BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya akan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana (how) suatu macam pekerjaan akan diselesaikan.
Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal
dalam sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif metode pelaksanaan
kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektif dan efisien. Suatu
pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu
penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku
(standard time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang
terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja
(work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja ini akan
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan
guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara singkat, pengukuran kerja adalah
metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan
dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran kerja secara langsung – terutama pengukuran dengan jam
henti merupakan aktifitas yang mengawali dan menjadi landasan untuk kegiatan-
kegiatan pengukuran kerja yang lain. Oleh karena itu, dalam praktikum
memasukkan pasak ke lubang papan pasak dilakukan untuk menentukan metode
terbaik. Metode terbaik tersebut ditentukan dari waktu siklus terkecil pada suatu
metode kerja.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 1
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian cara kerja ini ialah :
1. Bagaimana cara menghitung waktu siklus?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan operator saat
melakukan percobaan?
3. Apakah pemasangan pasak menggunakan tangan kanan, kiri, kanan
dan kiri akan menghasilkan waktu siklus yang berbeda?
4. Apakah posisi awal pasak terhadap papan pasak sebelum dipasang
mempengaruhi waktu siklus?
5. Apakah alur pemasangan pasak pada metode kerja akan
mempengaruhi waktu siklus?
6. Bagaimana cara menentukan metode kerja terbaik dalam
pemasangan pasak ke lubang papan pasak?
7. Berapa jenis metode kerja yang digunakan dalam menentukan
metode terbaik?
8. Berapa banyak pengamatan yang seharusnya dilakukan dalam satu
metode kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian cara kerja ini adalah:
1. Menggunakan prinsip-prinsip penelitian dan pengukuran kerja serta prinsip-
prinsip ekonomi gerakan.
2. Menunjukkan bahwa dengan metode kerja yang berbeda akan memberikan
hasil yang berbeda pula.
3. Menentukan metode kerja terbaik dalam mencapai produktifitas yang tinggi.
4. Mengetahui berapa banyak pengamatan yang seharusnya dilakukan dalam
menguji kecukupan data.
5. Mengetahui perbedaan nilai terbesar dan terkecil dari hasil pengamatan yang
diperoleh.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 2
1.4. Pembatasan Masalah
Penulis akan membatasi permasalah dalam penelitian cara kerja ini agar
tidak meluas. Pembatasan masalah tersebut meliputi:
1. Metode kerja terbaik dalam pemasangan pasak ke lubang pada papan pasak
dengan posisi awal pasak yang berbeda, alur dari metode kerja, dan
penggunaan tangan pekerja saat bekerja.
2. Perbedaan waktu siklus terbesar dan terkecil berdasarkan metode kerja.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
menyeluruh dan informasi yang jelas agar mudah dipahami. Sistematika penulisan
pada laporan penelitian cara kerja ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah
penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
pembatasan masalah penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang menunjang
dan digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah, yaitu
teori-teori mengenai pengukuran waktu kerja dengan jam henti
(stopwatch time study), prosedur pelaksanaan pengukuran waktu
kerja dengan jam henti, serta teori kecukupan data The Maytag
Company. Teori-teori tersebut mempengaruhi analisa hasil
penelitian untuk menentukan metode kerja terbaik.
BAB III : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini disajikan data waktu yang dikumpulkan dari hasil
penelitian dengan menggunakan stopwatch. Kemudian, data
tersebut diolah sesuai dengan teori yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya. Pengolahan data tersebut meliputi perhitungan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 3
waktu siklus rata-rata untuk masing-masing metode kerja dan uji
kecukupan data.
BAB IV : ANALISA MASALAH
Bab ini berisi tentang perbandingan waktu siklus terbesar dan
terkecil berdasarkan metode kerja serta untuk menentukan metode
kerja terbaik.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan kesimpulan mengenai waktu siklus
terbesar dan terkecil serta metode kerja mana yang paling baik.
Selain itu, pada bab ini juga diuraikan saran penulis mengenai
kondisi saat operator bekerja.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stopwatch Time Study)
Pengukuran waktu berguna untuk memilih cara kerja terbaik dari beberapa
alternatif yang diusulkan, waktu yang dipakai sebagai patokan (standard) adalah
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan pengerjaan
terpendek (tercepat).
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini
baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan
berulang.
Dalam konteks pengukuran kerja, metode stopwatch time study merupakan
teknik pengukuran kerja dengan menggunakan stopwatch sebagai alat pengukur
waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu aktivitas yang diamati (actual
time). Waktu yang berhasil diukur dan dicatat kemudian dimodifikasikan dengan
mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan
allowances.
Untuk kelancaran kegiatan pengukuran dan analisis, maka selain
stopwatch sebagai timing device diperlukan time study from guna mencatat data
waktu yang diukur, serta untuk mencatat segala informasi yang berkaitan dengan
aktivitas yang diukur tersebut seperti sketsa gambar layout area kerja, kondisi
kerja (kecepatan kerja mesin, gambar produk, nama operator, dan lain-lain) dan
deskripsi yang berkaitan dengan elemental breakdown (dapat dilihat dalam
prosedur pelaksanaan pengukuran waktu kerja).
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen
kerja dengan menggunakan jam-henti (stopwatch), yaitu pengukuran waktu secara
terus menerus (continuous timing), pengukuran waktu secara berulang (repetitive
timing), dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 5
Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing),
pengamat kerja akan menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama
dimulai dan membiarkan jarum penunjuk stopwatch berjalan terus menerus
sampai periode atau siklus selesai berlangsung. Di sini pengamat bekerja terus
mengamati jalannya jarum stopwatch dan mencatat waktu yang ditunjukkan
stopwatch setiap akhir dari elemen-elemen kerja pada lembar pengamatan. Waktu
sebenarnya dari masing-masing elemen diperoleh dari pengurangan pada saat
pengukuran waktu selesai.
Pada pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) yang
disebut juga sebagai snap back method, penunjuk stopwatch akan selalu
dikembalikan (snap back) jarum ke posisi nol setiap akhir dari elemen kerja yang
diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerja, kemudian tombol ditekan lagi dan
segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya.
