8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
1/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
1
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
2/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
2
Master Plan
Pasar Modal
Indonesia
Indonesian
Capital Market
Master Plan
2005
2009
BAPEPAMBadan Pengawas Pasar Modal
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Capital Market Supervisory AgencyMinistry of Finance of The Republic of Indonesia
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
3/78
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
4/78
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
5/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
5
Sambutan
Menteri Keuangan
Pasar modal adalah industri yang sangat dinamis, atraktif, selalu berubah dan mempunyai interdepedensi yangsedemikian tinggi dengan sektor jasa keuangan lainnya di tingkat domestik, regional maupun global. Karakteristik tersebutmembawa setidaknya dua konsekuensi utama: pelaku pasar modal harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dan regulator harus pula mempersiapkan dirinya untuk menghadapi dinamika dari perubahan tersebut.
Kreativitas dan inovasi pelaku pasar modal yang terlibat di industri ini merupakan kunci sukses dalam menghadapi
konsekuensi yang pertama. Kemunculan varian dari berbagai instrumen keuangan dengan berbagai kompleksitasnya,
kelahiran berbagai hybrid products yang lintas sektor industri keuangan, trend konglomerasi, serta semakin terintegrasinya
industri jasa keuangan global saat ini sudah t idak lagi sekedar gejala namun sudah merupakan fakta yang ada di sekeliling
kita. Kreativitas dan inovasi sekali lagi merupakan jawaban untuk menghadapi konsekuensi tersebut.
Konsekuensi kedua mempunyai keterkaitan dengan fenomena dari konsekuensi yang pertama tadi. Regulator harus mau,
mampu dan mempunyai kesungguhan yang kuat untuk memfasilitasi sekaligus mendorong daya kreatif dan inovatif
pelaku pasar modal tadi. Hal ini akan sulit diaktualisasikan sekiranya regulator tidak mempunyai program kongkret untuk
meningkatkan kapasitas serta kapabilitasnya untuk mencermati berbagai gejala juga gejolak yang perlu diantisipasi di
balik gelombang perubahan yang telah dan akan terus terjadi.
Selain itu, kecenderungan diadopsinya sistem pengawasan industri jasa keuangan secara terpadu yang mengawasi tidak
hanya pasar modal tetapi juga perusahaan asuransi, dana pensiun dan lembaga keuangan lainnya termasuk perbankan
oleh beberapa negara selama satu dekade terakhir, hendaknya dapat pula dijadikan referensi oleh kita semua dalam rangka
lebih meningkatkan lagi efektivitas pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan
di tanah air.
Kedua konsekuensi tadi adalah tantangan aktual yang dihadapi industri pasar modal di tanah air. Tugas kita semua di
industri ini untuk mentransformasikan tan tangan tersebut menjadi peluang yang harus bisa kita manfaatkan secara
optimal untuk pengembangan- nya di masa mendatang. Tugas tersebut akan lebih ringan dilaksanakan jika pelaku pasar
modal dan regulator mempunyai arah dan program pengembangan industri yang lebih kongkret, terpadu, terarah, terukur,dan sangat mungkin tercapai.
Penyusunan Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 mengakomodasi keinginan sekaligus kebutuhan tersebut. Dari
perspektif domestik, sasaran dan strategi serta t ahapan implementasi di dalamnya selain diarahkan untuk meningkatkan
integritas dan kredibilitas pasar modal Indonesia, juga untuk mengaktualisasikan segenap potensi pengembangan yan g
dimiliki. Dari perspektif internasional, Masterplan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kompetitif industri
sekuritas nasional di tengah persaingan industri pasar modal global saat ini dan di masa mendatang.
Jakarta, Agustus 2005
Jusuf Anwar
Menteri Keuangan
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
6/78
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
7/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
7
Sambutan
Ketua Bapepam
Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 (Masterplan) selain mencakup program dan strategi lanjutan darikeberadaan dua Cetak Biru Pasar Modal Indonesia yang telah ada sebelumnya, juga mencerminkan upaya, semangat dan
komitmen pembaharuan yang diusung pelaku pasar modal Indonesia dalam menyongsong era dan tantangan aktual yangdihadapi industri sesuai dengan dinamika dan perubahan yang terjadi.
Penguatan struktur dan mekanisme pengawasan di industri ini menjadi sasaran prioritas pertama dalam kurun waktu 5
tahun mendatang. Integritas dan kredibilitas industri ini sangat bergantung dari implementasi kongkret program u tama
tersebut yang mencakup peningkatan independensi lembaga pengawas, optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
untuk mendukung fungsi pengawasan, peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia, dan penerapan
metode pengawasan berbasis risiko (risk-based supervision).
Peningkatan kepastian hukum jelas tidak kalah penting dikaitkan dengan tekad dan upaya kita un tuk membangun
sekaligus meningkatkan kepercayaan pemodal terhadap industri efek nasional. Sasaran prioritas kedua ini mencakup upaya
harmonisasi aturan, peningkatan kualitas penegakan hukum, dan peningkatan kualitas kerjasama kelembagaan yang lebih
efektif dan sinergis pada level domestik, regional maupun internasional.
Peningkatan peran dan kualitas pelaku pasar merupakan sasaran prioritas ketiga dalam Masterplan ini. Masa depan
industri ini sangat tergantung dari peran aktif dan kontribusi pelaku pasar di dalamnya. Berangkat dari pemikiran tersebut,
sasaran dan strategi yang terkait dengan program prioritas ketiga ini mengambil porsi terbesar dari seluruh muatan
Masterplan. Mulai dari lembaga bursa efek, perusahaan efek, asosiasi profesi, emiten, hingga pemodal menjadi pihak yang
sangat diharapkan partisipasi dan kontribusinya un tuk merealisasikan berbagai program beserta tahapan implementasi
didalamnya.
Sasaran prioritas keempat terkait dengan upaya pengembangan produk atau instrumen keuangan di industri ini. Dari sisi
demand, keragaman instrumen keuangan yang tersedia di pasar akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemodal yang
lebih jauh lagi diharapkan akan semakin meningkatkan likuiditas pasar. Sedangkan dari sisi supply, hal tersebut
diharapkan akan semakin mendorong pemanfaatan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan oleh pelaku bisnis
di tanah air.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, instrumen pasar modal berbasis syariah perlu menjadi salah
satu prioritas utama pengembangan di dalam Masterplan. Kejelasan mengenai arah pengembangan sekaligus strategi yang
akan diterapkan sebagaimana tertuang di dalamnya sangat diperlukan guna mengaktualisasikan potensi yang besar
tersebut.
Sebagaimana proses penyusunannya, pencapaian seluruh sasaran yang tertuang dalam Masterplan ini juga memerlukan
komitmen dan partisipasi dari seluruh pihak yang turut memberikan kontribusi dalam proses penyusunannya. Kami
meyakini, dengan tekad, semangat dan kesungguhan yang t erlihat selama proses penyusunannya, strategi beserta tahapan
implementasi dalam Masterplan ini akan dapat direalisasikan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.
Jakarta, Agustus 2005
Darmin Nasution
Ketua Bapepam
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
8/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
8
Chairman of Bapepam
Statement
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 reflects hard work, strong will, and commitment to reform echoedby Indonesian capital market participants in embracing new era and challenges in the industry as the results of marketdynamics. The Master Plan incorporates all programs and strategies that were elaborated in the previous two Capital
Market Blue Prints.
Top priority for the next 5 years is given efforts to solidify structure and mechanism of industry supervision. Integrity and
credibility of securities industry depend to a large extent on concrete implementation of major programs in the Master
Plan, which cover establishing independent capital market regulator, optimizing information technology in capital market
to support supervision function, improving human resource quality and professionalism, and implementing risk-based
supervision.
Strengthening legal certainty in capital market by a ll means is important element in our commitment to build and improve
investors trust in domestic securities industry. This second priority evolves around measures to harmonize rules, enhance
law enforcement, and create a more effective and synergic inter-agency coordination in domestic, regional, and interna-
tional level.
Enhancing roles and quality of capital market participants is the third priority in the Master Plan. The future of this
industry will depend on the contribution from its participants. Based on the thinking, targets and strategies within this
third strategy by far cover substantial parts of this Master Plan. Parties that are expected to contribute to materialize all
programs and action plans include exchange institutions, securities companies, professionals association, issuers, and
investors.
The fourth priority is related to expanding products and instruments in this industry. From the demand side, variety of
financial instruments available in the market will attract more investors so that liquidity is enhanced. On the other hand,
from the supply side, such variety will further promote capital market as an alternative of financing sources to all business
players in the country.
As the home for largest Moslem population in the world, syariah-based instruments in Indonesian capital market should bea pivotal object of development in the Master Plan. This huge potential can only be unearth with the presence of clarity in
policy development and strategies.
The attainment of all targets in this Master Plan requires commitment and participation from all parties that take part in
the drafting process. With strong motivation, spirit, and determination, we believe that all those strategies and action plans
can be achieved within their agreed time frames.
Jakarta, August 2005
Darmin Nasution
Chairman of Bapepam
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
9/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
9
TAKE EACH DAY
AND RELISH
EACH MOMENT.
TAKE EACH BAD
DAY AND WORK
TO MAKE IT
GOOD.
