1
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI PERUMNAS TOKOJO
KIJANG KOTA
RT 05 RW 013
NASKAH PUBLIKASI
RADELLA RIZKI PRATIWI
NIM : 100569201109
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI PERUMNAS TOKOJO
KIJANG KOTA
RT 05 RW 013
RADELLA RIZKI PRATIWI
Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH
Manusia dan lingkungan pada hakekatnya ibarat satu bangunan yang
seharusnya saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada
lingkungan, sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Peran
perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak, ruang untuk
keterlibatan secara lebih mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan
sering tidak dilibatkan dalam sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap
sumber daya alam yang menopang kehidupan mereka. Perempuan menjadi garda
terdepan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dimulai dari tingkatan
keluarganya, hingga mengambil peran penting dalam mengelola aset alam.
Meningkatkan peran serta perempuan merupakan langkah yang perlu mendapat
perhatian agar perempuan mampu untuk berperan sebagaimana lawan jenisnya
dalam setiap kegiatan di masyarakat.
Tujuan dalam penelitia ini yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui
Pemberdayaan Perempuan Dalam Menjaga Lingkungan Di Perumnas Tokojo
Kijang Kota RT 05 RW 013. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik
deskriptif kualitatif dengan mengacu kepada konsep Kabeer (dalam Agus : 2009 :
35-37). Informan yang dipilih dengan perempuan yang aktif dalam pengurus Bank
Sampah yaitu berjumlah 8 di Bank Sampah di Perumnas Tokojo. Setelah data
terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data
deskriptif kualitatif.
Dari penelitian pada Bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pemberdayaan perempuan dalam menjaga lingkungan melalui program
bank sampah ini telah memperlihatkan bahwa para perempuan ini sudah berperan
aktif melalui kegiatan yang dibuat oleh pemerintah yaitu bank sampah. Melalui
program ini pemerintah juga berharap para perempuan ini mendapatkan
kesetaraan dalam pelayanan dan kemudahan yang diberikan oleh pengurus bank
sampah. Partisipasi para perempuan ini sangat besar, karena bisa kita lihat pada
jumlah perempuan dibandingkan jumlah laki-laki yang ikut program bank sampah
ini
Kata Kunci : Pemberdayaan, Perempuan, Lingkungan
3
ECONOMIC EMPOWERMENT OF WOMEN'S SMALL BUSINESS GROUP BY
THE FISHERIES AGENCY AND THE MARITIME DISTRICT ANAMBAS IN
KELURAHAN LETUNG SUB COUNTY ANAMBAS JEMAJA
RADELLA RIZKI PRATIWI
Students Of Sociology, FISIP, UMRAH
Humans and the environment in fact like one building that should
corroborate because the man is very dependent on the environment, while
environmentalists also relies on human activity. The role of women in preserving
the environment is indeed not many, space for involvement in more depth is also
considered adequate yet. Women are often not involved in most of the policy and
control over the natural resources that sustain their lives. Women became the
leading guard in environmental preservation efforts started from the level of the
family, to take an important role in managing natural assets. Enhancing the role
of women is a step that needs to be concentrated in order for women to be able to
play a role as opposed to type in any of the activities in the community.
The goal in this is to know penelitia to know the empowerment of women
in maintaining the environment in Perumnas Tokojo Deer City RT 04 RW 013.
The discussion in this thesis using a descriptive qualitative techniques with
reference to the concept of Kabeer (Agus: 2009:35-37). Informants are chosen by
women who are active in the Executive Board of the Bank Trash that is numbered
8 in the Bank trash in Perumnas Tokojo. After the data is collected then data in
this study were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques.
