PENGARUH INTENSITAS PERSAINGAN, BUDAYA PERUSAHAAN,
SERTA KUALITAS PRODUK TERHADAP STRATEGI BISNIS
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DAN
PENINGKATAN ASET USAHA MIKRO BINAAN
Studi Pada PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar
Magister Ekonomi Syariah
Oleh:
Ade Irma Suryani
NIM: 2112043300014
MAGISTER EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/ 2017
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH INTENSITAS PERSAINGAN, BUDAYA PERUSAHAAN,
SERTA KUALITAS PRODUK TERHADAP STRATEGI BISNIS
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DAN
PENINGKATAN ASET USAHA MIKRO BINAAN
Studi Pada PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura
TESIS
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar
Magister Ekonomi Syariah
Oleh
Ade Irma Suryani
NIM: 2112043300014
Pembimbing
Dr. Euis Amalia, M.Ag.
NIP : 197107011998032002
MAGISTER EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/ 2017
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN TESIS
Tesis yang berjudul “Pengaruh Intensitas Persaingan, Budaya Perusahaan, Serta
Kualitas Produk Terhadap Strategi Bisnis Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dan
Peningkatan Aset Usaha Mikro Binaan : Studi Pada PT. Mitra Bisnis Keluarga
Ventura” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum
Program Studi Magister ekonomi Syariah, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2017. Tesis ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Program Strata Dua
(S-2) pada Program Studi Magister Ekonomi Syariah.
Jakarta, 11 Oktober 2017
Mengesahkan
Dekan
Dr.Phil.Asep Saepudin Jahar, M.A.
NIP. 19691216199631001
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua : Dr. Nurhasanah, M.Ag. ( )
NIP. 197408172002122013
2. Sekertaris : Chairul Hadi, M.A. ( )
NIP. 197205312007101002
3. Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag. ( )
NIP. 197107011998032002
4. Penguji I : Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si. ( )
NIP. 198110132008011006
5. Penguji II : Dr. Rini, M.Si., Ak, C.A. ( )
NIP. 197603152005012002
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ade Irma Suryani
Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 19 Mei 1977
Alamat : Koplek Astek JL.Keuangan Blok A.69, Lengkong
Gudang Timur, Serpong
Telepon : 08159279226
PENDIDIKAN
TK : TK Kenanga Jakarta Timur
SD : SD Negeri II Pondok Ranji
SMP : SMP YAPSI Jakarta Selatan
SMA : SMA 34 Jakarta dan SMA
Negeri 1 Takengon, Aceh Tengah
S1 : Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
1. 1996 – 1998, Staf Teller Bank Muamalat cab. BSD
2. 1998 – 2000, Staf Customer Service Bank Muamalat cab. BSD
3. 2000 – 2002, Staf Back Office Bank Muamalat cab. BSD
4. 2002 – 2004, Staf Data Control Bank Muamalat cab. BSD
5. 2004 – 2007, Pejabat di Departemen Supervisi Operasional Bank
Muamalat kantor pusat
6. 2007 – 2010, Pejabat di Departemen General Administration and National
Operation Bank Muamalat kantor pusat
7. 2010 – 2013, Pejabat di Departemen Network and General Service Bank
Muamalat kantor pusat
8. 2013 – 2014, Pimpinan Cabang Pembantu Alam Sutra Bank Muamalat
9. 2014 – 2015, Pimpinan Cabang Tubagus Angke Bank Muamalat
10. 2015 – 2016, Pimpinan Cabang Cengkareng Bank Muamalat
11. 2016 – 2017, pimpinan Cabang Kemayoran Bank Muamalat
iv
THE EFFECT OF COMPETITION INTENSITY, CORPORATE
CULTURE, AND PRODUCT QUALITY TO MICRO SHARIA
FINANCE INTITUTION BUSINESS STRATEGY
AND MICRO ASSET GROWTH
Case on The Customer of PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura
Ade Irma Suryani
Abstract
The purpose of this study is to determine the effect of competition intensity,
Corporate Culture, and Product Quality to Micro Shariah Finance Institution
Business Strategy and Micro Asset. This study used primary data by using
questionnaires distributed among PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura Micro
Business customers. Sampling technique in this research using Purposive
Sampling method which is included in non-probability sampling. The
questionnaires were distributed totaling 160 questionnaires and returning 160
questionnaires while the questionnaire could be processed, 151. Analyzing data is
done by using Structural Equation Modeling (SEM) method.
The result of research shows that the competition intensity and the quality of
product have a significant influence on business strategy while corporate culture
has no significance effect on business strategy. The intensity of competition and
corporate culture have an effect on the micro assets growth, while the quality of
product has no significant effect to the micro assets growth. Business strategy has
a significant influence on the micro assets growth.
This result takes on diffrerent path from a study by Riyan (2013) and Afrizal Naim
(2005), who said corporate culture had a significant inffluence on business
strategy. This research also support the notions of Wawan (2015), whom conlude
the needs for micro shariah finance institution develop a product with islamic
atributes in their business strategy.
Keywords: competition intensity, Corporate culture, Product Quality, Business
Strategy, Micro Asset
v
PENGARUH INTENSITAS PERSAINGAN, BUDAYA PERUSAHAAN,
SERTA KUALITAS PRODUK TERHADAP STRATEGI BISNIS
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DAN
PENINGKATAN ASET USAHA MIKRO BINAAN
Studi pada PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura
Ade Irma Suryani
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas
persaingan, budaya perusahaan, serta kualitas produk terhadap strategi bisnis
LKMS dan peningkatan asset usaha mikro binaan. Penelitian ini menggunakan
data primer dengan penyebaran kuesioner yang dilakukan dengan responden para
pelaku usaha mikro mitra binaan PT. MBK Ventura. Metode sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling yang termasuk
dalam non-probability sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah seratus
enam puluh kuesioner, jumlah kuesioner yang dapat diolah sebanyak seratus lima
puluh satu. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Structural
Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas persaingan dan kualitas produk
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi bisnis sedangkan budaya
perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi bisnis.
Intensitas persaingan dan budaya perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan asset usaha mikro binaan, sedangkan kualitas produk tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan asset usaha mikro binaan. Dan
strategi bisnis berpengaruh secara simultan terhadap asset usaha mikro binaan.
Penelitian ini menunjukkan perbedaan dari riset yang dilakukan oleh Riyan (2013)
dan Afrizal Naim (2005), yang menyatakan bahwa budaya perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap strategi bisnis. Dan menguatkan penelitian yang
dilakukan oleh wawan (2015), yang menyimpulkan bahwa lembaga keuangan
mikro syariah perlu memasukkan atribut keislaman dalam pengembangan produk
dalam strategi bisnis mereka.
Kata kunci : Intensitas persaingan, Budaya perusahaan, Kualitas Produk, Strategi
bisnis, Asset Usaha Mikro Binaan
vi
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT pencipta alam semesta yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat dan berkah-Nya yang begitu banyak dan tiada henti-
hentinya kepada makhluk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Sosok teladan yang menjadi panutan bagi
setiap umat manusia.
Tesis ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk
memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Magister Ekonomi Syariah, dalam
realisasinya, penulis sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT
anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada :
1. Pembimbing saya dalam penulisan tesis ini Ibu Dr.Euis Amalia terima kasih
atas bimbingan penuh dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini.
2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr Asep Saepudin Jahar MA
3. Ketua Jurusan Magister Ekonomi Syariah Ibu Dr. Nurhasanah. MA dan
Sekertaris Jurusan Bapak Hadi
4. Segenap pimpinan dan karyawan PT.Amanah Ventura tempat penulis
mengadakan penelitian dan informasi
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya. Terima kasih
atas setiap ilmu yang diberikan
6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi kepustakaan
vii
7. Untuk staff dan pimpinan Akademik, Keuangan dan Pusditpanda, terima
kasih atas bantuan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi.
8. Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Syarbini Achmad (Alm) dan Ibu
Bunsuraini (Almr), terima kasih untuk semua Doa, harapan, kasih sayang
serta bantuan moral maupun material yang telah diberikan selama ini. Terima
kasih telah menjadi orang tua sekaligus guru yang luar biasa bagi putra-
putrimu
9. Pendamping sekaligus nahkoda bagi keluargaku yang tercinta Maksum Sahar,
M.PD terima kasih untuk semua curahan cinta, kasih sayang serta doa.
Terima kasih telah menjadi seorang suami, sahabat, partner yang spektakuler
dalam hidup, dan terima kasih atas bantuannya dalam penyelesaian tesis ini.
10. Ketiga buah hati tercinta Dzumirrotin Nafiah, Elvira Afkar Fatharani dan
ALbie Zhafran Adnan terima kasih telah menjadi matahari, bulan dan bintang
dalam kehidupan bunda untuk segera menyelesaikan tesis ini. Semoga kelak
Allah meridhoi kalian menjadi anak-anak yang sholeh, manusia mulia dan
menorehkan nama kalian dalam sejarah kemuliaan ummat.
11. Untuk Sahabat terbaik yang memberikan semangat dan bantuan dalam
penyelesaian tesis ini, Kang Darmawan, Mila, Aditya, Ayu, Dilla,
Kadarisman, Nurdin dan Baihaqi, Semoga Allah menjaga persahabatan kita
dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Sukses untuk kita semua.
Amin.
Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat
dikemudian hari. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membacanya. Amin..
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Oktober 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN TESIS. .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG TESIS ....................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7
D. Sistematika Penulisan ............................................................................... 8
II. TELAAH PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU, DAN
PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN .............................................10
A. Telaah Pustaka .........................................................................................10
B. Penelitian Terdahulu.……………………………………………………32
C. Pengembangan Model Penelitian………………………………………..36
D. Indikator Variabel……………………………………………………….37
E. Konstruk Variabel……………………………………………………….43
III. METODE PENELITIAN .............................................................................45
A. Objek Penelitian .......................................................................................45
B. Sumber Data .............................................................................................45
C. Populasi ...................................................................................................45
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................46
E. Tehnik Analisis ........................................................................................47
ix
IV. ANALISIS DATA ………………………………………………………… 56
A. Kondisi Objektif LKMS PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura ................ 56
B. Profile Mitra Usaha ................................................................................. 75
C. Identitas Responden ................................................................................ 76
D. Temuan ................................................................................................... 77
E. Implikasi Teoritis Penelitian ................................................................... 90
V. PENUTUP ...................................................................................................... 94
A. Kesimpulan ............................................................................................. 94
B. Saran ........................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 96
Lampiran-Lampiran ........................................................................................... 101
x
DAFTAR TABEL
2.1 Pertumbuhan Jumlah Pelaku LKM di Indonesia...................................... 12
2.2 Data LKM yang belum Berbadan Hukum................................................ 13
2.3 Ringkasan Penelitian Sebelumnya............................................................ 33
2.4 Konstruk Fariabel..................................................................................... 43
3.1 Model Pengukuran.................................................................................... 50
3.2 Kriteria Goodness of Fit........................................................................... 53
4.1 Tabel Pertumbuhan MBK......................................................................... 66
4.2 Skoring Indek Rumah…. ........................................................................ .73
4.3 Perhitungan Penghasilan Bulanan ........................................................... 74
4.4 Gambaran Proses Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner ..................... 77
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Persaingan ................................. 77
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Perusahaan.................................... 78
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk ......................................... 78
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Strategi Bisnis ........................................... 79
4.9 Hasil Uji Validitas Asset Usaha Mikro Binaan....................................... 80
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Intensitas persaingan ............................................ 80
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Perusahaan............................................... 81
4.12 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Produk .................................................... 81
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Strategi Bisnis....................................................... 81
4.14 Hasil Uji Reliabilitas Asset Usaha Mikro binaan ................................... .82
4.15 CFA Regression Weights: (Group number 1 - Default model)... ........... .82
4.16 Uji Kecocokan Model SEM .................................................................... 84
4.17 Regression Weights: (Group number 1 - Default model) ....................... 85
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia………………….…….. 14
2.2. Piramida Usaha Besar dan UMKM di Indonesia.……………….……….. 28
2.3. Kategori Usaha Berdasarkan Aset dan Omzet….…………….………….. 31
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis………………………………….…………. 36
2.5. Indikator Variabel Intensitas Persaingan ................................................... 37
2.6. Variabel Indikator Budaya Perusahaan ...................................................... 39
2.7 Variabel Indikator Kualitas Produk ........................................................... 40
2.8 Variabel Indikator Strategi Bisnis .............................................................. 41
2.9 Variabel Indikator Peningkatan Aset Usaha Mikro ................................... 42
3.1 Langkah-langkah dalam Analisa SEM....................................................... 48
3.2 Diagram Alur ............................................................................................. 49
4.1 Persentase Kategori Pinjaman .................................................................... 75
4.2 Pendapatan Per-kapita Nasabah ................................................................. 76
4.3 Model full Struktural .................................................................................. 87
4.4 Model Managemen Komprehensif ............................................................. 91
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian ................................................................................. 101
2. Hasil Kuesioner Intensitas Persaingan ....................................................... 106
3. Hasil Kuesioner Budaya Perusahaan ......................................................... 110
4. Hasil Kuesioner Kualitas Produk ............................................................... 114
5. Hasil Kuesioner Strategi Bisnis ................................................................. 118
6. Hasil Kuesioner Asset Usaha Mikro Binaan .............................................. 122
7. Hasil Validitas Intensitas Persaingan ......................................................... 126
8. Hasil Uji Validitas Budaya Perusahaan ..................................................... 127
9. Hasil Uji Validitas Kualitas Produk .......................................................... 128
10. Hasil Uji Validitas Strategi Bisnis ............................................................. 129
11. Hasil Uji Validitas Asset Usaha Mikro Binaan.......................................... 130
12. Hasil analisis Model Fit ............................................................................. 131
13. Hasil Analisis SEM……………………………………………………….134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma pembangunan ekonomi nasional sejak krisis ekonomi di tahun
1997-1998 mulai berubah dari pembangunan ekslusif menjadi pembangun
inklusif. Pembangunan inklusif merupakan strategi pembangunan yang
mengedepankan pemerataan akses dan aset pembangunan1, sistim keuangan
inklusif atau dalam bahasa Inggris financial inclusion bersinonim dengan frase
Inclusive financial system2 memiliki makna sistem jasa layanan keuangan yang
bersifat menjangkau semua kalangan. Dalam praktiknya, gagasan financial
inclusion mengambil bentuk dalam skema yang kini lebih dikenal dalam istilah
microfinance, dengan fitur utama microcredit.
Salah satu indikator penting mengenai inklusi keuangan atau financial
inclusion adalah perkembangan keuangan mikro (microfinance). Keuangan mikro
adalah pemberian jasa keuangan skala kecil kepada kaum miskin atau kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah, terutama untuk membiayai usaha mereka yang
umumnya berskala mikro, kecil atau menengah (UMKM)3, microfinance juga
merupakan sistem layanan keuangan skala kecil yang ditujukan untuk membiayai
usaha skala mikro dan menengah, baik perorangan maupun kelembagaan4.
Pemerintah telah memberikan landasan hukum yang kuat atas operasional
LKM melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro. LKM di definisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan
untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik
melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
1Tulus TH Tambunan, Pembangunan Ekonomi Inklusif, (Jakarta: Pustaka LP3S, 2016),
h., 3-4 2Nusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta:
Gramedia Indonesia, 2014), h.,53. 3Tulus TH Tambunan, Pembangunan Ekonomi Inklusif, h,. 323
4Marguerite S. Robinson., The Microfinance Revolution:Sustainable Finance The Poor,
(Washington.D.C: The World Bank,2001), h., 9.
2
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan5.
Perhatian pemerintah terhadap kredit mikro juga terlihat dari berbagi
program yang dilakukan oleh pemerintah melalui berberapa Kementrian, yang
terakhir adalah peluncuran program pembiayaan atau kredit untuk pengusaha
Ultra Mikro (UMI), di Desa Pasir Angin, Megamendung, Bogor, Senin, 14
Agustus 2017 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani6, program ini diinisiasi
Kementerian Keuangan bersinergi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Kementerian Sosial, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta
Kementerian Koperasi dan UKM. Program ini menyasar kalangan pengusaha
kecil yang tak terjangkau oleh perbankan karena tak memiliki aset untuk syarat
agunan pinjaman, di hampir seluruh sektor seperti pertanian, perikanan, dan
perdagangan. Pemerintah melalui Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi
Pemerintah (PIP) memberikan anggaran pembiayaan Rp 1,5 triliun kepada tiga
BUMN penyalur, yakni PT Pegadaian, PT Bahana Artha Ventura, dan PT
Permodalan Nasional Madani. Tiga BUMN itu kemudian menyalurkan lagi
pembiayaan ke koperasi-koperasi dengan rata-rata bunga sebesar 2%-4%. Total
pendanaan yang dikucurkan pemerintah pada program ini mencapai Rp 1,5 triliun
dan diharapkan dapat mencakup setidaknya 300 ribu pengusaha usaha mikro. Tak
hanya pembiayaan, pemerintah juga akan menyiapkan program pendampingan
untuk para pengusaha usaha mikro. Mereka diharapkan dapat membuat usaha
secara berkelompok, sehingga dapat mengantisipasi tingkat kredit macet (NPL).
Pusat Investasi Pemerintah Kementerian Keuangan mencatat terdapat 61 juta
usaha mikro hingga usaha mikro yang membutuhkan akses pembiayaan. Program
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah ada sebelumnya diketahui hanya dapat
menangkap sekitar 17 juta pengusaha mikro, sedangkan 44 juta pengusaha usaha
mikro dengan kebutuhan pembiayaan berkisar antara Rp 1-5 juta belum
mendapatkannya.
5Undang-undang No 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
6https://bisnis.tempo.co/read/news/2017/08/14/090899733/sri-mulyani-pembiayaan-ultra-
mikro-untuk-menghindari-rentenir di unduh tanggal 1 September 2017
3
Dukungan pemerintah dan potensi bisnis yang besar berperan serta
mendorong banyaknya pendirian LKM yang diiniasi oleh pemerintah dan pihak
swasta. Berdasarkan hasil studi akademis tahun 2012 jumlah LKM di Indonesia
sebanyak 600.000 dan hingga Desember 2014 OJK mendata baru 19.334 LKM
yang berbadan hukum7, namun berdasarkan Laporan Kuartal III tahun 2016 yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada periode tersebut baru 129
LKM yang terdaftar di OJK8 dan beroperasional di 9 propinsi di Indonesia, 14
diantaranya merupakan LKM yang beroperasional berdasarkan sistem syariah.
Dalam praktiknya sering ditemukan tumpang tindih lokasi penyaluran program
dan double pengajuan yang dilakukan usaha mikro sehingga memelukan sistem
operasional yang baik dan metode kontrol yang efektif oleh LKM, sehingga usaha
mikro tidak terjebak dalam pembiayaan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya
yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan bayar dan kualitas pembiayaan
usaha mikro pada LKM.
Dengan Jumlah LKM yang banyak, maka LKM akan terpengaruh oleh
kompetisi yang mendorong perpindahan nasabah antar LKM9. Dalam persaingan
yang terjadi, LKM dituntut untuk memiliki strategi dan program yang efektif10
,
strategi bisnis yang tepat, budaya perusahaan yang tepat dan produk yang tepat
untuk dapat bertahan, tumbuh dan mampu menghadapai kendala yang dihadapi
dalam menjalankan operasional usahanya dan terutama menjalankan misi
utamanya yaitu pengentasan kemiskinan dan peningkatan derajat hidup dan
tingkat ekonomi mitra binaan.
Kajian tentang microfinance banyak berfokus terhadap upaya pengen-
tasan kemiskinan, kinerja LKM dan dampak terhadap UMKM11
, dan kajian atas
korelasi antara kinerja LKM dengan dampaknya terhadap kualitas hidup usaha
7http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/140754-[_Konten_]...pdf
8http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/ data-dan-statistik / statistik- lkm/ Pages/Laporan-
Kuartal-LKM-Tahun-2016.aspx, diunduh pada tanggal 1 Agustus 2017. 9Eddy Balemba Karyurhi, “Evaluation of Customer Satisfaction with Services of A
Microfinace Institution” , African Journal of Marketing Managemen, Vol. 5 No2, pp 26-37,
February 2013 10
Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h., 9. 11
Eddy Balemba Karyurhi, „Evaluation of Customer Satisfaction with Services of A
Microfinace Institution”, h., 26-37.
4
mikro akan terus berkembang seiring dengan perubahan yang terjadi
sebagaimana entitas bisnis lainnya. Mohammad Yunus12 berpandangan bahwa
dalam mengejar pertumbuhan, pembuat kebijakan cenderung memfokuskan pada
berbagai upaya untuk menguatkan lembaga-lembaga yang sudah mapan dengan
kemungkinan bahwa lembaga itu sendiri berkontribusi menciptakan atau
melestarikan kemiskinan. Wardoyo dan Hendro Prabowo13
saat melakukan
penelitian tentang kinerja LKM dalam upaya untuk penguatan UMKM
menunjukkan bahwa kinerja LKM diduga kuat dipengaruhi oleh sikap mental
UMKM itu sendiri. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Tsalistia14
yang
melakukan analisa tentang indikator keberhasilan dan strategi yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan program pelaksanaan program Microfinance
Syariah berbaris Masyarakat (Misykat) memberikan hasil penelitian bahwa profil
model adalah strategi yang paling mempengaruhi keberhasilan program tersebut.
Pada penelitian Afrizal Naim15
terhadap kinerja perusahaan Swamitra se-jawa
binaan bank Bukopin, berkesimpulan bahwa diantara intensitas persaingan,
kualitas SDM, budaya perusahaan dan kualitas produk mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap strategi bisnis, dan intensitas persaingan
merupakan faktor dominan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga
kajian terbaru dan berkelanjutan atas korelasi antar kinerja LKM dan dampak
terhadap mitra binaan dirasa masih perlu untuk dilakukan secara periodik guna
mengukur efektitas strategi bisnis LKM dengan pencapaian tujuan pendirian
LKM yaitu pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat
miskin.
Strategi bisnis yang tepat merupakan faktor penentu terhadap peningkatan
kualitas hidup mitra binaan. Salah satu studi yang dilakukan terhadap Grameen
12
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, cet.3 2009) h., 13. 13
Wardoyo dan Hendro Prabowo, Kinerja Lembaga Keuangan Mikro bagi Upaya
Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Wilayah Jabotabek, Jurnal Ekonomi Bisnis
Vol.3 no 3, pp 1-7, Jakarta, 2013 14
Aulie Tsalistia, Kajian Program Misykat sebagai Alternatif Pilihan Program
Pemberdayaan Usaha Mikro (Studi Kasus pada Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Bogor)”
Jurnal Management IKM ,Vol.5 No 1, pp 12-22, 2010. 15
Afrizal Naim, Analisa Strategy Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Kinerja
Perusahaan, (Master Tesis: Universitas Diponegoro, 2005) h., 93
5
Bank16
adalah strategi penerapan kebijakan taktis dalam rangka untuk membantu
recovery bisnis mitra binaan hingga meningkatkan asset mitra binaannya pasca
banjir besar di Bangladesh tahun 1998. Dalam studi tersebut, Banjir besar yang
berlangsung hingga 10 minggu, merendam lebih dari dua per tiga bagian negara
dan menyebabkan gagal panen mencapai 2.4 metrik ton beras. Dalam musibah
tersebut, banyak nasabah Grameen yang kehilangan harta benda mereka dan
usaha sehingga tidak mampu melakukan pembayaran dan mulai menghindari
pertemuan regular dan berdampak terhadap likuiditas Gremeen. Kondisi ini
memicu Grameen untuk melakukan perubahan terhadap strategi bisnis di tahun
1999. Perubahan strategi mencakup simplifikasi produk, penyediaan pinjaman
jangka pendek, kebijakan jangka waktu pinjaman, kebijakan terkait status ”gagal
bayar” atas nasabah, kebijakan penambahan pagu pinjaman dan kebijakan terkait
insentif bagi group yang masih mampu melakukan pembayaran dan melakukan
penyimpanan.
Salah satu LKM terkemuka di Indonesia yang mengadopsi model
Grameen bank dalam memberikan pembiayaan dan pembinaan terhadap wanita
adalah PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK Ventura). MBK Ventura dalam
menghadapi persaingan yang terjadi dengan LKM lain yang berada di area
operasionalnya, dituntut untuk mampu merumuskan strategi bisnisnya, terutama
yang terkait intesitas persaingan, budaya perusahaan dan kualitas produk.
Strategi bisnis yang tepat tidak semata diharapkan mampu mempersiapkan MBK
Ventura dalam menghadapi persaingan dan untuk mengatasi kendala kendala
yang timbul seiring berkembangnya jumlah kantor dan jumlah mitra binaan,
namun juga diharapkan dapat strategi tersebut dapat mendorong peningkatan
kemampuan finansial seluruh mitra binaan sehingga dapat keluar dari kemiskinan
dan menjadi Usaha mikro yang memiliki akses ke perbankan (Bankable). MBK
dipilih menjadi objek penelitian dengan pertimbangan prestasi dan pencapaian
LKM tersebut, sejak tahun 2006 sampai dengan 2009 LKM tersebut masuk
kedalam TOP 100 Microfinance Institutions in The World versi Microfinance
16
Herfandy, Achmad Herry, et al, How Do MFIs reinvent their Business Model in order
to be sustainable - The case of Grameen Bank transformation to Grameen II, (Master Thesis.