Demikian seterusnya sampai semua elemen terukur. Dengan cara repetitive
timing, data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur dapat dicatat secara
langsung tanpa ada pengerjaan tambahan untuk pengurangan seperti yang
dijumpai dalam metode pengukuran secara terus menerus.
Selain itu, pengamat dapat segera mengetahui data waktu selama proses
kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Variasi yang terlalu besar dari data
waktu dapat diakibatkan oleh kesalahan membaca atau menggunakan stopwatch
ataupun karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
kerja.
Pada pengukuran waktu secara kumulatif memungkinkan pengamat
membaca data waktu secara langsung di setiap elemen kerja yang ada. Di sini
akan digunakan 2 atau lebih stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Dua
atau tiga stopwatch dalam hal ini akan didekatkan sekaligus pada tempat
pengamat dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stopwatch pertama
dijalankan, maka stopwatch nomor 2 dan 3 berhenti (stop) dan jarum tetap pada
posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas ditekan, hal ini akan
menghentikan gerakan jarum dari stopwatch pertama dan menggerakkan
stopwatch kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Dalam hal ini,
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 6
stopwatch nomor 3 tetap pada posisi nol. Pengamat selanjutnya bisa mencatat data
waktu yang diukur oleh stopwatch pertama. Apabila elemen kerja sudah berakhir
maka tuas ditekan lagi sehingga hal ini akan menghentikan jarum. Penunjuk pada
stopwatch kedua pada posisi yang diukur dan selanjutnya akan mengerakkan
stopwatch ketiga untuk mengukur elemen kerja berikutnya lagi. Gerakan tuas ini
selain menghentikan jarum penunjuk stopwatch kedua dan menggerakkan jarum
stopwatch ketiga, juga mengembalikan jarum penunjuk stopwatch pertama ke
posisi nol (untuk bersiap-siap mengukur elemen kerja yang lain., demikian
seterusnya. Dalam hal ini pembacaan metode akumulatif memberikan
keuntungan, yaitu lebih mudah dan teliti karena jarum stopwatch tidak dalam
keadaan bergerak pada saat pembacaan data waktu dilaksanakan.
Pada praktikum kali ini, pengukuran waktu kerja dengan jam henti yang
digunakan secara berulang-ulang (repetitive timing). Pengukuran waktu
penyelesaian suatu pengerjaan dimulai sejak gerakan pertama sampai pekerjaan
itu selesai (disebut satu siklus) dan dilakukan berulang-ulang sampai pengukuran
cukup secara statistik.
Dari hasil pengukuran dengan cara ini akan diperoleh waktu baku untuk
menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, kemudian waktu ini akan dipergunakan
sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan
melaksanakan pekerjaan yang sama.
Jumlah pengukuran yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah:
dimana :
N’ = jumlah pengukuran / pengamatan yang seharusnya dilaksanakan.
N = jumlah pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan.
Xi = waktu penyelesaian yang diukur pada pengamatan ke-i.
Zα = α: 5 % Zα = 1,96
a = tingkat ketelitian atau keakurasian.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 7
LANGKAH PERSIAPAN Pilih dan definisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan
ditetapkan waktu standartnya. Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada
supervisor/pekerja. Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem
operasi kerja yang akan diukur waktunya.
Gambar 2.1.
Langkah-langkah Sistematis dalam Kegiatan Pengukuran Kerja dengan Jam Henti
(Stopwatch Time Study)
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 8
ELEMENTAL BREAKDOWNBagi siklus kegiatan yang berlangsung ke dalam elemen-elemen kegiatan sesuai dengan aturan yang ada
PENGAMATAN DAN PENGUKURANLaksanakan pengamatan dan pengukuran waktu sejumlah N pengamatan untuk setiap siklus/elemen kegiatan (X1, X2,....,Xn)Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditujukan operator
CHEK KESERAGAMAN DAN KECUKUPAN DATAKeseragaman DataCommon sense (subjektif)Batas-batas kontrol + 3 S.D.Kecukupan Data
N’ = ‘k/ s √ N ( ∑ X i 2 ) – ( ∑ X i ) 2 2
( ∑ X i )
N’ < N
N’ = N + n
Untuk menentukan waktu baku langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai
berikut:
1. Menentukan tingkat ketelitian (degree of accuracy) dan kepercayaan
(convidence level) yang diinginkan.
2. Melakukan penelitian pendahuluan, yaitu suatu penelitian dengan maksud
untuk mengetahui apakah cara kerja yang ada sudah yang terbaik.
3. Jika belum, cara kerja diperbaiki dan jika sudah cara kerja tersebut
dibukukan secara tertulis.
4. Kemudian dipilih operator yang akan diukur waktunya. Dipilih operator
yang dapat menjalankan cara kerja yang telah dibukukan itu dengan baik dan
wajar.
5. Berikan penjelasan pada operator tentang maksud dan pentingnya
pengukuran waktu siklus.
6. Bila mungkin bagi pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui di mana waktu-waktu kerja itu banyak
dihabiskan.
7. Lakukan pengujian keseragaman data.
8. Lakukan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui kira-kira jumlah
pengukuran yang diperlukan (berapa kali pengukuran harus dilakukan).
9. Lakukan pengukuran sejumlah yang diperlukan untuk ketelitian dan
kepercayaan yang diinginkan.
10. Tentukan waktu penyelesaian rata-rata atau waktu siklus rata-rata.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut dapat dilihat bahwa pengukuran
kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang objektif karena di
sini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang tejadi dan tidak hanya sekedar
diestimasi secara subjektif. Pada pengukuran ini akan berlaku asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut:
Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan
dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini
untuk pekerjaan yang serupa.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 9
Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja
sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani
dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan
kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Oleh karena itu,
persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu
kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relative tidak jauh berbeda
dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk
seluruh periode kerja yang ada.
Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Stopwatch untuk mengukur waktu kerja (timing device).