From research in the previous chapter, it can be drawn the conclusion
that the empowerment of women in safeguarding the environment through waste
bank program has demonstrated that these women already play an active role
through the activity created by the Government, namely the bank trash. Through
this program the Government hopes these women get equality in services and
convenience provided by the bank trash. The participation of these women is
enormous, as we can see in the number of women compared to the number of men
who participate in this garbage bank program
Keywords: Empowerment, Women, Environmental
4
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI PERUMNAS TOKOJO
KIJANG KOTA
RT 05 RW 013
A. Latar Belakang
Lingkungan diciptakan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dapat
dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Sebagai satu kesatuan, manusia dan
lingkungan (yang termasuk di dalamnya tumbuhan, hewan, jasad renik dan
sebagainya) hidup berdampingan dan saling berinteraksi. Interaksi manusia
dengan lingkungannya merupakan suatu proses yang wajar. Hal ini disebabkan
karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk
keberlangsungan hidupnya.
Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup seperti semakin
memburuknya kondisi bumi mulai banyak mendapatkan perhatian dari berbagai
kalangan. Sebagai negara berkembang, kerusakan lingkungan di Indonesia secara
luas dan massif terjadi sejak tiga dekade terakhir yang ditandai dengan lahirnya
tiga UU yang membuka peluang eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara
besar-besaran. Ketiga UU tersebut adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah
tahun 1999), UU Pertambangan tahun 1967, serta UU Penanaman Modal Dalam
dan Luar Negeri tahun 1967.
Sejak adanya Undang-Undang tersebut maka berturut-turut masuklah
investor asing untuk mengeruk sumber daya alam tanpa peduli dengan akibat dari
eksploitasi yang dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan
hidup terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kerusakan
5
lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an. Namun demikian, kini mulai
muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan
Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009.
Manusia dan lingkungan pada hakekatnya ibarat satu bangunan yang
seharusnya saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada
lingkungan, sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Namun
dilihat dari sisi manusia maka lingkungan adalah sesuatu yang pasif, sedang
manusialah yang aktif, sehingga kualitas lingkungan amat bergantung pada
kualitas manusia. Sasaran kebijakan lingkungan hidup adalah merupakan
perwujudan dari pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat.
Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan
perempuan. Sejatinya perempuan merupakan agen perubahan dan memberi
pengaruh besar terhadap kualitas lingkungan hidup. Banyak hal yang dapat
dilakukan oleh perempuan terkait hubungannya dengan pengelolaan lingkungan.
Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, mereka lebih banyak
berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam. Dampak kerusakan
lingkungan pun lebih sering dirasakan oleh perempuan.
Posisi yang masih belum juga menguntungkan membuat perempuan
acapkali dipandang sebelah mata. Rentannya posisi ini diakibatkan oleh kuatnya
dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini
membuat tergesernya kedaulatan perempuan dalam mengelola aset alam. Prinsip
6
kesetaraan gender yang akhir-akhir ini marak diusung oleh beberapa kalanganpun
ternyata masih belum sepenuhnya mampu mengangkat perempuan dari
ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan.
Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak,
ruang untuk keterlibatan secara lebih mendalam juga dirasa belum memadai.
Perempuan sering tidak dilibatkan dalam sebagian besar kebijakan dan kontrol
terhadap sumber daya alam yang menopang kehidupan mereka. Secara historis,
kondisi geografis Nusantara yang didominasi oleh pegunungan dan berbentuk
kepulauan, membatasi perempuan Indonesia untuk mengambil peran di luar
rumah. Hal ini kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang terus menerus
diturunkan kepada generasi berikutnya, hingga menjadikannya sebagai pakem dan
budaya.
Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadi
bagian yang tak terpisahkan dengan program pembangunan nasional baik jangka
pendek, menengah, dan panjang. Pada hakikatnya setiap tujuan dan target MDGs
telah sejalan dengan program pemerintah jauh sebelum MDGs menjadi agenda
pembangunan global dideklarasikan. Pemerintah Indonesia mengklaim target
MDGs hampir semuanya tercapai salah satunya adalah memberikan ruang kepada
perempuan untuk lebih lagi berkontribusi, Untuk itu semuanya diperlukan inovasi
atas pelaksanaan MDGs dengan membuka kesempatan kepada pihak-pihak terkait
seperti kepala daerah, lembaga masyarakat untuk ikut berpartisipasi mewujudkan
target dan tujuan MDGs.
