OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) –DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR METIL SALISILAT DAN
EUGENOL DALAM SEDIAAN KRIM ‘X’
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Vinsensia Vica Dwi Ediningtyas
NIM: 088114176
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) –DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR METIL SALISILAT DAN
EUGENOL DALAM SEDIAAN KRIM ‘X’
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Vinsensia Vica Dwi Ediningtyas
NIM: 088114176
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bingkisan kecil yang tak berpita ini aku persembahkan untuk
Bapak, Ibu, Mas Yosef
Orang-orang yang menyayangiku, dan
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas
segala berkat dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Optimasi Metode Kromatografi Lapit Tipis (KLT) -
Densitometri Pada Penetapan Kadar Metil Salisilat dan Eugenol Dalam Sediaan
Krim ‘X’” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.
Farm).
Penulis menyadari bahwa selama menuntut ilmu S1 di Fakultas Farmasi
dan penyusunan skripsi ini mendapat banyak bantuan, saran, bimbingan, nasihat,
kritikan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga segalanya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, meluangkan
waktu untuk diskusi dan selalu mendampingi selama masa studi.
3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. yang telah meluangkan waktu untuk
diskusi, masukan, dan kritikan selama pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran selama penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran selama penyusunan skripsi.
6. Mas Bimo, Pak Parlan, dan Pak Kethul yang telah banyak membantu dan
selalu memberikan canda tawa selama penulis melakukan penelitian.
7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga
sehingga berguna dalam proses penyusunan skripsi dan kehidupan sehari-
hari.
8. Seluruh staff laboratorium, keamanan, dan kebersihan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
9. Bapak YB. Sukardi dan Ibu Margareta Sriwidiyati, orang tua tercinta yang
telah bekerja keras demi pendidikan penulis dan selalu mendoakan serta
memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
10. Mas Yosef Wismo Eko Subroto, kakak yang paling cuek tapi baik hati dan
perhatian yang selalu memberikan dukungan dan masukan.
11. Vincentkaun Sanggraha M.T. yang selalu ada untuk penulis, memberikan
perhatian, selalu mendukung dan menyemangati penulis, terutama ketika
rasa jenuh melanda.
12. Rosita Secoadi dan Dhimas Bayu Kinasih, sahabat sekaligus rekan skripsi
yang sangat hebat dan luar biasa.
13. Keluarga Djuminten : Dju, Satya, Uchan, Aga, Cici, Brian, dan Kak Cos
yang selalu ada dan menemani penulis selama tinggal di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
14. Kelompok AntiStress : Velly, Novie, Heppy, Ike, Yuni, Paul, Adi, Elisa,
dan Sasa atas kebersamaan, kebahagiaan, semangat, dan masukan yang
selalu diberikan.
15. Dian, Anna, Pius, Agnes dan teman-teman kelompok praktikum C atas
dukungan, kebersamaan, dan keceriaan selama ini.
16. Teman-teman angkatan 2008, khususnya kelas C dan FST B, karena
bersama kalian penulis belajar, bertumbuh, dan berkembang menjadi lebih
baik.
17. Intan, Tyas, Ines, Monik, Evy, Etha, Lina, dan penghuni kost Palem
lainnya, yang selalu menemani, memberikan keceriaan dan mendengarkan
segala keluh kesah penulis.
18. Kelompok KKN 29 : Ratih, Aldo, Intan, Fajar, Steffi, Gita, Valent, dan
Helga atas keceriaan dan kebersamaan dari KKN hingga saat ini.
19. Dhom-dhom, Yenny, Asdo, dan David untuk persahabatan dan
kebersamaan yang penulis rasakan dari SMA hingga sekarang.
20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
bantuan dan semangatnya selama masa studi dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini
sehingga segala kritik dan saran dari semua pihak demi perkembangan selanjutnya
sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, terutama dalam dunia Kefarmasian.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vi
PRAKATA ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
INTISARI ..................................................................................................... xix
ABSTRACT ................................................................................................... xx
BAB I PENGANTAR ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1. Permasalahan .................................................................................. 3
2. Keaslian Penelitian .......................................................................... 3
3. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................ 5
A. Krim ...................................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Metil Salisilat ......................................................................................... 5
C. Eugenol.................................................................................................. 7
D. Kromatografi Lapis Tipis ....................................................................... 8
1. Tinjauan Umum .............................................................................. 8
2. Fase Diam ....................................................................................... 9
3. Fase Gerak ...................................................................................... 10
4. Penotolan Sampel ............................................................................ 10
5. Pengembangan ................................................................................ 11
6. Deteksi ............................................................................................ 12
7. Penilaian Kromatogram ................................................................... 13
E. Densitometri .......................................................................................... 17
F. Analisis Kuantitatif ................................................................................ 17
G. Landasan Teori ...................................................................................... 18
H. Hipotesis ................................................................................................ 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................................. 20
B. Variabel Penelitian ................................................................................. 20
1. Variabel Bebas ................................................................................ 20
2. Variabel Tergantung ........................................................................ 20
3. Variabel Pengacau Terkendali ......................................................... 21
C. Definisi Operasional .............................................................................. 21
D. Bahan Penelitian .................................................................................... 22
E. Alat Penelitian ....................................................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
F. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 22
1. Pembuatan Fase Gerak .................................................................... 22
2. Pembuatan Larutan Baku Asam Salisilat ......................................... 23
3. Pembuatan Larutan Baku Eugenol ................................................... 23
4. Pembuatan Larutan Baku Campuran Asam Salisilat dan
Eugenol ........................................................................................... 24
5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat dan
Eugenol ........................................................................................... 24
6. Preparasi Sampel ............................................................................. 25
7. Optimasi Metode KLT-Densitometri ............................................... 25
G. Analisis Hasil ......................................................................................... 27
BAB IV HASIL PEMBAHASAN................................................................. 29
A. Pembuatan Larutan Baku ....................................................................... 29
B. Preparasi Sampel .................................................................................... 30
C. Jenis Dan Komposisi Fase Gerak ........................................................... 31
D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Eugenol dan Asam
Salisilat .................................................................................................. 32
E. Optimasi Pemisahan Asam Salisilat dan Eugenol dengan Metode
KLT-Densitometri .................................................................................. 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 47
A. Kesimpulan ............................................................................................ 47
B. Saran ...................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
LAMPIRAN ................................................................................................. 52
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Indeks polaritas pelarut ............................................................. 10
Tabel II. Parameter aplikasi penotolan yang direkomendasikan............... 11
Tabel III. Komposisi dan jenis fase gerak ................................................. 23
Tabel IV. Nilai Rf dan As pada asam salisilat dan eugenol dengan
metode KLT-densitometri pada berbagai jenis dan komposisi
fase gerak ................................................................................. 37
Tabel V. Nilai Rf, As, dan Rs pada larutan baku campuran asam salisilat
dan eugenol dengan tiga seri konsentrasi dan tiga kali replikasi
menggunakan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol
p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) ............................................................... 44
Tabel VI. Nilai % KV dari Rf asam salisilat dan eugenol, As puncak
asam salisilat dan eugenol, serta Rs pada tiga konsentrasi seri
larutan baku campuran dengan tiga kali replikasi ................. 44
Tabel VII. Nilai Rf, As, dan Rs pada larutan sampel dari krim Counterpain®
tiga kali replikasi menggunakan fase gerak toluena p.a : etil
asetat p.a : metanol p.a (65,2 ; 2,4 : 32,4) ................................... 45
Tabel VIII. Nilai % KV (Rf, As, dan Rs) larutan sampel dari krim
Counterpain® pada tiga kali replikasi ......................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur metil salisilat ............................................................ 5
Gambar 2. Pembentukan asam salisilat ................................................... 7
Gambar 3. Struktur asam salisilat ............................................................ 7
Gambar 4. Struktur eugenol .................................................................... 7
Gambar 5. Automatic TLC sampler ......................................................... 11
Gambar 6. Perhitungan nilai Rs pada puncak yang berdekatan ................. 14
Gambar 7. Ilustrasi pengaruh lintasan ganda (multiple-path effect),
longitudinal or axiak diffusion, dan transfer massa ................. 15
Gambar 8. Puncak asimetri ...................................................................... 16
Gambar 9. Perhitungan Nilai As 10 % dari bagian bawah puncak ............ 16
Gambar 10. Perhitungan Nilai As ............................................................ 27
Gambar 11. Reaksi metil salisilat menjadi asam salisilat dan reaksi
eugenol menjadi bentuk garam dan molekul utuh ................... 30
Gambar 12. Auksokrom dan kromofor .................................................... 32
Gambar 13. Spektra pada konsentrasi sedang ............................................ 33
Gambar 14. Interaksi hidrogen dengan fase diam ....................................... 35
Gambar 15. Bagian polar dan non polar .................................................... 35
Gambar 16. Densitogram hasil elusi menggunakan fase gerak toluena p.a
: etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) ...................... 40
Gambar 17. Interaksi dengan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a :
metanol p.a (65:2,5:32,5) ....................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 18. Densitogram hasil elusi larutan baku campuran asam salisilat
dan eugenol ............................................................................ 43
Gambar 19. Densitogram hasil elusi larutan sampel ...................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Baku Asam Salisilat for Synthesis ....... 53
Lampiran 2. Certificate of Analysis Baku Eugenol for R & D ..................... 54
Lampiran 3. Data Penimbangan dan Pengambilan Baku dan Sampel serta
Contoh Perhitungan Konsentrasi Baku ................................... 54
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak .................... 56
Lampiran 5. Sistem KLT-Densitometri yang digunakan ............................. 57
Lampiran 6. Hasil Scanning Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Asam Salisilat dan Eugenol .................................................... 58
Lampiran 7. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Metanol
p.a. : Air : Asam Asetat Glasial p.a. (40 : 60 : 1) .................... 59
Lampiran 8. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a. : Etil Asetat p.a. (95 : 5) .................................................. 60
Lampiran 9. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a. : Etil Asetat p.a. : Metanol p.a. (25 : 50 : 25) ................... 61
Lampiran 10. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a. : Etil Asetat p.a. : Metanol p.a. (30 : 45 : 25) ................... 62
Lampiran 11. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a. : Etil Asetat p.a. : Metanol p.a. (30 : 50 : 20) ................... 63
Lampiran 12. Densitogram Reprodusibilitas Baku ....................................... 64
Lampiran 13. Densitogram Reprodusibilitas Sampel .................................... 68
Lampiran 14. Perhitungan Nilai % KV Rf Baku dan Sampel ........................ 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Nilai Rs (Resolusi) Puncak Asam
Salisilat dan Eugenol ............................................................. 72
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Nilai Asymmetry Factor (Aa) Puncak
Asam Salisilat dan Eugenol .................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang optimal dari
pemisahan metil salisilat yang dihidrolisis terlebih dahulu menjadi asam salisilat dan eugenol menggunakan metode KLT-densitometri. Metode KLT-densitometri pada penelitian ini menggunakan fase diam silika gel F254 dengan beberapa komposisi dan jenis fase gerak, yaitu metanol p.a : air : asam asetat glasial p.a (40:60:1); toluena p.a : etil asetat p.a (95:5); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (25:50:25); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30:45:25); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30:50:20) dan toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) serta panjang gelombang 288 nm untuk mendeteksi dengan densitometer. Parameter pemisahan yang baik, yaitu nilai asymmetry factor (As) 0,95–1,1; nilai resolusi (Rs) > 1,5; nilai Rf 0,2-0,8 dan %KV nilai Rf ≤ 2.
