7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
1/18
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Alergi protein susu sapi merupakan suatu alergi yang sering terjadi pada bayi.
Manifestasi klinis yang timbul dapat bermacam-macam dan dapat terjadi disemua organ baik
itu di saluran saluran napas, kulit, maupun saluran cerna bahkan bila berat dapat terjadi reaksi
anafilaktik yang berbahaya dan dapat mengancam kehidupan. Anamnesis mengenai riwayat
atopi dalam keluarga sangat membantu untuk deteksi dini alergi susu sapi ini, sehingga
pemeriksaan dan prosedur diagnostik yang tepat sangat diperlukan untuk proses
penatalaksanaan selanjutnya.
Tujuan
Tujuan saya mempresentasikan jurnal ini karena banyak sekali kasus alergi susu sapi
dengan manifestasi klinik yang berbeda-beda sehingga kita membutuhkan informasi yang
lebih baik agar dapat mendiagnosis dan menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Diharapkan
apa yang diinformasikan dalam jurnal ini dapat membantu saya dan rekan - rekan dokter
muda untuk dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat pada penderita alergi
susu sapi khususnya pada bayi maupun anak yang mempunyai riwayat atopi dalam keluarga.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
2/18
2
BAB II
DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN ALERGI PROTEIN SUSU SAPI
PADA BAYI
Latar belakang
Alergi protein susu sapi (CMPA) sering dicurigai pada bayi dengan bermacam-
macam gejala yang timbul. Melalui riwayat keluarga dan pemeriksaan klinik yang tepat,
sangat penting untuk menyingkirkan penyakit penyerta lain dan untuk mengevaluasi tingkat
keparahan alergi tersebut. Pengawasan harus dilakukan untuk mendiagnosis CMPA dengan
tepat untuk menghindari diet yang tidak perlu.
Sumber data
Kami membuat rekomendasi berdasarkan penelitian dari kepustakaan yang sistematik
dengan menggunakan petunjuk yang tersedia dari PubMed, indeks kumulatif untuk
keperawatan dan kesehatan dan bibliografi.
Hasil
Skin prick test (SPT), Patch Test dan serum spesifik IgE dindikasikan untuk
pemeriksaan CMPA. Pemberian ASI pada bayi menurunkan risiko perkembangan CMPA;
eliminasi makanan untuk ibu di anjurkan bila CMPA muncul. Jika tes provokasi makanan
positif pada pemberian susu formula, susu formula terhidrolisa panjang (extensive hydrolized
formula) dan diet bebas susu sapi sangat dianjurkan. Jika gejala tidak berkurang, susu
formula asam amino harus dipertimbangkan. Pada CMPA yang berat dengan gejala yang
mengancam jiwa, susu formula asam amino sangat di anjurkan.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
3/18
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
4/18
4
dermatitis atopi dan timbul pada lebih dari setengah pasien dengan CMPA.(10) Pada pasien
tersebut, biasanya didapatkan skin prick test (SPT) positif (indurasi >3mm) atau serum
spesifik imunoglobulin E (IgE) positif.(10)
Reaksi cepat yang lain disebabkan oleh hipersensitifitas protein makanan yang
memicu sindrom enterokolitis. Hal ini dapat disebabkan oleh protein susu sapi, tetapi
kemungkinan dengan IgE negatif. Hal ini dikenal sebagai kesatuan alergi yang terpisah pada
awal kehidupan muncul dengan gejala gastrointestinal yang berat dan asidosis metabolik.