PendahuluanIntroduction
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
9
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
10/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
10
Pendahuluan Introduction
Latar Belakang
Pasar modal Indonesia terus berkembang di tengah
berbagai perubahan ekonomi dan politik yang terjadi baik
di lingkungan nasional maupun internasional. Dalam
menghadapi perubahan tersebut serta a rus globalisasi yang
begitu deras, pasar modal Indonesia memerlukan arahan
strategis guna memperkokoh posisi dan perannya dalam
perekonomian nasional dan regional. Dalam rangka
mewadahi hal tersebut Master Plan Pasar Modal Indonesia
2005-2009 disusun untuk menjadi pedoman bagi seluruh
pelaku pasar modal dalam mengembangkan industri pasar
modal Indonesia.
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 merupakan
kelanjutan dari Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2000-
2004 yang merupakan arahan pasar modal Indonesia untuk
periode 2000-2004. Dalam implementasinya selama lima
tahun tersebut, banyak target yang ditetapkan telah
tercapai. Namun demikian, masih terdapat pula hal-hal
yang perlu diupayakan pencapaiannya.
Perencanaan yang terdapat pada Master Plan ini
merupakan penjabaran lebih jauh dari visi pasar modal
Indonesia yakni mewujudkan pasar modal Indonesia
sebagai penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan
berdaya saing global. Oleh karena itu diharapkan bahwa
dengan tercapainya sasaran dan strategi yang ditetapkan
dalam Master Plan ini, maka visi pasar modal Indonesia
akan terwujud.
Pendekatan Yang Digunakan
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
merupakan pedoman arah pengembangan industri pasar
modal selama lima tahun ke depan. Pengembangan industri
ini tentunya tidak terlepas dari peran serta seluruh pihak
yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, dalam rangka
mengakomodasi program pengembangan seluruh pihak
dalam industri pasar modal tersebut, maka penyusunan
Master Plan Pasar Modal Indonesia ini tidak hanya
dilakukan oleh Bapepam namun juga Self Regulatory
Organizations (SROs) serta asosiasi-asosiasi yang mewakili
seluruh pelaku pasar modal.
Dalam struktur pasar modal Indonesia, Bapepam bertindak
selaku regulator, sedangkan SROs terdiri dari PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring
Background
Indonesian capital market continues to expan d amid
changes in domestic and international economic and
political landscapes. Anticipating those changes and ever-
stronger globalization force, Indonesian capital market
needs strategic directions as to solidify its position and role
in the national and regional economies. It is for that
purpose that Indonesian Capital Market Master Plan 2005 -
2009 is designed to provide guidelines for all capital
market participants in their efforts to develop the
Indonesian capital market.
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 is a
continuation of Indonesian Capital Market Blue Print 2000
- 2004 that provided similar guidelines for the period of
2000 to 2004. There are a number of targets in the
Indonesian Capital Market Blue Print 2000 - 2004 that
have already met. However, there are also several targets
that are yet to be achieved.
Strategic planning in the Indonesian Capital Market Master
Plan 2005 - 2009 is basically the elaboration of Indonesian
capital market vision, which is to create a strong and
globally competitive Indonesian capital market capable to
spearhead development of national economy. It is expected
that by meeting targets and following strategies set in the
Master Plan, the vision of Indonesian capital market will be
materialized.
Approach
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 is
essentially guidelines for developing capital market
industry for the next five years. Participation from all
parties involved in the industry is an integral part of the
development efforts. Therefore, in designing this
Indonesian Capital Market Master Plan, the contributions
of regulator and other market participants from Self
Regulatory Organizat ions (SROs) to associations are needed
so that their respective development programs are
accommodated in the Master Plan.
Regulator in Indonesian capital market structure is
Indonesian Capital Market Supervisory Agency (Bapepam
in Indonesian acronym), whereas SROs include Jakarta
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
11/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
11
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Lembaga Kliring
dan Penjaminan (LKP), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(LPP), dan Himpunan Pedagang Surat Utang Negara
(HIMDASUN). Selanjutnya pihak lain yang berperan dalam
penyusunan Master Plan ini adalah asosiasi dari
perusahaan efek (APEI), penasihat investasi, pemeringkatefek, wakil penjamin emisi efek (AWPE2I), wakil perantara
pedagang efek (AWP2EI dan IPEI), wakil manajer investasi
(AWMI), dan pengelola reksa dana (APRDI). Disamping itu,
asosiasi profesi akuntan (FAPM), konsultan hukum
(HKHPM), penilai (MAPPI dan GAPPI), notaris (INI), dan
asosiasi lembaga penunjang seperti bank kustodian (ABKI),
biro administrasi efek (ABI), dan wali amanat (AWAI), serta
asosiasi emiten (AEI) dan Pusat Pengkajian Hukum juga
turut berperan dalam penyusunan Master Plan pasar modal
ini.
Pendekatan yang dilakukan dalam menyusun Master Plan
ini adalah dengan menentukan sasaran-sasaran besar yang
akan dicapai oleh industri pasar modal Indonesia dalam
lima tahun ke depan. Kemudian sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai tersebut, disusun strategi pencapaian
untuk masing-masing sasaran. Selanjutnya, strategi
tersebut dijabarkan dalam implementasi strategi yang
merupakan langkah nyata yang akan dilakukan dalam
menerapkan strategi yang telah ditentukan berikut rencana
waktu pelaksanaan serta pencapaiannya.
Penyusunan sasaran, strategi, dan implementasi strategi
yang komprehensif tersebut memerlukan waktu selama
hampir satu tahun . Proses yang cukup panjang tersebut
dilalui dengan melibatkan seluruh pelaku pasar modal yang
sudah dimulai sejak tahap pengumpulan ide hingga tahap
akhir penyelesaian. Dengan keterlibatan yang intensif
tersebut diharapkan seluruh pelaku pasar modal akan
memiliki komitmen dalam mengimplementasikan
kesepakatan bersama yang tertuang dalam Master Plan
Pasar Modal Indonesia 2005-2009.
Sistematika
Dalam rangka memberikan pedoman yang komprehensif
bagi pengembangan pasar modal Indonesia, Master Plan ini
diawali dengan gambaran mutakhir mengenai
perkembangan berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
industri pasar modal. Selanjutnya sebagai suatu rencana
Stock Exchange (BEJ in Indonesian acronym), Surabaya
Stock Exchange (BES in Indonesian acronym), Indonesian
Clearing and Guarantee Corporation (KPEI/LKP in
Indonesian acronym), Indonesian Central Securities
Depository (KSEI/LPP in Indonesian acronym), and
Association of Government Debt Securities Traders
(HIMDASUN in Indonesian acronym). Other parties thatcontribute in drafting this Master Plan are associations that
represent securities companies (APEI in Indon esian
acronym), investment advisers, rating agencies,
underwriters (AWPE2I in Indonesian acronym), broker/
dealers (AWP2EI and IPEI in Indonesian acronym),
investment manager representatives (AWMI in Indonesian
acronym), investment fund managers (APRDI in Indonesian
acronym). Also taking parts are supporting professionals
and supporting institution associations that represent
accountants (FAPM in Indonesian acronym), legal
consultan ts (HKHPM in Indonesian acronym), appraisers(MAPPI and GAPPI in Indonesian acronym), notaries (INI
in Indonesian acronym), custodian banks (ABKI in
Indonesian acronym), securities administration bureaus
(ABI in Indonesian acronym), and trustees (AWAI in
Indonesian acronym). Finally, Association of Indonesian
Issuers (AEI in Indonesian acronym) and Center for Legal
Studies also play a role in designing this Master Plan.
Approach that is taken in designing this Master Plan is to
set major targets to be achieved by the securities industry
in the next five years period. Then, strategies are developed
in order to meet those targets. Finally, these strategies are
translated into action plans, which constitute actions to be
taken within the given strategies along with their datelines
of execution and completion.
The whole process of formulating these comprehensive
targets, strategies, and implementing steps take nearly a
year to finish. This extensive process involves all capital
market participants starts from the early stage all the way
up to finishing stage. With this start-to-finish involvement,
it is expected that all participants will have the same
commitment to implement collective agreements that are
incorporated in Indonesian Capital Market Master Plan
2005 - 2009.
Methodology
In effort to deliver comprehensive guidelines for market
development, this Master Plan starts with illustration on
various aspects that influence overall capital market
activities. Then, as it is essentially a strategic planning, the
Master Plan continues with details on actual steps to be
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
12/78
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
13/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
13
Gambaran Umum
& TantanganOverall Outlook & Challenges
THERE IS NO
ACHIEVEMENT
WITHOUT GOALS.
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
13
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
14/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
14
PASAR MODAL GLOBAL
Grafik 1. Perkembangan Indeks Bursa Regional1995 s.d Juni 2005Sumber: Bapepam dan Bloomberg
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Indeks BursaIndonesia, Malaysia,
Thailand, danSingapura
Exchange Indicesfor Indonesia,
Malaysia, Thailand,and Singapore
0
5000
10000
15000
20000
25000 Indeks Bursa Philipina,Australia, dan Jepang
Exchange Indicesfor Philippines,Australia, and Japan
Indonesia Malaysia Thailand Singapore Philippines
Australia Japan
Gambaran Umum
& Tantangan Overall Outlook & Challenges
Indikator Pasar Modal Regional
Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di
Asia Pasifik relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari
pergerakan indeks harga sahamnya. Bursa Indonesia
selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan rata -rata
indeks tahunan sebesar 12,76%. Peningkatan ini
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
pergerakan indeks bursa regional lainnya. Perkembangan
indeks ini tetap menunjukkan peningkatan yang positif
meskipun beberapa negara Asia seperti Malaysia, Thailand,
Philipina termasuk Indonesia mengalami krisis ekonomi
pada periode 1997-1999.
