1
PENITIPAN BARANG PUSAKA DI MUSEUM NEGERI JAMBI
DITINJAU DARI FIQH MUAMALAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Syariah
Disusun Oleh:
CHAIRUL
SHE162044
Pembimbing:
Drs. A. Faruk, MA
Neni Triana, SE., M.Si
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1442 H/2020 M
MOTTO
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
Amat zalim dan Amat bodoh,1
1 Al-Quran Dan Terjemahan
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah syukur yang tiada henti-hentinya kepada Allah, Tuhan pemilik alam
semesta raya yang selalu memudahkan jalan sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini...
Teruntuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta yang namanya selalu disebut dalam do’a,
semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah. Terima kasih yang tidak terhingga
telah rela membesarkan dan mendidik ananda menjadi pribadi yang mandiri. Doakan
selalu ananda dapat membahagiakan dan sukses baik di dunia maupun di akhirat...
Teruntuk keluarga besar yang sudah mau membantu dan memberikan dukungan
baik secara moril maupun materil, semoga Allah balas dengan yang setimpal atas
kebaikannya...
Teruntuk adik-adikku yang dalam penulisan ini masih berjuang dengan pendidikan,
semoga sukses selalu, jangan pernah menyerah...
Teruntuk teman-teman seperjuangan, Hukum Ekonomi Syariah lokal A angkatan
2016 yang sudah lulus maupun yang masih berjuang, semangat dan sukses selalu...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana dalam
menyelesaikan skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan,
sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan baik. Di samping itu, tidak lupa
pula iringan shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, Semoga kita termasuk umat beliau yang dinaungi syafaat nya
di yaumil mahsyar kelak, Aamiin Ya Robbal „Alamiin..
Skripsi ini diberi judul “Titipan Benda Pusaka Di Museum Negeri Jambi
Ditinjau Dari fiqh muamalah” merupakan suatu tinjauan hukum Islam apakah
sudah sesuai atau belum titipan benda pusaka di museum itu dan bagaimana upaya
yang dilakukan Museum negeri jambi dalam pelestarian benda tersebut. Dan
inilah yang dibahas dalam skripsi ini.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit hambatan
dan rintangan yang penulis hadapi baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing serta doa yang tiada henti
dari kedua orang tua tercinta, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA., Ph.D, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim,M.A,M.I.R, Ph.D , Dr. Ruslan Abdul Gani,S.H., M.H, dan
Dr. Ishaq, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Rasito, S.H., M.Hum dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H., M.Sy, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.
5. Bapak Drs. A. Faruk, MA dan Ibu Neni Triana, SE., M.Si, selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh staff karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita
memohon ampun, kepada manusia kita mohon maaf. Semoga menjadi pemberat
amal kebaikan kita di akhirat, Amin.
Jambi, Maret 2021
Penulis
CHAIRUL
ABSTRAK
Chairul. SHE.162044. Titipan Benda Pusaka Di Museum Negeri Jambi
Ditinjau Dari Fiqh Muamalah
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui yang namanya titipan dalam islam
disebut dengan wadiah. Wadiah yaitu titipan murni dari satu pihak kepihak
lain,baik individu maupun badan hukum.Titipan pada dasar nya merupakan akad
yang bersifat sosial,dan bukan bersifat konmersil.akad titipan ini berdiri
berdasarkan kasih sayang dan tolong menolong, sehingga tidak mengharuskan
adanya imbalan dalam menjaga titipan tersebut. Skripsi ini bertujuan yaitu: (1)
menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi titipan benda pusaka dimuseum
negeri jambi. (2) mengetahui prosedur penitipan benda pusaka berdasarkan fiqh
muamalah. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun lokasi penelitian yang dilakukan bertempat dikantor sekretariat Museum
Negeri Jambi yang beralamat di Jl. Jendral Urip Sumoharjo, Sungai Putri, Kec.
Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36124. Dan mewawancarai beberapa pegawai
bagian pengelolaan barang dan bagian bimbingan tamu kunjungan. Hasil
penelitian yang diperoleh penulis. Sebagaimana mestinya dalam sebuah perjanjian
untuk menitipkan benda pusaka kedalam musium siginjai jambi tidak adanya
sebuah syarat yang berat, mengenai proses mendapatkan yang berawal dari pihak
penitip menitipkan benda tersebut kepada musium negri jambi, kemudian pihak
musium memberikan surat perjanjian yang disaksikan beberapa orang saksi.
Selanjutnya, dari proses mendapatkan benda pusaka pada musium tersebut bila
dilihat dari perspektif fiqh muamalah telah mengikuti prosedur penitipan benda
pusaka yang ada dalam syariat Islam.dimana rukun rukun itu telah disebutkan
sebelumnya yaitu adanya para pihak yang merupakan pihak penitip dan pemberi
penitip, kemudian adanya benda atau barang yang dititipkan dan adanya
perjanjian antara kedua belah pihak yang menyetujui suatu perjanjian tersebut.
Upaya yang harus dilakukan oleh pihak museum adalah meningkatkan kualias
penjagaan, perawatan serta pelestarian dengan mengikuti pelatihan bagi staf untuk
bisa mendapatkan pengetahuan pemeliharaan, pemanfaatan benda dengan baik
dan benar. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk koleksi agar dapat bertahan
lama.
Kata Kunci : Titipan, Benda Pusaka, Museum, Fiqh muamalah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...................................................... 4
D. Kerangka Teori................................................................................ 4
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 16
F. Pemikiran Terdahulu ..................................................................... 17
G. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 19
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian ....................................................................... 20
B. Jenis Dan Sumber Data ................................................................. 20
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 22
E. Trigulasi Data ................................................................................ 23
F. Metode Analisis Data .................................................................... 23
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Museum Negeri Jambi ...................................................... 26
B. Arsitektur Bangunan Museum Negeri Jambi ................................. 27
C. Visi Dan Misi Museum Negeri Jambi ............................................ 28
D. Struktur Dan Tugas Pokok Organisasi Museum Negeri Jambi ..... 29
E. Tugas Dan Fungsi Museum Negeri Jambi ..................................... 33
F. Sarana Dan Prasarana Museum Negeri Jambi ............................... 35
G. Jenis Benda Yang Di Titipkan ....................................................... 38
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Titipan Benda Pusaka Di
Museum Negeri Jambi .................................................................. 42
B. Prosedur Penitipan Benda Pusaka Di Museum Negeri Jambi
Berdasarkan Fiqh Muamalah ........................................................ 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 49
B. Saran-Saran ................................................................................... 50
C. Penutup .......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN GAMBAR
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel.1 : Sarana Khusus Museum Negeri Jambi Tahun 2021
Tabel.2 : Prasarana Umum Museum Negeri Jambi Tahun 2021
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 : proses atau prosedur penitipan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala sesuatu yang ada dibumi merupakan ciptaan Allah SWT yang dapat
diambil hikmah dan manfaatnya bagi makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, termasuk manusia. Manusia diperintahkan untuk mencari rezeki yang
halal dari berbagai bentuk karunia Allah yang ada dibumi. Sebagaimana firman
Allah SWT :2
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.3
Islam adalah agama yang praktis, mengajarkan segala yang baik dan
bermanfaat bagi manusia. dengan tidak mempermasalahkan soal waktu, tempat
atau tahap-tahap perkembangan dari zaman ke zaman. Islam memandang bahwa
hidup manusia di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari perjalanan hidup manusia.
Maka dari itu Islam mengajarkan cara ber-muamalat yang baik kepada umatnya,
salah satunya adalah cara simpan menyimpan harta.4
2 Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Marketing Management, Cetakan Pertama, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2017), hlm. 1.
3 Al-jumu’ah (62): 10 4 Syaikh Abdullah bin Ibrahim, hlm42
Allah menjadikan manusia sebagai mahluk sosial agar kita saling tolong
menolong dalam segala urusan dan dalam masyarakat sosial dimana kita akan
saling berhubungan satu dan yang lainnya. Manusia dituntut agar dapat
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang mengandung nilai ibadah begitu pula
hendaknya dalam bermuamalah kita harus jujur, adil, dan tidak merugikan orang
lain.5
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui yang namanya titipan
dalam islam disebut dengan wadiah. Wadiah yaitu titipan murni dari satu pihak
kepihak lain,baik individu maupun badan hukum.Titipan pada dasar nya
merupakan akad yang bersifat sosial,dan bukan bersifat konmersil.akad titipan ini
berdiri berdasarkan kasih sayang dan tolong menolong,sehingga tidak
mengharuskan adanya imbalan dalam menjaga titipan tersebut.