Jumalah susu sapi yang dapat menimbulkan gejala reaksi cepat bervariasi, mulai dari satu
tetes sampai lebih dari 150 mL, yang menunjukkan bahawa beberapa pasien mentoleransi
jumlah susu sapi yang banyak sebelum muncul gejala. Reaksi lambat seperti dermatitis atopi
atau manifestasi gastrointestinal seperti proctocolitis atau enteropati biasanya muncul setelah
berjam - jam atau berhari - hari. Secara imunologi, CMPA dapat karena diperantarai IgE atau
tidak diperantarai IgE. Reaksi diperantarai IgE secara klinik lebih sering terjadi pada tipe
cepat dan dapat dipastikan dengan SPT atau serum spesifik IgE. Reaksi tidak diperantarai IgE
disebabkan oleh respon sel imun atau campuran respon imun dimana sel imun dan IgE yang
berperan. Tipe reaksi ini lebih sulit dibuktikan oleh pemeriksaan yang spesifik.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
5/18
5
Tabel. Manifestasi Klinik Pada Alergi Protein Susu Sapi
Manifestasi BeratSaluran Cerna
Gagal Tumbuh
Anemia Defisiensi Besi
EnteropatiKulit
Dermatitis berat/ Dermatitis eksudat
Saluran Napas
Edema Laring
Umum
Reaksi anafilaksis
Manifestasi Ringan-SedangSaluran Cerna
Regurgitasi dan muntah
DiareKonstipasi
Kolitis
Kolik / Nyeri abdomen
Kulit
Dermatitis Atopi
Angio-edema
Urtikaria
Bibir Bengkak
Saluran Napas
Rinitis
Konjungtivitis
Wheezing
Umum
Iritabilitas
Diagnosis
Tidak ada pemeriksaan diagnostik rutin yang tersedia dalam keadaan klinis atau
pemeriksaan CMPA dengan lengkap. Melalui riwayat termasuk riwayat atopi dalam keluarga
dan pemeriksaan klinik yang tepat merupakan kunci dalam proses diagnosis. Petugas medis
dapat melakukan SPT (dengan menggunakan susu sapi segar atau semua ekstrak protein susu
sapi), determinasi IgE spesifik ataupatch test, tetapi hanya menunjukkan sensitisasi terhadap
substrat dan bukan bukti yang tepat untuk reaksi alergi. Berdasarkan studi terbaru, sensitifitas
SPT adalah masing - masing 31,8 dan 90,2, dan masing-masing 20,5% dan 88,9% untuk
spesifik IgE. Pada kasus dimana provokasi makanan tidak bisa dilakukan, SPT dan IgE dapat
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
6/18
6
digunakan. Laju pertumbuhan CMPA bervariasi antara 30% dan 79% pada CMPA
diperantarai IgE; penilaian IgE berturut-turut dapat ditujukan dalam proses ini.(15) Jika serum
spesifik IgE dan atau SPT pada saat diagnosis negatif, toleransi terhadap reaksi akut kecil.
Sebaliknya, bila titer IgE tinggi persisten dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi
atopi seperti asma, rinokonjungtivitis dan dermatitis atopi. Tes patch, masih menjadi topik
yang sedang di teliti yang dapat membantu dalam diagnosis reaksi alergi yang tidak terkait
IgE.
Prosedur diagnostik provokasi
Double-blind placebo controlled challenge adalah baku emas dalam diagnosis
CMPA. Tetapi pada praktiknya hanya uji provokasi terbuka (open challenge) yang sering
dilakukan. Pada pasien dengan suspek CMPA mengikuti diet bebas susu sapi selama 2-4
minggu. Pasien dapat diberi susu formula extensive hidrolized(eHF) dan asi tetapi ibu harus
diet bebas susu sapi. Jika pasien memiliki alergi terhadap susu sapi makan manifestasi klinik
akan hilang. Protein susu sapi diperkenalkan kembali kemudian secara perlahan - lahan tetapi
gejala klinik harus dipantau. Risiko melakukan uji provokasi terbuka adalah melebihkan
diagnosis.(16)Double-blind placebo controlled challenge akan membutakan pasien dan dokter
mengenai penggunaan protein susu sapi dan merupakan pengukuran objektif untuk
menegakkan diagnosis. Sayangnya, pemeriksaan ini sangat mahal, memerlukan persiapan
yang panjang, waktu yang lama dan sulit dilakukan.(17)
Petugas medis sangat diperlukan saat uji provokasi karena keparahan gejala tidak
dapat di prediksi. (18,19) Ketika pemeriksaan penunjang alergi (serum IgE, SPT) negatif,
manifestasi klinis yang mengancam kehidupan sangat jarang terjadi dan tidak perlu dirawat di
Rumah Sakit tetapi tetap dalam pengawasan dokter,(20) tetapi pada pasien dengan riwayat
reaksi berat atau IgE yang tinggi, diindikasikan untuk dirawat di Rumah Sakit sesuai protokol
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
7/18
7
yang berlaku. Tes provokasi dapat ditunda pada kasus dengan gejala berat atau ketika pasien
masih dalam masa penyembuhan dari eliminasi makanan. Pada kasus dengan riwayat reaksi
anafilaktik terhadap susu sapi, tes provokasi ini masih diperdebatkan. Ketika CMPA
terdeteksi, bayi harus dijaga dengan eliminasi makanan sampai berusia 9-12 bulan atau
sekurang-kurangnya 6 bulan, saat terjadi pertama kalinya. Tes provokasi yang baru dilakukan
kemudian. Anak-anak dengan manifestasi klinik alergi yang tidak muncul saat tes provokasi
dan sampai satu minggu kemudian dapat kembali pada diet normal.
