MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Peserta Didik
Dosen pengampu: Siddiq Premono M.Pd.
Oleh:
1. Jeky Tresnawati (11670016)
2. Sugianti Khasanah (11670017)
3. Hendra Budi Gunawan (11670018)
4. Miftakhul Intan Naimah (11670026)
5. Adnin Arif Rizki (11670032)
6. Nasiatul Mubarokah (11670040)
7. Ahmad Nurkholis Majid (11670043)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat disusun untuk melengkapi tugas makalah mata kuliah
Manajemen Pendidikan dengan dosen pembimbing Sidiq Premono M.Pd. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Makalah ini disusun
berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan berupa moral maupun
material.
2.Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Siddiq Premono
M.Pd.
3.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Yogyakarta, 10 September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jika dicermati, peserta didik pada dasarnya memiliki kesamaan. Kesamaan itu
berdasarkan kenyataan bahwa mereka adalah sama-sama anak manusia. Oleh karena itu,
para peserta didik pun memiliki unsur kesamaan-kesamaan yaitu unsur manusia. Faktanya
menunjukkan bahwa tidak ada seorang anak pun yang lebih manusiawi dibandingkan
dengan anak lainnya, dan tidak ada anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak
lainnya. Adanya kesamaan-kesamaan dari anak inilah yang melahirkan konsekuensi yang
sama atas hak-hak yang mereka punya. Di antara hak-hak tersebut, salah satu yang penting
adalah hak memperoleh layanan pendidikan yang bermutu (Imron, 2012: 2).
Persamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak memunculkan layanan pendidikan yang
sama melalui sistem persekolahan. Pendidikan melalui sistem persekolahan dalam
kenyataannya memang bersifat massal daripada individual. Keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh system persekolahan memang lebih memberi porsi bagi layanan atas
perbedaan. Adanya tuntutan untuk memberikan pelayanan yang sama dan berbeda akan
memunculkan pemikiran tentang pentingnya peraturan (Imron, 2012: 2).
Peserta didik, menurut ketentuan umum Undang-Undang RI tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik
ini juga memiliki sebutan-sebutan lain seperti murid, subjek didik, anak didik, pembelajar,
dan lain sebagainya (Imron, 2012: 5).
Berkaitan dengan peserta didik, kita juga perlu mengetahui suatu manajemen. Dalam
dunia pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber-
sumber pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas,
bukan sebagai individu agar konsisten dengan istilah administrasi dengan administrator
sebagai pelaksananya dan supervise dengan supervisor sebagai pelaksananya. Jika dari
pernyataan tersebut diambil contoh, maka yang mungkin sesuai adalah kepala sekolah di
mana kepala sekolah berperan sebagai administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai
manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan dan sebagai supervisor dalam
membina guru-guru pada proses belajar mengajar (Pidarta, 1988: 4).
Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep,
dan yang sesuai dengan objek yang ditangani serta tempat organisasi itu berada. Manajemen
yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi disebut dengan
manajemen yang fleksibel. Manajemen ini tidak kaku, ia dapat berlangsung dalam kondisi
dan situasi yang berbeda-beda. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru, tuntutan-
tuntutan masyarakat yang berubah dari semula, perubahan-perubahan nilai masyarakat, dan
sebagainya tidak akan menghentikan aktivitas manajemen ini. Manajemen akan berjalan
terus dengan revisi di sana-sini. Hal ini menjamin kelangsungan hidup organisasi (Pidarta,
1988: 17).
Setelah dibahas sedikit tentang apa itu manajemen, tentunya hal tersebut dapat kita
kaitkan dengan peserta didik sehingga akan menimbulkan arti baru yaitu tentang manajemen
peserta didik. Lantas, apa yang dimaksud dengan manajemen peserta didik? Manajemen
peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik, mulai dari
peserta didik tersebut masuk sekolah sampai mereka lulus sekolah. Segala aktivitas dan
manajemen peserta didik yang dijalankan di sekolah, jika dirunut pasti bermuara di sentral
layanan pendidikan, yaitu peserta didik itu sendiri, sehingga di era otonomi daerah seperti
sekarang ini, manajemen peserta didik melalui sistem persekolahan menduduki posisi yang
sangat strategis (Imron, 2012: 6).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Banyak sekali definisi manajmeen itu sendiri, beberapa tokoh yang
mendefinisikan menejemen yaitu:
1. Sahertian (1982), berpendapat bahwa manajemen merupakan terjemahan kata
management yang berasal dari kata manage atau magiare yang memiliki arti melatih
kuda dalam melangkahkan kakinya. Manajemen memiliki dua makan yaitu kegiatan
pikir (Mind) dan kegiatan tindak laku (Action).
2. Terry (1953), manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya melalui usaha orang lain (Management is the accomplishing of the
predertemined objective throug the effort of other people).
3. Siagian (1978), manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk emmperoleh
suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan.
4. The Liang Gie (1978), manajemen sebagai segenap perbuatan yang menggerakkan
sekelompok orang atau mengarahkan segala fasilitas dalam suatu usaha untuk
mencapai tujuan.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh dua orang atau lebih dengan peraturan yang ditentukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan bersama (Imron, 2011: 4).