2. Papan pasak.
3. Pasak yang akan dipakai pada papan pasak sebanyak 16 pasak.
4. Meja kerja.
5. Lembar pengamatan untuk mencatat hasil pengukuran (time study form).
6. Alat tulis.
2.2. Prosedur Pelaksanaan Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti
(Stopwatch Time Study)
Dalam penelitian cara kerja ini pekerjaan yang hendak diselesaikan adalah:
1. Memindah-mindahkan paku dari tempatnya ke lubang-lubang yang
terdapat pada papan pasak. Pekerjaan ini dianggap selesai jika seluruh
pakunya telah terpasang tegak dan baik.
Setiap selesai satu cara kerja, pencatat waktu langsung mencatat waktu
pada lembaran data pengamatan untuk penelitian cara kerja.
Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 10
1. Praktikan melakukan pengamatan awal untuk mengambil waktu aktual
dalam jumlah pengamatan yang akan dilakukan, Pengamatan tersebut
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Sepuluh kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus
sekitar dua menit kurang.
Lima kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus
waktu yang lebih besar dari dua menit.
2. Praktikan diminta untuk mengambil waktu aktual dari masing-masing
elemen pekerjaan yang sesuai dengan lembar pengamatan yang diberikan.
3. Pengambilan waktu aktual dilakukan oleh operator sebanyak 10 kali untuk
masing-masing metode kerja (karena dalam pengamatan awal waktu siklus
yang diperoleh kurang dari dua menit).
4. Pengukur waktu menekan tombol stopwatch saat operator mulai berkerja
hingga selesai bekerja pada setiap elemen pekerjaan.
5. Pencatat melakukan pencatatan waktu dan informasi yang diperoleh
selama praktikum dalam lembar pengamatan.
6. Praktikan melakukan analisa terhadap pengamatan yang dilakukan.
7. Praktikan diminta untuk membuat laporan hasil pengukuran waktu
standar, sesuai dengan sistematika laporan yang ditetapkan.
2.3. Kecukupan Data
Untuk menentukan data yang telah diperoleh dari praktikum cukup atau
tidak, kita harus menetapkan jumlah pengamatan/pengukuran yang seharusnya
dilaksanakan. Jumlah pengukuran yang seharusnya dilaksanakan dapat dihitung
dengan rumus:
Namun, cara penetapan dengan prosedur formulasi tersebut membutuhkan
analisis dan perhitungan kuantitatif yang memerlukan waktu penyelesaian lama.
Oleh karena itu, dalam praktikum ini kami menggunakan prosedur yang lebih
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 11
sederhana dan cepat diaplikasikan, yaitu prosedur yang diintroduksi dan
dikembangkan pertama kali oleh The Maytag Company.
Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya
dilaksanakan, The Maytag Company telah mencoba memperkenalkan prosedur
sebagai berikut:
a. Laksanakan pengamatan/pengukuran awal dari eleman kegiatan yang
ingin diukur waktunya, yaitu memindahkan pasak dari tempatnya ke lubang-
lubang yang terdapat pada papan pasak) dengan ketentuan sebagai berikut:
Sepuluh kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam
siklus sekitar dua menit kurang.
Lima kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam
siklus waktu yang lebih besar dari dua menit.
b. Tentukan nilai range (R), yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dan nilai
terkecil (L) dari hasil pengamatan yang diperoleh.
R = H-L
c. Tentukan harga rata-rata (average), yaitu Xrata-rata yang merupakan jumlah
hasil waktu (data) pengamatan yang diperoleh dibagi dengan banyaknya
pengamatan (N) yang telah dilaksanakan.
Xrata-rata = Xtotal N
d. Tentukan nilai daripada range (R) dibagi dengan harga rata-rata. Nilai
tersebut bisa diformulasikan sebagai (R/Xrata-rata).
e. Tentukan jumlah pengamatan yang diperlukan atau seharusnya
dilaksanakan dengan menggunakan tabel 2.1. Cari nilai (R/Xrata-rata) yang
sesuai, kemudian dari kolom untuk sampel size yang diambil (lima atau
sepuluh) akan bisa diketahui berapa jumlah pengamatan yang diperlukan
(N’). Tabel tersebut berlaku untuk kondisi 95% convidence level dan 5%
degree of accuracy. Untuk 95% convidence level dan 10% degree of
accuraty, maka jumlah data pengamatan (N’) yang ditemukan berdasarkan
tebel tersebut harus dibagi dengan empat.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 12
f. Apabila harga (R/Xrata-rata) tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang
tertera di dalam tabel, maka dapat diambil harga yang paling mendekati.
Berdasarkan nilai yang diperoleh, kemudian dilaksanakan evaluasi dan
tambahan pengamatan bilamana ternyata hasil yang diperoleh lebih besar dari
pengamatan yang telah dilaksanakan.
Tabel 2.1.
Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) untuk 95 %
convidence level dan 5 % degree of accuracy
Data from Data from Data fromR Sample of R Sample of R Sample ofX 5 10 X 5 10 X 5 10
.10 3 2 .42 52 30 .74 162 93.12 4 2 .44 57 33 .76 171 98.14 6 3 .46 63 36 .78 180 103.16 8 4 .48 68 39 .80 190 108.18 10 6 .50 74 42 .82 199 113.20 12 7 .52 80 46 .84 209 119.22 14 8 .54 86 49 .86 218 125.24 17 10 .56 93 53 .88 229 131.26 20 11 .58 100 57 .90 239 138.28 23 13 .60 107 61 .92 250 143.30 27 15 .62 114 65 .94 261 149.32 30 17 .64 121 69 .96 273 156.34 34 20 .66 129 74 .98 284 162.36 38 22 .68 137 78 .100 296 169.38 43 24 .70 145 83.40 47 27 .72 153 88
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 13
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengamatan/pengukuran awal dari elemen kegiatan memindahkan pasak
ke lubang pada papan pasak berlangsung dalam siklus kurang dari 2 menit,
sehingga pengamatan/pengukuran yang dilakukan untuk setiap metode kerja
sebanyak 10 kali pengukuran.
