Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
473
KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI
JERUK KEPROK SELAYAR
Armiaty
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui; (1) keragaan teknologi budidaya jeruk keprok di
kabupaten Selayar; (2) mengetahui kelayakan finansial usahatani berdasarkan nilai B/C; NPV
dan IRR dan (3) menganalisis kepekaan usahatani jeruk keprok terhadap perubahan biaya
produksi, harga produksi dan jumlah produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara dengan 20 orang petani responden pada bulan Oktober sampai
Desember 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk keprok yang ditanam oleh petani
adalah hasil sambungan antara batang bawah JC (JC – Selayar) dengan Selayar – Selayar (S-
S). Jarak tanam 4 m x 4 m, namun pada tanah yang berbatu karang jarak tanamnya tidak
teratur, tergantung kondisi tanah.Penggunaan teknologi masih belum sepenuhnya sesuai
anjuran. Biaya investasi awal sebesar Rp. 5.285.000/100 pohon dan untuk pemeliharaan
selanjutnya rata rata Rp.4.728.666/100 pohon/tahun. Pendapatan tertinggi diperoleh pada saat
tanaman berumur 11-13 tahun yaitu Rp. 41.105.000/100 pohon/tahun. Pada tingkat suku bunga
14% menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk dikembangkan dengan nilai B/C 3,96;
NPV 45.698.190 dan IRR 38,64%. Analisis sensitivitas terhadap peningkatan biaya produksi
25% mengakibatkan perubahan nilai B/C menjadi 3,15; NPV Rp. 45.507.487 dan IRR 36,91%.
Penurunan harga produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,99; NPV Rp.
30.642.790 dan IRR 36,57%. Penurunan produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi
2,44; NPV Rp.24.954.774 dan IRR 34,78%. Peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan
produksi 20% dan penurunan harga 20% mengakibatkan nilai B/C menjadi 1,44; NPV
Rp.10.525.688 dan IRR 26,15%. Sedangkan peningkatan biaya produksi 30%; produksi turun
30% dan penurunan harga 20% suku bunga meningkat menjadi 14%, mengakibatkan usahatani
tidak layak lagi untuk di kembangkan karena nilai B/C turun menjadi 0,795; NPV Rp-363.493
dan IRR 13,81%.
Kata kunci: karakteristik, kelayakan finansial, jeruk keprok
PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendapat prioritas
untuk dikembangkan, karena usahataninya memberikan keuntungan yang tinggi,
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Disamping itu, jeruk
merupakan buah-buahan yang digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun
olahan. Sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,serta memberikan
kontribusi yang besar pada perekonomian nasional sudah selayaknya pengembangan
jeruk mendapat perhatian khusus.
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
474
Untuk memenuhi kebutuhan jeruk dalam negeri, komoditas ini diimpor dengan
volume yang terus meningkat.Sampai saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor
jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor khususnya
jeruk manis sebesar 127.041 ton selama kurun waktu 2005 – 2009 dengan rata – rata
per tahun mencapai 25.408 ton atau setara dengan US $ 17.464.186/th.
Salah satu jenis jeruk yang digemari konsumen adalah jeruk mandarin
(keprok).Sejak beberapa tahun terakhir, permintaan akan jeruk keprok terus
meningkat, yang ditandai dengan masih tingginya angka impor jeruk jenis tersebut.
