PRINSIP KEADILAN DALAM PENETAI• AN NISBAH
BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH
(Stu di Kasus Bank Mumalat Indonesia Tbk.)
... -.. II I
Oleh:
Q-;rd
'T\~L
Muhammad Nurbadruddin 302046026608
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 HI 2010 M
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telab saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) SyarifHidayatullah jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Agustus 2010
M .. Nurbadruddin
PERINSIP KEADILAN DALAM PENETAPAN NISBAH
BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANI( SYARIAH
(Stusi kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk.)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukmn
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Pembimbing I
Oleh:
Muhammad Nurbadruddin NIM:302046026608
Pembimbing II
'
Dr. H. . Mukri Aji, MA. H. Ah. Azharuddi athif, M.Ag, MH. NIP. 195703121985031003 NIP. 197400725 001121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYAR1AH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul "PRINSIP KEADILAN DALAM PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANK SY ARIAii (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk.)" Telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari'ah pada Prodi Muamalat (Ekonomi folam).
Ketua
Sekretaris
Jakarta, I 0 Desember 20 I 0 Mengesahkan, D,~an,Ji~lt Syariah clan Hukum /,,>'" '''"<'
,;~:~~;\~
PANITIA UJIAN
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
: Mu'min Rauf M.A NIP. 150281979000000000
Pembimbing I : Dr. H. A. Mukri Aji, MA NIP. 195703121985031003
Pembimbing II: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag .. MH NIP. 197400072522001121001
•
: Dr. H.Abd.Wahab Abd. Muhaimin, Le.MAJ..~ 13/1~ ~ NIP. 195008171989031001 -~-·
Penguji I
-(~~-)/ Penguji II : Djaka Badranaya, SE.I, ME 1'.TTD 1 C\"7"7f\.t::')f"\"1Af\""1f\1 11\1\0
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa dan
Penyang bagi seluruh hambanya yang telah memberikan Rahmat dan Karunia
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta
Salam tak lupa penulis panjatkan kepda baginda Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing dan mernmtun umatnya kepada jalan yang diridhoi oleh Allah
SWT.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan terwujud,olehnya
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. Amin Summa, S.H, MA. Selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum beserta para Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan
Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Jurusan Muamalat Perbankan Syariah, beserta
Ah. Azharudin Latif, M.Ag,. M.H. Sekretaris Jurusan l'vluamalat Perbankan
Syariah, yang terns mengingatkan penulis agar secepatnya menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Dr. Mukri Aji., M.A dan Ah. Azharudin Latif, M.Ag,. M.H. selaku Dasen
Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis sewaktu berada di
bangku kuliah, semoga me1tjadi ilrnuyuntafa'u bihi.
5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama. dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari
bahan literatur berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
6. Kepada segenap karyawan/i dan khususnya Ibu Narti beserta jajarannya
Muamalat Institute yang telah bersedia memfasilitasi penulis untuk
mengumpulkan data dalam skripsi ini.
7. Kepada orang tua penulis yang telah sangat berjasa dalam membimbing dan
menasehati maupun mensupport penulis untuk menyelesaikan kuliah, ibunda
Mahaya semoga sehat selalu. Dan untuk almarhum H. Zawawi Abdullah bapak
tersayang yang telah meninggalkan kita terlebih dahulu, :semoga segala amal
ibadahnya diterima disisi-Nya dan diberikan ganjaran yang terbaik karena
jasanya yang amat besar yang telah mendidik maupun men:mpport penulis.
8. Kepada abangku tersayang Andi Syafrani, S.H.I,. M.C.C.L, yang telah banyak
membimbing penulis hingga kini dan juga kakakku yang baik Pusparini.,S.Ag
beserta keponakanku yang lucu Eca dan Raiya, kakak Rini Masyitah, S.H,
M.Kn. dan adik Chairunnisa S.Kom. yang selalu memberikan supportnya.
9. Teman-teman kosan yang selalu mengingatkan untuk semangat menyelesaikan
penulisan skripsi kanda Ahmad Muawam, Ahmad Taufik, .Mujahid, Arif, Fadli
dan Dadan Handawil, Ahmad Arzak dan teman seperjuangan double deegre
Jaka Hern terimakasih banvak atas segalanva.
10. Teman-teman Formaci, HMI dan surveyor LSI yang selalu membahagiakan
dan mengingatkan dan juga mendukung untuk menyelesaikan perkuliahan di
Muamalat Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, terimakasih
banyak kawan-kawan.
Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas semua amal baik
tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas semua amal baik
mereka yang telah diberikan kepada penulis selama ini baik moril maupun materil
dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga hasil penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya penulis pribadi.
Amin ya rabba/ a/amin.
Jakarta: 10 Desember 2010 M 4Muharram 1431 H
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISi ........................................................................................................ iv
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Metode Penelitian .............................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 7
BAB II: KONSEP KEADILAN DALAM NISBAH MUDHARABAH ....... 9
A. Pengertian keadilan dalam ekonomi Islam .................................... 9
B. Instrumen keadilan dalam ekonomi Islam ........................................ 21
C. Mudharabah dalam konsep fiqih ....................................................... 24
D. Pembiayaan Mudharabah sebagai sarana perwujudan keadilan
dalam ekonomi Islam ............................................................... 31
E. Aplikasi Mudharabah di Bank Syari'ah ................................... 33
BAB ill: GA.IVIBARAN UMUM BANKMUAMALAT INIJ10NESIA ....... 41
A. Lintas Sejarah Bank Muamalat Indonesia ........................................ .41
B. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ................................ 43
C. Produk-ProdukBank Muamalat Indonesia ....................................... 48
D. Kinerja-kinerja Bank Muamalat Indonesia ............................... 56
BAB IV: PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DALA.l\i PRINSIP
KEADILAN PADA BANK MU AMAT INDONESIA .............. 64
A. Penerapan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia ......................... 64
B. Penentuan Besamya Nisbah Mudharabah ........................................ 67
D. Relevansi Penerapan Nisbah Bagi Hasil Perbankau Syariah
Terhadap Perwujudan Bisnis yang Berkeadilan ............................... 74
BAB V: PENUTUP ..................................................................... 80
A. Kesimpulan ....................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUST AKA ................................................................... 84
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Dengan penggunaan tenaga kerja, tanah dan modal, maka transaksi yang ada
menjadi suatu keharusan secara umum. Sekarang semuanya ditawarkan untuk dijual
dan transaksi ini tidak lagi merupakan pelengkap, tapi merupakan suatu keharusan
untuk dapat mempertahankan kaelangsungan hidup. Bagi S•~orang yang menjuaI
tenaganya di pasar daian1 suatu masyarakat yang tak mau meni~rima tanggung jawab
untuk memeliharanya maka harga yang dapat diperolehnyll! dalanl menawarkan
tenaganya menjadi sangat penting. Demikian juga haI yang sama berlaku pada
pemodal. Karena bagi masing-masing pihak, tawar menawar maupun kerjasama yang
dilakukan dapat menyebabkan kemakmuran.
Dengan demikian pola "Profit motive" ini menjadi gejala umum bagi seluruh
masyarakat dan membuat motif untuk mencari untung merupakan salah satu kekuatan
penting dalam membentuk tindak-tanduk manusia 1.
Daiam memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka kebutuhan akan saling
ketergantungan membuat timbulnya saiing memerlukan satu dan lainnya, dan adanya
sating kerjasamapun tidak bisa dipungkiri oleh individu-individu yang
mengembangkan kemampuan dalam setiap bidang maupun Ie:mbaga-lembaga yang
membutuhkan tenaga kerja daianl menjalankan kegiatan ekonomi nntuk mencapai
kemakmuran bersama.
Komitmen Islam yang demikian mendalam terhadap persaudaraan dan
keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan ifalah) bagi semua umat manusia
sebagai suatu tttjuan pokok Islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab
2
kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalni realisasi yang
seimbang antara kebutnhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itn
memaksimalkan output total semata-semata tidak apat menjadi tnjuan dari sebuah
masyarakat muslim2.
Memaksimalkan output, hams dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang
ditnjukan kepada kesahatan rohani yang terletak pada batin mauusia, keadilau, serta
permainan yang fair pada semua periugkat interaksi manusia. Hanya dengan
membanguu inilah akan selaras deugan tnjuan-tnjuan syariah.
Dengan berkembanguya usaha yang dilaksanakan oleh pengusaha dalam
meningkatkan peluang kerjasama diberbagai pihak demi memperlancar usaha yang
dijaliu. Kemampuan dalam ha! .financial dan memp1111yai sua1u keahlian ha! yang
meujadi inti dalam memajukan bisnis yang dijalankau. Peuyatuau dua unsur penting
tersebut menyatukan perspektif yang diiuginkan hingga pembentukan visi dan misi.
Kerjasama dalam lintas kegiatan Islam diuamakan musyarakah, dan
mudharabah. Sebagai konsep yang menjadi laudasan untuk melaksanakan dalam ha!
berbisnis dan usaha hingga dalam pembagian yang akan di inginkau untnk kedua
belah pihak atau lebih dapat terpenuhi dengan memenuhi proporsi apa yang ingin
dikehendaki dalam kesepakatan yang telah dibuat.
Secara spesi:fik bentnk kontribusi dari pihak yang bek<:rjasama dapat berupa
daua, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship),
kepandaiau (skill), kepemilikau (property), peralatau (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness)
dan barang-barang laiunya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup
' '
3
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa
batasan waktu menjadikan ha! ini sangat fleksibel3•
Dari bentuk yang lebih mendalam bentuk yang popular dalam kerjasama
adalah mudharabah yaitu bentuk kerjasama anatara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shohibul al-maal) mempercayakan sejmnlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
kerjasama dalam panduan kontribusi I 00% modal kas dari shohibul al-maal dan
keahlian mudharib.
Transaksi jenis ini tidak menyaratkan adanya wakil shohib al-maal da!am
menejemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib hams bertindak hati-hati
dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan
sebagai wakil shohib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara
tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Mudharabah dan musyarakah dalam literature fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan
menjujung keadilan. Karenanya masing-masing pihak hams menjaga kejujuran untuk
kepentingan bersama dan setiap usaha dari masing-masing pihak untuk melakukan
kecurigaan dan ketidak adi!an pembagian pendapat betul-betul akan merusak ajaran
Islam.
Bentuk dari keadilan tersebut akan menimbulkan akan saling adanya
kepercayaan antara pihak yang terlibat dalam mudharabah, terpenuhinya proporsi
yang diharapkan oleh masing-masing pihak akan membuat pengelola (mudharib) akan
melakukan dengan segenap kemampuannya dan pemodal (shahibul al-maal) sebagai
pengontrol dalam aktivitas kerjasama tersebut.
4
Titik dari proporsi adalah dimana letaknya suatu keadilau yang merupakan
salah satu instrument untuk mencapai suatu keseimbangan. Keadilan merupakan suatu
kebijakan dalam membentuk suatu kepercayaan antara piliak yang di berikan
kepercayaan tersebut dan pihak yang memberikan kepercayaan atau pemodal
(shahibul al-maal) dalam mengelola harta atau asetnya. Sebagaimana pendapat Sri
Edi Swasono dalam buku Ekonomi Islam "Keadilan adalah titik tolak, sekaligus
proses dan tujuan semua tindakan manusia". Tindakan itu akru:t mencapai nilai yang
tepat apabila melalui tindakan keadilan dalam proses proporsi tingkah laku yang
dibuat4 •
Watak utama nilai keadilan yang harus diketemukan adalah bahwa masyarakat
ekonomi haruslah merupakan masyarakat yang memiliki sifat makmur dalan1 keadilan
dan adil dalam kemakmurau. Penyimpangan dari watak ini akan menimbulkan
bencana bagi setiap pelaku ekonomi hingga tidak adanya saling kepercayaan setiap
individu masyarakat.
Dengan berbagai pandangan diatas sekirauya perlu dikaji ulang akan langkah
langkah suatu pencapaian akan kcadilan dalam membentuk keputusan pembagian
nisbah mudharabah dalam suatu konsep yang harus diterapkan pada setiap lingkarau
ekonomi, hingga setiap pelaku ekonomi memahami akan pentingnya suatu proporsi
setiap pengelola (mudharib) dan pemodal (shahibul al-maal), hingga tidak terjadinya
suatu kecembuaruan dalam pembagian yang diinginkan oleh pihak yang terkait
walaupun ha! tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak. Namun nilai suatu
keadilan telah terpenuhinya pencapaian proporsi berdasarkim nilai yang telah
dikel11arkru1 oleh pelaku ekonomi tersebnt bail' berupa tenaga maupUll modal hingga
menimbulkan kewajibru1 dan hak yang barns diperoleh. Maka penulis akan membahas
5
konsep dalam skripsi dengan judul: "Prinsip Keadilan dalam Penetapan Nisbah
Bagi Hasil Mudharabah pad a Bank Syariah".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Keadilan merupakan ruang lingkup setiap tindakan manusia hingga dari
kehidupan pribadi (privasi) hingga public, dari keluarga hingga masyarakat pada
umunmya, dari ha! yang paling kecil hingga ha! yang paling b1~sar maslalmya, hams
bertindak seadil mungkin hiugga akan tercapainya kemakmuran secara merata.
Akan tetapi pada skripsi ini penulis akan membatasi suatu konsep keadilan
dalam ekonomi Islam khusnsnya dalam kegiatan mudharabah hingga nisbah yang
diperoleh oleh kedua belah pihak akan mendapatkan keadilan dalam konsep ekonomi
Islam.
Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh penulis dalan1 mengungkap konsep
keadilan dalam nisbah mudharabah termuat dalam beberapa pertanyaan berikut:
l. Bagaimana konsep keadilan dalam ekonomi Islam?
