LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI PROTEIN
NAMA : SUCI FERALIA RATIKASESHA
NIM : 06101010021
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
DOSEN PENGASUH : Drs. Made Sukaryawan & Desi, S.Pd., M.T
LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS SRIWIJAYA
2013
I. Nomor Percobaan : II
II. Judul Perobaan : Reaksi Uji Potein
III. Tujuan Percobaan : Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam
protein
IV. Dasar Teori :
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan
makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme
sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O,
kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989). Protein merupakan suatu zat
makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung
unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama
lain dalam ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen ; beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur
fosfor, besi, iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama lambang satu huruf
yang digunakan secara ringkas untuk menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di
dalam rantai polipeptida. protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak
terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat
protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat
molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Almatsier. S,
1989).
Struktur Protein
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-
asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi
gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang
lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan
ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara
demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan
bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah
beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu
polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling dipertautkan dengan
ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992)
Asam-asam amino
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino
yang terdapat sebagai komponen, protein mempunyai gugus −NH2 pada atom karbon α
dari posisi gugus −COOH. Rumus umum untuk asam amino ialah R−CH−COOH NH2
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar
seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat
maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas
beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Demikian amina pula umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
(Poejiadi. A, 1994). Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
karboksil (−COOH) dan satu atau lebih gugus amino (−NH2) yang salah satunya terletak
pada atom C tepat disebelah gugus karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung
melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan gugus
amino dari asam amino yang disampingnya (Sudarmadji. S, 1989).
Sifat Protein
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami
perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam,
logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudahdiamati
adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji. S, 1989).
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein
tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan
berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal.
Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi
dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi
dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan
elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan
basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif,
sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Winarno. F.G, 1992).
Fungsi Protein
Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim
(dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin, mioglobin), protein pengatur
(protein pengikat DNA, hormon peptida), protein struktural (kolagen, proteoglikan),
protein pelindung (faktor pembekuan darah, imunoglobulin), protein
pengangkut(hemoglobin, lipoprotein plasma) dan protein kontraktil/ motil (aktin, tubulin)
(Robert K. Murray, 2003). Protein yang mempunyai fungsi sebagai media perambatan
impuls saraf ini biasanya berbentuk reseptor; misalnya rodopsin, suatu protein yang
bertinak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel – sel mata (Winarno, 1997).
Analisa Protein Secara Kualitatif
1. Reaksi Xantoprotein
Reaksi untuk melihat adanya gugus fenil pada molekul protein, gugus fenil dengan
asam nitrat membentuk senyawa nitro yang berwarna kuning setelah dipanaskan.
2. Reaksii Sakaguchi
Reaksi ini berdasarkan adanya gugus guanidin dengan reagensia Sakaguchi,
memberikan warna merah.
3. Reaksi Millon
Reaksi ini berdasarkan inti fenol bereaksi dengan reagensia Millon, memberikan warna
merah.
4. Metode Biuret
Reaksi ini berdasarkan adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret
memberikan warna lembayung (Pantjita H, 1993).
5. Reaksi Natriumnitroprusida
Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan
protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat
memberikan hasil positif.
6. Reaksi Hopkins – Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat
dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan
dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins – Cole hingga membentuk lapisan di
bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas
antara kedua lapisan tersebut (Anna Poedjiadi, 1994).
Analisa Protein Secara Kuantitatif
1. Metode Biuret.
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4
encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa – senyawa yang mengandung gugus
amida asam.
2. Metode Lowry
Protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan
memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi yang ditera.
Kosentrasi protein diukur berdasarkan optik density pada panjang gelombang 600 nm.
3. Metode Spektrofotometer UV
Kebanyakan protein mengabsorpsi sinar ultraviolet maximum pada 280 nm. Hal ini
terutama oleh adanya asam amino tirosin triptofan dan fenilalanin yang ada pada protein
tersebut.
4. Metode Turbidimeter
Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein apabila
ditambahkan bahan pengendap protein misalnya TCA, K4Fe(CN)6 atau asam
sulfosalisilat. Tingkat kekeruhan diukur dengan alat turbidimeter.
5. Penentuan Protein dengan Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa NaOH, kemudian ditambahkan formalin akan
membentuk dimethilol. Indikator yang digunakan adalah PP, akhir titrasi bila tepat
terjadi perrubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.