GLOBAL CAPITAL MARKET
Graph 1. Development of Regional Exchange Indices 1995 toJune 2005Source: Bapepam dan Bloomberg
Regional Market Indicators
Asia Pacific regional stock exchanges have posted
relatively mixed performance since 1995. This can be seen
from stock prices movements in those exchanges. For the
last ten years, stock exchanges in Indonesia have recorded
an average annual increase of 12.76% in term of indices.
This performance is the best in the region. This index
indicator is showing positive numbers instead of monetary
crisis that swept countries in the region such as Malaysia,
Thailand, and the Philippines in the period of 1997 - 1999.
In the last decade, Indonesian capital market has fluctuated
significantly in the midst of political and economic
dynamic in Indonesia. This market fluctuation is going on
within an environment where international financial
market shows rapid progress. Therefore, it is very important
for Indonesian capital market to redefine what it plans to
pursue in the future relative to global market development.
This chapter intends to give an overall outlook on global
market movement as well as Indonesian capital market
development for the last ten years along with challenges
that Indonesian market faces for the next five years.
Pasar modal Indonesia pada dekade terakhir mengalami
fluktuasi yang signifikan di tengah gejolak perkembangan
ekonomi dan politik Indonesia. Fluktuasi pasar modal
Indonesia tersebut terjadi di tengah perkembangan pasar
keuangan internasional yang pesat. Oleh karena itu,
sangatlah penting pada saat ini untuk mendefinisikan
kembali arah yang ingin dicapai pasar modal Indonesia ke
depan di tengah pergerakan pasar modal global. Bab ini
dimaksudkan un tuk memberikan gambaran mengenai
perkembangan pasar modal global dan pasar modal
Indonesia pada periode sepuluh tahun terakhir serta
tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia lima tahun
ke depan.
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
15/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
15
Dari beberapa indikator bursa lainnya dapat dilihat bahwa
dalam tahun 2004 bursa Indonesia juga menunjukkan
perkembangan yang meningkat. Hal tersebut terlihat dari
perkembangan nilai kapitalisasi pasar yang meningkat
34,01% dan n ilai perdagangan yang meningkat 87,80%
dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan bursa regional lainnya, peranan
pasar modal Indonesia terhadap perekonomian negara,
yang t erlihat dari perbandingan nilai kapitalisasi pasar
terhadap produk domestik bruto (PDB), masih berada pada
posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai
kapitalisasi pasar terhadap PDB di Indonesia hanya
mencapai 29,5%, sementara beberapa bursa regional
lainnya telah melampui 100%. Di sisi lain, kondisi ini
menunjukkan masih besarnya potensi pengembangan pasar
modal Indonesia.
Tabel 1. Beberapa Indikator Bursa Regional
(Sumber: FIBV, Jakart a Stock Exha nge, Bloomberg* dalam USD miliar
Perkembangan Produk Pasar Modal
Produk pasar modal selalu berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan infrastruktur pasar. Secara
tradisional, dikenal adanya dua instrumen yaitu saham dan
obligasi. Dalam perkembangannya, dengan adanya
tuntutan untuk melakukan manajemen atas risikoportofolio, maka diciptakanlah produk-produk derivatif
yaitu kontrak keuangan yang penilaiannya berdasarkan
nilai aset induk(underlying asset).
Disamping digunakan untuk melakukan manajemen risiko
investasi, produk derivatif juga digunakan untuk
memperoleh keuntungan. Produk derivatif dapat
digolongkan dalam jenis option, futures, forwards, swap
dan repurchase agreement (repo). Keempat jenis produk
derivatif tersebut dapat bervariasi tergantung dari aset
induknya yang berupa efek, tingkat suku bunga, mata uang
dan kurs mata uang.
Perkembangan produk lain yang cukup signifikan adalah
produk pasar modal dengan menggunakan prinsip-prinsip
syariah. Produk pasar modal berbasis syariah yang telah
Perusahaan yg sahamnya Nilai Kapitalisasi pasar /
Nilai Kapitalisasi Pasar* / Nilai Perdagangan* / listing di bursa / PDB /
Negara / Country Market Capitalization Value* Trading Value* Number of companies Market capitalization
listing in exchange Value/GDP (%)
2003 2004 2003 2004 2003 2004 2003 2004
Indonesia 54.65 73.25 14.65 27.51 333 331 22,5 29,5
Malaysia 160.97 181.62 52.23 61.63 902 959 155,6 160,6
Philippines 23.19 28.60 2.67 3.68 236 235 30,6 100,6
Singapore 173.81 217.61 91.92 107.24 560 633 183,4 142,6
Thailand 119.01 115.39 102.42 116.38 420 463 79,5 68,8
Australia 585.43 776.40 371.97 523.66 1,471 1,583 99,06 118,05
Japan 2,953.09 3,557.67 2,092.14 3,218.11 2,206 2,306 63,58 72,16
Table 1. Regional Exchanges Indicator
(Source: FIBV, Jakart a Stock Exha nge, Bloomberg)* in USD billion
Compared to indicators from other exchanges in the region,
Indonesian exchanges showed significant increase in 2004.
This can be seen from increase of market capitalization
value that was up by 34.01% and trading values that
jumped 87.80% from the same numbers in the previous
year. However, from other angle-contribution of capital
market to national economy as seen from comparison of
market capitalization to gross domestic product (GDP)
Indonesian market has recorded lesser performance relative
to other markets in the region. In 2004, ratio of market
capitalization to gross national product stood at 29.5%
where in several other markets the number exceeded 100%.
On the flip side, this can also be interpreted as huge
potential to grow for Indonesian capital market.
Development of Capital Market Products
Capital market products always evolve following the needs
and capacity of market infrastructure. Traditionally, capital
market recognizes two products namely shares and bonds.
In the course of their development coupled with the need to
manage portfolio risks, derivative products-financialproducts whose values are determined by the values of
their underlying assets-are introduced.
In addition to their traditional objectives as a tool for risks
management, derivatives products are also employed to
gain financial benefits. Derivatives can be categorized as
option, futures, forward, swap, and repurchase agreement
(repo). These categories can further be expanded depending
upon their underlying, which among other things are
securities, interest rate, currency, and exchange rate.
Other types of capital market products that are also rapidly
developing are products that are issued and traded in
accordance with syariah (Islamic) principles. Syariah-based
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
16/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
16
berkembang adalah saham, obligasi, efek beragun aset
(EBA) dan reksa dana. Beberapa negara di kawasan Timur
Tengah, Asia, Eropa, dan Amerika telah secara intensif
mengembangkan produk tersebut. Walaupun produk-
produk tersebut berkembang dengan skala yang berbeda
pada masing-masing negara, namun produk tersebut
banyak diminati dan akan terus berkembang.
Produk lain yang berkembang di pasar modal global adalah
EBA sebagai hasil sekuritisasi aset. Produk ini timbul
karena adanya kebutuhan pendanaan bagi perusahaan
namun terdapat keterbatasan untuk mendapatkan sumber
pendanaan lain di luar perusahaan. Sekuritisasi aset sendiri
adalah suatu cara untuk merestrukturisasi keuangan di
mana suatu entitas mengumpulkan arus kas masuk yang
teridentifikasi di masa datang dan kemudian mentransfer
kumpulan arus kas tersebut kepada investor dengan atau
tanpa jaminan. Sekuritisasi aset muncul pertama kali di
Amerika Serikat dengan diperkenalkannya mortgage backed
securities dan kemudian berkembang dengan pesat. Dalam
perkembangannya arus kas yang disekuritisasi semakin
bervariasi antara lain EBA berbasis tagihan seperti kartu
kredit maupun kredit mobil.
Berkembangnya kebutuhan alternatif investasi pemodal
yang sesuai dengan tujuan dan tingkat penerimaan risiko
masing-masing pemodal telah mendorong bertambahnya
jenis produk reksa dana. Beberapa jenis produk reksa dana
telah berkembang cukup lama, an tara lain index funds,
sector funds, foreign funds, dan global/international funds.
Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan pemodal terhadap
alternatif investasi yang relatif tidak berfluktuasi dan
berisiko rendah, maka konsep reksa dana dengan struktur
khusus (structured funds) mulai diperkenalkan seperti
capital protected funds dan guaranteed funds.
Kecenderungan lain yang berkembang berkaitan dengan
produk reksa dana adalah proses transaksi secara elektronik
yang dilakukan melalui central fund hub yang melibatkan
manajer investasi, agen penjual efek reksa dana, bank
kustodian dan bank penerima. Central fund hub ini sudah
diterapkan di Amerika, Kanada, Eropa, Australia, dan
Singapura, dalam rangka menciptakan standarisasimekanisme transaksi reksa dana.
Perkembangan Institusi dan
Pelaku Pasar Modal
Dalam satu dekade terakhir terdapat perkembangan
infrastruktur yang cukup pesat dalam industri pasar modal
global terutama pada institusi pengawas pasar modal,
lembaga bursa, dan perusahaan efek.