Kondisi optimal metode KLT-densitometri diperoleh dengan menggunakan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a (65,2:2,4:32,4) menghasilkan nilai Rf 0,23 untuk asam salisilat dan 0,61 untuk eugenol, nilai As kedua puncak 1, nilai Rs kedua puncak antara 4,35 – 5,20 serta %KV Rf 1,361 untuk asam salisilat dan 0,514 untuk eugenol. Kata kunci: optimasi, metode KLT-densitometri, metil salisilat, asam salisilat,
eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
There are many creams to relieve pain with main component is methyl salicylate that is an ester and phenolic group can acts as analgesic. Besides that, there are eugenol that also a phenol group and can act as analgesic. The purpose of this study to obtain the optimal conditions of separation of methyl salicylate and eugenol using TLC-densitometry method, in which methyl salicylate first hydrolyzed into salicylic acid. Therefore, the standard used is salicylic acid and eugenol.
TLC-densitometric method in this study using silica gel F254 stationary phase with a mobile phase composition and type, is methanol p.a : water : glacial acetic acid p.a (40 : 60 : 1); toluene p.a : ethyl acetate p.a (95 : 5); toluene p.a : ethyl acetate p.a : methanol p.a (25 : 50 : 25); toluene p.a : ethyl acetate p.a : methanol p.a (30 : 45 : 25); toluene p.a : ethyl acetate p.a : methanol p.a (30 : 50 : 20); and toluene p.a : ethyl acetate p.a : methanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) and 288 nm wavelength to detect with the densitometer. Good separation parameters is the asymmetry factor (As) between 0,95 to 1,1; the resolution (Rs) > 1,5; Rf values between 0,2-0,8 and % CV of Rf value of salicylic acid and eugenol ≤ 2.
Optimal conditions of the TLC-densitometric method for analyzing methyl salicylate and eugenol in ‘X’ cream obtained in this study using silica gel F254 stationary phase and mobile phase toluene p.a : ethyl acetate p.a : methanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4). Optimal conditions resulted in the value of Rf 0,23 for salicylic acid and 0,61 for eugenol, the peak value of As 1, the value of Rs two peaks between 4,35 to 5,20 and % CV Rf 1,361 for salicylic acid and 0,514 for eugenol .
Keywords : optimization, TLC-densitometric method, methyl salicylate, salicylic acid, eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Aktivitas yang tinggi dari masyarakat menyebabkan timbulnya rasa nyeri
pada otot dan sendi. Nyeri merupakan rasa sensorik tidak nyaman yang
berhubungan dengan kerusakan atau adanya potensi untuk terjadinya kerusakan
jaringan (Ibrahim, 2011).
Banyak obat yang beredar untuk mengurangi rasa nyeri yang biasanya
berupa krim dan digunakan secara topikal. Krim topikal ini biasanya digunakan
untuk pengobatan awal kaku di leher, tegang, dan sakit otot. Salah satu krim yang
banyak digunakan oleh masyarakat memiliki komponen utama metil salisilat
sebesar 102 mg/g yang merupakan golongan fenol. Selain metil salisilat, terdapat
golongan fenol yang juga bertindak sebagai analgesik yaitu eugenol sebanyak
13,2 mg/g.
Metil salisilat merupakan komponen pada beberapa tanaman seperti
Ambyoma variegatum, A. Hebraeum, dan Lawsonia inermis yang banyak
digunakan untuk anestetik lokal, des infektan dalam pasta gigi, mouthwash, dan
pemberi rasa (Ameen and Olantuji, 2009). Metil salisilat merupakan golongan
ester yang dengan adanya penambahan asam atau basa dapat terhidrolisis menjadi
asam salisilat. Eugenol merupakan komponen utama dari minyak cengkeh (70-
80%) yang memiliki sifat sebagai anestetik lokal, karminatif, antiemetik,
stimulan, antiseptik, dan antipasmodik (Nurdjanah, 2004). Eugenol memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
peranan penting sebagai bahan dasar pembuatan produk dalam industri farmasi.
Selain itu, eugenol dapat diproses menjadi isoeugenol, eugenol asetat, dan vanilin
yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum dan makanan
(Harnani, 2010).
Atas dasar penjelasan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk
menetapkan kadar metil salisilat dan eugenol dalam sediaan krim ‘X’ untuk
menjamin mutu dan khasiat dalam sediaan tersebut. Penetapan kadar dapat
menggunakan beberapa metode yaitu Kromatografi Gas (KG), Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT), dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Dalam penelitian
ini digunakan metode KLT-densitometri karena metode ini memberikan
fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih fase gerak dan pelarut, memiliki
berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan, apabila terjadi kesalahan dapat
dihentikan kapan saja, semua komponen dalam sampel dapat dideteksi (Gandjar
dan Rohman, 2007), serta dapat dilakukan pemisahan dan kuantifikasi analit
secara bersamaan. Selain itu, metode KLT-densitometri ini mudah dalam
penggunaannya sehingga dengan cara yang sederhana diharapkan dapat
memisahkan campuran metil salisilat dan eugenol. Penetapan kadar dilakukan
secara tidak langsung karena metil salisilat yang merupakan ester dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi asam salisilat. Hal ini dilakukan karena adanya
penggunaan basa untuk memecah basis krim yang juga dapat menghidrolisis metil
salisilat. Selain itu dikarenakan tidak tersedianya baku metil salisilat sehingga
digunakan baku asam salisilat yang merupakan hasil hidrolisis metil salisilat.
Setiap 1 molekul asam salisilat yang terbentuk ekuivalen dengan 1 molekul metil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
salisilat yang terhidrolisis (Gearin and Grabowski, 1969) sehingga kadar asam
salisilat hasil hidrolisis akan ekivalen dengan kadar metil salisilat di dalam sampel
krim.
Sebelum dilakukan penetapan kadar, perlu dilakukan optimasi untuk
memperoleh sistem yang optimal. Optimasi yang akan dilakukan adalah
optimasi jenis dan komposisi fase gerak yang akan digunakan dalam sistem KLT-
densitometri supaya dapat dihasilkan pemisahan yang baik dari campuran eugenol
dan asam salisilat (hasil hidrolisis metil salisilat pada sampel) dengan nilai
asymmetry factor (As) pada rentang 0,95 – 1,1, nilai Rs >1,5, nilai Rf antara 0,2 –
0,8, dan %KV ≤ 2.
1. Permasalahan
Bagaimanakah kondisi optimal dalam pemisahan metil salisilat dan
eugenol pada krim ‘X’ menggunakan metode KLT-densitometri?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh yang peneliti ketahui, optimasi metode KLT-densitometri untuk
penetapan kadar metil salisilat dan eugenol dalam sediaan krim ‘X’ belum pernah
dilakukan. Penelitian terdahulu terkait penelitian yaitu Densitometric
Determination of Betamethasone Dipropionate and Salicylic Acid in Lotions, and
Validation of the Method oleh Wulandari dan Indrayanto (2000) menggunakan
fase gerak etanol : toluena : kloroform : asam asetat glasial (6 : 2 : 14 : 0,5) dan
Quantitive HPTLC Analysis of the Eugenol Content Leaf Powder and a Capsule
Formulation of Ocimum sanctum oleh Lalla, Hamrapurkar, and Singh (2007)
menggunakan fase gerak toluena : etil asetat : asam format (9,3 : 0,7 : 0,14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penelitian lain menggunakan metode spektrofotometri yaitu Determination of
Benzoic Acid and Salicylic Acid in Commercial Benzoic and Salicylic Acid
Ointments by Spectrophotometric Method oleh Ahmad and Vaid (2009).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
sistem yang optimal untuk validasi dan penetapan kadar campuran metil salisilat
dan eugenol dalam sediaan krim ‘X’.
b. Manfaat metodologis. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan
untuk melakukan validasi metode dan penetapan kadar metil salisilat dan eugenol
dalam sediaan krim ‘X’.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal dari
pemisahan metil salisilat dan eugenol pada krim ‘X’ menggunakan metode KLT-
densitometri yang menghasilkan nilai asymmetry factor (As) antara 0,95 – 1,1 ,
nilai Rf antara 0,2 – 0,8 , nilai Rs > 1,5 dan %KV ≤ 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung
bahan obat terlarut dan terdiri dari tidak lebih dari 60% air (Syamsuni, 2006).
Sediaan krim diaplikasikan pada kulit dan mukus membran untuk tujuan
melindungi, terapi, atau mencegah penyakit (The Department of Health, 2010b).
Krim diformulasi sebagai emulsi minyak dalam air atau air dalam
minyak. Saat ini krim lebih diarahkan untuk produk minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air
yang dapat dicuci dengan tujuan estetika dan untuk penggunaan kosmetika
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Stabilitas krim akan rusak
apabila terjadi perubahan suhu dan komposisi. Pengenceran krim dilakukan bila
sesuai dengan pengenceran yang cocok dan dilakukan secara aseptis. Penggunaan
krim yang telah diencerkan harus dalam waktu satu bulan (Syamsuni, 2006).
B. Metil salisilat
Gambar 1. Struktur metil salisilat (The Department of Health, 2010a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Metil salisilat terdiri dari tidak kurang 99,0% b/b dan tidak lebih dari
100,5 % b/b metil 2-hidroksibenzoat, tidak berwarna atau kuning terang, sangat
larut dalam air, larut dalam alkohol, minyak lemak dan minyak esensial (The
Department of Health, 2010a). Nilai dalam etanol sekitar 570 pada λmaks
238 nm dan 280 pada λmaks 306 nm (Clarke, 1971). Metil salisilat memiliki titik
didih 221oC, nilai log (koefisien partisi oktanol-air) 2,55 (Rhodia, 2011),
water solubility 7400 mg/L pada suhu 30oC, dan konstanta Henry 9,3 x 10-7
atm m3/ mol (Toxnet, 1994)
Metil salisilat merupakan komponen utama minyak wintergreen, yang
merupakan minyak dengan harum alami. Metil salisilat dapat diperoleh dari
destilasi daun Gaultheria procumbens Lime atau dari kulit kayu Betula lenta.
Biasanya metil salisilat digunakan sebagai analgesik, counterirritant¸ pestisida
dan parfum (Environmental Protection Agency, 2005).
