PROPOSAL INVESTIGASI
MATA KULIAH LAPORAN INVESTIGASI
“INVESTIGASI PEREDARAN PETASAN SAAT BULAN RAMADHAN
DI WILAYAH PALMERAH, JAKARTA BARAT”
Dibuat Oleh :
Nama : Lukman Prabowo (1271510115)
Hilda Rafika (0971510961)
Syahroni (1271510024)
Kelas :
Periode : 0514
Dosen Pengampu : Ica Wulansari, S.I.P., M.Si.
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 2
B. Tujuan Investigasi …………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Petasan ……………………………………………………………. 3
B. Peredaran Petasan …………………………………………………………….. 4
C. Aturan dan UU tentang Petasan ……………………………………………… 4
D. Lokasi Investigasi ……………………………………………………………… 6
E. Tim Investigasi ………………………………………………………………… 7
F. Nara Sumber …………………………………………………………………… 7
BAB III LAPORAN PENGERJAAN
A. Produser ……………………………………………………………………….. 9
B. Penulis Naskah ………………………………………………………………… 9
C. Kameramen ……………………………………………………………………. 10
D. Hasil Observasi ……………………………………………………………….. 12
E. Term of Reference …………………………………………………………….. 13
F. Syuting List …………………………………………………………………….. 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 15
LAMPIRAN (Hasil Riset dari Internet) ……………………………………………. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Petasan sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Petasan sudah
melekat di masyarakat Indonesia. Yang awalnya berfungsi untuk meramaikan acara-acara
pernikahan dan khitanan. Sekarang berubah fungsi menjadi mainan anak-anak pada saat
Bulan Ramadan.
Pada Bulan Ramadan peredaran petasan lebih banyak dibandingkan bulan-bulan
lainnya. Ini terjadi seperti sudah menjadi tradisi dari masyarakat Indonesia. Yang dimana
di Bulan Ramadan kebanyakan orang bermain petasan, bukan hanya anak-anak kecil,
orang dewasa pun ikut bermain petasan. Karena hal ini polisi mulai meningkatkan
pengawasan terhadap peredaran petasan, yang bisa mengganggu kekhusukan Umat
Muslim yang menjalankan ibadah puasa. Selain mengganggu kekhusukan ibadah puasa,
petasan tiap tahun sudah menelan banyak korban. Bukan hanya anak-anak kecil, orang
dewasa pun menjadi korban dari letusan petasan.
Karena masih maraknya peredaran petasan di Bulan Ramadan, kami dari tim
investigasi akan menginvestigasi peredaran petasan.
B. Tujuan Investigasi
Dengan mendasari beberapa latarbelakang yang ditulis, maka kami mempunyai tujuan
dalam melakukan Investigasi ini adalah sebagai berikut ;
Mengungkapkan peredaran petasan
Mencari penanganan bagaimana mengurangi peredaran petasan dan pengaruh
hukumnya
Memberi informasi kepada masyarakat bahaya dari petasan
Memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan jenis-jenis petasan
yang boleh di perjualbelikan dan yang tidak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Petasan
Sejarah petasan bermula dari Cina. Sekitar abad ke-9, seorang juru masak secara tak
sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yakni garam peter atau
kalium nitrat, belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal) yang berasal dari
dapurnya. Ternyata campuran ketiga bahan itu mudah terbakar.
Jika ketiga bahan tersebut dimasukan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya
lalu dibakar, maka akan meletus dan mengeluarkan suara ledakan keras yang dipercaya
mengusir roh jahat. Dalam perkembangannya, petasan jenis ini dipercaya dipakai juga
dalam perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan upacara-
upacara keagamaan.
Baru pada saat dinasti Song didirikan pabrik petasan yang kemudian menjadi dasar
dari pembuatan kembang api karena lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk
pijar-pijar api di angkasa hingga akhirnya dibedakan. Tradisi petasan lalu menyebar ke
seluruh pelosok dunia.
