MODUL 2
BLOK OROMAKSILLOFACIAL 2
OSTEOMYELITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
MULIA SARI MU’MIN J11108004
RACHMADY NOFRIANSYAH J11108106WAHYUNI SIRAJUDDIN J11108113MYRAWATI PURNAMASARI HORAX J11108115ARIFURRAHMAN BURHANUDDIN J11108116ANGGRIANA C. KOUWAGAM J11108122KARTIKA SARI J11108123AMANAH PERTIWISARI J11108136GERDA FEBY ANDIKA J11108143NUR NINANGSMIN SARMIN J11108150ANDI MERLYANA M. J11108257ANDI ASWARWADI J11108265DZULJAL KHOLIK J11108284
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Osteomyelitis merupakan suatu keradangan difus yang mengenai periosteum, tulang
kortikal, dan komponen-komponen tulang kanselus. Osteomyelitis dikelompokkan menjadi akut
atau kronis, supuratif atau non-supuratif, sklerotik, dan berdasarkan etiologi spesifiknya
(tuberculosis, aktinomikosis, atau radiasi). Invasi bacterial pada tulang berasal dari organism
yang terdapat pada abses atau selulitis yang terjadi di dekatnya, inokulasi melalui tindakan bedah
atau trauma atau penyebaran hematogen. Organism penyebab adalah staphylococcus, dan
osteomyelitis dahulu diduga merupakan furunkel pada tulang. Pemeriksaan kultur yang lebih
lengkap sering mengungkapkan adanya infeksi polibakterial dan kemungkinan terlibatnya kuman
anaerob.
Pada kasus tertentu perlu dilakukan kultur beberapa kali khususnya pada infeksi yang telah
berlangsung sangat lama. Di antara kondisi-kondisi sistemik yang merupakan predisposisi
osteomyelitis kronis adalah penyakit paget pada tulang, atau anemia sel sabit. Pada kedua
penyakit tersebut, perubahan patologis pada tulang akan mengurangi ketabahan lokalnya, seperti
berkurangnya vaskularisasi yang mengakibatkan gangguan mekanisme pertahanan local
BAB II
PEMBAHASAN
Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :1
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi
lain.
Osteomyelitis à keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada rongga
medulla dan sistem haver’s kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian yang
mengalami kerusakan.
Osteomyelitis jarang terjadi pada bagian endosteum dan biasanya mengenai tulang kortikal
dan periosteum.
Osteomyelitis biasanya dianggap sebagai kondisi inflamasi pada tulang yang bermula
sebagai sebuah infeksi kavitas medulla yang secara sangat cepat melibatkan sistem haversian
dan secara cepat mengalami perluasan ke periosteum.
Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas medulla dan dibawah
periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan ischemia dan tulang
yang terinfeksi menjadi NEKROSIS
Etiologi1
• Penyebab utama : infeksi pada jaringan pulpa atau periapikal.
• Penyebab sekunder: Trauma,terutama pada compound fraktur yang tidak dirawat.
• Penyebab lain : infeksi dari periostitis setelah ulcer gingiva, lymphnodes, furunkel yang
terinfeksi atau laserasi.
• Kondisi sistemik yang dapat mengubah resistensi host dan mempengaruhi penyebaran
penyakit :
- Diabetes Mellitus, gangguan autoimun, agranulositosis, anemia terutama sickle
cell,,leukimia, AIDS, syphilis, malnutrisi, kemoterapi untuk penderita
kanker,pengguna obat steroid.
- Pecandu alkohol dan pengguna tobacco biasanya mudah berhubungan dengan
osteomyelitis.
• Kondisi yang mengubah vaskularisasi tulang. Kondisi yang dimaksud adalah: radiasi,
osteoporosis, osteopetrosis, keganasan pada tulang, dan nekrosis tulang yang disebabkan
oleh merkuri, bismuth, dan arsenik.
Mikrobiologi2
- Staphylococcus sp
- Bakteri anaerobik (umumnya bakteriodes dan peptostreptococcus) dan
- Streprococcous sp
Lebih sering infeksi ini disebabkan oleh lebih dari dua jenis bakteri.
Kaitan fraktur dengan Osteomyelitis1
o Open/ compound Fraktur = Luka yg terbukaà Kontak dgn lingkungan luarà
Mikroba masuk ke aliran darah à Menyebar sampai ke tulangà
OSTEOMYELITIS
o Close/simple fraktur= Bisa terjadi infeksi jika melakukan perawatan open reduksi
dimana terjadi kontak dengan lingkungan luarà Masuk ke aliran darahà Infeksi
sampai ke tulangà OSTEOMYELITIS
• Sebaliknya osteomyelitis kronis bisa menyebabkan fraktur. Karena Dalam keadaan kronis
dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar yang melibatkan jaringan tulang cukup besar
sehinggamenyebabkan fraktur.