Metil salisilat dapat dibentuk menjadi asam salisilat dengan penambahan
NaOH yang disebut dengan reaksi saponifikasi. Prosedur umum dengan merefluks
metil salisilat dalam 6M NaOH hingga campuran menjadi homogen dan
membentuk garam natrium salisilat yang larut dalam air. Kemudian dilanjutkan
dengan pengasaman untuk membentuk asam salisilat (Newton, 2011). Tiap 1
molekul asam salisilat yang terbentuk akan ekivalen dengan 1 molekul metil
salisilat (Gearin and Grabowski, 1969).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
COCH3
O
OH
CO
O
OH
NaOH/H2O
100o C
H3OC
OH
O
OH
metil salisilat asam salisilatGambar 2. Pembentukan asam salisilat (Newton, 2011)
Asam salisilat sukar larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol (The
Department of Health, 2010a), memiliki titik didih 211o C, tekanan uap 3,19
mmHg, water solubility 3808 mg/L pada suhu 25oC, pH 3,8, nilai log 2,26
(Vijon, 2008) dan konstanta Henry 1,52 x 10-9 atm m3/ mol (RSC, 2012). Asam
salisilat memiliki nilai dalam 0,5 N NaOH sebesar 260 pada λmaks 300 nm
dan dalam 0,1 N asam sulfat sebesar 259 pada λmaks 302 nm (Clarke, 1971).
COH
O
OH
Gambar 3. Struktur asam salisilat
C. Eugenol
Gambar 4. Struktur eugenol (The Department of Health, 2010c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Nama lain dari eugenol adalah 2-metoksi-4(prop-2-enil)fenol. Eugenol
memiliki kelarutan dalam alkohol (70% v/v), asam asetat glasial dengan alkohol,
minyak lemak dan metilklorida. Akan tetapi, tidak dapat larut dalam air dan
gliserol. Eugenol tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, berbentuk cairan,
menjadi gelap apabila terpapar oleh cahaya dan berbau daun yang kuat (The
Department of Health, 2010c). Eugenol memiliki titik didih 248oC, nilai 2,7,
tekanan uap 1 mmHg pada suhu 78,4 oC (TCI America, 2008), konstanta Henry 2
x 10-6 atm m3/mol pada suhu 25 oC, dan water solubility 0,0398 mol/L (National
Toxicology Program, 2012) Nilai eugenol dalam etanol sebesar 406 dengan
λmaks 231,5 nm dan 193 pada λmaks 282 nm serta dalam 0,1 N N aOH sebesar 552
pada λmaks 246 nm dan 262 pada λmaks 296 nm (Clarke, 1971).
Eugenol merupakan komponen utama dari minyak cengkeh yaitu sebesar
70-80% yang bersifat sebagai anestetik lokal, karminatif, stimulan, antiseptik,
antipasmodik, analgesik, antiemetik dan penambah aroma. Oleh sebab itu,
eugenol dapat digunakan dalam pembuatan sabun, detergen, pasta gigi, parfum
dan produk farmasi. Penggunaan eugenol dalam produk farmasi di antaranya
balsam untuk mengurangi rasa nyeri, obat sakit gigi, dan bahan campuran untuk
menambal gigi (Nurdjannah, 2004).
D. Kromatografi Lapis Tipis
1. Tinjauan Umum
Kromatografi lapis tipis (KLT) atau kromatografi planar merupakan
metode untuk memisahkan campuran senyawa dengan mengelusi melalui plat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kromatografi, di mana pemisahan dapat dilihat dari bercak-bercak yang
ditimbulkan (Braithwaite and Smith, 1999). Dalam pelaksanaannya, KLT lebih
murah, lebih mudah, dan peralatannya lebih sederhana dibandingkan dengan
kromatografi kolom. Keuntungan lainnya adalah sebagai berikut :
a. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis.
b. Pemisahan analit dapat diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi
warna, fluoresensi, atau radiasi menggunakan sinar UV.
c. Elusi dapat dilakukan dengan cara menaik, menurun atau elusi 2
dimensi.
d. Analit yang ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak
sehingga ketepatan penentuan kadar akan lebih baik (Gandjar dan
Rohman , 2007).
2. Fase diam
Fase diam KLT terdiri atas lapisan tipis adsorbent, seperti silika gel atau
bubuk selulosa, yang melapisi material penyokong seperti plat gelas atau plastic
foil. Ketebalan adsorbent yang disarankan berada antara 150-250 µm (Jeffery,
Bassett, Mendham, and Denney, 1989). Sedangkan, ukuran partikel adsorbent
yang disarankan adalah 10-25 µm. Adsorbent yang sering digunakan adalah silika
gel dengan gipsum sebagai pengikat yang umum digunakan. Sebelum digunakan,
plat silika gel perlu diaktifkan terlebih dahulu di dalam oven dengan suhu 120o-
150o C untuk menghilangkan air yang ada pada permukaan silika. Jika temperatur
yang digunakan terlalu tinggi dapat menonaktifkan silika gel yang sifatnya
permanen (Braithwaite and Smith, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Fase gerak
Fase gerak dalam KLT dapat menggunakan pustaka atau dengan
mencoba-coba. Fase gerak yang paling sederhana jika menggunakan 2 pelarut
organik karena daya elusi dapat diatur sehingga pemisahan akan optimal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fase gerak :
a. Kemurnian fase gerak harus sangat tinggi karena KLT merupakan
metode yang sensitif.
b. Harga Rf solut terletak antara 0,2-0,8 supaya pemisahan maksimal.
Oleh karena itu, kemampuan fase gerak untuk mengelusi harus diatur.
c. Apabila fase diam yang digunakan bersifat polar, maka polaritas dari
fase gerak akan menentukan nilai Rf. Misalnya penambahan dietil
eter yang sifatnya sedikit polar ditambahkan ke dalam metil benzil
yang bersifat non polar akan menyebabkan harga Rf meningkat
secara signifikan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Tabel I. Indeks polaritas pelarut (Byers, 2003)
Solven Indeks Polaritas Kelarutan dalam Air %
Toluena 2,4 0,051 Etil Asetat 4,4 8,7 Metanol 5,1 100 Asam Asetat 6,2 100 Air 9,0 100
4. Penotolan sampel
Pemisahan yang optimal pada metode KLT dapat diperoleh jika
penotolan sampel dilakukan sekecil atau sesempit mungkin. Aplikasi penotolan
sampel lebih dipilih dibandingkan secara manual, terutama apabila sampel yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
akan ditotolkan lebih dari 15µL karena dapat menyebabkan terjadinya pelebaran
bercak dan puncak ganda (Adamovics, 1997).
Tabel II. Parameter aplikasi penotolan yang direkomendasikan (Adamovics,
1997)
Tujuan Diameter Bercak (mm)
Konsentrasi Sampel (%) Jumlah Sampel (µg)
Densitometer 2 mm untuk volume sampel 0,5 µL 0,02-0,2 0,1-1(plat KLT-KT)
1-10 (konvensional)
Identifikasi 3 mm untuk volume sampel 1 µL 0,1-1 1-20
Uji kemurnian 4 mm untuk volume sampel 2 µL 5 100
Reprodusibilitas aplikasi penotolan secara manual dapat diperoleh
apabila sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 µL. Jika volume yang akan
ditotolkan lebih dari 2-10 µL maka penotolan harus dilakukan secara bertahap
dengan dilakukan pengeringan antar totolan (Adamovics, 1997).
Gambar 5. Automatic TLC sampler (Sherma, 2002)
5. Pengembangan
Plat yang telah ditotol dimasukkan ke dalam bejana yang telah dijenuhi
dengan uap fase gerak. Tinggi fase gerak harus di bawah titik penotolan analit
pada plat. Ada beberapa teknik untuk melakukan pengembangan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pengembangan secara menaik (ascending) dan secara menurun (descending).
Namun, cara yang paling popular adalah cara pengembangan secara menaik
(Gandjar dan Rohman, 2007).
6. Deteksi
Pada umumnya bercak pada KLT merupakan bercak yang tidak berwarna
sehingga untuk mendeteksinya dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi.
Secara fisika yang biasa digunakan adalah dengan flouresensi di bawah sinar
ultraviolet yang akan membuat bercak terlihat jelas. Namun, jika senyawa tidak
dapat berfluoresensi, fase diam perlu diberi indikator supaya dapat berfluoresensi
sehingga bercak akan kelihatan hitam (Gandjar dan Rohman, 2007).
Deteksi bercak juga dapat menggunakan cara kimia yaitu dengan cara :
a. Menyemprot plat dengan reagen yang akan bereaksi dengan analit
sehingga bercak yang muncul akan berwarna.
b. Plat dilihat di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 atau 366
nm untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap.
c. Plat disemprot dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat dan
dipanaskan supaya analit organik teroksidasi sehingga akan muncul bercak
coklat hingga kehitaman.
d. Plat dipaparkan dengan uap iodium pada chamber tertutup.
e. Plat discanning dengan densitometer, di mana analit yang mampu
menyerap cahaya akan menghasilkan kromatogram-kromatogram (Gandjar
dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
7. Penilaian Kromatogram
Pada KLT hasil yang diperoleh diterangkan dengan nilai Rf (retardation
factor) yang merupakan parameter fundamental karena menggambarkan posisi
bercak pada kromatogram (Lepri and Cincinelli, 2002).
(1)
Beberapa variabel dapat mempengaruhi nilai Rf , di antaranya komposisi pelarut,
suhu, ukuran chamber, dan lapisan sorbent (Braithwaite and Smith, 1999). Nilai
Rf memiliki nilai maksimum adalah 1 yang diperoleh ketika perbandingan antara
distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama dengan nol yang berarti solut dan fase
gerak memiliki kecepatan migrasi yang sama. Sedangkan, nilai minimum Rf
adalah 0 yang berarti solut berada pada titik penotolan atau dengan kata lain
tertahan pada fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007). Dalam analisis kuantitaif
dengan metode KLT, nilai Rf berada antara 0,2 dan 0,8 (Prus and Kowalska,
2003).
Resolusi (Rs) menggambarkan pemisahan antar puncak yang berdekatan.
Puncak yang overlapping memiliki nilai resolusi yang kecil. Pemisahan antar
puncak yang berdekatan apabila memiliki nilai Rs > 1,5. Cara perhitungan nilai Rs
sebagai berikut :
(2)
t1 dan t2 merupakan waktu retensi antara puncak pertama dan puncak kedua,
sedangkan w1 dan w2 merupakan lebar puncak (Adamovics, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 6. Perhitungan nilai Rs pada puncak yang berdekatan (Snyder, Kirkland, and
Glaich, 2010)
Selama pemisahan krmatografi, kromatogram akan memiliki bentuk yang
simetris atau dikenal dengan bentuk Gaussian. Namun, terkadang akan terjadi
pelebaran puncak karena solut-solut akan bermigrasi ke fase diam sehingga akan
membentuk puncak yang asimetri. Prinsip yang mendasari bentuk dan pelebaran
puncak sebagai berikut :
a. Proses pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam (sorpsi) dan
sebaliknya (desorpsi) yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan
pelebaran puncak.
b. Pengaruh lintasan ganda (multiple-path effect) yang menyebabkan
solut memiliki perjalanan yang sedikit berbeda dalam melewati fase
diam sehingga puncak melebar secara simetris.
c. Solut akan berdifusi di dalam fase gerak dengan arah yang sama dan
berlawanan dengan aliran fase gerak (longitudinal or axiak diffusion)
sehingga akan terjadi pelebaran puncak secara simetris.
d. Transfer massa antara fase diam dan fase gerak yang tidak terjadi
secara instan dan kadang berjalan lambat secara kinetika. Analit yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terikat sedikit pada fase diam dibanding pada fase gerak akan
menghasilkan puncak yang asimetris (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 7. Ilustrasi pengaruh a). lintasan ganda (multiple-path effect) b). longitudinal or
axiak diffusion c). transfer massa (Braithwaite and Smith, 1999).
