JARINGAN KOMUNIKASI INFORMASI HARGA
DAN PEMASARAN SAYUR
DESNI UTAMI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jaringan Komunikasi
Informasi Harga dan Pemasaran Sayur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Desni Utami
NIM I34060369
ABSTRAK
UTAMI, DESNI. 2013. Jaringan Komunikasi Informasi Harga dan Pemasaran
Sayur. Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS.
Petani membutuhkan informasi yang memadai dan terpercaya untuk
meningkatkan pemasaran sayur. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya, petani
menetapkan sebuah jaringan komunikasi diantara mereka. Penelitian ini bertujuan
(1) untuk mendeskripsikan jaringan komunikasi dalam informasi harga dan
pemasaran sayur di antara petani (2) menganalisis hubungan antara karakteristik
personal petani dengan jaringan komunikasi pemasaran informasi harga dan
pemasaran sayur. Seluruh anggota Kelompok Tani Tani Jaya, 21 orang menjadi
responden dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sensus. Responden
diwawancarai menggunakan kuisioner terstruktur. Penelitian ini menghasilkan
beberapa informasi yaitu (1) jaringan komunikasi informasi harga sayur adalah
jaringan komunikasi tertutup dan jaringan komunikasi penjualan sayur adalah
jaringan komunikasi radial (2) terdapat hubungan nyata antara luas lahan dan
pekerjaan selain bertani dengan sentralitas lokal dan global jaringan komunikasi
informasi harga sayur. Terdapat pula hubungan nyata antara luas lahan dengan
sentralitas global jaringan komunikasi penjualan sayur.
Kata kunci: jaringan komunikasi, petani sayur, pemasaran sayur
ABSTRACT
UTAMI, DESNI. 2013. Communication Network in Price Information and
Vegetable Marketing. Supervised by DJUARA P. LUBIS.
Farmers need an adequate and trusted information in order to increase
vegetable marketing. For fulfilling their information requirement, farmers
establish a communication network among them. The purposes of this research
were (1) to describe the communication network in price information and
vegetable marketing among farmers (2) to analyze the relationship between
personal characteristics of farmer and the communication network in price
information and vegetable marketing. All members of Tani Jaya Farmer-Group,
21 farmers were taken as sample by using sampling intact system. This research
resulted several outputs i.e: (1) communication network about vegetable price
information was interlocking personal network and communication network about
vegetable selling was radial personal network (2) there was significant
relationship between arable land area, side job in addition to farming with local
and global centrality of communication network about vegetable price
information. There was also significant relationship between arable land area with
global centrality of communication network about vegetable selling.
Key words: communication network, vegetable farmers, vegetable marketing
RINGKASAN
UTAMI, DESNI. 2013. Jaringan Komunikasi Informasi Harga dan Pemasaran
Sayur. Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS.
Perkembangan agribisnis hortikultura, khususnya sayuran saat ini
menghadapi terbukanya arus informasi yang mendorong pada makin
berkembangnya desakan produk ekspor maupun impor dan peningkatan selera
konsumen, baik domestik maupun global. Permasalahan pokok pengembangan
agribisnis sayuran adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan
pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan
preferensi konsumen. Permasalahan tersebut nampak nyata pada produk
hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor. Berbeda dengan
petani yang mengelola komoditas padi dan palawija yang cenderung masih
bersifat pasif, petani sayuran cenderung bersifat proaktif dan sudah lebih
berorientasi pada pasar. Hal ini di antaranya disebabkan oleh harga komoditas
sayuran yang selalu berfluktuasi dan sifatnya yang mudah rusak. Oleh karena itu
petani sayur memerlukan informasi yang memadai dan dipercaya untuk
meningkatkan pemasarannya.
Penelitian jaringan komunikasi dalam pemasaran sayur ini mengacu pada
konsep model komunikasi konvergensi oleh Rogers dan Kincaid (1981). Model
komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana
partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu sama
lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid (1979) dalam Rogers dan
Kincaid (1981) komponen utami pada model ini adalah informasi, ketidakpastian,
konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama, aksi kolektif dan
keterhubungan jaringan. Dalam penelitian ini, aspek kajian jaringan komunikasi
meliputi peranan individu dan indicator jaringan komunikasi. Peranan individu
ditunjukkan dengan peranannya sebagai bintang, jembatan, penghubung atau
pencilan dalam sistem sosial. Indicator jaringan yang digunakan dalam penelitian
ini mengacu pada pengukuran menurut Freeman (1979) dalam Scott (2000) yang
terdiri dari sentralitas lokal dan sentralitas global.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jaringan komunikasi dalam
pemasaran sayur di antara petani dan menganalisis hubungan antara karakteristik
personal petani dengan jaringan komunikasi pemasaran sayur. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Lokasi
penelitian ini adalah Desa Ciaruteun Ilir, Kacematan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu
petani sayur. Responden dalam penelitian ini diambil menggunakan metode
sampling intact system yaitu seluruh anggota Kelompok Tani Tani Jaya,
berjumlah 21 orang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Agustus 2013. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis sosiometri,
analisis mengenai jaringan dengan software UCINET VI serta analisis korelasi
Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan struktur jaringan komunikasi mengenai
pengumpulan informasi harga sayur merupakan interlock personal network
(memusat) sedangkan struktur jaringan komunikasi mengenai penjualan sayur
merupakan radial personal network (menyebar). Pada jaringan komunikasi
pengumpulan harga, keterhubungan antara individu anggota kelompok masih
nampak jelas melalui liason dan bridge yang menghubungkan antar klik.
Sedangkan pada jaringan komunikasi penjualan individualitas anggota kelompok
sangat nyata. Terlihat dari jumlah isolate dan tidak adanya liason dan brigde pada
jaringan komunikasi penjualan sayur tersebut. Petani lebih banyak berkomunikasi
dengan individu di luar kelompok seperti pedagang dan tengkulak. Petani sayur
yang terlibat dalam jaringan komunikasi pengumpulan informasi harga dan
memiliki kemampuan menghubungi petani sayur lainnya dalam lingkungan
terdekatnya adalah orang-orang yang memiliki luas lahan tinggi dan memiliki
pekerjaan lain di luar bertani sebagai pedagang pengumpul. Dalam hal pemasaran
sayur petani anggota Kelompok Tani Tani Jaya lebih memilih memasarkan
sayurnya secara individu. Sehingga individu yang memiliki kemampuan
menghubungi petani sayur dalam lingkungan terdekat merupakan individu di luar
kelompok tani.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Institut Pertanian Bogor.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.
JARINGAN KOMUNIKASI INFORMASI HARGA
DAN PEMASARAN SAYUR
DESNI UTAMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul Skripsi: Jaringan Komunikasi lnfonnasi Harga dan Pemasaran Sayur Nama : Desni Utami NIM : 134060369
Disetujui oleh
../
. Lubis MS
. Di etahui oleh Ketua Depart rfieli"Saips.Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Tanggal Lulus: 2 7 SEP 2r 13
Judul Skripsi : Jaringan Komunikasi Informasi Harga dan Pemasaran Sayur
Nama : Desni Utami
NIM : I34060369
Disetujui oleh
Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Jaringan Komunikasi Informasi Harga dan Pemasaran Sayur”
dengan baik.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Dr Ir Djuara P. Lubis, MS yang merupakan dosen pembimbing skripsi, dosen
pembimbing studi pustaka serta dosen pembimbing akademik, atas segala
bimbingan, motivasi, saran, dan kesabarannya mencurahkan waktu dan
pemikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS yang telah bersedia menjadi penguji utama dan
Martua Sihaloho, SP, Msi selaku dosen penguji perwakilan departemen dalam
sidang skripsi.
3. Dosen-dosen pada Departemen Sains KPM yang telah memberikan
pengajaran kepada penulis selama perkuliahan.
4. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak M Husen, SPd, MM dan Ibu Nima
Romaita yang telah memberikan segenap kasih sayangnya, motivasi,
dukungannya sehingga penulis tidak kekurangan suatu apapun dan untaian doa
yang tidak pernah putus, serta adik-adikku Alvin Firdaus dan Mia Lestari yang
selalu memotivasi penulis untuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik.
5. Suamiku Setyo Dwi Wilopo dan putriku tercinta Sachie Pratami Wilopo
terima kasih untuk dukungan, semangat, doa dan ridhonya.
6. Kelompok Tani Tani Jaya Desa Ciaruteun Ilir, Kelurahan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian.
7. Sahabat-sahabat tersayang dari KPM 43: Rai, Dya, Ipung, Lingga, Dina,
Wulan terima kasih semangat, dukungan moril, dan persahabatan yang penuh
warna.
8. Sahabat-sahabat KSATRIA 43 dan saudari-saudariku JELITA terima kasih
atas perhatian, kasih sayang, dan semangat yang terus diberikan sampai saat
ini. Terima kasih atas bantuan-bantuannya.
9. Trio Macan KPM, Mbak Maria, Mbak Icha dan Mba Dhiny yang sabar sekali
”mencari” penulis jika penulis ”hilang”, semuanya tenaga kependidikan pada
Departemen SKPM-FEMA, yang sangat membantu penulis terkait masalah
administrasi dan kepustakaan selama penulis menyelesaikan studi .
Bogor, September 2013
Desni Utami
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Perumusan Masalah ......................................................................... 3
Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3
PENDEKATAN KONSEPTUAL ......................................................... 5
Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
Pengertian dan Konsep Jaringan Komunikasi……………………. 5
Analis Jaringan Komunikasi………………………………............ 7
Pemasaran Sayuran………………………………………………... 12
Karakteristik Personal Petani Sayuran……………………………. 16
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 17
METODE PENELITIAN ...................................................................... 20
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................... 20
Populasi dan Sampel……. .............................................................. 20
Data dan Instrumentasi…………………........................................ 21
Definisi Operasional Peubah dan Pengukuran………………......... 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN…………………….. 24
Gambaran Umum Desa Penelitian.................................................. 24
Lokasi dan Kondisi Fisik................................................................. 24
Keadaan Penduduk.......................................................................... 25
Prasarana Komunikasi dan Informasi di Desa Ciaruteun Ilir 26
Profil Kelompok Tani Tani Jaya...................................................... 29
Karakteristik Anggota Kelompok Tani Tani Jaya……………… 30
Tingkat Pendidikan........................................................................ 30
Umur.............................................................................................. 31
Lama Usahatani............................................................................ 32
Jenis Mata Pencaharian Selain Bertani……………………............ 32
Luas Lahan....................................................................................... 33
JARINGAN KOMUNIKASI INFORMASI HARGA DAN
PEMASARAN SAYUR…………………………..……………...
34
Jaringan Komunikasi dalam Informasi Harga Sayur..................... 34
Jaringan Komunikasi dalam Penjualan Sayuran............................ 41
Analisis Jaringan Komunikasi di Tingkat Individu…………......... 47
Sentralitas Lokal.............................................................................. 48
Sentralitas Global............................................................................. 49
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL ANGGOTA
KELOMPOK TANI TANI JAYA DENGAN JARINGAN
KOMUNIKASI...............................................................................
52
Hubungan Jaringan Komunikasi Pengumpulan Informasi Harga
Sayur dengan Karakteristik Individu...............................................
52
Sentralitas Lokal.............................................................................. 52
Luas Lahan....................................................................................... 53
Pekerjaan Selain Bertani................................................................. 53
Sentralitas Global........................................................................... 54
Luas Lahan..................................................................................... 54
Pekerjaan Selain Bertani................................................................ 55
Hubungan Jaringan Komunikasi Penjualan Sayur dengan
Karakteristik Individu.....................................................................
55
Sentralitas Lokal.............................................................................. 55
Sentralitas Global............................................................................ 56
Luas Lahan....................................................................................... 56
PENUTUP.............................................................................................. 58
Kesimpulan...................................................................................... 58
Saran................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 59
LAMPIRAN .......................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………… 67
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Batas wilayah Desa Ciaruteun Ilir tahun 2012…………..... 24
2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir
menurut kelompok usia pada tahun 2012………………….
25
3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir
berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2012………………
25
4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir
menurut mata pencaharian tahun 2012…………………...
26
5 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya
menurut tingkat pendidikan tahun 2013…………………...
31
6 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya
menurut umur tahun 2013………………………………….
32
7 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya
menurut lama berusahatani tahun 2013……………………
32
8 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya
menurut jenis mata pencaharian tahun 2013…………….
33
9 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya
berdasarkan luas lahan yang dikelolah tahun 2013……….
33
10 Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani dalam
informasi harga sayur……………………………………...
37
11 Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi Kelompok
Tani Tani Jaya mengenai penjualan sayur…………………
41
12 Karakteristik personal peran isolate pada jaringan
komunikasi mengenai penjualan sayur……………………
44
13 Perbedaan jaringan informasi harga dan penjualan sayur
berdasarkan klik dan peran individu……………………..
46
14 Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal
dan sentralitas global petani sayur anggota Kelompok Tani
Tani Jaya berdasarkan topik jaringan komunikasi
48
mengenai informasi harga dan penjualan………………….
15 Perbedaan jaringan komunikasi informasi harga dan
jaringan komunikasi penjualan sayur berdasarkan nilai
sentralitas lokal dan global………………………………
51
16 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas
lokal pengumpulan informasi harga sayur…………………
52
17 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas
global pengumpulan informasi harga sayur………………
54
18 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas
lokal penjualan…………………………………………….
56
19 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas
global penjualan sayur……………………………………..
56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Star ……………………………………………………. 6
2 Liason …………………………………………………. 6
3 Isolate …………………………………………………. 6
4 Neglectee …………………………………………….... 7
5 Struktur jaringan komunikasi ………………………… 10
6 Saluran pemasaran sayuran segar ………….…………. 16
7
8
9
Kerangka pemikiran………………………………...…..
Garis kekerabatan Kelompok Tani Tani Jaya
Jaringan komunikasi petani sayur mengenai
pengumpulan informasi harga sayur……………………
19
30
37
10 Jaringan komunikasi petani sayur mengenai penjualan
sayur……………………………………………………
42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner Penelitian……………...……………………. 63
2 Nomor responden dan nilai sentralitas lokal serta
sentralitas global………………………………………..
65
3 Hasil pengolahan data berdasarkan uji Pearson
karakteristik personal dengan jaringan komunikasi
pengumpulan informasi harga sayur…………...……….
66
4 Hasil pengolahan data berdasarkan uji Pearson
karakteristik personal dengan jaringan komunikasi
penjualan sayur………………………………...……….
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian
Indonesia karena pertanian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
nasional. Peran strategis tersebut adalah (1) pemasok bahan makanan pokok
penduduk, (2) pemasok bahan baku industri, (3) penyedia lapangan kerja terbesar
penduduk, (4) pencipta nilai tambah atau produk domestik bruto (PDB) dan (5)
penghasil atau sumber devisa (Kusnadi 2009 dalam Cindoswari 2012).
Indraningsih et al. (2007) menyatakan baik dari aspek potensi permintaan
pasar maupun aspek potensi produksi mestinya sektor usaha komoditas sayuran
dapat dijadikan sumber akselerasi pertumbuhan sektor pertanian dan sekaligus
memecahkan dua masalah mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini
yaitu masalah pengangguran dan kemiskinan. Dari sisi permintaan, jumlah
penduduk yang besar, kenaikan pendapatan, dan berkembangnya pusat kota-
industri-wisata, serta liberalisasi perdagangan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi permintaan.