Patogenesis1,3
Maxilla memiliki suplai darah yang besar, sehingga menyhebabkan maxilla lebih rentan
mengalamai osteomyelitis, jika dibandingkan dengan mandibula. Cortical plate yang tipis dan
porositas bagian medulla menghalangi infeksi terjadi pada tulang dan memfasilitasi penyebaran
oedema dan material purulen ke dalam jaringan sekitar. Pada aspek ini, mandibula menyerupai
tulang panjang dengan sebuah cavitas medulla, cortical plate yang tebal, dan periosteum yang
cukup jelas. Sumsum tulang – bone marrow tersusun oleh sinusoid yang kaya akan sel
reticuloendothelial, erythrocytes, granulocyte, platelet, precursor osteoblastic sama halnya
dengan tulang cancellous, jaringan lemak dan pembuluh darah. Sumsum tulang disusun oleh
endosteum, sebuah membrane sel yang mengandung osteoblast dalam jumlah besar.
Spicula tulang terdapat secara sentral dari tulang cortical untuk menghasilkan sebuah
tingkatan-tingkatan trabeculae interkoneksi – interconnecting trabeculae. Tulang cortical
memiliki sebuah arsitektur berbeda termasuk system haversian yang terorientasi secara
longitudinal (osteon). Tiap osteon memiliki sebuah canal utama dan pembuluh darah yang
memberikan nutrient melalui canaliculi pada osteocyt yang terdapat di dalam lacunae. Canal
Volkman – Volkman’s canal menghasilkan sebuah vaskularitas interkoneksi komplek dan
jariangan neural yang memberikan suplai nutrisi pada tulang, sehingga tulang dapat mengalami
perbaikan, regenerasi, dan fungsi yang dibutuhkan. Canal tersebut menghubungkan canal utama
satu sama lain dan dengan periosteum dan ruang sumsum – marrow space.
Sebuah lapisan fibrous terluar dan sebuah lapisan osteogenic bagian dalam yang terdiri
dari periosteum, menyelimuti tulang cortical. Penyumbatan suplai darah merupakan sebuah
factor yang sangat penting pada terjadinya osteomyelitis. Suplai darah utama pada mandibula
berasal dari arteri alveolar inferior, sedangkan suplai periosteal berasal dari sebuah sumber
sekunder. Drainase venous dari mandibula diarahkan ke plexus pharyngeal dan ke arah vena
jugular external.
Inflamasi akut yang menyebabkan hyperemia, meningkatkan permeabilitas kapilar dan
infiltrasi granulosit merupakan proses yang menyebabkan osteomyelitis. Enzim proteolitik
dilepaskan dan terjadi beriringan dengan destruksi oleh bakteri dan thrombosis vascular yang
terjadi, menyebabkan necrosis jaringan. Jika pus ini tidak dirawat oleh host dan sebuah abses
tidak terbentuk, atau pus tidak keluar ke jaringan lunak sekitar dari tulang medulla, maka proses
osteomyelitis dimulai.
Jaringan necrotic, bakteri yang mati di dalam WBC (pus) mengalami akumulasi,
meningkatkan tekanan intramedulla yang berakibat pada kolaps vascular, stasis venous, dan
ischaemia. Pus mengalami perluasan sampai pada system haversian dan canal nutrient dan
mengalami akumulasi di bawah periosteum yang mengalami elevasi dari cortex, sehingga
menurunkan suplai darah. Bundle neurovascular alveolar inferior mengalami penekanan akibat
perkembangan thrombosis pada osteomyelitis yang menginduksi disfungsi nervus alveolar
inferior.
Jika pus mengalami kelanjutan akumulasi, maka periosteum akan mengalami penetrasi
oleh pus, sehsingga akan terbentuk abses mucosal dan cutaneous, dan terbentuk fistula.
Periosteum pada anak-anak cukup melekat pada tulang cortical, sehingga menyebabkan elevasi
yang lebih ekstensif. Ketika pertahanan host lebih efektif dan terapi menjadi lebih efektif, maka
proses osteomyelitis mungkin menjadi kronis.
Inflamasi mengalami regresi dan trerbentuk jaringan granulasi, tulang dengan pembuluh
darah yang baru dan tulang necrotic menjadi terpisah dari tulang yang masih hidup (sequestra).