Di Indonesia tradisi petasan itu dibawa sendiri oleh orang Tionghoa. Seorang
pengamat sejarah Betawi, Alwi Shahab meyakini bahwa tradisi pernikahan orang Betawi
yang menggunakan petasan untuk memeriahkan suasana dengan meniru orang Tionghoa
yang bermukim di sekitar mereka.
Petasan merupakan bahan peledak low explosive. Bahan peledak low explosive
adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai kecepatan detonasi
(velocity of detonation) antara 400 dan 800 meter per detik. Sedangkan bahan peledak
high explosive mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000 dan 8.500 meter per detik.
Bahan peledak low explosive ini sering pula disebut propelan (pendorong) yang banyak
digunakan pada peluru dan roket. Di antara bahan peledak low explosive yang dikenal
adalah mesiu (black powder atau gun powder) dan smokeless powder. Bagi sebagian
masyarakat Indonesia, mesiu tersebut banyak digunakan sebagai pembuat petasan,
termasuk petasan banting dan bom ikan. Di Indonesia, petasan sudah menjadi sesuatu
yang biasa dipakai untuk berlebaran dan saat bulan Ramadhan. Banyak anak sesudah
sahur bukannya istirahat, malah bermain petasan dan kembang api. Mereka dengan
4
seenaknya melemparkan petasan -petasan yang mereka bawa kepada temannya atau
mobil yang sedang lewat, tanpa memikirkan akibatnya.
Petasan dan sebangsanya memang barang gelap, artinya merupakan benda terlarang
(ilegal). Sejak zaman Belanda sudah ada aturannya dalam Lembaran Negara (LN) tahun
1940 Nomor 41 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Bunga Api 1939, di mana isinya
antara lain adanya ancaman pidana kurungan tiga bulan dan denda Rp 7.500 apabila
melanggar ketentuan “membuat, menjual, menyimpan, mengangkut bunga api dan
petasan yang tidak sesuai standar pembuatan”.
Selain aturan zaman Belanda tsb, ada juga beberapa aturan lain, diantaranya adalah
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan Pasal 187 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana tentang bahan peledak. Dalam undang-undang ini sudah diatur soal bahan
peledak yang menimbulkan ledakan dan dianggap mengganggu lingkungan masyarakat.
Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa pembuat, penjual, penyimpan, dan
pengangkut petasan bisa dikenai hukuman minimal 12 tahun penjara hingga maksimal
kurungan seumur hidup.
Namun anehnya, walau berbagai ancaman telah dikeluarkan lewat aturan, tetap saja
ada yang nekat untuk menjual petasan. Khusus untuk bulan Ramadhan seperti saat ini,
omzet penjual petasan memang bisa naik drastis dibanding hari-hari biasa.
B. Peredaran Petasan
Pasar merupakan tempat peredaran petasan terbanyak. Di pasar peredaran petasan
bukan hanya dijual satuan tapi bisa sekaligus menjadi pemasok untuk penjual petasan di
pemukiman perumahan. Untuk saat ini peredaran petasan memang sudah tidak terlalu
banyak namun masih ada penjual yang nakal mengedarkan petasan berkedok berjualan
kembang api.
C. Aturan dan UU Tentang Petasan
Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan Pasal 187 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana tentang bahan peledak. Dalam undang-undang ini sudah diatur soal bahan
peledak yang menimbulkan ledakan dan dianggap mengganggu lingkungan masyarakat.
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pembuat, penjual, pemyimpan, dan
pengangkut petasan bisa dikenai hukuman minimal 12 tahun penjara hingga maksimal
kurungan seumur hidup.
5
1. UU darurat no. 12 Tahun 1951 tentang senjata api dan bahan peledak
a. Pasal 1 ayat 1 bagi yang membuat, menerima, memperoleh/menyerahkan,
menguasai, mengangkut, menggunakan senjata api, amunisi atau bahan
peledak tanpa hak dihukum mati atau hukuman penjara seumur hidup/penjara
20 tahun.
b. Pasal 2 ayat 1 bagi yang membuat, menerima, menguasai, membawa, memiliki,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, menggunakan senjata api, senjata
penikam atau senjata penusuk tanpa hak dihukum penjara 10 tahun.