2. Apa saja indikator adil dalam penetapan nisbah bagi hasil mudharabah?
3. Apakah aplikasi penetapan nisbah bagi basil di Bank Muaroalat Indonesia sudah
memenuhi unsur keadilan dalam ekonomi Islam?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
I. Tujuan dalam penulisan skripsi ini:
a. Mengetalmi konsep adil dalam ekonomi Islam.
b. Mengetahui karakteristik keadilan dalam pembagian (nisbah) bagi basil dalam
mudharabah.
c. Mengetahui konteks pendapatan hingga meneapai ~;uatu keadilan pada
mudharabah.
d. Men!!etahni relev:tnsi konsen ::ulil r1:11:1m mnrlh:1r::1hah
6
2. Manfaat dari penulisan:
a. Secara akademis, basil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan ekonimi Islam pada umumnya, dan diharapkan dapat bennanfuat
khususnya bagi sivitas akademika jumsan Muamalah Ekonomi Islam.
b. Secara praktis, diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang peranan dan
prospek bank syariah di Indonesia dalam era perdagangan bebas, sehingga
masyarakat dapat mendukung kehadiran bank syariah.
D. Metologi Penelitian
L Jenis penelitian
Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan penelitian Deskriptif analitis.
Yaitu penelitian yang bernsaha menggambarkan pennasalahan dengan apa adanya
untuk kemudian dianalisa lebih jauh sehingga dapat ditarik sua1u kesimpulan. Teknik
pengumpulan data, penulis menggunakan motode studi dokumen atau pustaka (library
research).
Sedangkan sumber data dari metode pustaka ini penulis pergunakan dalam
skripsi ini dibagi kepada dua smnber yaitu:
a. Sumber primer yaitu data yang diperoleh dari buku-buku maupun kitab-kitab yang
terkait.
b. Smnber Skunder yaitu data yang diperoleh diluar dari data primer seperti: Koran,
majalah, dokumen, transkip, dan lain-Iain.
2. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisis data untuk penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
teknik Content Analysis, yaitu menelusuri keterhubw1gan atau keterkaitan data-data
yang berbentuk content atau isi melalui penelusuran data lapangau atau field research
dan pustaka atau library research.
7
Adapuu teknik penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk
kepada buku pedoman penulisan Skripsi Fakultas Syariah dm1 Hukum Univesitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 dengan pengecualian sebagai
berikut:
1. Kutipan terjemahan AL Quran dan Hadist ditulis satu spasi walaupun kurang dari
satu baris.
2. Refrensi AL Quran ditulis pada urutan pertama dalam daftar pustaka. Ayat-ayat AL
Quran dan Hadist beserta terjemahnya diketik dalam satu spasi, baik ym1g kurang
maupun yang lebih dari enam baris, serta disebutkan surat dan nomor ayatnya pada
akhir ayat dengan jelas tanpa mencantumkan footnote.
E. Siste1natika Penulisan
Dalam mempermudah pembatasan skripsi ini, secam sistematis penulisannya
dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan, didalanmya penulis menguraikan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitimi, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Konsep Keadiian Daiam Nisbah Mudharabah, dalam bah ini penulis
menguraikan kajian teoritis yang meliputi pengertian, landasan hukuni, nilai
keadilan, instrument keadadilau dalam ekonomi Islam, mudharabah dalam
konsep fiqih, mudharabah sebagai sarana penvujudan keadilan dalam
ekonomi Islam, dan juga aplikasi pembiayaan mudharabah di bank syariah.
BAB III: Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia, dalam bab ini akan
mengumikan sejarah Bank Muantalat Indonesia, struktur orgmrisasi dan
nrorlnk-nroih1k r1::1ri R::tnk Mn::tm::tl:tt TnilonP.~i::i
8
BAB IV: Penetapan Nisbah Bagi Hasil dalam Prinsip Keadilan Pada Bank
Muamalat Indonesia, pada bab ini menjelaskan penerapan mudhambah di
Bank Muamalat Indonesia, penentuan besarnya nisbah, analisis dan
interpretasi keadilan yang diharapkan dan relevansinya penerapan nisbah
bagi basil perbankan syariah terhadap perwujudan bisnis yang berkeadilan.
BAB V: Penutup, pemungkas dari pembahasan yang akan di isi dengan penntup dan
saran-saran.
BAB II
KONSEP KEADJLAN DALAM NISBAHMUDHARABAH
A Pengertian, Konsep Keadilan dan Landasan Hukum
Prinsip yang me1tjadi fundamental dalam tindakan individu maupun
intraksi sosial, yaitu keadilan. Secara umum tindakan ini membutuhkan suatu
kebijakan bersikap hingga aplikatifnya.
Makna dari kata "adil" dalam bahasa Indonesia ba:hasa Arab "al 'adf'
yang artinya sesuatu yang baik, sikap yang tidak memihak, penjagaan hak-hak
seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil keputusan. Untuk
menggambarkan keadilan juga digunakan kata-kata yang lain (sinonim) seperti
qisth, hukum, dan sebagainya. Sedangkan akar kata 'ad! dalam berbagai bentuk
konjugatifnya bisa saja kehilangan kaitannya yang langsung dengan sisi
keadilan itu (misalnya "ta 'dilu" dalam arti mempersekutukan Tuhan dan 'ad!
dalam arti tebusan). Beberapa kata yang memiliki arti sama dengan kata "adil"
di dalam AL Quran digunakan berulang ulang. Kata "al 'adf' dalam AL Quran
dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 35 kali. Kata "al qisth" terulang
sebanyak 24 kali. Kata "al wajnu" terulang sebanyak 10 kali, dan kata "al
wasth" sebanyak 5 kali.
Untuk mengetahui apa yang adil dan apa yang tidak adil terlihat bukan
merupakan kebijakan yang besar, lebih-lebih lagi jika keadilan diasosiasikan
dengan aturan hukum positif, bagaimana suatu tindakan harus dilakukan dan
10
Keadilan sebagai kekuatan hukum. Namun tentu tidak demikian halnya
jika ingin memainkan peran menegakkan keadilan. Perdebatan tentang
keadilan telah melahirkan berbagai aliran pemikiran hukum dan teori-teori
sosial lainnya. Dua titik ekstrim keadilan, adalah keadilan yang dipahami
sebagai sesuatu yang irasional dan pada titik lain dipahami secara rasional.
Tentu saja banyak varian-varian yang berada diantara kedua titik ekstrim
tersebut. Keadilan telah menjadi pokok pembicaraan serius sejak awal
munculnya filsafat Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas,
mulai dari yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial.
Banyak orang yang berpikir bahwa bertindak adil dan tidak adil tergantung
pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk menjadi adil cukup terlihat
mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya penerapannya dalam kehidupan
manusia.
Kata "keadilan" dalam bahasa Inggris adalah "justice" yang berasal dari
bahasa latin "iustitia". Kata ''justice" memiliki tiga macam makua yang
berbeda yaitu; (1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair
(sinonimnya justness), (2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan
hukum atau tindakan yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman
(sinonimnya judicature), dan (3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak
menentukan persyaratan sebelum suatu perkara di bawa ke pengadilan
(sinonimnya judge, jurist, magistrate).
Keadilan hak setiap individu. Setiap orang memiliki kehormatan yang
11
membatalkannya. Atas dasar ini keadilan menolak jika lenyapnya kebebasan
bagi sejumlah orang yang dapat dibenarkan oleh ha! lebih besar yang
didapatkan orang lain. Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang
dipaksakan oleh segelintir orang di perberat oleh sebagian besar keuntungan
yang dinikmati banyak orang.
Banyak hal dikatakan adii dan tidak adii, tidak harrya hukum, institusi,
dan sistem sosial, bahkan juga tindakan-tindakan tertentu, termasuk keputusan,
penilaian, dan tuduhan. Kita juga menyebut sikap-sikap serta kecendrungan
orang adil dan tidak adil.
Keadilan sebagai fairness. Untuk melakukan ha! ini kita tidak akan
menganggap kontrak satu-satunya cara untuk memahami sesuatu tertentu.
Namun, gagasan yang menandainya adalah bahwa prinsip-prinsip keadilan
bagi struktur dasar manusia merupakan tujuan dasar dari kesepakatan. Hal-ha!
itu adalah prinsip yang akan diterima orang-orang yang bebas dan rasional
untuk mengejar kepentingan mereka dalam posisi asali ketika mendefinisikan
kerangka dasar asosiasi mereka. Prinsip-prinsip ini akan mengatur semua
persetujuan lebih lanjut, mereka menetukan jenis kerja sosial yang bisa
dimasuki dan bentuk- bentuk pemerintah yang bisa didirikan. Cara pandang ini
disebut oleh John Rawls adalah keadilan sebagai fairness1•
Prinsip keadilan adalah basil dari persetujuan dan tawar-menawar yang
fair. Karena dengan adanya situasi posisi asali, relasi semua orang simetri,
12
maka situasi awal ini adalah fair antar individu sebagai personal moral, yakni
sebagai makhluk yang rasional dengan tujuan dan kemampuan mereka
mengenali rasa keadilan. Salah satu bentuk keadilan sebagai fairnees adalah
memandang berbagai pihak dalam situasi awal sebagai rasional dan sama-sama
netraL Karena itu, perlu kiranya untuk menyatakan sejak awal keadilan sebagai
fairness, seperti pandangan kontrak lainnya, terdiri dari dua bagian : 1.
interpretasi atas situasi awal dan atas persoalan pilihan yang ada, dan 2.
seperangkap prinsip-prinsip yang disepakati.
Keadilan tidak selalu berarti persamaan. Keadilan adalah tawazun
(keseimbangan) antara berbagai potensi individu baik moral maupun material.
Ia adalah tawazun antara individu dan komunitas (masyarakat). Kemudian
antara satu komunitas dengan komunitas yang lain dan tidak ada jalan menuju
tawazun ini kecuali dengan berhukum kepada syara'ah Allah dan kepada kitab
dan hikmah yang Ia turunkan. Keadilan tidak berarti kesamaan mutlak karena
menyakan antara dua hal yang berbeda seperti membedakan antara dua hal
yang sama. Kedua tindakan ini tidak bisa dikatan keadilan sama sekali, apalagi
persamaan secara mutlak adalah suatu hal yang mustahil karena bertentangan
dengan tabiat manusia dan tabiat segala sesuatu2.
Keadilan adalah menyamakan dua ha! yang sama sesuai batas-batas
persamaan dan kemiripan kondisi antar keduanya.
13
Persamaan yang ideal adalah keadilan yang tidak ada kedzaliman terhadap
seorang pun di dalamnya. Oleh karena itu, para pakar d:efinisi bahasa tidak
dapat menjadikan persamaan yang ideal sebagai suatu persamaan dalam
kewajiban karena persamaan dalam kewajiban dengan adanya perbedaan
kemampuan untuk melaksanakannya adalah kedzaliman yang buruk.
Mereka juga tidak dapat menjadikan keadilan sebagai persamaan dalam
hak karena persamaan dalam hak dengan adanya perbedaan dalam kewajiban
adalah kezaliman yang buruk. Ia merupakan "perampasan" yang tidak diterima
oleh aka! dan sangat menbahayakan kepentingan umum sebagaimana
membahayakan kepentingan tiap individn yang memiliki berbagai hak dan
kewajiban".
Jadi, yang benar adalah persamaan dalam kesempatan dan sarana. Oleh
sebab itu, tidak boleh ada seorangpun yang tidak mendapatkan kesempata1111ya
untuk mengembangkan kemampuan yang memungkinkannya untuk
melaksanakan salah satu kewajibannya. Juga tidak boleh acla seorang pun yang
tidak mendapatkan sarananya yang akan dipergum1kan untuk mencapai
kesempatan tersebut3.
Dengan itu, pembagian dalam nisbah mudharabah haruslah
berlandaskan kesetaraan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan sesuai
dengan porsi masing-masing dalam bentuk kontribusi dan tanggung jawab
yang dibebankan.
14
Keadilan sebagai landasan dalam segala ha! memberikan, sebagai acuan
untuk melakukan tindakan atau keputusan lebih baik. Dalam firman Allah
SWT:
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada km1m kerabat, .. "(an-Nahl: 90)
Pada ayat diatas Allah SWT telah menjelaskan betapa suatu keadilan
sudah menjadi perintah. Penerapan keadilan yang ada tidak !ah hanya pada
tingkat sikap individual yang harus di terapkan akan tetapi tingkat intraksi
sosial pun harus dilaksanakan hingga tercapainya suatu k<~adilan yang merata
dalam tatanan sosial. Ketika di kembalikan kepada tingkat ekonomi ini juga
menjadi suatu hal yang bisa di kontrol dalam kebijakan-kebijakan
Keadilan perpaduan hukum dan moral. Keadilan dalam Islam
merupakan perpaduan yang menyenangkan antara hukum clan moralitas. Islam
tidak bermaksud untuk menghancurkan kebebasan individu tetapi
mengontrolnya demi kepentingan masyrakat yang terdiri dari individu itu
sendiri, dan karenanya juga melindungi kepentingan yang sah. Hukum
memaknai perannya dalam mendamaikan pribadi dengan kepentingan
masyarakat dan bukan sebalikuya. Individu diperbolehkan menggunakan hak
pribadinya dengan syarat tidak mengganggu kepentingan masyarakat. Ini
I I
15
adil berarti hidup menurut prinsip-prinsip Islam 4 . Allah telah menekankan
kepada masyarakat yang beriman atau kepada masyarakat yang moralis
relegius itu untuk menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Bahkan Islam
memberikan jaminan perlindungan yang cukup terhadap orang-orang yang
bukan Islam sekalipun, mereka itu tidak kehilangan hak perlindungan dan
keadilan. Allah SWT telah berfirman: (al- maidah :8)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk ber/aku tidak adil. ber/aku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu keljakan. (Q. S. al-Maidah: 08)
Bagi Smith, orang yang bertindak secara adil melakukan keadilan
bukan karena ada hukum yang telah dipaksakan melainkan karena digerakkan
oleh perasaan moral, simpati, rasa hormat pada kehidupan, harkat dan martabat
manusia. Karena itu, sebelum adanya masyarakat sipil dan hukum positif,
setiap orang berpegang pada perasaan kodrati akan keadilan yang dimiliki
dalam lubuk hatinya dan berharap akan menemukannya pada diri orang lain5.
