MAKALAH FITOTERAPI TERAPAN
“PENGOBATAN TRADISIONAL”
Disusun Oleh:
Putri Aulia Fajar (260112120502)Aulia Damayanti Firdaus (260112120504)Cahyaning Indri Aswika (260112120506)Syaikhul Aziz (260112120508)Annisa Nur Fatimah (260112120510)
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping
pangan, pemukiman dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat manusia
dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik. Undang-Undang No.23 tahun 1992
tentang “Pokok-pokok kesehatan” menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kesehatan adalah keadaan sejahtera yang meliputi kesehatan badan, rohani
(mental) dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Oleh karena itu dalam perkembangan yang sedang dilakukan kesehatan
merupakan salah satu prioritas utama. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu
upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Berbagai program pembangunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah selama ini, pada hakikatnya adalah upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Pada saat ini banyak orang yang beralih pada penggunaan obat-obatan
tradisional dikarenakan kepercayaan masyrakat yang menganggap bahwa obat
tradisional memiliki potensi yang lebih untuk menyembuhkan penyakit, dan tidak
memiliki efek samping seperti halnya obat konvensional. Pemahaman masyarakat
di bidang pengobatan tradisional dipengaruhi oleh kepercayaan yang kadang
berbeda dengan efeknya secara ilmiah. Kesalahan dalam menafsirkan penyakit
dan pemberian obat yang semata-mata hanya dilandasi dengan pengetahuan
tradisional dan kepercayaan mungkin saja dapat berakibat fatal bagi kesehatan dan
keselamatan penderita.
Kecenderungan orang pada masa kini yang tidak percaya atau mengurangi
obat-obatan produk kimia dan kembali ke obat-obatan tradisional, membuat
praktek-praktek pengobatan tradisional semakin banyak. Keberadaan pengobatan
tradisional sebenarnya telah diatur pemerintah yang dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang “Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional”. Pengobatan tradisional harus dapat dipertanggung
jawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan,
dikembangkan dan diawasi untuk digunakan dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Namun masih saja terdapat beberapa praktek pengobatan
tradisional yang tidak berijin.
1.1 Tujuan
Tujuan studi lapangan pada praktek pengobatan herbal ini ialah untuk
mengetahui kesesuaian berdirinya tempat praktek tersebut dengan peraturan yang
telah diselenggarakan oleh pemerintah.
1.2 Metode
Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan studi pustaka dan
wawancara terhadap pengobat tradisional. Materi wawancara meliputi pertanyaan
tentang surat ijin praktek, cara dan obat yang digunakan dalam pengobatan
tradisional serta antusiasme masyarakat sekitar trhadap pengobatan tradisional.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penyelenggaraan pengobatan tradisional diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003. Dalam
keputusan tersebut disebutkan bahwa Pengobatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan obat
yang diberikan dalam pengobatan tradisional disebut sebagai obat tradisional.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan, ramuan,
pendekatan agama dan supranatural. Klasifikasi dan jenis sebagaimana dimaksud
meliputi :
a. Pengobat tradisional ketrampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat
urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis,
chiropractor dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan
Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist
dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
c. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional
dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.
d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga
dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan
pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
Dalam penyelenggaraan pengobatan tradisional pengobat tradisional
(orang yang melakukan pengobatan tradisional) harus memiliki ijin yang disebut
STPT (Surat Terdaftar Pengobat Tradisional) dan SIPT (Surat Izin Pengobat
Tradisional). STPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat
tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sedangkan SIPT adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti dan
diuji terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan yang juga diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan dan/atau
perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan, yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
Pengaturan penyelenggaraan pengobatan tradisional bertujuan untuk :
1. membina upaya pengobatan tradisional;
2. memberikan perlindungan kepada masyarakat;
3. menginventarisasi jumlah pengobat tradisional, jenis dan cara
pengobatannya.
Selain wajib memiliki STPT dan SIPT, pengobat tradisional berkewajiban
menyediakan :
a. Ruang kerja dengan ukuran minimal 2 x 2,50 m2.
b. Ruang tunggu.
c. Papan nama pengobat tradisional dengan mencantumkan surat
terdaftar/ surat ijin pengobat tradisional, serta luas maksimal papan
1 x 1,5 m2.
d. Kamar kecil yang terpisah dari ruang pengobatan.
e. Penerangan yang baik sehingga dapat membedakan warna dengan
jelas.
f. Sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi.
g. Ramuan/obat tradisional yang memenuhi persyaratan.
h. Pencatatan sesuai kebutuhan.