Pada pasien dengan CMPA diberi susu formula asam amino karena manifestasi alergi
masih terjadi saat menggunakan susu eHF, perdebatan mengenai tes provokasi dengan eHF
atau susu formula standar masih berlangsung. Setelah fase inisial, gejala alergi tidak kambuh
pada penggunaan eHF, penggunaan susu formula dapat digunakan sebagai terapi yang lebih
murah.(21) Dimana pada pasien yang sama, kekambuhan gejala setelah uji provokasi dengan
susu formula susu sapi normal dapat lebih besar.
Diagnosis banding
Daftar panjang potensial diagnosis pada CMPA termasuk infeksi virus repetitif dan
intoleransi laktosa transien. Kondisi tersebut dapat timbul, sebagai contoh, masalah
regurgitasi terjadi pada 20% bayi, dengan atau tanpa CMPA. Disisi lain, gastroesofageal
refluks telah disebutkan sebagai kemungkinan manifestasi CMPA.(22) CMPA juga
berhubungan dengan kolik pada bayi; CMPA berkontribusi terhadap kolik kira-kira 10% dari
kolik pada bayi.(23)
Walaupun pada beberapa bayi kecil, diduga terdapat hubungan antara dermatitis atopi
dan CMPA, banyak kasus dermatitis atopi yang tidak berkaitan. Pada bayi yang lebih kecil
dan atau pada dermatitis atopi yang lebih berat, gejala yang lebih hebat dapat terjadi. (24)
Reaksi terhadap makanan lain (khususnya telur dan kedelai, gandum, ikan dan kacang) terjadi
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
8/18
8
berkali-kali dan sering disertai dengan CMPA.(25) Oleh karena itu, semua makanan yang
mengandung zat-zat tersebut dihindari selama eliminasi makanan.
Manajemen CMPA
Prinsip manajemen CMPA berbeda antara pemberian asi dan susu formula.
Manajemen CMPA pada pemberian ASI eksklusif
ASI adalah baku emas pemberian nutrisi pada bayi dan di rekomendasikan secara
eksklusif sekurang-kurangnya pada empat bulan pertama kehidupan. (26) Hanya sekitar 0.5%
bayi dengan ASI eksklusif menunjukkan reaksi klinik CMP, sebagian besar gejala ringan
sampai sedang.(2)
Gejala yang mengancam kehidupan pada bayi dengan ASI penderita CMPA sangat
jarang, tetapi beberapa kasus berat kehilangan protein enteropati dan dermatitis atopi pernah
dilaporkan.(25) Banyak beberapa penyakit penyerta yang harus dicari pada beberapa kasus
berat.
Karena banyaknya kelebihan dari ASI, dokter harus menganjurkan untuk meneruskan
pemberian asi, bahkan pada bayi dengan CMPA. Eliminasi diet susu sapi bagi ibu
diindikasikan kemudian. Pengawasan yang ketat untuk menghindari CMP sangat penting
pada bayi yang sudah diberi makanan pendamping.(2,4) Eliminasi diet pada pemberian asi
terhadap ibu dan anak harus dilanjutkan selama minimal dua sampai empat minggu. Pada
kasus dermatitis atopi, gejala mungkin tidak muncul setelah dua sampai empat minggu.
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa protein makanan lain seperti telur, kacang, ikan dan
gandum kemungkinan sensitif pada bayi melalui asi. Jika demikian, eliminasi diet harus
segera dilakukan. Nasihat pakar diet sering menganjurkan untuk membantu ibu untuk
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
9/18
9
menjaga keseimbangan nutrisi makanan; intake kalsium yang adekuat (1000 mg perhari)
membutuhkan perhatian khusus.