Bagian tulang yang kecil menjadi terpisah secara utuh, sedangkan bagian yang besar menjadi
terisolasi oleh sebuah lapisan jaringan granulasi yang diselimuti oleh lapisan tulang yang baru
(involucrum). Sequestra mungkin mengalami kondisi seperti ini: mungkin mengalami re-
vaskularisasi, tidak mengalami progresi, resorbsi, atau menjadi terinfeksi secara kronis yang
membutuhkan pembedahan untuk resolusi infeksi secara sempurna. Ketika involucrum
dipenetrasi oleh saluran – channel, disebut sebagai cloacae, pus keluar ke permukaan epithelial
yang menyebabkan terbentuknya fistulae.
Klasifikasi
Walaupun pendekatan yang berbeda terhadap klasifikasi osteomyelitis telah
menyebabkan suatu kondisi terminology yang membingungkan, secara umum osteomyelitis
dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi, adanya suppurasi, dan penyebab.
Osteomyelitis suppuratif
1. Suppuratif akut
2. Suppuratif kronis, primer (tidak terjadi fase akut), sekunder (mengalami fase akut)
3. Infantile
Osteomyelitis non-suppuratif
1. Sclerosing diffuse
2. Sclerosing focal (periostitis proliferative, Garre’s, periostitis oscificans)
3. Osteoradiocranosis
Bentuk khusus dan kurang umum adalah: syphilitic, tuberculous, brucellar,m fungal, viral, kimia,
Escherichia coli, dan Salmonella osteomyelitis
Acute supurative osteomyelitis. 1
• Sebuah sequel infeksi periapical yang berakibat pada penyebaran infeksi secara diffuse
sepanjang space medulla tanpa necrosis pada tulang secara bervariasi.
• Riwayat mungkin menunjukkan salah satu dari berikut ini: rasa sakit, carious atau
keterlibatan ligamentum periodontal, ekstrasi yang baru dilakukan, infeksi.
Gambaran klinis
• Rasa sakit yang sangat mendalam
• Abses
• Demam tinggi secara intermittent
• Paraesthesia atau anaesthesia bibir
• Tidak terdapat fistulae
• Pembengkakan secara diffuse
• Gigi yang menjadi goyang
• Pengeluaran pus
• Trismus
Gambaran radiologi
• Pemeriksaan awal, kadang tidak ditemukan penampakan radiografi atau adanya
radiolusensi dari periapikal.
• Akan terjadi perubahan radiografi diantara 10- 20 hari. Trabekulasi tulang medulla yang
terbentuk cukup bagus sudah hilang, sehingga memberikan sebuah penampilan seperti
‘dimakan ngengat’ yang irregular.
Cronic Supurative Osteomyelitis1
• Terbentuk setelah fase akut (sekunder)
• Dapat juga dari infeksi dental tanpa melalui fase akut (primer)
• Dlm keadaan ringan mirip dengan ASO (Akut Supurative Osteomyelitis
• Eksaserbasi akut dari tahap kronik dapat timbul secara periodik dengan gejala yang sama
dengan ASO
• Parastesia/ anastesia pada daerah bibir
Gambaran radiologi
• Terlihat area radiolusen yang tidak beraturan dan mengalami superimpossed posisi pada
daerah sklerotik dan tidak bertrabekular
Infantile Osteomyelitis1
• Dipercaya disebabkan oleh jalur hematogenous/ dari trauma saat perinatal, terjadi dalam
beberapa minggu setelah lahir dan biasanya melibatkan RA
Gambaran Klinis
• Sentral selulitis fasial sekitar daerah orbita
• Bengkak pada daerah luar dan dalam chantal
• Oedema pada kelopak mata (palpabral)
• Pengeluaran nanah dari hidung dan chantus medial
• Gejala umumnya meliputi demam, malaise, anoreksia, dehidrasi, iritabilitas, dan bahkan
konvulsi dan muntah
Diffuse sclerozing osteomyelitis1
• Merupakan kondisi kronik dan ditandai dengan reaksi proliferasi tulang hingga infeksi
ringan.
• Jalur masuk Infeksi adalah adanya penyakit periodontal
Gambaran klinis
- Pada beberapa kasus ditandai dengan formasi spontan dari fistula yang terbuka ke
permukaan mukosa yang membentuk drainase dimana pasien merasakan sakit yang
samar- samar
- Terutama mengenai mandibula
Gambaran radiologi
• Nampak lesi radiopak, kadang-kadang bilateral
Focal sclerozing osteomyelitis 1
• Merupakan kondisi kronik, dimana terjadi pada kasus resistensi jaringan yang sangat
tinggi atau pada kasus infeksi medular tingkat rendah dimana mengakibatkan reaksi
endosteal/ periosteal.