Perkembangan agribisnis hortikultura, khususnya sayuran saat ini
menghadapi terbukanya arus informasi yang mendorong pada semakin
berkembangnya desakan produk ekspor maupun impor dan peningkatan selera
konsumen, baik domestik maupun global. Pada era globalisasi ekonomi seperti
Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC),
sebagian pasar domestik Indonesia saat ini telah diisi oleh produk hortikultura
impor dengan kualitas, cara pengepakan, diversifikasi produk, dan penampilan
yang lebih baik serta harga yang bersaing dengan produk domestik (Mulyandari
2011).
Pemerintah mulai menerapkan kebijakan pembatasan impor produk
hortikultura pada bulan Mei 2012. Penerapan pembatasan impor ini dilakukan
dengan tujuan melindungi hasil hortikultura dalam negeri terutama pada masa
panen. Pembatasan impor ini membuat petani harus meningkatkan hasil
pertaniannya baik dalam segi kualitas maupun kuantitas agar terus dapat
memenuhi permintaan pasar.
Permasalahan pokok pengembangan agribisnis sayuran adalah belum
terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai
dengan dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen, permasalahan
tersebut nampak nyata pada produk hortikultura untuk tujuan pasar konsumen
institusi dan ekspor. Permasalahan lain adalah ketimpangan dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, aset utama lahan, modal, dan akses pasar antar
pelaku agribisnis menyebabkan struktur kelembagaan kemitraan usaha pada
komoditas sayuran yang rapuh (Indraningsih et al. 2007).
Peningkatan produksi bagi petani sayuran memerlukan suplai informasi-
informasi yang memadai dan dipercaya dalam mencapai tujuannya. Informasi
dirumuskan sebagai ide, fakta, karya imajinatif pikiran, data yang berpotensi
untuk pengambilan keputusan, pemecahan masalah serta jawaban atas pertanyaan
yang dapat mengurangi ketidakpastian (Kaniki 1992 dalam Ihsaniyati 2010).
Informasi akan memberikan pilihan atau alternatif untuk komponen-komponen
dari sistem. Komponen sistem akan mencari informasi untuk mengatasi kesulitan
mereka atau memecahkan masalah mereka. Masyarakat memerlukan informasi
sebagai bahan masukan untuk menghadapi ketidakpastian yang mereka hadapi
(Flor and Matulac 1994 dalam Lubis 2000).
Teori jaringan komunikasi menyatakan dalam pencarian informasi, petani
harus membangun struktur jaringan dengan tetangga dan sumber informasi
lainnya (Littlejohn 1992). Studi jaringan komunikasi merupakan salah satu dari
beberapa pendekatan penelitian yang mempelajari perilaku komunikasi dengan
pendekatan konvergen. Dikatakan demikian karena konsepsi jaringan komunikasi
menekankan bahwa komunikasi sebagai proses yang saling tukar-menukar
informasi (Setiyanto 1993). Analisis jaringan komunikasi merupakan metode
penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana
data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan
beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis (Rogers dan Kincaid
1981).
Berbeda dengan petani yang mengelola komoditas padi dan palawija yang
cenderung masih bersifat pasif, petani sayuran cenderung bersifat proaktif dan
sudah lebih berorientasi pada pasar. Hal ini di antaranya disebabkan oleh harga
komoditas sayuran yang selalu berfluktuasi dan sifatnya yang mudah rusak. Oleh
karena itu jaringan komunikasi petani sayuran pada proses pengumpulan
informasi harga dan pemasaran produk hasil pertaniannya menjadi menarik untuk
diteliti.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah jaringan komunikasi dalam informasi harga dan pemasaran
sayur yang terbentuk di antara petani?
2. Bagaimanakah hubungan karakteristik personal petani dengan jaringan
komunikasi dalam informasi harga dan pemasaran sayur kelompok tani?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan permasalah yaitu:
1. Mendeskripsikan jaringan komunikasi dalam informasi harga dan
pemasaran sayur yang terbentuk di antara petani.
2. Mengetahui hubungan antara karakteristik personal petani dengan jaringan
komunikasi dalam informasi harga dan pemasaran sayur kelompok tani.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai jaringan
komunikasi, serta sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman ilmiah
dan juga merupakan sarana untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh yaitu dengan meilhat fenomena yang terjadi di lapangan yang
kemudian dikaitkan dengan teori-teori yang sesuai.
2. Bagi masyarakat terutama petani sayuran, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman terhadap jaringan komunikasi petani sayuran.
3. Bagi penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat membantu
perumus kebijakan dan pelaksana program pembangunan pertanian
hortikultura khususnya sayuran
PENDEKATAN KONSEPTUAL
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan Konsep Jaringan Komunikasi
Secara sederhana, Beebe dan Masterson (1994) dalam Anty (2002)
mendefinisikan jaringan komunikasi sebagai “siapa berbicara dengan siapa atau
kepada siapa”. Menurut Gonzales dalam Jahi 1993 jaringan komunikasi
dinyatakan sebagai hubungan siapa dengan siapa yang dapat diilustrasikan dalam
sebuah sosiogram yang berguna untuk menelusuri jaringan informasi ataupun
difusi suatu inovasi. Sedangkan menurut Hanneman dan Mc Iver (1975) dalam
Anty (2002), yang disebut dengan jaringan komunikasi adalah pertukaran
informasi secara teratur antara dua orang atau lebih. Pokok perhatian Hanneman
dan Mc Iver adalah adanya pertukaran informasi yang teratur antar individu.
Jaringan komunikasi oleh Rogers dan Kincaid (1981) diterjemahkan
sebagai suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling
berhubungan, yang dihubungkan oleh jaringan informasi yang terpola. Pokok
perhatian Rogers dan Kincaid adalah bahwa jaringan komunikasi terdiri dari
individu-individu yang membentuk hubungan yang relatif stabil.
Berkaitan dengan terbentuknya jaringan komunikasi, Rogers (1983)
menjelaskan bahwa istilah jaringan dalam konteks komunikasi yang mengacu
pada suatu pengelompokkan sejumlah individu atau lainnya yang berinteraksi satu
sama lain menurut pola hubungan tertentu dari waktu ke waktu. Berdasarkan
beberapa definisi jaringan komunikasi yang dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan mengenai definisi jaringan komunikasi yang terkait dengan penelitian
ini, yakni suatu rangkaian hubungan antara individu yang relatif stabil dalam
suatu sistem sosial, sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi diantara
individu tersebut sehingga membentuk suatu pola jaringan komunikasi.
Bermacam-macam fungsi yang terdapat dalam jaringan komunikasi oleh
Setiawan 1989 digambarkan sebagai konfigurasi sosiometris, yang terdiri dari:
6
a. Star (Bintang), yaitu orang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi
dari beberapa orang dalam jaringan. Contoh pada Gambar 1:
Gambar 1 Star
b. Liason (penghubung), yaitu orang yang menghubungkan dua kelompok
(klik) atau lebih dalam suatu sistem jaringan komunikasi. Contohnya pada
Gambar 2:
Gambar 2 Liason
Individu yang berperan sebagai liason dapat memperlancar proses
komunikasi dalam suatu sistem jaringan dan para liason berada di luar
antara kedua klik yang dihubungkannya.
c. Isolate (pemencil), yaitu orang yang berada dalam lingkungan atau sistem,
tetapi tidak menjadi anggota jaringan. Contohnya pada Gambar 3:
Gambar 3 Isolate
7
d. Neglectee, yaitu orang yang memilih tetapi tidak dipilih. Neglectee adalah
orang yang pernah membicarakan tetapi tidak pernah diajak bicara atau
dijadikan tempat bertanya oleh anggota kelompok lainnya. Contohnya pada
Gambar 4:
Gambar 4 Neglectee
e. Gate keeper, yaitu orang yang berada dalam suatu struktur jaringan
komunikasi, yang memungkinkan dia melakukan kontrol arus komunikasi.
Dalam hal ini gate keeper mempunyai kekuasaan dalam memutuskan
apakah suatu informasi penting atau tidak untuk disampaikan kepada publik.
Analisis Jaringan Komunikasi
Menurut Kincaid dan Rogers (1981) dalam mempelajari tingkah laku
manusia berdasarkan proses komunikasi yang terjadi di antara partisipan dalam
suatu sistem adalah melalui suatu pendekatan analisis jaringan komunikasi.
Analisis jaringan komunikasi merupakan suatu metode penelitian untuk
mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana hubungan
mengenai aliran atau jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakaan
beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisisnya. Kincaid dan
Rogers 1981; Rogers 1983 mengemukakan bahwa kumpulan individu yang saling
berhubungan melalui jaringan informasi yang disebut sebagai jaringan
komunikasi memiliki tingkat struktur tertentu yang sudah stabil.
Individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi memusat terdiri dari
individu-individu yang homofili, yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan
8
hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang memiliki atribut sama atau
yang sedikit lebih tinggi dari posisi dirinya. Individu yang homofili ini kurang
terbuka terhadap lingkungannya.
Muhammad (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan
komunikasi serta peranan individu di dalamnya digunakan analisis jaringan. Dari
hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang
dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan suatu kelompok
dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam
organisasi.
Ada tiga tipe analisis hubungan yang dapat digunakan untuk menganalisis
bagaimana hubungan perilaku komunikasi:
a. Pada tingkat jaringan komunikasi personal
Tingkat jaringan komunikasi personal merupakan tingkat terbawah, ciri
struktural yang penting adalah derajat dimana seseorang terintegrasi dengan
individu-individu lainnya dalam jaringan komunikasi. Intergrasi jaringan
komunikasi personal ialah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi
ada di antara anggota jaringan individual jaringan komunikasi. Semakin besar
jumlah hubungan ini, maka semakin besar derajat integrasi hubungan jaringan
komunikasi khususnya secara individual. Derajat integrasi pada jaringan
komunikasi ini berhubungan dengan peranan khusus komunikasi dalam suatu
sistem, misalnya liason dan topik-topik percakapan yang berbeda.
b. Pada tingkat klik
Pada tingkat klik, berbagai variabel struktural yang dapat dipertimbangkan
untuk diukur adalah: (1). Keterhubungan klik, yakni derajat para anggota
suatu klik berhubungan satu sama lainnya, melalui arus komunikasi (2).
Kedominan klik, yakni derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar
klik tidak memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan klik, yakni
derajat dimana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan
klik-klik yang ada di luarnya (4). Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih
luas, dapat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan
klik dengan jaringan yang lebih luas.
9
c. Pada tingkat sistem
Pada tingkat sistem, kita dapat melakukan beberapa analisis: (1). Keterbukaan
sistem, yakni derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan dengan
sistem lainnya melalui arus komunikasi (2). Kedominan sistem, yakni derajat
dimana polapola hubungan komunikasi antar klik dalam suatu sistem sosial
yang tidak memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan sistem, yakni
derajat di mana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan
lingkungannya.
Jadi pada hakekatnya, suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan
yang bersifat homofili, yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan
dengan orang yang mempunyai atribut yang sama dengan dirinya. Namun
demikian bukan berarti suatu jaringan komunikasi hanya dapat terjadi pada orang-
orang yang memiliki atribut yang sama saja, karena hubungan komunikasi yang
terjadi dalam jaringan akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku orang-
orang yang terlibat didalamnya. Dalam penelitian mengenai jaringan komunikasi,
biasanya terdapat beberapa prosedur penelitian, yaitu:
a. Tahap pengidentifikasian klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem
b. Tahap pengidentifikasian peranan khusus yang ada dalam jaringan, seperti
star, liason, gate keeper.
c. Tahap pengukuran berbagai indeks ukuran struktur komunikasi pada individu,
klik atau sistem (Setiawan 1989).
Selanjutnya, Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model
jaringan komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari (radial personal
network) dan jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network).
Model jaringan personal saling mengunci mempunyai derajat integrasi yang
tinggi, terdiri dari individu yang homofili namun kurang terbuka terhadap
lingkungannya serta informasi bersifat memusat dan menyebar. Sedangkan
jaringan personal jari-jari mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun
mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Krech et al. 1962 dalam
Devito 1997 menyatakan bahwa bentuk umum dari struktur jaringan komunikasi
10
yang terbentuk pada suatu sistem terdiri dari lima yaitu: lingkaran, semua saluran,
rantai, roda, dan bentuk Y. Seperti terlihat dalam Gambar 5:
Lingkaran Semua Saluran Rantai
Roda Y
Gambar 5. Struktur jaringan komunikasi
Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota kelompok berada
dalam posisi yang sama. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama
dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya
memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Struktur
rantai sama dengan struktur lingkaran, kecuali orang yang paling ujung hanya
dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Srutuktur roda mempunyai
pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Struktur Y relatif kurang
tersentralisasi dbandingkan dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi
dibandingkan pola yang lainnya.
11
Ada tiga kerangka pemikiran Rogers dan Kincaid (1981) dalam meneliti
jaringan komunikasi dalam hubungannya dengan karakteristik dan perubahan
perilaku individu:
1. Secara langsung variabel karakteristik individu dan variabel jaringan bersama-
sama berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu
2. Variabel jaringan berperan sebagai perantara antara variabel karakteristik
individu dengan perubahan perilaku, sehingga hanya variabel jaringan yang
berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu
3. Pada beberapa kasus perubahan perilaku sebagai dependen variabel
dipengaruhi oleh jaringan, namun variabel ini dikontrol oleh variabel
karakteristik individu
Selain itu dalam jaringan komunikasi juga dikenal istilah yang
mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi, yaitu (1)
tingkat keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara
anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya, (2) tingkat keragaman (Diversity
Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara
anggota jaringan komunikasi, (3) tingkat integrasi (Integration Index) adalah
keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain
dalam jaringan yg ditunjukkan langkah-langkah hubungan komunikasi, (4) tingkat
keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-
anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu
jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid 1981).
Scott (2000) menyatakan indikator terhadap jaringan komunikasi dapat
dilihat dari beberapa derajat pengukuran yakni:
1. Keterhubungan (connectedness)
Connectedness adalah derajat dimana angota-anggota sistem berhubungan
dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur
dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan
kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi.
12
2. Keterjangkauan (reachability)
Reachability adalah jumlah hubungan yang menghubungkan seseorang
individu dengan individu lain dalam jaringan.
3. Resiprositas (reciprocity)
Adalah persetujuan dua orang tentang eksistensi hubungan mereka.
4. Kepadatan (density)
Konsep kepadatan menggambarkan level untuk keterhubungan individu dalam
sosiogram.
5. Sentralitas (centrality)
Merupakan pengukuran terhadap jaringan komunikasi yang ditemukan dalam
konsep sosiometri sebagai “star” yakni orang yang popular dalam
kelompoknya atau yang berdiri di pusat perhatian.
6. Kebersamaan (betweeness)
Freeman 1979 dikutip oleh Scott 2000 mengusulkan konsep betweeness.
Konsep ini mengukur sejauh mana individu terletak di antara individu-
individu lain pada sosiogram.
Pemasaran Sayuran
Pertanian merupakan suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem
buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia (Nasoetion
2002). Sedangkan menurut Leuwis (2004) pertanian memiliki fungsi untuk
memproduksi makanan dan non makanan, tanaman atau produk-produk hewani.