Blekinge Institute of Technology, 2012), h., 13.
6
Information Exchange (MIX)17
, yang diukur dalam 3 area yaitu Jangkauan,
Efisiensi dan Transparansi.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin membahas lebih jauh bagaimana
pengaruh itensitas persaingan LKM, budaya perusahaan LKM dan kualitas
produk LKM memiliki pengaruh terhadap strategi bisnis LKM khususnya LKM
syariah dan memiliki pengaruh terhadap asset Usaha mikro mitra binaannya.
Dituangkan dalam judul “Pengaruh Intensitas Persaingan, Budaya Perusahaan,
Serta Kualitas Produk Terhadap Strategi Bisnis LKMS dan Aset Usaha Mikro
Binaan, Studi Pada PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, terdapat enam permasalahan yang
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Tujuan dari pendirian LKM salah satunya adalah untuk menumbuhkan harga
diri dan meningkatkan taraf hidup manusia yang berada dibawah garis
kemiskinan, maka LKM harus mampu menyusun strategi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan Usaha mikro binaanya
b. LKM yang beroperasi sesuai kaidah syariah merupakan bagian dari aktifitas
syiar terkait ekonomi syariah, maka LKM syariah dituntut untuk mampu
menerapkan nilai-nilai Islam dalam persaingan usaha, budaya perusahaan dan
kualitas produk dan jasa yang disediakan.
c. Pertumbuhan LKM yang pesat menimbulkan intensitas persaingan antar LKM
itu sendiri, maka LKM dituntut untuk memiliki strategi yang tepat untuk dapat
mempertahankan entitas bisnis dan usahanya (sustainable organization) dan
mencapai tujuan pendiriannya
d. Budaya perusahaan merupakan ruh dalam pertumbuhan dan kelangsungan
organinasi LKM sehingga LKM dituntut untuk memilki budaya perusahaan
yang mampu memotivasi seluruh pihak terkait untuk bergerak mencapai visi
dan misi organisasi
17
www.mix.co.id diakses pada tanggal 10 Agustus 2017
7
e. Kualitas produk LKM merupakan faktor penting dalam kelangsungan usaha
LKM dan kemajuan usaha mikro dari mitra binaan maka penting untuk LKM
membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan usaha mikro mitra binaan
f. Faktor yang paling mempengaruhi strategi bisnis dan peningkatan asset usaha
mikro mitra binaan.
2. Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan luasnya aspek terkait strategi bisnis LKMS
dan dampaknya terhadap asset Usaha Mikro dan tidak semua pihak terkait materi
ini dapat penulis teliti, maka studi ini dilakukan dalam rangka menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana intensitas persaingan, budaya perusahaan dan kualitas produk
LKMS berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap strategi bisnis
LKMS.
b. Bagaimana intensitas persaingan, budaya perusahaan dan kualitas produk
LKMS berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap asset Usaha
Mikro.
c. Bagaimana strategi bisnis LKMS berpengaruh secara parsial maupun simultan
terhadap asset Usaha Mikro.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian
ini adalah untuk memahami hal-hal sebagai berikut :
a. Analisis pengaruh intensitas persaingan, budaya perusahaan dan kualitas
produk LKMS secara parsial maupun simultan terhadap strategi bisnis LKMS
b. Analisis pengaruh intensitas persaingan, budaya perusahaan dan kualitas
produk LKMS secara parsial maupun simultan terhadap asset Usaha mikro
melalui strategi bisnis LKMS
c. Analisis pengaruh strategi bisnis LKMS terhadap asset Usaha Mikro
8
2. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan dari penelitian ini,
antara lain:
a. Bagi LKMS, penelitian ini bisa menjadi sumber rujukan manajemen strategik
LKMS dalam memahami lingkungan strategi bisnisnya dalam upaya
meningkatkan asset Usaha mikro binaanya.
b. Bagi keilmuan ekonomi syariah, penelitian ini secara empiris bisa dijadikan
bahan rujukan/referensi bagi peneliti yang berminat untuk mengembangkan
penelitian dibidang LKMS lebih lanjut.
c. Bagi pemerintah, penelitian ini bisa dijadikan sumber rujukan pemerintah
dalam mengambil kebijakan strategis dalam mengembangkan Usaha Mikro
dengan bantuan pengembangan LKMS.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun untuk membantu pembaca memahami
alur pemikiran dalam tesis ini.
Bab satu menggambarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, selanjutnya membahas tujuan dan
manfaat penelitian bagi dunia akademis dan masyarakat.
Bab dua membahas tentang landasan teoritis terkait stategi bisnis LKMS
dan perannya dalam dalam meningkatkan asset Usaha Mikro mitra binaan.
Pembahasan terkait strategi bisnis yang dalam hal ini diambil beberapa instrument
yaitu terkait intensitas persaingan, budaya perusahaan yang dimiliki dan kualitas
produk LKM, dan teori terkait bagaimana Usaha mikro mitra binaan dapat
dikembangkan assetnya.
Bab tiga akan memberikan penjelasan terkait metode penelitian yang
dilakukan, meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, objek penelitian,
sumber data, instrumen penelitian, dan teknik analisa data.
Bab empat akan memberikan penjabaran dan interpretasi terkait analisa
data, meliputi gambaran umum objek penelitian, identitas responden, proses
9
analisa dan pengujian model, uji reabilitas dan uji validitas dan pembahasan uji
hipotesis.
Bab lima adalah Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini akan mengurai
kembali poin-poin penting pada setiap bab yang sudah dibahas sebelumnya, dan
mengaitkannya dengan tujuan penelitian yang sudah disampaikan pada bab
pendahuluan. Selain itu, akan disampaikan juga penjelasan terkait kontribusi
teoritis dan metodis yang dapat diberikan oleh tesis ini dan menjadi rujukan bagi
penelitian selanjutnya. Dan terakhir adalah rekomendasi bagi lembaga terkait
seperti pemerintah, LKMS itu sendiri dan masyarakat pada umumnya.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU DAN
PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN
A. Telaah Pustaka
1. Intensitas Persaingan
Pengertian mengenai persaingan seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan
Porter menyatakan bahwa Persaingan dalam konteks pemasaran adalah keadaan
dimana perusahaan pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan
keunggulannya masing-masing, dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu dalam
rangka meraih pelanggannya1 . Sedangkan menurut Porter, persaingan akan
terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa
sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan
hilir2 memperebutkan pelanggan pada periode tertentu, Setiap perusahaan perlu
memperhatikan dinamika yang terjadi agar mereka bisa mengikuti persaingan
supaya tidak mengalami kekalahan dalam kompetisi pasar. Dinamika persaingan
adalah perubahan yang terjadi terhadap persaingan yang terjadi pada perusahaan
sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki strategi bisnis yang efektif dalam
menghadapi kondisi persaingan .
Intensitas ini didefinisikan sebagai tingkat kompetisi yang dihadapi oleh
LKM. Secara spesifik, intensitas persaingan berkaitan dengan jumlah kompetitor
lokal, frekuensi penggunaan teknik marketing (seperti periklanan, aktivitas harga)
untuk mendapatkan market share dan jumlah dari kompetitor yang menggunakan
teknik dan intensitas. Penggunaan teknik ini3 secara tidak langsung persaingan itu
sendiri sangat diperlukan dalam sebuah arena bisnis.
Persaingan akan memaksa pelaku bisnis untuk selalu mengembangkan
dirinya. Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
1Philip Kotler, A Framework For Marketing Mangement, (New Jersey: Pearson, 2001), h.,
85. 2Michael E. Porter, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan kinerja
Unggul, (Jakarta: Erlangga, 1996), h., 64. 3Slater dan Narver, “Marketing Orientation, Customer Value, and Superior Performance”,
Journal of Marketing, Vol 59 pp 63-74, July 1995.
11
Dalam hal ini persaingan menentukan ketepatan aktivitas perusahaan yang dapat
menyokong kinerjanya. Persaingan terjadi karena satu/lebih pesaing merasakan
adanya tekanan/melihat peluang untuk mempertahankan posisi. Persaingan dapat
juga menjadi pendorong kearah kemajuan karena menantang untuk mencapai
prestasi agar tidak kalah dengan yang lain. Persaingan dapat di pandang sebagai
semacam perlombaan, yaitu untuk memperbaiki kualitas, bentuk dan pelayanan
kepada konsumen.
Keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan hanya
dimungkinkan bila perusahaan itu mempunyai keunggulan bersaing4. Suatu
perusahaan baru dapat memiliki keunggulan bersaing bila perusahaan tersebut
berhasil merancang dan mengimplementasikan strategi penciptaan nilai atau
value. Penciptaan value yang menimbulkan keunggulan bersaing dapat terjadi
apabila para pesaing tidak menggunakan atau melakukan strategi yang sama.
Keunggulan bersaing tersebut hanya dapat dipertahankan bila para pesaing yang
ada sekarang dan para pesaing yang baru tidak meniru atau menggantikannya.
Dalam situasi persaingan bisnis yang ketat, kinerja perusahaan selalu
dipacu untuk menjadi lebih baik, agar perusahaan dapat memenangkan persaingan
dalam industrinya, dan untuk menghadapi perubahan lingkungan perusahaan5.
Penelitian Homburg dkk6 memperlihatkan bahwa intensitas persaingan
mempengaruhi strategi bisnis perusahaan, demikian juga penelitian yang
dilakukan oleh Hashim dkk7 juga menyatakan bahwa persaingan yang ketat juga
mempengaruhi perusahaan untuk menciptakan strategi perusahaan yang lebih
inovatif dan integrative. Intensitas persaingan akibat jumlah LKM yang besar,
mendorong LKM untuk mampu mengidentifikasi, mengelola, dan memperbaiki
proses bisnis agar dapat menghadapi peningkatan dinamika intensitas persaingan.
4Sofjan Assauri, Strategic Management, Sustainable Competitive Advantages,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), h., 1. 5Robert S. Kaplan dan David P. Norton, Balance Scorecard, (Jakarta: Erlangga, 2000), h.,
85. 6Christian Homburg, Wayne D.Hoyer dan Martin Fassnacht, Services Orientation of
Retailer‟s Business Strategy, Journal of Marketing vol 66 No 4, pp 86-1012, October 1996 7Mohd. K Hashim, Syed Azizi Wafa, dan Mohamed Sulaiman. Determining The
Moderating Effect of Enviroment on The Business Strategy Perfomance Relationship in Malaysian
SMES. Jurnal Strategy Business, Vol.8 No.6, Desember 2001
12
Dukungan pemerintah dan potensi bisnis yang besar berperan serta
mendorong intensitas persaingan yang tinggi akibat pendirian LKM yang diiniasi
oleh pemerintah dan pihak swasta. Berdasarkan hasil studi akademis tahun 20128
jumlah LKM di Indonesia sebanyak 600.000 dan hingga Desember 2014 OJK
mendata baru 19.334 LKM yang berbadan hukum.
Tabel 2.1
Pertumbuhan Jumlah Pelaku LKM di Indonesia9
Tabel Pertumbuhan Jumlah Pelaku LKM
Keterangan
Kuartal I
Quarter I
2016
Kuartal II
Quarter II
2016
Kuartal III
Quarter III
2016
Items
Konvensional 46 74 115 Conventional
Koperasi 33 57 98 Cooperative
PT 13 17 17 Limited Company
Syariah 11 13 14 Sharia
Koperasi 11 13 14 Cooperative
PT - -
Limited Company
Total 57 87 129 Total
Sumber: OJK, Laporan Kuartal LKM 2016
Berdasarkan Laporan Kuartal III tahun 2016 yang dikeluarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan(OJK), pada periode tersebut baru 129 LKM yang
terdaftar di OJK dan beroperasional di 9 propinsi di Indonesia, 14 diantaranya
merupakan LKM yang beroperasional berdasarkan sistem syariah.
Sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro, maka kepada LKM yang berdiri sebelum Undang Undang
8http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/140754-[Konten].pdf diakses
tanggal 1 Agustus 2017 9http://www.ojk.go.id/kanal/iknb/data-dan-statistik/statistik-lkm/Pages/Laporan Kuartal-
LKM-Tahun-2016.aspx diakses tanggal 1 Agustus 2017
13
tersebut berlaku, diberikan waktu 5 (lima) tahun untuk mendaftar dan
menyesuaikan operasional mereka sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Tabel 2.2
Data LKM yang belum Berbadan Hukum10
Sumber: OJK, Bakohumas dan Comunication Expo 2014, Bandung, 29
November 2014
Selain pendirian LKM, pemerintah dan swasta juga melakukan berbagai
program yang juga ditujukan untuk usaha mikro agar memiliki akses terhadap
pembiayaan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan penurunan tingkat
pengangguran. Beberapa diantaranya adalah Program 11
Bantuan Modal Pinjaman
Lunak dan Koperasi (BMPLK), Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)
dari BUMN, Dana Bergulir Usaha Kecil Industri dan Dagang (BKUID), Bantuan
Usaha Ekonomi Produktif Kelompok Anggrek dan Pemanfaatan Pekarangan
(BUEPKAID), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan yang terakhir di lakukan pada
Juni 2016 adalah program Usaha Ultra Mikro (UMI). Dalam praktiknya sering
10
Lucky Fathul Hadibrata, “Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan Mikro”, Bakohumas
dan Comunication Expo 2014, Bandung, 29 November 2014 11
Nusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta:
Gramedia Indonesia, 2014), h.,16.
No. Jenis Lembaga Keuangan Mikro Jumlah
1 Lembaga ex.Pasal 58 UU Perbankan
Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP)
Badan Kredit Desa
1.626
5.345
2 LKM yang didirikan atas inisiatif Masyarakat (BMT,
Credit Union, LSM, Swasta)
24.392
3 LKM pendukung program Pemerintah 606.475
Total LKM belum berbadan Hukum 637.838
14
ditemukan tumpang tindih lokasi penyaluran program dan double pengajuan yang
dilakukan usaha mikro.
Kelembagaan microfinance di Indonesia mengambil beberapa bentuk
struktur kelembagaan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Struktur Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia12
Selain jumlah LKM yang besar, beragam struktur kelembagaan juga
menciptakan peluang yang besar bagi pihak swasta dalam menjalankan LKM
sesuai dengan permodalan dan pola operasional yang dipilih.
Intensitas persaingan dan perkembangan dunia usaha karena keadaan
pertumbuhan ekonomi yang pesat juga memicu perkembangan teknik pemasaran.
Menurut American Marketing Asosiation (AMA), pemasaran diartikan sebagi
suatu perencanaan dan pengeksekusian konsep dari pricing, promotion, dan
distribution13
. Pemasar ditantang untuk menciptakan tawaran nilai yang menarik
12
Tulus Tambunan, Usaha Kecil Mikro Indonesia (Jakarta LP3S, 2003), h., 25 13
Rita Nurmalina dkk, Pemasaran, (Bogor: IPB Press, 2014), h., 79
BRI Unit Desa
BPR (Badan Perkreditan Rakyat)
KJKS/PT yang berbadan hukum
USP (Unit Simpan Pinjam)
LDKP (Lembaga Dana Kredit Pedesaan)
BMT(Baitul Maal wa Tamberbadan
hukumwil) tidak / belum
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Pola Pembiayaan Grameen ti berbadan
hukum
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
Kredit Union
Arisan
FORMAL
SEMI
FORMAL
FORMAL
LKM
15
bagi konsumen (value propotition)14
. Value atau nilai yang diciptakan mengacu
pada benefit yang diterima oleh konsumen dari proses membeli suatu produk atau
jasa15
. Menurut Levens16
ada banyak kemungkinan untuk setiap situasi
pemasaran. Bauran pemasaran yang meyakinkan perusahaan akan berbeda dengan
perusahaan lainnya. Alasannya yaitu (1) kompetitor mungkin akan masuk dan
keluar pasar, (2) produk atau jasa baru akan ditawarkan di pasar, (3) pasar
mungkin akan tumbuh, (4) target untuk konsumen akan mengubah perilaku
konsumen, (5) tren terbaru yang mungkin harus di respon, (6) teknologi yang
mungkin dapat mengubah struktur biaya produksi (baik barang maupun jasa), dan
(7) jalur distribusi baru yang mungkin terbangun atau akan datang
Dengan adanya perubahan yang cepat, maka keputusan strategi setiap
perusahaan harus terus disempurnakan agar perkembangan pertumbuhan atau
kemajuan dapat dicapai secara berkesinambungan, menghadapi perubahan-
perubahan tersebut, dibutuhkan adanya peningkatan kemampuan perusahaan
dalam menghadap kompetisi dan tantangan yang semakin besar.
Berdasarkan landasan teori yang dijabarkan diatas, maka instrumen yang
digunakan untuk mengukur intensitas persaingan, diantaranya jumlah pesaing
yang berada di area operasional MBK, porsi pasar yang dimiliki MBK, dan teknik
pemasaran yang dilakukan pesaing MBK. Penelitian akan difokuskan pada area
kerja MBK di Kantor Baros, kompetitor MBK di area kerja tersebut dan teknik
pemasaran yang dilakukan oleh kompetitor MBK.
2. Budaya Perusahaan
Budaya merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis
diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk
menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya17
.
14
ibid, “Pemasaran” , h., 1 15
Salomon, “Marketing.Fourth Edition” (Ney Jersey:Perason Educationinc, 2007), dalam
Rita Nurmalina dkk, “Pemasaran” , h., 1 16
M. Levens, Marketing:Defined, Explained, Applied, (Pearson:Prentice Hall, 2010), h.,
80 17
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), h., 14
16
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan dikembangkan oleh
suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai
cara yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan
dengan masalah tersebut18
. Budaya dalam suatu organisani, mencerminkan
penampilan organisasi, bagaimana organisasi dilihat oleh orang yang berada di
luar organisasi tersebut. Budaya organisasi merupakan faktor yang merekatkan
seluruh pihak di dalam organisasi bergerak dalam irama yang sama.
Pengembangan dan perubahan organisasi sama dengan perubahan budaya.
Gagasan tentang organisasi dikaitkan dengan sistem dan proses sedangkan
gagasan budaya dikaitkan dengan orang dan hubungannya. Organisasi dan budaya
merupakan dua sisi mata uang. Kombinasi keduanya menjadi budaya organisasi19
.
Dari pendapat beberapa pakar, dapat disimpulkan budaya organisasi adalah
filosofi dasar organisasi yang membuat keyakinan norma-norma, dan nilai-nilai
bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan
sesuatu dalam organisasi20
. Keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut
menjadi pegangan semua sumber daya manusia dalam organisasi menjalan
fungsinya.
Peranan budaya organisasi sangat menentukan bagi pencapain tujuan
organisasi, Penelitian menunjukkan bahwa organisasi dengan strong culture
memunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang
memiliki weak culture21
dan perusahaan yang menekankan pada budaya dapat
menignkatkan pendapatan rata-rata 682%, sedang yang kurang memperhatikan
18
Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership, (San Fransisco:Jossey Bass,
1997) dalam Wibowo, “Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk meningkatkan Kinerja”,
h., 13 19
Wibowo, “Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk meningkatkan Kinerja”, h.,2 20
Ibid, h., 14 21
Terrence E.Deal dan Allan A. Kennedy, Corporate Cultures:The Rites and Rituals of
Corporate Life, (Masschusetts:Perseus Publishing, 2000), h.,25 dalam Wibowo, Budaya
Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja, h.,5
17
budaya hanya meningkat 166%, dalam kurun waktu 11 tahun22
.penelitian tersebut
membuktikan bahwa budaya organisasi mempunyai dampak penting pada kinerja
ekonomi institusi dalam jangka panjang.
Keunggulan suatu organisasi adalah tentang membedakan dirinya dengan
Six P‟s, yaitu people (orang), policies (kebijakan), process (proses), products
(produk), practices (praktik), dan performances (kinerja)23
. Keunggulan orang
(people Excellences) adalah tentang kompetensi dan komitmen dari seluruh
sumber daya manusia didalam organisasi. Keunggulan kebijakan (policies
excellence) adalah tentang penetapan kebijakan yang tepat dalam organisasi
adalah strategi yang penting sekali untuk keunggulan bisnis. Keunggulan proses
(Process excellence) adalah kemampuan untuk merancang suatu proses bisnis
yang efektif, efisien dan menignkatkan daya saing organisasi. Keunggulan Produk
(Product excellence) adalah tentang menghasilkan produk atau jasa yang tepat.
Keunggulan praktik (Practice Excellence) adalah tentang cara bekerja, cara orang
saling memperlakukan satu dengan lain, dan cara orang melayani pelanggan.
Keunggulan kinerja (Performance Excellence) adalah tentang menetapkan rekam
jejak dan melanjutkannya dalam jangka panjang.
Untuk melakukan identifikasi budaya pada suatu organisasi, instrument
yang dapat digunakan yaitu OCAI (Organizational Culture Assessment
instrument) 24.
OCAI merupakan pengembangan dari CVF, yang digunakan untuk
mengetahui kearah mana budaya suatu perusahaan dikelompokkan berdasarkan
kulturnya yaitu kultur klan, adhokrasi, market, dan hierarki.
OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument) mengembangkan
konsep “competing values” yang didekati dari segi kebudayaan organisasi25
.
22
John P.Kotter dan James L.Heskett, Corporate Culture and Performance, (New York:
The Free Press, 1992), h.,11 dalam Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja, h.,5 23
Victor S.L. Tan, Changing Your Corporate Culture, (Singapore: Times Books
International, 2002), h.,78 dalam Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja, h.,96 24
Xenikou, A. dan Furnham, A., “A correlational and factor analytic study of four
questionnaire measures of organizational culture”. Journal of Human Relations, Vol. 49 No.3,
pp49-71, 1996. 25
Ibid. h., 51.
18
OCAI sangat berguna dalam mencerminkan ke arah mana perusahaan ini
dikelompokkan berdasarkan kulturnya untuk mendukung misi dan tujuannya, dan
juga untuk dapat mengidentifikasi elemen-elemen di dalam kultur yang dapat
melawan misi dan tujuan. Hal ini juga bermanfaat, ketika sebuah perusahaan
sedang mencari kembali jati dirinya dan mendefinisikan ulang kebudayaan di
dalamnya, sehingga dapat mencari elemen apa saja yang dapat mendukung
kegiatan perusahaan.
Budaya market merupakan sebuah organisasi yang fokus pada pencapaian
hasil yang mana perhatian utamanya adalah menyelesaikan pekerjaan. Orang-
orang sangat kompetitif dan berorientasi pada tujuan. Pemimpin adalah penggerak
yang keras, produser, dan pesaing. Perekat yang membuat organisasi bersatu
adalah penekanan pada kemenangan. Reputasi dan kesuksesan adalah perhatian
utama. Fokus jangka panjang adalah tindakan yang kompetitif dan penghargaan
pada pencapaian tujuan dan target. Sukses didefinisikan pada pangsa pasaar dan
penetrasi pasar. Harga yang kompetitif dan memimpin pasar merupakan hal yang
penting. Gambaran organisasi adalah kompetisi yang tinggi.
Budaya hierarchy merupakan suatu tempat kerja yang sangat formal dan
terstruktur, segala sesuatu dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditentukan.
Para pemimpin bangga menjadi koordinator yang baik dan memiliki pemikiran
efisiensi. Nilai yang dianggap penting adalah kebijakan formal dan kelancaran
dalam menjalanakan organisasi. Perhatian jangka panjang adalah stabilitas,
kinerja, efisiensi, dan kelancaran operasional. Kesuksesan didefinisikan pada
tingkat penyerahan yang bisa diandalkan, kelancaran penjadwalan, dan
penghematan biaya. Pengelolaan karyawan berfokus pada pekerjaan yang
terjamin dan prediktabilitas.
Adhocracy Culture, Berfokus pada isu eksternal dan nilai kefleksibelan
dibandingkan dengan kestabilan dan kontrol. Kunci utamanya adalah kreativitas
dan pengambilan resiko. Pada organisasi macam ini biasanya tabel-tabel
organisasi, aturan maupun ruang fisik semuanya bersifat sementara, bahkan tidak
ada.
19
Budaya adhocracy merupakan tempat kerja yang sangat dinamis, berjiwa
kewirausahaan serta tempat bekerja orang-orang kreatif. Orang-orang didalamnya
berani mengambil resiko. Pemimpin dianggap sebagai inovator dan pengambil
resiko. Perekat organisasinya adalah komitmen untuk terus bereksperimen dan
inovasi. Menekankan pada menjadi pemimpin. Penekanan jangka panjang
organisasi adalah pada pertumbuhan dan memperoleh sumber daya baru.