Pengobat tradisional harus memberikan informasi yang jelas dan tepat
kepada pasien tentang tindakan pengobatan yang dilakukannya. Pengobat
tradisional dilarang menggunakan peralatan kedokteran dan
penunjang diagnostik kedokteran. Penggunaan obat tradisional harus memenuhi
standar dan/atau persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Obat yang digunakan bisa berupa obat tradisional yang
diprouksi oleh industri obat tradisional (pabrikan) maupun obat tradisional yang
diracik sendiri. Selain itu, dalam penyelengaaraannya, pengobat tradisional wajib
melaporkan kegiatannya tiap 4 (epat) bulan sekali pada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Puskesmas atau
unit pelaksana teknis yang ditugasi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam melakukan pembinaan berdasarkan pola pembinaan sebagai berikut :
a. Pola Toleransi yaitu pembinaan terhadap semua jenis pengobatan
tradisional yang diakui keberadaannya di masyarakat, pembinaan
diarahkan pada limitasi efek samping.
b. Pola Integrasi yaitu pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang
secara rasional terbukti aman bermanfaat dan mempunyai kesesuaian
dengan hakekat ilmu kedokteran, dapat merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan.
c. Pola Tersendiri yaitu pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang
secara rasional terbukti aman bermanfaat dan dapat
dipertanggungjawabkan, memiliki kaidah sendiri, dan dapat berkembang
secara tersendiri.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Data didapat dari hasil studi lapangan melalui wawancara dengan narasumber
yang dilakukan pada :
Tempat : Balai Pengobatan Herbal “Ibu Lipur”
Alamat : Jalan Letnan Sukito no. 28 Dusun Jatisari,
Jatinangor-Sumedang
Tanggal Pelaksanaan : 21 Februari 2013
Narasumber : Ibu Ade Lela
Narasumber menyatakan telah mendapat surat ijin praktek yaitu nomor
yang tertera pada papan nama di depan bangunan pengobatan tradisional.
Narasumber juga menyebutkan bahwa ia termasuk dalam anggota ASPETRI
(Asosiasi Pengobatan Tradisional Indonesi). Pengobatan yang dilakukan
berdasarkan empiris atau pengalaman yang diturunkan dari keluarganya terdahulu
begitu juga dengan resep atau ramuan obat yang diberikan kepada pasien.
Diagnosis ditentukan berdasarkan keluhan pasien yang datang untuk terapi. Setiap
pasien yang datang berkunjung akan mendapat ramuan yang diklaim dapat
menyembuhkan keluhan pasien tersebut. Ramuan yang diberikan telah dikemas
dalam pack kecil sehingga pasien hanya perlu menyeduhnya dengan air hangat
dan meminumnya sesuai informasi yang diberikan oleh pengobat tradisional.
Menurut narasumber masyarakat sekitar memiliki antusiasme terhadap
pengobatan tradisional yang dikelolanya.
3.2 Pembahasan
Berdsarkan Keputusan Menteri Kesehatan papan nama pengobat
tradisional harus mencantumkan surat terdaftar/ surat ijin pengobat tradisional.
Namun kenyatannya di papan pengobat tradisional yang tertera adalah
KepMenKes No. 1076/MENKES/SK/VII/2003 yang merupakan aturan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang “Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional. Selain itu kami tidak melihat adanya surat terdaftar dan surat ijin
(STPT dan SIPT) dari pengobat tradisional. Maka dapat diketahui bahwa praktek
pengobatan tradisional ini menyalahi aturan ang telah ditetapkan.
Dalam surat keputusan Mentri Kesehatan juga disebutkan bahwa setiap
pengobat tradisional harus mengikuti pendidikan, pelatihan atau kursus untuk
meninkatkan pengetahuan dan ketrampilan keilmuan yang dapat diselenggarakan
oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Organisasi Profesi di bidang kesehatan,
asosiasi profesi di bidang pengobatab tradisional dan/atau intansi yang
berwenang. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Kepala Puskesmas atau unit pelaksana teknis yang ditugasi.
Terdapat pola-pola tertentu dalam melakukan pembinaan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terhadap pengobat tradisional, diantaranya pola toleransi, pola
integrasi dan pola tersendisi. Pembinaan yang dilakukan terhadap praktek
pengobatan herbal “Ibu Lipur” termasuk pola toleransi yaitu pembinaan terhadap
semua jenis pengobatan tradisional yang diakui keberadaannya di masyarakat,
pembinaan diarahkan pada limitasi efek samping. Pola ini dilakukan karena
masyarakat sekitar telah percaya kepada hasil dari pengobatan yang dilakukannya.