Gambaran klinis
• Umumnya terjadi pada regio M1 mandibulardengan rasa sakit ringan dan pulpa terinfeksi
• Penurunan sensasi pada gigi berhubngan dengan radioopacity
• Tidak ditemukan tampak klinis yang spesifik
Gambaran radiografi
• Intraoral posterior anterior à radiopak dengan batas yang jelas yang menunjukkan
adanya tulang yang sklerotik disekitarnya
• Batasan dari lesi ini terlihat halus dan jelas, tegas, atau tampak menyatu dengan tulang
sekitarnya
Garre’s chronic non-suppurative sclerosing osteoitis1
• Dijelaskan bahwa adanya tipe kronik khusus pada osteomyelitis sebagai penebalan yang
parah dari periosteum secara fokal.
• Pada tulang panjang dengan reaksi formasi tulang peripheral hasil dari iritasi ringan atau
infeksi ini merupakan osteosklerosis periosteal
Gambaran klinis
• Sering terjadi pada anak- anak dan remaja. Mandibula lebih banyak terinfeksi secara
umum dibandingkan maksila.
• Pasien biasanya ditandai adanya keluhan pada sakit gigi/ sakit pada rahang dan bengkak
yang keras yang berasal dari tulang yang keluar ke permukaan.
Gambaran radiografi
• IOPA sering memperlihatkan gigi karies berlawanan dengan massa tulang yang
keras.massa dari tulang ini halus, terklasifikasi, dan menunjukkan ketipisan namun
terdapat lapisan kortikal
Turbeculous osteomyelitis1
• Merupakan infeksi kronis yang disebabkan Mycobakterium tubercolosis
• Tuberkolosis terutama terjadi pada orang yang sebelumnya belum pernah terpapar dan
sering melibatkan paru-paru
• Reaktivasinya secara khusus dihubungkan dengan pertahanan tubuh yang dikenal sebagai
secondary tuberkolosis
Gambaran klinik dan radiografi
• Primary tuberkolosis biasanya asimtomatik
• Ada kalanya demam dan efusi pleural dapat muncul.
• Primary lesi RM biasanya diasosiasikan dengan adanya pembesaran pada limfanode
• Sebagai area yang dicurigai radiolusen
• Mereka bisa muncul disertai bengkak tanpa adanya sinus.
Diagnosa
• Aspirasi dan kultur
• Mantoux tes
• Scintigrafi
• Computed tomografi
• Flourescent microscopy
• Incisional biopsi
Perawatan dan prognosa
• M. tuberkolosis dapat bermutasi dan membentuk resistensi terhadap agen medikasi
tunggal. Terapi multiagen adalah perawatan paling baik.
• Penggunaan Dua multiagen terapi direkomendasikan sebagai terapi awal.
• Pemilihannya antara isoniazid (INH) ditambah rifampin selama 9 bulan atau INH,
rifampin dan pyrazinamide selama 2 bulan diikuti INH dan rifampin selama 4
bulan.medikasi awal juga bisa digunakan ethambutol dan streptomycin.
Pencegahan1
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan
angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang.
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomielitis.
Actinomycosis osteomyelitis1
Actinomycosis osteomyelitis merupakan sebuah infeksi bakteri anaerobic gram-positif,
bercabang, filamentous yang bermanifestasi dalam gambaran granulomatous dan suppuratif,
melibatkan kedua jaringan lunak dan tulang.
Kondisi ini dikarakteristikkan oleh permulaan yang insidious dan persisten. Kondisinya
dapat berupa zona cutaneous adheren yang merah pada lesi. Selain itu, terdapat juga penebalan
periosteal yang dekat pada area tulang yang mengalami necrotic. Beberapa node lymph mungkin
mengalami pembesaran secara parah.
Pathogenesis
Actinomycetes merupakan komponen flora oral saprofitik normal pada crypt tonsillar,
plaque gigi dan calculus, karies, dentin, sulci gingival, dan pocket periodontal. Pada kasus
actinomycosis yang terdokumentasi, Actinomycosis israelii merupakan organism kausatif utama.