Kesuksesan diukur dari mendapatkan produk atau jasa yang unik dan baru,
menjadi pemimpin produk atau layanan penting. Organisasi mendorong insiatif
individu dan kebebasan. Empat klasifikasi kultur yang dikembangkan oleh
Deshpande dkk26
menunjukkan tingkat yang berbeda-beda mengenai kinerja
bisnis dalam pasar yang kompetitif.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur budaya perusahaan,
diantaranya kultur market yaitu budaya MBK terkait misi dan visi dan milestone
usaha, kultur hirarkis yaitu budaya MBK yang menekankan pada sistem
pendelegasian wewenang dan kultur adhokrasi yaitu budaya MBK yang
menekankan pada penyediaan sistem operasional dan prosedur. Penelitian akan
difokuskan pada bagaimana budaya perusahaan tersebut diketahui, dipahami dan
dirasakan oleh nasabah mitra binaan MBK.
3. Kualitas Produk
Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,
perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Produk merupakan
hasil dari kegiatan produksi 27
. Dalam makna yang lebih seerhana, produk adalah
sekumpulan atribut fisik nyata yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat
diidentifikasikan. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan28
. Menurut Kasmir29
, produk secara umum diartikan sebagai
26
Rohit Deshpande, John U. Farley, dan Frederick E.Webster, “Corporate Culture,
Customer Orientation, and Innovativeness in Japaness Culture Firms: A Quadran Analiysis”,
Journal of Marketing Vol 57 No 1, pp.23-37, Januari 1993. 27
Agus Ahyari, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE, (Yogyakarta:BPFE, 1985), h,. 2. 28
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Erlangga
2006), h,. 272.
20
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Artinya,
apapun wujudnya selama itu dapat memenuhi keinginan pelanggan dan kebutuhan
kita katakan sebagai produk. Pembeli akan membeli produk kalau merasa cocok,
karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli
agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik
diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen.
Sedangkan kualitas adalah sejauh mana produk memenuhi spesifikasi-
spesifikasinya. Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning utama
pasar. Kualitas produk mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau
jasa, oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai pelanggan. Dalam
artian sempit kualitas bisa didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan. Dengan
kata lain kualitas produk diukur sejauh mana produk tersebut bisa memuaskan
pelangganya. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih
rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan merk, label, pelayanan, dan
jaminan.
Dalam microfinance, microcredit merupakan salah satu produk dan
layanan yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Arief dan Rosmiati30
dalam kajiannya di Indonesia memebuat kesimpulan bahwa akses terhadap
sumber kredit dan penurunan suku bunga kredit menyebabkan peningkatan
penggunaan input produksi. Peningkatan penggunaan input akan meningkatkan
hasil produksi dan pendapatan usaha tani dan akhirnya akan mendorong
penignkatan konsumsi dan peningkatan permintaan tenaga kerja baru.
Berdasarkan pengalaman empiris yang terjadi, seringkali masyarakat
mengabaikan „harga‟ produk kredit yang ditawarkan. Perhatian masyarakata yang
paling tinggi adalah pada kemudahan dalam mengakses kredit. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat permintaan kredit lebih tinggi daripada tingkat
29
Kasmir, Manajemen Perbankan, edisi revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h., 216. 30
Burhan Arief dan Mia Rosmiati, “Dampak Akses Kredit terhadap Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani Padi”, Proceeding Seminar dan Diskusi Nasional Jati Diri dam Reposisi
Koprasi Indonesia, Bandung: Ikopin Press 2013 dalam Nusron Wahid, Keuangan
Inklusif:Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta: Gramedia Indonesia, 2014), h.,3.
21
penawaran. Harga yang dimaksud adalah suku bunga, imbal hasil dan biaya-biaya
lain yang harus tanggung oleh penerima kredit. Besarnya kesenjangan antara
supply dan demand untuk jasa keuangan mikro tersebut telah mendorong gagasan
pengembangan microfinance dengan pendekatan komersil31
dengan sisi posisitf
berupa pelayanan yang berdasarkan mekanisme pasar sehingga tidak tergantung
pada, likuiditas, donor atau subsidi, dengan potensi moral hazard dan biaya
perantara yang inherent dengan kredit program. Namun komersialisasi
microfinance akan berdampak negatif berupa kesulitan menjangkau lapisan
masyarakat yang paling miskin. Pengembangan kapasitas microfinance dari sisi
manajemen resiko kredit, operasional yang memadai dan teknologi merupakan
kendala yang harus diatasi oleh LKM, mengingat karakteristik yang unik dari
bisnis LKM.
Kualitas produk merupakan determinan penting dalam aspek keunggulan
produk32
. Ada delapan dimensi penting yang harus diperhatikan organisasi untuk
mencapai kualitas produk, yaitu: (1) performance (kinerja), (2) features
(tampilan), (3) reability (keandalan), (4) conformance (kesesuaian), (5) durability
(daya tahan), (6) serviceability (kemampuan pelayanan), (7) aesthetics (estetika),
dan (8) perceived quality (kualitas dirasakan). Dalam produk LKM dimensi
performance (kinerja) mencakup nilai jual produk, margin product, daya serap
produk oleh masyarakat dan kualitas Non Performing Loan (NPL). Dimensi
features (tampilan) mencakup kemudahan dalam proses, prosedur pembiayaan
berulang atau insidentil, produk pembiaayan tanpa jaminanan, cover asuransi atas
pembiayaan yang diterima. Dimensi durability (keandalan) mencakup limit
pemutus pemberian pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, prosedur pelunasan
dipercepat dan tanggung jawab tanggung renteng dalam pemenuhan kewajiban
kelopok. Dimensi conformance (kesesuain) mencakup kesesuain jenis produk
dengan kebutuhan pembiayaa, kesesuain jangka waktu dengan kemampulabaan
atau perputaran kas usaha mikro. Dimensi serviceability (layanan) mencakaup
31
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2009),
h.,13 32
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja, h., 99
22
jangkauan layanan dan kemudahan mendapatkan informasi pembiayaan. Dimensi
aesthetic (estetika) mencakup atribut pelaksanaan dan atribut tenaga pemasar
dalam memberikan layanan. Dimensi perceived quality (kualitas dirasakan)
mencakup kepuasan pelanggan.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas produk dalam
penelitian ini adalah kesesuain produk dengan harapan nasabah mitra binaan
MBK, sistem informasi teknologi pendukung yang digunakan MBK dan pola
pembinaan yang MBK lakukan terhadap Usaha Mikro mitra binaan.
4. Strategi Bisnis
Strategi dirumuskan sebagai suatu tujuan yang ingin dicapai, upaya untuk
mengumpulkan tindakan-tindakan yang bersifat incremental dan terus menerus
dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang ingin diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Banyaknya pelanggan yang ditawari pelayanan,
merupakan kunci dalam pengambilan sebuah keputusan strategis33
.
Menurut Pearce dan Robinson34 Strategi adalah “rencana main” suatu
perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana,
kapan dan dimana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan
tujuan apa. Menurut David35 Strategi adalah sebuah arti dimana objektif jangka
panjang akan dicapai. Strategi merupakan potensi dari sebuah aksi yang
memerlukan keputusan manajer puncak dan membutuhkan sumber daya yang
besar, strategi juga mempengaruhi sebuah kesuksesan organisasi, Biasanya hanya
bertahan sampai dengan lima tahun dan perusahaan berorientasi pada depan.
Strategi mempunyai konsekuensi Multidivisional yang membutuhkan
pertimbangan diantara external dan internal faktor.
33
Christian Homburg et al., Service Orientation of a Retailer‟s Business Strategy. Journal
of Marketing vol 66 No.4, pp. 86-1012, October 2002. 34
John A. Pearce dan Richard B. Robinsen, Manajemen Strategic, (Jakarta: Salemba
empat, 2014), h., 20. 35
David A. Aaker, Strategi Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),
h.,13.
23
Sehingga dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah
alat yang digunakan oleh seseorang atau perusahaan, yang merupakan suatu
perencanaan berskala besar, dengan orientasi masa depan yang berhubungan
dengan bagaimana suatu perusahaan memposisikan dirinya guna berinteraksi
dengan kondisi persaingan untuk mencapai keunggulan yg kompetitif. Banyaknya
pelanggan yang ditawari pelayanan, merupakan kunci dalam pengambilan sebuah
keputusan strategis.
Suatu strategi memiliki 5 (lima) unsur, dimana masing-masing unsur dapat
menjawab masing-masing pertanyaan sebagai berikut36
:
a. Gelanggang Aktifitas atau arena yang merupakan area (produk, jasa, saluran
distribusi, pasar geografis, dan lainnya) dimana organisasi beroperasi. Unsur
strategi bersifat spesifik, seperti kategori produk yang ditekuni, segmen pasar,
area geografis dan teknologi utama yang dikembangkan, yang merupakan
tahap penambahan nilai dari skema rantai nilai, meliputi perancangan produk,
manufaktur, jasa pelayanan, distribusi, dan penjualan.
b. Saran kendaraan atau vehicles yang digunakan untuk mencapai arena sasaran.
Unsur ini berkaitan dengan bagaimana organisasi dapat mencapai arena
sasaran, dapat melalui perluasan cakupan produk, yang dilakukan memlalui
pengembangan produk dari dalam organisasi atau secara internal dan dapat
juga dengan cara lain yaitu ventura bersama, akuisisi.
c. Pembeda yang dibuat atau diffrentiators adalah unsur yang spesifik dari
strategi yang ditetapkan, sebagaimana organisasi akan dapat menang atau
unggul dipasar, yaitu bagaimana organisasi akan mendapatkan pelanggan
secara luas.
d. Tahapan rencana yang dilalui atau staging merupakan penerapan waktu dan
langkah dari pergerakan stratejik. Unsur ini menetapkan kecepatan dan
langkah-langkah utama pergerakan dari strategi, bagi pencapaian misi dan visi
organisasi.
36
Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h.,5-6 disarikan dari D.C. Hambrick dan J.W.Fredrickson, “Are You Sure
You Have a Strategy” dan Carpenter dan Sanders, “Strategic Management”
24
e. Pemikiran yang ekonomis atau economic logic, merupakan gagasan yang jelas
bagaimana manfat dan keuntungan yang akan dihasilkan. Strategi yang sukses
tentunya mempunyai dasar pemikiran yang ekonomis, sebagai tumpuan untuk
menciptakan keuntungan yang dihasilkan,
Strategi bisnis merupakan strategi untuk mendorong perusahaan
menghadapi lawan persaingan. Di dalam industry atau segmen industry. Strategi
mencakup pencapaian tujuan dalam persaingan pemenuhan kepuasan atas
kebutuhan pelanggan pada saat ini dan sekaligus merencanakan persaingan usaha
di masa mendatang37
. Startegi bisnis merumuskan apa yang akan dilakukan, oleh
siapa dan bagaimana cara pelaksanaannya, serta dari siapa proses tersebut
ditetapkan perlu dilaksanakan, dan mengapa sasaran suatu organisasi perlu
diupayakan untuk dicapai38
. Strategi bisnis merupakan keputusan untuk
mengarahkan agar perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan
keunggulan bersaingnya, dengan terus berupaya melakukan perbaikan efisiensi,
dan mengembangkan teknologi yang digunakan dalam produksi agar dapat
dicapai biaya rendah dan harga murah.
Keberhasilan suatu perusahaan mempertahankan keunggulan bersaing
yang berkelanjutan dapat dicapai hanya karena dua tindakan strategis, yaitu:
pertama dengan strategi bisnis yang mempertahankan keunggulan bersaing,
kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Kedua dengan mengembangkan
program pemasaran yang kreatif dan fleksible, guna mempercepat dan mengejar
peluang dan peningkatan keuntungan perusahaan39
.
Unsur Lembaga keuangan mikro berdasarkan Undang-undang No.1 tahun
2003 tentang Lembaga Keuangan Mikro didefinisikan sebagi lembaga keuangan
yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha
skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun
pemberian jasa konsultasi dan pengembangan usaha yang tidak semata-mata
37
Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h.,12 38
Ibid, h.,20 39
Ibid, h.,23
25
mencari keuntungan40
. LKM menjadi wacana global yang diyakini oleh banyak
pihak menjadi metode alternatif untuk mengatasi masalah dalam perekonomian
terutama masalah kemiskinan. Sebagaimana tujuan dari pengembangan LKM
sebagai organisasi adalah untuk melayani kebutuhan keuangan pasar yang belum
terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Menurut Ledgerwood41
tujuan utama dari LKM secara umum ialah untuk
mengurangi, dan kemiskinan, untuk memberdayakan perempuan atau kelompok-
kelompok penduduk yang kurang beruntung, untuk menciptakan lapangan kerja,
untuk membantu pertumbuhan bisnis atau keragaman aktivitas mereka, dan untuk
mendorong pengembangan bisnis baru.
Sasaran utama LKM adalah masyarakat miskin yakni masyarakat yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, dimana kebutuhan ini dihitung dengan
monetary value tertentu sebagai batasannya. Menurut Shirazi dan Pramanik42
,
kemiskinan dapat didifinisikan sebagai suatu situasi yang dihadapi oleh seorang
individu dimana mereka tidak memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologis,
maupun dimensi spiritual. Definisi ini memfokuskan kemiskinan pada ketidak
mampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal senada
disampaikan oleh Euis Amalia43
mengatakan bahwa pada masyarakat miskin
sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi di antara mereka, yang mencakup:
pertama, masyarakat sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak
berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat
dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active
working poor), dan ketiga, masyarakat berpenghasilan rendah (lower income)
yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak.
40
Undang-undang No 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangn Mikro 41
Joana Ledgerwood, Microfinance Handbook:An Institutional and financial Perspective
(Washington DC: The World Bank, 1999), h,.34. 42
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah,(Jakarta:
PT Rajagrafindo, 2016), h., 68. 43
Euis Amalia, Reformasi Kebijakan Bagi Penguatan Lembaga Keuangan Mikro dan
Usaha Kecil Mikro di Indonesia, (Disertasi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h., 50.
26
Perkembangan Usaha Mikro yang cukup pesat mengisyaratkan adanya
potensi yang besar atas kekuatan domestik. Hal ini akan menjadi kekuatan
ekonomi yang tangguh jika dikelola dan dikembangkan dengan benar. Namun
demikian, Usaha Mikro juga memiliki permasalahan diantaranya distribusi
produk-produk yang dihasilkan, lemahnya manajemen usaha, serta akses pada
sumber-sumber pembiayaan formal khususnya perbankan44
. Keterbatasan akses
sumber-sumber pembiayaan formal menyebabkan banyak Usaha Mikro
bergantung pada sumber-sumber pembiayaan informal. Hal ini karena syarat dan
jumlah pinjaman yang rumit yang diberlakukan oleh lembaga keuangan formal.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan sebuah lembaga
perekonomian mikro syari‟ah yang bergerak menghimpun dan menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat kecil, baik yang bersiafat sosial (nirlaba) seperti
Zakat, infak dan sedekah ataupun penyaluran dan pembiayaan modal usaha yang
bersifat laba dengan sistem bagi hasil. Kehadiran LKMS sebenarnya bisa menjadi
suatu solusi alternatif bagi perekonomian Bangsa Indonesia yang kebanyakan
masyarakatnya bergerak di bidang Usaha mikro Kecil dan Menengah. Hal ini
dikarenakan LKMS lebih fleksibel dan bisa menjangkau masyarakat kecil
dibandingkan dengan Bank yang hanya bisa menjangkau kalangan menengah ke
atas. LKMS juga diharapakan bisa sebagai suatu solusi alternatif yang ampuh
sebagai pilihan bagi masyarakat agar dapat terhindar dari praktek-praktek ribawi
yang banyak di terapkan oleh para rentenir di sekitar lingkungan tempat tinggal
dan diharapkan bisa menggantikannya dengan prinsip muamalah sesuai dengan
ajaran Islam dikarenakan LKMS memang menjunjung tinggi asas-asas tersebut.
Salah satu cara untuk menghadapi hal-hal tersebut diatas adalah dengan
pengembangan produk yaitu melakukan perbaikan atau menghasilkan produk baru
yang berbeda dengan produk yang telah ada. Pengembangan produk pada
dasarnya adalah usaha yang dilakukan untuk memperbaiki produk yang sedang
berjalan atau menambah jenis produk yang belum ada. LKMS harus mampu
meningkatkan dan memberikan inovasi yang baru pada produk jasa sebagai usaha
44
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h.,87
27
manajemen dalam menghadapi perubahan selera, dan persaingan yang semakin
meningkat sehingga dapat mempertemukan keinginan pasar melalui produk
LKMS yang tidak ketinggalan dari produk lembaga keuangan mikro
konvensional. Pemilihan gender, dalam hal ini perempuan dalam penyaluran
produk maupun manajemen MBK yang diadopsi dari Garmeen Bank merupakan
salah satu upaya pengembangan produk yang dimaksud.
Di Idonesia, seperti halnya di negara berkembang lainnya, perkembangan
wanita pengusaha atau lewirausahaan di dalam kelompok wanita sangat
berpotensi menjadi motor utama pendorong proses pemberdayaan wanita dan
transformasi sosial, yang pada akhirnya bisa sangat berdampak positif terhadap
penurunan tingkat kemiskinan. Dapat dikatakan bahwa semakin besar partisipasi
wanita bukan saja dalam kesempatan kerja tetapi juga sebagai pengusaha atau
pemilik usaha, semakin inklusif pembangunan ekonomi di Indonesia45
.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur strategi bisnis MBK
merupakan strategi yang dijadikan acuan bagi langkah fundamental yang
direncanakan untuk dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan. Indikator dari
strategi bisnis perusahaan adalah Pinjaman modal kerja, Pinjaman berulang dan
insidentil, Wilayah kerja yang luas dan Khusus perempuan yaitu strategi MBK
yang mengkhususkan diri untuk membina Usaha Mikro yang dikelola perempuan.
5. Usaha Mikro
Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi nasional yang bersifat
inklusif, posisi UMKM dimata pemerintah menjadi sangat penting. Keberadaan
UMKM yang sehat dalam arti produktif, efisien, dan berdaya saing tinggi, akses
masyarakat khususnya dari kelompok miskin ke kesempatan kerja atau peluang-
peluang ekonomi semakin besar, merupakan salah satu unsur penting dalam
proses pembangunan ekonomi inklusif.
Segmen usaha yang beragam membutuhkan pola pembiayaan yang
berbeda, sebagaimana piramida pola pembiayaan sebagai berikut:
45
Tulus TH Tambunan, Pembangunan Ekonomi Inklusif, h., 3-4
28
Gambar 2.2
Piramida Usaha Besar dan UMKM di Indonesia46
Pemberian kredit skala kecil secara signifikan mampu berperan dalam
menanggulangi kemiskinan dan berkontribusi dalam mengurangi kerentanan
terhadap kemiskinan47
, dan akses terhadap sumber kredit dan penurunan suku
bunga kredit terbukti menyebabkan peningkatan penggunaan input produksi48
.
46
www.bumrpangan.com/konsep 47
Shahidur R.Khanker dan Rasheedur R.Faruqee, “The impact of Farm Credit in Pakistan”.
Agricultural Economics, volume 28, Issue 3, Mei 2003, h., 197-213 48
Burhan Arief dan Mia Rosmiati, “Dampak Akses Kredit terhadap Kesejahteraan
Rumah tangga Petani Padi”, Preceeding Seminar dan Diskusi Nasional Jati Diri dan Reposisi
Koperasi Indonesia. Bandung:Ikopin Press sebagaimana dikutip oleh Nusron Wahid, Keuangan
Inklusif:Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta: Gramedia Indonesia), h., 3.
29
Peningkatan permodalan, pendapatan, dan keuntungan usaha ternyata juga
dibarengi dengan peningkatan nilai asset usaha dari para pelaku usaha penerima
kredit.49
.
Perhatian pemerintah untuk memberikan akses terhadap pembiayaan
dalam rangka pengentasan kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran dapat
dilihat dari banyaknya program dan skim kredit mikro yang diberikan. Beberapa
diantaranya skim yang diberikan adalah Kredit Investasi Kecil, Kredit Modal
Kerja Permanen, Kupedes, dan program Hubungan Bank dengan Kelompok
Swadaya Masyarakat (HKB)50
. Berbagai program pemerintah juga telah
dicanangkan untuk pencapaian tujuan tersebut, diantaranya adalah Program
Bantuan Modal Pinjaman Lunak dan Koperasi (BMPLK), Pembinaan Usaha Kecil
dan Koperasi (PUKK) dari BUMN, Dana Bergulir Usaha Kecil Industri dan
Dagang (BKUID), Bantuan Usaha Ekonomi Produktif Kelompok Anggrek dan
Pemanfaatan Pekarangan (BUEPKAID), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-
lain51
. Seringkali terjadi tumpang tindih pelaksanaan dalam realisasi program
tersebut akibat kurangnya koordinasi antar Kementian yang membawahi program
tersebut.
Definisi Usaha Mikro diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) . Dalam
Bab 1 (Ketentuan Umum), Pasal 1 dari UU tersebut, dinyatakan bahwa Usaha
Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha MikroI sebagaimana diatur dalam UU tersebut52
, Usaha Mikro adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah
yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalan UU tersebut.
49
Nusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta:
Gramedia Indonesia, 2014), h.,191. 50
Ibid, h., 197. 51
Ibid, h., 16. 52
www.peraturan.go.id/uu
30
Perbedaan UMKM tidak hanya berbeda dari aspek modal, omzet, dan
jumlah tenaga kerja namun dapat juga dibedakan berdasarkan ciri dan
karakteristik yang terdapat dalam UMKM itu sendiri. Karakteristik Usaha mikro
juga dapat dicirikan oleh beberapa kondisi berikut53
: (1) Aspek formalitas usaha
mikro beroperasi di struktur informal dengan badan usaha yang tidak terdaftar dan
pajak jarang/tidak dibayarkan, (2) Aspek pemilik dan managemen dikelola sendiri
oleh pemilik, tidak menerapkan pembagian tenaga kerja internal dan belum
melakukan managemen/pencatatan keuangan, sekalipun yang sederhana, atau
masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca uasahanya, (3) Aspek
Kesempatan kerja kebanyakan menggunakan anggota keluarga yang tidak
dibayar, (4) Aspek proses produksi umumnya manual dengan tingkat teknologi
yang rendah, (5) Aspek pemasaran umumnya menjual ke pasar lokal untuk
kelompok berpendapatan rendah, (6) Profil ekonomi dan social dari pemilik
umumnya berpendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin dengan motivasi
utama untuk bertahan hidup. Definisi dan pencirian kategori Usaha Mikro
dibutuhkan untuk dapat dijadikan pedoman untuk membentuk kebijakan terkait
pemberdayaan Usaha Mikro.
Dengan kriteria berdasarkan Undand-undang tersebut, Usaha mikro adalah
unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak 50 juta, atau dengan hasil
penjualan tahunan paling besar 300 juta; usaha kecil dengan nilai asset lebih dari
50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp 2.500.000.000; dan usaha
menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta
hingga paling banyak Rp 100 milyar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas
Rp 2.500.000.000 sampai paling tinggi Rp 50 milyar adalah unit usaha.
53
M. Azrul Tanjung, Koperasi dan UMKM Sebagai Fondasi Perekonomin Indonesia,
(Jakarta, Erlangga, 2017), h., 91
31
Gambar 2.3
Kategorisasi Usaha berdasarkan Aset dan Omzet54
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan asset Usaha
Mikro, diantaranya adalah kondisi hunian, taraf pendidikan anak, keahlian
khusus yang dimiliki dan aktiva yang dimiliki, baik dalam bentuk aktiva tetap
berwujud (tangible asset) maupun aktiva tidak berwujud (intagible asset).
54
Direktorat Kredit BPR dan UMKM, Kebijakan Bank Indonesia dalam Pengembangan
UMKM, disampaikan dalam seminar UMKM Makasar, 20 April 2011.
32
B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang telah digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan model penelitian adalah sebagi berikut, Penelitian Naim55
menjelaskan bahwa diantara intensitas persaingan, kualitas SDM, budaya
perusahaan dan kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap strategi bisnis, dan intensitas persaingan merupakan faktor dominan
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam kaitannya dnegan penelitian ini,
hasil yang diacu adalah adanya pengaruh intensitas persaingan, budaya
perusahaan dan kualitas produk terhadap strategi bisnis.
Penelitian Aasmaan56
menjelaskan bahwa pemahaman dan penggunaan
model LKM Syariah memiliki kemampuan untuk melakukan restruktur dan re-
desain kondisi sosio ekonomi dari Usaha Mikro dan SME di daerah berkembang.
Hasil penelitian yang diacu dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh model
LKMS dengan penyusunan strategi bisnis dan peningkatan asset usaha mikro.
Penelitian Heidmann dan Nilsholm57
, menjelaskan bahwa tidak terdapat
korelasi antara penggapaian layanan untuk kaum miskin dengan efisiensi LKM
akibat meningkatnya kompetisi, komersialisasi LKM, perubahan teknologi yg
digunakan oleh LKM dan perubahan kebijakan pemerintah. Hasil yang diacu
dalam penelitian ini adalah kompetisi, pemasaran, teknologi berpengaruh terhadap
strategi efisiensi dan layanan kepada usaha mikro.