Data pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study)
yang diperoleh dalam praktikum sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Tabel Hasil Pengamatan
Pengamatan Ke :
Waktu Siklus (detik/unit)
1.1.p 1.1.t 1.1.s 1.2.p 1.2.t 1.2.s 1.3.p 1.3.t 1.3.s
1 30 28 29 37 34 33 20 18 18
2 30 27 29 37 31 29 25 18 17
3 38 29 32 38 35 30 22 16 19
4 33 26 29 38 32 29 18 18 19
5 38 25 27 35 34 28 19 19 16
6 39 28 28 32 38 29 18 18 17
7 34 26 29 33 33 29 18 22 16
8 33 23 30 34 33 33 18 18 19
9 32 25 24 32 33 28 20 19 19
10 33 29 20 36 35 27 19 17 18
Pengamatan Ke :
Waktu Siklus (detik/unit)
2.1.p 2.1.t 2.1.s 2.2.p 2.2.t 2.2.s 2.3.p 2.3.t 2.3.s
1 26 24 25 25 24 25 14 14 14
2 26 25 24 23 25 24 14 13 13
3 25 23 24 24 25 24 13 13 13
4 30 23 26 24 25 24 13 13 13
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 14
5 27 21 25 24 26 24 15 14 14
6 29 27 23 25 26 23 13 12 12
7 28 24 25 25 25 22 14 13 13
8 26 23 25 27 24 23 12 14 14
9 30 23 22 25 26 23 14 15 13
10 24 26 26 25 25 24 15 15 11
Pengamatan Ke :
Waktu Siklus (detik/unit)
3.1.p 3.1.t 3.1.s 3.2.p 3.2.t 3.2.s 3.3.p 3.3.t 3.3.s
1 23 28 24 15 26 19 11 13 11
2 22 25 20 13 22 21 15 14 15
3 22 25 21 15 21 25 13 15 13
4 22 25 21 15 20 21 14 13 13
5 20 26 22 15 21 22 13 15 13
6 20 23 22 14 19 20 13 14 13
7 20 23 21 15 19 21 13 14 14
8 23 22 22 13 19 20 12 14 15
9 22 27 23 14 20 20 12 13 15
10 22 23 22 14 21 20 13 13 14
Pengamatan Ke :
Waktu Siklus (detik/unit)
4.1.p 4.1.t 4.1.s 4.2.p 4.2.t 4.2.s 4.3.p 4.3.t 4.3.s
1 21 22 18 21 21 25 15 14 13
2 21 22 20 19 23 24 18 14 11
3 24 20 21 18 22 21 12 11 14
4 23 20 20 18 22 21 12 15 13
5 21 21 20 18 21 20 12 14 12
6 21 20 20 19 22 20 13 14 12
7 22 21 21 19 22 20 13 13 12
8 21 21 21 19 21 21 12 12 13
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 15
9 20 21 21 18 21 21 13 13 13
10 20 22 19 18 23 22 12 12 12
3.1. Perhitungan Waktu Siklus Rata-rata untuk Masing-masing Metode
N = 10, N adalah jumlah pengamatan yang dilakukan.
Pengamatan 1.1
1. Pengamatan 1.1.p (dalam
satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 38-29 = 9
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 30+30+38+33+38+29+34+33+32+33 = 330
Xrata-rata = 330 = 33 10
2. Pengamatan 1.1.t (dalam
satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 29-23 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 28+27+29+26+25+28+26+23+25+27 = 26,4
Xrata-rata = 264 = 26,4 10
3. Pengamatan 1.1.s (dalam
satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 32-24 = 8
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 29+29+32+29+27+28+29+30+24+27 = 284
Xrata-rata = 284 = 28.4 10
Pengamatan 1.2
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 16
1. Pengamatan 1.2.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 38-32 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 37+37+38+38+35+32+33+34+32+36 = 352
Xrata-rata = 352 = 35.2 10
2. Pengamatan 1.2.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 38-31 = 7
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 34+31+35+32+34+38+33+33+33+35 = 338
Xrata-rata = 338 = 33.8 10
3. Pengamatan 1.2.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 33-27 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 33+29+30+27+28+29+29+33+28+27 = 293
Xrata-rata = 293 = 29,3 10
Pengamatan 1.3
1. Pengamatan 1.3.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 25-18 = 7
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 20+25+22+18+19+18+18+18+20+19 = 197
Xrata-rata = 197 = 19.7 10
2. Pengamatan 1.3.t (dalam satuan detik
a. Perhitungan Range)
R = H – L = 22-16 =6
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 17
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 18+18+16+18+19+18+22+18+19+17 = 183
Xrata-rata = 183 = 18.3 10
3. Pengamatan 1.3.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range)
R = H – L = 19-6 =13
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 18+17+19+19+16+17+16+19+19+18 = 178
Xrata-rata = 178 = 17,8 10
Pengamatan 2.1
1. Pengamatan 2.1.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 30-24 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 26+26+25+30+27+29+28+26+30+24 = 271
Xrata-rata = 271 = 27,110
2. Pengamatan 2.1.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 27-21 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 24+25+23+23+21+27+24+23+23+26 = 239
Xrata-rata = 239 =23,9 10
3. Pengamatan 2.1.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 26-22 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 25+24+24+26+25+23+25+25+22+26 = 245
Xrata-rata = 245 = 24,5 10
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 18
Pengamatan 2.2
1. Pengamatan 2.2.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 27-23 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 25+23+24+24+24+25+25+25+27+25+25 = 247
Xrata-rata = 247 = 24,7 10
2. Pengamatan 2.2.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 26-24 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 24+25+25+25+26+26+25+24+26+25 = 251
Xrata-rata = 251 = 25.1 10
3. Pengamatan 2.2.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 25-22 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 25+24+24+24+24+23+22+23+23+24 = 236
Xrata-rata = 236 = 23,6 10
Pengamatan 2.3
1. Pengamatan 2.3.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 15-12 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 14+14+13+13+15+13+14+12+14+13 = 135
Xrata-rata = 135 = 13,5 10
2. Pengamatan 2.3.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 19
R = H – L = 15-13 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 13+14+15+14+15+14+14+15+15+15 = 144
Xrata-rata = 144 = 14,4 10
3. Pengamatan 2.3.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 14-11 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 14+13+13+13+14+12+13+14+13+11 = 130
Xrata-rata = 130 = 13 10
Pengamatan 3.1
1. Pengamatan 3.1.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 23-20 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 22+23+22+22+20+20+20+23+22+22 = 216
Xrata-rata = 216 = 21,6 10
2. Pengamatan 3.1.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 28-22 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 28+25+25+25+26+23+23+22+27+23 = 247
Xrata-rata = 247 = 24,710
3. Pengamatan 3.1.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 24-20 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 24+20+21+21+22+22+21+22+23+21 = 217
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 20
Xrata-rata = 217 = 21,7 10
Pengamatan 3.2
1. Pengamatan 3.2.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 15-13 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 15+13+15+15+15+14+15+13+14+14 = 143
Xrata-rata = 143 = 14,3 10
2. Pengamatan 3.2.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 26-19 = 7
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 26+22+21+20+21+19+19+19+20+21 = 208
Xrata-rata = 208 = 20,8 10
3. Pengamatan 3.2.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 25-19 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 19+21+25+21+22+20+21+20+20+20 = 209
Xrata-rata = 209 = 20.9 10
Pengamatan 3.3
1. Pengamatan 3.3.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 15-11 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 11+15+13+14+13+13+13+12+12+12 = 128
Xrata-rata = 128 = 12,8 10
2. Pengamatan 3.3.t
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 21
a. Perhitungan Range (dalam satuan detik)
R = H – L = 15-13 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 13+14+15+13+15+14+14+14+13+13 = 138
Xrata-rata = 138 = 13.8
10