Bila gejala hilang, susu sapi dimasukkan kembali pada diet ibu setelah 2-4 minggu.
Bila gejala kambuh, susu harus di eliminasi dari diet ibu selama memberi asi. Ketika ibu
ingin menyapih, bayi harus diberi eHF. Ketika eliminasi diet tidak memperberat gejala atau
pasien menjadi asimptomatik pada pemberian kembali protein spesifik, ibu harus kembali
pada diet normalnya.
Fig 1. Ketetapan untuk diagnosis dan pengobatan alergi protein susu sapi (CMPA) pada bayi
yang diberi ASI dengan gejala ringan sampai sedang
Manajemen CMPA pada pemberian susu formula.
Manifestasi ringan - sedang
Pada pemberian susu formula dengan gejala CMPA ringan sedang," susu formula
terapi" adalah pilihan utama. Menurut kepustakaan, susu formula terapi dapat ditoleransi
sedikitnya 90% pada bayi dengan CMPA.(27,28)
Penilaian klinik dicurigai CMPA
Eliminasi susu sapi dari diet ibu selama
2-4 minggu
Perbaikan Klinis
Masukkan kembali susu sapi
ke dalam diet ibu
Perbaikan Klinis
Ibu kembali ke diet normal
Manifestasi klinis berulang
Ibu diet bebas susu sapi, pemberian suplemen
kalsium, susu formula extensive hidrolized setelah ASI
Tidak ada Perbaikan Klinis
Ibu kembali ke diet normal
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
10/18
10
Banyak eHF mengandung air dadih (air susu sapi setelah bagian kentalnya diambil),
kasein dan protein lainnya sebagai sumber untuk memenuhi kriteria susu formula asam amino
(AAF). Sepanjang diagnosis eliminasi diet, semua intake makanan lain harus dihentikan
untuk menghindari misinterpretasi manifestasi karena alergen lain. Diet bebas CMP harus
dijaga selama paling sedikit enam bulan. Untuk menjaga kesimbangan diet, bantuan pakar
diet sering dibutuhkan.
Karena reaksi silang tinggi (mencapai 80%) dan masukan nutrisi yang tidak adekuat,
penggunaan susu binatang dihindari.(29-31)beras yang terhidrolisa, tersedia dibeberapa negara,
dapat digunakan sebagai alternatif pada pengobatan CMPA.(32-34) Walaupun demikian,
beberapa protein yang terhidrolisa yang terlepas dari zat aslinya mempunyai residu alergen
tertentu. Gejala sisa pada eHF sering karena mekanisme tidak terkait IgE. (21) Kegagalan eHF
dapat mencapai 10% pada anak-anak dengan CMPA pusat perawatan tersier.
Walaupun eHF adalah pilihan pengobatan pada bayi yang diberi susu formula, AAF
terkadang dapat dianjurkan bila gejala bertahan selama 2-4 minggu menggunakan eHF. AAF
tidak memiliki residual alergen, AAF adalah formula yang murni dibuat secara kimia, bukan
merupakan turunan dari susu sapi (atau protein lainnya) mengandung asam amino terisolasi
bukan peptida. Jika gejala bertahan dengan penggunaan AAF, diagnosis CMPA harus
dipertanyakan.