4 Friedn1ann. Teori Hukutn (/Jeval Theorv)_ edisi Hrna_ T .ondon_ 1%7 h S17-:)1 R
16
Keadilan sebagai komutatif, prinsip utama keadilan komutatif adalah no
harm atau prinsip tidak melukai dan merugikan orang lain. Kita harus
bertindak adil terhadap orang lain, kalau kita tidak melukai atau merugikannya
entah sebagai manusia, anggota sebuah keluarga, sebagai warga sebuah
masyarakat, ataupun sebagai lembaga. Sebaliknya, keadilan dilanggar kalau
seseorang dilucuti dari apa yang dimilikinya sebagai hak dan yang dapat secara
sah menuntutnya dari orang lain, atau, kalu kita merugikan atau melukainya
tanpa alasan. Dengan ini keadilan komutatif menyangkut jaminan dan
penghargaan atas hak-hak individu, khususnya hak-hak asasi6.
Keadilan komutatif sesungguhnya berisi dua kewajiban. Yang pertama
adalah keawajiban dari si Aku untuk mempertahankan dan membela hak-hak,
kepentingan dan dirinya sampai titik dimana ia secara sah dan adil dapat
memaksa orang lain untuk menghargai hak, kepentingan dan dirinya. Yang
kedua adalah kewajiban dari orang lain untuk menghargai hak-hak si Aku tadi
sebagaimana dia sendiri ingin agar hak dan kepentingannya dihargai.
Kewajiban jenis kedua ini terutama mengambil bentuk negatif berupa: tidak
melanggar hak dan kepentingan orang lain7.
a. Nilai Keadilan
I. Kebebasan mutlak adalah hal yang tidak mutlak
Itulah kebebasan yang diterapkan oleh Islam, apakah kebebasan
ekonomi itu harus mutlak? Tidak!. Islam memberikan kepada manusia
17
kebebasan memiliki (hurriyatut tamalluk) tidak membiarkannya begitu saja
memiliki apa saja yang ia suka dengan cara sesuakanya pula, mengelola
miliknya sesuakanya, dan disembarangan alokasi yang ia sukai. Islam
meletakkan batasan-batasan pengelolaan hakl milik, baik dalam bentuk
pengembangan atau konsumsi. Disamping mewajibkan hak-hak tertentu pada
harta yang dimiliki jika telah mencapai nisbah tertentu, dan hak-hak lain yang
di tentukan oleh syariat Islam.
Karena kebebasan cenderung membuat orang "mabuk" dan bila di lepas
tanpa ikatan akan menimbulkan tindakan liar, maka Islam membatasi
kebebasan ekonomi dengan batasan-batasan yang dibuatnya, dengan hak-hak
yang ditentukannya, dan dengan ikatan-ikatan yang tdah ditetapkannya.
Dengan batasan-batasan tersebut Islam menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram.
2. Kebebasan yang terikat dengan keadilan
Sesungguhnya kebebasan yang di syariatkan. Islam adalah dalam
bidang ekonomi bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap ikatan,
tetapi ia adalah kebebasan yang terkendali, terikat dengan keadilan yang
diwajibkan Allah. Hal ini karena tahiat manusia ada semaca.m kontradiksi yang
telah di ciptakan Allah padanya untuk suatu hikmah yang menjadi tuntutan
pernakmuran bumi dan kelangsungan hidup 8 .
18
Diantara tabiat manusia yang Jain adalah bahwa manusia senang
mengumpulkan harta sehingga saking cintanya kadang-kadang
mengeluarkannya dari batas kewajaran, selain itu tabiat bumk adalah sifat kikir
dan ambisi. Dan tidak kalah bumknya dari tabiat bumk tersebut adalah cinta
keabadian, jika tidak dengan dirinya sendiri, mungkin melalui anak ketumnan
sesudahnya.
Betapapun tabiat tersebut, mempakan kebutuhan pemakmuran bumi
dan kesempurnaan ujian yang hams dijalani manusia. Tetapi tabiat-tabiat ini
betapapun hikmah penciptaannya apabila dibiarkan sendirian pasti akan
mendorong manusia untuk melampaui batas dan menolak hak, kemudian
mengambil sesuatu yang bukan haknya dan tidak mau menunaikan kewajiban.
3. Keadilan sebagai fondasi
Sesungguhnya pilar penyangga kebebasan ekonomi yang berdiri
diatas pemulian fitrah dan harkat manusia disempumakan dan ditentukan oleh
pilar penyangga yang lain yaitu keadilan. Keadilan dalam Islam bukan !ah
prinsip yang sekunder, ia adalah cikal bakal dan fondasi kokoh yang memasuki
semua ajaran dalam hokum Islam bempa aqidah, syar' ah, dan akhlak (moral)9.
Ketika Allah SWT memerintahkan tiga ha!, maka keadialan
mempakan ha! pertama yang disebutkan. Firman Allah:
19
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, .. " (an-Nahl: 90)
Ketika Allah memerintahkan dua ha!, maka keadilan merupakan salah
satu hal yang disebutkan. Firman Allah:
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan dengan adil. "(an-Nisa: 58).
Ketika Allah memerintahkan satu hal, maka keadilan merupakan hal
yang diperintahkan tersebut. Allah berfirman:
Artinya: "Katakanlah: "Tuhanku menyuruh met!Jalankan keadilan .. ". (alA'raf: 29).
Sesungguhnya tauhid sendiri yaitu inti Islam dan fondasi bangunannya
merupakan makna dari keadilan sebagaimana kemusyrikan adalah suatu bentuk
kezhaliman. Seperti firman Allah SWT :
20
Artinya: "Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berka/a kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (al-Lukman: 13)
Dari beberapa ayat di atas dapat di simpulkan, betapa pentingnya
sikap keadilan hingga sebagai fondasi dalam setiap prilaku manusia. Dan
apabila menghianati itu tindakan kezhaliman yang telah kita lakukan, kecaman
akan tindakan tersebut sangatlah di nilai ha! yang amat buruk dan dimurkai
oleh Allah SWT.
Rasa keadilan berdasarkan iman harus menyatakan ke luar detik hati
nurani yang paling mendalam. Keadilan imani itu terkait erat dengan ihsan,
yaitu keinginan berbuat baik untuk sesama manusia secarn semurni-muminya
dan setulus-tulusnya, karena kita betindak dihadapan Tuhan untuk menjadi
saksinya nanti. Dan adil juga terkait dengan sikap seimbang dan menengahi
(fair dealing), dalam semangat moderasi dan toleransi, yang dinyatakan dengan
istilah wasat (pertengahan)rn
Nilai keadilan bukan hanya sekedar sebagai penerapan hukum, akan
tetapi kata nilai menitik beratkan kepada rasa itu sendiri, hingga di terapkannya
sebagai bentuk formalitas atau hukum yaitu berupa akad yang disepakati
21
hingga nisba.h bagi hasil yang akan didapat oleh kedua belah pihak dalam
mudharabah.
B. Instrumen Keadilan dalam Ekonomi Islam
Tiap sistem ekonomi, menurut aiiran pemikiran dan agama tertentu,
memiliki nilai instrumental sendiri. Menurut Ahmad M. Saefuddin dalam
sistem kapitalis nilai instrumentalnya adalah persaingan sempuma, kebebasan
ke luar masuk pasar tanpa ristriksi, informasi dan bentuk pasar yang otomatis
monopolistiku Dalam sistem Maf}[is nilai instrumentalnya antara lain adalah
perencanaan ekonomi yang bersifat sentral dan mekanistik, pemilikan faktor
faktor produksi oleh kaum proletar secara kolektif Dalam sistem ekonomi
islam ada lima nilai instrumental yang strategis yang mempengaruhi tingkah
laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada
umumnya. Nilai-nilai instrumental tersebut adalah:
I. Zakat
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban
agama yang dibebaskan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu.
Banyak ha! dalam ajaran Islam yang menekankan pada nilai-nilai keadilan,
terutama yang berkaitan dengan aspek muamalah syar'iyah. Diantara keadilan
itu adalah ajaran Islam tentang perlunya kepedulian sosial dari yang berpunya
(agniya) kepada yang tidak punya {masakin), yaitu menggunakan instrumen
zakat.
22
Zakat merupakan instrumen ekonomi yang diperuntukkan sebagai
pengurang kesenjangan ekonomi yang te1jadi di masyarakat. Secara khusus
zakat dalam pendistribusiannya diutamakan kepada mereka yang serba
kekurangan di dalam harta.
2. Pelarangan riba
Pelarang ini menunjukkan bahwasanya adanya suatu penegakan
keadilan dalam bermuamalah, hingga tidak adanya yang terzalimi dalam
melaksanakan aktivitas kegiatan ekonomi. Pengecaman dan pengharaman final
atas riba dalam AL Quran keadilan terhadap orang-orang yang secara ekonomi
tidak beruntung dalam masyarakat dalam memberikan bantuan tanpa harus
menambah penderiataan kembali n Hingga, bank maupun lembaga lainnya
yang mempunyai peran besar dalam sistem perekonomian dalam
mengalokasikan sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat
dengan melaksanakan sistem tanpa riba memberikan agar memberikan
kemudahan dalam pengembangan sektor ekonomi.
3. Kerjasama Ekonomi
Kerjasama merupakan watak masyarakat ekonomi menurut ajaran
Islam. Kerjasama ini harus tercermin dalam segala tingkat kegiatan ekonomi,
produksi, distribusi baik barang mapun jasa. Diantaranya pembiayaan usaha
perdagangan itu berdasarkan cost plus, yakni biaya yang dikeluarkan dalam
proses perdagangan barang itu ditambah dengan sejumlah keuntungan yang
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bakn dan pengusaha pedagang yang
23
bersangkutan. Baik mudharabah maupun musyrakah didasarkan profit-loss
sharing tanpa pembebanan bunga kepada salah satu pihak yang bekerjasama.
Ajaran dalam sistem ekonomi Islam tersebut akan dapat, menciptakan
kerja produktif dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, meningkatkan
kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan masyarakat, mencegah penindasan
ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata, dan melindungi
kepentingan golongan ekonomi lemah.
Ekonomi berdasarkan kerjasama yang sesuai dengan ajaran Islam ini,
menghendaki organisasi pelaksanaan berbentuk syarikat atau syarikah, yang
kuat membantu yang lemah dan saling membantu dalam pertukan barang dan
jasa karena masing-masing tidak dapat berdiri sendiri.
4. Jamin an sosial
Peningkatan kualitas hidup haruslah dapat dirasakan oleh segenap
masyarakat, diantaranya adalah; manfaat sumber-sumber alam harus dapat
dinikmati oleh semua makhluk Allah, kehidupan fakir miskin harus
diperhatikan oleh masyarakat, terutama mereka yang punya, kekayaan tidak
boleh dinikmati dan hanya berputar diantara orang kaya sa.ia, berbuat kebaikan
kepada masyarakat, sebagaimana Allah swt telah berbuat baik kepada mu (Q.S.
28:77) antara lain menyediakan sumber-sumber alam itu., seorang muslim
yang tidak mempunyai kekayaan, harus mau dan menyumbangkan tenaganya
untuk tujuan-tujuan sosial, jaminan sosial itu harus diberikan, sekurang
kurangnya kepada mereka yang disebutkan dalam AL Quran sebagai pihak
5. Peranan negara
' '
24
Peranan negara pada umumnya, pemerintah pada khususnya sangat
menentukan dalam melaksanakan nilai-nilai sistem ekonomi Islam. Peranan ini
diperlukan dalam aspek hukum, perencanaan dan pengawasan alokasi atau
distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan pendapatan dan kekayaan serta
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi 13
C. Mudharabah dalam konsep fiqih
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata darb, artinya memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adala.h proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Secara tekuis, al mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak Jainnya menjadi pengelola, dalam bahasa singkatnya
yaitu persetujuan kongsi antara harta salah satu pihak dengan kerja dari pihak
lain. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
di tuangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
25
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka
si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut14.
2. Pembagian Mudharabah
Sacara umum mudharanah terbagi menjadi dua, yaitu: mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shohibul
maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih
ulama salaf ash shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al ma syi' ta
(lakukanlah sesukamu) dari shahibul maa/ ke mudharib yang memberi
kekuasaan sang at besar15.
b. Mudaharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/ specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan
umum si shahibul maal dalam memasukijenis usaha16.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
14 Adiwannan Karim, Bank Syaria11 Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: IlIT Tnr1l\np..ci~ ?000\ h 1 ".t'\
26
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
b. Obyek mudharabah (modal dan kerja)
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
d. Nisbah keuntungan17
Pelaku. Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan
rukun dalam akad jual beli di tambah satu faktor tambahan, yakni nisbah
keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad
mudharabah, harus ada minimal dua pelaku, pemilik modal dan pelaksana
usaha.
Objek. Faktor kedua (obyek mudharabah) mernpakan konskuensi
logis dari tindakan yang dilakukan oleh mudharabah, sedangkan pelaksana
usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang
diserahkan bias berbentuk uang atau barang yang di rinci btrrapa nilai uangnya.
Sedangkan kerja yang di serahkan bias berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad
mudaharabah pun tidak akan ada.
Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal mudharabah
berbentuk barang. Ia harus uang tunaikarena barang tidak dapat dipastikan
taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal
mudharabah. Namun para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai
27
barang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib
dan shahibul maal.