2. Pasal 188 KUHP barang siapa menyebabkan karena kesalahannya kebakaran,
letusan dihukum hukuman penjara 5 tahun.
3. Lembaran Negara No.41 tahun 1940 tentang pelaksanaan undang-undang bunga
api 1939 pasal 2:
a. Bagi yang membuat serta menjual, meyimpan, mengangkut bunga api/ petasan
yang tidak sesuai standar pembuatan dipidana kurungan 3 bulan.
b. Bagi yang membuat, menjual, memasang/membunyikan bunga api/petasan
dipidana kurungan 2 bulan.
Jenis kembang api yang diizinkan, dilarang dan yang bisa dijual bebas berdasarkan UU
Bunga Api Tahun 1932 dan Perkap Nomor 2 Tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang
pengawasan pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersil:
a. Kembang api yang diizinkan:
Bunga api mainan berukuran dari dua inci atau kandungan mesiu kurang dari 20
gram tidak menggunakan izin pembelian dan penggunaan. Sementara, bunga api
untuk pertunjukan (show) berukuran dua sampai dengan delapan inci atau
kandungan mesiu lebih dari 20 gram. Untuk pembelian dan penggunaannya harus
ada izin dari Baintelkam Mabes Polri dengan rekomendasi Kapolda.
b. Kembang api yang dilarang:
1. Bunga api yang berisi bahan peledak seperti tertera dalam pasal 1 UU No
9/1931
2. Penggalak, deto, sumber deto, dan bahan-bahan dengan sifat bekerja yang
sesuai
3. Bahan-bahan dan mesiu yang sendirinya atau dengan sebab kecil dapat
terbakar atau meledak
4. Bahan-bahan keras yang pada waktu ledakan bunga api dapat terpelanting
6
5. Bunga api dengan bermacam-macam ledakan yang berat mesiu di dalamnya
lebih besar daripada beratnya sepertiga bagian satuan bunga api (bunga api
yang berukuran diatas delapan inci).
c. Kembang api yang bisa dijual bebas:
1. Kembang api kawat atau sejenisnya
2. Kembang api air mancur
3. Kembang api yang dapat terbang, seperti kupu-kupu yang pada umumnya tidak
mengeluarkan bunyi
4. Kembang api yang didarat (ground spinner) seperti gasing yang diputar
5. Kembang api berupa bola-bola api atau roman candle. Ada yang tidak
berbunyi tetapi hanya berupa bola-bola api kecil warna-warni saja. Ada yang
mengeluarkan suara pretekan dan ada yang mengeluarkan suara tar (bukan
dor seperti petasan)
6. Kembang api berupa roket yang meluncur ke atas dengan gagang bambu atau
kayu berbagai ukuran
7. Kembang api berupa ‘cakes’, kumpulan tabung-tabung kecil dengan jumlah
tembakan bervariasi dari 10,25 lebih tembakan. Efek tembakan berupa bunga
chrydsantemum atau kelapa. Bunga brocade, untuk ‘consumer cakes’ diameter
tube kecil, yakni satu sampai 1,5 sentimeter, tapi untuk profesional tubenya
lebih besar
8. Shells, terdiri dari bermacam-macam ukuran, berbentuk bola dengan ukuran
antara satu dan 1,5 inci, sedangkan untuk profesional dengan bantuan alat
peluncur berukuran lebih besar tiga sampai delapan inci.
D. Lokasi Investigasi
Lokasi investigasi yang kami pilih untuk investigasi peredaran petasan di Bulan
Ramadan adalah di Pasar Palmerah Jakarta Barat. Kami mengambil lokasi tersebut karena
di pemukiman padat seperti inilah peredaran petasan lebih gampang masuk dan beredar
dikalangan masyarakat.