Penelitian Nugroho58
menjelaskan bahwa kepuasan dan loyalitas anggota
dipengaruhi secara langsung oleh kualitas layanan dan pendapatan serta ROA
dipengaruhi secara langsung oleh loyalitas anggota. Hasil yang diacu dalam
penelitian ini adalah kualitas produk berpengaruh terhadap strategi bisnis.
55
Afrizal Naim, Analisis Strategi Bisnis Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Kinerja
Perusahaan, (Master Tesis: Universitas Diponegoro, 2005) 56
Aasmaan Anam Jamal, et al.,”Challenges Faced By The Model Of Islamic
Microfinance For The Development Of Micro Entrepreneurs And Smes In Rural Pakistan”
International SAMANM Journal of Finance and Accounting , Vol 1 No 3, October ,2013 57
Sandra Heidmann dan Nathalie Nilsholm, Compability Between Outreach and
Efficiency in Microfinance Market, (Master Tesis: Lund University School of Economics and
Management, 2012) 58
Wawan Sadtyo Nugroho,”Analisis Determinasi Pada Peningkatan Kinerja Keuangan
Micro-Banking Syariah”, Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi Vol 13 No2 p 116-128, 2015
33
Penelitian Euis Amalia dan Mahmudah Atikah59
menjelaskan bahwa
sumber daya manusia, merupakan aspek terpenting dalam kinerja LKMS dan
model bisnis LKMS yang terbaik adalah mixed model, yaitu integrasi antara
model Koperasi dengan model Grameen. Hasil penelitian yang diacu dalam
penelitian ini adalah model bisnis Grameen bank berpengaruh terhadap strategi
bisnis pada LKMS.
Penelitian Hashim dkk60
menjelaskan tentang adanya kaitan antara strategi
bisnis, lingkungan, dan kinerja perusahaan dengan obyek para UKM di Malaysia.
Hasil penelitian yang diacu adalah karakteristik lingkungan berpengaruh terhadap
strategi bisnis UMKM.
Ringkasan dari penelitian tersebut selanjutnya disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2..3
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Penelitian
Terdahulu
Alat
Analisi
s
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Hasil yang
Diacu
Afrizal Naim,
“Analisis strategi
bisnis lembaga
keuangan mikro
terhadap kinerja
perusahaan
SEM - Intensitas
persaingan
- Budaya
Perusahaan,
- Budaya
Perusahaan
- Sumber daya
Manusia
- Kualitas
Produk
Strategy
bisnis dan
kinerja
perusahaan
Intensitas
perusahaan,
Budaya
perusahaan
dan Kualitas
produk
berpengaruh
terhadap
strategi
bisnis
59
Euis Amalia dan Mahmudah Atikah, “Evaluating the Models of Sharia Microfinance in
Indonesia: Analytical Network Process (ANP) Approach”, Jurnal Al Iqtishad , Vol 7 No 1,
Januari, 2015 60
Hashim, Mohd. K, Syed Azizi Wafa, dan Mohamed Sulaiman. “Determining The
Moderating Effect of Enviroment on The Business Strategy Perfomance Relationship in Malaysian
SMES”. Jurnal Strategy Business, Vol.8 No.6, Desember, 2001
34
Aasmaan Anam
Jamal, et al.
“Challenges
Faced By The
Model Of Islamic
Microfinance For
The Development
Of Micro
Entrepreneurs
And Smes In Rural
Pakistan”
literatur
e review
Model
LKMS
Perkembangan
UMKM
-Budaya
perusahaan
LKMS
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
UMKM
-Produk dan
prosedur
berpengaruh
terhadap
perkembangan
UMKM
Sandra Heidman,
dan Nathalie
Nilsholm, ,
“Compability
Between Outreach
and Efficiency in
Microfinance
Market”,
Stochast
ic
Frontier
Analysis
Layanan
LKM
Efisiensi
LKM
-Peminjam
perempuan
berpengaruh
terhadap
efisiensi LKM
-Efieinsi
dipengaruhi
lokasi
Wawan Sadtyo
Nugroho,”Analisis
Determinasi Pada
Peningkatan
Kinerja Keuangan
Micro-Banking
Syariah”Nugroho
SEM - Atribut
produk
- kualitas
layanan
- Kepuasan
Nasabah
- Loyalitas
Nasabah
- Tingkata
Pendapatan
- Tingkat
ROA
- Produk
berpengaruh
terhadap
loyalitas
35
Euis Amalia dan
Mahmudah
Atikah,
“Evaluating the
Models of Sharia
Microfinance in
Indonesia:
Analytical
Network Process
(ANP)
Approach”Euis
ANP -Finace
Cluster:
model
LKMS,
Standar
Operating
Management,
Standard
Operating
Prosedur dan
Teknologi
-marketing
cluster:
harga,
pemasaran,
pendampinga
n dan
kualitas
produk
Kinerja
LKMS
-Model
grameen bank
berpengaruh
terhadap
kinerja LKMS
-SOP
merupakan
element
prioritas
dalam
management
-pendamping-
an
berpengaruh
terhadap
kinerja LKMS
-pemasaran
merupakan
prioritas
penting
penjualan
Hashim, Mohd. K,
Syed Azizi Wafa,
dan Mohamed
Sulaiman.
“Determining The
Moderating Effect
Regresi -Strategi
Bisnis
-Lingkungan
Kinerja
UMKM
Strategi bisnis
dan
lingkungan
berpengaruh
terhadap
kinerja
36
of Enviroment on
The Business
Strategy
Perfomance
Relationship in
Malaysian SMES”
UMKM
C. Pengembangan Model Penelitian
Dalam kerangka pemikiran ini, yang dimaksud untuk menjawab
pertanyaan, diajukan tiga variable yang mempengaruhi strategi bisnis dan
peningkatan asset usaha mikro, yaitu intensitas persaingan, budaya perusahaan
dan kualitas produk. Hubungan yang terjadi antara ke tiga variable tersebut
dengan strategi bisnis dan peningkatan asset usah mikro digambarkan dengan
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah seperti Gambar 2.1.
Gambar 2.4.
Kerangka Pemikiran Teoritis
37
D. Indikator Variabel
1. Intensitas Persaingan
Intensitas persaingan adalah tingkat kompetisi yang dihadapi oleh LKM
dalam rangka meraih pelanggan dan mempertahankan posisinya. Indikator yang
digunakan adalah:
(1) Jumlah Pesaing merupakan jumlah LKM pesaing yang berada dalam
segmen dan wilayah yang sama
(2) Porsi pasar adalah jumlah usaha mikro yang menjadi mitra usaha
LKMS dibandingkan LKM pesaing di wilayah yang sama
(3) Teknik pemasaran merupakan teknik menarik mitra usaha baru yang
digunakan oleh LKM lain dalam wilayah yang sama
Gambar 2.5.
Indikator Variabel Intensitas Persaingan
Sumber: Kotler61
, Potter62
, Hashim63
, Sofyan64
, Slater65
, Kaplan66
Homburg67
,Salomon68
, Levens69
61
Philip Kotler, A Framework For Marketing Mangement, (New Jersey: Pearson, 2001),
h., 85. 62
Michael E. Porter, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan kinerja
Unggul, (Jakarta: Erlangga, 1996), h., 64. 63
Mohd. K Hashim, Syed Azizi Wafa, dan Mohamed Sulaiman. Determining The
Moderating Effect of Enviroment on The Business Strategy Perfomance Relationship in Malaysian
SMES. Jurnal Strategy Business, Vol.8 No.6, Desember 2001 64
Sofjan Assauri, Strategic Management, Sustainable Competitive Advantages,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), h., 1.
Jumlah Pesaing
Porsi Pasar
Tehnik
Pemasaran
Intensitas
Persaingan
MBK
38
Penelitian akan difokuskan pada area kerja MBK di Kantor Baros, posisi
MBK sebgai pilihan utama mitra binaan, dan ragam teknik pemasaran yang
dilakukan pesaing MBK untuk menarik mitra usaha MBK di area tersebut.
2. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah filosofi dasar perusahaan yang membuat
keyakinan norma-norma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti
tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi. Indikator yang
digunakan adalah:
(1) Kultur market ditandai merupakan budaya perusahaan yang
menekankan pada pencapain hasil dan penyelesaian pekerjaan yang
diwakili oleh visi, misi dan milestone MBK
(2) Kultur hirarkis merupakan budaya yang menekankan pada sistem
pendelegasian wewenang
(3) Kultur adhokrasi merupakan budaya perusahaan yang memberikan
fokus pada kreatifitas dan keputusan pengambilan resiko guna
menghasilkan kinerja yang baik, menekankan pada penyediaan sistem
operasional dan prosedur
65
Slater dan Narver, “Marketing Orientation, Customer Value, and Superior
Performance”, Journal of Marketing, Vol 59 pp 63-74, July 1995. 66
Robert S. Kaplan dan David P. Norton, Balance Scorecard, (Jakarta: Erlangga, 2000),
h., 85. 67
Christian Homburg, Wayne D.Hoyer dan Martin Fassnacht, Services Orientation of
Retailer‟s Business Strategy, Journal of Marketing Vol 66 No.4, pp.86-101, October 2002. 68
Salomon, “Marketing.Fourth Edition” (Ney Jersey:Perason Educationinc, 2007),
dalam Rita Nurmalina dkk, “Pemasaran” , h., 1 69
M. Levens, Marketing:Defined, Explained, Applied, (Pearson:Prentice Hall, 2010), h.,
80
39
Gambar 2.6
Variabel Indikator Budaya Perusahaan
Sumber: Schein70
, Wibowo71
, Deal72
, Kotter73
, Tan74
, Xenikau75
,
Despande76
Penelitian akan difokuskan pada bagaimana budaya perusahaan tersebut
diketahui, dipahami dan dirasakan oleh nasabah mitra binaan MBK.
3. Kualitas Produk
Kualitas produk adalah spesifiasi produk dan keseuainnya dengan harapan
pelanggannya. Indikator dari kualitas produk adalah:
(1) Kesesuain produk dengan harapan mitra usaha
70
Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership, (San Fransisco:Jossey Bass,
1997) dalam Wibowo, “Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk meningkatkan Kinerja”,
h., 13 71
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), h., 14 72
Terrence E.Deal dan Allan A. Kennedy, Corporate Cultures:The Rites and Rituals of
Corporate Life, (Masschusetts:Perseus Publishing, 2000), h.,25 dalam Wibowo, Budaya
Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja, h.,5 73
John P.Kotter dan James L.Heskett, Corporate Culture and Performance, (New York:
The Free Press, 1992), h.,11 dalam Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja, h.,5 74
Victor S.L. Tan, Changing Your Corporate Culture, (Singapore: Times Books
International, 2002), h.,78 dalam Wibowo, Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja, h.,96 75
Xenikou, A. dan Furnham, A., “A correlational and factor analytic study of four
questionnaire measures of organizational culture”. Journal of Human Relations, 1996 Vol. 49,
No.3. h., 49. 76
Rohit Deshpande, John U. Farley, dan Frederick E.Webster, “Corporate Culture,
Customer Orientation, and Innovativeness in Japaness Culture Firms: A Quadran Analiysis”,
Journal of Marketing Vol 57 Januari dalam Afrizal Naim, Analisa Strategy Lembaga Keuangan
Mikro Terhadap Kinerja Perusahaan, (Master Tesis: Universitas Diponegoro, 2005) h., 31
Kultur Market
Kultur Hirarkis
Kultur Adhokrasi
Budaya
Perusahaan
MBK
40
(2) Support sistem dan teknologi
(3) Pola pembinaan
Gambar 2.7.
Variabel Indikator Kualitas Produk
Sumber: Ahyari77
, Kotler78
, Kasmir79
, Amalia80
, Wibowo81
Focus penelitian adalah kesesuain produk dengan harapan nasabah mitra
binaan MBK, kemudahan sistem informasi dan teknologi pendukung yang
digunakan MBK terhadap usaha mikro mitra binaan dan pola pembinaan yang
MBK lakukan terhadap usah mikro mitra binaan.
4. Strategi Bisnis
Strategi bisnis adalah alat yang digunakan oleh seseorang atau perusahaan,
yang merupakan perencanaan berskala besar, dengan orientasi masa depan yang
berhubungan dengan bagaimana suatu perusahaan memposisikan dirinya guna
berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai keunggulan yang
kompetitif. Indikator strategi bisnis adalah:
77
Agus Ahyari, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE, (Yogyakarta:BPFE, 1985), h,. 2. 78
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Erlangga
2006), h,. 272. 79
Kasmir, Manajemen Perbankan, edisi revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h., 216. 79
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2009),
h.,13 80
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja, h., 99 81
Ibid, h., 14
Kesesuaian
Produk
Suport sistem dan
Teknologi
Pola Pembinaan
Kualitas
Produk MBK
41
(1) Pembiayaan modal kerja yaitu strategi MBK dalam menawarkan
kemudahan proses pembiayaan kepada mitra binaan
(2) Pembiayaan berulang atau insidentil yaitu strategi MBK dalam
memberikan kemudahan untuk pengajuan pembiayaan berulang atau
mendadak
(3) Wilayah kerja yaitu strategi MBK untuk melayani nasabah dalam
radius maksimal 10 km dari kantor MBK
(4) Mitra binaan perempuan adalah strategi MBK untuk melayani
pengusaha mikro khusus perempuan.
Gambar 2.8.
Variabel Indikator Strategi Bisnis
Sumber: Homburg82
, Pearce83
, Aaker84
, Assauri85
, Ledgerwood86
,
Muhammad87
, Tambunan88
82
Christian Homburg et al., Service Orientation of a Retailer‟s Business Strategy. Journal
of Marketing vol 66 No.4, 2002, h., 96. 83
John A. Pearce dan Richard B. Robinsen, Manajemen Strategic, (Jakarta: Salemba
empat, 2014), h., 20. 84
David A. Aaker, Strategi Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Salemba 4, 2013), h.,13. 85
Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h.,5-6 disarikan dari D.C. Hambrick dan J.W.Fredrickson, “Are You Sure
You Have a Strategy” dan Carpenter dan Sanders, “Strategic Management” 86
Joana Ledgerwood, Microfinance Handbook:An Institutional and financial Perspective
(Washington DC: The World Bank, 1999), h,.34. 87
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h.,87 88
Tulus TH Tambunan, Pembangunan Ekonomi Inklusif, h., 3-4
Pembiayaan Modal
Kerja
Pembiayaan
Berulang/insidentil
Wilayah Kerja
Strategi Bisnis
BMK
Mitra binaan
Perempuan
42
Keahlian Khusus
Kondisi Hunian
Modal dan usaha
Taraf Pendidikan
Aset Usaha
Mikro
Fokus penelitian adalah strategi untuk memberikan kemudahan usaha
mikro mitra binaan dalam proses pembiayaan modal kerja, strategi dalam
pemberian pembiayaan berulang dan insidentil, wilayah kerja dan aksesibilitas
mitra binaan kepada MBK, dan kekhususan dalam hal pemberian pembiayaan
kepada usaha mikro yang dikelola perempuan.
5. Aset Usaha Mikro
Usaha mikro adalahunit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak 50
juta, atau dengan hasil penjualan tahunan paling besar 300 juta. Indikator
peningkatan aset usaha mikro adalah:
(1) Kondosi hunian adalah peningkatan kondisi hunian usaha mikro mitra
binaan
(2) Modal dan usaha adalah peningkatan modal dan usaha sejak menjadi
mitra binaan MBK
(3) Taraf pendidikan adalah peningkatan akses anak dari mitra binaan ke
taraf pendidikan yang lebih tinggi
(4) Keahlian khusus adalah peningkatan keahlian mitra binaan atas
pelatihan yang MBK berikan
Gambar 2.9.
Variabel Indikator Peningkatan Aset Usaha Mikro
43
Sumber: Khanker89
, Wahid90
Fokus penelitian adalah peningkatan asset usah mikro adalah kondisi
hunian setelah menerima pembiayaan dari MBK, peningkatan permodalan dan
pertumbuhan usaha setelah memperoleh pembiayaan dari MBK, peningkatan
akses anak mitra binaan ke taraf pendidikan yang lebih tinggi, dan pembahan
keahlian khusus yang dimiliki sejak menjadi mitra usaha MBK.
E. Kontruk Variabel
Konstruk/variable adalah abstraksi fenomena atau realitas yang diamati,
seperti: kejadian, proses atribut, subyek atau obyek tertentu. Konstruk merupakan
konsep abstrak yang sengaja diadopsi untuk keperluan ilmiah91
. Karena Adapun
konstruk variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Konstruk Variabel
Variabel Indikator Skala Pertanyaan
No.
Intensitas
Persaingan
X1:Jumlah pesaing yang berada di
area operasional MBK.
X2:Porsi pasar yang dimiliki MBK.
X3:Teknik pemasaran yang dilakukan
para pesaing MBK.
Ordinal
1
2
3
Budaya
Perusahaan
X4:Visi, Misi dan milestone
perusahaan.
X5: Kultur hirarkis.
X6:Kultur adhokrasi.
Ordinal 4
5
6
89
Shahidur R.Khanker dan Rasheedur R.Faruqee, “The impact of Farm Credit in
Pakistan”. Agricultural Economics, volume 28, Issue 3, Mei 2003, h., 197-213 90
Nusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, (Jakarta:
Gramedia Indonesia, 2014), h.,191. 91
Siswono Haryono, Structural Equation Modelling: untuk Penelitian Management
Menggunakan Amos 18.00. Bekasi: Intermedia Personalia Utama, 2012. h.,26-27
44
Kualitas
Produk
X7:Kesesuain produk dengan harapan
mitra binaan MBK.
X8:Sistem informasi teknologi
pendukung yang digunakan
MBK.
X9:Pola pembinaan yang MBK
lakukan terhadap usaha mikro
mitra binaan
Ordinal 7
8
9
Strategi
Bisnis
X10: Pinjaman modal kerja
X11: Pinjaman berulang dan
insidentil
X12: Wilayah kerja MBK
X13: Khusus perempuan
Ordinal 10
11
12
13
Asset Usaha
Mikro
X14: Kondisi hunian
X15: Aktiva yang dimiliki
X16: Taraf pendidikan anak
X17: Keahlian khusus
Ordinal 14
15
16
17
Variable adalah karakteristik pengamatan terhadap partisipan atau situasi
pada suatu penelitian yang memiliki nilai berbeda atau bervariasi pada studi
tersebut92
. Skala pengukuran variable dalam analisis SEM dalam penelitian ini
adalah skala Likert 93
yang merupakan skala ordinal.
92
Ibid, h.,27 93
Ibid, h.,62
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah peningkatan aset usaha mikro yang
merupakan mitra binaan dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah PT.Mitra Bisnis
Keluarga Ventura(MBK). Guna memenuhi sampel, dipilih mitra binaan dari MBK
cabang Baros Serang.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsunmg melalui
Kuesioner dan wawancara. Kuesioner dilakukan kepada nasabah mitra binaan
MBK, di mana kuisioner itu sendiri berarti sebuah rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan setiap pertanyaan yang diajukan
memiliki jawaban yang mempunyai arti dalam pengujian hipotesis melalui
variabel dan indikator yang diteliti. Wawancara dilakukan kepada pejabat dan
staff PT.Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK). Data primer ini selanjutnya akan
digunakan sebagai data input untuk pengujian hipotesis.
2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari data yang diperoleh dari instansi, penelitian
yang relevan dan riset pustaka (library research), maupun laporan-laporan yang
diperlukan dalam penelitian ini. Data sekunder yang digunakan adalah yang dapat
memberikan landasan teori guna mendukung data primer yang diperoleh selama
penelitian serta untuk menunjang pembahasan identifikasi masalah. Data sekunder
ini digunakan untuk melengkapi sehingga pemahaman menjadi lebih lengkap.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha mikro mitra binaan
MBK cabang Baros Serang. Posisi 31 Agustus 2017 jumlah mitra binaan cabang
Baros adalah 2.590 orang.
46
Teknik pengambilan sampel dalam peneltian ini adalah dengan
menggunakan metode Purposive Sampling yang termasuk dalam non-probability
sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
dan masalah penelitian1. Ukuran sampel juga mempertimbangkan metode analisis
data yang digunakan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah teknik Structural
Equation Modeling (SEM). Penentuan besarnya sample size untuk SEM diberikan
sebagai berikut2:
a. Bila pendugaan parameter menggunakan metode kemungkina maksimum
(maximum likelihood estimation) besar sampel yang disarankan adalah antara
100 hingga 200, dengan minimum sampel adalah 50.
b. Sebanyak 5 hingga 10 kali jumlah parameter yang ada di dalam model.
c. Sama dengan 5 hingga 10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari
keseluruhan variabel laten.
Pada penelitian ini digunakan 160 orang responden sebagai subyek
penelitian. Adapun kriteria responden yang digunakan adalah mitra binaan MBK
dengan masa bergabung atara satu hingga minimal 1 tahun.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner, yaitu metode
pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden.
Kuesioner disusun dalam pertanyaan tertutup. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-7 untuk memperoleh data yang
bersifat ordinal dan diberi skor atau nilai sebagai berikut ini:
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
√
1Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.,124
2Imam Gozali, Structural Equation Model, (Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2008), h.,64
47
E. Teknik Analisa
Teknik analisa merupakan pengukuran yang digunakan dalam suatu
penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan
dengan angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data
dan penemuan hasil. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis The Structural Equation Modelling (SEM) dengan software AMOS 21
Teknik analisis data menggunakan SEM dilakukan untuk menjelaskan
secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM
digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk
memeriksa dan membenarkan suatu model3. Oleh karena itu, syarat utama
menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari
model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang
berdasarkan justifikasi teori. Tanpa dasar teori yang kuat, SEM tidak dapat
digunakan karena SEM tidak digunakan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi
digunakan untuk mengkofirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik.
Pengukuran variabel4 laten tersebut perlu direpresentasikan dengan
beberapa indikator. Munculnya variabel laten dikarenakan penelitian pada
bidang-bidang sosial tidak memiliki alat ukur khusus. Oleh karena alasan tersebut
SEM ditawarkan sebagai teknik statistika yang memperhitungkan variabel
manifest dan variabel laten.
SEM memiliki sifat fleksibel karena peneliti dapat menggambar model
sesuai dengan penelitiannya. Sifat yang fleksibel tersebut membuat banyak sekali
variasi model-model yang diuji melalui SEM5. Dari uraian di atas, langkah-
langkah analisis dengan SEM dapat digambarkan dengan flow chart berikut
ini:
3Siswoyo Haryono, Structural Equation Modelling:untuk Penelitian Management
Menggunakan Amos 18.00 h.,30 4Siswoyo Haryono, Structural Equation Modelling, , h.,50
5 Ibid, h.,108-111
48
Gambar 3.1
Langkah-langkah dalam Analisis SEM6
6 Siswoyo Haryono, Structural Equation Modelling, h.,6
Mendifinisikan &
Rumusan Masalah
Pengukuran variabel
/Menyusun Definisi
Konsep & Kuesioner
Penyusunan
Kerangka Model
Penelitian
Menentukan
Sampel & Koleksil
data
Hasil Uji Tidak
Sesuai
Uji Kesesuaian
Model
Respesifikasi/
Modifikasi Model
Kajian Teori
Penelitian Terdahulu
& Hipotesis
Estimasi Model
Kesimpulan &
Pembahasan
Hasil Uji
Sesuai/ Fit
49
Pengolahan data dilakukan melalui Pendekatan SEM (Structural Equation
Modelling) yang terdiri dari tahapan proses sebagai berikut:
1. Pengembangan model berbasis teori
Langkah pertama dalam pengembangan SEM adalah pengembangan
model yang mempunyi justifikasi teoritis yang kuat. Seorang peneliti harus
melakukan serangkaian telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi
atas model teoritis yang dikembangkan.
2. Pengembangan diagram alur (Path diagram)
Pengembangan diagram alur dilakukan untuk menunjukkan hubungan
sebab akibat yang ingin diuji. Peneliti bekerja dengan konstruk atau faktor yaitu
konsep konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan
berbagai hubungan. Konstruk-konstruk dalam diagram alur dibagi menjadi dua
yaitu eksogen dan endogen. Konstruk eksogen dikenal sebagai variable yang tidak
diprediksi oleh variable lain dalam model. Konstruk endogen adalah faktor –
faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi
konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
Gambar 3.2.