Yang jelas tidak boleh adalah modal mudharabah yang belum di setor,
para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa
adanya setoran modal, berarti shahibuJ maal tidak memberikan kontribusi apa
pun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi'I dan Maliki melarang
ha! itu karena merusak sahnya akad.
Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak,
merupakan konskuensi dan perinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela).
Disini kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin
minkum (sama-sama rela. di sini kedua belah pihak harus secara rela
bersepakat untuk mengingatkan dari dalam akad mudharabah. Si pemilik dana
setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana
usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.
Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun
yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli.
Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,
sedangkan shahib al-ma! mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua
belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Pengertian syarat dalam Al Mudharabah adalah syarat-syarat yang
ditetapkan salah satu pihak yang mengadakan kerjasama berkaitan dengan
Mudharabah. Syarat dalam Al Mudharabah ini ada dua:
1. Syarat yang shahih (dibenarkan) yaitu syarat yang tidak menyelisihi tuntutan
akad dan tidak pula maksudnya serta memiliki maslahat untuk akad tersebut.
Contohnya Pemilik modal mensyaratkan kepada pengelola tidak membawa
pergi harta tersebut keluar negeri atau membawanya keluar negeri atau
melakukan perniagaannya khusus dinegeri tertentu atau jenis tertentu yang
gampang didapatkan. Maka syarat-syarat ini dibenarkan menurut kesepakatan
para ulama dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan tidak
menyelisihi tuntutan dan maksud akad perjanjian mudharabah.
2. Syarat yang fasad (tidak benar). Syarat ini terbagi tiga:
• Syarat yang meniadakan tuntutan konsekuensi akad, seperti mensyaratkan
tidak membeli sesuatu atau tidak menjual sesuatu atau tidak: menjual kecuali
dengan harga modal atau dibawah modalnya. Syarat in:i disepakati ketidak
benarannya, karena menyelisihi tuntutan dan maksud akad kerja sama yaitu
mencari keuntungan.
• Syarat yang bukan dari kemaslahatan dan tuntutan akad, seperti
mensyaratkan kepada pengelola untuk memberikan A.fudharabah kepadanya
dari harta yang Jainnya.
• Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan se:perti mensyaratkan
I
"
29
keuntungan satu dari dua usaha yang dikelola, keuntungan usaha ini untuk
pemilik modal dan yang satunya untuk pengelola atau menentukan nilai
satuan uang tertentu sebagai keuntungan. Syarat ini disepakati kerusakannya
karena mengakibatkan keuntungan yang tidak jelas dari salah satu pihak
atau malah tidak dapat keuntungan sama sekali. Sehingga akadnya batal18.
A. Landasan Hukum
Secara umum landasan dasar syariah al mudharabah l1ebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dari a.yat-ayat dan hadits
berikut ini:
I. AL Quran
Artinya: "... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT .. " (Q.S. Al Muzammil: 20)
Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari Q.S. Muzammil: 20 adalah
kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah, dimana berarti
melakukan suatu perjalanan usal1a.
Artinya: "apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karuniaAllah SWT" (Q.S.AI Jumuah: 10)
-< • . '.'.ll...;.J I .• ii . l lb. <',_,b . . I r"'j (.)A -"'"'· u c: . ('". U":I'
30
Artinya: "Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu." (Q.S. Al Baqarah: 198)
2. Al Hadits
Artinya: "Diriwayatkan dari Jbmt Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli temak. Jika menyalahi peraturan tersebut, mal<a yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun memperbolehkannya. " (H. R Thabrani).
3. Ijma'
Imam Zailai, dalam kitabnya Nasbu ar Rayah ( 4/13), telah
menyatakan bahwa para shahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi
pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para shahabat ini
sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam .kitab Al Amwal
(454)19.
4. Undang-undang
Pasal 19 ayat 2 huruf c, menyalurkan pembiayaan bagi hasil
berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, atau akad Jain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
31
Pasal 36 hurufb poin kedua PBI No 6/24/PBI/2004 berisikan tentang
bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
yang intinya menyatakan bahwa bank wajib melaksanakan prinsip syaiiah
dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usah:anya yang meliputi
penyaluran dana melalui prinsip bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah20.
D. Mudharabah sebagai sarana perwujudan keadilan dalam ekonomi Islam
Dengan demikian keadilan dalam kemitraan usaha mengandung
implikasi bahwa saham proporsional dalam laba hams merefleksikan
kontribusi yang diberikan kepada usaha oleh modal mereka baik berupa
keahlian, waktu, kemampuan manajemen, kemauan baik, dan kontrak, serta
kerugian juga hams dirasakan bersama sesuai proporsi modal dan tuntutan
tuntutan lain yang timbul akibat usaha tersebut. Dalam sebuah sistem
perekonomian dengan perbedaan-perbedaan kekayaan yang begitu substansial,
dan pemberian pinjaman modal yang menginginkan keuntungan tanpa terlibat
resiko bisnis, adalah irrasional untuk dapat memberikan pinjaman kepada
orang miskin sama banyaknya seperti halnya yang diberikan kepada orang
orang kaya, atau mengulurkan pinjaman sama banyaknya karena persyaratan
yang sama bagi keduanya, seperti tingkat suku bunga yang sama atau bahkan
lebih tinggi kepada pengusaha kecil daripada yang dikenakan kepada
pengusaha besar, dan keharusan memiliki kolateral Gaminan) dengan nilai
yang lebih tinggi dari pinjaman modal dengan mengabaikan kenyataan apakah
i
'
32
mereka akan menghasilkan keuntungan di atas rata-rata dari investasi modal
mereka. Hal ini merupakan preseden buruk bagi masyarakat karena akan
mengakibatkan pemihakan kepada satu kelas sosial tertentu saja, dan
menimbulkan kegagalan masyarakat dalam memanfaatkan bakat wirausahanya
secara maksimal.
Penggunaan sistem kemitraan bagi basil berdasarkan Syariah
diharapkan mampu menanggulangi permasalahan modal dan peluang usaha
yang terjadi selama ini karena akan menyuburkan kemampuan wirausaha di
kalangan anggota masyarakat yang lemah dari sisi permodalan, sehingga usaha
kecil dan mikro mampu menyumbang kepada output, Japangan pekerjaan, dan
distribusi pendapatan. Dengan adanya penanggungan resiko dan keuntungan
bersama oleh lembaga keuangan akan mengurangi beban pengusaha pada saat-
saat sulit dan mengganti membayar Jebih tinggi pada masa-masa untung, dan
lembaga keuangan bersedia menanggung resiko usalia tanpa mengurangi
kekuatan finansialnya, karena terbangunnya sistem pencadangan pengganti
kerugian (loss-offsetting reserves). (Q. S. al-Ma'idah: 2)
Artinya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran ".
Pembagian nisbah keuntungan pada kontrak mudharabah disyaratkan bahwa
bagi basil harus seadil-adilnya dan berdasarkan atas kesepakatan
1__ -r-..~- __ 1 __ ~1 ___ ~1 ___________ _._ ______ .~_L_..J_t_L.
33
a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam prosentase dari keuntungan
yang mungkin dihasilkan. Tidak boleh pembagian hasil keuntungan dengan
menyebut jumlah nominal uang.
b. Kesepakatan ratio prosentase harus dicapai melalui neg;osiasi antara pihak
yang berkongsi clan dinyatakan dalam kontrak kerja.
Dalam pembagian prosentase hasil usaha tidaklah harus sama, namun
berdasarkan kesepakatan bersama clan harus jelas besar kecilnya nisbah.
Karena tujuan diadakan kontrak kerja adalah memperoleh keuntungan. Maka
jika salah satu pihak yang berkontrak tidak mengetahui besarnya nisbah
keuntungan yang dia peroleh maka kontrak tersebut tidak :;ah menurut syara'.
Demikian pula jika salah satu pihak mensyaratkan bahwa jika terjadi kerugian
pada usaha, maka akan ditanggung oleh mudharib, akad s•eperti ini tidak sah.
Karena pada hakekatnya kerugian yang teradi pada akad mudharabah adalah
dianggap sebagian dari berkurangnya modal. Oleh karena itu kerugian materi
hanya ditanggung oleh pihak pemodal bukan mudharib21.
E. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah
Sejauh ini, skema mudharabah yang berlaku antar dua pihak saja
secara langsung, yakni shohibul al-maal berhun-bungan langsung dengan
muharib. Skema ini adalah skema standar yang dapat dijumpai dalam kitab
kitab klasik Islam. Dan inilah yang sesungguhnya prak""tik mudharabah yang
34
dilakukan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya. Dalam
kasus ini, yang terjadi adalah investasi langsung (direct .financing) antara
shahib al-ma! (sebagai surplus unit) dengan mudharib (s,ebagai di.ficit unit).
Dalam direct financing seperti ini, peran bank sebagai lembaga perantara
(intermediary) tidak ada.
Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa
biasa hubungan anatara shahib al-mal dengan mudharib merupakan hubungan
personal dan langsung serta dilandasi oleh rasa sating percaya (amanah).
Shahib al-ma/ hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal
dengan baik-profesionalitas maupun karaktemya.
Modus mudharabah seperti ini tidak efesien lagi dan kecil
kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hat.
1. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, dimana mereka tidak
saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang
langsung dan personal.
2. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar,
sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib al-mat untuk sama
sama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu.
3. Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank
memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya.
Untuk mengatasi ha! diatas, khususnya masalah pertama dan kedua,
35
yakni mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini
diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan
shahib al-ma! dengan mudharib. Jadi terjadi evolusi dari konsep direct
financing menjadi direct indirect financing. Hal ini diperlihatkan dalam gambar
berikut.
Mudharib
(pelaksana usaha)
Mudharib Bagi hasil
(pelaksana usaha)
Rp Rp
Bagi hasil
Shahibul al-Maal
(pemilik dana)
-------
-Bank Syariah Bagi hasil Shahibul al-Maal
(lntermediasi keuangan)
(pemilik dana)
Dalam skema inderect financing diatas, bank menerima dana dari
shahib al-ma! dalam bentuk dana pihak ketiga (DP-3) sebagai sumber dananya.
Dana-dana ini dapat berbentuk tabungan atau simpanan deposito mudharabah
dengan waktu yang bervariasi. Selanjutnya, dana-dana yang sudah terkumpul
ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan
36
pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan anatara bank dengan pemilik DP-
322_
A Sistem Proporsi Nisbah Bagi Hasil
Mudharabah sebagai sebuah kegiatan kerjasama ekonomi antara dua
pihak mempunyai beberapa ketentuan-ketentuan yang hams dipenuhi dalam
rangka mengikuti jalinan kerjasama tersebut dalam kerangka hukum. Menurut
mazhab Hanafi dalam kaitannya dengan kontrak tersebut unsure yang paling
mendasar adalah ijab dan qabul (offer and acceptance), artinya bersesuaiannya
keinginan dan maksud dari dua pihak tersebut untuk menjalin ikatan kerjasama
(Nyazee,1997). Namun beberapa mazhab lain, seperti Syafi'I mengajukan
beberapa unsur mudharabah yang tidak hanya adanya ijab dan qabul saja, tetapi
juga adanya dua pihak, adanya kerja, adanya laba dan adanya modal (AI
Ramli, vol. V).
Dalam pembiayaan ID!Jdharabah (bagi basil) ada beberapa ha.I yang
perlu diperhatiakn oleh kedua belah pihak, yaitu; (1) nisbah bagi hasil yang
disepakati; (2) tingkat keuntungan bisnis aktual yang di dapat. Oleh karena itu,
bank sebagai pihak yang memiliki dana melaknkan perhitungan nisbah yang
ingin dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi
hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati
bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk
menentukan nisbah bagi hasil, perlu di perhatikan aspek-aspek: data usaha,
37
kemampuan angsuran, basil usaba yang di jalankan atau tingkat return actual
bisnis, tingkat return yang dibarapkan, nisbab pembiayaan dan distribusi
pembagian basil.
Penentuan bagi basil dibuat sesuai dengan jenis pembiayaan mudbarabab yang
dipilib. Ada dua jenis pembiayaan mudharabah, yairu: (1) pembiayaan
mudbarabah mutlaqab dan (2) pembiayaan mudharabab muqayyadab23•
1. Nisbab bagi basil pembiayaan mudbarabab mutlaqab
Pembiayaan mudbarabab mutlaqah adalah pembiayaan yang
dilakukan, dimana pemilik dana. tidak meminta syarat, kecuali syarat baku
untuk berlakuknya kontrak mudbarabab. Untuk ini, nisbah dibuat berdasarkan
metode expexted profit rate atau epr. Epected profit rate diperoleb berdasarkan:
(1) tingkat keuntungan rata-rata pada industry sejenis; (2) pertumbuhan
ekonomi; (3) dibitung dari nilai requiredprofit rate (rpr) yang berlaku di bank
bersangkutan;
Dengan demikian nisbab bagi basil dapat dibitung dengan rumus sebagai
berikut:
Nisbab bank
100%
Expected Profit Rate (ERP)
= ----~------------------------------------------------------------ x:
Ex:pected Return Bisnis yang di biayai (ERB)
Nisbab Nasabbab = 100% - Nisbab Bank
Aktual return bank = nisbah bank + actual return bisnis
Contoh:
38
Di ketahui data ekonomi sebagai berikut: tingkat return bisnis jual beli
sepeda motor adalah sebebar 7%. Dari tingkat return bisnis tersebut, bank
syariah mentargetkan keuntungannya sebesar 3 %. Dengan demikian,
nisbah bank dan nisbah untuk nasabah dapat dicari , dengan cara, sebagai
berikut:
EPR
Nisbah bank = -------- x 100%, jadi
ERB
3%
Nisbah bank= -------- x 100% = 42,86%
7%
Nisbah nasabah = 100% - 42,86% = 57, 14%
Rasio nisbah bank dengan nasabah adalah 42,86%: 57,14%
Setelah perhitungan nisbah di temukan, maka pihak bank akan
melaknkan tawar menawar nisbah dengan nasabah pembiayaan. Jika
nisbah tersebut disepakati, maka pembiayaan mudharabah yang akan
dijalankan diikat dengan nisbah pembagian keuntungan bisnis actual
dengan porsi nisbah antara bank dengan nasabah 42,86% banding 57,14%
2. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah muqayyah
Suatu ketika bank syariah mendapatkan nasabah yang menghendaki
39
nasabah menuntut adanya nisbah yang sebanding dengan situasi bisnis
tertentu. Dengan kata lain, pada kontrak pembiayaan mudharabah
muqayyadah pemilik dana menambah syarat di luar syarat kebiasaan
kontrak mudharabah.