Ramuan yang digunakan berdasar dari empiris pengobat yang telah
diberikan turun-temurun di keluarganya. Berikut merupakan beberapa ramuan
atau tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional “Ibu Lipur” untuk
diagnosa penyakit tertentu dibandingkan dengan hasil penelitian aktivitas tanaman
secara ilmiah.
Tabel 1. Daftar beberapa tanaman obat Indonesia dengan aktivitas empiris dan
ilmiahnya.
Nama
Tumbuhan
Aktifitas
Empiris Ilmiah
KunyitSakit magh, batuk,
mual, varises
Anti-inflamasi, anti-HIV, anti-bakteri, anti-
protozoa, antitumor, anti-bisa ular, antioksidan
dan aktivitas nematosidal
Sirih Batuk Antibakteri, antioksidan, antifungi
Kencur Batuk Antiinflamasi, analgesik, antibakteri, antioksidan
Sambiloto Gatal
Antihiperglikemia, antioksidan, hepatoprotektor,
antiviral, antipiretik, antimalaria, antikanker,
imunosupresan dan imunostimulan
Kapulaga Penghangat tubuh Antiinflamasi, anti asma
ManggisObat jantung,
kolesterol
Antifungi, antimikroba, antioksidan, dan
sitotoksik, antialergi dan antiinflamasi
Jati belanda KonstipasiMenghambat kadar kolesterol, membantu
menurunkan berat badan, antioksidan, antidiare
Cabe JawaMemperlancar
peredaran darah
Antimikroba, afrodisiak (meningkatkan kadar
testosteron)
Temulawak Mual, varisesNeuroprotektor, antioksidan, antiinflamasi,
hepatoprotektor
CiplukanRematik, sakit
pinggang
Antiinflamasi, analgesik, antimalaria,
antigonorhoe, antipiretik, antibakteri, antiulcer,
sitotoksik, antifertilitas
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Walaupun pengobatan herbal “Ibu Lipur” tidak memenuhi persyaratan
penyelenggaraan pengobatan tradisional berdasarkan surat Keputusan Menteri
Kesehatan praktek tersebut masi tetap dibiarkan beroperasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota karena masyarakat sudah percaya kepada pengobatan tersebut.
Selain itu, terapi dan pengobatan yang diberikan oleh “Ibu Lipur” tidak
menyebabkan efek samping yang membahayakan keselamatan pasien.
4.2 Saran
Perlu diberlakukannya penertiban pada praktek-praktek pengobatan herbal
yang tidak memiliki ijin agar keberadaannya lebih tertata sehingga pembinaan
dapat dilakukan dengan baik. Pemberian sanksi yang tegas terhadap praktek
pengobatan tradisional yang tidak mengikuti aturan.
DAFTAR PUSTAKA
Araújo, CAC & Leon, LL., 2001, Biological Activities of Curcuma longa L.,
Mem. Inst. Oswaldo. Cruz., 96(5): 723-728.
Astykasary, A.D., dan Masjhoer M., 2006, The Effect of Andrographis paniculata
Extract (Sambiloto) to The Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)
Level in Wistar Rats Administered with Paracetamol. Artikel Karya
Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Fitofarmaka dan
Obat Herbal Terstandar, Jakarta.
Bagalkotkar G, Sagineedu SR, Saad MS, Stanslas J. 2006, Phytochemicals from
Phyllanthus niruri Linn. and their pharmacological properties: a review, J
Pharm Pharmacol; 58(12): 1559-1570.
Bai, Xinpeng, Weimin Zhang, Wenxue Chen, Wei Zong, Zhiyong Guo and
Xiaoqin Liu, 2011, Anti-Hepatotoxic and Anti-Oxidant Effects of Extracts
From Piper nigrum L. Root, African Journal Of Biotechnology, 10(2): 267-
272.
Cheenpracha, S; Chatchanok K; Chanita P; Sanan S And Supinya T, 2006, Anti-
HIV-1 Protease Activity of Compounds From Boesenbergia pandurata,
Bioorganic & Medicinal Chemistry, 14: 1710-1714.
Chothani, D.L., and Vaghasiya, H.U., 2012, A phyto-pharmacological overview
on Physalis minima Linn., Indian Journal of Natural Product and Resources,
3(4): 477-482.
Chudiwal, A.K., Jain, D.P., & Somani, R.S., 2010, Alpinia galanga Willd.-An
Overview on Phyto-pharmacological properties, Indian Journal of Natural
and Resources, 1(2): 143-149.
Deng WL. 1978. Preliminary Studies on the Pharmacology of the Andrographis
Product Dihydroandrographolide Sodium Succinate. News Letters of
Chinese Herb Med 8: 26-28.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia
ed 1, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Suplemen 1 Farmakope Herbal
Indonesia, Jakarta.