Hasil kromatogram yang diperoleh diharapkan memiliki bentuk yang
simetris atau memiliki bentuk Gaussian (As/Tf = 1). Akan tetapi, bentuk puncak
yang terjadi biasanya memiliki bentuk yang asimetris, seperti fronting atau tailing.
Puncak yang asimetris tersebut dapat dikarakterisasi dengan menggunakan
asymmetry factor (As) yang dihitung 10% dari bagian bawah puncak (Snyder,
Kirkland, and Glaich, 2010). Syarat nilai As yang baik adalah berada pada rentang
0,95 dan 1,1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 8. Puncak asimetri a). fronting b). tailing (Braithwaite and Smith, 1999).
Gambar 9. Perhitungan Nilai As 10 % dari bagian bawah puncak (Snyder, Kirkland, dan
Glaich, 2010).
Presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual yang diukur melalui penyebaran hasil
individual dari rata-rata apabila prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-
sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Kriteria presisi diperoleh
apabila metode memliki simpangan baku relatif atau koefisien variasi ≤ 2 %
(Harmita, 2004). Simpangan baku relatif atau koefisien variansi (KV) adalah
sebagai berikut :
(4)
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
E. Densitometri
Densitometri merupakan kuantifikasi secara langsung pada KLT dengan
tujuan mendapatkan akurasi, preparasi dan sensitivitas yang optimal (Cimpan,
2004). Adanya interaksi radiasi elektromagnetik dengan bercak yang ada pada
KLT adalah dasar dari densitometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
Densitometer memiliki kemampuan untuk mengukur jarak migrasi
dengan akurat dan memeriksa spektra UV-Vis pada bercak secara in situ (Cimpan,
2004). Densitometer mengukur perbedaan absorbansi atau sinyal fluoresensi
antara bercak dan plat dan pengukuran sinyal dari seri standar hingga sampel yang
diidentifikasi. Densitometer dengan komputer modern bisa menghasilkan kurva
kalibrasi yang menguhubungkan antara absorbansi atau fluoresensi dengan besar
atau konsentrasi standar dan menetapkan kadar yang tidak diketahui dengan
interplasi otomatis dari kurva. Pada densitometer terdapat 2 lampu, yaitu tungsten
atau lampu halogen yang digunakan untuk membaca panjang gelombang antara
400-800 nm (absorpsi visibel) dan lampu deuterium untuk membaca panjang
gelombang antara 190-450 (absorpsi ultraviolet) (Sherma, 2002).
F. Analisis Kuantitatif
Penyiapan sampel dan proses kromatografi dalam analisis kuantitatif
harus dalam keadaan stabil, sehingga beberapa syarat yang harus dipenuhi :
a. Senyawa yang dianalisis harus telah diketahui dan terpisah dari
komponen-komponen lain yang berada pada sampel ketika telah dilakukan
elusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Standar yang digunakan harus telah diketahui dan memiliki kemurnian
yang tinggi.
c. Prosedur kalibrasi harus digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kuantifikasi pada kromatografi planar, seperti KLT dan kromatografi kertas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Metode in situ, yaitu mengukur bercak pada plat dengan menggunakan
densitometer yang akan menghasilkan kromatogram.
b. Mengkerok bercak senyawa yang akan dianalisis pada plat dan
dimasukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ditambahkan pelarut yang dapat
melarutkan senyawa tersebut dan dilakukan sentrifugasi. Supernatan yang
terbentuk diambil dan dianalisis dengan teknik kuantitatif, seperti
spektrometri ultraviolet, visibel atau fluoresensi atau dengan kromatografi
gas atau cair (Jeffery et al., 1989).
G. Landasan Teori
Sediaan krim ‘X’ dengan komponen utama metil salisilat yang
merupakan golongan fenol banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi
nyeri otot. Selain metil salisilat, terdapat pula komponen lain yang termasuk
golongan fenol yaitu eugenol dan juga bertindak sebagai analgesik.
Metil salisilat dan eugenol merupakan bahan alam yang memiliki efek
farmakologis sebagai analgesik. Metil salisilat merupakan golongan ester
sehingga mudah terhidrolisis dengan adanya asam atau basa menjadi asam
salisilat. Penggunaan asam atau basa dalam preparasi sampel juga digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
untuk memecah matriks krim ‘X’. Metil salisilat merupakan komponen utama
minyak wintergreen sedangkan eugenol merupakan komponen utama dalam
minyak cengkeh.
Metode KLT-densitometri digunakan untuk menetapkan kadar metil
salisilat dan eugenol karena memberikan fleksibilitas yang tinggi dalam memilih
fase gerak. Optimasi metode KLT-densitometri untuk penetapan kadar metil
salisilat dan eugenol dilakukan untuk memperoleh kondisi yang optimal sehingga
dapat digunakan untuk menganalisis kedua analit dalam sediaan krim ‘X’. Hasil
yang optimal diperoleh dengan mengoptimasi komposisi dan jenis fase gerak,
yaitu metanol p.a : air : asam asetat glasial p.a (40 : 60 : 1), toluena p.a : etil asetat
p.a (95 : 5), toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (25 : 50 : 25), toluena p.a :
etil asetat p.a : metanol p.a (30 : 45 : 25), toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a
(30 : 50 : 20), dan toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4)
sehingga diperoleh nilai Rf antara 0,2 – 0,8, As antara 0,95 – 1,1, Rs > 1,5 dan
%KV ≤ 2.
H. Hipotesis
Komposisi dan jenis fase gerak yang optimal pada metode KLT-
densitometri, yaitu toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4)
dapat menghasilkan pemisahan yang baik, dilihat dari nilai As pada rentang 0,95 –
1,1, nilai Rs > 1,5, nilai Rf pada rentang 0,2 – 0,8 , dan %KV dari nilai Rf ≤ 2
sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar metil salisilat dan eugenol
dalam sediaan krim ‘X’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “ Optimasi Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) – Densitometri Pada Penetapan Kadar Campuran Metil Salisilat dan
Eugenol Dalam Sediaan Krim ‘X’ ” bersifat eksperimental karena terdapat
perlakuan terhadap subyek uji.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis dan komposisi fase
gerak yaitu metanol p.a : air : asam asetat glasial p.a (40 : 60 : 1), toluena p.a :
etil asetat p.a (95 : 5), toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (25 : 50 : 25),
toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30 : 45 : 25), toluena p.a : etil asetat p.a :
metanol p.a (30 : 50 : 20) dan toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 :
32,4).
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah bentuk peak (As), nilai
Rs, nilai Rf dan %KV.
3. Variabel pengacau terkendali
a. Kemurnian pelarut yang digunakan. Penelitian menggunakan pelarut
etanol pro analysis yang memiliki kemurnian 99%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Kemurnian bahan baku yang digunakan. Penelitian menggunakan
bahan baku asam salisilat for synthesis dengan kemurnian 99,8% dan eugenol for
R & D dengan kemurnian 99% yang dibuktikan dengan adanya Certificate of
Analysis.
c. Paparan cahaya akan mempengaruhi stabilitas eugenol dan asam
salisilat sehingga saat preparasi ditutup dengan aluminium foil.
C. Definisi Operasional
1. Metil salisilat dan eugenol merupakan senyawa yang terdapat dalam sediaan
krim ‘X’.
2. Sistem Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah seperangkat
alat KLT dan densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak
metanol p.a : air : asam asetat glasial p.a (40 : 60 : 1); toluena p.a : etil asetat
p.a (95 : 5); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (25 : 50 : 25); toluena
p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30 : 45 : 25); toluena p.a : etil asetat p.a :
metanol p.a (30 : 50 : 20) dan toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 :
2,4 : 32,4).
3. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah jenis dan komposisi fase gerak.
4. Parameter pemisahaan yang optimal dengan metode KLT dilihat dari bentuk
puncak (nilai As), nilai Rs, nilai Rf dan %KV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah baku asam salisilat
for synthesis (E. Merck), baku eugenol for R&D (Aldrich), etanol pro analysis (E.
Merck), toluena pro analysis (E. Merck), etil asetat pro analysis (E. Merck),
metanol pro analysis (E. Merck), asam asetat glasial pro analysis (E. Merck),
NaOH pro analysis (E. Merck), HCl pro analysis (E. Merck), aquadest, metanol
teknis (Alfa Kimia), kloroform teknis (Bratachem), dan plat KLT silika gel 60
F254 (E. Merck).
E. Alat Penelitian
Seperangkat alat densitometer (CAMAG TLC Scanner 3 CAT. No.
0277.6485 SER. No. 160602), autosampler (CAMAG Linomat 5 CAT. No.
027.7808. SER. No. 170610), neraca kasar, neraca analitik (Scaltec SBC 22 max
60/210 g; min 0,001 g; d=0,01/0,1 mg; e=1 mg), seperangkat komputer merk Dell
B6RDZ1S Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP
Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, seperangkat alat gelas (Pyrex), indikator
PH, termometer, chamber, oven (POSTBUS 7018-3502 KA Utrecht), dan
mikropipet 100 – 1000 µL (Socorex ACURA 825)
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak dibuat dalam labu takar 25 mL kemudian digojog homogen
dengan jenis dan komposisi sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel III. Komposisi dan jenis fase gerak Fase
Gerak Toluena
p.a Etil
Asetat p.a
Metanol p.a
Air Asam Asetat Glasial
p.a
Indeks Polaritas
Komposisi I
- - 40 60 1 7,61
Komposisi II
95 5 - - - 2,60
Komposisi III
25 50 25 - - 4,075
Komposisi IV
30 45 25 - - 3,975
Komposisi V
30 50 20 - - 3,94
Komposisi VI
65,2 2,4 32,4 - - 3,32
2. Pembuatan larutan baku asam salisilat
a. Pembuatan larutan stok asam salisilat 20000 ppm. Serbuk baku
asam salisilat sebanyak 0,501 gram ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
labu takar 25 mL dan ditambah etanol p.a hingga tanda.
b. Pembuatan seri larutan baku asam salisilat 816; 1020; 1224 ppm.
Larutan stok asam salisilat 20000 ppm masing-masing diambil sebanyak 0,204;
0,255 dan 0,306 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut
ditambah dengan etanol p.a hingga tanda.