Sedangkan untuk peserta didik, menurut ketentuan umum Undang-Undang RI
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengeksplor dirinya melalui suatu proses pendidikan pada jalur, jenjang maupun jenis
pendidikan tertentu. Sebutan untuk peserta didik juga berbeda-beda, seperti:
a. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 27 Tahun 1990, pada TK disebut dengan anak
didik.
b. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 28 dan No. 29 Tahun 1990, pendidikan dasar
dan menengah disebut siswa.
c. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 30 Tahun 1990, pada perguruan tinggi disebut
mahasiswa.
Oleh karena itu, pengertian manajemen peserta didik yaitu usaha pengaturan yang
ditujukan secara khusus terhadap peserta didik yang berkaitan dengan kegiatan proses
belajar dan beraktivitas dari pertama masuk sekolah sampai lulus (Imron, 2011 : 6).
B. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Sesuai dengan pengertian, bahwa MPDBS adalah suatu pengaturan terhadap
peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus.
Ruang lingkup MPDBS meliputi pengaturan aktivitas-aktivitas peserta didik sejak ia
masuk ke sekolah hingga lulus, baik yang berkaitan dengan peserta didik secara langsung
maupun tidak langsung (tenaga kependidikan, sumber-sumber pendidikan, sarana dan
prasarana) (Imron, 2001: 17)
Secara rinci ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan peserta didik, meliputi:
a) school census
b) school size
c) class size
d) efektive class
2. Penerimaan peserta didik, meliputi:
a) Penentuan kebijaksanaan penerimaan peserta didik
b) Penentuan sistem penerimaan peserta didik
c) Penentuan kriteria penerimaan peserta didik
d) Penentuan prosedur penerimaan peserta didik
e) Penentuan pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik
3. Orientasi peserta didik baru, meliputi:
a) Pengaturan hari-hari pertama peserta didik di sekolah
b) Pengaturan pekan orientasi peserta didik
c) Pengaturan pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik
d) Pengaturan teknik-teknik orientasi peserta didik
4. Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah, meliputi:
a) Peserta didik yang membolos
b) Peserta didik yang terlambat datang
c) Peserta didik yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya
5. Mengatur pengelompokan peserta didik, baik berdasarkan fungsi persamaan maupun
perbedaan.
6. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk kepentingan promosi peserta
didik.
7. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik
8. Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out
9. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik
(Imron, 2011: 18)
C. Penerimaan Peserta Didik
Peserta didik yang dimaksud disini merupakan peserta didik yang baru masuk di
suatu bangku pada tingkat pendidikan (sekolah) tertentu. Kegiatan ini sangat penting,
karena jika tidak ada peserta didik yang tidak diterima di sekolah, maka tidak ada yang
harus ditangani atau diatur (Imron, 2011: 41).
1. Kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Peserta didik baru dapat diterima dalam suatu lembaga pendidikan seperti
sekolah , haruslah terlebih dahulu memiliki persyaratan-persyaratan yang lengkap
sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut. Memang seperti
yang kta ketahui sebelumnya, bahwasannya setiap orag berhak memilih suatu
pendidikan yang diinginkan. Namun, tidak secara otomatis masuk begitu saja dalam
lembaga sekolah, tetai harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang bersangkutan,
seperti persyaratan-persyaratan pendaftaran (Imron, 2011: 41).
Kebijakan operasional pemerimaan peserta didik baru, memuat aturan mengenai hal-
hal sebagai berikut:
a. Jumlah peserta didik yang dapat diterima di suatu sekolah
Teknik dalam perencanaan jumlah daya tampung yang akan dilaksanakan
terdapat dalam buku Petunjuk Administrasi Sekolah. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam perecanaan daya tampung antara lain, yaitu:
1) Jika besar ruangan untuk proses pebelajaran brvariasi, berarti harus
diperhitungkan secara rinci daya tampung setiap kelas. Artinya, tidak
semua kelas memiliki kapasitas jumlah peserta diidk yang sama besarnya.
Karena jika luas ruangan kecil, tetapi jumlah peserta didiknya sama
dengan ruangan yang luas, itu sangat tidak efektif.
2) Dalam menghitung daya tampung, setiap kelas juga harus diperhatikan
kondisi belajar peserta didik. Sehingga dapat disesuaikan dengan aturan
yang berlaku untuk peserta didiknya. Hal ii bertujuan supaya, peraturan
yang dibuat sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam sekolah
tersebut.
(Samani, dkk., 2009: 86)
Sehingga terdapat 5 hal pokok yang harus diperhatikan dalam
penerimaan kapasitas jumlah peserta didik baru antara lain, yaitu:
1) Daya tampung kelas baru
2) Kriteria mengenai siswa yang dapat diterima
3) Anggaran yang tersedia
4) Prasarana dan sarana yang ada
5) Tenaga kependidikan yang tersedia
b. Sistem pendaftaran
c. Penyeleksian
d. Waktu pendaftaran
1) Waktu dmulainya endaftaran
2) Waktu berakhirnya pendaftaran
e. Panitia pendaftaran peserta didik baru
Kebijaksanaan penenrimaan peserta didik baru ini didasarkan pada petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (Imron, 2011: 42).