7
E. Tim Investigasi
Dalam melakukan sebuah investigasi tidaklah mungkin untuk kita melakukannya sendiri,
oleh Karena itu kami membentuk Tim investigasi kami terdiri dari:
a. Produser (Lukman Prabowo)
Produser dari tim investigasi kami ini termasuk ke dalam produser lapangan.
Karena produser kami bertugas melakukan koordinasi pada saat liputan dan sesuai
namanya, produser lapangan akan lebih banyak berada di lokasi. Dia akan
mengarahkan juru kamera dan reporter di lapangan, termasuk mempersiapkan
wawancara atau siapa narasumber yang dapat diwawancarai.
b. Kameraman (Syahroni)
Juru kamera atau kameraman bertanggung jawab untuk semua aspek teknis
pemotretan dan merekam gambar. Seorang juru kamera harus memastikan bahwa
tidak ada kesalahan saat ia mengambil gambar. Dan menghasilkan gambar yang
tajam dan baik.
c. Penulis Skrip/Naskah (Hilda Rafika)
Penulis skrip memiliki peran pada tahap praproduksi. Seorang penulis skrip
memberikan garis-garis besar cerita dan dalam banyak hal menentukan struktur
keseluruhan suatu produksi.
F. Narasumber
Narasumber adalah orang memberi informasi yang kita inginkan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Narasumber adalah orang yg memberi (mengetahui secara jelas
atau menjadi sumber) informasi. Kita dapat memberikan tanggapan terhadap informasi
yang diberikan narasumber. Sebelum menanggapi penjelasan narasumber, sebaiknya
pahami dahulu informasi yang telah di sampaikan oleh narasumber. Adapun cara
mendapatkan informasi yang lengkap sebagai berikut: Menyimak semua informasi yang
disampaikan narasumber secara utuh, Mencatat semua informasi yang di sampaikan
narasumber, Menbuat rangkuman berdasarkan informasi yang di dengar dari narasumber,
Setelah memahami informasi dengan lengkap, kita dapat memberikan tanggapan kepada
narasumber. Tanggapan tersebut dapat berupa pendapat maupun sanggahan. Ketika
menanggapi penjelasan narasumber, tidak boleh menyimpang dari informasi yang telah di
jelaskan. Tanggapan yang kita berikanpun sebaiknya disertai penjelasan yang masuk akal.
Pada laporan Invertigasi ini kami akan menemui beberapa narasumber untuk mengetahui
8
informasi mengenai peredaran petasan di daerah Palmerah Jakarta Barat. Narasumber
dalam proposal ini dibagi menjadi 4 yaitu ;
Narasumber Utama
Narasumber utama merupakan adalah narasumber yang menjadi objek
penelitian dalam pembuatan laporan ini. Pada dasarnya narasumber utama
merupakan orang atau organisai yang menjadi permasalahan dalam judul
laporan ini. Narasumber utama yang kami akan wawacarai adalah Pelaku atau
produsen petasan. Dimana pelaku tersebut menjadi kunci dalam laporan yang
akan kami buat. Informasi yang akan dicari tahu dengan cara riset tempat,
observasi tempat dan melakukan survey, kami akan menagmbil gambar dala
peliputannya jika memang tidak diijinkan maka kami menggunakan kamera
tersembunyi.
Narasumber Otoritas
Dalam narasumber ini kami tempatka Pihak berwajib (Humas Polisi
dari Polres Jakarta Barat) sebagai lembaga terkait dalam penanganan petasan
yang sangat marak saat bulan puasa. Kami akan melakukan sesi wawancara
dngan pihak berwajib yang akan ditentukan pada pengembangan proposal
selanjutnya.
Narasumber Pendukung (Informan)
Pada narasumber ini kami menempatkan Penjual petasan di wilayah
Palmerah, Jakarta Barat menjadi narasumber yang mampu mendukung fakta
yang ada pada informasi narasumber utama.
Korban
Dalam laporan ini kami menjadikan warga adalah korban karena warga
merupakan masyarakat yang merasakan langsung efek dari bahaya petasan.
Kami akan mewawancarai warga palmerah, Jakarta barat terkait dengan efek
yang ditimbulkan oleh petasan. Penjabaran lebih lanjut akan dilakukan pada
perkembangan proposal.