Ulama sepakat bahwa konsep titipan berdasarkan prinsip kepercayaan ,
bukan prinsip penggantian. Artinya ,ketika asset titipan mengalami kerusakan
yang di sebabkan bukan karena kelalaian penerima titipan ,maka tidak
berkewajiban menggantikan nya.berbeda ketika ia ceroboh maka wajib digantikan
nya. Selain itu penerimaa titipan berkewajiban mengembalikan Asset apabila
sipemilik asset ingin mengambilnya dengan tanda bukti surat yang telah dibuat
oleh pihak museum dengan kesepakatan bersama, dan jika sipenitip meninggal
maka ahli waris berhak dengan benda titipan tersebut dengan syarat surat tanda
5 Skripsi mariatul Ulia, titipan benda pustaka dalam perpektif fiqh muamalah pada
musium perjuangan jambi thn, 2013.
bukti tidak hilang dan ahli waris boleh mau dijual atau diambil kembali atau
hibahkan.6
Transaksi wadiah atau (penitipan) ini asalnya dibolehkan yakni semua
orang bebas memilih apa yang akan dilakukan untuk menjaga harta miliknya.
Namun terkadang hukum penitip harta milik menjadi wajib, apabila barang
tersebut tak mampu dan tidak bisa menjaganya, menghilangkan atau khawatir
menjadi rusak, sehingga ia mencari orang yang dapat menjaganya. Titipan yang
sering terjadi dimusium siginjai jambi disebabkan karna sipenitip merasa dirinya
atau pun keluaraganya tidak mampu menyimpan barang tersebut, karna dianggap
keramat,antik dan berusia tua dan mempunyai keunikan tersendiri, akan tetapi ada
juga yang menitipkan karena takut barang tersebut menjadi rebutan
dikeluarganya.
Adapun proses penjanjian dalam proses benda pusaka pada museum
siginjai tidakdiberatkan persyaratan nya hanya perlu pihak penitip menerima surat
perjanjian berupa catatan tertulis yang di hadiri beberapa orang saksi dan di
setujui kepala museum siginjai jambi.
Hal mendasar kami dalam melakukan penelitian ini yaitu bagaimana kami
memandang sebuah proses terjadi nya benda pusaka hingga berakhir nya benda
titipan di museum siginjai jambi .untuk mengetahui masalah ini lebih lanjut maka
penulis tertarik mengambil tema dengan judul “Titipan Benda Pusaka Di
Museum Negeri Jambi Ditinjau Dari Fiqh Muamalah”.
6 Kamus.tokopedia.com
B. Rumusan masalah
1. Apa faktor faktor yang mempengaruhi penitipan benda pusaka di museum
negeri jambi?
2. Bagaimana prosedur penitipan benda pusaka di museum negeri jambi di tinjau
dari fiqh muamalah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi penitipan benda pusaka di
museum negeri jambi
2. Untuk mengetahui prosedur penitipan benda pusaka di museum negeri jambi
berdasarkan fiqh muamalah
D. Manfaat penelitian
1. Menambah wawasan bagi penulis mengenai titipan benda pusaka dalam
perspektif islam
2. Agar pegawai yang berada di museum siginjai mengenal tentang akad apakah
sesuai dengan perspektif fiqh muamalah yang selama ini dilakukan.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan rujuan bacaan untuk mahasiswa yang
membacanya
E. Kerangka Teori
1. Pengertian al-wadiah
Wadi‟ah berasal dari akar kata Wada‟a, yang sinonimnya Taraka, artinya:
meninggalkan. Sesuatu yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk
dijaga dinamakan wadi‟ah, karena sesuatu (barang) tersebut ditinggalkan disisi
orang yang dititipi.Wadi‟ah (petaruh) ialah menitipkan suatu barang kepada orang
lain agar dia dapat memelihara dan menjaganya sebagaimana mestinya.
Menurut ulama Hanafiah defenisi wadi`ah adalah sebagai berikut,
Wadi`ah menurut syara` adalah pemberian kuasa oleh seorang kepada orang
lain untuk menjaga hartanya baik dengan lafal yang tegas (sharih) atau lafal yang
tersirat (dilala).7
Menurut kitab UU Hukum Perdata Islam pasal 763 yang dimaksud dengan
barang titipan (wadi‟ah) adalah barang yang diserahkan kepada orang tertentu
agar menyimpannya dengan baik dan amanah.Secara umum, wadi‟ah adalah
titipan murni dari pihak penitip yang mempunyai barang/aset kepada pihak
penyimpan yang diberi amanah/ kepercayaan, baik individu maupun badan
hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian,
keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja penyimpan
menghendaki.
Secara EtimologiAl-Wadi‟ah berarti titipan murni (amanah).Wadiah bermakna
amanah.Wadiah dikatakan bermakna amanah karena Allah menyebut wadiah
dengan kataamanah dibeberapa ayat Al-Qur‟an.8
Secara Terminologi Hanafiyah : Memberikan wewenang kepada orang lain
untuk menjaga hartanya.Sedangkan menurut Malikiyah, Syafi‟iyah, Hanabilah
Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.
Wadiah secara istilah adalah akad seseorang kepada pihak lain dengan
menitipkan suatu barang untuk dijaga secara layak (menurut kebiasaan). Dalam
7 Sahid sabiq, Fiqh As-sunnah, Juz3. Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan III, 1981, hlm 163
8M.Syafi‟I Antonio,Islamic Banking(Jakarta:Gema insani,2001),hlm 155.
Ensiklopedi Hukum Islam Wadiah secara bahasa bermakna meninggalkan atau
meletakkan, yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau
dijaga. Sedangkan secara istilah adalah Memberikan kekuasaan kepada orang lain
untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan atau
dengan isyarat yang semakna dengan itu.Singkatnya, Wadiahjugabiasa
diartikantitipan, Dari pengertian ini maka dapat dipahami bahwa apabila ada
kerusakan pada benda titipan, padahal benda tersebut sudah dijaga sebagaimana
layaknya,
maka si penerima titipan tidak wajib menggantinya, tapi apabila kerusakan itu
disebabkan karena kelalaiannya, maka ia wajib menggantinya. Dengan demikian
akad wadi‟ah ini mengandung unsur amanah, kepercayaan (trusty). Dengan
demikian, prinsip dasar wadi‟ah adalah amanah.
2. Rukun dan Syarat Wadiah
a. Landasan hukum
Ulama fikih sependapat, bahwa wadi‟ah adalah sebagai salah satu akad dalam
rangka tolong menolong antara sesama manusia. Sebagai landasannya firman
allah di dalam al-quran.
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanaya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.
Dasar dari ijma‟, yaitu ulama sepakat diperbolehkannya wadi‟ah. Ia termasuk
ibadah sunnah. Dalam kitab Mubdi disebutkan : “ijma‟ dalam setiap masa
memperbolehkan wadi‟ah. Dalam kitab Ishfah disebutkan: ulama sepakat bahwa
wadi‟ah termasuk ibadah sunnah dan menjaga barang titipan itu mendapatkan
pahala.
b. Rukun Wadi’ah
Menurut ulama ahli fiqh imam abu hanafi mengatakan bahwa rukun wadi‟ah
hanyalah ijab dan qobul[.Namun menurut jumhur ulama mengemukakan bahwa
rukun wadi‟ah ada tiga yaitu:
1. Orang yang berakad
2. Barang titipan
3. Sighah, ijab dan kobul
c. Syarat Wadi’ah
Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi‟, wadii‟,dan wadi‟ah.
Muwaddi‟ dan wadii‟ mempunyai persyaratan yang sama yaitu harus balig,
berakal dan dewasa. Sementara wadi‟ah disyaratkan harus berupa suatu harta
yang berada dalam kekuasaan/tangannya secara nyata.
1. Syarat-syarat benda yang dititipkan.
2. Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa disimpan. Apabila
benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung di udara atau benda yang
jatuh ke dalam air, maka wadi‟ah tidak sah apabila hilang, sehingga tidak wajib
mengganti.
3. Syafi‟iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda
yang mempunyai nilai atau qimah dan dipandang sebagai maal, maupun najis.
Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk berburu atau menjaga keamanan.
Apabila benda tersebut tidak memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada
manfaatnya, maka wadi‟ah tidak sah.
4. Syarat Shigat
Sighat adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus dinyatakan
dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas (sharih) dan adakalanya
dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan bahwa lafal dengan kinayah
harus dengan disertai niat. Contoh : lafal yang sharih: “Saya titipkan barang ini
kepada anda”. Sedangkan lafal sindiran “berikan kepadaku mobil ini”. Pemilik
mobil menjawab:” saya berikan mobil ini kepada anda”. Kata “berikan”
mengandung arti hibah dan wadiah (titipan).
3. Syarat orang yang menitipkan (al-mudi’)
Syarat orang yang menitipkan adalah sebagai berikut:
1. Berakal
2. Baligh. Wadiah tidak sah apabila dilakukan dengan anak yang belum baligh.
Tetapi menurut Hanafiah, baligh tidak menjadi syarat wadiah sehingga wadiah
hukumnya sah apabila dilakukan dengan anak mumayyiz dengan persetujuan
dari walinya.
3. Syarat orang yang dititipi (al-muda‟)
4. Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh Jumhur ulama. Akan tetapi, Hanafiah
tidak menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang yang dititipi, melainkan
cukup ia sudah mumayyiz.
5. Malikiyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat,
mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya,
4. Hukum menerima benda titipan
Menurut keadaannya, hukum menerima wadi‟ah ada empat. Yaitu :
a) Wajib
Bagi orang yang sanggup diserahi(dititipi) oleh orang lain dan hanya dia satu-
satunya orang yang dipandang sanggup, maka hukumnya wajib. Begitu juga,
apabila orang yang menitipi itu dalam keadaan darurat.
b) Sunnah
Bagi orang yang merasa sanggup diserahi suatu amanat, sehingga ia dapat
menjaga barang yang diamanatkan dengan sebaik-baiknya.
c) Makruh
Bagi orang yang sanggup, tetapi tidak percaya terhadap dirinya sendiri, apakah ia
mampu menjaga amanat itu dengan baik atau tidak, sehingga dimungkinkan ia
tidak dapat mempertanggung jawabkannnya.
d) Haram
Bagi orang yang benar-benar tidak sanggup untuk diserahi suatu amanat.
5. Macam macam wadiah
a. Wadi‟ah yad al-amanah (Trustee Defostery)
Al- wadi‟ah Yad Al-Amanah, yaitu titipan barang/harta yang dititipkan oleh pihak
pertama (penitip) kepada pihak lain (bank) untuk memelihara (disimpan)
barang/uang tanpa mengelola barang/ harta tersebut. Dan pihak lain (bank)
tidak dibebankan terhadap kerusakan atau kehilangan pada barang/harta titipan
selama hal tersebut. Aplikasinya di perbankan yaitu: safe deposit box.
Wadi‟ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan.
2. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya.
3. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan
biaya kepada yang menitipkan.
4. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini
adalah jasa penitipan atau safe defosit box.
b. Wadi‟ah yad adh-dhamanah (Guarantee Depository)
Wadi‟ah ini merupakan titipan barang/harta yang dititipkan oleh pihak
pertama (nasabah) kepada pihak lain (bank) untuk memelihara barang/harta
tersebut dan pihak lain (bank) dapat memanfaatkan dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat si
pemilik menghendaki. Konsekuensinya jika uang itu dikelola pihak lain (bank)
dan mendapat keuntungan, maka seluruh keuntungan menjadi milik pihak lain
(bank) dan bank boleh memberikan bonus atau hadiah pada pihak pertama
(nasabah) dengan dasar tidak ada perjanjian sebelumnya. Aplikasinya di
perbankan yaitu : tabungan dan giro tidak berjangka.
Wadi‟ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a). Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang
menerima titipan.
b) Karena dimanfaatkan,barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima
titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip.
c). Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini.
6. Syarat-syarat Shigat
Shigat akad adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus
dinyatakan dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas (sharih) dan
adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan bahwa lafal dengan
kinayah harus disertai dengan niat. Contoh lafal yang sharih: “saya titipkan
barang ini kepada anda”. Sedangkan contoh lafal sindiran (kinayah): Seseorang
mengatakan, “Berikan aku mobil ini”. Pemilik mobil menjawab: “Saya berikan
mobil ini kepada anda”. Kata “berikan” mengandung arti hibah dan wadi‟ah
(titipan). Dalam konteks ini arti yang paling dekat adalah “titipan”. Contoh ijab
dengan perbuatan: Seseorang menaruh sepada motor di hadapan seseorang tanpa
mengucapkan kata-kata apapun. Perbuatan tersebut menunjukkan penitipan
(wadi‟ah). Demikian pula qabul kadang-kadang dengan lafal yang tegas (sharih),
seperti: “Saya terima” dan adakalanya dengan dilalah (penunjukan), misalnya
sikap diam ketika barang ditaruh di hadapannya.
Menyatakan bahwa lafal dengan kinayah harus disertai dengan niat. Contoh
lafal yang sharih: “saya titipkan barang ini kepada anda”. Sedangkan contoh
lafal sindiran (kinayah): Seseorang mengatakan, “Berikan aku mobil ini”. Pemilik
mobil menjawab: “Saya berikan mobil ini kepada anda”. perbuatan. Ucapan
adakalanya tegas (sharih) dan ada kalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah
Kata “Shigat akad adalah ijab dan qabul . Syarat shigat adalah ijab harus
dinyatakan dengan ucapan atau berikan” mengandung arti hibah
dan wadi‟ah (titipan). Dalam konteks ini arti yang paling dekat adalah “titipan”.
Contoh ijab dengan perbuatan: Seseorang menaruh sepada motor di hadapan
seseorang tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Perbuatan tersebut menunjuk kan
penitipan (wadi‟ah). Demikian pula qabul kadang-kadang dengan lafal yang
tegas (sharih), seperti: “Saya terima” dan ada kalanya
dengan dilalah (penunjukan), misalnya sikap diam ketika barang ditaruh di
hadapannya.
7. Syarat Orang yang Menitipkan (al-Mudi’)
Syarat orang yang menitipkan adalah sebagai berikut.
1) Berakal. Dengan demikian, tidak sah wadi‟ah dari orang gila dan anak yang
belum berakal.
2.) Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh Syafi‟iyah.Dengan demikian menurut
Syafi‟iyah, wadi‟ah tidak sah apabila dilakukan oleh anak yang belum baligh
(masih di bawah umur).Tetapi menurut Hanafiyah baligh tidak menjadi
syarat wadi‟ah sehingga wadi‟ah hukumnya sah apabila dilakukan oleh
anakmumayyiz dengan persetujuan dari walinya atau washiy-nya.
Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa Malikiyah
memandang wadi‟ah sebagai salah satu jenis wakalah, hanya khusus dalam
menjaga harta. Dalam kaitan dengan syarat orang yang menitipan (mudi‟) sama
dengan syarat orang mewakilkan (mukil), yaitu:
1) Baligh,
2) Berakal, dan
3) Cerdas.
Apabila dikaitkan dengan definisi yang kedua, yang menganggap wadi‟ah hanya
semata-mata memindahkan hak menjaga harta kepada orang yang dititipi, maka
syarat orang yang menitipkan (mudi‟) adalah ia harus membutuhkan jasa
penitipan.9
8. Syarat Orang yang Dititipi (Al-Muda’)
Syarat orang yang dititipi (muda‟) adalah sebagai berikut
1). Berakal.
9http://pendidikan.blogspot.com/2011/04/wadiah-titipan.html,akses1april2013.
Tidak sah wadi‟ah dari orang gila dan anak yang masih di bawah umur.Hal ini
dikarenakan akibat hukum dari akad ini adalah kewajiban menjaga harta,
sedangkan orang yang tidak berakal tidak mampu untuk menjaga barang yang
dititipkan kepadanya.
2). Baligh.
Syarat ini dikemukakan oleh jumhur ulama. Akan tetapi, Hanafiyah tidak
menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang yang dititipi, melainkan cukup ia
sudah mumayyiz.10
Malikiyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat mampu
menjaga barang yang dititipkan kepadanya.
9. Status Wadi’ah
Para ulama mazhab sepakat bahwa wadi‟ah merupakan perbuatan qurbah
(pendekatan diri kepada Allah) yang dianjurkan, dan dalam menjaga harta yang
dititipkan diberikan pahala. Titipan tersebut semata-mata merupakan amanah
(kepercayaan) bukan bersifat madhmumah (ganti rugi), sehingga orang yang
dititipi tidak dibebani ganti kerugian kecuali karena melampaui batas (ta‟addi)
atau teledor (taqshir). Hal tersebut didasarkan pada Hadits Nabi Saw. yang
diriwayatkan oleh „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi Saw.
bersabda:
Tidak ada ganti rugi bagi orang yang meminjam yang tidak menyeleweng
dan tidak ada ganti rugi bagi orang yang dititipi yang tidak melakukan
penyelewengan. (HR. Ad-Daruquthni dan Baihaqi).
10
A.Munir, Dasar-Dasar Agama Islam, hlm.236.
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan dari „Amr bin Syuaib dari ayahnya
dari kakeknya bahwa Nabi Saw. bersabda:
Tidak ada ganti rugi bagi pemegang amanah. (HR. Ad-Daruquthni)
Atas dasar itu, apabila si pemilik barang meminta kembali barang yang
dititipkannya maka orang yang dititipi wajib mengembalikannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surah An-Nisa‟ (4) ayat 58. 11
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat.
Penyerahan penitipan tersebut harus langsung kepada diri pemilik barang.
berbeda dengan pinjaman („ariyah) dan ijarah, yang pengembaliannya boleh
kepada anggota keluarga si pemilik barang, berdasarkan adat kebiasaan yang
berlaku. Akan tetapi, untuk barang-barang yang berharga, seperti emas dan
permata, pengembaliannya harus langsung kepada pemiliknya. Apabila barang
tersebut dikembalikan kepada anggota keluarganya kemudian hilang maka
11 Q.S An-nisa Ayat 58
peminjam atau penyewa wajib mengganti kerugian karena penyerahan dengan
cara demikian menyalahi adat kebiasaan yang berlaku.