Impor jeruk keprok, selama kurun waktu 2005 – 2009 mencapai 504.063 ton atau
sekitar 100.813 ton per tahun dengan nilai mencapai US $ 80.569.300 (BPS,
2010). Kecenderungan meningkatnya impor tersebut mengindikasikan adanya
segmen pasar (konsumen) tertentu yang menghendaki jenis dan mutu buah jeruk
tersebut. Tingginya permintaan lebih dikarenakan penampilan dan cita rasa jeruk
keprok yang lebih disukai dari pada jeruk siam. Peningkatan preferensi konsumen
tersebut, dapat dijadikan sebagai peluang pasar sekaligus peluang pengembangan
jeruk keprok nasional kita
Indonesia memiliki beragam jenis jeruk keprok berkualitas baik dan berpotensi
untuk memenuhi permintaan dalam negeri yaitu jeruk keprok SoE (NTT), Batu 55,
Pulung dan Madura (Jawa Timur), Garut (Jawa Barat), Tejakula (Bali), Siompu
(Sulawesi Tenggara) dan Kelila (Papua), sedangkan di Sulawesi Selatan dikenal jeruk
keprok Selayar yang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional dan spesifik
daerah Sulawesi Selatan (Pasandaran 1996), selain itu, jeruk keprok selayar juga
merupakan komoditas primadona bagi petani setempat. Pertanamannya tersebar di
daratan Pulau Selayar terutama di Kecamatan Bontoharu, Bontomatene, dan
Bontosikuyuyang berada pada ketinggian 50–200 m dari permukaan laut dengan
keadaan tanah berbatu karang. Menurut pengalaman petani, jeruk tersebut sangat
baik tumbuhnya pada tanah yang demikian.
Pada dasarnya petani jeruk selayar telah berupaya untuk memadukan sumber
daya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi petani dalam
berusahatani,diantaranya keterbatasan penggunaan inovasi teknologi, serta
keterbatasan modal. Padahal sebagai komoditas unggulan daerah, usahatani jeruk
mempunyai potensi pengembangan dan peluang pasar yang cukup luas, serta
didukung oleh kesesuaian iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan dan
produksinya. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selayar terdapat
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
475
sekitar 6.750 ha lahan yang potensial untuk pengembangan jeruk keprok di kabupaten
Selayar
Informasi mengenai kelayakan dan permasalahan usahatani jeruk di kabupaten
Selayar masih terbatas,sedangkan hasil dari analisis kelayakan finansial ini akan
menunjukkan apakah usahatani tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan.
Informasi ini berguna bagi para petani maupun investor yang tertarik untuk
mengembangkan atau menanamkan modalnya pada usahatani jeruk keprok. Dengan
adanya investasi dalam pengembangan usahatani ini diharapkan akan meningkatkan
jumlah produksi jeruk keprok Selayar dan pada akhirnya akan meningkatkan
keuntungan atau pendapatan petani dan investor itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk (1) mengidentifikasi/menginventarisir keragaan dan
permasalahan usahatani jeruk keprok Selayar (2) menganalisis kelayakan finansial
usahatani dan (3) menganalisis kepekaan atau sensitivitas usahatani terhadap
perubahan biaya produksi, harga produksi dan jumlah produksi.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di kecamatan Bonto mate’ne, kabupaten Selayar pada
bulan Agustus – Oktober 2010.Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi
jeruk keprok Selayar.Pengambilan petani contoh dilakukan secara random sebanyak
20 orang. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan
observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan
langsung secara cermat dan sistimatik baik secara partisipatif maupun non partisipatif.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang terarah dan sesuai (Suratno dan
Arsyad 1999)
Data primer seperti aspek personal petani, penggunaan input, produktivitas,
harga input, harga produksi, upah tenaga kerja diperoleh melalui wawancara
terstruktur menggunakan daftar pertanyaan. Data penggunaan input dan produksi yang
dikumpulkan adalah mulai dari persiapan (investasi awal) sampai 14 tahun. Data yang
digunakan dalam analisis ini adalah data dari petani yang memelihara tanamannya
dengan baik. Sedang data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti dinas
pertanian dan kantor ketahanan pangan.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
digunakan untuk menggambarkan keadaan secara sistimatis sesuai kondisi lapangan.
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
476
n
1 1NPV
tt
i
CtBt
12
21
11 ii
NPVNPV
NPViIRR
n
tt
n
tt
i
BtCt
i
CtBt
CBNet
1
1
1
1/
Analisis kuantitatif digunakan untuk data yang berbentuk angka sehingga
mempermudah membuat kesimpulan. Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani
digunakan tiga kriteria yaitu; Net Present Value (NPV); Internal Rate Of Return (IRR)
dan Net B/C Ratio (Kadariah 1979; Malian 2004) dengan rumus sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang
telah di-present value-kan. Dalam kriteria ini dikatakan bahwa proyek akan dipilih
apabila nilai NPV lebih besar dari nol.