2. Sistem Penerimaan Peserta Didik
Sebelum seorang peserta didik mengikuti jalannya proses pembelajaran dalam
suatu tingkat pendidikan, tentunya peserta didik harus melewati tahapan-tahapan
dalam memasuki suatu pendidikan atau sekolah.
Ada dua macam sistem penerimaan peserta didik baru, yakni:
a. Sistem Promosi
Sistem promosi ini merupakan penerimaan peserta didik tanpa adanya seleksi.
Sehingga peserta didik baru yanag mendaftar pada lembaga/sekolah yang
menggunakan sistem demikian, akan langsung diterima menjadi peserta didik
sekolah tersebut. Sistem pendaftaran semacam ini biasanya pada sekolah yang
kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan sebelumnya (Imron, 2011:
43).
b. Sistem Seleksi
Sistem seleksi adalah penerimaan peserta didik baru tidak langsung diterima
begitu saja. Tetapi melewati tahapan penyeleksian. Sistem seleksi ini dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1) DANEM (Daftar Nilai Ebta Murni)
Pada masa sekarang, di sekolah-sekolah lanjutan pertama maupun
lanjutan atas sudah banyak yang menggunakan sistem ini. Sehingga, jika
dilihat dari rata-rata DANEM dapat diketahui yang jelas-jelas sudah
diterima dan mana yang tidak sesuai dengan rata-rata terendah sekolah
tersebut.
2) Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK)
Pada penyeleksian sistem ini, sekolah tujuan akan cenderung melihat
pada hasil raport yang didapatkan peserta didik baru dari mulai awal
masuk sampai lulus pada sekolah sebelumnya. Sehingga, sistem ini lebih
memberikan ruang yang cukup luas pada peserta didik yang memiliki
tingkat intelektual yang cukup tinggi. Namun, tetap sja tergantung pada
jumlah peserta didik yang mndaftar. Karena semakin banyak peserta
didik yang mendaftar, maka persainagn untuk masuk akan semakin ketat.
3) Tes Masuk
Pada sistem seleksi tes masuk ini, calon peserta didik mengerjakan soal-
soal yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Soal satu peserta didik
dengan peserta didik yang lain adalah sama. Hal ini bertujuan agar
panitia penerimaan peserta didik baru, mampu menyeleksi peserta didik
melalui hasil pekerjaannya terhadap soal. Peserta didik yang mampu
mengerjakan soal sesuai dengan skor minimal yang ditentukan oleh pihak
sekolah maka akan diterima. Begitupun sebaliknya, peserta didik yang
tidak mencukupi batas minimal maka tidak bisa menjadi peserta didik di
sekolah tersebut.
Sistem seleksi ini melalui dua tahapan, yakni:
a. Seleksi administratif
Seleksi administratif adalah seleksi atas kelengkapan-kelengkapan
administratif calon peserta didik.
b. Seleksi akademik
Seleksi akademik adalah suatu aktivitas yang beertujuan untuk
mengetahui kemampuan akademik dari calon peserta didik.
3. Kriteria Penenerimaan Peserta Didik Baru
Kriteria penerimaan peserta didik merupakan patokan-patokan yang dibuat
oleh sekolah dalam menentukan calon peserta didik yang bisa atau tidaknya diterima
di sekolah tersebut.
Ada 3 macam kriteria penerimaan peserta didik, antara lain:
a. Kriteria acuan patokan (Standard Criterian Referenced)
Kriteria ini merupakan suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas
patokan-patokan yang telah ditentukan oleh sekolah sebelumnya dalam hal
penerimaan calon peserta didik. Patokan-patokan ini dibuat standar minimal
kemampuan peserta didik. Sebagai konsekuensi kriteria ini, peserta didik yang
mendaftar dan memiliki standar minimum persyaratan yang diinginkan oleh
pihak sekolah, maka harus diterima menjadi peserta didik baru.
b. Kriteria acuan norma (Norm Criterian Referenced)
Kriteria acuan norma ini didasarkan pada prestasi yang dihasilkan oleh calon
peserta didik. Cara penyeleksiannya yaitu, semua prestasi yang diperoleh
peserta didik dijumlahkan dan kemudian dicari rata-ratanya. Nilai prestasi yang
melebihi rata-rata minimum akan diterima, dan sebaliknya.
c. Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah
Kriteria ini ditentukan dengan cara menghitung terlebih dahulu daya tampung
siswa yang akan diterima. Kemudian merangking prestasi peserta didik dari
yang paling tinggi ke yang terendah. Sehingga terlihat peserta didik mana
yang akan diterima dan yang tidak diterima.
(Imron, 2011: 46).