Apabila dia tidak kuasa atau tidak sanggup menjaganya sebagaimana
semestinya. Karena seolah-olah ia membukakan pintu untuk kerusakan atau
lenyapnya barang yang dititipkan itu.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian atau studi yang menjelaskan tentang pandangan hukum islam
terhadap titipan benda pustaka (studi pada musium negri jambi) secara umum
memang belum layak dilakukan Demikian halnya dengan penelitian yang
difokuskan kepada titipan (wadiah) yang terkait dengan pandangan hukum Islam
terhadap titipan benda pustaka, sudah ada yag melakukan studi terlebih dahulu
dan dilakukan sama dengan tinjauan hukum islam dalam penelitian ini
diantaranya,oleh mariatul Ulia “titipan benda pustaka dalam perpektif fiqh
muamalah pada musium siginjai jambi. Penelitian ini menyoroti bagaimana cara
menitipkan suatu barang pustaka kepada musium Siginjai jambi dan megenai
proses pengambilan titipan benda pustaka yang terdapat pada musium jambi. Dan
proposal kami sama juga memaparkan tentang bagaimana proses dalam penitipan
suatu benda pustaka, dari akad hingga terjadinya penitipan apakah dihibahkan
atau bisa diambil kembali.
dan mengelola dana tersebut untuk pembiayaan-pembiayaan.kemudian oleh
Muhammad Yunus dengan tema”studi analisis pelaksanaan tabungan al-wadiah
yad-dhamanah di Kospin Jasa Syariah dalam tinjauan hukum islam”.Dalam
penelitian Dalam melakukan studi lainnya diakukan oleh Dewi Nur Ainidengan
tema “tinjauan hukum Islam terhadap operasional wadiah pada produk tabungan
zakat di PT.BPRS Makmur Indah dalam penelitian nya itu menyimpulkan bahwa
nasabah menitipkan dana ke bank untuk menyisihkan sebagian hartanya yang
mana diperuntukan untuk zakat pada waktu diwajibkan untuk mengelurkan zakat,
disini nasabah menitipkan uang dan memberi wewenang sepenuhnya kepada
bank untuk memanfaatkan tersebut menyimpulkan pada dasarnya praktek yang
dilaksanakan oleh Kospin Jasa Syariah memang dapat menguntungkan kedua
belah pihak,yakni antara pihak kpoperasi dan pihak yang menitipkan harta
bendanya.Namun jika dilihat dari prinsip hukum islam terkait dengan transaksi
ta‟awun dan ketentuan akad,maka akan ditemukan kontradiksi antara praktek
Kospin Jasa Syariah Pekalongan dengan hukum islam.
Penelitian Terdahulu
1. Skripsi Dewi Nur Aini “tinjauan hukum Islam terhadap operasional wadiah
pada produk tabungan zakat di PT.BPRS Makmur Indah” Metode Penelitian
: Data primer, Data sekunder Tahun dengan hasil pembahasan (nasabah
menitipkan dana ke bank untuk menyisihkan sebagian hartanya yang mana
diperuntukan untuk zakat pada waktu diwajibkan untuk mengeluarkan zakat,
disini nasabah menitipkan uang dan memberi wewenang sepenuhnya kepada
bank untuk memanfaatkan dan mengelola dana tersebut untuk pembiayaan-
pembiayaan) Tahun 2003
2. Skripsi Mariatul Ulia “titipan benda pustaka dalam perpektif fiqh muamalah
pada musium perjuangan jambi” Metode Penelitian : Wawancara,
Dataprimer, Datasekunder dengan hasil bahasan (Dalam hal memperoleh
titipan benda pusaka belum termasuk kedalam rukun dan syarat dalam fiqih
muamalah)
3. Skripsi Muhammad Yunus “Studi Analisis Pelaksanaan Tabungan Al-Wadiah
yad-dhamanah di Kospin Jasa Syariah Dalam Tinjauan Hukum Islam”
Metode Penelitian : Data deskriptif analisis Hasil Pembahasan Belum sesuai
denganPrinsip hukum islam terkait dengan transaksi ta‟awun dan ketentuan
akad,maka akan ditemukan kontradiksi antara praktek Kospin Jasa Syariah
Pekalongan dengan hukum islam.
G. Kerangka Pemikiran
Didalam museum siginjai banyak kita temukan barang-barang pusaka baik itu
yang bersifat titipan ataupun dihibahkan oleh masyarakat, mulai dari ruangan
pertama yang meceritakan letak provinsi jambi, di sebelah kiri meletakan tempat
pontensi alam budaya, dan sebelah kanan ada peninggalan perjuangan jambi
seperti keris dan lain-lain.
Saat petama masuk kita lurus ada sebuah batu-batu dan penjelasan tentang sulthan
thaha, disebeleah kanan terdapat perahu lajur dan patung peninggalan budha.
Dan masih banyak lagi barang peninggalan sejarah lainnya.
Titipan benda pusaka
Museum siginjai
Persfektif piqh muamalah
20
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lingkup penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif ruang
linkup penelitian ini di museum siginjai jambi permasalahan yang akan di teliti
dalam penelitian ini adalah titipan benda pusaka dalam prespektif fiqh
muamalah.dalam mengadakan penelitian penulis akan meneliti secara cermat dan
mencari data dan informasi yang kongkrit di musiun negeri jambi sehingga akan
menghasilkan data yang valid untuk di analisa oleh peneliti dan di cari solusi yang
baik mengenai titipan benda pusaka dalam perspektif fiqh muamalah.
B. Jenis dan sumber data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
kepustakaan (data sekunder), antara lain sebagai berikut:
1). Data primer merupakan data, yang diperoleh secara langsung dan sumbernya
ataupun dari lokasi objek penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan.
2). Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh secara tidak
langsung atau melalui sumber lain. Jadi gambaran umumdari penelitian ini yaitu:
1) Sejarah singkat museum
2) Tata letak benda-benda pusaka yang ada didalam museum
3) Sarana dan prasarana yang ada dimuseum
4) Tugas dan fungsi museum negeri jambi
C. Tekhnik pengumpulan data
Merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
dalam penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui tekhnik
pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang di tetapkan.12
A. Observasi
Observasi adalah ilmu pengetahuan. Penulisan menggunakan metode observasi
untuk melihat apakah akad yang digunakan dalam museum siginjai sudah sesuai
dengan syariat islam dan faktor faktor masyarakat menitipkan barang pusaka itu
apa.
B. Wawancara
Pada tahap wawancara, pertanyaan diajukan secara lisan, Suatu pedoman
wawancara tentu saja harus benar-benar dapat mengerti oleh pengumpul data,
sebab dialah yang akan menanyakan dan menjelaskan pada responden.
Setelah melakukan tahap wawancara dengan responden maka kami dapat
mengetahui bagaimana proses akad perjanjian mengenai barang titipan di musium
negeri jambi dan apa saja faktor yang membuat masyarakat menitipkan barang
pusaka tersebut.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan- Pendekatan kualitatatif, Kuantitatif, dan R &
D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.308.
C. Dokumentasi
Dokumentasi penulis di gunakan untuk memperoleh semua data yang
berhubungan dengan islam di mana penulis mengumpulkan bahan dengan kajian
pustaka dan buku buku uang membahas muamalah.
D. Teknik dan analisa data
Dalam penulisan proposal ini peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh
data atau menghimpun berbagai data, fakta dan informasi yang diperlukan.Data
yang didapatkan harus mempunyai hubungan yang relevan dengan masalah yang
dikaji, sehingga memiliki kualifikasi sebagai sistem tulisan yang proporsional.
Adapun metode penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:
Dalam menganalisa data tersebut penulisan menggunakan:
metode analisis data kualitatif yaitu dengan pengamatan,wawancara,atau
penelaahan dokumen. Dalam metode ini dengan keuntungannya : pertama data
kualitatif lebih mudah,kedua menyajikan data secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden,ketiga metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh tehadap pola dan nilai.13
1. Deskripsi
Dalam menganalisis data secara deskripsi ini berarti menjelaskan secara umum
dan menggambarkan musium siginjai secara menyeluruh,baik itu sejarah maupun
barang titipan yang ada di museum tersebut.
Lexy J.Moleong, Metologi penelitian
kualitatif(Bandung:PTRemajaRosdakarya,cet.25)hlm,9.
E. Triangulasi Data
Adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
laindiluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
terhadap data lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan dengan sumber yakni
membandingkan dan mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang
diperoleh. Yaitu dengan cara:
a. Membandingkan dengan data hasil observasi dengan data wawancara
b.Membandingan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
c.Membandingan wawancara dengan buku suatu teori.14
F. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data tersebut penulisan menggunakan metode analisis data
versi Miles dan Huberman antara lain sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transormasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan salah satu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengkategorisasikan, mengarahkan, membuang
data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data yang sedemikian rupa sehingga
akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.15
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
14
lbid, hlm. 330.
15 Husaini Usman Dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm. 85.
tindakan.Penyajian dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan
bagan.Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
bentuk yang padu dan mudah dipahami16
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian
kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik
dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek
tempat penelitian itu dilaksanakan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtun, pembahasan dalam penulisan
penelitian ini mempunyai sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, bab ini mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori,
Tinjauan Pustaka.
BAB II :Pada bab ini dipaparkan Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Sistematika
Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III : Selanjutnya pada bab ini dipaparkan tentang Gambaran Umum Tempat
Penelitian, Sejarah Berdirinya, Visi Dan Misi, Struktur Organisasi MUSEUM
Kota Jambi.