Keterangan :
Bt = penerimaan usahatani pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek (20 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (14%)
2. Internal Rate Return (IRR)
Kriteria yang menunjukkan bahwa suatu usaha layak dijalankan adalah jika nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usahatani tersebut
diusahakan .Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
I1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
I2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif
3. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio)
Usahatani jeruk keprok Selayar dikatakan menguntungkan (profitable) apabila
nilai Net B/C> 1. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t n = umur ekonomis proyek
Ct = biaya kotor pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga yang berlaku
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
477
Selain perhitungan kriteria investasi juga perlu dilakukan analisis sensitivity
untuk menjelaskan pada skala mana usahatani keprok selayar mampu bertahan
terhadap perubahan yang tidak menguntungkan seperti penurunan produksi,
penurunan harga atau peningkatan biaya produksi. Menurut Soekartawi (2002) dalam
Trisnawati et al. (2006) setelah analisis proyek perlu dilakukan analisis sensitivitas
untuk melihat apa yang terjadi terhadap analisa proyek jika terjadi suatu kesalahan
atau perubahan dalam dasar dasar perhitungan biaya atau benefit, sehingga hal ini
akan membantu memperkecil ketidakpastian. Parameter yang diuji pada perubahan
usahatani pamelo adalah sebagai berikut:
Kenaikan biaya produksi. Berdasarkan pengalaman hampir setiap tahun terjadi
perubahan harga sarana produksi terutama pupuk, pestisida maupun upah tenaga
kerja. Peningkatan biaya tersebut rata rata 25% per tahun.
Penurunan harga produk. Sebagaimana dengan produk pertanian lainnya
penurunan harga juga selalu terjadi pada jeruk keprok terutama pada saat musim
panen raya atau saat panen bertepatan dengan musim panen buah buahan
lainnya. Selain itu penurunan mutu buah juga dapat menyebabkan penurunan
harga. Penurunan harga rata rata 20%.
Penurunan jumlah produksi. Penurunan produksi biasanya terjadi apabila terjadi
perubahan cuaca.Ini terjadi apabila curah hujan tinggi pada saat fase pembungaan
sehingga bunga gugur dan produksi berkurang. Penurunan produktivitas
diperkirakan rata rata 20%.
Peningkatan biaya dan penurunan produksi. Pada kondisi ekstrim seandainya
terjadi peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20% atau
penurunan harga 20% suku bunga 14% .
Kenaikan biaya produksi, penurunan produksi dan penurunan harga. Pada kondisi
ekstrim seandainya terjadi peningkatan biaya produksi 30% dan penurunan
produksi 30% atau penurunan harga 20% suku bunga 14% .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi pertanaman jeruk keprok Selayar
Kabupaten Selayar mempunyai luas wilayah daratan kurang lebih 1.188,28 km
persegi yang terdiri atas pulau besar dan kecil. Tipe iklim termasuk tipe B dan C,
musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni.
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
478
Luas tanaman jeruk keprok Selayar terus bertambah dari 487,30 ha pada tahun
2005 menjadi 1.462,67 pada tahun 2009. Namun produktivitasnya tidak menunjukkan
peningkatan yang nyata (Tabel 1).
Tabel 1. Luas panen dan produksi jeruk keprok Selayar perkecamatan
di kabupaten Selayar, 2009
No Tahun Luas tanam
(ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kw/phn)
1.
2.
3.
4.
5.
2005
2006
2007
2008
2009
487,30
715,65
869,28
1.414,05
1.462,97
352,53
280,33
373,91
205,00
320,00
2.140,24
3.373,72
2.289,50
1.240,25
1.984,00
60,70
120,30
61,23
60,50
62,00
Sumber: Dinas Tanaman pangan ,Peternakan, dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Selayar, 2010.