Adapun produk pertanian antara lain: buah-buahan, sayuran, bunga dan makanan
olahan. Singkatnya pertanian merupakan segala kegiatan manusia, mencakup
bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
Menurut Mosher 1966 dalam Tamba 2007, petani adalah orang yang
mengubah tanam-tanaman dan hewan serta sifat-sifat tubuh tanah supaya lebih
berguna baginya dan manusia lainnya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa petani
sebagai orang yang menjalankan usahataninya, di samping sebagai juru tani
sekaligus juga pengelola (manajer). Menurut Soejitno 1968 dalam Tamba 2007,
batasan pengertian tentang petani adalah sebagai penduduk atau orang-orang yang
13
untuk sementara atau secara tetap memiliki dan atau menguasai sebidang tanah
pertanian dan mengerjakannya sendiri, baik dengan tenaganya sendiri (beserta
keluarganya) maupun dengan menggunakan tenaga orang lain atau orang upahan.
Termasuk dalam pengertian menguasai di sini adalah: menyewa, menggarap
(penyakap), mamaro (bagi hasil), sedangkan buruh tani tak bertanah tidak masuk
tidak masuk dalam kategori petani.
Petani adalah pengusaha, terlepas dari kelas mana berada, bergantung pada
skala usahanya (Cindoswari 2012). Dengan demikian, petani sayuran dapat
didefinisikan adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara produk pertanian sayuran, dengan harapan untuk memperoleh
hasil dari produk pertanian sayuran tersebut untuk digunakan sendiri ataupun
menjualnya kepada orang lain (Hapsari 2012).
Berbeda dengan petani yang mengelola komoditas padi dan palawija yang
cenderung masih bersifat pasif, petani sayuran cenderung bersifat proaktif dan
sudah lebih berorientasi pada pasar. Hal ini di antaranya disebabkan oleh harga
komoditas sayuran yang selalu berfluktuasi dan sifatnya yang mudah rusak.
Sistem informasi yang handal baik untuk teknologi budidaya khususnya pola
(jadwal) tanam maupun untuk pemasaran hasil komoditas sayuran sangat
diperlukan untuk dapat mendorong pada keberdayaan petani sayuran (Hapsari
2012).
Nasoetion (2002) menjelaskan bahwa jauh sebelum para petani padi di
Indonesia mengenal sarana produksi pertanian seperti pupuk dan obat
pemberantas hama dan penyakit, para petani sayuran sebenarnya sudah lebih
dahulu menggunakan sarana produksi seperti itu. Petani sayuran pada mulanya
hanya berkembang usahanya di dekat kota-kota besar yang padat penduduknya,
karena untuk pemasaran sayuran itu diperlukan pasar yang dekat. Hal itu
disebabkan sayuran tidak tahan lama. Sekarang ini pola itu mulai berubah karena
teknologi pascapanen sudah mulai berkembang sehingga cara mengemas dan cara
menyimpan bahan kemasan di dalam ruang yang disejukkan sangat membantu
para petani sayuran untuk memasarkan hasil pertaniannya ke tempat yang lebih
14
jauh. Daerah produksi sayuran di Indonesia ialah Tanah Karo untuk daerah
pemasaran Medan dan Singapura, Bukit Tinggi untuk Padang, Pengalengan untuk
Bandung, Bogor, dan Jakarta, Puncak/Sindanglaya untuk Bogor dan Jakarta, Batu
untuk Malang dan Surabaya. Salah satu kelemahan dalam peningkatan mutu hasil
pertanian sayuran ialah bahwa jenis-jenis unggul belum cepat dimanfaatkan oleh
para petani karena belum banyak pengusaha yang berani menanamkan modalnya
dalam budang penangkaran bibit unggul.
Rahardi et al. (1993) dalam Hapsari (2012) menjelaskan bahwa sayuran
dapat digolongkan pada jenis sayuran komersial dan non komersial. Komersial di
sini berarti sayuran tersebut mempunyai banyak peminat meskipun harganya
relatif rendah atau sayuran tersebut diminati kalangan tertentu dengan harga tinggi
atau mempunyai peluang bagus untuk komoditi ekspor.Idealnya seseorang
mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gram per hari. Berarti penduduk Indonesia
yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa memerlukan 34000 ton sayuran per hari.
Jumlah total kebutuhan sayuran merupakan potensi yang besar bagi pasar sayuran.
Hapsari (2012) menyatakan diperlukan suatu penanganan yang baik mulai
dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen untuk menghasilkan
sayuran komersial yang segar dan bermutu tinggi dengan harga yang layak dan
keuntungan yang memadai. Kesemuanya ini tercakup dalam manajemen sayuran
komersial yang merupakan suatu kasus manajemen yang bersifat unik. Ada tiga
aspek pokok yang penting diketahui dalam bisnis apapun termasuk bisnis sayuran.
Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aspek produksi, yaitu proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam
sistem produksi. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan
produksi dan pengendalian proses produksi yang di dalamnya terdapat pula
pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk
jangka pendek menengah atau panjang. Dengan demikian diharapkan
pengusaha dapat diharapkan berproduksi secara efisien.
2. Aspek pemasaran, yaitu kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke
tangan konsumen dengan harga yang layak. Untuk melakukan pemasaran
15
diperlukan manajemen yang baik agar pengusaha mendapatkan keuntungan
yang diharapkan.
3. Aspek keuangan, yaitu kegiatan pengelolaan keuangan dalam suatu usaha. Di
dalamnya termasuk pula bagaimana cara mendapatkan dan mengalokasikan
dana untuk suatu rangkaian kegiatan usaha (bisnis).
Usaha sayuran komersial membutuhkan suatu manajemen yang sifatnya unik.
Keunikan ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain: produksi sayuran
komersial tidak dipengaruhi musim, komoditi sayuran komersial relatif mudah
rusak, usianya pendek (sayur musim) dan dalam pengusahaannya membutuhkan
perawatan yang relatif intensif. Dalam bisnis sayuran manajemennya dapat
didefinisikan sebagai kegiatan menghasilkan dan mendistribusikan pada
pengusaha atau langsung pada konsumen, dan memrosesnya bila mungkin.
Helmy (2008) menyatakan terdapat tiga pasar dasar dalam pemasaran
sayuran, yaitu: (1) shipping points market, (2) wholesale market, (3) dan retail
markets. Shipping point market berlokasi di dekat sentra produksi. Tujuan pasar
ini adalah mengumpulkan produk sayuran dari beberapa petani, menangani proses
pasca panen produk sayuran (termasuk di dalamnya pembersihan, pemisahan,
pengkelasan, pengemasan, dan penyimpanan), dan mengalokasikan ke pasar-
pasar. Terdapat beberapa bentuk perusahaan pengumpul, seperti packers
(perusahaan pengepak), shippers (perusahaan pengangkutan), agents (agen),
brokers (pedagang perantara), dan buying offices. Wholesale market atau pasar
grosiran biasanya terdapat di daerah dengan populasi penduduk yang tinggi.
Mereka melalui saluran distribusi yang panjang, yaitu dari pedagang pengumpul,
kemudian memecahnya menjadi unit yang lebih kecil (smaller lots), dan
menjualnya ke perusahaan-perusahaan retail (pasar-pasar modern). Pada akhirnya
perusahaan-perusahaan retail menjualnya ke tangan konsumen. Pada
kenyataannya, mekanisme saluran distribusi sayuran tidak hanya terpatok pada
sistem yang sudah dijelaskan di atas, penjualan langsung dari petani ke konsumen
tetap mungkin terjadi. Untuk lebih lengkapnya, saluran pemasaran produk sayuran
menurut Kohls dan Uhl (2002) dalam Helmy (2008) dapat dilihat pada Gambar 6.
16
Gambar 6. Saluran pemasaran sayuran segar
Karakteristik Personal Petani Sayuran
Karakteristik personal atau yang disebut juga dengan karakteristik
individual (individual characteristic) merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
lingkungannya (Cindoswari 2012). Kotler dalam Zahid (1997) mengemukakan
bahwa karakteristik individu dapat diklasifikasikan ke dalam karakteristik
demografik dan karakteristik psikografik. Karakteristik demografik mencakup
umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan,
pekerjaan, pendidikan, ras, kebangsaan dan tingkat sosial. Sedangkan karakteristik
psikografik meliputi gaya hidup dan kepribadian.
Toko-toko Makanan:
Retail, supermarket,
pasar-pasar sayuran
Perusahaan Jasa
makanan: Restoran
Perusahaan Pengumpul:
Koperasi, petani-perusahaan
pengepak, assamblers, agen dan
pedagang perantara, kantor-kantor
pembelian
Konsumen
17
Menurut Lionberger (1960), karakteristik individu merupakan aspek
personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya.
Petani kecil menurut Soekartawi et al. (1986) yang dikutip oleh Soekartawi
(2005) memiliki karakteristik diantaranya (1) pendapatan rendah yakni kurang
dari 240 kg beras per kapita per tahun, (2) berlahan sempit yakni kurang dari 0.25
ha sawah di Jawa atau 0.5 ha di luar Jawa, (3) kekurangan modal dan memiliki
tabungan terbatas dan (4) berpengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Aziz (2000) mengemukakan bahwa beberapa penelitian menyatakan
bahwa profil petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah
tanggungan keluarga, partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi
berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi
interpersonal maupun media massa. Sedangkan Shiddeqy (2001) menyimpulkan
bahwa karakteristik individu seperti umur, pendidikan formal, pendidikan non
formal, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan luas lahan garapan
berhubungan nyata dengan perilaku komunikasinya.
Kerangka Pemikiran
Salah satu permasalahan pertanian Indonesia adalah tingkat kesejahteraan
petani. Padahal petani sebagai aktor penting dalam menggerakkan pembangunan
pertanian pada kenyataannya masih belum dapat memaksimalkan perannya
sebagai produsen pangan. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang
dialami petani, mulai dari sulitnya mengakses bibit hingga sulitnya mengakses
pasar. Berbagai hambatan sebagian besar dapat di atasi dengan tersedianya sistem
informasi yang terpadu serta sumber-sumber informasi yang kredibel. Hal ini
akan membantu petani dalam memberikan pilihan pengambilan keputusan yang
berguna untuk mengantisipasi kerugian bagi usahataninya.
Petani sayur memiliki keunikan tersendiri dibanding petani lainnya.
Dikarenakan sifat sayur yang mudah rusak dan harganya yang fluktuatif maka
pemasaran sayur harus bersifat proaktif. Sayangnya informasi pemasaran sayur
seringkali dimonopoli oleh satu pihak yang menyebabkan kerugian bagi petani
sayur. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kesejahteraannya petani
18
membutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya. Informasi yang
dibutuhkan dalam konteks ini adalah informasi mengenai harga sayur dan
permintaan pasar yang berimplikasi pada pemasaran sayur yang tepat bagi petani.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan individu petani
sayur dalam mengakses individu lain dan sumber informasi dalam sebuah
jaringan. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar individu yang
berkomunikasi. Penelitian ini akan melihat hubungan antara karakteristik individu
petani sayuran dengan jaringan komunikasi yang terbangun antar petani tersebut.
Penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran yang diajukan Rogers dan
Kincaid (1981), dimana karakteristik individu diduga berhubungan dengan
variable jaringan komunikasi. Hubungan antara petani sayuran berbeda-beda,
tergantung pada karakteristik individu. Variabel karakteristik individu diukur
melalui umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani, dan
pekerjaan sampingan di luar bertani.
Aspek kajian jaringan komunikasi meliputi peranan individu dan indikator
jaringan komunikasi. Peranan individu ditunjukkan dengan peranannya sebagai
bintang, jembatan, penghubun atau pencilan dalam sistem sosial. Indikator
jaringan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran menurut
Freeman 1979 dalam Scott 2000 yang terdiri dari sentralitas lokal dan sentralitas
global. Sentralitas lokal dipilih karena dapat memberikan gambaran tentang
kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan individu lain dalam
sistem sosial di lingkungan sekitar dirinya sendiri. Dipilihnya sentralitas global
karena dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam mengakses semua
individu anggota sistem secara keseluruhan. Diduga semakin tinggi tingkat
kemampuan petani dalam menghubungi individu lain atau sumber informasi
lainnya baik dalam sistem pertetanggaan maupun dalam sistem keseluruhannya
maka semakin baik pula pemasaran sayur yang dilakukan oleh petani tersebut.
METODE PENELITIAN
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun
Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi
penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Ciaruteun Ilir 97.38%
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran dan buruh tani. Desa
Ciaruteun Ilir termasuk dalam kategori lahan dataran rendah yang memiliki
prospek pengembangan pertanian sayuran yang menjanjikan.
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus
2013. Sebelumnya telah dilakukan studi penjajagan lapang terlebih dahulu
terhadap lokasi penelitian. Pemilihan lokasi dan waktu penelitian disesuaikan
dengan kemampuan tenaga, biaya, dan waktu yang dimiliki oleh peneliti.
Populasi dan Sampel
Unit analisis penelitian adalah individu petani sayuran. Penentuan
responden dalam penelitian ini menggunakan metode sampling intact system
(sensus) dimana responden dalam penelitian ini diambil dari keseluruhan
populasi. Metode ini diambil karena mengingat penelitian ini adalah penelitian
jaringan komunikasi yang menekankan pada penggambaran struktur komunikasi
secara keseluruhan. Hal ini mengacu dari pendapat Rogers dan Kincaid (1981)
bahwa:
“Sampling intact system is particulary advantageous for sociometric
measurement: data about the characteristic of both the respondents and
the respondent’s dyadic contacts are thus available because every one is
interviewed.”
21
Jumlah petani sayuran di Desa Ciaruteun Ilir adalah 450 orang tersebar di
beberapa dusun. Di Desa Ciaruteun Ilir terdapat empat dusun. Dalam satu dusun
terdapat beberapa kelompok tani. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Tani
Tani Jaya, salah satu kelompok tani yang berada di Desa Ciaruteun Ilir. Kelompok
Tani Tani Jaya anggotanya berjumlah 21 orang. Sehingga responden dalam
penelitian ini berjumlah 21 orang petani sayuran. Kelompok tani Tani Jaya dipilih
karena anggota kelompoknya yang beragam. Dalam kelompok ini ketua
kelompoknya adalah petani organik namum angota lainnya adalah petani sayur
non-organik. Data petani terlampir pada Lampiran 2.
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
didukung oleh data kualitatif, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan
kuat dan akurat. Data kuantitatif diperoleh melalui wawancara kepada responden
menggunakan kuesioner dan juga wawancara terbuka dengan beberapa informan
seperti penyuluh pertanian, kepala desa dan tokoh masyarakat setempat sebagai
narasumber. Data kualitatif sebagai pendukung penelitian untuk mengetahui
gambaran umum serta lokasi penelitian. Data kualitatif diperoleh dari studi
literatur, buku-buku dan lapran-laporan penelitian.
Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode penelitian
(Arikunto 1998). Instrumen yang digunakan dlaam penelitian ini adalah kuesioner
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden yang berkaitan dengan topik penelitian.