4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
Tahapan ini merupakan bagian yang terpenting. Karena dapat menentukan
input peserta didik yang akan masuk ke dalam suatu lembaga/sekolah.
a. Pembentukan panitia peserta didik baru
Susunan panitia penerimaan peserta didik baru, sebagaiberikut:
1) Ketua Umum : Kepala Sekolah
2) Ketua Pelaksana: Waka Kesiswaan
3) Sekretaris : Kepala TU
4) Bendahara : Bendaharawan Sekolah
5) Embantu Umum: Guru
6) Seksi-seksi:
- Kesekretariatan : Pegawai TU
- Publikasi : Guru
- Pendaftaran : Guru
- Seleksi : Guru
- Kepengawasan : Guru
(Imron, 2011: 49).
b. Rapat penerimaan peserta didik
Rapat ini dipimpin oleh waka kesiswaan dan memebahas tentang keseluruhan
penerimaan peserta didik baru. Rapat ini membuka ruang yang cukup luas bagi
panitia-paita lain yang bertugas dalam jalannya proses penenrimaan peserta
didik baru. Rapat ini dicatat dalam notulen rapat, yang terdiri dari; tanggal,
waktu, tempat, agenda, daftar hadir serta hal-hal yang menjadi keputusan rapat
(Imron, 2011: 51).
c. Pembuatan, pengiriman/pemasangan pengumuman
Hal-hal yang perlu dipublikasikan adalah sebagai berikut:
1) Gambaran singkat mengenai sekolah
2) Persyaratan pendaftaran
3) Cara pendaftaran
4) Waktu pendaftaran
5) Tempat pendaftaran
6) Tempat pendaftaran
7) Biaya pendaftaran
8) Waktu dan tempat untuk seleksi
9) Waktu Pengumuman seleksi
(Imron, 2011: 54)
d. Pendaftaran calon peserta didik baru
Hal-hal yang dibutuhkan pada saat pendaftaran anata lain:
1) Loket pendaftaran
2) Loket informasi
3) Formulir
(Imron, 2011: 57)
e. Seleksi peserta didik baru
1) DANEM
2) PMDK
3) Tes
(Imron, 2011: 60)
f. Penentuan peserta didik yang diterima
Setelah ditentukan peserta didik yang diterima dan tidak diterima, maka pihak
sekolah mengumumankannya melalui 2 cara, yakni:
1) Pegumuman tertutup
Contoh: melalui surat
2) Pengumuman terbuka
Contoh: ditempel di papan pengumuman sekolah yang terkait
(Imron, 2011: 65)
g. Pendaftaran ulang
Pendaftaran ulang diwajibkan bagi peserta didik baru yang dinyatakan diterima
dalam suatu sekolah. Peserta didik yang mendaftar ulang, dicatat data dirinya
dalam buku induk. Buku induk ialah buku yang memuat data diri penting
peserta didik yang bersekolah di sekolahya (Imron, 2011: 67).
5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru
a. DANEM atau pun nilai tes yang sama antar peserta didik yang mendaftar
dimana keduanya berada pada posisi batas bawah peserta didik baru
b. Adanya peserta didik yang kurang berprestasi namun mendapat kursi dari
pejabat daerah setempat
c. Terbatasnya daya tampung serta sarana dan prasarana
(Imron, 2011: 70)
D. Ketatausahaan Peserta Didik
Ketaatausahaan merupakan hal yang urgen dalam sekolah, karena mengatur
operasional yang ada disewkolah serta tempat pendataan dan pembukuan.Tata usaha
Sekolah (pendidikan) merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan bersungguh serta membina kegiatan-
kegiatan yang bersifat tulis-menulis (clericalwork) disekolah, agar PBM semakain efektif
dan efisien untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
(Gunawan :170). Dari pengertian tersebut tidak berlebihan jika saya katakan diatas bahwa
ketatausahaan mempunyai peranan urgen (penting) dalam satuan pendidikan (sekolah),
karena dengan adanya ketatausahan inilah yang akan membantu dalam mencapai cita-cita
serta tujuan yang telah dicanangkan oleh sekolah.Dalam ketatausahaan juga dikenal
dengan administrasi Tata Usaha, administrasi tata usaha yaitu serangkaian kegiatan
mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-
benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh garapan administrasi
sekolah/pendidikan.Jadi administrasi sekolah itu bergerak dalam hal pencatatan dan
pembukuan kegiatan dan operasional sekolah (Gunawan,1996: 170).
Kaitanya dengan peserta didik ketata usahaan bertugas antara lain dalam kegiatan
penerimaan siswa baru, mengisi buku induk dan buku Klaper, penataan siswa dalam
kelas, sampai siswa eksit dari sekolah, pembuatan presensi peserta didik, semuanya
banyak dilakukan kegiatan tulis menulis yang melancarkan seluruh kegiatan administrasi
siswa (Gunawan,1996 :170).
