PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP
UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT IPO DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Citra Aulia Widyanti
NIM: 1113082000079
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
ii
PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP
UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT IPO DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Citra Aulia Widyanti
NIM: 1113082000079
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CMA.,CPMA
NIDN: 2009058601
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF
Pada hari Senin, 11 September 2017 telah dilakukan Ujian Komprehenshif atas
nama mahasiswi :
1. Nama : Citra Aulia Widyanti
2. NIM : 1113082000079
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan
Terhadap Underpricing Saham pada saat IPO di
Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehenshif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 September 2017
1. Yusro Rahma, SE., M.Si ( )
NIP: 19800506 200801 2 016 Penguji I
2. Nur Wachidah Yulianti, SE.,MS.,Ak ( )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 20 November 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Citra Aulia Widyanti
2. NIM : 1113082000079
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Underpricing Saham pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-
2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 November 2017
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19760924 200604 2 002
2. Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA
NIDN. 2009058601
3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc
NIDN. 2004068701
4. Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA
NIDN: 2009058601
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Citra Aulia Widyanti
Nomor Induk Mahasiswa : 1113082000079
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Citra Aulia Widyanti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 04 September 1995
3. Alamat : Kp. Sindangkarsa jln. Gang Madrasah
Kelurahan Sukamaju Baru Rt 001 Rw 007
no. 05 Kecamatan Tapos Kota Depok, Jawa
Barat
4. Telepon : 081280346495
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI Nurul Falah Tahun 2001-2007
2. SMP Taruna Bhakti Tahun 2007-2010
3. MA Sahid Islamic Boarding School Tahun 2010-2013
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
vii
ABSTRACT
The Effect of Financial and Non Financial Variables on The Underpricing
Shares at IPO at Indonesia Stock Exchange
(Period 2010-2016)
This study aimed to determine the effect of financial and non financial
companies that do underpricing in Initial Public Offering. The variables used in
this study are Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), firm size and firm age.
This study was a quantitative research. The type of data used was secondary
data obtained from www.idx.co.id and company website. The population in this
study was company that conduct an IPO listed on the Indonesia Stock Exchange
in 2010-2016 outside the banking company. While the samples of this study were
determined by using purposive sampling method to obtain a total of 55 data that
could be processed.
The results of this study indicated that Return on Assets (ROA), Earning Per
Share (EPS), and firm size had significant effect on underpricing, while the other
independent variables such as Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), and firm age had no significant effect on underpricing. The results showed
that the Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), Earning Per Share (EPS), firm size and firm age simultaneously had a
significant effect on underpricing.
Keywords: Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), firm size, firm age,
underpricing, Initial Public Offering (IPO).
viii
ABSTRAK
Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing
Saham pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia
(Periode 2010-2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keuangan dan non
keuangan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE),Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share
(EPS),ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan website
perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2016 di luar perusahaan
perbankan. Analisis data menggunakan metode regresi berganda dengan
menggunakan Eviews. Sedangkan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh total 55 perusahaan
yang dapat diolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA), Earning per
Share (EPS), dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
underpricing, sedangkan variabel independen lainnya seperti Return on Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan umur perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap underpricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan dan umur perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Kata Kunci: Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan, umur
perusahaan, underpring, Initial Public Offering (IPO).
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Saham
pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-2016)”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammaad SAW, Sang Teladan
yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
haturkan atas anugerah berupa kelancaran dan kemudahan dari Allah SWT yang
diberikan kepada penulis. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Cecep Sumitra SH dan Hj. Rosidah S.P yang telah
memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil dan do’a
terbaiknya yang tiada henti untuk kesuksesan penulis.
2. Om dan tante, bapak Dr.Abdul Rozak, M.Si dan ibu Siti Jubaedah S.Ag yang
sangat membantu memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada penulis.
3. Kakak dan adikku Putri dan Hani yang telah menyemangati dan memberikan
motivasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syari fHidayatullah Jakarta.
5. Bapak Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CMA.,CPMA selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian,
membimbing, dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasihatas
semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai
terlaksananya sidang skripsi.
x
6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat terkasih penulis Dicky Hermawan yang selalu ada untuk membantu dan
memberikan support dari awal sampai akhir dalam penulisan skripsi ini.
10. Sahabat terkasih semasa kuliah penulis dari awal hingga sekarang Chikita
Chairunissa, Vivi Fatia Utami, Fitri Yani, dan Nurul. Terimakasih sudah menjadi
sahabat seperjuangan yang sangat baik dalam mendengarkan keluh-kesah penulis
di masa kuliah.
11. Sahabat seperjuangan skripsi penulis Anis, Sita, Muthia, Edwina, Kartika.
Terimakasih selalu memberikan semangat dan saran dalam menyelesaikan skrisi
ini.
12. Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2013 khususnya Akuntansi B.
13. Teman-teman KKN DANDELION Subhan, Nisa, Alfi, Arme, Bayu, Topik, Yusi,
Ferdi, Anis, dan Alif Terimakasih atas kenangan indahnya selama KKN dan telah
mengajarkan penulis bagaimana arti berjuang.
14. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Agustus 2017
(Citra Aulia Widyanti)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF .............................. III
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ V
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... VI
ABSTRACT ......................................................................................................... VII
ABSTRAK ........................................................................................................ VIII
KATA PENGANTAR ......................................................................................... IX
DAFTAR ISI ........................................................................................................ XI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ XIV
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... XV
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XVI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian….............................................................14
1. Tujuan Penelitian................................................................................. 14
2. Manfaat Penelitian............................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 16
A. Landasan Teori…...................................................................................16
1. Asymmetric Information Theory ...................................................... 16
2. Signaling Theory ............................................................................. 17
B. Tinjauan Literatur…...............................................................................17
1. Pasar Modal ..................................................................................... 17
2. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) ...................... 20
3. Underpricing ................................................................................... 25
4. Return on Assets (ROA) .................................................................. 28
5. Return on Equity (ROE) .................................................................. 29
6. Debt to Equity Ratio (DER) ............................................................ 30
xii
7. Earning Per Share (EPS) ................................................................ 31
8. Ukuran Perusahaan .......................................................................... 32
9. Umur Perusahaan ............................................................................. 33
C. Peneliti Terdahulu....…..........................................................................35
D. Kerangka Penelitian…...........................................................................43
E. Keterkaitan Antara Variabel dan Permusan Hipotesis….......................44
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian…..................................................................52
B. Metode Penentuan Sampel….................................................................53
C. Metode Pengumpulan Data…................................................................54
D. Metode Analisis Data….........................................................................54
1. Analisis statistik Deskriptif ............................................................. 55
2. Pemilihan Model Data Panel ........................................................... 56
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 58
4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................... 61
5. Uji Hipotesis .................................................................................... 62
E. Definisi dan Opersional antar Variabel..................................................65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 71
A. Gambara Umum Objek Penelitian….....................................................71
B. Analisis Deskriptif….............................................................................74
C. Pemilihan Model Data Panel….............................................................77
D. Uji Asumsi Klasik…..............................................................................79
E. Analisis Regresi Linear Berganda….....................................................83
F. Uji Hipotesis..........................................................................................84
1. Uji Signifikansi Simultan (Ujit F) ................................................... 84
2. Uji Signifikan Parsial (Uji T) .......................................................... 86
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .............................................. 90
G. Interprestasi dan Hasil Penelitian …......................................................91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 99
xiii
A. Kesimpulan............................................................................................99
B. Saran….................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 106
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu ......................................................................... 35
Tabel 3.1: Statistik Durbin-Watson ................................................................... 60
Tabel 3.2: Operasional Varibel Penelitian ......................................................... 70
Tabel 4.1: Kriteria Penentuan Sampel ............................................................... 72
Tabel 4.2: Sampel Data Penelitian ..................................................................... 73
Tabel 4.3: Statistik Deskriptif Variabel Peneltian .............................................. 75
Tabel 4.4: Hasil uji Chow .................................................................................. 77
Tabel 4.5: Hasil Uji Hausman ............................................................................ 78
Tabel 4.6: Uji Multikolinearitas ......................................................................... 81
Tabel 4.7: Uji Autokorelasi ................................................................................ 82
Tabel 4.8: Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 83
Tabel 4.9: Analisis Regresi Linear Berganda .................................................... 83
Tabel 4.10: Uji F (Simultan) .............................................................................. 85
Tabel 4.11: Uji T Parsial .................................................................................... 86
Tabel 4.12: Koefisien Determinasi .................................................................... 90
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Persentase Perusahaan yang Mengalami Underpricing di Indonesia
Tahun 2010-2016 .............................................................................. 5
Gambar 2.1: Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 43
Gambar 4.1: Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera ........................................ 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Tingkat Underpricing Perusahaan Sampel .................................. 107
Lampiran 2: Return on Assets (ROA) Perusahaan pada Sampel Penelitian .... 109
Lampiran 3: Return on Equity (ROE) Perusahaan pada Sampel Penelitian .... 111
Lampiran 4: Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan pada Sampel Penelitian 113
Lampiran 5: Earning per Share (EPS) Perusahaan pada Sampel Penelitian ... 115
Lampiran 6: Ukuran Perusahaan pada Sampel Penelitian ............................... 117
Lampiran 7: Umur Perusahaan pada Sampel Penelitian .................................. 119
Lampiran 8: Hasil Data yang Telah Diolah Menggunakan Eviews 9 .............. 121
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era Globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin
meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk
pengembangan usahanya. Berbagai perusahaan giat melakukan ekspansi
dengan memperluas usahanya untuk memasuki lingkup global sejalan dengan
perkembangan ekonomi dunia yang semakin meningkat. Tujuannya agar tetap
bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis yang tinggi, serta menjaga
kelangsungan hidup perusahaannya (going concern). Kegiatan untuk
memenuhi ekspansinya tersebut, tidak lepas dari unsur modal yang
dibutuhkan perusahaan dalam rangka mendanai kegiatan operasionalnya.
Kebutuhan dana suatu perusahaan akan semakin tinggi apabila diikuti dengan
pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi pula. Hal ini menjadi suatu
tuntutan bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana baru.
Dalam beberapa waktu terakhir pasar modal di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan semakin banyaknya saham
di pasar modal maka investor dapat memilih saham apa yang akan dibelinya,
hal ini tentunya memerlukan strategi tertentu untuk membeli saham yang
kiranya akan menguntungkan dan saham-saham yang dijual pada pasar
perdana dapat menjadi pilihan untuk berinvestasi (Handayani, 2008). Dalam
2
memenuhi kebutuhan dananya, seringkali perusahaan menggunakan dana
yang berasal dari dalam perusahaan. Namun, manajemen merasa bahwa dana
yang digunakan di dalam perusahaan tersebut masih kurang. Perusahaan
dituntut untuk mencari solusi dalam menyelesaikan masalahnya. Dana yang
didapatkan perusahaan diperoleh dari dalam maupun luar perusahaan.
Pendanaan dari dalam umumnya didapat dari laba yang ditahan perusahaan,
sedangkan pendanaan dari luar pada umumnya berasal dari kreditur dan
investor. Modal tersebut berupa hutang serta penanaman modal. Usaha yang
dilakukan oleh manajemen untuk memperoleh dana besar salah satunya
adalah mencari sumber dana dari luar perusahaan. Sumber pendanaan dari
luar dapat diperoleh dengan melakukan penawaran kepada masyarakat luas,
dengan cara menerbitkan saham di pasar modal.
Proses melakukan penawaran saham perdana di pasar modal dikenal
dengan istilah go public. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tersebut
berubah dari perusahaan pribadi (private) menjadi perusahaan go public.
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam proses go public yaitu dengan
melakukan penawaran umum penjualan saham di pasar perdana (Primary
Market) yang disebut dengan Initial Public Offering (IPO). IPO adalah
sebuah proses yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari
publik dimana dana tersebut digunakan untuk mendanai ekspansi perusahaan
dan harus memenuhi undang-undang tentang penawaran saham ke publik
dimana undang-undang yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-undang No.8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kemudian langkah kedua saham dapat
3
diperjual belikan di bursa efek atau disebut pasar sekunder (Secondary
Market). Pasar sekunder adalah pasar di mana efek dan aset keuangan lainnya
diperdagangkan di antara investor setelah diterbitkan oleh perusahaan.
(Brigham dan Houston, 2004).
Penetapan harga saham yang ditawarkan perusahaan di pasar perdana
ditentukan oleh kesepakatan antara perusahaan penerbit (emiten) dengan
penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga saham sekunder ditentukan
atas mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Dalam menentukan harga
penawaran saham perdana tidaklah mudah karena tidak ada harga sebelumnya
yang dapat diobservasi dalam menetapkan harga penawaran saham. Oleh
karena itu, emiten dapat bekerjasama dengan underwriter untuk membantu
segala keperluan penerbitan saham termasuk dalam menetapkan harga saham
perdana. Underwriter sebagai pihak yang paling banyak keterlibatannya
dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Penentuan harga
saham perdana biasanya menjadi salah satu masalah antara emiten dengan
underwriter. Satu sisi emiten menginginkan perolehan dana maksimal dari
harga saham yang dijual. Sisi lainnya, underwriter menginginkan harga
saham perdana tidak terlalu tinggi. Underwriter menganggap agar resiko
yang ditanggungnya tidak terlalu besar terhadap saham yang tidak terjual di
pasar perdana.
Harga saham yang diperdagangkan pada saat IPO cenderung seringkali
mengalami perbedaan. Jika harga saham pada saat IPO lebih tinggi dibanding
dengan harga penutupan hari pertama di pasar sekunder, maka hal tersebut
4
akan mengalami overpricing. Sedangkan harga saham pada saat IPO
lebih rendah dibanding dengan harga penutupan hari pertama di pasar
sekunder, maka hal tersebut akan mengalami underpricing (Hasanah dan
Akbar, 2014). Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang
melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimal.
Sebaliknya jika terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena
mereka tidak menerima initial return (Retnowati, 2013).
Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar
modal maupun saat emiten melakukan IPO (Yolana dan Martani, 2005).
Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar
sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga
inilah yang dikenal sebagai Initial Return (IR) atau positif return bagi
investor. Fenomena underpricing memberikan dampak yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan karena tidak dapat memperoleh dana yang
maksimal. Namun fenomena underpricing tersebut memberikan dampak yang
menguntungkan bagi investor. Investor akan memperoleh keuntungan dari
terjadinya underpricing tersebut berupa initial return. Initial Return (IR)
merupakan keuntungan yang diperoleh investor karena adanya perbedaan
harga saham di pasar primer dan pasar sekunder.
Fenomena underpricing pernah terjadi di beberapa negara seperti
Australia, Malaysia, Jerman, UK, USA dan Taiwan (Ritter,1998). Contoh
kasus fenomena underpricing ini berdasarkan hasil riset Jay Ritter, seorang
Profesor Finance di Universitas Florida, menunjukkan dari 7.921 kasus IPO
5
di AS dalam kurun waktu 1975 hingga 2007 ditemukan rata-rata harga
sahamnya naik 17,2 persen di hari pertama masuk bursa. Selain itu, kasus
dalam penentuan harga IPO yang terlalu rendah terjadi pada Desember 1999
ketika saham VA Linux dijual pada harga IPO 30 USD per lembar dan
ditutup di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan pada harga IPO
239,5 USD yang merefleksikan imbal hasil sebesar 698 persen dalam satu
hari (Bodie et al.,2014). Dalam proses IPO, salah satu tahapan yang paling
sulit adalah penetapan harga saham perdana yang sesuai dengan harga
pasarnya, oleh karena itu penetapan harga saham perdana seringkali lebih
rendah dari harga pasarnya dengan kata lain terjadi underpricing. Peristiwa
undepricing juga terjadi di Indonesia yang rata-rata perusahaan mengalami
undepricing pada saat IPO.