9
BAB III
LAPORAN PENGERJAAN
A. Produser
Tugas dari seorang produser adalah untuk mengatur segala aktivitas yang terkait dengan
pembuatan laporan ini. Sejauh ini produser sudah melakukan tugasnya dalam pengerjaan :
- Membuat judul laporan
- Membagi tugas tim
- Membuat proposal
- Membuat kerangka penelitian
- Mancari undang-undang terkait dengan Pelarangan Petasan
B. Penulis naskah
Tugas dari penulis naskah adalah membuat riset wawancara untuk semua narasumber.
Wawancara disesuaikan dengan topik permasalahan dan dibuat secara mendalam.
Beberpa pertanyaan yang nantinya akan di gunakan untuk saat wawancara berlangsung
adalah sebagai berikut :
1. Naskah Wawancara Dengan Narasumber Otoritas (Humas Polres Jakarta Barat)
Selamat Pagi/Siang Pak, perkenalkan saya mahasiswa dari Univ. Budi Luhur
Jakarta meminta waktu bapak sebentar untuk wawancara.
Pak, maksud kedatangan saya ini adalah untuk mewawancarai bapak mengenai
peredaran petasan menjelang bulan Ramadan di daerah Jakarta Barat. Bagaimana
aturan penggunaan petasan selama bulan Ramadan?
Apakah sanksi yang berlaku untuk penjual atau pengguna petasan?
Apakah di Jakarta mempunyai Perda larangan jual atau beli petasan?
Apakah ada jenis petasan yang diperbolehkan untuk diperjualbelikan?
Bagaimana penanganan pihak berwajib untuk mengurangi peredaran petasan di
bulan Ramadan?
Apa dampak penggunaan petasan terhadap penggunanya maupun masyarakat di
sekitarnya?
Apakah perlu penyuluhan dari pihak Rt/Rw untuk mengurangi penggunaan
petasan di pemukiman?
10
Terima kasih atas waktunya, semoga untuk Ramadan bulan ini peredaran petasan
lebih sedikit dari tahun kemarin.
2. Naskah Wawancara Dengan Narasumber Utama (Pelaku/Produsen)
Sudah berapa lama bapak menjadi pembuat petasan?
Kenapa bapak lebih memilih membuat petasan dibandingkan membuka usaha
yang lain?
Ada berapa jenis petasan yang bapak buat?
Biasanya bapak membeli bahan-bahan membuat petasan dimana?
Ke daerah mana sajakah bapak memasarkan petasan buatan bapak?
Apakah ada perasaan takut dari bapak saat mengedarakan petasan buatan bapak?
Dari tahun-tahun yang lalu hingga sekarang sudah banyak razia dilakukan pihak
berwajib, apakah ada penurunan keuntungan di tahun-tahun kemarin?
Apakah bapak sudah tahu bahwa membuat petasan atau menjualnya mendapatkan
sanksi?
3. Naskah Wawancara Dengan Narasumber Pendukung (Informan)
Selain bapak berjualan kembang api, apakah bapak menjual petasan?
Sudah berapa lama bapak berjualan?
Menjelang bulan puasa, apakah bapak sudah menyetok petasan terlebih dahulu?
Biasanya mulai kapan orang membeli petasan di bulan puasa?
Ada berapa jenis petasan yang bapak jual?
Apabila ada razia peredaran petasan apa yang bapak lakukan?
Sejak ada razia peredaran petasan, apakah ada penurunan omzet di tahun-tahun
kemarin?
Bapak sudah tahu kalau penjual atau pembeli petasan mendapatkan sanksi?
Lalu apakah bapak akan tetap berjualan seperti biasanya?