Diagram Alur
50
3. Konversi Path diagram Kedalam Persamaan
Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam
sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model
tersebut kedalam rangkaian persamaan. Persamaan dalam penelitian ini adalah
dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Model Pengukuran
Variabel Eksogen Variabel Endogen
Variabel Intensitas Persaingan (IP)
X1= λ1IP+ δ1
X2 = λ2IP+ δ2
X3= λ3IP+ δ3
Variabel Budaya Perusahaan (BP)
X4= λ4BP+ δ4
X5 = λ5BP+ δ5
X6= λ6BP+ δ6
Variabel Kualitas Produk
(KP)
X7= λ7KP+ δ7
X8 = λ8KP+ δ8
X9= λ9KP+ δ9
Variabel Strategi Bisnis
(SB)
X10= λ10SB + ε1
X11= λ11SB+ ε2
X12= λ12SB+ ε3
X13= λ13SB+ ε4
Variabel Peningkatan Aset Usaha
Mikro
(AU)
X14= λ14AU+ ε5
X15= λ15AU+ ε6
X16= λ16AU+ ε7
X17= λ17AU+ ε8
51
Model struktural
Strategi Bisnis =
Peningkatan Aset Usaha Mikro =
γ1 Intensitas persaingan + γ2 Budaya
Perusahaan + γ3 Kualitas Produk + z1
γ1 Intensitas persaingan + γ2 Budaya
Perusahaan + γ3 Kualitas Produk + γ4
Strategi Bisnis + z2
4. Pemilihan Matrik input dan teknik estimasi atas model yang dibangun
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasikan pola saling
hubungan, sehingga matriks yang digunakan adalah matriks dalam bentuk
korelasi. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likehood estimation
yang dilakukan bertahap dengan teknik konfirmatory factor analysis dan metode
structural equation model, yang dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model
dan hubungan kausalitas yang dibangun.
5. Evaluasi kriteria Goodness of Fit
Setelah asumsi SEM dipenuhi, langkah berikutnya adalah melakukan
penilaian overall model fit dengan berbagai kriteria model fit.. Goodness of fit
mengukur kesesuain input observasi atau sesungguhnya dengan prediksi dan
model yang diajukan. Ada tiga jenis ukuran kriteria Goodness of fit yaitu: (1)
absolute fit indices, (2) incremental fit indices, dan (3) parsimonius fit indices.
Sebelum data dioleh harus diuji terlebih dahulu ada tidaknya data outliers dan
distribusi data harus normal secara multivariate.
Absolute fit indices mengukur model fit secara keseluruhan baik
model struktural maupun model pengukuran secara bersama. Terdiri dari : (1)
chi-square (X2), (2) goodness of fit indices (GFI), (3) rootmean square error of
approximation (RMSE).
Incremental fit indices ukuran yang digunakan untuk membandingkan
proposed model dengan model lain yang dispesifikasi oleh peneliti, terdiri dari (1)
52
adjusted goodness of fit index (AGFI), (2) norm fit index (NFI), (3) comparative
fit index (CFI), (4) incremental fit index (IFI), dan (5) relative fit index (RFI).
Parsimonius fit indices melakukan adjustmen terhadap pengukuran fit
untuk dapat diperbandingkan antar model dengan jumlah koefisien yang berbeda,
terdiri dari: (1) akaike’s information criterion (AIC), (2) constintent akaike
information index (CAII), (3) expected cross validation index (ECVI), dan (4)
parsimonius goodness of fit index (PGFI).
Dalam praktek penelitian, penggunaan 4 sampai dengan 5 kreiteria
goodness of fit dianggap sudah memadai untuk menilai kelayakan suatu model,
asalkan masing-masing kelompok goodness of fit terwakili. Absolute fit measure
(indeks kecocokan absolut) Indeks kecocokan absolut mengukur model fit
secara keseluruhan baik model struktural maupun model pengukuran secara
bersama. Ukuran yang mendasari pengkuran secara keseluruhan adalah likelihood
– ratio chisquare ( ). Nilai yang relatif tinggi terhadap derajat kebebasan
menunjukan bahwa matriks kovariansi atau korelasi yang diobservasi dengan
yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikansi. Indeks kecocokan absolut yang sering digunakan
adalah:
a. Goodness of Fit Indeks (GFI), adalah ukuran non-statistik yang nilainya
berkisar dari nilai 0 (poorfit) sampai 1.0(perfect fit). Nilai GFI tinggi
menunjukan nilai fit yang lebih baik. Dianjurkan nilai GFI di atas 90% untuk
ukuran good-fit. (Hair et.al, 1998:747)
b. Root mean square eror of approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang
mencoba memperbaiki kecenderungan statistik menolak model dengan
jumlah sampel besar. Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan
ukuran yang dapat diterima (Hair et.al, 1998:748). Hasil uji empiris RMSEA
cocok untuk menguji model konfirmatori dengan jumlah sampel besar.
c. Adjusted goodness-of-fit (AGFI) Merupakan pengembangan dari GFI yang
disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan
53
degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah
≥ 0.90
d. Tucker-Lewis Indeks (TLI) Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk
mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM.
Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony ke dalam indeks
komparasi antara proposed model dan null model. Nilai TLI berkisar
antara 0 sampai 1.0. Nnilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0.90.
e. The Minimum Sample Discrepancy Functionadalah CMIN/DF yang dibagi
dengan Degree of Freedom.CMIN/DFtidak lain adalah statistik chi-
square dibagi DFnya disebut relatif. Bila nilai relatif kurang dari 2.0
atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. Comparative Fit Index (CFI), dimana bila mendekati 1, mengindikasi tingkat
fit yang paling tinggi (Arbucle, 1997). Nilai yang direkomendasikan adalah
CFI ≥0, 95.
Dengan demikian indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan
sebuah model adalah seperti dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kriteria Goodness of Fit
Goodness Of Fit Index Cut Of Value
X2 – chi Square Diharapkan lebih kecil
Significance Probability ≥ 0,05
RMSEA ≥ 0,08
GFI ≥ 0,90
AGFI ≥ 0,90
CMIN/DF ≤ 2,00
TLI ≥ 0,950
CFI ≥ 0,95
54
6. Interpretasi dan modifikasi model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness of fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka
model tersebut harus diestimasi dengan data terpisah sebelum model
modifikasi diterima.
Dari model yang sudah fit, diperoleh koefisien persamaan regresi yang
digunakan untuk pengujian, prediksi serta analisis lain yang diperlukan. Langkah
terakhir adalah membuat kesimpulan dan pembahasan.
56
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Kondisi Objektif LKMS PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura
1. Aspek Umum1
PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) adalah perusahaan Modal
Ventura yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). MBK beroperasi sejak
tahun 2003 dan saat ini merupakan lembaga replicator Grameen Bank terbesar di
Indonesia. MBK menyediakan modal kerja yang ditujukan kepada perempuan dari
keluarga berpendapatan rendah di pulau Jawa, dengan tujuan memberikan mereka
akses kepada layanan keuangan formal (financial inclusion), mengurangi
kerentanan serta meningkatkan penghasilan dan taraf hidup. Sebagai Lembaga
Pembiayaan Keuangan Non-Bank, MBK tidak diperkenankan untuk menerima
simpanan dari masyarakat. Sebagai perusahaan Modal Ventura, MBK menganut
pola bagi hasil, yaitu menerima resiko dalam pemberian modal kerja tanpa
jaminan kepada usaha-usaha mikro/kecil dengan imbalan pembagian penghasilan
dari keuntungan usaha berdasarkan suatu kesepakatan bersama antara MBK dan
nasabahnya. Sejak 21 Maret 2016 MBK sudah mengantongi ijin untuk
menjalankan unit usaha syariah yang melengkapi layanan yang ada kepada
masyarakat2
Bersama dengan lembaga keuangan mikro lainnya di dunia ini, MBK
meyakini bahwa ketersediaan modal kerja merupakan senjata yang paling efektif
dalam memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Asumsi yang
mendasari hal tersebut adalah bahwa kaum berpenghasilan rendah telah
mengembangkan daya juang dan bersedia untuk bekerja keras untuk
mengatasinya.
MBK merupakan LKM yang memiliki reputasi internasional dan memiliki
kinerja baik. Sejak tahun 20006 sampai dengan 2009 LKM tersebut masuk
1 www.mbk-ventura.com diakses pada tanggal 1 Agustus 2017
2 http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/pengumuman/Documents/kep_mitra-bisnis-
keluarga.pdf diakses pada tanggal 1 Agustus 2017
57
kedalam TOP 100 Microfinance Institutions in The World versi Microfinance
Information Exchange (MIX), yang diukur dalam 3 area yaitu Jangkauan,
Efisiensi dan Transparansi, dan beberapa penghargaan lainnya yang berskala
nasional dan internasional, menjadi penghargaan atas pencapaian yang MBK telah
lakukan dalam microfinance.
Berdasarkan laman resmi dari MBK, per 31 Agustus 2017, PT MBKV
tercatat memiliki 442 Cabang, dengan 982.916 nasabah. Adapun total karyawan
adalah 4.642 orang. Dan total dana modal kerja yang telah disalurkan mencapai
Rp.1,934 Triliun. 8Dalam setiap cabang PT MBK terdapat 6-8 staff lapangan
(termasuk 1-2 orang kepala/wakil kepala cabang). Struktur Organsasi dapat dilihat
di lampiran 1.
Visi dari MBK adalah memperbaiki kehidupan dari sebanyak mungkin
keluarga berpendapatan rendah, khususnya mereka yang berada dalam segmen
25% bagian paling bawah dari penduduk menurut pendapatannya. MBK berharap
mengurangi kerentanan, memberi kehormatan dan kepercayaan diri mereka, serta
memberdayakan perempuan. Dengan demikian, MBK berharap dapat memberikan
kontribusi kepada Pemerintah untuk memenuhi Millenium Development Goals,
terutama dalam memerangi kemiskinan dan memberdayakan perempuan.
Misi MBK adalah untuk menyediakan modal kerja kepada sebanyak
mungkin perempuan dari keluarga berpendapatan rendah di Indonesia yang belum
bankable, khususnya mereka yang tinggal di desa-desa dan pinggiran kota kecil,
secara adil, jujur, transparan, tepat waktu dan effisien. Dengan memberikan
pembiayaan kepada perempuan yang belum memiliki usaha kecil, MBK berharap
untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Tujuan jangka menengah MBK adalah untuk mencapai satu juta nasabah
pada akhir tahun 2017. Tujuan tambahan MBK adalah untuk mempelajari
praktek-praktek terbaik yang digunakan oleh lembaga sejenis terkemuka di Asia,
menyesuaikannya dengan kondisi Indonesia, kemudian secara aktif membagi
pengalamannya dengan lembaga sejenis di Indonesia melalui berbagai jaringan
informasi, seminar dan studi tour.
58
Sumber pendanaan MBK berasal dari modal sendiri, investor sosial, Bank
komersial, Lembaga Penjaminan Kredit, dan beberapa lembaga internasioanl.
Rekanan bank diantaranya: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Standard and
Chartered Indonesia (SCB), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank BNP-Paribas
(BNPP), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Jabar Banten Syariah (BJB
Syariah), rekanan Lembaga Penjaminan diantaranya: FMO- Netherlands (FMO,
FMO-BIO Syndicated Loan), Proparco- France, Grameen Credit Agricole
Foundation- France, Triodos Investment Management- Netherlands (Triodos-
Doen Fund, Hivos-Triodos Fund), Triple Jump- Netherlands (Oxfam Novib,
ASN-Novib, Grameen Credit Agricole), Oikocredit- Netherlands, Symbiotics-
Switzerland (Capital Gestion, Bank of Luxemburg, Credit Suisse Microfinance
Fund, ResponsAbility, Selectum, Dual Return Fund), ResponsAbility (Credit
Suisse Microfinance Fund Management Company on behalf of ResponsAbility
Global Microfinance Fund), dan International Finance Corporation (IFC)- World
Bank Group. Rekanan Lembaga Penjamin diantaranya, Asuransi Kredit Indonesia
(ASKRINDO) dan ASKRINDO Syariah.
2. Tata Kelola Perusahaan3
Sebagai bagian dari tata Kelola Perusahaan, MBK menyusun kebijakan
terkait dengan Kode etik, Mekanisme Pelapor Perkara Pidana (whistle blowing),
Kebijakan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teroris, dan
Kebijakan Praktik yang terbaik dan transparansi.
Tujuan dari Kode Etik perusahaan yang dimiliki MBK adalah untuk:
Menunjukkan komitmen Perusahaan untuk standar tertinggi perilaku etis;
Mendorong perilaku etis yang tepat dan sanksi pelanggaran dalam Perusahaan;
dan, Mengembangkan budaya etis didasarkan pada standar dan perilaku tersebut,
yang dipimpin oleh pemegang saham, komisaris, direksi dan manajemen
Perusahaan, dan diikuti oleh seluruh karyawan.
Dengan mengadopsi, mengikuti, dan memperbarui kode etik ini secara
teratur, bersama-sama dengan charter Perusahaan, Perseroan menegaskan
3 www.mbk-ventura.com diakses pada tanggal 1 Agustus 2017
59
keinginannya untuk memimpin terbukti dan mempromosikan perilaku etis yang
baik dan tata kelola perusahaan. Dalam rangka mendorong kepercayaan para
pemegang saham, karyawan, investor, dan masyarakat umum, Kode Etik ini
melampaui kerangka hukum dan peraturan umum di Indonesia saat ini, dan
mencakup baik prinsip-prinsip dan praktek nasional dan diakui secara
internasional.
Badan pemerintah dan karyawan Perusahaan memahami Kode Etik
sebagai kewajiban mereka dan ditetapkan untuk memastikan bahwa semangat dan
ketentuan dihormati dan ditindaklanjuti seluruh perusahaan dan mitra bisnisnya.
Kode Etik ditinjau dan diperbarui setiap dua tahun. Ini tersedia di website
Perseroan.
Dalam Tata Kelola Perusahaan, MBK merumuskan beberapa kebijakan
yang melandasi pengelolaan usaha dan organisasinya, diantaranya:
a. Nilai-Nilai Perusahaan
Dalam semua hubungan internal dan eksternal, MBK menunjukkan
komitmennya atas nilai-nilai perusahaan sebagai berikut (1) Memperbaiki
kehidupan dan meningkatkan martabat dari masyarakat yang berpenghasilan
rendah, (2) Professional dan Disiplin dalam Bekerja, (3) Menjaga efisiensi
demi memberikan pelayanan dengan biaya yang rendah, dan (5) MBK tidak
membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin atau cacat.
b. Prinsip Etika MBK
MBK memiliki komitmen untuk bertindak secara etis dalam semua
aspek bisnisnya. Etika standar MBK adalah berdasarkan prinsip-prinsip
berikut (1) Kejujuran, (2) Keadilan, dan (3) Keterbukaan.
Standar etika MBK fokus pada hal-hal sebagai berikut : karyawan, nasabah,
hubungan dengan mitra bisnis, pemerintah, masyarakat dan komunitas yang
lebih luas.
Seluruh standar etika MBK adalah berdasarkan pada : (1)
Menghormati peraturan perundang-undangan, Peraturan dan undang-undang
60
Indonesia, dan menghormati HAM, (2) Pengelolaan kinerja operasional dan
keuangan Perusahaan untuk memaksimalkan nilai jangka panjang bagi
pemegang sahamnya, sambil menyediakan pelayanan jasa keuangan dengan
biaya yang efektif dan efisien bagi nasabahnya, (3) Melakukan bisnis dengan
integritas dan kejujuran, menolak penyuapan dan korupsi dan tidak memberi
maupun menerima hadiah, (4) Menciptakan hubungan saling menguntungkan
dalam semua hubungan Perusahaan untuk membangun dan menumbuh
kembangkan kepercayaan, dan (5) Menghormati masyarakat dan lingkungan
dimana MBK beroperasi. Rencana bisnis MBK akan mencakup target yang
spesifik dan terukur dalam meningkatkan etika berperilaku.
c. Standar Etika Dalam Hubungan Dengan Pihak-Pihak Yang Berkepentingan
Rencana bisnis MBK akan mencakup target yang spesifik dan terukur
dalam meningkatkan etika berperilaku. Standar etika MBK terhadap pihak-
pihak yang berkepentingan adalah sebagi berikut: (I) Karyawan dan Pejabat,
Perusahaan menghargai karyawannya sebagai kunci keberhasilan. Oleh karena
itu Perusahaan berkomitmen untuk memperlakukan seluruh karyawannya
dengan martabat, kepercayaan dan rasa hormat dan membangun hubungan
jangka panjang berdasarkan hukum di Indonesia serta menghargai hak-hak
azasi manusia, (2) Nasabah, bagi Perusahaan, perlindungan nasabah sama
pentingnya dengan kepuasan nasabah. Produk dan pelayanan yang tepat, harga
yang wajar, meningkatkan dan mempromosikan martabat nasabah yang
berpendapatan rendah, komunikasi yang tepat, akan menentukan hubungan
Perusahaan dengan nasabah-nasabahnya, (3) Hubungan Dengan Mitra Usaha,
Perusahaan percaya akan hubungan jangka panjang dengan mitra usaha (bank
dan pemberi pinjaman lainnya, penanam modal, pemasok, kontraktor dan
mitra usaha) yang berdasarkan pada rasa hormat, kepercayaan, kejujuran dan
ketulusan, merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan, (4)
Pemerintah, Perusahaan mematuhi seluruh peraturan nasional dan setempat,
termasuk himbauan-himbauan dan pedoman dalam hal semangat maupun
secara tertulis. Perusahaan juga secara hukum telah mendapat seluruh ijin-ijin
yang diperlukan untuk melakukan usaha Perusahaan berusaha untuk
61
membangun dan mengelola hubungan dengan pihak otoritas/badan
pemerintahan secara wajar, (5) Komunitas, Masyarakat dan Lingkungan,
Perusahaan menempatkan diri sebagai suatu bagian integral dari komunitas
dimana Perusahaan beroperasi dan berkomitmen untuk membangun suatu
hubungan baik berdasarkan: rasa hormat, kepercayaan, kejujuran dan
ketulusan. Perusahaan berkomitmen untuk menciptakan lapangan kerja dan
mengembangkan bakat setempat/lokal yang dapat menunjang ekonomi yang
berkelanjutan.
d. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan, banyak keputusan-keputusan bisnis melibatkan
masalah etika dan membutuhkan pertimbangan yang kompleks untuk
membuat keputusan/pilihan yang benar. Dalam ketidakpastian, semua pejabat
dan karyawan diharapkan untuk bertindak secara bertanggung jawab dan
menyelesaikan masalah etika yang timbul dengan managernya.
Dalam Proses Dan Tanggung Jawab, setiap pribadi bertanggung jawab
terhadap perilaku etika-nya. Perusahaan telah menerapkan prosedur untuk
seluruh pejabat dan karyawannya untuk secara berkala menyatakan bahwa
mereka mengerti dan menerapkan ketentuan-ketentuan dari etika ini.
Kepatuhan terhadap Kode Etik ini selanjutnya diwajibkan seperti yang
dirujukkan dalam semua kontrak karyawan dan berkaitan dengan prosedur
kepatuhan. Salinan Kode Etik ini diberikan kepada setiap karyawan pada hari
kerja pertama.
Dalam Program Pelatihan, Perusahaan menawarkan kursus pelatihan
pengenalan Kode Etik sekali setahun kepada seluruh pejabat dan karyawan
baru. Kursus ini memberikan contoh praktis dari Kode Etik dalam tindakan
nyata. Kursus pelatihan berkala dan khusus juga disediakan bagi pejabat dan
karyawan Perusahaan sebagai bagian dari program pendidikan professional
Perusahaan yang berkelanjutan.
62
e. Prinsip-prinsip Perlindungan Nasabah
Berikut beberapa contoh MBK menerapkan prinsip-prinsip
perlindungan nasabah :
1) Prinsip Perlindungan Nasabah 1 – Design Produk dan Pengiriman yang
Sesuai
a) MBK menawarkan kelompok-basis pinjaman modal kerja
menggunakan metodologi Bank Grameen. Hal ini telah diadaptasi
dengan sedikit modifikasi dengan konteks Indonesia.
b) Segmen pasar institusi ini adalah 25% bagian bawah dari rumah
tangga.
c) Modal kerja diberikan tanpa jaminan keras.
d) Umpan balik nasabah dikumpulkan selama pertemuan pusat mingguan.
e) Hal ini juga dikumpulkan selama kunjungan mendadak yang dilakukan
setiap hari oleh para Office Manager Lapangan, Supervisor Area,
dan Asisten Manager Regional, serta Auditor Internal. Setelah setiap
kunjungan, umpan balik nasabah dicatat dalam buku monitor cabang
dan dikirim ke Direktur Operasional bila relevan.
2) Prinsip Perlindungan Nasabah 2 – Pencegahan Kelebihan-Hutang
a) MBK memiliki kebijakan pinjaman yang konservatif : (a) Nasabah
tidak diperbolehkan untuk memiliki lebih dari 2 pinjaman per nasabah
termasuk dari MBK dan (b) hutang mereka untuk rasio laba bersih
harus dibawah 50%.
b) Batas yang jelas telah ditetapkan untuk pembaharuan modal kerja,
setelah pembaharuan pertama, modal kerja dapat meningkat dengan
maksimal 20% setiap tahun.
c) MBK melacak kasus-kasus kegagalan individu dan kontribusi individu
untuk anggota-anggota lain ditengah-tengah mereka.
d) Account Officer baru, menerima on the job training dari Account
Officer Senior dalam analisa kemampuan membayar kembali selama 3
bulan pertama. Pelatihan penyegaran dilakukan secara rutin oleh
Supervisor Area.
63
e) Semua nasabah dikunjungi oleh Account Officer mereka dua bulan
setelah pinjaman pertama (pengecekan pemanfaatan pinjaman) dan
oleh Account Officer dan Office Manager Lapangan 10 hari
sebelum perpanjangan pinjaman. Pengecekan silang informal
dilakukan dengan anggota-anggota lain dari tengah-tengah nasabah
dan tetangga mereka.
3) Prinsip Perlindungan Nasabah 3 – Transparansi
a) Kontrak & jadwal pembayaran kembali, menyediakan semua kondisi-
kondisi modal kerja dalam Bahasa Indonesia, termasuk tingkat suku
bunga nominal bulanan dan tahunan, suku bunga yang efektif dan
persentase dan jumlah keamanan tunai.
b) Semua hak dan kewajiban nasabah dan kondisi pinjaman dijelaskan
secara lisan kepada nasabah selama masa pelatihan awal (diikuti
dengan test oleh kelompok pengakuan), dan sebelum pencairan ketika
Account Officer memberikan kontrak kepada nasabah untuk ditinjau.
c) Formulir kelayakan nasabah dan kontrak diberikan kepada nasabah
setelah pelatihan (minimum 1 minggu sebelum pencairan), sehingga
nasabah dapat membawa pulang dan meninjaunya dengan
keluarganya.
d) Nasabah-nasabah memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
dan klarifikasi selama awal pelatihan dan selama pertemuan-pertemuan
tengah mingguan.
4) Prinsip Perlindungan nasabah 4 – Tanggung Jawab Harga
a) MBK menawarkan harga terendah dari semua MFI di Indonesia,
diterapkan sama dan tanpa segala diskriminasi.
b) Tidak ada hukuman untuk pembayaran sebelumnya.
c) Tidak ada biaya transaksi.
d) Hanya ada 1 hukuman, dan ini minimal, untuk mendorong kehadiran
berkala pertemuan pusat.
e) Rasio keuntungan dan efisiensi yang dikelola di tingkat yang wajar
dan selaras dengan teman.
64
5) Prinsip Perlindungan Nasabah 5 – Perlakuan Keadilan dan Menghormati
Nasabah
a) Kode etik menyatakan nilai-nilai perusahaan dan di posting di website
perusahaan.
b) Kewajiban dan hak-hak karyawan yang dirinci dalam Buku Peraturan
Staf, disetujui oleh Kementerian Tenaga Kerja. Ini termasuk daftar
perilaku yang dilarang seseuai dengan pedoman Kampanye Cerdas.
c) Prinsip-prinsip perlindungan nasabah Kampanye Cerdas termasuk
dalam Buku Peraturan Staf dan pelatihan tentang prinsip-prinsip
perlindungan nasabah diberikan kepada semua staf operasional.
d) Kasus-kasus kegagalan individu diidentifikasi selama pertemuan
mingguan dan solusi yang disesuaikan dibahas dengan nasabah
berdasarkan situasi mereka.
e) Ini membantu untuk mengurangi risiko tekanan yang berlebihan dari
kelompok
(1) Anggota kelompok dilatih untuk menangani koleksi dari
kegagalan anggota-anggota kelompok sebaya
(2) Perilaku petugas pinjaman terhadap nasabah diperhitungkan
dalam evaluasi kinerja tahunan mereka.
(3) MBK telah memilih untuk menghargai karyawan melalui
promosi internal daripada insentif keuangan terkait dengan
target produktivitas, yang meringankan risiko penjualan dan
koleksi yang agresif.
(4) Kesalahan perilaku diperiksa selama kunjungan mendadak
yang dilakukan oleh Office Manager Lapangan, Supervisor
Area, Asisten Manager Rgional dan Auditor Internal.
6) Prinsip Perlindungan Nasabah 6 – Kerahasiaan Data Nasabah
a) Buku Peraturan Staf menyebutkan bahwa karyawan tidak dapat
memberikan data nasabah (data pribadi – data pada modal kerja – dll)
untuk orang yang tidak berwenang dalam perusahaan maupun diluar
perusahaan.
65
b) Ketika data nasabah digunakan untuk tujuan perusahaan, karyawan
harus menjelaskan kepada nasabah alasan dan tujuan dan permintaan
ijin tertulis dari nasabah.
c) Klausul privasi disertakan dalam formulir applikasi yang
ditandatangani oleh nasabah.
d) Keamanan data elektronik dipastikan. Back-up dilakukan setiap hari
melalui 3 server eksternal.
e) Staf dan nasabah dilatih secara tepat pada privasi data nasabah.
