Ciri Orang Besar Memulai Perubahan
oleh Fitria Meysti Saridikutip dari Lembar Jumat EMPATI Edisi 013 4 Februari 2011
Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah
swt untuk kita yang memiliki keterpautan
hati dan merasakan betapa besar cinta-
Nya pada hambanya. Mata yang masih
bisa melihat keindahan itu, udara yang
masih bisa kita hirup, aliran darah dan
denyut nadi yang masih bisa kita rasakan,
menunjukkkan kita masih diberi eksistensi
oleh-Nya. Rasulullah melihat umatnya dari
syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang
tak kenal letih memperjuangkan risalah
dakwah untuk kejayaan Islam di bumi
Allah ini. Semoga kelak kita semua
dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan
para keluarga serta sahabat.
Terkadang kta terlalu banyak
menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk segalala sesuatu di luar diri kita.
Juga terlalu banyak energi dan potensi
kita untuk memikirkan yang selain diri
kita, baik itu kesalahan, keburukan,
ataupun kelalaian. Namun ternyata sikap
yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif
untuk memperbaiki yang kita anggap
salah. Banyak orang menginginkan orang
lain berubah, tapi ternyata yang
diinginkan itu tak kunjung terwujud. Kita
sering melihat orang yang menginginkan
Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang
sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’,
di kampus tak disukai, di lingkungan
masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya
terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia,
mengubah keluarga sendiri saja tidak
mampu. Banyak yang menginginkan
situasi negara berubah, tapi mengapa
merubah sikap adik saja tidak mampu.
Jawabannya adalah kita tidak pernah
punya waktu yang memadai untuk
bersungguh-sungguh mengubah diri
sendiri. Tentu saja jawaban tidak mutlak
benar. Tapi perlu diingat baik-baik,
siapapun yang bercita-cita besar,
rahasianya adalah perubahan diri sendiri.
Ingin mengubah Indonesia, caranya
adalah ubah saja diri sendiri. Betapa pun
kuatnya keinginan kita untuk mengubah
orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari
diri sendiri, semua itu akan menjadi
hampa, hanya akan menjadi bahan
tertawaan. Orang disekitar kita akan
menyaksikan kesesuaian ucapan dengan
tindakan kita.
Boleh jai orang yang banyak memikirkan
diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu
ada benarnya jika kita memikirkan diri
sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri
sendiri. Tapi yang dimaksud disini adalah
MEMIKIRKAN DIRI SENDIRI, SEBAGAI
UPAYA SADAR DAN SUNGGUH-SUNGGUH
UNTUK MEMPERBAIKI YANG LEBIH LUAS.
Perumpaan yang lebih jelas untuk
pandangan ini adalah seperti kita
membangun pondasi untuk membuat
rumah. Apalah artinya kita memikirkan
dinding, memikirkan genteng, memikirkan
tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya
tidak pernah kita bangun. Jadi yang
menjadi titik kelemahan manusia adalah
lemahnya kesungguhan untuk mengubah
diri, yang diawali dengan keberanian
meliha kekurangan diri.
Pemimpin manapun bakal jatuh terhina
manakala tidak punya keberanian
mengubah dirinya. Orang sukses manapun
bakal rubuh kalau dia tidak punya
keberanian untuk mengubah dirinya.
KATA KUNCINYA ADALAH KEBERANIAN.
Berani mengejek itu gampang, berani
menghujat itu mudah, tapi, tidak
sembarang orang yang berani melihat
kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik
orang-orang sukses sejati. Orang yang
berani membuka kekurangan orang lain,
itu biasa. Orang yang memperbincangkan
orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu
biasa dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki apa sekali pun. Tapi kalau ada
orang yang berani melihat kekurangan diri
sendiri, bertanya tentang kekurangan itu
secara sitematis, lalu dia buatkan sistem
untuk melihat kekurangan dirinya, inilah
calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga
mengubah orang lain. Walaupun dia tidak
berucap sepatah katapun untuk
perubahan itu, perbuatannya sudah
menjadi ucapan yang sangat berarti bagi
orang lain. Percayalah, kegigihan kita
memperbaiki diri, akan membuat orang
lain melihat dan merasakannya. Memang
pengaruh dari kegigihan merubah diri
sendiri tidak akan spontan langsung
dirasakan,. Tapi percayalah, itu akan
membekas dalam benak orang. Makin
lama, bekas itu membuat orang simpati
dan juga terdorong untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Ini
akan semakin berimbas, bak bola salju
yang semakin bergulir akan semakin
besar.
Jadi kalau ada yang bertanya tentang
sulitnya mengubah keluarga, sulitnya
mengubah anak, jawabannya dalam diri
orang itu sendiri. Jangan dulu
menyalahkan orang lain, ketika mereka
tidak mau berubah. Kalau kita seorang
ustadz atau kyai, jangan dulu
menyalahkan santri, lihat dulu diri sendiri.
Kalau kita pemimpin, jangan banyak
menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri
sendiri seperti apa, daripada banyak
menyalahkan yang lain, lebih baik
berusaha sekuat mungkin memperbaiki
diri sehingga menjadi teladan bagi semua.
Insyaallah walau tanpa banyak berkata,
dia akan membuat perubahan cepat
terasa, jika berani memperbaiki diri.
Jadikan perkataan makin halus, etos kerja
makin sungguh-sungguh, ibadah kian
tangguh. Ini akan disaksikan orang lain.
Membicarakan dalil itunsuatu kebaikan.
Tapi pembicaraan itu akan menjadi
bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai
dengan dalil yang kita bicarakan. Jauh
lebih utama orang yang tidak bicara dalil,
tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak
dikatakan orang itu sudah menjadi bukti
dalil tersebut. Semoga kita bisa menjadi
orang yang sadar bahwa kesuksesan
diawali dari keberanian melihat
kekurangan diri sendiri. JADILAH KAU
SEDEMIKIAN KUAT SEHINGGA TIDAK ADA
YANG DAPAT MENGGANGGU KEDAMAIAN
PIKIRANMU.
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari
setiap hal, senyumlah pada setiap orang.
Gunakanlah waktumu sebanyak mngkin
untuk meningkatkan kemampuanmu
sehingga kau tak punya waktu lagi untuk
mengkritik orang lain.
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir,
dan terlalu mulia untuk meluapkan
kemarahan.
So, mari kita mulai .... Perubahan besar
pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan
itu dimulai dari diri kita sendiri.