Secara garis besar institusi pengawas pasar modal
mengalami perkembangan yang signifikan. Jikasebelumnya pengawasan pasar modal dilakukan oleh
institusi khusus pengawas pasar modal, saat ini
pengawasan dilakukan oleh suatu institusi pengawasan
products that are out in the market right now include
shares, bonds, assets backed securities (EBA in Indonesian
acronym) and investment funds. A number of countries in
the Middle East, Asia, Europe, and America have
intensively developed such products. Despite different
levels of development in different countries, those products
have quickly gained popularity and continuously
developed.
Another type of securities in the capital market that is
growing is EBA as a result of asset securitization. This
product is created to cater the need for financing and the
fact that there are limited resources available to meet the
need of the financing activities. Asset securitization is a
way to restructure financial position in which an entity
pools identified future cash inflows and transfer those cash
flows to investors with or without guarantee. Assets
securitization was first introduced in the United States with
the launch of mortgage-backed securities, which then
becomes popular. In its development, more and more
variety of securitized cash flow emerged to include EBA
whose underlying assets were resulted from credit card bills
and car loans.
The ever-growing needs of investment alternatives for
investors to match their diverse investment objectives and
risk profiles have also ignited the development of
investment fund products. Examples of such products that
have been around for quite some time include index funds,
sector funds, foreign funds, and global/international funds.
Further, to meet the needs of the investors who want
products with lesser volatility and relatively low risks, the
concept of structured funds such as capital protected funds
and guaranteed funds are introduced. Another trend related
to the development of investment fund industry is related
to electronic transaction process conducted through central
fund hub, which involves investment managers, selling
agents, custodian banks, and receiving banks. This central
fund hub concept has been practiced in the United States,
Canada, and Singapore in order to create standardized
transaction mechanism for investment fund products.
Latest Trends on Institutions and
Capital Market Players
The last decade witnesses significant growth in term of
infrastructure happening in global securities industries
especially with regard to market regulators, exchange
institutions, and securities companies.
Significant growth in general term has actually taken place
in capital market regulator institutions. In previouspractices, market supervision was conducted by market
regulator. Now, surveillance is conducted by an integrated
institution that is also responsible for overseeing activities
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
17/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
17
terpadu yang mengawasi seluruh kegiatan sektor keuangan.
Institusi pengawasan terpadu ini dibentuk dengan maksud
untuk menciptakan lembaga pengawas yang terintegrasi
bagi pasar modal, perbankan, dana pensiun, asuransi, serta
lembaga keuangan lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kepercayaan pasar, perlindungan konsumen,
transparansi, standar praktik bisnis keuangan , dan
mengurangi kejahatan di bidang keuangan. Sebagai contoh
beberapa negara yang telah menerapkan bentuk
pengawasan terpadu tersebut adalah The Financial Services
Agency (FSA) di Jepang, The Financial Services Authority
(FSA) di Inggris, Financial Supervisory Services (FSS) di
Korea, dan The Monetary Authority of Singapore (MAS) di
Singapura.
Disamping itu, beberapa bursa efek di dunia juga
mengalami perubahan yang signifikan. Bursa-bursa
tersebut membentuk aliansi dengan bursa lain un tuk
meningkatkan efisiensi dan likuiditasnya. Pembentukan
aliansi antar bursa efek ini mengikuti perkembangan arus
ekuitas lintas batas. Faktor penentu dalam keberhasilan
aliansi bursa adalah kesamaan perangkat peraturan yang
menunjang di masing-masing bursa, infrastruktur
teknologi, dan sistem kliring yang terintegrasi. Hasil aliansi
tersebut misalnya adalah Euronext (aliansi antara bursa
Paris, Amsterdam dan Brussel), Newex (aliansi an tara
Deutsche Brse dan bursa Vienna), Norex (aliansi antara
bursa Kopenhagen, Stockholm, Oslo dan Irlandia), dan
aliansi antara Sydney Future Exchange dan New Zealand
Futures and Options Exchanges.
Kecenderungan lain yang berkembang adalah
demutualisasi bursa efek. Tujuan dilakukannya
demutualisasi bursa efek antara lain adalah memperluas
kepemilikan saham bursa efek, meningkatkan alternatif
sumber dana untuk pengembangan bursa, serta
menghindarkan benturan kepentingan antara bursa dan
anggota bursa sebagai pemegang saham. Beberapa bursa
mencatatkan diri pada bursanya sendiri seperti London
Stock Exchange, Toronto Stock Exchange, Deutsche Brse,
dan Osaka Stock Exchange.
Dari sudut perusahaan efek, industri jasa keuangan global
saat ini mengarah pada penerapan konsep universal
banking yang menggabun gkan kegiatan bank komersial,
investment bank, dan industri keuangan lainnya. Konsep
universal banking mempunyai pengertian
dimungkinkannya bank komersial melakukan kegiatan di
bidang perbankan, pasar modal, asuransi, sewa guna usaha,
dan sebagainya. Konsep universal banking merupakan
jawaban atas meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
produk dan jasa di sektor keuangan yang bersifat
menyeluruh.
Dalam penerapan konsep universal banking terdapat
beberapa variasi. Australia, Kanada, Selandia Baru dan
Inggris telah mengurangi batasan bagi bank untuk
memiliki saham pada perusahaan efek. Austria, Swiss,
of the overall financial services sector. This integrated
institution is established as a watchdog for capital market,
banks, pension fund, insurance, companies and other
financial industries. The objective behind this establishment
is to increase market integrity, investor protection,
transparency, standards of business practices, and to
minimize violation in financial services sector. Some of the
countries that have adopted this integrated supervisory
body include Japan with Financial Services Agency (FSA),
the United Kingdom with the Financial Services Authority
(FSA), Republic of Korea with Financial Supervisory
Services (FSS), and Singapore with Monetary Authority of
Singapore (MAS).
Apart from that, stock exchange institutions also
experience significant changes. A number of exchanges are
forming alliances with other exchanges to improve
efficiency and liquidity. These alliances are formed to
follow the lead of cross border movements of equities. The
determining success factor in establishing these alliances is
harmonization of regulatory framework, technology
infrastructure, and clearing system. Examples of the
alliances include Euronext (an alliance among exchanges
in Paris, Amsterdam, an d Brussel), Newex (an alliance
between Deutsche Borse and Vienna stock exchange),
Norex (an alliance among exchanges in Kopenhagen,
Stockholm, Oslo, and Ireland), and an alliance between
Sydney Futures Exchange and New Zealand Futures and
Options Exchange.
Another trend in the securities industry is demutualization.
The objective of demutualization is to expand the base of
shares ownership, to enhance alternative sources of fund
for exchange development, and to minimize the possibility
of conflict of interests between the exchange and its
members as the exchange shareholders. There are
exchanges that list their shares in their own floor such as
London Stock Exchange, Toronto Stock Exchange,
Deutsche Borse, and Osaka Stock Exchange.
From securities companies perspective, global financial
services sector is moving toward the application of
universal banking practices, which are essentially a mix of
commercial bank, investment bank, and other financial
industries. Universal banking concept allows a commercial
bank to carry out activities in banking, capital market,
insurance, leasing, and other areas in financial services
sector. This concept is the answer for the increasing needs
of customers who desire for all-in products and services in
the financial services sector.
There are slight variations with regard to these universal
banking practices among different countries. Australia,
Canada, New Zealand, and the United Kingdom limit their
respective banks from owning shares of securities
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
18/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
18
Jerman dan Belanda telah memperkenankan bank termasuk
anak perusahaannya menyediakan jasa-jasa yang berkaitan
dengan pasar modal. Amerika Serikat dan Jepang sudah
mulai mengurangi batasan-batasan hukum bagi bank
komersial untuk mengadopsi universal banking dengan
menerapkan konsep investment bankdalam kegiatan
operasionalnya.
Perkembangan di atas yang ditunjang oleh semakin
meningkatnya jumlah pelaku pasar modal t elah
meningkatkan aktivitas pasar modal secara signifikan dan
membuat industri pasar modal menjadi lebih dinamis dan
kompetitif.
Standar Internasional di Pasar Modal
Untuk tetap dapat diperhitungkan dalam era persaingan
global, pasar modal harus meningkatkan kualitas aturan
dan menerapkan praktik bisnis yang berstandar
internasional. Penerapan standar internasional sangat
diperlukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi global
terhadap risiko sistemik yang disebabkan meningkatnya
saling keterkaitan dan ketergantungan industri jasa
keuangan antar negara. Pengalaman masa lalu
menunjukkan dampak dari krisis moneter bersifat global
dan tidak bersifat nasional atau regional. Disamping itu,
dominannya peran sektor swasta dalam memacu
pertumbuhan ekonomi global menuntut penerapan standar
internasional yang dapat mengakomodasi aktivitas sektor
swasta dalam melakukan transaksi lintas batas.
Beberapa standar internasional yang terkait dengan pasar
modal antara lain International Organization of Securities
Commissions (IOSCO) Principles, The Group of 30 (G30)
Recommendations, Federation Internationale des Bourses de
Valuers (FIBV) Principles, International Securities Services
Association (ISSA) Recommendations, The Financial Action
Task Force (FATF) Recommendations, International
Accounting Standards (IAS)/ International Financial
Reporting Standards (IFRS), dan Good Corporate
Governance (GCG) Principles.