A. viscosus, A. naeslundii, A. odontolyticus, A. meyeri, dan A. bovis juga telah dihubungkan
dengan actinomycosis. Trauma, infeksi periodontal, gigi non-vital dan ekstraksi merupakan
sumber infeksi yang mencapai tulang. Pada actinomycosis cervicofacial, infeksi tidak menyebar
sepanjang bidang fascial tipikal dan Nampak secara tipikal pada kulit. III-area radiolusensi yang
ditunjukkan kadang dikelilingi oleh radiopopasitas yang mungkin ditemukan dengan atau tanpa
keterlibatan jaringan lunak.
Gambaran klinis
Terdapat tiga gambaran klinis, seperti cervicofacial, thoracic, dan abdominal.
Actinomycosis melibatkan mandibula, jaringan sekitar, lidah, glandula saliva terutama
pada glandula parotid, dan sinus maxilla.
Actinomycosis mungkin bersifat akut, infeksi yang menyebar dengan sangat cepat atau
sebuah lesi yang mengalami penyebaran secara lambat yang dihubungkan dengan fibrosis.
Reaksi suppuratif mengeluarkan flek besar, berwarna kuning, yang menunjukkan koloni bakteri
yang disebut sebagai granula sulphur. Deskripsi klasik adalah area fibrosis kaku yang mengalami
indurasi, sehingga bias menyebabkan abses sentral. Infeksi mungkin mengalami perluasan pada
permukaan yang membentuk tractus sinus. Area sekitar angulus mandibula merupakan area yang
paling sering terkena actinomycosis, diikuti oleh area submandibular, dan submental.
Diagnosis
1. Fine-needle aspirate, kultur bisa digunakan.
2. Fluorescein conjugated antiserum bias digunakan pada granula untuk secara spesifik
mengidentifikasi spesies Actinomyces.
3. Material biopsy lesional dari infeksi aktif menunjukkan ikatan perifer fibrosis yang
menyelimuti koloni bakteri filament berbentuk-batang yang tersusun pada pola rosette
yang meluas menyerupai sinar matahari pada kondisi infiltrasi leukosit PMN yang padat.
Perawatan dan prognosis
Selkuruh abses, tanpa bergantung pada ukuran mereka, harus dikeluarkan secara
pembedahan dengan menggunakan haemostat, lalu dipenetrasi.
Penicillin masih merupakan drug of choice standar dengan dosis yang bergantung pada
keparahan penyakit. Pada pasien alergi terhadap penicillin, tetracycline atau erythromycin
mungkin digunakan. Actinomycosis cervicofacial awal secara tipikal memberikan respon pada
penggunaan penicillin selama 5 sampai dengan 6 minggu, sementara infeksi yang sangat dalam
mungkin membutuhkan waktu sampai dengan 12 bulan. Infeksi akut terlokalisasi yang hanya
berhubungan dengan gigi mungkin dirawat secara konservatif daripada kasus actinomycosis
kronis yang parah. Kasus-kasus tertentu mungkin membutuhkan sequestrectomy dan
saucerisation sepanjang follow-up jangka panjang dengan radiografi untuk memeriksa perubahan
pada tulang.
Perawatan klasik adalah sequesterctomy dan saucerization. Tujuan perawatan ini adalah untuk
melakukan debridisasi sekuestra tulang nekrotik atau sekuestra tulang dengan vaskularisasi yang
buruk. Pada area infeksi dan meningkatkan aliran darah. Sekuestrektomy melibatkan
pengambilan bagian tulang yang terinfeksi dan bagian avaskular- secara umum plat kortikal pada
area yang mengalami infeksi. Saucarezation melibatkan pengambilan kortikal tulang sekitar dan
open packing untuk membiarkan terjadinya penyembuhan setelah tulang yang mengalami infeksi
telah diambil.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas isik
a. Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali non-nal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau
gejala lain di tempat terrsebut.
KESIMPULAN
Osteomyelitis à keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada rongga
medulla dan sistem haver’s kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian yang
mengalami kerusakan.
Osteomyelitis jarang terjadi pada bagian endosteum dan biasanya mengenai tulang kortikal
dan periosteum.
Osteomyelitis biasanya dianggap sebagai kondisi inflamasi pada tulang yang bermula
sebagai sebuah infeksi kavitas medulla yang secara sangat cepat melibatkan sistem haversian
dan secara cepat mengalami perluasan ke periosteum.
Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas medulla dan dibawah
periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan ischemia dan tulang
yang terinfeksi menjadi NEKROSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Balaji, SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi : Elsevier,
2007. p. 137-141.
2. Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery. Second Edition. Ontario
: BC Decker Inc; 2004. p. 313-8.
3. Fragiskos, FD. Oral surgery. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2007.
p. 360-1.
Recommended