Gambar 1.1
Presentase Perusahaan yang Mengalami Underpricing di Indonesia Tahun
2010-2016
sumber: Data diolah, 2017
72.73%
60.00%
71.43%76.67%
69.57%
81.25%
92.86%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pre
sen
tase
Tahun
6
Dapat dilihat pada gambar 1.1 pergerakan presentase perusahaan
yang melaksanakan IPO di BEI periode 2010-2016 mengalami peristiwa
underpricing.
Berdasarkan grafik di atas, dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh
perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2010 sampai 2016 mengalami
underpricing. Pada tahun 2010 sebesar 72,73% perusahaan mengalami
underpricing dimana pada tahun tersebut terdapat 23 perusahaan yang
melakukan IPO, pada tahun 2011 sebesar 60,00% perusahaan mengalami
underpricing dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak 25
perusahaan, pada tahun 2012 sebesar 71,43% perusahaan mengalami
underpricing dimana pada tahun tersebut terdapat 21 perusahaan yang
melakukan IPO, pada tahun 2013 sebesar 76,67% perusahaan mengalami
underpricing dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak 30
perusahaan, pada tahun 2014 sebesar 69,57% perusahaan mengalami
underpricing dari 23 perusahaan yang melakukan IPO, pada tahun 2015
sebesar 81,25% perusahaan mengalami underpricing dari jumlah
perusahaanyang melakukan IPO sebanyak 16 perusahaan dan pada tahun
2016 sebesar 92,86% perusahaan mengalami underpricing dari 14
perusahaan yang melakukan IPO pada tahun tersebut.
Jika penentunan harga saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan
harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama maka akan terjadi
underpricing (Suyatmin dan Sudjadi, 2006). Underpricing terjadi karena
kondisi ex-ante certainly mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta
7
adanya asimetri informasi (Beauty dan Ritter 1986) dan Rock (1986)
dalam Amelia dan Saftiana (2007) juga beragumentasi bahwa
underpricing di perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi
investor yang tidak mempunyai informasi (uninformed investor) dengan
pihak yang lebih banyak mempunyai informasi.
Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada para
pemegang saham atau disebut sebagai investor mengenai bagaimana
perusahaan dalam memperoleh laba. Pengukuran tingkat profitabilitas
perusahaan yang sering digunakan adalah Return on Equity (ROE) dan
Retun on Assets (ROA). ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas
untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham
biasa. Sedangkan ROA adalah rasio laba bersih terhadap total aset
(Brigham dan Houston, 2004). Informasi ini penting bagi investor untuk
digunakan sebagai pertimbangan berinvestasi. ROE dan ROA yang tinggi
memberikan sinyal positif kepada investor yang menggambarkan bahwa
investasi akan menguntungkan dan dianggap berisiko rendah.
Faktor dari keuangan yang mempengaruhi underpricing salah
satunya yaitu Return on Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Hasil
penelitian ini yang dilakukan oleh Ningrum (2015), Pahlevi (2014) , dan
Yasa (2008) yang telah membuktikan bahwa profitabitabilitas yang di ukur
dengan Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap
underpricing. Penelitian ini bertentangan dengan Kristiantari (2013),
Retnowati (2013) ,Rust (2015), dan Retnowati (2013) bahwa profitabilitas
8
ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Menurut
Kasmir (2014) menyatakan bahwa ROE merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukan
efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.
Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula
sebaliknya. ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan
sumber daya yang dimiliki agar mampu memberikan laba atas ekuitas
(Fahmi, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan Rust (2015), Hapsari
dan Mahfud (2012) menunjukan bahwa ROE pengaruh negatif terhadap
tingkat underpricing. Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan
Martani, dkk (2012) menyatakan bahwa ROE tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap underpricing.
Faktor keuangan yang lain yang mempengaruhi tingkat underpricing
yaitu Debt to Equity Ratio (DER) rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas, rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013), Kristiantari
(2013), menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2015),
Kartika dan Putra (2017), Pahlevi (2014), Gatot, dkk. (2013) , Rust (2015)
menunjukan DER berpengaruh positif terhadap underpricing.
Faktor keuangan selanjutnya yang mempengaruhi tingkat
underpricing yaitu Earning Per Shares (EPS) yang merupakan informasi
9
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan,
membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan arus kas yang baik dimasa mendatang. Menurut Fahmi
(2015) EPS adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. EPS ini pernah
diteliti oleh Hapsari dan Mahfud (2012) bahwa EPS tidak berpengaruh
terhadap tingkat underpricing. Bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Retnowati (2013) menunjukan bahwa EPS berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap underpricing.
Faktor non keuangan yang dianggap mempengaruhi tingkat
underpricing adalah umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Menurut
Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Hapsari dan Mahfud (2012),
tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah
karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi
pasar. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa tingkat resiko investasi pada
perusahaan yang berskala besar lebih rendah daripada perusahaan yang
berskala kecil. Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan
mampu bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan
hidup. Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang
diserap masyarakat (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Sedangkan ukuran
perusahaan ini dapat dilihat dari besarya total aset yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Martani, dkk (2012),
10
Kristiantari (2013), Kartika dan Putra (2017), Retnowati (2013), Islam et
al., (2010), Hapsari dan Mahfud (2012) menunjukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap underpricing.
Pahlevi (2014) dan Islam et al., (2010) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
underpricing. Penelitian ini bertentangan dengan Retnowati (2013),
Martani, dkk (2012), Kristiantari (2013) yang menunjukkan bahwa umur
perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
Beberapa hasil penelitian terdahulu masih terdapat ketidak
konsistenan atas faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing sehingga
perlu diuji ulang dengan sampel dan periode yang berbeda. Pengujian
ulang ditujukan untuk meyakini bahwa faktor-faktor tersebut benar-benar
berpengaruh terhadap underpricing perusahaan dimana dapat pula
digunakan sebagai indikator dan informasi bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi saham.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu
sebelumnya, maka penelitian ini akan mencoba untuk membahas pengaruh
variabel keuangan dan non keuangan terhadap underpricing saham pada
saat IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2016.
Penelitian ini merupakan pengembangan atas penelitian yang
dilakukan oleh Retnowati (2013), Kartika dan Putra (2017). Penelitian ini
memiliki perbedaan dengan peneliti terdahulu, yaitu:
11
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013) adalah
penyebeb underpricing pada penawaran saham perdana di Indonesia
yang di proksikan dengan DER, ROA, EPS, Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan dan Presentasi Penawaran Perusahaan. Penelitian Kartika
dan Putra (2017) meneliti tentang faktor-faktor yang underpricing
Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia yang di proksikan
reputasi penjamin emisi, reputasi KAP, ukuran perusahaan, financial
leverage, persentase saham pemilik lama dan tujuan penggunaan dana
terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitian ini adalah
pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap underpricing
saham pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan
proksi ROA, ROE, EPS, DER, ukuran perusahaan, dan umur
perusahaan.
2. Populasi dan Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian Retnowati (2013) adalah perusahaan
yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI yaitu sebanyak 55
perusahaan. Populasi dalam penelitian Kartika dan Putra (2017) adalah
perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI yaitu sebanyak
69 perusahaan. Sedangkan penelitian ini meneliti sebanyak 55
perusahaan.
3. Periode penelitian
12
Perbedaan selanjutnya dengan peneliti terdahulu yaitu periode
penelitian. Penelitian Retnowati (2013) menggunakan periode 2008-
2011. Penelitian Kartika dan Putra (2017) menggunakan periode 2010-
2014. Sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2010-2016.
Pemilihan tahun pengamatan pada penelitian ini dari tahun 2010-2016,
karena di tahun tersebut pasar modal di indonesia sedang pesat semenjak
krisis ekonomi di tahun 2008 dan banyak perusahaan-perusahaan
melakukan ekspansi. Berbagai perusahaan giat melakukan ekspansi
dengan memperluas usahanya untuk memasuki lingkup global sejalan
dengan perkembangan ekonomi dunia yang semakin meningkat.
Tujuannya agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis yang
tinggi, serta menjaga kelangsungan hidup perusahaannya (going
concern). Selain itu sampai dengan 2016 karena merupakan data terbaru
yang dapat lebih mencerminkan keadaan perusahaan yang go public.
Sehingga diharapkan akan memberikan manfaat bagi stakeholders,
analisis pasar modal, masyarakat dan pemakai laporan keuangan lainnya
dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non
Keuangan Terhadap Underpricing Saham pada saat IPO di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2016”.
13
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan IPO ?
2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan IPO?
3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan
IPO ?
4. Apakah Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan IPO ?
5. Apakah ukuran perusahaan dapat berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan IPO ?
6. Apakah umur perusahaan dapat berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Underpricing pada saat perusahaan yang melakukan IPO ?
7. Apakah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan, dan
umur perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Underpricing
pada saat perusahaan yang melakukan IPO ?
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis Return on Assets (ROA)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada
saat perusahaan yang melakukan IPO.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis Return on Equity (ROE)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada
saat perusahaan yang melakukan IPO.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada
saat perusahaan yang melakukan IPO.
d. Untuk mengetahui dan menganalisis Earning per Share (EPS)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada
saat perusahaan yang melakukan IPO.
e. Untuk mengetahui dan menganalisis ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada
saat perusahaan yang melakukan IPO.
f. Untuk mengetahui dan menganalisis umur perusahaan berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Underpricing pada saat
perusahaan yang melakukan IPO.
g. Untuk mengetahui dan menganalisis Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per
Share (EPS), ukuran perusahaan, dan umur perusahaan
15
berpengaruh secara simultan terhadap Underpricing pada saat
perusahaan yang melakukan IPO.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa,
perusahaan, dan fakultas/universitas berupa :
a. Bagi mahasiswa
1) Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh atau ditekuni di
bangku kuliah ke dalam praktek analasis perusahaan khususnya
pada bidang manajemen keuangan.
2) Sebagai masukan ilmu dan pengembangan ilmu dibidang pasar
modal.
b. Bagi perusahaan
Sebagai masukan bagi perusahaan untuk dapat
memaksimalkan pendanaan dan meminimalkan risiko terjadinya
underpricing pada saat IPO.
c. Bagi Fakultas/Universitas
Hasil penelitan ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di
perpustakaan dan juga dapat dipakai sebagai bahan referansi bagi
mahasiswa yang meneliti masalah yang sejenis.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Asymmetric Information Theory
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai
pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai
pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling
berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para
pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut
penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok
ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali,
2002). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak
langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui
peristiwaperistiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat
ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para
pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut
sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi
17
di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak
pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi (user).
2. Signaling Theory
Teori sinyal (signaling theory) berkaitan dengan konsep asimetri
informasi (asymmetric information). Menurut Ferrer (2016), asimetri
informasi terjadi karena perusahaan sering kali mengetahui informasi yang
tidak diketahui oleh investor. Informasi yang dikirimkan perusahaan
kepada publik akan dievaluasi dan direspon oleh pasar. Oleh karena itu,
sinyal harus menginformasikan kabar baik (good news) agar investor dapat
menerima dan merespon positif sehingga mampu memberi dampak pada
peningkatan harga saham. Sebaliknya, apabila perusahaan mengirimkan
sinyal berupa kabar yang buruk (bad news) maka akan berdampak pada
penurunan harga saham. Menurut Rahmawati (2007), penggunaan sinyal
positif secara efektif dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang
dihadapi investor, sehingga investor dapat membedakan kualitas
perusahaan yang baik dan buruk.
B. Tinjauan Literatur
1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Menurut UU No. 8 Tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
18
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Martalena dan
Malinda,2011). Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham
atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2009). Pada dasarnya pasar
modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam
bentuk utang ataupun modal sendiri (Darmadji, 2001). Semua yang
termasuk surat berharga dapat disebut sebagai efek. Efek dapat berupa
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan sebagainya. Terdapat dua jenis pasar yang
terdapat di pasar modal.
1) Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah jenis pasar pada pasar modal dimana saham
dan sekuritas lainnya dijual pertama kali pada masyarakat
(penawaran umum) sebelum saham dan sekuritas tersebut
dicatatkan di bursa. Kegiatan ini disebut penawaran umum perdana
(Initial Public Offering). Harga saham di pasar perdana ditentukan
oleh emiten dan penjamin emisi (underwriter) berdasarkan faktor-
faktor fundamental dan faktor lain yang perlu diidentifikasi.
Underwriter selain menentukan harga saham bersama emiten, juga
melakukan proses penjualannya.
19
2) Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah pasar modal dimana saham dan sekuritas
lainnya diperjual belikan kepada umum setelah masa penjualan di
pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh
permintaaan dan penawaran yang dipengaruhi berbagai faktor
internal seperti Earning per Share (EPS) atau kebijakan deviden
dan faktor eksternal seperti kebijakan moneter dan inflasi.
b. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian suatu Negara karena memiliki 4 fungsi, yaitu:
1) Fungsi Saving
Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin
menghindari penurunan mata uang karena inflasi.
2) Fungsi Kekayaan
Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan
berinvestasi dalam berbagai instrument pasar modal yang tidak
akan mengalami penyusutan niali sebagaimana yang terjadi pada
investasi nyata, misalnya rumah atau perhiasan.
3) Fungsi Likuiditas
Insturmen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan
sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh kembali
dananya dibandingkan rumah dan tanah.
20
4) Funsgi Pinjaman
Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun
perusahaan dalam membiayai kegiatannya.
2. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat melakukan penerbitan
surat berharga seperti saham (stock), obligasi (bond), dan sekuritas
lainnya. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana
ke publik (Initial Public Offering atau IPO) atau tambahan surat berharga
baru jika perusahaan sudah go public. Initial Public Offering (IPO)
merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka penawaran
umum penjualan saham perdana. Setelah saham dijual di pasar perdana
kemudian saham tersebut didaftarkan di pasar sekunder (listing). Dengan
mendaftarkan saham tersebut di bursa, saham tersebut mulai dapat
diperdagangkan di bursa efek bersama dengan efek yang lain.
Dalam proses IPO calon emiten harus melewati empat tahapan yaitu:
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan
pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM. Dalam tahapan ini, Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan langkah awal untuk
mendapat persetujuan pemegang saham mengenai rencana go public.
Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai dengan anggaran
dasar perusahaan publik. Kegiatan lain dalam tahapan ini antara lain:
21
penunjukan penjamin pelaksana emisi (lead underwriter) serta
lembaga dan profesi pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan
publik, konsultan hukum, penilai, notaris dan lainnya. Kegiatan
terakhir dalam tahap ini adalah perusahaan mengadakan perjanjian
pendahuluan dengan bursa efek untuk mencatatkan saham perseroan
guna diperdagangkan di pasar sekunder dan perjanjian pendahuluan
dengan underwriter.
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa
dokumen yang terangkum dalam prospektus ringkas perusahaan ke
BAPEPAM-LK. Selain pengajuan pernyataan pendaftaran tersebut
dilakukan dan masa pendaftaran belum efektif, langkah-langkah lain
yang dapat dilakukan perusahaan yaitu pertama, due diligence
meeting yang merupakan pertemuan dengan calon emiten dengan
underwriter. Kedua, public expose dan roadshow dimana dilakukan
tindakan pemasaran kepada pemodal untuk mempresentasikan
kinerja, prospek dan risiko perusahaan. Selain itu, emiten dapat
menyebar info memo dan prospektus awal.
c. Tahap Penjualan Saham
Setelah pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK,
langkah selanjutnya adalah menerbitkan prospektus ringkas di 2
(dua) media cetak yang berbahasa Indonesia. Dalam proses
penawaran umum, aktivitas yang dilakukan adalah penyebaran
22
prospektus lengkap final, penyebaran Formulir Pemesanan
Pembelian Saham (FPPS), menerima pembayaran, melakukan
penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan surat kolektif saham
bagi yang mendapatkan jatah. Semua itu diatur oleh underwriter,
yang juga menunjuk manajer penjatahan dan pihak independen
(akuntan publik) untuk mengaudit proses penjatahan. Dalam konteks
penjualan saham melalui mekanisme initial public offering ini
disebut dengan penjualan saham di pasar perdana atau bisa juga
disebut dengan pasar perdana. Penjualan saham dalam pasar perdana
mekanismenya diatur oleh penjamin emisi. Penjamin emisi yang
akan melakukan penjualan kepada investor dibantu oleh agen
penjual.
d. Tahap Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah
menjadi emiten itu akan langsung mencatatkan sahamnya maka yang
perlu diperhatikan adalah apakah perusahaan yang melakukan IPO
tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di Bursa
Efek Indonesia. Jika memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan
papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu.