Devaraj, S; Sabariah I; Surash R; Santhini M. And Yam M.F., 2010, Evaluation of
The Hepatoprotective Activity of Standardized Ethanolic Extract of
Curcuma xanthorrhiza Roxb, Journal Of Medicinal Plants Research,
4(23): 2512-2517.
Elfahmi. 2006. Phytochemical and biosynthetic studies of lignands with a focus
on Indonesian medicinal plants [disertasi]. Gronigen: Faculty of
Mathematics and Natural Sciences University of Gronigen.
Fatmawati, A., 2008, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Dosis Bertingkat
terhadap Hepar Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Gumay, A.R., 2008, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk) Dosis Bertingkat terhadap Gambaran Histopatologi
Duodenum Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Haghighi, M., Khalvat, A., Toliat, T,. Jallaei, S., 2005, Comparing the Effects of
Ginger (Zingiber officinale) Extract and Ibuprofen on Patients with
Osteoarthritis, Arch Iranian Med, 8 (4): 267-271.
Hanumantharaju N, Shashidhara S, Rajasekharan P.E, Rajendra C.E, 2010,
Comparative Evaluation of Antimicrobial and Antioxidant Activities of
Kaempferia galanga for Natural and Micropropagated Plant, International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(4).
Jan, M., Abid, H., Naeem, S.M., Salman A.M., Masood, R., Maqbool, H., 2004,
Comparison Between The Effects of Extract From The Seeds of Myristica
fragrans and Cimetidine on The Volume and Acidity of Carbachol Induced
Gastric Secretion In Fasting Rabbits, Pakistan J. Med. Res., 43(4).
Juheini, 2002, Pemanfaatan Herba Seledri (Apium Graveolens L.) Untuk
Menurunkan Kolesterol dan Lipid Dalam Darah Tikus Putih yang Diberi
Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak, Makara Sains, 6(2).
Jung, H.A., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., Kinghorn, A.D., 2006,
Antioxidant Xanthones from the Pericarp of Garcinia mangostana
(Mangosteen), J. Agric. Food Chem, 54, 2077−2082.
Karsha, PV., Lakshmi, OB, 2010, Antibacterial Activity of Black Pepper (Piper
nigrum Linn) With Special Reference to Its Mode of Action on Bacteria,
Indian Journal of Natural Products and Resources, 1(2): 213-215.
Khan, M. and Siddiqui, M., 2007, Antimicrobial activity of Piper fruits, Natural
Product Radiance, 6(2): 111-113.
Khan, M.A., Khan, H., Khan, S., Mahmood, T., Khan, P.M., Jabar, A., 2009,
Anti-inflammatory, analgesic and antipyretic activities of Physalis minima
Linn., J. Enzyme. Inhib. Med. Chem., 24(3):632-637.
Lee, J.A., Lee, M.Y., Shin, I.S., Seo, C.S., Ha, H., Shin, H.K., 2012, Anti-
Inflammatory Effects of Amomum compactum on RAW 264.7 Cells via
Induction of Heme Oxygenase-1. Arch Pharm Res, 35(4): 739-746.
Lee, J.A., Lee, M.Y., Seo, C.S., Jung, da Y., Lee, N.H., Kim, J.H., Ha,
H, Shin, H.K., 2010, Anti-asthmatic Effects of an Amomum compactum
extract on an Ovalbumin (OVA)-induced Murine Asthma Model. Biosci
Biotechnol Biochem., 74(9): 1814-1818.
Maheswari, C., R.Maryammal and R. Venkatanarayanan, 2008, Hepatoprotective
Activity of “Orthosiphon stamineus” on Liver Damage Caused by
Paracetamol in Rats, Jordan Journal of Biological Sciences, 1(3): 105-108.
Majeed, M., & Prakash, 2007, Ginger (zingiber officinale): Product Write Up,
Sabinsa Corporation, 1-7.
Martsolich, K.A. 2007. Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70%
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Skripsi. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Mellinger CG, Carbonero ER, Noleto GR et al. 2005, Chemical and Biological
Properties of an Arabinogalactan from Phyllanthus niruri. J Nat Prod;
68(10): 1479-1483.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Mishra K, Dash AP, Swain BK, Dey N (2009) Anti-malarial activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa extracts and their
combination with curcumin, Malarial Journal 8:1-9.
Ozbek, H., Mustafa O., Irvan B., Serdar U., Gulcin LC, 2003, Hypoglycemic and
Hepatoprotective Effects of Foeniculum vulgare Miller Seed Fixed Oil
Extract In Mice and Rats, Eastern Journal Of Medicine, 8(2);35-40.