7
Mengikutsertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah agar
perempuan memahami betapa pentingnya lingkungan, dengan demikian mereka
akan mempunyai andil besar untuk memelihara dan menjaga kebersihan
lingkungan dari lingkup yang paling kecil. Namun bukan berarti perempuan yang
belum terlibat dalam pelestarian lingkungan tersebut tidak tergerak atau acuh
terhadap permasalahan lingkungan, bisa jadi karena keterbatasan pengetahuan dan
akses yang mereka miliki.
Permasalahan lingkungan yang sekarang terjadi salah satunya adalah
permasalahan sampah, yang kian hari terus menumpuk jumlahnya dan masih
belum juga ditemukan solusinya secara global. Penanganan sampah yang ada
selama ini selalu bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yakni
memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang lain (TPS/TPA).
Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan memindahkan masalah
dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus menerus dilakukan maka
tak heran jika beberapa dekade kedepan lingkungan hidup kita akan dipenuhi
tumpukan sampah.
Perempuan sebagai individu dalam rumah tangga dapat menerapkan pola
hidup hijau atau berwawasan lingkungan. Selama ini partisipasi perempuan dalam
pengelolaan lingkungan hidup belum optimal mengingat adanya pandangan
bahwa adanya hambatan fisik bagi perempuan untuk melakukan pengelolaan
lingkungan hidup, serta kebijakan publik pengelolaan lingkungan hidup yang
8
belum pro gender. Hal tersebut mengakibatkan perempuan tidak mempunyai
posisi tawar dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Gender seringkali disamakan maknanya dengan pembedaan jenis
kelamin antara perempuan dan laki-laki. Namun sejatinya, isu gender berkaitan
dengan peran, posisi dan tanggung jawab perempuan maupun laki-laki di dalam
masyarakat dan hubungan peran-peran tersebut. Peran antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat dalam isu gender dapat dipertukarkan. Penggunaan
wawasan gender berdasarkan pada realitas bahwa selama ini akses,
peran/partisipasi serta kontrol perempuan dalam pengelolaan lingkungan dianggap
belum optimal. Perempuan seringkali berperan sebagai pelaku pencemaran
sekaligus lebih banyak terkena dampak langsung dari pencemaran lingkungan
tersebut.
Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah keterkaitan perempuan
dalam lingkungan hidup merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Perempuan dalam kesehariannya cenderung lebih dekat dengan lingkungan.
Sehingga saat ini banyak perempuan yang turun langsung dan aktif dalam
kegiatan pengelolaan lingkungan. Dalam perannya sebagai pengelola rumah
tangga, mereka lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya
alam. Dampak kerusakan lingkungan pun lebih sering dirasakan oleh perempuan.
Contoh sederhana adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih
dirasakan kaum perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam
rumah tangga.
9
Perempuan sebagai bagian dari masyarakat harus mampu ikut berperan
dalam pengawasan timbulnya kerusakan lingkungan hidup yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab harus juga menjadi perhatian kaum perempuan.
Pemahaman perempuan tentang lingkungan hidup merupakan pengetahuan yang
wajib dimiliki oleh perempuan, sehingga perempuan dapat tanggap terhadap
lingkungannya.
Perempuan diharapkan dapat proaktif jika telah terjadi ketidakadilan
dalam bentuk pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Melalui kelompok di
luar pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat, perempuan dapat aktif
mengawasi terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Perempuan adalah bagian
dalam keluarga yang mempunyai peran untuk menjadi pendidik sekaligus pelaku
pertama yang memahami bagaimana menjaga kualitas hidup melalui terciptanya
lingkungan hidup yang sehat di lingkungan keluarga. Oleh sebab itu
pemberdayaan perempuan tentang lingkungan hidup perlu diberikan kepada
perempuan.
Melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah satu
cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang lebih
baik di masa mendatang. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di
kehidupan rumah tangga, sehingga mereka akan lebih mudah mengorganisir
gerakan-gerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangganya masing-masing.
Selain itu perempuan atau ibu merupakan media edukasi pertama bagi anak-anak.
10
Melalui ibu, pendidikan dan penyadaran mengenai kepedulian terhadap
lingkungan dapat ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Dan jika nantinya
kebiasaan dan kesadaran ini mengakar dalam diri anak-anak, maka pada masa
depan akan terbentuk generasi yang peduli pada lingkungan. Berangkat dari
kesadaran tersebut, maka di Perumnas Tokojo Kijang Kota RT 05 RW 013
dibentuklah sebuah program Bank Sampah yang kemudian dikenal dengan nama
Bank Sampah Bintan Timur (BSBT). Bank sampah memiliki program unggulan
salah satunya adalah G-3M (Gerakan Menabung, Memilah dan Me-reuse Sampah)
sesuai dengan UU No 81 Tahun 2012, yang lebih dominan beranggotakan
perempuan-perempuan berlatar belakang sebagai ibu rumah tangga di daerah
tersebut. Rasa keprihatinan melihat kondisi lingkungan ditambah pula kondisi air
laut yang tercemar oleh tumpukan sampah di tepian pantai, menjadi alasan kuat
pembentukan program tersebut. Dengan dibantu oleh Pemerintah dan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) bank sampah dirasakan mampu menjawab krisis
lingkungan melalui tindakan nyata yang melibatkan masyarakat secara langsung,
khususnya perempuan.
Perempuan menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup dimulai dari tingkatan keluarganya, hingga mengambil peran penting dalam
mengelola aset alam. Meningkatkan peran serta perempuan merupakan langkah
yang perlu mendapat perhatian agar perempuan mampu untuk berperan
sebagaimana lawan jenisnya dalam setiap kegiatan di masyarakat. Perempuan
selama ini banyak dilibatkan pada kegiatan domestik mulai dari penyediaan air
bersih, pengelolaan tugas-tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci,
11
berbelanja kebutuhan rumah tangga. Tugas-tugas yang kurang memiliki makna
ekonomi sehingga perempuan menjadi kelompok yang terikat dalam
ketergantungan dengan laki- laki. Laki-laki yang banyak bergerak pada kegiatan
produktif dan mempunyai nilai ekonomi. Sejak disadari betapa pentingnya
melibatkan perempuan untuk mengelola lingkungan karena sifat yang dimiliki
perempuan yakni ketelatenan, ketekunan, dan memiliki kegiatan yang terkait
langsung dengan lingkungannya maka muncul gagasan untuk melibatkan
perempuan dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan mulai dari
lingkup mikro sampai lingkup makro.
Bank sampah adalah tempat untuk mengumpulkan berbagai macam
sampah yang telah dipisah-pisahkan sesuai dengan jenisnya untuk disetorkan ke
tempat bengkel kerja lingkungan atau yang lebih akrabnya disebut Bank Sampah,
hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat diambil atau dicairkan dalam
jangka waktu tertentu dengan mengadopsi prinsip perbankan, jadi penyetor
sampah akan mendapat buku tabungan. Bank Sampah merupakan salah satu
alternatif mengajak warga untuk peduli dengan sampah dan permasalahannya.
Bank sampah merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah berbasis rumah
tangga, dengan memberikan imbalan berupa uang tunai ataupun voucher kepada
warga yang memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.
Berdasarkan data yang di dapat jumlah warga yang turut serta dalam
program bank sampah di perumnas Tokojo adalah 38 orang dimana laki-laki
berjumlah 3 orang dan perempuan berjumlah 35 orang. Masyarakat yang turut
andil dalam pengelolaan lingkungan di bank sampah tersebut dikatakan sebagai
12
nasabah. Nasabah inilah yang kemudian mengantarkan sampah-sampah yang
didapat ke bank sampah yang ada.