6. Metode Kjeldahl
Prinsip metode Kjeldahl adalah mula – mula bahan didekstruksi dengan asam sulfat
pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Ammonia yang terjadi
ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Metode Kjeldahl pada umumnya
dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimikro. Cara makro – Kjeldahl
digunakan untuk sampel yang sukar dihomogenisasi dan besarnya 1– 3 gram,
sedangkan semimikro – Kjeldahl dirancang untuk sampel yang berukuran kecil, yaitu
kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen (Maria Bintang, 2010).
V. ALAT DAN BAHAN
ALAT : Beker gelas
Gelas ukur
Pipet tetes
Corong
Kertas saring
Erlenmeyer
Tabung reaksi
Batang pengaduk
BAHAN :
NaOH 2,5 N
Larutan protein (susu bubuk, susu cair, putih telur, kuning telur)
CuSO4 0,01 N
HgCl 0,2M
Timbal Asetat 0,2 M
(NH4)2SO4
Reagen Millon
Reagen Uji biuret
H20
Asam Asetat 1M
HCl 0,1 M
NaOH 0,1 M
Buffer Asetat pH 4,7
Etil Alkohol 95%
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
Uji Biuret
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk. Tambahkan setetes
CuSO4 0,01 M. Aduk, jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
Pengendapan dengan Logam
Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan
menggunakan Pb asetat 0,2 M.
Pengendapan dengan Garam
Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan :
Pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut aduk hingga melarut. Tambahkan
lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi, kontinu sehingga sedikit garam tertinggal
tidak terlarut. Apabila larutan jenuh, kemudian disaring . Uji kelarutan dari endapan di
dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon dan filtrat dengan uji Biuret.
Uji Koagulasi
Tanbahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air
mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan
di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon.
Pengendapan dengan Alkohol
Tabung 1 2 3
Larutan Albumin 5 ml 5 ml 5 ml
HCl 0,1 M 1 ml - -
NaOH 0,1 M - 1 ml -
Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml
Etil Alkohol 95 % 6 ml 6 ml 6 ml
Tabung – tabung mana yang menunjukkan protein yang tidak larut.
Denaturasi Protein
Tabung 1 2 3
Larutan Albumin 9 ml 9 ml 9 ml
Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml
HCl 0,1 M 1 ml - -
NaOH 0,1 M - 1 ml -
Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada
temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung –
tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4.7. tulis hasilnya.
Uji Sulfur dalam Protein
Campur 0,5 gram serbuk albumin dengan dua kali berat dari fusion mixture (3 bagian
Na2CO3 anhidris dengan 2 bagian KNO3). Panaskan dalam cawan porselin sampai tak
berwarna. Dinginkan dan dilarutkan dalam air panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrat
dengan HCl. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan beberapa tetes larutan BaCl2.
VII. Hasil Pengamatan
No Uji Perlakuan Hasil Pengamatan Kesimpulan1. Uji Biuret
a. Putih telur1 ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna
Putih telur 1% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Putih telur 2% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Putih telur 3% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Putih telur 4% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Putih Telur bereaksi positif dengan ion Cu2+ menghasilkan endapan ungu
Putih telur 5% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
b. Kuning telur 1 ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna
Kuning telur 1% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Kuning telur 2% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Kuning telur 3% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Kuning telur 4% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
Kuning telur 5% (tidak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan keunguan.
c. Susu Bubuk 1ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna
Susu bubuk 1% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna unguSusu bubuk 2% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu bubuk 3% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu bubuk 4% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu bubuk 5% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
d. Susu Cair ml NaOH 2,5 N + 3 ml protein dan aduk. Tambahkan CuSO4 0,01 M hingga timbul warna
Susu cair 1% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu cair 2% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu cair 3% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu cair 4% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan) lautan berwarna ungu
Susu cair 5% (putih) + NaOH (tak berwarna) larutan berwarna putih + CuSO4 (kebiruan)
lautan berwarna ungu2. Pengendapan
dengan logama. Susu bubuk
Susu bubuk 3ml + 5 tetes HgCl2 0,2 M
Susu bubuk 3ml + 5 tetes Pb asetat 0,2 M
susu bubuk 1% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan
susu bubuk 2% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan
susu bubuk 3% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan
susu bubuk 4% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan
susu bubuk 5% (putih) + HgCl2 larutan tak berwarna terdapat endapan
susu bubuk 1% (putih) + Pb asetat larutan berwarna putih
susu bubuk 2% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh
susu bubuk 3% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh
susu bubuk 4% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh
susu bubuk 5% (putih) + Pb asetat larutan berwarna keruh
3. Pengendapan dengan Garam
Susu Bubuk 10 ml susu bubuk 5% + (NH4)2SO4
Endapan + Air
Endapan + Millon
Endapan + NaOH + CuSO4
susu bubuk 5% (putih) + (NH4)2SO4 (tak berwarna) → larutan tak berwarna + ↓ putih.