Informasi mengenai teknologi suatu komoditas yang berkembang di suatu
daerah sangat penting artinya dalam perakitan teknologi spesifik lokasi, karena
teknologi yang ada di masyarakat umumnya sudah menggambarkan berbagai faktor
yang mempengaruhi penerapan teknologi tersebut. Pemahaman yang benar tentang
masalah yang ada di tingkatpetani akan memudahkan bagi perakit teknologi untuk
memodifikasi atau memperbaiki teknologi yang ada sehingga lebih mudah diterima
petani. Hal ini karena adopsi suatu teknologi bergantung kepada banyak faktor yang
berhubungan dengan lingkungan permasalahan petani, kondisi sosial ekonomi dan
pengetahuan petani, kebijakan dan keterbatasan dalam tindakan operasional, serta
keterbatasan pada teknologi yang baru (Oka et al. 1993).
Tanaman jeruk keprok Selayar yang ditanam oleh petani adalah hasil
sambungan dengan batang bawah Japanise Citrus (JC) atau JC-Selayar dan Jeruk
Selayar (S-S). Tanaman JC-Selayar menunjukkan pertumbuhan tanaman yang relative
lebih pendek dengan kanopi yang lebih lebar sedang tanaman S-S cenderung lebih
tinggi dengan kanopi yang tidak terlalu lebar (Gambar 1a dan 1 b). Jarak tanam yang
digunakan tergantung kondisi lahan. Pada lahan yang berbatu karang jarak tanamnya
tidak teratur, tergantung keadaan tanah (Gambar 2), sedang pada lahan yang kurang
berbatu digunakan jarak 4m x 4 m atau populasi 625 ph/ha.
Anjuran pemupukan spesifik lokasi dan teknik penentuan kebutuhan hara
tanaman belum sepenuhnya dipahami petani. Umumnya petani memupuk dengan
pupuk kandang dan pupuk kimia seadanya atau sesuai dengan pemahamannya dan
dosisnya ditingkatkan sesuai dengan umur tanaman, dengan anggapan bahwa
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
479
semakin besar pohon maka semakin banyak jumlah pupuk yang dibutuhkan itupun
hanya dilakukan oleh 65% responden. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang
kambing dengan dosis rata 2 kg/pohon per tahun sedangkan pupuk an organic
menggunakan campuran Urea+KCl+SP36 perbandingan 1:1:1 sebanyak 1,5 kg/phn
pada umur 1–2 tahun. Pada umur 5 tahun ke atas jumlah pupuk yang diberikan
ditingkatkan menjadi 2 kg/phn. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setahun. Demikian
pula dengan pemberian pupuk kandang, pada umur 6 tahun ke atas pupuk kandang
yang diberikan adalah 7 kg/phn/tahun.
Gbr.1a..Jeruk Selayar dengan batang Gbr. 1b. Jeruk Selayar dengan batang
JC bawah Selayar (S-S) (JC-S)
Sistem pemangkasan belum dilakukan secara optimal terutama pemangkasan
bentuk. Pemangkasan hanya dilakukan untuk membuang cabang/ranting yang
mati.Penyiraman dilakukan pada musim kemarau rata rata 16 kali setahun dengan
takaran sekitar 5 ltr per pohon. Penyiangan dilakukan dua kali setahun. Pemantauan
dan pengendalian hama penyakit hanya dilakukan oleh sebagian petani. Penyakit yang
dominan dan banyak merusak/mematikan tanaman adalah Diplodia. Penyakit Diplodia
disebabkan oleh jamur Botrydiplodia thebromae (Diplodia natalensis) dengan gejala
kulit batang yang terinfeksi berwarna coklat kehitaman, terkelupas dan mengering ada
yang memproduksi gom atau blendok dan ada juga yang tidak. Persentase pohon
yang terserang pada setiap kebun yang diamati berkisar antara 20 – 80%. Menurut
pemilik kebun yang persentase tanaman terserang penyakit hingga 80%,
pemeliharaannya sangat kurang, terutama pemupukan. Penyakit lain yang ditemukan
adalah gejala CVPD.