Papan pencatatan Bursa Efek di Indonesia terdiri dari dua papan
yaitu papan utama dan papan pengembangan.
Menurut Widjaja dan Risnamanitis (2009), keuntungan
perusahaan melakukan penawaran umum perdana antara lain:
23
a. Emiten yang melakukan penawaran umum saham (go public)
akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima
sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus
menggunakan fasilitas kredit dari bank karena emiten akan
dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar.
b. Meningkatkan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan
pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas.
c. Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya
perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik
likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan
perusahaan yang masih tertutup.
d. Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan
publisitas perusahaan. Hal ini sangat jelas menguntungkan
bagi emiten karena tidak perlu membuang biaya untuk
membayar jasa advertising yang lumayan mahal.
e. Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses
yang relatif cepat.
f. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan, sehingga tidak
ada pihak, baik emiten, pemegang saham utama ataupun
investor publik yang akan dirugikan.
g. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam
manajemen emiten.
h. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat
24
memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalime.
i. Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta
memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi
kesenjangan sosial.
j. Selain memberikan kesempatan kepada masyarakat umum,
karyawan dari perusahaan tersebut juga dapat memiliki saham
perusahaan.
Disamping manfaat, go public juga terdapat berbagai
konsekuensi. Berbagai konsekuensi go public tersebut antara lain
(Hadi,2013):
a. Berbagi kepemilikan. Perusahaan go public yang menjual
saham di pasar bursa berarti telah merelakan sebagian dari
sahamnya yang semula anya dimiliki oleh pendiri kini
sebagian dimiliki oleh publik.
b. Mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku. Para
pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak
perlu khawatir dengan pemenuhan peraturan tersebut, karena
cukup banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan
jasanya untuk membantu.
c. Biaya laporan yang meningkat. Konsekuensi logis yang harus
ditanggung perusahaan yang go public, yaitu tambahan biaya
dalam rangka keterbukaan laporan perusahaan.
25
d. Ketakutan untuk diambil alih. Sebagaimana peraturan
perundang- undangan yang berlaku bahwa yang dijual ke
publik hanya sebagian dari saham yang dikeluarkan
perusahaan, untuk itu pemegang saham pendiri tetap memiliki
potensi untuk mengendalikan perusahaan.
e. Proses go public mengorbankan tenaga dan pengorbanan
waktu. Perusahaan yang berkehendak melakukan menjual
saham ke publik lewat go public harus menanggung
konsekuensi biaya profesi dan lembaga penunjang pasar
modal untuk membantu proses go public.
3. Underpricing
Istilah underpricing digunakan untuk menggambarkan perbedaan
harga antara harga penawaran saham di pasar primer dan harga saham
di pasar sekunder pada hari pertama (Beatty, 1989). underpricing
merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam IPO. Ada
kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar perdana selalu lebih
rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama
diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan overpricing yang
disebut juga underpricing negatif, merupakan kondisi dimana
harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga penutupan hari
pertama di pasar sekunder.
Suatu penjelasan mengenai fenomena underpricing adalah
adanya asimetri informasi. De Lorenzo dan Fabrizio (2001)
26
menyatakan hampir semua penelitian terdahulu menjelaskan terjadinya
underpricing sebagai akibat dari adanya asimetri dalam distribusi
informasi antara pelaku IPO yaitu perusahaan, underwriter, dan
investor. Bagi perusahaan (emiten), underpricing dapat merugikan
emiten karena dana yang dikumpulkan tidak maksimal. Namun,
underpricing dapat dijadikan strategi pemasaran untuk meningkatkan
minat investor berinvestasi dalam saham IPO dengan memberikan
initial return yang tinggi. Kim dan Shin (2001) menyatakan bahwa
kemungkinan terjadinya underpricing disebabkan karena kesengajaan
underwriter untuk menetapkan harga penawaran jauh dibawah harga
pasar untuk meminimalkan kerugian yang harus ditanggung atas saham
yang tidak terjual.
Menurut Beatty (1989) asimetri informasi dapat terjadi antara
perusahaan emiten dengan underwriter (Model Baron) atau antara
informed investor dengan uninformed investor (Model Rock). Pada
model Baron (1982) penjamin emisi (underwriter) dianggap memiliki
informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten, sedangkan
terhadap calon investor penjamin emisi memiliki informasi yang lebih
lengkap tentang kondisi emiten. Semakin besar asimetri informasi yang
terjadi maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh investor, dan
semakin tinggi initial return yang di harapkan dari harga saham.
Model Rock (1986) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi
pada kelompok informed investor dengan uninformed investor.
27
Informed investor yang memiliki informasi lebih banyak mengenai
perusahaan emiten akan membeli saham-saham IPO jika harga pasar
yang diharapkan melebihi harga perdana. Sementara kelompok
uninformed karena kurang memiliki informasi mengenai perusahaan
emiten, cenderung melakukan penawaran secara sembarangan baik
pada saham-saham IPO yang underpriced maupun overpriced.
Akibatnya kelompok uninformed memperoleh proporsi yang lebih
besar dalam saham IPO yang overpriced. Menyadari bahwa mereka
menerima saham-saham IPO yang tidak proporsional, maka kelompok
uninformed akan meninggalkan pasar perdana. Agar kelompok ini
berpartisipasi dalam pasar perdana dan memungkinkan mereka
memperoleh return saham yang wajar serta dapat menutup kerugian
dari pembelian saham yang overpriced, maka saham-saham IPO harus
cukup underpriced.
Reese (1998) merumuskan bahwa investor mempunyai
pengetahuan yang tidak sempurna mengenai perusahaan yang
melakukan IPO. Bila investor mendapatkan lebih banyak berita positif
dibandingkan dengan berita negatif mengenai perusahaan maka
tingkat minat investor akan meningkat. Kenaikan minat investor akan
menimbulkan penilaian yang overvalued atas perusahaan sehingga
terjadi kenaikan volume permintaan. Kenaikan volume permintaan ini
akan menyebabkan kenaikan harga saham sehingga terjadi
underpricing.
28
4. Return on Assets (ROA)
Hasil pengembalian suatu aktiva mencoba mengukur efisiensi
perusahaan dalam memanfatkan seluruh sumber dananya, yang
kadangkadang disebut dengan hasil pengembalian atas investasi atau
return on investment. Investasi merupakan konversi nilai uang saat ini
untuk memperoleh arus kas dimasa mendatang yang lebih besar guna
meningkatkan konsumsi atau kemakmuran pemilik. Dalam perusahaan,
keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan (Husnan,
1996) dan oleh karena itu istilah Return On Investment sering disamakan
dengan Return On Assets (ROA).
Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang
bias diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu
dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan
perusahaan. Rasio Return On Assets dinyatakan sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari
pengelolaan aset (Kasmir,2010). Kemampuan perusahaan menghasilkan
laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas
perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi
investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya. Semakin
𝑹𝑶𝑨 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐚𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 x 100%
29
tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aset
untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan
semakin efektif, karena tingkat pengembalian akan semakin besar.
5. Return on Equity (ROE)
Menurut Brigham dan Houston (2004), Return on Equity (ROE)
adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa yang mengukur tingkat
pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Sedangkan menurut
(Yolana dan Martani, 2005), Return on Equity merupakan sebuah rasio
yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat
pengembalian modal dari perusahaan.
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir,2012). Rumus Return
on Equity adalah:
Menurut Kim et al., (1995) dalam Kurniawan (2006), nilai ROE
yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan
laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi yang
penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan
modalnya. Semakin besar nilai ROE maka mencerminkan risiko emiten
𝑹𝑶𝑬 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 x100%
30
tersebut rendah, sehingga nilai ROE yang tinggi dapat mengurangi
ketidakpastian saham di masa mendatang serta menunjukkan tingkat
keamanan investasi yang tinggi, yang berarti juga semakin rendah tingkat
underpricing.
6. Debt to Equity Ratio (DER)
Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki
berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar
perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dana selalu
dibutuhkan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang
diperlukan. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan ekspansi atau
perluasan usaha atau investasi baru. Artinya di dalam perusahaan harus
selalu tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada saat
dibutuhkan.
Menurut Kasmir (2010) menyatakan, Debt to Equity merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh utang lancar dengan seluruh
utang ekuitas. Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2010)
menyatakan, rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil
rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk
keamanan pihak luar rasio terbaik jika modal lebih besar dari jumlah
utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen
rasio leverage ini sebaiknya besar.
31
Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to
Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung utang
dan modal, yang dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Debt to
equity ratio pada setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan
arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio
kas yang kurang stabil.
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang yang diberikan kepada para kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Hal ini biasanya
digunakan untuk mengukur financial leverage suatu perusahaan. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus, menurut Sofyan Syafri Harahap (2010)
yaitu :
7. Earning Per Share (EPS)
Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang.
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
𝑫𝑬𝑹 =𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
32
memiliki suatu saham. Besarnya EPS mengurangi ketidakpastian sehingga
menurunkan tingkat underpricing.
Hasil EPS pernah diteliti oleh Hapsari dan Mahfud (2012) bahwa
EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013) menunjukan
bahwa EPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
Earning per Share dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
8. Ukuran Perusahaan
Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan.
Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya.
Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian
(certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan
mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke
depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang
mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan
Martani, 2005).
Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam Hapsari dan
Mahfud (2012), tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada
umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung
tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi
𝑬𝑷𝑺 =𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑨𝒑𝒑𝒍𝒊𝒄𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒕𝒐 𝑶𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆
𝐖𝐞𝐢𝐠𝐡𝐭𝐞𝐝 − 𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐎𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐒𝐚𝐡𝐫𝐞
33
keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai
kecilnya tingkat resiko investasi perusahaan berskala besar dalam jangka
panjang. Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian
di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya lebih
besar dalam jangka panjang.
Suatu perusahaan yang skala ekonominya lebih tinggi dan lebih
besar dianggap mampu bertahan lama dalam waktu yang lama.
Kebanyakan investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di
perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi, karena
investor menganggap perusahaan tersebut bisa mengembalikan modalnya
dan investor akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula (Amelia dan
Saftiana, 2007). Menurut Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dalam
Retnowati (2013), untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari
perusahaan adalah dengan melihat total aktiva dari laporan keuangan
perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di
bursa. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
9. Umur Perusahaan
Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan mampu
bersaing dan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup.
Semakin panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang
diserap masyarakat (Suyatmin dan Sujadi, 2006).
Ukuran Perusahaan = LN (Total Aset)
34
Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan
mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan yang masih baru. Calon investor tidak perlu mengeluarkan
biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi dari perusahaan
yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri
mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah daripada perusahaan
yang masih baru (Aini, 2013).
Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemampuan
yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih
banyak dan luas daripada yang baru saja berdiri. Menurut Wahyudi (2004)
dalam Kurniawan (2006) menjelaskan bahwa umur perusahaan dihitung
dengan mengurangi tahun penawaran saat IPO dengan tahun pada saat
perusahaan berdiri. Perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan
sebagai sudah tahan uji sehingga tingkat risikonya rendah dan hal ini bisa
menarik investor karena diyakini perusahaan yang sudah lama berdiri bisa
dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan return bagi
perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya return
yang diterima oleh investor.
Umur perusahaan = Tahun IPO – Tahun berdirinya perusahaan
35
C. Peneliti Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan. Berikut adalah rincian dari penelitian tersebut:
Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
1 Yunita Tyas Kartika Ningrum
(2015) meneliti tentang
Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Underpricing
Ketika Initial Public Offering
(IPO)
Variabel independen
Reputasi
Underwriter
Reputasi auditor
Return on Asset
(ROA)
Financial leverage
Variabel dependen
Underpricing
Variabel independen
Return on Equity
(ROE),
Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan,
Earning per Share
(EPS).
Variabel dependen
Tidak ada
reputasi underwriter berpengaruh
terhadap underpricing, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,021
< α 0,05..
reputasi auditor berpengaruh
terhadap underpricing, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000
< α 0,05
return on assets (ROA)
berpengaruh terhadap
underpricing, dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,015 < α
0,05
tingkat leverage berpengaruh
terhadap underpricing, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,024
< α 0,05
2 Dwi Martani, Ika Leoni Variabel independen Variabel independen Hanya ukuran perusahaan yang
36
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
Sinaga, Akhmad
Syahroza (2012) meneliti
tentang Analysis on Factors
Affecting IPO Underpricing
and Their Effects on Earning
Persistence
Reputation
Underwriter
Reputasi Auditor
Ukuran Perusahaan
Umur Perusahaan
Return on Equity
(ROE)
Variabel dependen
Underpricing
Return on Assets
(ROA),
Debt to Equity
(DER)
Earning per Share
(EPS)
Variabel dependen
Tidak ada
berpengaruh signifikan terhadap
tingkat Underpricing.
Terdapat hubungan positif antara
tingkat underpricing dan earning
persistence.
3 I Dewa Ayu Kristiantari (2013)
meneliti tentang Analisis
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Underpricing
Saham pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek
Indonesia
Variabel independen
Reputasi
underwriter
Reputasi auditor
Umur perusahaan
Ukuran
perusahaan
Tujuan
penggunaan dana
untuk investasi
Profitabilitas
perusahaan
(ROA)
Financial
leverage
Variabel independen
Return on Equity
(ROE)
Earning per Share
(EPS)
Hasil menunjukkan bahwa variabel
reputasi underwriter, ukuran
perusahaan dan tujuan penggunaan
dana untuk investasi secara
signifikan berpengaruh pada
underpricing dengan arah koefisien
negatif. Sedangkan variabel reputasi
auditor, umur perusahaan,
profitabilitas perusahaan (ROA),
financial leverage dan jenis industri
terbukti tidak memiliki pengaruh
signifikan pada terjadinya
underpricing.
37
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
Jenis industri
Variabel dependen
Underpricing
Variabel dependen
Tidak ada
4 Gusti Ayu Sri Kartika dan I
Made Pande Dwiana Putra
(2017) meneliti tentang Faktor-
faktor Underpricing Initial
Public Offering di Bursa Efek
Indonesia
Variabel independen
Reputasi peminjam
emisi
Reputasi KAP
Ukuran perusahaan
Financial leverage
Presentase saham
pemilik lama
Tujuan penggunaan
dana
Variabel dependen
Underpricing
Variabel independen
Return on Equity
(ROE)
Return on Asset
(ROA)
Earning per Share
(EPS)
Umur perusahaan
Variabel dependen
Tidak ada
Hasil menunjukkan bahwa
penelitian ini berhasil
membuktikan tingkat
underpricing dipengaruhi negatif
oleh ukuran perusahaan dan
financial leverage namun
penelitian ini tidak berhasil
membuktikan tingkat
underpricing dipengaruhi negatif
oleh adanya reputasi penjamin
emisi, reputasi KAP, persentase
saham pemilik lama serta tujuan
penggunaan dana.