7) Prinsip Perllindungan nasabah 7 – Mekanisme Penyelesaian Keluhan
a) Metodology Grameen didesentralisasi di tingkat kantor lapangan,
memungkinan Office Manager Lapangan untuk menangani dan
menyelesaikan sebagian besar keluhan setempat. Keluhan-keluhan
yang diterima selama pertemuan mingguan diselesaikan sebelum
pertemuan berikutnya jika mereka tidak bisa segera mengatasi selama
pertemuan.
b) Teks pesan / SMS keluhan dicatat secara sistimatis, seperti data pada
resolusi mereka. Kemudian ditabulasi dan dianalisa sebulan sekali.
Temuan-temuan disampaikan bulanan kepada Direktur Utama dan
Ketua, Komite Audit dan Risiko, Dewan Komisaris.
c) Pencatatan teks/SMS keluhan menunjukkan bahwa semuanya itu
diselesaikan dalam waktu kurang dari 7 hari.
d) Sebagai bagian dari metodologi Bank Grameen, umpan balik dari
nasabah dikumpulkan secara teratur oleh Staf Lapangan dan dibahas
setiap 2 bulan di kantor pusat. Umpan balik digunakan untuk
meningkatkan operasi. Misalnya tanggal pertemuan pembayaran
kembali mingguan telah diubah sesuai dengan kebutuhan nasabah.
3. Pertumbuhan MBK4
Pertumbuhan asset MBK menunjukkan kinerja positif sebagaimana
data sebagai berikut:
4 www.mbk-ventura.com diakses pada tanggal 1 Agustus 2017
66
Tabel 4.1
Tabel Pertumbuhan MBK
Des - 12 Des - 13 Des - 14 Des - 15 Des - 16
Jumlah Nasabah 336.394 330.466 502.399 590.477 828.307
Jumlah Kantor
Perwakilan
212 216 259 320 413
Jumlah
Karyawan
1.404 1.487 2.184 2.809 3.671
Jumlah nasabah/
per Account
Officer
336 336 381 314 334
Modal kerja
Beredar (Rp
Miliar)
319 434 721 1.068 1.560
Modal Kerja
Berisiko (PAR
>30)
0.004% 0.004% 0.006% 0.634% 0.051%
Sumber data : MBK Ventura
4. Aspek Operasional Usaha
Saat ini PT. MBK menjalankan operasional secara konvensional dan
syariah. MBK telah memperoleh izin usaha syariah dan bahkan telah memiliki
Kualitas Produk yang direkomendasikan dan ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional MUI dan dalam pertimbangaan menuju full pledge syariah5. Per Juni
2017, PT MBKV tercatat memiliki 432 Cabang, dengan 962.273 nasabah/end
user. Adapun total karyawan (kantor pusat & staff lapangan/AO kantor
5 Ramdhani, Direktur Keuangan PT.MBK Ventura, interview pribadi, Alam Sutra, 21
Agustus 2017
67
cabang) adalah 4.036 staff. Dalam setiap cabang PT MBK terdapat 6-8 staff
lapangan (termasuk 1-2 orang kepala/wakil kepala cabang).
Setiap membuka kantor cabang baru, PT MBK akan melakukan survey
terlebih dahulu ke wilayah yang dituju yaitu di tingkat kecamatan ke bawah
(sebagian besar di pelosok daerah), menyesuaikan dengan target pasarnya
adalah Perempuan dari golongan ekonomi bawah (non bankable) yang
memiliki usaha ataupun baru memiliki keinginan untuk membuka usaha.
Warga yang berminat dengan “program” PT MBKV akan diseleksi melalui
scoring “Indeks Rumah Metode Cashpor” dan “Mengukur Penghasilan
dengan Metode Ganesha”. Kepada warga yang lolos seleksi akan membuat
kelompok berisi 5 orang dan membentuk kumpulan yang terdiri dari 4-6
kelompok. Kelompok dan kumpulan yang sudah dibentuk akan diberikan
pelatihan tentang sistem dan prosedur MBK selama 3 hari, sebelum akhirnya
dilakukan pencairan pembiayaan dan diberikan jadwal pertemuan kumpulan
yang dilakukan secara mingguan6.
Warga yang lolos seleksi untuk menjadi peserta program, diwajibkan
untuk membentuk kelompok maksimal 5 orang (masing-masing harus sudah
mengenal dengan baik satu sama lain), dan terbentuk menjadi 1 kumpulan
yang terdiri dari 4 sampai 5 kelompok. Sehingga dalam 1 kumpulan terdiri
dari 20 – 30 orang. Di dalam 1 kumpulan akan ditunjuk 1 orang untuk menjadi
ketua kumpulan yang tanggung jawabnya sebatas pada penarikan angsuran
pada saat pertemuan mingguan untuk disetorkan langsung ke staff lapangan
MBK. Para peserta program (end user/nasabah MBK) terlebih dahulu akan
melalui “pembinaan” awal selama kurang lebih 3 hari. Pembinaan yang
dimaksud adalah penjelasan terkait pola/system dan peraturan yang akan
diberlakukan di dalam program pembiayaan MBK7.
Pola operasional MBK didasarkan pada 7 (tujuh) elemen kunci:
6 Wieda, Team operasional PT.MBK Ventura, interview pribadi, Baros, 24 Agustus 2017
7 Wieda, Team operasional PT.MBK Ventura, AO Yayah, interview pribadi, Baros, 24
Agustus 2017
68
(1) Menyediakan modal kerja skala kecil untuk kegiatan yang memberi
tambahan penghasilan (Rp. 1–1,2 juta untuk tahap pertama) dengan masa
angsuran selama 1 (satu) tahun dibayar kembali secara angsuran selama 50
minggu.
(2) Peserta terdiri dari ibu-ibu rumah tangga yang membentuk satu kelompok @
5 orang yang digabung menjadi satu kumpulan yang secara umumnya terdiri
dari 4-5 kelompok. (satu kumpulan rata-rata 20 – 25 ibu rumah tangga).
(3) Tidak menggunakan barang jaminan ataupun penjamin, namun ibu-ibu
diminta untuk saling mendukung satu dengan yang lain (sistem tanggung
renteng).
(4) Para peserta program berkewajiban untuk membayar kembali pinjaman
modal kerjanya secara penuh dan tepat waktu.
(5) Para peserta program wajib menghadiri pertemuan mingguan dimana
pembayaran angsuran mingguan akan dilakukan.
(6) Pinjaman modal kerja harus digunakan sesuai dengan kesepakatan dan
hanya untuk usaha yang menghasilkan peningkatan pendapatan keluarga.
(7) Staf lapangan yang mendatangi kumpulan nasabah, bukan nasabah
mendatangi PT.MBK.
Berdasarkan pengamatan sepanjang pelaksanaan penelitian di lokasi
kantor cabang MBK di Baros Serang, aktifitas harian cabang dapat dijelaskan
sebagai berikut8:
(1) Kegiatan awal hari diawali dengan Pertemuan Pagi yang dipimpin oelh
Piminan cabang atau Wakil pimpinan cabang, agenda pertemuan adalah
distirbusi Lembar Kerja kepada masing-masing AO, koordinasi rencana
pencairan pembiayaan di hari ini, pembahasan kendala yang dihadapi, hal
lain yang mungkin perlu dibahas, dan doa bersama. Seluruh staff langsung
meninggalkan kantor, menuju jadwal kumpulan yang sudah dijadwalkan di
hari ini.
8 Ita, Pimpinan Kantor Koordinator Serang dan Yayah, AO PT.MBK Ventura, interview
dan pengamatan pribadi , Baros, 24 Agustus dan 29 Agustus 2017
69
(2) Setiap 1 minggu sekali, di waktu dan tempat yang telah disepakati oleh
kumpulan, biasanya tempat yang ditentukan adalah di salah satu rumah
tinggal anggota kumpulan, diadakan pertemuan mingguan. Staff lapangan
atau AO MBK (2 orang) setiap minggu akan mendatangi pertemuan tersebut
guna melakukan penagihan angsuran mingguan atas modal kerja yang telah
disalurkan, sekaligus pencairan modal kerja ke salah satu atau beberapa
anggota kumpulan (jika ada), pengambilan dokumen pengajuan berulang
atas nasabah yang sudah masuk minggu ke 31 atau sudah lunas,
pengambilan dokumen calon mitra binaan yang baru, dan survey rumah atas
pengajuan pembiayaan yang sudah direkomendasikan oleh kelompok.
(3) Pencairan pembiayaan hanya dapat dilakukan jika seluruh anggota
kumpulan hadir di dalam pertemuan dan seluruhnya hadir tepat waktu. Jika
ada 1 saja anggota yang tidak hadir (dengan alasan apapun), atau terlambat
lebih dari 10 menit dari waktu pertemuan yang telah disepakati, pencairan
tidak akan dilakukan. Pencairan pembiayaan juga hanya dapat diberikan
kepada anggota yang benar-benar menggunakannya untuk modal kerja
usaha, selalu membayar angsuran setiap minggunya (tidak pernah
ditanggung melalui tanggung renteng oleh anggota kumpulan lainnya), dan
selalu hadir di dalam pertemuan mingguan selama 50 minggu (kecuali jika
alasan tidak hadir dapat dipertanggungjawabkan), dan pencairan pembiayaan
dilakukan dengan disaksikan oleh seluruh anggota kelompok dan kumpulan
yang hadir.
(4) Sebelum dan setelah pertemuan di kumpulan, mitra binaan wajib membaca
janji yang dipimpin oleh ketua kumpulan, ikrar janji berisi hal sebagai
berikut:
• Hadir Tepat Waktu
• Membayar setoran angsuran setiap minggu
• Modal kerja harus digunakan untuk usaha sendiri atau usaha keluarga dan
tidak untuk orang lain
• Tidak memiliki lebih dari 3 pinjaman termasuk dari MBK
• Bertanggung jawab bersama apabila ada teman yang melanggar janji
70
Dan janji dari AO yang bertugas terkait komitmen pengumpulan
dana dan amanah yang diterimanya.
(5) Di awal terbentuknya kumpulan, setiap anggota wajib menyediakan uang
yang dikumpulkan per kelompok dan disebut “Uang Tabrru” yang akan
digunakan untuk membantu anggota kumpulan yang terkena musibah. Besar
jumlah uang tabarru tiap kelompok berbeda, dengan rumus perhitungan
yaitu jumlah pinjaman terbesar dibagi jumlah anggota kumpulan minus satu
orang. Uang tabarru tersebut akan disimpan di dalam 1 amplop tertutup dan
disegel oleh staff AO MBK (sekaligus dicatat no.seri dari masing-masing
uangnya), kemudian disampaikan ke masing-masing ketua kelompok untuk
ditandatangani dan disimpan. Setiap pertemuan mingguan, Uang tabarru
wajib dibawa oleh ketua kelompok, dan staff lapangan akan memastikan
segel amplop untuk memastikan bahwa uang darurat masih dalam kondisi
utuh dan tidak ditukar dengan uang lain (no.seri uang dicocokkan). Hal ini
juga bertujuan untuk memastikan kejujuran para peserta/end user.
(6) Selain uang tabarru, setiap pertemuan mingguan anggota diwajibkan untuk
membawa uang cash yang disebut sebagai “uang Jaga”yang digunakan
untuk jaga-jaga apabila ada rekan anggotanya yang tidak membayar
angsuran mingguan. Besaran uang jaga tiap kelompok berbeda dengan
rumus perhitungan sebesar angsuran tertinggi dibagi jumlah anggota minus
satu. Uang jaga ini hanya diambil oleh AO apabila ada anggota yang tidak
memenuhi kewajiban angsurannya di minggu tersebut
(7) Sebelum mendatangi kumpulan, setiap staff memiliki lembar kerja yang
sudah tersistem terkait berapa jumlah uang yang akan ditagih dari setiap
kumpulan sekaligus berapa jumlah uang pencairan yang akan diberikan..
Lembar kerja tersebut didistribusikan oleh kantor koordinator disetiap
wilayah yang memiliki akses terhadap sistem pembukuan yang terpusat.
Laporan harian didowload dan disitribusikan secara harian oleh kantor
koordinator.
71
(8) Pada akhir hari seluruh team akan berkumbul di kantor, melakukan
perhitungan dan pencocokan uang setoran dengan Lembar Kerja harian,
mengajukan persetujuan untuk pengajuan pebiayaan baru atau perpanjangan
kepada pimpinan cabang dan dan mempersiapakn akad pembiayaan untuk
pembiayaan yang sudah disetujui dan akan dicairkan esok hari.
5. Sistem Informasi dan Sarana Kantor
MBK memiliki infrastruktur system yang terintegrasi dengan baik
hingga ke Kantor Pusat MBK di Alam Sutra tanggerang Selatan. Sistem yang
digunakan dinamakan Banker’s Realm.Net. System ini disewa langsung dari
India, yang mana pembiayaan pola Grameen Bank cukup berkembang pesat di
sana, dan terhubung dengan salah satu servernya yang ada di Singapura9.
Melalui system ini, Kantor Pusat dapat melihat pertumbuhan Cabang
secara konsolidasi, mulai dari jumlah cabang, jumlah kumpulan, end user,
Outstanding Pembiayaan yang disalurkan ke masing-masing end user, hingga
PAR (Portofolio At Risk) atau NPF MBK secara konsolidasi. Setiap end user
memiliki nomor kartu masing-masing, sehingga dapat dengan mudah
dilakukan pencarian data atas end user tersebut di dalam system.
Penginputan data dilakukan oleh Kepala Cabang MBK di masing-
masing komputer yang disediakan di masing-masing kantor cabangnya dengan
format input yang telah disediakan (berbentuk excel), kemudian untuk
disampaikan ke Cabang yang ditunjuk sebagai Area (setiap 5-6 cabang
ditunjuk 1 cabang untuk jadi area). Penentuan Area berdasarkan lokasi Kantor
yang tergolong paling dekat dengan pusat kota atau memiliki sinyal internet
yang bagus, dikarenakan pengiriman data ke Kantor Pusat dilakukan by online
setiap 2x dalam 1 minggu10
.
Data pembiayaan dari masing-masing lembaga keuangan juga dapat
dengan mudah dicari. Misalnya siapa saja end user yang memperoleh
9 www.mbkventura.com diunduh pada tanggal 1 Agustus 2017
10 Qori, Pimpinan Kantor Cabang Baros PT.MBK Ventura, interview pribadi , Baros, 29
Agustus 2017
72
pembiayaan dengan dana dari Bank Muamalat, berapa OS Pembiayaannya,
dan bagaimana kondisi kolektibilitasnya. Keberhasilan penerapan system dan
pola operasional MBK membuat kinerja keuangan MBK terus meningkat,
serta PAR yang terjaga selalu di bawah angka 1%.
Pengelolaan nasabah MBK di setiap cabang adalah sebagai berikut:
(1) Setiap 2 orang staff lapangan akan mendatangi 4-5 kumpulan (80-125
nasabah) dalam sehari, (2) Total kumpulan yang dapat didatangi dalam sehari
= 12-15 kumpulan (240-375 nasabah, (3) Total kumpulan yang dapat
didatangi dalam seminggu (5 hari kerja) = 60-75 kumpulan (1200-1875
nasabah)11
.
Kantor Cabang MBK adalah rumah tinggal milik warga yang disewa
tidak jauh dari lokasi kumpulan yang “dibina”, sekaligus digunakan sebagai
mess bagi karyawan AO MBK di cabang tersebut. Setiap AO diberikan
kendaraan bermotor roda 2 (sepeda motor) untuk memudahkan mobilisasi ke
kumpulan-kumpulan12
.
6. Metode Pengukuran Kelayakan Pemberian Pembiayaan
MBK menggunakan 3 ukuran secara berurutan untuk mengidentifikasi
sasaran peserta programnya: (1) Indek Rumah bedasarkan Metode Cashpor,
(2) Tes sederhana mengukur penghasilan bulanan (Metode Ganesha), dan (3)
Kebutuhan Modal Kerja13
.
Untuk mengidentifikasi segmen keluarga berpendapatan rendah,
prosesnya bermula dengan mengisi formulir “Indek Rumah” oleh staf
lapangan bagi calon yang berminat turut serta dalam program MBK. Melalui
penilaian fisik kondisi rumah tinggal, staf lapangan mengalokasikan nilai
untuk komponen – komponen utama rumah tinggalnya, bahan yang
digunakan mulai dari dinding, atap, lantai, ketersediaan listrik/air., dsb. Bila
11
Ita, Pimpinan Kantor coordinator Ciruas PT.MBK Ventura, interview dan pengamatan
pribadi , Baros, 29 Agustus 2017 12
Qori, Pimpinan Kantor Cabang Baros PT.MBK Ventura, interview dan pengamatan
pribadi , Baros, 21 Agustus 2017 13
Qori, Pimpinan Kantor Cabang Baros PT.MBK Ventura, interview pribadi , Baros, 29
Agustus 2017
73
calon peserta memenuhi ukuran tersebut, penilaian akan melanjutkan ke tes
jumlah pendapatan rumah tangga yang akan menetapkan apakah calon berada
dibawah garis kemiskinan yang berlaku. Penilaian mencakup estimasi asset
produktif yang dimiliki seperti tanah/sawah, becak, ternak dan modal kerja14
.
a. Indek Rumah Metode Cashpoor15
Merupakan acuan tingkat kemiskinan yang dikembangkan oleh
Cashpor untuk Malaysia (Amanah Ikhtiar Malaysia atau AIM) dan
disesuaikan ke kondisi Indonesia. Indek ini menjadi alat yang effektif dalam
mengukur tingkat kemiskinan, mudah digunakan dan memberi hasil seketika
karena komponen-komponen utama sebuah rumah dengan mudah dinilai
dengan ketepatan yang cukup representatif tanpa perlu menginterview pemilik
rumahnya.
Tabel 4.2
Skoring Indek Rumah
No Items Type or Condition
(Score)
Typical
Score
1 Ukuran Rumah Besar (3) Sedang (1) Kecil (0)
2 Kondisi Rumah Bagus (3) Sedang (1) Rusak (0)
3 Jenis Atap Seng/genteng mewah (2) genteng
biasa/asbes (1) Rumbia (0)
4 Jenis dinding Tembok (2) Setengah/Separoh
tembok/belum plester (1)
Kayu/bamboo/bilik (0)
5 Jenis lantai Keramik (2) keramik<25%/
Semen/keramik pecah/tegel/traso
(1) cement (1) Tanah/panggung (0)
6 Listrik PLN (2) Sambungan (1)
Tidak ada (0)
7 Sumber air PAM (2) Sanyo/Sumur
terlindung/dalam (1)Sumur tidak
terlindung/ di luar/tiadak ada (0)
14
Qori, Pimpinan Kantor Cabang Baros PT.MBK Ventura, interview pribadi , Baros, 29
Agustus 2017 15
www.mbkventura.com diunduh tanggal 1 Agustus 2017
74
Sumber:dokumen MBK
Housing Index Total dari seluruh point diatas, Nilai Indeks:
1) < angka 8 = keluarga sangat miskin;
2) angka 9-10 = rata2 garis kemiskinan
3) angka 10 = diatas garis kemiskinan / diluar sasaran program.
Suatu keluarga yang tinggal dalam rumah dengan skor dibawah angka
8, langsung melanjutkan ke tingkat penilaian berikutnya. Rumah tangga
dengan skor antara 9 – 10 diajukan kepada Pemimpin Cabang. Calon-calon
peserta dengan skor rumah diatas 10 secara otomatis tidak lulus dalam seleksi.
Sebelum pencairan pinjaman modal kerja, Pemimpin Cabang akan memeriksa
ulang semua penilaian yang sudah dilakukan untuk mencegah penyimpangan
aliran dana ke kelompok masyarakat yang bukan berada dalam kategori
berpendapatan rendah.
b. Mengukur Penghasilan (Metode Ganesha)16
Selanjutnya, staff lapangan akan mengukur pendapatan rata-rata
keluarga calon peserta dengan menggunakan metode Ganesha (lembaga
pendahulu MBK).
Tabel 4.3
Tabel Perhitungan Penghasilan Bulanan
No Calon Peserta Keterangan
1 Nama
2 Jabatan Usaha
3 Tempat Kerja
4 Usaha Pasaran
5 Berapa Modal Sendiri
6 Pengeluaran per hari/ minggu/ bln
16
www.mbkventura.com diunduh tanggal 1 Agustus 2017
75
7 Untung per hari/ minggu/ bln Jml hari/mggu
8 Kerja/ Usaha/ bulan Pendapatan/ Omzet/ Gaji
per hari/ minggu/ bln/ Suami/ Istri/ Anggota
keluarga lain
Sumber:dokumen MBK
Jika pendapatan lebih dari Rp.300.000 per orang per bulan, maka
calon peserta dianggap tidak layak untuk di proses lebih lanjut.
c. Kebutuhan Modal Kerja
Perhitungan modal kerja dihitng dari kebutuhan modal kerja, lama
bergabung, kehadiran dalam kumpulan, rekomendasi anggota kumpulan dan
rencana penggunaan pembiayaan,
B. Profile Mitra Usaha
Untuk lebih memahami karakteristis populasi data Usaha mikro yang
menjadi mitra binaan MBK diwilayah kerja Baros Serang. Berikut akan disajikan
data – data dari Usaha mikro mitra binaan MBK diwilayah kerja Baros. Total
mitra binaan MBK cabang Baros berjumlah 2.590 orang. Kategori Pinjaman
paling besar digunakan oleh nasabah untuk Dagang , Dagang menjadi kategori
paling besar dalam penggunaan pinjaman modal dari yaitu sebesar 86% dari
Pinjaman seluruhnya, Sedangkan kategori lainnya berada dibawah 10%.
Gambar 4.1
Persentase Kategori Pinjaman
76
Dalam peraturan yang disepakati dalam penyaluran pinjaman BMK
kapada calon nasabahnya salah satunya adalah tentang pendapatan perkapita
kurang dari Rp. 300.000,- Data di Kantor BMK Serang menunjukkan bahwa
sebagian besar pendapatan perkapitanya antara Rp. 300.000,- s.d Rp. 500.000,-
yaitu sebesar 49%. Sedangkan yang memenuhi syarat untuk menerima pinjaman
langsung sebesar 24% yaitu mereka yang berpendapatan kurang dari Rp.
300.000,-
Gambar 4.2
Pendapatan Per-kapita Nasabah
C. Identitas Responden
Populasi yang digunakan dalm penelitian sebanyak 160 mitra binaan MBK
cabang Baros Serang. Untuk menguji model penelitian ini maka peneliti
membagikan 160 kuesioner kepada mitra binaan. keseluruhan kuesioner kembali
ke peneliti. Namun dari 160 kuesioner yang kembali tersebut, hanya 151
kuesioner yang dapat digunakan sebagai input data selanjutnya. Hal ini karena 9
kuesioner tidak dijawab dengan lengkap.
77
Tabel 4.4
Gambaran Proses Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner
S
S
umber: Pengolahan data primer
D. Temuan
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Pengujian valditas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu
dengan cara menghitung kolerasi antar skor masing-masing butir pertanyaan
dengan skor total. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan data tersebut
valid atau tidak valid adalah:
1. Butir dikatakan valid, jika nilai probabilitasnya (Sig) < 0,05.
2. Butir dikatakan tidak valid, jika nilai probabilitasnya (Sig) > 0,05.
Berdasarkan Uji validitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil
yang akan disajikan secara lengkap dalam tabel berikut untuk setiap variabel
dalam penelitian ini.