BAB IV : Pada bab ini berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang
dilakukan peneliti mengenai bagaimana prosedur penitipan benda pusaka dan
16 Ibid.,hlm. 86.
faktor-faktor yang mempengaruhi benda pusaka dititipkan dimuseum negeri
Jambi
BAB V : Bab ini merupakan penutup, berisi tentang Kesimpulan dari hasil
penelitian skripsi dan berisikan tentang Saran-Saran serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran, dan Curiculum Vitae.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Museum Negeri Jambi
Peletakan batu pertama pembangunan Museum Negeri Jambi pada tanggal 18
Februari 1981 oleh Gubernur Jambi Bapak Masjchun Syofwan, SH. Merupakan
titik awalnya gerakan program pembangunan museum di Provinsi Jambi. Lokasi
pembangunan Museum Negeri Jambi merupakan milik Organisasi Persatuan
Pamong Marga Desa (PPMD) Provinsi Jambi yang terdiri dari para Ninik Mamak
dan Tuo Tangganai masyarakat Daerah Jambi yang dihibahkan kepada Gubernur
untuk membangun Museum.Begitu ambisi masyarakat Jambi untuk melestarikan
warisan budaya, untuk menjadi pedoman para generasi penerus, hingga mereka
tidak hilang jati dirinya.Museum Negeri Jambi diresmikan pada tanggal 6 Juni
1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Prof.DR. Fuad Hassan.
Peresmian ditandai dengan penandatangani prasasti, maka Museum Negeri Jambi
telah dapat dikunjungi oleh para pelajar, siswa dan mahasiswa serta masyarakat
dan peneliti.Benda-benda warisan budaya yang terhimpun di Museum Negeri
Jambi merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang
mencerminkan kehidupan masyarakat Provinsi Jambi pada masa lalu. Berlakunya
Undang-undang No. 22 Th 1999 tentang otonomi daerah, nama Museum Negeri
Propinsi Jambi berubah menjadi Museum Negeri Jambi.17
Perda No. 26 Tahun
2012 tanggal 12 Juni 2012, nama Museum Negeri Jambi berubah menjadi
17
Dokumentasi Musium Negri Jambi, Tahun 2021.
Museum Siginjei yang diresmikan oleh Bapak Gubernur tanggal 30 Oktober
2012.
Koleksi peninggalan masa Kesultanan Jambi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah berbagai bentuk peninggalan sejarah baik berupa dokumen maupun benda
peninggalan. Koleksi peninggalan ini penulis kelompokkan pada masa Kesultanan
Jambi. Masa Kesultanan Jambi adalah masa pemerintahan Jambi dibawah
kepemimpinan sultan. Dalam sejarahnya yang memiliki rekam jejak sejarah yang
luas. Sebelum Jambi berada dibawah kepemimpinan sultan, daerah Jambi
mendapat pengaruh Hindu-Budha, sistem pemerintahan Jambi pada masa itu
berbentuk kerajaan. Pada perkembangannya saat islam menyebar di wilayah
Nusantara, wilayah Jambi juga mendapat pengaruh islam. Akibatnya islam
meninggalkan berbagai bentuk peninggalan budaya, dan sistem pemerintahannya
pun turut berubah dari sistem kerajaan menjadi bentuk pemerintahan kesultanan.
Oleh karena itu dalam penelitian di museum Perjuangan Rakyat Jambi,
B. Arsitektur Bangunan Museum Siginjei Jambi
Bangunan Museum secara keseluruhannya menampilkan karya arsitektur
perancang bangunan yang memperpadukan arsitektur tradisional Jambi dengan
kreasi bangunan masa kini.Bentuk- bentuk dan cirri-ciri rumah tradisional Jambi
yang dikenal dengan sebutan Rumah Kajang Lako dan Rumah Larik atau Rumah
Panjang, tertonjolkan pada bentuk tiang pilar yang kokoh, mendukung ruangan
bangsal beratap sirap dan bentuk-bentuk tiang untuk ruamah Larik diasimilasikan
pada saluran air dari atap bangunan. Bentuk rumah Kajang Lako dituangkan pada
bangunan gedung induk ( main building ) serta bangunan Auditorium. Sedangkan
bentuk ruamah Larik dituangkan pada bangunan penunjang lainnya, gedung
administrasi, gedung storage, gedung konservasi dan preparasi. Gedung induk
dengan arsitektur Rumah Kaajang Lako terdiri dari 2 lantai, lantai pertama adalah
pemnafaatan dan penyesuaian bagian bawah, rumah Kajang Lako untuk keperluan
teknis kepameranan museum. Demikian pula dengan lantai 2 yang dibuat tanpa
pembagian ruangan atau sekat-sekat, untuk memudahkan pengaturan teknis
kepameranan yang merupakan fungsi utama dari bangunan induk. Fungsi tangga
pada bangunan rumah Kajang Lako, dialihkan menjadi tangga untuk memasuki
ruangan umum pada lantai pertama, sedangkan dibagian samping dalam tersedia
pula 2 buah tangga, yang pertama untuk naik ke lantai 2, disisi utara dan tangga
kedua berfungsi untuk turun ke lantai 1 yang berbeda disisi selatan. Atap
bangunan terdidri empat bidang, masing-masing berbentuk empat persegi
panjang.
C. Visi Dan Misi Museum Siginjai Jambi
V i s i
Mewujudkan Museum Negeri Jambi sebagai cerminan budaya daerah
dan menjadi pusat pendidikan dan penelitian serta pesona rekreasi
M i s i
1. Menjadikan Museum Negeri Jambi sebagai pusat studi ilmiah, pendidikan,
rekreasi budaya, pelestarian budaya dan kepariwisataan.
2. Menyelamatkan dan mendokumentasikan warisan budaya penting bagi sejarah,
iptek, kebudayaan, religi dan seni.
3. Memelihara dan memanfaatkan benda warisan budaya untuk kemajuan adab
dan persatuaan bangsa.
4. Mendorong pengembangan iptek,religi, budaya dan seni dengan memanfaatkan
museum sebagai sumber inspirasi dan apresasi budaya dari generasi ke
generasi.
5. Melestaarikan nilai luhur budaya bangsa dalam memperkukuh jati diri serta
rasa persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.
6. Memberikan cerminan pengembangan sumber daya alam, sejarah perjuangan,
seni, iptek, religi dan peradaban manusia.
7. Menjadikan museum sebagai sarana promosi potensi daerah melalui kegiatan
pameran dan kerjasama dengan pihak luar.18
D. Struktur dan Tugas Pokok Organisasi Museum Negeri Jambi
Tugas :
Museum Negeri Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggungjawab
kepada kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jambi, mempunyai
tugas memimpin dan melaksanakan tugas pokok.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program kerja Museum Negeri Jambi.
b. Penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah
yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan tugas operasional sehari-hari.
c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala
Seksi dan Kelompok jabatan Fungsional.19
18
Dokumentasi Musium Negri Jambi, Tahun 2021
d. Penelitian hasil pekerjaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi
dan Kelompok jabatan Fungsional.
e. Pelaksanaan evaluasi kegiatan, pembuatan dan penyampian laporan berkala
dan incident kepada Kepala Dinas dan Tembusan kepada intansi terkait.
f. Pelaksana tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas
1. Kasubag tata Usaha
Mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada semua satuan
kerja dilingkungan Museum Negeri Jambi dan menyusun, mengatur dan
melaksanakan Program Kerja Tahunan baik yang mengatur dan melaksanakan
urusan dalam yang meliputi surat menyurat, pengadaan / pencetakan kearsipan,
rumah tangga, kantor pemeliharaan gedung dan ketertiban lingkungan, serta
perjalanan dinas.
Fungsi :
a. Melaksanakan urusan kepegawaian
b. Melaksanakan urusan keuangan
c. Melaksanakan urusan perlengkapan
d. Melaksanakan urusan rumah tangga, termasuk urusan kebersihan ketertiban
dan keamanan
e. Membuat dan menyampaikan laporan Sub Bagian tata Usaha, serta
menyiapkan konsep laporan Museum Negeri Jambi tepat pada waktunya
g. Melaksanakan tuagas lainnya yan diberikan oleh Kepala Museum Negeri
Jambi
19
Dokumentasi Musium Negri Jambi, Tahun 2021
2. Urusan Rumah Tangga
Adapun tugas dari bagiaan rumah tangga adalah :
a. Menerima surat masuk dan surat keluar
b. Pelaksanaan Urusan perlengkapan dan perbekalan
3. Urusan Kepegawaian
Adapun tugas dari bagian Kepegawaian adalah :
a. Mengurus kenaikan pangkat para karyawan dan karyawati
b. Mengurus gaji pegawai
c. Mengurus cuti pegawai
d. Pelaksana urusan pegawai
4. Urusan keuangan
Adapun tugas dari Urusan keuangan adalah :
a. Mengurus daftar gaji
b. Mengurus karyawan naik pangkat
5. Urusan Perpustakaan
Adapun tugas dari Urusan perpustakaan adalah :
a. Mencatat jumlah buku
b. Memberi pengarah bagi pengunjung yang memerlukan buku pedoman tentang
museum.