Bank sampah ini tidaklah sekedar untuk mencari keuntungan semata,
melainkan lebih berorientansi pada sosial kemasyarakatan melalui pemberdayaan
masyarakat. Sampah yang dikelola di bank sampah paling banyak berasal dari
sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak langsung bank sampah telah
membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal pengelolaan sampah. Di
samping itu, bank sampah juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan
dan masyarakat luas di Perumnas Tokojo tentang pengelolaan sampah yang benar
dan bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Manfaat Bank Sampah
adalah mengurangi jumlah sampah di lingkungan masyarakat, menambah
penghasilan bagi masyarakat, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dan
memupuk kesadaran diri masyarakat akan pentingnya menjaga dan menghargai
lingkungan hidup.
Berdasarkan beberapa penelitian tentang lingkungan perempuan dapat
berperan sebagai perubahan yang dapat merespons perubahan lingkungan dengan
lebih baik daripada laki-laki karena sifat memeliharayang dimiliki perempuan.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
permasalahan ini secara mendalam dengan judul : PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DALAM MENJAGA LINGKUNGAN DI PERUMNAS
TOKOJO KIJANG KOTA RT 05 RW 013.
13
B. Landasan Teoritis
Pengertian Operasional adalah konsep yang bersifat abstrak untuk
memudahkan pengukuran suatu variabel. atau operasional dapat diartikan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan penelitian. Berikut
konsep operasional dalam penelitian ini :
a. Pemberdayaan perempuan dalam penelitian ini adalah proses kepada
perempuan agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi perempuan
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan
hidupnya dan pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau para
perempuan yang tertinggal. Pemberdayaan perempuan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan
sampingan sehingga adanya pemberdayaan dapat menambah penghasilan dan
manfaat lingkungan.
b. Dalam konsep operasional mengacu pada Kabeer (dalam Agus : 2009 : 35-37)
menyatakan bahwa dalam penelitian ini ada 5 hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberdayaan perempuan, yaitu sebagai berikut :
1. Welfare (Kesejahteraan)
Adanya keinginan kuat untuk menjalani kegiatan di luar rumah dan ikut
menyuarakan pengadaan program penyelamatan lingkungan sekitar,
maksudnya diawal pembentukan para perempuan Perumnas Tokojo ikut
serta dalam mencanangkan program Bank Sampah yang dirasa merupakan
solusi tepat dalam permasalahan pengelolaan sampah di tempat tinggal
mereka. Kesejahteraan yang di dapat dari bank sampah termasuk dalam
14
bentuk “Adaptasi” atau penyesuaian dari lingkungannya serta
memanfaatkan lingkungan agar perempuan dapat survive serta mampu
mengembangkan keterampilan yang ada didalam jati diri masing-masing
perempuan atau masyarakat. Kesejahteraan dalam penelitian ini adalah
para perempuan khususnya ibu rumah tangga bisa lebih mandiri dan
membantu keluarga seperti menggunaka uang sendiri untuk berbelanja
keperluan sehari-hari, kemudian membantu membayar uang sekolah,d an
keperluan lainnya.
2. Access (Akses)
Pemerintah memberikan kuasa kepada perempuan Perumnas Tokojo agar
dapat turut andil dalam menjaga lingkungan sebagai bentuk
pengaktualisasian diri serta mendapatkan akses secara keseluruhan bagi
perempuan perumnas tokojo yang ada di dalam bank sampah. Akses
termasuk dalam salah satu poin “Goal ttainment atau pencapaian tujuan
utama dari sistem sosial. Akses dalam penelitian ini adalah kemudahan
para perempuan mengikuti program Bank sampah, seperti jarak yang
dekat, kemudian adanya kendaraan yang menjemput sampah tersebut.
tidak hanya itu akses juga berhubungan dengan peluang pasar yang
mereka dapatkan dari kegiatan lain dari bank sampah yaitu daur ulang
sampah.