Priya, V., jainu, M., Mohan, S.K., Saraswathi, P., Gopan, C.S., 2010,
Antimicrobial Activity of Pericarp Extract of Garcinia mangostana Linn,
International Journal of Pharma Sciences and Research, 1(8): 278-281.
Rahminiwati, M., Djuwita, I., Darusman, L.K.,Sa’diah, S., 2012, Neuroprotective
Effect of Temulawak (Curcuma xanthorhiza) on Braine Nerve Cell Damage
Induced by Lipopolysaccharide (LPS). Proceedings of the Second
International Symposium on Temulawak.
Sandeep, G.K., Amit, L., Vinay, J., Siddhartha, G., Jyoti, & Anuj, K., 2010,
Phytochemistry of Curcuma longa L., Journal Of Pharmaceutical And
Biomedical Sciences, 4(01): 1-9.
Saraswati, D, 2011, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya
Hambat Escherichia coli, Jurnal Health & Sport, 3(2): 285-362.
Setiawan, S., 2008, Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Jati Belanda
Berpotensi Antioksidan. Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Sonavane G.S.; R.C. Palekar; V.S. Kasture; S.B. Kasture, 2002, Anticonvulsant
and Behavioural Actions of Myristica Fragrans Seeds, Indian Journal of
Pharmacology; 34: 332-338.
Subono, R. 2006. Pengaruh Infusa Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
terhadap Penurunan Berat Badan Mencit Galur Swiss Webtser. Skripsi.
Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Suharmiati, 2003, Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong. Jakarta: Penerbit
Agromedia Pustaka. Halaman 2-4, 33-35.
Sukandar, E.Y., Elfahmi, dan Nurdewi. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid
Darah pada Tikus Jantan. JKM. 8(2): 102-112.
Sundari, D., Nuratmi, B., dan Widowati., L., 2001, Uji Khasiat Antidiare Infus
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada Tikus Putih. Media
Litbang Kesehatan. 11(3): 30-34.
Syahid, S.F., Kristina, N.N., dan Seswita, D. 2010. Pengaruh Komposisi Media
terhadap Pertumbuhan Kalus dan Kadar Tannin dari Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk) secara In Vitro. Jurnal Littri. 16(1): 1-5.
Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea,J.R. 2004. Inventaris Tanaman Obat Indonesia
Jilid V. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan,
Departemen Kesehatan RI.
Tangapo, A., Marwani, E., dan Dwivani, F.M., 2012, Transformasi dan Ekspresi
Transien Gen Pelapor Gusa pada Andrographis paniculata (Burm.F.)
Wallich Ex Ness. Jurnal Bioslogos. 2(1): 10-19.
Tanira, MOM., Mohsin AHS., Qureshi, AMA., 1996, Pharmacological and
Toxicological Investigations on Foeniculum vulgare Dried Fruit Extract In
Experimental Animals, Phytotherapy Research, 10: 33-36.
Utomo, A.W. 2008. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk) pada Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah.
Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Verma, R.K., Garima, M,. Pradeep, S,. Jha, K.K., Khosa, R.L., 2011. Alpinia
galanga – An Important Medicinal Plant: A review, Der Pharmacia Sinica,
2(1): 142-154.
Vittalrao, Am., Tara, S., Meena Kk., K. L. Bairy K.L., and Smita, S., 2011,
Evaluation of Antiinflammatory and Analgesic Activities of Alcoholic
Extract of Kaempferia galanga In Rats, Indian J Physiol Pharmacol, 55
(1): 13–24.
Walcott, E. 2004. Seni Pengobatan Alternatif Pengetahuan dan Persepsi.
Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.
Yam, Mf., Rusliza B., Asmawi, M.Z., 2007, Evaluation of The Anti-Pyretic
Potential of Orthosiphon Stamineus Benth, School of Pharmaceutical
Sciences, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang Malaysia, 83-90.
Yuliet, 2012, Efek Kombinasi Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk.) dan Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Pankreas Mencit
Diabetes Induksi Aloksan. Jurnal Natural Science. 1(1): 106-118.
Yulinah, E., Sukrasno, dan Fitri M.A. 2001. Aktivitas Antidiabetika Ekstrak
Etanol Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae)).
JMS. 6(1): 13-20.
LAMPIRAN
Kunyit
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.
Sinonim : Curcuma domestica Val
Kandungan:
Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02 % dan
kurkuminoid tidak kurang dari 6,6 % dihitung sebagai kurkumin. Senyawa
identitasnya adalah kurkumin (Depkes RI, 2008). Kunyit juga memiliki
kandungan seperti yang tertera pada tabel berikut (Sandeep et al., 2010).