Endapan (putih) + Air (tak berwarna) → Larutan Putih + sedikit endapan putih
Millon (tak berwarna) + endapan (putih) larutan tak berwarna + kemerahan
Endapan (putih) + NaOH (tak berwarna) → Larutan tak berwarna + CuSO4 (kebiruan) → Larutan kebiruan
4 Uji Koagulasia. Susu bubuk
5 ml susu bubuk 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit, saring koagulan lalu :
1. Reaksikan endapan kedalam millon 1 ml
2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml
Susu bubuk 5%(putih) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan
Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + coklat
Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan keruh + putih
b. Susu cair 5 ml susu cair 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit,
Susu cair 5%(putih) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan
saring koagulan lalu :1. Reaksikan endapan
kedalam millon 1 ml
2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml
Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + merah
Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan tdk berwarna
c. Putih telur 5 ml putih telur 5% + 2 tetes CH3COOH panaskan 5 menit, saring koagulan lalu :1. Reaksikan endapan
kedalam millon 1 ml
2. Reaksikan endapan kedalam air 1 ml
Putih telur 2%(keruh) + CH3COOH (tak berwarna) larutan putih larutan putih terdapat koagulan
Millon (tak berwarna) + koagulan (putih) larutan tak berwarna + coklat
Air (tak berwarna) + koagulan(putih) lautan keruh + putih
5 Pengendapan dengan alcohola. Susu cair
5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%
Susu cair 4%(putih) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Susu cair 4%(putih) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Susu cair 4%(putih)) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan
b. Susu bubuk 5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%
Susu bubuk 4%(putih) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Susu bubuk 4%(putih) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Susu bubuk 4%(putih)) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan
c. Putih telur 5ml putih telur 2% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml NaOH 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
5ml putih telur 2% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%
Putih telur 2%(lautan keruh) + HCl (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Putih telur 2%(lautan keruh) + NaOH(tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Putih telur 2%(lautan keruh) + buffer asetat (tak berwarna) larutan keruh + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh terdapat endapan
d. Kuning telur Kuning telur tabung 15ml Kuning telur 3% + 1 ml HCl 0,1 M + 6ml etil alcohol 95%
Kuning telur tabung 25ml Kuning telur 3% + 1 ml NaOH 0,1 M +
Kuning telur 3%(lautan keruh) + HCl (tak berwarna) larutan tidak berwarna + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
Kuning telur 3%(lautan keruh) + NaOH(tak berwarna) larutan tak berwarna + etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
6ml etil alcohol 95%
Kuning telur tabung 35ml Kuning telur 3% + 1 ml buffer asetat, pH 4,7 + 6ml etil alcohol 95%
Kuning telur 3%(lautan keruh) + buffer asetat (tak berwarna) larutan tak berwarna+ etil alcohol 95% (tak berwarna) larutan keruh
6 Denaturasi Proteina. Susu cair
Susu cair 4% (putih) + HCl dipanaskan selama 15 menit ditambahkan larutan buffer
Susu cair 4% (putih) + NaOH dipanaskan selama 15 menit ditambahkan larutan buffer
Susu cair 4% (putih) + buffer asetat dipanaskan selama 15 menit
Susu cair 4% (putih) + HCl Larutan keruh menghasilkan endapan putih + larutan buffer asetat sedikit endapan
Susu cair 4% (putih) + NaOH larutan berwarna kuning + larutan buffer asetat tidak menghasilkan endapan
Susu cair 4% (putih) + buffer asetat Endapan putih
b. Susu bubuk 3ml susu bubuk 4% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat
3ml susu bubuk 4% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat
3ml susu bubuk 5% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat
3ml susu bubuk 5% + 4 ml HCl panaskan ± 15 menit + 10 ml Buffer assetat
susu bubuk 4% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh
susu bubuk 4% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan
susu bubuk 5% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan
susu bubuk 5% (putih) + HCl (tidak berwarna) larutan keruh larutan keruh + Buffer asetat (tak berrwarna) → larutan keruh, ada endapan
VIII. Reaksi Kimia
Tes Biuret
Albumin
O O
ll ll
2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + 2 NaOH + CuSO4
R R n
CH - C NH - CH
O
Cu2+
O
CH - NH C - CH
Pengendapan dengan LogamHgCl2
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C -OH + HgCl2
R R n R
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C- O
R R n R
Hg2+ + 2 HCl
O O O
2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C - O
R R n R
(CH3COO)2 Pb
O O ll ll
2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb
R R n
O O ll ll
H2N - CH-C – NH–CH - C - O
R n
Pb6+ + H+ + CH3COO -
O O ll ll
H2N - CH-C – N – CH - C - O
R R n
Pengendapan dengan Alkohol
NaOH
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O
R R n R
HCl
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O
R R n R
Buffer pH 4,7
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH
R R n R
O O O
H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O
R R n R
IX. Pembahasan
Percobaan uji protein ini dilakukan beberapa macam, yaitu uji buret, pengendapan
dengan logam, pengendapan dengan garam, denaturasi protein, uji koagulasi dan
pengendapan dengan alkohol. Dengan sampel berupa susu bubuk, susu cair, kuning telur
dan putih telur.