6. Kasi Pengelolaan Teknik Koleksi
Tugas :
Seksi Pengelolaan Koleksi dipimpin oleh seorang Kasi Pengelolaan Koleksi dan
bertanggungjawab kepada kepala Museum Negeri Jambi, mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan teknis / fungsional permuseuman di bidang pengelolaan
koleksi.
Fungsi :
a. Melaksanakan survey pengadaan koleksi
b. Melaksanakan pengadaan koleksi
c. Melaksanakan penelitian koleksi
d. Melaksanakan konservasi koleksi
e. Melaksanakan fumigasi koleksi
f. Pelaksana restorasi koleksi
g. Pelaksanaan pengendalian kelembaban udara dilingkungan tempat koleksi
h. Pelaksanaan pembuatan replika / reproduksi koleksi
i. Melaksanakan katalogisasi dan rakatalogisasi koleksi
j. Melaksanakan penyususnan sumber data koleksi
k. Melaksanakan study perbandingan koleksi museum
l. Dan lain sebagainya.
7. Teknik Bimbingan Edukasi Kultural
Tugas :
Seksi bimbingan Publikasi dipimpin oleh seorang kepala Seksi Bimbingan dan
Publikasi yang bertanggungjawab kepada Kepala Museum Negeri Jambi,
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis / fnngsional pemuseuman di
bidang Bimbingan dan Publikasi.
a. Membuat rencana dan Program kerja seksi Bimbingan dan Publikasi
b. Pelaksana penyusunan juklak kegiatan Bimbingan dan Publikasi
c. Pelaksana pedoman Materi Bimbingan untuk siap jejaring pendidikan
d. Pelaksana Renovasi Tata dan Pameran teta
e. Pelaksana Pameran khusus dan pameran keliling
f. Penyelenggara lomba untuk siswa
g. Penyelenggara pergelaran seni tradisional
h. Pelaksana pembuatan teaching kit
i. Pembuatan alat peraga ceramah dan menyelenggarakan caeramah
permuseuman
j. Pembimbing karya tulis untuk siswa dan mahasiswa
k. Penyusunan paket Narasi slide program
l. Dan lain sebagainya.
8. Teknik Konservasi dan Refaransi
a. Membersihkan Koleksi
b. Menata ulang ruangan
c. Menyusun dan mempebaharui barang-barang
E. Tugas dan Fungsi Museum Negeri Jambi
1. Mengumpulkan dan mengamalkan warisan alam dan budaya.
2. Dokumentasi dan peneliti ilmiah.
3. Konservasi dan Refaransi
4. Penyebaran dan Pemerataan Ilmu
5. Pengenalan budaya daerah antar bangsa
6. Visualisasi warisan sejarah alam dan budaya
7. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
8. Pembangkitan rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dari fungsi-fungsi diatas dapat dipahami bahwa museum di Indonesia
merupakan sarana kultural-edukatif, sarana informatif dan sarana rekreatif dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan usaha memajukan kebudayaan
Nasional.
Adapun yang menjadi tugas-tugas yag harus dilaksanakan oleh setiap Museum
yang ada diseluruh Indonesia diantaranya Museum Negeri Jambi mempunyai
tugas-tugas sebagai berikut :
1. Mengumpul dan menghimpun
Yang dihimpun dan dikumpul oleh museum adalah benda-benda pembuktian
manusia dan lingkungannya : disebut koleksi. Koleksi museum adalah koleksi
yang sangat berguna bagi usaha pegembangan ilmu pengetahuan , kesenian dan
teknologi.
2. Memlihara dan merawat
Koleksi yang dikumpulkam perlu dipelihara dan dirawat, bahkan diawetkan
agar terhindar dari bahaya kerusakan dan penghancuran. RusakDan hancur itu
dapat disebabkan oleh tangan-tangan manusia dan juga oleh proses alamiah.
3. Memasyarakatkan informasi
Koleksi-koleksi yang sudah diawat, sudah diawetkan dan sudah diteliti perlu
diinformasikan kepada masyarakat luas. Memasyarakatkan informasi koleksi ini
dapat dilakukan melalui media massa ataupun sarana komonikasi lainnya. Utama
sekali melalui kegiatan pameran museum dan penelitian yang diselenggarakan
oleh museum serta berbagai kegiatan ceramah, diskusi dan seminar yang bersifat
pendidikan kebudayaan.
Dari ketiga tugas pokok Museum dikaji lebih mendalam dan disesuaikan
dengan perkembangan Museum masa kini dengan melihat pada Negara-negara
yang lebih maju seperti : Amerika Serikat, Kanada Jepang dan lain-lain. Maka
akan terasa sekali jauhnya ketinggalan negeri kita ini dalam bidang
permuseuman.20
F. Sarana dan Prasarana Museum Negeri Jambi
Sarana dan prasarana merupakan semua alat dan fasilitas yang digunakan oleh
Museum Negeri Jambi sebagai faktor pendukung kelancaran berjalannya suatu
proses, adapun sarana dan prasarana Museum Negeri Jambi dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel.2 : Sarana Khusus Museum Negeri Jambi Tahun 2020 7
No. Jenis Ruangan Jumlah Keterangan
1 Gedung Administrasi Umum 1
Baik
2 Gedung Storage 1
Baik
3 Gedung Konservasi / preparasi 1
Baik
4 Gedung Pameran Tetap 1
Baik
5 Gedung Pameran Temporer 1
Baik
6 Gedung Auditorium 1
Baik
20
Dokumentasi Musium Negri Jambi, Tahun 2020
Tabel.3 : Prasarana Umum Museum Negeri Jambi Tahun 2020
No. Jenis Barang Jumlah Keterangan
1 Mobil 1 Baik
2 Lemari 8 Baik
3 Kursi Pegawai 39 Baik
4 Meja Pegawai 39 Baik
5 Komputer 6 Baik
6 AC 16 Baik
7 Kursi Tamu 4 Set Baik
8 Bingkai cabinet 10 Baik
9 Toilet 3 Baik
10 Mushalla 1 Baik
11 Telepon 1 Baik
Sebagai suatu museum umum, Museum Negeri Jambi mengumpulkan data
merawat semua jenis koleksi umum, yaitu benda yang mempunyai nilai budaya
dan ilmiah yang meliputi :
1. Geologika : fosil kayu, batuan dan mineral serta benda bentukan alam lainnya.
2. Biologika : flora dan pauna serta fosil manusia
3. Filologika : naskah yang ditulis tangan yang menguraikan suatu hal / peristiwa,
incong Kerinciyang ditulis diatas tanduk dan bambu, Al-Qur‟an dan kitab
Tassauf yang ditulis tangan.
4. Etnografika : terletak di lantai 2, merupakan ruangan khasanah Budaya Jambi,
menyajikan natara lain, peralatan berburu tradisional, peralatan tani, peralatan
menumbuk padi, peralatan menangkap ikan, kerajinan anyaman, kerajinan
tenun dan batik, perlengkapan perkawinan suku Melayu Jambi, seperti amben,
pelaminan tempat tidur, peti tempat penyimpanan barang rumah tangga,
pakaian adat dari kabupaten / kota Se- Propinsi Jambi.
5. Arkeologi : benda peninggalan prasejarah sampai datangnya pengaruh budaya
barat masih banyak terdapat di daerah Jambi, koleksi museum Jambi berupa
beliung batu yang dipergunakan pada masa prasejarah di Kerinci, temuan
disekitar kompleks percandian Muaro Jambi seperti Gong bertuliskan aksara
kuno Cina, teko, piring porselen, fragmen tangan, arca Budha, arca
Awalokiteswara, kalung jalinan kawat emas berliontin kepala binatang, gelang
kuningan berbentuk rantai, dan benda arkeologi lainnya seperti : stupa, batu
lapik, arca Prajna Paramita. Poto koleksi karamologika berupa guci gayung,
pedupaam bertutup puncak gunung, piring sajian, botol amphora tiga warna,
ceret, vas bunga Mei Ping biru putih bergambar burung kuau, yang berasal dari
Jambi, koleksi tersebut berada di Museum Nasionl Jakarta.
6. Historika : koleksi yang memiliki nilai sejarah berupa foto koleksi Keris
Siginjei, pedang samurai ( katana ), meriam jaman kolonial, pistol VOC,
7. pedang perang, tombak upacara adat.
8. Numismatika dan Heraldika
9. Keramologika : benda koleksi keramik dan tembikar kuno yang berasal dari
Jambi, Cina, Arab, Myammar, dan Eropa, berupa tempayan, guci, piring tadah,
cepuk, mangkok, kendi, botol, cerek bercucuk pendek, buli-buli berbentuk
kuncup bunga teratai, dll
10. Seni Rupa : -
11. Teknologika :
G. Lokasi Dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang kami kunjungi bertempatdi museum Siginjai yang
terletak di Kota Jambi sebagai lokasi penelitian,dari lokasi tersebut penulis dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan serta menyelesaikan
proposal penelitian ini dan sekaligus dapat menghemat biaya karena lokasinya
strategis.