Untuk menghitung nisbah bagi hasil pada pembiayaan mudharabah
muqayyadah dapat dihitung seperti kasus berikut:
Contoh; Seorang nasabah memiliki modal sebesar Rp. 125.000.000. modal
tersebut akan dibiayakan kepada nasabah penjuat kacang kedelai. Data-data
yang terkait dengan jual kacang kedelai adala sebagai berikut:
Harga jual kacang kedelai
Harga jual kepada nasabah
diminta oleh pemilik dana muqayyadah)
Volume penjualan kedelai per bulan
Nilai penjualan ( 65. 000 x Rp 2.150)
Harga pokok pembelian
Laba bersih penjualan kedelai
Berapa Nisbah bagi hasilnya?
Penghitungan nisbah:
Volume penjualan
= Rp 2.150/kg
= setara 16% p.a (return yang
=65.000 kg
= Rp 139.750.000
= Rp 125.000.000
= Rp 14.750.000
= 65.000 kg
Profit margin (Rp 14.750.000/139.750.000) x 100% = 10,55%
Lama piutang (data 31-07-2003) = 65 hari
=? h~rl
40
Lama hutang dagang (pembayaran ke supplier & carry) = 0
Cash to cash periode = 36/(DI+DR-DP) = 5,4
Dengan demikian:
Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57%
Nisbah bank syariah: (16%)/(57%)x 100% = 28%
Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28% = 72 %
Rasio nisbah bank dengan nasabah adalah bank= 28% dan nasabah 72%24.
BABIIl
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA
A. Lintas sejarah Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada
saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanarn modal senilai Rp
106 miliar1.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terns dikembangkan2.
42
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal3.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara pm:itif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi
Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Banlc l\.1uamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara mumi4.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat
' '
43
kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi barn, (iv) peletakan landasan
usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama
di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhimya membawa Bank
kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki
tahw12004 dan seterusnya5.
B. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi terdiri yang
memberikan ciri khas organisasinya, sehingga berbeda dengan organisasi
lainnya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia terdiri dari
bagian-bagian berikut ini:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholder Meeting)
Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank uamalat Indonesia.
Tugasnya memimpin rapat pemegang saham serta mengawasi jalannya
kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia.
i,n
44
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioner)
Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai
pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka panjang
perusahaan.
Adapun tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:
a. Mengesahkan anggaran perusahaan
b. Menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan
c. Menetapkan arah tujuan perusahaan
d. Mengawasi jalannya perusahaan
3. Dewan Pengawas Syariah (Syariah Supen1isory Board)
Di dalam pasal 5 peraturan pemerintah RI No. 72/92 tentang bank
berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank berdasarkan prinsip
bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang mempunyai tugas
melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat agar berjalan sesuai
dengan prinsip syariah. .Dewan Pengawas Syariah dalam organisasi bank
bersifat indipenden dan terpisah dari pengus bank, hingga tidak mempunyai
akses terhadap oprasional bank.
Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan pedoman dan garis-garis besar syariah
b. Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak sesuai dengan syariah
! '" I
45
c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas pennasalah yang dihadapi
pihak eksekntif dan operasi
d. Memeriksa bukn laporan tahunan dan kesuaian syariah di semua produk dan
operasi selama tahun berjalan
e. Menerima penjelasan dari direksi dan aparat bank lainnya tentang hal-hal
yang ditanyakan
4. Operation Director
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan
khusus dalam bidang operasional, melaknkan koordinasi dan pembinaan
bawahan serta kegiatan operasional.
5. Administration Group
a. Melaknkan supervisi dan monitoring terhadap segenap kantor cabang atas
pelaksanaan atau jalannya operasional
b. Melaknkan konsolidasi terhadapa pembuatan dan monitoring laporan-
laporan bulanan keuangan bank dan menyampaikannya pada pihak interen
atau ekstem yang berkepentingan
c. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan rekrutmen dan seleksi calon
karyawan, proses terminasi atau pengunduran did karyawan serta
memonitor dan memelihara data base kepersonaliaan
d. Melaknkan proses dan administrasi pembiayaan karyawan, pembayaran gaji
serta pembayaran jamsostek dan pajak (PPh 21) seluruh karyawan serta
pengurus bank
46
e. Melakukan koordinasi dalam penyediaan sarana logistik dalam rangka
persiapan pembukaan dan pengembangan kantor cabang yang meliputi
jaringan komunikasi dan sarana penunjang operasional lainnya
f. Melakukan koordinasi terhadap pengelolaan sistem komunikasi data untuk
mendukung operasional online pusat pengolahan data keseluruhan cabang
Bank Mumalat Indonesia serta berkoordinasi dengan pihak eksteren.
6. Corporate Support Group
Ruang lingkup kerja:
a. Menyiapkan dan melaksanakan Legal Action atas kebijakan manajemen
b. Memberikau masukan dan penyusunan manual, produk, akad, dan
keputusan yang terkait dalam aspek hukum
c. Meningkatkan pengetahuan dalam positif masyaralcat tentang Bank
Muamalat Indonesia
d. Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia pada
emotional market
e. Meraih dukungan moril maupun materil dari stakeholder maupun new
ivestor
7. Internal Audit Group
Ruang ligkup kerja:
a. Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan, sumber daya
dan dana serta asset bank lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan audit
b. Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian intern
47
a. Merencanakan,menyusun dan membuat dan memperbaiki produk peraturan
atau kebijakan pribadi
b. Menyebarluaskan ketentuan pemerintah seperti SEBI, PP, Indang-undang
dan sejenisnya untuk bidang operasi bank
c. Sosialisasi dan implementasi prosedur yang telah dibuat clan direvisi
d. Memantau dan melakukan supervisi terhadap layanan dan operasi selindo,
sehingga kualitas layanan dan operasi dapat dipenuhi
e. Melakukan UAT atas produk atau program yang akan diluncurkan dan
disesuaikan dengan manual operasi yang dibuat.
9. Financing Support Group
Ruang lingkup kerja:
a. Financing Supervision
b. Shariah Financial Institution
c. Financing Product Development
10. Network and Alliance Group
Ruang lingkup kerja:
a. Network Alliance (POS, Da'i Muamalat, Pegadaian)
b. Share-E Gerai Optimizing
c. Virtual Banking Operations (Call Center and Card Center)
d. Memeriksa dan menilai kualitas kerja dalam melaksanakan tanggung jawab
yang telah dilaksanakan
e. Memnberikan sarana perbaikan baik untuk kecukupan dan efektifitas atau
48
f. Memberikan informasi dan sarana kepada manajemen mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan upaya menjadikan baik lebih maju
11. Business Development Group
Ruang lingkup kerja:
Marketing:
a. Membuat marketing plan dan marketing strategy sebagai guidance bagi
cabang
b. Bersama Financing dan Seattlement Group membuat target Lending dan
Revenue System dan Technology
c. Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung
operasional bank
Produk dan development:
a. Melakukan riset dan survei dan pengembangan produk
b. Melakukan review produk dan fitur produk
c. Merumuskan tariflayanan produk
C. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia
L produk penghimpunan dana
a. Shar-'e
Shar-'e adalah tabungan instan investasi syariah yang memadukan
kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat
dibeli dikantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000, langsung
dapat diperoleh satu paket kartu Shar' e dengan saldo .awal tabungan Rp
49
dapat dibeli dikantor pos.di investasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi
hasil kompetitif Tarik tunai bebas biaya do lebih dari 8.888 jaringan ATM
BCA/PRIMA dan ATM bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit
BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk
layanan otomatis eek saldo, informasi history transaksi, transper antar rekening
sampai dengan Rp 50 juta dan sebagai pembayaran).
b. Tabungan Ummat
Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di Counter
Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerni Muamalat yang
penarikannya dapat dilakukan di seluruh counter Bank Muamalt, ATM
Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.
Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit
di seluruh Merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah
memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan Bank atas dana tersebut.
c. Tabungan Arafah
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat
nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah
untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan
waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan faasilitas asuransi jiwa, Insya
Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Dengan keistimewaan tersebut,
nasabah Tabungan Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya
sendiri dengan setoran tetap setiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin
50
otomatis dapat berangkat. Tabungan Haji Arafah juga menjamin nasabah untuk
memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan ketentuan Departemen
Agama) dengan jumlah dana Rp 20 juta, karena Bank Muamalat telah on-line
dengan Siskohat Departemen Agama Republik Indonesia. Tabungan haji
Arafah memberikan keamanan lahir batin karena dana yang disimpan akan
dkelola secara Syari 'ah.
d. Deposito Mudharabah
Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan
Hukum dengan bagi basil yang menarik. Simapanan dana mayarakat akan
dikelola melalui pembiayaan sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga
memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12
bulan.
e. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan,
dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal Rp 2.000.000,- atau
senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat diperpanjang secara
otomatis dan dapat dipergnakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat
menarik setiap bulan.
f. Giro Wadia'ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
menariknya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan eek, bilyet, giro,
• 1 1_ 1 1 ~·
51
untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik
tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM jaringalll BCA/PRIMA dan
ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchent Debit BCA/PRTMAdan
fasilitas SalaMuamalat. (Phone banking 24 jam untuk layanan otomatis eek
saldo, informasi history transaksi, transfer anatar rekening samapai dengan Rp
50 juta dan berbagai pembayaran).
g. Dana Pensiun Muamalat
Dana pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia
minimal 18 tahun, atau sudah menikah., dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun
dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minmal Rp 20.000 per bulan dan
oembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat
atau dapat ditransfer dari Bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program
WASIAT UMMAT, dimana selama masa pesertaan, peserta dilindungi
asuransi jiwa sebesar nilai tertentudengan premi tertentu. Dengan asuransi ini,
keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan
sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun.
2. produk penanaman Dana (Investment Product)
a.konsep jual beli
1). Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuangan
yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama ma.sa perjanjian.
2). Salam
52
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana
pembayaran dilakukan dimuka, tunai.
3) Tstishna'
Adalah jual beli barang dimana Shani' (produsen) ditugaskan untuk
membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni' (peme:san). Istisna' sama
dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang hams dibuat atau
dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada
sistem pembayarannya yaitu Istishna' pembayaran dapat di awal, ditengah
atau di akhir pesanan.
b.Konsep Bagi Hasil
1). Musyarakah
Adalah kerjasama antar sua pihak atau lebih untuk suau usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan clan risiko akan ditanggung sesuai
kesepakatan.
2) Mudharabah
Adalah kerjasama antar Bank clan Mudharib (nasabah) yang
mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini
pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan modalnya kepada
pekerja/pedagang (Mudharib) untuk dikelola.
c.Konsep Sewa
l).Jjarah
53
Adalah perjanjian antara Bank (muqjjir) dengan nasabah (mustajir)
sebagai penyewa suatu barang milik Bank dan Bank mendapatkan imbalan
jasa atas barang yang disewakannya.
2) Ijarah untahia Bittamlik
Adalah perjanjian antara Bank (muajjir) dengan nasabah sebagai
oenyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa
sewa yang diperjanjiakan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak
opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
3.Produkjasa (Service Products)
a. Wakalah
Berarti menyerahkan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara
teknis Perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/kuasa dari
lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai
wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu
tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus
mengatasnamakan yang memberikan kuasa.
b. Kafalah
Merupakan jaminan yang meberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin.
' '
54
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan
pemindahan beban hutang dari mahil (orang yang berhutang) menjadi
tanggungan muhal 'alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjaom sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tes·~but memiliki nilai
ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sed1erhana rahn adalah
jaminan hutang atau gadai.
e. Qardh
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diterima kerµbali. Menurut teknis perbaknkan, qardh adalah pemberian
pinjaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
yang mendesak, seperti dana talangan dengan kreteria tertentu dan bukan
untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, pengembalian pinjaman ditentukan
dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman
tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilaknkan secara
angsuran atau sekalugus.
4. Jasa layanan (Services)
a.ATM
Layanan ATM 24 jam yang memudahkan n.asabah melakukan
55
pembayaran Akat-Infak-Sedekah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan
telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di Iebih dari
8.888 ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama, yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu
Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di 18.000 Iebih Merchant
Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah
dapat dilakukan transfer anatar Banlc.
b. SalaMuamalat
Merupakan layanan Phone Banking 24 jam dan call center yang
dapat diakses melalui nomor (021) 2511616, dan 0807 1 MUAMALAT.
Salamumalat memberikan kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan
dimanapun nasabah bersada untuk memperoleh informasi mengenai produk,
saldo dan informasi transaksi, serta mengubah PIN.
c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke
Iembaga pengelola ZIS Banlc Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS
lainnya yang bekerjasama dengan Banlc Muamalat, melalui kantor dan ATM
Muamalat di seluruh cabang Banlc Muamalat, dan nasabah dapat membayar
melalui layanan Salamuamalat
d. Jasa-jasa lain
Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya
kepada masyarakat luas, seperti transfer, Collection, Standing instruction,
56
D. Kinerja-kinerja Bank Muamalat Indonesia (2 tahun terakhir)
Pada tahun 2009, Bank Muamalat Indonesia telah melakukan
perkembangan dalam melebarkan sayap bisnisnya diantaranya: Membuka
cabang internasional pertama di Kuala, Lumpur, Malaysia. Tercatat sebagai
bank pertama dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia.