Standar-standar di atas merupakan standar internasional
yang berkaitan dengan pengaturan pasar modal secara
umum, kliring dan penyelesaian, perdagangan efek dan
derivatif di lembaga bursa efek, pemberian jasa dalam
industri efek, pencegahan dan penanggulangan kegiatan
pencucian uang dan pembiayaan kegiatan terorisme,
standar akuntansi, dan tata kelola perusahaan yang baik.
companies. Austria, Switzerland, Germany, and Netherlands
allow their banks and their subsidiaries to provide services
related to capital market industry. The United States and
Japan begin lowering legal barriers in order to adopt this
concept by implementing investment bank concepts in the
business operations of banking industries.
The aforementioned examples of growth coupled with theincreasing numbers of market players have considerably
escalated capital market activities and have triggered the
industry to be more dynamic and competitive.
International Standards in Capital Market
As an attempt to become a major player in todays global
competition, capital market must improve its regulation
and implement business practices to follow international
standards. The application of international standards is
necessary to improve global economy resistance to
systemic risks caused by inter-related and inter-dependent
financial services sectors among countries. Past experiences
show that implications of financial crisis are not limited to
particular country or region. Besides, domination of private
sector in supporting global economic growth requires the
adoption of international standards that can accommodate
private sector activities in conducting cross-border
transactions.
Examples of international standards in capital market
include International Organization of Securities
Commissions (IOSCO) Principles, The Group of 30 (G 30)
Recommendations, Federation Internationale des Bourses
de Valuers (FIBV) Principles, International Securities
Services Association (ISSA) Recommendations, The
Financial Action Task Force (FATF) Recommendations,
International Accounting Standards (IAS)/International
Financial Reporting Standards (IFRS), an d Good Corporate
Governance (GCG) Principles.
International standards that a re governed by principles and
recommendations by the above organizations include
general supervision of capital market, clearing and
settlement, trading of shares and derivatives in exchanges,
offer of services in securities industry, preventing and
combating money laundering and terrorism financing,
accounting standards, and good corporate governance.
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
19/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
19
Grafik.2 Perkembangan Emiten, Nilai Kapitalisasi Pasar,Nilai Perdagangan, dan Nilai Emisi Saham 1995 s.d Juni 2005(Sumber: Bapepam)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Triliun Rp / IDR Trillion
0
100
200
300
400
500
600
700
Jumlah Emiten/Number of Issuers
Nilai Emisi (Kumulatif)Issuance Value (Cumulative)
Nilai kapitalisasi pasarMarket Capitalization Value
Nilai perdagangan sahamShare Trading Value
Jumlah Emiten (Kumulatif)Number of Issuers (Cumulative)
Penggalangan Dana
Perkembangan pasar modal Indonesia, khususnya
penggalangan dana melalui pasar modal sangat
terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat
dilihat ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun
1997 hingga tahun 1998, jumlah emiten hanya tumbuh
sebesar 1% dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,1%
pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk obligasi, tidak ada emiten baru yang
menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998.
Pasar Ekuitas
Setelah mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi tahun
1997 yang lalu, pasar saham mulai kembali bergairah sejak
tahun 1999. Hal ini terlihat pada saat pasar modal menjadi
sarana perusahaan dalam melakukan restrukturisasi. Pada
tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesar 172,2%
yaitu dari Rp75,9 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp206,7
triliun pada tahun 1999. Setelah mengalami peningkatan
yang sangat signifikan pada tahun 1999, selanjutnya
memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah
emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% per tahun,
dengan n ilai emisi mengalami pertumbuhan rata -rata 3,4%
pada periode yang sama (lihat grafik 2)
Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002
sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi
makro yang tidak stabil. Namun demikian, dengan
PASAR MODAL INDONESIA
INDONESIAN CAPITAL MARKET
Graph 2 Development of Issuers, Market Capitalization Value,Trading Value, and Share Issuance Value 1995 to June 2005(Source: Bapepam)
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
Fund Pooling
Development of Indonesian capital market, especially fund
pooling activities through capital market, is very much
influenced by macro economic condition. This can be seen
with relatively sluggish growth within the period of 1997
to 1998 when financial crisis hit the country. The number
of issuers during that period only grew by 1% and value of
issues increased by 7.1%. Worse condition happened in
bond market where there was virtually no new issue during
this period.
Equity Market
Following stagnancy during monetary crisis in 1997, stock
market was breathing fresh air again in 1999 when
corporations conducted restructuring process by using
capital market. Values of issuance increased by 172.2%, i.e.
from IDR 75.9 trillion in 1998 to IDR 206.7 trillion in 1999.
In the following period, from 2000 to 2005 the value of
issuance only grows at an annual rate of 3.4% whereas the
number of issuers grows at an annual rate of 4.5% (see
graph 2).
Market capitalization during the period of 2000 to 2002
decreased following unstable macro economic condition.
However, the year 2003 saw a more stable condition and as
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
20/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
20
Grafik 3. Perbandingan Nilai Kapitalisasi PasarTerhadap PDB Periode 1995 s/d 2004(Sumber: Bapepam, BPS)
membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003
memberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga
nilai kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp765,81
triliun pada bulan Juni 2005 (lihat grafik 2).
Selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB
pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang merupakan
peningkatan yang cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir.
Namun demikian rasio tersebut masih di bawah rasio yang
pernah dicapai pada saat sebelum krisis (lihat grafik 3).
Walaupun perkembangan emisi saham terlihat tidak terlalu
signifikan, namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup
aktif. Rata-rata nilai perdagangan pada periode 1999
hingga Juni 2005 berada pada kisaran Rp794,43 miliar per
hari dengan volume saham berkisar 1,03 miliar lembar per
hari dan frekuensi berkisar 16 ribu transaksi per hari (lihat
tabel 2).
25.48
39.83
47.31
18.39
41.08
20.25
16.51 16.67
29.5
22.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Prosentase (%) / Percentage (%)
Graph 3 Comparison of Market Capitalization Value to GDPPeriod 1995 to 2004Source: Bapepam, BPS
a result, total value of market capitalization grew to IDR
765.81 trillion level as of June 2005 (see graph 2).
Then, in 2004 ratio of market capitalization to gross domestic
product stood at 29.5%, which is a significant increase
compared to the same numbers within the last five years.
However, this number is still lower from the same number
recorded before financial crisis erupted (see graph 3).
Despite slow growth with regard to share issuance, share
trading activities in BEJ were relatively active. Average
value of daily transaction from the period of 1999 to June
2005 was around IDR 794.43 billion with shares volume of
1.03 billion and frequency of around 16 thousand
transactions per day (see table 2).
Tabel 2. Perkembangan Indikator Pasar Saham Bursa Efek Jakarta
1995 s/d 2005(Sumber: Statistik Pasar Modal, Bapepam)
Indikator 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 June 2005
Indeks 513,84 637,43 401,71 398,04 676,92 416,32 392,04 424,95 691,89 1.000,23 1.122,37
Nilai rata-rat a
perdagangan harian
(miliar Rp) 131,53 304,14 489,37 403,58 598,70 513,70 396,43 492,91 518,41 1.024,9 2.015,93
Volume rata- rata
Perdagangan harian
(juta saham) 43,28 118,58 311,39 366,88 722,58 562,89 603,18 698,81 968,10 1.708,58 1.913,61
Frekuensi rata-rata
Perdagangan
harian (ribu) 2,48 7,06 12,08 14,19 18,42 19,22 14,72 12,62 12,16 15,46 18,98
Aliran Modal
Asing (triliun Rp) 3,39 4,27 0,34 5,11 12,11 0,81 4,49 7,91 9,88 18,81 (30,93)
Table 2. Development of Share Indicator Bursa Efek Jakarta
1995 to 2005(Source: Capital Market Statistics, Bapepam)
Indicator
Indices
Average value of
daily tradings
(IDR billion)
Average volume of
daily tradings
(million shares)
Average Frequency
of Daily Tradings
(thousand)
Foreign Capital
Flow (IDR Trillion)
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
21/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
21
Pasar Obligasi
Pasar obligasi mengalami beban berat dan sangat terpukul
dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Asia dan
Indonesia pada tahun 1997. Disamping tidak adanya
emiten baru yang menerbitkan obligasi pada tahun 1998,
kesulitan juga dihadapi oleh banyak emiten obligasi dalam
membayar bunga dan bahkan n ilai pokok dari obligasi
yang jatuh tempo.
Namun demikian, pasar obligasi kembali tumbuh pada tahun
1999 dan mengalami puncak pertumbuhannya pada tahun
2003. Pada tahun 2003 tersebut, nilai emisi obligasi tumbuh
sebesar 67,9% dari tahun sebelumnya dan jumlah emiten
bertambah 34 emiten (34%). Selanjutnya, peningkatan
tersebut berlangsung terus hingga pertengahan tahun 2005,
sehingga secara kumulatif jumlah emiten mencapai 155
perusahaan dengan total nilai emisi obligasi mencapai
Rp88,83 triliun. Perkembangan tersebut di atas menunjukkan
peningkatan peran pasar obligasi sebagai alternatif
pembiayaan bagi perusahaan (lihat grafik 4).
Perkembangan obligasi korporasi yang makin baik ini juga
diimbangi oleh perkembangan Surat Utang Negara (SUN).
Sejak 25 September 1998, Pemerintah RI telah menerbitkanSUN untuk Bank Indonesia, yaitu SUN untuk membiayai
program penjaminan dalam rangka menutupi Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan SUN untuk
membiayai program kredit. Kedua SUN ini tidak dapat
diperdagangkan (lihat grafik 5).