3. Pengamatan 3.3.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 15-11 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 11+15+13+13+13+13+14+15+15+14 = 136
Xrata-rata = 136 = 13,6 10
Pengamatan 4.1
1. Pengamatan 4.1.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 24-20 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 21+21+24+23+21+21+22+21+20+20 = 214
Xrata-rata = 214 = 21,4 10
2. Pengamatan 4.1.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 22-20 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 22+22+20+20+21+20+21+21+21+22 = 210
Xrata-rata = 210 = 21 10
3. Pengamatan 4.1.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 21-18 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 22
Xtotal = 18+20+21+20+20+20+21+21+21+19 = 201
Xrata-rata = 201 = 20,1 10
Pengamatan 4.2
1. Pengamatan 4.2.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
b. R = H – L = 21-18 = 3
c. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 21+19+18+18+18+19+19+19+18+18 = 187
Xrata-rata = 187 = 18,7 10
2. Pengamatan 4.2.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 23-21 = 2
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 21+23+22+22+21+22+22+21+21+23 = 218
Xrata-rata = 218 = 21,8 10
3. Pengamatan 4.2.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 25-20 = 5
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 25+24+21+21+20+20+20+21+21+22 = 215
Xrata-rata = 215 = 21,5 10
Pengamatan 4.3
1. Pengamatan 4.3.p (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 18-12 = 6
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 15+18+12+12+12+13+13+12+13+12 = 130
Xrata-rata = 130 = 13
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 23
10
2. Pengamatan 4.3.t (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 15-11 = 4
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 14+14+11+15+14+14+13+12+13+12 = 132
Xrata-rata = 132 = 13,2 10
3. Pengamatan 4.3.s (dalam satuan detik)
a. Perhitungan Range
R = H – L = 14-11 = 3
b. Perhitungan Xrata-rata
Xtotal = 13+11+14+13+12+12+12+13+13+12 = 125
Xrata-rata = 125 = 12,5 10
3.2. Uji Kecukupan Data
Untuk pengamatan 1.1
Pengamatan 1.1.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 9 = 0,27 Xrata-rata 33
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,27 ialah 12. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 12 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.1.p dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 1.1.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0,23 Xrata-rata 26.4
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 24
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,23 ialah 9. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 9 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.1.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 1.1.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 8 = 0.28 Xrata-rata 28.4
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,28 ialah 13. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 13 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.1.s dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 1.2.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.17 Xrata-rata 35.2
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,17 ialah 5. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 5 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.2.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 1.2.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 7 = 0.20 Xrata-rata 33.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,20 ialah 7. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 7 pengamatan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 25
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.2.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 1.2.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.20 Xrata-rata 29.3
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,20 ialah 7. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 7 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.2.s dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 1.3.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 7 = 0.35 Xrata-rata 19.7
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,35 ialah 21. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 21 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.3.p dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 1.3.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.33 Xrata-rata 18.3
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,33 ialah 18. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 18 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 26
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.3.t dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 1.3.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 13 = 0.73 Xrata-rata 17.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,73 ialah 91(diperoleh dari (93+88)
/ 2 = 90,5, kemudian dibulatkan menjadi 91. Hal ini berarti jumlah pengamatan
yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 91 pengamatan. Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.3.s dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 2.1.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0,22 Xrata-rata 27.1
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,22 ialah 8. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 8 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 2.1.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 2.1.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.25
Xrata-rata 23.9
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,25 tidak ada, maka diambil nilai
terdekat, yaitu 10 (pada R/Xrata-rata 0,24) atau 11 (pada R/Xrata-rata 0,26). Hal ini
berarti jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan
10 atau 11 pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 27
untuk pengamatan 2.1.t dianggap cukup, karena N’ (10) ≤ N atau kurang karena
N’ (12) ≥ N.
Pengamatan 2.1.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.16 Xrata-rata 24.5
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,16 ialah 4. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 4 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 2.1.s dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 2.2.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.16 Xrata-rata 24.7
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,16 ialah 4. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 4 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 2.2.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 2.2.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.08 Xrata-rata 25.1
Pada tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,08 tidak ada. Nilai R/Xrata-rata paling
kecil pada tabel 2.1. adalah 1,10 untuk 2 kali pengamatan, karena 0,08 < 0,10
maka diasumsikan pengamatan yang seharusnya dilakukan kurang dari 2 kali
pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk
pengamatan 2.2.t dianggap cukup, karena N’ ≤ N.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 28
Pengamatan 2.2.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 3 = 0.13 Xrata-rata 23.6
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,13 tidak ada, maka diambil nilai
terdekat, yaitu 2 (pada R/Xrata-rata 0,12) atau 3 (pada R/Xrata-rata 0,14). Hal ini berarti
jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 2 atau 3
pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk
pengamatan 2.2.s dianggap cukup, karena N’ (2 dan 3) ≤ N.