H. Jenis Benda Yang DiTitipkan
Didalam musium banyak terdapat benda yang dititipkan diantara nya :
Keris siginjai jambi sebuah alat yang digunakan oleh pahlawan jambi
Sebuah keris bersarung gayaman, ganggang yang terbuat dari kayu berukir
dengan motif katak duduk dengan posisi tangan yang membelit pada badan dan
berukir. Selut diberi permata paset 8 butir dan email hitam dan hijau antara selut
dan wilah terdapat dua buah jalinan perak yang bersatu. Rangka gayaman terbuat
dari kayu pendok emas di beri hiasan motif salur daun, spiral dan bunga, pada
bagian pendok pangkalnya disudut lancip berisi motif salur daun dan bunga, pada
ujung pendok bagian dalam terdapat hiasan motif lidah api.wilahan dengan bagian
yang lengkap. Pada endas cecak diberi hiasan motif bunga dan daun serta kepala
garuda berbadan singa, bentuk raksasa, di depannya kalajengking. Semua hiasan
berlapis emas.
.Arca Bhairawa dibuatd ari batu alam dan ditemukan tahun 1935, Arca ini
diwujudkan sebagai penguasa didaerah aliran sungai Batanghari
Mesin cetak uang digunakan untuk mencetak uang pada zaman dahulu
penemuan mangkok dan piring keramik yang sudah pecah-pecah ditemukan
dibawah sungai Batanghari
Stup merupakan benda yang terbuat dari batu sebagai lambang puncak candi
muaro jambi.
Al-quran kuno digunakan oleh imam zaman dahulu karena sudah rusak dan tak
layak pakai lagi maka dititipkan dimusium siginjai jambi.
Kalung emas Terbuat dari Jalinan kawat emas lengkap dengan gespernya.
Ditemukan di Desa Lambur I Kabupaten Tanjungjabung Timur, seluruhnya
terbuat dari emas 18 karat dengan sebuah bendul kecil masih terikat diujungnya.
Kalung ini ditemukan tahun 1994 oleh seorang wanita saat akan membersihkan
ladangnya didalam timbunan abu gambut. Pemerintah memberi imbalan seharga
emas ditambah uang sebagai tanda terima kasih karena telah menyerahkannya
kepada negara
Sabuk emas : Ditemukan di Desa Lambur Kab. Tanjung Jabung Timur, kadar
emasnya 18 dan 20 karat, terbuat dari sambungan ribuan cincin-cincin kecil
terikat menjadi satu. Asal-usulnya sukar diketahui karena tidak ada tanda yang
spesifik, mengingat lokasinya yang berada dekat pantai, didominasi oleh rawa-
rawa maka dapat dipastikan sabuk emas ini atau logam emasnya, didatangkan dari
luar daerah Lembur. Emas sendiri banyak dihasilkan melalui penambangan di tepi
sungai Batanghari hingga sekarang, terutama daerah pedalaman pada aliran
Sungai Batanghari yaitu Bungo dan Merangin.
Medali turki : Sebagai bukti persahabatan antara Kesultanan Jambi dengan
Kesultanan Turki. Diberikan oleh Sultan Turki sebagai penghargaan kepada
utusan Sultan Taha Saifuddin yang berkunjung ke Turki dalam upaya meminta
dukungan Sultan Turki dalam menghadapi Belanda di Jambi. Pada bagian
lingkaran tertdapat tulisan arab
42
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Titipan Benda Pusaka Di Museum
Negeri Jambi
Musium negeri Jambi merupakan suatu lembaga yang bertugas merawat,
melestarikan benda-benda bersejarah yang memiliki nilai sejarah yang tinggi baik
itu dari pemerintah maupun pribadi, dalam hal ini peneliti membahas tentang
mengapa seseorang harus menitipkan benda pusakanya kepada dimusium siginjai
jambi dan apa yang menjadi faktor penyebabnya menurut bapak Yusuf selaku
urusan koleksi adalah :21
1. Merasa tidak sanggup, Seseorang yang datang kemusium dan bermaksud
menitipkan benda pusakanya karena ia merasa tak sanggup untuk merawatnya
dan menitip benda pusaka itu ke museum.
2. Merasa ada yang lebih pantas untuk merawatnya, Seseorang yang datang
kemusium dan bermaksud menitipkan benda pusakanya karena ia merasa ada
yang lebih pantas untuk merawatnya bukan karena tidak mampu ataupun
menjadi perebutan, melainkan karena ada yang lebih pantas untuk merawatnya
maka ia menghibahkannya.
3. Karena merasa benda tersebut akan menjadi perebutan dikeluarganya,
karenanya seseorang takut benda pusaka tersebut menjadi perebutan
dikeluarganya, maka dari itu siahli waris menitipkan benda pusakanya
kesebuah musium yaitu musium negeri Jambi.
21 Wawancara bersama Bapak Yusuf 2021
4. Dan ada juga seseorang merasa bahwa benda atau barang pusaka tersebut
layaknya harus ada dimusium karena satu-satunya benda yang berada
disumatra ataupun Indonesia, maka dari itu ia menitipkan bukan karena tak
sanggup atau jadi perebutan dikeluarganya melainkan benda tersebut sangat
unik dan mempunyai keunikan tersendiri. Maka dari itu ia menitipkannya, dan
pihak musium akan memberikan setifikasi dan surat perjanjian pada pemilik
tersebut.
Dalam hal ini yang menjadi faktor penyebab seseorang menitipkan apakah
sesuai dalam fiqih muamalah,maka peneliti menjelaskan sesuai dengan syara‟
berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dengan kesepakatan ini maka
tidak akan ada muncul perselisihan dan tidak merugikan satu sama lainnya.
Adapun yang menjadi hukum menggunakan atau menyimpan benda pusaka
tersebut haram dan berakibat kufur apabila jika kita menyakini bahwa benda
apusaka itu memiliki kekuatan sendiri dan berpengaruh terhadap sesuatu yang lain
bukan selain Allah pelakunya dihukum fasiq(keluar dari sesuatu). Maka dari itu
untuk mengidarinya lebih baik benda pusaka tersebut ita titipkan kepada yang
lebih bertanggung jawab yaitu kemusium agar terhindar dari syirik dan lain
sebagainya.
Menitipkan dan menerima titipan hukumnya jaiz. Disunahkan untuk orang
yang menerima titipan mengetahui bahwa dirinya memepunyai kemampuan untuk
menjaga tutupan tersebut dan ia wajib memelihara barang tersebut ditempat yang
pantas untuk barang seperti itu misalnya disebuah musium. Sebagian ulama juga
berpendapat tentang wajibnya menerima titipan jika apemilik barang tidak
mendapatkan orang yang bisa dititipi, ulama tersebut juga berpendapat bahwa
orang menitipi itu tidak menerima upah atas pemeliharaanya. Adapun tentang
keperluan-keperluannnya, seperti tempat tinggal atau biaya perawatan itu menjadi
tanggung jawab pemiliknya.
B. Prosedur Penitipan Benda Pusaka Di Musum Negeri Jambi Berdasarkan
Fiqh Muamalah
Sebagaimana mestinya dalam sebuah perjanjian untuk menitipkan benda
pusaka kedalam musium siginjai jambi tidak adanya sebuah syarat yang berat,
untuk memperjelasnya saya telah mengajukan beberapa wawan cara antara lain:
Wawancara yang bersama kepada ibu Dra. Eni Suhartaty, sebagai kepala Musium
negeri Jambi, beliau mengatakan :
Adapun yang menjadi prosedur dalam sebuah akad mendapatkan titipan
berasal dari pihak pertama yang menitipkan kepada musium negeri Jambi yang
dihadirkan beberapa saksi kemudian diberikan kepada kepala bagian koleksi
titipan dan yang terakhir diterima oleh bagian korutor untuk menjaga, merawat
dan melestarikan titipan tersebut, dan dalam penitipan sipenitip memberikan
sebuah upah untuk merawat barang yang ia titipkan tersebut selama barang
tersebut dijaga dimusium, beda dengan apabila sipenitip menghibahkan berarti
upah merawat ditanggung oleh pihak musium itu sendiri.22
Pertanyaan: Apa prosedur akad sebelum menitipkan barang?
Ibu Dra. Nurlaini (seksi pengelola koleksi) menjawab bahwa :
Ibu Dra. Nurlaini mengatakan bahwa :
“Dalam sebuah prosedur itu terdapat sebuah akad berupa: berita acara perkara
(BAP) antara lain BAP yang berdasarkan rancangan peraturan pemerintah
tentang antara lain : identitas para pihak, hak dan kewajiban para pihak, jangka
waktu penitipan, bukti penitipan dari musium , bukti kepemilikan yang diberikan
kepada sipenitip berupa BAP tersebut dan isi dari BAP itu harus dibaca baik-baik
22 Wawancara bersama Bapak Yusuf, Jambi 2021
oleh sipenitip dan dapat memenuhi kewajibannya agar tidak merasa dirugikan
atau terjadi kesalahpahaman‟‟.
Pertanyaan: Bagaimana cara menitipkan barang kemusium ?
Kemudian bapak Yusuf (selaku urusan koleksi) mengatakan :
Seseorang yang datang kemusium dan membawa titipan tersebut dengan
menunjukan pada orang musium, dia menceritakan sejarah benda tersebut dan
dengan alasan untuk dititpan kemusium, jika koleksi tersebut masuk dalam
kriteria musium, maka benda tersebut diterimah menjadi koleksi titipan, dan
biasanya setelah itu pihak musium memberikan sertifikat dan surat perjanjian
pada pemilik tersebut.23
Pertanyaan: bagaimana jika barang yang dititipkan itu rusak atau hilang di
musium ?