5 Reza Widhar Pahlevi (2014)
meneliti tentang Analisis
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Underpricing Saham pada
Variabel independen
Reputasi
underwriter
Reputasi auditor
Presentase saham
Variabel independen
ROE
Earning per Share
(EPS)
Hasil menunjukkan bahwa variabel-
variabel reputasi underwriter,
reputasi auditor, presentase saham
yang di tawarkan ke publik dan
jenis industri tidak mempunyai
38
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Indonesia
yang di tawarkan ke
publik
Finamcial leverage
Profitabilitas
perusahaan (ROA)
Profitabilitas (NPM)
Current Ratio
Umur Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Jenis industri
Variabel dependen
Underpricing
Variabel dependen
Tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap
underpricing. Variabel yang
berpengaruh signifikan ke arah
positif adalah Finamcial leverage,
sedangkan variabel berpengaruh
signifikan ke arah negatif adalah
profitabilitas perusahaan (ROA),
profitabilitas (NPM), Current Ratio
dan umur perusahaan
6 Gerianta Wirawan Yasa (2008)
menetili tentang Penyebab
Underpricing pada Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek
Jakarta
Variabel independen
Reputasi auditor
reputasi underwriter
Umur perusahaan,
Presentase saham
yang ditawarkan ke
public
ROA
financial leverage,
solvability ratio
Ukuran
Variabel independen
ROE
Hasil penelitian menunjukkan
hanya reputasi auditor dan ROA
yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap underpricing.
39
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
perusahaan
Kepemilikan
pemerintah
Variabel dependen
Underpricing
Variabel dependen
Tidak ada
7 Islam et al (2010) meneliti
tentang An Empirical
Investigation of the
Underpricing of Initial Public
Offerings in the Chittagong
Stock
Exchange
Variabel independen
Umur perusahaan
Persentase
penawaran
Ukuran perusahaan
Latar belakang
industry
Variabel dependen
Underpricing
Variabel independen
ROE
ROA
EPS
DER
Variabel dependen
Tidak ada
Umur perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif
terhadap underpricing
Latar belakang industry dan
persentase penawaran
berpengaruh negative terhadap
underpricing.
8 Gatot, dkk. (2013) meneliti
tentang Pengaruh DER, ROI,
Current Ratio dan Rata- rata
kurs terhadap Underpricing
pada Initial Public Offering
Studi Kasus pada Perusahaan
Non Keuangan di Indonesia
Variabel independen
DER
ROI
CR
Rata-rata kurs
Variabel independen
ROA
ROE
EPS
Umur perusahaan
Ukuran perusahaan
Pada periode hot market yang
berpengaruh yaitu rata-rata kurs,
Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan non keuangan yang go
public di BEI. Sedangkan, pada
periode cold market yang
berpengaruh hanya current ratio
40
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
Variabel dependen
Underpricing
Variabel dependen
Tidak ada
terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan non keuangan yang go
public di BEI. Pada periode hot
market, rata-rata kurs, DER, ROI
dan current ratio secara bersama-
sama berpengaruh terhadap tingkat
underpricing pada perusahaan non
keuangan yang go public di BEI.
Sebaliknya, pada periode cold
market, rata-rata kurs, DER,ROI
dan current ratiosecara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap
tingkat underpricing yang go public
di BEI.
9 Eka Retnowati (2013) meneliti
tentang Penyebab
Underpricing pada Penawaran
Saham Perdana di Indonesia
Variabel independen
EPS
Ukuran perusahaan
Umur perusahaan
Presentase
penawaran saham
DER
ROA
Variabel independen
ROE
Penelitian untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi
underpricing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel EPS,
ukuran perusahaan, presenrase
penawaran saham berpengaruh
secara signifikan terhadap
underpricing, sedangkan DER,
ROA, umur perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap underpricing
41
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
Variabel dependen
Underpricing
Variabel dependen
Tidak ada
10 Isak Cornelis Rust (2015)
meneliti tentang Factors and
characteristics impacting
underpricing of Initial Public
Offerings (IPOs) on the
Johannesburg Securities
Exchange (JSE)
Variabel independen
ROA
ROE
PER
DER
Sektor elektronik
dan teknologi
Variabel dependen
Underpricing
Variabel independen
EPS
Umur perusahaan
Ukuran
perusahaan
Variabel dependen
Tidak ada
Hasil penelitian bahwa tingkat
underpricing pada hari pertama,
minggu pertama dan bulan pertama
masing-masing 23,0%, 22,1%
dan 17,3%. Rasio keuangan
menunjukkan bahwa IPO dengan
rasio utang antara 40% dan 60%
mengalami underpriced. Rasio
lancar dan Return on Assets
(ROA) tidak menghasilkan
signifikansi secara statistik dalam
memprediksi underpricing,
sedangkan Return on Equity
(ROE) yang signifikan terhadap
underpricing. Price to Earnings
Ratio yang sangat tinggi juga
mengalami underpriced. Sektor
elektronik dan teknologi
menghasilkan tingkat
pengembalian tertinggi. Dan
perusahaan yang lebih kecil
memiliki pengaruh signifikan
terhadap underpricing.
42
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Perbedaan Hasil Penelitian
11. Venantia Anitya Hapsari dan
M.Kholid Mahfud (2012)
meneliti tentang Analisis
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Underpricing
Saham pada Penawaran Umum
Perdana di BEI Periode 2008-
2010
Variabel independen
Reputasi
underwriter
Reputasi auditor
CR
EPS
ROE
Ukuran perusahaan
Variabel dependen
Underpricing
Variabel independen
ROA
DER
Umur perusahaan
Variabel dependen
Tidak ada
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa reputasi underwriter,
reputasi auditor, ROE dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing.
Sedangkan current ratio (CR) dan
earning per share (EPS) tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap underpricing.
Sumber: Penelitian sebelumnya
44
E. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai underpricing
mendokumentasikan beberapa faktor yang mempengaruhi underpricing.
Bagian ini membahas faktor-faktor penentu underpricing berikut
pengembangan hipotesis yang didasarkan pada penelitian-penelitian
sebelumnya.
1. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
untuk mengetahui tingkat pengembalian saham atas harta yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aset yang
dimilikinya. ROA berpengaruh negatif terhadap underpricing, dimana
semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat
underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik
dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi.
Terdapat beberapa penelitian yang meghubungan rasio
profitabilitas dengan tingkat underpricing. Hasil penelitian ini yang
dilakukan oleh Ningrum (2015), Pahlevi (2014) , dan Yasa (2008) yang
telah membuktikan bahwa profitabitabilitas yang di ukur dengan Return
on Asset (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing.
Penelitian ini bertentangan dengan Kristiantari (2013), Retnowati (2013)
,Rust (2015), dan Retnowati (2013) bahwa profitabilitas ROA tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Hubungan
Umur perusahaan = Tahun IPO – Tahun berdirinya perusahaan
45
signifikan negatif antara profitabilitas yang diukur dengan ROA dengan
tingkat underpricing. Arah ROA yang berhubungan negatif dengan
tingkat underpricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas
maka semakin rendah underpricing.
Berdasarkan pembahasan dan penelitian terdahulu tersebut, peneliti
mengajukan hipotesis dengan hubungan arah negatif karena perusahaan
yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan lebih dinilai
lebih menarik oleh investor. Oleh karena itu underwriter bersama-sama
dengan emiten akan percaya diri untuk menentukan harga awal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pengembalian
modalnya lebih rendah.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Return on Asset berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan
oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang
bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari
perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel ROE karena profitabilitas
perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas
operasional perusahaan. Abdullah (2000) dalam Yolana dan Martani
(2005) penelitiannya memasukkan variabel profitabilitas perusahaan
(ROE) dan besaran perusahaan (total aktiva) untuk tahun terakhir sebelum
46
go publik, jenis industri (variabel dummy industri manufaktur dan non
manufaktur), persentase saham yang ditawarkan pada publik. Hasilnya
jenis industri signifikan 5% dengan arah positf terhadap underpricing.
Sedangkan ROE signifikan 10% dengan arah negatif terhadap
underpricing. Arah ROE yang berhubungan negatif dengan tingkat
underpricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka
semakin rendah underpricing.
Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan
ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan
pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka
investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO
tersebut karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan
pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan
naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder
yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat.
H2: Return on Equity berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu dari rasio
leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri
yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan hubungan
antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal sendiri
perusahaan. DER juga memberikan gambaran tentang seberapa besar
47
hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang
digunakan sebagai pendanaan usaha. Semakin besar nilai DER
menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan
resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung
menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi. Dengan
demikian semakin tinggi DER maka semakin besar pula tingkat
underpricingnya (Daljono,2000).
Penelitian mengenai hubungan DER dengan tingkat underpricing
telah banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya oleh penelitian yang
dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013),
Kristiantari (2013), menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Ningrum (2015), Kartika dan Putra (2011), Pahlevi (2014), Gatot, dkk.
(2013) , Rust (2015) menunjukan DER berpengaruh positif terhadap
underpricing.
Terdapat perbedaan hasil penelitian pada penelitian terhadap
variabel financial leverage. Penulis dalam penelitian ini mengajukan
hipotesis dengan arah hubungan positif antara DER dengan tingkat
underpricing, didasari pada pemahaman bahwa Semakin besar DER
mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para
investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER
48
yang tinggi. Dengan demikian semakin tinggi DER maka semakin besar
pula tingkat underpricing.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H3: Financial Leverage berpengaruh positif terhadap tingkat
underpricing.
4. Earning per Share (EPS)
Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang.
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
memiliki suatu saham. Besarnya EPS mengurangi ketidakpastian sehingga
menurunkan tingkat underpricing.
Hasil EPS ini pernah diteliti oleh Hapsari dan Mahfud (2012) bahwa
EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013) menunjukan
bahwa EPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H4: Earning per Share (EPS) berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricing.
49
5. Ukuran Perusahaan
Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah
dengan melihat total aset dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir
sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa. Aset merupakan
tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar
mempunyai aset yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang
lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada
perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu
investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada
perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005).
Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Martani, dkk (2012),
Kristiantari (2013), Kartika dan Putra (2011), Retnowati (2013), Islam et
al., (2010), Hapsari dan Mahfud (2012) menunjukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap underpricing.
Terdapat perbedaan hasil penelitian terhadap variabel ukuran
perusahaaan. Penulis dalam penelitian ini mengajukan hipotesis dengan
arah hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan tingkat
underpricing didasari pada pemahaman bahwa tingkat ketidakpastian
perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala
yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya
dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan.
Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa
50
yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya lebih besar
dalam jangka panjang. Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian
perusahaan berskala besar maka akan menurunkan tingkat underpricing
dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan semakin
rendah oleh karena itu diduga semakin besar ukuran perusahaan maka
akan semakin kecil underpricing ( Kim et al 1995).
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricing
6. Umur Perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak
informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.
Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan
memperkecil ketidakpastian di masa yang akan datang. Sebaliknya sebuah
perusahaan yang baru berdiri awalnya akan kesulitan bersaing dan
mengambil pasar. Apabila perusahaan tersebut tidak memiliki strategi –
strategi khusus, maka ia akan mengalami hambatan untuk tetap berada
dalam persaingan usaha.
Saat emiten melakukan IPO, investor akan lebih percaya terhadap
perusahaan yang sudah lama berdiri dan sudah terkenal dibandingkan
dengan perusahaan yang baru berdiri. Informasi atas perusahaan pun lebih
51
mudah diakses dan lebih tersedia pada perusahaan yang sudah lebih lama
berdiri dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Dalam konteks
penilaian jangka panjang, perusahaan yang sudah lama berdiri reputasi
dimasa lalu sudah dapat dilihat dari performa perusahaan di tahun-tahun
sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
keadaan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain resiko kedepannya
lebih kecil karena tingkat ketidakpastiannya lebih rendah dibanding
perusahaan yang baru berdiri.
Penelitian mengenai hubungan umur perusahaan dengan tingkat
underpricing telah dilakukan oleh Pahlevi (2014) dan Islam et al., (2010)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini bertentangan dengan
Retnowati (2013), Martani, dkk (2012), Kristiantari (2013) yang
menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap underpricing.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H6 : Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan dan umur perusahaan terhadap
variabel dependen, yaitu underpricing. Populasi dalam penelitian ini dibatasi
pada perusahaan yang melakukan IPO yang mengalami underpricing
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan periode dibatasi selama 7
tahun mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2016 dan yang bukan termasuk
perusahaan non perbankan. Pemilihan tahun pengamatan pada penelitian ini
dari tahun 2010-2016, karena di tahun tersebut pasar modal di indonesia
sedang pesat semenjak krisis ekonomi di tahun 2008 dan banyak perusahaan-
perusahaan melakukan ekspansi. Berbagai perusahaan giat melakukan
ekspansi dengan memperluas usahanya untuk memasuki lingkup global
sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia yang semakin meningkat.
Tujuannya agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis yang
tinggi, serta menjaga kelangsungan hidup perusahaannya (going concern).
Selain itu sampai dengan 2016 karena merupakan data terbaru yang dapat
lebih mencerminkan keadaan perusahaan yang go public. Sehingga
diharapkan akan memberikan manfaat bagi stakeholders, analisis pasar
53
modal, masyarakat dan pemakai laporan keuangan lainnya dalam
pengambilan keputusan.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pengumpulan sampel dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam
penentuan sampel yaitu, saham perusahaan yang mengalami underpricing
pada saat IPO dan memiliki data yang lengkap untuk dilakukannya penelitian.
Populasi yang dijadikan objek data penelitian adalah data panel yaitu seluruh
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode waktu
7 tahun atau dari tahun 2010- 2016.
Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Persahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) di BEI
selama periode 2010-2016.
2. Perusahaan yang mengalami underpricing, yaitu perusahaan yang harga
penawaran saham pada saat IPO lebih rendah (underpriced)
dibandingkan dengan harganya pada saat penutupan di pasar sekunder
pada hari pertama.
3. Data harga perdana dan harga penutupan hari pertama tersedia.
4. Perusahaan bukan merupakan industri perbankan maupun lembaga
keuangan, karena industri tersebut memiliki rasio keuangan yang
berbeda dari sektor industri lain.
54
5. Memiliki laporan keuangan yang lengkap dan tidak mengalami kerugian
selama periode pengamatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
mengumpulkan data sekunder, artinya data yang informasinya tidak
diperoleh secara langsung dari perusahaan, akan tetapi didapat dengan
cara memperolehnya dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia,
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), IDX Fact Book, buku-
buku referensi, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan
bahasan penelitian. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
merupakan data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk
angka seperti harga penawaran perdana saham, Return on Asset, Rerutn on
Equity, Debt to Equity Ratio , Earning per Share, Ukuran Perusahaan, dan
Umur Perusahaan.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis
analisis kuantitatif, yaitu analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengkuantifikasikan data- data penelitian sehingga menghasilkan informasi
yang dibutuhkan dalam analisis.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi yang perhitungannya menggunakan Eviews 9. Regresi
digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Analisis regresi yang digunakan dalam
55
penelitian ini adalah analisis regresi data panel karena variabel independen
yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode analisis regresi data panel
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi
klasik, uji estimasi model regresi, dan uji hipotesis.
1. Analisis statistik Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan
dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian data-data
tersebut diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif
diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang
diteliti. Selain itu, dalam (Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa statistik
deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
mebuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis statistik
deskriptif yang digunakan terdiri atas:
a. Mean (nilai rata-rata)
Digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata data yang diamati.
Meskipun mean sering digunakan untuk mengetahui nilai
kecenderungan dari suatu pengamatan, tetapi mean memiliki
kelemahan yaitu rentan terhadap gangguan dari data outliers.
b. Maximum (nilai tertinggi)
Digunakan untuk mengetahui nilai tertinggi dari data yang
diamati.
56
c. Minimum (nilai terendah)
Digunakan untuk mengetahui nilai terendah dari data yang
diamati.
d. Standar Deviasi
Digunakan untuk mengetahui variabilitas dan penyimpangan teradap
nilai rata-rata.