Penerimaan murid baru merupakan tradisi rutin tahunan yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan dimana saja, hal ini dilakukan agar roda pendidikan tidak
terputus.Dalam hal penerimaan murid tata usaha bertugas untuk mengatur jadwal,
menyiapkan brosur, menyiakan formulir pendaftaran, menyediakan buku pendaftaran dan
membuat hard copy pengumuman hasil seleksi penerimaan murid baru
(Subroto ,1986 :36)
Pencatatan Murid dalam buku induk merupakan salah satu tugas dari tata usaha,
catatan dalam buku induk harus lengkap meliputi data dan identitas murid, dimana
sebagian data bisa diambil dari formulir pendaftaran.Buku induk merupakan kumpulan
daftar nama murid sepanjang masa dari sekolah bersangkutan.Selain buku induk siswa,
ada juga yang dinamakan dengan buku klaper, buku ini berfungsi untuk membantu buku
induk, memuat data murid yang penting-penting.Untuk mengisi buku klaper datanya
dapat diambil dari buku induk namun tidak selengkap buku induk itu,daftar nilai juga
tercatat disini.Kegunaan utama buku klaper adalah untuk mencari data murid, apalagi
belum diketahui nomor induknya, hal ini mudah diketemukan dalam buku klaper, karena
nama murid disusun menurut abjad, jadi akan lebih mudah untuk ditemukan (Subroto,
1986 :41-42).
Tugas selanjutnya dari ketata usahaan yang berkaitan dengan peserta didik adalah
mengatur kelas, dalam hal ini disesuaikan dengan daya tampung setiap kelas yang ada
disekolah tersebut, setelah itu dicatat dalam buku induk.Sedangkan untuk pendataan
siswa masuk dan keluar sudah terdapat dalam buku klaper.
Daftar presensi merupakan tugas yang dikerjakan oleh tata usaha juga, daftar
presensi atau daftar hadir dimaksudkan untuk mengetahui frekuensi kehadiran murid
disekolah sekaligus untuk mengontrol kerajinan belajar mereka.Daftar hadir bisa dibuat
dengan format bulanan atau format mingguan, pada daftar hadir bulanan dicantumkan
nama murid pada sisi yang satu dan tanggal pada sisi yang lain, sedangkan untuk format
presensi mingguan, penekananya lebih pada hadir tidaknya seorang siswa dalam setiap
jam pelajaran dala satu minggu (Subroto, 1986 :46).
E. Layanan Bimbingan Konseling
1. Pengertian
Pengertian bimbingan
Banyak para ahli menyampaikan pendapatnya mengenai pengertian bimbingan .
Sebagai contoh sunaryo kartadinata (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses
untuk membantu individu atau peserta didik untuk mencapai proses perkembangan yang
optimal.
Sedangkan menurut rochman natawidjaja (1987:3) mengartikan bahwa bimbingan
proses membantu individu atau peserta didik yang diakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan sehingga peserta didik dapat memahami dirinya sendiri dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan keadaan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
bimbingan adalah suatu proses yang kegiatannya di lakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan dan merupakan bantuan atau pertolongan dengan maksud bahwa
yang aktif untuk mengembangkan diri mengatasi masalah atau pengambilan keputusan
terletak pada diri individu atau peserta didik itu sendiri (Tim pengembangan Ilmu
Pendidikan FIP-UPI, Bag 1, 2007: 174).
Pengertian konseling.
Menurut ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa
pengertian konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, konselor
menggunakan pengetahuan dan ilmunya untuk membantu individu atau peserta didik
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
Tiadak ada para tokoh yang dapat mendefinisikan konseling secara komperhensis
dipakai oleh semua golongan dan dari berbagai jenis aliran. Namun berikut ini akan
dijelaskan generalisai yang menggambarkan ciri-ciri dari konseling itu sendiri. Konseling
adalah suatu bentuk hubungan yang bersifat saling membantu, dalam artian mampu
membantu orang lain atau peserta didik dalam memecahkan masalah yang di
hadapinyaserta mampu menghadapi krisis-krisis yang di alami dalam hidupnya. Salah
satu tugas dari knselor adalah menciptakan kondisi fasilitatif yang di perlukan oleh
peserta didik atau individu bagi pertumbuhan dan perkembangannya.hubungan dalam
konseling bersifat interpersonal, hubungan yang terjadi dalam bentuk wawancara secara
tatap muka, tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga memperlihatkan semua unsur
kepribadian antara konselor dan paserta didik. Dalam proses konseling kedua pihak harus
menunjukan sifat yang aslinya karena kegiatan konseling di lakukan secara pribadi dan
rahasia (Tim pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Bag 1, 2007: 176).
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik baik individu atau kelompak agar peserta didik itu mandiri dan
berkembang secara optimal.
2. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling:
a. Bimbingan konseling dapat di berikan ke semua peserta didik, baik yang
bermasalah ataupun yang tidak bermasalah.
b. Bimbingan dan konseling bersifat individu. Maksudnya adalah bimbingan
konseling memaksimalkan kelebihan yang dimiiki oleh masing-masing peserta
didik.
c. Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif, dengan kata lain bimbingan
konseling memberikan kekuatan dan kesuksesan sehingga dengan bimbingan dan
konseling dapat membangun pandangan, memberikan dorongan dan peluang
kepada peserta didik untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseing merupakan tugas bersama. Tugas-tugas ini deberikan
kepadakepla sekolah dan guru-guru lain, bukan hanya merupakan beban dari guru
yanag mengampu mata pelajaran bimbingan dan konseling.
e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling memiliki peran membarikan informasi dan
nasehat kepada peserta didik dalam pengambilan keputusan.
f. Bimbingan don konseling berlangsung dalam berbagai aktivitas kehidupan. Sehinga
bimbingan dan konseling dikatakan bersiifat multi aspek yaitu aspek pribadi, sosial,
pekerjaan dan belajar ( Bakar, Abu.2010 : 36).