Kemudian bapak Yusuf (selaku urusan koleksi) mengatakan :
Pasal 1706 KUHPer
Penerima titipan wajib memelihara barang titipan itu dengan sebaik-baiknya
seperti memelihara barang-barang kepunyaan sendiri.
Ketentuan dalam pasal di atas ini wajib diterapkan secara lebih teliti:
1. jika penerima titipan itu yang mula-mula menawarkan diri untuk
menyimpan barang itu;
2. jika ia meminta dijanjikan suatu upah untuk penitipan itu;
3. jika penitipan itu terjadi terutama untuk kepentingan penerima titipan;
4 .jika diperjanjikan dengan tegas, bahwa penerima titipan bertanggung jawab
atau semua kelalaian dalam menyimpan barang titipan itu.
Berdasarkan wawancara yang telah diajukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
prosedur mendapatkan suatu titipan tersebut adanya pihak penitip yang
23
Wawancara Bersama Bapak Yusuf, Jambi 2021
menitipkan benda pusaka pada musium negri jambi, yang mana pihak musium
memberikan suatu perjanjian dan hadirkan oleh beberapa orang saksi dan tak
adanya syarat yang berat untuk menitipkan benda pusaka tersebut dan asalkan
sesuai dengan syara‟
Adapun prosedur dalam menitipkan benda pusaka pada musium negri Jambi
sebagai berikut:
1. gambar proses atau prosedur penitipan
i. Pemilik datang
iii. Kesepakatan
ii. Surat ii . surat perjanjian vi. Merawat
Keterangan :
i. Pemilik benda pusaka datang keMusium dengan maksud untuk menitipkan
ii. pihak Musium memberikan surat perjanjian kepada pemilik benda pusaka
Benda
Pusaka
Pemilik
benda
benda
Akad
Benda
pusaka
Museum
Negeri
jambi
iii. adanya kesepakatan antara pihak musium dengan pemilik bena pusaka setelah
penyerahan surat perjanjian
iv. pihak musium dan pemilik benda pusaka menghadirkan saksi pada saat proses
akad
v. pemilik benda pusaka menyerahkan barang tersebut kepada musium
vi. pihak musium meletakan dan merawat benda pusaka tersebut ketempat yang
telah disediakan.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada musium
negri Jambi, mengenai proses mendapatkan yang berawal dari pihak penitip
menitipkan benda tersebut kepada musium negeri jambi, kemudian pihak musium
memberikan surat perjanjian yang disaksikan beberapa orang saksi. Selanjutnya,
dari proses mendapatkan benda pusaka pada musium tersebut bila dilihat dari
perspektif fiqh muamalah telah mengikuti prosedur penitipan benda pusaka yang
ada dalam syariat Islam.dimana rukun-rukun itu telah disebutkan sebelumnya
yaitu adanya para pihak yang merupakan pihak penitip dan penerima titipan,
kemudian adanya benda atau barang yang dititipkan dan adanya perjanjian antara
kedua belah pihak yang menyetujui suatu perjanjian tersebut. Hal ini dinyatakan
dalam teori syafiiyah yang menyatakan bahwa barang yang dititipkan adalah
barang atau benda yang dapat memiliki nilai syara‟, orang yang menitipkan dan
menerima titipan sudah baligh, berakal, dan adanya sighat ijab qabul. Titipan
benda pusaka dalam persrektif fiqh muamalah yaitu adanya hukum menitipkan
awalnya mubah, namun terkadang dapat menjadi wajib apabila titipan tersebut
tidak dapat menjaganya dikhawatirkan akan hilang atau rusak sehingga harus ada
orang yang mampu untuk menjaganya.
Dalam hal ini pula maka pihan musium harus menjaga dan merawat benda
tersebut yang dititipkan dari penitip sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat
diawal dan apabila terjadi kelalaian yang disebabkan oleh pihak musium maka
pihak musium berhak untuk bertanggung jawab atas kelalaian itu sepenuhnya.24
24Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 182.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Titipan Benda Pusaka Di Museum Negeri
Jambi
a. Merasa tidak sanggup
b. Merasa ada yang lebih pantas untuk merawatnya
c. Karena merasa benda tersebut akan menjadi perebutan dikeluarganya
d. Dan ada juga seseorang merasa bahwa benda atau barang pusaka tersebut
layaknya harus ada dimusium karena satu-satunya benda yang berada
disumatra ataupun Indonesia.
2. Prosedur penitipan ada dua macam,yaitu :
a. Prosedur memperoleh barang titipan benda pusaka
b. Prosedur menitipkan barang titipan benda pusaka
Prosedur memperoleh titipan benda pusaka pada museum negeri jambi
termasuk kedalam rukun dan syarat yang ada dalam fiqih muamalah. Dalam
proses pengembalian terdapat ketidak tegasan oleh lembaga museum siginjai
jambi. Dalam proses pemanfaatan, pihak museum mendapat persetujuan dari
pihak pemilik titipan barang untuk memanfaatkan titipan benda pusaka untuk
dipublikasikan kepada masyarakat yang berkunjung di museum.
Prosedur titipan benda pusaka dalam perspektif fiqih muamalah hukumnya adalah
mubah. Dikatakan mubah karena titipan itu diserahkan kepada penerima titipan
64
yang disebabkan penitip khawatir terjadi hal yang negatif yang terdapat pada
dirinya maupun keluarga nya. Titipan yang terjadi pada museum siginjai jambi
termasuk kedalam wadi‟ah yad adh-dhamanah, karena titipan tersebut
dimanfaatkan untuk di publikasikan kepada masyarakat pada saat berkunjung.
B. Saran
1. Diharapkan kepada pihak museum negeri jambi hendaknya memberi
ketegasan dalam membuat perjanjian agar penitip mempunyai tanggung jawab
atas titipan.
2. Diharapkan kepada pihak museum siginjai jambi memiliki kemampuan untuk
memahami bagaimana proses kegiatan muamalah yang terjadi dalam hukum
islam.
C. Kata penutup
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan
rahmat dan karunia nya.Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengadakan penilitian dengan sebaik-baiknya.Namun dalam penulisan,mungkin
masih banyak terdapat kesalahan sehingga tulisan ini jauh dari kesempurnaan.
Akhir katahanya kepada Allah SWT kami meminta petunjuk dan pertolongan
semoga senantiasa melindungi dan meridhoi setiap langkah kami. Semoga skripsi
ini bisa bermanfaat terutama bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya
49
DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR
Djazuli, A. 2002. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Islam.Bandung: Kiblat
Press.
H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013).
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : Rajawali Pwers, Cet.5,2010.
Al-Quran Dan Terjemahan
Anonim, alqur‟an dan terjemahan tafsir perkata, (Bandung : Insan Kamil) hal. 262
Bambang Sunggono, Imetodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007) hlm.37.
Moleong J Lexi. Metologi penelitian kualitatif Bandung:PTRemajaRosdakarya
M.Syafi‟I Antonio,Islamic Banking(Jakarta:Gema insani,2001
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Pendidikan- Pendekatan
kualitatatif,Kuantitatif.Bandung: Alfabeta.
Wawancara Bersama, Jambi 2021 Dokumentasi Musium Negri Jambi, Tahun
2021.
A.Munir, Dasar-Dasar Agama Islam, 1999.
Wardi MuslichAhmad. 2013. Fiqih Muamalat.Jakarta:Amzah.
Sayuti Una (ed). Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi Press.2014
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.2006.
LAIN-LAINNYA
https://mhidayat-blog.blogspot.co.id/2017/09/ -fiqh-muamalah-wadiah-
titipan.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Wadiah.akses 13 Februari 2013
http://pendidikan.blogspot.com/2011/04/wadiah-titipan.html,akses1april2013
Skripsi mariatul Ulia, titipan benda pustaka dalam perpektif fiqh muamalah pada
Museum perjuangan jambi thn, 2013
Al-Quran Dan Terjemahan
LAMPIRAN GAMBAR
Dokumentasi di bagian depan pintu masuk museum negeri jambi
Dokumentasi dan wawancara bersama Ibu Dra. Nurlaini (seksi pengelola koleksi)
Wawancara bersama Ibu Dra. Nurlaini (seksi pengelola koleksi)
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Chairul
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ Tgl. Lahir : Jambi, 24 Mei 1998
E-Mail : [email protected]
NIM : SHE.162044
Alamat : Simp. Rimbo Lrg. Pattimura RT 12 Kel. Kenali
Besar Kec. Alam Barajo
No. Telp/HP : 0898-2701-6939
Nama Ayah : Jamil
Nama Ibu : Maryana
B. Riwayat Pendidikan Formal
a. SD/MI, tahun lulus : SDN 219 Kota Jambi, 2004-2010
b. SMP/MTs, tahun lulus : SMPN 19 Kota Jambi, 2010-2013
c. SMA/MA, tahun lulus : SMA ADHYAKSA Kota Jambi, 2013-
2016
d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 2016-2021