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
480
Hama yang banyak menyerang buah adalah lalat buah yang menyebabkan
buah busuk dan berair. Hama burik yang mengakibatkan buah tidak berkembang dan
penampilannya tidak menarik. Selain itu ditemukan pula ulat peliang daun
(Phyllocnistis citrella).
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara penyemprotan berbagai
macam pestisida tanpa memperhatikan hama dan penyakit sasaran. Pestisida yang
umum digunakan adalah Furadan dan Regent. Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian pengendalian penyakit Diplodia yang paling efisien adalah menggunakan
teknik aplikasi dikerok kemudian dikuas dengan difenokonazol 250 g/l (Score 250 EC)
dosis 5 ml/lt interval 1 minggu 3 kali aplikasi (Triwiratno et al. 2009).
Tanaman mulai berproduksi pada umur 4-5 tahun. Panen raya dilakukan pada
bulan Juli – September Harga jual ditingkat petani antara Rp. 500 – Rp.800/buah
tergantung besarnya buah. Pemasarannya masih terbatas hanya di daerah kabupaten
Selayar dan Makassar., karena produksi buah yang masih terbatas.
Gambar 2. Tanaman jeruk yang ditanam diantara batu karang
Selain masalah teknis seperti penggunaan teknologi, hama dan penyakit, yang
menjadi penyebab tidak berkembangnya usahatani tersebut adalah tingkat
kemandirian petani yang masih kurang dalam mengelolah usahataninya. Mereka
masih berharap bantuan dari pemerintah baik pupuk, pestisida, maupun biaya
pemeliharaan tanaman.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
481
Analisis Biaya dan Pendapatan
Biaya usahatani jeruk keprok Selayar meliputi biaya investasi awal dan biaya
pemeliharaan. Biaya investasi meliputi penyiapan/pembersihan lahan (land clearing),
pemagaran dan pengadaan peralatan yang meliputi cangkul, linggis, drum penampung
an air, gerobak dan lain lain. Total investasi awal Rp. 5.285.500 (Tabel 2).
Tabel 2. Biaya investasi awal usahatani jeruk keprok Selayar per 100 pohon
di kabupaten Selayar
Uraian Harga satuan
(Rp) Jumlah fisik Nilai (Rp)
Persen
(%)
Land Clearing Pagar Bibit Pembuatan lubang tanam Peralatan
Cangkul
Linggis
Drum Air
Gerobak
Ember
Gunting stek
500.000 750.000 20.000 1.500
75.000 50.000
300.000 400.000 15.000 80.000
Borongan Borongan
100 100
1 2 4 1 2 1
500.000 750.000
2.000.000 150.000
1.885.000 75.000
100.000 1.200.000
400.000 30.000 80.000
9,50 14,19 37,80 2,88
35,67
Jumlah 5.285.000 100
Sumber: Data Primer diolah, 2011
Biaya produksi yang termasuk biaya sarana produksi dan tenaga kerja
menunjukkan trend yang cenderung meningkat setiap tahunnya dengan rata- rata Rp.
4.278.666/tahun/100 pohon. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
penambahan penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan karena semakin tua
umur tanaman, maka kebutuhan pupuk dan obat obatan terutama fungisida semakin
banyak untuk menjaga kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan. Sedangkan
penerimaan merupakan hasil kali antara produksi dan harga jual yang berlaku di
daerah produsen.Jumlah penerimaan tersebut tergantung jumlah produksi dan harga
jualnya. Harga jual jeruk keprok Selayar adalah Rp. 500 – Rp.800 per buah tergantung
gradenya. Pada analisis ini digunakan harga rata rata Rp.700/buah. Sedangkan
pendapatan usahatani diartikan sebagai selisih yang dihasilkan dari besarnya
penerimaan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Produktivitas
tanaman dari tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan.