2. Pemilihan Model Data Panel
Untuk mengestimasi parameter model data panel, terdapat beberapa model
yaitu:
a. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model, FEM)
Model ini mengasumsikan bahwa ada variabel-variabel yang tidak
semuanya masuk dalam persamaan model sehingga memungkinkan
adanya intersep yang tidak konstan, dimana intersep ini memiliki
kemungkinan untuk berubah pada setiap individu dan waktu.
b. Model Efek Random (Random Effect Model, REM)
Berbeda dengan model efek tetap, pada model efek random,
perbedaan antara individu atau waktu dicerminkan lewat error. Model
ini juga memperhitungkan bahwa gangguan memiliki kemungkinan
berkorelasi sepanjang urut waktu dan cross section.
c. Model Residual Gabungan (Pooled OLS)
Pooled OLS merupakan model yang paling sederhana untuk
mengestimasi parameter model data panel. Model ini
mengkombinasikan data cross section dan time series (urut waktu)
57
sebagai satu kesatuan. Untuk mengestimasi model data panel, metode
ini biasanya menggunakan Ordinary Least Square (OLS).
Langkah-langkah untuk pemilihan model data panel dapat dilakukan
dengan :
a. Estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) Uji
Chow (Pooled OLS atau Fixed Effecr Model)
Hipotesis = H0 = The Pooled OLS Method lebih baik
H1 = Fixed Effect Model lebih baik
Tolak H0 jika p-value < 0,05, maka H1 diterima dsn
sebaliknya
b. Estimmasi dengan Common-Constant (The Pooled OLS
Method)
Uji Lagrange Multiplier (Pooled OLS atau Random Effect
Model) Hipotesis = H0 = The Pooled OLS Method lebih baik
H1 = Random Effect Model lebih baik
Tolak H0 jika p-value < 0,05, maka H1 diterima dan
sebaliknya
c. Estimasi dengan Model Efek Random (Random Effect Model) Uji
Hausman (Random Effect Model atau Fixed Effect Model)
Hipotesis : H0 = Random Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
58
Tolak H0 jika p-value < 0,05, maka H1 diterima dan sebaliknya.
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model untuk regresi yang digunakan dalam penelitian ini,
serta untuk menguji apakah persamaan regresi yang telah ditentukan
merupakan persamaan yang dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias.
Uji asumsi klasik terdiri atas:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang digunakan dalam penelitian memiliki variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Salah satu pengujian normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera (J-B). Uji
normalitas Jarque-Bera adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui
apakah data dalam variabel yang dianalisis berdistribusi normal. Data
yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang
memiliki distribusi normal. Data yang berdistribusi normal artinya data
mempunyai sebaran yang merata sehingga benar-benar mewakili
populasi. Penerapan pada uji Jarque-Bera adalah bahwa jika
probabilitas lebih besar dari signifikansi, yaitu 0,05 atau probabilitas >
0,05 yang berarti data yang akan diuji berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
59
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,
2016). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas dalam model regresi yaitu dapat dilihat dari
toleransi value dan variance inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
mengukur variabilitas variabel independen menjadi variabel dependen
terikat dan di regresi terhadap variabel independen lainnya terikat dan
di regresi terhadap variabel independen lainnya. Jadi, nilai toleran yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 5 tolerance.
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai toleransi > 0.10 atau sama dengan nilai
VIF < 5 (Ghozali, 2016)
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi lebih mudah timbul pada data
yang bersifat time series, karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.
Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini
adalah dengan memakai uji Durbin-Watson. Uji DW menggunakan
statistic d dimana angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut
60
yaitu dL (angka yang diperoleh dari tabel DW batas bawah), dU
(angka yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4-dL dan 4-dU.
Statistik d Durbin- Watson dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Statistik Durbin-Watson
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
positif
Tidak
dapat
diputuskan
Terima Ho,
berarti tidak
ada
autokorelasi
Tidak
dapat
diputuskan
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
negative
0 dL dU 2 4-du 4-dL 4
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: H0 : Tidak ada autokorelasi
Ha : Ada autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria berikut
(Nachrowi, 2006):
1. Bila nilai DW <dL ; berarti ada korelasi positif.
2. Bila dL ≤ DW ≤ dU ; berarti tidak dapat mengambil
kesimpulan apa-apa.
3. Bila dU< DW < 4-dU ; berarti tidak ada korelasi positif
maupun negatif.
4. Bila 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL ; berarti tidak dapat mengambil
kesimpulan apa-apa.
5. Bila DW > 4-dL ; berarti ada korelasi negatif.
61
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisias. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan uji homogenitas varians-bartlett. Dalam
(Gujarati, 2007) menyebutkan bahwa beberapa tes lain untuk uji
heteroskedastisitas,salah satunya adalah uji homogenitas varians
Bartlett. Pengambilan keputusan adanya heteroskedastisitas adalah:
1) Jika probabilitas varians Bartlett ≥ 0,05, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas
2) Jika probabilitas varians Bartlett < 0,05, maka terjadi
heteroskedastisitas
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi
linier berganda, yang digunakan untuk penelitian yang variabel x nya lebih
dari satu. Uji regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh Return on Asset, Rerutn on Equity, Debt to Equity, Earning per
Share , ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
Rumus linear berganda adalah :
y = α + b¹x¹ + b² x² + b³x³ + b4 x4 + b5 x5 + b6 x6 + e
62
Keterangan:
y = tingkat underpricing
α = koefisien konstanta
b1-6 = koefisien regresi variable independen
x1 = ROA
x2 = ROE
x3 = DER
x4 = EPS
x5 = Ukuran perusahaan
x6 =Umur perusahaan
e = Error
5. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variable independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variable dependen atau terikat (Ghozali,
2011):
Rumus Uji F:
F = 𝑅2/ (𝑘 − 1)
(1 − 𝑅2)/(𝑛 − 𝑘)
Keterangan:
F = Koefisien Fhitung
R2 = Koefisien determinasi
63
k = jumlah variable penjelas
n = Jumlah observasi
Uji F ini dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model
regresi tersebut. Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel, tingkat
signifikansinya lebih kecil dari 0,05, maka hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
bahwa variable independen mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variable dependen.
Kriteria engujian:
Fhitung > Ftabel : H0 diterima Ha ditolak
Fhitung < Ftabel : H0 diterima Ha diterima
b. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali(2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas atau variable independen
secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Uji t
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable
independen terhadap variable dependen secara parsial.
Rumus uji t: 𝑡 =r√n−2
1−r2
Keterangan:
t = Koefisien thitung
n = Jumlah Sampel
64
r = Standar Deviasi
Bila thitung lebih besar dari ttabel, tingkat signifikannya lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan antara variable
independensecara parsial terhadap variable dependen.
Kriteria penialaian:
thitung > ttabel : H0 ditolak Ha diterima
thitung < ttabel : H0 diterima Ha ditolak
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2011) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2)
pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun R2 ini
memiliki kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang
diobservasi. Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang tidak
(atau belum) ada di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan nilai R2
tidak berkurang nilainya apabila variabel independen ditambahkan lagi
kedalam persamaan.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai adjusted R square dari
regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.
65
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang
dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini
lebih dari satu.
E. Definisi dan Operasional antar Variabel
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri dari
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
Sebagai variabel independen, dan underpricing sebagai variabel dependen.
Adapun penjelasan mengenai operasional dari masing-masing variabel
sebagai berikut:
1. Return on Assets (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari
pengelolaan asset (Kasmir,2010). Kemampuan perusahaan menghasilkan
laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas
perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi
investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya. Semakin
tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aset
untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan
semakin efektif, karena tingkat pengembalian akan semakin besar.
𝑹𝑶𝑨 =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐚𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 x 100%
66
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba bersih
dengan ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham biasa (Brigham dan Houston, 2004). Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2012). Adapun rumus yang
digunakan untuk perhitungan ROE yaitu sebagai berikut:
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang lancar dengan seluruh utang ekuitas (Kasmir, 2010). Debt
to equity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Debt to equity ratio yang tinggi mencerminkan risiko
perusahaan yang tinggi (Gatot dkk., 2013). Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut:
𝑹𝑶𝑬 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 x100%
𝑫𝑬𝑹 =𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
67
4. Earning per Share (EPS)
Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang.
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
memiliki suatu saham. Besarnya EPS mengurangi ketidakpastian
sehingga menurunkan tingkat underpricing.
Pengukuran EPS dalam penelitian ini merujuk kepada Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) No.10 mengenai EPS dimana di jelaskan
bahwa laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba rugi yang
dapat distribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk
(pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar (penyebut) dalam suatu periode.
Earning per Share dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
5. Ukuran perusahaan
Ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan oleh
beberapa hal, antara lain dengan total aset, total penjualan, rata-rata
tingkat penjualan dan rata-rata total aset. Ukuran perusahaan dapat
𝑬𝑷𝑺 =𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑨𝒑𝒑𝒍𝒊𝒄𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒕𝒐 𝑶𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆
𝐖𝐞𝐢𝐠𝐡𝐭𝐞𝐝 − 𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐎𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐒𝐚𝐡𝐫𝐞
68
diketahui dari besarnya total aset perusahaan pada periode terakhir
sebelum perusahaan melakukan penawaran saham perdananya.
Sehubungan dengan total aset, apabila perusahaan memiliki total asset
yang besar maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
mencapai tahap kedewasaan.
Semakin besar aset perusahaan akan semakin besar ukuran
perusahaan tersebut. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar
mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan
kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan kedepan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi
risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu
(Yolana dan Martani, 2005).
6. Umur perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak
informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.
Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan
memperkecil ketidakpastian di masa yang akan datang. Sebaliknya
sebuah perusahaan yang baru berdiri awalnya akan kesulitan bersaing
dan mengambil pasar. Apabila perusahaan tersebut tidak memiliki
Ukuran Perusahaan = LN (Total Aset)
69
strategi – strategi khusus, maka ia akan mengalami hambatan untuk tetap
berada dalam persaingan usaha.
Saat emiten melakukan IPO, investor akan lebih percaya terhadap
perusahaan yang sudah lama berdiri dan sudah terkenal dibandingkan
dengan perusahaan yang baru berdiri. Informasi atas perusahaan pun
lebih mudah diakses dan lebih tersedia pada perusahaan yang sudah lebih
lama berdiri dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Dalam konteks
penilaian jangka panjang, perusahaan yang sudah lama berdiri reputasi
dimasa lalu sudah dapat dilihat dari performa perusahaan di tahun-tahun
sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
keadaan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain resiko kedepannya
lebih kecil karena tingkat ketidakpastiannya lebih rendah dibanding
perusahaan yang baru berdiri.
Umur perusahan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
7. Underpricing
Variabel ini diukur dengan initial return yaitu selisih harga
penutupan pada hari pertama diperdagangkan di bursa dengan harga di
pasar perdana, bila hasilnya positif berarti terjadi underpricing. Selisih
positif artinya menunjukkan harga saham di pasar sekunder lebih tinggi
daripada harga saham saat pasar perdana (Yolana dan Martani,2005).
Umur perusahaan = Tahun IPO – Tahun berdirinya perusahaan
70
Dalam mengukur underpricing dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Initial Return = (Pt1 − Pt0 )x 100%
Pt0
Dimana :
IR = initial return
Pt0 = harga penawaran perdana (offering price)
Pt1 = harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama di
pasar sekunder
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Rumus Skala
1. ROA (x1) ROA= (EAT) x100%
Total aktiva Rasio
2. ROE (x2) ROE = (EAT) x100%
Modal Sendiri Rasio
3. DER (x3) DER = Total Hutang x100%
Total Ekuitas Rasio
4. EPS (x4) 𝑬𝑷𝑺 =𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑨𝒑𝒑𝒍𝒊𝒄𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒕𝒐 𝑶𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆
𝐖𝐞𝐢𝐠𝐡𝐭𝐞𝐝 − 𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐎𝐫𝐝𝐢𝐧𝐚𝐫𝐲 𝐒𝐡𝐚𝐫𝐞 Rasio
5. Ukuran Perusahaan (x5) Ln (Total Assets) Rasio
6. Umur Perusahaan (x6) Tahun IPO-Tahun berdirinya perusahaan Nominal
7. Underpricing (y) 𝐼𝑅 =(Pt1 − Pt0)
𝑃𝑡0𝑥 100% Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada
perusahaan non perbankan yang mengalami underpricing pada saat
melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia periode
2010 – 2016. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Penelitian yang dilakukan pada periode
2010-2016 terdapat 152 perusahaan yang melakukan IPO.
Namun berdasarkan kriteria-kriteria penelitian sampel yang
diisyaratkan, hanya 55 perusahaan yang memenuhi persyaratan sampel
dalam penelitian ini.
Dari proses seleksi sampel tersebut diperoleh perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. Adapun proses seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersaji dalam Tabel 4.1 sebagai
berikut:
72
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan yang melakukan IPO periode 2010- 2016 152
2 Perusahaan yang mengalami underpricing 112
3 Perusahaan yang datanya tidak sesuai dengan
kriteria penelitian (46)
4 Jumlah outlier (11)
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian 55
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa total perusahan
perusahaan non perbankan yang mengalami underpricing pada saat
melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia periode 2010
– 2016 berjumlah 112 perusahaan. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel
hanya ada 55 perusahaan dengan periode pengamatan yang diambil oleh
peneliti adalah 7 tahun, dikarenakan ada 11 data outlier. Outlier adalah kasus
atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik
untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi.
Dari proses seleksi sampel tersebut diperoleh perusahaan yang menjadi
sampel yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini. Di bawah ini peneliti
menyajikan tabel daftar nama perusahaan yang mengalami underpricing yang
digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 4.2 dengan nama
perusahaan sebagai berikut:
73
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk
6 KRAS Krakatau Steel Tbk
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk
10 HRUM Harum Energi Tbk
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
18 VIVA Visi Media Asia Tbk
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
74
39 KINO Kino Indonesia Tbk
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
45 STAR Star Petrochem Tbk
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk
49 GAMA Gading Development Tbk
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk
B. Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
(mean), dan nilai standar deviasi. Dalam penelitian ini, variabel yang
digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah ROA, ROE DER,
EPS, SIZE dan AGE.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel
sebagai berikut:
75
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Peneltian
UNDP ROA ROE DER EPS SIZE AGE
Mean 0.252 -3.039 0.125 0.980 68.835 28.115 17.964
Median 0.185 -2.781 0.119 0.708 34.000 28.391 15.000
Maximum 0.700 -1.323 0.460 5.050 336.000 32.025 51.000
Minimum 0.007 -6.637 0.002 0.099 0.002 18.434 2.000
Std. Dev. 0.201 1.151 0.088 1.021 85.026 2.272 12.664
Observations 55 55 55 55 55 55 55
Sumber: Data diolah, 2017
Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 sampel data yang didapat dari
laporan keuangan publikasi tahunan perusahaan pada periode 2010-2016.
1. Variabel Underpricing memiliki nilai rata- rata (mean) sebersar 0,252
dan standar deviasinya sebesar 0,201. Underpricing memiliki nilai
maksimum sebesar 0,700 yang diperoleh oleh Sillo Maritime Perdana
Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai minimum sebesar 0,007 MNC
Sky Vision Tbk pada tahun 2012.
2. Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar -3,039 dan standar deviasinya sebesar 1,151. ROA memiliki
nilai maksimum sebesar -1,323 yang diperoleh oleh Inti Bangunan
Sejahtera Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai minimum sebesar -
6,637 Sitara Propertindo Tbk pada tahun 2014.
3. Variabel Return on Equity (ROE) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar 0,125 dan standar deviasinya sebesar 0,088. ROE memiliki
nilai maksimum sebesar 0,460 yang diperoleh oleh Inti Bangun
76
Sejahtera Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai minimum sebesar
0,002 Sitara Propertindo Tbk pada tahun 2014.
4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar 0,980 dan standar deviasinya sebesar 1,021. DER memiliki
nilai maksimum sebesar 5,050 yang diperoleh oleh Sarana Menara
Nusantara Tbk pada tahun 2010, sedangkan nilai minimum sebesar
0,099 PT Semen Baturaja Tbk pada tahun 2013.