Pada percobaan uji biuret dihasilkan larutan yang berwarna ungu dari penambahan
reagen buret pada larutan protein. Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja
pada suasana basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji
menjadi berwarna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO
dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada uji biuret dihasilkan warna
violet. Hal ini disebakan penambahan CuSO4 sehingga terbentuk kompleks antar
Cu2+dengan gugus amino dari protein makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan
ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Dengan perubahan warna ungu yang
diperoleh ini menunjukan bahwa uji ini positif terhadap biuret. Pada tes biuret ini,
penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal ini
ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada penambahan
CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami perubahan yaitu
larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu muda atau
violet hanya pada permukaan saja. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M
berlebih, terjadi perubahan pada semua larutan. Dimana terbentuk larutan berwarna ungu
muda pada susu bubuk, susu cair, kuning telur dan putih telur.
Pada uji pengendapan logam dihasilkan endapan berwarna putih dan larutan keruh.
Endapan yang terbentuk merupakan endapan yang berasal dari protein yang diuji, endapan
ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dngan protein. Logam Pb ini merupakan logam
yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung ion
positif dapan menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya dengan
Hg yang juga merupakan logam yang mengandung ion positif yang juga dapat
menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protrein dasar reaksi pengendapan oleh
logam berat adalah penetralan muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein
berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif
dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilakan garam proitein
yang mengendap. Endapan ini akan melarut kembali dengan penambahan alkali yang sifat
pengendapan ini adalah reversibel.
Untuk percobaan pada uji pengendapan dengan garam itu hasil yang diperoleh
yaitu endapan yang bewarna merah. Endapan ini menunjukkan atau merupakan hasil dari
garam-garam organic dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan
protein. Pengendapan yang dikarenakan penambahan ammonium sulfat menyebabkan
terjadi dehidrasi protein atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses
dehidratasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah
mengendapa. Hasil pencampuran antara serbuk ammonium sulfat dengan protein
menghasilkan endapan dan filtrate, untuk endapan dilakukan uji millondan menghasilkan
larutan dengan endapan merah, hal ini dikarenakan karena pereaksi millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrit. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat menjadi merah pada
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang bewarna, protein yang mengandung
tirosin akan memberikan uji positif
Pada percobaan uji koagulasi ini dimana berdasarkan literatur jika protein
ditambahkan dengan larutan asam atau basa, maka akan terdenaturasi atau terjadi
penggumpalan. Penggumpalan ini dapat juga terjadi karena pemanasan yang dilakukan,
dengan proses pemanasan struktur protein akan menjadi rusak, untuk itulah pada
percobaan ini diperoleh endapan, setelah endapan diperoleh ditambahkan dengan reagen
millon dan menghasilkan larutan bening dan endapan merah. Hal ini menunjukkan bahwa
uji koagulasi menghasilkan positif terhadap uji millon. Pada pemanasan 50 derajat protein
sudah mengalami koagulasi. Koagulasi ini terjadi bila larutan protein berada pada titik
isoelektriknya. Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan
sebagian protein, sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).
Pada percobaan mengenai reaksi uji sulfur dalam protein. Yang diuji adalah serbuk
albumin. Dan dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada akhir percobaan terbentuk padatan
kuning kecoklatan. Padatan yang berwarna kuning ini menunjukkan adanya unsur S
(sulfur atau belerang) di dalam larutan protein. Unsur S ini terdapat dalam gugus tiol asam
amino sistein yang terkandung dalam albumin. Keberadaan unsur S ini juga dapat
diidentifikasi dari baunya yang khas saat dilakukan proses pemanasan larutan protein. Oleh
karena itulah larutan protein menunjukkan positif terhadap uji sulfur.
Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan
protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari
gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam
dalam suasan asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik. Pada reaksi
pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan
karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul
protein dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin +
NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh.
Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik
isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion positif dan
ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton dan alkohol yang
bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan protein. Sedangkan
dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan albumin kelihatan agak bening,
hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang
amfoter (protein dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan
dalam suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam).
Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur
sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan
garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein. Pada pengujian denaturasi protein ini
yaitu 3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing pada tabung pertama
yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1
M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan
tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan,
lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan
tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang
terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan
bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi
endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih
cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M,
reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap
putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi
reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan
lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu
ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2
lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan
ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat
pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan
albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan
selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna
putih susu padat.
Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada
NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH
albumin yaitu 4,5-4,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik
isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat
hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif,
sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin
adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada
penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam
amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.
Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada
struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat
jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen,
jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan
mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan
koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion
yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan
membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif .
pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak
bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua
elektroda tersebut.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada percobaan uji biuret dihasilkan larutan yang berwarna ungu. Larutan yang
berwarna ungu ini terbentuk karena penambahan CuSO4 sehingga menghasilkan
kompleks antar Cu2+ dengan gugus amino dari protein.
2. Penambahan ammonium sulfat dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi protein
atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses dehidrasi ini molekul
protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.
3. Proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya struktur protein.
4. Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan
protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi
dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul.
5. Makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan pada uji biuret ini menunjukan
makin panjang ikatran peptidanya.
6. Koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik isoelektriknya. Ion-ion
logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian protein,
sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).
7. Endapan yang bewarna merah pada uji pengendapan merupakan hasil dari garam-
garam organik dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan
protein.
8. Pada uji pengendapan, endapan yang dihasilkan bewarna putih dan larutan yang
keruh, endapan yang dihasilkan tersebut berasal dari protein yang diuji, endapan ini
terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein
XI. Daftar pustaka
Ariwulan, R. D. (2011). Reaksi Uji Protein. Laporan Praktikum Biokimia .
Lehninger, A. L. (1982). Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, A. (1994). Dasar - Dasar Biokimia . Jakarta: Universitas Indonesia.
XII. Gambar alat
Pipet tetes Beaker Gelas Tabung Reaksi
Gelas Ukur Batang pengaduk Corong pemisah
Erlenmeyer
XIII. Jawaban Pertanyaan
Uji buret
a. warna apa yang terjadi ?
warna yang dihasilkan adalah ungu
b. mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4 ?
karena jika CuSO4 kelebihan akan menyebabkan terbentuknya garam ammonium
c. mengapa garam ammonium mengganggu ?
karena dapat mengganggu pada saat pengamatan.
d. sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif?
Histidin, serin, threonin, merupakan zat lain selain protein yang memberikan uji
biuret positif.
Pengendapan dengan logam
a. apa hasilnya ?
menghasilkan endapan putih
b. terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan
Hg ?
Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena putih telur
dapat mengikat Pb dan Hg sehingga Pb dan Hg bereaksi dan mengendap
dan tidak menimbulkan keracunan.
uji koagulasi
a. mengapa ditambahkan asam ?
jawab : ditambahkan asam untuk menggumpalkan protein
b. protein apa yang mendidih pada pendidihan ?
protein yang menggumpal pada pendidihan adalah semua protein selain gelatin.
uji pengendapan dengan pada alkohol
a. apakah kelarutan albumin dalam air terjaci pada titik isoelektriknya ?
ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya.
uji denaturasi
a. sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam
percobaan ?
jawab : sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul
protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu
reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang.
b. metopde lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?
jawab : yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian
enzim.
c. perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawab : pengendapan dengan garam
d. Terangkan hasil-hasilnya ?
pada percobaan ini hasil yang didapatkan adalah endapan dan filtrat yang dimana
endapannya diuji dengan milon dan dipanaskan menghasilkan warna merah bata
dan filtratnya diuji dengan biuret yang menghasilkan warna ungu.
uji sulfur
a. mengapa protein memberikan uji positif pada sulfur?
karena protein dengan sulfur menghasilkan endapan PbS yang berasal dari Pb asetat
dan sulfur sehingga protein memberikan uji positif terhadap uji sulfur.
b. unsur-unsur apa yang bisa dalam protein tetapi tidak ada dalam lipid dan
karbohidrat?
unsur P (phosphor), nitrogen, dan sulfur.
Recommended