Manifestasi berat
Bayi dengan CMPA yang diberi susu formula harus diberi AAF, eliminasi diet yang
paling efektif. Tidak ada kejadian spesifik penggunaan AAF pada gejala yang berat, tetapi
risiko yang memperburuk kehilangan berat badan dan kekurangan nutrisi lebih lanjut dengan
ini dapat diminimalkan. Pasien dengan ancaman kehidupan, terutama dengan gejala
pernapasan atau reaksi anafilaksis perlu segera dirujuk ke unit gawat darurat terdekat.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
11/18
11
Fig. 2. Ketetapan untuk diagnosis dan pengobatan alergi protein susu sapi pada bayi yang
diberi susu formula
Susu kedelai pada CMPA
Sulit untuk berdiskusi mengenai penggunaan susu kedelai pada susu formula bayi,
beberapa kelompok ilmiah mempunyai rekomendasi yang berbeda. Ada kesepakatan yang
menyatakan: kejadian alergi kedelai pada susu formula kedelai dapat dibandingkan dengan
CMPA pada formula susu sapi bayi.(10) Khususnya, bayi dengan alergi makanan multipel dan
enterokolitis eosinofilik juga bereaksi dengan protein kedelai.(36) Oleh karena itu, perbedaan
kelompok spesialisasi mempunyai pendirian berbeda mengenai penggunaan susu kedelai
pada CMPA, tetapi susu formula kedelai ini tidak direkomendasikan sebelum umur enam
bulan.(27,35,37,38) Kedelai dapat digunakan sebagai alternatif, kemungkinan reaksi silang harus
Manifestasi klinis CMPA dengan IgE positif,
skin prick tes positif dan patch tes positif
Gejala ringan-sedang
Formula extensively
hydrolized 2-4 minggu
Perbaikan klinis
Uji provokasi
Gejala berulang
Formula extensively
hydrolized selama 6
bulan atau sampai umur
9-12 bulan
Gejala tidak
berulang
Perkenalkan
kembali susu sapi
Tidak ada
Perbaikan
klinis
Gejala berat
susu formula asam amino
Tidak ada
perbaikan
klinis
diagnostic
workup
penyakitpenyerta
lainnya
Perbaikan
klinis
Uji
provokasi
di rumahsakit
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
12/18
12
dipikirkan, beberapa budaya dimana proses hidrolisasi dengan enzim babi menjadi masalah
sulit dicerna pada usia enam bulan.
Pencegahan
Faktor predisposisi genetik, faktor lingkungan dan pengaruh paparan alergen pada
awal kehidupan mungkin berpedan dalam perkembangan alergi. (39) Tidak ada data pada
perkembangan CMPA pada pasien dengan riwayat atopi dalam keluarga ataupun tidak.
Keseluruhan riwayat (termasuk riwayat atopi dalam keluarga) dan pemeriksaan fisik yang
tepat adalah bagian terpenting dalam diagnosis. Terlepas dari atopi heretider, asi eksklusif
tetap menjadi nutrisi terbaik bagi semua bayi sampai umur 4-6 bulan, bahkan sebagai
pencegahan terhadam CMPA. Bila pemberian asi bukan sebagai pilihan, susu formula
terhidrolisa yang terbukti kemanjurannya direkomendasikan pada bayi yang memiliki
risiko(40) dikombinasi dengan pencegahan makanan padat dan susu sapi pada saat yang
bersamaan.(26)
Kesimpulan
CMPA dapat muncul pada bayi dengan asi dan susu formula. Manifestasinya tidak
jelas dan riwayat keseluruhan dan pemeriksaan yang tepat adalah dasar diagnosis.
Pemeriksaan dengan SPT, serum spesifik IgE atau tes patch, kurang spesifik dan double blind
placebo controlled food challenge merupakan gold standar.
Walaupun beberapa kelompok telah menerbitkan rekomendasi,(4,7,41) perdebatan
mengenai manajemen CMPA masih tetap pada penetapan awal yang dipilih, misalnya solusi
yang lebih murah dan efisien. Pemberian asi tetap menjadi pilihat terbaik dan termurah
sebagai makanan pada bayi sehat, bahkan pada CMPA. Ketika asi tidak menjadi pilihan, eHF
pada CMPA direkomendasikan oleh perkumpulan di Eropa.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
13/18
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
14/18
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy ininfancy: clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-276.
2. Host A. Frequency of cow's milk allergy in childhood. Ann Allergy Asthma Immunol2002;89:33-37.
3. Fiocchi A, Brozek J, Schunemann H, Bahna SL, von Berg A, Beyer K, et al. WorldAllergy Organization (WAO) Diagnosis and Rationale for Action against Cow's Milk
Allergy (DRACMA) Guidelines. Pediatr Allergy Immunol 2010;21 Suppl 21:1-125.
4. Vandenplas Y, Koletzko S, Isolauri E, Hill D, Oranje AP, Brueton M, et al.Guidelines for the diagnosis and management of cow's milk protein allergy in infants.
Arch Dis Child 2007;92:902-908.
5. Vieira MC, Morais MB, Spolidoro JV, Toporovski MS, Cardoso AL, Araujo GT, etal. A survey on clinical presentation and nutritional status of infants with suspected
cow' milk allergy. BMC Pediatr 2010;10:25.