3. Pembuatan larutan baku eugenol
a. Pembuatan larutan stok eugenol 20000 ppm. Larutan baku eugenol
diambil sebanyak 0,473 mL dimasukkan kedalam labu takar 25 mL dan ditambah
dengan etanol p.a hingga tanda.
b. Pembuatan seri larutan baku eugenol 560; 680; 800 ppm. Larutan
stok eugenol 20000 ppm diambil masing-masing sebanyak 0,140; 0,170 dan 0,200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mL dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL dan ditambah dengan etanol p.a hingga
tanda.
4. Pembuatan larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol
Larutan stok baku asam salisilat dan eugenol diambil masing-masing
sebanyak 0,204 mL dan 0,140 mL; 0,255 mL dan 0,170 serta 0,306 mL dan 0,200
mL dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Campuran larutan lalu ditambah
dengan etanol p.a hingga tanda. Pembuatan larutan campuran baku eugenol dan
asam salisilat dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
5. Penentuan panjang gelombang maksimum asam salisilat dan eugenol
Larutan baku asam salisilat dengan konsentrasi 816; 1020 dan 1224 ppm
dan larutan baku eugenol dengan konsentrasi 560; 680 dan 800 ppm masing-
masing ditotolkan sebanyak 2 µL dengan menggunakan autosampler pada plat
silika gel 60 F254 dengan ukuran 8 x 20 cm. Plat yang telah ditotolkan lalu
dikeringkan dan dikembangkan dalam chamber kromatografi yang telah jenuh
dengan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a perbandingan 65,2 :
2,4 : 32,4 dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah jarak pengembangan
tercapai, plat diambil dan dikeringkan. Plat lalu di scanning pada panjang
gelombang 250 – 330 nm dengan menggunakan TLC scanner. Data densitogram
yang diperoleh dari masing-masing zat dibandingkan dan ditentukan panjang
gelombang di mana eugenol dan asam salisilat memiliki serapan optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
6. Preparasi Sampel
Preparasi sampel dilakukan dua kali yaitu untuk menganalisis eugenol dan
asam salisilat.
a. Larutan sampel untuk analisis eugenol. Sampel krim ‘X’
dikeluarkan dan dicampur homogen kemudian ditimbang lebih kurang 1 gram
dengan neraca analitik dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat 100 mL
kemudian ditambah NaOH 6 M 25 mL. Campuran direfluks dengan menggunakan
mantel heater pada suhu antara 800C - 1000C selama 3 jam. Larutan yang
diperoleh disaring dengan menggunakan kertas saring dan ditambah HCL 6 M
hingga pH 2. Larutan diekstraksi dengan kloroform sebanyak 4 x @ 10 mL . Hasil
ekstraksi dikeringkan kemudian ekstrak yang sudah kering dilarutkan kembali
dengan 5 mL etanol p.a (Campuran A).
b. Larutan sampel untuk menganalisis asam salisilat. Campuran A
diambil sebanyak 0,7 mL dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, ditambah
etanol p.a hingga tanda (Campuran B).
7. Optimasi Metode KLT-Densitometri
a. Optimasi fase gerak dalam pemisahan asam salisilat dan eugenol.
Larutan baku asam salisilat dengan konsentrasi 816; 1020 dan 1224 ppm dan
larutan baku eugenol dengan konsentrasi 560; 680; dan 800 ppm masing-masing
sebanyak 2 µL ditotolkan pada plat silika gel 60 F254 ukuran 8 x 20 cm dengan
menggunakan autosampler. Plat yang telah ditotol dikeringkan dan dimasukkan
ke dalam chamber yang telah jenuh dengan fase gerak metanol p.a : air : asam
asetat glasial p.a (40 : 60 : 1); toluena p.a : etil asetat p.a (95 : 5); toluena p.a : etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
asetat p.a : metanol p.a (25 : 50 : 25); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30
: 45 : 25); toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (30 : 50 : 20) dan toluena p.a :
etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) dengan jarak pengembangan 15 cm.
Setelah itu, plat dikeluarkan dan dikeringkan kemudian di scanning pada panjang
gelombang maksimum.
b. Reprodusibilitas resolusi sampel dari fase gerak hasil optimasi.
Seri larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol dengan 3 tingkat
konsentrasi dan larutan sampel (campuran A dan campuran B) yang masing-
masing telah dipreparasi sebanyak tiga kali ditotolkan pada plat silika gel 60 F254
ukuran 17 x 20 cm dengan menggunakan autosampler. Plat yang telah ditotol
dikeringkan dan dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh oleh fase gerak
hasil optimasi (point 7a) dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah itu, plat
dikeluarkan dan dikeringkan kemudian di scanning pada panjang gelombang
maksimum. Densitogram hasil pemisahan campuran baku asam salisilat dan
eugenol serta larutan sampel dihitung nilai As, nilai Rf, nilai Rs dan %KV-nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
G. Analisis Hasil
Hasil optimasi metode untuk pemisahan metil salisilat dan eugenol dalam
krim ‘X’ ditentukan dengan melihat bentuk puncak (nilai As), nilai Rs, nilai Rf dan
%KV.
1. Bentuk peak yang baik adalah simetris yang diperoleh dengan menghitung
asymmetry factor (As) menggunakan cara sebagai berikut :
Gambar 10. Perhitungan Nilai As (Snyder, Kirkland, dan Glaich, 2010)
di mana : As = asymmetry factor a = lebar sebelum puncak yang diukur pada ketinggian 10%
dari bawah b = lebar setelah puncak yang diukur pada ketinggian 10%
dari bawah
2. Nilai resolusi diperoleh dengan cara sebagai berikut :
௦ = ଶ (௧మ ௧భ)௪భା ௪మ
(5)
di mana : Rs = nilai Resolusi t1 = jarak geometrik bagian tengah pada puncak 1 t2 = jarak geometrik bagian tengah pada puncak 2 W1 = lebar puncak pada puncak 1 W2 = lebar puncak pada puncak 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Nilai Rf diperoleh dengan cara sebagai berikut :
= ୨ୟ୰ୟ୩ ୮୰୮୧୬ୟ୦ୟ୬ ୱୟ୫୮୪୨ୟ୰ୟ୩ ୮୰୮୧୬ୟ୦ୟ୬ ୮୪ୟ୰୳୲
(6)
4. Nilai %KV diperoleh dengan cara sebagai berikut :
ܭ = ௌ௫
(7) %100 ݔ
di mana : %KV = koefisien variansi SD = standar deviasi x = rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Baku
Larutan baku tunggal dan campuran dibuat dari baku asam salisilat dan
eugenol dengan menggunakan pelarut etanol karena kedua analit tersebut larut di
dalam etanol. Larutan baku tunggal dibuat untuk memastikan bahwa analit yang
akan dianalisis berada dalam sampel dengan melihat kesamaan atau kedekatan
nilai Rf peak baku dengan sampel. Larutan baku campuran dibuat sebagai
simulasi keadaan analit yang berada dalam sediaan krim ‘X’.
Larutan baku masing-masing dibuat dalam tiga konsentrasi untuk
melihat kenaikan respon detektor yang dinyatakan dengan AUC (Area Under
Curve) apabila konsentrasi analit ditingkatkan. Seri konsentrasi yang dibuat yaitu
816 ppm, 1020 ppm, dan 1224 ppm untuk asam salisilat serta 560 ppm, 680 ppm,
dan 800 ppm untuk eugenol. Larutan baku juga dibuat sebanyak tiga kali
replikasi untuk melihat keterulangan respon detektor (AUC) dari masing-masing
analit. Perbandingan seri konsentrasi antara asam salisilat dengan eugenol
memiliki perbandingan 3 : 2. Seharusnya pembuatan larutan baku mengikuti
perbandingan asam salisilat dengan eugenol yang berada dalam larutan sampel
krim ‘X’ yaitu 7,4 : 1 namun pada saat orientasi,. eugenol tidak dapat dibaca
sebagai puncak pada konsentrasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
B. Preparasi Sampel
Sampel krim yang telah dicampur homogen ditimbang sebanyak 1 gram
sampel dilarutkan dengan 25 mL 6 N NaOH dan dipanaskan dengan refluks pada
suhu 800C - 1000C selama 3 jam untuk memecah matriks sampel dan
menghidrolisis metil salisilat menjadi Na salisilat. Selain itu, untuk mengubah
eugenol menjadi bentuk garamnya sehingga dapat larut di dalam air. Penggunaan
refluks untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tanpa mengurangi
jumlah zat yang ada karena adanya kondensasi kembali pelarut dan hasil reaksi
yang menguap.
Langkah selanjutnya, hasil refluks disaring untuk memisahkan matriks
pada krim yang tidak larut. Setelah itu, dilakukan penambahan 6 N HCl hingga
pH 2 untuk membentuk Na salisilat menjadi asam salisilat dan mengembalikan
eugenol ke bentuk molekul utuh. Kemudian sampel diekstraksi dengan
menggunakan kloroform untuk memisahkan asam salisilat dan eugenol dari
komponen-komponen vanishing cream. Penggunaan kloroform karena asam
salisilat dan eugenol dapat larut di dalam kloroform.
O
O
OH
NaOH O Na
O
OH
H2O HCl OH
O
OH
CH3
O
CH3
OH
NaOHO
CH3
O Na
H2OHCl
O
CH3
OH
Gambar 11. Reaksi yang terjadi pada preparasi sampel a.) metil salisilat menjadi asam
salisilat b.) eugenol
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Fraksi kloroform yang telah dikumpulkan kemudian diuapkan sehingga
yang tersisa tinggal asam salisilat dan eugenol. Asam salisilat dan eugenol
memiliki titik didih yang tinggi sehingga tidak akan ikut menguap bersama
kloroform. Setelah kloroform menguap, asam salisilat dan eugenol dilarutkan
dengan menggunakan etanol.
C. Jenis dan Komposisi Fase Gerak
Pemisahan asam salisilat dan eugenol dipengaruhi oleh jenis dan
komposisi fase gerak sehingga untuk mendapatkan pemisahan yang optimal, perlu
dilakukan optimasi jenis dan komposisi fase gerak. Selain itu, optimasi dilakukan
dalam metode KLT karena metode ini belum pernah dilakukan sebelumnya untuk
pemisahan eugenol dan asam salisilat.
Jenis dan komposisi fase gerak I campuran metanol p.a.: air : asam asetat
glasial p.a. (40 : 60 :1) merupakan fase gerak yang dapat digunakan untuk
mengelusi asam salisilat (The Department of Health, 2010a). Jenis dan komposisi
fase gerak II campuran toluena p.a.: etil asetat p.a. (95 : 5) merupakan fase gerak
yang dapat digunakan untuk mengelusi eugenol (The Department of Health,
2010c).