Melaksanakan pergantian manajemen pada bulan Juli 2009. Krisis finansial
global dampaknya mulai terasa pada bisnis perbankan, namun Bank Muamalat
tetap bertahan dengan pertumbuhan dan kinerja yang baik. Berdasarkan
laporan keuangan (audited), pada akhir 2009 total aset mern;apai Rp 16.027,18
miliar atau tumbuh 27,09%, yang berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK)
sebesar Rp 13.316,90 miliar dan disalurkan pada aktivitas P'embiayaan sebesar
Rp 11.428,01 miliar serta investasi syariah lainnya6•
Keberhasilan Bank Muamalat dalam melanjutkan tradisi pertumbuhan
bisnis merupakan capaian yang patut disyukuri. Pada tahun 2009, Aset Bank
Muamalat meningkat sebesar 27,09%. Hal ini didorong oleh pertumbuhan dana
pihak ketiga (DPK) Bank Muamalat yang tumbuh 32,19% dari Rp 10.073,96
miliar menjadi Rp 13.316,90 miliar7. Peningkatan DPK tersebut dapat
meminimalisasi risiko likuiditas yang dirasa cukup berat pada akhir 2008
sampai dengan awal 2009.
1. Laba Usaha
Laba operasional mengalami penurunan sebesar 73,82% pada tahun
2009, dari Rp 300,69 miliar tahun 2008 menjadi Rp 78, 71 miliar. Penurunan
57
ini merupakan konsekuensi logis dari meningkatnya beban operasional akibat
ekspansi bisnis dan beban pencadangan. Pada saat yang sama, peningkatan
pendapatan belum dapat mengikuti pertumbuhan beban operasional karena
pembiayaan relatif tidak terlalu banyak meningkat. Sementara laba sebelum
pajak tahun 2009 diperoleh sebesar Rp 64, 76 miliar, turun 78,03 %
dibandingkan posisi tahun 2008 yang tercatat Rp 294,80 miliar8.
2. Pembiayaan
Secara umum strategi pembiayaan tahun 2009 lebih diarahkan pada
perbaikan kualitas daripada upaya ekspansi. Strategi ini untuk mengantisipasi
berbagai ketidakpastian yang muncul akibat situasi ekonom~ yang sepenuhnya
belum kondusif. Pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko
tinggi. Kebijakan untuk menurunkan FDR juga merupakan alasan Iain untuk
tidak terlalu ditumbuhkannya pembiayaan.
Pembiayaan terhadap pasar domestik diharapkan menjadi penopang
per-tumbuhan pembiayaan, karena pasar global masih berisiko. Dengan strategi
di atas, pembiayaan mampu tumbuh 8,66% atau meningkat dari Rp 10.517,86
miliar menjadi Rp 11.428,01 miliar. FDR juga bediasil diturunkan dari
104.41% menjadi 85.82%9.
3. Pembiayaan Bagi Hasil
Pembiayaan mudharabah tercatat Rp 1.398,86 miliar atau turun
28,01% dibanding posisi tahun 2008 yang sebesar Rp 1.943,16 miliar dan
berkontribusi terhadap 12.24% total pembiayaan. Penurunan ini didorong oleh
58
turunnya pembiayaan pada sektor jasa dan usaha. Pembiayaan pada sektor ini
turun 27,51% dari Rp 1.647,49 miliar menjadi Rp 1.194,31 miliar pada tahun
2009. Sektor jasa dan usaha berkontribusi 85,38% terhadap total pembiayaan
mudharabah. Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan tahun 2009 didominasi
oleh pembiayaan musyarakah yang mencapai Rp 4.602,19 miliar atau naik
49,54% dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 3.077,60 miliar.
Peningkatan pembiayaan musyarakah ini didorong oleh pertumbuhan
yang cukup besar pada sektor ekonomi jasa dan usaha. Pembiayaan
musyarakah pada sektor ini meningkat dari Rp 1.436,69 miliar menjadi Rp
2.003,90 miliar atau naik 39,48%. Sektor jasa dan usaha berkontribusi cukup
besar terhadap total pembiayaan musyarakah yakni sebesar 43,54%. Selain itu,
sektor transportasi pun memiliki pertumbuhan yang cukup besar, yaitu dari Rp
152,26 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 621,55 miliar atau meningkat lebih
dari 308,21%10.
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) lebih besar
daripada piutang jual beli. Hal ini mencermink:an adanya semangat untuk
menumbuhkan pembiayaan dengan skema profit-sharing yang dianggap
memberikan benefit Jebih besar terhadap pembangunan ekonomi dan
masyarakat karena lebih mengedepankan prinsip keadilan dan kesetaraan.
4. Dana pihak ketiga
Pertumbuhan DPK sebesar 32,19%, berimplikasi pada meningkatnya
distribusi bagi hasil kepada nasabah yang dilaporkan naik 59,39% dari Rp
60
bahwa Bank Muamalat tidak hanya mementingkan pertumbuhan DPK, tetapi
juga memiliki perhatian terhadap pengelolaan dan risiko likuiditas.
Kenaikan deposito juga diikuti dengan peningkatan tabungan dari sisi
saldo dan jumlah rekening. Peningkatan saldonya sebesar Rp 570,90 miliar
atau naik 14,56% dari Rp 3.921,30 miliar menjadi Rp 4.492,19 miliar.
Penambahan saldo tabungan didorong oleh bertambahnya Tabungan Ummat
dan Shar-e. Tabungan Umat meningkat dari Rp 2.126,21 miliar pada tahun
2008 menjadi Rp 2.299,12 miliar atau naik 8,13%. Tabungan Ummat menjadi
salah satu produk andalan yang diarahkan untuk mengakomodasi kebutuhan
masyarakat pada level middle-up. Produk ini menunjukkan pertumbuhan yang
sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Karena produknya inovatif serta
didukung oleh promosi yang efektif dan tepat sasaran,. maka tabungan ini
menjadi salah satu produk unggulan. Secara persentase, Tabungan Shar-e
menunjukkan pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan mencapai 22,37% pada
tahun 2009 menjadi Rp 1.962,68 miliar.
Kenaikan saldo diikuti dengan meningkatnya jwnlah rekening dari
1,98 juta menjadi 2,41 juta rekening pada akhir tahun 2009. Berbeda dengan
Tabungan Ummat, produk Shar-e dirancang untuk segmerntasi masyarakat yang
ingin mengakses Bank Muamalat secara Iebih mudah. Berdasarkan komposisi,
jumlah tabungan sebesar Rp 4.492,19 miliar terdiri dari Tabungan Ummat
51,18%, Shar-e 43,69% dan tabungan lain 5,13%. Peningkatan yang cukup
signifikan ditunjukkan oleh pertumbuhan giro yang mencapai 57,52%,
61
meningkat dari Rp 754,48 miliar tahun 2008 menjadi Rp 1.188,44 miliar pada
tahun 2009.
Kenaikan ini sangat terkait dengan kemampuan untuk
mengoptimalkan nasabah pembiayaan dengan penekanan pola closed loop
da!am pembiayaan. Meski kontribusi terhadap total DPK relatif kecil, dengan
pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2009, maka giro menjadi sumber
pendanaan yang akan terns dioptimalkan.
5. Hasil Operasi
Hasil operasi yang diraih pada tahun 2009 adalah hasil dari kebijakan
manajemen yang bermuara pada 4 strategi utama. Pertama, pertumbuhan aset
didorong dengan mengakselerasi pettumbuhan DPK. Hal ini berimplikasi pada
meningkatnya distribusi bagi basil kepada nasabah. Kedua, pengembangan
jaringan yang didukung dengan penguatan sistem teknologi informasi
menimbulkan konsekuensi terhadap peningkatan biaya operasional. Ketiga,
kebijakan pencadangan sebagai upaya untuk mengantisipasi risiko pembiayaan
terkait dengan masih belum kondusifnya kondisi ekonomi. Keempat,
penguatan dan pengembangan organisasi untuk merespon tantangan ke depan
yang diyakini akan semakin dinamis.
Pendapatan operasi utama pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp
1.517, 15 miliar atau meningkat 14,86% dibanding tahun 2008 sebesar Rp
1.320,91 miliar. Peningkatan terutama didorong oleh meningkatnya pendapatan
dari piutang jual beli yang dilaporkan meningkat 9,28% clari Rp 596,33 miliar
62
tahun 2008 menjadi Rp 651,70 miliar. Pendapatan murabahah memberikan
kontribusi 42,96% terhadap pendapatan operasi utama 11.
Pendapatan musyarakah dan mudharabah memiliki kontribusi terbesar
terhadap pembentukan pendapatan operasi utama mencapai 47,24%.
Pendapatan ini tercatat Rp 716, 74 miliar atau meningkat 9,40% dibanding
tahun 2008 sebesar Rp 655,18 miliar. Pendapatan ijarah menunjukkan
pertumbuhan tertinggi pada tahun 2009 mencapai 108,61%, tumbuh dari Rp
28, 70 miliar menjadi Rp 59,86 miliar, walaupun pendapatan ijarah ini hanya
menyumbangkan 3,95% terhadap pendapatan operasi utama. Pendapatan dari
surat berharga juga menuajukkan pertumbuhan yang positif mencapai
118,29%, meningkat dari Rp 40, 70 miliar menjadi Rp 8R.85 miliar pada tahun
2009. Peningkatan yang cukup tinggi ini merupakan implikasi dari peningkatan
DPK yang cukup signifikan. Pada saat yang sama, pembiayaan relatif tidak
terlalu bertumbuh, sehingga memperbesar komposisi suratberharga dalam
neraca Bank.
Pendapatan operasi lainnya (fee based income) menunjukkan
pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 57,11%, meningkat dari Rp 147,13
miliar menjadi Rp 231, 15 miliar. Fee based income didominasi oleh
pendapatan provisi dan komisi dari pembiayaan dan ja:sa administrasi serta
pengelolaan rekening. Bank Muamalat menarge;tkan untuk terns
mengoptimalkan penerimaan berbasis jasa. Dengan jumlah nasabah yang ada
saat ini, ada ruang untuk memperbesar kontribusi fee based income melalui
63
pengembangan produk dan layanan yang inovatif, maupun dengan menjalin
kerja sama dengan institusi lain untuk menyediakan beragam fasilitas yang
diperlukan oleh nasabah12.
6. Kualitas Pembiayaan
Situasi ekonomi awal tahun 2009 masih diliputi ketidakpastian,
terutama pasca merebaknya krisis keuangan global akhir tahun 2008. Situasi
ini dianggap akan memberikan tekanan pada pembiayaan bermasalah dan
kualitas aset secara umum. Bank Muamalat berhasil mempertahankan tingkat
Non Performing Financing (NPF) yaitu tingkat pembiayaan bermasalah di
bawah level yang telah ditetapkan regulator sebesar 5%. NPFGross tercatat
4, 73% atau meningkat dibanding posisi tahun 2008 sebesar 4,33%, sedangkan
NPF-Net tercatat 4, 10%, meningkat dibandingkan posisii tahun 2008 sebesar
3,85%. Rencana kerja menurunkan posisi NPF ke level yang lebih rendah telah
disusun dengan melakukan perbaikan terhadap portofolio bermasalah.
Pembiayaan tetap dilakukan secara prudent dan akan. diarahkan pada sektor
yang relatif aman dan berisiko rendah B
BAB IV
PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DALAM PRIN:SIP KEADILAN
PADA BANK MUAMALAT INDONJi:SIA
A. Penerapan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia
Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Bank
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil
(keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan di muka. Pembiayaan
Mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan saldo
penyisihan penghapusan. Bank menetapkan penyi:;ihan penghapusan
berdasarkan penelaahan kuaJitas atas masing-masing saJdo pembiayaan.
Apabila sebagian pembiayaan l'viudharabah mengalami rugi sebelum
dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka mgi tersebut mengurangi
saldo pembiayaan Mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila
sebagian pembiayaan Mudharabah hilang setelah dimrnlainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut
diperhitungkan pada saat bagi hasil 1.
Rak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer merupakan
bagian bagi hasil milik pihak ketiga yang didasarkan pada prinsip mudharabah
mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh Bank d1~ngan menggunakan
sistem revenue sharing. Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil atas
65
pembiayaan yang diberikan dan dari aset produktif lainnya yang akan
dibagikan kepada nasabah penyimpan dana dan Bank, dihitung secara
proporsional sesuai dengan alokasi dana nasabah dan Bank yang dipakai dalam
pembiayaan yang diberikan dan aset produktif lainnya yang disalurkan. Dari
jumlah pendapatan marjin dan bagi hasil yang tersedia untuk nasabah tersebut
kemudian dibagihasilkan ke nasabah penabung dan deposan sebagai shahibul
maal dan Bank sebagai mudharib sesuai dengan porsi nfabah bagi hasil yang
telah disepakati bersama sebelumnya. Pendapatan margin dan bagi hasil atas
pembiayaan yang diberikan dan aset produktif lainnya yang memakai dana
Bank, seluruhnya menjadi milik Bank, termasuk pendapatan dari transaksi
Bank berbasis imbalan. Bagi hasil sukuk mudharabah subordinasi dibayarkan
setiap 3 bulan, dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang sukuk
sebesar 17, 17% dengan pendapatan yang diterima Bank dalam triwulan
terakhir sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan tr.iwulanan Bank yang
belum diaudit yang dipublikasikan oleh Bank. Pembayaran pendapatan bagi
basil kepada masing-masing pemegang sukuk akan dilakukan secara
proporsional sesuai dengan porsi kepemilikan yang dimiliki dibandingkan
denganjumlah pokok sukuk yang belum dibayar kembali.z.