C. Kameramen
Tugas kameramen adalah mengabadikan setiap gambar. Tugas terpeting adalah
mengatur posisi saat melakukan wawancara
1. Untuk narasumber utama akan dilakukan secara langsung jika diijinkan, akan tetapi
jika tidak diijinkan maka akan menggunakan kamera tersembunyi
2. Untuk nara sumber lembaga terkait akan disetting dalam suasana kantor dengan
menjadikan logo Polisi sebagai latar belakang dari narasumber
11
3. Untuk narasumber pendukung utama akan dilakukan secara on the spot dan akan
diambil secara langsung tanpa ada settingan gambar dan settingan tempat
4. Untuk korban juga akan dilakukan on the spot dan akan diambil secara langsung
tanpa ada settingan gambar dan settingan tempat
5. Membuat stock shoot agar dapat menambah penjelasan terakait dengan topik
permasalahan seperti, gambar petasan dan video ledakan petasan dan sejenisnya.
Bebrapa hal yang akan dilakukan dalam pengambilan gambar, dan kameramen sudah
menulis bebrapa hal yang nantinya akan di ambil gambarnya :
1. Lokasi sekitar tempat produksinya petasan (jika tidak diijinkan mengambil gambar
akan menggunakan hidden camera)
2. Transaksi penjual dan penbeli petasan
3. Agen-agen penjual petasan
4. Penjual petasan di bahu jalan
5. Permainan atau orang-orang yang menyalakan petasan
6. Jenis-jenis petasan
7. Human interest
8. Daya besarnya ledakan petasan
9. Efek atau dampak dari petasan (diambil dari youtube)
10. Para korban luka akibat petasan
11. Wawancara humas kepolisian (dengan background kantor polisi)
12. Wawancara penjual petasan
13. Wawancara pembeli petasan
14. Wawancara para warga
15. Mengambil gambar area lokasi para penjualan
16. Razia petasan (diambil dari youtube)
17. Papan petunjuk arah/papan nama daerah
18. Perjalanan menulusuri investigasi
19. Pembukaan stand up reporter
20. Penutup/kesimpulan reporter
12
D. Hasil Observasi
1. Observasi ke Narasumber Otoritas
Pada hari Kamis, 15 mei 2014 tim investigasi kami mencari narasumber
otoritas, pada awalnya sekitar waktu jam makan siang tim mencoba menghubungi
salah seorang teman dari tim yang bekerja di Polres. Tim menanyakan jika ingin
meminta wawancara terkait dengan pelanggaran hukum dapat dilakukan dengan
siapa?, lalu dia memberi rekomendasi untuk langsung menemui Kepala Humas Polres
Metro Jakarta Barat, atas nama Komisaris Heru Julianto. Keesokan harinya salah satu
dari tim kami mencoba untuk mendatangi tempat tersebut, ketika sampai disana, dia
tidak dapat langsung melakukan wawancara dengan Kadib Humas, karna harus
menujukan surat dari Universitas sebagai surat bukti untuk pengantar penelitian. Lalu
dia kembali dan melakukan rencana untuk meminta surat ijin wawancara kepada
universitas.
Dalam hasil observasi yang tim investigasi dapat adalah kami dapat
melakukan wawancara kepada Kadib Humas Polres Jakarta Barat dengan syarat
membawa surat pengantar. Jadi kami akan membuat surat pengantar di Universitas
pada waktu pelaksanaan nanti, yaitu pada awal bulan juni. Kami akan melakukan
wawancara langsung kepada Kadib Humas Polres Jakarta Barat.
2. Observasi ke Narasumber Utama (pelaku/Produsen)
Team investigasi kami mencoba menelusuri tempat produksi petasan di daerah
parung bogor. pada hari minggu 18/05/2014 siang hari, tempat tersebut seperti
biasanya dari tahun ketahun menjelang ramadhan dan menjelang tahun baru banyak
memproduksikan berbagai jenis petasan. di tempat tersebut selalu ramai dipadati para
pembeli atau konsumen dan para pemborong petasan untuk membeli petasan yang
akan dijualnya kembali.