Tabel. 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Persaingan
No IP Signifikansi Keterangan
1 X1 0.000** Valid
2 X2 0.000** Valid
Jumlah Pengiriman Kuesioner = 160
Kuesioner Tidak kembali = 0
Kuesioner Kembali Namun Tidak Dapat Diolah = 9
Kuesioner Yang Dapat Diolah = 151
78
3 X3 0.000** Valid
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, menunjukan semua butir pertanyaan
untuk variabel Intensitas Persaingan (IP) mempunyai nilai signifikan < 0,05.
dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur variabel Intensitas Persaingan (IP) adalah valid. Untuk itu, item-
item tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel. 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Perusahaan
No BP Signifikansi Keterangan
1 X4 0.000** Valid
2 X5 0.000** Valid
3 X6 0.000** Valid
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, menunjukan semua butir pertanyaan
untuk variabel Budaya Perusahaan (BP) mempunyai nilai signifikan < 0,05.
dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur variabel Budaya Perusahaan (BP) adalah valid. Untuk itu, item-item
tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel. 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk
No KP Signifikansi Keterangan
1 X7 0.000** Valid
79
2 X8 0.000** Valid
3 X9 0.000** Valid
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, menunjukan semua butir pertanyaan
untuk variabel Kualitas Produk (KP) mempunyai nilai signifikan < 0,05. dapat
diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur variabel dewan Kualitas Produk (KP) adalah valid. Untuk itu, item-
item tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel. 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Strategi Bisnis
No SB Signifikansi Keterangan
1 X10 0.000** Valid
2 X11 0.000** Valid
3 X12 0.000** Valid
4 X13 0.000** Valid
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, menunjukan semua butir pertanyaan
untuk variabel strategi bisnis (SB) mempunyai nilai signifikan < 0,05. dapat
diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur variabel strategi bisnis (SB) adalah valid. Untuk itu, item-item
tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
80
Tabel. 4.9
Hasil Uji Validitas Asset Usaha Mikro Binaan
No AU Signifikansi Keterangan
1 X14 0.000** Valid
2 X15 0.000** Valid
3 X16 0.000** Valid
4 X17 0.000** Valid
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, menunjukan semua butir pertanyaan
untuk variabel Asset UMKM binaan (AU) mempunyai nilai signifikan < 0,05.
dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur variabel Asset UMKM binaan (AU) adalah valid. Untuk itu, item-
item tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan teknik korelasi
Cronbach’s Alpha adalah:
1. Jika Cronbach’s Alpha>0,6, berarti contruct reliabel.
2. Jika Cronbach’s Alpha<0,6, berarti tidak reliabel.
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil
Cronbach’s Alpha yang akan disajikan secara lengkap dalam tabel berikut
untuk setiap variabel dalam penelitian ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Intensitas persaingan Reliabilitay Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.759 3
Sumber: Pengolahan data primer
81
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
Intensitas Persaingan dalam kuesioner dikatakan reliabel. Hal ini dapat dilihat
dari nilai Cronbach’s Alpha> 0,6
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas Budaya Perusahaan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.798 3
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
Budaya Perusahaan dalam kuesioner dikatakan reliabel. Hal ini dapat dilihat
dari nilai Cronbach’s Alpha> 0,6
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Produk
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.786 3
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
Kualitas Produk dalam kuesioner dikatakan reliabel. Hal ini dapat dilihat dari
nilai Cronbach’s Alpha> 0,6
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas Strategi Bisnis
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.734 4
Sumber: Pengolahan data primer
82
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh
pertanyaan strategi bisnis dalam kuesioner dikatakan reliabel. Hal ini
dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha> 0,6
Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas Asset Usaha Mikro binaan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.726 4
Sumber: Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
asset usaha mikro mitra binaan dalam kuesioner dikatakan reliabel. Hal ini
dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha> 0,6
2. Uji Structural Equation Modelling (SEM)
a. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Faktor Analysis)
Analisis faktor konfirmatori ini merupakan tahap pengukuran terhadap
dimensi-dimensi yang membentuk variabel laten dalam model penelitian.
Variabel-variabel laten atau konstruk yang digunakan pada model penelitian
ini terdiri dari 5 dengan jumlah seluruh dimensi berjumlah 17. Sebagaimana
analisis faktor biasa, Tujuan dari analisis faktor konfirmatori adalah untuk
menguji unidimensionalitas dari dimensi-dimensi pembentuk masing-masing
variabel laten. Hasil analisis faktor konfirmatori dari masing-masing model
selanjutnya akan dibahas dalam tabel 4.14:
Tabel 4.15
CFA Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
X14 <--- AU 1,000
X15 <--- AU ,962 ,165 5,823 *** par_1
83
Estimate S.E. C.R. P Label
X16 <--- AU ,982 ,176 5,588 *** par_2
X17 <--- AU 1,273 ,209 6,077 *** par_3
X10 <--- SB 1,000
X11 <--- SB 1,533 ,296 5,183 *** par_4
X12 <--- SB 1,404 ,291 4,823 *** par_5
X13 <--- SB ,536 ,183 2,926 ,003 par_6
X3 <--- IP 1,000
X2 <--- IP ,613 ,164 3,742 *** par_7
X1 <--- IP ,632 ,170 3,723 *** par_8
X6 <--- BP 1,000
X5 <--- BP ,797 ,274 2,910 ,004 par_9
X4 <--- BP ,650 ,223 2,923 ,003 par_10
X9 <--- KP 1,000
X8 <--- KP 1,071 ,306 3,500 *** par_11
X7 <--- KP 1,088 ,310 3,508 *** par_12
Sumber: Pengolahan data primer
Analisis faktor tersebut menunjukkan nilai pengujian dari masing-
masing pembentuk suatu konstruk. Hasil pengujian atas setiap dimensi
pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkkan hasil baik, yaitu nilai
lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator-
indikator pembentuk variabel laten telah diterima. Selanjutnya berdasarkan
analisis regresi konstruk ini, maka model penelitian dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian.
84
b. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Tahapan ini ditunjukan untuk mengevaluasi tingkat kecocokan antara
data dengan model, validitas dan reliabilitas model pengukuran serta
signifikasi koefesien-koefesien dari model struktural dengan menggunakan
SEM (Structural Equation Modeling) dengan aplikasi AMOS secara
keseluruhan. SEM menggambarkan hubungan antara konstruk yang telah di
hipotesiskan. Hasil perhitungan pengujian kecocokan keseluruhan model
dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel. 4.16
Uji Kecocokan Model SEM
Indeks
Ketepatan
Model
Tingkat Kecocokan
Yang Bisa Diterima
Index
Model
Keterangan
Chi Square p-values 0.05 43.065 Baik
Significance
Probability
0.05 0.263 Baik
Goodness of Fit
Index (GFI)
GFI 0.90 = Good
Fit dan 0.80 GFI
0.90 = Marginal Fit
0.959 Good Fit
(baik)
Root Mean
Square Error of
Approximation
(RMSEA)
RMSEA 0.08 =
Good Fit
RMSEA < 0.05 =
Close Fit
0.028 Good Fit
(baik)
Adjusted
Goodness of Fit
Index (AGFI)
AGFI 0.90 = Good
Fit dan 0.80
AGFI 0.90 =
Marginal Fit
0.928 Good Fit
(baik)
CMIN / DF 1.021 Baik
TLI 0.90 0.991 Baik
85
CFI 0.95 0.994 Baik
Sumber: Pengolahan data primer
Dalam tabel tersebut dapat dilihat hasil uji kecocokan keseluruhan
model SEM. Hasil uji tersebut tampak pada indeks Chi Square sebesar 43.065
dalam kategori baik, Significance Probability 0.263 dalam kategori baik, GFI
0.928 dalam kategori Good Fit (baik), RMSEA 0.028 dalam kategori baik,
AGFI 0.928 dalam kategori Good Fit (baik), TLI 0.991 dalam kategori baik
dan CFI 0.994 dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar analisa terhadap
permasalahan pada penelitian ini.
c. Hasil Pengujian Hubungan Antar Variabel
Setelah semua asumsi dapat dipenuhi, selanjutnya akan dilakukan
pengujian hipotesis sebagaimana diajukan pada bab sebelumnya. Pengujian 7
hipotesis penelitian ini dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (CR) dari
suatu hubungan kausalitas dari hasil pengolahan SEM sebagaimana pada tabel
4.16 berikut.
Tabel 4.17
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SB <--- BP ,261 ,141 1,843 ,065 par_16
SB <--- IP ,208 ,088 2,361 ,018 par_17
SB <--- KP ,368 ,150 2,450 ,014 par_18
AU <--- IP ,379 ,111 3,400 *** par_19
AU <--- BP ,313 ,155 2,014 ,044 par_20
AU <--- KP ,269 ,152 1,762 ,078 par_21
86
Estimate S.E. C.R. P Label
AU <--- SB ,372 ,168 2,210 ,027 par_22
Sumber: Pengolahan data primer
Nilai C.R di atas menunjukkan nilai critical ratio yang didapatkan dari
nilai estimasi yang dibagi oleh standar errornya (S.E) Semakin tinggi nilai C.R
semakin signifikan hubungannya.
87
Gambar 4.3
Model Full Struktural
88
Hasil pengujian hipotesis pengaruh variabel independen terhadap
variabel dipenden adalah sebagai berikut :
a. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Intensitas persaingan
terhadap Strategi bisnis menunjukkan nilai CR sebesar 2,361 dan dengan
probabilitas sebesar 0,018. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi
syarat untuk penerimaan H1 yaitu nilai CR sebesar 2,361 yang lebih besar
dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Intensitas persaingan berpengaruh terhadap
Strategi bisnis
b. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Budaya perusahaan terhadap
Strategi bisnis menunjukkan nilai CR sebesar 1,843 dan dengan
probabilitas sebesar 0,065. Kedua nilai tersebut diperoleh tidak memenuhi
syarat untuk penerimaan H1 yaitu nilai CR sebesar 1,843 yang lebih kecil
dari 1,96 dan probabilitas yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Budaya perusahaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Strategi bisnis
c. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Kualitas Produk terhadap
Strategi bisnis menunjukkan nilai CR sebesar 2,450 dan dengan
probabilitas sebesar 0,000. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi
syarat untuk penerimaan H1 yaitu nilai CR sebesar 2,450 yang lebih besar
dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,01. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk berpengaruh terhadap Strategi
bisnis
d. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Intensitas persaingan
terhadap Asset usaha mikro binaan menunjukkan nilai CR sebesar 3,400
dan dengan probabilitas sebesar 0,001. Kedua nilai tersebut diperoleh
tmemenuhi syarat untuk penerimaan H2 yaitu nilai CR sebesar 3,526 yang
lebih besar dari 2,56 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,01. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Intensitas persaingan berpengaruh
terhadap Asset Usaha mikro mitra binaan.
89
e. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Budaya perusahaan terhadap
Asset Usaha mikro mitra binaan menunjukkan nilai CR sebesar 2,014 dan
dengan probabilitas sebesar 0,044. Kedua nilai tersebut diperoleh
memenuhi syarat untuk penerimaan H2 yaitu nilai CR sebesar 2,014 yang
lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Budaya perusahaan berpengaruh
terhadap Asset Usaha mikro binaan
f. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Kualitas Produk terhadap
Asset Usaha mikro binaan menunjukkan nilai CR sebesar 1,762 dan
dengan probabilitas sebesar 0,078. Kedua nilai tersebut diperoleh tidak
memenuhi syarat untuk penerimaan H2 yaitu nilai CR sebesar 1,762 yang
lebih kecil dari 1,96 dan probabilitas yang lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk tidak berpengaruh
terhadap Asset Usaha mikro binaan
g. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Strategi bisnis terhadap
Asset Usaha mikro binaan menunjukkan nilai CR sebesar 2,210 dan
dengan probabilitas sebesar 0,027. Kedua nilai tersebut diperoleh
memenuhi syarat untuk penerimaan H2 yaitu nilai CR sebesar 2,210 yang
lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi bisnis berpengaruh terhadap
Asset Usaha mikro mitra binaan
h. Persamaan struktural model ini adalah SB= 0,33IP + 0,28BP + 0,37KP +
0,30 dan AU= 0,32SB + 0,52IP + 0,29BP + 0,23 KP + 0,80. Ini
menunjukkan bahwa Kualitas produk paling besar mempengaruhi Strategi
bisnis. Secara bersama-sama Intensitas persaingan, Budaya perusahaan
dan Kualitas produk hanya mampu menjelaskan Strategi bisnis sebesar
70% sedangkan 30% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam model penelitian ini. Sedangkan pada model Asset Usaha mikro
binaan, model ini hanya mampu menjelaskan 20% variabel Asset Usaha
mikro binaan. Sedangkan 80% sisanya tidak termasuk dalam model
90
penelitian ini. Intensitas persaingan merupakan variabel yang paling
mempengaruhi Asset Usaha mikro binaan.
E. Implikasi Teoritis Penelitian
Riyan 17
mengatakan bahwa Salah satu kebijakan strategis internal yang
dapat ditempuh pihak manajemen organisasi dalam mengoptimalkan kualitas serta
prestasi karyawan adalah dengan melakukan pemberdayaan dan sosialisasi dari
corporate culture atau budaya perusahaan. Analisa pada penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan budaya perusahaan
terhadap strategi bisnis yang diterapkan oleh PT. MBK Ventura.
Tampaknya perbedaan hasil ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang
terhadap tujuan dan ruang lingkup strategi bisnis. Riyan yang meneliti PT
Pembangkitan Jawa-Bali Surabaya unit pelayanan pemeliharaan memfokuskan
penelitiannya pada strategi kebijakan pengembangan SDM. Sedangkan pada
penelitian di PT. MBK Ventura ini lebih menekankan pada strategi dalam
pengembangan produk dan perluasan jaringan dalam upayanya mengantisipasi
intensitas persaingan.
Jika kita melihat model manajemen strategik yang dikembangkan oleh
David misalnya, kita akan melihat bahwa baik penelitian di PT. BMK Ventura
maupun PT Pembangkitan Jawa-Bali Surabaya unit pelayanan pemeliharaan sama
– sama tidak merupakan penelitian yang menyeluruh terhadap lingkungan
strategik.
17
Riyan Sisiawan Putra, “Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan PT Pembangkitan Jawa-Bali Surabaya Unit Pelayanan Pemeliharaan”, Jurnal
Marketing VOL. 15, NO. 2, p 131-140, September 2013.
91
Gambar 4.4
Model Manajemen Strategis Komprehensif
Sumber : David (2010, 21)
Berdasarkan model manajemen strategis tersebut, sebagaimana yang
dipaparkan David18
bahwa model tersebut menunjukkan relasi antara komponen-
komponen proses manajemen strategis rinci yang dapat diterima secara luas.
Jika kita memperhatikan simpulan dari penelitian Wawan Sadtyo
Nugroho19
yang dilakukan pada populasi BMT yang ada di daerah Kota Magelang,
tampak ada sedikit perbedaan dalam proses melakukan penarikan simpulan.
Walaupun sama-sama dilakukan pada microfinancing/ microbanking, wawan
mempertimbangkan variabel lain yang mempengaruhi asset oleh produk secara
bersama-sama. Wawan mempertimbangkan kualitas layanan yang akan
menigkatkan loyalitas pelanggan. Jika kita dalami, sebenarnya dalam penelitian
ini juga termasuk didalamnya kualitas layanan. Tetapi merupakan bagian dari
budaya perusahaan, bukan merupakan variabel tersendiri. Identifikasi produk
18
David, Fred R, Manajemen Strategis, (Jakarta: Gramedia, 2010), h., 21 19
Wawan Sadtyo Nugroho, ”Analisis Determinasi Pada Peningkatan Kinerja Keuangan
Micro-Banking Syariah” , Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi , Vol 13(2) p 116-128, 2015,
92
yang dilakukan pada BMT di Malang juga menekankan pada atribut produk
Islam. Sedangkan instrumen penelitian ini lebih menekankan bahwa produk
layanan utama dari PT. MBK ventura adalah layanannya yang khusus usaha
mikro yang dikelola perempuan sebagai diferensiasi. Perbedaan sudut pandang ini
memungkinkan perbadaan hasil penelitian.
Hasil analisis data pada BMT di Malang ini menunjukkan bahwa: (1)
kepuasan anggota hanya dipengaruhi secara langsung oleh kualitas pelayanan, (2)
loyalitas anggota dipengaruhi secara langsung oleh atribut produk Islam, (3)
loyalitas dipengaruhi secara langsung oleh kualitas pelayanan, (4) loyalitas
dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan anggota, (5) loyalitas dipengaruhi
secara tidak langsung oleh kualitas pelayanan, (5) tingkat pertumbuhan
pendapatan berpengaruh langsung bersifat signifi kan negatif terhadap Return on
Assets (ROA), dan (6) kualitas pelayanan berpengaruh tidak langsung terhadap
loyalitas anggota. Studi ini memberikan bukti empiris bagi para pembuat
kebijakan dan regulator BMT untuk meningkatkan atribut produk keislaman dan
standar kualitas pelayanan.
Jika menilik keputusan PT. MBK Ventura yang memposisikan dirinya
sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah, maka hasil penelitian BMT di
Malang ini bisa menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan strategisnya.
Sehingga memasukkan atribut produk Islam dalam pengembangan strategi
bisnisnya. Pengembangan yang dimaksud bisa dalam koridor pengembangan
produk dan perluasan jaringan seperti yang menjadi model dalam penelitian ini.
Riset yang dilakukan oleh Afrizal Naim20
, menunjukkan bahwa
intensitas persaingan, kualitas SDM, budaya perusahaan dan kualitas produk
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap strategi bisnis dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. Riset tersebut melakukan identifikasi intensitas
persiangan, budaya perusahaan dan kualitas produk dengan responden yang
berasal dari dalam organisasi yaitu manajer dan karyawan dari Swamitra
20
Afrizal Naim, Analisis Strategi Bisnis Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Kinerja
Perusahaan , (Master Tesis: Universitas Diponegoro, 2005)
93
sedangkan responden dalam penelitian ini adalah usah mikro yang menjadi mita
binaan, perbedaan responden ini memungkinkan perbedaan hasil penelitian.
Hasil analisis data pada Swamitra di Jawa Timur ini menunjukkan bahwa:
(1) intensitas persaingan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi strategi
bisnis, jumlah pesaing pertumbuhan pesaing, frekuensi pengguanan teknologi, dan
frekuensi penggunaan teknik pemasaran merupakan elemen-elemen yang harus
diperhatikan oleh perusahaan untuk mendukung kesuksesan strategi bisnisnya (2)
kualitas SDM, meliputi kapabilitas manager, komitmen manager, partisipasi
karyawan, dan profesionalisme merupakan elemen yang harus diperhatikan oleh
perusahaan (3) Kualitas produk yang memperngaruhi adalah kesesuain produk
dengan harapan nasabah, kemudahan akses, keunikan produk, dan nilai tambah
merupakan elemen penting bagi kesuksesan strategi binis perusahan, (4) budaya
perusahaan perlu mendapat perhatian perusahaan dalam membangun strategi
bisnis. Studi ini memberikan bukti empiris bagi para managemen LKM untuk
meningkatkan memberikan perhatian terhadap empat elemen penting yang
berpengaruh terhadap kesusksan strategi perusahaan.
Hasil penelitian Swamitra di Jawa Timur ini ini bisa menjadi
pertimbangan bagi PT.MBK Venturan dalam membuat kebijakan strategisnya.
Pengembangan yang dimaksud bisa dalam koridor penggunaan teknik pemasaran,
pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan produk seperti yang
menjadi model dalam penelitian ini.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalah penelitian yang hendak dijawab adalah bagaimana intensitas
persaingan, budaya perusahaan, kualitas produk berpengaruh secara parisial
maupun simultan terhadap strategi bisnis LKMS dan asset usaha mikro binaan,
dan bagaimana strategi bisnis LKMS berpengaruh secara simultan terhadap asset
usaha mikro.
Analisa terhadap model yang dikembangkan dalam penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa intensitas perusahaan dan kualitas produk
mempengaruhi strategi bisnis, sementara budaya perusahaan tidak berpengaruh
terhadap strategi bisnis. Kualitas produk memiliki pengaruh paling signifikan
terhadap strategi bisnis. Dan intensitas persaingan, budaya perusahaan, kualitas
produk, memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) dalam mewujudkan
strategi bisnis.
Hasil penelitian pengaruh intensitas persaingan, budaya perusahaan, dan
kualitas produk terhadap peningkatan asset usaha mikro menunjukkan bahwa
intensitas persaingan, budaya perusahaan berpengaruh dalam meningkatkan asset
usaha mikro binaan, namun kualitas produk tidak berpengaruh dalam
meningkatkan asset usaha mikro binaan. Intensitas persaingan merupakan variabel
yang paling mempengaruhi asset usaha mikro mitra binaan. Dan intensitas
persaingan, budaya perusahaan, kualitas produk, memiliki pengaruh secara
bersama-sama (simultan) dalam meningkatkan asset usaha mikro mitra binaan.
Hasil penelitian terhadap pengaruh strategi bisnis terhadap asset usaha
mikro mitra binaan menunjukkan bahwa strategi bisnis berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) dalam meningkatkan asset usaha mikro binaan. Secara
bersama-sama Intensitas persaingan, Budaya perusahaan dan Kualitas produk
hanya mampu menjelaskan Strategi bisnis sebesar 70% sedangkan 30%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
Sedangkan pada model asset usaha mikro mitra, model ini hanya mampu
95
menjelaskan 20% variabel Asset UMKM binaan. Sedangkan 80% sisanya tidak
termasuk dalam model penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan :
1. Pada para peneliti lain untuk memperluas variabel lingkungan bisnis dalam
upaya mengurangi kesalahan penyimpulan. Variabel lingkungan yang
dimaksud meliputi lingkungan eksternal dan lingkungan internal secara luas.
Sesuai dengan model David dalam menganalisa lingkungan strategik.
2. Untuk PT. MBK ventura dan LKMS lainnya, diperlukan diversifikasi produk
yang dapat ditawarkan bagi para pelaku usaha usaha mikro. Kemajuan PT.
MBK ventura menunjukkan lebih banyak ditunjang oleh kekhususannya
terhadap pembiayaan pemodalan bagi kaum perempuan. Penguatan
pemahaman tentang produk yang sesuai syariat bisa menjadi alternatif
pengembangan produk PT. BKM Ventura dalam memaksimalkan
kekhususan pelayanannya terhadap kaum perempuan.
3. Pertumbuhan asset pada usaha mikro mitra binaan juga telah menunjukkan
perubahan yang bersifat tangible dan intangible , namun masih dibutuhkan
upaya pengembangan asset intangible lainnya berupa pengembangan kualitas
lingkungan, tingkat pendidikan anak, dan pelatihan keahlian para pelaku
usaha mikro secara sistemik seperti yang telah berhasil dilakukan oleh
Grameen Bank. Pengembangan kualitas diri dan kualitas lingkungan tetaplah
harus menjadi pemutus rantai kemiskinan utama bagi para pelaku usaha
mikro.
96
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. Strategi Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat, 2013
Aasmaan , Anam Jamal, et al.,”Challenges Faced By The Model Of Islamic
Microfinance For The Development Of Micro Entrepreneurs And Smes In
Rural Pakistan”, International SAMANM Journal of Finance and
ccounting, Vol 1 No 3, October, 2013
Adhitya, Ginanjar. Faktor Dominan yang mempengaruhi Pertumbuhan Asset
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Program Peningkatan
Kemandirian Ekonomi Rakyat/P2KER Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
1997-2002. Master Tesis. Jakarta: Program Studi Kajian Timur Tengah dan
Islam Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003.
Ahyari, Agus. Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta:BPFE, 1985
Amalia, Euis dan Mahmudah Atikah. “Evaluating the Models of Sharia
Microfinance in Indonesia: Analytical Network Process (ANP) Approach”
Jurnal Al Iqtishad, Vol 7, No 1, Januari 2015
---------------. Keadilan distributive dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2009.
Arief, Burhan, dan Mia Rosmiati. “Dampak Akses Kredit terhadap Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani Padi”, Proceeding Seminar dan Diskusi Nasional
Jati Diri dam Reposisi Koprasi Indonesia, Bandung: Ikopin Press 2013
Assauri, Sofjan Assauri. Strategic Management: Sustainable Competitive
Advantages. Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Augusty,Ferdinand. Structural Equation Modelling dalam Penelitian
Manajemen. Semarang: Program Magister Manajemen Universitas
Diponegoro, 2002.
Beik, Irfan Syauqi, dan Laily Dwi Arsyianti. Ekonomi Pembangunan Syariah.
Jakarta: PT Rajagrafindo, 2016
David, Fred R. Manajemen Strategis; Konsep. Jakarta: Gramedia, 2010
Deal, Terrence E., dan Allan A. Kennedy. Corporate Cultures: The Rites and
Rituals of Corporate Life. Masschusetts: Perseus Publishing, 2000
Deshpande, Rohit, John U. Farley, dan Frederick E.Webster, “Corporate Culture,
Customer Orientation, and Innovativeness in Japaness Culture Firms: A
Quadran Analiysis”. Journal of Marketing, Vol 57, No 1, pp.23-37, Januari
1993
Direktorat Kredit BPR dan UMKM, “Kebijakan Bank Indonesia dalam
Pengembangan UMKM”. Seminar UMKM Makasar, 20 April 2011
97
Gozali, Imam. Structural Equation Model. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2008
Hadibrata, Lucky Fathul. “Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan Mikro”,
Bakohumas dan Comunication Expo 2014, Bandung, 29 November 2014
Hashim, Mohd. K, Syed Azizi Wafa, dan Mohamed Sulaiman. “Determining The
Moderating Effect of Enviroment on The Business Strategy Perfomance
Relationship in Malaysian SMES”. Jurnal Strategy Business Vo.8 No 6,
Desember 2001,
Haryono, Siswoyo. Structural Equation Modelling: untuk Penelitian
Management Menggunakan Amos 18.00. Bekasi: Intermedia Personalia
Utama, 2012
Hair, J.F., et, al. Multivariate data analysis.New Jersey : Pearson Education
Inc, 2010
Herfandy, Achamd Herry, Uddowla, arman dan arif, Muhammad. How Do MFIs
Reinvent Their Business Model In Order To Be Sustainable? The Case Of
Grameen Bank Transformation To Grameen II, Mater Tesis, School of
Management Blekinge Tehniska Högskola, 2009.