Kemudian pada tanggal 28 Mei 1999, Pemerintah RI telah
memanfaatkan pasar modal untuk menggalang dana
dengan menerbitkan SUN untuk membiayai program
restrukturisasi perbankan dan SUN ini dapat
diperdagangkan (obligasi negara). Hingga Juni 2005 posisioutstanding obligasi negara yang dapat diperdagangkan
telah mencapai Rp417,82 triliun yang terdiri dari Rp197,83
triliun fixed rates dan Rp219,99 triliun variable rates.
Bond Market
Bond market suffered a great burden during the economic
crises, which hit Asia and Indonesia in 1997. There was no
new issuer listing its bonds in 1998. Meanwhile, the
outstanding issuers faced difficulties in paying interest
rates and even the principles when the bonds reached
maturity.
However, bond market regained its strength in 1999 and
achieved its top growth in 2003. During that year, the
issuance value increased by 67.9% of the previous year and
the number of issuers increased by 34% compared to that
of a year before. The escalation kept continuing until mid
2005 so much so that the cumulative number of issuers
reached 155 companies and the tota l bond issuance value
achieved IDR 88, 83 trillion. The significant progress
showed an increasing role of bond market as an alternative
of financing for companies (see graph 4).
The optimistic growth of corporate bonds has been well
balanced with the development of Government Debt
Securities (SUN in Indonesian acronym). Starting from 25September 1998, Indonesian Government has issued some
SUNs for Bank Indonesia, i.e. SUNs which were intended to
finance guarantee program with respect to Bank Indonesia
Liquidity Injection (BLBI in Indonesian acronym) and those
which were aimed to finance credit program. These two
securities cannot be traded (see graph 5).
Then, starting from 28 May 1999, Indonesian Government
has employed capital market to pull together public fund
by issuing SUN to finance banking restructuring. These
securities are tradable (Government bonds). Up to June
2005 the outstanding position of Government Bonds whichcan be traded has reached IDR 417.82 trillion consisting of
IDR 197.83 trillion of fixed rates and IDR 219.99 trillion of
variable rates bonds.
Grafik 4. Perkembangan Emiten, Nilai Obligasi Yang Beredar, NilaiPerdagangan (yang dilaporkan), dan Nilai Emisi Obligasi Korporasi 1999 s.dJuni 2005(Sumber: Bapepam)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Triliun Rp / IDR Trillion
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Jumlah Emiten /Number of Issuers
Nilai Emisi (Kumula tif)Issuance Value (Cumulative)
Nilai PerdaganganTrading Value
Nilai Obligasi Yang BeredarOutstanding Bond Value
Jumlah Emiten (Kumulatif)Number of Issuers (Cumulative)
Graph 4. Growth of issuers, outstanding bond value, reported trading value,and corporate bond issuance value 1999 to June 2005(Source: Bapepam)
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
22/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
22
Grafik 5. Perkembangan Nilai Obligasi Yang Beredar dan Nilai PerdaganganObligasi Pemerintah 2000 s.d Juni 2005(Sumber: Bapepam)
Usaha mengembangkan SUN telah dilakukan oleh
Pemerintah dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (UU SUN) di
mana fungsi pengaturan dan pengawasan perdagangannya
dilakukan oleh Bapepam. Pada tahun 2003, Bapepam telah
memberikan izin usaha kepada HIMDASUN untuk
menyelenggarakan perdagangan SUN di luar bursa efek.
Perluasan Produk dan Jasa
Produk derivatif
Pasar derivatif mulai berkembang sejak diperkenalkannya
instrumen baru berupa LQ-45 Index Futures atau KontrakBerjangka Indeks Efek (KBIE) oleh BES pada tanggal 13
Agustus 2001. Kemudian pada tanggal 27 April 2004 BES
meluncurkan Kontrak Berjangka atasDow Jones Industrial
Average(DJIA) dan Dow Jones Japan Titans 100. Pada saat
ini BES juga tengah mengembangkan Single Stock Futures
(SSF) atau disebut juga sebagai Kontrak Berjangka Saham
Individual.
BEJ juga telah mengembangkan produk derivatif. Pada
tanggal 6 Oktober 2004, BEJ memulai perdagangan
Kontrak Opsi Saham (KOS). Saat ini KOS yang ditawarkan
baru berdasarkan 4 saham induk dan tercatat 36 anggota
bursa yang berpartisipasi dalam perdagangan KOS.
Berkembangnya pasar derivatif ini diharapkan akan
semakin memperkuat pasar modal Indonesia dan
memperluas alternatif investasi bagi investor. Dengan
adanya produk derivatif, investor dapat melakukan lindung
nilai atas portofolionya yang terdiri dari aset-aset
domestik, dan investor juga tidak perlu melakukan
transaksi di bursa negara lain untuk dapa t mengakses
pergerakan pasar di bursa-bursa tersebut. Tantan gan utama
dalam pengembangan pasar derivatif ini adalah
pengenalan dan pemahaman yang benar akan instrumen
derivatif kepada investor.
0
100
200
300
400
500
600
700
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Triliun Rp / IDR Trillion
Nilai Obligasi Yang BeredarOutstanding Bond Value
Nilai PerdaganganTrading Value
Graph 5. Growth of Outstanding Bond Value and Government Bond TradingValue 2000 to June 2005(Source: Bapepam)
Government has encouraged the development of SUN by
establishing Law Number 24 Year 2002 concerningGovernment Debt Securities in which its regulatory and
supervisory function/authority is under Bapepam. During
2003, Bapepam granted business license to HIMDASUN in
Indonesian Acronym) to organize the trading of SUN
outside securities exchanges.
Expansion of Products and Services
Derivative products
Derivative products started developing since the
introduction of new instrument called LQ-45 Index Futuresor Securities Index Futures (KBIE in Indon esian acronym)
by Surabaya Stock Exchange (BES in Indonesian Acronym)
on 13 August 2001. Then on 27 April 2004 BES launched
Futures on Dow Jones Industrial Average (DJIA) and Dow
Jones Japan Titans 100. Right now BES is also developing
Single Stock Futures.
BEJ has also developed derivative products. On 6 October
2004, BEJ initiated to launch Single Stock Options (KOS in
Indonesian acronym). Now, the instrument offered consists
of 4 underlying shares and there are 36 exchange members
participating in the trading.
The development of derivative market is expected to
strengthen the Indonesian capital market and widen the
investment alternatives. Investors may utilize derivative
products as hedging instrument for their portfolios, which
consist of domestic assets. Moreover, they do not have to
make transactions in foreign exchanges in order to have
access to market movements in those exchanges. The main
challenge of the derivative market development is the
instrument familiarization and investor education.
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
23/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
23
Produk Pasar Modal Berbasis Syariah
Secara formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip-
prinsip syariah Islam dilakukan pada Maret 2003. Pada
kesempatan itu ditandatangan i Nota Kesepahaman antara
Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), yang dilan jutkan dengan Nota
Kesepahaman antara DSN-MUI dengan SROs. Namun
demikian, instrumen pasar modal berbasis syariah telah
diperkenalkan terlebih dahulu melalui penerbitan reksa
dana syariah pada pertengahan tahun 1997. Instrumen
berbasis syariah dibentuk dengan tujuan memberikan
sarana dan alternatif investasi yang berbasis syariah.
Secara khusus DSN-MUI telah menetapkan dalam fatwanya
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana
Syariah dan jenis emiten yang sahamnya tidak
diperkenankan sebagai portofolio pada reksa dana syariah.
Sampai dengan saat ini, Bapepam telah memberikan
pernyataan efektif kepada 13 reksa dana syariah. Namun
demikian, dari 13 reksa dana ini 2 diantaranya telah bubar.
Berdasarkan da ta sampai dengan tanggal 30 Jun i 2005,
total nilai aktiva bersih reksa dana syariah adalah
Rp977,4 miliar.
Sebagai acuan dalam menilai perkembangan harga saham
berbasis syariah, BEJ meluncurkan Jakarta Islamic Index
(JII) pada tanggal 3 Ju li 2000. JII yang merupakan indeks
harga saham yang berbasis syariah terdiri dari 30 saham
emiten yang dianggap telah memenuhi prinsip-prinsip
syariah. Data pada akhir Juni 2005 tercatat nilai
kapitalisasi pasar sebesar Rp325,90 triliun atau 43% dari
total nilai kapitalisasi pasar di BEJ. Sementara itu, volume
perdagangan saham JII sebesar 348,9 juta lembar saham
atau 39% dari total volume perdagangan saham dan nilai
perdagangan saham JII sebesar Rp322,3 miliar atau 42%
dari total nilai perdagangan saham.
Pada tahun 2002 diluncurkan produk syariah berbentuk
obligasi dan produk ini berkembang cukup pesat. Hingga
30 Juni 2005 terdapat 15 emiten yang telah mendapatkan
pernyataan efektif untuk dapat menerbitkan obligasi
syariah dengan total nilai emisi sebesar Rp1,95 triliun.
Reksa Dana
Industri reksa dan a mengalami perkembangan yang cukup
signifikan dalam sepuluh tahun terakhir, baik dari jumlah
reksa dana yang efektif, dana kelolaan, maupun jumlah
pemegang unit penyertaan. Sampai dengan Juni 2005
jumlah reksa dana yan g memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam berjumlah 290 yang dikelola oleh 64 manajer
investasi. Peningkatan jumlah reksa dana ini juga diikuti
peningkatan pada jumlah pemegang unit penyertaan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah pemegang
unit penyertaan bertambah 15.750 nasabah (5,27%)
menjadi 314.813 nasabah. Dari sisi jumlah dana kelolaan
atau nilai aktiva bersih (NAB), sampai Juni 2005 telah
mencapai Rp83,29 triliun.