5. Variabel Earning per Share (EPS) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar 68,835 dan standar deviasinya sebesar 85,026. EPS memiliki
nilai maksimum sebesar 336,000 yang diperoleh oleh Blue Bird Tbk
pada tahun 2014, sedangkan nilai minimum sebesar 0,002 Sillo
Maritime Perdana Tbk pada tahun 2016.
6. Variabel Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar 28,115 dan standar deviasinya sebesar 2,272. Ukuran
Perusahaan memiliki nilai maksimum sebesar 32,025 yang diperoleh
oleh Surya Esa Perkasa Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai
minimum sebesar 18,434 Sillo Maritime Perdana Tbk pada tahun
2016.
7. Variabel Umur Perusahaan (AGE) memiliki nilai rata- rata (mean)
sebersar 17,964 dan standar deviasinya sebesar 12,664. Umur
Perusahaan memiliki nilai maksimum sebesar 51,000 yang diperoleh
oleh Waskita Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai
77
minimum sebesar 2,000 Sarana Menara Nusantara Tbk pada tahun
2010.
C. Pemilihan Model Data Panel
1. Penentuan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM)
dan Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow
Untuk menentukan apakah model estimasi CEM atau FEM dalam
membentuk model regresi, maka digunakan uji Chow. Hipotesis yang
diuji sebagai berikut:
H0: Model CEM lebih baik dibandingkan model FEM
H1: Model FEM lebih baik dibandingkan model CEM
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas cross section F < 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
b. Jika nilai probabilitas cross section F ≥ 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak.
Tabel 4.4
Hasil uji Chow
sumber: data diolah,2017
Redundant Fixed Effects Tests
Equation:
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 8.769606 (7,41) 0.0000
Cross-section Chi-square 50.335453 7 0.0000
78
Berdasarkan hasil dari uji Chow pada Tabel 4.4, diketahui nilai
probabilitas adalah 0,0000. Karena nilai probabilitas < 0,05, maka
model estimasi yang digunakan adalah model FEM.
2. Penentuan Model Estimasi antara Fixed Effect Model (FEM) dan
Random Effect Model (REM) dengan Uji Hausman
Untuk menentukan apakah model estimasi FEM atau REM dalam
membentuk model regresi, maka digunakan uji Hausman. Hipotesis
yang diuji sebagai berikut:
H0: Model REM lebih baik dibandingkan model FEM
H1: Model FEM lebih baik dibandingkan model REM
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas cross section random < 0,05, maka H0
ditolak dan H1 diterima.
b. Jika nilai probabilitas cross section random ≥ 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Tabel 4.5
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation:
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 13.433236 6 0.0366
Sumber: Data diolah, 2017
79
Berdasarkan hasil dari Uji Hausman pada Tabel 4.5, diketahui nilai
probabilitas adalah 0,0366. Karena nilai probabilitas < 0,05, maka
model estimasi yang digunakan adalah model FEM.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekat
normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan
menggunakan uji Jarque-Bera (J-B). Dalam penelitian ini, tingkat
signifikansi yang digunakan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan
adalah melihat angka probabilitas dari statistik J-B, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas p ≥ 0,05, maka asumsi normalitas
terpenuhi.
b. Jika nilai probabilitas p < 0,05, maka asumsi normalitas tidak
terpenuhi.
80
Gambar 4.1
Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2016
Observations 55
Mean -1.01e-18
Median -0.004209
Maximum 0.231848
Minimum -0.180705
Std. Dev. 0.098722
Skewness 0.374910
Kurtosis 2.706323
Jarque-Bera 1.486093
Probability 0.475663
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui nilai probabilitas dari
statisktik J-B adalah 0.475663. Karena nilai p = 0.475663. lebih besar
dibandingkan dengan tingkat signifikansi yaitu 0.05 maka dapat
diasumsikan bahwa normalitas terpenuhi pada penelitian ini.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Multikolinieritas dapat dilihat dengan Variance Inflation Factor (VIF),
bila nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Nilai
VIF masing-masing variabel independen dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
81
Tabel 4.6
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel
independen memiliki nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam
penelitian ini, sehingga model regresi layak untuk dipakai.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang tidak terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin-Watson
(DW Test).
Variance Inflation Factors
Date: 11/13/17 Time: 20:39
Sample: 2010 2016
Included observations: 55
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 0.094265 403.8960 NA
LNROA 0.001039 45.36660 4.230400
ROE 0.190707 17.66788 4.859813
DER 0.000346 2.700167 1.276264
EPS 1.01E-07 4.306355 2.256732
SIZE 7.26E-05 247.1877 1.163796
AGE 2.56E-06 5.082668 1.549086
Sumber: Data diolah, 2017
82
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.758385 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.681775 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.113298 Akaike info criterion -1.302267
Sum squared resid 0.526290 Schwarz criterion -0.791310
Log likelihood 49.81235 Hannan-Quinn criter. -1.104676
F-statistic 9.899324 Durbin-Watson stat 1.981090
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 4.7, maka diperoleh nilai hitung
dari Durbin-Watson sebesar 1,981090. Sedangkan pada tabel Durbin-
Watson dengan n = 55 dan k = 6, α = 5%, maka diperoleh nilai dl
(batas luar) =1,2940; du (batas dalam) = 1,8607 ; maka nilai 4 – du =
2,1393. Oleh karena nilai DW= 1,981090 lebih dari du= 1,8607 dan
kurang dari 4 – du = 2,1393, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi (Ghozali,2013).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang digunakan terdapat ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamantan ke pengamatan yang lain.
Apabila varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
terdapat kesamaan, maka disebut homoskedastisitas dan apabila
terdapat ketidaksamaan disebut heteroskedastisitas. Data yang baik
adalah data yang homoskedastisitas. Dalam penelitian ini cara
83
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan Uji
Bartlett.
Tabel 4.8
Uji Heteroskedastisitas
Method df Value Probability
Bartlett 6 3.949016 0.6836
Levene (6, 48) 0.702575 0.6489
Brown-Forsythe (6, 48) 0.599480 0.7293
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat dilihat nilai probability Bartlett
sebesar 0,6836 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat
dikatakan data homoskedastisitas dan tidak terdapat masalah dalam uji
heteroskedastisitas.
E. Analisis Regresi Linear Berganda
Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan analisis regresi linier
berganda antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Analisis Regresi Linear Berganda
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.995902 0.307025 3.243711 0.0023
LNROA -0.086723 0.032238 -2.690037 0.0103
ROE 0.501015 0.436700 1.147276 0.2579
DER 0.025057 0.018599 1.347191 0.1853
EPS -0.000821 0.000318 -2.582661 0.0135
SIZE -0.037161 0.008523 -4.360174 0.0001
AGE 0.000380 0.001599 0.237490 0.8135
Sumber: Data diolah, 2017
84
Dari hasil analisis regresi linier berganda yang tampak pada tabel
4.9, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan α = 0,05 maka
menghasilkan enam variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
underpricing, yaitu Return on Assets (ROA) dengan nilai signifikansi
sebesar 0,0103 < 0,05. Variabel Earning per Share (EPS) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,0135 < 0,05. Variabel ukuran perusahaan sebesar
0,0001<0,05. Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh persamaan
regresi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
UNDP = 0,995902 - 0.086723 LNROA + 0,501015 ROE + 0.025057
DER - 0.000821 EPS - 0.037161 SIZE + 0.000380 AGE +
e
F. Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian model secara simultan dengan Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel independen terhadap
variabel dependennya atau untuk menguji ketepatan model. Jika
variable independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel dependen maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria
cocok atau fit.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
85
Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan dan umur perusahaan
terhadap underpricing sebagai variabel dependen.
Untuk mengetahui nilai F-tabel dapat dilakukan perhitungaan
sebagai berikut:
f tabel = α; df = (n-k),(k-1)
= 5%; df = (55-6),(6-1)
= 0,05; df(49,5) = 2,40
Jika Prob (F-statistic) lebih kecil dari 0,05 atau nilai F-statistic
lebih besar dari F tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10
Uji F (Simultan)
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.758385 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.681775 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.113298 Akaike info criterion -1.302267
Sum squared resid 0.526290 Schwarz criterion -0.791310
Log likelihood 49.81235 Hannan-Quinn criter. -1.104676
F-statistic 9.899324 Durbin-Watson stat 1.981090
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: data diolah,2017
Dari hasil output model regresi di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai F-statistic dan probabilitas (F statistic) masing-masing adalah
9,8992324 dan 0,00000 sehingga nilai F-statistic lebih besar dari F-
tabel atau F-statistic (9,8992324) > F tabel (2,40) dan nilai probabilitas
(F section) lebih kecil dari 0,05 atau probabilitas (F section) < 0,05.
Maka dari itu, H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dari itu, dapat
86
disimpulkan bahwa variabel independen dapat mempengaruhi variabel
dependen secara bersama-sama.
2. Uji Signifikan Parsial (Uji T)
Uji T dapat menunjukkan seberapa jauh variabel independen
secara individual dapat menerangkan variasi variabel dependen. Cara
yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah masing- masing
variabel yang digunakan dalam penelitian mampu menerangkan
variabel dependen adalah dengan melihat t-statistic dan probabilitas
masing-masing variabel independen.
Untuk mengetahui nilai t-tabel dapat dilakukan perhitungaan sebagai
berikut:
t tabel = ; df = (n-k)
= 2,5%; df = (55-6)
= 0,025’ df(49) = 2,010
Tabel 4.11
Uji T Parsial
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.995902 0.307025 3.243711 0.0023
LNROA -0.086723 0.032238 -2.690037 0.0103
ROE 0.501015 0.436700 1.147276 0.2579
DER 0.025057 0.018599 1.347191 0.1853
EPS -0.000821 0.000318 -2.582661 0.0135
SIZE -0.037161 0.008523 -4.360174 0.0001
AGE 0.000380 0.001599 0.237490 0.8135
Sumber: Data diolah, 2017
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
87
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), umur perusahaan (SIZE), dan
ukuran perusahaan (AGE) memiliki pengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen underpricing.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak semua
variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Berikut analisis dan masing-masing uji variabel
independen terhadap variabel bebas :
a. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel Return on Assets (ROA) sebesar -
2,690037 yang berarti nilai t-statistic (2,690037) lebih besar dari
nilai t table (2,010) atau t-statistic (2,690037) < t tabel (2,010).
Selain itu, variabel Return on Assets (ROA) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,0103 lebih kecil dari tingkat probabilitas
yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai probabilitas 0,0103 <
0,05; maka Ho ; β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0, artinya
ROA secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah negatif
terhadap underpricing.
b. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel Return on Equity (ROE) sebesar
1,147276 yang berarti nilai t-statistic (1,147276) lebih besar dari
nilai t tabel (2,010) atau t-statistic (1,147276) < t tabel (2,010).
Selain itu, variable Return on Equity (ROE) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,2579 lebih kecil dari tingkat probabilitas
88
yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai probabilitas 0,2579 >
0,05; maka Ho ; β3 = 0 diterima dan menolak Ha : β3 ≠ 0, artinya
ROE secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan arah
positif terhadap underpricing.
c. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel Debt to Equity Ratio (DER)
sebesar 1,347191 yang berarti nilai t-statistic (1,347191) lebih
kecil dari nilai t tabel (2,010) atau t-statistic (1,347191) < t
tabel (2,010). Selain itu, variabel Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki nilai signifikansi sebesar 0.1853 lebih besar dari
tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai
probabilitas 0.1853 > 0,05; maka Ho ; β3 = 0 diterima dan
menolak Ha : β3 ≠ 0, artinya DER secara parsial tidak
berpengaruh dengan arah positif signifikan terhadap
underpricing.
d. Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel Earning per Share (EPS) sebesar
-2.582661 yang berarti nilai t-statistic (2.582661) lebih kecil
dari nilai t tabel (2,010) atau t-statistic (2.582661) < t tabel
(2,010). Selain itu, variabel Earning per Share (EPS) memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.0135 lebih kecil dari tingkat
probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai probabilitas
0.0135 < 0,05; maka Ho ; β4 = 0 diterima dan menolak Ha : β4 ≠
89
0, artinya EPS secara parsial berpengaruh signifikan dengan
arah negatif terhadap underpricing.
e. Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel ukuran perusahaan (SIZE)
sebesar -4.360174 yang berarti nilai t-statistic (4.360174) lebih
besar dari nilai t tabel (2,010) atau t-statistic (4.360174) > t
tabel (2,010). Selain itu, variabel ukuran perusahaan memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,0001 lebih kecil dari tingkat
probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai
probabilitas 0,0001 < 0,05; maka Ho ; β5 = 0 ditolak dan
menerima Ha : β5 ≠ 0, artinya ukuran perusahaan secara
parsial berpengaruh signifikan ke arah negatif terhadap
underpricing.
f. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE) terhadap Underpricing
Nilai t-statistic pada variabel umur perusahaan (AGE) sebesar
0.237490 yang berarti nilai t-statistic (0.237490) lebih kecil
dari nilai t tabel (2,010) atau t-statistic (0.237490) < t tabel
(2,010). Selain itu, variabel umur perusahaan (AGE) memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.8135 lebih kecil dari tingkat
probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai
probabilitas 0.8135 > 0,05; maka Ho ; β6 = 0 ditolak dan
menerima Ha : β6 ≠ 0, artinya umur perusahaan secara parsial
90
tidak berpengaruh signifikan ke arah positif terhadap
underpricing.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk menjelaskan seberapa
besar pengaruh variabel dependen yaitu underpricing dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Return on Assets (ROA) , Return on
Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS),
ukuran perusahaan (SIZE), dan umur peusahaan (AGE).
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.758385 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.681775 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.113298 Akaike info criterion -1.302267
Sum squared resid 0.526290 Schwarz criterion -0.791310
Log likelihood 49.81235 Hannan-Quinn criter. -1.104676
F-statistic 9.899324 Durbin-Watson stat 1.981090
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted
R2 adalah 0.681775 yang berarti variabel dependen yaitu underpricing
dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per
Share (EPS), ukuran perusahaan (SIZE), dan umur peusahaan (AGE)
sebesar 68,17% sedangkan sisanya 31,83% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak menjadi objek penelitian ini.
91
G. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian dapat menjelaskan
pengaruh hubungan antara variabel independen dan variabel dependen,
antara lain :
1. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan paa variabel ROA terhadap
underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0103 lebih kecil dari
tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai probabilitas
0,0103 < 0,05; maka Ho ; β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.
Selain itu koefisien variabel ROA pada model regresi bernilai (-
0.086723) yang artinya ROA secara parsial berpengaruh signifikan
dengan arah negarif terhadap underpricing.
Berdasarkan hasil penelitian secara parsial variabel ROA
memiliki pengaruh terhadap initial return. Hal tersebut mencerminkan
bahwa para investor mempertimbangkan tingkat ROA suatu perusahaan
karena ROA merupakan salah satu rasio profibalitas, yaitu rasio yang
menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga
menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan. ROA digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai
ROA yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan
mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba
merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam
92
menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan
akan menjadi penilaian utama investor sebelum berinvestasi. Karena
dengan profitabiltas yang tinggi, investor menilai saham perusahaan
akan menjajikan untuk dibeli karena harga saham akan bisa naik seiring
naiknya tingkat profitabilitas perusahaan. Karena profitabilitas yang
tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
juga tinggi. Laba merupakan informasi penting bagi investor untuk
pengambilan keputusan investasi. Sehingga permintaan akan saham
perusahaan meningkat. Hal ini menyebabkan kemungkinan investor
untuk mendapatkan return awal semakin tinggi karena harga saham
akan naik ketika dilepas di pasar sekunder.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ningrum (2015), Pahlevi
(2014), dan Yasa (2008) yang telah membuktikan bahwa
profitabitabilitas yang di ukur dengan Return on Asset (ROA)
berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing. Penelitian ini
bertentangan dengan Kristiantari (2013) ,Rust (2015), dan Retnowati
(2013) bahwa profitabilitas ROA tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap underpricing.