3. Consientisation (Konsientisasi)
Adanya keterlibatan para perempuan Perumnas Tokojo dalam program
Bank Sampah dan menjadikan mereka sebagai penggerak utama program
15
itu sendiri, sehingga mereka mempunyai andil besar untuk memelihara dan
menjaga kebersihan lingkungan, namun dengan sama sekali tidak
melalaikan pekerjaan rumah tangganya, merupakan bentuk dari poin
“Integrasi” yang timbul dari dalam diri masyarakat itu sendiri untuk
melakukan perubahan.
4. Partisipation (Partisipasi)
Keterlibatan perempuan Perumnas Tokojo secara langsung dalam semua
tahapan program Bank Sampah, mulai dari pengkajian kebutuhan,
identifikasi permasalahan, perencanaan, implementasi hingga
monitoring/evaluasi program berkala. Termasuk dalam bentuk “Latensi”
atau pemeliharaan pola sehingga keikutsertaan perempuan di dalam
program bank sampah dapat mempertahankan diriya sehingga mampu
mengembangkan keterampilan yang ada didalam diri masing-masing dari
mereka.
5. Equality of Control (Kesetaraan dalam kekuasaan)
Tidak diberlakukannya pembedaan pencatatan, pembatasan volume
pengumpulan dan penjualan sampah serta tidak adanya pembedaan pada
saat bagi hasil penjualan sampah antara perempuan dan laki-laki,
merupakan kaitan dari “Latensi” atau pemeliharaan pola karena sistem
harus mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam keadaan seimbang.
16
C. Hasil Penelitian
1. Welfare (Kesejahteraan)
Dari hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut, diketahui
bahwa manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh nasabah bank sampah yaitu
mereka mendapatkan uang dari hasil setoran sampah yang mereka kumpulkan dan
lingkungan mereka menjadi bersih dan sehat. Tentunya banyak sekali manfaat
yang didapat dari program bank sampah tersebut selain menambah penghasilan
mereka. Mereka bisa terhindar dari berbagai macam penyakit yang mengancam
apabila lingkungan mereka bersih. Mereka juga mengaku bisa menabung sedikit
demi sedikit untuk membayar uang sekolah anak-anak mereka. Ada juga suami
dan istri mengikuti program ini agar mereka mendapatkan penghasilan lebih. Saat
ini kita sudah melihat pemerintah sudah cukup banyak berbuat untuk
meningkatkan peran wanita dalamkeluarga. Di bidang ekonomi dan pendidikan
anak, misalnya berbagai usaha telah dilakukan, baik melalui penyuluhan maupun
bimbingan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Secara sosiologis dapat dipahami bahwa ibu atau perempuan adalah orang
yang paling mengerti kondisi dan kebutuhan keluarganya. Dalam skala yang lebih
luas berarti yang paling mengerti akan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya.
Lebih jauh, mereka pula lah yang paling sensitif terhadap berbagai hal yang
menimpa masyarakatnya. Jika hal ini dapat diterima, maka tentu saja mereka
pulalah yang paling bertanggungjawab terhadap masyarakatnya. Faktor tersebut
memperlihatkan pentingnya perempuan dalam pengoptimalan peran dalam
mengelola sampah sebagai perwujudan pelestarian lingkungan.
17
2. Access (Akses)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka diketahui bahwa
jarak bank sampah yang ada di Tokojo masih mudah untuk di akses masyarakat
dengan jarak tempuh yang mudah seperti jalan yang tidak terlalu jauh, kemudian
disiapkan alat pengankut sampah seperti gerobak maupun kaisar. Sehingga para
ibu bisa menjangkau bank sampah tersebut. Sama seperti di bank-bank
penyimpanan uang, para nasabah dalam hal ini masyarakat bisa langsung datang
ke bank untuk menyetor. Bukan uang yang di setor, namun sampah yang mereka
setorkan. Sampah tersebut di timbang dan di catat di buku rekening oleh petugas
bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang di sebut dengan tabungan sampah.
isi tabungan tersebut bisa ditarik sewaktu-waktu.
