Proyek Tol Penuh Titik Rawan
SEMARANG - Proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo terus menemui hambatan. Sebab,
lokasinya penuh titik rawan keretakan. Bukan hanya di seksi I, ruas Semarang-Ungaran, yang
terbaru juga terjadi di jalur UngaranBawen (seksi II).
Di ruas tol di KM24+800, Lingkungan Beji, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang terjadi
keretakan dan ambles. Kerusakan tersebut terjadi sebelum jalan difungsikan atau dibuka untuk
umum.
Menurut rencana ruas Ungaran-Bawen itu akan dipakai untuk menampung arus mudik dan balik
Lebaran. Anggota Komisi D DRPD Jateng Hadi Santoso menilai keretakan dan amblesnya ruas
tol di Beji ini terjadi ketika intensitas hujan tinggi. Kondisi serupa juga terjadi saat Jembatan Tol
Penggaron, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang mengalami keretakan.
“Amblesnya jalan tol di KM24+800 lingkungan Beji dan beberapa kali keretakan di Jembatan
Penggaron itu terjadi saat intensitas hujan tinggi. Ketika kadar air tinggi maka proses settlement
(pemasatan/penurunan tanah) akan sangat besar,” jelas alumnus Teknik Sipil Undip Semarang
usai memantau keretakan jalan tol di Beji, Jumat (28/6).
Penurunan Tanah
Dia mengatakan, penurunan tanah ini membuat ruas jalan tol rawan keretakan. Sebagaimana
diberitakan sebelumnya, beberapa titik badan jalan tol Semarang-Ungaran juga pernah
mengalami keretakan. Kejadian ini terjadi dalam rentang waktu berbeda, sejak Maret 2011
hingga April 2013.
Misalnya, tiga pilar Jembatan Tol Penggaron mengalami keretakan akibat pergerakan tanah.
Keretakan di pilar tiga (Maret 2011), pilar empat (April 2011), dan pilar lima (Mei 2011). Pada
badan jalan tol Semarang-Ungaran di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ungaran Timur, tepatnya
50 meter selatan Jembatan Penggaron juga pernah retak.
Menurut Hadi, kepadatan tanah di lokasi amblesan di KM24+800 ini kurang dari 96 persen,
sedangkan penurunan tanahnya mencapai hingga 1,5 meter. “Bisa jadi karena lokasinya
merupakan lahan urukan (cut and fill), sehingga faktor porositas tanah menyebabkan konstruksi
sangat labil,” tandas politikus PKS itu.
Dia mengatakan, karena kerusakan itu terjadi pada masa pengerjaan sehingga bisa langsung
diperbaiki.
Meski demikian, perbaikan tersebut secara teknis membutuhkan upaya keras, mengingat cuaca di
Semarang kini sedang ekstrem. Pihaknya mengimbau kontraktor segera bertindak cepat, salah
satunya dengan membuat drainase vertikal dan horisontal untuk mengurangi pergerakan tanah.
Dia meminta PT Trans Marga Jateng (TMJ) bisa lebih waspada dan mengecek semua ruas tol.
Hal ini penting, supaya pada H-10 Lebaran, jalan sudah siap dan aman dilewati kendaraan. Dia
berharap pemerintah maupun TMJ jujur saat pengoperasian tol, yakni dengan dilengkapi rambu-
rambu, seperti petunjuk titik jalan yang rawan pergerakan tanah atau longsor.
Ketua Komisi D DPRD Jateng Alwin Basri menegaskan tidak mau berkompromi dengan
kerusakan badan tol tersebut. TMJ diminta memberikan kenyamanan dan keselamatan terhadap
pengguna jalan tol. “ Jalan tol juga harus diselesaikan sebelum Lebaran. Ini untuk mengurai
kemacetan arus mudik di jalur utama Semarang- Bawen,” tandas politikus PDIP.
Anggota Komisi D Abdul Aziz menduga ruas tol bisa ambles karena pondasi di bawah bergeser.
”Kalau tekanan tanah saja tentu tidak akan berpengaruh dengan amblesnya tol. Apalagi betonnya
cukup tebal,” katanya.
Sementara itu, sejumlah pekerja terlihat masih membongkar lantai dasar tol seluas 40 meter
persegi. Di lantai dasar itu terdapat retakan lebarnya sekitar dua centimeter dengan rekahan
beberapa meter. Adapun, posisi lantai ini berada di bawah cor beton berlapis aspal yang sudah
dibongkar lebih awal. Kondisi keretakan pada lantai ini lebih besar dibandingkan cor beton yang
memperlihatkan keretakan rambut.
Direktur Teknik dan Operasi PT TMJ Ari Nugroho membantah adanya keretakan dan amblesnya
badan tol di KM24+800. Sebab, di ruas paket 3 Ungaran-Beji ini sedang dalam proses serah
terima hasil pekerjaan dari pihak kontraktor pelaksana ke TMJ. Di mana, pekerjaan itu tidak
memenuhi persyaratan dari hasil evaluasi dan pengujian ketidakrataan permukaan jalan (IRI/
International Roughness Index- ) saat proses serah terima.
“Kontraktor pelaksana diperintahkan untuk menyempurnakan atau memperbaiki agar lokasi
tersebut memenuhi persyaratan IRI. Ada beberapa alternatif perbaikan, di antaranya bongkar dan
pasang serta bisa juga dengan perataan,” ungkapnya. Dia mengatakan, penyempurnaan itu
dipastikan selesai sebelum arus mudik dan balik Lebaran.
Rawan Patahan
Tepisah, dosen Jurusan Geologi Fakultas Teknik Undip Fahrudin ST MT mengungkapkan ruas
jalan tol Ungaran-Bawen Km 24-800 merupakan jalur rawan patahan. Selain itu, struktur
tanahnya juga terbentuk dari formasi bebatuan lempung. ‘’Dengan demikian, lokasi tersebut
rawan ambles,’’ katanya.
Dia mengatakan, perlu dilakukan identifikasi sebagai dasar mengambil tindakan lebih lanjut
untuk menangani kerusakan tersebut.
Sementara itu, pakar geologi Prof Dr Ir Sari Bahagiarti K MSc menyatakan secara teoritis
amblesan disebabkan beberapa hal. Pertama, jalan dibangun pada lereng yang berpotensi
longsor.
Kedua, pembangunan jalan melewati sesar (patahan) yang aktif. Ketiga, bagian bawah
penyangga batuan yang menjadi landasan jalan terdapat lapisan lempung yang plastis atau jalan
langsung bertumpu pada lapisan lempung.
“Jika ada lapisan lempung, baik di bagian bawah jalan atau di bagian bawah batuan yang
menjadi landasan jalan akan sulit stabil. Karena lapisan lempung itu melenyek,” kata Wakil
Rektor I UPN itu. Selain itu, kata dia, faktor curah hujan juga akan mempercepat longsor.
Dia mengatakan, ada beberapa solusi. Namun, hal itu harus dilakukan sebelum jalan dibangun.
Untuk sesar atau patahan aktif, jelas tidak mungkin dipaksakan, kecuali mengubah jalur jalan.
“Kalau tidak di patahan aktif, bisa ditambahkan geotekstil supaya landasan atau fondasi punya
penguat geser. Jika sudah melewati patahan aktif, sudah tidak bisa melawan kehendak alam,”
ungkapnya. http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2013/06/29/229313
Solusi
Sebuah pembangunan yang tidak memperhatikan dari segi geologis akan berdampak demikian,
retak yang terjadi pada jembatan tersebut merupakan dampat adanya pergerakan tanah dibawah
bangunan jalan tol tersebut, namun pada kenyatannya sang kontraktor hanya membangun tiang
pancang dengan perhitungannya sendiri, sehingga hal tersebut membuat kerusakan pada badan
tol terus terjadi.
Pada kasus diatas, solusi terbaik yang digunakan untuk pembangunan proyek jalan tol tersebut
yaitu :
1. Mengukur kekuatan tanah pada daerah yang mengandung serpih atau yang sering
bergerak dengan menggunakan sondir (CPT) atau pun dengan Standard Penetration Test
(SPT)
2. Setelah diketahui kekuatan naha daerah tersebut, ukur kedalaman lapisan yang
mengandung serpih (shale).
3. Ketebalan shale digunakan untuk menentukan seberapa banyak volume semen digunakan
dalam metode Grouting.
4. Gunakan grouting pada titik titik yangtelah ditentukan pada daerah “labil” sehingga
memperkuat perlapisan yang mengandung shale.
5. Ukur kembali dengan menggunakan SPT sehingga hasil ketukan pada lapisan
memperoleh hasil yang kuat untuk dibangun tiang pancang.
6. Bangun tiang pancang pada daerah tersebut
7. Bangun Jalan tol
8. Selesai.