Jenis dan komposisi fase gerak III, IV, V, dan VI merupakan hasil
modifikasi untuk mendapatkan indeks polaritas yang sesuai dengan analit
sehingga bisa diperoleh pemisahan yang paling baik untuk asam salisilat dan
eugenol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Eugenol dan Asam Salisilat
Penentuan panjang gelombang (λ) pengamatan asam salisilat dan eugenol
bertujuan untuk menentukan panjang gelombang yang optimal dalam mendeteksi
bercak masing-masing analit oleh densitometer. Penentuan panjang gelombang
maksimum dilakukan dengan mendeteksi bercak ketiga tingkat konsentrasi
masing-masing larutan baku asam salisilat dan eugenol yang telah dielusi dengan
fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) pada λ 250 –
330 nm dengan menggunakan densitometer. Syarat senyawa yang dapat diukur
dengan panjang gelombang ultraviolet adalah adanya kromofor dan auksokrom.
OH
O
OH
OCH3
H2C
OH
Gambar 12. Auksokrom dan kromofor pada a). asam salisilat b). eugenol
...... = kromofor = auksokrom
Dalam menentukan λ pengamatan asam salisilat dan eugenol dipengaruhi
oleh nilai yang menyatakan nilai serapan pada konsentrasi 1 g/100 mL
dengan tebal kuvet 1 cm. Berikut adalah profil spektra asam salisilat dan eugenol
pada konsentrasi sedang (680 ppm eugenol dan 1020 ppm asam salisilat) :
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 13. Spektra asam salisilat (a) dan eugenol (b) pada konsentrasi sedang
Gambar 13 menunjukkan bahwa pada konsentrasi sedang asam salisilat
memliki panjang gelombang serapan maksimal (λmaks) sebesar 298 nm. Eugenol,
jika dilihat dari spektra yang diperoleh (gambar 13) memiliki λmaks sebesar 282
nm. λmaks ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa eugenol memiliki
serapan maksimal dalam etanol sebesar 282 nm (Clarke, 1971).
Panjang gelombang pengamatan ditentukan dengan melihat spektra hasil
perpotongan asam salisilat dan eugenol berdasarkan gambar 13, maka panjang
gelombang pengamatan yang digunakan adalah 288 nm dengan pertimbangan
bahwa pada panjang gelombang tersebut dapat membaca serapan kedua analit,
yaitu asam salisilat dan eugenol dalam satu kali deteksi.
B
282 nm
A
298 nm
288 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Optimasi Pemisahan Asam Salisilat dan Eugenol dengan Metode KLT-
Densitometri
Optimasi pemisahan asam salisilat dan eugenol menggunakan
konsentrasi tengah, yaitu 1020 ppm untuk asam salisilat dan 680 ppm untuk
eugenol yang dianggap dapat mewakili seri konsentrasi rendah hingga tinggi. Fase
diam yang digunakan adalah silika gel F254 karena silika gel memiliki ukuran
partikel yang kecil dan seragam sehingga dapat dihasilkan resolusi serta
pemisahan yang efisien.
Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus Si-OH
(silanol). Adanya gugus silanol dapat membentuk interaksi hidrogen dengan
analit. Selain dengan analit, gugus silanol juga dapat membentuk interaksi
hidrogen dengan air yang membuat silka gel terdeaktivasi sehingga sebelum
digunakan, silika gel perlu dipanaskan pada suhu 120oC selama 30 menit. Hal ini
dilakukan untuk mengaktivasi kembali permukaan silika gel sehingga gugus
silanol dapat berinteraksi dengan analit. F254 menunjukkan bahwa senyawa
fluoresense yang ditambahkan dalam plat memiliki panjang gelombang eksitasi
254 nm. Senyawa yang ditambahkan biasanya berupa seng silikat yang teraktivasi
mangan atau fosfor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
OO
O
O
Si
O
OO
Si
H
Si
O
OH
H
HO
OO
OH
O
CH3
O
O
Si
O
OO
H
Si
O
OH
O H
Gambar 14. Interaksi hidrogen a). asam salisilat b). eugenol dengan fase diam -------- = interaksi hidrogen
Pada gambar 14, dapat dilihat bahwa asam salisilat dan eugenol dapat
berinteraksi hidrogen dengan fase diam. Interaksi hidrogen antara asam salisilat
dengan fase diam lebih banyak dibandingkan interaksi antara eugenol dan asam
salisilat. Oleh karena banyaknya atom O pada asam salisilat yang dapat
membentuk interaksi hidrogen dengan fase diam, maka asam salisilat akan
tertahan lebih lama pada fase diam jika dibandingkan dengan eugenol.
HO
O
HO
OCH3
OH
Gambar 15. Bagian polar dan non polar dari : a). asam salisilat b). eugenol = polar = non polar
A
B
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Komposisi fase gerak I berdasarkan pada British Pharmacopoeia 2011
yang digunakan untuk mengelusi asam salisilat dengan indeks polaritas 7,61.
Hasil pemisahan asam salisilat dan eugenol setelah dielusi dengan fase gerak ini
menunjukkan bahwa asam salisilat dapat terelusi dengan nilai Rf 0,88 dengan
peak yang simetris, namun eugenol tidak dapat terelusi dengan baik karena
eugenol masih tertahan pada fase diam. Komposisi fase gerak II berdasarkan pada
British Pharmacopoeia 2011 yang digunakan untuk mengelusi eugenol dengan
indeks polaritas 2,60. Hasil pemisahan asam salisilat dan eugenol setelah dielusi
menunjukkan bahwa eugenol dapat terelusi dengan baik karena memiliki nilai Rf
0,39 dengan peak yang simetris, namun asam salisilat tidak dapat terelusi dengan
baik dilihat dari nilai Rf yang hanya sebesar 0,02 atau dengan kata lain tertahan di
fase diam. Masih tertahannya asam salisilat pada fase diam dikarenakan kepolaran
yang kurang cocok dengan analit. Kedua komposisi ini digunakan untuk melihat
sejauh mana asam salisilat dan eugenol terelusi jika menggunakan fase gerak
masing-masing dan dapat digunakan untuk memodifikasi jenis dan komposisi fase
gerak sehingga dapat diperoleh pemisahan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hasil pemisahan asam salisilat dan eugenol menggunakan jenis dan
komposisi fase gerak yang dioptimasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel IV. Nilai Rf dan As pada asam salisilat dan eugenol dengan metode KLT-densitometri pada berbagai jenis dan komposisi fase gerak
No Jenis dan Komposisi Fase Gerak
Rf As Keterangan Asam
Salisilat Eugenol Asam
Salisilat Eugenol
1 Metanol p.a : Air :
Asam asetat glasial p.a (40 : 60 :1) (IP = 7,61)
0,88 - 1 - Eugenol tidak
terelusi. Peak asam salisilat simetris.
2 Toluena p.a : Etil asetat p.a (95 : 5) (IP = 2, 60) 0,02 0,39 - 1
Asam salisilat tidak terelusi. Bentuk puncak eugenol
simetris.
3 Toluena p.a : Etil asetat p.a : Metanol p.a (25 : 50 : 25) (IP = 4,075)
0,36 0,89 2,57 1
Asam salisilat dan eugenol terelusi. Bentuk puncak
eugenol simetris dan asam salisilat tailing
(asimetris)
4 Toluena p.a : Etil asetat p.a : Metanol p.a (30 :
45 : 25) (IP = 3,975) 0,30 0,74 1,71 1
Asam salisilat dan eugenol terelusi. Bentuk puncak
eugenol simetris dan asam salisilat tailing
(asimetris).
5 Toluena p.a : Etil asetat p.a : Metanol p.a (30 :
50 : 20) (IP = 3,94) 0,25 0,73 1,5 1
Asam salisilat dan eugenol terelusi
dengan baik. Bentuk puncak eugenol
simetris dan asam salisilat tailing
(asimetris)
6 Toluena p.a : Etil asetat p.a : Metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) (IP = 3,32)
0,23 0,61 1 1
Asam salisilat dan eugenol terelusi
dengan baik. Bentuk puncak keduanya
simetris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pemilihan jenis dan komposisi fase gerak berdasarkan nilai indeks
polaritasnya caranya dengan meningkatkan fase gerak berdasarkan kepolarannya.
Oleh karena itu ditambahkan metanol yang memiliki kepolaran (IP = 5,1) dan
eluent strength (0,7) yang lebih besar dari toluena dan etil asetat sehingga
diharapkan dapat menghasilkan pemisahan yang baik untuk campuran asam
salisilat dan eugenol.
Fase gerak yang ke III merupakan hasil modifikasi jenis dan komposisi
fase gerak dengan indeks polaritas 4,07. Hasil pemisahan asam salisilat
menggunakan jenis dan fase gerak ini menunjukkan bahwa asam salisilat dan
eugenol dapat terelusi dengan nilai Rf masing-masing 0,36 dan 0,89 dengan nilai
As 2,57 untuk asam salisilat dan 1 untuk eugenol. Hasil ini menunjukkan bahwa
fase gerak komposisi III bukan merupakan komposisi fase gerak yang optimal
sehingga masih perlu dilakukan modifikasi komposisi fase gerak supaya dapat
diperoleh pemisahan asam salisilat dan eugenol yang baik.
Hasil modifikasi komposisi fase gerak, yaitu fase gerak IV memiliki
indeks polaritas 3,975. Setelah dielusi, asam salisilat dan eugenol dapat memiliki
nilai Rf masing-masing 0,30 dan 0,74 dengan nilai As 1,71 untuk asam salisilat
dan 1 untuk eugenol. Hasil ini menunjukkan bahwa fase gerak komposisi IV
bukan merupakan komposisi fase gerak yang optimal sehingga masih perlu
dilakukan modifikasi komposisi fase gerak supaya dapat diperoleh pemisahan
asam salisilat dan eugenol yang baik.
Komposisi fase gerak V merupakan hasil modifikasi fase gerak
selanjutnya dengan indeks polaritas 3,94. Hasil pemisahan asam salisilat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
eugenol setelah dielusi dengan fase gerak ini menghasilkan nilai Rf masing-
masing 0,25 dan 0,73 dengan nilai As 1,5 untuk asam salisilat dan 1 untuk
eugenol. Hasil ini menunjukkan bahwa fase gerak komposisi V bukan merupakan
komposisi fase gerak yang optimal sehingga masih perlu dilakukan modifikasi
komposisi fase gerak supaya dapat diperoleh pemisahan asam salisilat dan
eugenol yang baik.
Pada komposisi III – V asam salisilat dan eugenol sudah dapat terelusi
dengan baik akan tetapi masih menghasilkan puncak yang asimetris sehingga
perlu dilakukan modifikasi dengan menurunkan indeks polaritas dari fase gerak
yang diharapkan dapat menghasilkan pemisahan asam salisilat dan eugenol yang
baik. Modifikasi komposisi fase gerak selanjutnya memiliki indeks polaritas 3,32.
Gambar 16 menunjukkan bahwa jenis dan komposisi fase gerak VI mampu
menghasilkan pemisahan yang optimal. Asam salisilat dan eugenol dapat terelusi
dengan baik karena memiliki Rf masing-masing sebesar 0,23 dan 0,61. Puncak
yang dihasilkan sempit dan simetris dengan As = 1 untuk puncak kedua analit.