6. Fiocchi A, Schunemann HJ, Brozek J, Restani P, Beyer K, Troncone R, et al.Diagnosis and Rationale for Action Against Cow's Milk Allergy (DRACMA): a
summary report. J Allergy Clin Immunol 2010;126:1119-1128.e1112.
7. Allen KJ, Davidson GP, Day AS, Hill DJ, Kemp AS, Peake JE, et al. Management ofcow's milk protein allergy in infants and young children: an expert panel perspective.
J Paediatr Child Health 2009;45:481-486.
8. Kneepkens CM, Meijer Y. Clinical practice. Diagnosis and treatment of cow's milkallergy. Eur J Pediatr 2009;168:891-896.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
15/18
15
9. Boyce JA, Assa'ad A, Burks AW, Jones SM, Sampson HA, Wood RA, et al.Guidelines for the Diagnosis and Management of Food Allergy in the United States:
summary of the NIAIDsponsored expert panel report. J Am Diet Assoc;111:17-27.
10.Klemola T, Vanto T, Juntunen-Backman K, Kalimo K, Korpela R, Varjonen E.Allergy to soy formula and to extensively hydrolyzed whey formula in infants with
cow's milk allergy: a prospective, randomized study with a follow-up to the age of 2
years. J Pediatr 2002;140:219-224.
11.Vanto T, Juntunen-Backman K, Kalimo K, Klemola T, Koivikko A, Koskinen P, et al.The patch test, skin prick test, and serum milk-specific IgE as diagnostic tools in
cow's milk allergy in infants. Allergy 1999;54:837-842.
12.Sicherer SH, Noone SA, Koerner CB, Christie L, Burks AW, Sampson HA.Hypoallergenicity and efficacy of an amino acid based formula in children with cow's
milk and multiple food hypersensitivities. J Pediatr 2001;138:688-693.
13.Costa AJ, Sarinho ES, Motta ME, Gomes PN, de Oliveira de Melo SM, da Silva GA.Allergy to cow's milk proteins: what contribution does hypersensitivity in skin tests
have to this diagnosis? Pediatr Allergy Immunol 2011;22:e133-138.
14.Wood RA. The natural history of food allergy. Pediatrics 2003;111:1631-1637.15.Shek LP, Soderstrom L, Ahlstedt S, Beyer K, Sampson HA. Determination of food
specific IgE levels over time can predict the development of tolerance in cow's milk
and hen's egg allergy. J Allergy Clin Immunol 2004;114:387-391.
16.Venter C, Pereira B, Voigt K, Grundy J, Clayton CB, Gant C, et al. Comparison ofopen and double-blind placebo-controlled food challenges in diagnosis of food
hypersensitivity amongst children. J Hum Nutr Diet 2007;20:565-579.
17.Bindslev-Jensen C, Ballmer-Weber BK, Bengtsson U, Blanco C, Ebner C, HourihaneJ, et al. Standardization of food challenges in patients with immediate reactions to
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
16/18
16
foodsposition paper from the European Academy of Allergology and Clinical
Immunology. Allergy 2004;59:690-697.
18.Barbi E, Gerarduzzi T, Longo G, Ventura A. Fatal allergy as a possible consequenceof long-term elimination diet. Allergy 2004;59:668-669.
19. Flinterman AE, Knulst AC, Meijer Y, Bruijnzeel-Koomen CA, Pasmans SG. Acuteallergic reactions in children with AEDS after prolonged cow's milk elimination diets.
Allergy 2006;61:370-374.
20.Bock SA, Sampson HA, Atkins FM, Zeiger RS, Lehrer S, Sachs M, et al. Double-blind, placebo-controlled food challenge (DBPCFC) as an office procedure: a manual.
J Allergy Clin Immunol 1988;82:986-997.
21.Vanderhoof JA, Murray ND, Kaufman SS, Mack DR, Antonson DL, Corkins MR, etal. Intolerance to protein hydrolysate infant formulas: an underrecognized cause of
gastrointestinal symptoms in infants. J Pediatr 1997;131:741-744.
