakan untuk memanaskan
air untuk menghasilkan steam pada unit waste heat boiler. 0C dan tekanan 1,013 bar dari blower (B-701) dialirkan
dengan kompresor (CP-701) ke furnace (H-701) untuk dipanaskan hingga temperatur 350 0
2.6.2. Proses Reaksi Pembentukan Phthalic Acid
C dan tekanan 2,2 bar.
Uap ortho xylene dan udara yang berasal dai furnace (H-701) diumpankan ke reaktor (R-
701) dengan kondisi operasi temperatur 350 0
C dan tekanan 2,2 bar di mana reaktor
dalam kondisi isothermic. Pada proses ini dipergunakan katalis vanadium pentoxide untuk
mempercepat reaksi dan menghasilkan konversi produk sebesar 99 % dengan reaksi
sebagai berikut
C8H10 + 3 O2 C 8H4O3 + 3 H2
Pada reaksi ini produk reaktor berupa campuran antara phthalic acid, oksigen sisa,
nitrogen dan air pada temperatur 350
O
0C dan tekanan 2,2 bar. Reaksi pada reaktor
merupakan reaksi exothermic di mana reaksi pembentukan phthalic acid dari oksidasi
ortho xylene menghasilkan panas yang cukup tinggi. Agar panas reaksi dapat
Universitas Sumatera Utara
dikendalikan dengan sempurna sesuai dengan kondisi operasi maka diperlukan media
pendingin, yaitu dowterm. Dalam proses ini dowterm yang dipakai adalah air pendingin.
Panas reaksi yang dihasilkan dari reaktor diserap oleh media pendingin (dowterm).
2.6.3. Proses pemisahan Phthalic Acid
Produk dari reaktor (R-701) berupa phthalic acid, ortho xylene sisa, oksigen sisa, nitrogen
dan air dialirkan ke kondersor parsial (E-703) untuk mengubah sebagian fasa produk dari
uap menjadi cairan dengan menurunkan temperatur hingga 150 0
2.6.4. Proses Pengeringan Phthalic Acid
C dan tekanan 1,7 bar.
Campuran uap (ortho xylene sisa, oksigen sisa, nitrogen dan air) dan cairan (phthalic
acid) selanjutnya dialirkan ke tangki knock out drum (SC-701) untuk memisahkan uap
dari cairan.
Cairan Phthalic Acid dari knock out drum (SC-701) diumpankan ke spray dryer (DE-701)
untuk dikeringkan sekaligus membentuk butiran kristal phthalic acid anhydride. Kristal
phthalic acid anhydride yang telah kering selanjutnya dialirkan menggunakan screw
conveyor (CS-701) menuju silo. Produk phthalic acid anhydride yang memiliki
kemurnian 99,8 % ini selanjutnya disimpan dalam silo (S-701).
Universitas Sumatera Utara
L1
T-701
TCFC
L1 TC
FC
1
2
3
4
5
6 7
8
9
10
11
Steam from WHB
Kondensat to WHB
Air pendingin
Air pendingin sisa
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN
Skala : Tanpa Skala Tanggal Tanda Tangan
Digambar
1. Nama : Dr. Ir. Fatimah, MT NIP : 132 095 301
Diperiksa/Disetujui
2. Nama : Ir. Hamidah Harahap, MSc NIP : 132 126 839
PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PHTHALIC ACID ANHYDRIDE DENGAN METODE OKSIDASI ORTHO XYLENE
DENGAN KAPASITAS 120.000 TON/TAHUN
Nama : Freddy R. J. SinagaNIM : 050425012
Keterangan gambar :T-701 : Tangki Ortho xyleneE-701 : VapourizerH-701 : FurnaceB-701 : BlowerCP-701 : KompresorR-701 : ReaktorE-703 : Kondensor parsialSC-701 : Knock out drumBE-701 : Spray dryerCS-701 : Screw conveyorS-701 : Silo
P-01 E-701E-703
R-701
SC-701 DE-701
CS-701
S-701
B-701
CP-701
12H-701
Liquid natural gas
Uap panas ke WHB
Universitas Sumatera Utara