Syariah- based capital market products
The official launching of syariah-based capital market
products took place in March 2003. During the same
occasion, Memorandum of Understandings was signed
between National Syariah Board - Indonesian Ulemas
Council (DSN-MUI in Indonesian acronym) and Bapepam
as well as between DSN-MUI and SROs. However, this
product had actua lly been introduced through the issuance
of syariah-based investment fund in mid 1997. The
syariah-based instruments were created to widen the
syariah-based investment vehicles and alternatives.
DSN-MUI has specifically stated in its rulings (fatwa)
regarding the Guidelines of Investment in Syariah
Investment Fund. It has also listed issuers whose shares
cannot be included in portfolio of Syariah Investment
Fund. Until now, Bapepam has granted declaration of
effectiveness to 13 syariah-based investment funds.
However, two of them have now been winded up. As of 30
June 2005, the total net asset value of syariah- based
investment fund reached IDR 977.4 billion.
BEJ launched the Jakarta Islamic Index (JII) on 3 July 2000
as a reference to measure price movements of syariah-
based shares. JII consists of 30 shares, which are considered
to meet the requirement of the syariah principles. At the
end of June 2005, the market capitalization value of JII
reached IDR 325.90 trillion or 43% of total market
capitalization value of BEJ. Then, the JII trading volume
reached 348.9 million shares or 39% of total share trading
volume. Meanwhile, the JII share trading value was IDR
322.3 billion or 42% of total share trading value.
In year 2002, syariah-based product in the form of bond
was launched and it has since grown rapidly. Until 30 June
2005, Bapepam granted declaration of effectiveness
statement to 15 issuers that released syariah bonds with the
total issuance value of IDR 1.95 trillion.
Investment Fund
Investment fund industry experienced quite significant
progress during the last ten years, from the point of view of
the number of investment funds, fund managed, and un it
holders. Until June 2005, Bapepam has granted declaration
of effectiveness to 290 investment funds managed by 64
investment managers. The increasing number of investment
funds was followed by the proliferation of participation
unit holders. The number of unit holders increased by
15,750 clients (5.27%) to reach 314,813. From the point of
view of fund managed or Net Asset Value, until June 2005
it reached IDR 83,29 trillion.
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
24/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
24
Industri reksa dana juga didukung oleh semakin banyaknya
jumlah wakil agen penjual efek reksa dana yang hingga
Juni 2005 mencapai 9.235. Investor di reksa dana juga
semakin dimudahkan dengan maraknya penggunaan
sarana teknologi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam
melakukan transaksi reksa dana. Dalam industri reksa dana
telah diterapkan sistem pengawasan secara elektronik
(e-monitoring). E-monitoring terhadap reksa dana
mencakup monitoring terhadap aktivitas reksa dana,
manajer investasi, dan bank kustodian. Sistem ini
dilakukan melalui pelaporan da ta reksa dana secara
elektronik dari bank kustodian ke Bapepam.
Efek Beragun Aset
Sekuritisasi aset telah diperkenalkan melalui penerbitan
peraturan tentang EBA pada tahun 1997. EBA merupakan
Grafik 6. Jumlah Reksa Dana !996 s.d Juni 2005 (revisi Juni)(Sumber: Bapepam)
Grafik 7. Nilai Aktiva Bersih (NAB)1996 s.d Juni 2005 (Miliar Rp)(Sumber: Bapepam)
alternatif pembiayaan bagi dunia usaha dan juga
merupakan alternatif instrumen investasi bagi pemodal.
Namun demikian, hingga Juni 2005 belum ada perusahaanyang menerbitkan EBA di pasar modal Indonesia walaupun
sudah cukup banyak perusahaan- perusahaan di Indonesia
menjadi originatoratas sekuritisasi di luar negeri.
0
50
100
150
200
250
300
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
SahamShares
Pendapatan TetapFixed Income
Pasar UangMoney Market
CampuranMixed
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Miliar Rp / IDR Billions
SahamShares
Pendapatan TetapFixed Income
Pasar UangMoney Market
CampuranMixed
Graph 6. Number of Investment Fund 1996 to June 2005(Source: Bapepam)
Graph 7. Net Asset Value (NAV) 1996 to June 2005(IDR Billion)(Source: Bapepam)
The growth of Investment Fund Industry has also been
supported by the increasing number of Investment Fund
Selling Agent Representatives, which reached 9,235
representatives in June 2005. The use of Automatic Teller
Machine (ATM) has also made the investment fund
transactions more convenient. E-monitoring has been
applied as investment fund electronic monitoring system by
Bapepam, which include the monitoring of activities of
investment fund, investment managers, and custodian
banks. The systems data are derived from custodian banks
information, which is electronically submitted to Bapepam
through e-reporting system.
Asset Backed Securities (EBA in Indonesian
acronym)Asset securitization was introduced through the issuance of
Bapepam rule regarding EBA in 1997. EBA is one of
alternatives of financing for business world and investment
instrument for investors. Yet, until June 2005 no company
issued EBA in Indonesian capital market even though therehave been quite numbers of Indonesian companies that
become originators of foreign securitization.
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
25/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
25
Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI)
Sejak tahun 1997 Bapepam telah memperkenalkan SPEI
sebagai instrumen baru di pasar modal. Hal ini
dimaksudkan untuk mengakomodasi dan memberikan
fasilitas bagi pihak asing yang ingin melakukan penawaran
umum di pasar modal Indonesia, memberikan alternatif
investasi bagi investor asing dan domestik di Indonesia,
serta memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
pemodal.
SPEI diperuntukkan bagi emiten asing yang telah
melakukan penawaran umum di negaranya dan peraturan
negara yang bersangkutan setara dengan peraturan pasar
modal Indonesia. Namun demikian, sejak diperkenalkan
sampai dengan Juni 2005, belum ada satupun emiten asing
yang menawarkan instrumen ini.
Obligasi Pemerintah Daerah
Dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah berupa
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, pemerintah daerah dapat
memanfaatkan pasar modal sebagai sarana perolehan
pembiayaan jangka panjang untuk pembangunan proyek-
proyek terutama yang terkait dengan pembangunan
fasilitas umum melalui penerbitan obligasi. Penerbitan
obligasi pemerintah daerah telah dimungkinkan oleh
Undang-undang Pasar Modal, namun dalam
pelaksanaannya masih memerlukan perangkat hukum
tambahan sehingga sampai saat ini belum ada pemerintah
daerah yang menerbitkan obligasi.
Penerapan Standar Internasional
Prinsip-prinsip IOSCO
IOSCO sebagai organisasi otoritas pasar modal seluruh
dunia telah menerbitkan IOSCO Objectives and Principles of
Securities Regulation yang merupakan kerangka umum
bagi pengaturan pasar modal. IOSCO Principles terdiri dari
30 prinsip yang bertujuan untuk melindungi para investor,
menjamin terbentuknya pasar modal yang wajar, efisien,
dan transparan, serta mengurangi risiko sistemik. Prinsip-
prinsip tersebut berkaitan dengan lembaga pengawas,
lembaga bursa efek, penegakan hukum, kerjasama di
bidang pengaturan, emiten dan perusahaan publik, skema
investasi kolektif, lembaga intermediasi, dan pasar
sekunder.
Bapepam sebagai otoritas pasar modal di Indonesia yang
merupakan anggota dari IOSCO, pada bulan Oktober 2003
telah melaksanakan self assessmentmengenai implementasi
prinsip-prinsip IOSCO di pasar modal Indonesia sesuai
dengan metodologi yang telah disediakan oleh IOSCO.
Berdasarkan self assessmenttersebut, secara umum
Indonesian Depository Receipt
(SPEI in Indonesian acronym)
In 1997, Bapepam introduced SPEI as a new instrument in
capital market area. This step was taken in order to provide
facilities for foreign issuers that intend to do public
offering in Indonesian capital market, as well as to widen
the investment alternatives for both foreign and domestic
investors in Indonesia, to enhance investor protection, and
to strengthen legal certainty.
SPEI is created for foreign issier that has submitted
registration statement in its respective country whose
regulations are in line with that of Indonesia. However,
since its introduction in June 2005, there has been no
issuer that has made use of this instrument.
Municipal Bond
Along with the implementation of Regional Autonomy
Policy stated in Law Number 32 Year 2004 regarding
Regional Government and Law Number 33 Year 2004
regarding Financial Balancing between Central and
Regional Governments, regional government may utilize
capital market as a vehicle to obtain long- term financing
for public infrastructure projects. The issuance of municipal
bond has been accommodated by Capital Market Law.
Nevertheless, no regional government has ever issued any
municipal bond yet because in its implementation phase, it
is necessary to provide some additional legal frameworks.
Implementation of International Standards
IOSCO Principles
IOSCO, as an international organization of securities
regulators around the globe, has established the IOSCO
Objectives and Principles of Securities Regulation which
function as the general framework reference of securities
market regulations. It consists of 30 principles which aim
to protect investors, to ensure fair, efficient, and
transparent markets, as well as to reduce systemic risks.
They relate to regulators, self-regulation, enforcement,
cooperation, issuers, collective investment schemes, market
intermediaries, and secondary market.