22.Hill DJ, Heine RG, Cameron DJ, Catto-Smith AG, Chow CW, Francis DE, et al. Roleof food protein intolerance in infant with persistent distress attributed to reflux
esophagitis. J Pediatr 2000;136:641-647.
23.Jakobsson I, Lindberg T. Cow's milk proteins cause infantile colic in breast-fedinfants: a double-blind crossover study. Pediatrics 1983;71:268-271.
24.Isolauri E, Tahvanainen A, Peltola T, Arvola T. Breast-feeding of allergic infants. JPediatr 1999;134:27-32.
25.Saarinen UM, Kajosaari M. Breastfeeding as prophylaxis against atopic disease:prospective follow-up study until 17 years old. Lancet 1995;346:1065-1069.
26.Host A, Halken S, Muraro A, Dreborg S, Niggemann B, Aalberse R, et al. Dietaryprevention of allergic diseases inN infants and small children. Pediatr Allergy
Immunol 2008;19:1-4.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
17/18
17
27.American Academy of Pediatrics. Committee on Nutrition. Hypoallergenic infantformulas. Pediatrics 2000;106:346-349.
28.Giampietro PG, Kjellman NI, Oldaeus G, Wouters-Wesseling W, Businco L.Hypoallergenicity of an extensively hydrolyzed whey formula. Pediatr Allergy
Immunol 2001;12:83-86.
29.Restani P, Gaiaschi A, Plebani A, Beretta B, Cavagni G, Fiocchi A, et al. Cross-reactivity between milk proteins from different animal species. Clin Exp Allergy
1999;29:997-1004.
30.Restani P, Beretta B, Fiocchi A, Ballabio C, Galli CL. Crossreactivity betweenmammalian proteins. Ann Allergy Asthma Immunol 2002;89:11-15.
31.Spuergin P, Walter M, Schiltz E, Deichmann K, Forster J, Mueller H. Allergenicity ofalpha-caseins from cow, sheep, and goat. Allergy 1997;52:293-298.
32.Terracciano L, Isoardi P, Arrigoni S, Zoja A, Martelli A. Use of hydrolysates in thetreatment of cow's milk allergy. Ann Allergy Asthma Immunol 2002;89:86-90.
33.Savino F, Castagno E, Monti G, Serraino P, Peltran A, Oggero R, et al. Z-score ofweight for age of infants with atopic dermatitis and cow's milk allergy fed with a rice-
hydrolysate formula during the first two years of life. Acta Paediatr Suppl
2005;94:115-119.
34.Reche M, Pascual C, Fiandor A, Polanco I, Rivero-Urgell M, Chifre R, et al. Theeffect of a partially hydrolysed formula based on rice protein in the treatment of
infants with cow's milk protein allergy. Pediatr Allergy Immunol;21:577-585.
35.ESPGHAN Committee on Nutrition, Agostoni C, Axelsson I, Goulet O, Koletzko B,Michaelsen KF, et al. Soy protein infant formulae and follow-on formulae: a
commentary by the ESPGHAN Committee on Nutrition. J Pediatr Gastroenterol Nutr
2006;42:352-361.
7/28/2019 Diagnosis Dan Manajemen Alergi Protein Susu Sapi Pada Bayi
18/18
18
36.Nowak-Wegrzyn A, Sampson HA, Wood RA, Sicherer SH. Food protein-inducedenterocolitis syndrome caused by solid food proteins. Pediatrics 2003;111:829-835.
37.Bocquet A, Bresson JL, Briend A, Chouraqui JP, Darmaun D, Dupont C, et al. Infantformulas and soy protein-based formulas: current data. Arch Pediatr 2001;8:1226-
1233.
38.Bhatia J, Greer F. Use of soy protein-based formulas in infant feeding. Pediatrics2008;121:1062-1068.
39.Wahn U. Aspects of nutritional management of food allergy. Pediatr AllergyImmunol 2001;12 Suppl 14:75-77.
40.Osborn DA, Sinn J. Formulas containing hydrolysed protein for prevention of allergyand food intolerance in infants. Cochrane Database Syst Rev 2006:CD003664.
41.Kemp AS, Hill DJ, Allen KJ, Anderson K, Davidson GP, Day AS, et al. Guidelinesfor the use of infant formulas to treat cows milk protein allergy: an Australian
consensus panel opinion. Med J Aust 2008;188:109-112.