Para perempuan di Bank Sampah Tokojo ini tidak hanya mendapatkan
manfaat uang tetapi juga mereka bisa mendapatkan ilmu seperti mendapatkan
pelatihan membuat sampah daur ulang kemudian cara pemasaran. Hal ini di
dukung oleh pemerintah sepenuhnya. ecara garis besar, daur ulang adalah proses
pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru
untuk proses produksi. Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus
menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang
sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama,
atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama.
Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses
pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan
kembali material menjadi produk yang berbeda
18
3. Consintisation (Konsientisasi)
Para perempuan ini merasakan adanya kesadaran untuk peduli terhadap
sampah, dan mendukungnya lewat program Bank sampah. Sistem kerja bank
sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan
reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.
Konsep bank sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa
sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga
bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat. Metode bank
sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat khususnya perempuan
agar peduli terhadap kebersihan.
4. Participation(Partisipasi)
Dari wawancara dapat dianalisa bahwa perempuan memang lebih banyak
ikut serta dalam kegiatan yang dibuat oleh program bank sampah ini. Mereka
sudah mengikuti program bank sampah ini sejak pertama kali bank sampah
terbentuk di lingkungan mereka. Para perempuan ini umumnya adalah ibu rumah
tangga yang ingin berpartisipasi langsung dalam menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat. Adanya dorongan dari dalam diri mereka membuat para
perempuan ini lebih banyak berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan yang
dibuat oleh pemerintah. Sementara itu, peningkatan peran wanita dalam
masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita diberbagai
sektor pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di berbagai bidang
terutama pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, kependudukan dan keluarga
19
sejahtera telah berhasil meningkatkan kualitas wanita sehingga peranannya dalam
pembangunan lebih nyata.
5. Equality of control (Kesetaraan Dalam Kekuasaan)
Dari beberapa hasil wawancara dengan para nasabah bank sampah tersebut
dapat dianalisa bahwa para nasabah bank sampah diperlakukan sama saja oleh
pengurus mengenai pelayanan dan kemudaha-kemudahan yang diberikan bank
sampah walaupun mereka itu laki-laki ataupun perempuan. Terwujudnya
kesetaraan dan keadilan ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses,
kesempatan berpartisipasi atas pembangunan serta memperoleh manfaat dan
kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan mengambil keputusan sehingga
memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Diakui atau tidak pada saat
ini peranan wanita sangatlah besar dalam berbagai bidang, baik dalam peran
pendidikan, sosial budaya, ekonomi. Rumah tangga sebagai bagian terkecil dari
masyarakat merupakan sebuah tempat yang sangat efektif berkaitan dengan
membangun kesadaran lingkungan.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dari penelitian pada Bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pemberdayaan perempuan dalam menjaga lingkungan melalui program bank
sampah ini telah memperlihatkan bahwa para perempuan ini sudah berperan aktif
melalui kegiatan yang dibuat oleh pemerintah yaitu bank sampah, walaupun
banyak dari mereka yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, mengurus suami
20
dan anak, mereka tetap bisa membagi waktu antara keluarga dan menabung
sampah untuk menghasilkan uang sampingan. Mereka juga menyadari akan
kewajiban mereka menjadi seorang ibu dan seorang istri tetapi mereka berusaha
untuk membantu suami mereka mencari nafkah.