Bapepam as the Indonesian capital market authority, which
is also an ordinary member of IOSCO, in October 2003
accomplished its self assessment on the implementation of
IOSCO Principles in Indonesian capital market in
accordance to methodology set by IOSCO. Based on the
results of self assessment, Bapepam has generally complied
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
26/78
Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009
26
Bapepam telah dapat memenuhi sebagian besar isi dan
ketentuan yang terdapat pada prinsip-prinsip tersebut.
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang belum
sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip IOSCO antara
lain mengenai independensi lembaga pengawas, kerjasama
dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka
pengawasan dan penegakan hukum di pasar modal,kewenangan berbagi informasi non publik dan menjaga
kerahasiaan informasi dengan otoritas lainnya,
peningkatan kualitas keterbukaan emiten dan perusahaan
publik, dan restrukturisasi lembaga bursa efek serta
penyelarasan peraturan antara Bapepam dengan SROs.
Rekomendasi The Group of 30 (G30)
G30 menerbitkan 20 rekomendasi yang berkaitan dengan
kliring dan penyelesaian transaksi efek. Keduapuluh
rekomendasi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok yaitu pembentukan jaringan sistem berstandar
global (global network), pengurangan risiko, dan
peningkatan pengelolaan jasa kliring dan penyelesaian.
Secara umum pasar modal Indonesia, terutama jasa kliring
dan penyelesaian yang diselenggarakan oleh KPEI dan
KSEI, telah memenuhi rekomendasi tersebut . Proses
perdagangan di pasar modal Indonesia telah menerapkan
perdagangan tan pa warkat dan memperpendek jangka
waktu penyelesaian transaksi efek. Lebih lanjut, KSEI telah
menyediakan jasa berkaitan dengan penyampaian
konfirmasi dan informasi mengenai alokasi dana dan efek
dari hasil transaksi bursa melalui sistem yang tersedia di
KSEI, meskipun masih terbatas bagi manajer investasi
kepada bank kustodian.
Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
telah mengatur ketentuan berkaitan dengan pengelolaan
jasa kliring dan penyelesaian, termasuk pengangkatan
direksi dan komisaris dan prosedur operasi dan
pengendalian internal.
Prinsip- prinsip FIBV
FIBV atau World Federation of Exchanges (WFE) adalah
asosiasi penyelenggara perdagangan efek dan derivatif
yang memberikan panduan kepada lembaga bursa efekberupa standar minimal dalam pengorganisasian,
pengaturan, dan pengawasan pasar. FIBV menyediakan
fasilitas berupa forum untuk komunikasi, analisa dan
diskusi bagi sesama an ggotanya berkaitan dengan
peraturan dan perundangan terkait serta perkembangan di
industri efek dan derivatif.
Prinsip-prinsip FIBV terdiri dari 14 prinsip yang merupakan
persyaratan untuk menjadi anggota dari asosiasi ini.
Prinsip-prinsip tersebut adalah organisasi dan operasional
bursa, akses terhadap pasar, pencatatan dan keterbukaan
dari produk keuangan yang diperdagangkan, perdagangan,kliring dan penyelesaian, infrastruktur teknis, manajemen
risiko, penyelesaian atas permasalahan, pengaduan investor
dan fasilitas arbitrasi, pengawasan, surveillance dan
with most of the provisions stated in the IOSCO Principles.
Yet, there are some issues that have not been fully
complied with the IOSCO Principles, such as independency
of supervisory authority, cooperation with related parties
with respect to supervision and enforcement in capital
market area, enhancement of quality of issuers and public
companies disclosure, and restructuring of self regulatoryorganization and harmonization of regulation between
Bapepam and SROs.
Recommendations of the Group of 30 (G30)
G30 has released 20 recommendations related to securities
transaction clearing and settlement. Those
recommendations may be classified into three categories,
including global network, risk reduction, and enhancement
of clearing and settlement service management.
Indonesian capital market, particularly the clearing and
settlement service that are organized by KPEI and KSEI, has
complied with the recommendations mentioned above. The
trading process in Indonesian capital market has
implemented scripless trading and shorter securities
transaction settlement period. Further, KSEI has provided
services related to confirmation and information
submission on fund and securities allocation resulting from
exchange transactions via a system in KSEI which
unfortunately is still restrictedly provided by investment
managers only to custodian ban ks.
Rules and regulations in capital market area have stated
provisions related governing the clearing and settlement
services management, commissions and directors
designation, as well as operational and internal control.
FIBV Principles
FIBV or World Federation of Exchanges (WFE) is a trade
organization for regulated securities and derivative markets
which provides guidelines to exchanges on organizationsminimal standards, regulations, and market surveillance.
FIBV has provided forum for communication, analysis and
debate among its members in relation with rules and
regulations as well as development of securities and
derivative markets.
There are 14 FIBV principles which set the requirements for
securities and derivatives markets which are members of
this federation. The principles include exchange
organizations and operations, market access, listing and
disclosure of traded financial products, trading, clearingand settlement, technical infrastructure, risk management,
dispute settlement, investor complaints and arbitration
facilities, monitoring, surveillance and enforcement,
8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005
27/78
Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009
27
penegakan hukum, perlindungan investor, perilaku bisnis,
keterbukaan, investasi asing, dan kepatuhan terhadap
rekomendasi FIBV.
Sebagai anggota FIBV, BEJ memiliki tanggung jawab untuk
menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan
rekomendasi FIBV yang dalam pelaksanaannya dikaji ulang
secara berkala. Sementara itu, BES baru merupakanresponden dari FIBV sehingga hanya dapat memperoleh
semua publikasi yang diterbitkan oleh FIBV dan
menghadiri workshops yang diadakan oleh FIBV.
Dengan status keanggotaan BEJ dan peran aktif BES, hal
tersebut menunjukkan bahwa bursa efek di Indonesia telah
memenuhi standar minimal FIBV dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Berdasarkan Annual Report and
Statistics 2004 FIBV, BEJ menduduki urutan ke-6 dalam
The 10 Top Broad Price Index Performance in 2004.
Rekomendasi International Securities Services
Association (ISSA)
Pada tahun 2000, ISSA yang dibentuk oleh G30
menerbitkan rekomendasi dan prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan pemberian jasa di dalam industri efek
yang dikenal dengan Recommendations 2000. Secara
umum pasar modal Indonesia sudah memenuhi sebagian
besar dari rekomendasi tersebut antara lain sudah
tersedianya sistem yang dapat menyediakan proses
transaksi yang efektif dengan biaya relatif rendah dan juga
pilihan akses jaringan dalam basis interaktif. Sementara
itu, beberapa hal yang belum terpenuhi antara lain
pemenuhan penyelesaian transaksi T+1, skema
perlindungan investor (investor protection scheme), dan
pengaturan terkait dengan kepailitan perusahaan efek.
Skema perlindungan investor dapat berupa pembentukan
suatu lembaga khusus yang berperan memberikan
perlindungan kepada investor dalam bentuk investor
protection fundatau kewajiban perusahaan efek untuk
mengasuransikan rekening efek nasabah. Meskipun
peraturan mengenai asuransi rekening efek nasabah telah
diterbitkan oleh Bapepam namun belum dapat
dilaksanakan.
Sesuai dengan UU Nomor 4 tahun 1998 tentang Kepailitan,
proses pengajuan permohonan kepailitan terhadap
Perusahaan efek hanya dapat diajukan oleh Bapepam.
Namun demikian, hingga saat ini belum ada peraturan
pelaksanaan lebih lanjut atas proses pengajuan
permohonan kepailitan dan hal-hal lain terkait dengan
kepailitan perusahaan efek dimaksud.
Rekomendasi FATF
FATF merupakan satuan tugas internasional yang dibentuk
oleh negara-negara kelompok G-7 yang menerbitkan
prinsip-prinsip dan rekomendasi dalam rangka pencegahandan penanggulangan kegiatan pencucian uang dan
pembiayaan kegiatan terorisme. Sebagai wujud
keikutsertaan Bapepam dalam penanganan tindak pidana
investor protection, business conducts, disclosure, foreign
investment, and compliance to FIBV recommendations.
As a member of FIBV, BEJ has the responsibility to operate
its business activities in accordance to FIBV
recommendations, which in practice are reviewed on
regular basis. Meanwhile, BES is now a respondent of FIBVso that it may only get access to all publications circulated
by FIBV and attend workshops held by FIBV.
The membership of BEJ and active role of BES as
respondent show that Indonesian exchanges have fulfilled
the minimum standards of FIBV in operating their business
activities. Based on Annual Report and Statistics 2004
FIBV, BEJ ranked 6th in the 10 Top Broad Price Index
Performance in 2004.
Recommendations of International Securities
Services Association (ISSA)
In year 2000, ISSA, which was formed by G30, established
recommendations and principles related to service in
securities industry, which is known as Recommendations
2000. In general, Indonesian capital market has met the
terms set in the recommendations, such as implementing a
securities system, which allows effective low cost
processing as well as the option of network access on an
interactive basis. However, there are some
recommendations that have not been fulfilled yet, such as
the T+1 trading settlement, investor protection scheme, and
regulations related to market intermediary bankruptcy.
Investor protection scheme may be facilitated by
constructing a particular institution which is responsible
for protecting investors in the form of investor protection
fund or require market intermediaries to insure their clients
securities accounts. Bapepam has enacted rule re