Definisi Operasional Peubah dan Pengukuran
Definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Petani sayuran adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara produk pertanian sayuran, dengan harapan
22
untuk memperoleh hasil dari produk pertanian sayuran tersebut untuk
digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Karakteristik
individu petani adalah ciri individu yang bervariasi antara orang (petani), yang
terdiri dari:
a. Umur adalah lamanya responden hidup sejak ia dilahirkan sampai pada
saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Peubah ini diukur
dengan skala rasio.
b. Tingkat pendidikan formal adalah lamanya petani duduk di bangku
sekolah resmi yaitu tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, lulus SLTP,
lulus SLTA, dan lulus Perguruan Tinggi. Peubah ini diukur dengan skala
ordinal.
c. Luas lahan garapan adalah luas lahan pertanian yang digarap untuk
usahatani komoditas sayur dalam satuan hektar. Data yang diperoleh
merupakan data skala rasio dalam satuan hektar.
d. Pengalaman berusahatani adalah lamanya responden menjadi petani sayur,
sejak pertama kali menjadi petani sayur sampai dengan wawancara
penelitian dilakukan. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio
dalam satuan tahun.
e. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain yang dikerjakan petani secara
rutin di luar profesinya sebagai petani. Peubah ini diukur dengan skala
ordinal.
2. Jaringan komunikasi, menggambarkan interaksi antara satu petani dengan
petani lain yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan dan
menyebarkan informasi mengenai teknologi produksi. Dari data jaringan yang
diperoleh dapat dilihat derajat sentralitas lokal (local centrality) dan derajat
sentralitas global (global centrality)
a. Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik
terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau
pertetanggaan mereka. Derajat ini menunjukkan jumlah hubungan
maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan individu lain yang
23
berada dalam lingkungan terdekatnya, dengan mengunakan UCINET VI,
derajat sentralitas local diperoleh melalui “normalized degree centrality”
atau “centrality degree”. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui
network>centrality>degree. Data yang diperoleh merupakan data skala
rasio.
b. Sentralitas global adalah derajat yang menunjukkan berapa jarak yang
harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di
dalam sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat
menghubungi semua individu dalam sistem, dengan menggunakan
software UCINET VI, nilai sentralitas global diperoleh melalui “centrality
closeness”. Nilai sentralitas global diperoleh melalui
network>centrality>closeness. Data yang diperoleh merupakan data skala
rasio.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Penelitian
Desa Ciaruteun Ilir terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Ciaruteun Ilir yaitu 360 hektar
yang terdiri dari 4 Dusun, 10 RW, dan 35 RT. Desa Ciaruteun Ilir berbatasan
dengan beberapa desa dan kecamatan yang berbeda.
Tabel 1 Batas wilayah Desa Ciaruteun Ilir tahun 2012
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah utara Cidakom Rumpin
Sebelah selatan Leuweung Kolot Cibungbulang
Sebelah timur Ciampea Ciampea
Sebelah barat Cijujung Cibungbulang
Lokasi dan Kondisi Fisik
Jarak Kantor Desa Ciaruteun Ilir ke ibu kota kecamatan sekitar 3.5
kilometer, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten yaitu 15 kilometer. Jarak
menuju ibu kota provinsi sekitar 110 kilometer dan jarak ke ibu kota negara yaitu
60 kilometer.
Topografi Daerah Ciaruteun Ilir dan sekitarnya secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut: untuk lahan darat berbukit dengan kemiringan 10 –
25 persen, lahan sawah landai sampai datar dengan kemiringan 8 sampai 10
persen dengan jenis tanah latosol merah kuning dan ketinggian tempat kurang
lebih 460 m dpl, pH tanahnya berkisar antara 5.5 – 6.0 (sedikit asam) dan curah
hujan rata-rata pertahun di daerah ini sekitar 240.08 mm dengan rata-rata 14 hari
hujan per bulannya. Suhu rata-rata harian berkisar antara 24 - 40o
C. Lahan
diklasifikasikan sebagai lahan sawah dan lahan kering atau darat. Lahan sawah
digunakan untuk komoditas padi dan sayuran serta tanaman pangan lainnya,
sedangkan lahan kering sebagian besar digunakan untuk perumahan dan
perkebunan.
25
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 10459 jiwa, terdiri dari
laki-laki 5374 jiwa dan perempuan 5119 jiwa. Jumlah penduduk dibedakan
menurut usia, tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian.
Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir menurut kelompok
usia pada tahun 2012
Kelompok usia
(tahun)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
0-14 3480 33.1
15-29 2786 26.6
30-59 3209 30.6
60 ke atas 1018 9.7
Jumlah 10493 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Ciaruteun Ilir
memiliki rentang umur 0 sampai 14 tahun (33.1 persen) dan 30 sampai 59 tahun
(30.6 persen). Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
penduduk Desa Ciaruteun Ilir termasuk kategori rendah yaitu Sekolah Dasar (33,5
persen) dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah (57.7 persen). Adapun
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Ciaruteun Ilir
memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani (68.16 persen) dan petani (29.22
persen).
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2012
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 6058 57.7
SD 3516 33.5
SMP 631 6.0
SLTA 263 2.5
D3 18 0.1
S1 25 0.2
Jumlah Total 10493 100
26
Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciaruteun Ilir menurut mata
pencaharian tahun 2012
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(orang)
Persentase
1 Petani 1294 29.22
2 Buruh tani 3019 68.16
3 Pegawai Negeri Sipil 14 0.32
4 Pengrajin industri rumah tangga 4 0.09
5 Pedagang keliling 50 1.13
6 Montir 2 0.04
7 Bidan desa 1 0.02
8 Pembantu rumah tangga 35 0.80
9 TNI 4 0.09
10 Dukun kampung terlatih 6 0.13
Total 4429 100
Lembaga pemerintahan di Desa Ciaruteun Ilir berdasarkan hukum
pembentukan BPD yaitu dari Perda/Keputusan Bupati/Camat. Aparat
Pemerintahan Desa/Kelurahan berjumlah 10 orang dengan jumlah perangkat Desa
/Kelurahan 6 unit kerja. Aparat Pemerintahan Desa/Kelurahan terdiri dari Kepala
Desa/Lurah, Sekretaris Desa/Kelurahan, Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala
Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat, Kepala Urusan
Kesejahtearan Rakyat, Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Keuangan, serta
Kepala Urusan lain-lain.
Prasarana Komunikasi dan Informasi di Desa Ciaruteun Ilir
Prasarana komunikasi dan informasi yang terdapat di Desa Ciaruteun Ilir
yaitu:
1. Telepon yaitu adanya sinyal telepon seluler/handphone baik untuk pelanggan
global system for mobile communication/general packet radio service
(GSM/GPRS) maupun code division multiple access (CDMA) dan terdapat
jaringan telepon rumah. Saat ini, masyarakat Desa Ciaruteun lebih banyak
menggunakan telepon seluler dibandingkan telepon rumah. Hal ini
dikarenakan biaya untuk mengakses telepon seluler lebih murah dibandingkan
telepon rumah. Telepon seluler mudah dibawa kemana-mana, sedangkan
27
telepon rumah bersifat permanen karena menggunakan kabel sehingga
penggunaannya terbatas. Telepon seluler tidak hanya dimiliki oleh kalangan
orang tua, karena saat ini banyak kalangan muda dan juga anak usia sekolah
sudah memiliki telepon seluler, khususnya telepon seluler yang memuat fitur
kamera, radio, pemutar lagu dan aplikasi internet untuk akses jejaring sosial.
Sinyal telepon seluler di Desa Ciaruteun Ilir hanya terbatas untuk beberapa
operator. Hal ini dikarenakan kendala geografis yaitu letak desa yang
dikelililingi oleh gunung kapur menyebabkan sinyal tidak menyebar secara
maksimal.
Selain itu di Desa Ciaruteun Ilir terdapat warung internet (warnet) yang
banyak dikunjungi oleh masyarakat usia muda yang ingin bermain game
online ataupun ingin mencoba browsing jejaring sosial. Keberadaan warnet
jarang atau bahkan tidak pernah digunakan untuk mencari informasi mengenai
usahatani sayuran, warnet hanya menjadi sarana untuk mencari hiburan.
2. Layanan surat pos yaitu adanya tukang pos keliling yang mengantar surat.
Adapun kantor pos dan kantor pos pembantu tidak ada. Layanan tukang pos
sangat jarang digunakan oleh masyarakat, hanya pihak kantor Desa yang
banyak menggunakan untuk mengirim surat-surat penting berkaitan tugas
dinas. Layanan surat pos umumnya kurang diminati oleh masyarakat, karena
masih ada masyarakat Desa Ciaruteun Ilir yang buta huruf (tidak bisa
membaca dan menulis) sehingga motivasi untuk menulis atau membaca surat
sangat rendah.
3. Radio/Televisi yaitu umumnya masyarakat Desa Ciaruteun Ilir sudah memiliki
televisi dan radio, namun digunakan hanya untuk sarana hiburan bukan untuk
mencari informasi mengenai usahatani sayuran. Televisi banyak di akses
masyarakat karena khalayak televisi tidak terbatas, yang buta huruf dan
berpendidikan rendah dapat menerima pesan-pesan dengan mudah dengan
melihat dan mendengar secara langsung. Saat ini radio yang di akses oleh
masyarakat Desa Ciaruteun Ilir umumnya merupakan fitur/aplikasi yang
terdapat pada telepon seluler. Radio tersebut digunakan ketika masyarakat
sedang bekerja di ladang usahataninya. Hal ini dilakukan untuk
28
menghilangkan rasa jenuh ketika bekerja. Acara yang didengarkan dari radio
umumnya acara musik dangdut. Irama lagu dangdut yang ceria menjadi
hiburan bagi masyarakat yang menghabiskan waktunya untuk bekerja di
ladang.
Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir banyak mengakses televisi dan berbagai
media elektronik lainnya karena sebagain besar mastarakat sudah menjadi
konsumen Perusahaan Listrik Negara (PLN), walaupun masih ada sebagian
masyarakat yang belum menjadi konsumen PLN karena keterbatasan ekonomi
sehingga tidak mampu untuk memasang instalasi listrik.
4. Koran/majalah/buletin yaitu di Desa Ciaruteun Ilir sudah ada koran/surat
kabar, majalah, papan iklan/reklame dan papan pengumuman. Prasarana ini
jarang digunakan oleh masyarakat karena umumnya masyarakat malas
membaca, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tidak bisa membaca
(buta huruf) karena untuk memahami isi koran/majalah/buletin, pembaca
dituntut untuk bisa membaca serta memiliki intelektualitas tertentu.
Koran/majalah/buletin dapat diperoleh masyarakat melalui kios agen penjual
di pasar dekat desa atau pangkalan ojek motor, tidak ada agen yang berjualan
keliling di wilayah desa. Beberapa koran/majalah/buletin tersedia di kantor
desa, namun jumlahnya terbatas dan masyarakat boleh membacanya namun
tidak boleh dibawa pulang kerumah.
5. Forum komunikasi kader pemberdayaan masyarakat yaitu wadah bagi
masyarakat Desa Ciaruteun Ilir untuk saling berdiskusi, bertukar informasi
dan bermusyawarah ketika ada suatu permasalahan atau kegiatan/program
yang harus melibatkan masyarakat. Kantor forum komunikasi kader
pemberdayaan masyarakat bertempat di kantor desa Ciaruteun Ilir dengan
memiliki struktur kepengurusan dan administrasi yang jelas.
29
Profil Kelompok Tani Tani Jaya
Kelompok tani Tani Jaya berdiri pada tahun 2008. Diawali dengan
keterlibatan dua orang petani lokal dalam keanggotaan Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3) di Desa Ciaruteun Ilir. Bergabung
menjadi anggota BP3 Pertanian membuat mereka mendapatkan informasi bahwa
selama ini ada bantuan dari pemeritah desa dan kecamatan untuk petani, namun
bantuan tersebut tidak tersalurkan karena tidak terdapatnya kelompok tani di Desa
Ciaruteun Ilir. Akhirnya atas inisiatif dua orang petani tersebut berdirilah dua
kelompok tani di dua rukun tetangga (RT) yang berbeda. Petani pertama yang
berada di RT 03 mendirikan Kelompok Tani Mekar Tani dan petani kedua yang
berada di RT 04 mendirikan Kelompok Tani Tani Jaya.
Pendiri Kelompok Tani Tani Jaya mengajak 12 orang petani di RT 04
untuk bergabung dengan kelompoknya. Sebagai pelopor ia juga menunjuk dua
orang anggota keluarganya untuk menempati posisi sekretaris dan bendahara
kelompok, Sejak berdiri hingga saat ini jabatan ketua kelompok masih dipegang
olehnya. Nama tani jaya sendiri merupakan tujuan agar petani menjadi maju,
makmur dan berjaya (berhasil).
Tahun 2009, International Cooperation and Development Fund (ICDF)
misi teknik Taiwan menberikan pinjaman kepada ketua kelompok untuk
mengembangkan pertanian organik. Kesuksesan bertani organik ini membuat
petani lain tertarik bergabung hingga jumlah anggota kelompok bertambah
menjadi 30 orang pada tahun 2010. Namun saat ini anggota yang tercatat dan
masih aktif hanya 21 orang dan semua anggota kelompok adalah laki-laki.
Kelompok tani Tani Jaya yang didirikan di RT 04 ini adalah kelompok
yang sangat dipengaruhi hubungan kekerabatan/kekeluargaan. Anggota kelompok
tani ini masih memiliki hubungan keluarga satu sama lain. Hal ini menyebabkan
petani yang tidak memiliki hubungan saudara tidak terdorong untuk bergabung
dengan kelompok tani karena merasa asing dan tidak nyaman. Selain itu semua
anggota kelompok tani baru pertama kali bergabung dalam organisasi
menyebabkan dinamika kelompok yang tidak variatif.
30
Gambar 8. Garis kekerabatan Kelompok Tani Tani Jaya
Kelompok Tani Tani Jaya mempunyai kegiatan pertemuan rutin satu kali
dalam satu bulan yang dihadiri sekitar 70 persen dari seluruh anggota aktif.
Pertemuan ini membahas program sayuran organik dan permasalahan pertanian
organik. Walaupun dalam kelompok hanya ketua kelompok yang bertani organik
namun pembahasan mengenai pertanian organik menjadi fokus utama dengan
tujuan pembelajaran, menambah ilmu dan wawasan bagi anggota kelompok.
Karakteristik Anggota Kelompok Tani Tani Jaya
Penulis akan menjelaskan karakteristik responden secara khusus dalam
Sub bab ini sesuai dengan kategori yang telah ditentukan dan berdasarkan hasil
perhitungan olahan data primer melalui program Microsoft Excell 2010.
Karakteristik responden tersebut, meliputi tingkat pendidikan, umur, lama
usahatani, jenis mata pencaharian selain bertani, luas lahan yang dikelolah.
31
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden penelitian ini tidak terlalu bervariasi.
Tingkat pendidikan responden masih rendah, terbukti dari tingkat pendidikan
responden tertinggi ada pada taraf lulus sekolah dasar. Sebanyak 14 persen (3
orang) tidak bersekolah, 43 persen (9 orang) tidak tamat sekolah dasar, dan
sisanya lulus sekolah dasar. Hal tersebut sangat relevan dengan hasil sensus
Badan Pusat Statistik pada tahun 2004 bahwa terdapat 24.9 juta rumah tangga
yang berusaha di sektor pertanian, hampir setengah dari 53.1 juta rumah tangga
yang ada di perdesaan memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah
(paling tinggi Sekolah Dasar). Jumlah sebesar ini mengakibatkan produktivitas
usahatani sangat rendah, padahal tingkat pendidikan pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap praktek usahatani yang dilakukan.