Pengamatan 2.3.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 5 = 0.22 Xrata-rata 13.5
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,22 ialah 8. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 8 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 2.3.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 2.3.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.14
Xrata-rata 14.4
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,14 ialah 3. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 3 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 2.3.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 2.3.s
Perhitungan R/Xrata-rata
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 29
R = 3 = 0.23 Xrata-rata 13
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,23 ialah 9 (diperoleh dari (8+10) /
2 = 9. Hal ini berarti jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat
diestimasikan 9 pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah
dilaksanakan untuk pengamatan 2.3.s dianggap cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.1.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 3 = 0.14
Xrata-rata 21.6
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,14 ialah 3. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 3 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.1.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.1.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.24 Xrata-rata 24.7
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,24 ialah 10. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 10 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.1.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.1.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.18 Xrata-rata 21.7
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 30
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,18 ialah 6. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 6 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.1.s dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.2.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.14 Xrata-rata 14.3
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,14 ialah 3. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 3 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.2.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.2.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 7 = 0.34
Xrata-rata 20.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,34 ialah 20. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 20 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.2.t dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 3.2.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.29 Xrata-rata 20.9
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,73 ialah 91(diperoleh dari (93+88)
/ 2 = 90,5, kemudian dibulatkan menjadi 91. Hal ini berarti jumlah pengamatan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 31
yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 91 pengamatan. Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 1.3.s dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 3.3.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.31 Xrata-rata 12.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,31 ialah 16 (diperoleh dari
(15+17) / 2 = 16. Hal ini berarti jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
(N’) dapat diestimasikan 16 pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang
telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.3.p dianggap kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 3.3.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.14 Xrata-rata 13.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,14 ialah 3. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 3 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.3.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 3.3.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.29 Xrata-rata 13.6
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,29 ialah 14 (diperoleh dari
(13+15) / 2 = 14. Hal ini berarti jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
(N’) dapat diestimasikan 14 pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang
telah dilaksanakan untuk pengamatan 3.3.s dianggap kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 4.1.p
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 32
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.19
Xrata-rata 21.4
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,19 tidak ada, maka diambil nilai
terdekat, yaitu 6 (pada R/Xrata-rata 0,18) atau 7 (pada R/Xrata-rata 0,20). Hal ini berarti
jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 6 atau 7
pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk
pengamatan 4.1.p dianggap cukup, karena N’ (6 dan 7) ≤ N.
Pengamatan 4.1.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.95 = 0,10 Xrata-rata 21
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,10 ialah 2. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 2 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.1.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 4.1.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 3 = 0,149 = 0.15 Xrata-rata 20.1
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,15 tidak ada, maka diambil nilai
terdekat, yaitu 3 (pada R/Xrata-rata 0,14) atau 4 (pada R/Xrata-rata 0,16). Hal ini berarti
jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 3 atau 4
pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk
pengamatan 4.1.s dianggap cukup, karena N’ (3 dan 4) ≤ N.
Pengamatan 4.2.p
Perhitungan R/Xrata-rata
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 33
R = 3 = 0.16 Xrata-rata 18.7
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,16 ialah 4. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 4 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.2.p dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 4.2.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 2 = 0.0917 = 0,10
Xrata-rata 21.8
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,10 ialah 2. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 2 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.2.t dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 4.2.s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 5 = 0.23
Xrata-rata 21.5
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,23 ialah 9 (diperoleh dari (8+10) /
2 = 9). Hal ini berarti jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat
diestimasikan 9 pengamatan. Dengan demikian pengamatan yang telah
dilaksanakan untuk pengamatan 4.2.s dianggap cukup, karena N’ ≤ N.
Pengamatan 4.3.p
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 6 = 0.46 Xrata-rata 13
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 34
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,46 ialah 36. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 36 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.3.p dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 4.3.t
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 4 = 0.30 Xrata-rata 13.2
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,30 ialah 15. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 15 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.3.t dianggap
kurang, karena N’ > N.
Pengamatan 4.3s
Perhitungan R/Xrata-rata
R = 3 = 0.24 Xrata-rata 12.5
Dari tabel 2.1. nilai N’ untuk harga R/Xrata-rata 0,24 ialah 10. Hal ini berarti jumlah
pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) dapat diestimasikan 10 pengamatan
(nilai ini diperoleh dari tabel 2.1. dengan data sampel pengamatan 10). Dengan
demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk pengamatan 4.3.s dianggap
cukup, karena N’ ≤ N.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 35
BAB IV
ANALISA MASALAH
4.1. Perbandingan Waktu Siklus Berdasarkan Metode Kerja
Metode
Waktu Siklus
(detik/unit)Pengamatan
Ke:Analisa
Terbesar Terkecil
1.1.p
38 3 dan 5
1. Lubang pasak tidak pas, sehingga pasak
mudah terjatuh.
2. Gerakan operator belum terbiasa.
29 6
1. Tangan yang digunakan adalah tangan
kanan, hal ini sesuai dengan tangan
aktif operator yaitu tangan kanan.
2. Posisi pasak berada di satu tempat
(sebelah kiri papan pasak) sehingga saat
mengambil pasak mata operator fokus
pada tempat tersebut, & jangkauan
tangan tidak jauh.
3. Gerakan tangan operator sudah mulai
terbiasa.
4. Alur metode kerja mudah diingat
operator.
1.1.t
29 3
1. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
2. Posisi pasak menyebabkan pandangan
mata operator lebih jauh dari metode
"p", dan jangkauan tangan lebih jauh ke
depan.
23 8 1. Gerakan tangan dan mata operator
sudah mulai terbiasa.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 36
2. Alur mudah diingat.
1.1.s
32 31. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
24 9
1. Gerakan tangan dan mata operator
sudah mulai terbiasa.