3. Fungsi bimbingan dan konseling
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari manfaat melalui pelayanan tersebut
antara lain:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi yang membantu peserta didik untuk mengenali
potensi yang dimiliki, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya.
b. Fungsi pencegahan. Fungsi ini berguna untuk mengantisipasi berbagai masalahyang
mungkin akan terjadi dan bagaimana cara pencegahannya.
c. Fungsi pengembangan. Konselor beserta guru yang lain bekerjasama dalam
merumuskan dan menjaankan program bimbingan sehingga peserta didik dapat
mencapai tugas perkembangannya.
d. Fungsi pengenasan. Tujuannya adalah memberikan bantuan kepada peserta didik
yang mengalami masalah yang menyangkut semua aspek.
e. Fungsi penyaluran. Salah satu tujuan dari fungsi ini adalah membantu peserta didik
dalam memilih ekstra kurikuler dan memilih jurusan.
f. Fungsi adaptasi. Fungsi ini membantu konselor, guru atau dosen dalam
mengadaptasikan program pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan dan keperluan peserta didik.
g. Fungsi penyesuaian. Fungsi ini membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan
diri terhadap program sekolah, peraturan sekolah secara dinamis dan konstruktif
(Bakar, Abu. 2010 : 38).
4. Tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan dari bimbingan konseling menurut hamrin adalah membantu peserta
didik dalam membuat keputusan, penyesuaian dalam hubungannya dengan situasi
tertentu. Sedangakan tujuan bimbingan konseling menurut Myer adalah untuk
pengembangan yang mengarah pada perubahan positif pada diri peserta didik.Dari
beberapa rumusan tujuan bimbingan konseling di atas dapat dijelasan lebih rinci
sebagai berikut:
a. Pemahaman. Pemahaman disini lebih mengarah kepada bagaimana cara peserta
didik mengkontrol rasional daripada perasaan dan tindakan.
b. Berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini peserta didik dapat membentuk dan
mempertahankan hubungannya dengan orang lain baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
c. Kesadaran diri. Peserta didik diharapkan lebih peka terhadap perasaannya yang
selama ini di pendam.
d. Penerimaan diri. Tujuan ini bermaksud agar peserta didik mengambangkan sikap
positif terhadap diri yang ditandai dengan bagaimana cara menjelaskan kemampuan
yang menjadi subjek kritik atau penolakan.
e. Aktualisasi diri.
f. Pencerahan. Maksudnya dengan adanya pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan peserta didik memiliki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
g. Pemecahan masalah yaitu untuk memecahkan masalah yang tidak bisa di pecahkan
oleh peserta didik itu sendiri.
h. Memiliki keterampilan sosial, dan dapat mempelajari dan menguasai keterampilan
soaial.
i. Perubahan kognitif.
j. Perubahan tingkah laku. Misalnya mengganti pola tingkah laku yang dapat merusak
diri peserta didik.
k. Perubahan sistem.
l. Penguatan. Berhubungan dengan keterampilan, kesadarn dan pengetahuan yang
membat peserta didik mampu mengkontrol pola kehidupannya.
m. Restitusi. Membantu peserta didik untuk melakukan perubahan kecil dari perilaku
yang dapat merusaknya.
n. Reproduksi dan aksi soasial. Membantu peserta didik agar dapat peka dan peduli
terhadap orang lain di sekitarnya.
Dari keterangan diatas, tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah
untuk mebantu individu atau peserta didik memperkembangkan diri secara optimal
sesuai dengan tahap perkembangan yang di miliki dan sesuai dengan bakat, latar
belakang keluarga, serta setatus sosial ekonomi (Bakar, Abu. 2010: 40).
5. Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Lanjutan
Model bimbingan dan konseling di sekolah memiliki asumsi sebagai berikut :
a. Program bimbingan dan konseling adalah suatu keutuhan yang dilakasanakan
secara terpadu dan bekerja sama antara personal bimbingan dan konseling dengan
parsonal sekolah lainnya serta keluarga dan masyarakat.
b. Layanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk semua siswa.
c. Tujuan dari adanya bimbingan dan konseling adalah unutk mengoptimalakan
potensi yang di miliki masing –masing siswa (Bakar, Abu . 2010 : 49).
6. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling
Visi : edukatif, perkembanagan, dan outreach.
Misi : misi pendidikan, misi pengembangan dan misi pengentasan masalah.
7. Personel yang Terlibat dalam Program Bimbingan dan Konseling
Dalam program bimbingan dan konseling personel-personel yang terlibat
didalamnya antara lain : konseor, guru, kepala sekolah, masyarakat, siswa, orang tua
siswa dan masih banyak yang lainnya. Orang tua siswa dan anggota masyarakat
bertugas untuk mengusulkan dukungan kepada konselor. Staf sekolah diberi
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Kegiatan bimbingan dan konseling
disaiakan dalam materi yang tepat sehingga posisi guru tidak digantikan oleh konselor
di kelas (Bakar, Abu. 2010 : 64).