Tabel 5 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya menurut tingkat
pendidikan tahun 2013
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Tidak Bersekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
3
9
9
14
43
43
Total 21 100
Umur
Usahatani sayuran lebih kompleks dibandingkan usahatani padi atau
palawija di mana inovasi pada usahatani padi relatif kurang beragam
dibandingkan dengan usahatani sayuran. Sehingga dalam usahatani sayuran
diperlukan orang yang berusia relatif muda yang memiliki tingkat inovatif yang
relatif tinggi.
Sebagian besar responden termasuk kategori dewasa pertengahan,
sebanyak 38 persen (8 orang) memiliki rentang umur 29 sampai 39 tahun. Hal ini
sangat relevan dengan teori yang dipaparkan oleh Lionberger dan Gwin (1982)
bahwa semakin orang berusia tua (lebih dari 50 tahun), biasanya semakin lamban
mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
sudah biasa diterapkan oleh petani sekitarnya.
32
Tabel 6 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya menurut umur
tahun 2013
Umur
(tahun)
Kategori Jumlah
Responden
(orang)
Persentase
(%)
18-28
29-39
40-49
> 50
Dewasa Awal
Dewasa Pertengahan
Dewasa Akhir
Tua
3
8
5
5
14
38
24
24
Total 21 100
Lama Usahatani
Lama berusahatani sayuran merupakan lamanya waktu petani terlibat
langsung dalam mengelola usahatani sayuran. Sebagian besar petani memiliki
pengalaman yang cukup lama, sebanyak 48 persen (10 orang) memiliki rentang
pengalaman 16 sampai 29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari lamanya
menekuni usahatani sayuran, petani disini relatif cukup berpengalaman. Secara
umum petani sayuran anggota Kelompok Tani Tani Jaya melakukan usahatani
sayuran secara turun-temurun.
Tabel 7 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya menurut lama
berusahatani tahun 2013
Lama Usahatani
(tahun)
Kategori Jumlah responden
(orang)
Persentase
(%)
1-15
16-29
30-45
Baru
Sedang
Lama
7
10
4
33
48
19
Total 21 100
Jenis Mata Pencaharian Selain Bertani
Semua responden penelitian adalah petani yang tergabung sebagai anggota
Kelompok Tani Tani Jaya. Penulis mencoba menggali lebih dalam jenis mata
pencaharian responden selain bertani sebagai gambaran umum karakteristik
mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 86 persen (18 orang)
anggota kelompok hanya bekerja sebagai petani. Sebesar 14 persen (3 orang)
memiliki mata pencaharian lain selain bertani yaitu sebagai pedagang pengumpul.
33
Pedagang penggumpul adalah orang yang membeli sayuran petani-petani untuk
dijual kembali ke pasar atau penyalur lainnya.
Tabel 8 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya menurut jenis mata pencaharian tahun 2013
Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
Hanya bertani
Pedagang Pengumpul
18
3
86
14
Total 21 100
Luas Lahan
Soekartawi (2005) menjelaskan, telah dikenal baik bahwa pemilik-pemilik
tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya,
bila dibandingkan dengan para penyewa. Lahan merupakan modal alam bagi
petani dalam menjalankan usahataninya. Lahan merupakan salah satu faktor
produksi yang sangat penting dalam pengembangan usahatani. Ketersediaan lahan
yang terbatas berdampak pada perkembangan usahatani dan juga pendapatan
petani. Kepemilikan luas lahan petani sayur dibedakan menjadi luas, cukup luas
dan sempit.
Tabel 9 Jumlah dan persentase anggota Kelompok Tani Tani Jaya berdasarkan
luas lahan yang dikelolah tahun 2013
Luas Lahan (m3) Kategori Jumlah (orang) Persentasi (%)
< 1000
1100-2900
> 3000
Sempit
Cukup Luas
Luas
9
9
3
43
43
14
Total 21 100
34
JARINGAN KOMUNIKASI INFORMASI HARGA
DAN PEMASARAN SAYUR
Struktur jaringan komunikasi yang terjadi akan digambarkan dalam bentuk
sosiogram. Dalam hal ini, struktur jaringan komunikasi antara anggota kelompok
tani akan dibagi menjadi dua proses, yaitu proses petani menggumpulkan
informasi terkait harga sayur yang beredar di pasaran serta proses penjualan sayur
yang dilakukan petani.
Jaringan Komunikasi dalam Informasi Harga Sayur
Gambar 6 menjelaskan dalam pemasaran sayur segar petani memiliki dua
pilihan saluran. Pertama melalui saluran pengusaha pengumpul, meliputi koperasi,
petani-perusahaan pengepak, assamblers, agen dan pedagang perantara, kantor-
kantor pembelian. Kedua melalu jalur lain pasar petani yang langsung menuju
konsumen. Petani sayur anggota Kelompok Tani Tani Jaya memiliki keragaman
dalam memasarkan sayurnya. Petani organik memiliki pasar tersendiri yaitu ICDF
yang akan memasukkan sayuran dari petani ke supermarket di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Jabodetabek). Sedangkan petani non-organik
biasanya memasarkan sayurnya kepada tengkulak atau langsung menjual ke
pedangan sayur di pasar tradisional di Bogor.
Setelah komoditas pertanian, dalam hal ini sayur, dipanen proses
pengumpulan informasi mengenai harga, lokasi pasar sayuran, permintaan pasar,
dan lain-lain merupakan proses penting yang terjadi pada petani. Jaringan
komunikasi dalam aspek pengumpulan informasi tersebut merupakan jaringan
komunikasi yang essensial dalam arus pertukaran informasi petani sayur. Pada
sosiogram jaringan komunikasi dalam informasi harga sayur yang dibentuk oleh
anggota kelompok tani terlihat terpusatnya setiap individu yang menjadi anggota
klik pada satu individu yang menjadi tokoh sentral. Setiap klik dalam sistem
memiliki pola komunikasi yang sama, dimana setiap anggotanya berkomunikasi
pada satu individu yang menjadi starnya.
35
Produk sayuran yang dipasarkan anggota Kelompok Tani Tani Jaya
berupa sayuran segar (fresh). Komoditas sayuran yang diusahakan oleh anggota
Kelompok Tani Tani Jaya merupakan sayuran dataran rendah antara lain:
kangkung, bayam, caisin dan selada. Sayuran-sayuran ini termasuk jenis sayuran
komersial. Komersial di sini berarti sayuran tersebut mempunyai banyak peminat
meskipun harganya relatif rendah atau sayuran tersebut diminati kalangan tertentu
dengan harga tinggi bagi sayuran organik.
Petani sayur daun seperti anggota Kelompok Tani Tani Jaya memiliki
pasar yang luas dan lebih beragam. Hal ini berbeda dengan komoditas pertanian
yang dipasarkan kepada pabrik atau perusahaan untuk diolah lagi sebelum sampai
ke konsumen, seperti singkong, ubi jalar, dan bengkoang. Umumnya sayur
dipasarkan di pasar induk atau pasar umum di wilayah Bogor dan Jakarta. Selain
itu karena sifatnya yang mudah rusak, maka jarak penyebaran informasi mengenai
harga sayur menjadi lebih pendek. Petani sayuran lebih banyak berkomunikasi
dengan tengkulak/pedagang pengumpul dalam hal pertukaran informasi mengenai
pemasaran, khususnya distribusi hasil produksi sayuran petani anggota kelompok.
Jaringan komunikasi petani sayur mengenai pengumpulan informasi harga
sayur digambarkan dalam sosiogram pada Gambar 9. Pada gambar tersebut
terlihat struktur jaringan komunikasi petani merupakan struktur personal yang
terpusat (interlock personal network).
Sosiogram di Gambar 9 memperlihatkan jejaring pertukaran informasi
antara petani sayuran dengan sesama petani sayuran yang intensif berinteraksi
untuk saling bertukar pengalaman dalam pengelolaan usahatani sayuran. Jejaring
ini banyak diterapkan atau digunakan petani karena petani lebih menyukai
berkomunikasi secara tatap langsung karena informasi yang diterima lebih mudah
dipahami, terlebih jika komunikasi interpersonal ini dilakukan bersamaan dengan
praktek secara langsung di lahan usahatani sayuran. Selain itu, dari Gambar 9
terlihat jaringan komunikasi petani sayuran dengan tengkulak/pedagang
pengumpul dalam hal pertukaran informasi mengenai pemasaran, khususnya
distribusi hasil produksi sayuran petani anggota Kelompok Tani Tani Jaya.
Informasi mengenai situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di
37
pasaran input dan hasil-hasil produksi seringkali tidak disampaikan oleh
tengkulak, artinya tengkulak menyimpan informasi-informasi penting mengenai
pemasaran agar petani selalu tergantung kepada tengkulak dalam memasarkan
produk sayurannya. Akibatnya keuntungan lebih banyak diperoleh tengkulak
dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh petani sebagai pelaku utama
produksi sayuran. Ketergantungan petani kepada tengkulak ditunjukkan dengan
angka 76 persen petani menghubungi tengkulak untuk mencari informasi
mengenai harga sayur di pasaran.
Sosiogram jaringan komunikasi dalam informasi harga sayur pada Gambar
9 dapat diidentifikasi adanya empat klik. Selanjutnya karakteristik klik dapat
diamati pada Tabel 10.
Tabel 10 Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani dalam informasi
harga sayur
Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik
I
II
III
IV
Di Luar Klik
5, 1, 7, 17
13, 8, 2
10, 15, 20, 21, 11
18, 4, 14, 12, 9, 19
16, 3, 6
4
3
5
6
4
Sosiogram di Gambar 9 terlihat berbagai individu anggota sistem jaringan
komunikasi dalam informasi harga sayur di pasaran memiliki beberapa peran yang
dapat diidentifikasi. Individu pertani sayur yang berperan sebagai liason dalam
jaringan komunikasi dalam informasi harga sayur di pasaran di Gambar 8
ditunjukkan oleh node 14 dan node 13. Liason merupakan individu yang
menghubungkan klik yang satu dengan klik yang lainnya dimana dirinya bukanlah
anggota dari salah satu klik yang dia hubungkan. Node 14 merupakan liason
penghubung klik II dan klik III, ia juga merupakan penghubung klik I dan klik II
serta klik I dan klik III. Node 14 berada di klik IV. Node 14 adalah petani muda
yang aktif. Menjadi petani setelah lulus sekolah dasar, ia sering kali bertanya
mengenai pertanian terutama mengenai harga sayur di pasaran kepada para petani
senior yang ia anggap sukses. Selain aktif, semangatnya di bidang pertanian dapat
dilihat luas lahan yang ia garap yaitu 1500 m2 dengan rincian 1000 m
2 lahannya
adalah lahan sewaan. Liason lainnya adalah node 13. Node 13 merupakan liason
38
penghubung klik I dan klik III. Berbeda dengan node 14 yang berkomunikasi
dengan orang-orang yang lebih senior darinya, node 13 berkomunikasi dengan
orang-orang yang memiliki kesamaan derajat, yaitu sama-sama tokoh dalam
kelompok.
Peran individu sebagai cosmopolite ditunjukkan dari perilaku individu
yang menghubungkan klik atau sistem dengan lingkungannya. Ia mengumpulkan
informasi mengenai sistem dari sumber-sumber dan juga menyebarkan informasi
kepada individu-individu lain atau klik lain yang ada dalam lingkungannya. Peran
individu sebagai gatekeeper ditunjukkan dalam perilaku individu yang membatasi
keluar masuknya informasi ke dalam sebuah sistem. Dalam hal ini gatekeeper
berhak untuk menyeleksi, menyaring dan menyebarluaskan informasi mana saja
yang layak untuk diteruskan atau dihentikan. Peran gatekeeper mencegah
terjadinya overloading information atau informasi berlebih yang dialami oleh
anggota-anggota sistem. Pada sosiogram jaringan komunikasi petani sayur dalam
informasi harga individu yang berperan sebagai cosmopolite maupun gatekeeper
ditunjukkan oleh node 13.
Sosiogram di Gambar 9 mengidentifikasi beberapa node yang berperan
sebagai star. Pada klik I individu yang berperan sebagai star ditunjukkan oleh
node 5. Pada klik II individu yang berperan sebagai star ditunjukkan oleh node
13. Pada klik III individu yang berperan sebagai star ditunjukkan oleh node 10.
Pada klik IV tidak tampak individu yang menjadi star, ini disebabkan individu
yang banyak dihubungi oleh anggota klik ini adalah individu di luar sistem atau di
luar kelompok tani. Individu-individu yang berperan menjadi star pada jaringan
komunikasi petani sayur mengenai pengumpulan informasi harga sayur
merupakan individu yang memiliki jumlah total hubungan maksimal dengan
individu-individu lain dalam sistem.
Node 5 adalah ketua kelompok tani Tani Jaya. Selain sebagai ketua
kelompok, node 5 merupakan satu-satunya petani yang bertani organik di
kelompok ini. Node 5 juga merupakan pelopor berdirinya kelompok tani di Desa
Ciaruteun Ilir ini. Selain karena perannya ini Node 5 menjadi pusat informasi
karena pengalamannya berusahatani. Node 5 telah bertani selama lebih kurang 48
39
tahun, sehingga walaupun sejak tahun 2009 ia telah bertani organik dan memiliki
pasar yang berbeda dengan anggota kelompok lainnya, para petani masih
menghubunginya untuk bertanya tentang harga sayur. Node 5 memiliki lahan
terluas dalam kelompok tani ini, yakni sebesar 8000 m2. Walaupun ia tidak lulus
sekolah dasar, namun pengetahuannya sangat luas dan semangat mencari ilmunya
besar. Ia berkali-kali melakukan percobaan hingga sekarang berhasil memanen
sayurnya. hingga dua kali dalam satu kali persemaian bibit. Dengan lahan yang
luas dan pengetahuannya ini, node 5 berhasil menjadi petani sayur terproduktif di
Kelompok Tani Tani Jaya. Bahkan menurut ICDF, node 5 merupakan petani
organik terproduktif di Bogor. Produktivitas node 5 menyebabkan makin luasnya
pasar sayur yang dapat dijangkaunya. Ini pula yang menyebabkan node 5
memiliki informasi mengenai harga sayur lebih banyak dari pada petani lainnya
pada kelompok. Selain itu ia merupakan individu yang ramah sehingga disenangi
oleh anggota kelompok tani.
Node 10 termasuk petani berlahan sempit yaitu 1000 m2. Seperti
kebanyakan petani lainnya di Desa Ciaruteun Ilir, Node 10 tidak merasakan
bangku sekolah. Setelah bertani selama dua puluh tahun, tahun 1993 ia memilih
menjalankan profesi tambahan selain bertani yaitu dengan menjadi pedagang
pengumpul untuk mengubah keadaan ekonominya. Ia biasanya menjual sayur
yang telah ia kumpulkan ke pengecer, ke Pasar Merdeka dan Pasar Cibinong.
Selama hampir sepuluh tahun menjadi pedagang pengumpul, node 10 kini telah
sukses. Node 10 memiliki tiga mobil bak terbuka yang membantunya membawa
sayur-sayur petani Desa Ciaruteun Ilir ke pasar. Walau telah sukses, node 10 tetap
membaur dengan petani lainnya. Ia tetap aktif hadir pada agenda kelompok tani.