2. Alur metode kerja mudah diingat.
3. Jangkauan tangan & pandangan mata
terhadap pasak dekat.
1.2.p
38 3 dan 4
1. Tangan kiri operator belum terbiasa.
2. Lubang pasak tidak pas, sehingga
menyulitkan operator.
32 6 dan 9
1. Posisi pasak terjangkau tangan operator
dengan mudah.
2. Posisi pasak terjangkau tangan operator
dengan mudah.
3. Operator sudah mulai terbiasa.
1.2.t
38 61. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
32 2
1. Alur mudah diingat.
2. Operator sedang berkonsentrasi dengan
baik.
1.2.s
33 1 dan 8
1. Operator belum terbiasa.
2. Ada pasak yang terjatuh karena lubang
tidak pas
27 4 dan 101. Operator sudah terbiasa dengan metode
ini.
1.3.p25 2
1. Kerja kedua tangan operator belum
seimbang
18 4, 6, 7, 8 1. Kedua tangan dapat bekerja dengan
seimbang.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 37
2. Alur metode kerja mudah diingat.
3. Operator mulai terbiasa.
1.3.t
22 7
1. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
2. Operator sudah mulai lelah.
16 3
1. Gerakan tangan operator sudah mulai
terbiasa.
2. Alur mudah diingat.
2.1.p
30 4 dan 91. Operator sudah mulai lelah.
2. Operator lupa alur metode.
24 10
1. Operator sudah terbiasa dengan metode
ini.
2. Operasi dengan memudahkan operator.
3. Letak pasak memudahkan operator.
2.1.t
27 6 1. Operator sudah lelah
2. Operator lupa alur metode kerja.
21 5 1. Gerakan operator sudah mulai terbiasa.
2. Operasi dengan tangan kanan
memudahkan operator.
2.1.s
26 4 dan 10 1. Operator sudah lelah.
22
9
1. Gerakan operator sudah terbiasa.
2. Operasi dengan tangan kanan
memudahkan operator.
2.2.p
27
8
1. Operator belum terbiasa dengan tangan
kiri.
2. Operator lupa alur metode kerja.
232
1. Operator sedang berkonsentrasi.
2. Pasak pas dengan lubang pasak.
2.2.t 26 5, 6, 9 1. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang lebih jauh.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 38
2. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
24 1 dan 8
1. Operator sedang konsentrasi.
2. Ruang praktikum dalam temperatur
normal (operator nyaman bekerja).
2.2.s
251
1. Operator belum terbiasa dengan
perubahan letak pasak.
227
1. Gerakan tangan dan mata operator
sudah terbiasa.
2.3.p
15 51. Ada pasak yang terjatuh karena
tersengol tangan operator.
12 8
1. Kerja kedua tangan operator sudah
seimbang.
2. Operator sudah terbiasa.
2.3.t
15 3, 5, 8, 9, 10
1. Temperatur ruang praktikum tinggi
(operator tidak nyaman).
2. Operator lupa alur metode kerja.
13 1
1. Operator berkonsentrasi dengan baik.
2. Kerja kedua tangan operator sudah
seimbang.
2.3.s
14 1, 5, 81. Ada pasak yang terjatuh karena
tersenggol tangan operator.
11 10
1. Kerja kedua tangan operator sudah
seimbang.
2. Gerakan operator sudah terbiasa.
3.1.p 23 2 dan 8 1. Operator bekerja dengan santai.
20 5, 6, 7 1. Operasi dengan tangan kanan
memudahkan operator.
2. Posisi pasak menyebabkan jangkauan
tangan operator dekat dengan badan.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 39
3. Alur metode kerja mudah diingat.
3.1.t28 1
1. Operator belum terbiasa.
2. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang jauh.
22 8 1. Operator sudah mulai terbiasa.
3.1.s
24 1 1. Operator belum terbiasa
20 21. Posisi pasak mudah dijangkau tangan.
2. Operator berkonsentrasi dengan baik.
3.2.p15 1, 3, 4, 5, 7
1. Operasi dengan tangan kiri menyulitkan
operator.
2. Kecepatan kerja operator sedang
konstan.
13 3 dan 8 1. Posisi pasak mudah dijangkau tangan.
3.2.t
26 1
1. Operasi dengan tangan kiri menyulitkan
operator.
2. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang lebih jauh.
19 6, 7, 81. Kerja operator mulai konstan.
2. Tangan kiri operator mulai terbiasa.
3.2.s
25 31. Operator kurang konsentrasi.
2. Tangan kiri operator lelah.
19 1
1. Operator sedang konsentrasi dengan
baik.
2. Posisi pasak tidak membutuhkan
jangkauan tangan yang jauh.
3.3.p
15 2 1. Operator belum hafal alur metode kerja.
11 1
1. Operator sedang konsentrasi dengan
baik.
2. Posisi pasak tidak membutuhkan
jangkauan tangan yang jauh.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 40
3.3.t
15 3 dan 5
1. Operator kurang berkonsentrasi.
2. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang jauh.
13 1, 4, 9, 10
1. Alur mudah diingat.
2. Operasi dengan dua tangan lebih cepat
menyelesaikannya.
3.3.s
15 2, 8, 9 1. Operator mulai lelah.
11 31. Posisi pasak menyebabkan jangkauan
tangan tidak terlalu jauh.
4.1.p
24 31. Operator belum terbiasa.
2. Operator belum hafal alur metode kerja.
20 9 dan 10
1. Operator sudah mulai terbiasa.
2. Posisi pasak tidak membutuhkan
jangkauan tangan yang jauh.
4.1.t22 1, 2, 10
1. Operator belum terbiasa.
2. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang jauh.
3. Ada pasak yang jatuh saat dipasang.
20 3, 4, 6 1. Operator sudah mulai terbiasa.
4.1.s
21 7, 8, 9 1. Operator mulai lelah.
18 1
1. Operator berkonsentrasi dengan baik.
2. Posisi pasak memudahkan operator
bekerja.
4.2.p
21 1
1. Operasi dengan tangan kiri menyulitkan
operator.