Mudharabah sebagai salah satu produk pembiayaan yang dilaksanakan
oleh Bank Muamalat diterapkan sebagai berikut.
Mekanisme pembiayaan mudharabah
66
Mudharabah adalah akad ke1ja sama usaha antara dua pihak diamana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan modal 100 % sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib) dengan keuntungan dibagi menumt
kesepakatan dimuka dan apabila mgi ditanggung oleh pemilik modal. Berikut
adalah ketentuan dalam pelaksaan mudharabah:
1. Syarat dan mkun
a. Ada pemilik dana
b. Ada pengelola
c. Ada modal (uang/barang) yang dibayar tunai (tidak hutang)
d. Adaakad
e. Pemilik dana hams menyerahkan modal 100%
f Pemilik dana tidak boleh terlibat dalam manajemen
g. Ada kesepakatan nisbah/porsi bagi hasil
h. Ada usaha yang dibiayai dan halal
1. Risiko gaga! bukan kesalahan pengelola ditangung pe:milik dana
J. Ada jangka waktu kerjasama/batas yang disepakati
2. Proses pembiayaan
a. Permohonan nasabah
b. Data pendukung yang diperlukan:
1. Legalitas pribadi atau usaha
2. Laporan keuangan
3. Datajaminan
4 Pmvelrni r.H<h flmv
67
c. Analisa awal pejabat bank
1. Wawancara
2. Call visit (kunjungan lapangan)
3. Call report (laporan kunjungan)
d. Analisa lanjutan pejabat bank
1. Analisa keuangan
2. Analisa usaha I industri .
3. Analisa manajemen
4. Analisa yuridis usaha
5. Analisa karakter
6. Analisajaminan
e. Persetujuan pembiayaan (Credit Comitee Member)
£ Bila panitia pembiayaan setuju, maka pejabat bank membuat officer
letter (persetujuan Prinsip Bersyarat)
g. Bila nasabah setuju atas persyaratan didalam offic1~r latter, maka akan
dilanjutkan dengan pengikatan pembiayaan dan jaminan
h. Pencairan pembiayaan
1. Monitoring
J. Pelunasan
Itulah proses yang harus dilalui dalam pembiayaan mudharabah, baik
dari pengajuan hingga pelunas pada akhirnya3.
B. Penentuan Besarnya Nisbah Mudharabah
68
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
pibak berkontrak. Jadi, angka besaran nisbab ini muncul sebagai basil tawar
menawar antara sbahibul maal dengan mudbarib. Dengan demikian, angka nisbah
bervariasi, bisa 50:50, 50:40, 70:30, 80:20, bahkan 99: 1. Namun para abli fiqib
sepakat nisbab I 00:0 tidak diperbolehkan 4•
Akan tetapi di bank, tawar menawar nisbab antara pemilik modal (yakni
investor atau deposan) dengan bank banya terjadi bagi deposan/investor dengan
jumlab besar, karena mereka ini memiliki daya tawar yang rdatif tinggi. Kondisi
ini disebut sebagai special nisbab. Sedangkan untuk deposan kecil, biasanya
tawar-menawar tidak terjadi. Bank banya akan mencanturnkan nisbab yang
ditawarkan, setelab itu deposan boleb setuju atau tidak. Bila setuju ia akan
melanjutkan menabung. Bila tidak, ia dipersilahkan mencari bank syariab lain
yang menawarkan nisbah yang lebib menarik.
Untuk deposit maupun tabungan penentuan nisbab bagi basilnya sudab
ditentukan dimuka maka, bagi basil yang akan didapatkan berdasarkan
pendapatan dari basil keuntungan bagi basil secara keseluruban, penentuan
kisaran besarnya nisbab bagi basil yang diterapkan oleb Bank Muamalat adalab
tabel berikut:
PERKEMBANGAN TINGKAT BAGI BASIL BMI SELAMA TAHUN2009
JUMLAH Sep Oct Nov Dec HARIUSAHA 30 31 30 31 Deposito 1
51,00 51,00 51,00 51,00 BLN. VL.
69
Deposito 3 51,25 51,25 51,25 51,25
BLN. VL. Deposito 6
51,50 51,50 51,50 51,50 BLN. VL. Deposito 12 51,75 51,75 51,75 51,75 BLN. VL. TABUNGAN 22,00 22,00 22,00 22,00
Dalam menentukan nisbah bagi hasil mudharabah ada ha! yang patut di perhatikan
terlebih dahulu oleh bank, diantaranya:
1. Obyek bagi hasil yang diinginkan oleh bank!shahibul maal, apakah
menggunakan profit sharing, revenue sharing
2. Return on invesment/yield/hasil yang diinginkan bank dalam melakukan
penyaluran pembiayaan kepada nasabah
3. Berapa lama jangka waktu bank/shahibul maal berinvestasi dalam bentuk
penyaluran pembiayaan kepada nasabah
4. Kemampuan nasabah dalam ha! ini cash flow dari hasil usaha nasabah
5. Asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan proyeksi cash flow nasabah5.
C. Analisis dan Interpretasi Keadilan yang di Harapkan
AspekHukum
Keadilan sebagai kekuatan hukum, fairness, tidak selalu sama dan
perpaduan hukum dan moral. Adalah sebagai landasan teori yang sangat jelas
dalam menetapkan satu kesepakatan yang akan di buat pada pada nisbah bagi
hasil, hingga keadilan merupakan landasan dalam memberikan pertimbangan
dari berbagai pandangan yang akan memberikan nilai yang sangat pantas
sebagaimana yang di katakan oleh John Rawls, yang asali adalah sebagai
70
fairness hingga kesepakatan yang harus dibuat oleh bank adalah harus
seimbangnya hak setiap pihak yang didapatkan sebagai bentuk yang fairness.
Dan keadilan bukanlah sebuah tindakan moral belaka akan tetapi harus
diterapkan pada aplikasi mudharabah sebagai bentuk bagi hasil yang seimbang
dengan porsi yang didapatkan sesuai harapan dengan kesepakatan yang dibuat.
Dari sekian nilai keadilan yang disebutkan merupakan sebuah
padanan yang sangat penting dalam membuat suatu keputusan dalam
kesepakatan yang akan dibuat dalam kontrak nisbah oleh mudharib dan
shahibul maal sebagai landasan pembagian yang akan di dapatkan kemudian
hari.
Dalam menentukan besaran nisbah yang hams dibagi antara kedua
pihak, maka dibuatlah kesepakatan pada saat akad. Akan tetapi kesepakatan
tersebut dilihat <lulu maupun dianalisis oleh bank dalam segi bisnis yang
diajukan dan manajemen risikonya hingga bank dapat memperhitungkan dari
segala risiko yang akan timbul di kemudian hari. Maka, ketetapan pembagian
hasil itu sudah berdasarkan hitungan dan bukan berdasarkan hitungan antara
sebelah pihak, ha! membuat suatu ketidak seimbangarn dalam pembuatan
kesepakatan untuk sebuah transaksi yang akan disepakati, adanya unsur satu
pihak ini membuat minusnya nilai suatu keadilan yang harusnya diterapkan
dalam suatu akad atau perjanjian.
Walaupun sudah dihltung berdasarkan manajemcn risiko, akan tetapi
keterlibatan kedua belah pihak merupakan suatu unsur yang wajib dalam
71
adalah adanya negosiasi sebagai landasan berdirinya suatu kesepakatan kedua
belah pihak. Jadi terjadi kesepakatan yang diharapkan oleh kedua belah pihak
menjadikan suatu landasan yang sangat kuat yang terjalin menjadi suatu sikap
kontrak hingga terbentuknya masing-masing item.
Pada konsep keadilan sebagai fairness, memberikan gambaran titik
awalnya dari format kontrak yang di buat hams memberikan rasa keadilan
dengan adanya tawar menawar, dalam aitian adanya transparansi pada akad
kontrak yang dibuat hingga kedua belah pihak dan khususnya pengelola
(mudharib) lebih mengetahui proporsi hitungan bagian yang akan di bagikan,
dengan menggunakan sistem profit and loss shm·ing.
Hitungan dan nisbah yang biasanya telah ditentukan oleh pihak bank
dengan hitungan manajemen risiko yang telah diproses memberikan pilihan
kepada nasabah/pengelola (mudharib), memberikan sisi tawar yang tidak
begitu kuat dalam konsep keadilan sebagai fairness. Jika kita telaah pada sisi
deposito sebagaimana yang telah ada pada tabel diatas, dengan penentuan
nisbah mudharabah yang telah jelas ditentukan oleh pihak bank diawal
membuat nasabah tidak mempunyai daya tawar yang kuat yang dalam artian
pihak nasabah hanya mendapatkan keuntungan sesuai dengan analisa yang
telah dibuat, disinilah yang membuat suatu fairness tel ah terlupakan, disisi lain
fairness sebagai keadilan yang telah dilakukan oleh pihak bank.
Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu
dalam masyarakat dan dihadapkan hukum harus seimbang oleh keadilan
"'' i ',,
72
makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan haknya
sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu
pun harus terbebaskan dari eksploitasi individu lainnya6.
Dengan sistem yang berdasarkan "Profit and Loss Sharing System",
bank Islam memiliki kekuatan tersendiri yang berbeda dari sistem
konvensional. Perbedaan ini tanpak jelasa bahwa dalam sistem bagi hasil
terkandung dimensi keadilan dan pemerataan. Apabila me:rnjuk kepada strategi
kennggulan bersaing (competitive advantage-strategy), maka sistem bagi hasil
(profit and loss sharing) mernpakan strategi diferensisasi yang menjadi
kekuatan tersendiri bagi lembaga yang bersangkutan untuk memenangkan
persaingan yang kompetitif.
Berbeda dari itu, bank-bank konvensional dengan sistem bunga
memandang dan memberlakukan bahwa kekayaan yang dimiliki peminjam
menjadi jaminan atas pinjamannya. Apabila terjadi kerugian pada proyek yang
didanai, maka kekayaan peminjam modal akan disita menjadi hak milik
pemodal (bank). Sementara dalam bank Islam kelayakan usaha atau proyek
yang akan didanai itu menjadi jaminannya, sehingga keuntungan dan kerngian
akan ditanggung bersama 7.
Samuel L. Hayes, (1997) dari Harvard University, penulis buku
Isamic Law and Financial: Relegion, Risk, and Return memberikan komentar
yang sangat positif dan objektif atas keunggulan prinsip-prinsip bank syariah.
6 Mu1Ja11ll11ad syafi'i antonio, Bank Syariah dari Teori Ice Praktek (Jakarta: Gema Tn~nl Pr.p,.;:.;: ?001\ h!ll 1.:1
73
Ia mengkritisi masyarakat AS yang larut dalam bunga (riba), ia mencatat empat
hal pokok yang dijadikan konsiderasi dalam membangun sistem ekonomi
syariah.
"Pertama kontrak (akad) harus adil clan nyata, tak ada hubungan
bisnis yang hirarki. Kedua, tak adanya unsur spekulasi. "Ihey don't like
gamling'. Ketiga, tak adanya unsur bunga (riba). Keempat, adalah
pemakluman. Artinya, dalam hubungan bisnis ala Islami tak dikenal sistem
'penalti' bila rekanan bisnis memang benar-benar bangkrut."8.
Konsep syariah mengajarkan menyangga usaha secara bersama, baik
dalam membagi keuntungan atau sebaliknya menanggung kerugian. Anjuran
itu antara lain transparansi dalam membuat kontrak, penghargaan terhadap
waktu, amanah, bila ketiga syarat itu terpebuhi, model transaksi yang terjadi
bisa mencapai apa yang disebut dimuka kontrak yang menghasilkan kualitas
terbaik (the best quality).
Aspek Ekonomi
Dimulai dengan pembagian kerja yang dapat membangun kinerja
pada kegiatan clan pertumbuhan ekonomi clan terlaksananya keadilan yang
merata. Pertimbangan ini didasari oleh. Pertama, karena pembagian kerja
merupakan unsur yang paling khas ekonomi, pembagian kerja dengan bagi
hasil menjiwai setiap hubungan ekonomis antara para pelaku ekonomi dalam
pembangunan ekonomi syariah, dengan adanya masing-masing kedudukan
setiap hubungan perdagangan. Kedua, pembagian kerja adalab sebuab unsur
74
7 t
pokok dari pelaksanaan pasar yang memungki'Ukaif·pertumliuha~ ~kd~dmi.
Ketiga, dengan adanya kerjasama dengan menggunakan konsep bagi basil ini
sebagai motor pertumbuhan ekonomi atau sebab kemakrnuran sebuah negara
dan juga kemakmuran individu. Benar bahwa sebab langsung kemakmuran
negara ditentukan oleh produk dari tenaga kerja. Karena produktivitas tenaga
kerja disebabkan dan digalakkan oleh pembagian kerja juga merupakan mesin
dari ekonomi modem. Karena itu, berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi
dan bagi basil, dengan sendirinya juga berarti berbicara rnengenai pembagian
kerja.
Kerja sebagai hak milik "yang paling lihur dan tak boleh dilanggar",
maka kerja sama dengan hidup dan kebebasan yang menjadi hak setiap
individu maka, kerja adalah hak yang tidak bisa dicabut dari manusia, dan ·
pelanggaran atasnya dianggap sama dengan pelanggaran atas hak hidup dan
kebebasan. Dan ha! itu sebagai landasan dalam pembagian nisbah yang akan
didapat sesuai dengan kerja yang didapatkannya.