Hermes, Niels dan Lensink, Robert, 2007. The Empirics of Microfinance. ,
Journal
Homburg et al., Christian, Wayne D.Hoyer dan Martin Fassnacht.“Service
Orientation of a Retailer’s Business Strategy”. Journal of Marketing, Vol
66 No.4, pp.86-101, October 2002
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002
John, W. Creswell, ”Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014
Khanker, Shahidur R., dan Rasheedur R.Faruqee, “The impact of Farm Credit in
Pakistan”. Agricultural Economics, volume 28, Issue 3, pp 197-213, Mei
2003
Kaplan, Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Balance Scorecard. Jakarta:
Erlangga, 2000
Karyurhi, Eddy Balemba. “Evaluation of Customer Satisfaction with Services of
A Microfinace Institution” African Journal of Marketing Management Vol.
5, No 2, pp.26-37, February 2013
Kasiram, Mohammad, Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Press, 2008
98
Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2004
Kotler, Philip. A Framework For Marketing Mangement. New Jersey:Pearson,
2001
--------------, dan Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Erlangga,
2006.
Kotter,John P., dan James L.Heskett. Corporate Culture and Performance. New
York: The Free Press, 1992
Ledgerwood, Joana. Microfinance Handbook:An Institutional and financial
Perspective. Washington DC: The World Bank, 1999
M. Levens. Marketing: Defined, Explained, Applied. Pearson: Prentice Hall,
2010
Mahmudah, Nur Atikah. Model Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Bagi Penguatan Usaha Kecil Mikro (UKM). Tesis: UIN Syarif
Hidayatullah, 2013
Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Naim, Afrizal. Analisa Strategy Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Kinerja
Perusahaan. Master Tesis: Universitas Diponegoro, 2005
Nugroho, Wawan Sadtyo. “Analisis Determinasi Pada Peningkatan Kinerja
Keuangan Micro-Banking Syariah”. Jurnal Bisnis & Ekonomi, Volume 13,
Nomor 2, Oktober 2015.
Nurmalina, Rita dkk. Pemasaran. Bogor: IPB Press, 2014
Pearce, John A., dan Richard B. Robinsen. Manajemen Strategic. Jakarta:
Salemba 4, 2014
Porter, Michael E. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan
kinerja Unggul . Jakarta: Erlangga, 1996
Putra, Riyan Sisiawan. 2013. “Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Prestasi
Kerja Karyawan PT Pembangkitan Jawa-Bali Surabaya Unit Pelayanan
Pemeliharaan”. Jurnal Management dan Kewirausahaan,Vol. 15 No.2,
pp.131-140, September 2013
Tsalistia, Aulie. “Kajian Program Misykat sebagai Alternatif Pilihan Program
Pemberdayaan Usaha Mikro (Studi Kasus pada Dompet Peduli Umat
Daarut Tauhid Bogor” Jurnal Management IKM Vol.5 No 1, pp 12-22,
2010.
Tulchin, Drew. “Measuring Social Return for The Microfinace Industry”.
Journal Littlefied, 2003.
99
Robbins, Stephen dan Timothy A.Judge.Organizational Behavior. Pearson, 2008
Robinson, Marguerite S.The Microfinance Revolution:Sustainable Finance The
Poor. Washington.D.C: The World Bank,2001
Schein, Edgar H. Organizational Culture and Leadership. San Fransisco:Jossey
Bass, 1997
Slater, Stanley dan John C.Narver. “Marketing Orientation, Customer Value,
and Superior Performance”. Journal of Marketing, Vol 59, pp 63-74, July
1995
Salomon. Marketing.Fourth Edition. New Jersey: Pearson Education.inc, 2007
Sandra Heidmann dan Nathalie Nilsholm. Compability Between Outreach and
Efficiency in Microfinance Market. Master Tesis: Lund University School
of Economics and Management, 2012
Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012
Supranto. Analisis MultivariateArti & Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Tambunan, Tulus TH. Pembangunan Ekonomi Inklusif. Jakarta: Pustaka LP3S,
2016
--------------. Usaha Kecil Mikro Indonesia. Jakarta: LP3S, 2003
Tan, Victor S.L. Changing Your Corporate Culture. Singapore: Times Books
International, 2002
Tanjung,
M. Azrul. Koperasi dan UMKM Sebagai Fondasi Perekonomin
Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2017
Umar, Hussein. Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta:
Gramedia, 1999
Undang-undang No 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
Wahid,Nusron. Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan. Jakarta:
Gramedia Indonesia, 2014
Wibowo. Budaya Organisasi: Sebauah Kebutuhan Untuk meningkatkan Kinerja.
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016
Wardoyo, dan Hendro Prabowo. “Kinerja Lembaga Keuangan Mikro bagi Upaya
Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Wilayah Jabotabek”.
Jurnal Ekonomi Bisnis,Vol.3 No 3, pp.1-7, Jakarta, 2013
Wawan Sadtyo Nugroho. “Analisis Determinasi Pada Peningkatan Kinerja
Keuangan Micro-Banking Syariah”. Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, Vol
13 No.2, pp. 116-128, Malang, 2015
100
Xenikou, A. dan Furnham, A. “A Correlational and Factor Analytic Study of
Four Questionnaire Measures of Organizational Culture”. Journal of
Human Relations, Vol. 49, No.3, pp.49-71, 1996
Yunus,Muhammad Yunus. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, cet.3, 2009
Sumber Internet:
http://bi.go.id
http://bisnis.tempo.co.id
http://bumrpangan.com
http://ojk.go.id
http://mix.co.id
http://perpustakaan.bappenas.go.id
http://peraturan.go.id
101
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
A. Pendahuluan
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Magister
(S2) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Ade Irma Suryani
NIM : 2112043300014
Fak/Jur : Syariah dan Hukum/Ekonomi Islam
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan tesis dengan
judul “Pengaruh Intensitas Persaingan, Budaya Perusahaan, Serta Kualitas
Produk Terhadap Strategi Bisnis Lembaga Keuangan Syariah dan Aset
Usaha Mikro Binaan, Studi pada PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap. Data yang
diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak
digunakan sebagai penilaian kinerja Bapak/Ibu, sehingga kerahasiaannya akan
saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu
nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang
diharapkan memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawabsemua pertanyaan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
Peneliti
Ade Irma Suryani
102
B. Data Responden
Petunjuk pemakaian
Pertanyaan terdiri dari dua tipe, yaitu: tipe isian dan tipe pilihan. Pada tipe
isian, isilah pada tempat yang telah disediakan, dengan singkat dan jelas. Pada tipe
pilihan, berilah tanda tickmark (√) pada jawaban yang telah disediakan.
a. Pertanyaan Umum
1. Nama : …………………………………………………
2. Usia : ……….Tahun
3. Jenjang Pendidikan : Pendidikan Dasar (SD-SMP)
Pendidikan Menengah (SMA/SMK)
Perguruan Tinggi (Diploma/Sarjana)
4. Mitra binaan selama : . . . . . . Tahun
b. Pertanyaan Khusus
Pada Bagian ini akan disajikan pertanyaan-pertanyaan mengenai “Faktor
kunci untuk mengetahui pengaruh peran Intensitas Persaingan, Budaya
Perusahaan, Serta Kualitas Produk Terhadap Strategi Bisnis PT. Mitra
Bisnis Keluarga Ventura Dan Aset Mitra Binaan”. Dimohon untuk
memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
memberi tanda tickmark (√).Adapun alternatif jawabannya adalah sebagai
berikut :
STS = sangat tidak Setuju.
TS = tidak setuju
KS = kurang setuju.
R = ragu-ragu.
AS = agak setuju
S = setuju.
SS = sangat setuju.
103
C. Kuesioner
Daftar Kuesioner Variabel Independen
Intensitas Persaingan, Budaya Perusahaan, Kualitas Produk
VARIABEL PERTANYAAN JAWABAN
STS TS KS R AS S SS
Intensitas
Persaingan
1. Lembaga yang memberikan
pinjaman modal usaha pada
Usaha Mikro di daerah ini
banyak.
2. Dari sekian banyak lembaga
yang memberikan modal usaha
didaerah ini MBK lebih banyak
dipilih oleh usaha mikro.
3. Lembaga yang memberikan
pinjaman modal usaha pada
usaha mikro rajin dan
menggunakan banyak cara
dalam menawarkan pinjaman.
Budaya
Perusahaan 4. MBK memiliki budaya
organisasi yang jelas yang
menggambarkan dengan pasti
apa yang diharapkan dan dituju
oleh MBK maupun usaha mikro
mitra binaanya dalam mencapai
kesejahteraan bersama.
5. Di MBK semua orang baik staf
kantor, staf lapangan, ketua
kumpulan, maupun anggota
memiliki wewenang dan
tanggung jawab yang jelas
dalam upaya menjamin
kelancaran usaha dan kerjama
antar anggota maupun antara
kumpulan dan MBK
6. Di MBK tersedia sistem
operasional dan prosedur yang
jelas mulai dari mulai menjadi
104
anggota baru, membentuk
kelompok, pencairan, sampai
dengan bagai mana cara
menyelesaikan masalah anggota
dalam kumpulan.
Kualitas
Produk 7. Kesesuain produk yang
ditawarkan MBK dengan
harapan nasabah mitra binaan
MBK.
8. Sistem informasi teknologi
pendukung yang digunakan
MBK sangat membantu mitra
binaan dalam melakukan
transaksi dengan MBK.
9. Pola pembinaan yang MBK
lakukan terhadap usaha mikro
mitra binaan membantu usaha
mikro untuk makin
berkembang.
Daftar Kuesioner Variabel dependen
Strategi Bisnis PT. MBK Ventura dan Asset Usaha Mikro Mitra Binaan
Strategi
Bisnis 10. MBK memiliki kemudahan
dalam memberikan pinjaman
modal kerja pada Usaha
Mikro mitra binaan baru.
11. MBK memiliki kemudahan
dalam memberikan pinjaman
berulang dan insidentil pada
Usaha Mikro mitra binaan
lama.
12. Kantor cabang MBK memiliki
wilayah kerja yang luas
sehingga mudah diakses oleh
calon usaha mikro mitra
binaan lama maupun baru.
13. MBK memberikan binaan
105
pada usaha mikro yang khusus
dikelola perempuan, dalam
upaya meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Penambahan
Asset usaha
mikro Binaan
14. Kondisi hunian usaha mikro
mitra binaan setelah
bergabung dengan MBK
menjadi lebih baik.
15. Usaha mikro mitra binaan
MBK memiliki peningkatan
modal yang bisa dan mudah
digunakan untuk membiayai
usaha.
16. Taraf pendidikan anak dari
usaha mikro mitra binaan
MBK menjadi makin baik dan
meningkat semenjak
bergabung dengan MBK.
17. Sejak bergabung dengan
MBK, usaha mikro mitra
binaan menjadi memiliki
keahlian khusus sehingga bisa
menjadi alat untuk
memudahkan dan
meningkatkan usahanya.
106
Lampiran 2 Hasil Kuesioner Intensitas Persaingan
X1 X2 X3 IP
6 7 7 20
7 7 7 21
6 7 2 15
6 7 1 14
7 1 7 15
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 6 18
6 6 6 18
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 6 20
6 7 2 15
6 7 7 20
7 7 7 21
7 6 6 19
7 6 6 19
6 7 7 20
6 7 6 19
6 7 7 20
7 7 7 21
6 7 7 20
6 7 2 15
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 5 19
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
107
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 6 20
6 5 6 17
1 7 7 15
1 7 7 15
2 7 7 16
1 7 7 15
1 7 7 15
3 3 7 13
1 7 7 15
2 7 7 16
3 5 4 12
4 5 4 13
1 4 5 10
4 7 7 18
1 4 6 11
1 4 5 10
3 7 7 17
2 7 7 16
6 6 5 17
7 6 4 17
7 7 4 18
7 7 7 21
7 7 6 20
7 7 4 18
7 7 4 18
7 7 6 20
7 7 4 18
7 7 6 20
7 6 5 18
108
7 7 4 18
7 7 4 18
7 7 5 19
7 7 5 19
7 5 7 19
7 7 7 21
5 6 7 18
7 7 7 21
7 7 7 21
5 6 7 18
5 6 6 17
1 2 7 10
1 5 6 12
6 6 7 19
6 7 7 20
6 7 5 18
3 7 4 14
5 6 5 16
3 7 4 14
7 5 7 19
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 7 19
7 7 7 21
7 6 6 19
7 7 4 18
5 7 7 19
5 7 1 13
5 6 1 12
6 6 1 13
5 7 7 19
5 7 5 17
5 7 1 13
5 7 6 18
7 7 6 20
6 7 6 19
7 7 7 21
6 7 7 20
6 7 7 20
109
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 6 5 18
7 7 7 21
7 5 7 19
6 7 6 19
7 7 7 21
7 6 7 20
5 7 3 15
5 7 5 17
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 6 20
7 7 6 20
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 1 7 15
3 7 5 15
7 7 7 21
5 7 6 18
5 7 5 17
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 6 18
6 6 6 18
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 6 20
110
Lampiran 3 Hasil Kuesioner Budaya Perusahaan
X4 X5 X6 BP
4 4 2 10
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 2 16
7 6 7 20
7 6 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
1 7 7 15
6 6 6 18
6 6 6 18
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 6 6 19
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 6 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
111
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
5 6 6 17
7 5 6 18
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 6 18
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 7 19
7 7 7 21
7 7 7 21
5 4 7 16
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 7 19
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
112
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 5 18
6 7 5 18
7 7 6 20
7 7 7 21
6 7 4 17
5 6 4 15
7 6 7 20
7 5 6 18
6 7 6 19
7 7 7 21
7 6 6 19
6 7 7 20
6 7 7 20
7 6 7 20
7 7 7 21
4 6 4 14
7 6 7 20
7 7 7 21
7 7 6 20
7 7 7 21
6 6 7 19
7 7 7 21
6 7 6 19
7 7 7 21
7 6 7 20
7 4 7 18
7 7 7 21
7 7 6 20
5 7 7 19
3 7 1 11
5 3 1 9
7 7 6 20
5 7 1 13
7 6 7 20
7 7 7 21
113
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
1 7 7 15
7 6 7 20
5 7 7 19
1 7 7 15
5 7 5 17
3 7 7 17
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
3 7 1 11
7 7 7 21
1 7 7 15
6 6 6 18
6 6 6 18
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
114
7 7 7 21
Lampiran 4 Hasil Kuesioner Kualitas Produk
X7 X8 X9 KP
5 4 5 14
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 6 6 19
7 7 1 15
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 6 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 6 19
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 6 6 18
7 7 7 21
2 7 7 16
1 7 7 15
1 7 7 15
1 7 7 15
1 7 7 15
2 7 7 16
1 7 7 15
115
1 7 7 15
2 7 6 15
7 7 7 21
2 7 7 16
7 7 7 21
1 7 7 15
1 7 7 15
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
5 7 7 19
5 4 5 14
4 5 5 14
6 7 6 19
6 7 7 20
6 7 7 20
6 7 7 20
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 6 20
7 7 7 21
6 6 7 19
6 7 7 20
7 7 7 21
7 6 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
116
7 7 7 21
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
6 5 7 18
5 7 4 16
6 6 7 19
5 7 7 19
4 7 4 15
4 4 4 12
4 7 7 18
6 7 3 16
7 6 6 19
7 7 7 21
6 4 6 16
1 6 6 13
1 7 7 15
6 7 7 20
7 7 7 21
5 4 4 13
7 7 7 21
5 7 7 19
6 6 6 18
5 7 5 17
1 7 7 15
3 5 6 14
5 6 7 18
7 7 7 21
5 7 7 19
7 7 7 21
7 6 7 20
6 1 1 8
5 1 7 13
3 1 6 10
5 7 7 19
1 1 1 3
7 5 5 17
7 7 7 21
117
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 5 5 17
7 7 7 21
7 7 7 21
7 1 1 9
7 1 7 15
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
7 7 7 21
5 1 7 13
7 7 7 21
7 7 7 21
6 7 7 20
6 7 7 20
7 7 7 21
7 7 7 21
118
7 7 7 21
7 6 7 20
Lampiran 5 Hasil Kuesioner Strategi Bisnis
X10 X11 X12 X13 SB
4 5 7 4 20
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 6 2 7 22
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 6 7 27
6 7 7 7 27
7 7 7 7 28
7 7 6 7 27
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 6 6 26
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 6 6 24
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
119
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
4 4 5 7 20
6 6 5 6 23
7 6 6 6 25
7 7 6 7 27
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 6 4 6 23
7 7 6 3 23
7 7 7 7 28
7 6 7 7 27
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
120
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 5 7 24
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 6 7 7 27
7 7 4 7 25
7 6 6 7 26
7 5 7 7 26
7 7 4 7 25
4 4 4 7 19
7 5 5 7 24
7 4 5 7 23
4 5 6 6 21
7 7 7 7 28
6 6 6 5 23
6 6 6 6 24
7 4 5 7 23
6 7 6 7 26
7 7 6 7 27
4 4 4 4 16
7 4 6 7 24
7 7 7 7 28
7 6 6 6 25
7 7 5 7 26
7 6 6 7 26
7 5 7 7 26
7 7 6 7 27
7 7 7 7 28
7 4 2 7 20
7 6 1 7 21
7 7 7 7 28
7 6 7 6 26
1 1 1 1 4
1 5 3 1 10
1 1 6 1 9
5 5 3 7 20
1 1 1 1 4
121
6 6 6 3 21
7 7 7 7 28
7 7 5 7 26
7 7 6 7 27
7 7 7 7 28
7 7 5 7 26
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 3 7 22
7 7 7 7 28
7 7 6 7 27
1 7 1 1 10
3 5 2 7 17
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 6 27
7 7 7 7 28
1 5 3 1 10
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
122
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 6 7 27
Lampiran 6 Hasil Kuesioner Asset Usaha Mikro Binaan
X14 X15 X16 X17 AU
7 3 3 3 16
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 7 6 25
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 7 7 6 26
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
5 6 6 7 24
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 7 7 26
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 7 7 26
7 7 7 7 28
7 7 4 7 25
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 7 7 7 27
7 7 7 7 28
123
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 7 7 7 27
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 6 7 27
7 7 6 7 27
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
5 7 7 7 26
7 7 7 7 28
6 7 7 7 27
5 6 4 4 19
6 6 6 7 25
6 6 6 7 25
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 6 6 7 26
7 6 7 6 26
7 7 7 7 28
6 6 7 7 26
6 7 7 7 27
6 7 7 7 27
7 7 7 7 28
124
6 7 6 7 26
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
5 5 6 7 23
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 7 6 6 25
5 7 5 5 22
6 7 6 7 26
6 7 7 7 27
5 4 5 4 18
4 4 4 5 17
6 6 7 7 26
5 6 5 6 22
6 7 7 4 24
7 7 7 7 28
3 6 6 7 22
3 6 6 6 21
4 6 6 7 23
6 6 7 7 26
4 5 4 6 19
4 4 4 4 16
4 6 6 7 23
7 5 7 7 26
5 6 5 6 22
7 6 7 4 24
4 6 6 2 18
7 7 7 7 28
7 6 5 7 25
7 7 7 7 28
3 7 3 4 17
6 6 7 6 25
7 7 7 1 22
6 7 6 7 26
1 1 1 1 4
7 3 7 1 18
6 2 6 2 16
3 5 5 5 18
125
6 1 1 1 9
6 6 7 6 25
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 6 6 5 23
6 7 7 7 27
7 7 7 7 28
7 5 7 1 20
5 2 7 5 19
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 5 5 6 23
7 7 7 7 28
2 3 7 1 13
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
126
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
7 7 7 7 28
6 7 7 6 26
Lampiran 7 Hasil Validitas Intensitas Persaingan
Correlations
x1 x2 x3 x4 total
x1 Pearson
Correlation 1 .242
** .315
** .179
* .643
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .028 .000
N 151 151 151 151 151
x2 Pearson
Correlation .242
** 1 .318
** .221
** .658
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .006 .000
N 151 151 151 151 151
x3 Pearson
Correlation .315
** .318
** 1 .439
** .758
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
total Pearson
Correlation .643
** .658
** .758
** .666
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
127
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Budaya Perusahaan
Correlations
x5 x6 x7 x8 Total
x4 Pearson
Correlation 1 .236
** .245
** .365
** .625
**
Sig. (2-tailed) .003 .002 .000 .000
N 151 151 151 151 151
x5 Pearson
Correlation .236
** 1 .255
** .173
* .624
**
Sig. (2-tailed) .003 .002 .034 .000
N 151 151 151 151 151
x6 Pearson
Correlation .245
** .255
** 1 .432
** .727
**
Sig. (2-tailed) .002 .002 .000 .000
N 151 151 151 151 151
Total Pearson
Correlation .625
** .624
** .727
** .739
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
128
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Kualitas Produk
Correlations
x9 x10 x11 x12 Total
x7 Pearson
Correlation 1 .331
** .325
** .222
** .687
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .000
N 151 151 151 151 151
x8 Pearson
Correlation .331
** 1 .312
** .348
** .716
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
x9 Pearson
Correlation .325
** .312
** 1 .437
** .716
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
Total Pearson
Correlation .687
** .716
** .716
** .698
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
129
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Strategi Bisnis
Correlations
x13 x14 x15 Total
x10 Pearson
Correlation 1 .410
** .298
** .709
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 151 151 151 151
x11 Pearson
Correlation .410
** 1 .486
** .800
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 151 151 151 151
x12 Pearson
Correlation .298
** .486
** 1 .807
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 151 151 151 151
x13 Pearson
Correlation .298
** .486
** 1 .807
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 151 151 151 151
Total Pearson
Correlation .709
** .800
** .807
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 151 151 151 151
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
130
Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Asset USAHA MIKRO Binaan
Correlations
x16 x17 x18 x19 Total
x14 Pearson
Correlation 1 .502
** .336
** .397
** .740
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
x15 Pearson
Correlation .502
** 1 .361
** .350
** .743
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
x16 Pearson
Correlation .336
** .361
** 1 .463
** .726
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
x17 Pearson
Correlation .397
** .350
** .463
** 1 .758
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
Total Pearson
Correlation .740
** .743
** .726
** .758
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 151 151 151 151 151
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
131
Lampiran 12 Hasil analisis Model Fit
Model Fit Summary
CMIN
Model NPA
R CMIN DF P CMIN/DF
Default
model 61
-
397726016182162,000 10
9 1,00
0 -
3648862533781,300
Saturated
model 170 ,000 0
Independenc
e model 17 53564085729772,000
15
3 ,000 350092063593,281
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1 RFI
rho1 IFI
Delta2 TLI
rho2 CFI
Default model 8,425 11,423 8,425 11,423 1,000
Saturated model 1,000
1,000
1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model ,712 6,002 ,712
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000
132
NCP
odel NCP LO 90 HI 90
Default model ,000 ,000 ,000
Saturated
model ,000 ,000 ,000
Independenc
e model 53564085729619,00
0 53564061551211,50
0 53564109757676,00
0
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default
model
-
2724150795768,
230 ,000 ,000 ,000
Saturated
model ,000 ,000 ,000 ,000
Independe
nce model 366877299518,9
86 366877299517,
938 366877133912,
408 366877464093,
671
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model ,000 ,000 ,000 1,000
Independence model 48968,264 48968,253 48968,275 ,000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
133
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model -397726016182040,000 -397726016182023,000
Saturated model 340,000 387,813
Independence
model 53564085729806,000 53564085729810,800
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default
model
-
2724150795767,
400 1,582 1,582
-
2724150795767,
280
Saturated
model 2,329 2,329 2,329 2,656
Independe
nce model 366877299519,2
19 366877133913
,689 366877464094
,952 366877299519,2
52
HOELTER
Model HOELTER
.05 HOELTER
.01
Default model
Independence model 1 1
134
Lampiran 13 Hasil Analisis SEM
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SB <--- BP ,261 ,141 1,843 ,065 par_16
SB <--- IP ,208 ,088 2,361 ,018 par_17
SB <--- KP ,368 ,150 2,450 ,014 par_18
AU <--- IP ,379 ,111 3,400 *** par_19
AU <--- BP ,313 ,155 2,014 ,044 par_20
AU <--- KP ,269 ,152 1,762 ,078 par_21
AU <--- SB ,372 ,168 2,210 ,027 par_22
X14 <--- AU 1,000
X15 <--- AU ,962 ,165 5,823 *** par_1
X16 <--- AU ,982 ,176 5,588 *** par_2
X17 <--- AU 1,273 ,209 6,077 *** par_3
X10 <--- SB 1,000
X11 <--- SB 1,533 ,296 5,183 *** par_4
X12 <--- SB 1,404 ,291 4,823 *** par_5
X13 <--- SB ,536 ,183 2,926 ,003 par_6
X3 <--- IP 1,000
X2 <--- IP ,613 ,164 3,742 *** par_7
X1 <--- IP ,632 ,170 3,723 *** par_8
X6 <--- BP 1,000
X5 <--- BP ,797 ,274 2,910 ,004 par_9
135
Estimate S.E. C.R. P Label
X4 <--- BP ,650 ,223 2,923 ,003 par_10
X9 <--- KP 1,000
X8 <--- KP 1,071 ,306 3,500 *** par_11
X7 <--- KP 1,088 ,310 3,508 *** par_12