Dari sisi penerimaan diketahui bahwa penerimaan mulai diperoleh pada saat
tanaman berumur 4 tahun, namun nilai penerimaan positif baru diperoleh pada saat
tanaman berumur 5 tahun. Sedangkan pendapatan tertinggi diperoleh pada saat
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
482
tanaman berumur 11–13 tahun dan mulai menurun pada umur 14 tahun. (Tabel 3).
Penerimaan tahunan senilai tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu indikasi
bahwa usahatani jeruk keprok menguntungkan apabila diusahakan secara professional
di kabupaten Selayar, apalagi menurut informasi petani, tanaman yang dipelihara
dengan baik mampu berproduksi sampai umur 20 tahun atau lebih.
Tabel 3. Penggunaan biaya dan pendapatan usahatani jeruk keprok
Selayar (JC-Selayar)/100 pohon.
Umur
(Tahun)
Jumlah Biaya
(Rp)
Penerimaan
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
0 5.285.500 0 -5.285.000
1 3.170.000 0 -3.170.000
2 3.585.000 0 -3.585.000
3 4.195.000 0 -4.195.000
4 4.195.000 3.500.000 -695.000
5 4.195.000 7.000.000 2.805.000
6 4.395.000 10.500.000 6.105.000
7 4.395.000 14.000.000 9.605.000
8 4.395.000 17.500.000 13.105.000
9 4.395.000 35.000.000 30.605.000
10 4.395.000 42.000.000 37.605.000
11 4.395.000 45.000.000 41.105.000
12 4.395.000 45.500.000 41.105.000
13 4.395.000 45.500.000 41.105.000
14 4.395.000 42.000.000 37.605.000
Sumber: Data Primer diolah, 2011
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani jeruk keprok dilakukan dengan
menggunakan indikator NPV,IRR dan Net B/C Ratio. Tingkat suku bunga yang
digunakan adalah tingkat suku bunga yang berlaku pada saat penelitian yaitu assumsi
14% per tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok selayar
dengan batang bawah JC layak dikembangkan dikabupaten Selayar karena memiliki
nilai Net B/C 3,956, NPV Rp. 45.698.190 dan IRR 38,64% (Tabel 4). Nilai B/C 3,956
diartikan bahwa setiap investasi Rp. 1 dikeluarkan dapat memberikan keuntungan Rp.
3,956. Nilai NPV bernilai positif menunjukkan bahwa manfaat yang diterima petani
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Analisis NPV merupakan metode penilaian
kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai akan datang menjadi nilai sekarang
menggunakan discount factor pada tingkat biaya modal/suku bunga tertentu (Yusuf et
al. 2009). Sedangkan nilai IRR 38,64% lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
483
menunjukkan bahwa menginvestasikan modal untuk usahatani jeruk keprok lebih
menguntungkan dibanding dengan mendepositokannya ke bank.
Tabel 4. Analisis kelayakan finansial usahatani jeruk keprok Selayar
di Kabupaten Selayar, 2010.
Kriteria kelayakan Nilai kesimpulan
Net B/C
NPV
IRR
3,956
Rp.45.698.190
38,64 %
Layak
Layak
Layak
Sumber: data primer diolah, 2011.
Analisis Sensitivitas
Apabila diasumsikan bahwa perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu
kenaikan 25% maka hasil analisis menunjukkan bahwa nilai B/C, NPV dan IRR
berubah, namun masih memenuhi kriteria layak untuk dikembangkan. Peningkatan
biaya tersebut mengakibatkan Net B/C, turun menjadi 3,15; NPV Rp.45.507.487 dan
dan IRR 36,91%.
Pada skenario penurunan harga produksi 20%, diassumsikan menyebabkan
penerimaan usahatani juga turun karena kondisi lain seperti biaya, jumlah produksi,
dianggap tetap. Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa pada penurunan harga
produksi dari Rp. 700/buah menjadi Rp. 660/buah usahatani jeruk keprok masih
memenuhi kriteria layak untuk dikembangkan dengan nilai Net B/C 2,99, NPV Rp.