Nilai resolusi untuk keduanya > 1,5. Nilai Rf , As, dan Rs yang dihasilkan telah
sesuai dengan syarat pemisahan yang optimal sehingga dapat dikatakan bahwa
jenis dan komposisi fase gerak VI ini merupakan fase gerak yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Hasil pemisahan asam salisilat dan eugenol setelah dielusi dengan fase
gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (62,5 : 2,4 : 32,4) sebagai berikut :
Gambar 16. Densitogram hasil elusi asam salisilat dan eugenol menggunakan fase gerak toluena p.a. : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4)
(a). asam salisilat ; (b). eugenol ; (c). fase gerak
A
B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Interaksi antara asam salisilat dan eugenol dengan fase gerak toluene : etil asetat :
metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) adalah sebagai berikut :
H3C
CH3
O
O
H2C
H3C
H3C O
O
O
O
H3C
CH2
O
O
H2C
H3C
H3C O
H
H
H
H
H3C O H
CH3
O
O
H2C
H3C
H3C
CH3O
CH3
O
O
H2C
H3C
H3C O
H3C
O
OCH2
CH3
CH3
H3C O
H3C
O
OCH2
CH3
OCH3
CH2
HC
H2C
O H
H
H3C
H3C
O
OCH2
CH3
H
H
H3C
Gambar 17. Interaksi dengan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a
(65 : 2,5 : 32,5) a). asam salisilat b). eugenol = interaksi van der Waals
---------- = interaksi hidrogen
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Jika dilihat dari gambar 17, interaksi antara eugenol dengan fase gerak lebih
banyak dibandingkan interaksi antara asam salisilat dengan fase gerak sehingga
eugenol akan lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan memiliki nilai Rf lebih
besar dibandingkan nilai Rf asam salisilat.
Nilai Rf eugenol yang lebih tinggi dibandingkan asam salisilat juga dapat
dilihat dari nilai log yang dimiliki antara asam salisilat dan eugenol, eugenol
memiliki nilai log lebih besar yaitu 2,7 sedangkan asam salisilat 2,26. Nilai
log ini menunjukkan bahwa eugenol akan lebih mudah larut dalam pelarut
organik (fase gerak) dibandingkan asam salisilat sehingga eugenol akan lebih
mudah terbawa oleh fase gerak. Bagian polar dari fase gerak akan berinteraksi
dengan bagian polar dari analit, sedangkan bagian non polar akan berinteraksi
dengan bagian non polar dari analit.
Hasil optimasi jenis dan komposisi fase gerak VI dipastikan dengan uji
reprodusibilitas. Pada uji reprodusibilitas ini menggunakan larutan baku campuran
asam salisilat dan eugenol dengan konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi serta
larutan sampel sebanyak tiga kali replikasi. Penggunaan larutan sampel yang
berasal dari krim ‘X’ pada uji reprodusibilitas bertujuan untuk melihat jenis dan
komposisi fase gerak VI ini benar-benar dapat memisahkan asam salisilat dan
eugenol yang berada dalam sampel sehingga ketika digunakan pada tahapan
selanjutnya yaitu validasi dan penetapan kadar dapat memberikan hasil yang
optimal juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Densitogram hasil elusi larutan baku campuran asam salisilat dan
eugenol menggunakan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 :
2,4 : 32,4) sebagai berikut :
Gambar 18. Densitogram hasil elusi larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol a). asam salisilat seri menengah 1020 ppm ; b). eugenol seri menengah 680 ppm ; c). fase
gerak
Densitogram hasil elusi larutan sampel menggunakan fase gerak toluena
p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4) sebagai berikut :
Gambar 19. Densitogram hasil elusi larutan sampel a). asam salisilat; b). eugenol; c). fase
gerak
A
B C
A
B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berikut rangkuman hasil elusi dari baku campuran asam salisilat dan
eugenol :
Tabel V. Nilai Rf, As, dan Rs pada larutan baku campuran asam salisilat dan eugenol dengan tiga seri konsentrasi dan tiga kali replikasi menggunakan fase gerak toluene : etil asetat :
metanol (65,2 ; 2,4 : 32,4)
Replikasi Seri Analit Konsentrasi (ppm) Rf As Rs
I
Rendah Asam salisilat 816 0,24 1
4,35 Eugenol 560 0,61 1
Sedang Asam salisilat 1020 0,23 1
5,07 Eugenol 680 0,62 1
Tinggi Asam salisilat 1224 0,23 1
5,07 Eugenol 800 0,61 1
II
Rendah Asam salisilat 816 0,23 1
5,20 Eugenol 560 0,61 1
Sedang Asam salisilat 1020 0,23 1
4,75 Eugenol 680 0,61 1
Tinggi Asam salisilat 1224 0,23 1
4,47 Eugenol 800 0,61 1
III
Rendah Asam salisilat 816 0,23 1
5,43 Eugenol 560 0,61 1
Sedang Asam salisilat 1020 0,23 1
4,75 Eugenol 680 0,61 1
Tinggi Asam salisilat 1224 0,23 1
4,47 Eugenol 800 0,61 1
Tabel VI. Nilai % KV dari Rf asam salisilat dan eugenol pada tiga konsentrasi seri larutan baku campuran dengan tiga kali replikasi
Analit %KV Rf
Asam Salisilat 1,361 Eugenol 0,514
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel V dan VI menggambarkan bahwa telah diperoleh pemisahan yang
optimal antara asam salisilat dan eugenol dengan menggunakan fase gerak toluena
p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4). Nilai Rf yang dihasilkan untuk
asam salisilat dan eugenol sudah berada pada rentang 0,2 – 0,8 (0,23 untuk asam
salisilat dan 0,61 untuk eugenol) dengan %KV 1,361 untuk asam salisilat dan
0,514 untuk eugenol. Puncak asam salisilat dan eugenol yang dihasilkan simetris
dengan nilai As 1. Selain itu antara puncak asam salisilat dan eugenol telah
terpisah dengan nilai Rs > 1,5. Puncak-puncak pengotor (gambar 18 C) yang
berasal dari fase gerak tidak mengganggu puncak analit karena puncak asam
salisilat dan eugenol terpisah dari puncak pengotor terdekat yang berasal dari fase
gerak yang ditunjukkan oleh nilai resolusi yang lebih dari 1,5.
Rangkuman hasil elusi tiga replikasi sampel asam salisilat dan eugenol
adalah sebagai berikut :
Tabel VII. Nilai Rf, As, dan Rs pada larutan sampel dari krim ‘X’ tiga kali replikasi menggunakan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a (65,2 ; 2,4 : 32,4)
Replikasi Analit Rf Af Rs I Asam salisilat 0,23 1
2,85 Eugenol 0,61 1 II Asam salisilat 0,23 1
1,39 Eugenol 0,61 1 III Asam salisilat 0,23 1
2,42 Eugenol 0,60 1
Tabel VIII. Nilai % KV dari Rf asam salisilat dan eugenol pada tiga konsentrasi seri larutan baku campuran dengan tiga kali replikasi
Analit %KV Rf
Asam Salisilat 0 Eugenol 0,777
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Pada tabel VII dan VIII menggambarkan bahwa komposisi dan jenis fase
gerak ketika diaplikasikan ke dalam sampel menghasilkan densitogram dengan Rf
antara 0,2 – 0,8. Bentuk puncak kedua analit simetris dengan nilai As 1 dan nilai
Rs sampel I dan III > 1,5. Nilai Rs pada sampel II tidak memenuhi syarat karena
puncak asam salisilat yang terlalu melebar. Nilai % KV untuk Rf telah memenuhi
persyaratan yaitu 0 untuk asam salisilat dan 0,777 untuk eugenol. Hal ini
menunjukkan bahwa fase gerak ini dapat memisahkan asam salisilat dan eugenol
yang terdapat di dalam sampel ‘X’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode KLT-densitometri dengan fase diam silika gel F254 dan fase
gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a perbandingan 65,2 : 2,4 : 32,4
dapat menghasilkan pemisahan asam salisilat dan eugenol yang optimal dengan
nilai Rf 0,23 untuk asam salisilat dan 0,61 untuk eugenol, nilai As kedua puncak
1, nilai Rs kedua puncak antara 4,35 – 5,20 serta nilai %KV Rr 1,361 untuk asam
salisilat dan 0,514 untuk eugenol.