2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan paa variabel ROE terhadap
underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0,2579 lebih besar
dari tingkat probabilitas yang ditentukan sebesar 0,05 atau nilai
probabilitas 0,2579 > 0,05; maka Ho ; β3 = 0 diterima dan menolak Ha
93
: β3 ≠ 0. Selain itu koefisien variabel ROE pada model regresi bernilai
(0.501015) yang artinya ROE secara parsial tidak berpengaruh
signifikan dengan arah positif terhadap underpricing.
Hal tersebut berarti kenaikan atau penurunan ROE tidak
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan underpricing. ROE
merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal
sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri, semakin kecil
rasio ini maka semakin kurang baik. Artinya, posisi pemilik
perusahaan semakin lemah, demikian pula sebaliknya. Hal ini berarti
para investor tidak melihat ROE perusahaan dalam melakukan
investasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Martani, dkk (2012) menyatakan bahwa ROE tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Sedangkan
penelitian ini bertentangan dengan Rust (2015), Hapsari dan Mahfud
(2012) menunjukan bahwa ROE berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan pada variabel DER terhadap
underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0.1853 lebih besar dari
tingkat probabilitas 0,05; maka Ho ; β3 = 0 diterima dan menolak Ha : β3
≠ 0. Selain itu koefisien variabel DER pada model regresi bernilai
94
(0.025057) yang artinya DER secara parsial tidak berpengaruh
signifikan dengan arah positif terhadap underpricing.
Hal ini menunjukkan adanya ketidakpercayaan investor terhadap
keuangan ini. DER menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar seluruh utang jangka pendek maupun panjang. Namun,
investor tidak melihat DER perusahaan dalam berinvestasi karena
banyak perusahaan yang sebelum IPO memiliki nilai DER yang tinggi,
tetapi di kemudian hari banyak juga perusahaan yag mengalami
keuntungan. Jadi, dari hasil penelitian ini investor dalam menanamkan
modalnya pada perusahaan IPO tidak selalu mempertimbangkan DER,
tapi kemungkinan investor hanya melihat dari sisi hutangnya sehingga
DER tidak bisa dijadikan tolak ukur ketidakpastian IPO.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Retnowati (2013), Kristiantari (2013), menunjukan bahwa
DER tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun,
bertentangan dengan oleh Ningrum (2015), Kartika dan Putra (2017),
Pahlevi (2014), Gatot, dkk. (2013) , Rust (2015) yang menunjukan
bahwa DER berpengaruh positif terhadap underpricing.
4. Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan pada variabel EPS terhadap
underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0135 lebih kecil dari
tingkat probabilitas 0,05; maka Ho ; β4 = 0 ditolak dan menerima Ha : β4
≠ 0. Selain itu koefisien variabel EPS pada model regresi bernilai (-
95
0.000821) yang artinya EPS secara parsial berpengaruh signifikan
dengan arah negatif terhadap underpricing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS
(earning per share) memiliki hubungan yang signifikan dengan
underpricing. Umumnya investor dalam melakukan keputusan investasi
cenderung lebih menyukai berinvestasi pada perusahaan yang dapat
memberikan gambaran keuntungan atas investasi yang ditanamkan.
Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang.
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
memiliki suatu saham. Besarnya EPS mengurangi ketidakpastian
sehingga menurunkan tingkat underpricing.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hapsari dan Mahfud (2012) bahwa EPS tidak
berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Namun, bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2013) bahwa EPS
berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan pada variabel ukuran perusahaan
terhadap underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0001 lebih
96
kecil dari tingkat probabilitas 0,05; maka Ho ; β5 = 0 ditolak dan
menerima Ha : β5 ≠ 0. Selain itu koefisien variabel ukuran perusahaan
pada model regresi bernilai (-0.037161) yang artinya ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah negarif terhadap
underpricing.
Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan
adalah dengan melihat total aset dari laporan keuangan perusahaan
tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa.
Aset merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan.
Biasanya perusahaan besar mempunyai aset yang besar pula nilainya.
Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian
(certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan
mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke
depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang
mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu.
Penulis dalam penelitian ini mengajukan hipotesis dengan arah
hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan tingkat
underpricing didasari pada pemahaman bahwa tingkat ketidakpastian
perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala
yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya
dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan.
Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di
masa yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya lebih
97
besar dalam jangka panjang. Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian
perusahaan berskala besar maka akan menurunkan tingkat underpricing
dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan
semakin rendah oleh karena itu diduga semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin kecil underpricing.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Martani, dkk (2012), Kristiantari (2013), Kartika dan Putra
(2017), Retnowati (2013), Islam et.,al (2010), Hapsari dan Mahfud
(2012) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
underpricing.
6. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE) terhadap Underpricing
Hasil uji yang telah dilakukan pada variabel umur peusahaan
terhadap underpricing memiliki nilai signifikansi sebesar 0.8135 lebih
besar dari tingkat probabilitas 0,05; maka Ho ; β6 = 0 diterima dan
menolak Ha : β6 ≠ 0. Selain itu koefisien variabel umur perusahaan pada
model regresi bernilai (0.000380) yang artinya umur perusahaan secara
parsial tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap
underpricing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang tidak signifikan antara umur perusahaan dengan tingkat
underpricing. Pada bagian pengembangan hipotesis telah dijelaskan
bahwa variabel umur perusahaan mengurangi tingkat ketidakpastian
investor dimasa mendatang, karena perusahaan yang telah lebih lama
98
berdiri sudah memiliki pengalaman dalam dunia persaingan usaha dan
lebih mampu menghadapi berbagai masalah yang terjadi. Akan tetapi
hal tersebut tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini karena
walaupun umur perusahaan dapat mempengaruhi keputusan investor,
namun bukan sebagai informasi utama dibandingkan dengan
informasi lain seperti kinerja perusahaan. Umur perusahaan juga
dianggap tidak memberikan kepastian bahwa perusahaan yang telah
lama berdiri lebih dikenal investor. Terkadang perusahaan yang belum
lama berdiri pun, dengan kinerja keuangan yang memuaskan akan lebih
dikenal dibandingkan dengan yang telah lama berdiri. Hal ini sesuai
dengan harapan penulis, dimana semakin tinggi umur dari perusahaan
yang melakukan penawaran perdana maka semakin rendah tingkat
underpricing yang dialami perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Retnowati (2013), Martani, dkk (2012), Kristiantari
(2013) yang menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap underpricing. Namun, bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2014) dan Islam et al (2010)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa umur perusahaan
berpengaruh signiikan terhadap underpricing.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh variabel
keuangan dan non keuangan terhadap underpricing saham pada saat IPO
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2016. Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian secara empiris yang telah diuraikan, maka
diperoleh kesimpulan bahwa tingkat underpricing perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek indonesia periode 2010-2016 dipengaruhi
oleh tiga variabel yaitu Return on Assets (ROA), Earning per Share (EPS),
dan ukuran perusahaan.
1. Berdasarkan hasil uji f (simultan) menunjukkan bahwa Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan dan umur perusahaan
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap underpricing.
2. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa Return on Assets
(ROA) secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah negatif
terhadap underpricing.
3. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa Return on Equity
(ROE) secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif
terhadap underpricing.
100
4. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan arah
positif terhadap underpricing.
5. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa Earning per Share
(EPS) secara parsial berpengaruh signifikan denga arah negatif terhadap
underpricing.
6. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh signifikan ke arah negatif terhadap
underpricing.
7. Berdasarkan hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa umur perusahaan
secara parsial tidak berpengaruh signifikan ke arah positif terhadap
underpricing.
8. Berdasarkan koefisien determinasi (adjusted R2) menunjukkan bahwa
nilai yang dihasilkan adalah 0.681775 yang berarti variabel dependen
yaitu Underpricing dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning per Share (EPS), ukuran perusahaan (SIZE), dan
umur peusahaan (AGE) sebesar 68,17% sedangkan sisanya 31,83%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak menjadi objek penelitian ini.
101
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal di antaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel yang berbeda
terutama pada saat menentukan underpricing agar hasil bisa lebih
akurat.
2. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan pengukuran yang
lebih baik dalam mengukur variabel seperti reputasi underwriter dan
auditor. Dan juga agar melakukan penelitian dengan variabel-variabel
makro ekonomi seperti inflasi, return IHSG, tingkat suku bunga bank
yang berpotensi mempengaruhi kondis pasar saham pada saat IPO
dilakukan. Serta agar meneliti performa perusahaan setelah IPO dan
meneliti kinerja jangka panjang saham perusahaan yang mengalami
underpricing dan overpricing.
102
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N Shoviyah. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing saham pada
Perusahaan IPO di BEI Periode 2007-2011”. Jurnal Ilmiah Manajemen
Volume 1 Nomor 1, Universitas Negeri Surabaya, 2013.
Aisyah, “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan pada Initial Return Saham di
Pasar Perdana”. Jurnal Keuangan, Volume 8, Hal. 22-31,2009.
Balvers, R. Mc Donald dan R.E Miller, 1988. “Underpricing of New Issues and
the Choice of Auditor as a Signal of Investment Banker Reputation”, The
Accounting Review 63.
Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus.“Investasi”, Edisi 6, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus.“Manajemen Portofolio dan
Investasi”, Edisi 9, Salemba Empat, Jakarta, 2014.
Brigham, Eugene F. dan Joul F Houston. “Manajemen Keuangan.” Jakarta:
Erlangga, 2004.
Carter, Richard and Manaster, Steven. 1990. Initial Public Offering and
Underwriter Reputation. Journal of Financial. Vol 45. p 1045-1067.
Daljono. “Analisis Faktor-faktor yang mepengaruhi Initial Return Saham yang
Listing di BEJ tahun 1990-1997”. SNA III. 2000.
Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. “Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya
Jawab”. Salemba Empat, Jakarta, 2001.
De Lorenzo, Massimo and Stefano Fabrizio. 2001. Asymetric Information and The Role
of Underwriter, The Prospectus and The Analyst in Underpricing of IPO.
Gatot Nazir Ahmad, Isti Indriyanti, Agung Darmawan Buchdadi. “Pengaruh
DER, ROI, Current Ratio dan Rata-rata Kurs terhadap Underpricing pada
Initial Public Offering”. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI), Vol 4 No. 2 2013.
Gujarati, Damodar. N. “ Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1”, Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, 2006.
Ghozali, Imam. “Analisis multivariate dan ekonometrika teori, konsep, dan
aplikasi dengan eviews 8”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2013.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
103
Hadi, Nor. “Pasar Modal: Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan di Pasar Modal”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2013.
Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Hapsari, V Anitya dan Mahfud, M. Kholiq. “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing isaham pada penawaran umum perdana di
BEI periode 2008 – 2010”. Jurnal Manajemen. Volume 1, Nomor 1,
Halaman 1-9. 2012.
Helwege, J. And Liang, N. “Initial public offerings in hot and cold markets”,
Journal of Finance and Quantitive Analysis, 39, Page 541-569, 2004.
Islam et al. “An Empirical Investigation of the Underpricing of Initial Public
Offerings in the Chittagong Stock Exchange”.International jurnal of
economic and finance Vol.2, No.4; November 2010
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per Efektif 1 Januari
2017, Jakarta.
Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-6. Yogyakarta:
BPFE.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.
Kartika, Gusti Ayu Sri dan I Made Pande Dwiana Putra.”Faktor-faktor
Underpricing Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.19.3.Juni 2017.
Kristiantari, I Dewa Ayu (2012), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Udayana
Kim, Joeng Bon ,Itzhak Krinsky dan Jason Lee. “The Role of Financial Variables
in the Pricing of Korean IPO”, Pacific Business Finance Journal Vol.3,
1995.
Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt, dan Tery D Warfield. “Intermediate
Accounting”,John wiley and Sons, Inc Volume 2 IFRS edition, 2011.
Kurniawan, Benny. “Analisis pengaruh variabel keuangan dan non keuangan
terhadap return 7 hari setelah Initial Public Offering (IPO)” .2006.
Liu, Xiaoding dan Ritter, Jay.R. “Local Underwriter Oligopolies and IPO
Underpricing”, Journal of financial economics Vol 102 Page 579-601,
2011.
104
Mansur, Mudrik Al dan Imam Ghozali. (2002). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisinis
dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April, 74-88.
Martalena dan Malinda. “Pengantar Pasar Modal”. Penerbit Andi, Yogyakarta,
2011.
Martani dkk. ” Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing And Their Effects
On Earnings Presistence”. World Review of Business Research. Vol. 2.
No. 2Pp. 1 – 15, 2012
Nurhidayati dan Indriantoro, 1998. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Tingkat Underprice Pada Penawaran Saham Perdana di BEJ”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 13 Nomor 1.
Ningrum ,Yunita Tyas Kartika (2015) “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO)”,Artikel
publikasi ilmiah, 2015
Pahlevi, Reza Widhar (2014) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia” Jurnal Siasat Bisnis Vol.18 No.2, 2014
Retnowati, Eka. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Indonesia Periode 2008-2011” Universitas Negeri Semarang Accounting
Analysis Journal 2 (2), 2013.
Reese, William A. “IPO Underpricing, Trading Volume and Investor
Interest”,1998.
Ritter. J.R. 1991. "The Lonq-Run Perfomance of Initial Public Offering", The
Journal of Finance, Volume XLVI Nomor 1. Beatty, R.P. 1989. Auditor
Reputation and The Pricing of IPO. The Accounting Review. Vol LXIV No
4. p 693-707.
Rust, Isak Cornelis. “Factors and characteristics impacting underpricing of Initial
Public Offerings (IPOs) on the Johannesburg Securities Exchange (JSE)”.
Master's Business Management. University of the Free State, 2015.
Sari. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada Penawaran
Umum Perdana di BEI periode 2006-2010”. Jurnal Akuntansi di Penogoro
Vo. 1, 2011.
Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta.
Suad Husnan, 1996. The First Issue Market: The Case of The Indonesia Bull
Market, Badan Penerbit Undip, Semarang
Suyatmin dan Sujadi. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing pada
Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”, Benefit Vol. 10 No.
1, 2006.
105
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Wahyusari, Ayu. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing
Saham saat IPO di BEI Periode 2007-2011”. Accounting Analysis Journal
2 (4), Universitas Negeri Semarang, 2013.
Yasa, Gerianta Wirawan. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 3,
No.2, 2008.