Tidak hanya menjadi salah satu alternatif penguatan ekonomi bagi
nasabahnya, bank sampah juga memberikan dampak lain yaitu menjadi poros bagi
masyarakat untuk membangun pola pikir dan perilaku masyarakat dalam
memilah-milah sampah. Kesadaran masyarakat yang kurang untuk buang sampah
pada tempatnya akan berakibat pada kurangnya partisipasi masyarakat untuk
menjaga lingkungan. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan
bersama membersihkan lingkungan membuat sampah-sampah yang ada belum
ditangani dengan baik.
Secara tidak langsung peran para perempuan ini sangat berdampak positif
bagi lingkungan tempat mereka tinggal yakni lingkungan menjadi lebih bersih,
kesehatan juga terjamin dan apabila turun hujan sampah-sampah tidak
menggenang. Melalui program ini pemerintah juga berharap para perempuan ini
mendapatkan kesetaraan dalam pelayanan dan kemudahan yang diberikan oleh
pengurus bank sampah. Partisipasi para perempuan ini sangat besar, karena bisa
kita lihat pada jumlah perempuan dibandingkan jumlah laki-laki yang ikut
program bank sampah ini. Mereka sangat antusias menjadi nasabah bank sampah.
Tak hanya itu pengurus juga telah memberikan kemudahan bagi para nasabah
yang kesulitan membawa sampah-sampah mereka agar bisa dititipkan
dikendaraan operasional yang ada khususnya ibu-ibu yang memilki anak kecil
21
akan sangat merasakan manfaat kendaraan operasional tersebut. Akses yang
mudah juga mendorong para perempuan khususnya ibu-ibu untuk ikut serta dalam
kegiatan bank sampah. Mereka sangat diberdayakan dalam program ini.
2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai saran dari peneliti, dengan adanya program bank sampah ini
pemerintah seharusnya lebih dapat memperhatikan masyarakat yang peduli
lingkungan dengan memberikan penghargaan kepada mereka yang sangat
berperan aktif agar masyarakat lain tergerak untuk ikut dalam program
bank sampah ini.
b. Sosialisasi perlu dilakukan setahun sekali dengan mengundang bapak-
bapak agar nasabah bank sampah tidak hanya dominan para ibu-ibu saja.
22
DAFTAR PUSTAKA
Andrew dan Slamet, J.S, 2013. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University
Press, Jogjakarta
Dwi Narwoko, 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada
Media Group
Edi Suharto, 2005. Membangun Masyrakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Rafija Aditama
George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2011, (cet.3), Teori Sosiologi Modern, Edisi
ke-6, Jakarta, Prenada Media. Hidayat
Hamid Patulima, 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Harry Hikmat, 2010. Strategi Pemberdayan Masyarakat. Bandung: Humaniora
Ihromi, T.O. 2000. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan
James&Dean. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika
Aditama
Mansour Fakih, 2001. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mohammad Jafar Hafsah,DR.IR, 2008. Pengentasan kemiskinan melalaui
pemberdayaan masyarakat. Bandung: Iris Press
Moleong, Lexy j. 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Obor
Indonesia
Mostafa, Bisri. 2007. Kamus Kependudukan. Yogyakarta: Panji Pustaka
23
Rachmad K. Dwi Susilo, 2008. Sosiologi lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Rachmad K. Dwi Susilo, 2012. Sosiologi lingkungan dan Sumber Daya Alam.
Jogjakarta: AR-RUZZ
Sugiono, 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Syamsir Salam dan Amir Fadilah, 2008. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah : Utama Press
Jurnal Ilmiah
Agus Herliawati P, (2009), Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dan
Pengembangan Modal Sosial, Journal Universitas Indonesia,
http://lib.iu.ac.id/upayapemberdayaan-literatur, (diakses 10 maret 2015,
12:26 wib).
Jurnal Perempuan, 2002, jurnal perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan.
Jakarta Selatan:Yayasan Jurnal Perempuan.
Dokumen
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 tentang Upaya Peningkatan
Derajat Hidup Perempuan
Undang-Undang Pembuka Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia :
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Pertambangan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan
Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Bank
Sampah
Recommended