Tabel 2. Kandungan kimia dari kunyit:
No Kandungan Jumlah
1 Serat 2-7 %
2 Mineral 3-7 %
3 Protein 6-8 %
4 Lemak 5-10 %
5 Karbohidrat 60-70 %
6 Kadar air 6-13 %
Aktivitas Farmakologi:
Kunyit memiliki banyak sekali aktivitas farmakologi diantaranya anti-
inflamasi, anti-HIV, anti-bakteri, anti-protozoa, antitumor, anti-bisa ular,
antioksidan dan aktivitas nematosidal. Kurkumin adalah komponen utamanya
dalam kunyit sekaligus yang bertanggung jawab atas segala aktivitas biologinya.
Pada in vitro, kurkumin menghambat anti-parasitic, antispasmodic, anti-inflamasi
dan efek gastrointestinal serta menghambat karsigenosis dan pertumbuhan kanker
sedangkan pada keadaan in vivo, dengan pemberian ekstrak kunyit secara
parenteral dan oral pada hewan coba, kurkumin memiliki potensi sebagai anti-
parasitic dan anti-inflamasi (Araújo & Leon, 2001).
Menurut Sandeep, et al. (2010) aktivitas biologi yang ditunjukkan
senyawa kunyit diantaranya anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, anti-HIV, anti
tumor, anti-arthritis, anti-diabetes, anti racun ular, hepetoprotektor, antispasmodic,
anti-karsinogen, anti-rheumatik, anti-leukemia, anti-fibrotik.
Berdasarkan pengujian pada hewan coba bahwa proses absorpsi dari
kurkumin setelah pemberian oral bervariasi dari 25-60%, dengan mayoritas
yang diserap flavonoid yang dimetabolisme di mukosa usus dan hati dan
sisanya diekskresikan melalui feses. Sedangkan berdasarkan tes klinik,
dilaporkan bahwa dosis harian 3,6 gram kurkumin dapat menghasilkan efek
farmakologi yang bagus. Selain itu juga dilaporkan beberapa efek samping
dari kunyit seperti ulcer dan meningkatkan pembentukan batu ginjal. Untuk
kontraindikasi kunyit sendiri belum ada laporan klinis (Sandeep, et al., 2010).
Temulawak
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb.
Kandungan:
Rimpang C. xanthorriza mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 5,8
% dan kurkuminoid tidak kurang dari 4 % dihitung sebagai kurkumin. Senyawa
identitasnya adalah xantorizol (Depkes RI, 2008).
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Devaraj, et al. (2010) temulawak memiliki aktivitas sebagai
hepatoprotektor. Sedangkan menurut Rahminiwati dkk. (2012) temulawak
memiliki aktivitas sebagai neuroprotektor, antioksidan, antiinflamasi.
Jahe
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinalis Rosc.
Kandungan:
Rimpang Z. officinalis mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,8 %.
Senyawa identitasnya adalah shogaol (Depkes RI, 2008),
Aktivitas Farmakologi:
Saat ini jahe merupakan salah satu pengobatan herbal yang terkenal untuk
rematik dan anti inflamasi. Menurut Haghighi (2005) ekstrak jahe dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti anti inflamasi non-steroid (AINS) dan
dapat sebagai suplemen bagi pasien osteoarthritis.
Menurut satu studi menunjukkan bahwa jahe efektif dalam mengurangi
peradangan pada rematik. Dalam studi yang dilakukan dengan 56 pasien baik
yang mengalami rheumatoid arthritis, osteoarthritis, atau ketidaknyamanan otot,
75% diantaranya tidak merasakan lagi sakit setelah menggunakan jahe. Ditambah
lagi, tidak ada pasien mengeluhkan efek samping saat menggunakan jahe untuk
mengobati gejala mereka. Hal ini diperkirakan jahe bekerja sebagai inhibitor
prostaglandin dan biosintesis leukotriene untuk menghasilkannya efek (Majeed &
Prakash, 2007). Selain itu jahe juga dipercaya dapat mencegah migrain.
Temu Kunci
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata (Roxb) Schlecht
Kandungan:
Rimpang B. pandurata mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,32
%. Senyawa identitasnya adalah pinostrobin (Depkes RI, 2008),
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Cheenpracha, et al. (2006), temu kunci memiliki aktivitas sebagai
anti HIV-1 protease.
Cabe Jawa
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl.
Kandungan:
Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,4 %dan
piperin tidak kurang dari 1,1 %. Senyawa identitasnya adalah piperin (Depkes RI,
2010)
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Khan dan Siddiqui (2007) P. retrofractum memiliki aktivitas sebagai
antimikroba. Cabe jawa bersifat sebagai androgenic yang dapat meningkatkan
kadartestosterone darah dan libido pada pria (Moeloek, 2010).
Jati belanda
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
Sinonim : Guazuma tomentosa Kunth.
Kandungan:
Daun jati belanda mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,3 %
dihitung sebagai kuersetin. Senyawa identitasnya adalah tilirosida (Depkes RI,
2008). Selain itu tumbuhan ini juga mengandung senyawa tannin (Syahid dkk,
2010), flavonoid (flavon, flavonol, isoflavon, flavan) (Setiawan, 2008), saponin,
alkaloid, steroid/triterpenoid (Yuliet, 2012) karotenoid dan karbohidrat
(Suharmiati, 2003)
Aktivitas Farmakologi:
G. ulmifolia memiliki berbagai aktivitas diantaranya menghambat kadar
kolesterol total dan LDL (Sukandar dkk., 2009), dapat membantu menurunkan
berat badan (Utomo, 2008 dan Subono, 2006), antioksidan (Martsolich, 2007),
antidiare (Sundari dkk., 2001). Kombinasinya dengan ekstrak rimpang temulawak
dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah/ efek hipoglikemik (Yuliet, 2012).
Disamping itu G. ulmifolia mempunyai efek samping diantaranya erosi hingga
ulserasi pada duodenum (Gumay, 2008), menyebabkan degenerasi parenkimatosa,
degenerasi hidropik dan nekrosis hepar (Fatmawati, 2008).
Sambiloto
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
Kandungan:
Herba sambiloto mengandung andrografolid tidak kurang dari 0,64 %.
Senyawa identitasnya adalah andrografolid (Depkes RI, 2008). A. paniculata juga
mengandung senyawa deoksiandrografolid, dan neoandrografolid (diterpenoid,
derivate flavonoid), saponin, tannin, flavonoid, homoanografolid, 14-deoksi-
11,12-didehidroandrografolid (Tangapo dkk., 2012; Syamsuhidayat & Hutapea
1994 diacu dalam Aji, 2009).
Aktivitas Farmakologi:
A. paniculata memiliki berbagai aktivitas diantaranya antihiperglikemia
(Yulinah dkk., 2001), antioksidan dan hepatoprotektor (Astykasary dkk., 2006),
antiviral (Tangapo et.al., 2012), antipiretik, antimalaria, antiinflamasi, antikanker
(Mishra et.al.,2009), imunosupresan dan imunostimulan (Deng 1978; Puri et al.
1993). Komponen aktif dari sambiloto yang diisolasi dari ekstrak metanol
mempunyai efek imunomodulator dan dapat menghambat induksi sel penyebab
HIV (Kumar et al. 2005 diacu dalam Elfahmi 2006). Disamping itu A.
paniculata mempunyai efek samping diantaranya sakit kepala, fatique,rasa pahit,
dan peningkatan enzim hati dilaporkan terjadi pada uji klinis pada pasien yang
terinfeksi HIV yang diberi andrographolide dosis tinggi. Hal ini tidak ada
dilaporkan pada orang yang menggunakan andrographis atau ekstrak terstandard
pada jumlah yang direkomendasikan. Seperti semua herba yang pahit, sambiloto
mungkin menyebabkan ulkus dan adanya rasa terbakar. Keamanan terhadap
wanita hamil dan menyusui sampai saat ini belum diketahui.
Sirih
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Equisetopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
Kandungan:
Daun sirih mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,8 % dihitung
sebagai rutin. Senyawa identitasnya adalah alilpirokatekol (Depkes RI, 2010)
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Saraswati (2011), daun sirih memiliki aktivitas antibakteri,
antioksidan, antifungi.
Seledri
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L
Kandungan:
Herba seledri mengandung flavonid total tidak kurang dari 0,6 % dihitung
sebagai apiin. Senyawa identitasnya adalah apiin (Depkes RI, 2010)
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Juheini (2002), seledri memiliki aktivitas sebagai penurun
kolesterol dan lipid dalam darah.
Kumis kucing
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon stamineus Benth
Kandungan:
Daun kumis kucing mengandung flavonid sinensetin tidak kurang dari 0,1
%. Senyawa identitasnya adalah sinensetin (Depkes RI, 2010)
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Maheswari, et al. (2008) O. stamineus memiliki aktivitas sebagai
hepatoprotektor, dan Yam et al. (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
O. stamineus memiliki aktivitas sebagai antipiretik.
Adas
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare Mill
Kandungan:
Buah adas mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,4 % dan trans-
anetol tidak kurang dari 0,6 %. Senyawa identitasnya adalah trans-anetol (Depkes
RI, 2008)
Aktivitas Farmakologi:
F. vulgare memiliki aktivitas hepatoprotektor dan hipoglikemia (Ozbek, et
al., 2003) serta diuretik, analgetik, antipiretik, dan anti mikroba (Tanira, et al.,
1996)
Meniran
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L
Sinonim : Phyllanthus urinaria L
Kandungan:
Tanaman ini memiliki golongan metabolit aktif seperti flavonoid, alkaloid,
terpenoid, lignin, polifenol, tannin, kumarin, dan saponin (Bagalkotkar, et al.,
2006).
Aktivitas Farmakologi:
P. niruri diketahui mempunyai aktivitas anti hepatotoksik, anti litik, anti
hipertensi, anti-HIV, dan anti hepatitis B (Bagalkotkar, et al., 2006) serta
menstimulasi respon biologi pada makrofag (Mellinger, et al., 2005).
Pala
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt
Kandungan:
Biji pala mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 8 %. Senyawa
identitasnya adalah miristisin (Depkes RI, 2008)
Aktivitas farmakologi :
M. fragrans memiliki aktivitas sebagai antikonvulsan (Sonavane et al.,
2002), dan dapat mengobati peptic ulcer (Jan et al., 2004).
Kencur
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga.
Kandungan:
Rimpang kencur mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 2,4 % dan
etil-p-metoksisinamat tidak kurang dari 1,8 %. Senyawa identitasnya adalah etil-
p-metoksisinamat (Depkes RI, 2008).
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Vittalrao, et al. (2011), K. galanga memiliki aktivitas anti
inflamasi dan analgesik, sedangkan menurut Hanumantharaju, et al. (2010),
rimpang kencur memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan.
Lada hitam
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
Kandungan:
Buah lada hitam mengandung piperin tidak kurang dari 5,8 %. Senyawa
identitasnya adalah piperin (Depkes RI, 2010)
Aktivitas Farmakologi:
P. nigrum memiliki aktivitas sebagai anti-hepatotoksik dan antioksidan
(Bai, et al., 2011), serta antibakteri (Karsha et al., 2010).
Lengkuas
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (L.) SW
Sinonim : Languas galanga (L.) Stuntz
Kandungan:
Rimpang legkuas mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,5 %.
Senyawa identitasnya adalah galangin (Depkes RI, 2008).
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Verma, et al (2011) menyebutkan bahwa kegunaan dari lengkuas
diantaranya: anti fungi, anti tumor, anti helmintik, anti diuretik, anti ulcer, nyeri
rematik, nyeri dada, gangguan pencernaan. Menurut Chudiwal, et al (2010)
khasiat A. galanga diantaranya; anti inflamasi, analgetik, anti alergik, anti fungi,
anti diabetik, anti bakteri, anti ulcer, imunostimulator, anti kanker, antioksidan,
anti-amueba.
Ciplukan
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalis
Spesies : Physalis minima Linn
Kandungan:
Herba ciplukan mengandung flavonoid total 0,86 % dihitung sebagai
kuersetin. Senyawa identitasnya adalah Fisalin A (Depkes RI, 2010)
Aktivitas farmakologi :
Menurut Khan dkk (2009) P. minima memiliki aktivitas sebagai anti
inflamasi dan analgesik. Sedangkan menurut Chothani dkk (2012) tumbuhan ini
memiliki aktivitas antimalaria (terhadap Plasmodium berghei), antigonore
(terhadap Nesseria gonorrhea), anti inflamasi, analgesik, antipiretik, antibakteri,
antiulcer, sitotoksik, antifertilitas.
Kapulaga
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum compactum Soland. ex Maton
Kandungan:
Buah kapulaga mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,6 %.
Senyawa identitasnya adalah sineol (Depkes RI, 2010)
Aktivitas Farmakologi:
A. compactum memiliki beberapa aktivitas diantaranya anti inflamasi (Lee
et al., 2012) dan anti asma (Lee et al., 2010).
Manggis
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Kandungan:
Kulit buah manggis mengandung α-mangostin tidak kurang dari 1,09 %.
Senyawa identitasnya adalah α-mangostin (Depkes RI, 2010). Menurut Jung et al.
(2006) metabolit sekunder yang terbanyak di temukan di G. mangostana adalah
turunan senyawa xanthon yang terprenilasi.
Aktivitas Farmakologi:
Menurut Jung et al., (2006) turunan senyawa xanthon yang terprenilasi
memiliki aktivitas anti fungi, anti mikroba, antioksidan, dan sitotoksik. Sedangkan
menurut Priya et al. (2010) selain itu golongan xanthon juga memiliki aktivitas
antialergi dan antiinflamasi.
Recommended