Yolana, Chastina dan Martani Dwi. 2005. Variabel-variabel yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun
1994-2001. Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi VIII. Solo.
www.idx.co.id diakses pada tanggal 09 july 2017 pukul 20.00 WIB
www.ticmi.co.id diakses pada tanggal 10 july 2017 pukul 13.00 WIB
www.yahoofinance.com diakses pada tanggal 09 july 2017 pukul 16.00 WIB
107
LAMPIRAN 1
TINGKAT UNDERPRICING PERUSAHAAN SAMPEL
No. Kode Nama Perusahaan Harga
IR Offering Closing
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 6500 7450 14.615
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 1050 1570 49.524
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 1000 1500 50.000
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 1700 2120 24.706
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 2025 2400 18.519
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 850 1200 41.176
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 585 875 49.573
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 550 825 50.000
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 550 825 50.000
10 HRUM Harum Energi Tbk 5200 5450 4.808
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 1250 1397 11.760
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 1280 1475 15.234
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 1600 1780 11.250
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 730 910 24.658
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 350 520 48.571
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 590 760 28.814
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 1100 1250 13.636
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 300 450 50.000
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 850 1270 49.412
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 275 410 49.091
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 275 410 49.091
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 480 720 50.000
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 1380 1510 9.420
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 350 385 10.000
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 390 490 25.641
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 230 345 50.000
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 2500 2694 7.760
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 140 238 70.000
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 250 340 36.000
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 120 157 30.833
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 580 700 20.690
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 380 435 14.474
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 106 180 69.811
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 103 175 69.903
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 635 700 10.236
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 610 670 9.836
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 260 302 16.154
108
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 260 310 19.231
39 KINO Kino Indonesia Tbk 3800 3850 1.316
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 490 540 10.204
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 1200 1295 7.917
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 6500 6550 0.769
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 365 410 12.329
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 670 720 7.463
45 STAR Star Petrochem Tbk 102 138 35.294
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 330 363 10.000
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 560 570 1.786
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 185 214 15.676
49 GAMA Gading Development Tbk 150 178 18.667
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 210 235 11.905
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 1850 1870 1.081
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 720 730 1.389
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1530 1540 0.654
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 210 220 4.762
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 168 205 22.024
109
LAMPIRAN 2
RETURN ON ASSETS (ROA) PERUSAHAAN PADA SEMPEL
PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan ROA(%)
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 10.316
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 1.349
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 3.585
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 15.819
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 6.312
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 6.043
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 3.578
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 10.633
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 4.943
10 HRUM Harum Energi Tbk 23.743
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 26.635
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 16.492
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 8.712
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 6.438
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 8.608
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 8.479
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 8.825
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 1.088
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 11.555
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 0.915
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 9.648
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 4.240
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 19.022
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 3.195
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 1.397
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 6.195
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 7.642
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 6.234
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 2.467
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 0.545
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 17.151
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 3.036
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 0.131
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 0.278
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 3.805
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 6.396
110
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 4.950
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 4.633
39 KINO Kino Indonesia Tbk 8.191
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 4.622
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 14.578
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 4.832
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 3.198
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 17.063
45 STAR Star Petrochem Tbk 0.364
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 5.051
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 11.514
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 3.822
49 GAMA Gading Development Tbk 0.553
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 7.661
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 3.643
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 9.948
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1.657
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 16.963
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 13.865
111
LAMPIRAN 3
RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN PADA SEMPEL
PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan ROE(%)
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 20.533
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 8.164
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 11.492
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 17.946
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 15.237
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 11.434
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 4.494
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 12.844
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 6.440
10 HRUM Harum Energi Tbk 35.847
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 45.992
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 22.954
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 14.506
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 10.069
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 10.477
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 14.485
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 14.839
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 1.649
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 23.908
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 2.714
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 20.501
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 11.916
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 25.402
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 5.707
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 4.018
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 15.128
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 17.703
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 12.802
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 7.071
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 0.725
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 15.462
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 12.657
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 0.166
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 1.646
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 4.573
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 10.147
112
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 8.558
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 8.910
39 KINO Kino Indonesia Tbk 14.805
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 8.572
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 22.366
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 6.955
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 6.281
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 27.271
45 STAR Star Petrochem Tbk 0.536
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 6.179
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 12.655
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 8.003
49 GAMA Gading Development Tbk 0.664
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 16.008
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 12.850
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 14.837
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 3.620
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 18.968
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 18.911
113
LAMPIRAN 4
DEBT TO EQUITY RATIO (DER) PERUSAHAAN PADA SEMPEL
PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan DER(%)
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 99.038
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 504.972
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 220.564
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 13.444
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 133.278
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 87.783
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 25.609
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 20.787
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 27.827
10 HRUM Harum Energi Tbk 40.256
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 72.672
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 39.180
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 66.503
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 56.396
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 21.720
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 70.832
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 68.150
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 51.544
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 106.915
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 196.474
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 112.489
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 181.003
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 33.538
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 78.586
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 187.739
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 144.203
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 131.667
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 105.376
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 186.604
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 33.052
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 12.419
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 316.838
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 21.854
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 492.623
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 17.604
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 58.661
114
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 72.886
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 91.971
39 KINO Kino Indonesia Tbk 80.749
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 85.460
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 53.427
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 43.935
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 89.057
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 59.822
45 STAR Star Petrochem Tbk 47.147
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 22.335
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 9.909
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 109.422
49 GAMA Gading Development Tbk 20.093
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 105.744
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 252.749
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 41.165
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 118.471
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 11.808
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 36.393
115
LAMPIRAN 5
EARNING PER SHARE (EPS) PERUSAHAAN PADA SEMPEL
PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan EPS
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 336.000
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 99.000
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 101.180
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 39.000
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 83.800
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 81.000
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 24.000
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 59.000
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 40.000
10 HRUM Harum Energi Tbk 323.410
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 268.000
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 253.000
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 146.000
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0.008
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 26.000
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 40.000
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 115.000
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 1.795
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 210.000
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 4.100
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 62.000
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 34.000
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 92.000
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 13.000
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 14.000
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 0.003
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 220.000
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 0.002
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 21.000
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 0.840
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 27.000
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 38.000
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 0.280
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 5.470
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 0.060
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 26.000
116
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10.430
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 17.000
39 KINO Kino Indonesia Tbk 234.000
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 33.850
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 96.930
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 115.850
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 20.000
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 91.000
45 STAR Star Petrochem Tbk 1.060
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 13.650
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 37.000
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 13.000
49 GAMA Gading Development Tbk 0.820
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 34.000
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 101.820
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 83.830
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 12.400
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 29.580
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 35.770
117
LAMPIRAN 6
UKURAN PERUSAHAAN PADA SEMPEL PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan Total Aset
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT Rp 7,171,511,050,266
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk Rp 7,411,393,000,000
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk Rp 2,137,499,950,786
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk Rp 3,719,816,000,000
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk Rp 5,176,442,000,000
6 KRAS Krakatau Steel Tbk Rp 17,584,059,000,000
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk Rp 3,204,321,000,000
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk Rp 918,617,353,270
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk Rp 1,575,467,891,720
10 HRUM Harum Energi Tbk Rp 3,470,174,000,000
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk Rp 2,155,203,000,000
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk Rp 1,381,126,000,000
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk Rp 2,801,281,000,000
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk Rp 80,949,094,000,000
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT Rp 70,005,131,296
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT Rp 3,802,332,940,158
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk Rp 25,510,399,000,000
18 VIVA Visi Media Asia Tbk Rp 2,417,560,679,000
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk Rp 1,625,319,000,000
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk Rp 1,114,803,473,543
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk Rp 329,229,682,963
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk Rp 1,246,487,693,000
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT Rp 1,856,555,123,000
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk Rp 1,793,599,273,996
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk Rp 2,108,998,307,963
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk Rp 129,398,245
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk Rp 1,298,358,202,545
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk Rp 101,315,626
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk Rp 673,612,869,119
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT Rp 864,069,041,042
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Rp 2,366,910,000,000
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk Rp 8,366,244,088,038
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT Rp 1,317,074,896,137
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk Rp 26,219,938,000,000
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk Rp 20,096,121,017,000
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk Rp 570,082,177,769
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk Rp 326,619,954,340
118
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk Rp 882,189,671,288
39 KINO Kino Indonesia Tbk Rp 3,211,234,658,570
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk Rp 13,734,267,485,212
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk Rp 847,811,330,225
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk Rp 1,824,046,090,679
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk Rp 7,564,619,668,057
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Rp 3,701,917,491,000
45 STAR Star Petrochem Tbk Rp 718,569,000,000
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT Rp 399,336,626,636
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk Rp 2,711,416,335,000
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk Rp 259,288,439,966
49 GAMA Gading Development Tbk Rp 1,233,713,600,734
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk Rp 2,219,000,000,000
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk Rp 5,921,055,000,000
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk Rp 4,314,284,667,000
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk Rp 4,939,425,000,000
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk Rp 8,007,121,008,539
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk Rp 431,872,162,507
119
LAMPIRAN 7
UMUR PERUSAHAAN PADA SEMPEL PENELITIAN
No. Kode Nama Perusahaan Tanggal
IPO
Tanggal
Didirikan Umur
1 BIRD Blue Bird Tbk, PT 11/05/2014 29/03/2001 13
2 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 08/03/2010 02/06/2008 2
3 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 14/07/2015 28/11/2007 8
4 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk 24/03/2015 00/01/1900 20
5 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 10/26/2010 08/11/2004 6
6 KRAS Krakatau Steel Tbk 11/10/2010 27/10/1971 39
7 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 12/06/2015 23/08/2010 5
8 BOLT Garuda Metalindo Tbk 07/07/2015 15/03/1982 33
9 DPUM Dua Putra Utama Makmur Tbk 08/12/2015 09/05/2012 3
10 HRUM Harum Energi Tbk 10/06/2010 12/10/1995 15
11 IBST Inti Bangunan Sejahtera Tbk 31/08/2012 28/04/2006 6
12 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk 10/12/2015 21/10/1977 38
13 MBSS Mitrabahtera Segara Seati Tbk 04/06/2011 24/03/1994 17
14 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 01/02/2012 24/03/2006 6
15 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT 07/07/2010 28/11/1995 15
16 WTON Wijaya Karya Beton Tbk, PT 08/04/2014 11/03/1997 17
17 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 06/09/2011 12/08/1992 19
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 11/21/2011 08/11/2004 7
19 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk 27/06/2013 17/09/1975 38
20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 11/30/2010 28/06/2007 3
21 KRAH PT Grand Kartech Tbk 08/11/2013 18/08/1990 23
22 MLPT PT Multipolar Technology Tbk 08/07/2013 28/12/2001 12
23 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk, PT 11/04/2014 25/02/2008 6
24 DYAN PT Dyandra Media International Tbk 25/03/2013 24/07/2007 6
25 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 12/11/2012 17/12/1999 13
26 TPMA PT Trans Power Marine Tbk 20/02/2013 24/01/2005 8
27 ACST PT Acset Indonusa Tbk 24/06/2013 10/01/1995 18
28 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk 16/06/2016 01/01/1989 27
29 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk 12/21/2011 04/10/1993 18
30 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT 04/11/2011 20/05/1991 20
31 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 18/12/2013 18/03/1975 38
32 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 19/11/2012 01/01/1961 51
33 TARA Sitara Propertindo Tbk, PT 07/11/2014 28/07/2006 8
34 BOGA Bintang Oto Global Tbk 19/12/2016 29/09/2011 5
35 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 12/09/2010 06/08/2003 7
36 RANC Supra Boga Lestari Tbk 07/06/2012 28/05/1997 15
37 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10/07/2012 03/06/1997 15
120
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 07/12/2010 15/12/2000 10
39 KINO Kino Indonesia Tbk 11/12/2015 08/02/1999 16
40 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 20/09/2016 07/10/2014 2
41 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk 28/09/2016 27/11/2002 14
42 PRDA Prodia Widyahusada Tbk 07/12/2016 07/05/1973 43
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk 11/11/2010 30/07/2004 6
44 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 12/12/2013 22/11/1995 18
45 STAR Star Petrochem Tbk 07/13/2011 19/05/2008 3
46 CINT Chitose Internasional Tbk, PT 06/27/2014 15/06/1978 36
47 SMBR PT Semen Baturaja Tbk 28/06/2013 14/11/1974 39
48 MTRA Mitra Pemuda Tbk 10/02/2016 21/08/1980 36
49 GAMA Gading Development Tbk 11/07/2012 18/12/2003 9
50 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 07/09/2010 24/03/1995 15
51 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk 14/06/2013 29/09/1980 33
52 EMTK Elang Mahkota Teknologi. Tbk 12/01/2010 03/08/1983 27
53 MSKY MNC Sky Vision Tbk 09/07/2012 08/08/1988 24
54 DMAS Puradelta Lestari Tbk 29/05/2015 12/11/1993 22
55 NELY Pelayaran Nelly Dwi putri Tbk 11/10/2012 05/02/1977 35
121
LAMPIRAN 8
HASIL DATA YANG TELAH DIOLAH MENGGUNAKAN EVIEWS 9
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: EQ01
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 8.769606 (7,41) 0.0000
Cross-section Chi-square 50.335453 7 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: UNDP
Method: Panel Least Squares
Date: 11/15/17 Time: 22:28
Sample: 2010 2016
Periods included: 7
Cross-sections included: 8
Total panel (unbalanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.957599 0.352614 2.715712 0.0092
LNROA -0.067082 0.038707 -1.733085 0.0895
ROE 0.296619 0.562726 0.527111 0.6005
DER 0.041981 0.024799 1.692832 0.0970
EPS -0.000287 0.000402 -0.715369 0.4778
SIZE -0.033187 0.010415 -3.186486 0.0025
AGE -0.001927 0.001926 -1.000271 0.3222
R-squared 0.396626 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.321204 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.165471 Akaike info criterion -0.641623
Sum squared resid 1.314279 Schwarz criterion -0.386144
Log likelihood 24.64462 Hannan-Quinn criter. -0.542827
F-statistic 5.258777 Durbin-Watson stat 0.924792
Prob(F-statistic) 0.000313
122
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: EQ01
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 13.433236 6 0.0366
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LNROA -0.086723 -0.077206 0.000112 0.3678
ROE 0.501015 0.399981 0.013102 0.3774
DER 0.025057 0.029590 0.000015 0.2347
EPS -0.000821 -0.000650 0.000000 0.0647
SIZE -0.037161 -0.036796 0.000006 0.8859
AGE 0.000380 -0.000400 0.000000 0.1436
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: UNDP
Method: Panel Least Squares
Date: 11/15/17 Time: 22:29
Sample: 2010 2016
Periods included: 7
Cross-sections included: 8
Total panel (unbalanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.995902 0.307025 3.243711 0.0023
LNROA -0.086723 0.032238 -2.690037 0.0103
ROE 0.501015 0.436700 1.147276 0.2579
DER 0.025057 0.018599 1.347191 0.1853
EPS -0.000821 0.000318 -2.582661 0.0135
SIZE -0.037161 0.008523 -4.360174 0.0001
AGE 0.000380 0.001599 0.237490 0.8135
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.758385 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.681775 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.113298 Akaike info criterion -1.302267
Sum squared resid 0.526290 Schwarz criterion -0.791310
123
Log likelihood 49.81235 Hannan-Quinn criter. -1.104676
F-statistic 9.899324 Durbin-Watson stat 1.981090
Prob(F-statistic) 0.000000
Dependent Variable: UNDP
Method: Panel Least Squares
Date: 11/15/17 Time: 22:29
Sample: 2010 2016
Periods included: 7
Cross-sections included: 8
Total panel (unbalanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.995902 0.307025 3.243711 0.0023
LNROA -0.086723 0.032238 -2.690037 0.0103
ROE 0.501015 0.436700 1.147276 0.2579
DER 0.025057 0.018599 1.347191 0.1853
EPS -0.000821 0.000318 -2.582661 0.0135
SIZE -0.037161 0.008523 -4.360174 0.0001
AGE 0.000380 0.001599 0.237490 0.8135
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.758385 Mean dependent var 0.252302
Adjusted R-squared 0.681775 S.D. dependent var 0.200842
S.E. of regression 0.113298 Akaike info criterion -1.302267
Sum squared resid 0.526290 Schwarz criterion -0.791310
Log likelihood 49.81235 Hannan-Quinn criter. -1.104676
F-statistic 9.899324 Durbin-Watson stat 1.981090
Prob(F-statistic) 0.000000
124
Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 11/13/17 Time: 20:39
Sample: 2010 2016
Included observations: 55
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 0.094265 403.8960 NA
LNROA 0.001039 45.36660 4.230400
ROE 0.190707 17.66788 4.859813
DER 0.000346 2.700167 1.276264
EPS 1.01E-07 4.306355 2.256732
SIZE 7.26E-05 247.1877 1.163796
AGE 2.56E-06 5.082668 1.549086
Uji Heteroskedastisitas
Test for Equality of Variances of RESID02
Categorized by values of DATEID
Date: 11/13/17 Time: 20:41
Sample: 2010 2016
Included observations: 55
Method df Value Probability
Bartlett 6 3.949016 0.6836
Levene (6, 48) 0.702575 0.6489
Brown-Forsythe (6, 48) 0.599480 0.7293