Node 13 merupakan adik kandung node 10. Sama seperti kakaknya,
sebagai petani sayur luas lahan node 13 termasuk sempit yaitu sebesar 400 m2. Ia
pun tidak lulus sekolah dasar. Selama ini ia mengikuti kakaknya menjadi
pedagang pengumpul. Ia adalah pribadi yang hangat, ramah dan pintar bergaul.
Inilah yang menyebabkan banyak petani yang menjadikannya tempat bertanya
mengenai pemasaran sayur.
40
Terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan individu tertentu
menjadi star dalam jaringan komunikasi pengumpulan informasi harga sayur.
Pada aspek pendidikan dan luas lahan bukan penyebab yang signifikan, akan
tetapi pengalaman usahatani dan pendapatan merupakan salah satu penyebab
utama seorang individu menjadi star. Selain itu kemampuan individu mengakses
pasar sayuran menyebabkan seseorang dapat berperan sebagai star. Pelaku
agribisnis hilir (tengkulak/pedagang pengumpul) lebih menguasai informasi
tentang kualitas dan kuantitas produk yang dibutuhkan oleh pasar dibandingkan
dengan pelaku agribisnis yang berada di hulu (petani yang memproduksi sayuran).
Tengkulak/pedagang pengumpul menyimpan informasi-informasi penting
mengenai pemasaran agar petani selalu tergantung kepada tengkulak dalam
memasarkan produk sayurannya.
Analisis terhadap jaringan komunikasi petani mengenai aspek
pengumpulan informasi harga sayur di Kelompok Tani Tani Jaya menunjukkan
terdapat individu tertentu yang menjadi isolate yang ditunjukkan oleh node 3.
Isolate merupakan individu yang memiliki jumlah hubungan paling sedikit
dengan anggota sistem lainnya. Individu ini merupakan individu yang tidak
terlibat dalam pertukaran informasi yang terjadi di lingkungannya, tidak
menerima dan tidak juga menyebarkan informasi yang beredar di lingkungannya.
Node 3 ini tidak mengumpulkan informasi mengenai harga sayur dari teman-
teman anggota kelompoknya, ia lebih memilih bertanya langsung kepada
tengkulak langganannya. Node 3 adalah petani muda, usianya baru 32 tahun dan
pengalaman berusahataninya baru 18 tahun. Ia juga petani yang berlahan sempit,
200 m2 tanah yang ia kelolah adalah tanah sewaan. Tidak seperti petani lainnya
yang aktif mengikuti pertemuan kelompok, ia sering kali tidak hadir.
Selain node 3, individu pencilan lainnya adalah node 4. Salah satu
keunikan dari individu yang menjadi pencilan ini ialah node 4 adalah putra
bungsu ketua Kelompok Tani Tani Jaya yaitu node 5. Node 4 yang baru memiliki
pengalaman bertani selama 12 tahun telah memiliki lahan sendiri yang luasnya
1000 m2. Perbedaan pasar dengan ayahnya yang seorang petani organik membuat
Ia lebih memilih mencari informasi harga sayur kepada tengkulak. Selain bertanya
41
mengenai harga, ia pun menjual sayurnya kepada tengkulak langganannya
tersebut.
Jaringan Komunikasi dalam Penjualan Sayuran
Jaringan komunikasi mengenai penjualan sayuran merupakan jaringan
komunikasi yang penting untuk digambarkan. Hal ini disebabkan oleh penjualan
sayuran dalam kelompok tani sangat beragam. Petani menjual sayurnya kepada
pedagang pengumpul, tengkulak dan ada pula yang menjual langsung ke pada
konsumen.
Jaringan komunikasi petani sayur mengenai penjualan digambarkan dalam
sosiogram pada Gambar 10. Pada gambar tersebut terlihat struktur jaringan
komunikasi mereka merupakan struktur jaringan personal menyebar (radial
personal network). Menurut Rogers dan Kincaid (1981) jaringan personal
menyebar mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat
keterbukaan terhadap lingkungannya. Kondisi ini terlihat pada sosiogram di
Gambar 9, dimana terjadi penyebaran arus informasi pada semua individu dalam
sistem. Penyebaran komunikasi juga terjadi pada setiap klik dimana individu
anggota klik berkomunikasi pada hampir semua individu lainnya.
Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi Kelompok Tani Tani Jaya
mengenai penjualan sayur menghasilkan lima klik yang secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11 Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi Kelompok Tani Tani Jaya
mengenai penjualan sayur
Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik
I
II
III
IV
V
Di Luar Klik
4, 18, 9
14, 12
2, 16, 17
1, 6, 8
5, 10, 13, 15, 20
3, 7, 11, 19, 21
3
2
3
3
5
5
43
Jaringan komunikasi petani sayur mengenai penjualan sayur di Gambar 10
tidak terdapat individu yang berperan sebagai liason ataupun bridge. Pada gambar
tersebut klik yang satu dengan klik lainnya tidak terhubung, hal ini
menggambarkan bahwa tingkat individualitas petani anggota Kelompok Tani Tani
Jaya ini dalam menjual sayurnya masih sangat tinggi. Petani belum berkolaborasi
dalam memasarkan sayurannya dan belum terfokus pada kesejahteraan
kelompoknya. Penjualan sayur juga masih didominasi oleh keberadaan pedagang
pengumpul/tengkulak. Kondisi ini seperti prototipe kondisi kelompok tani
kebanyakan yaitu petani memasarkan sayurnya sendiri namun saat produksi
(pembibitan, penanaman, pemupukan dan panen) masih dilakukan secara
bersama-sama.
Klik I dan III tidak dijumpai individu yang menjadi star. Komunikasi
tersebar merata sehingga tidak ada individu yang menjadi pusat informasi.
Sedangkan pada klik IV keberadaan star pada sistem tidak nampak dikarenakan
petani lebih banyak berinteraksi langsung pada tengkulak yang merupakan
individu di luar kelompok. Pada klik II node 12 adalah star. Pada Gambar 10
terlihat bahwa node 12 menjualkan sayur hasil pertanian node 14. Node 12 adalah
saudara dekat dan juga tetangga Node 14. Selain berusia lebih tua dari node 14,
node 12 memiliki pengalaman usahatani 15 tahun lebih lama dari node 14. Node
12 juga mempunyai jaringan penjualan sayur langsung ke pedagang sayur di
Cibinong dan Cimanggu. Karena itulah node 14 mempercayakan sayurnya untuk
dijual oleh node 12.
Node 10 adalah star pada klik V. Node 10 merupakan petani anggota
Kelompok Tani Tani Jaya yang juga pedagang pengumpul. Node 10 termasuk
tengkulak/pedagang pengumpul yang juga seorang petani yang paling sukses di
Desa Ciaruteun Ilir, terbukti dengan tiga buah mobil bak terbuka miliknya yang
digunakan untuk mengangkut sayur. Anggota Kelompok Tani Tani Jaya yang
menjual sayur pada node 10 adalah node 5, node 13 dan node 15. Node 5
merupakan petani organik, sayur yang node 5 jual kepada node 10 adalah sayur
yang tidak lolos seleksi ICDF. Node 13 merupakan adik kandung node 10 yang
juga berprofesi sebagai pedagang pengumpul. Node 13 ini diibaratkan dengan
asisten node 10. Sedangkan Node 15 memilih menjual sayurnya kepada node 10
44
dikarenakan kedekatan hubungan pertemanan juga karena node 15. Kepiawaian
node 10 menjalin hubungan dengan masyarakat, keaktifan mengikuti kegiatan
kelompok tani, serta alasan hubungan kekerabatan yang mendasari petani menjual
sayur kepadanya.
Individualitas petani dalam proses penjualan sayur terlihat jelas pada
Gambar 10, dimana jumlah isolate pada jaringan komunikasi mengenai penjualan
lebih banyak dari pada isolate pada jaringan komunikasi mengenai pengumpulan
informasi harga sayur. Isolate adalah individu yang memiliki kontak minimum
dengan sistem. Umumnya individu ini menyendiri dan tidak terlibak dalam
interaksi sesama anggota dalam sistem. Individu yang berperan sebagai isolate
pada sosiogram di Gambar 10 ditunjukkan oleh node 3, 7, 11, 19, dan 21. Node 3,
7, 11 dan 19 masing-masing menghubungi satu orang tengkulak yang berbeda
untuk menjual sayurnya. Node 3, 7, dan 9 memillih menjual kepada tengkulak
yang berada di pasar, mereka mengangkut sendiri sayur hasil panen ke pasar
dengan motor. Sayur yang dijual kepada tengkulak di pasar harganya lebih tinggi
dibanding sayur yang dijual kepada tengkulak di desa. Sedang node 11 adalah
petani yang berusia lanjut 60 tahun lebih memilih menjual sayur kepada
keponakannya yang tinggal di RT 13 yang juga merupakan tengkulak. Node 21
adalah buruh tani yang bekerja di lahan milik node 10 sehingga tidak menjual
sayur kepada siapapun.
Tabel 12 Karakteristik personal peran isolate pada jaringan komunikasi mengenai
penjualan sayur
Nomor
Responden
Pendidikan Usia
(tahun)
Lama
Berusaha
tani
(tahun)
Luas
Lahan
(m3)
Pekerjaan
3
7
11
19
21
Tidak Lulus SD
Tidak Lulus SD
Tidak Bersekolah
Tidak Lulus SD
Tidak Lulus SD
32
35
60
70
35
18
20
29
43
13
200
1200
1500
800
0
Petani
Petani
Petani
Petani
Buruh Tani
Membandingkan sosiogram pada Gambar 9 dan Gambar 10 terlihat
banyak perbedaan. Terdapat beberapa individu dalam jaringan komunikasi
mengenai pengumpulan informasi harga sayur yang tidak muncul dalam jaringan
45
komunikasi penjualan sayur seperti Yusuf, Imad, dan Rohman. Sebaliknya
terdapat individu yang tidak ada dalam jaringan komunikasi mengenai
pengumpulan informasi harga sayur namun muncul dalam jaringan komunikasi
penjualan sayur seperti Karna dan Obay. Hal ini berarti individu yang menjadi
tempat petani mengumpulkan informasi harga tidak harus menjadi tempat petani
menjual sayurnya.
Gambar 9 memiliki bentuk sosiogram yang lebih padat dari sosiogram di
Gambar 10. Pada pengumpulan informasi harga sayur (Gambar 9), antar anggota
kelompok masih banyak berkomunikasi. Namun saat penjualan (Gambar 20),
petani memisahkan diri. Kelompok Tani Tani Jaya belum memfasilitasi
anggotanya dalam hal penjualan. Petani masih menjual sayurnya sendiri-sendiri.
Hal ini disebabkan padatnya aktivitas ketua kelompok tani sebagai petani organik
sehingga sulit mengkoordinasikan kelompoknya, serta belum adanya kesadaran
atau keberanian kelompok untuk bersatu agar tidak bergantung lagi pada
tengkulak.
Namun kondisi tingginya individualitas petani pada penjualan yang
ditunjukkan oleh banyaknya jumlah isolate dan tidak adanya liason atau bridge
seperti pada Gambar 10 tidak bisa disimpulkan sebagai gambaran individualitas
kehidupan petani. Karena seperti telah diceritakan sebelumnya pada profil
kelompok tani, petani dalam proses produksi masih erat berkomunikasi. Hal ini
ditunjukkan dari keaktifan kelompok dalam agenda kumpul bulanan. Komunikasi
yang efektif dalam sebuah sistem adalah terdapat pertukaran energi, materi, dan
informasi di dalamnya. Dalam hal pemasaran sayur ini, informasi, materi ataupun
energi yang dipertukarkan memang terbatas sehingga komunikasi yang terjadi pun
terbatas.
Ikhtisar
Jaringan komunikasi yang telah dibagi menjadi jaringan komunikasi
informasi harga sayur dan jaringan komunikasi penjualan sayur pada Kelompok
Tani Tani Jaya menunjukkan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 13.
46
Tabel 13 Perbedaan jaringan informasi harga dan penjualan sayur berdasarkan
klik dan peran individu
Perbedaan Jaringan Informasi Harga Jaringan Penjualan Sayur
Jumlah Klik
Struktur Jaringan
Liason
Cosmopolite
Gatekeeper
Star
Isolate
4
Interlock
14, 13
13
13
5, 10, 13
3, 4
5
Radial
-
-
-
12, 10
3, 7, 11, 19, 21
Distribusi informasi yang memusat hanyapada individu vokal tertentu
dibahas dalam konsep interlock personal network. Sedangkan distribusi informasi
yang pada individu merata pada setiap anggota sistem jaringan komunikasi
dibahas dalam radial personal network. Jaringan komunikasi yang cenderung
radial ditunjukkan oleh jumlah klik yang lebih banyak seperti pada jaringan
komunikasi penjualan sayur.
Jaringan informasi harga peran liason terdapat pada node 14 dan node 13.
Sedangkan pada jaringan penjualan sayur tidak terdapat individu yang berperan
sebagai liason. Hal ini terjadi karena pada jaringan penjualan sayur tidak ada klik-
klik yang terhubung. Masing-masing petani dalam kelompok tani ini telah
memiliki pola penjualan tersendiri yang tidak saling terkoordinasi oleh kelompok.
Ketidakadaan peran liason pada jaringan penjualan sayur juga menggambarkan
tingginya tingkat individualitas dalam hubungan para petani.
Jaringan komunikasi harga cosmopolite dan gatekeeper diperankan oleh
satu individu sekaligus. Cosmopolite mengumpulkan informasi mengenai sistem
dari sumber-sumber dan juga menyebarkan informasi kepada individu-individu
lain atau klik lain yang ada dalam lingkungannya. Dalam hal ini gatekeeper
berhak untuk menyeleksi, menyaring dan menyebarluaskan informasi mana saja
yang layak untuk diteruskan atau dihentikan. Cosmopolite dan gatekeeper pada
jaringan komunikasi harga diperankan oleh node 13. Sedangkan pada jaringan
penjualan sayur tidak ditemukan peran cosmopolite maupun gatekeeper. Dalam
jaringan komunikasi penjualan sayur, informasi yang datang langsung tersebar
47
pada sistem tanpa diseleksi dan disaring. Tidak ada individu yang menyebarkan.
Informasi penjualan sayur menyebar dengan alami dalam sistem.
Star pada jaringan informasi harga ditunjukkan oleh node 5, 10 dan 13.
Sedang pada jaringan penjualan sayur peran star dipegang oleh node 10 dan 12.
Dalam dua jaringan komunikasi ini terlihat adanya kesamaan individu yang
menjadi star yaiu node 10. Node 10 merupakan petani sekaligus pedagang
pengumpul. Peran node 10 sebagai star dianggap wajar karena walaupun ia bukan
ketua kelompok namun ia adalah tengkulak yang sukses yang aksesnya terhadap
harga dan pasar sangat tinggi sehingga ia dihubungi petani lain untuk menanyakan
harga serta sekaligus untuk menjual sayurnya.
Peran isolate pada jaringan informasi harga hanya terdapat pada dua
individu. Sedangkan pada jaringan penjualan sayur terdapat lima individu yang
menjadi isolate. Kondisi isolate pada jaringan penjualan sayur yang lebih banyak
dibanding isolate pada jaringan informasi harga mempertegas gambaran bahwa
pada proses penjualan sayur, hubungan antara petani sangat renggang,
individualisme masih sangat tinggi, dan masing-masing petani telah memiliki pola
penjualan sayur sendiri tanpa adanya koordinasi dalam kelompok tani.