Didalam perjalanan menuju lokasi tersebut, dengan alat tranportasi kereta api
dari jakarta sampai ke parung dengan perjalanan yang memakan waktu 1,5 jam,
sesampainya di lokasi kami menulusuri lebih dalam dimana produksi petasan. Setelah
tiba dilokasi tempat penjualan petasan tersebut, kami tidak menemukan adanya
penjual ataupun pembeli, tempat tersebut sepi dan tidak seperti dugaan kami yang
ramai atau bahkan banyak penjual petasannya. Ditempat itu kami mencoba bertanya
oleh salah seorang penjaga warung yang ada ditempat tersebut, kami bertanya
mengenai mengapa tempat ini sepi dan ternyata tempat ini akan ramai pada saat satu
13
minggu menjelang puasa ataupun menjelang tahun baru, namun untuk transaksi jual
beli petasan di tempat ini tidak dilakukan secara terbuka atau ditempat keramaian,
tetapi traksaksi dilakukan di rumah-rumah penduduk yang memproduksi petasan
tersebut secara langsung. Informasi tersebut kami dapatkan dari beberapa warga yang
ada disekitar lokasi tersebut.
E. Term of Reference
Dari latar belakang yang sudah kami jabarkan dengan permasalahan yang ada serta
melakukan riset dan observasi, kami mencoba merumuskan waktu pengerjaan sebagai
acuan dalam peliputan laporan investigasi kami. Adapun hasil yang akan kami buat
adalah dengan 3 segmen, yaitu ;
1. Segmen Pertama
Pada segmen ini kami akan menampilkan beberapa latar belakang masalah yang ada
seputar topic yang akan kami angkat yaitu, peredaran petasan saat bulan ramadhan.
Kami akan menampilkan pembukaan yang akan dilakukan host dan dilanjutkan
dengan penampilan video terkait dengan petasan dan gambaran tentang petasan
2. Segmen Kedua
Pada segmen ini akan ditampilkan investigasi tentang pelanggran pembuatan petasan
serta peredaran petasan yang akan dilakukan dengan secara tersembunyi dan dengan
melakukan penyamaran yang menempel, tim kami akan mncoba untuk menempel
dengan pelaku dengan berpura-pura sebagai pembeli petasan yang nantinya akan
dijual kembali diwilayah perkotaan. Kami akan menampilkan perjalanan investigasi
dan wawancara dengan pelaku serta informan yang telah kami tentukan nantinya.
3. Segmen Ketiga
Pada segmen ini kami akan menampilkan wawancara dengan narasumer otoritas
terkait dengan pelanggaran peredaran petasan serta memperlihatkan bahaya petasan di
masyarakat. Pada segmen ini juga kami akan memberikan kesimpulan tentang hasil
investigasi kami.
14
F. Syuting List
Kegiatan Tanggal (Bulan Juni)
07 08 09 14 15 16 18
Meliput pemantauan menjelang ramadhan
khusunya penjual petasan
Melakukan wawancara dengan mayarakat
yang pernah menjadi korban ledakan petasan
Memantau kembali tempat produsen petasan
Membuat surat pengantar untuk wawancara
ke Kadib Humas Polres JakBar
Melakukan wawancara ke kadib Humas
Polres
Melakukan liputan investigasi ke produsen
Melakukan pengambilan gambar host utnuk
opening dan closing
Proses pengeditan
Pengumpulan karya*
*disesuaikan dengan jadwal UAS
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat semua hasil riset dan observasi yang telah kami lakukan, kami
memiliki kesimpulan bahwa produksi petasan untuk menjelang bulan Ramadhan tahun
2014 masih akan terjadi, dan kami akan mencoba untuk melakukan investigasi dengan
menampilkan hasil karya yang original. Dalam perjalanan penelitian ini kami menemukan
beberapa kendala seperti waktu, karna semua tim kami saat ini masih dalam kondisi
bekerja pada perusahaan. Waktu yang kami pergunakan rata-rata pada hari weekend
sehingga waktu yang bisa kami berikan untuk peliputan sangat terbatas. Akan tetapi dari
keterbatasan kami akan tetap memberikan yang terbaik dan semaksimal mungkin.
16
LAMPIRAN
Hasil Riset dari Internet