30.642.790 dan IRR 36,57
Demikian pula halnya pada kondisi penurunan produksi 20%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan karena
masih memenuhi kriteria kelayakan yaitu Net B/C sebesar 2,44,NPV Rp. 40.202.488
dan IRR 34,78%
Penurunan produksi jeruk keprok dapat terjadi akibat perubahan kondisi iklim
(hujan terus menerus) sehingga tanaman tidak mengalami masa stress, hujan pada
saat fase pembungaan sehingga terjadi gugur bunga atau tanaman sudah berumur
diatas 20 tahun.
Selain skenario tersebut, dilakukan pula analisis kepekaan pada kondisi
kombinasi antara peningkatan biaya produksi dan penurunan produksi. Pada analisis
ini diassumsikan terjadi kondisi ekstrim yaitu peningkatan biaya produksi 20% dan
penurunan produksi 20% atau peningkatan biaya produksi 20% suku bunga 14%. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pada kondisi tersebut nilai Net B/C ratio1,44, NPV Rp.
10.526.688 dan IRR 26,15%. Demikian pula halnya apabila biaya produksi naik 30%;
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
484
produksi turun 30% dan penurunan harga 20 % suku bunga 16 %. Nilai Net B/C yang
dihasilkan di bawah 1 yaitu 0,795, NPV –Rp. 363.493 dan IRR13,81% (Tabel 4).
Kondisi ini dapat terjadi apabila ada peningkatan harga sarana produksi misalnya
dengan pencabutan subsidi pupuk dan pestisida, peningkatan upah kerja dan
penggunaan sarana produksi yang tidak efisien dan perubahan teknologi. Penurunan
produksi dapat terjadi apabila pemeliharaan tidak dilakukan secara optimal utamanya
pada tanaman yang berumur tua. Untuk itu diperlukan upaya upaya preventif terutama
dari segi budidaya untuk mengatasi turunnya produksi baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Tabel 4. Analisis kepekaan/sensitivitas usahatani jeruk keprok Selayar
di Kabupaten Selayar, pada berbagai perubahan, 2010.
Kriteria kelayakan Nilai Kesimpulan
Peningkatan biaya produksi 25 %
Net B/C
NPV(Rp)
IRR
Penurunan harga produksi 20 %
Net B/C
NPV (Rp)
IRR
Penurunan produksi 20 %
Net B/C
NPV(Rp)
IRR
Peningkatan biaya produksi 20 % dan penurunan
produksi 20% dan penurunan harga 20 %
Net B/C
NPV (Rp)
IRR
Peningkatan biaya produksi 30 %; produksi turun 30 %
dan penurunan harga 20 % suku bunga meningkat
menjadi 14 %.
Net B/C
NPV(Rp)
IRR
3,15
45.507.487
36,91
2,99
30.642.790
36,57
2,44
24.954.774
34,78
1,44
10.525.688
26,15
0,795
-363.493
13,81
Layak
Layak
Layak
Layak
Tidak layak
Sumber: data primer diolah, 2011.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
485
KESIMPULAN
1. Jeruk keprok yang ditanam oleh petani adalah hasil sambungan antara batang
bawah JC (JC – Selayar) dengan Selayar – Selayar (S-S). Jarak tanam 4 m x 4 m,
namun pada tanah yang berbatu karang jarak tanamnya tidak teratur, tergantung
kondisi tanah.
2. Analisis terhadap biaya produksi, pendapatan dan penerimaan usahatani jeruk
keprok di kabupaten Selayar menunjukkan bahwa usahatani tersebut dinilai layak
untuk diusahakan karena menguntungkan (Profitable), dengan biaya investasi
sebesar Rp. Rp. 5.285.000/100 pohon dan untuk pemeliharaan selanjutnya rata
rata Rp. 4.728.666/100 pohon/tahun. Tingkat penerimaan rata rata Rp.
21.892.857/100 pohon/tahun dan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 16.301. 046.
3. Analisis kelayakan usahatani jeruk keprok Selayar pada tingkat suku bunga 14%
menunjukkan bahwa usahatani tersebut dinilai layak untuk dikembangkan karena
diperoleh nilai net B/C 3,96; NPV Rp. 45.698.190 dan IRR 38,64%.
4. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada lima kondisi berikut:
Kenaikan biaya produksi 25 %, suku bunga 14%, mengakibatkan perubahan
nilai B/C menjadi 3,15; NPV Rp. 45.507.487 dan IRR 36,91%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok Selayar masih layak untuk
dikembangkan.
Penurunan harga produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,99;
NPV Rp. 30.642.790 dan IRR 36,57%. Nilai nilai dari kriteria investasi
menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan.
Penurunan produksi 20% mengakibatkan perubahan B/C menjadi 2,44; NPV
Rp. 24.954.774 dan IRR 34,78%. Nilai nilai dari criteria investasi menunjukkan
bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan.
Peningkatan biaya produksi 20% dan penurunan produksi 20% dan
penurunan harga 20% secara bersamaan mengakibatkan nilai B/C menjadi
1,44; NPV Rp.10.525.688 dan IRR 26,15%. Nilai nilai dari kriteria investasi
menunjukkan bahwa usahatani tersebut masih layak untuk dikembangkan,
walaupun tingkat pendapatannya sudah menurun.
Peningkatan biaya produksi 30%; produksi turun 30% dan penurunan harga
20% mengakibatkan usahatani tidak layak lagi untuk di kembangkan karena
nilai B/C turun menjadi 0,795; NPV Rp-363.493 dan IRR 13,81%.
Armiaty: Karakterisitik dan Kelayakan Finansial …
486
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selayar. 1996. Proposal
Pengembangan Komoditas Kabupaten Dati II Selayar tahun1997/98. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Selayar, 26 hlm.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Selayar. 1998.
LaporanTahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Selayar, 32 hlm.
Abdul Wahib Mahaymin, 2009. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu
Bestari di Kota Probolinggo Jawa Timur.Journal Agritek Vol.17.No.5
Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2009. Upaya Pengembangan Kawasan
Buah buahan Unggul Tropika untuk Ekspor (http:// www.hortikultura.
deptan.go.id) diakses tanggal 16 Oktober 2009.
Dinas tanaman pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep. 2010. Selayang
Pandang Komoditi Andalah Jeruk Besar Pamelo.
Husnan dan Suwarno. 1994. Studi kelayakan Proyek . UPP. YKPN. Yogyakarta
Husni Malian, 2004. Analisis Ekonomi Usahatani dan Kelayakan Finansial Teknologi
Pada Skala Pengkajian. Makalah Pelatihan Analisis Presentasi dan Tabulasi
Data Penelitian dan Pengkajian, Bogor 29 November – 9 Desember 2004.
Kadariah,dkk 1979. Pengantar Evaluasi Proyek; Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Suratno dan Lincolin Arsyad,1999. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis.UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Soekartawi, 2002.Dalam Trisnawati, W, Mahaputra dan Jemmy Renaldi,
2006.Kelayakan Pola Tumpang sari Kopi dengan jeruk di Desa Belatih,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.Jour. Pengkajian dan
Pengembangan teknologi Pertanian Vol.9 No.1.
Triwiratno, A. Dwiastuti, ME, Widodo, B, 2004. Teknik Pengendalian Penyakit Diplodia
dan Penyakit jamur Kerak menggunakan Fungisida Difeno-konazol 250 g/l
pada Pamelo, dalam Kumpulan Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas
Jeruk. Pusat perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Badan
Litbang Pertanian Deptan, 2009.
Puslitbang Hortikultura, 2010. Pedoman Umum Program Dukungan Pengem-bangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura. Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang
pertanian. Kementrian Pertanian.
Yusuf, Masniah, Masyhuri dan Irham, 2009. Analisis kelayakan Usahatani jeruk keprok
Soe di kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.Jour.
Informatika Pertanian Volume 18.No. 2.