D. Relevansi Penerapan Nisbah Bagi Hasil Perbankan Syariah Terhadap
Perekonomian Islam
Perkembangan dari perbankan syariah dalam bentuk bagi basil
memberikan pilihan yang sangat baik dalam mengelola keuangan yang ingin di
share dalam bentuk kerjasama, pada prinsipnya implementasi pembiayaan bagi
basil mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia terletak pada prinsip
keadilan, baik keadilan sosial dan ekonomi maupun keadilan distribusi
75
Oleh karena itu, perlakuan untuic semua keluarga sama tanpa membedakan
yang kaya dan yang miskin, mereka semua sama dihadapan hukum, disamping
itu keadilan hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi dan keadilan
distribusi pendapatan.
Konsep keadilan ekonomi dalam Islam mengharuskan setiap orang
mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak orang lain, begitu juga dengan
kesenjangan dan kekayaan alam yang ada dalam masyarakat, belawanan
dengan semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan
sosial ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang
ditekankan Islam, diantaranya adalah dengan cara-cara berikut:
1. Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah, untuk bidang-bidang
tertentu.
2. Menjamin hak hak dan kesempatan bagi semua pihak untuk aktif dalam
proses ekonomi, baik produksi, distribusi, sirkulasi, maupun konsumsi.
3. Menjamin basic need fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) setiap
anggota masyarakat.
4. Melaksanakan amanah at-takaful al-ijtima'i atau social economic security
insurance dimana yang mampu menanggung yang tidak mampu.
Semua cara yang disebutkan diatas dapat terwujud jika semua
kalangan, baik pemerintah maupun dari pengusahanya mau bersatu
menjalankan kewajibannya dengan sesuai. Salah satunya adalah peranan bank
syariah dalam menyalurkan pembiayaan untuk pengusaha menengah ke bawah
76
Indonesia sebagai salah satu bank syariah yang area bisnisnya adalal1 usaha
menengah ke bawah atau usaha kecil
Secara proporsional, jumlah umat Islam yang merupakan 88% dari
keseluruhan bangsa Indonesia berada/terlibat di usaha menengah kebawah.
Mereka-mereka ini adalah kelompok masyarakat yang se:bagian darinya tidak
antusias untuk berhubungan dengan baik, karena pengaruh kepercayaan di
masalah riba dan non riba.
Usaha menengah ke bawah atau usalla kecil menduduki/mendominasi
pors1 terbesar dalam jumlah badan usaha, baik berbentuk badan hukum
maupun perorangan. Tetapi jauh dari sangat berperan dan memegang kendali
pada perokonomian nasional secara keseluruhan, meskipun dibeberapa bidang
tertentu (tetapi sangat terbatas) peran itu terasa adanya. Sebagian besar dari
problema yang dihadapi mereka adalah kekurangan modal (di samping
kekurangan keterampilan dan sebagainya).
Beranjak sebagai bank yang mempunyai area bisnisnya untuk usaha
menengah ke bawah, disinilah salah satu peranan Bank Muamalat untuk
meningkatkan ekonomi bangsa secara menyeluruh dan merata dengan
mengutamakan perekonomian pengusaha menengah ke bawah secara individu,
untuk menjangkau pengusaha bawah/kecil ini, Bank Muamalat harus
mendatangi mereka secara aktif
Pemberian kredit/pembiayaan kepada pengusaha kecil bukannya tidak
77
diperkirakan mancapai Rp. 2,5 triliun, total kredit mace:t di bank-bank yang
diperkirakan mencapai Rp. 2,5 triliun. Sekalipun seperti itu, untuk memenuhi
komitmennya dalam mengkhususkan pelayanan kepada usaha menengah dan
usaha kecil, manajemen Bank Muamalat hams berusaha keras dan secara
maksimal ke arah tersebut, yang pada akhimya berbuah manis sampai akhir
tahun 1992, Bank Muamalat tidak saja berhasil menyalurkan lebih dari 22%
pembiayaannya dalam bentuk KUK (salah satu progranm pemerintah dalam
meningkatkan taraf perekonomian pengusaha kecil), namun juga berhasil
menekan kredit macet pada tingkat no! persen. 9
Bank Muamalat Indonesia membuktikan membukukan pendapatan
operasi utama sebesar 27,09% dari Rp. 12.610,85 miliar di tahun 2008
mencapai Rp. 16.027,18 miliar. Peningkatan tersebut terutama berasal dari
peningkatan pendapatan piutang murabahah (transaksi jual beli) dan
pembiayaan bagi hasil (mudharabah), saldo piutang murabahah tercatat
meningkat sebesar 14,86 % daii 1.320,91 milyar pada tahun 2008 menjadi Rp
1. 517,16 pada tahun 2009rn
Disinilah Bank Muamalat memakuai peran penting dalam ikut serta
memajukan perekonomian bangsa yang berlandaskan Trilogi pembangunan,
antara lain dari pengarahan dana masyarakat dan pt:nyalurannya. Untuk
memperkuat aspek pemerataan, Bank Muamalat telah membuktiakan
78
keberpihakannya kepada pengusaha menengah ke bawah (dua dari tiga nasabah
yang di biayai adalah pengusaha menengah kebawah.)11
Selain dari segmen menengah kebawah pun, dalam sekor korprasi
yang memberikan kontribusi yang cukup besar pembiayaan pada sektor ini
telah menjangkau hampir seluruh wilayab di tanab air dengan fokus pada
beberapa sektor industri yaitu sektor energi dan pertan1bangan (pembangkit
listrik, 3asa-3asa migas, perusahaan dan kontraktor pertambangan),
perdagangan, manufaktur 3asa transportasi (pesawat udara carter dan
penumpang, carter kapal, tanker, tug - barges), jasa pendidikan, 3asa
telekomunikasi, dan lain-lain.
Pada tahun 2009, pembiayaan korporasi mengalami pertumbuhan
yang patut diapresiasi. Pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan
pembiayaan kepada nasabah lama dan baru dengan pola project financing,
contract financing, dan sindikasi (kredit). Pada tabun 2010, kebijakan
pembiayaan sektor korporasi akan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas,
sehingga pengembangan segmen korporasi ak:an banyalc dilakukan dengan pola
sindikasi, project financing, dan contract financing untuk berbagai sektor
industri dengan dukungan perusahaan sponsor dan pemberi kerja yang bonafid.
Dari segi penghimpunan dana, bisnis korporasi berhasil melebarkan sayap
dengan membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan Maret
2009. Pembukaan cabang di negeri jiran itu telah terbukti mampu menjaring
sumber dana luar negeri sebagai penyangga stabilitas struktur dana di Bank
79
Muamalat yang sebelumnya hanya berasal dari sumber dana dalam negeri
seperti lembaga pemerintah, perusahaan BUMN dan s.wasta, lembaga jasa
keuangan, asuransi syariah, serta organisasi masyarakat dan individu12.
Berkembangnya dalama berbagai sektor menanclakan besarnya peran
sistem bagi hasil yang memberikan implikasi perkembangan perbankan, baik
dari asset hingga kontribusi peningkatan sektor ekonomi. Maka nilai dasar dari
keadilan dalam nisbah dapat dilihat pada seberapa peran nilai yang ada dalam
kesepakatan kontrak yang dilaksanakan dan peran kedua belah pihak dalam
kontribusi untuk membangun pertumbuhan ekonomi.
A Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Memberikan yang terbaik memang kunci clari service yang cliinginkan
oleh pihak bank untuk setiap nasabahnya, clari clasar itulah suatu keaclilan harus
juga clilakukan untuk mencapai suatu kemakmuran bersama akan clicapai.
Maka:
1. Konsep keaclilan clalam ekonomi Islam merupakan ha! yang menclasar
clalam suatu nilai untuk mencapai ha! yang fair untuk setiap kalangan.
Keaclilan sebagai fairnes, yang merupakan gagasan yang menanclai bahwa
prinsip-prinsip keaclilan bagi struktur clasar manusia merupakan tujuan clasar
dari kesepakatan. Prinsip keaclilan merupakan hasil dari persetujuan clan
tawar-menawar yang fair. Karena itu, maka clapat clikaegorisasikan menjacli
clua bagian yaitu. Pertama, interpretasi atas situasi awal clan atas persoalan
pilihan yang acla, keclua, seperangkap prinsip-prinsip yang clisepakati.
Keaclilan mencaknp semua lini hingga penentuan nisbah muclharabah pun
harus menyertakan unsur keaclilan cliclalam akaclnya,, dengan melaknkan
pertimbangan dari kedua belah pihak shahibul maal (bank) dan mudharib
(nasabah) hingga terbentuknya akad dengan kontrak fair yang saling
menguntungkan kecluanya.
Mengetahui seberapa risiko yang akan dihadapi merupakan ha! yang paling
penting hingga dapat ditentukan hitungan-hitungan keuntungan yang
81
2. Suatu indikator dalam penetapan nisbah bagi basil mudharabah bisa
dikatakan adil bisa diimplementasikan dalam dua bentuk, yakni, pertama,
pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk persentase dari
keuntungan yang mungkin dihasilkan, tidak boleh pembagian basil
keuntungan dengan menyebut jumlah nominal uang. Kedua, kesepakatan
rasio persentase harus dicapai melalui negosiasi antara yang berkongsi dan
dinyatakan dalam bentuk kontrak kerja. Dalam penentuan nisbah haruslah di
sertakan kedua belah pihak yang bertransaksi dan memberikan perincian
yang akan didapatkan, hingga tidak adanya suatu kejanggalan yang akan
terjadi pada akhirnya. Selain itu mungkin yang dilakukan adalah
transparansi yang diberikan oleh bank adalah hal yang paling baik dalam
pembuatan kontrak oleh kedua belah pihak baik deposan yang kecil
sekalipun. Karena kesepatan yang dibuat membuahkan ketetapan hukum
yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak apapun konskuensinya hingga
clear segalanya.
3. Aplikasi penetapan nisbah bagi hasil di Bank Muamalat Indonesia sudah
ditentukan terlebih dahulu, dan bentuk penawaran pene:tapan tersebut hanya
terjadi pada pihak yang memiliki jumlah dana yang besar. Hal itu yang saya
pandang sebagai kekurangan yang hams dipenuhi dari sisi keadilan. Melihat
dari dalam teori keadilan yang melandaskan pembagian nisbah bagi basil
dengan kesetaraan hak yang sama, yaitu adanya kesamaan peran yang
ditimbulkan dari konskuensi penerapan yang menuju kepada sisi keadilan
82
dan dengan membagikan keuntungan sesuai dengan pertimbangan kerja atau
pengelola yang dilakukan oleh mudharib hingga proporsi keuntungan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Keterlibatan kedubelah pihak merupakan suatu unsur yang wajib
dalam kesepakatan yang akan dibentuk. Suatu keadilan dibuat sebelum menjadi
legal formal adalah adanya hitung-hitungan dan negosiasi sebagai landasan
kedua belah pihak. Jika pihak bank selama ini hanya memandang pemodal
yang besar sebagai ~pecial treadment, maka tidaklah harus dilupakan
bahwasanya pemodal kecil yang secara kolektif membantu dalam pembiayaan
sebagai dana pihak ketiga (DP-3) juga haruslah selayakuya diajak untuk
menegisasikan dalam pembagian bagi hasil yang disepakati.
B. Saran
Setiap akad yang dibuat yang berlandaskan keadilan akan
membuatkan kebaikan untuk setiap pihak, maka dari: ha! tersebut bank
seharusnya memberikan kesempatan kepada nasabah untuk mengetahui
perhitungan secara transparan baik nasabah atau deposan (mudharib) yang
kecil juga, hingga perbandingan yang diketahui membuahkan hasil saling
percaya yang lebih baik. Ataupun adanya suatu utusan Clari perwakilan DP-3
sebagai pemegang modal yang dipergunakan dalam akad mudharabah dalam
bentuk memberikan suatu peran dalam mengetahui pengelolaan dana, adanya
negosiasi yang sebagai bentuk aplikatif dari fairness dan dalam bentuk
pengembangan pembelajaran bisnis syariah yang lebih modem dengan
83
landasan keadilan yaitu tawazun, yaitu adanya saling kesamaan pada dasarnya,
dan apa yang dikatakan oleh John Raws adalah asali. Karena pada titiknya
awalnya posisi kita sama dan sama-sama membutuhkan dan juga saling ingin
membuka kerjasama yang lebih baik dan menimbulkan kepercayaan,
mengeratkan tali persaudaraan dengan adanya kerjasama tersebut dan
membuka keuntungan yang lebih baik pada akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UIPress, 1988.
Antonio, Muhammad Syafi'i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Chapra, M. Umer, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insan Press bekerjasama dengan Tazkia Institute, 2000.
Efferin, Suyoko, dkk, Motode Penelitian untuk Akuntansi, Malang: Bayumedia Publishing, 2004.
Friedmann, Legal Theory, London: 1967, edisi lima.
Hartono, Tony, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006
Heilbroner, Robert L, Terbentuknya Masyarakat Ekonomi (Ihe Making Of Economic Society}, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003.
---------------------, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: IIIT Indonesia, 2000.
Keraf, A. Sonny, Pasar Bebas Keadilan dan Peran Pemerintah, Yogyakarta: Kanisius 1995.
Majid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Y ayasan Paramadina, 1992.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005.
--------------, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Y ogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Noor, Zainul Bahar, Bank Mtmmalat Sebuah Mimpi, Harapan dan Kenyataan, Jakarta: Bening Publishing, 2006.
Qardhawi. Yusuf: Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian lslam .Talrnrta·
85
Rahardjo, Dawam, Ensiklopedi AL Quran, Jakarta: Paramadina, Cet. 2, 1992.
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009 Annual Report, Jakarta, Bank Muamalat Indonesia, 2009.
Website:
http://ekonomisyariat.com/fikih-ekonomi-syariat/mengenal-konsepmudharabah.html
h!!R://muhammadzen. wordpress.com/mudhorabah/