B. Saran
Perlu dilakukan validasi metode dan penetapan kadar metil salisilat dan
eugenol dalam krim ‘X’ menggunakan KLT-densitometri dengan fase diam
silika gel F254 dan fase gerak toluena p.a : etil asetat p.a : metanol p.a
perbandingan 65,2 : 2,4 : 32,4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd
edition, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 57-60
Ahmad, I., and Vaid F.HM., 2009, Determination of Benzoic Acid and Salicylic
Acid in Commercial Benzoic and Salicylic Acids Ointments by
Spectrophotometric Method, Pak. J. Pharm. Sci., vol. 22, 18-22
Ameen, O.M., and Olantuji, G.A., 2009, The Preparation of Methyl Benzoate and
Methyl Salicylate on Silca Gel Column, African Journal of Pure and
Applied Chemistry, vol. 3, 120-121
Braithwaite, A. and Smith, F.J., 1999, Chromatographic Methods, 5th ed., Kluwer
Academic Publishers, Netherlands, pp. 29, 39, 44-46
Byers, 2003, Solvent Polarity and Miscibility, http://www.chemical-
ecology.net/java/solvents.htm, diakses 22 September 2011
Cimpan, G., 2004, Solute Identification in TLC, in Cazes, Jack, (Ed.),
Encyclopedia of Chomatography, Marcel Dekker, Inc., New York,
pp.1430
Clarke, E.G.C, 1971, Isolation and Identification of Drugs, 343, 42, 539, The
Pharmaceutical Press, London, pp. 42, 343, 539
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi
IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan RI, pp. 6
Environmental Protection Agency, 2005, Biopesticide Registration Action
Document : Methyl Salicilate, US Environmental Protection Agency
Office of Pesticide Programs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gandjar, I.G., dan Rohman , A., 2007, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha
Ilmu, Yogyakarta, pp. 353-363
Gearin, J.E., and Grabowski B.F., 1969, Methods of Drug Analysis, Lea &
Febiger, USA, pp. 74
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, vol. I, No. 3, 122
Harnani, E. D., 2010, Perbandingan Kadar Eugenol Minyak Atsiri Bunga
Cengkeh (Szygium aromaticum (L.) Meer. & Perry) dari Maluku,
Sumatera, Sulawesi, dan Jawa dengan Metode GC-MS
Ibrahim, N., 2011, Fisiologi Nyeri, Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
Indrayanto, G., and Yuwono, M., 2003, Validation of TLC Analyses, in Cazes,
Jack, (Ed.), Encyclopedia of Chomatography, Marcel Dekker, Inc., New
York, pp.1634
Jeffery, G.H., Bassett, J., Mendham. J., and Denney, R.C., 1989, Vogel's:
Textbook of Quantitative Chemical Analysis, 5th ed., John Wiley & Sons,
Inc., New York, pp. 229, 231
Lalla, J.K., Hamrapurkar, P.D., and Singh A., 2007, Quantitative HPTLC
Analysis of the Eugenol Content of Leaf Powder and a Capsule
Formulation of Ocimum sanctum, Journal of Planar Chromatography
20, 135-139
Lepri, L, and Cincinelli, A, Rf, in Cazes, Jack, (Ed.), Encyclopedia of
Chomatography, Marcel Dekker, Inc., New York, pp.1307
Malahyde Information Systems, 1998, COUNTERPAIN® BALM,
http://home.intekom.com/pharm/bm_squib/countpn.html, diakses 22
September 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
National Toxicology Program, 2012,
http://ntp.niehs.nih.gov/index.cfm?objectid=E8848B15-BDB5-82F8-
F2450B0677EFC801, diakses pada 10 Juni 2012
Newton, J., 2011, Condensation Reactions of Esters, The University of Southern
Maine, South Chicago
Nurdjannah, N., 2004, Difersifikasi Penggunaan Cengkeh, Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Bogor
Oketips, 2010, http://oketips.com/8797/tips-sejarah-manfaat-efek-samping-asam-
salisilat/, diakses pada 16 Juni 2012
Prus, W., and Kowalska, T., 2003, Optimization of Thin –Layer Chromatography,
in Cazes, Jack, (Ed.), Encyclopedia of Chomatography, Marcel Dekker,
Inc., New York, pp.1009
RSC, 2012, Salicylic Acid, http://www.chemspider.com/Chemical-
Structure.331.html, diakses pada 10 Juni 2012
Sherma., J., 2002, Optical Quantification (Densitometry) in TLC, in Cazes, Jack,
(Ed.), Encyclopedia of Chomatography, Marcel Dekker, Inc., New York,
pp.1004
Snyder, Kirkland, and Glaich, 2010, Practical HPLC Method Development, 2nd
edition, pp. 23-24
Syamsuni, H., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi , Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 102
TCI America, 2008, Material Safety Data Sheet A0232,
https://www.spectrumchemical.com/MSDS/TCI-A0232.pdf, diakses
pada 5 Juni 2012
The Department of Health, 2010a, British Pharmacopoeia 2011, Volume 1, The
Department of Health, London, pp. 871-872
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
The Department of Health, 2010b, British Pharmacopoeia 2011, Volume 2, The
Department of Health, London, pp. 1425
The Department of Health, 2010c, British Pharmacopoeia 2011, Volume 3, The
Department of Health, London, pp. 2376
Toxnet, 1994, Methyl Salicylate, http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-
bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+1935, diakses pada 10
Juni 2012
Vijon, 2008, Material Safety Data Sheet,
http://www.vijon.com/data/resources/219.pdf, diakses pada 5 Juni 2012
Wulandari, L., dan Indrayanto, G., 2000, Densitometric Determination of
Betamethasone Dipripionate and Salicylic Acid in Lotions, and
Validation of the Method,
http://www.akademiai.com/content/811114237236l604/, diakses pada 1
Mei 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 1. Certificate of Analysis Baku Asam Salisilat for Synthesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 2. Certificate of Analysis Baku Eugenol for R & D
Lampiran 3. Data Penimbangan dan Pengambilan Baku dan Sampel serta
Contoh Perhitungan Konsentrasi Baku
1. Penimbangan Baku Asam Salisilat
Bobot Asam Salisilat
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Gram 0,5010 0,5010 0,5010
Baku asam salisilat memiliki kemurnian 99,8 %, sehingga di dalam 0,5010
gram serbuk baku asam salisilat terdapat 0.5000 gram asam salisilat
Contoh perhitungan kadar seri larutan baku asam salisilat
Konsentrasi stok = = 20000 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Konsentrasi seri baku yang dibuat :
a. V1 C1 = V2 C2
0,204 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 816 ppm
b. V1 C1 = V2 C2
0,255 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 1020 ppm
c. V1 C1 = V2 C2
0,306 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 1224 ppm
2. Pengambilan Baku Eugenol (berat jenis = 1,067 g/mL)
Volume Eugenol
Replikasi I Replikasi II Replikasi III mL 0,473 0,473 0,473
Baku eugenol memiliki kemurnian 99%, sehingga di dalam 0,773 mL baku
eugenol yang diambil terdapat 0,5000 gram eugenol
Contoh perhitungan kadar seri larutan baku eugenol
Konsentrasi stok = = 20000 ppm
Konsentrasi seri baku yang dibuat :
a. V1 C1 = V2 C2
0,140 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 560 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. V1 C1 = V2 C2
0,170 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 680 ppm
c. V1 C1 = V2 C2
0,200 mL . 20000 ppm = 5 mL . C2
C2 = 800 ppm
3. Penimbangan Sampel
Bobot Replikasi
I II III Gram 1,1044 1,1049 1,1052
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak
Indeks polaritas dari : Air = 9,0
Asam asetat glasial = 6,2
Metanol = 5,1
Etil Asetat = 4,4
Toluena = 2,4
a. Metanol p.a : air : asam asetat glasial p.a (40 : 60 : 1)
Indeks polaritas = x 5,1 + x 9,0 + x 6,2 = 7,61
b. Toluena p.a : etil asetat p.a (95 : 5)
Indeks polaritas = x 2,4 + x 4,4 = 2,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
c. Toluena p.a : etil asetat p.a : methanol p.a (65,2 : 2,4 : 32,4)
Indeks polaritas = x 2,4 + x 4,4 + x 5,1 = 3,32
Lampiran 5. Sistem KLT-Densitometri yang Digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 6. Hasil Scanning Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Asam Salisilat dan Eugenol
Asam Salisilat
282 nm
Eugenol
300 nm
288 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 7. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Metanol
p.a : Air : Asam Asetat Glasial p.a (40 : 60 : 1)
1. Densitogram asam salisilat
2. Densitogram eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 8. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a : Etil Asetat p.a (95 : 5)
1. Densitogram asam salisilat
2. Densitogram eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 9. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a : Etil Asetat p.a : Metanol p.a (25 : 50 : 25)
1. Densitogram asam salisilat
2. Densitogram eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 10. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a : Etil Asetat p.a : Metanol p.a (30 : 45 : 25)
1. Densitogram asam salisilat
2. Densitogram eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 11. Densitogram Hasil Elusi Menggunakan Fase Gerak Toluena
p.a : Etil Asetat p.a : Metanol p.a (30 : 50 : 20)
1. Densitogram asam salisilat
2. Densitogram eugenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 12. Densitogram Reprodusibilitas Baku
1. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 816 ppm dan 560 ppm
eugenol replikasi 1
2. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 816 ppm dan 560 ppm
eugenol replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 816 ppm dan 560 ppm
eugenol replikasi 3
4. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1020 ppm dan 680 ppm
eugenol replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
5. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1020 ppm dan 680 ppm
eugenol replikasi 2
6. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1020 ppm dan 680 ppm
eugenol replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
7. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1224 ppm dan 800 ppm
eugenol replikasi 1
8. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1224 ppm dan 800 ppm
eugenol replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
9. Densitogram campuran larutan baku asam salisilat 1224 ppm dan 800 ppm
eugenol replikasi 3
Lampiran 13. Densitogram Reprodusibilitas Sampel
1. Densitogram larutan sampel asam salisilat replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Densitogram larutan sampel asam salisilat replikasi 2
3. Densitogram larutan sampel asam salisilat replikasi 3
4. Densitogram larutan sampel eugenol replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
5. Densitogram larutan sampel eugenol replikasi 2
6. Densitogram larutan sampel eugenol replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 14. Perhitungan Nilai % KV Rf Baku dan Sampel
No. Rf baku asam salisilat
Rf baku eugenol
1. 0,24 0,61 2. 0,23 0,62 3. 0,23 0,61 4. 0,23 0,61 5. 0,23 0,61 6. 0,23 0,61 7. 0,23 0,61 8. 0,23 0,61 9. 0,23 0,61
Rata-rata 0,231 0,611 SD 3,143 x 10-0,3 3,143 x 10-0,3
% KV Rf baku asam salisilat =
= = 1,361 % % KV Rf baku eugenol =
=
= 0,514 %
No. Rf baku asam salisilat
Rf baku eugenol
1. 0,23 0,61 2. 0,23 0,61 3. 0,23 0,60
Rata-rata 0 0,607 SD 0 4,714 x 10-0,3
% KV Rf sampel =
asam salisilat =
= 0,777 % % KV Rf sampel eugenol =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
=
= 0,777 % Lampiran 15. Contoh Perhitungan Nilai Rs (Resolusi) Puncak Asam Salisilat
dan Eugenol
Campuran larutan baku asam salisilat 1020 ppm dan 680 ppm eugenol replikasi
1
Nilai resolusi antara puncak yang sebanding dan berdekatan dalam Densitogram
di atas adalah puncak 1 dan 2, sehingga diketahui :
t1 = max Rf1 = 0,23
t2 = max Rf2 = 0,61
W1 = selisih nilai end Rf1 dikurangi nilai start Rf1 = 0,26-0,18
= 0,08
W2 = selisih nilai end Rf2 dikurangi nilai start Rf2 = 0,64-0,57
= 0,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Perhitungan nilai resolusi adalah sebagai berikut :
Rs =
=
= 5,07
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Nilai Asymmetry Factor (Aa) Puncak
Asam Salisilat dan Eugenol
Keterangan : ----- tinggi puncak = 3,5 cm
10 % dari tinggi puncak = 0,35 cm
A = 0,25 cm
B = 0,25 cm
As = = 1
10% dari puncak A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Metode
Kromatografi (KLT) – Densiitometri Pada Penetapan
Kadar Campuran Metil Salisilat dan Eugenol Dalam
Sediaan Krim ‘X’ ” bernama lengkap Vinsensia Vica
Dwi Ediningtyas. Penulis lahir pada tanggal 25
September 1990 di Jakarta dan merupakan anak bungsu
dari dua bersaudara pasangan YB. Sukardi
dan Margareta Sriwidiyati. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SD Santo
Fransiskus III Jakarta (1996-2002), SMP Santa Ursula Jakarta (2002-2005), dan
SMA Santo Antonius Jakarta (2005-2008). Selanjutnya pada tahun 2008, penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama kuliah, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan yaitu peserta
Kampanye Informasi Obat (KIO) 2008, Koordinator sie Acara Tiga Hari Temu
Akrab Farmasi (Titrasi) 2009, sie Dana dan Usaha KIO untuk SD 2009,
Koordinator sie. Acara Pelepasan Wisuda 2010, sie. Pendamping Kelompok
(Dampok) Titrasi 2010, dan Koordinator sie. Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi
seminar Kanker 2011. Selain aktif dalam kepanitiaan, penulis pernah menjadi
asisten praktikum Biofarmasetika, Bioanalisis, dan Kromatografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI