BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa kini korban luka tembak makin banyak diminta penyidik kepada
dokter akibat makin luas senjata api dipakai terutama di daerah peperangan atau
operasi militer.
Ada beberapa hal yang perlu diperiksa dan dipastikan seperti luka tembak, lokasi
luka, luka tembak masuk dan keluar, arah tembakan, sebab dan cara kematian.
Khusus pada korban luka tembak, sesungguhnya diperlukan pemeriksaan
radiologis pada seluruh tubuh, tetapi fasilitas ini tidak terdapat di kamar jenazah.
Pemeriksaan radiologis dapat membantu untuk mencari dan melokalisir anak peluru
dan melihat pecahan tulang. Letak dari pecahan tulang dapat membantu menentukan
arah tembakan.
Pada bunuh diri dengan senjata api, daerah yang dipilih adalah pelipis, dahi,
mulut dan dada. Letak serta arah dari luka itu sendiri tergantung dari keadaan korban,
kidal atau tidak.
Pada pembunuhan tidak ada tempat khusus untuk dijadikan sasaran
tembaknya luka tembak masuk yang terdapat pada bagian belakang menunjukkan
kasus pembunuhan. Pada kasus kecelakaan tidak ada ciri khusus, dalam hal ini
pemeriksaan di TKP serta informasi para saksi penting.
Bila didalam tubuh korban ditemukan anak peluru maka anak peluru tersebut
perlu dicatat dan dilaporkan dengan jelas perihal ukuran panjang, garis
tengah/kaliber, warna logam, jumlah dan arah galangan serta berat dari anak peluru
dan cacat yang ada. Pemberian tanda pada bagian dasar dan atau bagian hidung anak
peluru harus dibuat, hal mana untuk memudahkan untuk mengingat kembali
dipersidangan dan untuk menghindari kemungkinan tertukarnya barang bukti yang
penting tersebut.
1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
senior Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai
luka tembak.
1.3. Manfaat Penulisan
Untuk memberikan informasi dan meningkatkan pemahaman tentang luka
tembak dan identifikasi senjata melalui pemeriksaan selongsong dan anak peluru.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senjata Api
Senjata api diartikan sebagai setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun
yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau
diubah, atau yang dapat diubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat
perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar
didalam alat tersebut, dan termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau
dimaksudkan untuk dipasang pada alat demikian1,3.
Senjata api dapat dibahgikan bedasarkan panjang laras yaitu senjata api
berlaras pendek dan panjang. Termasuk dalam senjata api berlaras pendek adalah
seperti revolver dan pistol. Senapang patah dan senjata api militer termasuk dalam
kategori senjata api berlaras panjang1.
Terdapat 2 jenis peluru, yaitu peluru penabur atau mimis dan peluru tunggal.
Peluru tunggal terbagi kepada beberapa jenis yaitu peluru timah bulat, peluru timah
bulat lonjong, peluru bulat lonjong berselubung tembaga setengah dan peluru bulat
lonjong berselubung tembaga penuh. Pada laras senjata api berburu berbentuk tabung
silinder. Agar peluru mimis dapat mencapai jarak jauh dengan massa yang lebih
kompak, maka diameter ujung silinder dibuat lebih kecil. Bagian dalam laras senjata
api peluru tunggal dibuat beralur dan berputar supaya peluru yang melewati laras
akan terpengaruh, sehingga bergerak berputar seperti bor atau giroskopis. Akibatnya
peluru bergerak lebih stabil, mencapai jarak lebih jauh dan mengenai sasaran lebih
baik1,3.
Kaliber laras sama seperti kaliber anak peluru yaitu jarang diameter pematang,
dinyatakan dalam ukuran inci atau millimeter. Karena anak peluru melewati bagian
dalam laras, maka akan menimbulkan goresan pada badan anak peluru. Goresan ini
akan sama pada setiap anak peluru yang keluar dari laras tersebut1.
3
Gambar 2
Mesiu yang terbakar akan menimbulkan tekanan gas dalam ruangan tertutup
dalam selongsong yang akan mendorong anak peluru keluar. Di luar perkiraan orang
awam, bentuk mesiu dalam peluru tidak dalam bentuk serbuk, tetapi bentuk belah
ketupat, persegi panjang, silinder pendek atau panjang dan butir kecil1.
Selongsong peluru adalah tempat anak peluru dan mesiu. Pada bagian
pangkalnya terletak penggalak di mana pembakaran dimulai. Pada senjata api
revolver selongsong tetap tinggal dalam revolving chamber.tetapi senjata api lainnya
akan keluar selongsong dari magasin1,3.
Pegas pelatuk adalah alat penarik pelatuk mempunyai berbagai ukuran.
Trigger pull 1 kg, berarti diperlukan 1 kg tenaga tarikan katrol anak timbangan. Hair
trigger berarti pelatuk sangat sensitive, dengan tarikan sedikit saja senjata sudah
meletus1,3.
4
Gambar 3
2.2 Luka Tembak
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk memahami akibat luka tembak pada tubuh
harus dimulai dari pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu
senjata api meletus1.
Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan
5 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak
terbakar, api, asap, dan gas. Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu
yang memberikan tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata.
Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti
isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu
akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya
diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing memiliki
kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang
terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang
5
ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat
melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan satuan inci. Bubuk mesiu yang
tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung
kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6
kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh
menuju target yang ditentukan atau tidak ditentukan3.
Gambar 4
2.3 Penyidikan Pada Luka Tembak
Dalam menghadapi kasus penembakan khususnya yang berakibat fatal,
penyidikan harus dapat memperoleh kejelasan dari permasalahan sebagai berikut :
- Apakah luka yang diperiksa memang benar luka tembak,
- Apakah luka tembak tersebut luka tembak masuk atau luka tembak
keluar,
- Termasuk jenis apa senjata yang menyebabkan luka,
- Pada jarak berapa penembakan dilakukan,
- Dari arah mana penembakan dilakukan,
- Bagaimana posisi korban dan posisi penembak,
- Apakah penembakan tersebut yang menyebabkan kematian, dan
- Berapa kali korban terkena tembakan.
Untuk dapat memperoleh kejelasan tersebut perlu diketahui :
Luka masuk, sebab akibat yang ditimbulkan.
6
a. Akibat api (flame effect) : Luka bakar, dimana kulit yang terbakar
tampak kering, hangus dan kaku pada perabaan.
b. Akibat asap (smoke effect) : Jelaga, dimana kelim jelaga akan tampak
sebagai suatu lapisan berwarna kelabu kehitaman disekitar lubang luka
mudah dihilangkan dengan cara dihapus.
c. Akibat butir-butir mesiu (gun powder effect): tatto/stippling, dimana
kelim tatto akan tampak sebagai bintik-bintik hitam yang bercampur
dengan luka lecet dan pendarahan, dan tidak dapat dihilangkan bila
dihapus oleh karena butir-butir mesiu tersebut masuk kedalam kulit.
d. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka yang dikelilingi oleh
kelim lecet; dan bila senjata yang dipakai itu sering dibersihkan maka
pada dinding luka dan kelim lecet akan didapatkan pula kelim
kesat/kelim lemak.
e. Akibat partikel logam (metal effect): “fouling”, yang tampak sebagai
luka-luka lecet atau luka-luka robek kecil-kecil disekitar lubang luka;
hal ini disebabkan oleh partikel-partikel logam yang terbentuk akibat
goresan antara anak peluru dengan laras yang beralur, partikel logam
tersebut dapat masuk kedalam kulit atau menempel pada pakaian.
f. Akibat moncong senjata (muzzle effect): Jejas laras, hal ini dapat
terjadi pada kasus luka tembak temple dan tampak sebagai suatu luka
lecet tekan atau memar yang bentuknya sesuai dengan moncong senjata.
g. Kelainan pada tulang, yang akan tampak jelas pada tulang yang
berbentuk pipih misalnya tengkorak, dimana kerusakan pada permukaan
tulang bagian luar (tabula externa) akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan kerusakan pada bagian dalam (tabula interna), ini akan
memberikan gambaran lubang yang berbentuk corong. Pada luka
tembak keluar terjadi keadaan yang sebaliknya.
Luka tembak keluar, dimana dapat memberikan informasi dalam beberapa hal,
yaitu :
- Arah tembakan,
7
- Sikap dari korban pada saat penembakan, dan
- Jumlah peluru yang masih terdapat pada tubuh korban.
Pada umumnya luka tembak masuk dan luka tembak keluar tidak
mempunyai kelim lecet. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
perbedaan besarnya luka tembak keluar tersebut antara lain ;
- Velocity (kecepatan) dari anak peluru sewaktu keluar,
- Luasnya permukaan anak peluru pada tempat keluar,
- Yawing & tumbling of the bullet (pergerakan anak peluru yang tidak
beraturan dalam tubuh dan pergerakan berputar menurut poros
memanjang (end to end))
- Ada tidaknya fragmen-fragmen tulang yang ikut keluar,
- Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat luka tembak keluar, dan
- Ada tidaknya benda yang menekan kulit pada tempat keluarnya anak
peluru.
Luka tembak masuk akibat senjata api yang tidak beralur (Entrance Shotgun
Wound); akan tampak kelainan yang disebabkan oleh komponen-komponen
yang keluar sewaktu penembakan, yaitu : mesiu, api, asap, pellet dan
sumbat peluru (wad).
Luka tembak keluar akibat senjata api yang tidak beralur dapat membantu
didalam menentukan arah tembakan dan sikap korban sewaktu penembakan,
yang pada umumnya akan memberikan gambaran yang variabel akan tetapi
pada umumnya lukanya berbentuk bundar atau oval dengan tepi yang
terangkat keluar (everted margins).
Pemeriksaan mikroskopis dari luka tembak masuk.
Pemeriksaan ini diperlukan pada kasus-kasus yang meragukan, kelainan
yang didapatkan pada dasarnya merupakan akibat dari trauma mekanis dan
thermis.
Kompresi dari epithel, elongasi, distorsi dan tampaknya perdarahan serta
butir-butir mesiu, nekrosis koagulatip dan sembabnya epithel dan
vakuolisasi sel-sel basal, demikian pula menjadi piknotiknya inti sel dan
8
pada pewarnaan dengan H.E> akan lebih banyak mengambil warna biru
(basophilic staining), adalah merupakan kelainan yang dapat ditemukan
pada pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan kimiawi dari luka tembak masuk
Prinsipnya adalah dapat dideteksinya unsur-unsur yang terdapat dalam
mesiu, misalnya: pada smokeless goundpowder dapat dideteksi nitrit dan
cellulosa nitrate; sedangkan pada black powder black gunpowder yang
dapat dideteksi adalah karbon, nitrit, sulfid, sulfat, karbonat, tiosianat dan
tiosulfat; sedangkan pada senjata yang lebih modern timah hitam, antimon
dan merkuri.
Pemeriksaan secara radiologis
Pemeriksaan dengan sinar-X ini dapat banyak membantu didalam hal
mencari anak peluru dan partikel logam dalam tubuh korban, menentukan
apakah korban merupakan korban penembakan dengan senjata api yang
tidak beralur dan pada kasus khusus, yaitu dimana jumlah anak peluru lebih
banyak dari jumlah luka tembak pada penembakan dengan senjata api yang
beralur (tandem bullet injury).
Internal ricochet
Internal ricochet dapat terjadi bila kekuatan anak peluru tidak cukup untuk
dapat menembus dari jaringan tubuh, misalnya pada kasus dimana anak
peluru mengenai kepala. Dengan demikian dapat terjadi variasi dari
perjalanan anak peluru didalam kepala yang perlu diketahui, yaitu : Single-
ricochet, double- ricochet, inner tangential at contralateral side, inner
tangential at contra lateral side and ricochet dan inner tangential at entrance
side.
9
2.3.1 KLASIFIKASI LUKA TEMBAK
1. Luka Tembak Masuk:
luka tembak tempel
luka tembak jarak dekat
luka tembak jarak jauh
2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)
Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukurannya kecil (berupa satu
titik/stelata/bintang), karena peluru
menembus kulit seperti bor dengan
kecepatan tinggi
Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
teratur dibandingkan luka tembak
masuk, karena kecepatan peluru
berkurang hingga menyebabkan
robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah
dalam karena peluru menmebus kulit
dari luar
Pinggiran luka melekuk keluar karena
peluru menuju keluar.
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami
abrasi.
Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada
10
Gambar Luka tembak
Kiri (luka masuk)tepi lebih reguler, kanan (luka keluar)tepi ireguler
Source: Color Atlas of Forensic Pathology
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam,
terbakar, kelim tato atau jelaga.
Tidak ada
Pada tulang tengkorak, pinggiran
luka bagus bentuknya.
Tampak seperti gambaran mirip
kerucut
Bisa tampak berwarna merah terang
akibat adanya zat karbon monoksida.
Tidak ada
Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Tidak ada
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisis
aktivitas netron mengungkapkan
adanya lingkaran timah / zat besi di
sekitar luka.
Tidak ada
Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :
Jenis peluru
Kecepatan peluru
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
11
1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan
kulit :
Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk
mengalami laserasi
Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi
karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.
Rambut di sekitar luka hangus.
Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.
Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih
di sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak
terdapat bagian kehitaman pada kulit.
2. Tembakan jarak dekat
Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit.
Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru
Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka
Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.
3. Tembakan jarak jauh
Jaraknya adalah di atas 45 cm.
Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.
Kehitaman atau kelim tato tidak ada
Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada
lubang tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.
Deskripsi Luka Tembak
1. Lokasi
jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
ukuran dan bentuk
lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
12
luka bakar
lipatan kulit, utuh atau tidak
tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
grains powder
deposit bubuk hitam, termasuk korona
tattoo
metal stippling
4. Perubahan
oleh tenaga medis
oleh bagian pemakaman
5. Track
penetrasi organ
arah
kerusakan sekunder
kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
titik penyembuhan
tipe misil
tanda identifikasi
susunan
7. Luka keluar
lokasi
karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
2.4 Jarak Tembakan
13
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan
dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan
dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk
membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan
kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski
kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang
tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut
disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis3.
Tabel 1
Senapan Pistol
1.Tempel
a. Keras, dangkal disekitar
tulang
Penampakkan ”eksplosif”
Jelaga pada tepi luka dan
dalam di dalam jaringan,
di atas tulang
Gambaran moncong
senjata
Penampakkan ”eksplosif”
Jelaga pada tepi luka dan
dalam di dalam jaringan,
di atas tulang
Gambaran moncong
senjata
b. keras, tidak dangkal
disekitar tulang
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan yang
lebih dalam
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan yang
lebih dalam
c. longgar Korona (ditambah dengan
B)
Sama dengan B
2. Jarak sangat dekat Jelaga (gas mesiu) Jelaga (gas mesiu)
Terbakar (gas mesiu)
Bubk mesiu bebas Bubuk mesiu bebas
Tanda gumpalan cabang
14
3. Jarak dekat Kelim tato (bubuk mesiu) Kelim tato (bubuk mesiu)
Tepi luka yang tidak rata
Stippling (isi plastik pada
selongsong)
4. Jarak jauh Luka saja Luka tidak rata dengan
defek satelit
Makin jauh jarak tembak:
satelit makin banyak,
terlihat penggumpalan
2.4.1 Luka tembak tempel
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak
peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.
Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas
pada malam hari atau ruangan yang gelap1,2,3.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi
antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk
mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya
tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang
diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan
melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan
melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas
yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap
anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara
kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal
ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat
ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam
jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam1,3.
15
Gambar 5
2.4.2 Luka Tembak Jarak Sangat Dekat
Luka tembak sangat dekat merupakan luka tembak dengan jarak di bawah 15
cm. Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah
adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga
tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar,
jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak
dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan
disepanjang saluran luka. ”kelim tato” yang biasa tampak pada luka jarak sedang,
tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh
jelaga1,2,3.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit
secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya
16
rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat
rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak
ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan
pada luka yang disebabkan senjata apapun1,3,4.
2.4.3 Luka Tembak Jarak Dekat
Jarak Luka tembak dekat adalah di bawah 75 cm atau 2 kaki. Tanda utama
adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak terbakar yang
terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna
magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil1,2,3.
Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang
digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam,
tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih
pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato
bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk
serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus3.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk
kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis
yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis
dengan korban, dapat di ukur jarak tembak3.
Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus
dapat dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila
jarak tembak melebihi 4-5 kaki1,3,4.
17
Gambar klem tattoo
2.4.4 Luka Tembak Jarak Jauh
Luka tembak dengan jarak lebih dari 75 cm termasuk luka tembak jarak jauh.
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak
peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada
disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat
dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka
compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka
tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini
berguna untuk menentukan arah anak peluru1,2,3.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap
pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan
penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian,
yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri
oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka
tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena
adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4)
Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada
pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan3.
2.4.5 Luka Tembak Keluar
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka
tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
18
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut1,3:
1. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
2. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga
memberi bentuk iregular saat keluar.
3. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan
melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket
dapat terpisah komplit atau sebagian.
4. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
5. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi
apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan
dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak
kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka
bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya
dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak
masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit
dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak
masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber
kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit3.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian
ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar
anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang
keras3.
Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
19
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling
menghalangi lewatnya anak peluru1,3,4.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka
dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan.
Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum3.
2.5 Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak
Ada 4 situasi yang akan diterangkan, yaitu mengenai peluru yang
berhubungan dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan abnormal.
Situasi tersebut adalah3:
1. Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini
sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada
tangan terjadi ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang
pelatuk senjata. Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada
korban penyerangan atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering
ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah
membersihkan percikan tersebut.
2. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang lain dari
korban.
3. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa
menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau
bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder senjata bisa
menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang digunakan. Percikan
bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban.
4. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga
dan bubuk mesiu korban bunuh diri.
20
2.6 Pemeriksaan Luka Tembak
Pemeriksaan luka tembak seharusnya difoto rontgen terlebih dahulu untuk
memastikan saluran luka dan letak peluru serta arah pecahan tulang. Tapi di
Indonesia biasanya sarana ini tidak ada di bagian Forensik.
Bentuk luka harus dilukis dengan teliti, bila perlu dengan foto close up. Luka
tembak masuk dan keluar digambarkan dengan membuat proyeksi luka ke bagian
tengah tubuh dank e tumit setentang. Cara ini dapat dipakai untuk merekonstruksi
arah tembakan.
Jumlah luka harus dihitung. Lihat juga kemungkinan anak peluru yang sama
mengenai bagian tubuh lain. Satu peluru bisa membuat 2 luka masuk dan 2 luka
keluar, misalnya dari lengan luar menembus lengan dalam dan masuk lagi ke dada
dan keluar di tempat lain.
Luka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan sabun. Kapas tidak
dibuang tapi diserahkan kepada penyidik. Jelaga akan terhapus, sementara tatu tetap
ada. Penyebarannya dilukis difoto. Lihat kemungkinan luka bakar. Partikel mesiu
diambil dengan paraffin, bila perlu diambil dengan plester lebar. Semua ini penting
untuk jarak tembakan.
Perhatikan saluran luka pada waktu autopsy dan letak perdarahan. Cari anak
peluru dan ambil hati-hati tanpa membuat goresan. Bila tertanam di tulang, tulang
dipotong dan dikirim ke laboratorium.
Luka tembak masuk sebaiknya di eksisi dan disimpan dalam formalin 10%
dan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk pemeriksaan mikroskopis. Pada
jaringan luka masuk bisa ditemui sisa-sisa mesiu berupa pigmen-pigmen hitam atau
serat-serat pakaian1.
2.7 Efek Luka Tembak
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata
21
api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah:
anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada
tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai
termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar
adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari
peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. Komponen
atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan
kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan
luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya
lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
22
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau
rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga
terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan
terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui
dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak
(grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai
densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula
dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya,
sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
23
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang
luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya
peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
Gambar 13. Bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke
dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik
hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam
tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
24
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less
powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan
gravid
Gambar. Powder tattoing
3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap
atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%,
CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan
methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.
4) Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm
25
5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh,
dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan
pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak
sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh
karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir
mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga
terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
26
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka
tembak
2.7.1 Cara Pengukuran Jarak Tembak Dalam Visum Et Repertum
Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak tembak
tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet .1
Bila terdapat kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm,
kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan seterusnya.
Sedangkan kelim api menunjukan bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat
dekat sekali, yaitu maksimal 15
cm.
(A) (B)
C C
A B A B
D D
1. (A) anak peluru yang masuk sesara tegak lurus dapat diketahui dari perkiraan
diameter anak peluru adalah AB-CD.
(B) Anak peluru masuk dengan pembentukan sudut, besarnya sudut tersebut (sinus),
adalah CD/AB. Arah anak peluru diketahui dari kelim lecet yang tersebar.
27
B kaliber
A
b
b
a
Sin α = b/a
Keterangan gambar :
(A) Besarnya sudut masuk anak peluru dan kaliber diameter dari anak peluru seperti
yang dimaksud dalam gambar di atas besarnya sudut masuk (sinus) b/a sedangkan
kaliber dari anak peluru adalah b.
(B) Cara melakukan pengukuran di dalam memeriksa kasus penembakan, diukur
dengan mengambil patokan tumit dan garis tengah tubuh melalui tulang punggung
untuk memperrkirakan arah tembakan dari luar depan atau belakang atau samping
dan sudutnya.
2.8 Identifikasi Senjata Api
Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api
mana peluru tersebut ditembakkan. Selongsong dan jenis peluru amat penting untuk
memastikan senjata api.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bagian dalam selongsong pada
senjata api peluru tunggal dibuat beralur supaya peluru yang melewati selongsong
berputar dan membentuk goresan yang khas. Identifikasi senjata api dapat dilakukan
melalui selongsong yaitu mencocokan goresan-goresan akibat alat penarik peluru,
alat pembuang peluru, goresan-goresan akibat gerendel penutup peluru dan goresan
pasak peluru (slagpin).
28
Oleh karena itu, peluru tidak boleh diambil dengan menggunakanalat-alat
seperti tang, pinset, obeng dan lain-lain, karena alat-alat tersebut bisa menyebabkan
goresan-goresan pada peluru dan menyulitkan pemeriksaan.
Pada korban hidup, anak peluru dalam tubuh tidak selalu dikeluarkan,
tergantung lokasi anak peluru dan resiko operasi untuk mengeluarkannya1.
2.8.1 Perbandingan Balistik Peluru
A. Peluru
1. Ketika sebuah peluru ditembakkan melalui larasnya,
penembakan meninggalkan dua jenis tanda pada peluru:
a. karakteristik kelas dan
b. karakteristik individual
2. Karakteristik Kelas adalah pembuatan dan model senapan,
contohnya, jumlah lands dan alur pilin; kepadatan pilin; kedalaman alur pilin
serta arahnya.
2. Karakteristik Individual adalah tanda-tanda yang dibuat pada
peluru oleh ketidaksempurnaan dalam laras yang hanya ada pada laras
individual itu sendiri. Tanda-tanda inilah yang dipakai para penyelidik
senjata untuk mengenali peluru yang ditembakkan oleh senjata
tertentu.
B. Kelongsong Peluru
1. Kelongsong peluru juga punya tanda-tanda yang berasal dari pemantik,
pelontar dan juga dari magasin.
2. Tanda-tanda ini dapat dipakai untuk mengenali asal kelongsong peluru
senjata yang spesifik.
3. Kadang-kadang, sidik jari dapat ditemui pada kelongsong peluru yang telah
ditembakkan.
C. Sidik jari pada senjata, khususnya pistol umumnya jarang dipakai. Jadi,
rekomendasi sidik jari pada sebuah senjata, umumnya tidak menguntungkan.
29
2.9 Cara Pengiriman Barang Bukti
Anak peluru atau selongsong dibungkus dalam kapas, ditaruh dalam kotak dan
dibungkus lagi dengan kertas pembungkus, diikat dengan tali tanpa sambungan,
diberi label yang berisi catatan tentang peluru dan lain-lain serta disegel. Kemudian
dibuat berita acara pembungkusan dengan penyegelan.
Bila ditemukan anak peluru lebih dari satu, harus dicatat di mana ditemukan
dan dipisahkan satu sama lain dengan membungkusnya terpisah pula, karena ada
kemungkinan penembakan dilakukan oleh lebih dari satu orang1.
2.10 Medikolegal
Luka tembak bisa terjadi karena1,5:
1. pembunuhan
2. bunuh diri
3. kecelakaan
Dalam membuat kesimpulan luka, sebaiknya dokter menentukan derajat keparahan
luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Penentuan luka
berat harus disesuaikan dengan ketentuan undang undang yaitu yang diatur dalam
KUHP 90
KUHP Pasal 90
Luka berat berarti:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama
sekali atau yang dapat menimbulkan bahaya maut.
2) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian
3) Kehilangan salah satu pancaindera
4) Mendapat cacat berat
5) Menderita sakit lumpuh
30
6) Terganggu daya piker selama 4minggu atau lebih
7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
KUHP Pasal 351
1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2) Jika perbuatan itu manjadikan luka berat yang bersalah diancam pidana
penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
Yang dimaksudkan dengan penganiyaan ringan diatur dalam :
KUHP pasal 352 :
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356 maka penganiyaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencaharian diancam sebagai penganiyaaan ringan dengan pidana penjara
paling lama 3bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah.
Penganiyaan sedang diatur dalam pasal 351 ayat 1 juga pada:
KUHP pasal 353
1) Penganiyaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu dihukum
penjara penjara selama-lamanya empat tahun.
Penganiyaan berat terdapat dalam KUHP pasal 351 ayat 2, pasal 354 ayat satu , pasal
355 ayat 1.
31
KUHP 353
2) Jika perbuatan itu menjadi luka berat, sitersalah dihukum selama-lamanya
tujuh tahun
KUHP pasal 35
1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
penganiyaan berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun
KUHP pasal 355
1) Penganiyaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu
diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
32
BAB 3
KESIMPULAN
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru pada tubuh. Terdapat dua jenis luka tembak yaitu luka tembak
masuk dan luka tembak keluar.
Luka tembak masuk terbagi pula berdasarkan jarak tembakan yaitu luka
tembak tempel, luka tembak sangat dekat, luka tembak dekat, dan luka tembak jauh.
Luka tembak ini dapat dibedakan antara lain dengan ciri-ciri khas seperti stellate
yang dijumpai pada luka tembak tempel. Pada luka tembak sangat dekat bisa
dijumpai luka bakar disekitar sasaran akibat dari letusan senjata api, bisa juga
dijumpai jelaga, kelim tatto dan memar cincin pada jaringan. Luka tembak dekat akan
meninggalkan lubang luka, cincin memar dan tatto di sekitar luka masuk. Luka
tembak jauh tidak mempunyai kelim tatto. Pada luka tembak keluar tidak dijumpai
cincin memar.
Identifikasi senjata api dapat dilakukan dengan memeriksa selongsong dan
anak peluru. Petugas harus mengirim bahan bukti kepada penyidik dengan cara
membungkus dan memberi segel pada bahan bukti tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Amri Amir Sp.F(K)., 2011. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 2. Ms: 91-
103
2. Prof Dr. Amri Amir Sp.F(K)., 2011. Autopsi Medikolegal Edisi 2. Ms: 40-2
3. Jay Dix., 2000. Color Atlas of Forensik Pathology. Ms: 66-98
4. http://emedicine.medscape.com/article/1975428. [access: februari 2012]
5. Jason Pyne., Encyclopedia of Forensic & Legal Medicine
6. Syaulia, Andirezeki, 2001. Roman’s Forensics edition 20.
7. Gunshot Wounds Mahoney Criminal Defense Group. diakses dari www. Gunshot
Wounds _ Mahoney Criminal Defense Group.com ( februari 2012)
8. http//www. Interpretation of Gunshot Wounds Validated Science or Forensic
Alchemy The TruthAboutForensicScience.com diakses februari 2012
9. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource. 2006.
10. Aspek Balistik. Diunduh dari
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf. 3
februari 2012.
11. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource. 2006.
34