Analisis Jaringan Komunikasi di Tingkat Individu
Analisis jaringan komuniksi di tingkat individu dalam penelitian ini untuk
melihat ukuran sentralitas lokal dan sentralitas global individu petani sayur
anggota Kelompok Tani Tani Jaya. Menurut Scott (2000), derajat pengukuran
sentralitas terdiri dari derajat beragam individu dalam sosiogram yang dapat
menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan
mereka. Sentralitas juga dapat digunakan untuk mengukur keterunggulan
seseorang dalam sistem. Nilai rata-rata, maksimum, minimum sentralitas lokal
dan sentralitas global responden berdasarkan topik pembicaraan dalam jaringan
komunikasi secara jelas dapat dilihat pada Tabel 14.
48
Tabel 14 Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal dan
sentralitas global petani sayur anggota Kelompok Tani Tani Jaya
berdasarkan topik jaringan komunikasi mengenai informasi harga
dan penjualan
Indeks Jaringan
Komunikasi
Isu atau Topik Jaringan Komunikasi
Informasi Harga Penjualan Sayur
Sentralitas Lokal
Rata-Rata
Maksimum
Minimum
1.314
5
0
0.778
3
0
Sentralitas Global
Rata-Rata
Maksimum
Minimum
980.000
1190.000
456.000
1223.333
1260.000
1052.000
Sentralitas Lokal
Sentralitas lokal adalah derajat dimana seorang individu berhubungan
dengan individu lain dalam sistem. Sentralitas lokal menunjukkan jumlah
hubungan yang dapat dibuat individu dengan individu lain dalam sistem. Menurut
Freeman (1979) dalam Scott (2000), sentralitas lokal dapat bersifat relatif. Hal ini
akan menjadi sangat penting jika ukuran kelompok tidak sama. Sentralitas lokal
memperhatikan keunggulan relatif individu yang menjadi star dalam hubungan
lingkungan terdekat (pertetanggaan). Nilai sentralitas lokal menunjukkan jumlah
lingkungan yang mampu dibuat individu dalam lingkungan terdekatnya. Individu
yang memiliki nilai sentralitas lokal terbesar dibahas dalam konsep star (bintang)
dan individu yang memiliki sentralitas lokal terkecil dibahas dalam konsep isolate
(pencilan).
Hasil analisis dengan menggunakan software UCINET VI pada Tabel 14
didapatkan nilai rata-rata sentralitas lokal petani sayur anggota Kelompok Tani
Tani Jaya untuk informasi harga sayur menunjukkan angka 1.314. Artinya petani
sayur anggota Kelompok Tani Tani Jaya rata-rata mampu menghubungi satu
orang untuk mendapatkan informasi harga sayur. Nilai maksimum sentralitas
lokal untuk informasi harga sayur menunjukkan angka 5. Angka ini dimiliki oleh
node 5 yaitu ketua Kelompok Tani Tani Jaya. Sedangkan nilai minimum
sentralitas lokal untuk informasi harga sayur adalah 0 . Angka ini dimiliki oleh
sembilan individu yaitu node 11, 15, 8, 1, 4, 7, 6, 3 dan 20. Kesembilan node ini
49
merupakan isolate dalam jaringan komunikasi pengumpulan informasi harga
sayur.
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sentralitas lokal
petani sayur anggota Kelompok Tani Tani Jaya untuk penjualan sayur
menunjukkan angka 0.778. Artinya petani sayur anggota Kelompok Tani Tani
Jaya rata-rata mampu menghubungi satu orang untuk menjual sayur. Nilai
maksimum sentralitas lokal untuk penjualan sayur menunjukkan angka 3. Angka
ini dimiliki oleh node 10. Sedangkan nilai minimum sentralitas lokal untuk
penjualan sayur adalah 0 . Angka ini dimiliki oleh 17 individu yaitu node 5, 15,
14, 4, 7, 8, 9, 2, 11, 3, 13, 1, 6, 16, 19, 20 dan 21. Banyaknya individu yang
memiliki angka sentralitas lokal minimum ini menunjukkan individualitas yang
tinggi kelompok tani dalam penjualan sayuran.
Sentralitas Global
Sentralitas global atau global centrality memperhatikan keunggulan aktor
dengan keseluruhan jaringan. Nilai sentralitas global menunjukkan jumlah ikatan
yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua individu dalam jaringan.
Sentralitas global diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih orang
yang tepat sebagai kunci penyebar informasi. Semakin kecil nilai sentralitas
global yang dimiliki individu maka semakin besar kemampuan individu tersebut
untuk menghuungi semua orang dalam sistem (Scott, 2000).
Tabel 14 memperlihatkan nilai maksimum sentralitas global untuk
informasi harga mencapai angka 1190.000 dan nilai minimum sentralitas global
untuk pengumpulan informasi harga adalah 456.000, sedangkan nilai rata-rata
sentralitas global adalah 980.000. Individu dengan sentralitas global terbesar
untuk jaringan komunikasi pengumpulan informasi harga ditunjukkan oleh node
21. Artinya node 21 yaitu individu yang paling sulit untuk menghubungi seluruh
individu yang menjadi anggota dalam sistem jaringan. Individu yang memiliki
nilai sentralitas global terendah dalam jaringan komunikasi pengumpulan
informasi harga sayur adalah node 11.
50
Nilai rata-rata sentralitas global jaringan komunikasi mengenai penjualan
sayur adalah 1223.333. Sedangkan Nilai sentralitas global terkecil adalah
1052.000. Angka ini dimiliki oleh node 5. Node 5 adalah ketua Kelompok Tani
Tani Jaya. Nilai sentralitas global maksimum pada jaringan komunikasi mengenai
penjualan sayur adalah 1260.000. Angka ini dimiliki oleh node 21.
Pada dua jaringan komunikasi ini individu yang memiliki nilai sentralitas
global tertinggi adalah sama yaitu node 21 dan individu-individu di luar kelompok
tani yang termasuk ke dalam sistem. Hal ini menggambarkan kecilnya
kemampuan individu di luar kelompok tani untuk menghubungi semua orang
dalam sistem.
Ikhtisar
Jaringan informasi harga individu dengan nilai sentralitas lokal tertinggi
adalah node 5, sedangkan individu dengan sentralitas global terendah adalah node
11. Node 11 bukanlah individu yang memerankan peran star dalam jaringan
komunikasi. Pada jaringan penjualan sayur individu yang memiliki sentralitas
lokal tertinggi adalah node 10 dan individu dengan sentralitas global terendah
adalah node 5. Baik node 10 maupun node 5 adalah individu yang berperan
sebagai star.
Node 21 adalah individu yang memiliki nilai sentralitas global tertinggi di
kedua jaringan komunikasi, baik jaringan informasi harga maupun jaringan
penjualan sayur.
51
Tabel 15 Perbedaan Jaringan Komunikasi Informasi Harga dan Jaringan
Komunikasi Penjualan Sayur Berdasarkan Nilai Sentralitas Lokal dan
Global
Jaringan
Komunikasi
Individu
dengan
Sentralitas
Lokal
Tertinggi
Individu
dengan
Sentralitas
Lokal
Terendah
Individu
dengan
Sentralitas
Global
Tertinggi
Individu
dengan
Sentralitas
Global
Terendah
Informasi Harga 5 11, 15, 8, 1,
4, 7, 6, 3
dan 20
21 11
Penjualan Sayur 10 5, 15, 14, 4,
7, 8, 9, 2,
11, 3, 13, 1,
6, 16, 19, 20
dan 21
21 5
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL ANGGOTA KELOMPOK
TANI TANI JAYA DENGAN JARINGAN KOMUNIKASI
Penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik personal anggota
Kelompok Tani Tani Jaya dengan jaringan komunikasi menggunakan uji korelasi
Pearson. Penggunaan uji korelasi Pearson dikarenakan variabel karakteristik
personal merupakan data rasio dan variabel jaringan komunikasi merupakan data
rasio. Karakteristik personal yang diuji adalah usia, pendidikan, lama usahatani,
luas lahan, dan pekerjaan. Pada variabel jaringan komunikasi yang diuji adalah
sentralitas lokal dan sentralitas global.
Hubungan Jaringan Komunikasi Pengumpulan Informasi Harga Sayur
dengan Karakteristik Individu
Sentralitas Lokal
Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik
terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan
mereka (Cindoswari 2012). Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara
sentralitas lokal yang dimiliki petani sayur dalam pengumpulan informasi harga
sayur dengan karakteristik individu petani. Hasil uji korelasi Pearson terhadap
kedua variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal
pengumpulan informasi harga sayur
Karakteristik Personal Nilai Signifikan Sentralitas Lokal
Umur
Tingkat pendidikan
Lama usaha
Luas Lahan
Pekerjaan
0.761
0.695
0.355
0.023
0.065
0.071
-0.091
0.212
0.495
0.409 Keterangan: Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05(taraf nyata 5%) atau 0.1 (taraf nyata
10%) maka terdapat korelasi
53
Luas Lahan
Tabel 16 hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan antara
luas lahan baik luas lahan milik sendiri ataupun luas lahan sewaan dan total luas
lahan dengan jaringan komunikasi mengenai pengumpulan informasi harga sayur.
Luas lahan berhubungan sangat nyata dan positif dengan nilai sentralitas lokal
dimana r=0.495. Artinya semakin besar luas lahan maka semakin tinggi
kemampuan orang tersebut untuk menghubungi orang lain dalam lingkungan
terdekat. Hal ini berkaitan dengan luasnya lahan yang digarap petani
memperbesar jumlah panen. Panen yang besar mengharuskan petani memiliki
banyak akses informasi penjualan terutama akses informasi harga sayur yang
berlaku di pasaran. Hal inilah yang menjadikan petani sayur yang berlahan luas
dapat dijadikan sebagai sumber informasi harga atau berperan sebagai star dalam
lingkungan lokalnya.
Pekerjaan Selain Bertani
Anggota Kelompok Tani Tani Jaya yang memiliki mata pencaharian lain
selain bertani adalah minoritas. Hanya sebesar 14 persen atau 3 orang petani yang
memiliki pekerjaan lain selain bertani. Ketiga orang tersebut adalah node 10, node
12 dan node 13. Ketiganya memiliki profesi yang sama di luar bertani yaitu
sebagai pedagang pengumpul. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson pada Tabel
16, terlihat bahwa pekerjaan lain selain bertani berhubungan sangat nyata dan
positif dengan sentralitas lokal dimana r=0.409. Hal ini berarti seseorang yang
memiliki pekerjaan sampingan selain bertani dalam hal ini sebagai pedagang
pengumpul memiliki kemampuan yang besar untuk menghubungi orang lain
dalam lingkungan terdekat. Peran sebagai star merupakan peran yang dijalankan
oleh individu tertentu yang memiliki hubungan maksimal dengan individu lainnya
dalam lingkungan terdekatnya. Individu yang berperan sebagai star dalam
lingkungan terdekatnya merupakan orang yang menjadi pusat perhatian dalam
interaksi sesamanya, mereka juga merupakan sumber informasi yang paling sering
diajak berkomunikasi dengan individu lain yang berada di lingkungan terdekat
mereka. Menjadi pedagang pengumpul yang tentu saja mengetahui harga sayur di
54
pasaran menjadikan mereka pusat informasi. Petani lainnya akan menghubungi
mereka untuk mendapatikan informasi harga sayur.
Sentralitas Global
Sentralitas global merupakan derajat yang menunjukkan berapa jarak yang
harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam
sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi
semua individu dalam sistem. Sentralitas global dapat memberikan petunjuk
mengenai siapa-siapa saja di dalam sebuah sistem yang dapat menjadi kunci
penyebar informasi. Hubungan antara karakteristik personal individu anggota
Kelompok Tani Tani Jaya dengan sentralitas global dalam pengumpulan
informasi harga sayur dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas global
pengumpulan informasi harga sayur
Karakteristik Personal Nilai Signifikan Sentralitas Global
Umur
Tingkat pendidikan
Lama usaha
Luas Lahan
Pekerjaan
0.936
0.391
0.535
0.075
0.089
-0.019
-0.198
-0.114
-0.397
-0.380 Keterangan: Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05(taraf nyata 5%) atau 0.1 (taraf nyata
10%) maka terdapat korelasi
Luas Lahan
Tabel 17 menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata dan negatif antara
luas lahan terutama luas lahan sewaan dengan nilai sentralitas global dimana r= -
0.397. Artinya semakin luas lahan yang digarap maka semakin rendah nilai
sentralitas global orang tersebut. Semakin rendah nilai sentralitas global
menunjukkan semakin pendek distance yang harus dilalui untuk menghubungi
semua individu dalam sistem (Scott 2000). Sehingga semakin luas lahan yang
digarap, maka semakin pendek distance yang harus dilalui oleh petani sayur
tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem.
55
Individu yang memiliki lahan yang luas memiliki akses informasi harga
sayur yang besar disebabkan oleh jumlah panen mereka yang lebih banyak dari
individu dengan luas lahan yang lebih sempit. Hal ini menyebabkan mereka
menjadi pusat informasi harga sehingga memudahkan diri mereka dalam
menghubungi individu dalam sebuah sistem.
Pekerjaan Selain Bertani
Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel 17 di atas menunjukkan terdapat
hubungan antara pekerjaan lain selain bertani dalam hal ini sebagai pedagang
pengumpul dengan nilai sentralitas global. Pekerjaan lain selain bertani memiliki
hubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai sentralitas global dimana r = -
0.380. Artinya seseorang dengan pekerjaan sampingan selian bertani, dalam hal
ini menjadi pedagang pengumpul memiliki distance yang pendek untuk
menghubungi semua individu dalam sistem.
Individu pedagang pengumpul memiliki akses informasi yang besar
terhadap harga sayur di pasaran. Dengan akses informasi harga yang lebih tinggi
dari individu petani lainnya memungkinkan untuk terhubung dengan banyak
individu tidak hanya yang berada dalam lingkungan terdekat namun juga dalam
sebuah sistem.
Hubungan Jaringan Komunikasi Penjualan Sayur dengan Karakteristik
Individu
Sentralitas Lokal
Hasil uji korelasi Pearson pada Tabel 18 pengukuran sentralitas lokal
penjualan sayur dengan karakteristik individu menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara kedua variabel tersebut. Baik usia, pengalaman usahatani,
pendidikan, luas lahan garapan dan pekerjaan selain bertani tidak memiliki
hubungan dengan sentralitas lokal penjualan sayur. Hal ini dikarenakan petani
anggota Kelompok Tani Tani Jaya memasarkan sayur produksi mereka kepada
individu di luar kelompok. Dalam pemasaran petani anggota kelompok tani lebih
memilih memasarkan sayur mereka kepada tengkulak.