2. Operator belum terbiasa dengan metode
kerja ini.
18 3, 4, 5, 9, 10 1. Posisi pasak memudahkan operator
bekerja.
2. Operasi dengan tangan kanan
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 41
memudahkan operator bekerja.
4.2.t
23 2 dan 10
1. Tangan kiri operator belum terbiasa.
2. Posisi pasak membutuhkan jangkauan
tangan yang jauh.
21 1, 5, 8, 91. Operator mulai terbiasa dengan metode
ini.
4.2.s
25 11. Operator belum terbiasa dengan metode
ini.
20 5, 6, 7
1. Operator mulai terbiasa dengan metode
ini.
2. Posisi pasak memudahkan operator
bekerja.
4.3.p18 2
1. Kerja kedua tangan operator belum
seimbang.
2. Operator belum terbiasa dengan metode
ini.
12 3, 4, 5, 8, 10 1. Posisi pasak terjangkau oleh tangan.
4.3.t
15 4 1. Ada pasak yang jatuh saat dipasang.
128 dan 10
1. Operator sudah terbiasa dengan metode
ini.
4.3.s
14 3 1. Operator sudah lelah.
11 2
1. Posisi pasak tidak membutuhkan
jangkauan tangan yang jauh.
2. Posisi pasak tidak memerlukan
perpindahan pandangan mata yang
jauh.
3. Alur pada metode ini menyebabkan
operator tidak perlu memindahkan
tangan terlalu jauh saat memasang
pasang dari secara berurut.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 42
4.2. Penentuan Metode Kerja Terbaik
Metode terbaik ialah metode kerja yang menghasilkan waktu siklus
tercepat (dari gerakan pertama bekerja hingga gerakan terakhir). Harga kecepatan
waktu siklus dalam praktikum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tangan yang digunakan saat bekerja.
2. Alur dari metode kerja.
3. Posisi awal pasak sebelum dimasukkan ke lubang pasak.
4. Kondisi badan operator saat bekerja.
5. Motivasi operator saat bekerja.
6. Kondisi pasak dan lubang pada papan pasak yang digunakan.
7. Ruang praktikum yang nyaman (temperature, pencahayaan, kebisingan).
8. Ketinggian meja praktikum yang digunakan (dalam praktikum ini, meja
yang kami gunakan tidak dapat dirubah ketinggiannya, karena kunci meja
dalam keadaan rusak).
Pada praktikum ini, jumlah pengamatan yang dilakukan sebanyak sepuluh
kali pengamatan untuk masing-masing metode kerja. Sehingga waktu siklus yang
digunakan untuk menentukan metode terbaik ialah waktu siklus rata-rata
tercepat.
Pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat kita ketahui bahwa
metode kerja yang menghasilkan waktu siklus rata-rata tercepat ialah metode 4.3.s
dengan waktu siklus rata-rata 12,5 detik. Hal ini merupakan hasil yang wajar,
karena:
1. Tangan yang digunakan untuk memasukkan pasak ke lubang pasak ialah
tangan kanan dan kiri, sehingga tidak ada tangan operator yang menganggur.
2. Alur metode kerja merupakan alur yang efektif, karena operator dapat
memasukkan pasak secara berurutan dengan jarak yang pendek antara pasak
yang terakhir dipasang dengan pasak berikutnya.
3. Posisi awal pasak yang berada diantara badan praktikan dengan papan pasak
juga membantu operator untuk bekerja lebih cepat. Hal ini disebabkan karena
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 43
jangkauan tangan dan mata operator antara letak awal paku dengan lubang
pada papan pasak tidak jauh (terjangkau dengan mudah).
4. Kondisi badan operator saat bekerja pada praktikum ini dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani.
5. Motivasi operator saat bekerja pada metode ini ialah “ingin segera
menyelesaikan praktikum”, mengingat metode ini adalah metode terakhir
dalam praktikum memasang pasak ke lubang papan pasak.
6. Saat metode kerja ini digunakan, pasak dan lubang papan pasak yang
digunakan dalam keadaan baik (lubang pas).
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Praktikum pengukuran waktu kerja dengan jam henti melalui pemasangan
pasak pada lubang papan pasak ini, menghasilkan kesimpulan bahwa:
1. Metode kerja terbaik dengan waktu siklus rata-rata 12,5 detik. Waktu tersebut
terdapat pada metode 4.3.s
2. Waktu siklus yang diperoleh dari setiap jenis metode kerja berbeda-beda. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Tangan yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan.
b. Alur di setiap metode kerja.
c. Posisi awal pasak sebelum dimasukkan ke lubang papan pasak.
3. Perbedaan waktu siklus terbesar dan terkecil di setiap metode dipengaruhi
oleh:
a. Keadaan operator saat menjalankan praktikum.
b. Keadaan ruangan praktikum.
c. Kondisi pasak dan lubang papan pasak (peralatan praktikum).
5.2. Saran
Adapun saran penulis dalam praktikum ini yaitu:
1. Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum harus dalam keadaan baik
(tidak rusak).
2. Ruangan praktikum harus memiliki kriteria berikut:
a. Temperatur rendah.
b. Tingkat kebisingan rendah.
c. Pencahayaan cukup.
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 45
3. Semua praktikan harus tetap dalam keadaan konsentrasi namun tidak tegang
(santai).
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes, R.M., Motion & Time Study, Design & Measurement of Work,
John Wiley & Sons, inc., New York, USA, 1982.
2. Proceeding Lokakarya I-III Methods Engineering, Laboratorium
Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi, Teknik Industri – ITB, 1994 - 1996.
3. Sutalaksana, I.Z., dkk, Teknik Tata Cara Kerja, Laboratorium Tata Cara
Kerja & Ergonomi, Departemen Teknik Industri – ITB, 1979.
4. Wignjosoebroto, Sritomo., Ergonomi: Studi Gerak dan Waktu, Institut
Teknologi Sepuluh November, Guna Widya, Surabaya, 2003.
5. Modul Praktikum Penelitian Cara Kerja
Laporan Praktikum APSK 1Pemasangan Pasak Pada Lubang Papan Pasak 46
Recommended