8. Fasilitas yang Diperlukan dalam Bimbingan dan Konseling
Agar bimbingan dan konseling berjalan secara efektif diperlukan ruangan untuk
konseling secara individual. Kantor pusat bimbingan menyediakan perpustakaan dan
data base komputer yang dapat memberi informasi dan bahan perencanaan karir dan
serta kesempatan pendidikan (Bakar, Abu. 2010 : 65).
9. Implementasi Program Bimbingan dan Konseling
Tujuh langkah dalam mengimplementasikan bimbingan dan konseling :
a. Mendiskusikan program dengan konselor atau kepala sekolah serta kepada guru
pembimbing.
b. Mendukung dan mempersiapkan kemampuan yang di perlukan untuk
melaksanaknan program
c. Menyebar luaskan perubahan-perubahan yang di usulkan dalam program tersebut
kepada siswa, masyarakat dan personel yang lain.
d. Melakukan analisis dan pengkajian ulang mengenai keuangan, sumber manusia.
e. Melakukan analisis mengenai berbagai kebutuhan.
f. Mengidentifikasi kemampuan siswa untuk mengembangkan program bimbingan
dan konseling.
g. Membuat evaluasi untuk memilai siswa dan personel bimbingan konseling yang
lain tentang keberhasilan program yang di jalankan (Bakar, Abu . 2010 : 66).
10. Jenis Layanan Konseling Di Sekolah
a. Layanan pengenalan yang di tujukan kepada siswa baru untuk memberikan
pemahaman dan penyesuaian terhadap lingkungan sekolah yang baru
dimasukinya.
b. Layanan penguasaan konten yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa mengenai sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta kemampuan
yang berguna di dalam kehidupan dan perkembangannya.
c. Layanan konseling perorangan yang memungkinkan siswa dapat bercerita
mengenai masalah yang dihadapinya secara tatap muka langsung kapada
konselornya.
d. Layanan bimbingan kelompok yang dimaksudkan untuk memberikan bekal ilmu
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari secara bersama-sama
dengan mendengarkan satu orang narsumber.
e. Layanan konseling kelompok yang bertujuan untuk membantu siswa
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan dinamika kelompok,
f. Layanan konsultasi yang dimaksudkan untuk memberi pengetahuan kepada siswa
mengenai tata cara menyelesaikan masalah pihak ketiga.
g. Layanan mediasi yang dimaksudkan agar siswa yang satu dengan siswa yang lain
memiliki hubungan yang positif dan kondusif (Bakar, Abu. 2010 : 68).
11. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi – Sosial.
Isi layanan dasar tersebut antara lain :
a. Macam-macam kaidah ajaran agama
b. Praktik menjalankan ajaran agama.
c. Contoh-contoh hubungan menurut ajaran agama.
d. Fakta perubahan fisik dan psikis pada remaja.
e. Konsep pola hidup sehat
f. Upaya mengembangkan kondisi hidup sehat.
g. Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial dengan orang
lain.
h. Pengembangan pengaruh positif dan menghindar pengaruh negatif terhadap
perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial dengan orang lain.
i. Konsep kemauan minat dan bakat.
j. Motivasi dan semangat untuk menguasai pengetahuan sesuai dengan program
sekolah, dll (Bakar, Abu.2010 : 77) .
12. Ketentuan, Aplikasi dan Pemasalahan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Ketentuan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia di atur di dalam Undang-Undang
yang berlaku,baik yang tercantum maupun yang dirumuskan secara khusus,
misalnya dalam peraturan pemerintah dan keputusan menteri. Pada tahun 1989
diberlakukan undang-undang No.2/1989 tenteng sistem pendidikan Nasional.
Didalam peraturan tersebut salah satunya memuat peraturan tentang bimbingan
dan konseling yang adakan di sekolah.
Bimbingan dan konseling di sekolah berperan juga dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pelyanan-pelayanan yang di berikan kepada peserta
didik yang digunakan untuk mengembangkan pribadi positif pada dirinya serta
potensi yang dimilikinya.
UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31 ayat :
1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
yang diatur dengan undang-undang.
3) Pemerintah memajukan kebudayaan nasional.
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, diselenggarakan oleh
pejabat fungsional secara resmi yang dinamakan konselor atau guru BK
(Bakar, Abu. 2010 : 83).
F. Sidang Kenaikan Kelas/Kelulusan dan Mutasi
1. Sidang Kenaikan Kelas
Sidang kenaikan kelas dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik
berhak untuk melanjutkan belajar ke tingkat yang lebih tinggi atau tetap.
Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan kenaikan tingkat meliputi :
1. Prestasi Peserta didik.
Peserta didik dapat dinyatakan naik kelas apabila nilainya berada di atas
rata-rata kelas. Jika nilai peserta didik berada di bawah rata-rata kelas maka
peserta didik tidak dapat dinaikkan kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang membolehkan.