56
Tabel 18 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal
penjualan
Karakteristik Personal Nilai Signifikan Sentralitas Lokal
Umur
Tingkat pendidikan
Lama usaha
Luas Lahan
Pekerjaan
0.655
0.470
0.856
0.996
0.141
-0.104
-0.167
-0.042
-0.001
0.333 Keterangan: Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05(taraf nyata 5%) atau 0.1 (taraf nyata
10%) maka terdapat korelasi
Sentralitas Global
Sentralitas global menunjukkan kemampuan konektivitas individu dengan
individu lain dalam satuan sistem tertentu sehingga dapat berperan sebagi kunci
penyebar informasi. Hubungan antara karakteristik personal individu anggota
Kelompok Tani Tani Jaya dengan sentralitas global dalam penjualan sayur dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas global
penjualan sayur
Karakteristik Personal Nilai Signifikan Sentralitas Global
Umur
Tingkat pendidikan
Lama usaha
Luas Lahan
Pekerjaan
0.922
0.531
0.926
0.026
0.582
-0.023
-0.145
0.022
-0.485
0.127 Keterangan: Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05(taraf nyata 5%) atau 0.1 (taraf nyata
10%) maka terdapat korelasi
Luas Lahan
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa sentralitas global hampir tidak memiliki
hubungan apapun dengan karakteristik individu kecuali pada luas lahan. Luas
lahan memiliki hubungan sangat nyata dan negatif dengan sentralitas global
penjualan sayur dimana r = -0.485. Artinya semakin luas lahan yang dimiliki
individu petani sayur maka semakin pendek distance yang harus ditempuh untuk
menghubungi semua individu dalam sistem. Hal ini menggambarkan individu
yang memiliki lahan yang luas memiliki akses lebih besar untuk dapat
57
menghubungi semua individu dalam sistem termasuk individu di luar kelompok
seperti para tengkulak dan pedagang.
Ikhtisar
Terdapat hubungan nyata antara luas lahan dan pekerjaan selain bertani
dengan sentralitas lokal dan global jaringan komunikasi informasi harga sayur.
Namun pada jaringan komunikasi penjualan sayur tidak terdapat hubungan nyata
antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal. Luas lahan dan pekerjaan
selain bertani yang dalam hal ini adalah tengkulak/pedagang pengumpul
menggambarkan akses yang tinggi terhadap informasi harga sayur dan penjualan
sayur. Semakin luas lahan petani maka semakin banyak sayur yang ia hasilkan
sehingga semakin besar pula pengetahuannya terhadap harga sayur di pasaran
akibat banyaknya penjual yang ia hubungi untuk menjual sayur hasil produksinya.
Begitupun profesi selain bertani, sebagai tengkulak tentu mereka mengetahui
harga pasar dan juga dapat menjualkan sayur hasil panen petani lainnya ke pasar.
Hubungan-hubungan nyata di atas menggambarkan bahwa individu yang
memiliki akses yang tinggi terhadap harga dan pasar adalah individu yang
menjadi star dalam jaringan komunikasi informasi harga dan pemasaran sayur.
58
PENUTUP
Kesimpulan
Jaringan komunikasi pada pemasaran sayur dibagi menjadi dua proses,
yaitu proses pengumpulan informasi harga dan proses penjualan sayur. Struktur
jaringan komunikasi mengenai pengumpulan informasi harga sayur merupakan
interlock personal network (memusat) sedangkan struktur jaringan komunikasi
mengenai penjualan sayur merupakan radial personal network (menyebar). Nilai
rata-rata sentralitas lokal pada jaringan komunikasi informasi harga dan
pemasaran sayur masing-masing 1.314 dan 0.778. Sedangkan nilai rata-rata
sentralitas global pada jaringan komunikasi informasi harga dan pemasaran sayur
masing-masing 980.000 dan 1223.333. Nilai sentralitas lokal yang rendah serta
nilai sentralitas global yang tinggi menunjukkan tingginya individualitas petani
dalam mengumpulkan informasi harga dan penjualan sayur. Kelompok Tani Tani
Jaya adalah prototipe kebanyakan kelompok tani di Indonesia, mereka bersatu
dalam proses produksi (pembibitan, penanaman, pemupukan dan panen) namun
sendiri-sendiri dalam memasarkan produknya.
Terdapat hubungan nyata antara luas lahan dan pekerjaan selain bertani
dengan sentralitas lokal dan global jaringan komunikasi informasi harga sayur.
Namun pada jaringan komunikasi penjualan sayur tidak terdapat hubungan nyata
antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal. Hubungan nyata hanya
terdapat antara luas lahan dengan sentralitas global jaringan komunikasi penjualan
sayur. Hubungan-hubungan nyata ini menggambarkan bahwa individu yang
memiliki akses yang tinggi terhadap harga dan pasar adalah individu yang
menjadi star dalam jaringan komunikasi informasi harga dan pemasaran sayur.
Saran
Saran yang dapat diberikan penulis terkait penelitian ini adalah kelompok
tani sebaiknya mengadakan pemasaran bersama agar dapat terlepas dari
ketergantungan terhadap tengkulak dan menjadi mandiri.
59
DAFTAR PUSTAKA
Anty K. 2002. Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani
terhadap Sutpa/Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis
(Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Aziz A. 2002. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Masyarakat Tradisional
Kampung Naga (Kasus dalam Usahatani Padi) [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Cindoswari AR. 2012. Jaringan Komunikasi dalam Penerapan Teknologi
Produksi Ubi Kayu (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun,
Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Devito. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar (Ed) alih Bahasa Agus
Maulana. Jakarta (ID): Profession Books.
Hapsari DR. 2012. Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran (Kasus Desa
Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Helmy RA. 2008. Optimalisasi Pengadaan dan Distribusi Sayuran Segar di CV
X, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ihsaniyati H. 2010. Kebutuhan dan Perilaku Pencaian Informasi Petani Gurem
(Kasus Desa Rowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung)
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Indraningsih KS, Saptana, Hastuti EL. 2001. Analisis Kelembagaan Kemitraan
Usaha di Sentra Sentra Produksi Sayuran (Suatu Kajian Atas Kasus
Kelembagaan Kemitraan Usaha di Bali, Sumatera Utara, dan Jawa Barat).
Jurnal. Denpasar (ID): Universitas Udayana.
Jahi A. 1993. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara
Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
60
Kohls RL, Joseph NU. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition.
New Jearsey (US): Prentice Hall.
Lionberger HF, Paul HG. 1982. Communication Strategis, A Guide for
Agricultural Change Agents. USA (US): University of Missouri
Columbia.
Littlejohn SW. 1992. Theories of Human Communication. California (US):
Wadsworth Publishing Company.
Lubis DP. 2000. Communication and Socio-cultural Determinants of Social and
Physical Adaptability Among Indonesian Transmigrant [disertasi]. Los
Banos (PH): University of The Philippines.
Muhammad A. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Mulyandari RSH. 2011. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam
pemberdayaan petani sayuran [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nasoetion AH. 2002. Pengantar ke Ilmu-ilmu Pertanian. Bogor (ID): PT Pustaka
Litera Antarnusa.
Rahardi F, Palungkun R, Budiarti A. 1993. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Rogers EM, Kincaid L. 1981. Communication Network: Toward a New Paradigm
for Research. London (GB): Collier Macmilan Publisher.
Rogers EM. 1983. Diffusion of Innovations. Third Ed. New York (US): The Free
Press, A Division of Macmillan. Co., Inc.
Scoot. 2000. Social Network Analysis: a Hand Book. Second Edition. California
(US): SAGE Publications Inc.
Setiawan B. 1989. Jaringan Komunikasi di Desa. Yogyakarta (ID): FISIP
GAMA.
Setiyanto E. 1993. Hubungan Karakteristik Petani dan Keterlibatannya dalam
Jaringan Komunikasi dengan Adopsi Paket Teknologi Supra Insus di
Desa Pandeyan Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Shiddieqy M. 2001. Perilaku Komunikasi Anggota Kelompok Tani Penghijauan
dalam Berpartisipasi Terhadap SIstem Pemberian Dana Langsung
61
(Kasus Penerapan SPKS di Kabupaten Cianjur) [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.
Tamba M. 2007. Kebutuhan Informasi Pertanian dan aksesnya bagi Petani
Sayuran: Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian dalam
Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor
(ID): Pascasarjana IPB.
Zahid A. 1997. Hubungan Karakteristik Peternak Sapi Perah dengan Sikap dan
Perilaku Aktual dalam Pengelolaan Limbah Peternakan [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
63
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI SAYUR
A. Identitas Responden
1. No Kuesioner ..............................................................
2. Nama Responden ……………………………………………
3. Jenis Kelamin 1. Perempuan 2. Laki-laki
4 .Umur (Tahun) …………………………………………….
5. Alamat Kampung………………………RT….../RW……Desa…………………………..
6. Pekerjaan Utama 1.Petani/nelayan
2.Buruh tani/nelayan/perkebunan/kehutanan
3.Pengusaha industry
4.Pedagang/pemodal
5.Perajin tradisional
6.Pegawai negeri
7.Pegawai swasta
8.Polisi/tentara
9.Pelajar
10.Tidak bekerja/pensiunan
11. IRT
12.Lainnya (sebutkan): …………………………………………..
7. Pekerjaan Sampingan 1.Petani/nelayan
2.Buruh tani/nelayan/perkebunan/kehutanan
3.Pengusaha industry
4.Pedagang/pemodal
5.Perajin tradisional
6.Pegawai negeri
7.Pegawai swasta
8.Polisi/tentara
9.Pelajar
10.Tidak bekerja/pensiunan
11. IRT
12.Lainnya (sebutkan): …………………………………………..
7.Tingkat pendidikan terakhir 1. Tidak bersekolah 6. SLTA/Sederajat 2. Pesantren/seminari 7. Diploma 3. SD tapi tidak lulus 8. Sarjana 4. Lulus SD 9. Pascasarjana 5. SLTP/sederajat 10. Lainnya: ...............................
8. Tahun memulai usaha tani …………………………………………………………..
9. Luas Lahan Usaha Tani …………………………………… Meter/Ha
10. Status Lahan Usaha Tani 1. Milik Sendiri : …………………….. Meter/Ha 2. Menyewa : …………………….. Meter/Ha 3. Bagi Hasil : …………………….. Meter/Ha 4. Lainnya...................(Sebutkan)
64
B. Jaringan Komunikasi Pemasaran Sayur 1. Sebutkan orang-orang yang anda hubungi untuk mendiskusikan harga sayur pada satu
lokasi penjualan sayur. Orang-orang tersebut bisa saja seorang penyuluh, teman, keluarga, tetangga, tengkulak, pengumpul.
Dari Siapa (Nama Orang)
Kepada Siapa (Nama Orang)
Alamat (desa, dusun, RT)
Media Komunikasi
Keterangan
2. Diantara orang-orang yang anda ajak diskusi, sebutkanlah orang yang paling sering anda ajak diskusi serta. Serta berikanlah tanda check list pada satuan frekuensi komunikasi anda dengan orang tersebut.
Nama Orang Frekuensi Komunikasi
Harian (….) Mingguan (….)
3. Kapan biasanya anda membicarakan penentuan harga sayur (pilih salah satu)
a. Pertemuan Kelompok b. Di luar pertemuan kelompok
4. Sebutkan orang-orang yang anda hubungi untuk menjual hasil pertanian anda. Orang-orang tersebut bisa saja seorang penyuluh, teman, keluarga, tetangga, tengkulak, pengumpul.
Nama Orang Alamat (desa, dusun, RT)
Media Komunikasi Keterangan
5. Diantara orang-orang yang anda ajak diskusi, sebutkanlah orang yang paling sering anda ajak diskusi serta. Serta berikanlah tanda check list pada satuan frekuensi komunikasi anda dengan orang tersebut.
Nama Orang Frekuensi Komunikasi
Harian (….) Mingguan (….)
6. Kapan biasanya anda membicarakan penjualan sayur (pilih salah satu) a. Pertemuan Kelompok b. Di luar pertemuan kelompok
******** Terimakasih********
65
Lampiran 2 Nomer responden dan nilai sentralitas lokal serta sentralitas global
Nomor
Responden
Sentralitas Lokal Sentralitas Global
Informasi Harga Penjualan Informasi Harga Penjualan
1 0 0 644 1225
2 1 0 707 1225
3 0 0 1156 1225
4 0 0 1156 1225
5 5 0 697 1052
6 0 0 1156 1225
7 0 0 678 1225
8 0 0 653 1225
9 2 0 517 1191
10 3 3 1054 1190
11 0 0 456 1225
12 1 1 1122 1190
13 4 0 706 1157
14 1 0 694 1122
15 0 0 956 1087
16 1 0 653 1191
17 2 1 637 1225
18 1 1 530 1225
19 1 0 1122 1225
20 0 0 1156 1225
21 2 0 1190 1260
66
Lampiran 3 Hasil pengolahan data berdasarkan uji Pearson karakteristik personal dengan jaringan komunikasi pengumpulan informasi harga sayur
Sentralitas Lokal Sentralitas Global Umur Tk_pendidikan Lama_usaha Milik_sendiri Menyewa Total_luas_lahan pekerjaan
Sentralitas Lokal Pearson Correlation
1 -.159 .071 -.091 .212 .399 .390 .495* .409
Sig. (2-tailed) .491 .761 .695 .355 .073 .081 .023 .065
N 21 21 21 21 21 21 21 21 21
Sentralitas Global
Pearson Correlation
-.159 1 -.019 -.198 -.144 -.264 -.398 -.397 -.380
Sig. (2-tailed) .491 .936 .391 .535 .248 .074 .075 .089
N 21 21 21 21 21 21 21 21 21
Lampiran 4 Hasil pengolahan data berdasarkan uji Pearson karakteristik personal dengan jaringan komunikasi penjualan sayur
Sentralitas Lokal Sentralitas Global Umur Tk_pendidikan Lama_usaha Milik_sendiri Menyewa Total_luas_lahan pekerjaan
Sentralitas Lokal Pearson Correlation
1 .036 -.104 -.167 .042 -.042 .062 -.001 .333
Sig. (2-tailed) .875 .655 .470 .856 .857 .789 .996 .141
N 21 21 21 21 21 21 21 21 21
Sentralitas Global
Pearson Correlation
.036 1 -.023 -.145 .022 -.463* -.272 -.485
* .127
Sig. (2-tailed) .875 .922 .531 .926 .035 .233 .026 .582
N 21 21 21 21 21 21 21 21 21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lumpatan pada tanggal 5 Desember 1988, dari
pasangan M. Husen, S.Pd, M.M dan Nima Romaita. Pendidikan formal yang
pernah dijalani adalah SMA Negeri 3, Palembang, pada tahun 2003-2006. Pada
tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru) dan pada tahun 2007 peneliti diterima sebagai mahasiswa Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif sebagai staf Departemen Hubungan Luar LDK Al Hurriyyah
masa kepengurusan 2006 – 2007, staf Departemen Kebijakan Nasional BEM KM
IPB Bersatu masa kepengurusan 2006 – 2007, sekretaris Divisi Hubungan Luar
LDK Al Hurriyyah masa kepengurusan 2007 – 2009 dan staf Divisi SDM LDK
Al Hurriyyah masa kepengurusan 2009-2010. Pengalaman kerja penulis adalah
sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum pada tahun ajaran 2008 –
2009 dan asisten praktikum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun
ajaran 2008 – 2009. Penulis juga tergabung dalam kepanitiaan MPKMB 2007
sebagai anggota divisi acara, MPF FEMA 2008 sebagai PJK dan Agent 45 Salam
ISC 2008.
Penulis pada tahun 2012 menikah dengan Setyo Dwi Wilopo dan memiliki
seorang putri bernama Sachie Pratami Wilopo. Penulis juga aktif membuat
weblog dan pernah mendapatkan juara pertama lomba menulis kosmetika halal
oleh LPPOM MUI 2012. Penulis dapat dihubungi di email