2. Waktu Kenaikan Tingkat
Peserta didik hanya akan dapat dinaikkan dengan waktu yang telah
ditentukan. Jika masa kenaikan tingkat belum pada waktunya, maka peserta didik
tidak dapat dinaikkkan dengan sendirinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari
pengadaan pengajaran yang bersifat klasikal.
3. Persyaratan administratif Sekolah.
Persyaratan administratif sekoah merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam penentuan kenaikan kelas peserta didik. Persyaratan administrative
ini berupa presentase kehadiran peserta didik. Peserta didik dinyatakan naik kelas
jika memenuhi persyaratan berdasarkan kebijakan sekolah. Walaupun nilainya di
atas rata-rata, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik kelas,
namun peserta didik dapat dinyatakan tidak naik kelas/ lulus jika absensinya tidak
memenuhi syarat berdasarkan kebijakanaan sekolah, maka yang bersangkutan
juga perlu dipertimbangkan kenaikannya.
2. Mutasi Peserta Didik
Mutasi peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas
yang lain yang berada pada satu tingkatan atau berpindah dari satu sekolah ke
sekolah yang lain yang sejajar. Peserta didik berhak untuk bermutasi atau berpindah
ke sekolah lain sesuai yang diminati dengan persyaratan tertentu sesuai dengan
kebijakan sekolah yang akan menerimanya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
adanya penumpukan hanya pada sekolah tertentu saja (Imron, 2011: 153).
Macam-macam Mutasi
Mutasi Intern
Mutasi Intern adalah berpindahnya peserta didik dari satu kelas ke kelas lain
yang berada dalam satu tingkat, baik yang sama jurusannya atau yang
berbeda jurusannya.
Mutasi Ekstern
Mutasi Intern adalah berpindahnya peserta didik dari satu sekolah ke
sekolah yang lain dalam satu jenis, dan satu tingkatan. Hal ini dilakukan
banyak pada sekolah negeri. Namun pada sekolah swasta perpindahan
peserta didik ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan sering
dilakukan sekolah swasta yang kekurangan peserta didik. Untuk sekolah
negeri, hal ini menjadi persoalan.
(Imron, 2001: 153)
Sebab-Sebab Peserta Didik mutasi :
Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
Peserta didik tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah terebut
Malas
Tidak cocok dengan sekolah tersebut
Ketinggalan pelajaran
(Imron, 2011: 154)
Yang bersumber pada keluarga adalah:
Mengikuti orang tua pindah kerja
Orang tua meminta pindah
Mengikuti orang tua transmigrasi
(Imron, 2011: 154)
Yang bersumber dari sekolah adalah :
Guru sering tidak masuk
Jarak sekolah jauh dan susah dijangkau
Sekolah dibubarkan
Fasilitas sekolah tidak lengkap
(Imron, 2011: 155)
Yang bersumber dari teman sebaya
Bertengkar dengan teman
Diancam oleh teman
Tidak cocok dengan teman
Usia peserta didik sangat berbeda jauh dengan teman sebayanya.
(Imron, 2011: 155)
Yang yang bersumber dari lain-lain:
Sekolah dilanda banjir
Sekolah tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu tua
Terjadinya bencana alam disekitar sekolah
Terjadi peperangan sehingga tidak memungkinkan adanya kegiatan
pembelajaran (Imron, 2011: 154)
BAB III
PENUTUP
manajemen merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih
dengan peraturan yang ditentukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Sedangkan untuk peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengeksplor
dirinya melalui suatu proses pendidikan pada jalur, jenjang maupun jenis pendidikan
tertentu. Oleh karena itu, pengertian manajemen peserta didik yaitu usaha pengaturan yang
ditujukan secara khusus terhadap peserta didik yang berkaitan dengan kegiatan proses
belajar dan beraktivitas dari pertama masuk sekolah sampai lulus.
Manajemen peserta didik ini merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Karena dengan adanya manajemen khususnya manajemen peserta didik, proses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dari suatu lembaga/sekolah untuk peserta didiknya.
Manajemen peserta didik meliputi banyak hal, diantaranya yakni, mengatur tentang
penerimaan peserta didik baru dan mencakup pula tentang bimbingan konseling bagi peserta
didik. Selain itu, ketatausahaan peserta didik tersebut juga termasuk kedalam manajemen
peserta didik. Ada pula mengenai sidang kenaikan kelas dan mutasi peserta didik semuanya
dimasukkan kedalam manajemen peserta didik tersebut. Jika tidak ada manajemen pesrta
didik dalam sekolah, maka proses pendidikannya di sekolah tersebut tidak akan teratur dan
tidak tercapai tujuan yang diharapkan.
Daftar Pustaka
Bakar, Abu. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktek. Bandung :
Citapustaka Media Perintis.
Gunawan, Ari H. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta :PT Rineka Cipta.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Bumi Aksara.
Subroto, Suryo. 1988. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakara:PT Bina Aksara.
(Pidarta, 1988: 4).
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bag 1 FIP-UPI :
PT. Imperial Bhakti Utama